TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Daerah Aliran Sungai Daerah aliran sungai merupakan suatu kesatuan wilayah tata air yang terbentuk secara alamiah dimana semua air hujan yang jatuh ke daerah ini akan mengalir melalui sungai dan anak sungai yang bersangkutan (Kodoatie dan Sjarief, 2005). Dalam penyebutannya daerah aliran sungai ada yang menyebutnya dengan Daerah Pengaliran Sungai (DPS) dan Daerah Tangkapan Air (DTA), sedangkan dalam istilah bahasa Inggrisnya adalah Catchment Area, Watershed, River Basin, dll. Daerah aliran sungai adalah kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografi (pinggir pegunungan) dimana kawasan tersebut menampung, menyimpan dan mengalirkan air malalui sistem sungai dan mengeluarkannya melalui titik tunggal (single outlet). Respon DAS terhadap hujan terdiri dari respon DAS pada limpasan langsung (direct runoff) dan respon DAS pada aliran dasar (baseflow). (Maryono, 2005).
Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli Luas DAS Deli mencapai 48.162 Ha, DAS Deli merupakan penyumbang sumber air terbesar bagi penduduk kota medan yang mencapai 320.000 satuan sambungan. Jika kawasan DAS Deli rusak dikhawatirkan dimasa mendatang kota Medan akan kekurangan air atau harus memerlukan biaya yang besar untuk bisa mendapatkan air bersih. Daerah Aliran Sungai dapat menggambarkan sistem pergerakan air sehingga akan terlihat hubungan sebab-akibat hulu-hilir. Daerah
Universitas Sumatera Utara
hulu dari segi letak daerah dalam suatu DAS dan yang dipersepsikan oleh masyarakat luas merupakan daerah paling atas sedangkan daerah hilir adalah daerah paling bawah dari suatu DAS. Daerah hulu umumnya dicirikan oleh topografi bergunung, curah hujan tinggi dan kondisi sosial ekonomi masyarakat lokalnya kurang maju. Semakin ke arah hilir cenderung makin landai, hujan makin kurang dan kondisi sosial ekonomi lebih baik (Slamet, 2010). Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli terletak di Kabupaten Karo, Deli Serdang, dan Kota Madya Medan, Propinsi Sumatera Utara. DAS Deli di sebelah timur berbatasan dengan DAS Percut, sedangkan di sebelah barat dengan DAS Belawan. DAS tersebut terdiri dari tujuh Sub DAS yakni Sub DAS Petani, Sub DAS Simai-mai, Sub DAS Deli, Sub DAS Babura, Sub DAS Bekala, Sub DAS Sei Kambing dan Sub DAS Paluh Besar (BPDAS Wampu-Sei Ular, 2003). Letak Sub DAS tersebut dalam DAS antara lain : Sub DAS Petani terletak di hulu, yakni ujung selatan berbatasan langsung dengan DAS yang alirannya mengalir ke selatan. Sub DAS Simai-mai berada di bagian hulu sebelah timur Sub DAS Petani, berbatasan langsung dengan DAS Percut. Sub DAS Deli terletak di tengah berbatasan langsung dengan Sub DAS Simai-mai, DAS Percut dan Sub DAS Babura. Sub DAS Babura dijumpai di tengah berbatasan dengan Sub DAS Petani, Sub DAS Bekala, Sub DAS Deli dan Sub DAS Sei Kambing (BPDAS Wampu-Sei Ular, 2003). Panjang dan kemiringan DAS Deli diklasifikasikan menjadi 5 kelas, yaitu kelas I (datar), kelas II (landai), kelas III (agak curam), kelasIV (curam), kelas V (sangat curam). Penutupan lahan atau penggunaan lahan adalah aktivitas manusia atas lahan, yang ditunjukkan dengan adanya bentuk pemanfaatan oleh manusia
Universitas Sumatera Utara
seperti permukiman dan sebagainya. DAS Deli memiliki bentuk penggunaan lahan yang dapat dikelolmpokkan menjadi 12 kategori penutupan lahan. Lahan berupa hutan dijumpai pada bagian hulu DAS (Sibolangit ke selatan) dan di bagian pantai (Hamparan Perak). Hutan dibagian hulu biasanya didominasi oleh jenis-jenis campuran, sedang hutan pantai ditempati dengan jenis-jenis bakau. Berdasarkan peta tanah DAS Deli terdapat jenis tanah yang tersebar menurut fisiografinya, yaitu yang berada di wilayah daratan dan yang terdapat di wilayah perbukitan hingga pegunungan. Peta tanah daerah DAS Deli didominasi oleh jenis hidromorfik kelagu glei seluas 22.688 Ha (47,11 %) dan podsolik coklat kekuningan seluas 11.307 Ha (23,48 %) (BPDAS Wampu-Sei Ular, 2003).
