TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan dan Kebutuhan Lanjut Usia
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Nations) mengklasifikasi lanjut usia berdasarkan batasan kelompok umur yaitu usia pertengahan (middle age) kelompok usia 45 sarnpai 59 tahun, lanjut usia (elderly) memiliki umur antara 60 dan 74 tahun, lanjut usia tua (old) usia antara 75 dan 90 tahun, usia sangat tua (very old) usia diatas 90 tahun. Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia menyatakan pengertian lanjut usia adalah: seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun (enam puluh) tahun ke atas. Depsos RI (2003), mengidentifikasi pernasalahan yang dihadapi lanjut usia antara lain : 1. Masalah kesehatan dan gizi bahwa secara alamiah lanjut usia akan
mengalarni penurunan kemampuan fisik akibat penyakit degeneratif, sehingga hngsi-fungsi organ tubuhnya menurun. 2. Kesulitan atau ketiadaan perumahan bahwa banyak lanjut usia tidak
memiliki rumah sehingga tinggal bersama keluarga atau anak-anaknya.
3. Masalah emosional bahwa seiring dengan pertambahan usia dan karena faktor perubahan fisik, mental dan sosial menjadi lebih sensitif. 4. Pandangan sebagian masyarakat yang salah terhadap lanjut usia yaitu
sebagian masyarakat menganggap lanjut usia sebagai orang yang lemah, tidak berdaya dan tidak berguna.
5. Berkurang intensitas hubungan bahwa lanjut usia mengalarni penurunan intensitas hubungan atau komunikasi dengan anggota keluarga dan teman serta lingkungan sosialnya.
6. Masalah mental spiritual bahwa adanya rasa ketakutan atau kekhawatiran menjalani sisa hidup. 7. Penghasilan bahwa dengan berakhirnya masa produktif pada Ianjut usia menyebabkan penghasilan yang tidak memadai atau bahkan hilang penghasilan.
8. Perlakukan salah dan tindak kekerasan bahwa beberapa lanjut usia mengalami tindak kekerasan dan perlakukan yang salah dari keluarganya sendiri maupun dari lingkungan. Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar
yang sarna akan tetapi ada
kebutuhan yang khusus bagi setiap orang berdasarkan rentang usia kehidupannya, adapun kebutuhan lanjut usia menurut Lowy (1 979), adalah : 1. Pendapatan yang memadai
2. Kesehatan fisik dan mental yang baik
3. Perurnahan dan lingkungan yang baik 4. Makanan yang bergizi
5. Relajar keterampilan yang baru 6. Peranan dan kegiatan-kegiatan sesudah berhenti bekerja 7. Sarana Transportasi
8. Pelayanan kesehatan Depsos RI (2004), mengelompokan kebutuhan-kebutuhan lanjut usia terdiri dari : 1. Kebutuhan fisik antara lain : a. Rumah tempat tinggal yaitu membutuhkan tempat tinggal atau rumah sesuai dengan kondisi fisiknya misal tidak banyak tangga lantai tidak licin. tempat
tidur yang tidak terlalu tinggi
atau pendek
dan
memungkinkan lanjut usia bergerak lebih bebas dan nyaman. b.
Kesehatan dan permakanan yang meliputi : pemeriksaaan kesehatan, pemeliharaan kesehatan melalui oleh raga, makanan yang memenuhi standar bagi lanjut usia
c.
Pakaian yaitu yang dapat melindungi dari perubahan cuaca dan sesuai dengan kondisinya.
d. Alat-alat bantu seperti tongkat penyangga, kursi roda, alat bantu pendengaran dan pengelihatan bagi lanjut usia yang sudah tidak potensial.
e. Pemakarnan yaitu pelayanan bagi lanjut usia yang meninggal untuk dimakamkan secara layak sesuai dengan agama dan kepercayaan yang diyakininya.
2. Kebutuhan psikis : Berkaitan dengan masalah-masalah emosional diantaranya kebutuhan rasa aman dan damai, kebutuhan berinteraksi dan mendapatkan dukungan dari orang lain, berprestasi dan berekspresi serta memperoleh penerimaan dan pengakuan.
3. Kebutuhan mental spiritual Berkaitan dengan aspek keagamaan dan kepercayaan dalam kehidupan termasuk persiapan dalam menghadapi kematian.
