TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah Penginderaan Jauh Istilah penginderaan jauh dikenalkan di Amerika Serikat pada akhir tahun 1950-an untuk menarik dana dari instansi survei kelautan Amerika Serikat. Istilah ini didefenisikan oleh Parker pada tahun 1962, pada symposium pertama tentang penginderaan jauh untuk lingkungan di Michigan, yang meliputi pengumpulan data tentang objek - objek tanpa kontak langsung dengan alat pengumpulnya. Pada symposium tersebut, makalah yang disajikan meliputi interpretasi foto udara, fotografi udara, radar, dan penginderaan jauh sistem termal. Pada awal tahun 1970-an, istilah serupa digunakan di Perancis (teledetection), Spanyol (teleperception) dan Jerman (fenerkundung) (Jaya, 1997). Penginderaan jauh adalah ilmu atau seni untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah atau gejala, dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat, tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau gejala yang akan dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1990). Manual of remote sensing (American Socciety of Photogrametry, 1983) menyatakan bahwa dalam pengukuran yang lebih luas, pengukuran atau perolehan informasi dari beberapa sifat objek atau fenomena, dengan menggunakan alat perekam yang secara fisik tidak terjadi kontak langsung atau bersinggungan dengan objek atau fenomena yang dikaji (Howard, 1996). Teknologi penginderaan jauh (remote sensing) dikenal pertama kali di USA pada tahun 1950. Perkembangan teknologi remote sensing di bidang kehutanan saat ini sudah sangat maju baik yang menggunakan wahana pesawat
Universitas Sumatera Utara
terbang maupun satelit antara lain potret udara, citra landsat TM 5, landsat ETM 7, Citra radar, SPOT, NOAA, IKONOS, Hyperspectral, dll. Masing-masing teknologi tersebut mempunyai kelebihan baik dalam cakupan maupun resolusi spasialnya dari 1x1 km (NOAA) s/d 1x1 m (IKONOS). Pengertian Penginderaan Jauh Penginderaan jauh merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan data berupa informasi mengenai objek dan lingkungannya dari jauh tanpa sentuhan fisik. Biasanya teknik ini menghasilkan beberapa bentuk citra yang selanjutnya diproses dan diinterpretasi guna menghasilkan data yang bermanfaat untuk aplikasi dibidang pertanian, arkeologi, kehutanan, geografi, geologi, perencanaan dan bidang-bidang lainnya (Wolf, 1993). Tujuan penginderaan jauh ialah untuk mengumpulkan data sumber daya alam dan lingkungan. Informasi tentang objek disampaikan pengamat melalui energi elektomagnetik yang merupakan pembawa informasi dan sebagai penghubung komunikasi. Oleh karena itu menganggap bahwa data penginderaan jauh pada dasaranya merupakan informasi intensitas panjang gelombang yang perlu diberikan kodenya sebelum informasi tersebut dapat dipahami secara penuh. Proses pengkodean ini setara dengan interpretasi citra penginderaan jauh yang sangat
sesuai
dengan
pengetahuan
kita
mengenai
sifat-sifat
radiasi
elektromagnetik (Wolf, 1993). Pada berbagai hal, penginderaan jauh dapat diartikan sebagai suatu proses membaca. Dengan menggunakan berbagai sensor kita mengumpulkan data dari jarak jauh yang dapat dianalisis untuk mendapatkan informasi tentang objek, daerah atau fenomena yang diteliti. Pengumpulan data dari jarak jauh dapat
Universitas Sumatera Utara
dilakukan dalam berbagai bentuk, termasuk variasi agihan daya, agihan gelombang bunyi atau agihan energi elektromagnetik (Howard,1996). Dalam penginderaan jauh, sensor merekam tenaga yang dipantulkan atau dipancarkan oleh permukaan bumi. Rekaman tenaga ini setelah diproses membuahkan data penginderaan jauh. Data penginderaan jauh tersebut dapat berupa data digital atau data numerik untuk dianalisis dengan menggunakan komputer, namun dapat berupa data visual yang pada umumnya dianalisis dengan menggunakan komputer, namun dapat berupa data visual yang pada umumnya dianalisis secara manual. Data visual ini dibedakan lagi menjadi data citra dan non citra. Data citra berupa gambaran yang mirip wujud aslinya atau paling tidak gambaran planimetrik. Sedangkan data non citra pada umumnya berupa garis atau grafik (Wibowo dkk, 1994). Penginderaan jauh menggunakan data berupa citra dan non citra dengan keluaran terbaru untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat. Laju perubahan permukaan bumi yang setiap saat semakin cepat, mengharuskan adanya data yang lebih baru lagi sehingga satelit melakukan perekaman kembali pada daerah yang dibutuhkan. Hal ini tentu saja membutuhkan biaya yang relatif besar, sehingga masih banyak data lama yang digunakan oleh para pengguna dalam perolehan informasi. Selain itu, kegiatan perekaman yang dilakukan oleh satelit sangat dipengaruhi oleh alam, seperti keberadaan awan, hujan yang dapat menyebabkan citra yang dihasilkan rusak atau cacat, sehingga tidak dapat digunakan dalam kegiatan interpretasi. Kesalahan juga dapat terjadi pada manusia sebagai pengguna ketika sedang melakukan interpretasi dengan menggunakan konsep penginderaan jauh (Riswan, 2001).
