TINJAUAN PUSTAKA
Survei Tanah
Survei tanah dapat didefinisikan sebagai penelitian tanah di lapangan dan di
laboratorium,
yang
dilakukan
secara
sistematis,
disertai
dengan
mendeskripsikan, mengklafikasikan, dan memetakan tanah dengan metodemetode tertentu terhadap suatu daerah (areal) tertentu yang ditunjang oleh informasi dari sumber-sumber lain yang relevan (Rayes, 2007). Tujuan survei adalah mengklasifikasikan dan memetakan tanah dengan mengelompokkan tanah-tanah yang sama atau hampir sama sifatnya ke dalam satuan peta tanah yang sama serta melakukan interpretasi kesesuaian lahan dari masing-masing satuan peta tanah tersebut untuk penggunaan-penggunaan lahan tertentu. Sifat dari masing-masing satuan peta tanah secara singkat dicantumkan dalam legenda, sedangkan uraian lebih detail dicantumkan dalam laporan survei tanah
yang
selalu
menyertai
peta
tanah
tersebut
(Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007). Survei dan pemetaan tanah dilakukan untuk mengetahui penyebaran jenisjenis tanah dan menentukan potensinya untuk bermacam-macam penggunaannya. Potensi tanah ditentukan dengan melakukan interpretasi kemampuan ( kesesuaian) lahan dari masing-masing satuan peta tanah berdasar atas sifat-sifat tanah yang dimiliki dan keadaan lingkungannya. Satuan peta tanah merupakan satuan wilayah yang
mempunyai
jenis
tanah
dan
faktor
lingkungan
yang
sama
(Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Interpretasi terhadap hasil survei tanah bagi pengembang sampai saat ini meliputi: 1.
Pendugaan potensi produksi jenis-jenis tanaman utama pada setiap tipe tanah di bawah tingkat pengelolaan tertentu.
2.
Kebutuhan masukan (input) bagi setiap jenis tanaman, yakni sebesar input yang perlu bagi setiap level produksi yang diinginkan atau setiap tipe tanah tertentu.
3.
Kemungkinan perubahan perilaku setiap tipe tanah akibat irigasi.
4.
Kemungkinan pembuatan drainase buatan.
5.
Pendugaan respon terhadap penggunaan pupuk dan kapur yang banyak mengkonsumsi oleh sifat-sifat tanah yang permanen berdasarkan tingkat kesuburan yang ditunjukkan oleh uji tanah.
(Hakim, dkk, 1986).
Evaluasi Lahan
Evaluasi lahan adalah suatu proses untuk menilai kesesuaian komoditas pertanian pada tingkat manejemen tertentu di suatu wilayah pengembangan. Oleh karenanya diperlukan data kualitas dan karakteristik lahan dalam bentuk tabular dan spasial (peta). Data sumber daya lahan menakup kualitas dan karakteristik lahan, meliputi data iklim, tanah, dan topografi. Data sumber daya lahan yang diperlukan untuk evaluasi lahan harus rinci dan akurat, minimal tersedia pada tingkat semi detail skala 1:50.000. Namun peta ideal adalah tingkat detail skala 1:10.000,
karena
langsung
dapat
diaplikasikan
di
lapag
oleh
petani
(Djaenudin, 2008).
Universitas Sumatera Utara
Evaluasi lahan merupakan proses pendugaan potensi lahan untuk macammacam alternatif penggunaannya. Evaluasi lahan melibatkan pelaksanaan survei atau penelitian bentuk bentang alam, sifat dan distribusi tanah, macam dan distribusi vegetasi, dan aspek-aspek lahan yang lain agar dapat mengidentifikasi dan membuat perbandingan dari macam-macam penggunaan lahan yang dikembangkan. Evaluasi lahan merupakan penghubung antara berbagai aspek dan kualitas fisik, biologi, dan teknologi penggunaan lahan dengan tujuan sosial ekonominya. Tergantung pada tujuan evaluasi, klasifikasi lahan dapat berupa klasifikasi kemampuan lahan atau klasifikasi kesesuaian lahan (Arsyad, 2009). Tujuan evaluasi lahan (land evaluation and land assessment) adalah menentukan nilai potensi suatu lahan untuk tujuan tertentu. Usaha ini dapat dilakukan
dengan
melakukan
usaha
klasifikasi
teknis
suatu
daerah
(Hardjowigeno, 2003). Menurut Djaenudin, dkk (2003) kegiatan utama dalam mengevaluasi lahan adalah sebagai berikut: 1.
