TINJAUAN ATAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN PADA PT. TRIMITRA GARMEDINDO INTERBUANA LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat dalam menempuh Ujian akhir Program Diploma III Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama
Disusun Oleh : Nama :
Allan Cahyana Subangkit
NPM :
0309U046
PROGRAM STUDI AKUNTANSI DIPLOMA III FAKULTAS EKONOMI - UNIVERSITAS WIDYATAMA Terakrdeditasi (Accredited) Keputusan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) Nomor : 017/BAN-PT/AK-VIII/Dpl-III/X/2008 BANDUNG 2013
TINJAUAN ATAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN PADA PT. TRIMITRA GARMEDINDO INTERBUANA LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi dan Melengkapi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Ujian Akhir Program Studi Akuntansi Diploma III Pada Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama Disusun Oleh : Nama
: Allan Cahyana Subangkit
NPM
: 0309U046
Menyetujui, Dosen Pembimbing
(Rita Yuniarti, S.E., M.M., Ak.) NIP : 111.0802.102 Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi
(Dr. H. Islahuzzaman, S.E., M.Si., Ak.) NIP : 111.0584.003
Ketua Program Studi Akuntansi D-III
(Rima Rachmawati, S.E., M.Si., Ak.) NIP : 111.0201.069
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Allan Cahyana Subangkit
NPM
: 0309U046
Tempat Tanggal Lahir
: Bandung, 1 Agustus 1988
Menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir yang berjudul “TINJAUAN ATAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN PADA
PT. TRIMITRA GARMEDINDO
INTERBUANA” adalah benar dan hasil karya sendiri. Apabila tidak terbukti demikian, saya bersedia menerima sanksi yang telah ditetapkan. Demikian surat pernyataan Laporan Tugas Akhir ini dibuat sebagaimana mestinya dan benar adanya.
Bandung, Januari 2013 Penulis
(Allan Cahyana Subangkit)
Jangan Pikirkan Kegagalan Kemarin, Hari Ini Sudah Lain, Kesuksesan Pasti Diraih Selama Semangat Masih Menyengat. (Mario Teguh)
Kesuksesan Adalah Terus Melaju Dari Kegagalan Satu Ke Kegagalan Lain Tanpa Kehilangan Antusiasme. (Winston C)
Tindakan Adalah Kunci Dasar Setiap Kesuksesan .Jika Kita Tidak Bertindak Maka Kesuksesan pun Tidak Akan Datang . (Pablo Piccaso)
ABSTRAK PT. Trimitra Garmedindo Interbuana (Trimed) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang industri alat-alat kesehatan. Dimana hasil dari produksi tersebut akan digunakan sebagai persediaan perusahaan. Persediaan merupakan unsur yang penting dalam suatu perusahaan industri maupun dagang karena persediaan diperoleh, diproduksi dan dijual secara terus menerus untuk kelangsungan hidup perusahaan. Oleh sebab itu perlu diadakan pencatatan dan penilaian yang mengacu kepada kebijakan Standar Akuntansi Keuangan Berdasarkan hasil uraian latar belakang diatas, maka penulis bermaksud untuk menyusun
Laporan
Tugas
Akhir
yang
berjudul
“TINJAUAN
ATAS
PENGENDALIAN PERSEDIAAN PADA PT. TRIMITRA GARMEDINDO INTERBUANA”. Tujuan tugas akhir ini dilakukan untuk mengetahui metode pencatatan yang dilakukan pada PT. Trimed. Metode yang digunakan adalah metode deskiptif, yaitu dengan cara studi lapangan yang terdiri dari observasi, wawancara dan praktik kerja serta studi kepustakaan. Berdasarkan dari hasil kerja praktik maka dapat disimpulkan bahwa, pencatatan, penilaian, penyajian dan pengungkapan persediaan telah dilakukan sesuai aturan Standar Akutansi Keuangan. Metode pencatatan yang dilakukan oleh perusahaan ini adalah metode pencatatan perpetual dengan metode penilaian FIFO (first in, first out) dimana kedua hal tersebut telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.
Kata Kunci: Persediaan
i
ABSTRACT PT. Trimitra Garmedindo Interbuana (Trimed) is a company engaged in the medical equipment industry. Where the results of the production will be used as a stock company. Inventories are an important element in an industrial or commercial enterprise for inventory acquired, produced and sold on a continuous basis for the company's survival. Therefore it is necessary to record and assessment refers to the policy of the Financial Accounting Standards Based on the description of the background, the writer intends to draft final report, entitled "REVIEW OF INVENTORY CONTROL IN TRIMITRA GARMEDINDO INTERBUANA". Purpose of this thesis conducted to determine the method of recording is done at PT. Trimed. The method used is deskiptif method, ie by a field study consisting of observation, interview and work practices as well as the study of literature. Based on the results of practical work, it can be concluded that, recording, valuation, presentation and disclosure of inventories has been carried out according to Financial Accounting Standards. The method of recording made by this company is the perpetual method of recording the valuation methods FIFO (first in, first out) where both of these are in accordance with Financial AccountingStandards.
Keywords: Inventory
ii
KATA PENGANTAR Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “TINJAUAN ATAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN PADA
PT. TRIMITRA GARMEDINDO
INTERBUANA.” Adapun maksud serta tujuan dari penyusunan Laporan Tugas Akhir ini adalah untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat dalam menempuh ujian akhir Program Studi Akuntansi Diploma III Pada Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama. Dalam penyusunan dan penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna akibat masih kurangnya pengalaman dan pengetahuan penulis, karena itu penulis mohon maaf apabila terdapat kekurangan, dan penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran dari pembaca. Selama penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, penulis banyak sekali mendapatkan bantuan, bimbingan, saran, doa, serta dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materiil yang sangat berarti bagi penulis. Atas bantuan tersebut, dengan segala kerendahan hati, perkenankanlah penulis untuk menyampaikan banyak terima kasih terutama kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan penulis untuk menyusun Laporan Tugas Akhir ini, selanjutnya tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Kedua Orang Tua Bapak Hadiat (alm) dan,Ibu Ani yang selalu memberikan do’a, dan dukungannya, serta kasih sayang yang tiada tara sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini “HATUR NUHUN”. 2. Kakak-kakak tercinta Kak Nia, Kak Mamay, Kak Ella dan Kak Risman yang selalu memberikan do’a, dan dukungannya. Serta para keponakan yang lucu-lucu Shifa, Riani, Reza, Renata dan Aneta. iii
3. Yang terhormat Ibu Rita Yuniarti, S.E., M.M., Ak. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing serta memberikan petunjuk dan nasehat yang sangat berarti dalam menyusun Laporan Tugas Akhir ini. 4. Ibu Prof. Dr. Hj. Koesbandijah A.K., S.E., M.Si., Ak., selaku ketua Badan Pengurus Yayasan Widyatama. 5. Bapak Dr. H. Mame S. Sutoko, Ir., D.E.A., Rektor Universitas Widyatama. 6. Bapak Dr. H. Islahuzzaman, S.E., M.Si., Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama. 7. Ibu Rima Rachmawati, S.E., M.Si., Ak., selaku Ketua Program Studi Akuntansi D-III Universitas Widyatama. 8. Bapak Gagan Sugandi selaku pimpinan PT. Trimitra Garmedindo Interbuana yang telah memberikan izin kepada saya untuk magang diperusahaannya. Serta Bapak Gamal selaku kepala bagian akunting yang telah memberikan arahan dan ilmu yang bermanfaat. Tidak lupa para staf yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang memberikan warna selama magang disana. 9. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Akuntansi Diploma III Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan. 10. Staf Administrasi Perpusatakaan Universitas Widyatama atas semua bantuan yang telah diberikan. 11. Bapak Tezza Anwar dan Ibu Ayu beserta keluarga (Bapak Syam, Ibu Utari, Agung, Prama dan Naisya) yang telah memberikan bantuan baik dalam moril maupun materil sungguh menyenangkan bisa kenal dengan keluarga ini. 12. Ibu Artarina (Teh Aci) dan Bapak Tezza Anwar selaku pimpinan dari ArTez Wedding & Event Organizer yang telah banyak memberikan bantuan apalagi dalam hal materil senang bisa bekerja di ArTez.
iv
13. Bapak Yunus dan Bapak Edi serta Staf dari kabiro Kemahasiswaan Bapak Muharam, Ibu Iis, Bapak Ade dan Ibu Ai, terima kasih atas bantuannya selama penulis kuliah. 14. ArTez Crew yang keren banget Adit, Oki dan Windi (Senior) yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat serta (Mega, Egi, Yasmin, Dita dan Bayinun) terima kasih untuk kerjasamanya sehingga semua pekerjaan yang kita urus bisa lancar. 15. Geng Heboh Novianti (kontet), Bayinun (kocak), Wiwin (hebring), Reza Yasin (ngintil) dan Anjar yang selalu kocak dalam memberikan semangat dan menghibur penulis disaat jenuh (like this) dan the Best pokonya mah. 16. Buat sahabat-sahabatku yang dari awal kuliah bener-bener membuat warna masa kuliah selalu bikin nyaman dan kocak, Ardhi (mas), Rahadian (fly), Fasya (unyil), Lutfi (upi), Firman (mpim), Kiki, Naisya (UNO), Virca (asdos) dan Hani (Pelor). 17. Anak-anak kosan 58 yang mendirikan tim Futsal “POCI 58” yang banyak banget memberi warna suka dan duka dikosan, Asep (gege), Agung (botax), Okkeu (abang okepz), Edwardus (kardus), Anthony (tebo), Kusworo (kuz”), Haris, Sani, Chuky, Openk, Andes, Ovan dan Agis yang selalu memberikan saya tempat kalau ingin istirahat. 18. Buat adikku selama dikampus Hilda Meliana Mutiara, Elgarini Ghassani, Riephani yang senantiasa menghibur dan membantu Kakakmu ini. Serta buat anak 2010 lainnya Astri, Rhea dan Amel. 19. Tim Futsal Aloy FC Andi, Dani, Iyan, Wahyu, Perbus, Mas, Tiswa, Danil, Ono, Yayan, Toto, Yayan, Jumadi dll senang bisa bertanding bersama kalian. 20. Buat Para Bidan muda Ratnawaty Anggrayni (Rara), Annisa Anafi (Caca), Novi Triwulandari dan Senya Adya Versailes (Senyos) senang mengenal kalian. 21. Anak-Anak ABT’12: Gane, Dika boxer, Uwi, Suhe, Edu, dan Dika semangat para Junior dan sukses selalu. 22. Pasif Crew Romo, Tatok, Nopran, Dea, Hani, Lindi, Uzya, Argyan, Medi & Udin semangat para Junior dan sukses. v
23. Semua Mahasiswa Akuntansi D3 angkatan 2009 atas kebersamaan dan kerjasamanya selama masa perkuliahan berlangsung. 24. Pihak-pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah turut membantu terselesaikannya laporan tugas akhir ini, semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak dengan balasan yang berlipat ganda.
Bandung, Januari 2013 Penulis
(Allan Cahyana Subangkit)
vi
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN ABSTRAK
...........................................................................................
i
ABSTRACT ...........................................................................................
ii
KATA PENGANTAR ............................................................................
iii
DAFTAR ISI .........................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................
x
DAFTAR TABEL .................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................
xii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan judul ................................
1
1.2. Identifikasi Masalah ..................................................
4
1.3. Tujuan Laporan Tugas Akhir ....................................
5
1.4. Kegunaan Laporan Tugas Akhir ...............................
5
1.5. Lokasi dan Waktu Kerja Praktik ...............................
5
BAHAN RUJUKAN 2.1. Akuntansi ..................................................................
7
2.1.1. Pengertian Akuntansi ......................................
7
2.1.2. Pengguna Informasi Akuntansi .......................
8
2.2. Persediaan ..................................................................
9
2.2.1. Pengertian Persediaan ......................................
9
2.2.2. Penggolongan Persediaan ...............................
11
2.3. Pengukuran Persediaan .............................................
12
2.4. Biaya Persediaan .......................................................
13
2.5. Metode Pencatatan Persediaan .................................
16
2.5.1. Metode Pencatatan Persediaan Sistem Periodik ..........................................................
vii
17
2.5.2. Metode Pencatatan Persediaan Sistem Perpetual ........................................................ 2.5.3. Perbedaan
Metode
Pencatatan
18
Persediaan
Periodik dengan Metode Pencatatan Persediaan Perpetual ........................................................
18
2.6. Metode Penilaian Persediaan ....................................
20
2.6.1. Penilaian Persediaan Berdasarkan Biaya (Cost) ..............................................................
21
2.6.2. Penilaian Persediaan Berdasarkan Biaya Tambahan (Other Cost) .................................
28
2.7. Penyajian dan Pengungkapan Persediaan ..................
32
2.8. Pengertian Perencanaan dan Pengendalian Persediaan ................................................................. BAB III
34
OBJEK DAN METODE TUGAS AKHIR 3.1. Objek Tugas Akhir ....................................................
