6 May 2010
Tinjauan Perekonomian Bulanan Fundamental Terus Membaik, Membaik, Namun Ketidakpastian Ketidakpastian di Eropa dan Politik Domestik Memicu Koreksi
Ringkasan Eksekutif Anton Hendranata Ekonom/Ekonometrisi
[email protected]
Anton Gunawan Ekonom Kepala
[email protected]
Helmi Arman Ekonom/Analis Pasar Obligasi
[email protected]
•
P e m• u l i h • a n •
Pemulihan perekonomian di Emerging Markets makin mantap dan kokoh, sementara pemulihan ekonomi di kawasan Eropa relatif terbatas karena kasus utang Yunani. Inflasi tahunan meningkat pada bulan April, namun masih relatif terkendali. Kami perkirakan BI akan tetap mempertahankan suku bunga acuannya sampai akhir tahun pada level 6,5%. Surplus perdagangan menyusut tipis di bulan Maret, kenaikan impor diharapkan mampu diimbangi oleh ekspor komoditi primer. Sehingga, surplus neraca transaksi berjalan masih dapat terjaga di area yang positif, paling tidak pada tahun 2010. Rupiah mengalami koreksi ke kisaran Rp. 9.250/USD seiring dengan peningkatan resiko global dan juga ketidakpastian posisi MenKeu. Namun perkiraan kami koreksi ini temporer; prospek fundamental perekonomian Indonesia tidak mengalami perubahan yang signifikan. Kami perkirakan Rupiah akan berada di level Rp.9.150/USD pada akhir tahun.
Pemulihan Asia Sangat Cepat, Ekonomi Eropa Tersendat Pertumbuhan ekonomi global terus membaik, Pemulihan Asia sangat cepat, namun Eropa agak tersendat
Tampaknya pemulihan perekonomian global masih dalam jalur yang benar. Memasuki kuartal II tahun 2010, pemulihan ekonomi global cukup menggembirakan, namun masih terganggu pemulihan ekonomi kawasan Eropa, akibat kasus utang Yunani. Dampak negatif kasus Yunani, kelihatannya masih terbatas di kawasan Eropa dan belum mengganggu perekonomian di kawasan Emerging Markets. Pemulihan ekonomi di Asia lebih cepat dari yang diperkirakan, sehingga beberapa negara di Asia sudah mengerem pertumbuhan ekonominya untuk menghindari terjadinya overheating, melalui kebijakan ekonomi moneter ketat dengan menaikkan suku bunga kebijakan dan GWM (Giro Wajib Minimum), seperti: Cina, India, dan Australia. Beberapa indikator yang menunjukkan tren pemulihan perekonomian global yang semakin positif adalah: • Pertumbuhan ekonomi dunia terus menunjukkan perbaikan (Gambar 1). Pertumbuhan ekonomi tahunan AS pada kuartal I 2010 kembali positif sebesar 2,5%, setelah sebelumnya juga tumbuh sebesar 0,1%. Pertumbuhan positif ini merupakan yang kedua kalinya setelah krisis ekonomi global tahun 2008. Sementara itu, akibat kasus utang Yunani, mengakibatkan pertumbuhan ekonomi kawasan Eropa masih terhambat dan terus mengalami kontraksi yang cenderung berkurang dari waktu ke waktu. Hal yang menarik untuk disimak adalah pada saat kawasan Eropa masih terpuruk, ternyata pemulihan beberapa negara di kawasan Emerging Markets Asia cukup fantastis, terutama Cina. Cina yang menjadi lokomotif pemulihan perekonomian dunia, kembali mencatat pertumbuhannya dua digit yaitu 11,9% pada kuartal I 2010 dari 10,7% pada kuartal IV 2009. • Kegiatan produksi global, secara kontinu dan perlahan terus mengalami perbaikan (Gambar 2). Sebagian besar pertumbuhan produksi tahunan negara-negara maju telah tumbuh positif. Jepang kembali menunjukkan kinerja yang luar biasa, dengan pertumbuhan tahunan sebesar 30,7% pada bulan Maret dari 31,3% pada bulan
Danamon Economic and Market Research
1
•
•
•
sebelumnya. Sedangkan AS dan kawasan Uni Eropa pertumbuhan produksinya masih relatif rendah. Menggeliatnya roda perekonomian dunia dan optimisme meningkatnya permintaan barang dan jasa yang akan datang menyebabkan kenaikan harga-harga komoditas dunia (Gambar 3). Harga energi dan logam dasar melonjak tajam dibandingkan dengan komoditas lainnya yang cenderung naik secara perlahan. Naiknya harga-harga komoditas dunia memberikan dampak positif terhadap pasar saham global. Indeks harga saham terus meningkat sejak bulan Maret 2009 (Gambar 4). Pasar saham di Asia merasakan kenaikan yang signifikan dibandingkan dengan AS dan Eropa yang kenaikannya relatif lambat. Keyakinan terhadap pulihnya kondisi perekonomian global diperkuat juga oleh tren indeks leading economic indicators yang terus meningkat sejak bulan Maret 09 (Gambar 5). Optimisme terhadap perekonomian Asia sangat tinggi, kecuali Jepang. Sementara itu, AS dan Eropa tren kenaikan indeksnya masih sangat lambat dan nilai indeksnya masih di bawah 100.
