Tinjauan Fiqh terhadap Penggunaan Konsep Akuntansi Konvensional dalam Struktur Akuntansi Syari’ah Azharsyah ∗ Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk menguji konsep-konsep akuntansi konvensional dalam perspektif Islam dan menyaring konsep-konsep tersebut untuk menyusun struktur akuntansi syari’ah serta untuk melihat perbedaan mendasar antara konsep akuntansi konvensional dengan konsep syari’ah. Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar konsep akuntansi yang diuji tidak bertentangan dengan hukum Islam walaupun juga tidak bisa diterima secara absolut karena para pakar akuntansi syari’ah masih berbeda penafsiran. Untuk dapat digunakan pada institusi syari’ah, kebanyakan pakar berpendapat bahwa sepanjang suatu konsep tidak jelas-jelas bertentangan dengan ajaran Islam, maka konsep tersebut boleh digunakan. Ada beberapa perbedaan mendasar antara akuntansi konvensional dengan konsep syari’ah, yaitu pertanggungjawaban, pelaporan dan tujuan informasi, sifat dan karakteristik, aspek pengakuan untuk pendapatan. Kata kunci: akuntansi, konsep, konvensional, syari’ah. A. Pendahuluan Krisis ekonomi dunia—terutama melanda negara-negara di Asia— pada pertengahan tahun 1997 telah membuka mata para ekonom terhadap kelemahan-kelemahan ekonomi konvensional, sehingga memunculkan pemikiran untuk mencari solusi alternatif terhadap sistem perekonomian yang sudah ada (konvensional). Kelemahan sistem konvensional tersebut semakin terbukti dengan adanya resesi ekonomi di Amerika Serikat yang diikuti dengan krisis global pada tahun 2008. Hal ini juga kemudian mendorong pertumbuhan lembaga-lembaga keuangan yang berbasis syari’ah. Akan tetapi, pertumbuhan yang pesat lembaga-lembaga keuangan Islam tersebut tidak sejalan dengan penciptaan standar akuntansi untuk lembaga-lembaga tersebut. Ketiadaan standar akuntansi syari’ah mendorong institusi-institusi keuangan Islam menggunakan konsep-konsep akuntansi konvensional dengan memilahmilah di mana yang tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam dipakai, dan yang bertentangan ditinggal. Penggunaan konsep-konsep itu sangat beragam tergantung pada kebutuhan lembaga-lembaga yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena tidak adanya konsep dasar akuntansi yang resmi ∗
Intitut Agama Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh.
SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, No. 3, Mei 2010
754
Azharsyah: Tinjauan Fiqh terhadap Penggunaan Konsep Akuntansi...
dan juga tidak ada lembaga yang mengatur penggunaan konsep dasar yang bisa dijadikan sebagai panduan dalam penyusunan laporan keuangan bagi institusi-institusi keuangan syari’ah secara seragam. Upaya-upaya ke arah itu sebenarnya telah banyak dilakukan, tapi dalam perkembangannya para pihak pembuat standar tersebut belum bisa menyatukan seluruh pendapat para ahli, sehingga akhirnya terkesan bahwa konsep-konsep yang ada tersebut berjalan secara sendiri dan hanya berlaku di tempat dimana konsep tersebut dibuat. Konteks Indonesia, , Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) bekerjasama dengan pihak-pihak terkait telah berusaha mengeluarkan aturan-aturan akuntansi untuk institusiinstitusi keuangan Islam yang dituangkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), kemudian dikenal adanya akuntansi murabahah, ijarah, musyarakah, dan sebagainya. Di Bahrain, sebuah lembaga yang bernama Accounting and Auditing Organizations for Islamic Financial Institutions (AAOIFI) juga berusaha mengeluarkan standar akuntansi bagi lembaga-lembaga keuangan syari’ah. Negara-negara seperti Malaysia, Pakistan, Mesir dan lain-lain juga mengeluarkan standar akuntansi syari’ah tersendiri. Akan tetapi, standarstandar yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga tersebut menuai banyak sekali kritikan dari berbagai pihak. Terlepas dari berbagai kritikan, metodemetode akuntansi yang dibuat untuk lembaga-lembaga keuangan Islam tersebut masih didasarkan pada konsep-konsep akuntansi konvensional sebagai bahan perbandingan seperti konsep kesatuan ekonomi (economic entity), kontinuitas usaha/kesinambungan (going concern), stabilitas unit pengukuran/unit moneter (stability of monetary unit), periode waktu (timeperiod) dan sebagainya. Berangkat dari hal tersebut, penulis bermaksud untuk mengkaji konsep-konsep akuntansi konvensional tersebut yang sampai sekarang masih belum bisa diterima secara aklamasi oleh seluruh institusi keuangan syari’ah di seluruh belahan dunia. Penulis juga ingin melihat prinsipprinsip apa saja yang bisa diterima untuk pembuatan struktur akuntansi syari’ah sehingga dapat terus dipakai karena ada pembenarannya dalam hukum Islam. B. Definisi-definisi Akuntansi Secara umum, akuntansi sering didefinisikan sebagai proses pengidentifikasian, pengukuran, pengkomunikasian dan pelaporan informasi-informasi ekonomi dan yang berkaitan dengannya kepada pihak-pihak yang memerlukan untuk membolehkan pengambilan
SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, No. 3, Mei 2010
Azharsyah: Tinjauan Fiqh terhadap Penggunaan Konsep Akuntansi...
