TINJAUAN PUSIPAKA Isi R u m e n sebaaai Bnhnn Makannn Ternak Perut hewan ruminnnsia terdiri dari rumen,
reti-
-
kulum, omasum dan nbomasum seperti terlihat padn Gam bar I (Annison dan Lewis, 1959);
rumen terdapat mikroba rumen
. D i dalam retikulo-
yang terdiri dari proto-
zoa dan bakteria yang berfungsi melaksanakan fermentasi untuk menshtesis asam amino,
vitamin
B-kompleks
dan vitamin K sebagei sumber zat makanan bagi hewan induk semang (Barnett d m Reid, 1961; m t e , 1966; Su-
tardi, 7977; Church, 1979). Ruminansia mempunyai sistem pencernaan fermenta tif dan hidrolitis.
-
Mikroba rumen dapat mencerna selu-
losa dan polimer-polimer tanaman yang tidak dicerna olehhewan untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi. DL samping itu mikroba rumen dapat memanfaatkan non pro tein nitrogen (NPN) untuk pembentukan
protein
-
tubuh
(Suwandyastuti, Sutardi dan Sastradipradja, 1983). Menurut Sutardi (1977) beberapa spesies
bakteria
utama yang terdapat dalarn rumen antara lain, (a)
pen-
cerna selulosa, (b) pencerna hemiselulosa, (c) pencerna pati, (d) pencerna gula, (e) pemakai pembentuk metan, dan (g) proteolitik.
laktat,
Protozoa
(f)
m e n
berfungsi sebagai sumber polisakarida dan sumber pro t e i n bagi hewan Induk semang.
-
Selain itu terdapat pu-
la mikroba yang rnensintesis vitamin B-komplekso
OESOPHAGUS
-
8 .::
RETI WLUM
;i.
OMLSUM
Cambar I .
P e r u t hewon rurninnnsia.
D i & s l a m rumen p r o t e i n mengalami h i d r o l i s i s umnjpd i o l i g o p e p t i d a o l e h enzim p r o t e o l i t i k yang d i h a s i l k a n
o l e h mikroba.
S e b a g i a n mikroba d a p a t memanfaatkan o l i -
g o p e p t i d a u n t u k membuat p r o t e i n tubuhnya, a e b a g i a n d i h l d r o l i a i s lebih l a n j u t m e n j a d i asam amino.
.
Hubwan
a n t a r e p r o t e i n bahan makanan m e n j a d i p r o t e i n t u b u h d i s a j i k a n pada Gambar 2 ( S u t a r d i ,
1977).
Menurut BoCohl (1981) i s i rumen merupakan 8
-
10%
d a r i b e r e t a a p i a t a u k e r b a u yang d i p u a a a k a n sebelum di-
potong,
d a p a t diawetkan dengan penambahan asam
sulfat
PROTEIN
I
m
AF "
Gambar 2.
m
C02
-CH4
Hubungan antara protein bahan makanan dan protein tubuh ruminansia r
hingga pH menjadi 3.0.
Isi rumen baik yang segar mau-
pun gang telah dikeringkan dapat digunakan sebagai ba-
Sebagai bahan makan-
han makanan ayam, babi dan sapi.
an ayam sebaiknya dikeringkan segera. King dan Engel ( 7 9 6 4 ) ,
Menurut
Abdo,
isi rumen hasll rumah potong he-
wan, merupakan sumber protein dan
tambahan
viBamin
yang baik bagi ternak berperut sederhana, dan dapat diperoleh secara sederhana pula.
Isi rumen tidak
kaya akan vitamin dan asem amino berasal dari
hanya
&anan
sapi, tetapi lebih diperkaya oleh hasil fermentasi m i k Y
roba rumen (Annison dan Lewfs. 1959; ~ovanov3.6 dan Cuper1 ovid, 1 977
.
16% rumen merupakan bagian rumput makanan yang belum aepenuhnya terfennentaai dan dicerna oleh dengan pH 5 - 5
-
7.O.,suhu
antara 39
men anaerob atau fakultatif Menurut Church (1979). 6.50
anaerob
kondisi ru-
(Hungate. 1966).
pH rumen berkisar antara 4.35
sebelum makan, dan antara 6.25
sf biasa,
- 40°c,
hewan,
- 7-30 pada
kondi-
Iei rumen dapat mencapai 35 kg/ekor
sap%,
bissanya bertumpuk-tumpuk dihanyutkan ke saluran pernbuangan.
-
air
Dilakukannya daur ulang hasil sampingan
ataupandaur ulang hasil sisa pertanian, dapat menggan-
-
tikan sebagian bahen makanan ayam, di samping mengu rangi pencemaran lingkungan (Emmanuel, 1978). McNaught den W e n (1954),
Barnetrk dan Reid (1961)
(1977) me-
Hungate (1966) dan ~ o v a n o v i 6den &perlovib
nystakan bahwa mikroba rumen dapat dengan baik meningkatkan nilai gizi makanan karena adanya protein mikroba sehingga daya cerna meningkat.
Dalam rumen makanan
seperti selulosa dan NPN dikonversikan oleh mikroba rumen menjadi protein mikroba, sehingga rumen sebagai suatu sistem yang terus Protein sel tunggal.
menenua
bertindak
memproduksi
Kualitas dan nilai biologis dari
protein mikroba yang dikandungnya sedemikian rupe higa melebihi kebutuhan akan protein dan asam amino tuk mikroba tersebut.
Selanjutnya McNaught den
un-
Owen
(1954) melaporkan behwa nilai hayati dari protein bak-
teria, protozoa rumen yang berasal dari dan ragi falah:
81, 80 dan
rumah
potong
72,
Abdo et al, (1964) menemukan bahwa pemberian protein mikroba rumen tidak meracuni ternak
monogastrik,
dan dlperoleh imbangan efisiensi protein (PER) sebesar
3-60 dan daya cerna protein semu antara 74
-
8%-
Menurut Agrawala, Duncan dan Huffman (1953), seekor sap1 dewasa dapat mensintesis protein mikroba banyak 450 g/hario
se-
Sintesis protein dari NPN dalam ru-
men terjadi setelah enarn jam makan.
Dalam
pada
itu
m i s o n dan Lewis (1959) menyatakan bahwa konversi NPN menjadl protein berasal dari reaksi degradasi peptida, asam
0
dan amonia untuk pertumbuhan mikroba,
nantinya mensintesis protein mikroba, tein ransum yang kekurangan
Ternyata
yang pro-
asam amino m u n g k i n l e b i h
efektifdigunakan dalam sfntesis protein oleh
mikroba
rumen, Selanjutnya Anggorodi (1979) mengemukakan
bahwa
mikroba rumen sanggup menghidrolisis dan memfemelitasikan selulosa, memanfaatkan NPN dan
sulfur
anorganik
serta menetralislr beberapa senyawa beracun yang
se-
ring terdapat dalam makanan, sehlngga hewan ruminansia dapat memanfaetkan berbagai ragam bahan makanan
yang
berkualitas rendah, sukar dicerna ataupun yang bersi fat racun bagi ternak rnonogastrik,
-
Jumlah protein yang disintesis dipengaruhi berbasumber N alam clan kuantitas serta
gai fsktor:
karbohidrat ransum (Barnett dan Reid, 1961).
macam
Dilapor-
kan bahwa daya cerna selulosa pada rumen meningkat aki-
N.
bat penambahan urea sepanjang rasionya 0 . % di samping tersedianya pati, penting
untuk
N-urea
kebutuhan
mikroba rumen dalam bentuk amonia, dan dengan menggunak a n urea, mikroba rnampu mensintesis 1 0 macam asem ami-
no esensial untuk pertumbuhan. Houvinen dan ~ustafson(1967) melaporkan bahwa dalam sintesis protein oleh mikroba rumen diperlukan tam-
bahan mineral sulfur untuk mensintesis asam amino me
-
tionin, sistin, kofaktor biotin, tfamin daakoenzim A. Sinteais protein mikroba dan laju pencernaan
selulosa
akan meningket oleh tambahan sulfur yang tepat. sulfur dalam ransum hendaklah 0.14%, dan S = 1 0
:
serta
.
Taraf
nisbah
N
1-0.
Hasil penting lain dari aktivitas mikroba sintesis beberapa mac*
adalah
vitamin, yakni: vitamin K, dan
vitamin yang termasuk kelompok vitamin B-kompleks: tiamin (B1), riboflavin (B2),
kotenat (niasin),
piridoksin (B6),
asam
ni-
esam folat, asam pantotenat, biotin,
sianokobalamin ( B I Z ) . sedangkan vitamin A, D den E tidak disintesis dalam rumen (Harmnond, 1944; AnnLson dan Lewis, 1959; Barnett
den
Reid,
Jensen, 1969; Church, 1979).
1961; Hungate, 1966;
Kemampuan rumen dalam mensintesis vitamin 3-kom pleka meningkat
cepat jika konsumsi
vitamin
-
melalui
maksnan rendah, dan sebaliknya turun kalau konsumsi vitamin rneningkat (Annison dan Lewis, 1939; Barnett Reid. 1961; Hungate, 1966).
Tersedianya
dan
karbohidrat
dalam jumlah cukup adalah penting untuk sintesis opti-
mum vitamin B-kompleks, tetapi jumlah urea atau tein banys sedikit berpengaruh.
pro
-
Penambahan urea ke da-
lam ransum sapi yang sebanding dengan karbohidrat akan meningkatkan sintesia riboflavin, niasin, asam pantotenet dan biotin (Barnett dan Reid, 1961; Church, 1979). Kualitss gizi isi rumen dipengaruhi oleh macam makanan, mikroba rumen dan lamanya makanan dalem
(Barnett dan Reid, 1961). sedangkan menurut
rumen
JovanoviE
dan EuperloviE (1977), kualitas isi rumen tidak begitu bervariasi antara hewan yang dipotong darS suatu
tem-
pat yang sama, sebab 24 jam sebelum dipotong hewan di-
puasaksn. terlebih dahulu, sehingga secara relatif adanya variasi dari ransum akan teratasi. Kandungan zat makanan isi rumen dari beberapa kepustakaan luar negeri menunjukkan nilai gizi, terutama protein kasar agak berbeda, sehubungan dengan macam mak a n a yang diberikan, jenis hewan den pengolahan sebelum disnalisis (Tabel 1).
Kandungan isi m e n
sapi,
kerbau dan domba dari Indonesia tidak begitu bervaria-
si (Tabel 2). tu jag-
dan protein kasarnya berkisar antara mu-
kuning dan dedak halus (Lubis, 1963).
Niloi
gizi
Tabel 1 memperlihatkan
pnda
bahwa
iai rumen yang telah dikeringkan dengan panes matahari protein kasar, lemak kasar,
mengandung berturut-turut:
serat kasar, BETN, Ca, P den Abu antara:
7.5
-
6.1%,
den 13.5
-
25.4
-
19.2%.
38.5%-
30.2
-
42.6%,
9.8 0.21
- 16.22, - 0.79%
Bile isi m e n disaring atau dipi
-
sahkan bagian cair dan yang padat, proteimys dapat me-
ningkat menjadi 12.2 21.8
-
24.5%
-
24.1%
den serat kasarnya
(~ovanoviBdan &perlovi&,
7977;
turun BoGofil,
1981 ; Reddy, Reddy dan Reddy, 1985). Walaupun menurut Suwandyastuti (1980) sapi dan domba yang kering
mengandung
isi
energi
rumen bruto
3 380 dan 3 650 kkal/kg, dan menurut Suhermiyati(T984) mssing-masingnya 3'118 dan 3577 kkal/kg, ternyata
me-
nurut ~ o v a n o v i d dan Guperlovid (7977) energi metabolis
(ME) hanya antara 1 127 gai metoda pengeringan.
-
1 635 kkal/kg dengan berba
-
Selanjutnya Reddy et a u 1 9 8 5 )
melaporkan energi metabolis h i rumen sapi kering adalah 5.89
MJ/kg atau 1 468 kkal/kg
(TME).
Protein kasar isi rumen sapi di Indonesia berki sar antara 7.11
-
10.55%,
serat kasar 24.0
mak antara 1.23
-
2.60%.
