TINJAUAN PUSTAKA
Pangan dan Hortikultura Pangan Pangan diartikan sebagai salah satu yang bersumber dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah. Pangan diperuntukkan bagi konsumsi manusia sebagai makanan atau minuman, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, pengolahan, atau pembuatan makanan dan minuman. Batasan untuk tanaman pangan adalah kelompok tanaman sumber karbohidrat dan protein. Namun, secara sempit, tanaman pangan biasanya dibatasi pada kelompok tanaman yang berumur semusim. Batasan ini dimasa mendatang harus diperbaiki karena akan menyebabkan sumber karbohidrat menjadi terbatas. Tanaman pangan sebaiknya memasukkan jenis tanaman lain yang dapat menjadi sumber karbohidrat tanpa dibatasi pada kelompok tanaman semusim. Dengan perbaikan batasan ini, tanaman umbian selain ubi kayu, ubi jalar, dan talas dapat masuk ke dalam kelompok tanaman pangan (Purwono dan Purnamawati, 2007). Tanaman pangan menyebar hampir secara merata di seluruh wilayah Indonesia meskipun sentra beberapa jenis tanaman pangan terdapat di daerah tertentu. Hal ini disebabkan oleh kesesuaian lahan dan kultur masyarakat dalam mengembangkan jenis tanaman pangan tertentu. Sebagai contoh daerah utama penghasil jagung di Indonesia adalah Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Kebutuhan terhadap tanaman pangan akan selalu ada. Hal ini disebabkan setiap hari tanaman pangan selalu dikonsumsi masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, ketersediaan pangan harus tetap terjaga. Namun, secara umum kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
beberapa jenis tanaman pangan masih belum dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri sehingga harus diimpor setiap tahunnya. Pada tahun 2002, konsumsi energi masyarakat Indonesia
rata-rata
1.789,04 Kal per hari, sedangkan konsumsi proteinnya rata-rata 49,11 g. Pemenuhan kebutuhan karbohidrat dan protein tersebut dapat diperoleh dari tanaman pangan karena kandungan kedua zat gizi tersebut dalam tanaman pangan tergolong paling besar (Baharsjah, 1983). Hortikultura Kata hortikultura (Horticulture) berasal dari Bahasa latin ‘hortus’ yang artinya kebun dan ‘colere’ yang artinya membudidayakan. Jadi hortikultura adalah membudidayakan tanaman di kebun. Konsep ini berbeda dengan “agronomi”, yang merupakan membudidayakan tanaman di lapangan. Budidaya di kebun bersifat lebih intensif, padat modal dan tenaga kerja. Namun, hortikultura akan akan menghasilkan pengembalian, apakah berupa keuntungan ekonomi atau kesenangan pribadi, yang sesuai dengan usaha yang intensif tersebut. Praktek hortikultura merupakan tradisi yang telah berkembang sejak sangat lama. Hortikultura merupakan perpaduan antara ilmu, teknologi, seni, dan ekonomi. Praktek hortikultura modern berkembang berdasarkan pengembangan ilmu yang menghasilkan teknologi untuk
memproduksi dan
menangani komoditas
hortikultura yang ditujukan untuk mendapatkan keuntungan ekonomi maupun kesenangan pribadi. Dalam prakteknya, semua itu tidak terlepas dari seni. Komoditas hortikultura berbeda dengan komoditas agronomi. Pada umumnya komoditas hortikultura dimanfaatkan dalam keadaan masih hidup sehingga perisibel (mudah rusak), dan air merupakan komponen penting dalam
Universitas Sumatera Utara
kualitas. Di lain pihak, komoditas agronomi dimanfaatkan sesudah dikeringkan, sehingga tidak hidup lagi. Tergantung pada cara pemanfaatannya, suatu spesies yang sama bisa tergolong menjadi komoditas hortikultura atau agronomi. Sebagai contoh, jagung (Zea mays). Jagung yang dipanen muda untuk sayuran (baby corn) atau sebagai jagung manis rebus (sweet corn) adalah komoditas hortikultura, tetapi jagung yang dipanen tua untuk makanan pokok, tepung maizena, atau makanan ternak adalah tanaman agronomi. Jagung tersebut walaupun sama spesiesnya, tetapi cara produksi dan pemanfaatan hasilnya sangat berbeda. Demikian pula kelapa, kalau dipanen muda untuk es kelapa, buah ini termasuk hortikultura, tetapi kalau dipanen tua untuk santan atau produksi minyak, dia menjadi komoditas agronomi (Harjadi, 1989). Seluruh komoditas hortikultura mempunyai ciri penting yang sama satu dengan yang lain. Ciri-ciri penting inilah yang menyebabkan komoditas tersebut dikelompokkna sebagai hortikultura. Ciri-ciri tersebut adalah:
1. Komoditas ini (sebagian besar) dipasarkan dalam keadaan hidup. Artinya suatu saat akan mati/rusak dan tidak ada nilainya 2. Komoditas ini mudah rusak. Artinya komoditas ini tidak dapat disimpan lama, harus segera dipasarkan dan dikonsumsi 3. Komoditas ini diperdagangkan dengan kandungan air tinggi dan meruah (voluminous).
Artinya
untuk
pengangkutan
dan
penggudangan
memerlukan ruang yang luas. Transportasi lewat udara memerlukan biaya yang tinggi karena kandungan air 4. “Kualitas” adalah kata kunci pada komoditas ini. Produk hortikultura yang tidak berkualitas tidak ada harganya. Perbedaan kualitas menimbulkan
Universitas Sumatera Utara
perbedaan harga yang menyolok. Kualitas tidak selalu berasosiasi dengan rasa yang manis saja (karena ada perbedaan selera akan rasa pada berbagai bangsa). Tetapi kualitas lebih sering berasosiasi dengan penampakan 5. Komoditas ini tidak dikonsumsi sebagai sumber karbohidrat, tetapi sebagai sumber vitamain, mineral atau kesenangan 6. Komoditas ini diproduksi secara intensif. Karena kualitas penting, komoditas ini (terutama bunga, tanaman hias dan sayuran) biasanya diproduksi secara intensif (Edmon et al, 1997).