36
3.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan ............................
36
3.1.2. Visi dan Misi Perusahaan ...............................
39
3.1.3. Daftar Pelanggan PT Trimitra Garmedindo
BAB IV
Interbuana (Trimed) .........................................
40
3.2. Struktur Organisasi ...................................................
41
3.3. Metode Tugas Akhir .................................................
43
PEMBAHASAN 4.1. Metode Pencatatan dan Penilaian Persediaan Barang Jadi yang Digunakan oleh Perusahaan ......................
44
4.1.1. Metode Pencatatan Barang Jadi .......................
44
4.1.2. Metode Penilaian Barang Jadi .........................
46
4.2. Cara Penyajian dan Pengungkapan Persediaan Produksi PT Trimitra Garmedindo Interbuana ..........
48
4.2.1. Penyajian Persediaan PT Trimed .....................
48
viii
4.2.2. Penyajian Pengungkapan Persediaan PT Trimed ........................................................
49
4.3. Pengendalian Internal Persediaan Material yang dilakukan oleh PT Trimitra Garmedindo Interbuana .................................................................. BAB V
51
SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan ....................................................................
52
5.2. Saran ..........................................................................
52
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. LAMPIRAN
ix
xiii
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Metode Rata-Rata Tertimbang dengan Catatan Persediaan Periodik ......................................................................................... 24 Gambar 2.2 Metode Rata-rata Bergerak dengan Catatan Persediaan Perpetual ........................................................................................ 24 Gambar 2.3 Metode FIFO dengan Catatan Persediaan Periodik ....................... 25 Gambar 2.4 Metode FIFO dengan Catatan Persediaan Perpetual ..................... 25 Gambar 3.1 Struktur Organisasi Trimed ............................................................ 42
x
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Perbedaan Jurnal Pencatatan Persediaan ......................................... 20 Tabel 2.2 Penghitungan Persediaan dengan Metode LIFO ............................. 28 Tabel 2.3 Penyajian Persediaan pada Laporan Keuangan ............................... 34 Tabel 3.1 Daftar Pemegang Saham ................................................................. 36 Tabel 4.1 Kartu Persediaan Barang ................................................................. 47 Tabel 4.2 Neraca ............................................................................................. 49 Tabel 4.3 Laporan Laba Rugi .......................................................................... 50
xi
DAFTAR LAMPIRAN Halaman LAMPIRAN 1 Surat Keterangan PT. Trimitra Garmedindo Interbuana ............................................................................. 54 LAMPIRAN 2 Struktur Organisasi Perusahaan ............................................ 55 LAMPIRAN 3 Laporan Keuangan Konsolidasi PT. Trimitra Garmedindo Interbuana ........................................................ 56 LAMPIRAN 4
Penjelasan Laporan Keuangan Konsolidasi PT. Trimitra Garmedindo Interbuana ......................................................... 60
LAMPIRAN 5 Flowchart ............................................................................... 66 LAMPIRAN 6 Contoh Kartu Persediaan ....................................................... 70 LAMPIRAN 7 Contoh Surat Jalan ................................................................. 71 LAMPIRAN 8 Contoh Purchase Order .......................................................... 72 LAMPIRAN 9 Kartu Bimbingan .................................................................... 73 LAMPIRAN 10 Daftar Riwayat Hidup ............................................................ 75
xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Dalam era globalisasi dan pesatnya perkembangan ekonomi di Indonesia,
maka peranan akuntan dalam suatu perusahaan sangatlah penting, akuntan bukan saja hanya
melakukan
pencatatan,
pengklasifikasian,
pengikhtisaran
dan
pendokumentasian, tetapi peran akuntan sekarang menjadi ujung tombak dari sebuah perusahaan di dalam dunia perekonomian yang berkembang semakin pesat. Perekonomian Indonesia yang mengalami perkembangan dapat mempengaruhi peluang usaha setiap perusahaan yang semakin meningkat, sehingga membuat perusahaan menjadi lebih bersaing guna mempertahankan kelangsungan hidup perusahaannya bahkan untuk memperluas kegiatan usahanya (Earl et. al. : 2009: XI). Persaingan usaha yang semakin ketat ini membuat manajemen perusahaan harus mengatur kebijakan terhadap aset yang dimiliki oleh perusahaan terutama aset lancar yang merupakan elemen penting dalam menunjang aktivitas operasi perusahaan. Salah satu aset lancar yang sangat vital dalam kegiatan operasi suatu perusahaan adalah persediaan. Persediaan merupakan unsur yang penting dalam suatu perusahaan industri maupun dagang karena persediaan diperoleh, diproduksi dan dijual secara terus menerus untuk kelangsungan hidup perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan sering mengalami kesulitan dalam pencatatan dan penilaian persediaan. Persediaan merupakan salah satu aset lancar yang sangat penting untuk menunjang jalannya kegiatan operasional perusahaan terutama perusahaan manufaktur yang setiap saat persediaan bahan baku harus tetap mencukupi agar kegiatan produksi tetap berjalan dengan tanpa adanya hambatan yaitu kekurangan bahan baku untuk menjalankan proses produksi. Bagaimana perusahaan harus menyediakan barang dagangan yang bermutu baik secara efisien, sehingga perusahaan mampu mempertahankan eksistensinya dan dapat terus mencapai tujuan perusahaan. Dengan
1
2
adanya persediaan maka perusahaan dapat memenuhi kebutuhan saat ini maupun masa yang akan datang serta untuk menjaga kelangsungan usahanya mengingat persediaan merupakan salah satu pos aktiva terbesar perusahaan manufaktur, maka perlu dilakukan pengelolaan persediaan secara baik dan benar (Mulyadi : 2001:256). Setiap kesalahan dalam perhitungan persediaan akan mempengaruhi baik neraca maupun laporan laba rugi. Sebagai contoh, kesalahan dalam perhitungan fisik persediaan akan mengakibatkan kekeliruan penyajian saldo persediaan akhir, aktiva lancar, dan total aktiva pada neraca. Hal ini disebabkan karena perhitungan fisik persediaan merupakan dasar bagi pembuatan jurnal penyesuaian untuk mencatat penciutan persediaan. Selain itu, kesalahan dalam perhitungan fisik persediaan akan menimbulkan kekeliruan penyajian harga pokok penjualan, laba kotor, dan laba bersih pada laporan laba rugi. Selanjutnya, karena laba bersih ditambahkan (dimasukkan) ke modal pemilik pada akhir periode, maka ekuitas pemilik juga akan salah. Kesalahan pada modal pemilik ini akan setara dengan kesalahan persediaan akhir, aktiva lancar dan total aktiva (Warren : 2005:443). Hal itu perlu dilakukan agar persediaan yang disimpan terjamin baik kualitas maupun kuantitasnya sehingga kegiatan operasi perusahaan dapat berjalan dengan lancar serta dapat menekan seminimal mungkin resiko yang akan ditimbulkannya. Oleh karena itu, persediaan memerlukan pengendalian dan pengawasan yang baik guna menjaga efisiensi dan efektivitas kegiatan perusahaan salah satunya dengan sistem pencatatan dan penilaian persediaan yang baik dan terkendali terhadap persediaan (Mulyadi : 2001:260). Berdasarkan
Pernyataan
Standar
Akuntansi
Keuangan
(PSAK)
14
menyebutkan bahwa yang dimaksud persediaan ada tiga yaitu (1) tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal, (2) dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan, (3) dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Selain itu persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih, mana yang lebih rendah. Semua biaya
3
yang menyangkut persediaan harus dimasukan seperti biaya pembelian, biaya konversi dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual atau dipakai. Biaya persediaan mungkin tidak akan diperoleh kembali bila barang rusak, seluruh atau sebagian barang telah usang atau bila harga penjualan menurun. Biaya persediaan juga tidak akan diperoleh kembali jika estimasi biaya penyelesaian atau estimasi biaya penjualan meningkat. Biaya persediaan yang diakui sebagai beban selama periode meliputi biaya yang sebelumnya termasuk dalam pengukuran barang dalam persediaan yang telah dijual dan biaya overhead produksi yang tidak teralokasikan serta jumlah abnormal biaya produksi persediaan. Hal ini yang menjadi dasar mengapa pengendalian internal persediaan sangat penting dalam melakukan kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan penentuan kebutuhan material sedemikian rupa sehingga disatu pihak kebutuhan operasi dapat dipenuhi pada waktunya dan dipihak investasi persediaan material dapat dilakukan secara optimal. Pencatatan persediaan yang akurat merupakan hal yang sangat penting, sedangkan pengendalian dapat dilakukan melalui pemisahan tugas, fungsi dan tanggung jawab sehingga penyelewengan dan kecurangan dapat diketahui dengan cepat. Perusahaan juga harus tetap memonitor persediaan secara seksama untuk membatasi pembiayaan akibat banyaknya timbunan persediaan. (Martani : 2012:259). Sebagai contoh seperti halnya yang terjadi pada PT. Trimitra Garmedindo Interbuana (Trimed). PT. Trimitra Garmedindo Interbuana (Trimed) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang industri alat-alat kesehatan serta perdagangan alat-alat kesehatan dan farmasi. Perusahaan ini telah berdiri sejak tahun 1992 sebagai produsen perlengkapan kesehatan dengan jumlah pelanggan yang sudah cukup banyak. Tingkat pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan ini 20% dalam negeri dan 80% sisanya adalah ekspor baik secara langsung maupun tidak langsung sesuai dengan pesanan. Selama satu dekade terakhir perusahaan telah memproduksi
4
berbagai macam tas medis dan berbagai macam alat kesehatan seperti: Tensimeter aset, Stethoscope, Immobilazation kit, Nebulizer serta Thermoter digital untuk pasar ekspor, terutama ke Amerika Serikat, Australia, negara-negara Asia dan beberapa negara Eropa Barat Menanggapi permintaan berbagai tas medis yang dibutuhkan oleh sektor kesehatan di seluruh dunia, perusahaan telah membuat upaya yang kuat untuk menyediakan tas berkualitas tinggi / penjahit rangka dibuat dengan kebutuhan khusus, yang menawarkan desain canggih dikombinasikan dengan keahlian terampil (PT. Trimitra Garmedindo Interbuana). Berdasarkan hasil wawancara yang saya lakukan dengan salah seorang staf akunting di perusahaan Trimed ini terlihat adanya kekeliruan dalam penghitungan biaya pada persediaan yang belum sesuai dengan penerapan PSAK No. 14. Dimana biaya tenaga kerja tidak langsung tidak dimasukan. Karena itu pengungkapan pelaporannya pun akan terdapat kekeliruan serta adanya kesenjangan antara aturan yang diterapkan dengan pelaksanaannya. Selain hal tersebut perusahaan ini dalam mencatat persediaan perusahaan ini hanya mencatat jumlah barang jadi saja, hal ini membuat saya tertarik untuk melakukan penelitian. Berdasarkan hasil uraian latar belakang diatas, maka penulis bermaksud untuk menyusun
Laporan
Tugas
Akhir
yang
PENGENDALIAN PERSEDIAAN PADA
berjudul
“TINJAUAN
ATAS
PT. TRIMITRA GARMEDINDO
INTERBUANA”. 1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang pemilihan judul diatas, maka masalah yang dapat
diidentifikasikan dalam laporan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut : 1.
Bagaimana pencatatan, penilaian, penyajian, pengungkapan persediaan pada PT. Trimitra Garmedindo Interbuana.
2.
Bagaimana Pengendalian internal persediaan material yang dilakukan oleh PT. Trimitra Garmedindo Interbuana.
5
1.3
Tujuan Laporan Tugas Akhir Adapun maksud penulis melaksanakan kerja praktik ini yaitu agar terlibat
langsung dalam mendapatkan data-data yang akurat, yang kemudian dijadikan sebagai dasar dalam menempuh ujian Diploma III jurusan Akuntansi Universitas Widyatama. Sedangkan tujuan laporan tugas akhir ini adalah : 1.
Untuk mengetahui bagaimana pencatatan, penilaian, penyajian, pengungkapan persediaan pada PT. Trimitra Garmedindo Interbuana.
2.
Untuk mengetahui bagaimana pengendalian internal persediaan material yang dilakukan oleh PT. Trimitra Garmedindo Interbuana.
