PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
TINGKAT KEKONSTRUKTIVISAN BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) SE-KECAMATAN BAMBANGLIPURO SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh : Yohanes Tri Purbo Wahyono NIM. 001414054
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI HALAMAN MOTTO
Ada dan... Tiada Karena...
ADA …Kesunyian dan penyembunyian lebih baik… baginya yang mencintai… (Kahlil Gibran)
…Dan kamu akan
mengetahui kebenaran, Dan kebenaran itu
Akan memerdekakan kamu… (Yohanes bab 8 ayat 32)
Manunggal kalian GUSTI ...ing
Jagat iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Untuk Bapak Hadiwiyoto, Ibu Sujilah, Mas Yudo, Mbak Endang, Dewi, Mbak Vonny, Mas Tandi, Natan, Angel, Serta… Yang ABADI DI HATI
ai [lope [yoau alL\
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 27 Mei 2008
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK 001414054. Yohanes Tri Purbo Wahyono. Tingkat Kekonstruktivisan Belajar Siswa Pada Pelajaran Matematika Di Sekolah Menengah Atas (SMA) Sekecamatan Bambanglipuro. Skripsi Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (JPMIPA) Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (2008) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kekonstruktivisan belajar siswa pada pelajaran Matematika di Sekolah Menengah Atas (SMA). Penelitian ini dilaksanakan di SMA Se-kecamatan Bambanglipuro dengan mengambil sample sebanyak 118 siswa. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2007. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner atau angket yang berisi pernyataan-pernyataan kekonstruktivisan siswa dalam belajar pada pelajaran Matematika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kekonstruktivisan belajar siswa pada pelajaran Matematika dikategorikan “ kekonstruktivisan cukup”. Kegiatan pembelajaran Matematika yang jarang dilakukan adalah mempersiapkan materi atau bahan pelajaran, bertanya, membaca, mencatat, mengerjakan soal, mengekspresikan gagasan, mengikuti praktikum, mengikuti evaluasi atau tes, meminjam buku, membuat pekerjaan rumah, belajar sendiri, belajar kelompok, mengikuti perlombaan-perlombaan Matematika. Kegiatan yang aktif dilakukan siswa hanya mencatat penjelasan yang disampaikan guru.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT 001414054. Yohanes Tri Purbo Wahyono. The Constructivistic Level In Mathematics Learning Among The Bambanglipuro District Senior High School Students. Thesis of Mathematics Education Study Program, Mathematics and Science Education Department, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta, 2008. The research aimed to know the constructivistic level of students learning ability in Mathematics among the Bambanglipuro senior high school students. The sample of the research was 118 students. The research was done on October 2007. The research used questionnaire as an instrument. The research showed that the constructivistic level of students learning ability could be categorized as “enough.” Student rarely prepared material before they were studying in classroom: rarely asking question, reading, solving problems, expressing their ideas. The activity that students usually did, was only writing a note from their teachers.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kemurahan dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Tingkat Kekonstruktivisan Belajar Siswa Pada Pelajaran Matematika Di Sekolah Menengah Atas (SMA) Se-kecamatan Bambanglipuro”. Skripsi ini disusun untuk melengkapi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan berkat dukungan, bimbingan dan bantuan yang diberikan oleh banyak pihak. Dengan kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada : 1. Bapak Dr. St. Suwarsono selaku Kaprodi Pendidikan Matematika. 2. Dr. Paul Suparno, S.J., MST selaku dosen pembimbing yang penuh dengan kesabaran membimbing dan menyediakan waktu dalam menyusun skripsi ini. 3. Keluarga besar bapak Hadi Wiyoto (Ibu Sujilah, Mas Yudo, Mbak Endang, Dewi) yang telah menyakinkan penulis bahwa dapat menyelesaikan kuliah. 4. BAPEDA Bantul yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian. 5. SMA NEGERI I BAMBANGLIPURO dan SMA STELLA DUCE BANTUL (SMA STELLA DUCE III GANJURAN) yang telah memberikan waktu dan kesempatan untuk melakukan penelitian. 6. Keluarga bapak Sarman Sugiantoro yang telah memberikan tempat untuk menyelesaikan skripsi.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI xi
7. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satupersatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi sempurnanya skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Yogyakarta, Mei 2008 Penulis
Yohanes Tri Purbo Wahyono
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul ...………………………………………………….………..… i Halaman Persetujuan Pembimbing .…………………………….………….… ii Halaman Pengesahan……………………………………………………….… iii Halaman Motto……………………………………………………………….. iv Halaman Persembahan…………..……………………………….……....…… v Pernyataan Keaslian Karya……………………………………………...……. vi Pernyataan Persetujuan Publikasi ……………………………………...…….. vii Abstrak………………………………………………………….…..…...……. viii Abstract…………………………………………………………….………..... ix Kata Pengantar……………………………………………………………..…. x Daftar Isi…………………………………………………………………….… xii Daftar Tabel………………………………………………………………..…. xv Daftar Lampiran………………………………………………………………. xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………………………………………….…….. 1 B. Perumusan Masalah………………………………………………….…. 4 C. Tujuan Penelitian……………………………………………………..… 5 D. Manfaat Penelitian……………………………………………………… 5
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI xiii
BAB II LANDASAN TEORI A. Hakikat Belajar Matematika…………………………………………….. 6 B. Konstruktivisme Dalam Pembelajaran……………………………….…. 9 1. Pengetahuan………………………………………….……….…… 9 2. Realitas dan Kebenaran……………………………………………10 3. Hal-hal Yang Membatasi Konstruksi Pengetahuan………………. 11 4. Konstruktivisme Personal dan Sosial…………………………….. 12 a. Konstruktivisme Psikologis Personal………………………….. 12 b. Konstruktivisme Psikologis Sosiokulturisme………………… 13 c. Konstruktivisme Psikologis Sosiologis………………………....13 C. Pengaruh Konstruktivisme Terhadap Proses Belajar Matematika………14 D. Pengaruh Konstruktivisme Terhadap Proses Mengajar Matematika…...15 E. Pengaruh Konstruktivisme Terhadap Penelitian……………………..…18 1. Penyusunan Instrument Penelitian………………………………..18 2. Analisa Data………………………………………………………19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian…………………………………………………..…….. .21 B. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………..….…... 22 C. Populasi dan Sampel Penelitian………………………………..………. 22 D. Instrumen Penelitian……………………………………………..…..… 23 E. Validitas…………………………………………………………..….….30 F. Metoda Analisis Data…………………………………………..…….... 31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI xiv
BAB IV DATA DAN ANALISA A. Data Kekonstruktivisan Secara Umum................................................... 34 B. Analisis Kekonstruktivisan Belajar..........................................................36 1. Lima Skor Terendah Yang Diperoleh Siswa...................................36 2. Lima Skor Tertinggi Yang Diperoleh Siswa...................................40 C. Analisis Alasan Kekonstruktivisan Belajar .............................................43 1. Penyiapan Bahan.............................................................................43 2. Siswa aktif........................................................................................46 a. Mencatat.....................................................................................46 b. Bertanya.....................................................................................48 c. Mengerjakan Soal......................................................................50 d. Membuat Ringkasan..................................................................54 3. Penemuan Konsep...........................................................................56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...............................................................................................59 B. Saran.........................................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………..…………..60 GLOSARIUM…………………………………………………………………62 LAMPIRAN………………………………………………………..……….…64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1
: Kisi-kisi Kuisioner Kekonstruktivisan Belajar Siswa…………….24
Tabel 2
: Kriteria Penskoran Kekonstruktivisan Belajar………………........32
Tabel 3
: Data Kekonstruktivisan Belajar Siswa Pada Pelajaran Matematika di Sekolah Menengah Atas (SMA) Se-kecamatan Bambanglipuro..34
Tabel 4
: Jawaban Kekonstruktivisan Belajar Siswa Pada Pelajaran Matematika di Sekolah Menengah Atas (SMA) Se-kecamatan Bambanglipuro………………………………........35
Tabel 5
: Persiapan Siswa Sebelum Mengikuti Pelajaran…………………..44
Tabel 6
: Alasan Untuk Menyiapkan Materi Pelajaran……………………...45
Tabel 7