Universitas Sumatera Utara
Pengertian GIS (Geographic Information System) GIS (Geographic Information System) merupakan seperangkat sistem/alat untuk membuat, mengumpulkan, menyimpan, memanipulasi, menvisualisasikan, menquery, mentransformasi, memanggil kembali, menampilkan dan menganalisis informasi dikaitkan dengan posisi pada permukaan bumi (georeferensi). GIS juga dapat dikatakan sebagai sistem pendukung keputusan (decision support system) yang computerized, yang melibatkan integrasi data spasial dalam memecahkan masalah lingkungan. GIS juga mempunyai kemampuan untuk melakukan teknik analisis spasial misalnya buffering, overlaying, dan lain-lain. Dalam SIG terdapat berbagai peran dari berbagai unsur, baik manusia sebagai ahli dan sekaligus operator, perangkat alat (lunak/keras) maupun objek permasalahan. SIG adalah sebuah rangkaian sistem yang memanfaatkan teknologi digital untuk melakukan analisis spasial. Sistem ini memanfaatkan perangkat keras dan lunak komputer untuk melakukan pengolahan data seperti : 1.
Perolehan dan verifikasi
2.
Kompilasi
3.
Penyimpanan
4.
Pembaruan dan perubahan
5.
Manajemen dan pertukaran
6.
Manipulasi
7.
Penyajian
8.
Analisis Sistem Informasi Geografi membantu mengurangi kesalahan oleh manusia
dan menghilangkan tugas-tugas pemetaan dan penggambaran, lebih cepat dan
Universitas Sumatera Utara
efisien dalam memberikan informasi spasial termasuk beberapa jenis peta. Selanjutnya dikatakan walaupun dalam pengoperasiannya lebih mudah, sistem ini memerlukan keperluan yang mendasar yang membuatnya mahal, dalam hal ini pembuatan data dasarnya karena biasanya data spasial yang siap dipakai tidak tersedia. Penggunaan setiap Sistem Informasi Geografi akan tergantung terutama pada jenis, ketelitian dan detail masukan data yang dimiliki (Howard, 1996). Adapun komponen yang membangun GIS terdiri dari lima bagian : a. Perangkat Lunak (Software) Komponen software ini mencakup didalamnya adalah software GIS, seperti software GIS Arcinfo, dan juga perangkat software pendukung lainnya, yaitu Operating System, dan software database lainnya, seperti Oracle. b. Perangkat Keras Hardware komputer digunakan untuk mendukung bekerjanya GIS. Dan juga komponen hardware pendukung lainnya diantaranya adalah plotter, printer, scanner, digitizer. c. Sumber Daya Manusia Untuk menjalankan GIS diperlukan operator computer GIS, untuk pembuatan aplikasi GIS dibutuhkan ahli programmer, untuk mendesain suatu sistem GIS diperlukan ahli analisis sistem GIS, dan seterusnya. d. Data Komponen ini sangat menentukan kualitas informasi dari output GIS. Pemahaman sistem data, termasuk didalamnya adalah sistem referensi spasial (sistem koordinat dan datum). Sistem GIS yang digunakan, hendaknya dapat
Universitas Sumatera Utara