1.4
Kegunaan Laporan Tugas Akhir Kegunaan dari laporan tugas akhir diharapkan dapat memberikan manfaat,
yaitu diantaranya : 1. Bagi Penulis Untuk menambah wawasan pengetahuan mengenai perlakuan penghitungan persediaan serta mengaitkan teori-teori yang di dapat selama perkuliahan terhadap kondisi yang nyata dilapangan. 2. Bagi Perusahaan Diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan dan perbandingan terhadap perlakuan penghitungan persediaan pada PT. Trimitra Garmedindo Interbuana. 3. Bagi Pihak Lain Laporan Tugas Akhir ini juga diharapkan bermanfaat menjadi bahan referensi bagi seluruh para mahasiswa yang akan menyusun laporan tugas akhir berkaitan dengan masalah ini. 1.5
Lokasi dan Waktu Kerja Praktik Dalam menyusun laporan tugas akhir ini, penulis melakukan penelitian pada
PT. Trimitra Garmedindo Interbuana yang berlokasi di Jalan Cijeruk No. 17
6
Lembang Bandung – Indonesia 40391, waktu pengambilan data dihitung mulai bulan September 2012 sampai bulan November 2012.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Akuntansi Menurut Horngren et. al. (2006:2) akuntansi sering disebut sebagai “bahasa
bisnis”. Mungkin istilah yang lebih baik adalah “bahasa dari keputusan-keputusan keuangan”. Semakin baik anda memahami bahasa tersebut, semakin baik pula anda dapat mengelola aspek-aspek keuangan didalam hidup ini. Hal ini disebabkan banyaknya aspek sehari-hari yang didasarkan pada akuntansi seperti perencanaan keuangan pribadi, biaya-biaya pendidikan, investasi, pinjaman, pelunasan mobil, pajak penghasilan dan banyak aspek-aspek lain. 2.1.1
Pengertian Akuntansi Peran akuntan di dalam dunia bisnis adalah membuat informasi keuangan
maupun non keuangan yang digunakan perusahaan untuk menjalankan kegiatan operasionalnya dan juga membantu manajemen untuk membuat keputusan dengan pertimbangan-pertimbangan dari informasi tersebut. Menurut Warren et. al. (2006:11) akuntansi adalah: “Sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan”. Dan menurut Horngren et. al. (2006:3) akuntansi adalah: “Sistem informasi yang mengukur aktivitas bisnis, memproses informasi menjadi laporan keuangan, dan mengkomunikasikan hasilnya kepada para pembuat pengambil keputusan”. Produk utama dari akuntansi adalah sekumpulan dokumen yang disebut laporan keuangan. Laporan keuangan dapat diartikan juga sebagai gambaran suatu perusahaan dalam satuan moneter. Laporan keuangan juga menyediakan informasi untuk membantu orang dalam membuat/mengambil keputusan bisnis.
7
8
2.1.2
Pengguna Informasi Akuntansi Informasi yang dihasilkan oleh akuntan berguna untuk semua pihak yang
mempunyai kepentingan, yaitu para pembuat keputusan. Para pembuat keputusan bukan hanya dari pihak internal manajemen saja, tetapi pihak eksternal juga. Karena informasi keuangan yang dibuat oleh akuntan sangat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan (Horngren et. al. : 2006:4). Menurut Horngren et. al. (2006:4-5) para pengguna informasi akuntansi adalah:
Individu : Para individu menggunakan informasi akuntansi untuk mengelola rekening bank, mengevaluasi prospek pekerjaan baru, dan memutuskan apakah akan menyewa atau membeli sebuah rumah.
Pebisnis : Para manajer menggunakan informasi akuntansi untuk menyusun sasaran organisasi mereka. Akuntansi menyediakan informasi untuk membuat keputusan-keputusan tersebut.
Investor : Untuk memutuskan apakah akan melakukan investasi, seseorang memperkirakan jumlah pendapatan atas investasi tersebut. Hal ini berarti menganalisis laporan keuangan dan mengikuti perkembangan perusahaan.
Kreditor : Sebelum memberikan pinjaman uang, suatu bank melakukan evaluasi kemampuan peminjam untuk melakukan pembayaran. Evaluasi ini mencakup laporan atas posisi keuangan peminjam dan proyeksi penghasilan.
Badan Regulasi Pemerintah : Sebagian besar organisasi menghadapi regulasi pemerintah
yang
mengharuskan
perusahaan-perusahaan
untuk
mengungkapkan laporan keuangan mereka kepada publik.
Dinas Pajak : Pajak penghasilan digambarkan dengan informasi akuntansi. Pajak penjualan tergantung pada penjualan perusahaan.
Organisasi Nirlaba : Organisasi nirlaba menggunakan informasi akuntansi untuk menjalankan kegiatan operasionalnya. Sedangkan menurut Warren et. al. (2005:12) para pengguna informasi
akuntansi dibagi menjadi dua, yaitu :
9
a. Pihak Internal : Pemilik, Manajer, dan Karyawan b. Pihak Eksternal : Pelanggan, Kreditor, dan Instansi Pemerintah 2.2
Persediaan Biaya atau harga pokok merupakan pos yang signifikan dalam laporan banyak
perusahaan. Apa yang dimaksud dengan istilah persediaan? Persediaan (inventory) digunakan untuk mengidentifikasi (1) barang dagang yang disimpan untuk kemudian dijual dalam operasi bisnis perusahaan, dan (2) bahan yang digunakan dalam proses produksi atau yang disimpan untuk tujuan itu. Pada prinsipnya persediaan mempermudah dan memperlancar jalannya operasi perusahaan industry dan perusahaan dagang yang dilakukan untuk dapat melakukan proses produksi atau penjualan agar dapat memenuhi permintaan atau kebutuhan pelanggannya (Soemarso : 2004:380). 2.2.1
Pengertian Persediaan Persediaan barang dagang adalah barang-barang yang dimiliki perusahaan
untuk dijual kembali. Untuk perusahaan pabrik, termasuk dalam persediaan adalah barang-barang yang akan digunakan untuk proses produksi selanjutnya (Soemarso : 2004:384). Sedangkan menurut Warren et. al. (2005:453) Persediaan merupakan salah satu aktiva yang paling aktif dalam operasi kegiatan perusahaan dagang karena aktivitas keluar dan masuknya barang sangat cepat. Persediaan juga merupakan aktiva lancar terbesar dari perusahaan manufaktur maupun dagang karena pengaruh persediaan terhadap laba lebih mudah terlihat ketika kegiatan bisnis sedang berfluktuasi. Jumlah persediaan yang tinggi akan meningkatkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan konsumennya, namun persediaan yang tinggi juga dapat menghambat kegiatan perusahaan, karena sebagian besar dana perusahaan ada di dalam persediaan. Oleh karena itu kuantitas dan kualitas persediaan perusahaan dapat
10
mempengaruhi tingkat laba atau pendapatan yang diperoleh perusahaan (Warren et. al.: 2005:454). Berdasarkan Ikatan Akuntan Indonesia (2009) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no 14, persediaan adalah aset: a) Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa; b) Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; atau c) Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Berdasarkan Ikatan Akuntan Indonesia (2009) juga menegaskan apa saja yang dikategorikan persediaan yaitu persediaan meliputi barang yang dibeli dan dimiliki untuk dijual kembali. Misalnya, barang dagangan yang dibeli oleh pengecer untuk dijual kembali, atau pengadaan tanah dan properti lainnya untuk dijual kembali. Persediaan juga mencakupi barang jadi yang diproduksi, oleh entitas serta termasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi. Definisi di atas menjelaskan bahwa persediaan merupakan suatu aktiva milik perusahaan yang tujuannya untuk dijual tanpa mengadakan perubahan yang mendasar terhadap barang tersebut, baik berupa bentuk maupun manfaat dari barang tersebut. Definisi tersebut juga menyatakan bahwa persediaan diperoleh melalui proses produksi sampai menjadi barang yang siap untuk dijual ke pasar dengan kata lain barang yang dibeli diubah bentuknya terlebih dahulu (Ikatan Akuntan Indonesia :2009). Menurut Earl et. al. (2009:142) mengemukakan bahwa persediaan adalah: “Persediaan secara umum ditujukan untuk barang–barang yang dimiliki oleh perusahaan dagang, baik berupa usaha grosir maupun ritel, ketika barang– barang tersebut telah dibeli dan ada kondisi siap untuk dijual ”. Berdasarkan definisi para ahli tersebut dapat dijelaskan bahwa persediaan adalah unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaanyang dilakukan secara terus menerus di proses produksi ataupun barang yang siap dijual.
11
2.2.2
Penggolongan Persediaan Persediaan memiliki berbagai fungsi yang berbeda, maka dari itu persediaan
di dalam perusahaan harus dikelompokkan agar persediaan dapat berfungsi dengan baik dan berfungsi sebagaimana mestinya (Earl et. al.: 2009:144). Menurut Earl et. al. (2009:145) berbagai jenis persediaan dalam perusahaan dagang Industri dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Persediaan bahan baku (raw material) yaitu barang-barang yang dibeli untuk digunakan dalam proses produksi. 2. Persediaan barang dalam proses (work in process/good in process) yaitu terdiri atas bahan-bahan yang telah diproses, namun masih membutuhkan pengerjaan lebih lanjut sebelum dapat dijual. Persediaan ini terdiri dari 3 kelompok biaya, diantaranya : 1. Biaya bahan baku langsung yaitu bahan baku yang secara langsung dapat diidentikfikasi dalam barang yang diproduksi. 2. Biaya tenaga kerja langsung yaitu biaya tenaga kerja yang secara langsung dapat diidentifikasikan dengan barang yang akan diproduksi. 3. Biaya overhead pabrik yaitu bagian dari overhead pabrik yang dibebankan atas barang yang diproduksi. 3. Persediaan barang jadi (finished goods) yaitu barang yang telah selesai diproses dan siap untuk dijual. Sedangkan menurut Iman Santoso (2006:56) berbagai jenis persediaan dalam perusahaan dagang Industri dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Persediaan bahan baku (raw material) yaitu bahan baku yang akan diproses lebih lanjut dalam proses produksi. 2. Persediaan barang dalam proses (work in process/good in process) yaitu bahan baku yang sedang diproses di mana nilainya merupakan akumulasi biaya bahan baku (raw material cost), biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost), dan biaya overhead (factory overhead cost).
12
3. Persediaan barang jadi (finished goods) yaitu barang jadi yang berasal dari barang yang telah selesai diproses telah siap untuk dijual sesuai dengan tujuannya. 4.
Persediaan
bahan
pembantu
(factory/manufacturing
supllies)
yaitu
bahanpembantu yang dibutuhkan dalam proses produksi namun tidak secara langsung dapat dilihat secara fisik pada produk yang dihasilkan. 5.
Persediaan barang dagangan (merchandise inventory) yaitu barang langsung diperdagangkan tanpa mengalami proses lanjutan. Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa persediaan yang dimiliki
oleh perusahaan berbeda-beda tergantung pada sifat dan jenis, yaitu persediaan barang dagangan. Sedangkan bagi perusahaan industri atau manufaktur, persediaan terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses, persediaan barang jadi dan persediaan bahan pembantu. 2.3
Pengukuran Persediaan Berdasarkan PSAK No.14 (2009), persediaan harus diukur berdasarkan biaya
nilai realisasi neto, nilai wajar dan nilai khusus entitas mana yang lebih rendah. a. Nilai Realisasi Neto Berdasarkan PSAK No.14 nilai realisasi neto adalah “estimasi harga jual dalam kegiatan usaha biasa dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya untuk membuat penjualan”. Sedangkan menurut Imam Santoso (2006:255): “Estimasi harga jual dalam kegiatan usaha biasa dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya yang diperlukan untuk membuat penjualan”. b. Nilai Wajar Berdasarkan PSAK No.14 nilai wajar adalah “jumlah dimana suatu aset dipertukarkan, atau kewajiban diselesaikan, diantara pihak yang berpengetahuan dan berkeinginan dalam suatu transaksi yang wajar”. Sedangkan menurut Imam Santoso (2006:255):
13
“Jumlah di mana suatu asset dipertukarkan, atau kewajiban diselesaikan, antara pihak yang berpengetahuan dan berkeinginan dalam suatu transaksi yang wajar”. c. Nilai Khusus Entitas Berdasarkan PSAK No.14 nilai entitas khusus adalah “Nilai kini dari arus kas yang timbul dari penggunaan aset berkelanjutan dan dari pelepasannya pada akhir umur manfaat atau yang diharapkan terjadi ketika penyelesaian kewajiban”. Sedangkan menurut Imam Santoso (2006:256): “Nilai kini dari arus kas yang diharapkan oleh suatu entitas yang timbul dari penggunaan aset berkelanjutan dan dari pelepasannya pada akhir umur manfaat atau yang diharapkan terjadi ketika penyelesaian kewajiban”. Dari dua pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa keduanya baik itu aturan maupun itu pendapat para ahli memiliki pengertian yang sama dalam menilai nilai realisasi neto, nilai wajar dan nilai entitas khusus. 2.4.