4. Kebutuhan ekonomi Berkaitan dengan ketidakrnampuan dalam penghasilan baik yang dialami oleh lanjut usia yang potensial ataupun lanjut usia yang tidak potensial, sehingga perlu dibantu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya melalui pelatihan keterampilan untuk memperoleh penghasilan, menyediakan pekerjaan penuhu atau paruh waktu, memberikan bantuan keuanganl modal usaha. Selanjutnya Lalenoh (1993), memberi pendapat mengenai kebutuhan lanjut usia yaitu:
1. Kebutuhan-kebutuhan primer atau utarna, yaitu : a. Kebutuhan biologis yang menyangkut kebutuhan akan makanan bergizi, kebutuhan akan perumahan dan kebutuhan akan pakaian. b. Kebutuhan ekonomi yang menyangkut kebutuhan akan pendapatan dan penghasilan yang memadai.
c. Kebutuhan kesehatan meliputi kesehatan fisik, mental dan perawatan kearnanan. d. Kebutuhan Psikologis meliputi kebutuhan akan kasih sayang, tanggapan
dari orang lain, ketentraman, merasa berguna, memiliki jati diri dan status yang jelas. e. Kebutuhan sosial yaitu kebutuhan akan peranan dan hubungan dengan orang lain terutama keluarga, teman sebaya, masyarakat dan organisasi sosial.
Arah kebijakan yang dikemukakan oleh pemerintah ditujukan untuk
memenuhi berbagai kebutuhan bagi lanjut usia. Program yang telah dinunuskan pemerintah tersebut akan berhasil apabila terjalin kerjasama antara pihak pemerintah, masyarakat dan swasta yang peduli terhadap permasalahan sosial yang dialarni oleh lanjut usia. Dalam konteks Indonesia pendekatan kebijakan terhadap lanjut usia lebih menekankan pada pendekatan yang terpadu antara perpaduan dukungan formal dan informal melalui kombinasi dukungan keluarga, masyarakat, pemerintah maupun kemandirian dari lanjut usia sendiri. Pengembangan dukungan secara informal melalui dukungan keluarga dapat dilakukan dengan berbagai alternatif, antara lain dengan rnernpcrkuat atau memelihara berbagai ikatan kekeluargaan yaitu dengan cara mengakomodasi orang tua (lanjut usia) untuk tetap tinggal bersama anak atau keluarganya, sehingga kebutuhan materil maupun spiritual dapat terpenuhi, contohnya Pusaka (Pusat santunan keluarga). Pengembangan dukungan informal melalui dukungan masyarakat dapat dilakukan dengan pelibatan individu dan institusi yang berkembang di dalam masyarakat, seperti pemberian bantuan dari individu atau pengusaha, keterlibatan kelembagaan keagamaan, yayasan sosial dan organisasi kemasyarakatan dalam penyediaan jarninan sosial, dll. Pengembangan dukungan formal oleh pemerintah dapat dilakukan dengan berbagai bentuk strategi dan program yaitu memberikan dukungan politis dan operasional seperti membuat landasan hukum, peraturan dan pedoman yang jelas terutarna dikaitkan dengan kebijakan dan program dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan, pelayanan sosial dan peningkatan sistem perlindungan jaminan sosial. Keterbatasan akan dukungan formal dan informal baik dari pemerintah, masyarakat ataupun keluarga yang diberikan kepada lanjut usia, maka kepada lanjut usia perlu adanya kemandirian terhadap dirinya, misalnya kesiapan akan mental dan fisik, kebiasaan untuk berperilaku sehat, dan mempersiapkan diri sejak dini untuk mengikuti program jarninan sosial seperti asuransi pensiun dan jaminan hari tua.
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial lanjut usia, seperti dikemukakan oleh Nugroho (1999), adalah : 1. Meningkatkan dan memperkuat peran keluarga dan masyarakat dalam penyelenggaraan kegiatan pelayanan sosial bagi lanjut usia.
2. Meningkatkan koordinasi intra dan inter sektoral, antar berbagai instansi pemerintah terkait di pusat dan daerah serta masyarakatl orsos termasuk dunia usaha untuk mendukung penyelenggaraan pelayanan sosial bagi lanjut usia.