Konsultasi pendahuluan meliputi pekerjaan-pekerjaan persiapan antara lain penetapan yang jelas tujuan evaluasi, jenis data yang digunakan, asumsi yang akan digunakan mengevaluasi, daerah penelitian serta intensitas dan skala survei.
2.
Deskripsi dari jenis penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan dan persyratan-persyratan yang diperlukan.
3.
Memandingkan jenis penggunaan lahan dengan tipe-tipe lahan yang ada. Ini merupakan proses penting dalam evaluasi lahan, dimana data penggunaan
Universitas Sumatera Utara
lahan serta informasi-informasi ekonomi dan sosial digabungkan dan dianalisis secara bersama-sama. 4.
Hasil dari empat butit tersebut adalah klasifikasi kesesuaian lahan.
5.
Penyajian dari hasil-hasil evaluasi lahan. Kelas kesesuaian lahan pada prinsipnya ditetapkan dengan mencocokkan
(matching) antara data kualitas / karakteristik lahan dari setiap satuan peta dengan kriteria kelas kesesuaian lahan untuk masing-masing komoditas yang dievaluasi. Kelas kesesuaian lahan ditentukan oleh kualitas dan atau karakteristik lahan yang merupakan faktor pembatas yang paling sulit dan atau tidak dapat diatasi atau diperbaiki (Djaenudin, 2008). Menurut Ritung, dkk (2007) kelas kesesuaian lahan digolongkan atas kelaskelas kesesuaian, yaitu sebagai berikut: –
Kelas S1 (sangat sesuai), lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti atau nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau faktor pembatas bersifat minor dan tidak akan berpengaruh terhadap produktivitas lahan secara nyata.
–
Kelas S2 (cukup sesuai), lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor pembats ini akan berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan (input). Pembatas tersebut biasanya dapat diatasi oleh petani sendiri.
–
Kelas S3 (sesuai marginal), lahan mempunyai faktor pembatas yang berat, dan faktor pembatas ini akan sangat berpengaruh terhada produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan yang lebih banyak daripada lahan yang tergolong S2. Untuk mengatasi faktor pembatas pada S3 memerlukan modal
Universitas Sumatera Utara
tinggi, sehingga perlu adanya bantuan atau campur tangan (investasi) pemerintah atau pihak swasta. –
Kelas N (tidak sesuai), lahan yang mempunyai faktor pembatas yang sangat berat dan/atau suli diatasi. Kesesuaian lahan dikenal kesesuaian lahan aktual dan kesesuaian lahan
potensial. Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data sifat biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan tersebut diberikan masukanmasukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala. Data biofisik tersebut berupa karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi. Kesesuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian yang
akan
dicapai
apabila
dilakukan
usaha-usaha
perbaikan
(Djaenudin, dkk, 2003).
Karakterisitik Lahan
Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi, penggunaan karakteristik lahan untuk keperluan evaluasi lahan bervariasi. Karakteristik lahan yang digunakan adalah : temperatur udara, curah hujan, lamanya masa kering, kelembaban udara, drainase, tekstur, bahan kasar, kedalaman tanah, kapasitas tukar kation, kejenuhan basa, pH, H2O, C-organik, salinitas, alkalinitas, kedalaman bahan sulfidik, lereng, bahaya erosi, genangan, batuan di permukaan dan singkapan batuan (Djaenudin, dkk, 2003). 1. Temperatur udara : merupakan temperatur udara tahunan dan dinyatakan dalam 0C.
