Tinjauan Hukum Terhadap Pelestarian Satwa Liar Oleh Individu Atau Komunitas Pecinta Binatang
TINJAUAN HUKUM TERHADAP PELESTARIAN SATWA LIAR OLEH INDIVIDU ATAU KOMUNITAS PECINTA BINATANG Henry Arianto Fakultas Hukum Universitas Esa Unggul Jalan Arjuna Utara No.9, Tol Tomang, Kebun Jeruk, Jakarta Barat – 11510
[email protected] Abstract Humans and animals since I had always been inseparable. Today too, popping animal lover community. But not all humans have a compassionate nature. Human behavior can sometimes threaten the extinction of rare species where human ambitions would like to have but do not care for the population is native habitat. In order to protect endangered species in Indonesia, the Indonesian government has issued laws and regulations. The animal lovers finally faced with the problems of protected and unprotected animals. For animals that are not protected are not a problem for maintained, but maintain the protected animals to be kept would invite trouble with the police because they have violated the law. In this research will be discussed about how is it that an individual or community of exotic animal lovers can participate in a wildlife preserve this? To answer these problems the author will discuss the research methods of normative law. Where the purpose of this study is to provide information so that people or community wildlife lovers can distribute affection without breaking the law. Keywords: Law, Wildlife, Animal Lovers Community Abstrak Manusia dan hewan sejak dulu memang tidak dapat dipisahkan. Saat ini pun, bermunculan komunitas pecinta binatang. Namun tidak semua manusia memiliki sifat penyayang. Perilaku manusia kadang dapat mengancam kepunahan satwa langka yang mana ambisi manusia ingin memiliki tetapi tidak memperdulikan populasinya dihabitat asalnya. Dalam rangka melindungi satwa langka di Indonesia, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan peraturan perundangundangan. Para Pecinta binatang akhirnya dihadapkan pada permasalahan tentang hewan dilindungi dan tidak dilindungi. Untuk jenis hewan yang tidak dilindungi tidak masalah untuk di pelihara, tetapi memelihara hewan dilindungi untuk dipelihara akan mengundang masalah dengan kepolisian karena dianggap melakukan pelanggaran hukum. Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai bagaimanakah cara agar individu atau komunitas pecinta hewan exotic dapat berpartisipasi di dalam melestarikan satwa liar ini? Untuk menjawab permasalahan tersebut penulis akan membahas dengan menggunakan metode penelitian hukum normative. Dimana tujuan penelitian ini adalah memberi informasi bagaimana caranya agar individu atau komunitas pecinta satwa liar ini dapat menyalurkan kasih sayangnya tanpa harus melanggar hukum. Kata Kunci: Hukum, Satwa Liar, Komunitas Pecinta Binatang
Forum Ilmiah Volume 13 Nomor 3,September 2016
296
Tinjauan Hukum Terhadap Pelestarian Satwa Liar Oleh Individu Atau Komunitas Pecinta Binatang
perhatiannya kepada binatang, sampaisampai memperlakukan binatang seperti memperlakukan manusia. Misalnya mengajak jalan-jalan pagi atau sore hari, mengajaknya ke salon binatang, bahkan tidur dengan binatang kesayangannya itu. Hidup harmonis dengan binatang sudah pula dianjurkan oleh Nabi Muhammad S.A.W, sejak jaman dahulu, beliau menganjurkan agar setiap umat Islam berbuat baik terhadap binatang. Hadis yang menganjurkan berbuat baik dengan memelihara dan melindungi binatang dengan cara : (a) memberikan makanannya, sebagaimana sabda Rasulullah S.A.W; Dari Abu Hurairah, berkata: Rasulullah saw bersabda : ….“Orang yang menunggangi dan meminum (susunya) wajib memberinya makanan”. (HR. Bukhari). (b) menolongnya, sebagaimana sabda Rasulullah saw : Dari Abu Hurairah, berkata Rasulullah saw bersabda : “suatu ketika seorang laki-laki tengah berjalan di suatu jalanan, tiba-tiba terasa olehnya kehausan yang amat sangat, maka turunlah ia ke dalam suatu sumur lalu minum. Sesudah itu ia keluar dari sumur tiba-tiba ia melihat seekor anjing yang dalam keadaan haus pula sedang menjilat tanah, ketika itu orang tersebut berkata kepada dirinya, demi Allah, anjing initelah menderita seperti apa yang ia alami. Kemudian ia pun turun ke dalam sumur kemudian mengisikan air ke dalam sepatunya, sepatu itu digigitnya. Setelah ia naik ke atas, ia pun segera memberi minum kepada anjing yang tengah dalam kehausan iu. Lantaran demikian, Tuhan mensyukuri dan mengampuni dosanya. Setelah Nabi saw, menjelaskan hal ini, para sahabat bertanya: “ya Rasulullah, apakah kami memperoleh pahala dalam memberikan makanandan minuman kepada hewan-hewan kami?”. Nabi