3. Meningkatkan profesionalisme pelayanan sosial lanjut usia 4. Meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan sosial lanjut usia
5. Membangun dan mengembangkan sistem jaminan dan perlindungan sosial bagi lanjut usia.
6. Mengembangkan dan memantapkan peran kelembagaan lanjut usia untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Pelayanan sosial bagi lanjut usia bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial lanjut usia secara fisik, ekonomi, dan sosial psikologis. Kondisi tersebut akan terwujud apabila ada upaya yang dilakukan terhadap penanganan masalah lanjut usia seperti meningkatkan peran keluarga dalam memelihara dan merawat lanjut usianya, tercipta kerja sama dan koordinasi antara intra dan inter sektoral, peningkatan profesionalisme tenaga pelayanan. Program peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia dapat dikembangkan melalui : ( Depsos RI, 2003) 1. Program pelayanan
sosial
lanjut
usia
yaitu
proses bantuan
pertolongan, perlindungan, bimbingan, santunan dan perawatan.
2. Program Pemberdayaan lanjut usia yaitu proses kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial lanjut usia khususnya yang potensial berupa usaha-usaha antara lain : pengembangan usaha ekonomi produktif, pengembangan pusat-pusat pelayanan sosial lanjut
usia, pembentukan dan pengembangan organisasi pelayanan sosial lanjut usia.
3. Program
peningkatan
partisipasi
keluarga
dan
masyarakat
dilaksanakan untuk meningkatkan kesadaran, tanggungjawab clan
peran serta keluarga dan masyarakat dalarn rangka melestarikan nilainilai sosial budaya yang menempatkan lanjut usia pada kedudukan yang terhormat. 4. Program jaminan
dan
perlindungan
sosial lanjut usia yaitu
memberikan kemudahan pelayanan bagi lanjut usia tidak potensial agar dapat mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang wajar.
5. Program pengembangan kelembagaan lanjut usia yaitu seperangkat pranata Iinstitusi sosial yang bergerak dibidang pelayanan sosial lanjut usia dengan tujuan untuk memperkuat sistem pelayanan sosial lanjut usia berbasis masyarakat, memantapkan mekanisme kerja sama dan koordinasi antar lembaga pelayanan sosial lanjut usia, meningkatkan jumlah lanjut usia yang dilayani melalui kelembagaanl masyarakat.
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Sistem Panti Pelayanan sosial bagi lanjut usia melalui panti (Panti Sosial Tresna Werdha) baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta merupakan sistem pelayanan sosial bagi lanjut usia yang dilaksanakan dengan menempatkan lanjut usia tinggal di dalam panti. Jenis pelayanan melalui lembaga panti yaitu berupa pengasramaan, jaminan hidup seperti makan dan pakaian, pemeliharaan kesehatan, pengisian waktu luang dan rekreasi, bimbingan sosial, mental serta agarna, sehingga mereka dapat menikrnati hari tuanya dengan meliputi ketentraman lahir dan bathin (Depsos RI, 2002). Tujuan peningkatan kesejahteraan lanjut usia melalui PSTW dimaksudkan agar meluasnya penyediaan sarana, jasa serta pemberian kemudahan bagi terselengaranya pelayanan kepada lanjut usia. Kegiatan pelayanan sosial yang dilaksanakan di dalam panti adalah memberikan kesejahteraan bagi lanjut usia dalam bentuk : a. Memberikan penarnpungan dan jaminan makan dengan pengaturan menu sesuai dengan kebutuhan gizi pada lanjut usia.
b. Melaksanakan
pemeliharaan
kesejahteraan
dan
kebersihan
dengan
mengadakan pemeriksaan kesehatan secara rutin, pengobatan bagi yang menderita sakt serta memelihara lingkungan yang bersih dan teratur. c. Bimbingan mental, keagamaan dan kemasyarakatan untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sena memupuk rasa tanggung jawab terhadap din dan lingkungan. d. Pengisian waktu luang dengan melaksanakan kegiatan yang bermanfaat. Termasuk didalarnnya kegiatan yang bersifat rekreatif serta olah raga ringan sesuai dengan kemampuan dan kemauan.
