12
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Di dalam bab ini akan dijelaskan tentang teori-teori yang berkaitan dengan judul skripsi “Analisis Pengaruh Fluktuasi Nilai Tukar Terhadap Perdagangan Tekstil Indonesia di Pasar Internasional.” 2.1.
Teori Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai proses perubahan kondisi
perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi juga dapat diartikan sebagai penjelasan mengenai faktor-faktor yang menentukan kenaikan output per kapita dalam jangka panjang, dan penjelasan mengenai interaksi faktor-faktor tersebut satu sama lain sehingga terjadi proses pertumbuhan (Boediono, 1989:2). Perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila jumlah balas jasa riil terhadap penggunaan faktor-faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi didalam konteks pembangunan ekonomi hanya merupakan salah satu aspek yang lebih menekankan pada peningkatan output agregat khususnya output agregat per kapita atau dapat dikatakan bahwa keberhasilan pertumbuhan ekonomi lebih bersifat kuantitatif yang ditunjukkan dengan adanya kenaikan dalam standar pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan. Terdapat banyak teori pertumbuhan ekonomi, akan tetapi, tidak satu teori pun yang komprehensif yang dapat menjadi standar yang baku, karena masing-masing teori memiliki kekhasan sendiri-sendiri sesuai dengan latar belakang teori tersebut.
13
Adapun beberapa indikator yang digunakan untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi, yaitu : a. Tingkat Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) b. Tingkat Pertumbuhan Produk Nasional Bruto (PNB) Dalam praktek angka, PNB kurang lazim digunakan, sebaliknya yang paling populer digunakan adalah PDB, karena angka PDB hanya melihat batas wilayah dan terbatas pada negara yang bersangkutan. Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu : a. Faktor Sumber Daya Manusia Sama halnya dengan pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh sumber daya manusia (SDM). Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam pembangunan, cepat lambatnya proses pembangunan tergantung kepada sejauh mana sumber daya manusia selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan proses pembangunan. b. Faktor Sumber Daya Alam Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam dalam melaksanakan proses pembangunannya. Namun demikian, sumber daya alam saja tidak menjamin keberhasilan proses pembangunan ekonomi, apabila tidak didukung oleh kemampuan sumber daya manusianya dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia. Sumber daya alam yang dimaksud diantaranya adalah kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang, kekayaan hasil hutan, dan kekayaan laut.
14
c. Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mendorong adanya percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja yang semula menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas, dan kuantitas serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada percepatan laju pertumbuhan ekonomi. d. Faktor Budaya Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan ekonomi yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong proses pembangunan tetapi, dapat juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang dapat mendorong pembangunan diantaranya adalah sikap kerja keras dan cerdas, jujur, ulet, dan sebagainya.
Adapun
budaya
yang
bersifat
sebagai
penghambat
pembangunan diantaranya adalah sikap anarkis, egois, boros, KKN, dan sebagainya. e. Faktor Sumber Daya Modal Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah sumber daya alam, serta meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas. Teori klasik juga membahas tentang petumbuhan ekonomi dengan penekanan pada akumulasi kapital yang dapat meningkatkan output. Teori klasik
15
ini mengasumsikan bahwa fleksibilitas harga dan upah menciptakan kesempatan kerja penuh (full employement). Faktor utama model ini adalah pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk. Adam Smith dalam bukunya yang berjudul “An Iquiry Into the Nature and Causes of the Wealth of Nations” dengan menyebutkan teorinya “The Invisible Hands” beranggapan bahwa peningkatan output atau pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu peningkatan spesialisasi kerja, sistem pembagian kerja dan penggunaan mesin untuk meningkatkan produktivitas. Apabila ketiga metode tersebut dilakukan maka peningkatan akumulasi kapital akan terjadi, yaitu : Y = f (K, L) … … . … … … … … … … … … … … … … … 1 Dimana K adalah kapital dan L adalah tingkat produktivitas per pekerja. Hal ini mengandung arti bahwa mekanisme pasar yang tidak memiliki intervensi pemerintah akan meningkatkan kegiatan ekonomi, dengan demikian akumulasi kapital dan pertumbuhan output dapat berlangsung. Dengan kata lain, dalam mekanisme pasar, tanpa adanya intervensi pemerintah menyebabkan pertukaran barang dan jasa dalam masyarakat akan menghasilkan adanya pembagian kerja dan spesialisasi, yang akhirnya akan meningkatkan produktivitas. 2.1.1
Definisi Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan salah satu indikator terbaik
dalam mengetahui kinerja perekonomian nasional. Definisi dari Poduk Domestik Bruto itu sendiri menurut McEachern (2000:146) adalah megukur nilai pasar dari barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh sumber daya yang berada dalam suatu negara selama jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. PDB juga biasanya
16
digunakan untuk membandingkan perekonomian suatu negara dari waktu ke waktu. Terdapat dua tipe dari PDB itu sendiri, antara lain : 1. Produk Domestik Bruto dengan harga berlaku atau PDB nominal, yaitu nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam suatu tahun yang dinilai menurut harga yang berlaku pada tahun tersebut. 2. Produk Domestik Bruto dengan harga tetap atau PDB riil, yaitu nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam suatu tahun dinilai menurut harga yang berlaku pada suatu tahun tertentu yang seterusnya digunakan untuk menilai barang dan jasa yang dihasilkan pada tahuntahun lainnya. Perubahan PDB yang terjadi mencerminkan perubahan kuantitas output produksi secara riil. Hal inilah yang dalam keseharian disebut dengan pertumbuhan ekonomi. Jadi, pengertian pertumbuhan ekonomi tidak lain mengacu kepada peningkatan nilai total barang dan jasa yang diproduksi suatu negara dalam sebuah perekonomian. Manfaat dengan adanya PDB mengacu kepada peran pemerintah, dalam hal ini, PDB dapat digunakan untuk mengukur dan membandingkan kinerja perekonomian serta melihat seberapa besar dampak, efisiensi, dan efektifitas intervensi
pemerintah
terhadap
perekonomian
nasional.