Pendahuluan Sifat kasih merupakan anugrah paling besar yang diberikan Sang Khalik kepada makhluk ciptaan-Nya. Tanpa adanya kasih sayang maka di dunia ini hanya ada pertikaian. Rasa Sayang ini bukan hanya berlaku di dunia manusia, namun juga berlaku di dunia binatang. Pepatah mengatakan, “Harimau Tidak Akan Memangsa Anak Harimau.” Pepatah itu menggambarkan meskipun Harimau merupakan binatang buas dan juga dijuluki Raja Rimba, tapi Harimau masih memiliki rasa sayang kepada anaknya. Bila binatang saja memiliki sifat seperti itu, apalagi manusia. Manusia pasti memiliki rasa sayang, baik kepada sesama manusia, kepada hewan, bahkan kepada tumbuhan. Memelihara tumbuhan, merawat, tidak merusak lingkungan, bahkan menjadi kewajiban bagi umat Islam sebagaimana Rasulullah S.A.W bersabda: “Tidaklah seorang muslim menanam tanaman, kemudian tanaman itu dimakan oleh burung, manusia, ataupun hewan, kecuali baginya dengan tanaman itu adalah sadaqah”. (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Anas). Bahkan pada saat perang pun Rasulullah S.A.W melarang untuk menebang pohon. Sabda Nabi ini menujukkan betapa manusia pun mempunyai kewajiban untuk menjaga lingkungan sekitar kita dan tidak merusaknya. Sifat mencintai alam ini kemudian ditunjukkan dengan adanya individu-individu pecinta lingkungan. Seperti di Kampus ada Unit Kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam. Di masyarakat ada Komunitas Pecinta Lingkungan seperti Forest Watch Indonesia (FWI) dan Global Forest Watch (GFW). Apabila dengan dunia flora, manusia memiliki rasa keiginan untuk menjaga dan merawatnya, maka terlebih lagi dengan hewan. Binatang sudah sejak lama diyakini mampu menjadi sahabat manusia. Tidak jarang kita menemui individu yang begitu Forum Ilmiah Volume 13 Nomor 3,September 2016
297
Tinjauan Hukum Terhadap Pelestarian Satwa Liar Oleh Individu Atau Komunitas Pecinta Binatang
menjawab : “tiap-tiap manfaat yang diberikan kepada hewan hidup, Tuhan memberi pahala”. (HR. Bukhari dan Muslim) Hadis di atas memberikan ketegasan betapa Islam sangat peduli akan keselamatan dan perlindungan hewan. Bahkan disebutkan, bahwa bagi yang menolong hewan sekaligus memperoleh tiga imbalan, yaitu: (1) Allah berterima kasih kepadanya; (2) Allah mengampuni dosa-dosanya; dan (3) Allah memberikan imbalan pahala kepadanya. Sifat menyayangi binatang ini pun ditunjukkan dengan adanya individuindividu atau komunitas pecinta binatang seperti Esa Unggul Reptil Club dan AsperaCommunity yaitu komunitas pecinta binatang reptil-reptil. Ada juga komunitas pecinta anjing Pitbull Depok, yaitu komunitas Depok Dog Lover. Dalam memelihara hewan peliharaan kita dihadapkan pada dua pilihan antara hewan jinak dan hewan exotic (agak sedikit liar /buas ). Tidak jarang ada yang sangat mencintai dan menggemari hewan-hewan exotic ini untuk dipelihara dan menjadi sahabat dirumah selayaknya hewan yang memang benarbenar jinak dan tidak berbahaya. Akan tetapi kadang para penghobi ini juga dihadapkan pada permasalahan tentang hewan dilindungi dan tidak dilindungi. Untuk jenis hewan yang tidak dilindungi tidak masalah untuk di pelihara, tetapi memelihara hewan dilindungi untuk dipelihara akan mengundang masalah dengan kepolisian karena dianggap melakukan pelanggaran hukum. Oleh karena itu penulis tertarik untuk membahas mengenai bagaimanakah cara agar individu atau komunitas pecinta hewan exotic dapat berpartisipasi di dalam melestarikan satwa liar ini? Untuk menjawab permasalahan tersebut penulis akan membahas dengan menggunakan metode penelitian hukum normative. Dimana tujuan penelitian ini Forum Ilmiah Volume 13 Nomor 3,September 2016
adalah didapati sebuah solusi agar individu atau komunitas pecinta hewan exotic ini dapat menyalurkan kasih sayangnya tanpa harus melanggar hukum.