Sistem Kesesuaian Lahan Konsep Evaluasi Lahan Jika kita mengamati tanah pada suatu tempat dan membandingkannya dengan tanah di tempat lain, maka akan terlihat beberapa perbedaan warna, tekstur keadaan
permukaan
dan
lain-lain.
Belum
lagi
jika
mengamati
dan
mendeskripsikan profil tanahnya, jelas sekali akan terlihat perbedaan dalam hal susunan dan sifat horizon tanah. Perbedaan-perbedaan itu kadang-kadang dapat terjadi di tempat-tempat yang berdekatan yang hanya berjarak beberapa meter saja karena lahan memiliki sifat fisik, sosial, ekonomi, dan geografi yang bervariasi. Variasi tersebut mempengaruhi penggunaan lahan yang lebih atau kurang sesuai dalam pengertian fisik dan atau ekonomi yang paling tidak sebagian terjadi secara sistematik dan sebab-sebab yang diketahui dengan pasti. Adanya perbedaan (variasi) tersebut menyebabkan timbulnya perbedaan potensi masing-masing
Universitas Sumatera Utara
tanah bagi pengembangan suatu tanaman atau komoditas tertentu maupun untuk kepentingan di luar pertanian (Rositter, 1996). Evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi dan atau arahan penggunaan lahan sesuai dengan keperluan . Kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu lahan untuk penggunaan tertentu, sebagai contoh lahan untuk irigasi, tambak, pertanian tanaman tahunan atau pertanian tanaman semusim. Lebih spesifik lagi kesesuaian lahan tersebut ditinjau dari sifat-sifat fisik lingkungannya, yang terdiri atas iklim, tanah, topografi, hidrologi dan atau drainase yang sesuai untuk usaha
tani atau
komoditas tertentu yang produktif. Setiap tanah mempunyai sifat dan keterbatasan masing-masing yang akan menentukan
kapabilitas
atau
kemampuannya,
sehingga
untuk
mengembangkannya diperlukan suatu tindakan khusus yang berbeda-beda untuk tiap jenis tanah. Misalnya untuk memutuskan tindakan konservasi dan rehabilitasi lahan yang benar dan tepat, informasi tentang tanah dan kesesuaian lahannya untuk suatu penggunaan tertentu sangat diperlukan. Kebenaran informasi akan sangat menentukan ketepatan tindakan yang akan diambil untuk pengembangan sumber daya alam yang langka (Rayes, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Produktivitas Produktivitas merupakan hasil persatuan lahan, tenaga kerja, modal, waktu ataupun input lainnya (misalnya uang tunai, energi, air, dan unsur hara). Orang luar cenderung mengukur produktivitas usaha tani menurut hasil total biomassa, hasil komponen-komponen tertentu (misalnya gabah) hasil ekonomis atau keuntungan, seringkali memandang perlu untuk memaksimalkan hasil per satuan lahan. Para petani memiliki cara mereka sendiri untuk merumuskan dan mendefenisikan produktivitas, mungkin dengan satuan tenaga kerja yang dibutuhkan pada saat penanaman atau penyiangan, atau dengan satuan air irigasi yang dimanfaatkan. Dalam hal ini pembahasan produktivitas difokuskan pada bagaimana penggunaan input atau masukan dapat ditekan seminimal mungkin tanpa harus mengurangi hasil produksi dari tanaman tersebut. Berbicara tentang penggunaan input yang merupakan ukuran produktivitas pada sistem pertanian di daerah tropis, termasuk Indonesia cenderung kepada sistem pertanian penggunaan input yang berubah ke salah satu dari dua keadaan ekstrem yaitu: •
Penggunaan input luar secara besar-besaran yang sering disebut “HEIA” (high external input agriculture). HEIA ini sangat tergantung pada input kimia buatan (pupuk, pestisida), benih hibrida, mekanisasi dengan memanfaatkan bahan bakar minyak dan juga irigasi. Sistem pertanian ini berorientasi pasar dan membutuhkan modal yang besar, selain itu karena pemanfaatan input buatan yang
berlebihan dan tidak seimbang
menimbulkan dampak besar bagi ekologi.
Universitas Sumatera Utara
•
Pemanfaatan sumber daya lokal yang semakin intensif dengan sedikit atau sama sekali tidak menggunakan input luar, hingga terjadi degradasi sumber daya alam yang disebut “LEIA” (low external input agriculture) Adapun sistem pertanian yang diharapkan pada waktu mendatang dapat
bersaing, produktif, menguntungkan, melindungi lingkungan, serta meningkatkan kesehatan,
kualitas
pangan,
dan
keselamatan
adalah
sistem
pertanian
berkelanjutan menggunakan input luar yang rendah atau disebut juga “LEISA” (low external input and sustainable agriculture) yaitu pertanian yang mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lokal tanpa mengesampingkan pemanfaatan input luar namun hanya sebagai pelengkap unsure-unsur yang kurang dalam ekosistem atau sumber daya lokal. LEISA tidak bertujuan untuk memaksimalkan produksi dalam jangka pendek, namun untuk mencapai tingkat produksi yang stabil dalam jangka panjang (Reijntjes et al, 2003).
Kualitas Lahan Kualitas lahan adalah sifat-sifat pengenal atau atribut yang bersifat kompleks dari sebidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaan yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu dan biasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan. Kualitas lahan ada yang bisa diestimasi atau diukur secara langsung di lapangan, tetapi pada umumnya ditetapkan berdasarkan karakteristik lahan (FAO, 1976). Kualitas lahan kemungkinan berperan positif atau negatif terhadap penggunaan lahan tergantung dari sifat-sifatnya. Kualitas lahan yang berperan positif adalah yang sifatnya menguntungkan bagi suatu penggunaan lahan.