755
pendapat dan keputusan-keputusan.1 Selanjutnya, Littleton mendefinisikan akuntansi sebagai suatu kegiatan yang tujuan utamanya adalah untuk melaksanakan perhitungan periodik antara biaya (usaha) dan hasil (prestasi). Accounting Principle Board (APB) dalam pernyataan No. 4 mendefinisikan akuntansi sebagai suatu kegiatan jasa yang berfungsi untuk memberikan informasi kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang, mengenai suatu badan ekonomi yang dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi, yang digunakan dalam memilih diantara beberapa alternatif.2 Menurut American Institute of Certified Public Accountant (AICPA) sebagai seni pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dan dalam ukuran moneter, transaksi dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan dan termasuk menafsirkan hasilnya.3 Secara umum penulis lebih melihat akuntansi dalam tulisan ini sebagai suatu ilmu tentang seni pencatatan, dan pelaporan informasi-informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan secara adil, logis, bertanggungjawab dan terukur untuk membolehkan pengambilan pendapat dan keputusan-keputusan. C. Studi-studi Akuntansi dari Perspektif Islam Islam melalui al-Qur’an telah menggariskan bahwa konsep akuntansi yang harus diikuti oleh para pelaku transaksi atau pembuat laporan akuntansi adalah menekankan pada konsep pertanggungjawaban atau accountability, sebagaimana ditegaskan dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 282.4 Di samping itu, akuntansi syari’ah harus berorientasi sosial. Akuntansi syari’ah tidak hanya sebagai alat ukur untuk menerjemahkan fenomena ekonomi dalam bentuk ukuran moneter tetapi sebagai suatu metode untuk menjelaskan fenomena ekonomi itu berjalan dalam masyarakat Islam. Penelitian yang dilakukan oleh Hayashi mengemukakan perbedaan yang mendasar antara akuntansi kapitalis dan Islam. Akuntansi syari’ah memiliki metarule, yaitu hukum Islam yang digambarkan oleh al-Qur’an dan Hadis, sedangkan akuntansi kapitalis tidak memiliki itu. Akuntansi
1
Muhammad, Pengantar Akuntansi Syariah, (Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2002), p. 10. 2 Zaki Baridwan, Intermediate Accounting, Edisi 5, (Yogyakarta: BPFE Universitas Gadjah Mada, 1996), p. 2. 3 Ibid. 4 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an, 2004). SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, No. 3, Mei 2010
756
Azharsyah: Tinjauan Fiqh terhadap Penggunaan Konsep Akuntansi...
kapitalis hanya bergantung pada keinginan pemakai informasi, sehingga bersifat lokal dan situasional.5 Harahap melihat dari sudut nilai-nilai Islam yang ada di dalam konsep akuntansi kapitalis, sehingga dia berpendapat bahwa untuk membuat konsep akuntansi syari’ah, para ahli perlu menelaah konsepkonsep akuntansi konvensional yang, katanya, memiliki banyak kesamaan dengan ekonomi Islam.6 Yang bertentangan dengan syari’ah dipangkas, sedangkan yang belum masuk ditambahkan. Dalam pandangan Triyuwono, akuntansi syari’ah yang berorientasi sosial merupakan salah upaya mendekonstruksi akuntansi modern ke dalam bentuk yang humanis dan sarat nilai. Tujuannya adalah tercipta peradaban bisnis dengan wawasan humanis, emansipatoris, transendental dan teleologikal.7 D. Konsep Dasar Akuntansi dalam Perspektif Islam Bagi institusi-institusi keuangan syari’ah, adanya konsep-konsep dasar akuntansi merupakan hal yang sangat krusial. Hal ini membuatnya penting untuk meneliti kesesuaian konsep-konsep tersebut dengan hukum Islam. Menurut Eltegani Abdul Gader Ahmed, konsep-konsep kontemporer dari akuntansi dibangun mengikuti pertumbuhan teori akuntansi di dunia Barat dalam hal pembangunan kehidupan ekonomi dan perubahan kebutuhan dari kelompok-kelompok yang berbeda terhadap informasi akuntansi.8 1. Economic Entity Para pakar akuntansi menyebut konsep ini dengan berbagai nama, kadang dikenal dengan accounting entity, economic entity atau separate entity. Badan usaha dipandang sebagai satu satuan entitas ekonomi khusus yang terpisah dan dipisahkan dari pemiliknya dan dari unit usaha lainnya. Menurut AAOIFI, konsep ini bisa diterima karena dalam fiqh Islam mengakui bahwa organisasi adalah unit pertanggungjawaban yang terpisah dari entitas lain.9 Contohnya adalah lembaga-lembaga wakaf, masjid, darul 5 T. Hayashi, "On Islamic Accounting", Ph.D Dissertation, (Tokyo: Institute of Middle Eastern Studies, International University of Japan, 1989). 6 Sofyan. S. Harahap, Akuntansi Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001), p. 9. 7 Iwan Triyuwono, Perspektif, Metodologi, dan Teori Akuntansi Syariah, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2006), p. 319. 8 E.A.Q. Ahmed, "Accounting Postulates and Principles from an Islamic Perspectives", Review of Islamic Economics, Vol. 3, No.2, 1994, pp.1-18. 9 AAOIFI, Accounting and Auditing Standards for Islamic Financial Institutions. (Manama, Bahrain: Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions, 1998), p. 49.
SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, No. 3, Mei 2010
Azharsyah: Tinjauan Fiqh terhadap Penggunaan Konsep Akuntansi...
757
mal (treasury), dan juga lembaga-lembaga pemerintahan. Pemikiran fiqh modern telah memperluas konsep tersebut kepada perusahaan dan entitas lainnya yang sejenis seperti bank Islam. Akan tetapi, Khan melihat adanya masalah etika berkaitan dengan pengakuan perusahaan sebagai suatu entitas tersendiri di mana para pemilik tidak bertanggungjawab terhadap hutang-hutang perusahaan jika perusahaan bangkrut tetapi berhak menerima sisa laba (residual profits).10 Hal inilah yang oleh sebagian cendekiawan Muslim dinilai tidak simetris, di mana kemungkinan laba yang diperoleh tidak seimbang dengan risiko yang diterima. Terlepas dari segala kontroversi, penulis melihat bahwa konsep ini dapat diterima dan diterapkan pada lembaga-lembaga keuangan syari’ah karena manfaatnya yang jelas sementara mudaratnya masih harus ditelusuri lebih mendalam. Hal ini sejalan dengan pendapat sebagian besar cendekiawan Muslim yang melihat konsep ini dapat diterima dalam hukum Islam. 2. Going Concern Konsep ini mengasumsikan bahwa suatu benda akan terus berlanjut sampai adanya bukti yang memperlihatkan kebalikannya. AAOIFI menjelaskan bahwa walaupun akad Mudharabah dan Musyarakah dibuat untuk jangka waktu tertentu, tetapi akad ini diasumsikan terus berlanjut sampai satu atau semua pihak yang terlibat memutuskan untuk mengakhirinya.11 Ahmed berpendapat bahwa konsep ini tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Menurut Ahmed, dalam fiqh Islam, ada satu konsep yang mirip dengan konsep ini yang disebut dengan istishab, yang bisa diartikan dengan retaining (berlanjut) atau accompaniment (tambahan). Walaupun demikian, ide-ide penting yang ada dibalik konsep ini serta konsekuensinya masih dipertanyakan dalam sudut pandang Islam.12 Adnan dan Gaffikin menolak konsep ini karena menerima konsep ini berarti juga mengakui ada yang lain selain Allah s.w.t. yang akan terus berlanjut atau abadi (indefinite). Walaupun Islam membolehkan perdagangan dan investasi, tetapi menolak konsep keberlangsungan jangka panjang (long-term continuity) suatu entitas usaha.13
10
M.A. Khan, Accounting Issues and Concepts for Islamic Banking. Paper presented at the International Conference on Developing Accounting Standards for Islamic Banks, (London: IIBI, 1994), p. 9. 11 AAOIFI, Accounting, p. 49. 12 E.A.Q. Ahmed, "Accounting 13 M.A. Adnan dan M. Gaffikin, "The Shari’ah, Islamic Banks and Accounting Concepts and Practices", Paper presented at Accounting, Commerce and Finance: the SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, No. 3, Mei 2010
758
Azharsyah: Tinjauan Fiqh terhadap Penggunaan Konsep Akuntansi...
Penulis berpandangan, konsep ini tidak bertentangan dengan ajaran Islam karena kontinuitas yang ada dalam konsep ini bukanlah abadi (indefinite), akan tetapi hanya berlangsung selama sesuatu itu ada. Islam juga menekankan keberlangsungan (continuity) aktivitas-aktivitas bisnis karena hal itu merupakan sumber-sumber zakat yang potensial yang harus dibayar tiap tahun. Penulis juga sependapat dengan Ahmed bahwa implikasi dari yang ada di balik konsep ini masih melahirkan banyak argumen. 3. Stable’s Monetary Unit Konsep ini mengasumsikan bahwa tingkat daya beli dengan menggunakan unit moneter dianggap stabil. Konsep ini digunakan dengan suatu anggapan bahwa daya beli unit moneter yang dipakai, yaitu stabil dan perubahan daya beli yang akan terjadi tidak akan mengakibatkan penyesuaian-penyesuaian. Penggunaan unit moneter sebagai faktor pengukur dapat diterima dalam pandangan Islam karena sebelumnya sudah dikenal adanya penggunaan emas dan perak sebagai unit pengukur.14 Akan tetapi, jika terjadi perubahan daya beli yang bertentangan (terutama dalam keadaan inflasi) maka laporan-laporan keuangan (financial reports) yang disusun berdasarkan historical cost akan memberikan gambaran yang tidak sesuai dengan keadaan, dan dengan demikian kegunaannya akan berkurang.15 Hal tersebut membuat uang menjadi tidak fair untuk digunakan sebagai standar pengukur pembayaran di mana akan menyebabkan penzaliman dari sebagian kelompok kepada kelompok lainnya. Islam melarang umatnya untuk saling menzalimi sebagaimana firman Allah s.w.t. dalam surat An-Nisa ayat 29, “….janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu”.16 Konsep ini sangat tidak sesuai digunakan dalam kondisi keuangan dunia seperti sekarang di mana inflasi terus terjadi setiap waktu. Akan tetapi, karena tidak adanya konsep lain yang bisa dipakai sebagai sarana pengukur, maka atas nama darurat, konsep ini bisa dipakai sampai alternatif lain ditemukan. 4. Time Period Kegiatan perusahaan berjalan terus dari periode yang satu ke periode yang lain dengan volume profit yang berbeda. Masalah yang timbul Islamic Perspective International Conference, University of Western Sydney, Macarthur, 1997. 14 E.A.Q. Ahmed, "Accounting 15 S.S. Harahap, Wiroso dan Muhammad Yusuf., Akuntansi Perbankan Syariah. (Jakarta: LPFE Trisakti, 2005), p. 39. 16 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya. SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, No. 3, Mei 2010
Azharsyah: Tinjauan Fiqh terhadap Penggunaan Konsep Akuntansi...