Biaya Persediaan Menurut Syafi’I (2009:139-142) biaya persediaan harus meliputi semua biaya
pembelian, biaya konversi, dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini. a. Biaya Pembelian Biaya pembelian persediaan meliputi harga beli, bea impor, pajak lainnya (kecuali yang kemudian dapat ditagih kembali oleh entitas kepada otoritas pajak), biaya pengangkutan, biaya penanganan, dan biaya lainnya yang secara langsung dapat didistribusikan pada perolehan barang jadi, bahan dan jasa. Diskon dagang, rabat dan hal lain yang serupa dikurangkan dalam menentukan biaya pembelian (Syafi’I 2009:139). b. Biaya Konversi Biaya konversi persediaan meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan unit yang diproduksi, misalnya biaya tenaga kerja langsung. Termasuk juga alokasi sistematis overhead produksi tetap dan variabel yang timbul dalam mengkonversi
14
bahan menjadi barang jadi. Overhead produksi tetap adalah biaya produksi tidak langsung yang relatif konstan, tanpa memerhatikan volume produksi yang dihasilkan, seperti penyusutan dan pemeliharaan bangunan dan peralatan pabrik, dan biaya manajemen dan administrasi pabrik. Overhead produksi variabel adalah biaya produksi tidak langsung yang berubah secara langsung, atau hampir secara langsung, mengikuti perubahan volume produksi, seperti bahan tidak langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung (Syafi’I 2009:139). Pengalokasian overhead produksi tetap ke biaya konversi didasarkan pada kapasitas fasilitas produksi normal. Kapasitas normal adalah produksi rata-rata yang diharapkan akan tercapai selama suatu periode atau musim dalam keadaan normal, dengan memerhitungkan hilangnya kapasitas selama pemeliharaan terencana. Tingkat produksi aktual dapat digunakan jika mendekati kapasitas normal. Pengalokasian jumlah overhead produksi tetap pada setiap unit produksi tidak bertambah sebagai akibat dari rendahnya produksi atau tidak terpakainya pabrik. Overhead yang tidak teralokasi diakui sebagai beban pada periode terjadinya. Dalam periode produksi tinggi yang tidak normal, jumlah overhead tetap yang dialokasikan pada tiap unit produksi menjadi berkurang sehingga persediaan tidak diukur di atas biayanya. Overhead produksi variabel dialokasikan pada unit produksi atas dasar penggunaan aktual fasilitas produksi (Syafi’I 2009:140). Suatu proses produksi mungkin menghasilkan lebih dari satu jenis produk secara simultan. Hal tersebut terjadi, misalnya, ketika dihasilkan produk bersama atau bila terdapat produk utama dan produk sampingan. Ketika biaya konversi tidak dapat diidentifikasi secara terpisah, maka biaya tersebut dialokasikan antar produk secara rasional dan konsisten. Pengalokasian dapat didasarkan pada, misalnya perbandingan harga jual untuk masing masing produk, baik pada tahap proses produksi pada waktu produk telah dapat diidentifikasikan secara terpisah atau pada saat produksi telah selesai. Sebagian besar produk sampingan, pada hakekatnya tidak material (Syafi’I 2009:140).
15
c. Biaya-biaya Lain Biaya-biaya lain hanya dibebankan sebagai biaya persediaan sepanjang biaya tersebut timbul agar persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini. Misalnya, dalam keadaan tertentu diperkenankan untuk memasukkan overhead nonproduksi atau biaya perancangan produk untuk pelanggan tertentu sebagai biaya persediaan (Syafi’i 2009:141). Contoh biaya-biaya yang dikeluarkan dari biaya persediaan dan diakui sebagai beban dalam periode terjadinya adalah: (a) Jumlah pemborosan bahan, tenaga kerja, atau biaya produksi lainnya yang tidak normal; (b) Biaya penyimpanan, kecuali biaya tersebut diperlukan dalam proses produksi sebelum dilanjutkan pada tahap produksi berikutnya; (c) Biaya administrasi dan umum yang tidak memberikan kontribusi untuk membuat persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini; dan (d) Biaya penjualan. d. Biaya Persediaan Pemberi Jasa Sepanjang pemberi jasa memiliki persediaan, mereka mengukur persediaan tersebut pada biaya produksinya. Biaya persediaan tersebut terutama meliputi biaya tenaga kerja dan biaya personalia lainnya yang secara langsung menangani pemberian jasa, termasuk personalia penyelia, dan overhead yang dapat didistribusikan. Biaya tenaga kerja dan biaya lainnya yang terkait dengan personalia penjualan dan administrasi umum tidak termasuk sebagai biaya persediaan tetapi diakui sebagai beban pada periode terjadinya. Biaya persediaan pemberi jasa tidak termasuk marjin laba atau overhead yang tidak dapat diatribusikan yang sering merupakan faktor pembebanan harga oleh pemberi jasa (Martani:2012:249). Menurut Kieso et. al. (2011:422) Biaya produk adalah biaya-biaya yang "melekat" untuk persediaan. Akibatnya, perusahaan mencatat biaya produk dalam akun persediaan. Biaya tersebut langsung terhubung dengan membawa barang ke tempat pembeli bisnis dan mengkonversi barang tersebut ke kondisi yang dapat dijual. Biaya tersebut umumnya meliputi: (1) biaya pembelian, (2) biaya konversi,
16
dan (3) “biaya lain" yang timbul untuk membawa persediaan ke titik penjualan dan dalam kondisi layak jual. 1. Biaya pembelian mencakup semua: 1. Harga pembelian, 2. Bea impor dan pajak lainnya, 3. Biaya transportasi, dan 4. Penanganan biaya yang secara langsung berkaitan dengan perolehan barang. 2. Biaya Konversi Untuk perusahaan manufaktur meliputi bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead manufaktur. Biaya overhead manufaktur meliputi bahan pembantu, tenaga kerja tidak langsung, dan berbagai biaya, seperti penyusutan, pajak, asuransi, dan panas electricity. 3. Biaya Lain-Lain Meliputi biaya untuk membawa persediaan ke lokasi dan kondisinya yang siap untuk dijual. Contoh dari biaya-biaya lainnya adalah biaya untuk merancang produk untuk kebutuhan pelanggan tertentu. Sedangkan berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.14 yang termasuk biaya persediaan harus meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini. Dari ketiga pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa ada 3 jenis biaya utama dalam biaya persediaan, yaitu: 1. Biaya Pembelian 2. Biaya Konversi 3. Biaya lain-lain 2.5
Metode Pencatatan Persediaan Sistem akuntansi yang akurat dan catatan yang up to date merupakan hal yang
sangat penting. Penjualan dan pelanggan bisa hilang jika pesanan mereka tidak sesuai dengan model, kualitas dan kuantitas yang diinginkan. Oleh karena itu perusahaan harus selalu memonitor tingkat persediaan secara seksama dan membatasi biaya
17
pembiayaan akibat penimbunan persediaan. Perusahaan menggunakan satu dari dua jenis sistem pencatatan persediaan yaitu sistem perpetual dan sistem periodik (Horngren et. al. : 2006:452). Sedangkan menurut Martani (2012:250) dalam melakukan pencatatan persediaan, teknis pencatatan persediaan terkait juga dengan
sistem pencatatan
persediaan yang digunakan oleh entitas. Entitas dapat menggunakan sistem periodik atau sistem perpetual. Sistem periodik merupakan sistem pencatatan persediaan dimana kuantitas persediaan ditentukan secara periodik yaitu hanya pada saat perhitungan fisik yang biasanya dilakukan secara stock opname. Sedangkan sistem perpetual merupakan sistem pencatatan persediaan dimana pencatatan yang up to date terhadap barang persediaan selalu dilakukan setiap terjadi perubahan nilai. 2.5.1 Metode Pencatatan Persediaan Sistem Periodik Sistem periodik adalah suatu sistem akuntansi untuk persediaan yang harga pokok penjualannya ditentukan pada akhir periode akuntansi dengan melakukan koreksi atas catatan persediaan akhir, setelah dilakukan penghitungan fisik persediaan akhir. Dalam sistem periodik, perhitungan fisik aktual atas barang-barang yang ada ditangan diadakan pada akhir setiap periode akuntansi ketika menyiapkan laporan keuangan (Kieso et. al. : 2011:426). Menurut Martani (2012:253) sistem pencatatan persediaan periodik adalah kuantitas persediaan ditangan ditentukan, seperti yang tersirat oleh namanya, secara periodik. Semua pembelian persediaan selama periode akuntansi dengan mendebet akun Pembelian. Total akun pembelian pada akhir periode akuntansi ditambahkan ke biaya persediaan ditangan pada awal periode untuk menentukan total biaya barang yang tersedia untuk dijual selama periode berjalan. Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa kelemahan dari sistem periodik ini adalah tidak dapat mengetahui besarnya persediaan awal dan akhir periode dari barang yang bersangkutan. Dan kelebihannya adalah untuk mengetahui besarnya persediaan yang ada di gudang sehingga persediaan diketahui secara pasti.
18
2.5.2
Metode Pencatatan Persediaan Sistem Perpetual Menurut Horngren et. al. (2006:453) metode pencatatan persediaan perpetual
adalah perusahaan mencatat semua pembelian dan penjualan (masalah) barang langsung dalam akun persediaan yang terjadi. Fitur akuntansi dari sistem persediaan perpetual adalah sebagai berikut: 1. Pembelian barang dagangan untuk dijual kembali atau bahan baku untuk produksi didebit ke Persediaan bukan untuk pembelian. 2. Biaya pengiriman barang di didebit untuk Persediaan, pembelian retur, potongan pembelian dan diskon dikreditkan ke Inventarisasi dan bukan ke rekening terpisah. 3. Harga pokok penjualan dicatat pada saat setiap penjualan dengan mendebet beban pokok penjualan dan mengkredit persediaan. 4. Sebuah buku besar pembantu catatan persediaan individu dipertahankan sebagai ukuran kontrol. Catatan anak menunjukkan kuantitas dan biaya dari setiap jenis persediaan di tangan. Sistem persediaan perpetual memberikan catatan terus menerus dari saldo di kedua akun Persediaan dan Harga Pokok Penjualan akun.
Sedangkan menurut
A.Dunia (2005:160), pengertian metode persediaan perpetual adalah sebagai berikut: “Pencatatan atas transaksi persediaan yang dilaksanakan setiap waktu, baik terhadap pemasukan maupun terhadap pengeluaran persediaan”. Dapat disimpulkan dari kedua pendapat diatas bahwa pencatatan dengan metode ini cukup baik karena data yang diperoleh lebih akurat karena pencatatan dilakukan setiap waktu. 2.5.3 Perbedaan Metode Pencatatan Persediaan Periodik Dengan Metode Pencatatan Persediaan Perpetual Menurut Syafi’I (2009:129) menyebutkan perbedaan dari metode pencatatan persediaan periodik dengan metode pencatatan persediaan perpetual, adalah sebagai berikut:
19
a. Metode Periodik 1. Terdapat perkiraan pembelian, retur pembelian, potongan pembelian dan biaya angkut pembelian. 2. Transaksi pembelian, retur pembelian , potongan pembelian dan biaya angkut pembelian dicatat dalam perkiraan masing-masing. 3. Setiap terjadi penjualan tidak perlu dilakukan pencatatan harga pokok penjualan. Harga pokok penjualan dihitung pada akhir periode secara agregat. 4. Lebih sesuai digunakan pada grosir, agen khusus atau distributor dengan sedikit macam barang yang diperdagangkan dan mudah untuk menentukan besarnya harga pokok penjualan setiap terjadi penjualan secara tepat. b. Metode Perpetual 1. Tidak terdapat perkiraan retur pembelian, potongan pembelian dan biaya angkut. 2. Transaksi pembelian, retur pembelian , potongan pembelian dan biaya angkut pembelian dicatat dalam perkiraan persediaan barang dagang. 3. Setiap terjadi penjualan harus dikiuti adanya pencatatan harga pokok penjualan. 4. Lebih sesuai digunakan pada grosir, agen khusus atau distributor dengan sedikit macam barang yang diperdagangkan dan mudah untuk menentukan besarnya harga pokok penjualan setiap terjadi penjualan secara tepat. Adapun berikut ini adalah contoh perbedaan perbedaan dari metode pencatatan persediaan periodik dengan metode pencatatan persediaan perpetual apabila dilihat dari segi jurnal menurut Assauri (2004:186):
20
Tabel 2.1 Perbedaan Jurnal Pencatatan Persediaan Keterangan Pembelian
Retur Pembelian Penjualan
Periodik Purchase xxx
Perpetual Merchandise Inventory
Account Payable xxx Account Payable xxx
Account Payable Account Payable
Purchase Return xxx Account Receivable xxx
Merchandise Inventory xxx Account Receivable xxx
Sales
Sales Return
xxx
xxx xxx
Sales
xxx
xxx
Cost of good sold
Retur Penjualan
xxx
xxx
Merchandise Inventory xxx Sales Return xxx Account Receivable
Account Receivable xxx
xxx
Merchandise Inventory xxx Cost of good sold
xxx
Sumber : Assauri (2004:186)
2.6
Metode Penilaian Persediaan Menurut
Pernyataan
Standar
Akuntansi
Keuangan
(PSAK)
No.14
(2009:14.23), menyatakan bahwa “Biaya persediaan, kecuali yang disebut dalam paragraph 21, harus dihitung dengan menggunakan rumus biaya masuk pertama keluar pertama (MPKP) atau rata-rata tertimbang. Entitas harus menggunakan rumus biaya yang sama terhadap semua persediaan yang memiliki sifat dan kegunaan yang sama. Untuk persediaan yang memiliki sifat dan kegunaan yang berbeda, rumusan biaya yang berbeda diperkenankan”. Karena adanya perbedaan harga pokok antara waktu membeli dengan waktu menjual atau menggunakan barang, maka diperlukan adanya metode penilaiannya,
21
baik secara periodik maupun perpetual. Penilaian persediaan dapat di lakukan berdasarkan : a. Cost b. Other Cost Sedangkan menurut Kieso et. al. (2011:432) menyebutkan bahwa ada dua sistem penilaian, baik perusahaan itu menggunakan metode periodik maupun metode perpetual yaitu : a. Penilaian persediaan berdasarkan biaya (Cost) b. Penilaian persediaan berdasarkan biaya tambahan (Other Cost) 2.6.1
Penilaian Persediaan Berdasarkan Biaya (Cost) Apabila barang-barang yang sejenis dibeli selama satu periode akuntansi
dengan harga pokok yang berbeda-beda, maka timbul masalah mengenai harga pokok mana yang akan digunakan untuk persediaan akhir barang yang akan dijual. Menurut Kieso et. al. (2011:433) menyatakan bahwa terdapat beberapa metode persediaan dalam metode biaya, yaitu : 1. Identifikasi khusus (specific identification). 2. Metode biaya rata-rata (average cost method). 3. Metode masuk pertama, keluar pertama atau first in, first out (FIFO Method). 4. Metode masuk akhir, keluar pertama atau last in, first out (LIFO Method). Selain itu menurut A. Dunia (2005:170) semua biaya yang meliputi pembelian persediaan akan dibebankan kedalam persediaan tersebut untuk dimasukan kedalam harga pokok persediaan dimana semua beban dihitung pada satu transaksi pembelian yang sama sehingga akan menghasilkan harga pokok yang berbeda-beda setiap transaksi pembeliannya. Sehingga terdapat beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu : 1. Identifikasi Khusus. 2. Metode Biaya rata-rata. 3. Metode FIFO. 4. Metode LIFO.