Universitas Sumatera Utara
Sebaliknya kualitas lahan yang bersifat negatif karena keberadaannya akan merugikan terhadap penggunaan tertentu sehingga merupakan faktor pembatas. Sebagai contoh ketersediaan air bagi kebutuhan tanaman menurut Beek (1978) dipengaruhi antara lain oleh faktor iklim, topografi, drainase, tekstur, struktur dan konsistensi tanah, zona perakaran dan pecahan batuan/bahan kasar di dalam profil tanah. Kualitas lahan yang berhubungan dan berpengaruh terhadap hasil atau produksi tanaman, antara lain terdiri atas : • Ketersediaan air • Ketersediaan hara • Ketersediaan oksigen dalam zona perakaran • Kondisi dan sifat fisik dan morfologi tanah • Kemudahan lahan untuk diolah • Salinitas dan alkalinitas • Toksisitas tanah (misalnya aluminium, pirit) • Ketahanan terhadap erosi • Hama dan penyakit tanaman yang berhubungan dengan kondisi lahan • Bahaya banjir • Rezim temperatur • Energi radiasi • Bahaya unsur iklim terhadap pertumbuhan tanaman (angin, kekeringan) • Kelembaban udara yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
Universitas Sumatera Utara
Karakteristik Lahan Karakteristik lahan merupakan sifat lahan yang dapat diukur atau diduga. Menurut FAO (1976), karakteristik lahan terdiri atas : a. Karakteristik tunggal, misalnya total curah hujan, kedalaman tanah, lereng, dan lain lain. b. Karakteristik majemuk, misalnya permeabilitas tanah, drainase, kapasitas tanah menahan air, dan lain lain. Macam dan jumlah kualitas lahan dan karakteristik lahan dapat ditambah atau dikurangi sesuai dengan skala dan tujuan evaluasi serta kondisi lahan. Penentuan nilai-nilai karakteristik lahan yang berhubungan dengan kedalaman tanah seperti tekstur, kedalaman efektif, kapasitas tukar kation (KTK), reaksi tanah atau derajat kemasaman tanah (pH), unsur hara dalam tanah (N, P2O5, K2O) yang disesuaikan dengan kedalaman zona perakaran dari tanaman. Untuk kualitas lahan retensi hara (KTK, pH) dan ketersediaan hara karena relatif lebih mudah diatasi tidak merupakan pembatas utama, sehingga hasil penilaian kalau ada pembatas tersebut tidak akan menjatuhkan ke kelas N.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Hubungan antara karakteristik lahan dengan kualitas lahan. Kualitas Lahan
Karakteristik Lahan
Temperatur (tc)
Temperatur rata -rata (oC)
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm), Kelembaban (%), Lamanya bulan kering (bln)
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase
Keadaan media perakaran(rc)
Tekstur, Bahan kasar (%), Kedalaman tanah (cm)
Gambut
Ketebalan (cm), Ketebalan (cm) jika ada sisipan bahan mineral/pengkayaan, Kematangan
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol/kg), Kejenuhan basa (%), pH H2O, C-organik(%)
Toksisitas (xc)
Salinitas (dS/m)
Sodisitas (xn)
Alkalinitas/ESP (%)
Bahaya sulfidik (xs)
Kedalaman sulfidik (cm)
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%), Bahaya erosi
Bahaya banjir (fh)
Genangan
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%), Singkapan batuan (%)
Sumber: Djaenudin et al. (2003). Karakteristik lahan yang erat kaitannya untuk keperluan evaluasi lahan dapat dikelompokkan ke dalam 3 faktor utama, yaitu topografi, tanah dan iklim. Karakteristik lahan tersebut (terutama topografi dan tanah) merupakan unsur pembentuk satuan peta tanah.
Universitas Sumatera Utara
Topografi Topografi yang dipertimbangkan dalam evaluasi lahan adalah bentuk wilayah (relief) atau lereng dan ketinggian tempat di atas permukaan laut. Relief erat hubungannya dengan faktor pengelolaan lahan dan bahaya erosi. Sedangkan faktor ketinggian tempat di atas permukaan laut berkaitan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang berhubungan dengan temperatur udara dan radiasi matahari. Relief dan kelas lereng disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Bentuk wilayah dan kelas lereng No.
Relief
Lereng (%)
1.
Datar
<3
2.
Berombak/agak melandai
3-8
3.
Bergelombang/melandai
8-15
4.
Berbukit
15-30
5.
Bergunung
30-40
6.
Bergunung curam
40-60
7.
Bergunung sangat curam
> 60
Iklim Suhu Udara Ada dua komponen iklim yang paling mempengaruhi kemampuan lahan, yaitu temperatur dan curah hujan. Di daerah tropis, faktor yang mempengaruhi temperatur udara adalah elevasi (ketinggian tempat dari permukaan laut). Pada daerah yang data suhu udaranya tidak tersedia, suhu udara diperkirakan berdasarkan ketinggian tempat dari permukaan laut.
Universitas Sumatera Utara
Curah Hujan Data curah hujan diperoleh dari hasil pengukuran stasiun penakar hujan yang ditempatkan pada suatu lokasi yang dianggap dapat mewakili suatu wilayah tertentu. Pengukuran curah hujan dapat dilakukan secara manual dan otomatis. Secara manual biasanya dicatat besarnya jumlah curah hujan yang terjadi selama satu hari, yang kemudian dijumlahkan menjadi bulanan dan seterusnya tahunan. Sedangkan secara otomatis menggunakan alat-alat khusus yang dapat mencatat kejadian hujan setiap periode tertentu, misalnya setiap menit, setiap jam, dan seterusnya.