Sapi-sapi yang dipotong
Bandung dan Denpasar mengandung kalsiurn
-
yang
35,8%,
ledi
rendah
Tabel 1. Kandungan Zat-zat Makanan I s i Rumen d a r i Beberapa Negara (%) Rurnea Rumen, Rumena h e n a Rumeg Rumefl Rune8 Rumend Rum s a ~ i domba bahan bahan s a ~ i s a ~ i s a ~ i eaoi saoie! ~ Z r u sCyprus c a i r . padat ( u ~ A ) ~ n h i a aaEi.ng ~ e b a n (USA) (USA)
Za t Makanan
-
~-~
Bahan kering Kadar a i r Protein kasar Protein murni Serat kasar Lemak kasar Abu BETN NPN Nitrogen bebas Kalsium ( ~ a ) Posfor (P) Energi Metabolis (kkal/ka)
-
-
-
-
' ~ o ~ o h (1981). l b~ammond(1944)dikutip sebagian.
-
1127-1635 1408 1408
-
d ~ e d d ye t 81. (1985). ~ u g d o ldan SchrBder (1969).
Kandungan Zat-zat k k a n a n Isi Rwnen d a r i Beberapa Daeran d i Indonesia (%)
Tabel 2.
s a p i a 8apib ,SapiC sapid s a p i e
Zat Makanan
sapif
Dombab Dombaf
Ikrbaua
Air Protein kasar Lemak kasar Serat kasar BETN Abu Kalsium (Ca) Posfor ( P )
Besi
-
Silika Energi Bruto (UalIkg) - -
.
.- ---
' ~ i h o m b i n ~dan Simamora (1979) s a p i dan kerbau d a r i RPH Bogor. b~uwandyastuti(1980) s a p i dan domba d a r i RPH Purwokerto. ' ~ a s ~ i edt a l . (1981) s a p i d a r i RPH Ujung Pandang. d ~ e l m u k h l i se t a l . (1984) s a p i d a r i RPH Padang. e Brata e t a l . (1985) s a p i d a r i RPB Den Paaar. ~ u h e r m i ~ a et ti ale (1984) s a p i dan domba d e r i RPH Bandung.
----
--
-- -
A
-I
(0-20
-
O.27%),
sehubungen dengan makan
jarami
padi
yang m i s k b akan kalsium,
Dari segi kualitas, ternyata 73.39%
dari
proteh V
kasar isi m e n adalah aaam amino (~ovanovizdam Cuperloviz, t977)0
disajikan pada Tabel 3.
Terlihat bahwa asam amino me-
tionin dan sistin cukup rendah, 1.3 protein.
kering
Kandungan asam amino L s i r u m e n
g dan 0.80
dl00 g
Menurut Abdo et .el, (1964) asam amino sulfur
i.ai rumen lebih rendah daripada telur dan kacang kedele, tetapi triptofsnnya lebih tinggi. Hammond (1942),
Annison dan Lewis (1959), Barnett
dan Reid (f961), Abdo et el,
('1964) dan BoGohl (7981)
melaporkan bahwa isi rumen baik cairen
maupun
bagian
Padst yang telah dikeringkan kaya skan vitamin B-kompleks, dan dapat dijadikan sebagai a m b e r vitamin dalam ransum ey&m asalkan ditarnbahkan vitamin A dan D.
Kan-
dungan vitamin isi rumen diperlihatkan pada Tabel 4. Banyak hasil penelitian melaporkan bahwa susu, tepung ikan, ekstrak hati, isi rumen sapi dewasa dan.residu haail fermentasi produksi antibiotika kaya vitamin B-kompleks.
akan
Selain itu isi rumen dan feses ru-
minansia diduga mengandung suatu "f ektor pert umbuhan" yang masih termasuk kelompok B-kompleks, yang para ahli sebagai "Animal Protein Factorsm, tsnggung jawab atss cepat tumbuhnya anak
disebut
APP
ayam,
,
ber-
babi
-
serta tikus percobaan (Kohler dan Graham, 1951; Till
man, Hartadi, Reksohadiprodjo, Prawirokusumo, Lebdosoekojo, 1983).
Adanya APF menyebabkan nilai biologis
isi rumen setara dengan tepung ikan, ekstrak hati,
dan
"brewer yeastw (Scott, Nesheim d m Young, 1976). Memakai isi rumen sebagai sumber vitamin B I Z adalah cukup menguntungkan.
Telah diketahui bahwa isi ru-
-
men sapi dara mengandung 12
663 kali
lipat' vitamin
B1,* dibandingkan dengan yang terdapat dalam PPakanan sapi sendiri (Church, 3 9 7 9 ) .
Tabel 4.
Vitamin
Kandungan Vitamin Isi Rumen Kerlng dan Kebutuhan Ayam Preparat
Rekomendasi kebut-emb anak ayam ayam dara petelur
kering -
mg/kg Kholin 1980 A s a m folat 0.704 As-Pantotenat 37.84 1.85 Vit. BI2 Vit. B6 8-01 Biotin 1.03 Niasin 72-60 Tiamin 6.38 Riboflavin 30.8 Sumber:
--
---------- rng/kg----------
1300 0.55 10.0 0.009 3.00 0.15 27 .O 1.80
3.60
a ~ b d oet al. (1964). b~~~ (1977
-
-
-
500 0.25 10-0 0.003 3-00
0.10
11.0 1.30 1.80
--
- - -
--
500 0.25 2.20 0.003 3 .OO 0.10 10.0 0.80
2.20
H a l l a i n yang menguntungkan dari i s i rumen s e b a g a l makanan ayam i a l a h t e r s e d i a n y a f o s f o r bentuk anorganik (Annison den Lewis, Reid,
-
dalam
(P.)
1959; B a r n e t t dan
1961), karena f o s f o r o r g a n i k ( f i t a t ) d a r i tanam-
an c e p a t d i h i d r o l i s i 6 dalam rumen o l e h mikroba, d a n akanmernbebaakan P anorganik.
S e l e n j u t n y a BoGohl (1975)
melaporkan kandungan m i n e r a l i s i rumen k e r i n g ,
I@
= 0.32%,
8 3 mg/kg,
K = 0.67914,
yakni :
N a = Oo23%, Pe = 0.004%.
Cu = 2 8 mg/kg dan Zn = 6.0
Mn
=
mg/kg.
Beberapa f a k t o r d a r i i s i rumen yang dfduga merugi-
kan s e b a g a i makanan w a s , y a h i t i n g g i n y a s e r a t ka
-
v
s a r dan s i f a t f i ~ i k yang "ambat* ( J O V ~ ~ O V dan I O Cuperlg viz,
1977; BoGohl,
1981 ),
meningkatnya kadar l i g n i n di-
den t i n g g i n y a a i l i k a (Hungate
,
1966) s e r t a kemungkinan mengandung t a n n i n yang b i a s a
-
banding bahan a s a l n y a ,
nya t e r d e p a t dalam sejumlah s u b s t a n s i I * i n h i b i t o r n n yang t e r s e b a r l u a s dalam j a r i n g a n tanaman (Annison dan Le
wis,
1959; B a r n e t t dan Reid.
1961; M o r r i ~ dan
-
Bacon.
1977; Burns* 1977). Akibat l i g n o s e l u l o s a yang t i n g g i ,
walaupun e n e r g i
-
t e t s p i e n e r g i rne-
b r u t o mencapai 3 380
3 650 kkal/kg,
t a b o l i s hanya setengahnya,
y a k n i 7 127
-
1 635 kkal/kg
Y
~ o v a n o v i gdan ~ u ~ e r l o v i1977) ~ , a t a u 1\ME hanya 1 408 kkal/kg (Reddy e t ol.,
1985)
F a k t o r l a i n yang p e r l u mendapat p e r h a t i a n d a r i
isi r n m e n lalah rendahnya asam amino metionin dan sistin
yang sangat penting untuk pertumbuhan dan produksi
te-
lur ayam. Di samping faktor-faktor diatas, isi rumen
juga
kaya akan karoten, yang bermanfaat untuk pigmentasi kulit dan w a r - k i n g telur (Bugdol dan ~chrcder,1 969).
namun defisien akan vitamin A, D dan E. Isi Rumen sebaaai Bahan Makanan Ayam Penelitian terdahulu oleh Usuelli dan Fiorini pada tahun 1938 terhadap ayam seperti
yang aleporkan
oleh
Barnett dan Reid (1961) terlihat adanya peningkatan la-
3u pertumbuhan anak ayam yang mendapat is1 rumen ransumnya.
delarn
Hammond (1944) meneliti pernberian isi rumen
yang dipanaskan 4 7 * ~ selama 24 Jam ataupun yang dipanaskan sampai ~ o O C , sama efisiennya dengan pemberian
pung ikan dalam ransum.
-
te
Tingkat isi rumen delapan per-
sen sebagai pengganti tepung alfalfa menghasilkan berat badan yang lebih baik pada umur 6
-
10 minggu, serta da-
pat menekan angka kematian anak ayam seperti juga terlihat dengan pemberian tepung feses sapi.
Pemberian
isi
rumen delapan persen dapat menyediakan sepertiga kebu
tuhan riboflavin, tetapi perlu penambahen vitamin A
-
ke
dalam ransum.
Emmanuel (1978) menggunakan isi rumen dornba
yang
s e g e r a d i k e r i n g k a n 10oOc, menemukan bahwa pemberian 7 0
% d i dalam ransum n y a t a meningkatksn e f i a i e n s i penggunaan makanan, t e t a p i t i d a k berpengaruh t e r h a d a p pertumbuhan ayam b r o i l e r umur 21 h a r i ,
Juga d i l a p o r k a n bah-
wa i a i rumen dapat menggantikan tepung d a r a h a t a u
te-
pung i k a n s e o a r a b a i k dalam ransum ayam,
Rasyid,
Liwa,
Rotib,
Zakaria dan
Waskito
dalam p e n e l i t i a n mereka m e l i h a t t i d a k adanye n y a t a t e r h a d a p pertwnbuhan,
rat karkas,
(1981)
pengaruh
b e r a t badan a k h i r den
be-
t e t a p i n y e t a rneningkatkan konsumsi dan kon-
v e r s i makanan s e r t a konsumsi a i r minum,
apabila
dedak
dalam ransum b a s a l d i g a n t i dengan i s i rumen k e r i n g antare 6
-
f
s pada a y a m ' b r o i l e r
unur 9 minggu,
Penam
bahan i s i rumen f W ke 'dalarn 9w0ransum b a s a l berbeda dengan k o n t r o l ,
-
t idak
t e t a p i cenderung .meningkatkan
b e r a t badan a k h i r , karkas dan pendapatan yang l e b i h menguntungkan dibandingkan penggantian 6 ,
1 4 dan 18%. Se-
makin t i n g g i jumlah i a i rumen dalam ranswn akan menyebabkan pigmentasi k u l i t ayam l e b i h kuning
G.,
1981; Suhermiyati,
(Raeyid
et
1984).
Mugiyono (1981) melakukan penggantian dedak
sam-
p a i 9% dengan i s i rumen untuk ayam p e t e l u r p e r i o d e pemula t a n p a mernpengaruhi b e r a t badan.
Pada ayam
sampai mulai b e r t e l u r t e r n y a t a penggantian
dara
Bedak de-
ngan i s i rumen t i g a p e r s e n menghasilkan performans be-
rat badan akhir, tambahan berat badan, konsuplei makan-
an d-
berat telur yang paling balk.
Selanjutnya
di-
peroleh tembahan berat badan sampai mulai bertelur untuk pemberian isi rumen 3, 6 dan 9% sebagai dedak ialah: 1 014, 970 dan 938 g/ekor
pengganti
(Suhermiyati,
Sri Mulyowati dan Rfswantiyah, 1982). Penelitian nenggunakan ayam jantan White Rock olehBugdol dan SchrEder ( 1969) mendapatkan penggantian tiga persen konsentrat protein dengan delapan persen isi rumen kering menghasilkan daya cerna N yang sama deC
ngan kontrol, sedangkan tambahan berat badan aysm yang
memperoleh
isi rumen lebih rendah sehubungan dengan
naiknya eerat kasar,
Namun penggantian lime persen te-
pung lucerne oleh isi m e n menyebabkan pertumbuhan lebih baik dari kontrol maupun 5% lucerne,
Apabila lima
persen konsentrat protein diganti dengan 5% isi m e n , diperoleh l a j u p e r t ~ b u h a ndan penggunaan makanan yang
sama
.