menangani berbagai format software aslinya. Misalnya, format Exchange AutoCAD (DXF), Shapefile, dan juga format database tabuler lainnya. e. Metode Metode adalah suatu prosedur atau ketentuan pembangunan suatu GIS. Dengan mengambil beberapa titik dalam proses pengecekan data-data yang ada di lapangan. Sistem Penginderaan Jauh Satelit Ikonos Ikonos adalah satelit milik space imaging (USA) yang diluncurkan bulan September 1999 dan menyediakan data untuk tujuan komersial pada awal 2000. Ikonos merupakan satelit komersial pertama yang dapat membuat image beresolusi tinggi 1 x 1 m. dengan kedetilan atau resolusi yang cukup tinggi ini membuat satelit ini akan menyaingi pembuatan foto udara. Satelit berada pada 681 km di atas permukaan bumi waktu revolusinya 98 menit dan resolusi temporalnya sekitar 3 hari. Ikonos adalah satelit dengan resolusi spasial tinggi yang merekam data multispektral 4 kanal pada resolusi 4 m (citra berwarna) dan sebuah kanal pankromatik dengan resolusi 1 m (hitam-putih) yang lebih detailnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1. Karakteristik Satelit Ikonos Kelas Pankromatik Band 1 Band 2 Band 3 Band 4
Panjang gelombang 0.45 – 0.90 µm 0.45 – 0.53 µm (biru) 0.52 – 0. 61 µm (hijau) 0.64 – 0.72 µm (merah) 0.77 – 0.88 µm (inframerah dekat)
Resolusi Spasial 1 x 1 meter 4 x 4 meter 4 x 4 meter 4 x 4 meter 4 x 4 meter
Sumber : Badan Geologi Jawa Timur, 2007 Setiap tipe-tipe penggunaan lahan di permukaan bumi memiliki karakteristik reflektansi spektral yang dapat dideteksi oleh satelit. Radiasi yang dideteksi oleh sistem ini umumnya berupa refleksi cahaya (energi) matahari,
Universitas Sumatera Utara
panas yang dipancarkan oleh setiap obyek yang mempunyai suhu lebih besar dari 00 K, dan refleksi gelombang mikro. Satelit ikonos mempunyai empat buah band multispektral pada sinar tampak (merah, hijau dan biru) dan inframerah dekat, sehingga satelit ini dapat mendeteksi permukaan bumi seperti tanah, air jernih, tanah kering dan tanah lembab. Band penyerap klorofil terletak pada daerah sinar biru dan merah dan sedangkan reflektansi yang cukup signifikan terjadi pada daerah sinar hijau 0.5 µm – 0.6 µm. Pada inframerah dekat, reflektansi dikendalikan oleh interaksi antar radiasi dan struktur sel daun. Tanaman berumur tua atau berdaun lebat atau diselimuti oleh bulu daun yang rapat akan mempunyai reflektansi yang lebih tinggi (Jaya, 1997). Keberhasilan satelit ikonos tidak terlepas dari karakteristik resolusinya. Resolusi dapat diartikan sebagai kerincian informasi dari data penginderaan jauh. Dalam konsep penginderaan jauh dikenal beberapa resolusi dari suatu satelit yaitu resolusi spasial, resolusi spektral, resolusi radiometrik dan resolusi temporal. 1. Resolusi spasial Resolusi spasial adalah unit terkecil dari suatu bentuk (feature) permukaan bumi yang dibedakan berbagai bentuk permukaan disekitarnya atau yang ukurannya dapat diukur. Pada potret udara, resolusi adalah fungsi dari ukuran grain film (jumlah pasangan garis yang bisa dibedakan per mm) dan skala. Skala adalah fungsi dari panjang fokus dan tinggi terbang. Grain film yang halus memberikan detail objek lebih banyak (resolusi yang lebih tinggi) dibandingkan dengan grain yang kasar. Demikian pula, skala yang lebih besar memberikan resolusi yang lebih tinggi.