22
Dari kedua pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa dari keempat metode ini sementara akan menghasilkan penilaian persediaan akhir dan harga pokok yang berbeda-beda, sedangkan penilaian akhirnya harus sama. 1. Identifikasi khusus (specific identification). Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.14 (2009:14.22), menyatakan bahwa : 22. Identifikasi khusus biaya artinya biaya-biaya tertentu yang didistribusikan ke unit persediaan tertentu. Cara ini merupakan perlakuan yang sesuai bagi unit yang dipisahkan untuk proyek tertentu, baik yang dibeli maupun yang dihasilkan. Namun demikian, identifikasi khusus biaya tidak tepat ketika terdapat jumlah besar unit dalam persediaan yang dapat menggantikan satu sama lain (ordinarily interchangeable). Dalam keadaan demikian, metode pemilihan unit yang masih berada dalam persediaan dapat digunakan untuk menentukan dampaknya dalam laporan laba rugi. Menurut Kieso et. al. (2011:429) identifikasi khusus biasa disebut untuk mengidentifikasi setiap item yang dijual dan setiap item dalam persediaan. Sebuah perusahaan termasuk dalam harga pokok penjualan biaya dari item tertentu dijual. Termasuk dalam persediaan biaya dari item tertentu di tangan. Metode ini dapat digunakan hanya dalam kasus di mana ia praktis untuk memisahkan secara fisik pembelian yang berbeda dibuat. Akibatnya, sebagian besar perusahaan hanya menggunakan metode ini saat menangani sejumlah kecil mahal, barang mudah dibedakan. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam menggunakan penilaian ini harus benar-benar teliti karena termasuk sulit. 2. Metode biaya rata-rata (average cost method). Menurut Kieso et. al. (2011:436): “Average cost method to calculate the price of items contained in the inventory on the basic of the average cost of the same goods are available for a period”.
23
Sedangkan menurut Imam Santoso (2006:270): “Merupakan biaya perolehan setiap barang ditentukan dengan rata-rata tertimbang dari biaya perolehan dari barang yang sejenis pada awal suatu periode dan biaya perolehan barang tersebut dibeli atau diproduksi selama periode yang bersangkutan”. Menurut Imam Santoso (2006:270) metode ini tergantung pada sistem pencatatan yang digunakan. Sistem pencatatan periodik menggunakan metode Harga Pokok Rata-rata Tertimbang sedangkan pencatatan perpetual menggunakan metode Harga Pokok Rata-rata bergerak. Metode harga pokok rata-rata ini dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu : a. Simple Average : harga beli dari setiap kali melakukan pembelian dibagi dengan jumlah melakukan pembelian, dilakukan akhir periode. b. Weighted Average : harga beli dari setiap kali melakukan pembelian dikalikan dengan unit yang dibeli dibagi dengan jumlah unit pembelian, dilakukan akhir periode. c. Moving Average : harga beli dirata-ratakan setiap melakukan pembelian perpetual. Untuk menggambarkan penggunaan metode persediaan periodik (jumlah persediaan dihitung pada akhir periode), contoh perhitungan menggunakan rata-rata tertimbang:
24
Gambar 2.1 Metode Rata-rata Tertimbang dengan Catatan Persediaan Periodik (Sumber: Kieso et. al. 2011)
Perusahaan menggunakan metode rata-rata bergerak dengan catatan persediaan perpetual:
Gambar 2.2 Metode Rata-Rata Bergerak dengan Catatan Persediaan Perpetual (Sumber: Kieso et. al. 2011)
Biasanya perusahaan lebih sering menggunakan metode rata-rata tertimbang karena metode ini objektif dan mudah diterapkan.
3. Metode masuk pertama, keluar pertama atau first in, first out (FIFO Method). Menurut Smith dan Skousen (2009:136) metode FIFO adalah “Mengasumsikan bahwa barang dagangan yang pertama dibeli adalah barang dagangan yang pertama dijual karena harga pokok penjualan dinilai berdasarkan harga pokok persediaan pertama masuk maka harga pokok
25
persediaan yang tersisa terdiri dari harga pokok persediaan yang terakhir kali masuk”. FIFO
(first-in,first-out)
metode
mengasumsikan
bahwa
perusahaan
menggunakan barang dalam urutan yang membeli mereka. Dengan kata lain, metode FIFO mengasumsikan bahwa barang pertama yang dibeli adalah yang pertama yang digunakan (dalam perhatian manufaktur) atau yang pertama dijual (dalam perhatian merchandise). Persediaan yang tersisa karena itu harus mewakili pembelian terbaru (Kieso et. al. : 2011:437). Untuk mengilustrasikan, asumsikan bahwa perusahaan X menggunakan sistem persediaan periodik. Hal ini menentukan biaya persediaan akhir dengan mengambil biaya pembelian paling baru dan bekerja kembali sampai itu account untuk semua unit dalam persediaan. Sebagai contoh perhitungannya:
Gambar 2.3 Metode FIFO dengan Catatan Persediaan Periodik (Sumber: Kieso et. al. 2011)
Perusahaan menggunakan metode FIFO dengan sistem perpetual:
Gambar 2.4 Metode FIFO dengan Catatan Persediaan Perpetual (Sumber: Kieso et. al. 2011)
26
Salah satu tujuan FIFO adalah perkiraan arus fisik barang. Ketika aliran fisik barang sebenarnya first in first out, metode FIFO erat mendekati identifikasi khusus. Pada saat yang sama, mencegah manipulasi pendapatan. Dengan FIFO, perusahaan tidak dapat memilih item biaya tertentu untuk mengisi sebagai beban. Keuntungan lain dari metode FIFO adalah bahwa persediaan akhir dekat dengan biaya saat ini. Karena barang pertama dalam adalah barang pertama keluar, jumlah persediaan akhir terdiri dari pembelian yang terbaru. Hal ini terutama berlaku dengan perputaran persediaan yang cepat. Pendekatan ini umumnya mendekati biaya penggantian pada laporan posisi keuangan pada saat perubahan harga belum terjadi sejak pembelian terbaru Kieso et. al. (2011:437). 4. Metode masuk akhir, keluar pertama atau last in, first out (LIFO Method). Menurut Soemarso (2004:395) metode penilaian LIFO adalah: “Metode penetapan harga pokok persediaan yang berasal atas anggapan bahwa barang-barang yang paling akhir dibeli merupakan barang yang akan mereka jual pertama”. Menurut Martani (2012:255) Metode LIFO mengasumsikan bahwa barangbarang yang terakhir dibeli atau diproduksi akan dijual atau terlebih dahulu, sehingga yang tertinggal dalam persediaan akhir adalah barang-barang yang dibeli atau diproduksi pertama kali. Metode LIFO mempunyai kelebihan, yaitu : 1.
Manfaat pajak Pengguna LIFO dapat memberikan penangguhan sementara atas penerapan pajak penghasilan sehingga memungkinkan penghematan kas sepanjang tingkat harga terus menerus meningkat dan kuantitas persediaan tidak menurun. Dengan penghematan kas perusahaan dapat melunasi pinjaman dan menurunkan biaya bunga atau berinventasi guna memperoleh pendapatan.
2.
Pengukuran laba yang baik, karena LIFO mengalokasikan gambaran laba yang cenderung hanya melaporkan laba operasi dan menggunakan pengakuan keuntungan pemilik persediaan sampai harga atau kuantitas menurun. Laba
27
inflasi yang menyesatkan cenderung tidak tampak sebagai bagian laba bersih bila metode LIFO digunakan. Metode LIFO mempunyai kekurangan, yaitu : 1. Memperkecil laba Penerapan harga terbaru terdapat pendapatan barjalan akan menghasilkan penurunan laba pada periode inflasi. Akibatnya jika pemakai laporan keuangan tidak paham bahwa laba yang rendah itu disebabkan penggunaan LIFO, maka harga pasar saham perusahaan akan memburuk. 2. Saldo persediaan yang tidak realistis pada neraca Alokasi biaya persediaan akan dilaporkan lebih rendah dari harga pasar atau nilai ganti periode berjalan. 3. Asumsi arus biaya tidak realistis Pembebanan harga pokok berdasarkan LIFO tidak dapat dijadikan sebagai alat untuk memperkirakan arus fisik barang dalam perusahaan. (Last-in First-out) didasarkan pada asumsi bahwa barang yang paling barulah yang terjual. Untuk mengilustrasikan, asumsikan bahwa perusahaan X menjual barangnya sebanyak 15.000 unit dengan menggunakan metode penghitungan LIFO. Hal ini menentukan biaya persediaan akhir dengan mengambil biaya pembelian paling karena barang yang baru yang pertama digunakan. Sebagai contoh perhitungannya sebagai berikut (Martani:2012:255):
28
Tabel 2.2 Penghitungan Persediaan dengan Metode LIFO Tanggal
Pembelian
Penjualan
1 Mei 2011 5 Mei 2011
Saldo 6.000 @ Rp 2.800
12.000 @ Rp 3000
Rp 36.000.000
6.000 @ Rp 2.800 12.000 @ Rp 3.000
12 Mei 2011
14.000 @ Rp 3200
Rp 44.800.000
Rp52.800.000
6.000 @ Rp 2.800 12.000 @ Rp 3.000
Rp 97.600.000
14.000 @ Rp3.200 20 Mei 2011
14.000 @ 3200 1.000 @ 3.000
30 Mei 2011
8.000@ Rp3300
Rp 47.800.000
Rp 26.400.000
6.000 @ Rp 2.800 11.000 @ Rp 3.000
Rp 49.800.000
6.000 @ Rp 2.800 11.000 @ Rp 3.000
Rp 76.200.000
8.000 @ Rp 3.300
(Sumber: Martani : 2012:255 )
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa jumlah beban pokok penjualan adalah sebesar Rp 47.800.000 dan nilai persediaan adalah sebesar Rp 76.200.000. Metode ini sering kali dikritik dari sudut pandang teoritis. Metode ini tidak cocok dengan arus barang yang terjadi dalam sebuah perusahaan ( walaupun sayangnya metode ini cocok dengan arus keluar masuk makanan dari kulkas seorang mahasiswadengan implikasi yang tidak menyenangkan untuk “persediaan akhir”). Namun, metode LIFO adalah metode yang paling baik dalam mencocokan biaya persediaan saat ini dengan pendapatan saat ini. 2.6.2
Penilaian Persediaan Berdasarkan Biaya Tambahan (Other Cost) Biaya atau harga pokok adalah harga perolehan persediaan yang dihitung
dengan salah satu metode yang berdasarkan biaya historis sehingga akan menimbulkan berbagai persoalan jika terjadi masalah setelah pembelian apakah barang itu rusak, ataupun terbakar maka perlu dihitung dengan metode selain dengan biaya, yaitu dengan metode biaya tambahan hal ini untuk mengatasi hal-hal yang tidak diinginkan serta membantu perusahaan meminimalisir kerugian (A. Dunia: 2005:173).
