6
II.
2.1
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi, Jenis-Jenis dan Fungsi Kredit Menurut asal mulanya, kata kredit berasal dari kata credere yang artinya
adalah kepercayaan, maksudnya adalah apabila seseorang memperoleh kredit maka berarti mereka memperoleh kepercayaan (Kasmir, 2004 dalam Andriyani, 2008). Sedangkan, bagi pemberi kredit artinya memberikan kepercayan kepada seseorang bahwa uang yang dipinjamkan pasti kembali. Bila dikaitkan dengan kegiatan usaha, kredit berarti suatu kegiatan memberikan nilai ekonomi kepada seseorang atau badan usaha berlandaskan kepercayaan saat itu, bahwa nilai ekonomi yang sama akan dikembalikan kepada kreditur setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan yang sudah disetujui kreditur dan debitur. Pengertian kredit menurut Undang-Undang Perbankan nomor 10 tahun 1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa kredit dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang, misalnya bank membiayai kredit untuk pembelian rumah. Kesepakatan yang terjadi antara bank (kreditur) dan nasabah (debitur) akan menghasilkan perjanjian yang mencakup hak dan kewajiban masing-masing pihak, termasuk jangka waktu serta besarnya bunga yang ditetapkan bersama.
7
Beragamnya jenis kegiatan usaha mengakibatkan beragam pula kebutuhan akan jenis kreditnya. Dalam praktiknya, pemberian fasilitas kredit oleh bank kepada masyarakat dan dunia usaha dikelompokkan ke dalam beberapa jenis. Pembagian jenis ini ditujukan untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu mengingat setiap jenis usaha memiliki berbagai karakteristik tertentu. Dilihat dari segi kegunaan, kredit dibagi menjadi dua jenis, yaitu kredit investasi dan kredit modal kerja. Kredit investasi adalah kredit yang digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek dan pabrik baru dimana masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih lama dan biasanya kegunaan kredit ini adalah untuk kegiatan utama perusahaan. Kredit modal kerja merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam kegiatan operasionalnya, misalnya untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan. Jika dilihat dari segi tujuan pemakaian, kredit dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu kredit produktif, kredit konsumtif, dan kredit perdagangan. Kredit produktif adalah kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha, produksi atau investasi. Kredit ini diberikan dengan tujuan pemakaian untuk menghasilkan barang dan jasa. Kredit konsumtif merupakan kredit yang digunakan untuk konsumsi atau dipakai secara pribadi. Kredit perdagangan merupakan kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut.
8
Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian antara lain sebagai berikut : 1. Kredit dapat meningkatkan daya guna dari uang, dalam arti : a. Para pemilik uang atau modal dapat secara langsung meminjamkan uangnya
kepada
para
pengusaha
yang
memerlukan
untuk
meningkatkan produksi atau usahanya. b. Para pemilik uang atau modal dapat menyimpan uangnya pada lembaga-lembaga keuangan, yang kemudian oleh lembaga-lembaga keuangan tersebut diusahakan dalam bentuk pemberian kredit. 2. Kredit perbankan yang ditarik tunai dapat meningkatkan peredaran uang kartal sehingga arus lalu lintas uang akan berkembang. 3. Kredit dapat meningkatkan daya guna dari barang dalam arti dengan mendapat kredit para pengusaha dapat memproses bahan baku menjadi barang jadi sehingga daya guna barang tersebut menjadi meningkat. 4. Kredit dapat menjadi salah satu alat stabilisasi ekonomi dalam arti bila keadaan ekonomi kurang sehat, kebijakan diarahkan kepada usaha-usaha antara lain untuk peningkatan ekspor dan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat. 5. Kredit dapat meningkatkan kegairahan berusahan masyarakat dalam arti bantuan kredit yang diberikan oleh bank akan dapat mengatasi kekurangmampuan para pengusaha dibidang permodalan tersebut sehingga para pengusaha akan dapat meningkatkan usahanya.