Universitas Sumatera Utara
2. Resolusi spektral Resolusi spektral merupakan interval panjang gelombang khusus pada spektrum elektromagnetik yang direkam oleh sensor, dimensi dan jumlah daerah panjang gelombang yang sensitif terhadap sensor. Semakin sempit lebar interval spektrum elektromagnetik maka resolusi spektral semakin tinggi. Resolusi spektral berbanding terbalik dengan resolusi spasial. Semakin tinggi nilai resolusi spektral, maka nilai resolusi spasialnya akan semakin kecil dan sebaliknya. 3. Resolusi radiometrik Resolusi radiometrik merupakan jumlah data yang dimungkinkan pada setiap band, ukuran sensitifitas sensor untuk membedakan aliran radiasi yang dipantulkan atau diemisikan dari suatu objek pada permukaan bumi. 4. Resolusi temporal Resolusi temporal merupakan frekwensi dari suatu sistem sensor dalam merekam suatu areal yang sama, dengan kata lain resolusi temporal merupakan lamanya suatu sistem sensor untuk merekam kembali daerah yang sama. Meskipun benar bahwa resolusi yang tinggi akan memberikan data yang lebih banyak, tetapi itu tidak sinonim dengan meningkatnya jumlah informasi yang diperoleh. Dari segi teknis pemakai diharapkan pada pilihan untuk mengoptimalkan resolusi (spasial, temporal spektral dan radiometrik), biaya untuk mendapatkan data dan pengolahan data tersebut. Meningkatnya resolusi membawa
konsekuensi
meningkatnya
jumlah
data
yang
harus
diperoleh (Jaya, 1997). Sistem Pengelolaan Data Spasial
Universitas Sumatera Utara
Pengelolaan data spasial merupakan hal yang penting dalam pengelolaan lingkungan. Pengelolaan yang tidak benar dapat menimbulkan berbagai dampak yang merugikan. Bencana dalam skala besar dan kecil merupakan contoh dari sistem pengelolaan data spasial yang tidak terencana dan terorganisir dengan baik. Banyak pihak yang terkait dengan masalah ini. Pengelolaan lahan selalu memanfaatkan berbagai data, baik data spasial terestris maupun data penginderaan jauh. Pengelolaan data banyak dilakukan oleh lembaga-lembaga seperti BAPPEDA dan lembaga swadaya masyarakat lainnya. Beberapa lembaga secara khusus mengelola data-data spasial untuk tujuan-tujuan tertentu, seperti BAKOSURTANAL yang mengelola berbagai data spasial untuk tujuan evaluasi, survey dan pemetaan. Pada umumnya sumber data untuk penyusunan basis data spasial GIS terdiri dari banyak jenis sumber data peta dari berbagai instansi departemen, dan biasanya masing-masing departemen instansi menggunakan sistem koordinat yang berbeda pula. Sistem koordinat dalam GIS digunakan untuk meregistrasikan basis data spasial, artinya semua basis data spasial harus diregistrasikan dalam sistem koordinat yang sama. Bagi software yang tidak bisa melakukan “on the fly projection” untuk menangani berbagai macam sistem koordinat proyeksi atau datum, maka registrasi setiap layer informasi harus diregistrasi dalam sistem datum dan sistem koordinat proyeksi yang sama. Software ArcGIS mempunyai kemampuan untuk menangani persoalan perbedaan sistem proyeksi peta yang digunakan, akan tetapi untuk perbedaan datum dalam sumber data tetap harus dilakukan transformasi datum (Budianto, 2005).
Universitas Sumatera Utara
Interpretasi Citra Satelit Interpretasi citra merupakan pembuatan mengkaji foto udara dan atau citra dengan maksud untuk mengidentifikasi obyek dan menilai arti pentingnya obyek tersebut. Didalam interpretasi citra, penafsir citra mengkaji citra dan berupaya melalui proses penalaran untuk mendeteksi, mengidentifikasi, dan menilai arti pentingnya obyek yang tergambar pada citra. Dengan kata lain maka penafsir citra berupaya
untuk
mengenali
obyek
yang
tergambar
pada
citra
dan
menterjemahkannya ke dalam disiplin ilmu tertentu seperti geologi, geografi, ekologi, dan disiplin ilmu lainnya (Sutanto, 1999). Di dalam pengenalan obyek yang tergambar pada citra, ada tiga rangkaian kegiatan yang diperlukan, yaitu deteksi, identifikasi, dan analisis. Deteksi ialah pengamatan atas adanya suatu obyek, misalnya pada gambaran sungai terdapat obyek yang bukan air. Identifikasi ialah upaya mencirikan obyek yang telah dideteksi dengan menggunakan keterangan yang cukup. Pada tahap analisis dikumpulkan keterangan lebih lanjut, misalnya dengan mengamati jumlah penumpangnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa perahu tersebut berupa perahu dayung yang berisi tiga orang (Lintz Jr. dan Simonett, 1976). Dalam mengidentifikasi obyek dalam penginderaan jauh secara visual perlu dibantu dengan unsur-unsur intepretasi yang terdiri dari rona/warna, bentuk, ukuran, tekstur, pola, bayangan, situs, dan asosiasi. Dalam analisis citra dikenal 8 macam unsur interpretasi citra, yaitu: 1.