Pemerintah
berkepentingan untuk memantau fluktuasi pendapatan nasional, baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Terdapat dua macam pendekatan yang digunakan dalam perhitungan PDB menurut McEachern (2000:147), yaitu :
17
1. Pendekatan pengeluaran adalah dengan menjumlahkan seluruh pengeluaran agregat terhadap seluruh barang dan jasa akhir yang diproduksi selama satu tahun. Terdapat empat komponen dalam perhitungan PDB dengan menggunakan pendekatan ini yaitu, konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, dan ekspor netto dengan persamaan sebagai berikut : Y = C + I + G + (X-M)… . … … … … . . . . … … … 2 Dimana Y merupakan PDB atau pengeluaran agregat, C merupakan konsumsi, I merupakan investasi, G merupakan pengeluaran pemerintah, dan (X-M) merupakan ekspor netto yang diperoleh dari selisih antara X yang merupakan nilai ekspor dan M merupakan nilai impor. 2. Pendekatan
pendapatan
adalah
dengan
menjumlahkan
seluruh
pendapatan agregat yang diterima selama satu tahun oleh mereka yang memproduksi output tersebut. Jika diimplikasikan kedalam persamaan menunjukkan bahwa : Pengeluaran agregat = PDB = Pendapatan agregat… … … . 3 Dengan kata lain, perhitungan PDB berdasarkan pendekatan pendapatan ini sama dengan penjumlahan semua pendapatan yang diterima pemilik sumber daya dalam perekonomian karena sumber dayanya digunakan dalam proses produksi. 2.2.
Definisi Industri Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau
barang setangah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk
18
mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa. Terdapat beberapa klasifikasi industri tekstil yang digunakan Indonesia adalah sebagai berikut : 1. Sektor Hulu (upstream) Adalah industri pembuat serat, yaitu serat tekstil, kapas, serat sintetik, serat selulosa, dan bahan baku serat sintetik. Sektor ini merupakan sektor yang sarat dengan teknologi tinggi dengan peralatan yang serba otomatis. 2. Sektor Menengah (midstream) Terdiri dari industri pemintalan (spinning), penenunan (weaving), dan pencelupan atau penyempurnaan (dyeing/finishing). Sektor ini bersifat padat modal dan teknologi yang digunakan telah berkembang pesat, serta sangat tergantung pada perubahan teknologi di luar teknologi tekstil. Meskipun demikian, sektor menengah menyerap tenaga kerja yang lebih besar dari sektor hulu, terutama pada sub sektor penenunan yang sangat dipengaruhi oleh hasil kreativitas para designer dalam mengikuti fashion trend. Di Indonesia, industri penenunan atau perajutan merupakan industri besar, sedangkan di negara maju justru menjadi industri kecil yang menerima job order dari industri besar. 3. Sektor Hilir (downstream) Meliputi industri pakaian jadi (garment) atau produk tekstil, yaitu sektor padat karya yang tidak padat modal, tetapi dengan modal kerja yang besar. Industri garmen membutuhkan keputusan yang kompleks dalam
19
memperkirakan input dan outputnya. Adapun yang membuat berbeda dengan industri lainnya, yaitu bahwa industri garmen adalah industri yang padat karya, mencerminkan bahwa selama ini sistem komputerisasi tidak dapat menggantikan keahlian tenaga kerja manusia. Menjahit adalah contoh utama dimana proses ini tidak dapat diotomatiskan. Kekompakan dan kecepatan team sangat dibutuhkan, karena fleksibilitas yang tinggi diperlukan dalam melayani konsumen akhir yang sangat variatif. Melihat dari segmen pasar dunia yang saat ini dikuasai oleh negara maju, misalnya Perancis dan Italia untuk tekstil halus, sedangkan untuk tekstil kasar oleh China. Oleh sebab itu, Indonesia harus berusaha untuk memasuki kelas antara keduanya, dengan tujuan pasar utama adalah negara berkembang yang tinggi tingkat perekonomiannya. 2.3.