9
6. Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan dalam arti dengan bantuan kredit dari bank para pengusaha dapat memperluas usahanya dan mendirikan proyek-proyek baru. Apabila perluasan usaha serta pendirian proyek-proyek baru telah selesai maka untuk mengelolanya diperlukan pula tenaga kerja, maka pemerataan pendapatan akan meningkat pula. 7. Kredit dapat sebagai alat hubungan ekonomi internasional dalam arti bank-bank besar di luar negeri yang mempunyai jaringan usaha dapat memberikan bantuan dalam bentuk kredit baik secara langsung maupun tidak langsung kepada perusahaan-perusahaan di dalam negeri.
2.2
Pasar Modal
2.2.1 Definisi Pasar Modal Umumnya produk-produk (sekuritas) yang ditawarkan di pasar modal adalah saham biasa, saham preferen, berbagai jenis obligasi, dan produk-produk derivatif. Pasar modal menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1995 adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, yaitu perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga atau profesi yang berkaitan dengan efek. Adapun efek yang dimaksud disini adalah surat berharga atau saham. Sedangkan menurut Usman dalam Anoraga dan Pakarti (2006), pasar modal adalah pelengkap sektor keuangan terhadap dua lembaga lainnya yaitu bank dan lembaga pembiayaan. Pasar modal memberikan jasanya yaitu
10
menjembatani hubungan antara pemilik modal dalam hal ini disebut sebagai pemodal (investor) dengan emiten (perusahaan yang go public). Pasar modal dibedakan menjadi pasar perdana dan pasar sekunder. Pasar perdana adalah pasar bagi sekuritas atau efek yang pertama kali diterbitkan atau diumumkan dalam pasar modal, sedangkan pasar sekunder adalah pasar bagi efek yang sudah ada, dan sudah diperdagangkan dalam pasar modal. Pada pasar sekunder harga efek ditentukan oleh mekanisme pasar. Perkembangan pasar modal secara langsung dipengaruhi oleh banyaknya jumlah perusahaan yang menjual saham atau obligasi melalui pasar modal, jumlah emisi, perkembangan perusahaan-perusahaan yang telah memasyarakatkan saham, serta kegiatan jual beli saham atau obligasi antar anggota masyarakat yang dilakukan setiap hari di pasar sekunder. Pada pasar sekunder ini harga saham akan terbentuk atas dasar kekuatan permintaan dan penawaran, sehingga mencerminkan bagaimana penilaian investor atau calon investor terhadap pendapatan dan risiko dari masingmasing saham yang diperdagangkan. Hal ini secara tidak langsung mencerminkan penilaian investor terhadap perusahaan emiten. Menurut Haditomo (2005), perkembangan pasar modal juga dipengaruhi oleh kondisi perekonomian secara umum, karena keadaan ekonomi secara langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi perkembangan dunia usaha. Situasi ekonomi yang lesu berakibat banyak perusahaan yang menderita rugi, sehingga pendapatan bagi pemegang saham menurun atau bahkan perusahaan tidak mampu membayar deviden. Kondisi yang demikian akan menurunkan minat masyarakat untuk melakukan investasi dalam bentuk saham, karena pendapatan
11
saham berupa deviden sangat tergantung pada kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Keadaan yang sebaliknya akan terjadi apabila situasi ekonomi akan membaik. Suta (1996) mengatakan bahwa pasar modal di Indonesia mempunyai jangkauan dan misi yang lebih luas. Jangkauan yang hendak dirangkum adalah mencakup tiga aspek mendasar. Ketiga aspek tersebut adalah : 1. Mempercepat proses perluasan pengikutsertaan masyarakat dalam pemilikan saham perusahaan, 2. Aspek pemerataan pemilikan saham perusahaan dan 3. Menggairahkan partisipasi masyarakat dalam penghimpunan dana untuk digunakan secara produktif. Kehadiran pasar modal di Indonesia harus dapat didayagunakan untuk memberikan manfaat bagi pemerintah, perusahaan dan masyarakat. Bagi pemerintah dampak positifnya adalah adanya pemupukan modal dalam negeri. Bagi masyarakat, daya tarik dan manfaat yang diperoleh adalah upaya untuk menambah nilai uang. Oleh karenanya, pasar modal di Indonesia merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan disamping sumber-sumber lain seperti tabungan pemerintah, kredit perbankan, PMA, PMDN, bantuan luar negeri dan investasi dalam perusahaan.
