TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Umum Tanaman Kopi Hingga saat ini belum diketahui dengan pasti sejak kapan tanaman kopi dikenal dan masuk dalam peradaban manusia. Menurut catatan sejarah, tanaman ini mulai dikenal pertama kali di benua Afrika tepatnya di Ethiopia. Pada mulanya tanaman kopi belum dibudidayakan secara sempurna oleh penduduk, melainkan masih tumbuh liar di hutan-hutan dataran tinggi ( Najiyati dan Danarti, 1997 ). Kopi memiliki istilah yang berbeda-beda. Pada masyarakat Indonesia lebih akrab dengan sebutan kopi di Inggris dikenal coffee, Prancis menyebutnya cafe, Jerman menjulukinya kaffee, dalam bahasa Arab dinamakan quahwa. Sejarah kopi diawali dari cerita seorang penggembala kambing Abessynia yang menemukan tumbuhan kopi sewaktu ia menggembala, hingga menjadi minuman bergengsi para aristokrat di Eropa. Bahkan oleh Bethoven menghitung sebanyak 60 biji kopi untuk setiap cangkir kopi yang mau dinikmatinya ( Tapanulli Coffea, 2006 ). Kopi merupakan tanaman perkebunan / industri berupa semak yang asalnya tumbuh liar di hutan dataran tinggi Ethiopia, Afrika. Dari Ethiopia, tanaman kopi menyebar ke negara Arab, Persia hingga tanaman ini tumbuh subur di negara Yaman. Di Indonesia, tanaman kopi diperkenalkan pertama kali oleh VOC pada periode tahun 1696-1699 dan ditanam di sekitar Jakarta. Perkebunan kopi berskala besar menyebar ke daerah Lampung, Sumatra Barat, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Bali, Sulawesi Selatan, Jawa Timur dan Jawa Tengah ( Warintek Progessio, 2006 ).
Universitas Sumatera Utara
Jenis-Jenis Tanaman Kopi Ada dua spesies dari tanaman kopi yaitu Arabika adalah kopi tradisional, dan dianggap paling enak rasanya dan Robusta memiliki kafein yang lebih tinggi dapat dikembangkan dalam lingkungan di mana Arabika tidak akan tumbuh, dan membuatnya menjadi pengganti Arabika yang murah. Robusta biasanya tidak dinikmati sendiri, dikarenakan rasanya yang pahit dan asam. Robusta kualitas tinggi biasanya digunakan dalam beberapa campuran espresso. Perdagangan kopi modern lebih spesifik tentang dari mana asal mereka, melabelkan kopi atas dasar negara, wilayah, dan kadangkala ladang pembuatnya. Satu jenis kopi yang tidak biasa dan sangat mahal harganya adalah sejenis robusta di Indonesia yang dinamakan kopi luwak. Kopi ini dikumpulkan dari kotoran luwak, yang proses pencernaannya memberikan rasa yang unik ( Wikipedia, 2006 ). Dalam garis besarnya ada tiga golongan kopi, yakni : 1. Golongan Arabika 2. Golongan Liberika 3. Golongan Canephora (varietas Robusta) Golongan Arabika adalah golongan yang paling dahulu diusahakan di indonesia, kemudian menyusul golongan Liberika dan yang terakhir adalah Robusta ( Anonimous, 2003). Golongan Arabika berasal dari Etiopia dan Albessinia. Golongan ini yang pertama kali dikenal dan dibudidayakan oleh manusia, bahkan merupakan golongan kopi yang paling banyak diusahakan oleh manusia sampai akhir abad XIX. Setelah abad XIX dominasi kopi Arabika menurun, karena ternyata kopi ini
Universitas Sumatera Utara
sangat peka terhadap penyakit HV (Hemeleia Vastatrikx), terutama didataran rendah. Golongan Liberika berasal dari berasal dari Angola dan masuk ke Indonesia sejak tahun 1965. Meskipun sudah lama masuk ke Indonesia, tetapi hingga saat ini jumlahnya masih terbatas karena kualitas buah dan rendemennya rendah. Golongan Robusta berasal dari Kongo dan masuk ke Indonesia pada tahun 1900. Karena mempunyai sifat yang lebih unggul, kopi ini sangat cepat berkembang. Bahkan kopi ini merupakan jenis kopi yang mendominasi perkebunan Indonesia saat ini. (Najiyati dan Danarti, 1997). Menurut Najiyati dan