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Sistem Luar Panti
Sistem pelayanan sosial lanjut usia luar panti merupakan kegiatan pelayanan sosial yang dilaksanakan oleh masyarakat baik perorangan, keluarga, kelompok, lembagal organisasi sosial/yayasan. dunia usaha dan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan lanjut usia tetapi tidak menempatkan lanjut usia di dalam asrama (Depsos RI, 2004). Ada beberapa model pelayanan sosial lanjut usia sistem luar panti yang dapat dikembangkan yaitu : a. Pelayanan sosial di keluarga sendiri (home care service) yaitu bentuk pelayanan sosial bagi lanjut usia yang dilakukan di rumah atau di dalam keluarga sendiri. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk membantu mengatasi permasalahan lanjut usia sekaligus memberi kesempatan kepada lanjut usia untuk tetap tinggal dalam keluarga. Bantuan yang diberikan dapat berupa pemberian makanan, bantuan aktifitas sehari-hari, bantuan kebersihan dan perawatan kesehatan, pendampingan rekreasi, konseling dan rujukan. Pelayanan diberikan secara kontinyu setiap hari, setiap minggu, setiap bulan, sepanjang lanjut usia atau keluarganya membutuhkan. Pelayanan dapat bersifat sukarela, dan atas dasar kemanusiaan dan keagamaan, dapat juga bersifat komersilfbalasjasa. b. Pelayanan sosial lanjut usia melalui keluarga pengganti foster care service) yaitu pelayanan sosial bagi lanjut usia di luar keluarga sendiri atau lanjut usia
tinggal bersama keluarga pengganti karena keluarganya tidak dapat memberikan pelayanan yang dibutuhkannya atau dalam kondisi terlantar. Bantuan yang diberikan dapat berupa bantuan permakanan, bantuan aktifitas sehari-hari. bantuan kebersihan dan perawatan kesehatan, pendarnpingan rekreasi, konseling dan rujukan. Pelayanan diberikan secara kontinyu setiap hari. setiap minggu, setiap bulan, sepanjang lanjut usia atau keluarganya membutuhkan. Pelayanan dapat bersifat sukarela, dan atas dasar kemanusiaan dan keagamaan, dapat juga bersi fat komersiI/balasjasa. Kegiatan pelayanan lanjut usia yang dilaksanakan melalui posyandu merupakan kegiatan pelayanan sosial sistem luar panti. Bentuk pelayanan yang diberikan hanya berupa pelayanan langsung tetapi tidak menyediakan sarana asrama untuk ternpat tinggal. Sedangkan model pelayanan yang digunakan adalah pelayanan rnelalui keluarga sendiri dan keluarga pengganti disesuaikan dengan kebutuhan permasalahan lanjut usia. Lembaga Posyandu sebagai wadah yang berperan dalam rnenggerakan partisipasi masyarakat dalarn menyediakan pelayanan sosial
bagi lanjut usia terhadap pemenuhan kebutuhan pelayanan
kesehatan fisik, ekonomi dan sosial psikologis. Model pelayanan sosial bagi lanjut usia dengan sistern luar panti yang sudah dikembangkan di masyarakat antara lain kegiatan pelayanan sosial bagi lanjut usia yang dilaksanakan oleh suatu kelompok masyarakat dikenal dengan narna "Pusaka" (pusat santunan keluarga). Pusaka adalah suatu lembaga pelayanan bagi lanjut usia yang kegiatannya antara lain memberikan kebutuhan makanan bagi lanjut usia miskin terlantar yang ada di lingkungan RTIRW. Lembaga pusaka merupakan kegiatan yang dikembangkan oleh Depsos RI sebagai suatu program untuk menggerakan masyarakat berpartisipasi dalarn kegiatan usaha kesejahteraan sosial seperti pelayanan sosial bagi lanjut usia. Program kegiatan lainnya yang berkaitan dengan pelayanan sosial bagi lanjut usia sistem luar panti adalah dibentuknya "karang lansia" di RTIRW. Lembaga ini merupakan perkumpulan bagi para lanjut usia untuk saling bertemu muka dan mengadakan berbagai kegiatan yang dikernbangkan oleh para lanjut usia tersebut. Tujuan kegiatan adalah menumbuhkan semangat dan rasa percaya diri agar para lanjut usia menjadi bagian dari masyarakat.