Inflasi April Meningkat, Dalam Batas Yang Wajar
Inflasi relatif aman dan terkendali, penguatan Rupiah mampu meredam tekanan dari sisi impor
Inflasi harga umum bulanan pada bulan April 2010 sebesar 0,15%, lebih tinggi dari pada ekspektasi pasar yang besarnya hanya 0,07% (Gambar 6). Kenaikan inflasi ini menunjukkan bahwa tren harga secara umum sudah kembali normal, pengaruh panen raya sudah sangat kecil, meskipun harga beras masih turun sebesar 0,07%. Naiknya inflasi bulanan pada bulan April menyebabkan inflasi tahunan meningkat menjadi 3,91% dari 3,43% pada bulan Maret 2010. Pemulihan perekonomian global yang terus membaik, diikuti oleh makin kokohnya perekonomian domestik menyebabkan kenaikan inflasi inti menjadi 3,70% pada bulan April dari 3,56% pada bulan sebelumnya. Kenaikan inflasi inti ini masih relatif rendah karena mampu diredam oleh penguatan Rupiah akhir-akhir ini.
BI akan mempertahankan suku bunga acuannya di level 6,5% sampai akhir tahun
Dengan mempertimbangkan perkembangan inflasi tahunan yang relatif rendah sampai bulan April, maka makin memperkuat perkiraan kami, bahwa BI akan mempertahankan suku bunga acuannya pada level 6,5% sampai akhir tahun. Kemungkinan naiknya suku bunga acuan BI akan sangat tergantung pada kecenderungan naiknya inflasi tahun depan karena reformasi subsidi energi, percepatan perbaikan perekonomian global, dan kenaikan suku bunga acuan AS dan negara-negara lainnya. Pada saat ini, memang hampir sebagian besar negara-negara di dunia masih menganut suku bunga rendah, namun Australia, India, dan Malaysia sudah menaikkan suku bunga acuannya (Gambar 7). Ke depannya, kebijakan moneter ketat terus berhembus makin kuat untuk menghindari memanasnya perekonomian (overheating) yang mengakibatkan pemulihan ekonomi dunia menjadi tidak sehat.
Perdagangan Internasional Makin Menggeliat Surplus neraca perdagangan menurun, namun tidak terlalu berbahaya dan tidak mengganggu kinerja neraca transaksi berjalan
Surplus neraca perdagangan pada bulan Maret 2010 turun sedikit menjadi 1,6 miliar USD dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 1,7 miliar USD. Turunnya surplus perdagangan ini bukan disebabkan oleh buruknya kinerja perdagangan Indonesia. Kinerja ekspor dan impor bulan Maret jauh lebih baik dibandingkan dengan bulan yang lalu. Namun, karena peningkatan impor bulanan yang cukup siginifikan sebesar 16,3%, dibandingkan dengan pertumbuhan ekspor yang hanya 13,1%, menyebabkan surplus perdagangan bulan Maret sedikit menyusut (Gambar 8). Peningkatan ekspor di bulan Maret disebabkan oleh kenaikan ekspor non-migas sebesar 18,4%, meskipun telah terjadi penurunan ekspor migas sebesar 8,8%
Danamon Economic & Market Research
2
dibandingkan bulan sebelumnya. Tingginya kenaikan ekspor non-migas didominasi oleh ekspor komoditas, terutama batubara sebesar 31,8%. Dari sisi impor, pertumbuhan bulanan impor non-migas sebesar 18,0% lebih tinggi dari impor migas sebesar 10,1%. Yang cukup menggembirakan adalah tingginya kenaikan impor non-migas disebabkan oleh tingginya impor barang modal, seperti: mesin/peralatan mekanik dan mesin & peralatan listrik yang diharapkan dapat mendorong kegiatan investasi. Walaupun telah terjadi penurunan surplus perdagangan pada bulan Maret, nampaknya tidaklah perlu dirisaukan. Peningkatan impor, diperkirakan akan mampu diimbangi oleh ekspor komoditas primer. Melihat perkembangan perdagangan internasional ini, diharapkan surplus transaksi berjalan (barang, jasa, dan pendapatan) dapat relatif terjaga, paling tidak sampai tahun 2010. Namun, kita harus waspada dengan penguatan nilai Rupiah sejak awal Januari, yang cenderung menyebabkan produk Indonesia menjadi kurang kompetitif.