Pembahasan Manusia dan hewan sejak dulu memang tidak dapat dipisahkan. Ada binatang yang dapat dimanfaatkan tenaganya seperti Kuda, Kerbau, Burung Merpati. Ada binatang yang diambil manfaatnya seperti Lebah, Sapi, Domba. Ada pula binatang yang dijadikan sebagai teman hidup seperti Anjing dan Kucing. Saat ini pun, bermunculan komunitas pecinta binatang seperti:
Surabaya Reptile Surabaya Reptile terbentuk pada tanggal 15 Februari 2005, komunitas ini mewadahi para pecinta hewan reptil di kota Surabaya untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai hewanhewan reptil yang sebenarnya bisa menjadi sahabat manusia. Koleksi reptil yang dimiliki oleh anggota Surabaya Reptile sangat beragam dari jenis ular seperti phyton, sanca kembang, patola, dan cornsnake hingga hewan-hewan lain seperti iguana, kura-kura Indian star, kurakura Aldabra, biawak, gecko, dan masih banyak lagi. Setiap anggota dalam komunitas tersebut memiliki lebih dari satu hewan peliharaan, dan hewan-hewan tersebut harus disesuaikan dengan karakter si pemilik. Sebagai komunitas yang peduli dengan dunia reptile, komunitas ini tidak hanya berusaha untuk memasyarakatkan hewan-hewan reptile tetapi juga memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa hewan reptile seperti ular, kadal, biawak, dll bukanlah makhluk yang merugikan. Kegiatan nyata edukasi mereka yaitu dengan seringnya mereka melakukan kunjungan ke beberapa sekolah dari TK, SD, SMP, SMA, hingga Universitas di 298
Tinjauan Hukum Terhadap Pelestarian Satwa Liar Oleh Individu Atau Komunitas Pecinta Binatang
sekitar Surabaya dan Sidoarjo. (Subekti, 2016)
hadir untuk memperkenalkan dan mengakrabkan musang ke masyarakat luas. Komunitas yang dibentuk 5 tahun yang lalu ini biasa melakukan gathering setiap Sabtu malam dan hari Minggu di area Taman Bungkul surabaya. Dengan gathering yang mereka lakukan ini diharapkan bahwa masyarakat bisa semakin memahami bahwa musang bukan hanya sekedar hama yang harus dibasmi, tapi juga bisa diperlakukan sebagai hewan peliharaan. (Subekti, 2016)
East Java T-Keeper Komunitas ini bisa dibilang agak sedikit mengerikan karena hobi dari anggota komunitas ini adalah memelihara laba-laba dengan jenis tarantula. Jumlah anggota dari komunitas ini ada 100 orang. berarti minimal ada 100 tarantula. Anggota komunitas ini bukan hanya di Surabaya saja, tapi hingga se-Jawa Timur. (Subekti, 2016)
Komunitas Burung Hantu Surabaya Burung hantu merupakan salah satu jenis burung karnivora yang bersifat nokturnal atau aktif di malam hari. Burung yang satu ini memang liar dan dikenal buas. Mendengar kata burung hantu, orang Indonesia selalu mengidentikannya dengan hal-hal yang mistis, padahal di Eropa burung ini merupakan simbol kebijaksanaan. Atas dasar itulah dibentuk suatu komunitas pecinta burung hantu di kota Surabaya yang bernama KABHASURA atau Komunitas Burung Hantu Surabaya. Komunitas yang awalnya hanya beranggotakan 10 orang ini meresmikan komunitas mereka pada tanggal 3 Agustus 2013. Untuk bisa saling bertukar informasi mengenai perawatan burung hantu, mereka rutin melakukan gathering setiap Sabtu malam di area Taman Apsari Surabaya. Walaupun komunitas ini masih cukup baru, namun mereka cukup berhasil dalam mengembangkan komunitas mereka dengan memperkenalkan komunitas mereka di media masa seperti majalah Surabaya, radio Surabaya, bahkan NET TV, serta sering juga mereka mengikuti event-event dan pameran di kota Surabaya. (Subekti, 2016)