Danarti (1997) di dunia perdagangan, dikenal beberapa golongan kopi, tetapi yang paling sering dibudidayakan hanya kopi Arabika, Robusta, dan Liberika. Pengolongan kopi tersebut umumnya didasarkan pada spesies, kecuali kopi Robusta. Kopi robusta bukan merupakan nama spesies karena kopi ini merupakan keturunan dari beberapa spesies kopi, terutama Coffea canephora. Buah kopi dibagi atas tiga bagian, yaitu : 1. lapisan kulit luar (excocarp) 2. lapisan daging (mesocarp) 3. lapisan kulit tanduk (endoscarp) ( Ridwansyah, 2003 ). Buah kopi pada umumnya mengandung 2 butir biji, tetapi kadang-kadang mengandung hanya sebutir saja. Pada kemungkinan yang pertama biji-bijinya mempunyai bidang datar (perut biji) dan bidang cembung (punggung biji). Pada
Universitas Sumatera Utara
kemungkinan
yang
kedua
biji
kopi
berbentuk
bulat
panjang
(kopi
jantan).Komposisi kimia biji kopi berbeda-beda, tergantung tipe kopi, tanah tempat tumbuh dan pengolahan kopi ( Ridwansyah, 2003 ). Harga dan Ekspor Kopi Indonesia Kopi adalah sejenis minuman, biasanya dihidangkan panas, dan dipersiapkan dari biji dari kopi yang dipanggang. Saat ini kopi merupakan komoditas nomor dua yang paling banyak diperdagangkan setelah minyak bumi. Total 6,7 juta ton kopi diproduksi dalam kurun waktu 1998-2000 saja. Diperkirakan pada tahun 2010, produksi kopi dunia akan mencapai 7 juta ton per tahun (dari FAO). Kopi merupakan sumber utama kafein. Keuntungan dan kerugian dari mengonsumsi kopi telah dan akan terus dipelajari dan didiskusikan oleh banyak ilmuwan di dunia ( Wikipedia, 2006 ). Pertumbuhan ekspor dunia dan Indonesia sedang mengalami penurunan, tetapi penurunan Indonesia lebih tinggi dibandingkan penurunan dunia. Vietnam muncul sebagai negara pengekspor dengan tingkat pertumbuhan ekspor positif, seperti halnya negara-negara maju. Sedangkan negara-negara pengekspor lain, seperti Brazil, Kolumbia, El Salvador dan Meksiko juga sedang mengalami penurunan pertumbuhan ekspor. Pengekspor dengan tingkat pertumbuhan ekspor positif, seperti halnya negara-negara maju. Pertumbuhan negatif ekspor kopi Indonesia terjadi karena adanya kelemahan pada komposisi produk, distribusi pasar, dan daya saing. Indonesia belum memanfaatkan jenis produk dan negara pengimpor yang sedang tumbuh permintaannya, yaitu kopi olahan, disamping kalah bersaing dengan negara pengekspor lain bila harga kopi mengalami
Universitas Sumatera Utara
penurunan. Dalam hal nilai tambah, industri kopi bubuk memberikan nilai tambah tertinggi yang mencapai Rp. 318.9 miliar atau 43,5% dari total nilai tambah seluruh industri pengolahan kopi, kemudian diikuti oleh industri kopi Arabika pada urutan kedua dan industri kopi Robusta pada urutan ketiga masing-masing dengan nilai tambah sebesar Rp. 226,7 miiliar dan Rp. 105 milliar ( Ipard, 2004 ). Pada musim panen kopi yang kini mulai berlangsung di daerah Sumatera Selatan, harga biji kopi kering paling tinggi Rp 4.050 untuk kualitas terbaik. Kopi kualitas lebih rendah dihargai Rp 3.700-Rp 3.800 per kilogram ( Kompas, 2004 ). Indonesia adalah negara kedua terbesar setelah Vietnam sebagai pengekspor green beans ke Inggris pada tahun 1999. Pesaing utama Indonesia adalah : Vietnam, Columbia, Brazil, Jerman, Kenya, Guatemala, Uganda dan Costa Rica. Untuk roasted Indonesia tahun 1999 mengekspor hanya 100 karung. Untuk soluble, Indonesia menduduki peringkat ke 13 dengan negara pesaing adalah : Jerman, Belanda, Equador, Perancis, Columbia, China, Brazil, Korea Selatan, Spanyol, Nicaragua dan Denmark ( Djadglu, 2006 ). Volume ekspor kopi Indonesia selama tahun 2004 diperkirakan naik dari sekitar 270.000 ton pada tahun 2003 menjadi 280.000 ton pada 2004, menyusul mulai membaiknya harga kopi dunia dalam beberapa tahun terakhir. Kenaikan volume ekspor kopi terutama terdorong oleh mulai membaiknya harga kopi Indonesia di pasar dunia yang sebelumnya sempat terpuruk akibat melonjaknya pasokan kopi ke pasar dunia (BPEN, 2004 ). Pada tahun 2003 Indonesia memproduksi kopi sekitar 400.000 ton dengan konsumsi di dalam negeri 100.000 ton. Sisanya 300.000 ton sebagian besar diekspor (sekitar 270.000 ton) dan selebihnya disimpan untuk keperluan stok di