Jarnicka, Lukasiewicz, Gwara dan Mazanowska (1973 telah mengganti 3.5% tepung ikan untuk rclnsum pernula dnn 2.0%
untuk r z n s u m nkhir
rumen.
pada ayam broiler dengan
isi
Diperoleh berat h i d u p 1 262 g dengan pemberian
isi rumen dan 1 253 g/ekor dengan tepung ikan,
tetspi
bila tepung daun 5% diganti dengan is5 rumen, dipero
-
leh berat 1 477 g/ekor pada umur delapan minggu, namun
konversi makanan sama untuk semua kelompok ayam. ~ o v a n o v idan ~ Euper~oviS (1977) mencampurkan
rumen kering sebanyak f
pada ransum yang
iai
mengandung
7.2% tepung darah dan jagung sebagai sumber proteinnya tidak melihat adanya hambatan laju pertumbuhan dan kelainan komposisi tubuh pada tikus.
Sebaliknya pemberi-
an 24% isi rumen menurunken laju pertumbuhan, daya cerna bahan kerlng dari 80*3% menjadi 6 2 . 1 % . protein dari 62.8%
menjadi 53.2%.
bahan komposisi tubuh.
daya
cerna
serta terjsdi peru
Turunnya sedikit
daya
-
cerna
dan energi akibat pemberian isi rumen 10% dapat dikompensasi oleh naiknya konsumsi makanan. 24%.
Pada pemberian
konsumsi makanan tidak dapat ditingkatkan lagi ka-
rena naiknya serat kasar hingga di luar kemampuan fisiologis tikus,
Selanjutnya diteliti isi rumen yang di-
campurkan dengan jagung giling (tiga bagian isi den satu bagian jagung).
lalu dijemur pada
terhadap ayam broiler umur 0 (setara dengan 6,5% 17% is1 rumen).
m e n
suhu
- 8 minggu sebanyak
isi rumen kering) dan 60%
50°c 28%
(setara
Ternyata ayam yang mendapat 28%
isi-
rumen-jagung memperlihatkan performans lebih baik
di-
bandingken dengan ransum kontrol. Disimpulkan oleh ~ovanoviEdan FuperloviE
(1977)
bahwa pemberian iai rumen dengan mencampurkan terlebih dahulu dengan jagung sangat menguntungkan,
karena
26
meningkatkan e n e r g i s e r t a lisin jagung yang re-
dapat
l a t i f rendah,
Penambahsn 1046 i s i rumen k e r i n g a t a u 35
p e r s e n l*isi-rumen-jagungm d a p s t menyediskan 10% kebu
-
t u h a n l i s i n dan 15% t r i p t o f a n ransum yang s a n g a t dibutuhkan o l e h ayam b r o i l e r untuk pertumbuhannya.
Hanya
s a j s pemberian i s i rumen untuk makanan ayam p e r l u mempertimbengkan kernampuan f i s i o l o g i s unggas untuk mencerna d i n d i n g s e l tanaman. budhati, rian 0
-
Abbas dan Rahman (1984) m e n e l i t i pembe-
7% i s i rumen pada ayam b r o i l e r t i d a k n y a t a me-
ningkatkan b e r a t badan dan k o n v e r s i
tetapi
makanan,
pemberian 14% nyat a menurunkan b e r a t badan,
naiknya
konsumai dan konversf makanan dibandingkan ransum kont r o l maupun pemberian t u j u h p e r s e n i s i rumen. Penambahan bemacam sumber lemak ke dalam
ransum
yang mengandung i s i rumen untuk rneningkatkan e n e r g i juga t i d a k berpengaruh n y a t a t e r h a d a p tambahan b e r a t badan. konsumsi den k o n v e r e i mekanan pada ayam b r o i l e r u m u r -a
.minggu.
Namun t e r d a p a t kecenderungan
minyak
h e w a n ( t a l l o w ) l e b i h b a i k eebagai tambahan e n e r g i .
Ter-
dapat i n t e r a k s i pemberian t u j u h p e r s e n i s i rumen
dan
minyak hewan meningkatkan tambahan b e r a t badan den efis i e n a i penggunaan makanan dibandingkan k o n t r o l
maupun
kombinasi perlakuan l a i n n y a ( I d r u s , Abbae den Syamsuddin,
19851,
27 Lebih l a n j u t Suhermiyati (1984) m e n e l i t i penggunaa n i s i rumen a a p i dan domba yang dikeringkan a n t a r a 5, 10 dan 15% dalam ransurn b a s a l ,
dan juga dikombinasikan
dengan r a g i makanan t e r n a k sebanyak 6% pada ayam b r o i l e r u m u r delapan minggu.
Ransum yang menggunakan
isi
rumen sap5 a t a u domba menghasilkan performans l e b i h bai k d a r i p a d a i s i rumen ditambah r a g i makanan t e r n a k , hingga dapat d i p a k a i sampai 15% dalam ransum.
Ternya-
t a daya c e r n a ransum yang menggunakan i s i rumen domba dan r a g i sama s a j a ,
Pengujian t e r h a d a p
se-
sapi,
kelebih
srzkaan dan o r g a n o l e p t i k , t e r n y a t a pemberian i s i rumen s a p i , domba den r a g i dalam ransum t i d a k menimbulkan keb e r a t a n d a r i pihak konsumen daging ayam t e r s e b u t . Guna mengurangi penganrh s e r a t k a s a r Reddy e t a l .
isi m e n ,
(1985) t e l a h menyaring i s i rumen
sebelum
d i b e r i k a n pada ayam b r o i l e r ,
sehingga p r o t e i n yang se-
mule 8.8%
dan s e r a t k a s a r t u r u n da-
r i 30.1%
n a i k menjadi 3 2 . 2 % menjadi 2405%.
Pemberian i s i rumen 0, 3,
9 dan 12% dalam ransum t i d a k berpengaruh n y a t a t e r h a dap tambahan b e r a t badan, an,
6,
-
konsumsi dan k o n v e r s i makan-
sehubungan dengan turunnya e n e r g i metabolisme 0.15
ldJ (44 kkal/kg)
s e t i a p kenaikan i s i rumen s e b e s a r 3%.
S e l a n j u t n y a d i l a p o r k a n pula penggunaan i s i s a p i k e r i n g yang d i s a r h g "18 meshm a n t a r a 2,9
rumen sampai
lf.7% dalam ransum ayam b r o i l e r untuk menggantikan dedak.
Ransum i s o p r o t e i n dan i s o k a l o r i menyebabkan peng-
gunsan 2.9
- 11.7%
yang nyata (Pl.01) pa -1
isi rumen menghaailkan berat
badan
lebih baik dari ransum kontrol tan-
rumen, tetapi konsumsi den konverai makanan sa-
ma seja.
Terlihat juge bahwa pemberian ransum yang me-
ngandung isi rumen mulai pada umur tujuh hari, meningkatkan berat badan 19% lebih tinggi pada umur 42
hari
dibendingkan dengan pemberian sejak umur sehari. Ditegaskan oleh Ready et al, (1985) bahwa pemberian is1 rumen tidak berpengsruh buruk terhadap bau rasa daging ayam.
Terlfhat bahwa respon yang mengun
tungkan dari isi rumen berasal dari kualitas vitamin 3-kompleks
dan
atau kemungkfnan
faktor pertumbuhan yang belum dikenal
adanya
-
protein, bebgrapa
(unident if Led
growth factors) sebagai hasil sintesfs mikroba rumen.
Pengaruh Paktor Anti Kualitas dalam Makanan t e r h a d a ~ Performans Ayam Menurut Anggorodi (1979) kesanggupan hewan
untuk
mencerna selulosa (serat kasar) tergantung pada macamnya alat pencernaan.
Daya cerna selulosa dan hemiselu-
lose oleh hewan non ruminansia belum begitu
terungkap
.
dibandingkan ruminansia (Pigden dan Bender, 1 978)
Penelitian pada babi menunjukkan variasi yang luas antara sumber yang sama d m dari berbagai sumber,tetapi selulosa tanpa lignin atau ligninnya dibebaskan
aknn d i c e r n a l e b i h banyak (Keys, van Soest dan 1969; Hegde.
Rolls,
Turvey den Coates,
Young,
1978).
Hemise-
l u l o s a l e b i h t i n g g i daya cernanya daripada s e l u l o s a ol e h ayam ( S c o t t , Nesheim dan Young, (Keys e t a l . .
1969)
dan t i k u s
1969).
Secara f i s i k , adanya hambatan berupa rendahnya daya ce-
d a r i rumput den limbah p e r t a n i a n
untuk ayam
disebabkan adanya i k a t a n kompleks l i g n o s e l u l o s a , s e l a -
in f e n 0 1 yang dianggap menghambat k e r j a enzim (UIorri son, 1979).
Dinding s e l tanaman t e r s u s u n d a r i
-
serat
d e t e r j , e n asam (Dl? dan ) hemisslulosa (van S o e s t , 1982), sedangkan ADF s e n d i r i t e r d i r i d a r i senyawa l i g u i n dan s i l i k a yang s u k a r d i c e r n a .
selulosa,
Senyawa i n i t e r -
iket kuat dalam gugus organik s e b a g a i h i d r a t
amorfus.
Kenaikan kadar s i l i k a s a t u persen akan menurunkan koef i s i e n cerna bahan organik s e c a r a
in
tu persen pada ruminansia (Houston,
v i t r o s e b e s a r sa-
1972), dan menurun-
ken daya cerna s e b e s a r t i g a persen vnit pada ayam (Mau s t , S c o t t dan Pond,
1972).
T i t u s dan F r i t z (1971) dan Anggorodi (1979) menyatakan bahwa s e r a t k a s a r merupakan t e r s e d i a bagi unggas,
m b o h i e a t tidak
dan termasuk ke dalam .
kelompok
p o l i s a k a r i d a yang t i d a k t e r c e r n a ( s e l u l o s a , herniselulos a , pentosan dan heksosan) s e r t a lignin yang bukan karbohidret,
t e t a p i t i d a k b i s a dipisahken d a r i karbohid
-
rat (~utardi, 1977).
Menurut Hodge dan Bailey (19761,
lignin adalah faktor pernbatas daya cerna dari selulosa dan hemiselulosa.
Jones. Wilne dan Wadham (4963) dan van Soest
dan
Jones (7968) menunjuk adanya silika yang di aimpan dalam ikatan kuat bersama komponen dinding sel yang me nyebabkan turunnya daya cerna. (begitu pula isi rumen),
Pada
hemiselulosa
-
rumput-rumputan dengan
limin
berikatan secara ester yang mudah dipisahkan oleh pengaruh alkali sehingga hemiselulosa dapat larut dalam
air ( I e m n d i ,
1980).
Secara kimiawi pada dindFng sel tanaman
terdapat
sejumlah aaam fenolat terutama olp-koumoratdan asarn fe rulatw*aerta grup asetil yang dapat mempengaruhi pen
-
cernaan dalam rumen, tetapi grup asetil dari bagian hemiseluloea ini labil dalam alkali (Morris
1977).
dan
Becon,
Diuraikan oleh Burns (1978) bahwa komponen zat
antikualitas ini ialah: (a) flavonoid (tannin)
yang
dapat menghambat kerja enzim selulolitik dan pektinolitik, (b) terpenoid (saponin) yang merupakan bagian berikatan kuat dengan protein (protein binding properties) yang mungkin menghambat kerja enzim, (c) llarotnaticcompoundR yang termasuk glikosida fenolat, dan (d) alkaloid yang menghambat aktivitas enzim mikroba.
Pada
e a t antikualitas merupakan metabolisme s e k u n d e ~
Apabila zat a n t i k u a l i t a s t e l a h menumpuk sampai t e r t e n t u &lam
jumlah
tanaman dapat merugikan b a g i respon t e r -
nak m e l a l u i konsumsi makanan, daya cerna dan s t a t u s f i s i o l o g i s (Burns,
1977).