759
yaitu pengakuan dan pelaporannya ke dalam periode-periode tertentu di mana dibuat laporan-laporan keuangan yang harus tepat pada masanya, agar berguna bagi manajemen dan kreditur. Konsep periodisasi sudah dikenal dalam Islam sebelum ia dikenal salah satu konsep dalam ilmu akuntansi. Konsep ini membantu dalam hal pembayaran zakat. Ahmed,17 Adnan dan Graffikin,18 dan Gambling dan Karim19 meyakini bahwa konsep ini sama sekali tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam. Adnan dan Graffikin mengutip sebuah Hadis dalam mendukung pandangan ini di mana Nabi Muhammad s.a.w. pernah berkata: “Tidak ada zakat kekayaan (harta) sebelum lewat waktu satu tahun”.20 Berdasarkan Hadis ini, setiap Muslim diwajibkan secara otomatis untuk menghitung kekayaan setiap tahun (periode) untuk mengetahui berapa jumlah zakat yang harus dibayarkan. Menurut pandangan penulis, alasan-alasan penggunaan konsep ini untuk menghitung kekayaan sangat bisa diterima mengingat zakat juga punya kesamaan dalam hal haul (waktu perhitungannya). Anggaran Baitul Mal yang dibangun pada masa kekhalifahan Islam yang berfungsi sekaligus sebagai Kementerian Keuangan, Bank Sentral, dan Otoritas Pajak yang dipersiapkan secara tahunan dan perhitungan gaji pegawai dalam Islam untuk kegunaan pembayaran zakat juga tahunan. 5. Historical Cost Menurut konsep ini, kekayaan (assets) dicatat pada harga perolehannya atau yang setara dengannya. Kewajiban (liabilities) dicatat dengan jumlah pada saat terjadinya transaksi. Konsep ini sejak awal kemunculannya menuai banyak kritikan. Gambling and Karim21, Hamid et al,22 Gambling23, Sulaiman24 lebih memilih penggunaan nilai sekarang/pasar (current values) dibandingkan dengan historical cost, dengan alasan bahwa perhitungan zakat harus dilakukan dengan harga pasar. Sebagai tambahan, Adnan and Gaffikin mengkritik penggunaan konsep biaya historis (historical cost concept) dengan beralasan bahwa hal itu: “can be 17
E.A.Q. Ahmed, "Accounting M.A. Adnan dan M. Gaffikin, "The Shari’ah 19 T. Gambling dan Karim R., Business and Accounting Ethics in Islam, (London: Mansell Publishing Limited, 1991). 20 M.A. Adnan dan M. Gaffikin, "The Shari’ah 21 T. Gambling dan Karim R., Business 22 S. Hamid, R. Craig, dan F. Clarke, "Religion: A Confounding Cultural Element in the International Harmonization of Accounting", ABACUS, Vol. 29, No. 2, 1993, pp. 131-148. 23 T. Gambling dan Karim R., Business 24 M. Sulaiman, "Corporate Reporting from an Islamic Perspective", Akauntan Nasional, October 2000, pp. 18-22. 18
SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, No. 3, Mei 2010
Azharsyah: Tinjauan Fiqh terhadap Penggunaan Konsep Akuntansi...