29
Metode penilaian berdasarkan harga pokok menghadapi masalah-masalah berkaitan dengan adanya penurunan nilai persediaan setelah beli, bagaimana menentukan persediaan yang terbakar, bagaimana menentukan persediaan yang macamnya banyak yang harus dihitung setiap periode, maka untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya cara penilaian lain selain harga pokok yaitu (Assauri: 2004:191): 1. Metode Lower Cost or Market 2. Metode Dasar Penilaian 3. Metode Laba Kotor 4. Metode Persediaan Eceran Berikut penjelasan macam-macam metode penilaian berdasarkan biaya tambahan: 1. Metode Lower Cost or Market (LCM) Menurut A.Dunia (2005:172) Metode Lower Cost or Market adalah: “Digunakan terutama bila terjadi penurunan manfaat atau manfaat kegunaan persediaan barang tersebut. Penyebab penurunan manfaat dari persediaan adalah barang cacat, rusak, aus, perubahan mode dan lainnya”. Sedangkan menurut Horngren et. al. (2006:467) metode LCM dapat diartikan sebagai berikut: “Metode dimana aktiva tertentu harus dilaporkan kedalam laporan keuangan pada nilai yang terendah antara biaya perolehan atau harga pasar”. Menurut A.Dunia (2005) dan Hornren et. al. (2006) istilah yang digunakan dalam Lower Cost or Market ada 5 : a. Harga Pasar (Market value) dalam kontek LCM sebagai dasar pengukuran atau penilaian persediaan adalah harga pokok pengganti sekarang baik dengan cara membeli atau dengan cara reproduksi dengan syarat harga pasar tersebut tidak melebihi batas atas dan tidak melebihi batas bawah.
30
b. Batas atas (ceiling) adalah nilai realisasi bersih persediaan, taksiran harga jual dikurangi taksiran biaya penjualan. c. Batas bawah (floor) adalah nilai realisasi bersih dikurangi marjin laba normal atau batas atas dikurangi harga normal. d. Biaya pengganti (replacement cost) digunakan untuk menyatakan nilai pasar karena penurunan biaya pengganti suatu barang biasanya mencerminkan atau meramalkan penurunan harga jual. Pemakaian biaya pengganti memungkinkan suatu perusahaan untuk mempertahankan tingkat laba kotor yang konsisten atas penjualan (marjin laba kotor normal). e. Nilai realisasi bersih (net realizable value-NRV) adalah estimasi harga jual dalam keadaaan bisnis normal dikurangi dengan estimasi biaya penyelesaian dan penjualan yang dapat diprediksi secara layak. Jumlah tersebut dikurangkan dengan marjin laba normal untuk menghasilakn nilai realisasi bersih dikurangi marjin laba normal (net realizable value less a normal profit margin). 2. Metode Dasar Penilaian a. Penilaian menurut Nilai realisasi Bersih (Net Realizable Value) Dalam situasi terbatas, pencatatan persediaan menurut nilai realisasi bersih mendapat dukungan dari berbagai pihak sekalipun jumlah ini melampaui biaya. Pengecualian atas aturan pengakuan normal ini dibolehkan oleh GAAP jika : 1. Terdapat pasar terkendali dengan harga kuota yang berlaku bagi semua kuantitas. 2. Tidak ada
penjualan
yang signifikan.
Sebagai contoh,
perusahaan
pertambangan biasanya melaporkan persediaan mineral tertentu (khususnya logam yang langka) pada harga jual karena sering kali terdapat pasar terkendali tanpa biaya penjualan yang signifikan. Perlakuan yang sama juga berlaku pada produk-produk pertanian yang dapat langsung dipasarkan dengan harga yang berlaku dipasar. 3. Kadang-kadang angka biaya sulit dihitung. Dalam sebuah pabrik manufaktur, berbagai komponen bahan baku dan komponen yang dibeli dicampur untuk
31
menciptakan barang jadi sehingga angka biaya tidak sulit ditentukan. Berbagai barang dalam persediaan, dapat diperhitungkan atas dasar biaya karena biaya dari setiap komponen telah diketahui. Sedangkan menurut Kieso et. al. (2011:442) nilai realisasi bersih terjadi apabila: “Nilai persediaan lebih tinggi dari nilai realisasinya, maka harga dari persediaan tidak akan bisa lagi dipulihkan atau diperoleh. Penyebab nilai persediaan melebihi nilai realisasinya adalah barang yang rusak atau usang atau bila harga penjualan menurun dibawah harga persediaan”. b. Penilaian dengan Menggunakan Nilai Penjualan Relatif Metode ini digunakan dalam industri untuk menilai (pada biaya) banyak produk dan produk sampingan yang diperoleh dari satu barel minyak tanah (Kieso et. al. 2011:444). 3. Metode Laba Kotor Menurut Martani (2012:258) Metode ini digunakan untuk menentukan nilai persediaan akhir, karena metode yang lain sudah tidak dapat digunakan karena data yang diperlukan tidak tersedia. Ada beberapa elemen yang harus ada agar metode ini dapat digunakan : 1. Harga pokok persediaan awal 2. Harga pokok pembelian bersih selama satu periode 3. Penjualan bersih selama satu periode 4. Presentase laba kotor 4. Metode Eceran Menurut Kieso et. al. (2011:446) metode eceran merupakan metode penilaian persediaan yang didasarkan kepada taksiran. Taksiran harga pokok dalam metode ini ditentukan dengan melihat hubungan antara harga perolehan dengan harga eceran.
32
Metode eceran agar dapat digunakan, memerlukan informasi sebagai berikut : 1. Harga eceran dan harga pokok persediaan awal 2. Harga eceran dan pokok pembelian bersih 3. Perubahan harga jual sebagai mark up dan mark down 4. Penjualan 2.7
Penyajian dan Pengungkapan Persediaan Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.14
(2009:14.34), menyatakan bahwa : Laporan keuangan harus mengungkapkan : a) Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan, termasuk rumus biaya yang digunakan; b) Total jumlah tercatat persediaan dan jumlah nilai tercatat menurut klasifikasi yang sesuai bagi entitas; c) Jumlah tercatat persediaan yang dicatat dengan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual; d) Jumlah persediaan yang diakui sebagai beban selama periode berjalan; e) Jumlah setiap penurunan nilai yang diakui sebagai pengurang jumlah persediaan yang diakui sebagai beban dalam periode berjalan sebagaimana dijelaskan pada paragraph 32; f) Jumlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai yang diakui sebagai pengurang jumlah persediaan yang diakui sebagai beban dalam periode berjalan sebagaimana dijelaskan pada paragraph 32; g) Kondisi atau peritiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan yang diturunkan sebagaimana dijelaskan pada paragraph 32; dan h) Nilai tercatat persediaan yang diperuntukkan sebagai jaminan kewajiban. Standar akuntansi mewajibkan laporan keuangan mengungkapkan komposisi dari persediaan, pengaturan biaya persediaan, dan metode kalkulasi biaya persediaan yang digunakan. Standar akuntansi ini juga mewajibkan metode kalkulasi biaya diaplikasikan secara konsisten dari satu periode ke periode berikutnya. Perusahaan
33
manufaktur harus melaporkan komposisi persediaan baik dalam neraca maupun dalam skedul terpisah dari catatan ini. Bauran relatif dari bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi akan diperlukan untuk menilai likuiditas serta menghitung tahap penyelesaian persediaan. Pengaturan pembiayaan yang penting atau tidak biasa yang berhubungan dengan persediaan mungkin memerlukan catatan pengungkapan. Contohnya adalah transaksi dengan pihak yang berhubungan, perjanjian pembiayaan produk, komitmen pembelian perusahaan, likuiditas persediaan LIFO terpaksa, dan pengadaan persediaan sebagai kolateral. Persediaan yang digadaikan sebagai kolateral pinjaman harus disajikan dalam kelompok aktiva lancar bukan sebagai pengoffset kewajiban. Dasar penilaian persediaan dan metode yang dipakai dalam menghitung biaya (FIFO, LIFO, biaya rata-rata, dan sebagainya) juga harus dilaporkan (PSAK No.14: 2009:14.34). Persediaan biasanya disajikan dalam Laporan Harga Pokok Penjualan perusahaan yang merupakan bagian dari Laporan Laba Rugi periode berjalan. Di dalam neraca atau laporan posisi keuangan, persediaan dilaporkan pada seksi Aktiva Lancar diletakkan setelah atau di bawah piutang. Penggunaan metode penilaian persediaan yang digunakan oleh perusahaan baik metode harga pokok (Rata-rata tertimbang, FIFO, dan LIFO ), metode taksiran maupun LCM harus dicantumkan. Rincian dari keterangan penggunaan metode ini dapat ungkapkan dalam kurung dari neraca atau dalam catatan kaki atas laporan keuangan perusahaan. Perubahan metode kalkulasi biaya persediaan untuk alasan yang masuk akal harus diungkapkan dalam laporan keuangan pada periode terjadinya perubahan. Contoh penyajian persediaan dalam laporan keuangan dapat dilihat sebagai berikut (Kieso et. al. 2011:458) :
34
Tabel 2.3 Penyajian Persediaan pada Laporan Keuangan Aktiva Aktiva lancar: Kas
Rp XXX
Piutang usaha
Rp XXX
Dikurangi: Penyisihan piutang ragu-ragu
Rp (XXX)
Piutang bersih
Rp (XXX)
Persediaan barang dagang
Rp (XXX)
Perlengkapan
Rp (XXX) +
Total Aktiva lancar
Rp XXX (Sumber: Kieso et. al. 2011:458)
2.8
Pengertian Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Perencanaan persediaan bahan baku dimulai pada saat timbul gagasan atau
pemikiran untuk menghasilkan suatu produk, baik itu produksi massal atau berdasarkan pesanan. Tahap perencanaan proses produksi dimulaidari mempelajari usul, desain dan perincian lainnya, kemudian disusun daftar kebutuhan produksi yang didasarkan atas pertimbangan banyaknya produk yang akan diproduksi, kondisi perekonomian dan kebutuhan serta kondisi perusahaan Carter dan Usry (2004:300). Menurut Carter dan Usry (2004:299) mengemukakan: Prinsip-prinsip dalam menyusun kebijakan perusahaan dalam hal persediaan adalah: 1. Menyediakan pasokan bahan baku yang diperlukan untuk operasi yang efisien dan tidak terganggu. 2. Menyediakan cukup persediaan dalam periode dimana pasokan kecil (musiman, siklus, atau pemogokan kerja) dan mengantisipasi perubahan harga. 3. Menyimpan bahan baku dengan waktu penanganan dan biaya minimum serta melindungi bahan baku tersebut dari kehilangan akibat kebakaran, pencurian, cuaca dan kerusakan akibat penanganan.
35
4. Meminimalkan item-item yang tidak aktif, kelebihan atau usang dengan melaporkan perubahan produk yang mempengaruhi bahan baku. 5. Memastika persediaan yang cukup untuk pengiriman segera ke pelanggan. 6. Menjaga agar jumlah modal yang diinvestasikan dalam persediaan berada ditingkat yang konsisten dengan kebutuhan operasi dan rencana manajemen. Untuk melaksanakan hal-hal tersebuit diatas manajemen memerlukan teknik dan prosedur yang dapat memberikan informasi dan berdasarkan informasi tersebut manajemen dapat mengambil keputusan mengenai keperluan persediaan untuk kegiatan sehari-hari perusahaan. Untuk merencanakan kebutuhan bahan baku di suatu perusahaan akan dapat dilaksanakan dengan perhitungan atas dasar persediaan bahan baku digudang diatur sedemikian rupa agar baik kelebihan maupun kekurangan bahan baku tersebut dapat dihindari. Pengertian pengendalian persediaan menurut Assauri (2004:176) sebagai berikut: “Pengendalian persediaan adalah mengatur tersediaanya suatu tingkat persediaan yang optimum yang dapat memenuhi bahan-bahan dalam jumlah, mutu dan pada waktu yang tepat serta jumlah biaya yang rendah sperti yang diharapkan”. Adapun definisi pengendalian persediaan menurut Kieso et. al. (2011:400) yaitu: “Pengendalian persediaan adalah suatu fungsi terkoordinasi didalam organisasi yang terus menerus disempurnakan untuk meletakan pertanggungjawaban atas pengelolaan bahan dan persediaan pada umumnya, serta menyelenggarakan suatu pengendalian internal yang menjamin adanya dokumen dasar pembukuan yang mendukung sahnya suatu transaksi yang berhubungan dengan bahan”. Dapat disimpulkan dari pendapat diatas jadi masalah persediaan tidak terbatas pada penetapan jumlah serta komposisi persediaan saja, tetapi memiliki pengertian yang lebih luas karena didalamnya ada penjelasan dalam biaya semua yang berhubungan.