Tanah Faktor tanah dalam evaluasi kesesuaian lahan ditentukan oleh beberapa sifat atau karakteristik tanah di antaranya drainase tanah, tekstur, kedalaman tanah dan retensi hara (pH, KTK), serta beberapa sifat lainnya diantaranya alkalinitas, bahaya erosi, dan banjir/genangan. 1. Drainase Tanah Drainase tanah menunjukkan kecepatan meresapnya air dari tanah atau keadaan tanah yang menunjukkan lamanya dan seringnya jenuh air. Drainase tanah diklasifikasikan sebagai berikut: Berlebihan
: air yang berlebihan segera keluar dari tanah dan tanah hanya akan menahansedikit air sehingga tanaman akan segera kekurangan air.
Universitas Sumatera Utara
Baik
: tanah memiliki peredaran udara (aerasi) yang baik. Seluruh profil tanah dari atas sampai ke bawah >150 cm, berwarna terang dan seragam dan tidak terdapat karatan (bercak-bercak kuning coklat atau kelabu ).
Agak Baik
: tanah beraerasi baik di daerah perakaran. Tidak terdapat bercakbercak berwarna kuning, coklat atau kelabu pada lapisan atas dan bagian atas lapisan bawah (sampai sekitar 60 cm dari permukaan tanah).
Agak Buruk
: lapisan tanah atas beraerasi baik. Tidak terdapat bercak-bercak berwarna kuning, coklat atau kelabu. Bercak-bercak terdapat pada seluruh lapisan bawah (sekitar 40 cm dari permukaan tanah).
Buruk
: bagian bawah lapisan atas (dekat permukaan) terdapat warna atau bercak-bercak berwarna kelabu, coklat dan kekuningan.
Sangat Buruk : seluruh lapisan sampai permukaan tanah berwarna kelabu atau terdapat bercak-bercak berwarna kebiruan, atau terdapat air yang menggenang di permukaan tanah dalam waktu yang lama sehingga menghambat pertumbuhan tanaman.
Universitas Sumatera Utara
2. Tekstur Tekstur merupakan komposisi partikel tanah halus (diameter 2 mm) yaitu pasir, debu dan liat. Tekstur dapat ditentukan di lapangan seperti pengelompokan kelas tekstur di bawah ini: Halus
: Liat berpasir, liat, liat berdebu
Agak halus
: Lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu
Sedang
: Lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berrdebu, debu
Agak kasar
: Lempung berpasir
Kasar
: Pasir, pasir berlempung
Sangat halus : Liat 3. Bahan Kasar Bahan kasar adalah persentasi kerikil, kerakal atau batuan pada setiap lapisan tanah, dibedakan menjadi: Sedikit
: < 15 %
Sedang
: 15 - 35 %
Banyak
: 35 - 60 %
Sangat Banyak
: > 60 %
4. Kedalaman Tanah Kedalaman tanah, dibedakan menjadi: Sangat Dangkal
: < 20 cm
Dangkal
: 20 - 50 cm
Universitas Sumatera Utara
Sedang
: 50 - 75 cm
Dalam
: > 75 cm
5. Ketebalan Gambut Ketebalan gambut, dibedakan menjadi: Tipis
: < 60 cm
Sedang
: 60 - 100 cm
Agak Tebal
: 100 - 200 cm
Tebal
: 200 - 400 cm
Sangat Tebal
: > 400 cm
6. Bahaya Erosi Tingkat bahaya erosi dapat diprediksi berdasarkan kondisi lapangan, yaitu dengan cara memperhatikan adanya erosi lembar permukaan (sheet erosion), erosi alur (rill erosion), dan erosi parit (gully erosion). Pendekatan lain untuk memprediksi tingkat bahaya erosi yang relatif lebih mudah dilakukan adalah dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang (rata-rata) pertahun, dibandingkan tanah yang tidak tererosi yang dicirikan oleh masih adanya horizon A. Horizon A biasanya dicirikan oleh warna gelap karena relatif mengandung bahan organik yang lebih tinggi. Tingkat bahaya erosi tersebut disajikan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3: Tingkat bahaya erosi Tingkat bahaya erosi
Jumlah tanah permukaan yang hilang (cm/tahun)
Sangat ringan (sr)
< 0,15
Ringan (r)
0,15 - 0,9
Sedang (s)
0,9 - 1,8
Berat (b)
1,8 - 4,8
Sangat berat (sb)
> 4,8
7. Kemasaman Tanah Ditentukan atas dasar pH tanah pada kedalaman 0-20 cm dan 20-50 cm seperti dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini: Tabel 4. Kelas kemasaman (pH) tanah Kelas
pH tanah
Sangat masam
< 4,5
Masam
4,5 - 5,5
Agak masam
5,6 - 6,5
Netral
6,6 - 7,5
Agak alkalis
7,6 - 8,5
Alkalis
> 8,5
Universitas Sumatera Utara
Klasifikasi Kesesuaian Lahan Kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu lahan untuk suatu penggunaan tertentu, sebagai contoh lahan untuk irigasi, tambak, pertanian tanaman tahunan atau pertanian tanaman semusim. Kelas kesesuaian lahan suatu kawasan dapat berbeda-beda, tergantung penggunaan lahan yang dikehendaki. Klasifikasi kesesuaian lahan menyangkut pencocokan antara kualitas lahan dengan persyaratan penggunaan lahan yang dinginkan. Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka FAO (1976) dapat dibedakan menurut tingkatannya, yaitu tingkat ordo, kelas, subkelas dan unit. Ordo adalah keadaan kesesuaian lahan secara umum atau global. Pada tingkat ordo kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S=Suitable) dan lahan yang tidak sesuai (N=Not Suitable). Kelas adalah tingkat kesesuaian dalam tingkat ordo. Berdasarkan tingkat detail data yang tersedia pada masing-masing skala pemetaan. Pada tingkat kelas, lahan yang tergolong ordo Sesuai (S) dibedakan kedalam tiga kelas, yaitu : Sangat Sesuai (S1), Cukup Sesuai (S2), dan Sesuai Marginal (S3). Sedangkan lahan yang tergolong ordo Tidak Sesuai (N) tidak dibedakan atas kelas kesesuaian ke dalam kelas-kelas. Sub-kelas adalah keadaan tingkatan dalam kelas yang didasarkan pada jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan dalam kelas. Satuan (unit) adalah keadaan tingkatan dalam subkelas didasarkan pada perbedaan-perbedaan kecil yang berpengaruh dalam pengelolaannya. Pembagian dan defenisi secara kualitatif masing-masing kelas dengan menggunakan 3 kelas untuk ordo Sesuai dan 2 kelas untuk ordo Tidak Sesuai, adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
•
Kelas S1: Sangat Sesuai Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti atau nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau faktor pembatasnya bersifat minor dan tidak akan berpengaruh terhadap produktivitas lahan secara nyata.