Kemampuan ayam mencerna s e r a t k a s a r dalam i k u t menjadi d a s a r dalam menyusun ransum, protein,
e n e r g i , m i n e r a l dan vitamin.
di
samping
Sebagian
penuernaan s e r a t k a s a r mengambil tempat pada b a b i dan monogastrik (Keys dan DeBarthe, kus (Yang, Manoharan dan Young,
ransum
besar
intestin
1974) a t a u ti-
1969) sehingga daya gu-
na s e r a t k a s a r r e l a t i f menjadi rendsh. Telah umum d i k e t a h u i bahwa t i n g k a t s e r a t k a s a r da-
l a m ransum yang s e s u a i untuk ayam a d a l a h t u j u h persen. Pemberian d i a t s s t u j u h persen akan menyebabkan t e r j a dinya hambatan pertumbuhan dan e f i s i e n s i penggunaan makanan bertambah buruk.
-
N a m u n b a t a s a n yang p a l i n g t e
pat masih diperdebatkan,
Eking (1963) melaporkan pem-
b e r i a n s e r a t kasar yang non t o k s i k i a l a h 4 memenuhi b a g i ayam b r o i l e r , dan F r i t z (1971) i a l a h 3
-
-
10% cukup
sedangkan menurut
Titus
57&, walaupun pemberian 10
-
7 2 % t i d a k berpengaruh buruk t e r h a d a p produksi ayam,
Bagi t i k u s jumlah s e l u l o s a untuk pertumbuhan o p t i mal i a l a h dua p e r s e n , den pemberian sampai 6m
--
nyebabkan kematian (Yang e t al.,
akan
me-
1969)-
Dikemukakan o l e h S c h a i b l e (1979) a p a b i l a p e r s e n t a -
s e s e r a t k a s a r yang terkrtndung dalam ransum
melebihi
b a t a a maksimum d a r i k e t e n t u s n , maka n f l a i gizi akan menurun,
B i l a s e r a t kasar t e r l a l u
ransum
rendah
akan
mengakibatkan ransum t i d a k dapat d i c e r n a dengan dan sempurna Ricke,
baik
.
van d e r Aar, Fahey den Berger ( 1 9 8 2 ) mela-
porkan bahwa p e r s i l a n g a n New Hampshire dan Columbia mas l h b a i k pertumbuhannya b i l e mendapat ranaum yang meng-
andung l i g n i n 4 bahan s i l i k a 1
- 8% dibandfngkan t a n p a l i g n i n . - 2% dalam ransum ayam b r o i l e r
memperbaiki l a j u pertumbuhan,
Penamdspat
sedangkan 5 a t a u 10%
akan mengakibatkan adsnya hambatan pertumbuhan ( E l b e r t , Bushong den Dilworth,
1970).
Lebih l a n j u t Maust et a l .
(1972) melaporkan
bah-
wa adanya 20% l i g n o s e l u l o s a dalam dedek menyebabkan tum y a daya cerna dan e n e r g i m e t a b o l i s ,
walaupun sebe-
narnya e n e r g i t o t a l dedak cukup t i n g g i .
Sementara i t u
S l a v i n dan M a r l e t t (1980) m e l i h a t pada manusia, menaikkan s e r a t k a s a r dalam makanan akan menurunkan daya cer-
na energi t o t a l , t e t a p i t i d a k berpengaruh t e r h a d a p daye
c e r n a lernak dan n i t r o g e n . Pemberian 2Wo x y l o s a ataupun
D-xyloea
4%
L-arabinosa
dan
dalam ransum anak ayam menyebabkan terhambat-
nya pertumbuhan,
turunnya e f i s i e n s i penggunaan makanan,
mengecilnya ukuran h a t i ,
s a l u r a n pencernaan dan adanya
kekosongan glikogen pada hati dan otot.
Glikogen hati
dan otot turun proporsional dengan naiknya kadar pentosan ransum,
Bila pentosan tidak dapat
dimetsbolisir
menjadi glukosa, maka glikogen endogen akan oleh
ayam
1966).
digunakan
untuk keperluan energinya (Wagh dan
Hegde, Rolls, Turvey dan Coates
Waibel,
(1978)
dan
Schneeman (1978) melaporkan pula bahwa karbohidrat tidak tersedia yang tinggi, tidak saja mempengaruhi kepekatan energi, tetapi juga waktu untuk lewatnya makanan dalam saluran pencernaan, sehingga ayam kekurangan waktu untuk mencerna dan menyerap makanan, Dilaporkan bahwa ayam cenderung meningkatkan konsumsinya bile mendapat ransum berserat tinggi dan energi rendah.
Serat yang tinggi dapat menghambat pertam-
bahan berat badan serta buruknya konversi makanan (Wal-
droup, Brussell den Johnson, 1976)-
Hal in% disebab
-
kan kemampuan ayam untuk mencerna serat kaser berlebihan rendah (Heuser, 1950; Morrison, 1969).
intes -
Ayam yang mendapat serat tinggi (40 g/ karbohid rat tidak tersedia) memperlihatkan villi-villi
tin yang memanjang, otot usus yang rnenebal, area lumen mengecil dibandingkan dengan kontrol.
Terlihat
kapasitas penyerapan atau efisiensi pencernaan (Hegde
et g , ,
1978). pembesaran pankreas
d'an
pula turun tidak
normalnya proventrikulus (Vohra dan Kratzer, 1964;
0'
Dell, B e m e dan Savage, 1959), sedangkan menurut Akiba dan Matsumoto (7978) pemberian serat kasar yang mele
-
bihi delapan persen dapat menyebabkan mernbesarnya jantung dan hati.
Daya cerna dari protein kasar berhubungan
dengan
tingkat protein ransum (Glover dan Duthie, 1958;
et G.,1969).
cerna
Pada hewan non rurninansia, daya
in% akan menurun tajam oleh naiknya serat kasar, dangkan pada runinansia turunnya tidak begitu
Keys
se
-
besar,
Turunnya daya cerna in5 sehubungan dengan meningkatnya nitrogen dalam feses (Keys et ale, 1969).
Naiknya e k e
resi nitrogen dsn Lernak eksreta disebabkan
rendahnya
aktivitas enzim proteolitik dan lipolitik dari pankreas (Schneeman, 1978)Lebih lanjut Schneeman (1978) melaporkan bahwa beberapa sumber serat kasar yang diteliti (wheat
bran,
dedak padi, saflower, selulosa aseeat, xilan dan pek tin),
ternyata rnenurunkan aktivitas lipase.
-
Pada manu-
sia dilaporkan pula oleh Schweizer, Bekhechi, KoelLreutter, Reimann, ~6mettadan Bron (7983) bahwa serat kasar yang tinggi dalam makanan akan menyebabkan negatifnya neraca mineral kalsium, magnesium dan besi, ini disebnbkan oleh naiknya kandungan Ca,
Wlg
Hal
dan Fe da-
lam feses manusia.
D i antsra zat antikualitas yang terdapat dalam se-
jumlah substansi inhibitor pada jaringan tanaman ialah saponin (Haueer, Scott, Larson dan Nelson, 1953), tannin (Vohra, Kratzer dan Joslyn, 1966).
dan
Zat ini cen-
derung menutupi adanya "faktor perangsang pertumbuhan" jika terdapat dalam jumlah tiriggi dalsm (Hauser
et g , ,
ransum
ayam
1953)-
Saponin adalah sustu glikosida yang bila dihidrol i s i s sempurna akan menghasilkan gula heksosa, pentosa
atau asam uronat dan fraksf non gula yang disebut sapogenin.
Saponin banyak dipelajari karena mempunyai ak-
tivitas hernolitik, menghsmbat aktivitas enzim proteolitik, serta dapat menghsmbat pertumbuhan hewan percoba-
an (Birk dan Peri, 7980; Muchtadi, 1983). Dikemukakan oleh McBarron (19771, tannin
ialah
glikosida pad8 tanaman sebagai hasil penggabungan antara gula dan asam fen01 karboksilst.
Bila ayam mengkon-
sumsi tannin tinggi, a k a menimbulkan g e j a l a kerecunan, anaemia, kerusakan lambung, ginjal dan hati. Mskanan yang mengandung tannin akan mengakibatkan
terhalangnya pertumbuhan dan turunnya konsumsi makanan serta t u m y a hemoglobin darah pada ayam (Chang
dan
Fuller, 1964), den juga menyebabkan naiknya angka kematian akibat terjadinya kekosongan tembolok serta penimbunan lemak di hati (Vohra
et s., 1966).
nya Chang dan Fuller (1964) menegaskan bahwa
Selanjutpengeruh
tannin tidak semata-mata disebabkan oleh turunnya kon-
-
aumsi makanan, namun dipercaya juga melibatkan turun nya ref ensi nitrogen ataupun terbatasnya
cerns
daya
protein ransum, Sebelumnya Handler dan 3aker (1944) melaporkan adanya hambatanpertumbuhan tikus yang mendapat
- 2%
1
t a n n h , sedangkan pada ayam hambatsn pertunbuhan terjadi akfbat pemberian tannin 0.5%,
aken menyebabkan angka kematian mencapai 7%
7
- 11
hari (Vohra et al.,
5%
dan pada tingkat
pada umur
1966).
Pengaruh buruk tannin terhadap
pertiunbuhan
dan
konverai makanan dapat di atasi dengsn penambahan kho-
lin sebanyak 0.4% atau Metionin Hidroksi Analog ke dalam ransum yang mengandung 0.2
-
2,-
O.lm
t a n n k , wa-
laupun penambahan donor metil tidak sepenuhnye
dapat
mengatesi pengaruh negatif tannin pada ayam (Vohra
et
s.,7966). Selanjutnya dikemukakan bahwa penambahan DL-Ivietionin 0.15%
pada ransum yang mengandung tannin
tinggi
dapat memulihkan hambatan pertumbuhan tanpa memperba
iki days cerna atau konversi makanan,
Selain itu tan-
nin yang tinggi akan menghalangi pencernaan dan bahan kering serta dapat
-
nitrogen
menyebabkan kelainan pa-
da kaki ("leg abnonnalityal), disebabkan terjadinya proses mineralisasi pada tulang karena kenaikan abu
tu-
lang ( E l k i n ,
Rogler dan Beatherston, 1974).
Anwtrong, Rogler dan Featherston (1974) memperkirakan bahwa metionin atau khofin sebagai donor
rnetil
dapat mengataei pengaruh buruk tannin pada ayam mela lui care:
(a) detoksifikaei tannin melalui asam
gallat, (b) menghslangi aktivitas
enzim
-
metil
proteolitik
yang menghambat pencemaan protein, dan (c) berkurangnya guglze tannin karena adanya DL-Metionin. Sehubungan dengan rendahnya energi pada bahan ma-
kanan aaal limbah pertanian (termasuk isi rumen), perl u diperhatikan pula pengaruhnya terhadap protein.
penyerapan
Finch dan Hird (1960) sebagaimana dikutip
oleh Pnralckasi (198F), mengemukakan bahws def isiensi energi akanmenyebabkan proses penyerapan aktif protein akan berkurang atau tidak normal.
Pengolahan Bahan Makanan berlignoselulosa Guna Meningkatkan Kualitas Swnber utama serat kasar bagi ayam biasanya hijauan (tepung rumput, alfalfa).
Hijauan
serat kasar yang berguna dalam jumlah
.
sumber karoten, meningkatkan days cerna
dari
mengandung
kecil
sebagai
dan
sebagai
pencampur bahan lain: dalam ransum (kggorodi, 1979)Telah diketahui bahwa kualitas gizi isi rumen dipengaruhi oleh macam makanan, mikroba rumen dan lama
-
nya makanan dalam rumen.
Hasil penelitian
Brata
dan
P e t o (1985) t e r h a d a p s a p i potong B a l i d i RPH Sanggaran dan Bandung memperlihstkan j e n i s makanan s a p i
sebelum
d i p o t o n g s e p e r t i t e r t e r a pada Tabel 5. Tabel 5 .
P e r s e n t a ~ eJ e n i s Makanan S a p i sebelum dipotong
RPH Sanggaran RPH Bandung
Bahan makanan utama
( s a p i Bali)
(sapi P O )
Rumput lapangan Jerami padi
+
Jerami padi
Pucuk t e b u
+
tang pisang
+
b a t a n g jagung
daun jagung + bat o n g k o l jagung
27.33
23.40
14.67
18.40
Limbah p e r t a n i a n den i n d u s t r i p e r t a n i a n t e l a h
umum digunaknnuntuk makanan t e r n a k d i termasuk I n d o n e s i a , tanah,
s e p e r t i jerami p a d i ,
t o n g k o l dan batang jagung,
nya (Pigden dan Bender, 1982; Kirby,
1983).