Kelembagaan
Kelembagaan sosial merupakan terjemahan langsung dari istilah "social
institution", tetapi ada pula yang menggunakan istilah pranata sosial yang menunjuk pada adanya unsur-unsur yang mengatur perilaku warga masyarakat. Koentjaraningrat (1997) menyatakan bahwa kelembagaan sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat. Uphoff (1 993) juga menegaskan bahwa institutions, whether organizations
or not, are complexs of norms and behaviors that persist by serving collecrively valued purposed. Sedangkan organisasi adalah strlicrures of recognized and accepted roles. Meskipun kedua batasan tersebut berbeda, namun keduanya merupakan suatu yang stabil, mantap dan berpola serta berfungsi untuk tujuantujuan tertentu dalam masyarakat. Syahyuti (2003), menyatakan bahwa kelembagaan memiliki
dua
perspe kt i f : 1) Perspektif Kelembagaan, yaitu perspektif yang memandang kelembagaan sebagai suatu konsepsi dan bukan sesuatu yang kongkrit; kelembagaan sebagai kompleks peraturan, norma dan nilai.
Dikatakan bahwa
kelembagaan merupakan tata abstraksi yang lebih tinggi dari grup, organisasi dan sistem sosial lainnya. 2) Perspektif Keorganisasian, yaitu persepektif yang memandang baik kelembagaan maupun asosiasi sebagai bentuk organisasi sosial, yaitu sebagai kelompok-kelompok. Kelembagaan bersifat lebih universal d m penting, sedangkan asosiasi berjifat kurang penting d m bertujuan lebih spesifik. Selanjutnya menurut Syahyuti (2003), ada empat dimensi dalam memahami suatu kelembagaan yaitu: a. kondisi lingkungan eksternal yaitu kondisi politik dan pemerintahan, Sosiokultural, teknologi, kondisi perekonomian, berbagai bentuk kepentingan (stakeholder), infrastruktur, serta kebijakan terhadap pengelolaan surnber daya alam.
b. Motivasi kelembagaan berkaitan dengan sejarah kelembagaan, misi yang diemban, kultur yang menjadi pegangan dalam bersikap dan berperilaku anggotanya, serta pola penghargaan yang dianut. c. Kapasitas kelembagaan yaitu bagaimana kemampuan kelembagaan untuk mencapai tujuan-tujuannya
sendiri. Ukuran kemampuan
berkaitan dengan strategi kepemimpinan, perencanaan program, manajemen dan pelaksanaannya, alokasi surnberdaya yang dimiliki dan hubungan dengan pihak luar yaitu individu-individu, mitrakerja, kebijakan pemerintah dan donor pihak luar. d. Kinerja kelembagaan meliputi keefektifan kelembagaan dalam pencapaian
tujuan,
efisiensi
penggunaan
bahwa
faktor-faktor
sumber
daya
dan
keberlanjutan. Menurut Israel
(1992),
yang mempengaruhi
keberhasilan atau kegagalan kelembagaan adalah : a. Faktor-faktor eksogen : faktor-faktor yang mempengaruhi seluruh negara, wilayah atau sektor untuk periode tertentu, misalnya banjir, kekeringan peperangan, krisis ekonomi, perubahan-perubahan penting dalam kebijakan ekonomi. b. Kepemimpinan individu-individu yang menonjol c. Manajemen yang baik mulai dari perencanaan,pengorganisasian, pelaksanaan serta pengawasan d. Komitmen Menurut Nurdin (1 989), kelembagaan (institusi) merupakan wadah bagi masyarakat untuk berpartisipasi. Masyarakat akan berpartisipasi manakala organisasi tersebut sudah dikenal dan dapat memberikan manfaat langsung pada masyarakat.
Pengembangan Masyarakat Pengembangan masyarakat adalah suatu gerakan yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup keseluruhan Masyarakat melalui partisipasi aktif. dan jika
memungkinkan
berdasarkan pada
inisiatif masyarakat (Adi, 2001).