Universitas Sumatera Utara
dalam negeri. Sementara itu, Vietnam pada tahun 2003 diperkirakan memproduksi kopi 600.000 ton yang sekitar 90% diantaranya diekspor ke mancanegara ( BPEN, 2004 ). Petani kini diarahkan untuk mengolah biji kopinya menjadi bubuk kopi dengan pemberian bantuan mesin penggiling dari pemerintah. Namun, karena masih sederhana dan tradisional, peningkatan nilai tambah yang diharapkan belum bisa maksimal. Investor yang diharapkan menanamkan modalnya dengan membangun pabrik pengolahan kopi bubuk modern belum melirik daerah penghasil kopi yang tahun 2002 memproduksi 33.500 ton biji kopi dari areal produktif seluas 45.200 hektar ( Kompas, 2003 ). Ekspor Indonesia akan dapat ditingkatkan termasuk ekspor kopi walaupun menghadapi pesaing-pesaing dari Vietnam, negara-negara Amerika Latin dan Afrika. Ini terlihat dengan posisi Indonesia tercatat sebagai pemasok kopi utama ke Inggris khususnya ekspor biji kopi. Pada saat ini hal yang kurang menguntungkan adalah masalah harga yang rendah disebabkan oleh oversuply dan masih banyaknya stock di negara-negara importir ( Djadglu, 2006 ). Pesaing utama Indonesia adalah : Vietnam, Columbia, Brazil, Jerman, Kenya, Guatemala, Uganda dan Costa Rica. Untuk roasted Indonesia tahun 1999 mengekspor hanya 100 karung. Untuk soluble, Indonesia menduduki peringkat ke 13 dengan negara pesaing adalah : Jerman, Belanda, Equador, Perancis, Columbia, China, Brazil, Korea Selatan, Spanyol, Nicaragua dan Denmark ( Djadglu, 2006 ).
Universitas Sumatera Utara
Pengolahan Kopi Sebelum dilakukan pengupasan kulit kopi maka perlu dilakukan sortasi yaitu pemilihan antara biji yang masak dengan biji yang hijau. Setelah dilakukan sortasi lalu dilakukan penimbangan buah kopi. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui upah pemetik dan rendemennya ( Anonimous, 2003 ). Pada tanaman kopi Arabika dan Robusta dikenal dua macam cara proses pengolahan : 1. Proses kering, amat sederhana dan tidak memerlukan peralatan khusus. Setelah dipetik, kopi biasanya dikeringkan dengan cara dijemur selama 10 sampai 15 hari. Baru setelah itu kopi tersebut dikupas. Hampir semua kopi Arabika dari Brazil melalui proses kering, dan kualitasnya tetap bagus karena kopi yang dipetik biasanya yang telah betul-betul matang (berwarna merah). 2. Proses basah, diperlukan peralatan khusus dan hanya bisa memproses biji kopi yang telah benar-benar matang. Proses jenis ini biasanya dilakukan oleh perkebunan besar dengan peralatan yang memadai termasuk mekanik yang cakap sehingga mereka tidak tergantung pada cahaya matahari untuk mengeringkan kopi tersebut( TapanulliCoffea, 2006 ). Pengolahan kopi secara konvensional membutuhkan air dalam jumlah yang besar. Penggunaan alat dan mesin dalam proses pengolahan kopi masa depan harus mempunyai karakter yang menonjol dalam hal produktivitas, hemat air dan energi, berwawasan lingkungan serta mutu produk yang bersaing di pasar global. Penerapan desentralisasi pengupasan kulit kopi setengah basah (semi-wet pulping) selain mampu menghemat konsumsi air dan diharapkan juga mampu mencegah konsentrasi air limbah disuatu tempat ( Ipard, 2006 ).