760
misleading in terms of giving out of date indication of value”. Sementara misleading accounting dianggap tidak konsisten dengan nilai-nilai Islam dalam berurusan dengan bisnis dan masyarakat.25 Akan tetapi, penggunaan current value juga tidak terlepas dari masalah. Attiah26 dan Hamoud27 melihat penggunaan current values akan menyebabkan laba dibagi sebelum kenaikan (upturn). Baydoun and Willett mengakui adanya masalah antara kedua konsep tersebut pada tahap implementasi. Mereka menyarankan agar laporan keuangan lembaga keuangan Islam menggunakan dua Neraca (Balance Sheet), yang pertama dipersiapkan dengan dasar biaya historis, sedangkan yang kedua dibuat dengan menggunakan nilai sekarang (current value).28 AAOIFI, sebuah lembaga yang menciptakan standar-standar akuntansi bagi institusi-institusi keuangan Islam, juga menyadari adanya ketimpangan perlakuan terhadap nilai investasi jika menggunakan metode biaya historis. Akan tetapi, lembaga tersebut tetap mengadopsi konsep biaya historis dengan alasan bahwa “at the present time, it is not evident that adequate means are available to apply current cost in a manner that produces reliable information”.29 Penulis lebih condong kepada pendapat yang membolehkan penggunaan biaya historis walaupun peneliti juga tidak menampik keuntungan dari konsep current value pada kondisi-kondisi tertentu. Konsep biaya historis merupakan implementasi dari prinsip kejujuran yang sangat dianjurkan dalam Islam dalam bermuamalah sebagaimana ditekankan dalam beberapa ayat al-Qur’an, seperti QS. 26:181, 26:182, 55:8, 55:9, 2:283, 3:75, 4:2, 4:58, 8:27, 23:8, 70:32.30 6. Matching Principle Konsep ini menyiratkan bahwa beban harus diakui dalam periode yang sama dengan pendapatannya.31 Beberapa ahli yang mengaitkan konsep ini dengan penggunaan nilai sekarang (current value) bagi perhitungan zakat. Akan tetapi, Gambling dan Karim32 dan Khan33 25
M.A. Adnan dan M. Gaffikin, "The Shari’ah M. Attiah, Financial Accounting Theory in Islamic Thought, Islamic Banks International Union, 1989. [English Translation]. 27 S. Hamoud, "Profits Computation Standards in Islamic Banks", Islamic Economic Studies, Vol. 3, No. 2, 1996, pp. 83-112. 28 N. Baydon dan R. Willet, "Islamic Corporate Reports", ABACUS, Vol. 36, No. 1, 2000, pp. 71-90. 29 AAOIFI, Accounting and .......,p. 65. 30 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya. 31 A. Belkaoui, Accounting Theory, (London: International Thomson Business Press, 2000), p. 173. 32 T. Gambling dan Karim R., Business 26
SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, No. 3, Mei 2010
Azharsyah: Tinjauan Fiqh terhadap Penggunaan Konsep Akuntansi...
761
berpendapat bahwa konsep ini kurang signifikan dari perspektif keislaman. Menurut mereka, penggunaan pendekatan harta kurang kewajiban (assetliability approach) untuk pengukuran pendapatan lebih cocok dengan ajaran Islam. Namun, Zaid34 dan al-Qabani35 menyatakan bahwa konsep matching dapat diterima dalam pandangan Islam. Mereka juga mendasarkan temuan mereka pada perhitungan zakat dan mengaitkan konsep ini dengan konsep going concern, konsep ini diperlukan untuk jumlah kekayaan aktual untuk perhitungan zakat. AAOIFI menjustifikasi penggunaan konsep ini dengan alasan bahwa hal ini telah sesuai dengan ajaran Islam dalam hal pemindahan tanggungjawab biaya kepada penerima manfaat.36 7. Consistensy Agar laporan keuangan dapat diperbandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, maka metode dan prosedur-prosedur yang digunakan dalam proses akuntansi haruslah diterapkan secara konsisten dari tahun ke tahun, sehingga kalau terdapat perbedaan antara suatu pos dalam dua periode, dapat segera diketahui bahwa perbedaan itu bukan selisih akibat penggunaan metode yang berbeda. Menjaga konsistensi sangat penting dalam sudut pandang Islam karena membantu dalam menyediakan informasi yang lebih berguna dan laporan keuangan yang lebih akurat dan lebih adil37. Pedoman Akuntansi Perbankan Syari’ah Indonesia tahun 2003 menyatakan bahwa penyajian pos-pos dalam laporan keuangan antar periode harus konsisten, kecuali adanya perubahan yang penting terhadap operasi perbankan atau perubahan tersebut dibolehkan oleh PSAK.38 8. Konsep Pengungkapan Lengkap Ahmed mengatakan ada suatu konsensus umum dalam akuntansi, yaitu data-data akuntansi harus disajikan dengan adil (fair) dan diungkapkan dengan cukup (adequate disclosure).39 Adequate disclosure dalam pandangan Islam merupakan hal yang sangat dibenarkan karena akan mengungkapkan ke publik informasi-informasi yang diperlukan dalam pengambilan keputusan keuangan. Konsep ini sudah sangat sejalan 33
M.A. Khan, Accounting O. Zaid, Financial Accounting in Islamic Society. Amman: Dar Al-Yazouri, 1995. [English Translation]. 35 T. Al-Qabani, Some Characteristics of Islamic Thought Evolution and Islamic Accounting. Islamic Banks International Union, 1983. [English Translation]. 36 AAOIFI, Accounting and ......, p. 63. 37 E.A.Q. Ahmed, "Accounting 38 Tim Penyusun Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia, Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI), (Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), 2003). 39 E.A.Q. Ahmed, "Accounting 34
SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, No. 3, Mei 2010
Azharsyah: Tinjauan Fiqh terhadap Penggunaan Konsep Akuntansi...