Rupiah Tertahan Dari awal tahun sampai bulan April 2010, secara umum kinerja mata uang Asia (tidak termasuk Jepang) sangat luar biasa, termasuk Rupiah. Secara rata-rata Rupiah menguat sebesar 4,5%, sedangkan indeks mata uang Asia menguat sebesar 2,0%, pada saat indeks Dolar AS menguat sebesar 5,8% (Gambar 9). Kasus utang Yunani, masih menimbulkan kekuatiran akan meluas ke negara-negara Eropa lainnya. Akibatnya, investor asing lebih tertarik masuk ke kawasan Emerging Markets untuk berinvestasi karena bagusnya fundamental perekonomian negaranegara Emerging Markets di kawasan Asia. Derasnya aliran modal asing masuk ke Emerging Markets, sangat dirasakan perekonomian domestik. Aliran modal ini, dapat dikatakan sebagai bahan bakar utama penguatan Rupiah. Namun sangat disayangkan, penguatan Rupiah ini menyebabkan komoditi ekspor Indonesia menjadi tidak kompetitif sejak Januari 2010. Begitu derasnya aliran dana asing ke perekonomian domestik, membuat bergairahnya pasar saham Indonesia. Kenaikan harga saham Indonesia sangat cepat, bahkan terlalu cepat dibandingkan dengan negara-negara di Asia. Indeks harga saham Indonesia per tanggal 4 Mei 2010 sebesar 2964, telah melewati posisi tertingginya pada tanggal 9 Januari 2008 sebesar 2830, yang akhirnya jatuh pada level 1111 pada tanggal 28 Oktober 2008. Pelonjakan harga saham Indonesia dipicu oleh kenaikan harga komoditas dunia yang melonjak tajam, terutama energi. Faktor kinerja emiten yang memang terus membaik, seharusnya tidak akan membuat lonjakan indeks harga saham yang fantastis seperti sekarang ini. Selain masuknya dana asing di bursa saham, masuknya investor asing cukup deras di pasar obligasi, tercatat Rp. 115,0 triliun pada bulan Januari 2010, terus meningkat Rp. 120,8 triliun, kemudian meningkat cukup pesat Rp. 132,5 triliun dan terakhir akhir April sebesar Rp. 148,1 triliun.
Rupiah agak tertahan, diperkirakan pada akhir tahun pada level Rp. 9.150/USD
Danamon Economic & Market Research
Berita pengunduran Sri Mulyani sebagai MenKeu cukup mengagetkan pasar, sehingga Rupiah terjerembab dan Indeks harga saham terkoreksi cukup tajam ke arah Rp. 9.250/USD dalam perdagangan tanggal 6 Mei, setelah sempat mencapai Rp. 9.008/USD pada tanggal 26 April (Gambar 10). Dampak negatif ini kelihatannya hanya sementara karena fundamental ekonomi Indonesia cukup robust. Yang perlu untuk dilihat adalah siapa yang akan menggantikan posisi krusial tersebut. Harapannya adalah sosok yang mau dan mampu meneruskan kebijakan fiskal yang prudent, serta menjalankan berbagai reformasi di bidang perpajakan, birokrasi, dan subsidi energi yang tidak populer. Perkiraan kami, walaupun resiko koreksi lebih lanjut masih terbuka dalam jangka waktu dekat ini, pada akhir tahun 2010 rupiah akan berada di kisaran Rp. 9.150/USD. 3
Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi Terus Membaik
Gambar 2. Indeks Produksi (%YoY) Terus Menunjukkan Perbaikan, Jepang Fantastis
15
40
12
30
Jepang
AS
Eropa
9
20
Inggris
Jerman
Perancis
6
10
3
0
0
-10
-3 -6
Eropa
AS
Jepang
India
-20
Cina
-30 -40
-9 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2007
Q3
Q4
Q1
2008
Q2
Q3
Q1
10 11 12 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 01 02 03
2010
2009
Q4
2009
2010