Universitas Sumatera Utara
Kopi dijual dalam bentuk biji-biji kering yang sudah terlepas dari daging dan kulit arinya yang disebut kopi beras. Ada dua cara untuk mendapatkan kopi beras, yakni pengolahan kering (Dry Process) dan pengolahan basah (Wet Process). Pengolahan Kering yaitu hasil panenan langsung dijemur 10 - 15 hari dengan melakukan pembalikan agar biji kering benar, lalu disimpan sebagai biji gelondong. Pada saat dijual kopi gelondong dilepas kulit tanduknya serta arinya. Pengolahan dianggap selesai bila: a. Kadar air 13 % b. Kadar kotoran berupa ranting batu, gumpulan tanah, dan benda asing lainnya 0,5 % c. Bebas dari biji yang berbau busuk d. Bebas dari serangga hidup e. Biji tidak lolos ayakan ukuran 3 x 3 mm f. Biji ukuran besar tidak lolos ayakan ukuran 5,6 x 5,6 mm Sedangkan Pengolahan Basah yaitu buah kopi dipetik kemudian ditumbuk atau dikupas dan dicuci. Setelah itu dikeringkan, selanjutnya dipisahkan kulit tanduknya dan kulit arinya. Pengolahan basah dianggap selesai bila: a. Kadar air 13 % b. Kadar kotoran berupa ranting batu, gumpalan tanah dan benda asing lainnya 0,5 % c. Bebas dari serangga hidup ( KA. BIP Irian Jaya, 1991 ). Pengelolaan yang dilakukan oleh perkebunan atau petani dalam jumlah yang sangat banyak tidak mungkin hanya dilakukan oleh tenaga manusia, tetapi
Universitas Sumatera Utara
dengan bantuan tenaga mesin. Untuk keperluan ini, sampai menjadi kopi yang diperdagangkan, harus melalui beberapa tingkatan pekerjaan, yaitu : a. Penerimaan b. Pelepasan daging buah c. Pemeraman d. Pencucian e. Pengeringan f. Pelepasan kulit tanduk g. Penyortiran ( Anonimous, 2003 ). Pengupasan kulit buah adalah proses pelepasan kulit buah dari kulit tanduk, dan sangat menentukan mutu fisik dan citarasa seduhan akhir. Kualitas pengupasan/pulping sangat menentukan proses pencucian lapisan lendir, proses pengeringan dan hulling. Pemisahan kulit ini dilakukan dengan menggunakan mesin pulper, yang sering digunakan adalah VIS pulper dan Raung pulper. Perbedaan pokok kedua alat tersebut adalah VIS pulper hanya berfungsi sebagai pengupas kulit saja, sehingga hasilnya harus difermentasi dan dicuci lagi. Sedang Raung pulper berfungsi sebagai pengupas dan pencuci, sehingga kopi yang keluar dari mesin ini tidak perlu lagi difermentasi dan dicuci, tetapi langsung masuk ketahap pengeringan ( Najiyati dan Danarti, 1997 ). Pengerjaan buah-buah kopi juga dimaksudkan untuk mengeluarkan keping biji kopi, juga dari kulit tanduk dan kulit ari. Kandungan air biji kopi yang baru dipanen sekitar 77 % harus diturunkan menjadi 12 % -14 %, agar kopi tahan dalam penyimpanan. Pengolahan sebagian dilakukan secara manual dan terdapat
Universitas Sumatera Utara
pula berbagai alat dan mesin pengolahan biji kopi yang lebih menjamin hasil bijibiji kopi yang bermutu baik. Tradisi yang bertahun-tahun dilakukan oleh petani kopi rakyat untuk menumbuk kopi gelondong dengan hasil biji-biji kopi pecah harus digantikan dengan penggunaan mesin-mesin pulper yang bisa diatur dan disesuaikan dengan ukuran buah kopi, sehingga tidak menyebabkan banyak biji kopi yang pecah-pecah ( Siswoputranto, 1992 ). Pengolahan buah kopi bertujuan untuk memisahkan biji kopi dari kulitnya dan mengeringkan biji tersebut sehingga diperoleh kopi beras dengan kadar air tertentu dan siap dipasarkan. Kadar air kopi beras yang optimum adalah 10–13%, bila kopi beras mempunyai kadar air lebih dari 13%, akan mudah terserang cendawan, sedang bila kurang dari 10% akan mudah pecah. Pengolahan buah kopi sampai memperoleh kopi beras dengan kadar air 10-13% akan menyebabkan berat kopi turun hingga 12-22% tergantung pada jenis kopi, untuk kopi Robusta akan turun hingga tinggal ± 22%, sedang kopi Arabika ± 12% ( Deptan, 2005 ). Mutu kopi Robusta Beberapa sifat penting kopi Robusta antara lain sebagai berikut, a. Resisten terhadap penyakit HV. b. Tumbuh baik pada ketinggian kurang dari 400 m dpl c. Kualitas buah lebih rendah dibandingkan kopi Arabika, tetapi lebih tinggi dibandingkan kopi Liberika. d. Rendemen sekitar 22% e. Menghendaki daerah yang mempunyai bulan kering 3-4 bulan berturut-turut. ( Anonimous, 1991 ).