BAB III OBJEK DAN METODE TUGAS AKHIR 3.1
Objek Tugas Akhir Objek dalam tugas akhir ini adalah “Pengendalian Persediaan berdasarkan
PSAK No. 14 pada PT. Trimitra Garmendindo Interbuana”, yang bergerak di bidang manufaktur yang berlokasi di jalan cijeruk No. 17 Lembang, Bandung 40391 – Indonesia. 3.1.1
Sejarah Singkat Perusahaan Trimitra Garmedindo Interbuana ( Trimed ) yang beralamat di jalan cijeruk
No. 17 Lembang, Bandung 40391 – Indonesia. Perusahaan ini berdiri pada tahun 1992 dengan modal dasar Rp 200.000.000 dengan rincian dimana modal yang telah ditempatkan sebesar Rp 100.000.000 dan modal disetor Rp 100.000.000 dengan jumlah saham 400 lembar dengan nilai Rp 500.000 per lembar. Dengan jumlah karyawan hingga saat ini mencapai 170 orang. Daftar Nama Pemegang saham: Tabel 3.1 Daftar Pemegang Saham Nama Pemegang saham Jumlah Saham yang Nilai Nominal Jumlah Diambil Bagian
Saham
Disetor
yang
Drs. H. Gagan Sugandi
70
Rp. 500.000
Rp 35.000.000
Ade Tarya Hidayat
70
Rp. 500.000
Rp 35.000.000
Maman Suherman
40
Rp. 500.000
Rp 20.000.000
Wawa Sutirwa
20
Rp. 500.000
Rp 10.000.000
Sumber : PT. Trimed
a. Produk yang dipasarkan Adapun beberapa jenis produk utama yang dijual oleh perusahaan ini: 1. Sphygmomanometer (tensimeter set)
36
37
Aneroid Sphygmomanometer Mercury Sphygmomanometer Digital Sphygmomanometer 2. Sphygmomanometer replacement part ( komponen Tensimeter) 3. Stethoscope 4. Emergency Bag 5. Immobilization Kit: Fracture kit Body splint 6. Nebulizer 7. Digital Thermometer Pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan ini 5% Dalam Negeri dan sisanya yaitu sebesar 95% Ekspor langsung dan tidak langsung ke amerika Serikat, Eropa, Australia dan Negara asia sesuai dengan merk yang dipesan. Sertifikasi TUV-CERT DIN EN ISO 9002 dengan Cert No. 01 100 018776. b. Akte Perusahaan Akte Pendirian Perusahaan : a. Nomer akte 1 tanggal 01 juni 1992 dengan notaris DR. ANTJE MARIANA MA’MOEN, SH Akte Perubahan Terakhir b. Nomor akte 68 tanggal 25 maret 1998 dengan notaries Dr. WIRATNI AHMADI, SH c. Kegiatan Usaha Industry alat-alat kesehatan Perdagangan alat-alat kesehatan dan farmasi Susunan Pengurus
38
1. Komisaris Utama : H. Ade Tarya Hidayat 2. Direktur Utama
: Drs. H Gagan Sugandi
3. Direktur
: Maman Suherman
d. Perijinan 1. Perijinan Domisili
: 640/138/Ekbang
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
: 01.671.180.6-411.000
Pengusaha Kena Pajak (PKP)
: KEP640/WPJ.07/KP.1103/1999
Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP)
: 00025/10-17/PM/III/2011
Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
: 103115200073
Izin Tempat Usaha (ITU)
: 517/000239/HRITU/IV/07
Izin Usaha Industri (IUI)
: 535/H.68-
IUI/DISPERINGDAGKOP dan UMKM Izin Undang-undang Gangguan (H.O)
: 536/A.05/Ekbang
Angka Pengenalan Importir-Produsen (API-P) : 102601954
2.
Nomor Pengenal Importir Khusus (NPIK)
: 2.32.06.05.02310
Importir Produsen Tekstil (IP-Tekstil)
: 04.IP-07.10.0572
Izin Penyalur Alat Kesehatan (IPAK)
: HK.07.Alkes/V/565/Ak.2/2009
Izin Edar Alat Kesehatan Exacta Mercurial Sphygmomanometer
: DEPKES RI AKD 20501900059
Regina Combi Aneroid Sthetoscope
: DEPKES RI AKD 20501900056
Multicuff System-3
: DEPKES RI AKD 20501900058
Parasphyg System 5
: DEPKES RI AKD 20501900059
Maxima Super Light Design Sthetoscope : DEPKES RI AKD 10501900057 Spectra Light Weight Sthetoscope
: DEPKES RI AKD 10501900061
Potenza Fracture Kit
: DEPKES RI AKD 11401900060
Blood Pressure wrist Monitor
: KEMPKES RI AKL 20501110139
39
Blood Pressure wrist Monitor
: KEMPKES RI AKL 20501110138
Minicomp Compressor Nebulizer kit
: KEMPKES RI AKL 20403110140
Maxicomp Compressor Nebulizer kit
: KEMPKES RI AKL 20403110142
Infrared Digital Thermometer 4 in 1
: KEMPKES RI AKL 20901110139
Digital Ear Thermometer
: KEMPKES RI AKL 20901110145
8 second Digital Thermometer
: KEMPKES RI AKL 20901110144
8 second Digita Thermometer
: KEMPKES RI AKL 20901110143
60 second Mini Digital Thermoter
: KEMPKES RI AKL 20901110141
3. Bankers Referensi Bank : Bank Negara Indonesia 1946
: JPK/4.1/2422/SKB/2011
Bank Jabar Banten
: 027/061/KET_BANK/LEM/2011
Panin Bank
: 018/BAN/EXT/SR/11
4. Keanggotaan Asosiasi Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia : 017/STA-ASPAKI/VII/09 (ASPAKI) 3.1.2
Visi dan Misi Perusahaan Adapun visi dan misi perusahaan ini adalah sebagai berikut :
A. Visi Perusahaan : “Menjadi produsen dan penyedia alat-alat kesehatan terbaik dunia”. B. Misi Perusahaan : 1. Menghasilkan produk bermutu dan berdaya saing tinggi 2. Memberikan pelayanan prima demi kepuasan pelanggan 3. Mengikuti perkembangan teknologi dan standarisasi 4. Meningkatkan sumber daya yang tersedia
40
3.1.3
Daftar Pelanggan PT.Trimitra Garmedindo Interbuana (Trimed) Pelanggan Trimed terdiri dari pelanggan Dalam Negeri dan pelanggan Luar
Negeri antara lain : A. Pelanggan Dalam Negeri : 1. RS.Santosa , Bandung 2. RS.Baromeus, BandungMandiri 3. RS Santo Yusuf, Bandung 4. RS.Al Islam, Bandung 5. RS.Eka internasional , Pekanbaru 6. RSUD dr.Slamet ,Garut 7. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat ,Bandung 8. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)Jabar, Bandung 9. Palang Merah Indonesia ,Cabang Garut 10. Palang Merah Indonesia ,Cabang Bandung 11. PT.Global Assistance ,Jakarta 12. Anugrah Karya Mandiri ,Jakarta 13. PT.Central Bandung Raya ,Bandung 14. PT.Inti Sumber Hasil Sempurna (OneMed), Surabaya 15. PT.AbadiNusa(ABN),Jakarta 16. PT Indofarma Global Medika (IGM), Jakarta 17. Ditkes TNI – AD, Jakarta 18. Dan lain-lain B. Pelanggan Luar Negeri : 1. Gelombang Saujana ,Sdn.Bhd,Puchong,Kuala Lumpur,Malaysia 2. Matern Resources ,Kuala Lumpur ,Malaysia 3. Saadat Medical ,Sdn.Bhd,Kuala Lumpur Malaysia 4. Classic Imaging,Maastricht, Belanda 5. Object Medical ,Paris,Perancis
41
6. Robe Medical,Paris ,Perancis 7. Frafito Medical ,Nice ,Perancis 8. Moretti Spa Srl,Cavrigia,Italia 9. JSO Medical,Zurich ,Swiss 10. Bydan Medical,Sydney ,Australia 11. 11.Fraxisdienst,Koblenz,Jerman 12. Fkeming Medical,Irlandia 13. Vetoquinol,Brussels, Belgia 14. Umut Medical, Istambul, Turki 15. Meiworld,London, Inggris 16. Dan lain-lain. 3.2
Struktur Organisasi Adapun struktur organisasi yang dimiliki oleh perusahaan Trimed adalah
sebagai berikut :
42
Managing Director Wakil Manajemen
Sekretaris
Pelaksana Harian
Receptionist
GM. Q.Ass Business Development & Management Information
Product Manager
Information Technology
Product Development
Quality Assur Manager
Sales Manager Trimed Domestic
Product Enginering
Counter Sales
GM. Finance & General affairs
GM. Production
Sales Manager Trimed Export
Spv keuangan
Sales Spv TYrimed Domestik
Admin Keuangan
Salesman
Sales Admin Ekspor & Domestik
Sales Manager
Spv Akuntansi
Staf Akunting
Spv HRD
Admin HRD
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Trimed (sumber : PT.Trimed)
Production Planning & Control
Spv Pembelian
Admin Pembelian
Inventory Manager
Spv GDB
Admin GDBB
Koord. OCBB
43
3.3
Metode Tugas Akhir Dalam menyusun laporan tugas akhir ini penulis menggunakan metode
deskriptif, yaitu metode yang memberikan gambaran yang cukup jelas mengenai keadaan suatu perusahaan berdasarkan data dan fakta yang sesungguhnya untuk dianalisis kemudian dapat diambil kesimpulan. Adapun pendekatan yang dilakukan dalam memperoleh data adalah sebagai berikut : 1.
Studi Lapangan Yaitu penelitian secara langsung pada perusahaan yang bersangkutan untuk memperoleh data yang diperlukan melalui : a.
Observasi Yaitu mengamati secara langsung mengenai aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan perlakuan persediaan.
b.
Wawancara Yaitu tehnik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan objek yang diamati kepada pihak yang bersangkutan, baik staff maupun karyawan yang terdapat dalam perusahaan.
c.
Praktik Kerja Penulis melakukan praktik kerja pada PT.Trimitra Garmedindo Interbuana.
2.
Studi Kepustakaan Teknik studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan
mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur, catatan-catatan, dan laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang akan dipecahkan.