Karakteristik pengembangan masyarakat menurut Glen (1993) seperti dikutip oleh Adi (2001), menjelaskan bahwa ada tiga unsur dasar yang menjadi ciri khas pengembangan masyarakat yaitu : 1. Tujuan
dari
pengembangan
masyarakat
adalah
memampukan
masyarakat untuk mendefinisikan dan memenuhi kebutuhan mereka atau dengan kata lain tujuan utama dari pengembangan masyarakat adalah
mengembangkan
kemandirian
dan
memantapkan
rasa
kebersamaan sebagai suatu Masyarakat berdasarkan pada kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat. Dalarn ha1 masalah pengurnpulan dana untuk pelaksanaan kegiatan tidak selalu mengandalkan dana dari sumber dana lokal saja, tetapi bagaimana masyarakat itu mampu mendapatkan dana dari sumber lain. 2. Proses
pelaksanaannya
melibatkan
kreatifitas
dan
kejasama
masyarakat ataupun kelompok-kelompok dalam masyarakat tersebut. Dalam ha1 ini kejasarna dan kreatifitas merupakan dasar dalam proses pengembangan masyarakat. Konflik yang terjadi dalam Masyarakat hams dianggap sebagai tantangan utama dalam meningkatkan keterlibatan masyarakat. 3. Peran pengembang masyarakat lebih banyak difokuskan pada peran
sebagai pemercepat perubahan, pembangkit semangat dan pendidik. Pengembangan masyarakat dapat dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut : (Adi, 200 1) a. Tahap persiapan yaitu tahap ini antara lain menyiapkan petugas lapangan, penyiapan lapangan yang akan dijadikan sasaran. b. Tahap penilaian yaitu dilakukan dengan mengidentifikasi masalah (kebutuhan yang dirasakan) dan juga sumber daya yang dimiliki masyarakat.
c. Tahap perencanaan alternatif kegiatan yaitu mengajak masyarakat untuk berpikir tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya serta dapat menciptakan perencanaan kegiatan yang dapat mereka lakukan dalarn mengatasi masalah. d. Tahap pemformulasian rencana aksi yaitu mengajak masyarakat untuk dapat merurnuskan dan menentukan program dan kegiatan apa yang akan mereka lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada, ha1 ini terjadi jika ada beberapa alternatif kegiatan yang diciptakan oleh masyarakat. e. Tahap pelaksanaan (implementasi) kegiatan yaitu merupakan salah satu tahap yang paling penting dalam pengembangan masyarakat. karena sesuatu yang telah direncanakan oleh masyarakat dapat menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan.
f. Tahap evaluasi yaitu dilakukan dengan melibatkan masyarakat untuk mengukur sejauhrnana keberhasilan atau bahkan kegagaian yang terjadi. Selanjutnya menurut Batten dikutip oleh Adi (2001), menjelaskan prasyarat suatu pengembangan masyarakat yang harus dipenuhi adalah : 1. Adanya sejurnlah orang yang tidak puas terhadap keadaan mereka dan sepakat tentang apa sebenarnya yang menjadi kebutuhan khas mereka.
2. Orang-orang ini menyadari bahwa kebutuhan tersebut hanya akan terpenuhi bila mereka mau berusaha untuk memenuhi kebutuhan diri mereka sendiri. 3. Mereka memiliki atau dapat dihubungkan dengan surnberdaya yang
memadai untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Hal ini termasuk : a. Mempunyai cukup pengetahuan yang dapat membantu mereka mengambil keputusan yang bijaksana mengenai apa yang hams mereka lakukan dan bagaimana cara yang terbaik untuk mencapainya. b. Mempunyai surnberdaya yang terkait dengan pengetahuan, keterampilan dan peralatan untuk melakukan tindakan, dan
c. Mempunyai insentif (baik intrinsik maupun ekstrinsik ) yang memadai
guna
menyatukan
mereka
dalam
melaksanakan
keputusan yang telah ditetapkan bersama. Menurut Gunardi, dkk (2004) bahwa pengembangan masyarakat adalah pembangunan
alternatif
yang
komprehensif
dan
berbasis
masyarakat.