Universitas Sumatera Utara
Tahapan (aliran) proses dan spesifikasi alat dan mesin produksi yang menjamin kepastian mutu harus diperiksa secara rutin agar pada saat terjadi penyimpangan mutu, suatu tindakan koreksi yang tepat sasaran dapat segera dilakukan. Pabrik minuman kopi di luar negeri telah menerapkan otomatisasi dalam proses produksinya. Mereka membutuhkan pasokan bahan baku bermutu tinggi, seragam dan konsisten dari waktu ke waktu. Jika hal ini tidak dipenuhi, mereka setiap saat harus merubah formula dan prosedur kerja. Keduanya menyebabkan kinerja yang lambat dan pada akhirnya akan mengurangi daya saing produknya. Selain itu, dalam lima tahun terakhir ini kontaminasi okhratoxin pada biji kopi mulai mendapat sorotan yang serius dari konsumen Eropa. Kontaminasi senyawa tersebut umumnya terjadi sebagai akibat pengeringan yang kurang sempurna, sehingga dapat menumbuhkan jamur. Jika aspek ini dimasukkan sebagai salah satu kriteria, hal ini merupakan ancaman yang serius bagi kelangsungan ekspor komoditas tersebut (PPKKI, 2005). Pemungutan hasil Pemetikan buah kopi secara garis besar dibagi menjadi tiga tahap yaitu: 1. Pemetikan pendahuluan Biasanya dilakukan pada bulan Februari-Maret untuk memetik buah yang terserang bubuk buah. Kopi yang terserang bubuk buah biasanya berwarna kuning sebelum berumur delapan bulan. Kopi ini dipetik kemudian langsung direbus dan dijemur untuk diolah secara kering. 2. Petik merah (panen raya/pemetikan besar-besaran) Panen raya bisanya dimulai pada bulan Mei/Juni untuk memetik buah yang sudah berwarna merah. Panen raya ini bisa berlangsung selama 4-5 bulan
Universitas Sumatera Utara
dengan giliran pemetikan per tanaman 10-14 hari. Artinya dalam 4-5 bulan, setiap tanaman dapat dipetik buahnya setiap 10-14 hari sekali. 3. Petik hijau (petik racutan) Petik hijau dilakukan apabila sisa buah di pohon tinggal kira-kira 10%. Caranya dengan memetik semua buah yang masih tertinggal baik yang sudah merah maupun yang masih hijau. Setelah dipetik, buah yang berwarna merah dipisahkan dari buah yang berwarna hijau ( Najiyati dan Danarti, 1997 ). Kopi Robusta akan matang setelah 10 bulan dari saat pembuahan. Buahbuah dalam dompolan tidak serentak matangnya, baik dalam cabang yang sama ataupun batang yang sama dalam suatu perkebunan. Oleh karena itu, pemetikan buah kopi harus dilakukan secara manual dan selektif, jika kita menghendaki hasil pemetikan buah matang yang baik. Cara pemetikan buah dan kecermatan pelaksanaan oleh tenaga-tenaga pemetik di kebun-kebun kopi merupakan hal yang amat menentukan mutu biji kopi yang sangat baik ( Siswoputranto, 1992 ).