Warna dan Rona Warna dan rona merupakan tingkat kecerahan atau kegelapan suatu objek.
Kontras warna dan sinar yang tegas dalam foto udara penting untuk
Universitas Sumatera Utara
identifikasinya dan tanpa kontras unsur-unsur pengenal lainan lain yaitu ukuran, bentuk, tekstur dan pola tidak bermanfaat. 2.
Ukuran Objek pada foto akan bervariasi sesuai dengan skala foto, sebab apabila
skala citra berbeda maka ukuran sesuatu objek yang sama akan menjadi berbeda. suatu objek dapat dibedakan dengan objek yang lain berdasarkan ukurannya, sebab pada dasarnya ukuran setiap objek yang terdapat di permukaan bumi adalah berbeda. 3.
Bentuk Merupakan kualitatif yang memberikan konfigurasi atau kerangka sesuatu
objek, sehingga bentuk dan ukuran sering berasosiasi sangat erat. Bentuk suatu objek ssangat dipengaruhi juga oleh skala potret udara yang dipergunakan. Semakin kecil skala potret maka akan semakin sukar mengenali suatu objek demikian juga sebaliknya. 4.
Bayangan Bayangan terjadi karena adanya sinar, bayangan yang terjadi sedikit
banyak akan mengikuti bentuk objeknya. Jadi bayangan dapat digunakan untuk membedakan jenis suatu objek. 5.
Tekstur Tekstur adalah frekwensi perubahan rona dalam citra foto atau
pengulangan rona kelompok objek yang terlalu kecil untuk dibedakan, sehingga sering dinyatakan dalam halus dan kasar. Tekstur merupakan hasil bentuk, ukuran, pola, bayangan dan rona individual. Apabila skala foto diperkecil maka tekstur suatu objek menjadi semakin halus dan bahkan tidak tampak.
Universitas Sumatera Utara
6.
Pola Merupakan
sebuah
karakteristik
makro
yang
digunakan
untuk
mendeskripsi tata ruang pada citra, termasuk di dalamnya pengulangan penampakan-penampakan alami. Pola sering diasosiasikan dengan topografi, tanah, iklim dan komunitas tanaman. Contohnya susunan pohon-pohon menjadi tegakan, apabila susunannya teratur maka objek baru yang terbentuk berupa tegakan hutan tanaman atau kemungkinanperkebunan pohon-pohon besar. 7.
Lokasi / Situs Setiap objek umumnya berlokasi atau di tempatkan pada lokasi yang
sesuai. Oleh karena itu ada hubungan antara lokasi dengan sesuatu jenis objek tertentu. Contohnya semua bangunan yang melintas di atas sungai akan dinamakan jembatan. 8.
Asosiasi Keterkaitan antara objek yang satu dengan yang lain dan adanya suatu
objek merupakan petunjuk adanya objek yang lain. Sering bentuk, rona, pola, tekstur diasosiasikan dengan satu kelas objek yang tidak terekam atau kurang jelas tergambar pada citra (Hardjoprajitno dan Saleh, 1995). Penghijauan Kota Penghijauan kota dapat
didefenisikan
sebagai penghijauan
yang
dilaksanakan di daerah perkotaan yang menjadi usaha dari masyarakat sendiri yang bekerjasama dengan pihak pemerintah setempat. Penghijauan kota dapat juga diartikan sebagai suatu upaya untuk menanggulangi berbagai penurunan kualitas lingkungan (Nazaruddin, 1996).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 35 Tahun 2002 tentang dana reboisasi, penghijauan dapat didefenisikan sebagai upaya pemulihan lahan kritis di luar kawasan hutan secara vegetatif dan sipil teknis untuk mengembalikan fungsi lahan. Sedangkan menurut Setiawan (2000), penghijauan adalah suatu usaha yang meliputi kegiatan-kegiatan penanaman tanaman keras, rerumputan, serta pembuatan teras dan bangunan pencegah erosi lainnya diareal yang tidak termasuk areal hutan negara atau areal lain yang berdasarkan rencana tata guna lahan diperuntukkan sebagai hutan. Pelaksanaan
penghijauan
di
perkotaan
bukan
asal
jadi,
tujuan
pelaksanaannya harus jelas sehingga diperlukan suatu pemikiran dan kerja keras perencana penghijauan di perkotaan agar terwujud suatu kota yang berwawaskan lingkungan. Penghijauan kota bertujuan mewujudkan sutau kawasan hunian yang berwawasan lingkungan, suasana yang asri, serasi dan sejuk berusaha ditampilkan kembali. Gedung perkantoran, rumah hunian, sarana umum, daerah aliran sungai, jalan raya, dan tempat lain di kota ditanami dengan aneka pepohohnan. Hal ini dapat terjadi bila ada keseimbangan antara ketersediaan ruang terbuka hijau dengan ketersediaan ruang terbangun (Nazaruddin, 1996). Manfaat Dan Bentuk-Bentuk Penghijauan Kota Menurut Setiawan (2000) ada manfaat dari penghijauan yang dapat dirasakan dalam kehidupan bermasyarakat perkotaan baik secara langsung maupun tidak langsung, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
1.