Nilai Tukar Nilai tukar adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya atau
nilai dari suatu mata uang terhadap nilai mata uang lainnya (Salvatore, 1997). Kenaikan nilai tukar mata uang dalam negeri disebut apresiasi atas mata uang asing. Sedangkan, penurunan nilai tukar mata uang dalam negeri disebut depresiasi atas mata uang asing. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar adalah laju inflasi relatif, tingkat pendapatan relatif, suku bunga relatif, kontrol pemerintah, dan ekspektasi. Adapun beberapa sistem-sistem nilai tukar yang ditentukan oleh pemerintah, yaitu:
20
1. Fixed exchange rate system. Sistem nilai tukar yang ditahan secara bertahap oleh pemerintah atau berfluktuasi di dalam batas yang sangat sempit. Jika nilai tukar berubah terlalu
besar,
maka
pemerintah
akan
mengintervensikan
untuk
memeliharanya dalam batas-batas yang dikehendaki. 2. Freely floating exchange rate system. Sistem nilai tukar yang ditentukan oleh tekanan pasar tanpa intervensi dari pemerintah. 3. Managed floating exchange rate system. Sistem nilai tukar yang terletak diantara fixed system dan freely floating system, tetapi mempunyai kesamaan dengan fixed exchange rate system, yaitu pemerintah bisa melakukan intervensi untuk menjaga supaya nilai mata uang tidak berubah terlalu banyak dan tetap dalam arah tertentu. Perbedanya dengan freely floating exchange rate system adalah bahwa managed floating exchange rate system masih lebih fleksibel terhadap suatu mata uang. Menurut Krugman dan Obstfeld (2000:485), managed floating exchange rate system adalah sebuah sistem dimana pemerintah mengatur perubahan nilai tukar tanpa bermaksud untuk membuat nilai tukar dalam kondisi tetap. 4. Pegged exchange rate system. Sistem nilai tukar dimana nilai tukar mata uang domestik dipatok secara tetap terhadap mata uang asing.
21
Dalam teori paritas daya beli atau purchasing power parity merupakan salah satu teori yang menjelaskan faktor determinan nilai tukar melalui perilaku eksportir dan importir dalam merespon perubahan biaya relatif atas beberapa pasar luar negeri (relative cost of national market basket). Seperti contoh, jika harga barang impor naik sedangkan harga barang domestik tetap, maka barang impor akan relatif lebih mahal sehingga menurunkan permintaan. Kondisi seperti ini akan mendorong depresiasi mata uang asing atau apresiasi mata uang domestik. Perubahan tingkat harga relatif seperti ini akan mempengaruhi nilai tukar. Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar baik jangka panjang maupun jangka pendek. Faktor yang mempengaruhi nilai tukar dalam jangka pendek lebih ditentukan oleh keputusan untuk menyimpan uang dalam bentuk asset, baik asset keuangan domestik maupun luar negeri. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi niali tukar dalam jangka pendek, yaitu : 1. Perubahan dalam tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) dari deposito mata uang asing. 2. Perubahan tingkat suku bunga luar negeri. 3. Perubahan nilai tukar di masa yang akan datang (expected future exchange rate). 4. Perubahan dalam tingkat pengembalian yang diharapkan dari deposito mata uang domestik. 5. Perubahan tingkat suku bunga domestik.
22
6. Peningkatan jumlah uang domestik yang beredar (money supply). Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar dalam jangka pendek lebih menekan kearah mata uang itu sendiri. Seperti contoh, dalam faktor perubahan money supply, mengasumsikan bahwa jika money supply meningkat, maka harga domestik dalam jangka panjang juga akan meningkat dan tingkat pengembalian investasi luar negeri juga akan meningkat. Di sisi lain, faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar dalam jangka panjang adalah sebagai berikut : 1. Perilaku tingkat harga relatif. Mengasumsikan bahwa peningkatan harga terhadap barang-barang domestik akan menyebabkan terjadinya depresiasi mata uang domestik, begitu juga sebaliknya, jika terjadi penurunan harga barang-barang domestik akan menyebabkan terjadinya apresiasi mata uang domestik. 2. Permintaan dan pengembangan produk. Mata uang domestik akan mengalami apresiasi sejalan dengan peningkatan permintaan barang-barang domestik, begitu juga sebaliknya, mata uang domestik akan mengalami depresiasi sejalan dengan peningkatan permintaan barang-barang impor. 3. Produktivitas. Produktifitas relatif suatu negara yang semakin produktif mencerminkan terjadinya apresiasi nilai tukar terhadap negara itu sendiri, sebaliknya semakin tidak produktif suatu negara relatif terhadap negara lain akan mengakibatkan depresiasi mata uang negara tersebut.
23
4. Restriksi perdagangan internasional (kuota dan tarif). Penerapan tarif dan kuota akan mengakibatkan mata uang suatu negara terapresiasi dalam jangka panjang, sedangkan penghapusan tarif dan kuota akan menyebabkan mata uang suatu negara mengalami depresiasi. Dari beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar dalam jangka panjang diatas, lebih menekankan pada daya beli suatu negara terhadap barangbarang negara lain. Permintaan terhadap barang-barang domestik maupun luar negeri berpengaruh terhadap perubahan nilai tukar dalam jangka panjang apakah terapresiasi atau terdepresiasi tergantung dari faktor yang dihadapi negara itu sendiri. Beberapa faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi nilai tukar adalah sebagai berikut : 1. Tingkat inflasi 2. Aktifitas neraca pembayaran 3. Perbedaan suku bunga antar negara 4. Aktivitas pasar valuta asing 5. Kebijakan moneter 2.4.