Asia
jeramf
kacang
pucuk t e b u dan l a i n -
1978; Jackson, >,.
Tenggara
1977; Devendra,
2
Djajanegara den S i t o r u s (1983) memberi c i r i -ciri limbah p e r t a n i a n : tinggi,
mengandung a i r den s e r a t k a s a r
yang
p r o t e i n dan m i n e r a l rendah s e r t a mengandung a1
k e l o i d yang dapat mengganggu k o n d i s i tubuh t e r n a k yang
memakannya, sedangkan nilai gunanya
rendah
sehingga
tingkat pemberiannya rendah pula (hlanalu, 1981; Sutardi dan Suryahadi, 1981; Ibrahim, 1983). Guna meningkatkan nilai gizi dan konsumsi
bahan
makanan berserat tinggi untuk ternak (terutsma ruminansia) telah lazim dilakukan usaha-usaha berupa praperlakuan: fisika, kimia, fisiko-kimia dan biologi
(
an ,
1975; Ftanjhan, 1978; Sutardi den Suryahadi, 1981 ; Ib rahim, 1983).
Djajanegara dan Sitorus ( 1983)
batasan terhadap praperlakuan yang haruslah:
akan
-
memberi
dilakaanakan
mempunyai daya guna yang tinggi, sudah dike-
nal oleh peternak, tidak rnenyebabkan pencemaran
ling-
kungan, rnudah diperoleh dan harga relatif murah. Ibrahim (1983) mencoba mengikhtisarkan praperlaean terhadap limbah pertanian guna meningkatkan
kuali-
tas gizi seperti diperlihatkan pada Gambar 3, Dewasa ini sebagian besar ternak di Indonesia rne-
manfaatkan hasil limbah pertanian yang rendah terutama jerami padi.
mutunya
Jerami padi terbatas sekali pe-
manfaatannya sebagai makanan ternak, karena hanya mampu berperan sebagai "bulkn dan hanya dapat mengganti ken tidak lebih dari 25% kebutuhan ternak aksn (Sutardi dan Suryahadi, 7981).
-
-put
Selain i t u faktor pem-
batas utama jerami ialah tingginya kadar silika 16%). lignin 6
-
7% dibandingkan jerami lainnya
(22
-
yang
-
tFnggi lignianye ( 1 0
1246) sedangkan s i l i k a hanyalah 3
s a m p a i 5% s s j a (Jackson,
f
k
.t
FISIKA:
- penyabunan -
penggiling-
- pelet - perebusan - autoclave
KIMIA :
- NaOH - Ca(0)E)2 I - KOH - NH40H - NH-,gas
- nar radiasi si- : gamma . -
J
G a m b a r 3.
I
t
&
FISIKA-KIMIA:
-ukuran p a r t i kel/kimia -NaOH/
-penambehen enzim -white rot
pelet
- "mushroom'
-Kapur/. pelet -Kimia/steam
-
NaC03
-
NaCl
-
C1
-
SO2
. ,
1978).
Z
L,
L
B e r b a g a i m e t o d e pengolahan limbah pertanian-
L
41 Sebelumnya Jackson (1977) menyatakan bila diban
-
dingkan dengan hijauan lainnya: kendungan protein, pati, lemak dan vitamin jeremi padi lebih rendah, dise
-
babkan adanya silika yang menyelimuti dinding sel se
-
bagai hidrat amorfus.
N m u n isi rumen yang berasal da-
ri jerami padi cukup meningkat mutunya (Brata dan Pe
-
to, 1985)Faktor-faktor yang membatasi jerami padi
sebagai
rnakanan ternak ielah, (a) dinding sel diselumuti kris-
tal silika yang sulit ditembus oleh enzim mikroba rumen (Pigden dan Bender, 1978),
pencernaan (b) dijadikan
makanan setelah padi masak, sehingga lignifikasi sudah berlanjut, struktur selulosa tidak lagi berbentuk amorf; molekul glukosa menjadi kokoh oleh ikatan hidro-
gen, (c) kandungan nitrogen kecil sekali.
samping
Di
konsumsi den daya cerna yang rendah, jerami padi akan kalium dan kalsium oksalat yang sukar larut,
kaya se-
hingga sering menyebabkan neraca kalsium menjadi negatif, dan rumen bersifat basa karena terbentuknya karbonat dan bikarbonat (Ranjhan, 1978). Same halnya dengan praperlakuan-prapelakuan hedep. limbah pertanian, diharapkan praperlakuan same terhadap isi rumen (limbah atau makanan yang telah difermentasikan oleh mikroba),
teryang
berserat
juga akan me-
ningkat kualitas gizinya akibat turunnya serat kasar.
Banyak l a p o r a n yang mengemukakan bahwa
perlakuan
a l k a l i ataupun asam s e r t a penambshan u r e a dapat meningk a t k a n mutu bahan makanan k a s a r . Pengolahan bahan makanan dengan a l k a l i t e l a h d i l a -
kukan s e j a k lama dan s e c a r a l u a s .
Perlakuan
(NaOH) diharapkan mampu melonggarkan pada k r i s t a l a e l u l o s a jerami p a d i ,
alkali
ikatan hidrogen
s e r t a sebagian
be-
s a r s i l i k a t e r l a r u t k a n C~y1cManus, 7976; McDonald, wards dan Greenhalg,
1978; S u t r i s n o ,
1983)-
Ed-
Selain
i t u perlakuanNaOH a t a u H2S04 dapat memecah dan melonggarkan i k a t a n l j g n o s e l u l o s a sehingga mudah d i c e r n a . Dengan pertimbangan s e l a L n b e r s i f a t a l k a l i , pemak a i a n l e b i h l a y a k karena murah dan t i d a k pencemaran t e r h a d a p lingkungan,
menimbulkan
S u t r i s n o (1983) menggu-
nakan P i l t r a t a i r abu sekam p a d i l W
s e b a g a i pengganti
NaOH dalam rangka meningkatkan mutu jerarni padi. r o l i a i s dengan a i r abu sekam d a p a t meningkatk-
tein k a s a r 15.15%-unit
unit,
Hidpro
-
dan menurunkan s i l i k e 19.76$6-
Apabila f i l t r a t a i r abu sekam
campuran u r e a dan m i n e r a l ,
ditambah- dengan
kenaikan p r o t e i n k a s a r men-
jadi lebih tinggi, Banyak l a p o r a n yang mengemukakan bahwa
pemberian
a l k a l i NaOH pada bahan makanan b e r s e r a t t i n g g i meningkatkan kualitas g i z i sehubungan dengan
dapat
kenaikan
e n e r g i , namun penggunaan a l k a l i dapat menimbulkan pen-
43 cemaran garam yang d a p a t mengganggu * * i n t e r i o rm i l l i e u " kehidupan normal mikroba rumen,
Untuk rnengatasi
ha1
dewasa ini banyak dipergunakan u r e a a t a u f i l t r a t
in%,
a i r abu sekam ( ~ n u g r o h o , Bakrie, Prasetyo,
1983; Amirroenas,
Sukarni, Yates
dan
1983), yang hargenya rela-
t i f murah, mudah d i p e r o l e h , namun waktu h i d r o l i s i s l e b i h lama.
Urea d a p a t rneningkatkan k u a l i t a s ,
karena kenaikan jumlah e n e r g i (Waiss, Guggole, Kohler,
dan
mungkin tersedia
ni-g-
Walter dan G a r r e t t ,
1979.
Se-
l a i n i t u t e r j a d i kenaikan daya cerna o l e h perlakuan a l k s l i yang menyebabkan s a p o n i f i k a s i d a r i e s t e r asarn u r o n a t yang berhubungan dengan r a n t a i
dan Bender,
1978).
w ~ f a n * (Pigden s
Naiknya p r o t e i n bahan yang d i h i d
r o l i s i s dengan a l k a l i , karena pecahnya ikatan l i g n i n dengan h e m i s e l u l o s a ( K l o p f e n s t e i n ,
-
antara
1978)-
H i d r o l i s i s dengan urea dalam jumlah k e c i l akan men i n g k a t k a n pemecahan i k a t a n s e l u l o s a , naiknya konsumsi bahan k e r i n g dan k o e f i s i e n c e r n a s e r a t k a s a r
(&rret
dan L a r k i n ,
dicerna
1974), meningkatkan e n e r g i dapat
s e r t a memperbaiki p r o t e i n h i j a u a n (Manalu, Jang sama d i l a p o r k a n pula o l e h Lesoing,
1981),
He1
Eaopfenstein,
Rush dan Ward (1981) bahwa h i d r o l i s i s dengan NaOH a t a u Ca(OHI2 akan melarutkan h e m i s e l u l o s a den naiknya cerna, pat,
days
t e t a p i konsumsi a i r minum meningkat dua k a l i liData d a r i Ololade, Eowat d a n Winoh (1970), h i d r o -
lisis tangkai
alfalfa,
jerami gandum dan tongkol ja-
gung dengan a l k a l i HaOH selama 24 jam, n y a t a rnening.0 k a t k a n daya c e r n a disebabkan naiknya k e l a r u t a n hemisg l u l a s a dalam a i r dan turunnya bagian dLnding s e l , t e t a p i t i d a k berpengaruh t e r h a d a p s e r a t d e t e r j e n (ADF),
asam
s e l u l o s a dan l i g n i n .
C h a n d r a dan Jackson
(1971) mendapatkan bahwa hid-
r o l i s i s bahan b e r s e r a t k a s a r dengan sodium NaOH, NaC03 dapat menurunkan k a d a r l i g n i n ,
sulfida, dan
dsya
c e r n a meningkat p r o p o r s i o n a l dengan turunnya
kadar
lignin. Usaha memperbaiki k u a l i t a s i s i rumen dengan pengo l a h a n y a k n i h i d r o l i s i s a l k a l i , asam e n c e r ( N a O H dan H 2 S 0 4 )
s e r t a a l k a l i alam ( f i l t r a t a i r abu
1%
s e b )
TWOdapat meningkatkan kadar p r o t e i n i s i rumen sampai g 0 4 0 , 9.82 8.60%.
dan 8.85% dibandingkan k o n t r o l yang
hanya
Kenaikan p r o t e i n d i i k u t i o l e h turunnya
kadar
s e r a t k a s a r maaing-masingnys dibandingkan k o n t r o l 33.84%.
28.02,
26.95
10,%
dan
isi
Hampir samanya pH
rumen dengan p H AAS 1 0 % s a n g a t e f e k t i f untuk menurunmen
-
Lebih l a n j u t d i l a p o r k a n bahwa pemberian i s i ru
-
kan s e r a t k a e a r sampai 27.24%-unit
( d a r i 33.84%
j a d i 24.62%).
men dengan b e r b a g a i cara pengolahan di atas dalam ransum b a s a l ,
7
-
14%
berpengaruh kurang baik b a g i per-
tumbuhan ayam b r o i l e r sampai u m u r t i g a minggu badan,
konsumsi dan k o n v e r s i makanan),
(berat
tetapi
satelah
jangka waktu t e r s e b u t ayam tampaknya mampu b e r a d a p t a s i t e r h a d a p b e r b a g a i k o n d i s i ronsum yang mengandung rumen (Abbas, Brata,
isi
1984).
Abbas dan Syamsuddin (1985) melaporkan bah-
wa h i d r o l i s i s i s i rumen dengan AAS 10% yang
diperkaya
dengan campuran m i n e r a l (AASM) selama masih adanya s i sa-sisa
a k t i v i t a s mikroba rumen s e c a r a f e r m e n t a s i "se-
m i f e k u l t a t i f a n a e r o b n pada suhu 39
- 40°c
selama
m e n i t pada i s i rumen s e g a r yang ditambah u r e a
-
onggok 0.5
a n t a r a 8.51 19.66%-unit.