•
Kelas S2 : Cukup Sesuai Lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor pembatas ini akan sangat berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan sedikit tambahan masukan (input) untuk mempertahankan tingkat pengelolaan lahan.
•
Kelas S3 : Sesuai Marginal Lahan mempunyai faktor pembatas yang sangat berat, dan faktor pembatasan ini akan sangat
berpengaruh terhadap
produktivitas,
memerlukan masukan yang lebih banyak dari pada lahan yang tergolong S2. Untuk mengatasi faktor pembatas pada S3 memerlukan modal yang tinggi. •
Kelas N : Tidak Sesuai Lahan yang tidak sesuai karena mempunyai faktor pembatas yang sangat berat dan sulit untuk diatasi sehingga tidak mungkin untu penggunaan yang lestari. Penujukkan kesesuaian bersyarat dilakukan dalam hal-hal tertentu untuk
menyingkat dan menyederhanakan penyajian. Menurut FAO (1976), sedapat mungkin penggunaan fase bersyarat ini dihindari dalam survei tanah, kecuali jika :
Universitas Sumatera Utara
a) Tanpa adanya kondisi yang dipenuhi, maka lahan tersebut termasuk tidak sesuai atau termasuk kedalam kelas sesuai yang paling rendah. b) Jika kondisi dipenuhi (misalnya dengan melakukan perbaikan terhadap faktor pembatas), maka kelas kesesuaian lahan menjadi nyata meningkat. c) Jika dibandingkan dengan luas daerah survei secara keseluruhan, maka luas lahan yang sesuai bersyarat tersebut sangat kecil.
Model Matching Model adalah suatu peniruan alam nyata, kendala yang sering dihadapi dalam merancangan suatu model ialah bahwa model yang disusun ternyata tidak mampu mencerminkan seluruh variabel alam nyata. Dalam sistem ini model dirumuskan sebagai fungsi yang menggambarkan hubungan antar objek-objek yang berperan dalam penentuan kesesuaian. Pada metode matching, kesesuaian dari seluruh parameter dibandingkan dengan tidak menggunakan pembobotan. Hasil tingkat kesesuaian lahan (KL) berdasarkan kesesuaian terendah dari parameter (Kki, Kkl, Kkte, Kkde, Kkh) yang ada, atau dapat digambarkan sebagai berikut: KL = Min (Kki, Kkl, Kkte, Kkde, Kkh) Keterangan: KL
= Kesesuaian lahan hasil matching (pencocokan)
Kki
= Kesesuaian iklim berupa curah hujan dan temperatur
Kkl
= Kesesuaian kemiringan lereng
Kkte
= Kesesuaian tekstur dan kedalaman efektif lahan
Kkde = Kesesuaian kelas drainase dan erosi Kkh
= Kesesuaian kandungan hara yaitu npk rata-rata, pH, ktk, kb dan c-org
Universitas Sumatera Utara
Sebagai contoh, apabila salah satu parameter menghasilkan kesesuaian N maka kesesuaian matching akan menghasilkan kesesuaian N. Oleh sebab itu, untuk hasil kesesuaian S1 hanya bisa didapatkan apabila semua parameter memiliki kesesuaian S1 (Simanjuntak, 2009).