Suku Bunga Menurut Karl dan Fair (2001:635), suku bunga diartikan sebagai
pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman. Pengertian suku bunga lainnya menurut Sunariyah (2004:80) adalah harga dari pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai persentase
24
uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang harus dibayar kepada kreditur. Terdapat beberapa fungsi dari suku bunga menurut Sunariyah (2004:81) diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Sebagai daya tarik bagi para penabung untuk menginvestasikan dananya. 2. Dapat digunakan sebagai alat moneter dalam mengendalikan permintaan dan penawaran uang yang beredar dalam suatu perekonomian. 3. Dapat digunakan oleh pemerintah dalam mengontrol jumlah uang yang beredar, dengan kata lain, pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang dalam suatu perekonomian. Fungsi dari suku bunga lainnya dalam perekonomian lainnya menurut Nopirin (1992:176) adalah bahwa suku bunga dapat digunakan sebagai alokasi faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa yang digunakan sekarang dan di kemudian hari. Terdapat dua jenis faktor yang menentukan nilai suku bunga menurut Ramirez dan Khan (1999), yaitu faktor internal meliputi pendapatan nasional, jumlah uang yang beredar, dan inflasi. Di samping faktor internal, nilai suku bunga juga ditentukan oleh faktor eksternal yang meliputi suku bunga luar negeri dan tingkat perubahan nilai valuta asing yang diduga. Suku bunga menurut Lipsey, Ragan, dan Courant (1997:471) dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
25
1. Suku bunga nominal, adalah rasio antara jumlah uang yang dibayarkan kembali dengan jumlah uang yang dipinjam. 2. Suku bunga riil, adalah rasio daya beli uang yang dibayarkan kembali terhadap daya beli uang yang dipinjam. Dengan kata lain, suku bunga riil dapat diartikan sebagai selisih antara suku bunga nominal dengan laju inflasi. Beberapa aspek yang dapat menjelaskan fenomena tingginya tingkat suku bunga di Indonesia adalah bahwa tingginya tingkat suku bunga terkait dengan kinerja sektor perbankan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi, kurangnya minat masyarakat dalam memanfaatkan jasa bank, dan laju inflasi yang tinggi mengakibatkan sulitnya menurunkan tingkat suku bunga. 2.5.
Inflasi Menurut Bodied dan Marcus (2001:331) inflasi merupakan suatu nilai
dimana tingkat harga barang dan jasa secara umum mengalami kenaikan. Inflasi merupakan salah satu peristiwa moneter yang menunjukkan suatu kecenderungan akan naiknya harga-harga barang secara umum, yang berarti terjadinya penurunan nilai uang. Kenyes dalam “The General Theory of Employment, Interest and Money” menyatakan bahwa inflasi disebabkan oleh gap antara kemampuan ekonomi masyarakat terhadap keinginan-keinginan atas barang-barang. Gap dalam hal ini diimplikasikan bahwa permintaan masyarakat lebih besar daripada jumlah ketersediaan dari barang-barang yang diinginkan. Hal ini mengakibatkan kenaikan harga barang tersebut yang kemudian dikenal dengan istilah inflationary gap.
26
Menurut Kusnadi (1997:227), terdapat beberapa jenis inflasi, diantara lainnya adalah sebagai berikut : 1. Inflasi tingkat ringan, yaitu jenis inflasi yang dilihat dari tingkat inflasi dibawah 10 persen dalam setahun. 2. Inflasi tingkat sedang, yaitu jenis inflasi yang dilihat dari tingkat inflasi yang berada antara 10 sampai 30 persen dalam setahun. 3. Inflasi tingkat berat, yaitu jenis inflasi yang berada pada tingkat 30 sampai 100 persen dalam setahun. 4. Inflasi tingkat parah, yaitu jenis inflasi yang berada pada tingkat lebih dari 100 persen. Biasanya disebut dengan hiperinflasi. 2.6.
Pengertian Ekspor - Impor Ekspor memiliki pengertian sebagai proses transportasi barang atau
komoditas dari suatu negara ke negara lain yang dilakukan secara legal, yakni dengan melakukan pengeluaran barang yang berasal dari dalam negeri untuk dikirim ke negara lain. Impor sendiri memiliki pengertian yang terbalik dengan ekspor, yakni proses transportasi barang atau komoditas dari satu negara ke negara lain yang dilakukan secara legal, yaitu dengan cara memasukkan barang dari negara lain ke dalam negeri. Kegiatan ekspor impor merupakan faktor penentu dalam menentukan roda perekonomian suatu negara. Dalam era perdagangan global sekarang ini, arus barang masuk dan keluar sangatlah cepat. Kegiatan ekspor dilakukan umumnya untuk mengendalikan nilai barang yang ada di dalam negeri. Jika di sebuah negara
27
jumlah barang terlalu melimpah, akan mengakibatkan nilai barang tersebut jatuh, maka mengekspor barang tersebut ke negara lain perlu dilakukan untuk mengendalikan harga. Kegiatan impor sendiri bersifat terbalik, yakni dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan akan sesuatu barang yang jumlahnya dirasakan kurang untuk memenuhi kebutuhan yang ada. Selain itu juga, bertujuan untuk menjaga agar kelangkaan barang karena kurangnya kebutuhan yang ada tidak menyebabkan harga melonjak. Manfaat lain yang di dapat dari kegiatan ekspor impor adalah sebagai berikut : 1. Adanya devisa dalam kegiatan ekspor impor akan menambah pendapatan bagi suatu negara. 2. Dapat meningkatkan perekonomian rakyat. 3. Dapat mendorong berkembangnya kegiatan industri. 4. Memacu pertumbuhan ekonomi. 2.7.
Pentingnya Perdagangan Internasional Bagi Perekonomian Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh
penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar perorangan (individu dengan individu), antar individu dengan pemerintah suatu negara, atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.