Jasa Lingkungan Jasa lingkungan adalah produk sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya berupa manfaat langsung (tangible) dan manfaat tidak langsung (intangible) yang meliputi antara lain jasa wisata alam (rekreasi), jasa perlindungan tata air (hidrologi), kesuburan tanah, pengendalian erosi dan banjir, keindahan, keunikan, keanekaragaman hayati, penyerapan dan penyimpanan karbon (Merryna, 2009). Jasa lingkungan yang ada saat ini suatu saat akan mengalami penurunan kualitas. Salah satu instrumen ekonomi yang dapat mengatasi penurunan kualitas lingkungan adalah pembayaran jasa lingkungan. Pembayaran jasa lingkungan adalah suatu transaksi sukarela yang menggambarkan suatu jasa lingkungan yang perlu dilestarikan dengan cara memberikan nilai oleh penerima manfaat kepada penerima manfaat jasa lingkungan (Merryna, 2009).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Wunder (2007) dalam Triani (2009), Jasa lingkungan terdiri atas 4 macam yaitu : 1. Penyerap dan penyimpan karbon dan (carbon sequestration and storage) 2. Perlindungan keanekaragaman hayati (biodiversity protection) 3. Perlindungan Daerah Aliran Sungai (watershed protection) 4. Pelestarian keindahan bentang alam (protection of landscape beauty).
Nilai Ekonomi Jasa Lingkungan Penentuan nilai ekonomi lingkungan merupakan hal yang sangat penting sebagai bahan pertimbangan dalam mengalokasikan sumberdaya alam yang semakin
langka
(Duer,
1993).
Valuasi
ekonomi
bermanfaat
untuk
mengilustrasikan hubungan timbal balik antara ekonomi dan lingkungan yang diperlukan untuk melakukan pengelolaan sumberdaya alam yang baik, dan menggambarkan keuntungan atau kerugian yang berkaitan dengan berbagai pilihan kebijakan dan program pengelolaan sumberdaya alam sekaligus bermanfaat dalam menciptakan keadilan dalam distribusi manfaat sumberdaya alam. Maka valuasi ekonomi dengan menggunakan nilai uang akan dapat menunjukkan
nilai
indikasi
penerimaan
dan
kehilangan
manfaat
atau
kesejahteraan akibat kerusakan lingkungan (Tampubolon, 2008). Sumber daya alam selain menghasilkan barang dan jasa yang dapat dikonsumsi baik langsung maupun tidak langsung juga dapat menghasilkan jasajasa lingkungan yang memberikan manfaat dalam bentuk lain, misalnya manfaat
amenity seperti keindahan, ketenangan dan sebagainya. Manfaat tersebut sering kita sebut sebagai manfaat fungsi ekologis yang sering tidak terkuantifikasikan
Universitas Sumatera Utara
dalam perhitungan menyeluruh terhadap nilai dari sumber daya. Nilai tersebut tidak saja nilai pasar barang yang dihasilkan dari suatu sumber daya melainkan juga nilai jasa lingkungan yang ditimbulkan oleh sumber daya tersebut. Pada dasarnya, pasar itu eksis (market based) sehingga transaksi barang dan jasa dapat dilakukan meskipun itu belum ada nilainya (Fauzi, 2006). Penilaian ekonomi lingkungan merupakan peralatan teknis yang dapat dipercaya dan logis untuk digunakan sebagai bahan masukan bagi pengambil keputusan dalam pengelolaan sumberdaya alam. Nilai atau perhitungan moneter dapat menunjukkan keperdulian yang kuat terhadap aset sumberdaya alam dan lingkungan, dapat menjadi pendukung untuk pemihakan terhadap kualitas lingkungan, sebagai dasar pembanding secara kuantitatif dalam bentuk moneter terhadap beberapa alternatif pilihan dalam pemutusan suatu kebijakan atau pemanfaatan dana (Tampubolon, 2008). Aktivitas ekonomi menghendaki adanya pertumbuhan ekonomi yang mantap untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pertumbuhan