762
dengan ajaran Islam yang menekankan pada aspek kejujuran sehingga para pengguna dapat mengetahui jenis-jenis informasi yang diperlukan tanpa mengandung penipuan. Menurut Islam, ummah (komunitas Islam) mempunyai hak untuk mengetahui efek-efek yang ditimbulkan akibat pengoperasian suatu organisasi. Pengungkapan kebenaran adalah hal yang sangat penting dalam Islam yang diaplikasikan pada perusahaanperusahaan. Al-Qur’an menekankan pada pengungkapan kebenaran ini seperti tercermin dari firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 42: “Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui.” Paling tidak ada enam ayat dalam yang merujuk kepada yang namanya pengungkapan semua fakta. Akan tetapi, Baydoun dan Willett berpendapat bahwa yang dimaksud pengungkapan lengkap dalam Islam itu tidak berarti “mengungkapkan semuanya secara detil” karena tidak ada kewajiban dalam Islam yang mengharuskan demikian. Menurut mereka, yang diungkapkan adalah segala sesuatu yang dipercaya penting bagi para pengguna dalam tujuan menyembah Allah.40 9. Accrual Basis vs Cash Basis Konsep dasar akrual merupakan konsep yang disepakati secara umum karena sebagian sarjana akuntansi menilai adanya keakuratan pelaporan pendapatan beban dengan menggunakan konsep ini. Akan tetapi, oleh para sebagian sarjana Muslim, penggunaan konsep ini secara total dinilai tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam. Lewis mengemukakan dua alasan kenapa accrual basis tidak sesuai dengan Islam: pertama, jika konsep ini diadopsi, maka perusahaan akan membayar zakat atas kekayaan yang belum diperolehnya, dan yang kedua, akad mudharabah hanya mengharuskan pembagian laba yang sudah terealisasi.41 Sementara itu, Hamat mengkritik accrual basis atas dasar bahwa jika pendapatan dari pembiayaan Mudharabah diakui dengan konsep akrual, maka pendistribusian laba tersebut akan mengharuskan bank-bank syari’ah untuk menyediakan dana dari sumber lain untuk membayar bagi hasil. Jika terjadi sesuatu sementara bank belum menerima uang kas, bank harus menanggung sendiri kerugian atas kejadian tersebut.42 Adnan dan Gaffikin43 dan Attiah44 berpendapat bahwa penggunaan accrual basis dapat diterima dalam pandangan islam. Mereka melihat accrual 40 41
N. Baydon dan R. Willet, Islamic Corporate..... p. 19. M. Lewis, "Islam and Accounting", Accounting Forum, Vol. 25, No. 2, 2001, pp.
103-127. 42
M. Hamat, "Accounting Standards and Tax Laws", In A. Siddiqi (ed.), Anthology of Islamic Banking, (London: IIBI, 2000), pp. 404-408. 43 M.A. Adnan dan M. Gaffikin, The Shari’ah, Islamic.... p. 133. SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, No. 3, Mei 2010
Azharsyah: Tinjauan Fiqh terhadap Penggunaan Konsep Akuntansi...
763
basis dapat menyediakan kalkulasi yang benar dari kekayaan, yang menjadi sumber perhitungan zakat. Hamoud45 dan Shihadah46 juga melihat konsep akrual dapat diterima dalam melakukan transaksi-transaksi di luar Mudharabah (yang mengharuskan penggunaan konsep kas). IAI menetapkan dalam PSAK No. 59 bahwa konsep akrual digunakan dalam transaksi usaha secara umum, akan tetapi khusus untuk perhitungan pendapatan untuk bagi hasil harus digunakan konsep kas (cash basis).47 Penulis lebih melihat persoalan sebagai kepastian yang diharuskan dalam membukukan pendapatan dan pengakuan terhadap beban, sehingga tidak ada unsur gharar di dalamnya. Hal sejalan dengan QS. Luqman ayat 34: “Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok.” Dan jika masalah kepastian itu sudah selesai, maka peneliti tidak melihat ada persoalan mendasar pada tataran konsep. E. Perbedaan Konsep Akuntansi Konvensional dengan Konsep Syari’ah Wacana di sekitar akuntansi syari’ah ini muncul kurang lebih sama dengan atau tidak lama setelah kemunculan kembali bank Islam itu sendiri. Sejak itu banyak tulisan atau publikasi tentang akuntansi syari’ah oleh para pakar misalnya Abdel-Magid,48 Ba-Yunus,49 Badawi,50 Hayashi,51 Adnan,52 Triyuwono,53 Harahap,54 Muhammad55 untuk menyebut beberapa contoh diantaranya. Ada sejumlah argumentasi yang diajukan, mengapa akuntansi syari’ah harus berbeda dengan akuntansi konvensional. Di antaranya 44
M. Attiah, Financial Accounting..... p. 88. S. Hamoud, "Profits 46 S. Shihadah, Financial Accounting Theory From Islamic Perspective, (Cairo: Al-Zahraa for Arabic Media, 1987). [English Translation]. 47 Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 59. (Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia dan Bank Indonesia, 2002). 48 M.F. Abdel-Magid, "The Theory of Islamic Banking: Accounting Implications", International Journal of Accounting, Vol. 17, No. 1, 1981, pp. 79-102. 49 I. Ba-Yunus, " Contemporary Sociology: An Islamic Critique", ISLAM: Source and Purpose of Knowledge, (Herndon, Virginia: International Institute of Islamic Thought, 1988). 50 S.T. Badawi, Accounting Policies and Procedures. (Butter Worths, London: Butterworths Editorial, 1986). 51 T. Hayashi, "On Islamic 52 M.A. Adnan, An Investigation of Accounting Concepts an Practice in Islamic Banks, The Case of Bank Islam Malaysia Berhad and Bank Muamalat Indonesia, 1997. 53 Iwan Triyuwono, Perspektif, Metodologi......p. 179. 54 Sofyan. S. Harahap, Akuntansi Islam..... p. 15. 55 Muhammad, Pengantar Akuntansi.....p. 12. 45
SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, No. 3, Mei 2010
764
Azharsyah: Tinjauan Fiqh terhadap Penggunaan Konsep Akuntansi...