28
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan mengapa suatu negara melibatkan dirinya dalam perdagangan internasional. David Ricardo (1817) mengembangkan teori keunggulan komparatif (comparative advantage) atas dasar perbedaan kemampuan teknologi antar negara. Eli Heckscher dan Bertil Ohlin berpendapat bahwa perbedaan kekayaan faktor produksi yang dimiliki suatu negara dengan negara lainnya merupakan alasan mengapa suatu negara terlibat dalam perdagangan internasional. Menurut Lindert dan Kindleberger (1993), perdagangan internasional dianggap sebagai suatu akibat dari adanya interaksi antara permintaan dan penawaran yang bersaing. Pada dasarnya, perdagangan yang terjadi antar negara timbul karena adanya perbedaan permintaan dan penawaran. Dalam kenyataannya tidak ada negara di dunia ini yang dapat memenuhi semua kebutuhan masyarakatnya dengan memproduksi barang sendiri. Oleh sebab itu,
peranan
perdagangan
internasional
dibutuhkan
untuk
menunjang
pembangunan suatu negara dalam hal pembangunan, peningkatan pengetahuan, dan pengalaman dalam pembangunan. Haberler berpendapat, “Perdagangan internasional telah memberikan sumbangan luar biasa bagi pembangunan negara kurang berkembang di abad ke-19 dan ke-20, serta diharapkan sumbangan tersebut akan sama di masa datang.” Beberapa manfaat yang dirasakan suatu negara akibat adanya perdagangan internasional, antara lain adalah manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Manfaat langsung yang dirasakan suatu negara akibat adanya perdagangan internasional adalah negara mendapatkan keuntungan yang dapat meningkatkan
29
pendapatan nasional yang pada gilirannya akan meningkatkan output dan laju pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pembangunan ekonomi, memperluas pasar dan merangsang investasi, pendapatan dan tabungan melalui alokasi sumberdaya dengan lebih efisien, serta membantu mengalihkan sektor pangan (subsisten) ke sektor uang. Disamping manfaat langsung yang dapat dirasakan suatu negara akibat adanya perdagangan internasional, juga terdapat beberapa manfaat tidak langsung seperti perdagangan internasional mendorong pemakaian mesin, mendorong penemuan dan pembaharuan, meningkatkan produktivitas buruh, menurunkan biaya dan membawa kearah pembangunan ekonomi, serta mendorong persaingan yang sehat dan mencegah monopoli. Adapun peranan perdagangan internasional dalam pertumbuhan ekonomi, diantaranya : 1. Efek perdagangan internasional terhadap pertumbuhan ekonomi Salah satu hal yang dapat dijadikan motor penggerak bagi pertumbuhan adalah
perdagangan
internasional.
Salvatore
menyatakan
bahwa
perdagangan dapat menjadi mesin bagi pertumbuhan (trade as engine of growth, Salvatore). Jika aktifitas perdagangan internasional adalah ekspor dan impor, maka salah satu dari komponen tersebut atau kedua-duanya dapat menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan. Tambunan (2005) menyatakan pada awal tahun 1980-an, Indonesia menetapkan kebijakan yang berupa export promotion. Dengan demikian, kebijakan tersebut
30
menjadikan ekspor sebagai motor penggerak bagi pertumbuhan di Indonesia. 2. Efek terhadap produksi Perdagangan luar negeri mempunyai pengaruh yang kompleks terhadap sektor produksi di dalam negeri. Secara umum, kita bisa menyebutkan empat macam pengaruh yang bekerja melalui adanya spesialisasi produk, kenaikan surplus investasi, kenaikan produktivitas, dan vent for surplus. 3. Efek terhadap neraca perdagangan Neraca Perdagangan (Balance of Trade) adalah sebuah ukuran selisih antara nilai impor dan ekspor atas barang nyata dan jasa. Tingkat neraca perdagangan dan perubahan ekspor dan impor diikuti secara luas dalam pasar valuta asing. Efek terhadap neraca perdagangan cenderung menaikkan barang-barang impor. Sebaliknya, apabila suatu negara tidak mampu bersaing, maka ekspor tidak berkembang. Keadaan ini dapat memperburuk kondisi neraca pembayaran. Efek buruk lain dari globalisasi terhadap neraca pembayaran adalah pembayaran netto pendapatan faktor produksi dari luar negeri cenderung mengalami defisit. Investasi asing yang bertambah banyak menyebabkan aliran pembayaran keuntungan (pendapatan) investasi ke luar negeri semakin meningkat. Tidak berkembangnya
ekspor
dapat
berakibat
buruk
terhadap
neraca
pembayaran. Beberapa
faktor
lain
yang
mendorong
timbulnya
perdagangan
internasional antar negara bersumber dari keinginan memperluas pemasaran komoditas yang diproduksi oleh suatu negara, memperbesar perolehan devisa bagi
31
kegiatan pembangunan, adanya perbedaan penawaran dan permintaan antar negara, serta akibat perbedaan biaya relatif dalam menghasilkan komoditas tertentu. 2.8.