Alat pengupas kulit Tanduk kopi Jenis mesin pengupas (huller ) yang banyak digunakan adalah tipe silinder. Untuk itu meningkatkan efektifitas dan kapasitas kerja mesin, buah kopi disortasi berdasarkan ukurannya. Sortasi tersebut sekaligus bermanfaat untuk memisahkan buah kopi dengan benda-benda asing lainnya. Fungsi alat ini adalah untuk memisahkan kulit buah kopi kering, kulit tanduk dan kulit ari sehingga diperoleh biji kopi pasar yang bersih dan bermutu baik. Fleksibilitas dan keunggulan yang dimiliki yaitu, dapat digunakan untuk pengupasan kulit kopi kering ataupun
Universitas Sumatera Utara
basah, perawatan mudah dan murah, serta mudah dioperasikan, hasil pengupasan baik dan bersih ( Smith dan Wilkes, 1990 ). Pulping bertujuan untuk memisahkan biji dari kulit buah (pulp), sehingga diperoleh biji kopi yang masih terbungkus oleh lapisan kulit tanduk dan lapisan lendir. Mesin yang digunakan untuk melepaskan kulit buah disebut VIS pulper dimana
mesin
ini
hanya
digunakan
untuk
melepaskan
kulit
buah
( Najiyati dan Danarti, 1997 ). Ruang antara silinder pengupas dan plat pememar harus diatur sedemikian rupa agar jumlah biji kopi yang rusak atau pecah dapat dikurangi dan ketahanan terhadap pengaruh luar seperti uap, kalor, debu dan sebagainya dapat ditingkatkan ( Stolk dan Kros, 1986 ). Elemen Mesin 1. Motor listrik Mesin-mesin yang dinamakan motor listrik dirancang untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanis, untuk menggerakkan berbagai peralatan, mesin-mesin dalam industri, pengangkutan dan lain-lain. Setiap mesin sesudah dirakit, porosnya menonjol melalui ujung penutup (lubang pelindung) pada sekurang-kurangnya satu sisi supaya dapat dilengkapi dengan sebuah pulley atau sebuah generator atau ke suatu mesin yang akan digerakkan ( Daryanto, 2002 ). 2. V- belt V-belt merupakan alat transmisi pemindah daya/putaran yang ditempatkan pada pulley. V-belt adalah belt yang berpenampang trapesium, terbuat dari tenunan dan serat-serat yang dibenamkan pada karet kemudian dibungkus dengan anyaman dan karet; digunakan untuk mentransmisikan daya dari poros yang satu
Universitas Sumatera Utara
ke poros yang lainnya melalui pulley yang berputar dengan kecepatan sama atau berbeda ( Darmono, et al., 2006 ). Penggerak berbentuk sabuk bekerja atas dasar gesekan tenaga yang disalurkan dari mesin penggerak dengan cara persinggungan
sabuk yang
menghubungkan antar pulley penggerak dengan pulley yang akan digerakkan. Sebaliknya sabuk mempunyai sifat lekat tetapi tidak lengket pada pulley dan salah satu pulley itu harus dapat diatur ( Pratomo dan Irwanto, 1983 ). Adapun kelebihan dari V- belt adalah sebagai berikut : a. V-belt lebih kompak b. Slipnya relatif kecil c. Operasi lebih tenang d. Mampu meredam kejutan saat start e. Putaran poros dapat dalam 2 arah & posisi kedua poros dapat sembarang. Sedangkan kelemahan dari V- belt yaitu : a. Tidak dapat digunakan untuk jarak poros yang panjang b. Umur lebih pendek ( Darmono, et al., 2006 ). 3. Pulley Roda transmisi beralur untuk sabuk V dibuat dari besi tuang, baja tuang, atau baja cetak. Keterangan umum yang diperlukan dalam pemesanan roda transmisi beralur harus mencakup ukuran sabuk, jumlah alur, diameter alur roda,, tipe konstruksinya dan ukuran serta tipe nap ( Smith dan Wilkes , 1990 ).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Daryanto ( 1986 ), Ada beberapa jenis tipe pulley yang digunakan untuk sabuk penggerak yaitu : a. Pulley datar Pulley ini kebanyakan dibuat dari besi tuang dan juga dari baja dengan bentuk yang bervariasi. 2. Pulley mahkota Pulley ini lebih efektif dari pulley datar karena sabuknya sedikit menyudut sehingga untuk slip relatif sukar, dan derajat ketirusannya bermacammacam menurut kegunaannya 3. Tipe Lain Pulley ini harus mempunyai kisar celah yang sama dengan kisar urat pada sabuk penggeraknya.
Universitas Sumatera Utara