Sistem Pendukung Keputusan Defenisi
Defenisi awal sistem pendukung keputusan (SPK) menunjukkan SPK sebagai sebuah sistem yang dimaksudkan untuk mendukung para pengambil keputusan manajerial dalam situasi keputusan semiterstruktur. SPK dimaksudkan untuk menjadi alat bantu bagi para pengambil keputusan untuk memperluas kapabilitas mereka, namun tidak untuk menggantikan penilaian mereka. SPK ditujukan untuk keputusan-keputusan yang memerlukan penilaian atau pada keputusan-keputusan yang sama sekali tidak dapat didukung oleh algoritma. Beberapa ahli memberikan defenisi mengenai SPK sebagai berikut: Sistem pendukung keputusan merupakan suatu sistem interaktif, yang membantu pengambilan keputusan melalui penggunaan data dan model-model keputusan untuk memecahkan masalah-masalah yang sifatnya semistruktur dan tidak terstruktur. Menurut Gorry dan Scott Morton (1971) Sistem pendukung keputusan adalah sistem berbasis komputer interaktif, yang membantu para pengambil keputusan untuk menggunakan data dan berbagai model untuk memecahkan masalah-masalah tidak terstruktur.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Keen dan Scott Morton (1978) sistem pendukung keputusan memadukan sumber daya intelektual dari individu dengan kapabilitas komputer untuk meningkatkan kualitas keputusan. SPK adalah sistem pendukung berbasis komputer bagi para pengambil keputusan manajemen yang menangani masalahmasalah tidak terstruktur. SPK merupakan suatu cara untuk mengatur atau mengorganisir informasi dengan tujuan penggunaan dalam pengambilan keputusan (Kendall dan Kendall, 1992). SPK secara tidak langsung memberikan output dalam bentuk laporan, tetapi lebih bertujuan untuk menyediakan atau menunjang proses pengambilan keputusan melalui penyajian informasi yang di disain untuk pemecahan masalah dan kebutuhan aplikasi. Jadi, SPK tidak dapat menggantikan pengambilan keputusan menajerial dengan membuat keputusan untk pengguna (Render dan Stair, 1994). SPK adalah sistem yang memberi penekanan pada proses, bukan pada produk seperti halnya sistem informasi manajemen (Management Information System = MIS). Interaksi antara pengambil keputusan (Decision Maker = DM) dengan sistem merupakan fokus dalam SPK. Melalui interaksi dalam sistem, DM akan diberikan pilihan atau alternatif oleh SPK yang dapat membantu DM dalam membuat keputusan. O’Brien (1990) menuliskan bahwa SPK terdiri dari beberapa komponen, yaitu : •
Perangkat keras (hardware resource) berupa sistem komputer yang terhubung dengan jaringan telekomunikasi
Universitas Sumatera Utara
•
Perangkat lunak (software resource) terdiri dari paket software SPK yang disebut SPK generator, yang meliputi modul basis data, model dan manajemen dialog
•
Basis data yang mengandung data dan informasi yang diekstrak dari suatu organisasi, data eksternal, dan basis data manajer
•
Basis model yang merupakan kumpulan dari model matematis dan teknik analitis yang disimpan dalam berbagai modul program dan file.
•
Sumber daya manusia (people resources) yaitu manajer atau staf spesialis untuk mengeksplorasi alternatif keputusan. Penerapan SPK telah berkembang di berbagai bidang, termasuk bidang
pertanian. Baik tanaman pangan maupun tanaman perkebunan telah mulai menggunakan SPK. Untuk tanaman suatu komoditi yang sama bisa terdapat lebih dari satu SPK, terutama disebabkan sudut pandang perancang SPK yang berbeda.
Karakteristik dan nilai guna Berbagai karakteristik yang membedakan SPK dengan sistem informasi lain yaitu: 1. SPK
dirancang
untuk
membantu
pengambil
memecahkan masalah yang sifatnya
keputusan
dalam
semistruktur ataupun tidak
terstruktur 2. Dalam
proses
pengolahannya,
SPK
mengkombinasikan
model-
model/teknik-teknik analisis dengan teknik pemasukan data konvensional serta fungsi-fungsi pencari informasi.
Universitas Sumatera Utara
3. SPK, dirancang sedemikian rupa sehingga dapat digunakan/dioperasikan dengan mudah oleh orang-orang yang tidak memiliki dasar pengoperasian komputer yang tinggi. Oleh karena itu pendekatan yang digunakan biasanya model interaktif. 4. SPK dirancang dengan menekankan pada aspek fleksibelitas serta kemampuan adaptasi yang tinggi. Sehingga mudah disesuaikan dengan berbagai perubahan lingkungan yang terjadi pada kebutuhan pemakai. Dengan berbagai karakter khusus seperti yang dikemukakan di atas, SPK dapat memberikan berbagai manfaat atau keuntungan bagi pemakainya. Keuntungan dimaksud di antaranya meliputi: 1. SPK memperluas kemampuan pengambil keputusan dalam memproses data/informasi bagi pemakainya. 2. SPK membantu pengambil kepuutusan dalam hal penghematan waktu yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah terutama berbagai masalah yang sangat kompleks dan tidak terstruktur. 3. SPK dapat menghasilkan solusi dengan lebih cepat serta hasilnya dapat diandalkan 4. Walaupun suatu SPK, mungkin saja tidak mampu memecahkan masalah yang dihadapi oleh pengambil keputusan, namun ia mampu menjadi stimulan bagi pengambil keputusan dalam memahami persoalannya. Karena SPK mampu manyajikan berbagai alternatif. 5. SPK dapat menyediakan bukti tambahan untuk memberikan pembenaran sehingga dapat memperkuat posisi pengambil keputusan.
Universitas Sumatera Utara
Di samping berbagai keuntungan dan manfaat seperti dikemukakan di atas, SPK juga memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya adalah: 1. Ada beberapa kemampuan manajemen dan bakat manusia yang tidak dapat dimodelkan, sehingga model yang ada dalam sistem tidak semuanya mencerminkan persoalan sebenarnya. 2. Kemampuan suatu SPK terbatas pada perbendaharaan pengetahuan yang dimilikinya (pengetahuan dasar serta model dasar) 3. Proses-proses yang dapat dilakukan oleh SPK biasanya tergantung juga pada kemampuan perangkat lunak yang digunakannya 4. SPK tidak memiliki kemampuan intuisi seperti yang dimiliki oleh manusia. Karena walau bagaimana pun canggihnya suatu SPK, dia hanyalah suatu kumpulan perangkat keras, perangkat lunak dan sistem operasi yang tidak dilengkapi dengan kemampuan berpikir.
Komponen SPK SPK terdiri atas tiga komponen utama atau subsistem yaitu: 1. Subsistem data Subsistem data atau yg dikenal dengan data base merupakan komponen SPK penyedia data bagi sistem. Data dimaksud disimpan dalam suatu pangkalan data (data base) yang dioganisasikan oleh suatu sistem yang disebut dengan sistem manajemen pangkalan data (Data Base Management System/DBMS). Melalui manajemen pangkalan data inilah data dapat diambil dan diekstraksi dengan cepat.