Model Umum Vector Autoregression (VAR) Vector Autoregression (VAR) biasa digunakan untuk memproyeksikan
sistem variabel-variabel runtut waktu dan untuk menganalisis dampak dinamis dari faktor gangguan yang terdapat dalam sistem variabel tersebut. Pada dasarnya, analisis VAR bisa dipadankan dengan suatu model persamaan simultan. Oleh karena itu, dalam analisis VAR, kita mempertimbangkan beberapa variabel endogen secara bersama-sama dalam suatu model. Perbedaannya dengan model persamaan simultan biasa adalah bahwa dalam analisis VAR, masing-masing variabel selain diterangkan oleh nilainya di masa lampau, juga dipengaruhi oleh nilai masa lalu dari semua variabel endogen lainnya dalam model yang diamati. Disamping itu, dalam analisis VAR biasanya tidak ada variabel eksogen dalam model tersebut. Pada dasarnya, analisis VAR meliputi : 1. Uji akar unit (Unit Root Test) Uji akar unit ini digunakan untuk melihat apakah data yang diamati stasioner atau tidak. Uji ini merupakan pelengkap dari analisis VAR, dimana mengingat tujuan dari analisis VAR adalah untuk menilai adanya hubungan timbal balik diantara variabel-variabel yang diamati dan bukan tes untuk data. Akan tetapi, apabila data yang diamati adalah stasioner, hal ini akan meningkatkan akurasi dari analisis VAR.
32
2. Uji Hipotesis (Hyphothesis Testing) Uji hipotesis terdiri dari : 1. Likelihood Ratio Test Digunakan untuk menguji hipotesis mengenai berapakah jumlah lag yang sesuai untuk model yang diamati. 2. Granger Causality Test Digunakan
untuk
menguji
apakah
suatu
variabel
bebas
(independent variabel) meningkatkan kinerja forecasting dari variabel tak bebas (dependent variabel). 3. Innovation Accounting Pada dasarnya tes ini digunakan untuk menguji struktur dinamis dari sistem variabel dalam model yang diamati, yang dicerminkan oleh variabel inovasi (innovation variabel). Dengan kata lain, tes ini merupakan tes terhadap variabel inovasi (innovation variabel) yang terdiri dari : 1. The Impulse Responses Digunakan untuk melihat efek gejolak (shock) suatu standar deviasi dari variabel inovasi terhadap nilai sekarang (current time values) dan nilai yang akan datang (future values) dari variabelvariabel endogen yang terdapat dalam model yang diamati. 2. The Cholesky Decomposition Biasa disebut The Variance Decomposition yang memberikan informasi mengenai variabel inovasi yang relatif lebih penting dalam sistem VAR. Pada dasarnya, tes ini merupakan metode lain untuk menggambarkan sistem dinamis yang terdapat dalam VAR.
33
Tes ini digunakan untuk menyusun perkiraaan error variance suatu variabel, yaitu seberapa besar perbedaan antara variance sebelum dan sesudah shock, baik shock yang berasal dari variabel itu sendiri maupun shock dari variabel lain. Secara umum model persamaan VAR adalah seperti berikut (Enders, 2004) : Yt = Ao + A1Yt-1 + A2Yt-2 +……+ ApYt-p + εt … … … . . . … … … 4 Dimana : Yt
= vektor peubah tak bebas (Yt,t….Yt,t) berukuran nx1
A0
= vektor intersep berukuran nx1
Ap
= matrik parameter berukuran nx1 untuk setiap i=1,2,…p
εt
= vektor sisaan (ε1,t…. εn,t) berukuran nx1
Asumsi yang harus dipenuhi pada analisis VAR yaitu, semua peubah tak bebas harus bersifat stasioner dan semua sisaan harus bersifat white noise yaitu, memiliki rataan nol, tidak ada korelasi diantara peubah tak bebas dan ragam konstan. Bentuk hubungan kausalitas VAR berdasarkan pada pemikiran Granger tentang penelitian hubungan kausalitas diantara dua variabel dapat dilakukan dengan memasukkan unsur waktu. Uji kausalitas Granger menyatakan bahwa variabel X mempengaruhi variabel Y jika nilai X baik saat ini maupun nilai periode masa lalu dapat memprediksi Y lebih akurat dibandingkan bila tidak menggunakan variabel X. Benuk persamaan hubungan bivariat X dan Y dengan memasukkan distributes lags sampai dengan ukuran tertentu secara umum adalah:
34
Y = a0 + a1X1 + a2X1-1 +….+ ajX1-m + b1Y-1 +….+ bjY-m + U1… … 5 Y = a0 = b1Y-1 + b2Y-2…. + bjY-m + U2 … … … … … … … … 6
VAR
Unrestricted VAR
Restricted VAR
Data stasioner pada level
Data tidak stasioner pada level
1. Analisis VAR yang didasarkan pada teori 2. Urutan peubah untuk diurutkan berdasarkan korelasi terkuat
VAR
1. Tidak terkointegrasi VAR First Difference 2. VECM ÎAnalisi VAR yang terkointegrasi
S.VAR
Gambar 2.1 Alur Estimasi Vector Autoregression (VAR)
35
Langkah-langkah dalam analisis VAR : 1. Uji Stasioneritas 2. Uji Kausalitas Granger 3. Uji Kointegrasi Î Johansen Cointegration 4. Uji Optimum Lag 5. Uji Stabilitas VAR 6. Model VECM 7. Forecast Keunggulan dari analisis VAR antara lain adalah sebagai berikut : 1. Metode ini digunakan untuk mengetahui hubungan kausalitas dan juga model ini sederhana, digunakan untuk bentuk data yang berupa time series. Namun, model VAR ini digunakan untuk selang waktu jangka pendek, berbeda dengan VECM yang dapat digunakan untuk selang waktu jangka panjang. 2. Metode ini sederhana, kita tidak perlu dikhawatirkan dalam membedakan variabel endogen dan eksogennya. 3. Estimasinya sederhana, dimana metode OLS biasa dapat diaplikasikan pada tiap-tiap persamaan secara terpisah. 4. Hasil perkiraan (forecast) yang diperoleh dengan menggunakan metode ini dalam banyak kasus lebih baik dibandingkan dengan hasil yang didapat apabila menggunakan model persamaan simultan yang kompleks. 5. Analisis VAR juga merupakan alat analisis yang sangat berguna, baik dalam memahami adanya hubungan timbal balik (interrelationship) antara
36
variabel-variabel ekonomi, maupun di dalam pembentukan model ekonomi berstruktur. 2.9.