: Kegiatan Aktif Mencatat………………………………………….46
Tabel 8
: Alasan Keaktifan Mencatat……………………………………….47
Tabel 9
: Kegiatan Aktif Bertanya………………………………………….48
Tabel 10
: Alasan Keaktifan Bertanya……………………………………….49
Tabel 11
: Kegiatan Aktif Mengerjakan Soal Latihan……………………….50
Tabel 12
: Alasan Keaktifan Mengerjakan Soal Latihan…………………….51
Tabel 13
: Kegiatan Aktif Mengerjakan Soal Pengayaan……………………52
Tabel 14
: Alasan Keaktifan Mengerjakan Soal Pengayaan…………………53
Tabel 15
: Kegiatan Aktif Membuat Ringkasan……………………………..54
Tabel 16
: Alasan Keaktifan Membuat Ringkasan…………………………..55
Tabel 17
: Penemuan Konsep………………………………………………..56
Tabel 18
: Alasan Penemuan Konsep………………………………………..57
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 : Surat Permohonan Ijin Penelitian Kepada Kepala BAPEDA Bantul Tembusan SMA NEGERI I BAMBANGLIPURO...........................65 Lampiran 2 : Surat Permohonan Ijin Penelitian Kepada Kepala BAPEDA Bantul Tembusan SMA STELLA DUCE BANTUL (SMA STELLA DUCE III GANJURAN)……………………………………………………66 Lampiran 3 : Surat Keterangan Ijin Penelitian Dari BAPEDA Bantul…….………67 Lampiran 4 : Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Dari SMA NEGERI I BAMBANGLIPURO…..………...………..………68 Lampiran 5 : Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Dari SMA STELLA DUCE BANTUL……………………………….…..69 Lampiran 6 : Data Hasil Kuisioner Tingkat Kekonstruktivisan Belajar Siswa Pada Pelajaran Matematika Di Sekolah Menengah Atas (SMA) Se-kecamatan Bambanglipuro…………………………….………...70 Lampiran 7 : Pengerjaan Kuisioner………………………………………….…….73
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Seringkali dalam proses belajar-mengajar, seorang guru telah menjelaskan secara jelas dan serius suatu materi pelajaran kepada siswa, namun siswa menangkap lain terhadap penjelasan tersebut. Meskipun guru telah menggunakan metoda yang berbeda dalam menjelaskan materi suatu pokok bahasan tetapi siswa tetap saja menangkap lain dari penjelasan tersebut, sehingga banyak guru yang stres, putus asa, dan frustasi. Di dalam setiap pembelajaran, siswa diharapkan mengikuti pembelajaran tersebut secara aktif. Siswa yang secara aktif terlibat dalam proses belajar dicirikan oleh dua aktifitas yaitu aktif dalam berfikir dan aktif dalam berbuat. Kedua keaktifan ini sangat terkait satu sama lain. Perbuatan siswa dalam pembelajaran merupakan hasil keterlibatan berpikir terhadap objek belajarnya. Pengalaman
adalah
hasil
perbuatan
siswa.
Selanjutnya
pengalaman itu di olah dengan menggunakan kerangka berpikir dan pengetahuan yang dimilikinya untuk membangun pengetahuan yang baru. Dengan cara ini siswa dapat mengembangkan pemahaman bahkan dapat mengubah pemahaman sebelumnya menjadi lebih baik. Pengetahuan
yang
di
bentuk
dengan
sendirinya
harus
memunculkan dorongan untuk menemukan pengalaman baru. Pembelajaran
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
seharusnya menekankan pada proses pengetahuan oleh siswa sendiri dan mengutamakan keaktifan siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya. Dengan demikian siswa dapat semakin menguasai bahan yang dipelajarinya kususnya pada Matematika. Menurut
filsafat
konstruktivisme,
pengetahuan
merupakan
bentukan (konstruksi) orang yang sedang belajar. Dalam konteks sekolah, pengetahuan siswa selama proses pembelajaran merupakan hasil bentukan sendiri. Pengalaman bersentuhan langsung dengan objek belajarnya menjadi penting (Suparno, 1997:11). Dengan cara ini siswa dapat mengalami proses mengkonstruksi pengetahuan baik berupa konsep, ide maupun pengertian tentang sesuatu yang sedang dipelajarinya. Agar proses pembentukan pengetahuan dapat berkembang, maka kehadiran pengalaman baru menjadi penting, bila tidak membatasi pengetahuan siswa. Pengetahuan
yang
dibentuk
dengan
sendirinya
harus
memunculkan dorongan untuk mencari atau menemukan pengalaman baru. Pembelajaran yang menekankan proses pembentukan pengetahuan oleh siswa sendiri dinamakan pembelajaran yang konstruktivis. Pembelajaran yang konstruktivis memiliki prinsip: (1) pengetahuan di bangun oleh siswa sendiri, baik personal maupun sosial; (2) pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar; (3) murid aktif mengkonstruksi terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah; (4) guru sekadar membantu menyediakan sarana situasi agar proses konstruksi siswa berjalan mulus (Suparno, 1997:49).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
Pengajaran dengan pendekatan transmitif bertujuan mentransfer pengetahuan
kepada
siswa.