ekonomi tidak bisa berlangsung secara terus-menerus karena adanya kendala lingkungan. Jika pertumbuhan ekonomi ingin ditingkatkan maka eksploitasi sumberdaya harus ditingkatkan dan produk sisa atau limbah kembali ke lingkungan. Eksploitasi sumberdaya yang meningkat dari waktu ke waktu akan menguras sumberdaya alam yang tersedia dan akhirnya sistem ekonomi akan memburuk (Yakin, 1997). Menurut Randal (1987), Pada dasarnya nilai lingkungan dibedakan menjadi : a. Nilai atas dasar penggunaan (instrumental value / use value) adalah nilai yang menunjukkan kemampuan lingkungan apabila digunakan untuk memenuhi
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan. Sedangkan nilai yang terkandung dalam lingkungan adalah nilai yang melekat pada lingkungan tersebut. Atas dasar penggunaanya dibedakan menjadi : 1. Nilai penggunaan langsung (direct use value) 2. Nilai penggunaan tidak langsung (inderect use value) 3. Nilai atas dasar pilihan penggunaan (option use value) 4. Nilai yang diwariskan (bequest value). b. Nilai yang terkandung di dalamnya atau nilai yang melekat tanpa penggunaan (intrinsic value / non use value) dibedakan menjadi : 1. Nilai atas dasar warisan (bequest value) 2. Nilai karena keberadaannya (existence value) Jadi dalam menentukan nilai lingkungan secara keseluruhan (total economic value/TEV), merupakan penjumlahan dari nilai penggunaan langsung, nilai penggunaan tidak langsung, nilai pilihan dan nilai keberadaannya.
Contingent Valuation Method Metode Valuasi Kontingen (Contingent Valuation Method) adalah metode teknik survei untuk menyatakan penduduk tentang nilai atau harga yang mereka berikan terhadap komoditi yang tidak memiliki pasar seperti barang lingkungan. Prinsip yang mendasari metode ini adalah bahwa orang yang mempunyai preferensi yang besar tetapi tersembunyi terhadap seluruh jenis barang lingkungan, kemudian diasumsikan bahwa orang akan bertindak nantinya seperti yang dia katakana ketika suatu hipotesis yang disodorkan kepadanya akan menjadi kenyataan pada masa yang akan datang (Yakin, 1997).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Fauzi (2006), Metode CVM ini secara teknis dapat dilakukan dengan dua cara yaitu teknis eksperimental melalui simulasi dan teknik survei. Metode CVM sering digunakan untuk mengukur nilai pasif sumber daya alam atau sering juga dikenal dengan nilai keberadaaan. Metode CVM pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui keinginan membayar dari masyarakat terhadap perbaikan lingkungan dan keinginan menerima kompensasi dari kerusakan lingkungan. Kelebihan Contingent Valuation Method 1. Dapat diaplikasikan pada semua kondisi dan memiliki dua hal penting yaitu seringkali menjadi satu-satunya teknik untuk mengestimasi manfaat dan dapat diaplikasikan pada berbagai konteks kebijakan lingkungan. 2. Dapat digunakan dalam berbagai macam penilaian barang-barang lingkungan di sekitar masyarakat. 3. CVM memiliki kemampuan untuk mengestimasi nilai non-pengguna. Dengan CVM, seseorang mungkin dapat mengukur utilitas dari penggunaan barang lingkungan bahkan jika tidak digunakan secara langsung. 4. Meskipun teknik dalam CVM membutuhkan analisis yang kompeten, namun hasil dari penelitian menggunakan metode ini tidak sulit untuk dianalisis dan dijabarkan. Kelemahan Contingent Valuation Method Menurut Hanley dan Spash (1993), teknik CVM memiliki kelemahan yaitu munculnya berbagai bias dalam pengumpulan data.