Pengembangan masyarakat bertujuan mengembangkan tingkat kehidupan dan mempunyai cakupan seluruh masyarakat. Dunham (1970) yang dikutip oleh Gunardi,dkk (2004), menyatakan bahwa pengembangan masyarakat diartikan sebagai upaya-upaya terorganisir untuk meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat dan kemarnpuan orang untuk berpartisipasi, mengatur sendiri dan mengintegrasikan kegiatan dalam urusan-urusan masyarakat. Menwutnya pengembangan masyarakat mencakup lima elemen yaitu : (a) fokusnya pada seluruh kebutuhan masyarakat, (b) dorongan swadaya sebagai dasar dari keseluruhan program, (c) bantuan teknis dari pemerintah atau organisasi laimya berupa tenaga petugas, perlengkapan atau keuangan, (d) memadukan berbagai keahlian demi kepentingan masyarakat, (e) perencanaan dan penyusunan program berdasarkan pada kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat. Suharto (2002), menjelaskan bahwa pengembangan masyarakat meliputi berbagai pelayanan sosial yang berbasis masyarakat mulai dari pelayanan preventif untuk mencegah anak-anak terlantar atau diperlakukan salah (abused) sampai pelayanan kuratif dan pengembangan untuk keluarga yang berpendapatan rendah agar mereka mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. Menurut Cary (1970), pengembangan masyarakat merupakan : 1) usaha yang disengaja dan dilakukan bersarna-sama oleh orang-orang dalam masyarakat, 2) mengarahkan masa depan masyarakat dan membangun serangkaian teknik yang diakui dan didukung masyarakat, 3) ditujukan untuk mencapai kehidupan sosial yang lebih baik dimasa depan. Menurut Korten ((1984), pengembangan masyarakat adalah suatu aktivitas pembangunan yang berorientasi pada kerakyatan, dengan syarat menyentuh aspek-aspek
keadilan,
keseimbangan
sumberdaya
dam
dan
partisipasi
masyarakat. Jadi dalam pengembangan masyarakat terkandung esensi partisipasi.
Kerangka Pemikiran
Usia harapan hidup penduduk Indonesia yang terus meningkat berdampak pada semakin bertambahnya populasi jumlah penduduk lanjut usia dari waktu ke waktu. Diperkirakan pada tahun 2020 jumlah lanjut usia akan meningkat menjadi
28,8 juta jiwa dengan angka harapan hidup mencapai umur 70 sampai 75 tahun (BPS, 2002).
Bertambahnya jumlah
lanjut
usia
menimbulkan
dampak
permasalahan bagi individu, keluarga, masyarakat dan pemerintah. Peran serta masyarakat mengatasi permasalahan lanjut usia yaitu menyelenggarakan pelayanan sosial dalam memenuhi kebutuhan fisik, ekonomi, sosial psikologis. Kegiatan pelayanan sosial lanjut usia yang dilaksanakan oleh masyarakat antara lain melalui keluarga, kelompok masyarakat. dan organisasi sosial. Posyandu adalah salah satu lembaga lokal yang menyelenggarakan pelayanan sosial bagi lanjut usia yang ada di RW 10 Kelurahan Cempaka Baru Jakarta Pusat. Kegiatan pelayanan sosial bagi lanjut usia yang dilaksanakan Posyandu mengalami hambatan-hambatan dan kegiatan kurang memenuhi kebutuhan lanjut usia. Harnbatan yang dihadapi Posyandu karena kurangnya kapasitas pengurus dari aspek pengetahuan, motivasi, kerjasama dan kapasitas lembaga dalam sarana dan prasarana, keanggotaan serta sumber dana. Belum dimanfaatkannya potensi yang ada di masyarakat seperti keluarga dan partisipasi lanjut usia, serta belum ada pengembangan jejaring dengan pemerintah terkait dan swasta. Berbagai faktor penyebab di atas mengakibatkan kapasitas Posyandu dalarn menyelenggarakan pelayanan sosial bagi lanjut usia berpengaruh pada peforma Posyandu dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Mengatasi permasalahan tersebut, maka perlu upaya penguatan kapasitas kelembagaan Posyandu sehingga peforma Posyandu dalarn perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
menjadi
lebih
baik.
Langkah-langkah
yang
dilakukan
untuk
meningkatkan kapasitas kelembagaan Posyandu dalam pelayanan sosial lanjut usia tersebut, yaitu dengan menyusun rancangan program pengembangan masyarakat secara partisipatif.
Kerangka Pemikiran Penguatan Kapasitas Kelembagaan Pos PelayananTerpadu dalam Pelayanan Sosial bagi Lanjut Usia
Kapasitas Pengurus: Pengetahuan Kerjasarna Motivasi Kapasitas Lembaga : Sarana & Prasarana Keanggotaan Sumber dana
Program peningkatan pelayanan Posyandu dalam kegiatan pelayanan sosial bagi lanjut usia
k
-
'
Kinerja Posyandu Lansia: Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi
Potensi : Masyarakat : Keluarga lanjut usia Partisipasi lanjut usia Pemerintah : Program/kebijak
an Swasta : Pengusaha, LSM
Gambar 1. Bagan kerangka pemikiran
_I
Meningkatnya kapasitas Posyandu dalam pelayanan sosial bagi lanjut usia