Universitas Sumatera Utara
2. Curah hujan : merupakan curah hujan rerata tahunan yang dinyatakan dalam mm. 3. Lamanya masa kering : merupakan jumlah bulan kering berturut-turut dalam setahun dengan jumlah curah hujan < 60 mm. 4. Kelembaban udara : merupakan kelembaban udara rerata tahunan dan dinyatakan dalam %. 5. Drainase : merupakan laju perkolasi air ke dalam tanah terhadap aerasi udara dalam tanah. 6. Tekstur : menyatakan istilah dalam distribusi partikel tanah halus dengan ukuran < 2 mm. 7. Bahan kasar : menyatakan volume dalam persen dan adanya bahan kasar dengan ukuran > 2 mm. 8. Kedalaman tanah : menyatakan dalamnya lapisan tanah dalam cm yang dapat dipakai dalam perkembangan perakaran dari tanaman yang dievaluasi. 9. KTK liat : menyatakan kapasitas tukar kation dari fraksi liat. 10.Kejenuhan basa : jumlah basa-basa (NH4OAc) yang ada dalam 100 g contoh tanah. 11. Reaksi tanah : nilai pH tanah; pada lahan kering yang dinyatakan dengan data laboratorium, sedangkan pada lahan basah diukur di lapangan. 12. C-organik : kandungan karbon organik tanah dinyatakan dalam %. 13. Salinitas : kandungan garam terlarut pada tanah yang dicerminkan oleh daya hantar listrik, dinyatakan dalam dS/m. 14. Alkalinitas : kandungan natrium dapat ditukar, dinyatakan dalam %.
Universitas Sumatera Utara
15. Kedalaman sulfidik : dalamnya bahan sulfidik diukur dari permukaan tanah sampai batas atas lapisan sulfidik, dinyatakan dalam cm. 16. Lereng : menyatakan kemiringan lereng diukur dalam %. 17. Bahaya erosi : bahaya erosi diprediksi dengan memperhatikan adanya erosi lembar permukaan (sheet erosion), erosi alur (reel erosion), dan erosi parit (gully erosion), atau dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang (rata-rata) pertahun. 18. Genangan : jumlah lamanya genangan dalam bulan selama satu tahun. 19. Batuan di permukaan : volume batuan (dalam %) yang ada di permukaan tanah/lapisan olah. 20. Singkapan batuan : volume batuan (dalam %) yang ada dalam solum tanah.
Sifat Fisik Tanah
Tekstur tanah
Tekstur tanah adalah perbandingan kandungan partikel-partikel tanah primer berupa fisik liat, debu, dan pasir dalam suatu massa tanah. Partikel-partikel primer itu mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda dan dapat digolongkan kedalam tiga fraksi tersebut. Ada yang berdiameter besar sehingga dengan mudah dapat dilihat dengan mata telanjang, tetapi ada pula yang sedemikian luasnya, seperti koloidal, sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang (Foth, 1994). Pengelompokkan kelas tekstur yang digunakan adalah: –
Halus (h) : liat berpasir, liat, liat berdebu.
Universitas Sumatera Utara
–
Agak halus (ah): lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu.
–
Sedang (s): lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu, debu.
–
Agak kasar (ak): lempung berpasir.
–
Kasar (k): pasir, pasir berlempung.
–
Sangat halus (sh): liat.
(Djaenudin, dkk, 2003).
Drainase tanah
Drainase tanah menunjukkan kescepatan meresapnya air dari tanah atau keadaan tanah yang menunjukkan lamanya dan seringnya jenuh air. Tujuan utama drainase pada pertanian dan kehutanan adalah menurunkan dataran air untuk meningkatkan kedalaman perakaran. Drainase menurunkan kandungan air pada musim semi, yang menyebabkan tanah menjadi hangat dan lebih cepat (Foth, 1994). Kelas drainase tanah yang dibedakan dalam tujuh kelas, yaitu: –
Cepat, tanah yang mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi sampai sangat tinggi dan daya menaha air rendah. Tanah demikian tidak cocok untuk tanaman tanpa irigasi. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah yang berwarna tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium sera warna gley (reduksi).
–
Agak cepat, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi dan daya menahan air rendah. Tanah demikian hanya cocok untuk sebagian tanaman kalau tanpa irigasi, ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah
Universitas Sumatera Utara
berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta warba gley (reduksi). –
Baik, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang dan daya menahan air sedang, lembab, tetapi tidak cukup basah. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan atau naungan serta warna gley reduksi) pada lapisan sampai > 100 cm.
–
Agak baik, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang sampai agak rendah dan daya menahan air rendah, tanah basah dekat ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk berbagai tanaman. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan atau mangan sera warna gley (reduksi) pada lapisan > 50 cm.