Universitas Sumatera Utara
Willingness To Pay Menurut Pearce, et al (1994), Willingness to pay (WTP) atau kesediaan untuk membayar merupakan kesediaan individu untuk membayar suatu kondisi lingkungan (penilaian terhadap sumberdaya alam dan jasa alami) dalam rangka memperbaiki kualitas lingkungan. Dalam WTP dihitung seberapa jauh kemampuan setiap individu atau masyarakat untuk membayar atau mengeluarkan uang dalam rangka memperbaiki kondisi lingkungan sesuai dengan standar yang diinginkannya. Kesediaan membayar ini didasarkan atas pertimbangan biaya dan manfaat yang akan diperoleh konsumen tersebut. Dalam hal ini WTP merupakan nilai kegunaan potensial dari sumberdaya alam dan jasa lingkungan. Menurut Hanley dan Spash (1993), penghitungan WTP dapat dilakukan secara langsung (direct method) dengan melakukan survey, dan secara tidak langsung (indirect method), yaitu penghitungan terhadap nilai dari penurunan kualitas lingkungan yang telah terjadi. Terdapat empat metode bertanya (Elicitaion Method) yang digunakan untuk memperoleh penawaran besarnya nilai WTP responden yaitu: 1. Metode tawar menawar (bidding game) Metode ini dilaksanakan dengan menanyakan kepada responden apakah bersedia membayar sejumlah uang tertentu yang diajukan sebagai titik awal (starting point). Jika “ya”, maka besarnya nilai uang dinaikan sampai ke tingkat yang disepakati. 2. Metode pertanyaan terbuka (open-ended question) Metode ini dilakukan dengan menanyakan langsung kepada responden berapa jumlah maksimal uang yang ingin dibayarkan atas perubahan kualitas lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
3. Metode kartu pembayaran (payment card) Metode ini menawarkan kepada responden suatu kartu yang terdiri dari berbagai nilai kemampuan untuk membayar dimana responden tersebut dapat memilih nilai maksimal atau minimal yang sesuai dengan preferensinya. Untuk menggunakan metode ini, diperlukan pengetahuan statistik yang relatif baik. 4. Metode pertanyaan pilihan dikotomi (dichotomous choice) Metode ini menawarkan responden sejumlah uang tertentu dan menanyakan apakah responden mau membayar atau tidak sejumlah uang tersebut untuk memperoleh peningkatan kualitas lingkungan tertentu.
Penerapan Pembayaran Jasa Lingkungan Di Berbagai Negara Penerapan di Brazil Ada dua hal yang dilakukan di Brazil terkait dengan pengembangan imbal jasa lingkungan, yaitu: pertama perluasan hak petani (pemberian hak kepada petani untuk menyadap karet di lahan konservasi, adanya jaminan hukum atas hak penyadapan, kompensasi sejumlah tertentu yang diberikan kepada aosiasi petani karet untuk setiap kilogram karet yang disadap) dan kedua: mendorong disenfranchisement dengan berfokus pada konservasi tradisional (ICMS ecological tax dan pemberian akses bagi masyarakat petani untuk mengelola taman/kawasan lindung yang sudah terdegradasi). Penerapan di Kosta Rika Pertama, contoh penerapan skema imbal jasa lingkungan: pajak bahan bakar dan adanya institusi khusus yang menentukan wilayah target yakni SINAC (System of Conservation Areas) dan yang menangani proses pembayaran dan kontraknya adalah (FONAFIFO). Kedua, pemegang wewenang kawasan
Universitas Sumatera Utara
konservasi dan pemilik hutan sangat berpengaruh besar dalam menentukan skema dan fungsinya. Ketiga, pembayaran terkonsentrasi untuk konservasi hutan yakni 70 % pada tahun 1997-2002 dan yang mengambil manfaat utamanya adalah pemilik tanah yang ukuran besar dan sedang. Keempat, keterlibatan penduduk asli dan petani sangat kecil. Penerapan di Kota New York dan Masyarakat Distrik Catskill Pada tahun 1989, EPA (US Environmental Protection Agency) mengharuskan dibangunnya pusat filtrasi air supaya tidak perlu membangun fasilitas filtrasi yang biayanya sangat besar (sekitar sebesar $6 juta), maka pemerintah Kota New York menerapkan regulasi yang mengatur pengelolaan DAS Catskill/Delaware secara ketat. Konflik Kota New York dengan petani dan masyarakat sekitar DAS diputuskan melalui perundingan multistakeholder. Kota New York menyetujui untuk mendukung suatu perubahan dalam praktek pertanian melalui suatu paket kompensasi yang tidak terfokus pada pembayaran langsung (Fauzi, dkk, 2005). Penerapan di Indonesia Di Indonesia Pelaksanaan model pembayaran jasa lingkungan sudah diterapkan di daerah DAS Cidanau Banten. Dalam pelaksanaannya, dibentuk suatu Forum Komunikasi DAS Cidanau atau disingkat FKDC yang beranggotakan unsur masyarakat, pemerintah, LSM, dan swasta. Peran forum komunikasi DAS Cidanau dalam implementasi jasa lingkungan antara lain: mengelola dana hasil pembayaran jasa lingkungan dari pemanfaat (buyer) jasa lingkungan DAS Cidanau untuk rehabilitasi dan konservasi lahan di DAS Cidanau melalui lembaga pengelola jasa lingkungan DAS Cidanau, mendorong pembangunan hutan di
Universitas Sumatera Utara
lahan milik oleh masyarakat dengan mekanisme pembayaran jasa lingkungan, menggalang dana dari potensial pemanfaat jasa lingkungan DAS Cidanau, mendorong pemerintah untuk melakukan pembayaran jasa lingkungan di DAS Cidanau. Jasa lingkungan dipahami sebagai positif externalities atau public goods yang berarti bahwa keuntungan yang diperoleh dari tersedianya jasa lingkungan tidak dapat dikompensasi. Tantangan lain yang dihadapi adalah dibutuhkannya kombinasi yang tepat antara pendekatan pasar dan penyiapan regulasi/kebijakan. Dalam hal ini peran pemerintah dalam aspek penciptaan regulasi dan kebijakan sangatlah penting (Temenggung, 2010).