2.2.2 Instrumen Pasar Modal Menurut Anoraga dan Pakarti (2006), pasar modal memperdagangkan instrumen pasar modal, yaitu semua surat-surat berharga (securities) yang
12
diperdagangkan di bursa. Instrumen pasar modal tersebut antara lain saham, obligasi dan lain-lain. a. Saham Menurut Anoraga dan Pakarti (2006), saham dapat didefinisikan sebagai surat berharga bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan. Kepemilikan saham di suatu perusahaan akan memberikan manfaat yang dapat diperoleh yaitu: 1. Deviden, adalah bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemilik saham. 2. Capital gain, adalah keuntungan yang diperoleh dari selisih harga jual dengan harga belinya. 3. Manfaaat non-finansial yaitu timbulnya kebanggaan dan kekuasaan memperoleh hak suara dalam menentukan jalannya perusahaan. Saham dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock). Saham biasa merupakan saham yang tidak memperoleh hak istimewa. Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memperoleh deviden sepanjang perseroan memperoleh keuntungan, sedangkan saham preferen merupakan saham yang diberikan atas hak untuk mendapatkan deviden atau bagian kekayaan pada saat perusahaan dilikuidasi terlebih dahulu dari saham biasa, disamping itu mempunyai preferensi untuk mengajukan usul pencalonan direksi atau komisaris (Anoraga dan Pakarti, 2006).
13
b. Obligasi Obligasi merupakan bukti pengakuan utang dari perusahaan. Obligasi mengandung suatu perjanjian atau kontrak yang melibatkan kedua belah pihak, antara pemberi pinjaman dan penerima pinjaman. Penerbit obligasi menerima pinjaman dari pemegang obligasi dengan ketentuan-ketentuan yang sudah diatur, baik mengenai jatuh tempo pelunasan utang, bunga yang dibayarkan, besarnya pelunasan dan ketentuan-ketentuan tambahan lainnya (Anoraga dan Pakarti, 2006).
2.3 Indeks Harga saham Gabungan (IHSG) Berbicara tentang kegiatan pasar modal saat ini tidak terlepas dari apa yang disebut dengan Indeks Harga Saham Gabungan. Untuk mengetahui bagaimana kegiatan ekonomi bergerak, naik atau turun, banyak orang akan melihatnya dari sisi indeks yang dicapai pada saat itu. Secara sederhana, indeks harga adalah suatu angka yang digunakan untuk membandingkan suatu peristiwa dengan peristiwa lainnya (Anoraga dan Pakarti, 2006). Demikian juga dengan indeks harga saham, indeks di sini akan membandingkan perubahan harga saham dari waktu ke waktu. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan pergerakan harga saham secara umum yang tercatat di bursa efek. Indeks inilah yang paling banyak digunakan dan dipakai sebagai acuan tentang perkembangan kegiatan di pasar modal. IHSG bisa dipakai untuk menilai situasi pasar secara umum atau mengukur apakah harga saham mengalami kenaikan atau penurunan. IHSG
14
melibatkan seluruh harga saham yang tercatat di bursa (Anoraga dan Pakarti, 2006). Untuk perhitungan Indeks Harga Saham Gabungan ini kita harus menjumlahkan seluruh harga saham yang tercatat. Rumus untuk menghitung Indeks Harga Saham Gabungan menurut Anoraga dan Pakarti (2006) adalah sebagai berikut: IHSG =
x 100%
(1)
dimana: Σ Ht = Total harga semua saham pada waktu yang berlaku Σ H0 = Total harga semua saham pada waktu dasar
2.4 Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Sejak diberlakukannya Inflation Targetting Framework (ITF) di Indonesia, BI rate digunakan sebagai sinyal respon kebijakan moneter dan sasaran operasionalnya.