Universitas Sumatera Utara
2. Subsistem model Subsistem model atau yang dikenal dengan model base merupaka salah satu keunikan SPK. Keunikan dari SPK adalah kemampuannya dalam mengintegrasikan data dengan model-model keputusan. Kalau
pada
pangkalan data, organisasi data dilakukan oleh manajemen pangkalan data, maka dalam hal ini ada fasilitas tertentu yang berfungsi sebagai pengelola berbagai model yang disebut dengan pangkalan model. Model adalah suatu peniruan dari alam nyata. Kendala yang sering kali dihadapi dalam merancang suatu model adalah bahwa model yang disusun ternyata tidak mampu mencerminkan seluruh variabel alam nyata, sehingga keputusan yang diambil tidak akurat dan tidak sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu, dalam menyimpan berbagai model pada sistem pangkalan model harus tetap dijaga fleksibilitasnya. Artinya harus ada fasilitas yang mampu membantu pengguna untuk memodifikasi atau menyempurnakan model, seiring dengan perkembangan pengetahuan.
3. Subsistem dialog Subsistem dialog atau yg dikenal dengan user system interface memiliki keunikan lain dalam SPK. Keunikan lainnya adalah adanya fasilitas yang mampu mengintegrasikan sistem terpasang dengan pengguna secara interaktif. Fasilitas atau subsistem ini dikenal sebagai subsistem dialog. Melalui sistem dialog inilah sistem diartikulasikan dan diimplementasikan sehingga pengguna atau pemakai dapat berkomunikasi dengan sistem yang dirancang. Fasilitas yang dimiliki oleh subsistem ini dapat dibagi atas tiga komponen, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
• Bahasa aksi (action language), yaitu suatu perangkat lunak yang dapat digunakan pengguna untuk berkomunikasi dengan sistem. Komunikasi ini dilakukan melalui berbagai pilihan media seperti, keyboard, joystick, atau key function lainnya. • Bahasa tampilan (display atau presentation language), yaitu suatu perangkat yang berfungsi sebagai sarana untuk menampilkan sesuatu. Peralatan yang digunakan untuk merealisasikan tampilan ini diantaranya adalah printer, grafik monitor, plotter, dan lain-lain • Basis pengetahuan (knowledge base), yaitu bagian yang mutlak diketahui oleh pengguna sehingga sistem yang dirancang dapat berfungsi secara efektif. Kombinasi dari berbagai kemampuan di atas dikenal sebagai gaya dialog (dialog style). Gaya dialog ini terdiri atas beberapa jenis, diantaranya: 1. Dialog perintah Dalam dialog ini pengguna memberikan perintah-perintah yang tersedia pada sistem untuk menjalankan fungsi yang ada pada SPK. 2. Dialog tanya jawab Dalam dialog ini, sistem bertanya kepada pengguna, dan pengguna menjawab, kemudian dari hasil dialog ini sistem akan menawarkan alternatif keputusan yang dianggap memenuhi keinginan pengguna. 3. Dialog menu Model dialog ini merupakan gaya dialog yang paling populer dalam SPK. Dalam hal ini pengguna dihadapkan pada berbagai alternatif menu yang telah disediakan sistem. Menu ini akan ditampilkan pada monitor. Dalam
Universitas Sumatera Utara
menentukan pilihannya pengguna sistem cukup menekan tombol-tombol tertentu, dan setiap pilihan akan menghasilkan respon/jawaban tertentu. 4. Dialog masukan/keluaran Dialog ini menyediakan form input atau masukan. Melalui media ini, pengguna memasukkan perintah dan data. Disamping form input, juga disediakan form keluaran yang merupakan respon dari sistem. Setelah memeriksa keluaran, penggunaan dapat mengisi form masukan lainnya untuk melanjutkan dialog berikutnya.
Proses pembangunan SPK Pada dasarnya, Daihani (2001) untuk membangun suatu SPK dikenal 8 tahapan sebagai berikut: 1. Perencanaan Pada tahap ini yang paling penting dilakukan adalah perumusan masalah serta penentuan tujuan dibangunnya SPK. Langkah ini merupakan langkah awal yang sangat penting, karena akan menentukan pemilihan jenis SPK yang akan dirancang serta metode pendekatan yang akan dipergunakan. 2. Penelitian Berhubungan dengan pencarian data serta sumber daya yang tersedia. 3. Analisis Dalam tahap ini termasuk penentuan teknik pendekatan yang akan dilakukan serta sumber daya yang dibutuhkan.
Universitas Sumatera Utara
4. Perancangan Pada tahap ini dilakukan perancangan dari ketiga subsistem utama SPK yaitu subsistem basis data, subsistem model dan subsistem dialog. 5. Konstruksi Tahap ini merupakan kelanjutan dari perancangan, dimana ketiga subsistem yang ada digabungkan menjadi suatu SPK. 6. Implementasi Tahap ini merupakan penerapan SPK yang dibangun. Pada tahap ini terdapat beberapa tugas yang harus dilakukan yaitu testing, evaluasi, penampilan, orientasi, pelatihan, dan penyebaran. 7. Pemeliharaan Merupakan tahap yang harus dilakukan secara terus menerus untuk mempertahankan keandalan sistem 8. Adaptasi Dalam tahap ini dilakukan pengulangan terhadap perubahan kebutuhan pengguna Sehubungan dengan permasalahan yang sering dihadapi dalam pembuatan sebuah keputusan adalah permasalahan bersifat tidak terstruktur dan atau semi terstruktur, maka dalam hal ini persepsi seorang pengambil keputusan akan kebutuhan sebuah informasi sangat diperlukan, namun demikian dari informasi yang telah diperoleh seringkali juga tidak dapat memenuhi sebuah penyelesaian yang baik. Oleh karena itu banyak sekali terjadi dalam pembangunan sebuah SPK sering dilakukan melalui suatu proses prototipe.