Manfaat Estetis
Universitas Sumatera Utara
Manfaat estetis atau keindahan dapat diperoleh dari tanaman-tanaman yang disengaja ditata sehingga tampak menonjol keindahannya. Warna hijau dan aneka bentuk dedaunan serta bentuk susunan tajuk berpadu menjadi suatu pemandangan yang menyejukkan. 2.
Manfaat Orologis Perpaduan antara tanah dan tanaman merupakan kesatuan yang saling
memberi manfaat. Pepohonan yang tumbuh diatas tanah akan mengurangi erosi. Manfaat orologis ini penting untuk mengurangi tingkat kerusakan tanah, terutama longsor dan menyangga kestabilan tanah. 3.
Manfaat Hidrologi Struktur akar tanaman mampu menyerap kelebihan air apabila turun hujan
sehingga tidak mengalir dengan sia-sia melainkan dapat diserap oleh tanah. Hal ini sangat mendukung daur alami tanah sehingga daerah hijau menjadi sangat penting sebagai daerah hijau menjadi sangat penting sebagai daerah persediaan air tanah. 4.
Manfaat Klimatologis Iklim yang sehat dan normal penting untuk keselarasan hidup manusia.
Faktor-faktor iklim seperti kelembapan, curah hujan, ketinggian tempat, dan sinar matahari akan membentuk suhu harian maupun bulanan yang sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan manusia. Efek rumah kaca akan dikurangi oleh banyaknya tanaman dalam suatu daerah dan menambah kesejukan dan menambah kesejukan dan kenyamanan lingkungan.
5.
Manfaat Edaphis
Universitas Sumatera Utara
Manfaat edaphis berhubungan erat dengan lingkungan hidup satwa di perkotaan yang semakin terdesak lingkungannya yang semakin berkurang tempat huniannya. Lingkungan hijau akan memberi tempat yang nyaman bagi satwa tanpa terusik. 6.
Manfaat Ekologis Keserasian lingkungan bukan hanya baik unutk satwa, tanaman atau
manusia saja. Kedemua makhluk ini dapat hidup nyaman apabila ada kesatuan. Walaupun diberi tanggung jawab untuk menguasai alam, namun manusia tidak bisa sewenang-wenang merusaknya. Kehidupan makhluk hidup di alam ini saling ketergantungan. Apabila salah satunya musnah maka makhluk hidup lainnya akan tegantung hidupnya. 7.
Manfaat Protektif Pohon dapat menjadi pelindung dari teriknya sinar matahari di siang hari
sehingga manusia memperoleh keteduhan. Pohon juga dapat menjadi pelindung dari terpaan angin kencang dan peredam dari suara kebisingan. 8.
Manfaat Hygienis Lamban laun udara perkotaan semakin tercemar yang dikenal juga dengan
polusi. Dengan adanya tanaman, bahaya polusi ini mampu dikurangi karena dedaunan tanaman mampu menghasilkan oksigen, menyaring debu dan menghisap kotoran di udara. Semakin besar jumlah tanaman yang ada, maka semakin besar pula bahaya polusi dapat dikurangi.
9.