Banjarnahor
(2008)
menjelaskan
bahwa
BI
rate
diimplementasikan melalui SBI (Sertifikat Bank Indonesia) periode satu bulan karena beberapa pertimbangan. Pertama, SBI satu bulan telah digunakan sebagai benchmark oleh perbankan dan pelaku pasar di Indonesia dalam berbagai aktivitasnya. Kedua, SBI satu bulan sebagai sasaran operasional akan memperkuat sinyal respon kebijakan moneter yang ditempuh BI. Ketiga, SBI satu bulan mampu mentransmisikan kebijakan moneter ke sektor keuangan dan ekonomi. Kebijakan moneter dengan meningkatkan suku bunga SBI akan mengurangi jumlah dana yang digunakan untuk kredit (lending capacity). Hal ini
15
disebabkan karena bank akan lebih tertarik menanamkan dananya pada SBI yang bebas resiko.
2.5 Teori Inflasi Menurut Friedman dalam Mankiw (2003) inflasi merupakan suatu fenomena moneter dan terjadi apabila kenaikan jumlah uang yang beredar lebih cepat daripada output. Menurut Lipsey et al., (1997) inflasi adalah kenaikan ratarata semua
tingkat
harga.
Terkadang,
kenaikannya
terus-menerus
dan
berkepanjangan sehingga harus dibatasi. Naiknya harga-harga secara umum ini mengakibatkan nilai riil dari suatu mata uang terhadap barang dan jasa, atau yang lebih dikenal dengan istilah daya beli, menurun. Sementara tingkat harga merupakan rata-rata tertimbang harga barang dan jasa di perekonomian yang diukur dengan indeks harga. Indeks harga yang banyak digunakan adalah indeks harga konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI), PDB deflator dan Whole Price Index (WPI). Namun hampir semua negara dalam perhitungan inflasi menggunakan IHK. Inflasi dapat dibedakan antara inflasi inti (core inflation) dan inflasi sesaat (noise). Adapun indikator inflasi yaitu : 1. Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan indikator yang umumnya digunakan untuk menggambarkan pergerakan harga. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat.
16
2. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan
harga dari suatu komoditi yang
diperdagangkan di suatu daerah (Mustikaati, 2007)
2.6
Indeks Harga Konsumen (IHK) Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI), sering
digunakan untuk menentukan biaya hidup dan dahulu disebut cost-of-living index, mengukur perubahan harga untuk suatu kombinasi belanja barang dan jasa. Jika GDP mengubah jumlah berbagai barang dan jasa menjadi sebuah angka tunggal yang mengukur nilai produksi, maka IHK mengubah harga berbagai barang dan jasa menjadi sebuah indeks tunggal yang mengukur seluruh tingkat harga. IHK juga dapat didefinisikan sebagai harga sekelompok barang dan jasa relatif terhadap harga sekelompok barang dan jasa yang sama pada tahun dasar (Mankiw, 2003).
2.7
Pertumbuhan Ekonomi Teori pertumbuhan ekonomi modern diawali dengan model Harrord
Domar, yaitu pertumbuhan ekonomi (gy) sama dengan produktivitas kapital (ợ) dikalikan dengan tingkat tabungan (s). Jika produktivitas dianggap konstan maka pertumbuhan ekonomi secara langsung berhubungan dengan tabungan atau investasi. Bank lending channel adalah salah satu channel investasi melalui penyaluran kredit investasi oleh perbankan. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi dan kredit berhubungan secara implisit (Linda, 2007).
17
Mankiw (2003) menyatakan bahwa salah satu variabel makroekonomi sebagai ukuran terbaik dalam kinerja perekonomian adalah Gross Domestic Product (GDP) yang terbagi menjadi GDP nominal dan GDP riil. GDP mengukur total produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit produksi yang menunjukkan perkembangan pendapatan agregat periode tertentu dan mewakili pertumbuhan ekonomi suatu negara. Indikator pertumbuhan ekonomi lain yang mengukur output produksi riil adalah Industrial Production Index (IPI). Linda (2007) menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi dalam periode bulanan dinilai lebih representatif menggunakan IPI dibanding GDP riil. IPI diukur dari beberapa sektor seperti manufaktur, pertambangan, dan industri. IPI digunakan sebagai salah satu indikator koinsiden, yaitu perubahan pada indikator ini biasanya mengindikasikan perubahan yang sama pada aktivitas ekonomi keseluruhan atau dengan kata lain akan merefleksikan perubahan GDP.