-
ataupun
m a m p u m e m p e r b a i k i k s d a r p r o t e i n ka-
1.m,
s a r a n t a r a 12.69
90
-
22,16%-unit,
52.48%-unit
menurunkan s e r a t k a s a r
15.17
dan s i l i k a a n t a r a
S e l a i n i t u juga d a p a t meningkatkan
cerna p r o t e i n s e c a r a i n v i t r o
a n t a r a 17.52
-
-
daya
18.60%
-
u n i t d i b a n d i n g k a n dengan i s i rwnen biasa yang d i k e r i n g kan
0
Kenurut p e t o ,
Abbas,
Syamsuddin dan S u h a r t o ( 1985)
hendaknya h i d r o l i s i s i s i rumen dengan AAS l o % , N c O H 1% d i l a k u k a n t i d a k sampai 24 jam, t e t a p i cukup 1 0 jam un-
tuk menjaga t i d a k t e r l a r u t n y a b e b e r a p a a s a n amino.
Hid-
r o l i s i s selama 1 0 j a m d a p a t meningkatkan p r o t e i n s e b e s a r 26.43
-
15.71%-wit.
39.40
%-unit,
s e r a t kasar
turun
'0.11-
Hasil i n i jauh l e b i h baik daripada h i d
-
r o l i s i s o l e h AAS 1%
ataupun NaOH 3 % seelama 90 menit.
Tampaknya h i d r o l i s i s yang t i d a k t e r l a l u l a m a akan men i n g k a t k a n p r o t e i n l e b i h baik,
t e t a p i penurunan s e r a t
k a s a r dan s i l i k a s a n g a t t e r g a n t u n g pada lamanya waktu h i d r o l i s i s dilaksanakan. Relifman, Abbas,
Karossi dan Syamsuddh
m e n e l i t i pengeruh pengukusan, 10 dan 20 menit,
o t o k l a f 75 p.s.i
pengukusan 40 menit,
10% s e r t a AASM 10% selama 10 j a m ,
(1985) selama
hidrolisis
n y a t a (PL.05)
n i n g k a t k a n p r o t e i n dan daya cerna p r o t e i n
AAS
me
-
vitro
yang d i i r i n g i o l e h turunnya s e r a t k a s a r Il.5m-unit. Selain cara h i d r o l i a i s kbiawi,
menurut
fi g d e n
dan Bender (1978) bahan limbah b e m u t u rendah dan bers e r a t t i n g g i karena l i g n i f i k a s i ,
f a k t o r amba, t i n g k a t
n i t r o g e n dan m i n e r a l rendah,
dapat d i t i n g k a t k a n kegu-
naannya dengan c a r a f i s i k a :
p e n g g i l i n g a n , pemanasen,
pemanasan bertekanan ( o t o k l a f ) dan penambshan n i t r o g e n (Sunde, ne,
1975; F e r r i e r ,
1977; Pigden dan Bender,
hers,
ember
1975; l i r a t z e r dan Pay-
7978;
Expenyong dan s r o c -
1987). K r a t z e r dan Payne (1977) melaporkan bahwa o t o k l a f
selama 7 5
-
30 menit dengan tekanan 15 pound p e r squa-
r e inch (p.s.i)
dapat menghilangkan ' t d e p r e s s i n g growth
f a c t o r f t yang diduga a n t i t r i p s i n s e r t a merusak aktivi t a s l i p a s e pada dedak p a d i ,
-
sekingga b i s a dipergunakan
sampai 6%
dalam ransum ayam.
penelitian oleh Kratzer, Earl
dan
Chiaravanout
(1974) tentang otoklaf 15 menit dan penambahan 0.2% DL Ibletionin dan 0.2% L-Lisin pads dedak padi yang digunakan sampai 6m
sebagai sumber energi menyebabkan per
-
tumbuhan anak ayarn lebih baik walaupun mekanismenya belum dikenal. Pemanasan160°~ selaina satu jam atau
ZOOOC
selama
30 menit, mampu meningkatkan daya cerna selulosa jerami padi secara in vitro
dari 22% menjadi 55%.
Hasil
ini lebih baik lagi kalau ditambahkan N a O H dalam jum lsh rendah (Pigden dan Bender, 1978)-
Expenyong
-
dan
Brochers (1981) menyatakan bahwa otoklaf dapat memperbaiki kualitas gizi d m menonaktifkan
fektor -faktor
penghambat (inhibiting factor), Otoklaf terhadap bahan bermutu rendah akan meng hil.zngkan antitripsin dan faktor penghambat,
-
sehingga
dapat meningkatkan efisiensi rasio protein dan menurunkan berat pankreas.
Otoklaf selama 30 menit akan meru-
sak asam amino lisin, arginin, leusin, metionin dan 3sam glutarnat,sedangkan triptofan
tidak
dipengaruhi
(Shemood, ':/eldon dan Petterson, 1 9 5 4 ; Liener dan Kakade, 2969).
Sebaliknya asam aspartat, treonin dan asam
amino sulfur, khususnya sistin mengalami kenaikan (Expenyong dan Brochers, 1981).
Seloin itu pemanaean me-
nyebabkan makanan lebih lunak, protein cenderung akan berubah slfat dan strukturnya menjadi lebih sederhana dan mudah dicerna hewan monogastrik (Perrier, 1975 ), sedangkan energi metabolismenya akan meningkat (Sunde, 1975). Hart, Walker, Graham, Hanni, m o w n
dan
Kohler
(1981) menyatakan bahwa praperlekuan alkali yang dii-
palatabilitas,
kuti oleh otoklaf dapat meningkatkan
daya cerna dan konsumsi ransum tanpa risiko tercuci. Menurut Jaffe dan Lette ( 1 968) pemanasan terha dap legume yang mengandung
aktivitas
hemaglutinin
tfnggi dspat memperbaiki konsumsi ransum pada dan dapat mengatasi
It
-
tikus,
inhibitor amilasetldari kecipir,
sehingga pertumbuhan meningkat den sekresi karbohid
-
rat dari eksreta berkurang (Jaffe dan Korte, 1976). Seterusnya DeLumen dan Salamat (1980) melaporkan ~ 6 0 menit dapat m e n u r u n bahwa pemanasan 1 0 0 ~selana
kan kadar tannin kecipir sarnpai 6%,
-
tetapi tannin pa-
da kulit hanya berkurang enam persen s a j a , Sehubungan dengan hidrolisis oleh alkali, Rodwell (1979) rnengemukakan
bahwa hidrolisis protein oLeh al-
kali dapat menyebabkan esam amino: s e r a , treonin, arginin dan sistein hilang, dan asam amino menjadi rase-
min.
Kelemahan lain penGgunaan NaOH:
konsumsi makan-
an meningkat, harganya cukup rnahal dan sulit diperoleh
d i l a p a n g a n ( D j a j a n e g a r a dan S i t o r u s ,
1 9 8 3 ) , d a p a t me-
nimbulkan p o l u s i garam yang mengganggu e k o l o g i ( J a c k son,
1 9 7 7 ) , produk yang d i h a s i l k a n sulit d i k e l o l a
d i s i m p a n dalam b e n t u k k e r i n g (Rexen dan Thomsen,
-
dan 1976b
Ransum u n t u k Ayam B r o i l e r dan Ayam P e t e l u r Tujuan utama pemberian makanan ayam adalah menjamin pertambahan b e r a t badan yang p a l i n g selama p e r i o d e pertumbuhan den penggemukan,
untuk
ekonomis s e r t a men-
jamin p r o d u k s i t e l u r yang ekonomis selama p e r i o d e bert e l u r ( S u g a n d i dan Anggorodi,
1970)-
Pemberian makan-
an yang cukup jumlah dan k u a l i t a s n y a p e n t i n g dalam s u a t u u s a h a p e t e r n a k a n .
artinya
Idekanan yang dikonsumsi
t e r n a k d i t u j u k a n u n t u k memenuhi kebutuhan h i d u p pokok, pertumbuhan dan p r o d u k s i (Morrison,
1969).
Pertumbuhan d i p e n g a r u h i o l e n h e r e d i t o s , den makanan ( A t m a d i l a g a ,
19621,
s e r t a t a t a l a k s e n e yang
mencakup progam pemberian makanan yang b a i k , kanan yang s e s u a i , optimal, (Jull,
normon
tempat ma-
a i r yang cukup, l u a s kandang
v e n t i l a s i yang cukup dan
1951 ; S c o t t e t a l , ,
1976).
konsumsi
yang
makanan
S e l a i n i t u pertum
-
buhan d i p e n g a r u h i p u l a o l e h g a l u r , j e n i s k e l a m i n dan
.
umur (North, 1972; wnggorodi, 1979) PGakanan
b a g i ayam t e r u t a m a digunakan untuk meme-
a u h i kebutuhan e n e r g i yang n a n t i n y a d i p e r g u n a k a n untuk
fungsi-fungsi
tubuh dan melancarkan r e a k s i - r e a k s i
t e s i s oleh t u b a (Scott e t al., dup membutuhkan e a t - e a t karbohidrat,
vitamin,
7976).
Organisme h i -
makanan berupa lemak,
protein,
m i n e r a l dan a i r yang cukup guna
mempert ahankan hidupnya (Maynard, Warner,
sin-
Loosli,
Hint z
dan
1979).
Bagi ayam b r o i l e r maupun p e t e l u r ,
jumlsh konsum-
s i yang banyak bukanlah merupakan jaminan mutlak t u k rnencapai pertumbuhan dan produksi puncak.
un-
Kuali-
t a s d a r i behan makanan dan k e s e r a s i a n komposisi
gizi
s e s u a i dengan kebutuhan pertumbuhan merupakan dua ha1 mutlak yang menentukan t e r c a p a i n y a performans (Wahju,
1978; S f r e g a r ,
S a b r a n i dan Pramu,
puncak
1980).
Ter-
n y a t a d a r i makanan ayam dikehendaki makanan yang bermutu t e p a t dan rendah biayanya,
t e t a p i dapat memberi-
kan performans p r o d u k s i yang e f i s i e n . Ransum untuk ayam b r o i l e r h a r u s nengandung energ i yang cukup untuk menyokong dan membantu r e a k s i - r e a k s i metabolik,
termasuk pertumbuhan dan mempertahan-
kan suhu tubuh (Viahju,
1978).
D i samping i t u kebutuh-
an akan p r o t e i n yang seimbang, m i n e r a l makro dan un
-
sur jarang serta vitamin sangat penting a r t i n y a s e l a ma tahapan permulaan hic3up.
thkanan yang seimbang da-
lam kandungan z a t makanan akan s e d i k i t k e h i l a n g a n pan a s dalam p r o s e s pencernaan dibandingkan ranswn
yang
t i d a k seimbang ( S i r e g a r e t a l , ,
1980).
Ransum pernula ( s t a r t e r ) untuk ayam b r o i l e r beru
-
m u r sampai enam minggu hendaknya mengandung 21 t i n g k a t energi metabolis 2 7 5 5
protein,
kg ransum, persen,
sedangkan ransum a k h i r ,
EM 2 900
S e d i k i t berbeda,
-
3 400 kkal/kg
-
24.8%
3 300 k k a l /
p r o t e i n 18.1
(Scott et a l , ,
NRC (1977) menetapkan
-
utuk
-
21.2
1976). daerah
s u b t r o p i k a kebutuhan p r o t e i n dan asam amino untuk ayem p e t e l u r dan b r o i l e r s e p e r t i t e r l i h a t pada Tabel 6. F a r r e l l (1979) mengemukakan, ransum dengan e n e r g i t i n g g i h a r u s mengandung p r o t e i n yang t i n g g i p u l a ,
di
-
bandingkan rsnsum b e r e n e r g i rendah supaya konsumsi prot e i n s e t i a p h a r i d a p a t sarna, den kandungan e n e r g i o p t i -
mum h a r u s mempertimbangkan s e g i ekonomis,
Selanjutnya
Sugandi (1973) menegaskan s e b a g a i kompensasi
terhadap
t i n g k a t e n e r g i m e t a b o l i s optimum, kandungan
protein,
m i n e r a l dan v i t a m i n dalam ransum hendaklah d i t i n g k a t
-
kan s e c a r a p a r a l e l . P e n e l i t i a n o l e h Gleaves dan Dewan C1971) mendepatkan naiknya p r o t e i n dan e n e r g i ranswn akan menghasil
kan a y a m yang l e b i h b e s a r ,
-
dengan e n e r g i a n t a r a 2 800 27
245,
L.enurut S c o t t e t al,
-
(3976)
3 400 kkal/kg dan p r o t e h
ayam b r o i l e r dapat menyesuaikan konsumsi r a n -
sumnya untuk mendapatkan e n e r g i bagi p e r t u m b u h a n mak simum.
-
-
Tabel 6.