–
Agak terhambat, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik agak rendah dan daya menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah basah sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan atau naungan serta warna gley (reduksi) pada lapisan > 25 cm.
–
Terhambat, tanah mempunyai kondukstivitas hidrolik rendah dan daya menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah basah untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat dketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gey (reduksi) dan bercak atau karatan besi dan atau mangan sedikit pada lapisan sampai permukaan.
Universitas Sumatera Utara
–
Sangat terhambat, tanah dengan konduktivitas hidrolik sangat rendah dan daya menahan air sangat rendah, tanah basah secara permanen dan tergenang untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gley (reduksi) permanen sampai pada lapisan permukaan.
(Djaenudin, dkk, 2003).
Kedalaman tanah
Kedalaman tanah efektif adalah kedalaman tanah yang masih
dapat
ditembus akar tanaman. Banyaknya perakaran, baik akar halus maupun akar kasar, serta dalamnnya akar-akar tersebut dapa menembus tanah dan dapat menembus tanah dan bia tidak dijumpai akar tanaman, maka kedalaman efektif ditentukan berdasarkan kedalaman solum tanah (Hardjowigeno, 2003). Kedalam tanah dibedakan menjadi sebagai berikut: – Sangat dangkal: < 20 cm – Dangkal: 20-50 cm – Sedang: 5-75 cm – Dalam: > 75 cm (Djaenudin, dkk, 2003).
Universitas Sumatera Utara
Bahaya banjir
Ancaman banjir sangat perlu diperhatikan dalam pengelolaan lahan pertanian
karena
sangat
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan
tanaman.
Djaenudin, dkk (2003) mengelompokkan bahaya banjir sebagai berikut: f0 = tidak ada banjir di dalam periode satu tahun f1 = ringan yaitu periode kurang dari satu bulan banjir bisa terjadi dan bisa tidak. f2 = sedang yaitu selama 1 bulan dalam setahun terjadi banjir. f3 = agak berat yaitu selama 2-5 bulan dalam setahun dilanda banjir. f4 = berat yaitu selama 6 bulan lebih dalam setahun dilanda banjir.
Bahan kasar
Bahan kasar adalah persentasi kerikil, kerakal atau batuan pada setiap lapisan tanah, dibedakan menjadi: sedikit : < 15 % sedang : 15 - 35 % banyak : 35 - 60 % sangat banyak : > 60 % (Djaenudin, dkk, 2003)
Bahaya erosi
Tingkat bahaya erosi dapat diprediksikan berdasarkan kondisi lapangan, yaitu dengan cara memperlihatkan adanya erosi lembar permukaan (sheet erosion), erosi alur (rill erosion), dan erosi parit (gully erosion). Pendekatan lain untuk memprediksikan tingkat nahaya erosi yang relatif lebih mudah dilakukan
Universitas Sumatera Utara
adalah dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang (rata-rata) pertahun, dibandingkan tanah yang tidak tererosi yang dicirikan oleh masih adanya horizon A. Horizon A biasanya dicirikan oleh warna gelap karena relatif mengandung bahan organik yang lebih tinggi. Tingkat bahaya erosi tersebut adalah sebagai berikut: – Sangat ringan (sr): < 0,15 – Ringan (r): 0,15-0,9 – Sedang (s): 0,9-1,8 – Berat (b): 1,8-4,8) – Sangat berat (sb): > 4,8 (Djaenudin, dkk, 2003).
Sifat Kimia Tanah
pH tanah
pH tanah merupakan suatu ukuran intensitas kemasaman, bukan ukuran total asam yang ada di tanah tersebut. Pada tanah-tanah tertentu seperti tanah liat berat, gambut yang mampu menahan perubahan pH atau kemasaman yang lebih besar dibandingkan dengan tanah yang berpasir (Mukhlis, 2007). Kelas kemasaman tanah (pH) tanah, sebagai berikut: – Sangat masam: < 4,5 – Masam: 4,5-5,5 – Agak masam: 5,6-6,5 – Netral: 6,6-7,5 – Agak alkalis: 7,6-8,5
Universitas Sumatera Utara
– Alkalis: > 8,5 (Djaenudin, dkk, 2003).