2.8
Nilai Tukar Nilai tukar suatu mata uang didefinisikan sebagai harga relatif dari suatu
mata uang terhadap mata uang lainnya (Bank Indonesia, 2004). Pada dasarnya terdapat tiga sistem nilai tukar, yaitu sistem nilai tukar tetap, sistem nilai tukar mengambang terkendali, dan sistem nilai tukar mengambang. Pemilihan sistem yang diterapkan akan tergantung pada kondisi perekonomian negara. Semakin terbukanya perekonomian suatu negara menyebabkan nilai tukar menjadi faktor penting yang harus diperhatikan dalam perekonomian (Kassim et al., 2009).
18
Jika dilihat dari cara perhitungannya, menurut Mankiw (2003), nilai tukar atau kurs dibagi menjadi 2, yaitu: (1) kurs nominal yang merupakan harga relatif dari mata uang dua negara dan (2) kurs riil yaitu harga relatif dari barang-barang kedua negara. Berdasarkan kedua definisi diatas maka perhitungan kurs dapat diperoleh melalui perkalian antara kurs nominal dan rasio tingkat harga, dimana rasio tingkat harga merupakan perbandingan antara harga barang domestik dan harga barang di luar negeri, misalnya di Amerika Serikat.
2.9
Mekanisme Transmisi melalui Jalur Kredit (Credit Channel)
2.9.1 Jalur Pinjaman Bank (Bank Lending Channel) Jalur pinjaman bank menekankan pengaruh kebijakan moneter pada kondisi keuangan bank. Menurut jalur pinjaman bank, selain sisi aset, sisi liabilitas bank juga merupakan komponen penting dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter. Apabila Bank Sentral melaksanakan kebijakan moneter ekspansif, misalnya dengan meningkatkan jumlah uang beredar, maka suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) akan turun. Penurunan suku bunga SBI akan menurunkan kuantitas SBI dan sebaliknya akan meningkatkan deposito. Hal ini akan membuat penawaran kredit meningkat dan menyebabkan suku bunga deposito turun. Karena biaya dana (cost of fund) turun, maka suku bunga pinjaman juga akan turun, sehingga mengurangi tindakan moral hazard dan adverse selection oleh perusahaan. Kondisi demikian akan mendorong meningkatnya pinjaman, yang selanjutnya akan meningkatkan pengeluaran melalui investasi dan pada akhirnya akan meningkatkan output. Skema kebijakan
19
moneter dalam bank lending channel digambarkan sebagai berikut (Mishkin, 2001) : M ↑ → bank deposits ↑ → bank loan ↑ → investasi ↑ → output ↑ Ada dua hal yang menjadi syarat bagi berlakunya channel ini, yaitu : 1. kredit dan surat berharga bukan merupakan substitusi sempurna bagi sebagian peminjam atau sebagian peminjam bergantung pada kredit bank, dan 2. bank sentral harus mampu mempengaruhi ketersediaan kredit bank. Implikasi penting dari credit view adalah kebijakan moneter akan memiliki efek yang lebih besar pada perusahaan kecil dibandingkan pada perusahaan besar (Mishkin, 2001). Hal ini disebabkan perusahaan kecil lebih bergantung pada kredit bank, sedangkan perusahaan besar dapat mengakses pasar modal secara langsung melalui penerbitan saham dan obligasi.