BAB IV ANALISIS 4.1 4.1.1
Metode Pencatatan dan Penilaian Persediaan Barang Jadi Yang Digunakan Oleh Perusahaan Metode Pencatatan Persediaan Barang Jadi PT Trimitra Garmedindo Interbuana (Trimed) merupakan salah satu
perusahaan manufaktur yang bergerak dibidang industri perdagangan alat-alat kesehatan dan farmasi. Perusahaan ini telah berdiri sejak tahun 1992 sebagai produsen perlengkapan kesehatan dengan jumlah pelanggan yang sudah cukup banyak. Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam kegiatan menjual produksi hasil jadi khususnya tas medis, PT Trimed ini mempunyai strategi yang mendukung proses operasionalnya secara optimal, proses operasional yang dimaksud antara lain yaitu peningkatan produktivitas, peningkatan mutu dan bahan olahan, peningkatan volume penjualan dan peningkatan daya saing harga jual guna konsumen dapat tetap terjaga, Persediaan produksi hasil jadi alat kesehatan harus dinilai dan diukur berdasarkan harga terendah antara harga pokok produksi (biaya) dengan nilai realisasi bersih atau harga pasar mana yang lebih rendah (lower cost or market). Jumlah persediaan hasil produksi dicatat berdasarkan hasil inventarisasi fisik setiap akhir periode akuntansi (Physical Method atau Periodic System). Setiap Divisi yang berhubungan langsung dengan bagian produksi biasanya melakukan tahap-tahap sebagai berikut : 1. Mencatat laporan harian hasil produksi secara manual. 2. Menginput laporan harian tersebut kedalam sistem pengolahan data komputer. 3. Setiap bulannya masing-masing divisi memberikan laporannya perihal bahan baku yang digunakan pada saat produksi. Seperti halnya perusahaan lain, PT Trimed sangat memperhatikan adanya persediaan bahan baku dan persediaan barang jadi. Maka dari itu PT Trimed harus menggunakan satu dari dua jenis metode pencatatan persediaan yang ada, yaitu
44
45
sistem pencatatan persediaan perpetual dan metode pencatatan persediaan periodik. Hal ini dikarenakan agar persediaan yang keluar dan masuk langsung dicatat sesuai dengan metode pencatatan yang berlaku di perusahaan. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, PT Trimed pun memiliki metode pencatatan persediaan yang perusahaan gunakan untuk menghitung persediaan baik secara fisik maupun secara catatan agar perusahaan selalu up to-date dalam mengetahui jumlah akurat persediaan yang mereka miliki. PT Trimed menggunakan metode pencatatan persediaannya yaitu metode pencatatan perpetual. Dimana pada saat menjurnal terdapat jurnal mengenai perhitungan harga pokok penjualannya. Dan juga setiap terjadinya transaksi perusahaan yang berhubungan dengan persediaan, perusahaan langsung mencatatnya ke akun persediaan. Untuk mencatat semua transaksi yang terjadi di PT Trimed adalah dengan menggunakan ayat jurnal, adapun beberapa ayat jurnal yang digunakan : 1. Pada saat pembelian bahan dari supplier secara utang: Dr : Persediaan Cr :
XXX
Hutang Dagang
XXX
Pada saat pembelian bahan dari supplier secara tunai: Dr : Persediaan Cr :
XXX
Kas/Bank
XXX
2. Pada saat terjadi retur pembelian Dr : Hutang Dagang Cr :
XXX
Persediaan
XXX
3. Pada saat penjualan barang kepada perusahaan lain : Dr : Piutang Dagang Cr :
Penjualan
Dr : Harga Pokok Penjualan Cr :
XXX
Persediaan
XXX XXX XXX
46
4. Pada saat terjadi retur penjualan karena adanya kerusakan saat pengiriman : Dr : Penjualan Kembali Cr :
Piutang Dagang
Dr : Persediaan Cr :
XXX XXX XXX
Harga Pokok Penjualan
XXX
PT Trimed menggunakan metode pencatatan perpetual untuk diterapkan diperusahaannya karena ada beberapa manfaat yang diperoleh diantaranya: (1) Jumlah persediaan barang dagangan dapat diketahui setiap saat, karena pencatatan dilakukan secara terus menerus sehingga pengawasan terhadap fisik barang dapat terus terpantau. (2) Pengawasan terhadap setiap pos persediaan barang dagang yang dapat lebih mudah karena perkiraan persediaan ini dicatat pada setiap jenis barang dagangan. 4.1.2
Metode Penilaian Persediaan Barang Jadi Metode penilaian yang digunakan oleh PT Trimed untuk aktivitas yang
menyangkut kegiatan operasi perusahaan adalah dengan nilai persediaan berdasarkan metode FIFO (first in, first out), mengasumsikan nilai persediaan yang pertama dibeli akan dijual atau digunakan terlebih dahulu sehingga unit yang tertinggal dalam persediaan akhir adalah yang dibeli dengan nilai yang paling baru dari sisi relevansi nilai persediaan yang disajikan dalam laporan posisi keuangan perusahaan. Hal ini dikarenakan nilai persediaan yang disajikan merupakan nilai yang didasarkan pada harga yang paling kini. Selain itu perusahaan juga memiliki kartu persediaan untuk memudahkan
bagian
gudang
dalam
mengetahui
jumlah
persediaan
dan
melaporkannya kepada bagian pengadaan, hal ini untuk memudahkan jika terjadi kekurangan persediaan. Berikut salah satu contoh kartu persediaan kepada salah satu supplier yaitu PT. Pasific Label :
44
48
FIFO merupakan metode yang cocok untuk perusahaan seperti PT Trimed ini karena perusahaan ini mengelola persediaan dengan sangat cepat dimana perusahaan selalu membutuhkan harga pokok yang up to date. Selain itu metode ini merupakan metode yang diizinkan menurut peraturan PSAK selain metode rata-rata tertimbang jadi metode yang digunakan telah sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia. 4.2
Cara Penyajian dan Pengungkapan Persediaan Produksi PT Trimitra Garmedindo Interbuana
4.2.1
Penyajian Persediaan PT Trimed Pada PT Trimitra Garmedindo Interbuana (Trimed) laporan keuangan
disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang sedang diterapkan di Indonesia, yaitu prinsip akuntansi yang didasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, serta peraturan pemerintah lainnya yang berlaku dalam penyajian laporan keuangan PT Trimitra Garmedindo Interbuana. Pos persediaan produksi barang jadi khususnya persediaan tas medis disajikan oleh PT Trimed dalam laporan keuangan, baik di dalam neraca maupun laba rugi. Persediaan barang jadi yang tercantum dalam neraca mencerminkan nilai persediaan barang jadi yang dimiliki perusahaan, sedangkan dalam laporan laba rugi muncul dalam harga pokok penjualan. PT Trimed dalam menentukan harga pokok penjualan dengan menggunakan penilaian berdasarkan selain biaya yaitu metode LCM (Lower Cost of Market) tidak menggunakan batas atas (ceiling) dan batas bawah (floor) hanya membandingkan dengan harga pasar. Apabila terjadi penurunan nilai (kerugian penurunan persediaan), maka perusahaan menambahkan ke dalam Harga Pokok Penjualan dan apabila terjadi terjadi pemulihan maka diakui sebagai pengurangan Harga Pokok Penjualan (Beban Pokok Penjualan).
49
Berikut adalah contoh penyajian persediaan produksi hasil jadi alat-alat kesehatan pada laporan keuangan PT Trimitra Garmedindo Interbuana pada tahun 2010: Tabel 4.2. Neraca PT Trimitra Garmedindo Interbuana 31 Desember 2010 AKTIVA Aktiva Lancar : Persediaan :
9.816.666.112.34 (Sumber : PT Trimed 2010)
4.2.2
Penyajian Pengungkapan Persediaan PT Trimed Adapun penyajian yang dilakukan PT Trimed antara lain:
Persediaan produksi hasil jadi tas medis dijadikan jaminan/agunan untuk memperoleh jaminan jangka pendek.
Total jumlah tercatat persediaan dan jumlah tercatat menurut klasifikasi persediaan.
Jumlah tercatat persediaan yang dicatat dengan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual.
Jumlah setiap penurunan nilai yang diakui sebagai penambah beban persediaan dalam periode berjalan.
50
Tabel 4.3. Laporan Laba Rugi PT Trimitra Garmedindo Interbuana Untuk Tahun yang berakhir pada 31 Desember 2010 PENJUALAN
17.296.096.244,75
HARGA POKOK PENJUALAN: Jumlah Bahan Terpakai
4.032.375.980,93
Biaya Overhead Pabrik
1.366.210.271,04
Jumlah Biaya Produksi
5.398.586.251,97
Persediaan awal BDP:
3.073.908.639,99
Persediaan Akhir BDP:
(1.221.564.736,48)
Harga Pokok Produksi
7.261.930.155,48
Persediaan Awal Barang Jadi:
1.913.366.430,93
Pembelian Barang Jadi:
644.927.802,99
Persediaan Akhir Barang Jadi:
(2.035.363.160,39)
HARGA POKOK PENJUALAN:
(7.804.861.229,00)
LABA KOTOR USAHA
9.491.235.015,75 (Sumber : PT Trimed, 2010)
Perusahaan menggunakan metode pencatatan secara fisik karena dengan metode pencatatan secara Fisik (Physical Method) nilai fisik persediaan produksi setiap bulan bisa diketahui secara up to date atau relevan, yang artinya informasi yang relevan akan membantu perusahaan membuat prediksi hasil akhir dari kejadian masa lalu, masa kini, dan masa depan, yaitu memiliki nilai prediktif. Hal ini juga telah sesuai dengan peraturan yang berlaku karena setiap perusahaan manufaktur seperti ini memerlukan nilai perusahaan yang up to date. Tetapi perusahaan juga harus memerhatikan pencatatn dengan metode ini karena jumlah persediaan produksi tidak dapat diketahui setiap saat, karena dengan metode ini pencatatan fisik persediaan produksi hasil jadi hanya dilakukan satu periode saja.
51
4.3
Pengendalian Internal Persediaan Material yang Dilakukan oleh PT. Trimitra Garmedindo Interbuana Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian akunting di PT Trimed, tidak
semua pengendalian serta pengawasan terhadap persediaan dapat dilakukan dengan baik oleh PT Trimed. Sebagai contoh perusahan ini hanya mencatat barang jadi saja atau menerima laporan hanya berupa jumlah barang jadi saja tidak mencatat laporan bahan baku dari bagian gudang dan pembelian. Hal ini tersebut sangat riskan dalam kekeliruan pencatatan jumlah persediaan, karena bisa saja jumlah penggunaan bahan baku yang dipakai tidak sesuai dengan jumlah barang jadi pada saat pelaporan. Hal ini dapat dimanfaatkan oleh salah satu divisi untuk melakukan manipulasi laporan yang akan berakibat negative bagi perusahaan yaitu sebuah kerugian. Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan pengendalian internal persediaan yang umum dilakukan oleh perusahaan yang sejenis seperti PT Trimed ini.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN Sebagai akhir dari pembahasan Laporan Tugas Akhir ini, penulis mencoba untuk menarik kesimpulan dan memberikan saran-saran. Kesimpulan tersebut perlu dikemukakan guna memperoleh suatu pegangan yang dapat dijadikan bahan pengetahuan dari masalah yang dibahas dan saran-saran diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan yang dapat membantu memecahkan masalah-masalah yang berhubungan dengan menentukan persediaan perusahaan. 5.1
Simpulan Berdasarkan hasil pengamatan dan kepustakaan serta pembahasan yang telah
penulis kemukakan dalam bab sebelumnya mengenai pengendalian persediaan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Semua aturan mengenai pencatatan, penilaian, penyajian dan pengungkapan persediaan pada PT. Trimitra Garmedindo Interbuana hampir semua telah sesuai dengan aturan yang berlaku saat ini. Dimana mereka menerapkan PSAK No. 14 tentang pengelolaan persediaan perusahaan tersebut. 2. Pengendalian internal persediaan material yang dilakukan oleh PT. Trimitra Garmedindo Interbuana hanya mencatat barang jadi atau menerima laporan berupa jumlah barang jadi saja, tidak mencatat laporan bahan baku dari bagian gudang dan pembelian. Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan pengendalian internal persediaan yang umum dilakukan oleh perusahaan yang sejenis seperti PT Trimed ini. 5.2
Saran Dari hasil pembahasan yang telah dilakukan oleh penulis atas penerapan
PSAK No.14 tentang persediaan pada PT Trimed, maka penulis mencoba
52
53
memberikan saran-saran yang sekiranya dapat bermanfaat bagi perusahaan dalam melakukan tugasnya lebih lanjut: 1. Mengikuti perkembangan peraturan akuntansi yang ada di Indonesia seperti PSAK akan membantu memudahkan perusahaan dalam melakukan pencatatan, penilaian, penyajian dan pengungkapan agar persediaan yang dimiliki mudah dalam mengelola. 2. Selalu memerhatikan kelengkapan surat-surat yang berhubungan dengan persediaan, hal ini akan sangat membantu untuk mempermudah pencatatan dan pemeriksaan jumlah persediaan yang dimiliki oleh perusahaan. Hal ini juga akan membantu dalam meminimalisir kesalahan dalam menghitung persediaan.
DAFTAR PUSTAKA Antoni, Muhammad Syafi’i. 2009. Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta : Gema Insani Press. A Dunia. 2005. Pengantar Akuntansi 2. Edisi Revisi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Assauri, Sofjan. 2004. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Revisi 2004. Jakarta. Dwi Martani. 2012. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Earl K, James D Stice, dan Fred Skousen, 2009, Akuntansi Keuangan Menengah, Edisi 16, Buku 2. Edisi Bahasa Indonesia, terjemah oleh ali akbar, Jakarta, PT Salemba Empat. Horngren, Charles T,Walter T, Harrison & Linda Smith Bamber: Alih Bahasa Barlian Muhammad &syam Setia Utama, 2006, Akuntansi, Jilid 2 Edisi ke -6, Jakarta: PT.Indeks Kelompok Gramedia. Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Imam Santoso. 2006. Akuntansi Keuangan Menengah. Buku 1. Jakarta: Refika Aditama Jay M. Smith, K. Fred Skousen. 2005. Akuntansi Intermediate. Edisi Kelimabelas. Diterjemahkan oleh Maulana Ahmad. Jakarta: Salemba Empat. Kieso, Donald E, Jerry J. Weygandt, Terry D. Warfield. 2011. Akuntansi Intermediate. Edisi Ketujuhbelas. Jilid Dua. Diterjemahkan oleh Emil Salim. Jakarta: Erlangga.P Martani. 2012. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK. Buku 1. Jakarta: SalembaEmpat. Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat. Soemarso. 2004. Akuntansi Suatu Pengantar 2. Edisi Kelima. Jakarta: Salemba Empat. Warren, Reeves Fees. 2005. Pengantar Akuntansi. Edisi 21. Jakarta. Salemba Empat
xiii
William K. Carter dan Milton F. Usry. 2004. Akuntansi Biaya. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
xiv
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Allan Cahyana Subangkit
NPM
: 0309U046
Tempat Tanggal Lahir
: Bandung, 1 Agustus 1988
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. H. Ibrahim Adjie Gg. Binong Selatan No. 90 Bandung 40284
PENDIDIKAN FORMAL Tahun 1996 - 2001
: SDN Kiaracondong VII
Tahun 2001 - 2004
: SLTP Negeri 42 Bandung
Tahun 2004 - 2007
: SMK Negeri 6 Bandung
Tahun 2009 - 2013
: Universitas Widyatama Bandung