Kapasitas Tukar Kation (KTK)
Fraksi koloid membawa muatan positif maupun negatif. Walaupun demikian, muatan negatif jauh lebih besar ukurannya dan lebih penting bagi pertumbuhan tanaman pada kebanyakan tanah. Kapasitas pertukaran kation (cation exchange capacity = CEC) merupakan ekspresi jumlah tapak penyerapan kation per satuan bobot tanah. Kapasitas ini didefinisikan sebagi jumlah keseluruhan kation terserap yang dipertukarkan, yang dinyatakan miliekuivalen per 100 gram tanah kering oven (Damanik, dkk, 2011). Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan ukuran kemampuan suatu koloid unutuk mengadsorbsi dan mempertukarkan kation. KTK ini dapat diefenisikan pula sebagai ukuran kuantitas kation, yang segera dapat dipertukarkan dan yang menetralkan muatan negatif tanah. Jadi penetapan KTK merupakan pengukran jumlah total muatan negatif per unit berat bahan (Foth, 1994). Kelas Kapasitas Kation (KTK) tanah (me/100 gr), sebagai berikut: – Sangat rendah: <5 – Rendah: 5-16 – Sedang: 17-24 – Tinggi: 25-40 – Sangat tinggi: >40 (Mukhlis, 2007)
Universitas Sumatera Utara
Kejenuhan basa
Kejenuhan basa menunjukkan perbandingan antara jumlah kation-katio basa dengan jumlah semua kation (kation basa dan kation asam) yang terdapat dalam kompleks jerapan tanah. julah maksimum kation yang dapat dijerap tanah menunjukkan bearnya nilai kapasitas tukar kation (Mukhlis, dkk, 2011). Kation-kation basa umumnya merupakan hara yang diperlukan tanaman. Di samping itu, basa-basa ummnya mudah tercuci sehingga dengan kejenuhan basa tinggi menunjukkan bahwa tanah tersebut belum banyak mengalami pencucian dan merupakan tanah yang subur (Damanik, dkk, 2011). Kelas Kejenuhan Basa (KB) tanah (%), sebagai berikut: – Sangat rendah: <20 – Rendah: 20-35 – Sedang: 36-50 – Tinggi: 51-70 – Sangat tinggi: >70 (Mukhlis, 2007)
C-organik tanah
Komponen organik tanah adalah residu tumbuhan dan hewan di dalam tanah pada berbagai tingkat dekomposisi. Komponen organik tanah dibedakan atar organisme hidup (biomassa) dan organisme yang telah mati. Organisme yang mati diklasikfikasikan atas bahan non humik dan humik. Bahan non humik merupakan senyawa yang dibebaskan proses dekomposisi tanaman, seperti karbohidrat, asam amino, lemak, asam nukleat, lignin, dan asam-asam yang
Universitas Sumatera Utara
berberat molekul rendah. Sedangkan bahan humik adalah bentukan alami, biogenik, senyawa heterogen, tak terhumifikasi, bahannya tak teridentifikasi dan berberat molekul cukup tinggi, amorfus sebagian aromatik (Mukhlis, dkk, 2011). Bahan organik umumnya ditemukan di permukaan tanah. Jumlahnya tidak besar hanya sekitar 3-5%, tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. Adapun pengaruh bahan organik terhadap sifat tanah dan akibatnya juga terhadap pertumbuhan tanaman adalah memperbaiki struktur tanah, sumber unsur hara N, P, S, dan unsur mikro lainnya, meningkatkan KTK, sumber energi bagi mikroorganisme tanah (Hardjowigeno, 2003). Kelas C-Organik tanah (%), sebagai berikut: – Sangat rendah: <1,00 – Rendah: 1,00-2,00 – Sedang: 2,01-3,00 – Tinggi: 3,01-5,00 – Sangat tinggi: >5,00 (Mukhlis, 2007)
Syarat Tumbuh Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)
Tanaman bawang merah lebih senang tumbuh di daerah beriklim kering. Tanaman bawang merah peka terhadap curah hujan dan intensitas hujan yang tinggi, serta cuaca berkabut. Tanaman ini membutuhkan penyinaran cahaya matahari yang maksimal (minimal 70% penyinaran), suhu udara 25-320C, dan kelembaban nisbi 50-70% (AAK, 2004).