Analisis Regresi Analisis regresi adalah suatu analisis yang mengukur pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Jika pengukuran pengaruh ini melibatkan satu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) maka dinamakan analisis linier sederhana. Tetapi jika pengukuran pengaruh antar variabel melibatkan lebih dari satu variabel bebas (X1, X2, X3,……Xn) maka dinamakan analisis linier berganda. Koefisien regresi (b) adalah kontribusi besarnya perubah nilai variabel bebas (X), semakin besar nilai koefisien regresi maka kontribusi perubahan juga semakin besar begitu juga sebaliknya. Kontribusi perubahan variabel X juga ditentukan oleh koefisien regresi positif atau negatif (Sunyoto, 2009). Menurut Al-Gifari (2000), koefisien regresi bertujuan untuk memastikan variabel bebas yang terdapat dalam suatu persamaan secara individu berpengaruh atau tidak terhadap nilai variabel tidak bebas. Caranya adalah dengan melakukan pengujian terhadap koefisien regresi setiap variabel bebas. Model ini sebenarnya
Universitas Sumatera Utara
merupakan pengembangan model regresi sederhana dengan satu peubah bebas sehingga asumsi mengenai sisaan ε, peubah bebas X dan peubah tak-bebas Y juga sama. Koefisien β1 dapat merupakan intersep model regresi berganda. Besarnya persentase pengaruh semua variabel bebas terhadap nilai variabel tidak bebas dapat diketahui dari besarnya koefisien determinasi (R2) persamaan regresi. Besarnya koefisien deteminasi (R2) adalah 0 sampai 1. Semakin mendekati 0 besarnya koefisien determinasi (R2) suatu persamaan regresi, semakin kecilnya pula pengaruh semua variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Sebaliknya semakin mendekati 1 besarnya koefisien determinasi (R2) suatu persamaan regresi, semakin besar pula pengaruh semua variabel bebas terhadap variabel tidak bebas (Al-Gifari, 2000). Pada regresi berganda, variabel terikat dapat diwakili oleh Y dan variabel bebas oleh X. Pada analisis regresi berganda X dengan notasi bawah digunakan untuk mewakili variabel-variabel bebas. Variabel terikatnya dinyatakan dengan Y, dan variabel bebasnya dinyatakan dengan X1, X2, ... , Xk. Hubungan antara X dan Y dapat disebut sebagai model regresi berganda. Pada model regresi berganda, respon mean dibuat menjadi fungsi linear dari variabel penjelas (explanatory). Regresi berganda yang menghubungkan variabel dependen Y dengan beberapa variabel independen X1, X2, ... , Xk memiliki formula secara umum (Ramanathan, 1997) : Yt = β1Xt1 + β2Xt2 + ... + βkXtk + µt Pada regresi ini diasumsikan terdapat term gangguan berupa µt atau biasanya dikenal sebagai komponen galat. Komponen ini merupakan variabel acak yang tidak teramati, dihitung sebagai akibat dampak faktor lain pada respon
Universitas Sumatera Utara
dengan masing-masingnya berdistribusi normal. Koefisien regresi, β1, β2, ... , βk merupakan koefisien regresi dari masing-masing variabel independen akan mempengaruhi variabel dependennya secara positif maupun negatif.
Universitas Sumatera Utara