Manfaat Edukatif
Universitas Sumatera Utara
Semakin langka pepohonan yang hidup di perkotaan membuat sebagian warganya tidak mengenalnya lagi. Karena langkanya pepohonan tersebut maka generasi manusia yang akan datang tidak mengenal lagi sosok tanaman yang pernah ada. Sehingga penanaman kembali pepohonan di perkotaan dapat bermanfaat sebagai laboratorium alam. Menurut Nazaruddin (1996), beberapa lokasi di perkotaan yang menjadi perhatian utama untuk dihijaukan ialah daerah yang baru dibuka, jalan umum, lokasi yang belum dibangun, daerah aliran sungai, halaman perkantoran, dan perumahan, serta daerah yang kumuh yang umumnya tidak lagi memiliki ruang terbuka hijau. Umumnya kegiatan penghijauan untuk mewujudkan lingkungan kota yang hijau dan asri dapat dilakukan dengan banyak cara. Cara-cara ini disesuaikan dengan lingkungan daerah yang akan dihijaukan. Oleh karena itu ada beberapa bentuk penghijauan kota yaitu diantaranya : 1.
Hutan Kota Menurut peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 63 Tahun 2002
tentang hutan kota, hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat didalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun pada tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang. Luas hutan kota dalam satu hamparan yang kompak paling sedikit 0,25 hektar. Hutan kota merupakan suatu kawasan dalam kota yang didominasi oleh pepohonan yang habitatnya dibiarkan tumbuh secara alami. Lokasi hutan kota umumnya di daerah pinggiran, dibuat sebagai daerah penyangga kebutuhan air,
Universitas Sumatera Utara
lingkungan alami, serta perlindungan flora dan fauna di perkotaan. Hutan kota dapat dibuat berbentuk jalur, mengelompok, dan menyebar. 2.
Taman Umum Masyarakat dapat memanfaatkan taman umum untuk aneka keperluan,
diantaranya sebagai tempat bersantai, berjalan-jalan, membaca dan sebagainya. Lokasi taman umum biasanya digelar di lokasi strategis yang banyak dilalui orang, seperti di pusat kota, dekat perkantoran atau bahkan ditengah pemukiman penduduk. Jenis tanaman yang dapat ditanam di taman umum dapat berupa pepohonan dan tanaman hias yang memberikan keindahan bagi setiap orang yang melihatnya. 3.
Taman Halaman Perkantoran Perkantoran di daerah pemukiman yang cukup baik umumnya memiliki
halaman yang cukup luas. Bila di atas dengan baik, halaman tersebut dapat dijadikan taman yang indah. Taman perkantoran umumnya lebih mengutamakan keindahan fisiknya dan didominasi oleh tanaman perdu dan tanaman hias yang memberikan keindahan bagi setiap orang yang melihatnya. 4.
Penghijauan Pemukiman Penduduk Halaman atau pekarangan rumah penduduk merupakan ruang terbuka
hijau yang cocok untuk dilakukan penghijauan. Lokasi ini sesuai apabila ruang terbuka tersebut memadai untuk dilakukan penanaman pepohonan atau tanaman hias. Pemukiman penduduk yang padat dan sarat tanpa ada halaman atau pekarangan dapat melakukan penghijauan dengan cara melakukan penanaman tanaman di dalam pot. 5.
Jalur Hijau Di Jalan Umum
Universitas Sumatera Utara
Penghijauan di jalan umum biasanya berbentuk penanaman pohon dibagian jalan yang disebut jalur hijau. Jalur hijau dapat berada di tengah jalan untuk jalan raya maupun di kanan kiri jalan. Jalan protokol umumnya lebar dan terang dengan pandangan tidak terhalang. Biasanya di jalan protokol dilengkapi lampu jalan yang tidak boleh terhalangi oleh pepohonan yang terlalu rimbun, sehingga jalan protokol tidak boleh ditanami dengan vegetasi secara penuh. Jenis tanaman yang biasa di lokasi ini dapat berupa rumput, bunga-bungaan, atau tanaman hias kecil. 6.
Penghijauan Daerah Aliran Sungai Penghijauan daerah aliran sungai dilakukan pada tepian sungai.
Penghijauan ini bermanfaat dalam penguat tebing sungai dan penanaman pepohonan akan terlihat lebi rapi dan indah sehingga dapat dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi (Nazaruddin, 1996).
Universitas Sumatera Utara