TINJAUAN PUSTAKA Perilaku Komunikasi Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari satu pihak (individu maupun kelompok) kepada pihak (individu atau kelompok) lainnya. komunikasi
merupakan
penyampaian
pesan
dari
komunikator
yang
menyampaikan pesan melalui media kepada penerima (receiver) dengan menghasilkan efek, seperti pada "Laswell formula : Who - Says What - In Which Channel - To Whom
- With What Effect".
Teori tersebut merupakan proses
komunikasi yang bersifat satu arah (one-way flow communication) yang merupakan pola dasar dari proses komunikasi (Lasswell, 1948) Di dalam praktek kehidupan, proses komunikasi yang umum terjadi adalah komunikasi dua arah (two-way flow communication/ konvergen), yaitu terjadinya umpan balik dari penerima pesan kepada penyampai pesan (komunikator), sehingga komunikasi merupakan proses berputar (sirkuler), yang menurut Schramm
(1954),
Encoder
(sumber
pesan
atau
komunikatorj akan
menyampaikan pesan kepada Decoder (penerima pesan atau komunikan) dan oleh decoder ditafsirkan, yang kemudian hasil dari penafsiran tersebut, pesan kembali disampaikan kepada encoder, sehingga dalam proses ini, masingmasing pihak yang berkomunikasi berperan sebagai encoder maupun decoder. Dari proses-proses komunikasi ters~ebut,maka komunikasi dapat dibagi menjadi dua pola, yaitu komunikasi satlu arah dan komunikasi Komunikasi
dua arah.
dua arah biasa terjadi pada jenis komunikasi antar pribadi
(interpersonal) dan komunikasi satu arah banyak terjadi pada jenis komunikasi massa. Dalam komunikasi dua arah, kedua belah pihak lebih aktif dalam menyampaikan pesan dibandingkan pada komunikasi satu arah, sehingga dalam komunikasi dua arah (konvergen), masing-masing pihak berpartisipasi
aktif di dalam proses komunikasi tersebut, sehingga proses komunikasi yang terjadi relatif cepat dan langsung. Menurut De Vito (1989)
kegunaan atau tujuan dari komunikasi
(interpersonal)adalah untuk mempelajari sesuatu (to learn), untuk berhubunganl
berinteraksi (to relate) dan untuk membantu (to help). Dalam perkembangan teori komunikasi, tujuan komunikasi mengalami beberapa pergeseran, dimana pada awal perkembsngannya, komunikasi bertujuan untuk rnenyampaikan pesan dan mengubah perilaku individu, seperti yang diungkapkan Laswell (1948). Pada saat ini tujuan komunikasi dianggap berhasil apabila terjadi pemahaman bersama antara pihak-pihak yang berkomunikasi, seperti yang diungkapkan Kincaid and Schramm (1976) bahwa komunikasi akan mencapai tujuannya apabila terjadi pemahaman (makna) bersama antara pihak-pihak yang berkomunikasi, semakin tinggi pemahaman makna diantara pelaku komunikasi, maka komunikasi yang terjadi lebih efektif dan berhasil. Rogers ( 1 976) menyatakan bahwa alternatif yang sedang tumbuh saat ini dalam paradigma dominan komunikasi pembangunan, salah satunya adalah terdapatnya partisipasi
masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan diri yang bersifat desentralisasi
.
Selain itir adanya penekanan
untuk mandiri bagi masyarakat di dalam pembangunan dan perhatian yang lebih besar pada perpaduan sistem "tradisional" dan "modern" pada suatu negara. Perilaku Komunikasi merupakan suatu kebiasaan dari individu atau kelompok di dalam menerima dan menyampaikan pesan, seperti yang diungkapkan oleh Rogers (1983), bahwa Perilaku komunikasi pada individu atau kelompok dapat diindikasikan dengan adanya partisipasi, hubungan dengan sistem sosial, kekosmopolitan,
hubungan dengan agen perubah, keterdedahan dengan
media, keaktifan dalam mencari informasi, pengetahuan mengenai hal-ha1yang
baru (inovasi). Beberapa indikasi tersebut dapat diamati dan dianalisis sehingga menghasilkan suatu pola komunikasi individu atau kelompok. Pengembangan Usahatani Tanaman Paargan Luas areal pertanian tanaman pangan, khususnya padi sawah di Propinsi Jawa Barat merupakan bagian terluas bila dibandingkan dengan propinsi lain di Indonesia, yaitu mencapai 2.012.1 15 Ha atau sebesar 18,8% pada tahun 1999 dan terkecil berada di luar Jawa, yaitu di propinsi Maluku dengan luas 10.786 ha atau sebesar 0,10% (BPS, 1999). Kondisi tersebut memberikan potensi kepada sentra produksi padi, termasuk daerah Karawang untuk mengoptimalkan produktifitas padi sawahnya
agar dapat memenuhi permintaan beras
masyarakat di Indonesia. Usahatani menurut Mubyarto (1985) adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang diperlukan untuk produksi pertanian. UsahaTani dapat berupa usaha bercocok tanam. Pertanian rakyat atau disebut pertanian dalam arti sempit (di luar perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan), menurut Mubyarto (1985) adalah usaha pertanian keluarga dimana diproduksi bahan makanan utama seperti beras, palawija dan tanaman hortikultura. Hasil produksinya sebagian besar untuk memenuhi konsumsi keluarga, adapun faktor-faktor produksi atau modal yang dipergunakannya sebagian besar berasal dari dalam usahatani sendiri. Di dalam segi produksi pertanian secara keseluruhan di Indonesia, produktifitas optimal merupakan prioritas atau sasaran utama di dalam rencana kerja dari Program Pembangunan Nasi~onal(Propenas) 2000-2004. Program Pembangunan Pertanian pada saat ini, secara umum dibagi menjadi dua bagian, yaitu Program pengembangan sistem agribisnis dan Program pengembangan sistem ketahanan pangan.