Pembelajaran
transmitif
menggunakan
pembelajaran yang berpusat pada guru, metoda ceramah, latihan dan tugas yang sudah dibakukan. Guru jarang menggunakan metoda yang membuat siswa menjadi aktif, guru lebih sering menggunakan metoda ceramah daripada
demonstrasi
dan
eksperimen.
Pembelajaran
konstruktivis
berlandaskan pada keyakinan bahwa siswa terlibat aktif secara penuh dalam pengkonstruktivisan pengetahuan. Siswa membentuk pengetahuannya sendiri dan pengetahuannya selalu mengalami reorganisasi, karena adanya suatu pemahaman dan pengalaman yang baru (Suparno, 1997:18). Proses pembentukan berjalan terus-menerus dan mengalami reorganisai karena adanya pemahaman yang baru. Pada saat kegiatan belajar berlangsung siswa harus aktif untuk mengkonstruksi pengetahuan
untuk
dirinya sendiri. Kata aktif di sini berarti siswa harus mengatasi masalah, mencari penjelasan dari kejadian-kejadian yang ditemui dan menggunakan penalaran mereka untuk menyelesaikan masalah yang ditemuinya. Jika mereka sadar yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya di kelak kemudian hari, mereka akan memposisikan sebagai diri sendiri, yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti. Jika demikian mereka akan mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya mengapainya. Dalam upaya tersebut mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing untuk mengaktifkan kembali pengetahuan yang telah mereka miliki, mendapatkan pemahaman pengetahuan yang baru dengan cara mempelajari secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
keseluruhan,
mempraktekkan
pengetahuan
dan
pengalaman
tersebut,
melakukan refleksi terhadap strategi pengetahuan tersebut. Guru di beri kebebasan untuk mengembangkan kelasnya berdasarkan perkembangan siswa demi keaktifan murid menurut situasi perkembangan dan kebebasan untuk menyediakan bermacam-macam sarana dan prasarana yang cocok untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pengelolaan mereka. Jadi dalam pembelajaran konstruktivis guru lebih sebagai fasilitator dan mediator. Guru membangun suasana yang dapat merangsang siswa aktif dalam mengkonstruksi pengetahuannya sehingga proses pembelajaran berjalan dengan optimal. Untuk mengkonstruksi pengetahuan siswa memiliki perbedaan. Hal ini terjadi dikarenakan oleh keadaan siswa sendiri yang berbeda-beda. Perbedaan ini harus membuat guru lebih cermat dalam menentukan metode belajar untuk siswa.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas permasalahan yang ada adalah sejauh mana kekonstruktivisan siswa SMA se-kecamatan Bambanglipuro dalam belajar Matematika. Secara rinci permasalahan tersebut adalah: 1) Apakah siswa sudah menyiapkan bahan yang akan dipelajari. 2) Apakah siswa di dalam kelas aktif mencatat, bertanya, mengerjakan soal, dan membuat ringkasan. 3) Apakah siswa menemukan konsep yang dipelajari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
4) Apakah semua materi yang dipelajari di kelas diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
C. Tujuan penelitian Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kekonstruktivisan belajar siswa pada pelajaran Matematika yang ditentukan oleh: 1) Apakah siswa sudah menyiapkan bahan yang akan dipelajari. 2) Apakah siswa di dalam kelas aktif mencatat, bertanya, mengerjakan soal, dan membuat ringkasan. 3) Apakah siswa menemukan konsep yang dipelajari.