Universitas Sumatera Utara
Teknologi Web Salah satu teknologi internet yang cepat berkembang adalah World Wide Web (WWW) yang disingkat menjadi Web. Web menggunakan protokol yang disebut HTTP (Hyper Text Transfer Protocol) yang bekerja diatas protokol TCP/IP. HTTP mengatur komunikasi antara Web-server dengan Client (komputer pemakai) dengan cara mengirim file home-page/web-page yang diakses oleh user melalui web-browser dari server ke client, kemudian menampilkan isi file tersebut di monitor user. Seseorang atau satu organisasi yang ingin menampilkan informasi untuk konsumsi publik di internet dapat merancang file home-page/web-page-nya dan kemudian meletakkannya disuatu Web-server yang dikelola oleh penyedian layanan web. File home-page ini kemudian diberi alamat yang biasa disebut sebagai URL (Universal Resource Locator), format URL adalah sebagai berikut: http://www.nama_org.jenis/index.html (Raharjo, 2010). Ketika seorang pengguna akan mengakses suatu situs Web, maka pertama dia harus mengaktifkan sebuah program Web-browser. Tersedia berbagai macam program Web-browser, atau disingkat browser saja, antara lain seperti: Internet Explorer (IE) yang menjadi bagian dari sistem operasi Microsoft Windows, Opera, Mozilla, dan sebagainya. Ketika browser sudah aktif maka alamat URL diketik pada kolom address, kemudian browser akan menghubungkan komputer client dengan server pada alamat yang dituju melalui protokol http, sehingga file home-pagenya ditampilkan oleh browser. File halaman web (web-page) ditulis dengan bahasa HTML (Hyper Text Markup Language), keistimewaan dari bahasa ini adalah fasilitas hypertext yang
Universitas Sumatera Utara
disebut sebagai hyper-link atau link, yang dapat menghubungkan satu file html dengan file html lainnya sehingga dokumen informasi dapat disusun sesuai dengan susunan yang dikehendaki oleh perancang web-page. File HTML dapat dibangun melalui editor-text atau melalui perangkatlunak pembangkit kode HTML seperti Front-Page dan dreamweaver. Perangkat lunak pembangkit kode HTML menyediakan berbagai fasilitas sehingga dapat dihasilkan web-page yang professional. Pada dasarnya kode HTML hanya mampu menyajikan tayangan statis, seperti teks dan gambar. Selain kode HTML suatu file web-page dapat mengandung berbagai kode lain, seperti Javascript, PHP, Java Applet, dan Perl. Kode tambahan tersebut menjadikan suatu web-page bisa menjadi dinamis, seperti menjalankan program, membuat sistem data-entry, dan meng-akses database (Heryanto, 2009).
Web-Portal
Suatu situs web (website) bisa diperlengkapi dengan berbagai fasilitas, seperti search engine (mesin pencari), yang bisa digunakan untuk mencari informasi berdasarkan suatu kata kunci (keyword), information directory, direktori yang memudahkan pengunjung mencari data/informasi karena informasi dikelompokkan menurut jenisnya, e-mail server, server untuk mengatur e-mail pengguna, atau fasilitas untuk membentuk grup diskusi. Situs web yang lengkap dengan fasilitas tersebut disebut web portal. Berbagai portal yang terkenal adalah: Google (www.google.com), dan Yahoo (www.yahoo.com).
Universitas Sumatera Utara
Plug-ins
Suatu browser biasanya tidak memiliki semua fasilitas untuk menampilkan objek-objek yang dituliskan dalam HTML dari web-page, misalkan ada musik atau video yang harus ditampilkan, padahal browser-nya tidak bisa memainkan objek-objek tersebut. Browser bisa diperlengkapi dengan perangkat lunak tambahan yang disebut plug-in, software ini bisa di-ambil (download) dari situs lain, kemudian di-instal pada browser. Beberapa jenis plug-in yang sering didownload adalah sebagai berikut: •
Acrobat Readerprogram buatan Adobe untuk menampilkan dokumen pdf (portable document format)
•
Quick Time program ciptaan Apple Computer untuk menampilkan animasi, video, dan film.
•
Flash Player program ciptaan Macromedia untuk menayangkan objek flash, seperti flash-movie atau file swf (shockwave file)
•
Real Jukebox program untuk memainkan musik mp3.
•
Real Player program untuk memainkan video streaming dan audio streaming.
•
Windows Media Player program untuk memainkan file audio dan file video.
Ketika file audio dan file video akan dimainkan, maka pada hakekatnya file-nya diambil dari server dan dikirim ke komputer client, setelah file ini ada di memory komputer client maka plug-in mengambilalih untuk memainkannya. Teknologi streaming memungkinkan file bisa segera dimainkan walaupun belum
Universitas Sumatera Utara
selesai di-download, jadi Video dan audio streaming adalah file video dan audio yang segera dimainkan ketika download dimulai tanpa menunggu akhir file. Dengan plugin Real Player maka pengguna dapat menikmati siaran radio melalui internet atau web. Beberapa siaran TV di dunia dapat dinikmati dengan plug-in Windows Media Player (Meloni, 2002).
e-Tehnology
Teknologi web dengan kemampuannya menyajikan informasi statis dan dinamis telah memicu munculnya berbagai layanan berbasis web, misalnya muncul berbagai situs yang melayani jual-beli produk secara online yang dikenal sebagai e-commerce, situs yang menyelenggarakan pendidikan secara online atau e-learning, cyber-campus, dan sebagainya. Semua layanan online ini diberi nama yang diawali huruf e- (electronic based), dan kemudian disimpulkan dalam bentuk e-technology. Semua e-technology memiliki infrastruktur yang serupa, antara lain: networking atau infrastruktur jaringan, communicatin protocol atau protokol yang mengatur komunikasi, network security atau keamanan jaringan, payment system atau sistem pembayaran online, serta berbagai perangkat lunak yang mendukung operasi online: HTML, XML, SQL, PHP, search engine, multimedia (Meloni, 2002).
Universitas Sumatera Utara