Universitas Sumatera Utara
Yang paling baik, untuk budidaya bawang merah adalah daerah yang beriklim kering yang cerah dengan suhu udara panas. Tempatnya yang terbuka, tidak berkabut dan angin sepoi-sepoi. Daerah yang cukup mendapat sinar matahari juga sangat diutamakan, dan lebih baik jika lama penyinaran matahari lebih dari 12 jam. Perlu diingat, pada tempat-tempat yang terlindung dapat menyebabkan pembentukan umbinya kurang baik dan berukuran kecil (Wibowo, 2007). Bawang merah dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi, yakni pada ketinggian antara 0 – 900 m di atas permukaan air laut. Tanaman bawang merah sangat bagus dan memberikan hasil optimum, baik kualitas maupun kuantitas, apabila ditanam di daerah dengan ketinggian sampai dengan 250 m di atas permukaan laut. Bawang merah yang ditanam di ketinggian 800 – 900 m di atas permukaan laut hasilnya kurang baik. Selain umur panennya lebih panjang, umbi yang dihasilkan pun kecil-kecil. Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman bawang merah adalah 300 – 2500 mm per tahun, dengan intensitas sinar matahari penuh (Samadi dan Cahyono, 2005). Tanaman ini memerlukan tanah berstruktur remah, tekstur sedang sampai liat, drainase / aerase baik, mengandung bahan organik, dan reaksi tanah tidak masam (pH tanah : 5,6 - 6,5). Tanah yang paling cocok untuk tanaman bawang merah adalah tanah aluvial atau kombinasinya dengan tanah humus (Rahayu dan Berlian, 1999). Adapun
data
karakteristik
kesesuaian
lahan
untuk
tanaman
bawang merah ( Allium ascalonicum L.) dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Karakteristik Kesesuaian Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Karakteristik Lahan S1 Temperatur (tc) Temp.rata-rata(0C) Ketersediaan air (wa) Curah hujan tahunan rata-rata (mm) Ketersediaan oksigen (oa) Drainase
Media perakaran (rc) Tekstur Bahan kasar (%) Kedalaman tanah (cm) Retensi hara (nr) KTK liat (cmol) Kejenuhan basa (%) pH H2O C-organik Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m) Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%) Bahaya erosi (eh) Lereng (%) Bahaya erosi Bahaya banjir (fh) Genangan Penyiapan lahan (lp) Batuan di permukaan (%) Singkapan batuan (%)
Lahan
Untuk
Kelas Kesesuaian Lahan S2 S3
Tanaman
N
20-25
25-30 18-20
30-35 15-18
>35 <15
350-600
600-800 300-350
800-1600 230-500
>1600 <250
Baik, agak terhambat
Agak cepat, sedang
Terhambat
Sangat terhambat, cepat
Halus, agak halus, sedang <15 >50
-
Agak kasar
Kasar
15-35 30-50
35-55 20-30
>55 <20
<20 <5,8 >8,0 <0,8
-
>1,2
< 16 20-35 5,8-6,0 7,8-8,0 0,8-1,2
<2
2-3
3-5
>5
<20
20-35
35-50
>50
<8 sangat rendah
8-16
16-30
>30
rendah-sedang
berat
F0
-
-
Sangat berat >F0
<5
5-15
15-40
>40
<5
5-15
15-25
>25
>16 >35 6,0-7,8
Universitas Sumatera Utara
Kondisi Umum Wilayah Penelitian
Kecamatan Muara merupakan kecamatan yang terkecil di Kabupaten Tapanuli Utara yaitu seluas 79,75 km2 atau 2,10 % dari luas lahan Kabupaten Tapanuli
Utara.
Kecamatan
Muara
memiliki
letak
geografis
yaitu
02º15’-02º22’ LU dan 98º49’-98º58’ BT. Berdasarkan informasi terakhir kecamatan Muara memiliki total luas lahan panen bawang merah sebesar 56 ha dengan produksi 366,80 ton dengan rata-rata produksi 65,50 Kw/ha (BPS, 2011). Adapun peta administrasi Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini.
Gambar 1. Peta administrasi Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara
Universitas Sumatera Utara