Sumber: Bloomberg (4 Mei 10)
Sumber: Bloomberg (4 Mei 10)
Gambar 3. Harga Komoditas Dunia Terus Menanjak
Gambar 4. Indeks Harga Saham Dunia Bergerak Naik, Harga Saham Indonesia Berada di Atas Level Bubble 350
240 Perkebunan
220
Logam Dasar
300
Energi
200
JCI (Jakarta)
DJI (New York)
NKY (Tokyo)
SX5E (Eropa)
Makanan dan Serat
180
SHCOMP (Shanghai)
250
Peternakan
160
200
140 150
120 100
100 80 Jan-09
Apr-09
Jul-09
Oct-09
Jan-10
Apr-10
50 Sep-07
Mar-08
Sep-08
Mar-09
Sep-09
Sumber: Bloomberg (6 Meil 10), diindeks: 24 Des 08 = 100
Sumber: Bloomberg (6 Mei 10), diindeks:28 Okt 08 = 100
Gambar 5. Tren Indeks Leading Economic Indicator Terus Membaik
Gambar 6. Inflasi April 2010
Mar-10
3.0
200
14.3 Inflasi Umum (%MoM, sumbu kiri)
180 160
Asia
AS
Eropa
Korea
Cina
Jepang
Inflasi Umum (%YoY)
12.5
2.0
Suku Bunga Acuan BI (%)
10.8
Inflasi Inti (%YoY)
India
140
2.5
1.5
9.0
1.0
7.3
0.5
5.5
0.0
3.8
120 100 80 01
02
03
04
05
06
07
2009
Sumber: Bloomberg (4 Mei 10) Danamon Economic & Market Research
08
09
10
11
12
01
02
2010
-0.5
2.0 04 05 06 07 08 09 10 11 12 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 01 02 03 04 2008
2009
2010
Sumber: BPS, CEIC
4
Gambar 7. Suku Bunga Acuan Mulai Naik di Beberapa Negara
Gambar 8. Surplus Perdagangan Menyusut
10
3.5
9
AS
Eropa
Inggris
8
Australia
Indonesia
India
USD bn
%YoY
80
Surplus Perdagangan (sumbu kiri)
Jepang
3.0
60 Ekspor (fob)
7
6,50
6
2.5
40 Impor (cif)
2.0
20
1.5
0
3
1.0
-20
2
0.5
-40
5 4
1 0.0
0 01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
01
02
03
-60 01
04
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
01
2009
2009
02
03
2010
2010
Sumber: Bloomberg (4 Mei 10)
Sumber: BPS, CEIC
Gambar 9. Rupiah Masih Bertaji, Dolar AS Menguat di Bulan April; Apresiasi (+)/ Depresiasi (-)
Gambar 10. Rupiah Tertahan
8.0 94
12,500
6.0 91
12,000
4.0
Rp/USD (sumbu kiri)
Indeks Dolar AS
11,500
88
11,000
85
10,500
82
10,000
79
9,500
76
9,000
73
2.0 0.0 -2.0 -4.0 -6.0
Indonesia
Korea
Malaysia
Filipina
Singapura
Thailand
India
Indeks Asia
Indeks Dolar AS
Eropa
Japan -8.0
Sumber: Bloomberg (4 Mei 10)
Danamon Economic & Market Research
8,500 Jan-09
Mar-09
May-09
Jul-09
Sep-09
Nov-09
Jan-10
Mar-10
70 May-10
Sumber: Bloomberg (6 Mei 10)
5
Indonesia: Proyeksi Indikator-Indikator Perekonomian
Produk Domestik Bruto Riil (% tahun thd tahun) Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Neraca Perdagangan Barang (USD miliar) Neraca Transaksi Berjalan (% thd PDB) Cadangan Devisa Bank Indonesia (USD miliar) Nilai Tukar Rp/USD (akhir-tahun) Nilai Tukar Rp/USD (rata-rata) Suku bunga kebijakan BI (%, akhir-tahun) Inflasi harga konsumen (%, tahun thd tahun) Defisit / Surplus APBN (% thd PDB) Peringkat utang oleh S&P
2007
2008
2009
2010E*
2011E*
6,3 9,8 32,8 2,5 56,9 9.419 9.136 8,00 6,6 -1,3 BB-
6,1 8,6 22.9 0,1 51,6 10.950 9.678 9,25 11,1 -0,1 BB-
4,5 7,9 35,2 2,0 66,1 9.400 10.399 6,50 2, 8 -1,6 BB-
5,6 7,6 35,3 0,9 82,2 9.150 9.175 6,50 5,5 -1,7 BB
6,2 7,1 36,4 0,4 93,2 9.325 9.238 7,50 6,2 -1,5 BB+
Sumber: BPS, CEIC, * Proyeksi Danamon
Kamus istilah Inflasi umum/headline
: Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat persisten. Perubahan inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, yang tercermin dari perkembangan indeks harga konsumen (IHK).