Di dalam Program pengembangan agribisnis dalam
Propenas 2000-2004,
salahsatu sasaran utamanya adalah; meningkatnya
produktifdas, kualitas dan produksi komoditas unggulan tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan. Sementara itu dalam program pengembangan sistem ketahanan pangan, salah satu sasaran program adalah meningkatnya produksi, tersedianya beras secara berkelanjutan dan meningkatnya konsumsi pangan yang bersumber dari pangan ternak, ikan, tanaman pangan, hortikultura dan kebun serta produk-produk olahannya. Program pengembangan sistem agrilbisnis, memiliki lima sasaran utama, yaitu (1) meningkatnya produktifitas, kualitas dan produksi komoditas unggulan tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perikanan, perkebunan, dan kehutanan; (2) meningkatnya kesempatan kerja dan berusaha di pedesaan; (3) meningkatnya nilai tambah bagi masyarakat pertanian, perikanan, perkebunan, peternakan dan kehutanan; (4)
meningkatnya partisipasi masyarakat, serta
investasi swasta dalam pembangunan pertanian dan pedesaan; dan (5) terpeliharanya sistem sumber daya alam dan lingkungan. Namun demikian, ha1 yang penting, bahkan dianggap lebih penting adalah aspek sosial dan ekonomi petani, dimana aspek tercapainya kesejahteraan petani yang meningkat menjadi tujuan akhir dari pembangunan pertanian tersebut. Dalam ha1 ini, masyarakat petani rnerupakan masyarakat yang paling banyak populasinya hingga saat ini di Indonesia,
namun
hingga
kini,
belum seluruhnya dapat
menikmati
kehidupannya, terutama dari hasil usaha taninya. Mubyarto (1985) menyatakan bahwa banyak persoalan yang dihadapi oleh petani, baik yang berhuhungan dengan produksi dan pemasaran hasilnlya, maupun dalam kehidupan petani sehari-hari yang menjadi cara hidup, perlu diperhatikan aspek sosial, budaya, keagamaan dan tradisi, di samping aspek ekonomi. Untuk memecahkan permasalahan-permasalahan pertanian yang dihadapi petani, Soekartawi (1996) memberikan alternatif untuk meningkatkan peran
sektor pertanian dalam mengentaskan kemiskinan, yaitu pemanfaatan lahan dan pengembangan wawasan agribisnis. Komunikasi Pembangunan Pertanian Perubahan
paradigma
pembangunan
pertanian
dan
komunikasi
pembangunan saat ini adalah adanya peran serta atau partisipasi aktif dari pelaku lusahatani,, dalam ha1 ini adala~hpetani.
Partisipasi aktif tersebut
didorong dan didukung oleh adanya tanggung jawab pemerintah untuk memberikan akses dalam mendapatkan teknologi, sumber produksi dan
.