Zat Makanan
Kebutuhan Protein dan Asam-asam Amino untuk Ayema
Aym b r o i l e r .
Ayam p e t e l u r
0-3Mggu 3 - 6 ~ g u6-9~ggu 0-6Mmu 6-14Mggu 14-2OMggu P e t e l u r ---------------------,---
%
-------------------*-----
Protein 23.00 Arginin 1.44 G l i s i n t Serin 1.50 His t i d i n 0.35 Isoleusin 0.80 Leusin 1.35 Lisin 1.20 Metionin t S i s t i n 0.93 Met ionin 0.50 Fenilalanin c Tirosin 1.34 ~enilalanin Treonin Tript ophan Valin
0.72 0.75 0.23 0.82
"ebutuhan untuk ronsum yong mengandung energi rnetabolis 3 200 kkal/kg.
53 Dilaporkan o l e h Olomu dan Offiong
(1980)
unte
k o n d i s i daerah t r o p i k ( N i g e r i a ) , pada p e r i o d e
pemula:
b e r a t badan maksimum, konsumsi dan k o n v e r s i
makE=&l
yang e f i s i e n s e r t a b i a y a makanan t e r e n d a h d i p e r o l e h da-
r i ransum dengan t i n g k a t p r o t e i n 23 a t a u 26%, sedang
-
kan t i n g k a t e n e r g i t i d a k berpengaruh n y a t a t e r h a d a p be-
rat badan dan k o n s w i makanan,
Pade p e r i o d e
akhir
t i n g k a t p r o t e i n t i d a k berpengaruh t e r h a d a p b e r a t badan dan e f i s i e n s i makanan a n t a r a p r o t e i n 20,
23
dan 26$,
t e t a p i e f i s i e n s i makanan cenderung n a i k dengan naiknya tingkat energi,
Ternyata untuk k o n d i s i t r o p i k a ,
t e i n 20% dan EM 3 000 kkal/kg dapat d i a n j u r k a n . t e i n 23% dan e n e r g i 3 200 kkal/kg s e s u a i
pro
Pro
-
-
rekomendasi
NRC (1977) untuk daerah sedang merupakan t i n g k a t o p t i -
mum.
P e n e l i t i a n o l e h Togatorop (1980)
?,Teat Nick untuk k o n d i s i I n d o n e s i a (3ogor)
menunjukkan
bahvga t i n g k a t e n e r g i m e t a b o l i s 3 300 kkal/kg
t e i n 23% memberikm pewsberat
badan,
galur
dengan
dan
Pro-
b z i k teriladap pertambahan
k o n v e r s i makanan dan pendapatan usaha t e r -
nak ayam b r o i l e r . Lebih l a n j u t Wahju (1978), Anggorodi (1979)
dan
Creswell (1979) melaporkan bahwa k u a l i t a s p r o t e i n ran-
s u m d i t e n t u k a n o l e h kandungan asam aminonya.
Apabila
ransum kekurangan p r o t e i n a t a u asam amino e s e n s i a l akon menyebabkanturunnya produksi dan ayam akan k e h i
-
langan berat badan.
Sebaliknya kelebihan protein
atau
asam amino esensial dalam ransum dapat menyebabkan
tu-
runnya pertumbuhan dan kenaikan kadar lemak &an asam urat dolnn darah (Wnhju, 1985). Pglorrison ( 1 969 ) mengemukaken bahvta kekurangan
sa-
lah satu asam amino pada ayam sedang bertumbuh den berproduksi akan menyebabkan buruknya produksi,
hambatan
sinteais lemak, ayam mudah diserang penyakit dan terjadinya hambatan pigmentasi bulu.
Penambahan asam
amino
yang tidak seimbang akan memperbesar jumlah energi
dan
protein untuk mempertahankan hidup pokok dan meningkat-
kan produksi,
Kebutuhan asam amino dan vitamin diperli-
hatkan pada Tabel 7 {Scott et ax.,
1982) dan kebutuhan
akan mineral disajiknn pada Tabel 8 (NRC, 1977). Kekurangan asam amino atau protein menyebabkan pertumbuhan tubuh dan bulu akan terlambat, turunnya produksi dan ukuran telur, walaupun tidak berpengaruh terha
-
dap daya tetas dan terjadi penimbunan lemak pada karkas dan hati (Waibel, 1981). Dengan menggunakan ransum standar, kenaiken
suhu
lingkungan akan menurunkan konsumsi sebesar 7 .7% setiap kenaikan suhu 1°C!
(Lee, 1977).
Menurut Farrell (1979)
pengaruh kurang baik dari euhu tinggi terhadap produksi daging dan telur dapat ditekan melalui makanan.
Men-
katkan protein, asam amino Ban zst makanan esensial la-
Tabel 7.
Rekomendasi Kebutuhan Praktis Protein d m Asam Amino untuk Aym (persen)
iixoiler Asam amino
Tingkat protein Arginin His t i d i n Isoleusin Leusin Lisin Met ionin Sistin Fenilalanin Tirosin Treonin Triptofan Valin
0-2Mn~~u2-6 mggu 6-YMggu 26.50 1*32 0053 1.06 1.59 1.32 0.53 0.42 0.85 0.85 0,85 0,21 0.85
22.10 1.14 Oe45
0.91 1.36 1.14 0.45 0.36 0.73 Oe73 0.73 0.20 0.73
21.2 1.06 0.42 0.85 1.27 1,06 0.42 0.34 0.68 0.68 0.68 0.19 0.68
Anak ayam dan ayam dara 0-2Mam 2-81YIg;au 8-20bdgp ( ~ r / h a r i )
21.50 1.08 0.43 0.86 1.29 1.08 0.43 Oe34 0.69 0.69 0.69 0.19 0.69
20.00 1.00 0.40 0.80 1.20 1.00 0.40 0.32 0.64 0.64 0.61 0.18 0.64
11.00 0.71 Ob28 0.56 0.85 0.64 0.29 0.23 0.45 0.45 0.45 Oe13 0.45
17.00 0.85 0.34 0.68 1,32 0.73 0.34 0.27 0.78 0.54 0.54 0.15 0.68
T a b e l 8.
Rekomendasi Kebutuhan Praktis dan U i n e r a l untuk
Z a t makanan
Anak a yam
Ayem
dara
Petelur
4 000
6 000
11 000
1000
1000
1 000
5
5
15
1
1
2 2
Bibit
V i t amin-vit amin :
A (IU) 8 000 1 000 D3 ( I U ) 15 E (IU) 2 K1 ( m g ) 2 T i a m i n (lag) R i b o f l a v i n (mg) 4 A s a m p a n t o t e n a t (mg) 12
Niasin (mg) Piridoksin (mg) B i o t i n (mg) Asam Folat (mg) K h o l i n (mg) V i t a m i n BI2 (mg) Asam L i n o l e a t (%) U n s u r anoraanik: K a l s i u m ($)
F o s f or-te,s,dia S o d i u m ($1 P o t a s i u m (%) K l o r i d a ($1 M a n g a n (mg) M a g n e s i u m (mg) B e s i (mg) Tembaga (mg) Seng (mg) Selenium ( m g ) Y o d i u m (mg)
35 4.5 0.15 0.6 1 300
.
0 01 1.2
1.5 3 10 15 3
-
1.5 4 3 12
0.1
0.1
15 4.5 0.15
0.25 500 0.005
0.25 500 0.005 1 4
500 0.006 1.4
0.8
3
.
1.0
0.8
3.7
0.5 0.15 0-4 0.15
0.4 0.15 0.4
0.45 0.16 0.4
0-12
0.12
60 600 80
5 40 0.15 0.35
4 12
30 400 45 5 35 0.15 0 35
30 500 50 5
50 0.15
0.3
0-4
3-7 0.45 0-16 0.4 0.13 35 500 80
5 65 0.15 0-3
innya s e r t a e n e r g i m e t a b o l i s d a r i ransum a d a l a h m e n w -
,
t 8 1 1
Dalam pemeliharaan ayam, suhu dan kelembaban perl u mendapat p e r h a t i a n ,
karena merupakan s a l a h s a t u fak-
t o r yang mempengaruhi performans ayam m e l a l u i makanan, Menurut F a r r e l f
(1979) turunnya kemampuan t e r n a k d i da-
e r a h t r o p i k a s e b a g i m b e s a r karena turunnya n a f s u
ma-
kan ,
4 - 8
Suhu o p t i m a l untuk pemeliharaan anak ayam rninggu i a l a h 15 a t a u 19
-
2 7 O ~( F r i n c e ,
- 2 3 O ~menurut
Deaton,
P e t t e r dan I r i s h , Reece
( 1 9 6 8 ) , dan kelembaban n i s b i n y a 70 Funk,
-
&n
1961)
Vardaman
80% (Winter
dan
19561, Lebih l a n j u t P a r r e l l (1979) mengutip Cowan dan M i -
c h i e ( 1978) melaporkan
p e r f ormans ayam - b r o i l e r
turun
pada suhu d i a t a s 2 3 O ~ . Tcrdapat hambatan pertrrnbuhan s e b e s a r 14% l e b i h rendah j i k a anak ayam unur 4-8 minggu d i p e l i h a r z pada suhu 30°c
dibandingkan suhu
Guna mengatasinya dapat dengan penambahan lemak
18°~. yang
mungkin disebabkan rendehnya p r o d u k s i panas lemak tersebut.
Dilaporkan p u l a p e n e l i t i a n d i 1i"alaysia
dengan
meningkatken p r o t e i n untuk ayam pernula dan a k h i r m e n j a d i 24 dan 20%,
ayam b r o i l e r tumbuh
dengan
kecepntan
maksimum dan konsumsi ransum untuk s e t i a p s a t u a n tam bahan b e r a t badan menjadi berkurang.
-
Sehubungan dengan suhu lingkungan,
Scott
et al.
(1976) mengemukakan b i l a d i d a e r a h sedang dibutuhkan e n e r g i m e t a b o l i s 2860 kkal/kg untuk d a e r a h t r o p i k a ,
dan p r o t e i n 16.3%,
maka
pada t i n g k a t e n e r g i yang sama d i -
p e r l u k a n p r o t e i n 18.3% untuk ayam p e t e l u r . t i n g k a t e n e r g i rendah ( 2 650 kkal/kg)
perlu
Atau
pada
ka-dungan
p r o t e i n 15.1%, maka b a g i d a e r a h panas dibutuhkan f 7 o W . P e n e l i t i a n o l e h Sugendi (1973) menunjukkan
-
performsns
dan e f i s i e n s i t e r b e i k ayam p e t e l u r untuk k o n d i s i Indones i a d i c a p a i j i k a ranswn mengandung p r o t e i n 18% dan 2 850 kkal/kg,
EM
b a i k untuk ayam pada kandang l i t t e r mau-
pun kandang b a t e r a i ,
RZelihat h a s i l p e n e l i t i a n t e r s e b u t
d i t e g a s k a n bahwa " s t o k n i a g a n d a r i p a s a r a n dunia
dapat
mencapai produksi yang sama dengan d a e r a h a s a l n y a ,
saj a digunakan ransum dengan imbangan yang t e p a t den a d a p t i f
energi
asal
protein
t e r h a d a p "feed i n t a k e w yang ren-
dah k a r e n a pengaruh suhu lingkungan panas.
Program pemberian ransum yang t e p a t a d a l a h merupakan s u a t u s e n i usaha,
dan s e t i a p kelompok ayam hendak
-
l a h rnenghasilkan perbedaan yang k e c i l d a r i kelompok l a innya,
sehingga h a s i l n y a memuaskan dan e f i s i e n
(~dgar,
1981). Menurut S c o t t e t a l .
(1976) a p a b i l a ayam muda men-
d a p a t makanan yang b e r l e b i h a n e n e r g i dan p r o t e i n ,
maka
ayam menjadi gemuk dan pada ayam p e t e l u r d i j a r i n g a n - j a -
r i n g a n n y s akan mengandung lemak yang dapat
membungkus
organ-organ v i t a l sehingga mengganggu produksi.
Untuk
i t u North (1972) mengsnjurkan perlunya k o n t r o l pemberia n makanan a g a r d i p e r o l e h b e r a t badan i d e a l 5 bawah b e r a t s t a n d a r .