Inflasi inti/core
: inflasi komoditas yang perkembangan harganya dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi secara umum (faktor-faktor fundamental, seperti: ekspektasi inflasi, nilai tukar, dan keseimbangan permintaan & penawaran agregat) yang akan berdampak pada perubahan harga-harga secara umum dan lebih bersifat permanen/menetap.
Indeks Dolar AS
: Indeks rata-rata tertimbang nilai tukar Dolar AS terhadap mata uang utama, yang terdiri atas enam negara besar (G6) yakni: Euro, Yen Jepang, Pound Sterling Inggris, Dolar Kanada, Danish Krone Denmark, dan Swiss Franc. Indeks Dolar populer dipakai untuk menggambarkan tren Dolar AS secara umum.
Indeks Asia
: Indeks rata-rata tertimbang nilai tukar Dolar AS terhadap sepuluh mata uang negara Asia: Yuan Cina, Dolar Hongkong, Ruppe India, Rupiah Indonesia, Won Korea, Ringgit Malaysia, Peso Filipina, Dolar Singapura, Dolar Taiwan, Bath Thailand.
Leading Economic Indicator
: Indikator yang digunakan untuk memprediksi kondisi perekonomian pada masa yang akan datang. Indikator ini dapat mencerminkan, apakah kondisi perekonomian akan resesi atau ekspansi.
Neraca Transaksi Berjalan
: Transaksi berjalan mengukur penerimaan dan pengeluaran yang berasal dari transaksi barang dan jasa, pendapatan, dan transfer berjalan dengan bukan penduduk.
Neraca Perdagangan
: Selisih ekspor terhadap impor barang (merchandise) dari suatu negara
Surat Berharga Negara (SBN)
: Surat berharga yang berupa surat pengakuan utang yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh negara RI dan digunakan untuk membiayai defisit APBN serta menutup kekurangan kas jangka pendek dalam satu tahun anggaran.
Danamon Economic & Market Research
6
Riset Ekonomi dan Pasar Keuangan Anton H. Gunawan
[email protected] Helmi Arman
[email protected] Anton Hendranata
[email protected]
Kepala Ekonom
+62 21 5799-1466
Ekonom/Analis Pasar Obligasi
+62 21 5799-1563
Ekonom/Ekonometrisi
+62 21 5799-1563
PT Bank Danamon Indonesia, Tbk. Menara Bank Danamon Jalan Prof. Dr. Satrio Kav. E IV #6 Mega Kuningan, Jakarta 12950 INDONESIA *** Facs: +62 21 5799-1048
SERTIFIKASI ANALIS Dengan ini kami mensertifikasi bahwa semua pandangan yang diutarakan dalam laporan riset ini merefleksikan pendapat pribadi kami secara akurat. Tidak ada bagian dari remunerisasi kami yang dihubungkan, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan rekomendasi dan/atau pendapat yang diutarakan dalam laporan ini. DISKLAIMER Informasi yang terkandung dalam laporan ini diambil dari sumber-sumber yang kami anggap bisa dipercaya. Namun, P.T. Bank Danamon Indonesia, perusahaan-perusahaan afiliasinya, serta karyawan-karyawannya tidak menjamin atau menerima tanggungjawab terkait dengan keakuratan dan kelengkapan dari informasi dan/atau pandangan-pandangan yang diutarakan dalam laporan ini. Kami menolak permintaan tanggung jawab terhadap segala kerugian, kerusakan, tagihan, dan/atau biaya-biaya yang timbul dari siapapun sebagai akibat dari tindakan yang didasari pada informasi atau pandangan yang diutarakan dalam laporan ini. Informasi dalam laporan ini dimaksudkan sebagai bahan informasi umum dan tidak boleh dianggap sebagai rekomendasi dari P.T. Bank Danamon Indonesia, perusahaan-perusahaan afiliasinya, serta karyawan-karyawannya untuk melakukan investasi, transaksi keuangan dan/atau perjanjian tertentu dengan pihak manapun. Laporan ini tidak ditujukan secara khusus bagi pihak-pihak yang menerimanya. Dalam membuat suatu keputusan investasi, sebaiknya anda melakukan analisa dan evaluasi independen, serta mencari nasihat hukum dan keuangan profesional.
Danamon Economic & Market Research
7