D. Manfaat Penelitian 1. Membantu sekolah untuk mengetahui kekonstruktivisan siswa sehingga dapat lebih membantu siswa belajar. 2. Menambah kekayaan pustaka penelitian tentang konstruktivisme.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI
A. Hakikat Belajar Matematika Belajar adalah perubahan perilaku yang diakibatkan oleh pengalaman
(Dahar,
1989:
21).
Belajar merupakan
suatu
aktivitas
mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai-sikap. Perubahan ini bersifat secara relatif konstan dan berbekas. Perubahan-perubahan itu dapat berupa suatu hasil yang baru atau pula penyempurnaan terhadap hasil yang diperoleh. Hasil belajar dapat berupa hasil yang utama dapat juga berupa hasil sebagai efek sampingan. Proses belajar dapat berlangsung dengan penuh kesadaran, dapat juga tidak demikian. Tidak semua perubahan merupakan akibat langsung dari usaha belajar. Contoh perubahan yang bukan merupakan hasil suatu proses belajar adalah perubahan akibat kelelahan fisik, perubahan akibat menggunakan obat, perubahan akibat penyakit parah atau trauma fisik, dan perubahan akibat pertumbuhan jasmani. Perubahan karena gejala belajar tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi kecakapan, ketrampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri (Sardiman, 1986 : 23). Apakah Matematika itu? Hingga saat ini belum ada kesepakatan yang bulat di antara para matematikawan tentang apa yang disebut
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
Matematika itu. Sedangkan sasaran penelaahan Matematika itu sendiri sebagaimana kita tahu, tidaklah konkrit melainkan abstrak. Oleh karena itu, untuk menjawab apa Matematika itu. Sejumlah tokoh memberi definisi, komentar, atau pandangan. Romberg (dalam Jackson, 1992: 750) mengarahkan hasil penelaahannya tentang Matematika kepada tiga sasaran utama. Pertama, para sosiolog, psikolog, pelaksana administrasi sekolah dan penyusun kurikulum memandang bahwa Matematika merupakan ilmu yang statik dan disipilin ketat. Kedua, selama kurun waktu dua dekade terakhir ini, Matematika di pandang sebagai suatu usaha atau kajian ulang terhadap Matematika itu sendiri. Kajian tersebut berkaitan dengan apa Matematika itu, bagaimana cara kerja para Matematikawan, dan bagaimana mempopulerkan Matematika. Selain itu, Matematika juga di pandang sebagai suatu bahasa, struktur logika, batang tubuh dari bilangan dan ruang, rangkaian metode untuk menarik kesimpulan, esensi ilmu terhadap dunia fisik, dan sebagai aktivitas intelektual. Agak berbeda dengan pendapat di atas, Dienes (dalam Ruseffendi, 1988: 160) mengatakan bahwa Matematika adalah ilmu seni kreatif. Oleh karena itu, Matematika harus dipelajari dan diajarkan sebagai ilmu seni. Bourne (dalam Romberg, 1992: 752) juga memahami Matematika sebagai konstruktivisme sosial dengan penekanannya pada knowing how, yaitu pebelajar dipandang sebagai mahluk yang aktif dalam mengskostruksi ilmu pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya. Hal ini berbeda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
dengan pengertian knowing that yang di anut oleh kaum absoluitis, di mana pebelajar di pandang sebagai mahluk yang pasif dan seenaknya dapat di isi informasi dari tindakan hingga tujuan (Dewey dalam Romberg, 1992: 752). Kitcher
(dalam
Jackson,
1992:
753)
lebih
menfokuskan
perhatiannya kepada komponen dalam kegiatan Matematika. Dia mengklaim bahwa Matematika terdiri atas komponen-komponen: (1) bahasa (language) yang dijalankan oleh para Matematikawan; (2) pernyataan (statements) yang digunakan oleh para Matematikawan; (3) pertanyaan (questions) penting yang hingga saat ini belum terpecahkan; (4) alasan (reasonings) yang digunakan untuk menjelaskan pernyataan; dan (5) ide matematika itu sendiri. Bahkan secara lebih luas Matematika dipandang sebagai the science of pattern (Steen dalam Romberg, 1992: 754). Sejalan dengan kedua pandangan di atas, Sujono (1988: 5) mengemukakan beberapa pengertian Matematika. Diantaranya, Matematika diartikan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara sistematik. Selain itu, Matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logik dan masalah yang berhubungan dengan bilangan. Bahkan dia mengartikan Matematika sebagai ilmu bantu dalam mengiterpretasikan berbagai ide dan kesimpulan. Dengan demikian, hakikat dari pembelajaran Matematika adalah membangun pengetahuan Matematika. Sebagai implikasi dari hakikat belajar Matematika
itu
maka
proses
pembelajaran
Matematika
merupakan
pembentukan lingkungan belajar yang dapat membantu siswa untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
membangun
konsep-konsep/prinsip-prinsip
Matematika
berdasarkan
kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi.