-
10% d i
f 1976)
Selanjutnya S c o t t e t a l .
menyatakan bahwa t u j u a n pemberian makanan pada ayam pet e l u r p e r i o d e pemula dan pertumbuhan berbeda d a r i
ayam
broiler.
-me-
Makanan untuk ayam d a r a pengganti h a r u s
ngandung cukup zat makanan untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh normel,
pertumbuhan b u l u yang b a i k ,
vitamin,
d i s u s u n dengan biaya dan energi yang
mungkin,
t e t a p i t i d a k d i t u j u k s n untuk l a j u
cukup
aerendah
pertumbuban
maksimal, Pembatasan pemberian makanan pada ayam muda sedang tumbuh,
terutama ayam t i p e b e r a t den sedang, dapat menu-
runkan b e r e t badan t a n p a mengganggu produksi dimasa ber-
t e l u r , merupakan metoda pengontrolan yang e f e k t i f m a i e r dan IXcGinnis,
1969).
Kontrol makanan pada
b r o i l e r pembibit o l e h F u l l e r .
(Schuayam
P o t t e r dan K i r k l a n d (1969)
rnenyebabkan t e r j a d i n y a penurunan b e r a t badan, mak dan naiknya p r o t e i n karkas,
d i samping
kadar l e -
tertundanya
s a a t masak kelamin. Llenurut A u s t i c sebagaimana d i l a p o r k a n S c o t t
& &.
(1976). pembatasan mskanan dengan pemberian s e r a t k a s a r t i n g g i dan e n e r g i rendah pada ansk a y a m sampai
berumur
10 minggu dapat menekan perlemakan tubuh.
Penggunaan
makanan b e r e n e r g i rendah h i b a k a l rnengurangi konsumsi makanan s e r t a pertumbuhan b a g i ayam di a t a s 10 m j a g g u , S e l a i n i t u l a p i s a n lemak abdominal t e t a p t i p i s , meskimakanan
pun s e t e l a h 10 minggu ayam kembali mendapat berenergi t i n g g i ,
N o r t h (1984) mengemukakan bahwa b e r a t badan t e p a t pent-
pada ayam d a r a ,
yang
sehingga p e r l u diusaha
-
kan a g a r ayam d a r a t i d a k s a j a masak kelamin dengan ber a t badan optimal,
t e t a p i juga pada u m u r yang optimal.
A y a m g a l u r Leghorn dan t i p e sedang pada s a a t masak ke-
l a m i n r a t a a n b e r a t n y a 7 - 3 6 dan 1.80 kg/ekor. r a t optimal terlampaui, r i a n makanan. l u kurus.
B i l a be-
p e r l u d i l a k u k a n k o n t r o l pembe-
Ramun ayam d a r a t i d a k boleh p u l a t e r l a -
Berat i d e a l ayam t i p e r i n g a n hendaknya
7
-
8%, dan ayam t i p e sedang 10% l e b i h rendah d a r i p a d a ber a t normal. Menurut Wahju (1978) a p a b i l a ayam muda
makanan yang b e r l e b i h a n e n e r g i dan p r o t e i n ,
mendapat ayam
akan
menjadi gemuk, dan pada syarn p e t e l u r j a r i n g a n akan mengandung lemak yang a k i n membungkus organ-organ d u k s i yang mengganggu produksi t e l u r ,
Timbunan
reprolemak
akan berpengaruh kurang menguntungkan t e r h a d a p p e r f o r -
m a n s (Haresign,
1980).
Tujuan pembatasan makanan supaya ayam d a r a
tidak
terlalu gem*
pada waktu berproduksi, penundaan saat ma-
sak kelamin, agar diperoleh telur yang relatif besar, efisiensi penggunnnn mnknnzm,mengurangi angka
kemstian
selame masa bertelur, menambah produksi telur d m
me-
ningkatkan keuntungan usaha (Hollands den Gowe,
1965;
Lillie dan Denton, 1966; Gowe, Strain, Crawford,
Hill,
Slen dan l:iotmtain, 1965; Ohh &an Park, 1974). Secara garis besarnya pembatasan makanan dalam pelaksanaannya menurut Strain, Gowe, Crawford, Hill, Slen dan Uountain (1965). ialah: (a) pembatasan jWah energi atau protein ransum atau (b) pembatasan kualitas ransum.
Xenurut North (1984) cara di atas dapat dilakukan
dengan: (a) pemberian ransum dengan kadar protein dan energi rendahp(b) pembatasan jumlah makanan tiap m i n g g u
Di
(skip feeding atau limited time feeding).
antara
pembatasan kualitas protein &an energi dapat pula
de-
ngan cara penambahan serat kasar (fiber dilution) ke dalam ransum standar.
Cars ini dilakukan oleh Quisenber-
ry, Deaton, Perebee dan Bradley ( 7 9 5 9 ) , y a h i menambahkan serat kasar 6,-
dengan
ke dalam ransum,
Metoda serat kasar ini diharapkan
sesuai
dengan
pemberian isi rumen dalam ransum ayarn dara, sehingga dapat berperan sebagai pengontrolan makanan. oleh Lillie dan Denton (7966) pada ayam White
Penelitian Leghorn,
akibat pennmbahan serat kasar dan pembatasan protein me-
nyebabkan angka kernatian yang rendah semasa ayam
dara,
-
dan l e b i h rendah l a g i pada periode berproduksi diban dingkan dengan pembatasan jumlah maksnan dan k o n t r o l -
Menurut North (1984), s e e k o r ayam p e t e l u r t i p e ringan umur 5
-
20 minggu dengan ransum mengandung e n e r g i
2 860 kkal/kg memerlukan konsumsi p r o t e i n 7 dan 9
-
10 g/ekor/hari
-
8 g/hari,
untuk ayam p e t e l u r t i p e
medium.
Laporan l a i n o l e h Marahrens (1978) yang mengutip Auck l a n d dan F u l t o n dinyatakan bahwa pada
gu, d i p e r l u k a n p r o t e i n a n t a r a 7.5
umur 12
-
18 ming-
- 9 g/ekor/hari.
(1976) menerangkan
S e l a n j u t n y a S c o t t e t al.
bahwa blah
d a s a r kebutuhan p r o t e i n untuk ayam p e t e l u r muda kebutuhan untuk hidup pokok, r i n g a n tubuh.
-
pertumbuhan bulu dan
$a
-
Untuk i t u pada t i n g k a t e n e r g i . 2 900 k k a l
p e r l u p r o t e i n 14,6%, dan j i k a
energi dinaikkan
menjadi
3 000 kkal/kg d i p e r l u k a n p r o t e i n 15.1%. Kebutuhan p r o t e i n t i a p h a r i tmtuk ayam gang sedang b e r t e l u r t e r g a n t u n g pada p e r s e n t a s e produksi t e l u r , s a r kecil telur,
g a l u r ayam dan t i n g k a t e n e r g i
be-
ransum,
Untuk ayam t i p e sedang yang b e r p r o d u k s i 900/1:., dibutuhkan p r o t e i n 21 g / e k o r / h a r i , dibutuhkan 16 NRC
-
dan pada t i n g k c t produksi
27 g / e k o r / h a r i
(Iiorth,
1972).
5(%
Xenurut
(7977) untuk ayam yang sedang b e r t e l u r p e r l u konsum-
s i p r o t e i n 76,5 g / e k o r / h s r i amino metionin
+
s i s t i n 0.55
dengan 2 850 kkal/kg, g,
t r i p t o f a n 0.12
asam
g dan li-
sin 0.66 g/ekor/hari.
Hasil penelitian lain
menurut
Scott et sf. (1916) untuk ayam Leghorn di daerah tropika, pada fase pertama produksi dengan ransum mengandung 2 900 kkal/kg dibutuhkan protein 18.0 g/ekor/hari.
Selain memperhatikan kebutuhan terhadap
protein,
energi, tipe ayam yang dipelihara, untuk ayam ataupun petelur masih perlu diperhatikan
broiler
kersedianya
sumber karoten (santofil) dalam ransum untuk pigmentasi kulit pada ayam broiler, atau warna kuning-merah
1974;
kuning telur (Kingan dan Sullivan, 1964; Roche, Vahju, 1985)-
dari
Sebagai bahan untuk sumber pigmentasi b&
asanys dari jagung kuning, tepung alfalfa, tepung rum
-
put, ataupun karotenoid sintetis (~arophyll/Roche, 19742 Uenurut 'GVahju (1 985) ransum yang f erdiri dari 60
-
65%
jsgung kuning biasanya cukup untuk memberikan pigrnenta-
si, sedangkan ransum ayam petelur yang ditambahkan "carophyll yellowttdari Roche 40 %/kg
ransum, cukup membe
ri warna kuning telur optimal.
Bagi suatu usaha peternakan ayam yang penting diharapkan dari pemberian makanan ialah produksi yang sesuai dengan tujuan pemeliharaan (Parnell, 1967),
yang da-
lam ha1 ini ialah produksi telur yang ekonomis
selama
periode bertelur (Sugandi den Anggorodi, 1970).
Data
performans ayam petelur yang erat
hubungannys dengan
performans ekonomis ialah jumlah produksi harian (hen
-
day dan hen-housed
egg p r o d u c t i o n ) ,
b e r a t dan
Ifgrade"
t e l u r s e r t a k u a l i t a s k u l i t dan t e l u r yew d i h a s i l k a n . Dilaporkan o l e h Hochreich,
Douglas,
Kidd dsn Herms
(1958) bahwa t i n g k a t e n e r g i ransum t i d a k berpengaruh pada b e r a t t e l u r ,
" s p e s i f i c g r a v i t y T f ,k u a l i t a s p u t i h
te-
l u r a t a u k e j a d i a n " b i n t i k darah dan dagingq*, t e b a l kerabang dan k u a l i t a s albumen,
t e t a p i penambahan lemak akan
meningkatkan b e r a t t e l u r yang d i i r i n g i o l e h kulit telur.
Penambahan L-Lisin
menipisnya
dan DL-LIetionin ke da-
lam ransum yang mengandung p r o t e i n i 5 dan 17% n y a t a menipgkatkan b e r a t t e l u r (Thorton,
Blaylock
dan
Lloreng,
1957) Sevenek (1985) melaporkan bafiwa penambahan berba
-
g a i t i n g k a t T1f eed suplementff t i d a k berpengaruh t e s h d a p konsumsi makanan, makanan,
produksi t e l u r ,
berat t e l u r ,
konversi
t e b a l kerabang dan k u a l i t a s albumen.
Penentuan k u a l i t a s t e l u r s e b a g i a n b e s a r t e r g e n t u n g kepada d e r a j a t k e k e n t a l a n dan s t r u k t u r g e l albumen. b a l albumen d i u k u r dengan Haugh Unit, tuan k u a l i t a s t e l u r ,
Te-
yang merupakan s a -
dan d i t e n t u k a n berdasarkan hubung-
a n l o g a r i t m a pengukuran t i n g g i albumen (m) dengan r a t t e l u r ( g ) (Card dan I:esheim,
1972; Wahju,
be-
1985).
Sugandi (1973) mengutip l a p o r a n p e n e l i t i sebelum
-
nya menyatakan bahwa t i n g k a t energi semasa ayam d a r a tidak berpengaruh k o n s i s t e n t e r h a d a p Haugh Unit t e l u r .
Se-
lain itu terdapat korelasi negatif antars kualitaa tel u r dengan tingkat produksi telur.
Kualitas kulit telur ditentukan terutama oleh tebal dan struktur telur, di samping faktor
preferensi
dan kesukaan konsumen terhadap warna W i t telur. antara faktor yang menentukan pernbentukan kulit ialah kalsium dan vitamin D ( W s h j u ,
Di telur
1985).
Selain dipengaruhi oleh tingkat kalsium, tebal kerabang nyata dipengaruhi oleh suhu &an kelembaban relatif, sebagaimana dikemukakan oleh bfueller ( 1 9 5 9 ) ~se
-
perti dikutip Sugsndi (1973) bafiwe ayam yang dipeliha-
ra pada suhu lingkungan 8 5 * ~ den kelembaban relatif 7w4
5 5 O ~dan RH TWO, 8 5 * ~dan RH 25%, serta ruangan
tidak
dikontrol, diperoleh ketebalan kulit telur berikut membrannya berturut-turut : 00373, 0,400, milimeter.
0.384
dan
0-392