Penelitian Terdahulu
2.9.1 Penelitian tentang Industri Tekstil dan modelnya Penelitian Purnamaningrum (1998), menganalisis perkembangan ekpor dan daya saing industri tekstil Indonesia tahun 1986-1997 dengan menggunakan metode CMS, RCA, dan Indeks Penetrasi Pasar. Temuannya menunjukkan bahwa pada periode tahun 1986-1992 ekspor tekstil dan pakaian jadi Indonesia meningkat bervariasi. Tahun 1993 dan 1994 mengalami penurunan, sedangkan tahun 1995 dan 1996 mengalami peningkatan yang lambat. Pada tahun 1997 ekspor tekstil justru turun kembali. Peningkatan dan penurunan ekspor tekstil dan pakaian jadi Indonesia di pasar tujuan, terutama pasar non kuota lebih banyak disebabkan oleh efek daya saing dan efek pertumbuhan dunia. Secara umum, industri tekstil Indonesia memiliki keunggulan komparatif. Hal ini didasarkan pada rata-rata nilai RCA yang lebih dari 1. Penelitian Pracoyo (1995) berkaitan dengan ekspor tekstil yang menggunakan data time series tahun 1983-1992 dan menggunakan metode analisis 2SLS. Pracoyo mengadopsi model permintaan dan penawaran ekspor, khususnya untuk negara industri yang baru berkembang (seperti Hong Kong) yang telah dilakukan oleh Muscatelli, Srinivasan, dan Vines (1992). Hasil adaptasinya disebutkan bahwa penawaran ekspor tekstil Indonesia dipengaruhi oleh harga tekstil per satuan, biaya bahan baku, besarnya tingkat upah, tarif, dan perubahan teknologi. Sedangkan dari sisi permintaan, ekspor tekstil Indonesia
37
dipengaruhi oleh harga tekstil domestik, harga tekstil dunia, harga barang substitusi (yaitu harga wool di pasar dunia), pendapatan negara lain, dan selera konsumen. Disimpulkan bahwa penurunan tarif akan mendorong perdagangan dunia menjadi lebih kompetitif. Besarnya variabel tarif dalam fungsi permintaan dan penawaran mempunyai pengaruh yang positif terhadap kuantitas yang ditawarkan dalam jangka pendek. Namun dalam jangka panjang, variabel tarif mempunyai pengaruh yang negaif terhadap kuantitas yang ditawarkan. Penelitian dengan menggunakan metode pendugaan Ordinary Least Squares (OLS) dilakukan oleh Wintala (1999). Kesimpulan yang diperoleh adalah ekspor tekstil Indonesia ke Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang pada tahun 19781997 menunjukkan trend yang positif dan signifikan secara statistik. Devaluasi Rupiah, kenaikan cadangan devisa, peningkatan jumlah penduduk, dan indeks harga sandang cenderung menaikkan volume ekspor tekstil Indonesia. Dari beberapa telaah penelitian tentang industri tekstil yang telah dilakukan tersebut telah memberikan gambaran tentang perkembangan dan perdagangan industri tekstil di Indonesia melihat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Namun demikian, keterkaitan antara pergerakan nilai tukar dengan perkembangan atau pertumbuhan dan perdagangan tekstil di Indonesia, belum dieksplorasi lebih mendalam. Oleh sebab itu, pada penelitian kali ini, dianalisis keterkaitan antara pergerakan nilai tukar terhadap perdagangan tekstil di Indonesia. Analisis penelitian ini dimulai secara spesifik dengan menganalisis perdagangan tekstil di Indonesia berdasarkan dari faktor pergerakan nilai tukar
38
rupiah. Kemudian dilanjutkan dengan mengkaitkan pertumbuhan industri tekstil dengan variabel pertumbuhan ekonomi seperti Produk Domestik Bruto (PDB), suku bunga, dan inflasi. 2.9.2
Penelitian tentang Nilai Tukar dan modelnya Penelitian yang dilakukan oleh Kania (2005) dengan menggunakan
metode VAR pada tahap pengujian kausalitas Granger dengan tujuan mengetahui interaksi antara nilai tukar, suku bunga deposito dan harga saham antara tahun 1995-2004 menyimpulkan bahwa tidak adanya hubungan kausalitas Granger antara perubahan harga saham terhadap nilai tukar pada periode krisis Indonesia dan Singapura. Hanya terdapat beberapa hubungan kausalitas Granger yang terjadi antara Malaysia dan Filipina pada lag 4. Penelitian yang dilakukan oleh Octaviana (2007) dengan menggunakan metode analisis regresi linear berganda menyimpulkan bahwa secara bersamaan pengaruh yang sangat signifikan ditunjukkan antara nilai tukar rupiah dan tingkat suku bunga SBI terhadap indeks harga saham gabungan di bursa efek jakarta dengan melihat dari nilai Fhitung periode 2003-2005. Begitu juga jika dipandang secara parsial dimana pengaruh yang signifikan juga terjadi antara nilai tukar rupiah dan tingkat suku bunga SBI terhadap IHSG di bursa efek jakarta dengan melihat dari nilai Thit pada periode 2003-2005.