X-Kompas atau komunitas pecinta satwa khususnya ular kobra Mendengar kata ular kobra, tentunya yang ada di benak kita adalah salah satu hewan yang paling berbahaya di muka bumi ini. Namun apa jadinya jika ada sekelompok pemuda di kota Surabaya yang ternyata justru sangat care dengan hewan buas yang satu ini? Yups, komunitas X-Kompas namanya, komunitas yang hanya ada di 3 kota yaitu Surabaya, Jember, dan Malang ini dibentuk sekitar 3 tahun lalu. Di Surabaya sendiri, komunitas ini beranggotakan 15 orang dan biasa melakukan gathering sebulan sekali dengan acara kuis kecil-kecilan serta melakukan interaksi dengan masyarakat dan menunjukkan bahwa mereka tidak perlu takut jika bertemu ular kobra di tengah jalan. Dengan sosialisasi tersebut, diharapkan masyarakat akan paham apa yang harus dilakukan pertama kali dalam menghadapi ular kobra di depan mereka. (Subekti, 2016)
Surabaya Musang Lovers Musang merupakan salah satu mamalia nokturnal yang biasa hidup di alam bebas dan jarang sekali dianggap sebagai binatang peliharaan, bahkan sering dianggap sebagai hama di area perkebunan. Surabaya Musang Lovers Forum Ilmiah Volume 13 Nomor 3,September 2016
299
Tinjauan Hukum Terhadap Pelestarian Satwa Liar Oleh Individu Atau Komunitas Pecinta Binatang
dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia. (2) Setiap orang dilarang untuk: a. menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup; b. menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan mati; c. mengeluarkan satwa yang dilindungi dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia; d. memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit, tubuh, atau bagianbagian lain satwa yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagian-bagian tersebut atau mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia e. mengambil, merusak, memusnahkan, memperniagakan, menyimpan atau memiliki telur dan atau sarang satwa yang dillindungi. Terhadap pelanggaran tersebut, undangundang juga telah memberikan sanksi yang cukup berat bagi pelanggarnya, sebagaimana tercantum berikut ini” Bunyi Pasal 40 (1) Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dan Pasal 33 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah). (2) Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2)
Aturan Perlindungan Satwa Liar Dalam rangka melindungi flora dan fauna di Indonesia, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan, perlindungan hutan, dan konservasi sumber daya hayati dan ekosistemnya. Peraturan tersebut antara lain tertuang di berbagai macam aturan sebagai berikut: 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan 2. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup 3. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan (Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3299). 4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Khusus terhadap Satwa langka yang telah sulit ditemui dihabitat aslinya karena populasinya hampir punah, Pemerintah telah menerbitkan peraturan perundangundangan untuk perlindungan satwa langka dari kepunahannya, yaitu Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Didalam UU tersebut disebutkan sebagai berikut: Bunyi Pasal 21 UU No.5 Tahun 1990: (1) Setiap orang dilarang untuk: a. mengambil, menebang, memiliki, merusak, memusnahkan, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan tumbuhan yang dilindungi atau bagian-bagiannya dalam keadaan hidup atau mati; b. mengeluarkan tumbuhan yang dilindungi atau bagian-bagiannya dalam keadaan hidup atau mati Forum Ilmiah Volume 13 Nomor 3,September 2016
300
Tinjauan Hukum Terhadap Pelestarian Satwa Liar Oleh Individu Atau Komunitas Pecinta Binatang