adalah karena faktor-faktor tujuan. Siapapun yang bertransaksi dengan cara Islam, harus diasumsikan bahwa tujuannya adalah dalam rangka mematuhi perintah dan sekaligus mencari ridha Allah s.w.t. Hal ini tentu sangat berbeda dengan tujuan yang biasa ingin dicapai akuntansi konvensional, yang biasanya hanya sarat dengan nilai-nilai keduniawian, tetapi kering dari nilai-nilai ukhrawi. Sifat dan karakteristik dari konsep akuntansi syari’ah dan akuntansi konvensional juga memiliki perbedaan yang mendasar. Akuntansi syari’ah didasarkan pada hukum syariat yang terintegrasi dalam kehidupan masyarakat muslim, yang prosesnya ditangani oleh para akuntan yang mengombinasikan kemampuan dan kecakapan dengan kejujuran kerja.56 Sementara akuntansi konvensional mendasarkan pada logika manusia yang selalu berubah tergantung kebutuhan dan kultur masyarakat di mana sistem akuntansi itu diterapkan. Akuntansi syari’ah memiliki bentuk yang sarat dengan nilai keadilan, kebenaran dan pertanggungjawaban (accountability). Bentuk akuntansi yang memancarkan nilai keadilan, kebenaran dan pertanggungjawaban ini sangat penting karena informasi akuntansi memiliki kekuatan untuk mempengaruhi pemikiran, pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan seseorang.57 Menurut akuntansi konvensional, konsep keadilan, kebenaran dan pertanggungjawaban sangat tergantung kepada nilai-nilai yang dianut oleh suatu kelompok masyarakat. Perbedaan-perbedaan tersebut akan lebih jelas lagi kalau kita membandingkan antara pengertian akuntansi syari’ah dengan akuntansi konvensional. Menurut Shahul Hameed Mohamed Ibrahim, akuntansi Islam dapat definisikan sebagai proses akuntansi yang menyediakan informasi dan tidak hanya informasi keuangan kepada stakeholders dari suatu entitas usaha di mana informasi tersebut akan meyakinkan mereka bahwa usaha mereka dijalankan sesuai dengan hukum Islam serta tetap mengarah kepada tujuan-tujuan sosio-ekonomi.58 Akuntansi Islam juga merupakan suatu alat bagi umat Islam dalam mengevaluasi tanggung jawab mereka kepada Allah dalam hal interaksi di antara sesama manusia dan lingkungannya. Menurut akuntansi konvensional, tujuan-tujuan yang ingin dicapai hanyalah tujuan ekonomi semata dan
56 A. Mufti dan M. S. Sula, Amanah Bagi Bangsa: Konsep Sistem Ekonomi Syariah. (Jakarta: Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), 2008), p. 399. 57 Muhammad, Prinsip-prinsip Akuntansi dalam al-Qur’an, (Yogyakarta: UII Press, 2000), p. 10. 58 S. Hameed, "Islamic Accounting–Accounting for the New Millenium?", Paper presented at the Asia Pacific Conference, Kota Bahru, Kelantan, October 10-12, 2001.
SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, No. 3, Mei 2010
Azharsyah: Tinjauan Fiqh terhadap Penggunaan Konsep Akuntansi...
765
pertanggungjawabannya dilakukan bukan kepada Tuhan tetapi terhadap sekelompok manusia dalam suatu entitas ekonomi. F. Penutup Berdasarkan pembahasan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa keberadaan akuntansi syari’ah atau akuntansi Islam merupakan fakta yang tidak dapat disangkal seiring dengan tumbuhnya institusiinstitusi keuangan syari’ah seperti bank, asuransi, pasar modal, dan sebagainya. Kebanyakan konsep dasar akuntansi konvensional dapat dipakai dalam membangun struktur akuntansi syari’ah, akan tetapi juga tidak bisa diterima secara absolut karena masih ada perbedaan pemahaman diantara para ahli akuntansi Islam dalam menjelaskan dan mengaitkan masing-masing konsep tersebut dengan ajaran Islam. Tidak ada satu konsep yang secara bulat ditolak oleh para fuqaha, sehingga dalam membangun suatu struktur akuntansi syari’ah sangat tergantung pada kebijaksanaan kita untuk dapat memilah-milah mana yang sesuai dan mana yang tidak, seperti pada pengakuan pendapatan dan beban, lembagalembaga keuangan syari’ah dapat menggunakan cash basis untuk pendapatan dan accrual basis untuk pengakuan beban. Perbedaan mendasar akuntansi syari’ah dengan konvensional terletak pada aspek penyediaan informasi, terutama pada tujuannya; cara pengukuran dan penilaian, pelaporan dan pengomunikasiannya; dan usernya. Perbedaan lain terletak pada tujuan laporan keuangan dibuat di mana akuntansi syari’ah didasarkan pada hukum syariat yang terintegrasi dalam kehidupan masyarakat muslim. Akuntansi syari’ah memiliki bentuk yang sarat dengan nilai keadilan, kebenaran dan pertanggungjawaban (accountability) yang dalam akuntansi konvensional sangat tergantung kepada nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat. Dari sisi laporan keuangan, kerangka dasar akuntansi keuangan, tidak seperti halnya akuntansi keuangan konvensional, akuntansi bank syari’ah menuntut lebih banyak bentuk laporan. Daftar Pustaka AAOIFI, Accounting and Auditing Standards for Islamic Financial Institutions. Manama, Bahrain: Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions, 1998. Abdel-Magid, M.F., "The Theory of Islamic Banking: Accounting Implications", International Journal of Accounting, Vol. 17, No. 1, 1981.
SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, No. 3, Mei 2010
766
Azharsyah: Tinjauan Fiqh terhadap Penggunaan Konsep Akuntansi...
Adnan, M.A., An Investigation of Accounting Concepts an Practice in Islamic Banks, The Case of Bank Islam Malaysia Berhad and Bank Muamalat Indonesia, 1997. Adnan, M.A., dan M. Gaffikin, "The Shari’ah, Islamic Banks and Accounting Concepts and Practices", Paper presented at Accounting, Commerce and Finance: the Islamic Perspective International Conference, University of Western Sydney, Macarthur, 1997. Ahmed, E.A.Q., "Accounting Postulates and Principles from an Islamic Perspectives", Review of Islamic Economics, Vol. 3, No.2, 1994. Al-Qabani, T., Some Characteristics of Islamic Thought Evolution and Islamic Accounting, Islamic Banks International Union, 1983. Attiah, M., Financial Accounting Theory in Islamic Thought. Islamic Banks International Union, 1989. Badawi, S.T., Accounting Policies and Procedures, Butter Worths, London: Butterworths Editorial, 1986. Baridwan, Z., Intermediate Accounting, Edisi 5. Yogyakarta: BPFE Universitas Gadjah Mada, 1996. Baydon, N., dan Willet, R., Islamic Corporate Reports. ABACUS, Vol. 36, No. 1, 2000. Ba-Yunus, I., "Contemporary Sociology: An Islamic Critique", ISLAM: Source and Purpose of Knowledge. Herndon, Virginia: International Institute of Islamic Thought, 1988. Belkaoui, A., Accounting Theory, London: International Thomson Business Press, 2000. Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci al-Qur’an, 2004. Gambling, T. dan R. Karim, Business and Accounting Ethics in Islam, London: Mansell Publishing Limited, 1991. Hamat, M., "Accounting Standards and Tax Laws", In A. Siddiqi (ed.), Anthology of Islamic Banking. London: IIBI, 2000. Hameed, S., "Islamic Accounting–Accounting for the New Millenium?", Paper presented at the Asia Pacific Conference, Kota Bahru, Kelantan, October 10-12, 2001.
SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, No. 3, Mei 2010
Azharsyah: Tinjauan Fiqh terhadap Penggunaan Konsep Akuntansi...
767
Hamid, S., R. Craig, dan F. Clarke, "Religion: A Confounding Cultural Element in the International Harmonization of Accounting", ABACUS, Vol. 29, No. 2, 1993. Hamoud, S., "Profits Computation Standards in Islamic Banks", Islamic Economic Studies, Vol. 3, No. 2, 1996. Harahap, S.S., Wiroso dan Muhammad Yusuf, Akuntansi Perbankan Syari’ah, Jakarta: LPFE Trisakti, 2005. Harahap, Sofyan. S., Akuntansi Islam, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001. Hayashi, T., "On Islamic Accounting", Ph.D Dissertation, Tokyo: Institute of Middle Eastern Studies, International University of Japan, 1989. Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 59. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia dan Bank Indonesia, 2002. Triyuwono, Iwan, Perspektif, Metodologi, dan Teori Akuntansi Syari’ah, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2006. Khan, M.A., "Accounting Issues and Concepts for Islamic Banking", Paper presented at the International Conference on Developing Accounting Standards for Islamic Banks, London: IIBI, 1994. Lewis, M., "Islam and Accounting", Accounting Forum, Vol. 25, No. 2, 2001. Littleton, A.C, Essay on Accountancy, Urbana, Illinois: University of Illinois Press, 1961. Mufti, A. dan M.S. Sula, Amanah Bagi Bangsa: Konsep Sistem Ekonomi Syari’ah, Jakarta: Masyarakat Ekonomi Syari’ah (MES), 2008. Muhammad, Pengantar Akuntansi Syari’ah, Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2002. Muhammad, Prinsip-prinsip Akuntansi dalam al-Qur’an, Yogyakarta: UII Press, 2000. Sulaiman, M., "Corporate Reporting from an Islamic Perspective", Akuntan Nasional, October 2000. Tim Penyusun Pedoman Akuntansi Perbankan Syari’ah Indonesia, Pedoman Akuntansi Perbankan Syari’ah Indonesia (PAPSI), Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), 2003. Zaid, O., Financial Accounting in Islamic Society, Amman: Dar Al-Yazouri, 1995. SOSIO-RELIGIA, Vol. 9, No. 3, Mei 2010