2.9.2 Jalur Neraca Perusahaan (Balance Sheet Channel) Kredit dan harga saham mempunyai hubungan yang tercermin pada salah satu jenis saluran yang akan mempengaruhi transmisi moneter dari sektor keuangan ke sektor riil, yaitu jalur neraca perusahaan (balance sheet channel). Dalam jalur neraca perusahaan ini, yang ditekankan adalah pengaruh dari kebijakan moneter terhadap kondisi keuangan perusahaan yang selanjutnya akan mempengaruhi akses perusahaan untuk mendapatkan kredit. Dalam hal ini, apabila Bank Sentral melakukan kebijakan moneter yang ekspansif, maka suku bunga di pasar uang akan turun, yang mendorong harga saham mengalami peningkatan. Sejalan dengan peningkatan tersebut, dana sendiri
20
perusahaan (networth) akan meningkat disebabkan meningkatnya harga equity yang selanjutnya akan mengurangi tindakan adverse selection dan moral hazard oleh perusahaan. Kondisi ini mendorong peningkatan pemberian kredit oleh bank, selanjutnya meningkatkan investasi, dan pada akhirnya meningkatkan output. Jalur tersebut dapat digambarkan sebagai berikut (Mishkin, 1998): M ↑ → P equity ↑ → adverse selection dan moral hazard ↓ → Lending ↑ → investasi ↑ → output ↑
2.9
Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Kim, et al. (1994) yang bertajuk “Stock
Prices and Bank Lending Behavior in Japan”, bertujuan meneliti hubungan historis (historical relationship) antara harga saham dengan bank lending di negara itu. Hubungan ini dapat tercermin dari, pertama, positifnya respon Japanese bank lending terhadap kenaikan harga saham Nikkei. Kedua, berubahnya historical relationship antara harga saham dan bank lending, yaitu hubungan keduanya lemah hingga pertengahan 1980an dan setelahnya tiba-tiba menguat secara signifikan. Ketiga, fluktuasi harga saham Nikkei ternyata punya kontribusi yang cukup signifikan terhadap fluktuasi bank lending di Jepang saat itu. Penelitian ini menggunakan data time series dengan variabel CPI (Consumer Price Index), IPI (Industrial Production Index), call money rate (suku bunga pinjaman antar bank), Nikkei Stock Price Index (Indeks Harga Saham Nikkei) dan total kredit yang disalurkan perbankan Jepang. Waktu pada penelitian
21
ini dibagi menjadi dua periode yaitu 1970:1 – 1983:12 dan 1984:1 – 1993:5 dan metode yang digunakan adalah SVAR (Structural Vector Autoregression). Selain itu, Ibrahim (2004) menganalisis tentang “Stock Prices and Bank Loan Dynamics in a Developing Country : The Case of Malaysia”. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi interaksi dinamis antara kredit dengan harga saham dan melihat apakah kredit mempunyai peran dalam menyalurkan guncangan di sektor keuangan ke sektor riil. Hasil yang diperoleh antara lain yaitu total kredit merespon positif kenaikan harga saham dan ternyata total kredit di Malaysia tidak mempunyai peran dalam menyalurkan guncangan di sektor keuangan ke sektor riil. Penelitian ini menggunakan data empat bulanan atau data kuartalan dengan menggunakan enam variabel, yaitu total kredit, harga saham, GDP (Gross Domestic Product), CPI (Consumer Price Index), suku bunga pinjaman antar bank dan nilai tukar. Periode penelitian ini dilakukan sejak kuartal satu 1978 sampai kuartal dua 1998 (1978:Q1 – 1998:Q2). Metode yang digunakan adalah metode VAR yang dilanjutkan dengan metode VECM (Vector Error Correction Model).
2.10
Kerangka Pemikiran Hubungan antara perumusan masalah dan tujuan penelitian dapat dilihat
dari kerangka pemikiran penelitian (Gambar 2.1). Kerangka pemikiran tersebut meupakan suatu bentuk pemikiran penulis mengenai penelitian ini. Latar belakang penelitian diawali dari adanya peran dari pasar modal yag diindikatori oleh IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan). Kemudain di sisi lain, adanya fungsi perbankan
22
dalam penyaluran kredit ke sektor riil. Dalam ekonomi moneter terdapat teori yang menghubungkan saham tersebut dengan kredit, dimana secara tidak langsung harga saham (dalam hal ini digambarkan melalui IHSG) dapat mempengaruhi penyaluran kredit (Mishkin, 2003). Variabel makroekonomi yang mempengaruhi IHSG dan Kredit adalah ER, SBI, CPI dan IPI. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh IHSG terhadap penyaluran kredit di Indonesia, selain itu juga ingin melihat bagaimana pengaruh penyaluran kredit tersebut terhadap sektor riil. Variabel Makroekonomi ER, SBI, CPI, IPI
Pasar Modal
Perbankan
IHSG
Kredit
Hubungan Dinamis Antara IHSG dan Kredit Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
2.11
Hipotesis
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1. IHSG mempunyai pengaruh terhadap kredit. 2. Kredit mempunyai pengaruh positif terhadap sektor riil.