Tentang “Pelestarian Satwa Langka untuk Keseimbangan Ekosistem.” Fatwa ini dapat digunakan sebagai penuntun bagi umat Muslim Indonesia yang jumlahnya sekitar 200 juta jiwa dapat mengambil langkah aktif melindungi spesies-spesies langka dan terancam punah seperti Harimau, Badak, Gajah dan Orangutan. Fatwa ini adalah yang pertama di dunia dan akan dipadukan dengan program pendidikan untuk membantu masyarakat mengimplementasikannya. Selain bertujuan untuk memperkuat kebijakan pemerintah Indonesia dalam melestarikan dan melindungi satwa-satwa langka dan terancam punah, fatwa tersebut juga memberikan kepastian hukum menurut pandangan Islam tentang perlindungan terhadap satwa terutama yang memiliki status rawan, terancam punah, bahkan punah. Meskipun tidak bersifat mengikat secara hukum yang berlaku di Indonesia, fatwa ini berlandaskan hukum Islam yang mengikat berdasarkan konteksnya, dan memberikan pedoman kuat bagi umat Muslim tentang perlindungan satwa sesuai dengan keyakinan dan nilai-nilai yang dijalani. Fatwa ini dapat memperkaya hukum di Indonesia, Menurut Dr. Hayu Prabowo, selaku Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam “Masyarakat dapat tidak mematuhi hukum pemerintah, namun tidak untuk hukum Allah.”
serta Pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) (3) Barang siapa karena kelalaiannya melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dan Pasal 33 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) (4) Barang siapa karena kelalaiannya melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). (5) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah kejahatan dan tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) adalah pelanggaran. Peraturan-peraturan lainnya yang berhubungan dengan satwa selain UndangUndang No. 5 Tahun 1990, antara lain : 1. Peraturan Pemerintah No.13 tahun 1994 tentang Perburuan Satwa Buru. 2. Peraturan Pemerintah No.18 tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Wisata Alam dan di Taman Hutan Raya. 3. Peraturan Pemerintah No.68 tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam, dsb. Peraturan-peraturan tersebut diatas mengatur semua jenis satwa langka yang dilindungi oleh negara, baik yang dimiliki dimasyarakat maupun yang tidak dapat dimiliki oleh masyarakat. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun turut berperan dalam rangka melindungi satwa langka ini yaitu dengan mengeluarkan Fatwa No. 4 Tahun 2014 Forum Ilmiah Volume 13 Nomor 3,September 2016
Jual Beli Satwa Liar Terselubung Meskipun pemerintah dan MUI telah mengeluarkan aturan terkait perlindungan satwa liar, namun nampaknya masih banyak orang yang tidak takut terhadap ancaman hukuman tersebut. Petugas Satuan Polisi Hutan Reaksi Cepat (SPORC) Kalimantan Barat pernah menggerebek sebuah gathering satwa yang menamakan “Pontianak Cinte Satwa” di Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan 301
Tinjauan Hukum Terhadap Pelestarian Satwa Liar Oleh Individu Atau Komunitas Pecinta Binatang
Barat. Dimana dalam aksi tersebut Polisi menangkap dua orang pelaku yang memeliharah hewan langka, Kukang. Polisi sudah mengamankan empat Kukang sebagai barang bukti. Kepala Unit Penyidik SPORC Brigade Bekantan, HM Dedy Hardinianto
mengatakan bahwa komunitas kukang di wilayahnya melakukan transaki jual beli di media sosial, Facebook. Harganya Rp.300 ribu hingga Rp.450 ribu per ekor. Padahal Kukang ini nyaris punah di Kalimantan. Dengan demikian Kukang jenis ini sangat serius keterancamannya.
Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya pasal 21 ayat 2, perdagangan dan pemeliharaan satwa dilindungi, termasuk kukang, adalah dilarang. Pelanggar dari ketentuan ini dapat dikenakan hukuman pidana penjara lima tahun dan denda Rp.100 juta. Namun tudingan Dedy tersebut dibantah pelaku, RR, dimana dia mengatakan bahwa, dia tidak membeli kukang dari seseorang seharga Rp.350 ribu. Ketika gathering berlangsung, RR membawa satu ekor Kukang untuk dipamerkan kepada sekitar 10 orang
angggota komunitas. RR juga mengaku tidak tahu bahwa kukang dilindungi undang-undang. Kukang itu dia dapatkan di hutan saat, dimana kukang tersebut nampaknya kehilangan induknya. (www.internationalanimalre-scue.or.id) Bisa saja RR berdalih demikian, namun faktanya memang banyak jual beli satwa liar berkedok komunitas pecinta binatang. Sebagai pecinta hewan, harusnya melestarikan mereka di alamnya, bukan dengan menangkapnya lalu dirawat di kandang dan diperjualbelikan atas nama kasih sayang. Perilaku manusia yang dapat mengancam kepunahan dari satwa langka
Forum Ilmiah Volume 13 Nomor 3,September 2016
302
Tinjauan Hukum Terhadap Pelestarian Satwa Liar Oleh Individu Atau Komunitas Pecinta Binatang
yang mana ambisi manusia ingin memiliki tetapi tidak memperdulikan populasinya dihabitat asalnya. Kepunahan satwa langka ini dapat dicegah dengan ditetapkan perlindungan hukum terhadap satwa langka yang dilindungi. Pencegahan ini bertujuan agar satwa-satwa langka yang hampir punah, hanya menjadi cerita bagi anak cucu kita nantinya karena keserakahan manusia dalam mengambil keuntungan dari yang diperolehnya. Kepunahan satwa langka ini bisa tidak terjadi apabila kita semua menjaga kelestarian alam, yang mana didalam terdapat populasi satwa serta ekosistem yang berada didalamnya, serta mencegah kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh alam atau perbuatan manusia sendiri. Satwa langka yang mengalami kepunahan sebaiknya tidak boleh dimiliki, ditangkap, diburu serta diperjualbelikan, hal ini untuk menjaga kelestarian satwa tersebut dari kepunahan yang disebabkan oleh manusia atau alam disekitarnya
murni untuk melindungi binatang yang disayanginya tersebut. Selain Balai Konservasi ataupun Suaka Margasatwa, ternyata masyarakat umum dapat membantu pemerintah menjaga dan melestarikan keberadaan Tumbuhan dan Satwa Liar (TSL) yang dilindungi. Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Bambang Dahono Adji, mengatakan, sudah cukup lama aturan tentang penangkaran maupun pemeliharaan satwa langka untuk personal dibuat. Melalui aturan ini, katanya, masyarakat bisa membantu pemerintah dalam melestarikan tumbuhan dan satwa liar yang dilindungi. Bahkan, jika ijin sudah dimiliki, tumbuhan dan satwa liar tersebut bisa diperdagangkan dengan beberapa syarat pendukung lainnya. beberapa syarat yang harus dilakukan untuk bisa memelihara hewan dilindungi yang dirangkum dari wawancara bersama Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). 1. Mengajukan surat izin ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam dalam bentuk proposal izin menangkarkan atau memelihara hewan dilindungi. 2. Salinan Kartu Tanda Penduduk (KTP) untuk individu atau perseorangan serta akta notaris untuk badan usaha. 3. Surat Bebas Gangguan Usaha dari kecamatan setempat. Surat ini berisi keterangan bahwa aktifitas penangkaran dan pemeliharaan hewan tidak mengganggu lingkungan sekitar. 4. Bukti tertulis asal-usul indukan. Bukti ini memuat syarat tentang indukan dari hewan yang dipelihara. Indukan hewan dilindungi yang akan dipelihara harus berasal dari hewan yang telah didaftarkan sebagai hewan