39
2.10.
Kerangka Pemikiran Pertumbuhan perdagangan sektor manufaktur di Indonesia tidak terlepas
dari kontribusi peran subsektor tekstil dan produk tekstil yang masih sangat berpotensi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal ini dikarenakan produk dari sektor tekstil yang dirasa masih cukup signifikan dalam hal permintaan dan penawaran melihat dari erat kaitannya terhadap kebutuhan sandang seseorang. Disamping untuk kebutuhan sandang, beberapa sektor manufaktur lainnya ternyata juga masih membutuhkan produk dari tekstil itu sendiri. Melihat dari sisi permintaan dan penawaran produk tekstil ini tak lepas kaitannya dengan pergerakan nilai tukar, suku bunga, dan inflasi suatu negara yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap angka PDB yang merupakan indikator pertumbuhan ekonomi suatu negara. Melihat dari grafis diatas yang berupa kerangka pemikiran, menggambarkan alur darri hubungan keterkaitan antara volume ekspor tekstil dengan melihat ke beberapa faktor penentunya. Jika kita melihat dari peran suku bunga, nilai tukar, dan inflasi dalam mempengaruhi volume ekspor tekstil Indonesia, kenaikan suku bungan yang terjadi di Indonesia akan berpotensi terapresiasinya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Dengan terapresiasinya mata uang rupiah maka, pihak asing akan merasa bahwa harga dari nilai impor tekstil cukup tinggi. Dengan harga yang cukup tinggi ini, pihak importir akan mengurangi volume ekspor tekstil dari Indonesia. Begitu juga sebaliknya, terdepresiasinya nilai tukar rupiah akan membuat pihak importir meningkatkan volume ekspor tekstil dari Indonesia dikarenakan harga dari nilai impor tekstil dari Indonesia dirasa cukup rendah. Dari keadaan tersebut cukup
40
jelas bahwa perbedaan tingkat volume ekspor tekstil di Indonesia dipengaruhi dari tingkat daya beli negara importir, yaitu dilihat dari faktor suku bunga dan nilai tukar. Tingkat inflasi suatu negara pada dasarnya mampu mempengaruhi tingkat volume ekspor tekstil Indonesia. Namun, tingkat inflasi ini lebih signifikan terlihat jelas di pasar domestik. Meningkatnya tingkat inflasi Indonesia yang diakibatkan nilai tukar rupiah yang melemah, akan menurunkan daya beli produk tekstil di pasar domestik yang secara tak langsung justru meningkatkan permintaan dan penawaran produk tekstil Indonesia di pasar internasional. Dari penjelasan diatas dapat menyimpulkan bahwa faktor-faktor seperti suku bunga, nilai tukar, dan inflasi jelas mempengaruhi perdagangan tekstil dilihat dari perbedaan tingkat volume ekspor tekstil itu sendiri. Adanya perbedaan volume ekspor tekstil Indonesia, secara langsung akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia dilihat dari nilai PDB. Peningkatan volume ekspor tekstil Indonesia akan meningkatkan menandakan peningkatan permintaan sektor manufaktur yang nantinya akan meningkatkan nilai PDB Indonesia, dan begitu juga sebaliknya.
41
Perdagangan Tekstil
Domestik
Internasional Suku Bunga
Nilai Tukar
Ekspor textile
Impor textile
Inflasi
Volume Ekspor Tekstil
PDB
Pertumbuhan Ekonomi
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Keterangan :
= Variabel yang di bahas
42
2.11.
Perkembangan Industri Tekstil di Indonesia Pada awal pemerintahan Orde Baru, kegiatan industri tekstil terbatas pada
penenunan dan pemintalan dalam jumlah yang masih sangat sedikit. Tujuan produksinya hanya masih terkonsentrasi pada pemenuhan kebutuhan dalam negeri dan produk tekstil yang dihasilkan masih sangat sederhana, karena sebagian besar berbentuk kain. Perkembangan industri tekstil ini berkaitan dengan strategi pengembangan industrialisasi nasional yang berorientasi pada subtitusi impor, yang distimulasi pula dengan penjatahan kain mori dan benang. Proses pendalaman struktur industri tekstil terjadi pada pertengahan tahun 1970-an, saat para pengusaha tekstil terjun dalam pembuatan serat sintetik dan mulai melakukan ekspor. Namun, sejalan dengan perkembangan industrialisasi saat ini yang semakin pesat, jika melihat peranan industri tekstil dan produk tekstil Indonesia terhadap PDB dan ekspor, ternyata Kementrian Perindustrian Indonesia secara tegas telah menetapkan beberapa sasaran strategis untuk tahun 2010-2014 dalam rangka meningkatkan daya saing industri nasional, antara lain : 1. Meningkatkan nilai tambah industri. 2. Meningkatkan penguasaan pasar domestik dan internasional. 3. Meningkatkan
kemampuan
sumber
daya
kewirausahaan. 4. Meningkatkan penguasaan teknologi industri. 5. Melengkapi dan memperkokoh struktur industri. 6. Pemerataan industri keluar pulau Jawa.
manusia
industri,
dan
43
7. Meningkatkan peran IKM terhadap PDB. Sesuai dengan Inpres No. 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010, Kementrian Perindustrian ditugaskan untuk melakukan revitalisasi di beberapa industri, termasuk industri tekstil.