informasi (Propenas, 2000). Menurut Rogers (1976) dalam pembangunan negara-negara berkembang yang sebagian besar masyarakatnya adalah masyarakat pertanian, diperlukan paradigma pembangunan baru yang memperhatikan beberapa hal, yaitu (1) Pemerataan penyebaran informasi dan keuntungan sosial ekonomi. Penekanan baru dalam paradigma baru ini adalah bahwa para penduduk desa dan orang miskin perkotaan hendaknya menjadi sasaran
utama dalam program
pembangunan, (2) Partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan perlu diikuti dengan desentralisasi kegiatan-kegiatan tertentu di pedesaan. Pembangunan tidak lagi sekedar fungsi dari dari apa yang dilakukan pemerintah nasjonal terhadap masyarakat pedesaan, (3) Berdiri di atas kaki sendiri dan mandiri dalam pembangunan, dengan suatu penekanan kepada potensi sumber daya setempat, (4) Perpaduan antara sistem tradisional dengan modern, sehingga pengertian modernisasi adalah suatu sinkretisasi antara pemikiran lama dengan yang baru, dengan pertimbangan berbeda di setiap daerah. Pada masa lalu, banyak terjadi kese~njanganpembangunan di pedesaan, menurut Roling, Ascroft and Wa Chege (1976) sebagai akibat dari kelemahan
difusi inovasi suatu teknologi, yang kenyataannya telah menimbulkan ketidak merataan penyebaran informasi. Ketidak merataan terjadi karena; (1) lnovasi tidak datang secara bersamaan atau serentak ke dalam masyarakat pedesaan, sehingga memerlukan waktu untuk terjadinya pemerataan inovasi; (2) lnovasi tersebut memerlukan waktu untuk berdifusi, sehingga golongan masyarakat yang mengadopsi lebih awal akan mendapatkan keuntungan awal, lebih lama dan lebih besar, sementara yang lainnya baru memulainya; (3) Pengadopsi awal mendapatkan keuntungan dari hasil teknologi pada saat suatu produk masih langka dan harganya yang masih tinggi; (4) Dana yang dimiliki oleh pengadopsi awal akan memperluas lahan pertaniannya pada waktu harga tanah masih rendah; (5) Agar dapat mengadopsi inovasi, biasanya diperlukan sumber daya besar, sehingga petani miskin umumnya menjadi pengadopsi yang terakhir; (6) Pelayanan pembangunan pedesaan dipusatkan pada petani maju yang cenderung akan menjadi langganan tetap, sehingga informasi baru selalu disalurkan kepadanya; (7) Peneliti difusi pada umumnya berasumsi bahwa inovasi adalah pesan, dan umumnya pesan dengan cepat akan kehilangan kemurniannya; (8) Prinsip-prinsip difusi rnengandung "bias pro-inovasi", dalam arti bahwa adopsi dianggap akan menguntungkan semua pengadopsi, padahal dalam kenyataannya tidaklah demikian (9) Kredit diberikan kepada petani yang dapat memberikan jaminan, sehingga inovasi yang mahal dan seringkali menguntungkan, dapat lebih cepat diadopsi oleh mereka yang relatif kaya. Partisipasi petani dalam komunikasi pembangunan pertanian dapat ditingkatkan dengan upaya meningkatkan aspek - aspek pola komunikasi yang bersifat
konvergen,
sehingga
didapatkan
pemahaman
bersama
dan
kesepakatan-kesepakatan bersama, baik tertulis maupun tidakl tertulis antara petani dan berbagai pihak yang berpartisipasi di dalamnya. Dalam komunikasi pembangunan, terrnasuk pertanian, Rogers (1976) mengungkapkan bahwa pada
saat ini diperlukan penelitian yang lebih bermanfaat untuk mengetahui strategi pelaksanaan yang tepat. Ouchi (1985) menyatakan bahwa usaha untuk menghasilkan komunikasi pembangunan
yang
efektif
diperlukan dua
hal,
yaitu (1) Metode
penyampaian pesan dan sikap komunikator efektif, (2) Penerimaan pesan yang efektif, sehingga pada masyarakat bawah (akar rumput) pencapaian dari kedua ha1 tersebut sangatlah penting. Rogers (1976) memberikan beberapa alternatif dalam pelaksanaan dan pengembangan komunikasi pembangunan dalam paradigma baru, yaitu informasi.
pembangunan kemandirian petani dan pemerataan
Di dalam konteks komunikasi dan perubahan
perilaku, jika
komunikasi direncanakan untuk menimbulkan adanya perubahan, maka pesanpesan harus dirancang sedemikian rupa, sehingga menghasilkan perubahanperubahan psikologis dan sosiologis.
Pesan-pesan yang akan disampaikan
sebaiknya berdasarkan pada pengalaman-pengalaman masyarakat setempat. Begitu pula pesan-pesan tersebut harus dapat memperlihatkan keuntungan atau nilai praktis yang besar (Kincaid and Schramm, 1976). Petugas penyuluh lapangan sebagrai salah satu penyampai informasi pengembangan pertanian di pedesaan, Menurut Mosher (1978) hendaknya memiliki kemampuan untuk menganalisis hal-ha1 sebagai berikut
(1) Nilai
produksi pertanian; (2) Fungsi usahatmi sebagai suatu usaha bisnis; (3) Perencanaan pembangunan pertanian; (4) Psikologi petani dan cara untuk Mempelajarinya; (5) Perilaku masyarakat pedesaan. Kelima ha1 tersebut sangat erat kaitannya satu dengan yang lainnya dalam keberhasilan pembangunan pertanian.
menentukan