Partisipasi Individu dan Komunitas Pecinta Hewan Dengan adanya aturan dari pemerintah yang mengatur pelindungan terhadap satwa liar tersebut dan fatwa dari MUI yang menganjurkan agar umat muslim menaati aturan pemerintah, tentu hal ini membuat komunitas pecinta hewan liar ini dilemma. Di satu sisi individu atau komunitas ini tentunya ingin sekali berdekatan dengan binatang yang disayanginya ini. Namun di sisi lain, individu dan komunitas ini juga tentu akan berhadapan dengan hukum bila nekat memelihara binatang kesayangannya tersebut. Namun keputusan yang dipilih kadang adalah nekat untuk tetap memelihara binatang tersebut. Beruntung nampaknya pemerintah Indonesia cukup jeli melihat kegelisahan beberapa individu atau komunitas pecinta binatang yang memang memiliki niat Forum Ilmiah Volume 13 Nomor 3,September 2016
303
Tinjauan Hukum Terhadap Pelestarian Satwa Liar Oleh Individu Atau Komunitas Pecinta Binatang
yang dipelihara atau ditangkarkan secara sah pula. Artinya, hewan hasil tangkapan liar dilarang untuk dipelihara karena tidak memenuhi syarat ini. Di sinilah diketahui syarat hewan yang akan dipelihara telah melewati 3 generasi penangkaran oleh manusia. 5. BAP kesiapan teknis, mencakup kandang tempat penangkaran atau pemeliharaan hewan dilindungi, kesiapan pakan dalam memelihara hewan dilindungi, perlengkapan memelihara hewan, dan lain sebagainya. 6. Surat Rekomendasi dari kepala BKSDA setempat jika hewan tersebut berasal dari daerah lain. (www.greeners.co) Meskipun dalam pelaksanaannya, membuat penangkaran masih dianggap tidak mudah oleh para individu ataupun komunitas pecinta binatang, namun hendaknya hal ini perlu di apreasiasi oleh mereka, mengingat ini membuktikan bahwa pemerintah masih memikirkan juga agar komunitas pecinta binatang dapat menyalurkan kasih sayangnya tanpa harus melanggar hukum.
karenanya, apabila ada individu yang hendak mengembangbiakan satwa liar, maka demi kebaikan bersama sebaiknya apa yang sudah diatur oleh pemerintah melalui peraturan perundang-undangan Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, dan apa yang telah dianjurkan oleh MUI melalui fatwa Nomor 4 tahun 2014 tentang “Pelestarian Satwa Langka untuk Keseimbangan Ekosistem”, patut untuk dipatuhi.
Daftar Pustaka Arief
Raharjo, Satjipto. (2000). Ilmu Hukum. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Fatwa
Kesimpulan Hukum bertujuan menginteraksikan dan mengkoordinasikan berbagai kepentingan dalam masyarakat karena dalam suatu lalulintas kepentingan perlindungan terhadap kepentingan tertentu hanya dapat dilakukan dengan cara membatasi berbagai kepentingan dilain pihak (Rahardjo,2000). Perlindungan hukum tidak hanya diberikan kepada manusia yang memiliki berbagai kepentingan dalam kehidupan bermasyarakat. Satwa sebagai makhluk hidup juga memiliki hak. Oleh karenanya, tugas menjaga kelestarian alam bukan hanya tanggungjawab pemerintah, namun tanggungjawab kita semua. Oleh Forum Ilmiah Volume 13 Nomor 3,September 2016
Budiman. “Pelaksanaan Perlindungan Satwa Langka Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya (Studi Di Seksi Konservasi Wilayah I Surakarta Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Tengah.” GEMA, Th. XXVI/48/Februari 2014 - Juli 2014
No. 4 Tahun 2014 Tentang “Pelestarian Satwa Langka untuk Keseimbangan Ekosistem.”
https://alhadistonline.wordpress.com http://giewahyudi.com/hewan-langkayang-dilindungi-di-indonesialengkap-dengan-nama-latin/ http://www.situshewan.com/2014/06/122hewan-yang-dilindungi-oleh.html http://www.greeners.co/berita/masyarakatjuga-bisa-memelihara-hewanlangka-dilindungi/
304
Tinjauan Hukum Terhadap Pelestarian Satwa Liar Oleh Individu Atau Komunitas Pecinta Binatang
http://www.internationalanimalrescue.or.id /jual-beli-hewan-langka-berkedokkomunitas-pencinta-satwa/ Bagus Subekti, (2016). “10 Komunitas Pecinta Binatang Yang Unik Di Surabaya,” dapat diakses di http://www.grouphub.me/grouphubb er-club/blog/10-komunitas-pecintabinatang-yang-unik-di-surabayabagian-1 Soekanto, Soerjono. (2013). Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat. Cet. Ke-15. Jakarta: Rajawali Pers. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
Forum Ilmiah Volume 13 Nomor 3,September 2016
305