B. Konstuktivisme Dalam Pembelajaran 1. Pengetahuan Filsafat konstruktivis menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi(bentukan) kita sendiri. Von Glasersfeld menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah barang tiruan dari kenyataan(realitas). Pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Seseorang membentuk skema, kategori, konsep, dan struktur pengetahuan yang diperlukan untuk pengetahuan. Maka pengetahuan bukanlah tentang dunia lepas dari pengamat tetapi merupakan ciptaan manusia yang dikonstruksi dari pengalaman atau dunia sejauh yang dialaminya. Proses pembentukan ini berjalan terus menerus dengan setiapkali mengadakan reorganisasi karena adanya suatu pemahaman yang baru (Suparno, 1997:18). Menurut Von Glaserfeld pengetahuan itu di bentuk oleh konsepsi seseorang sewaktu dia berinteraksi dengan lingkungannya. Lingkungan dapat berarti dua macam, pertama bila kita berbicara tentang diri kita sendiri, lingkungan menunjuk pada keseluruhan objek dan semua relasinya yang kita abstraksikan dari pengalaman. Kedua, bila kita memfokuskan diri pada suatu hal tertentu, lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
menunjuk pada sekeliling hal itu yang telah terisolasi (Suparno, 1997:19). Para konstruktivis percaya bahwa pengetahuan itu ada dalam diri seseorang yang sedang mengetahui, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang (guru) ke kepala orang lain (murid) (Suparno, 1997:19). Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat di transfer begitu saja dari pikiran yang mempunyai pengetahuan kepada orang yang belum mempunyai pengetahuan (Suparno, 1997: 20). Berdasarkan pandangan konsruktivistik tentang bagaimana pengetahuan diperoleh atau di bentuk, belajar merupakan proses aktif dari pebelajar untuk membangun pengetahuannya. Proses aktif yang di maksud tidak hanya bersifat secara mental tetapi juga keaktifan secara fisik. Artinya, melalui aktivitas secara fisik pengetahuan siswa secara aktif di bangun berdasarkan proses asimilasi pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengetahuan yang telah di miliki pebelajar dan ini berlangsung secara mental.
2. Realitas Dan Kebenaran Menurut Bettencourt (1989), konstruktivisme tidak bertujuan mengerti realitas tetapi hendak melihat bagaimana kita menjadi tahu akan
sesuatu.
Boleh
dikatakan
juga
bahwa
realitas
bagi
konstruktivisme tidak pernah ada secara terpisah dari pengamat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
(Suparno 1997:21). Realitas ini tergantung pada pengamatnya yaitu dari mana ia mengamati suatu objek tersebut dan dari sudut pandang apa ia mengamatinya. Suatu pengetahuan dianggap benar bila pengetahuan itu dapat berguna untuk menghadapi dan memecahkan persoalan atau fenomena yang terjadi (Suparno, 1997:28).
3. Hal-hal Yang Membatasi Konstruksi Pengetahuan Bettencourt (1989) menyebutkan beberapa hal yang dapat membatasi proses konstruksi pengetahuan manusia, antara lain:1) konstruksi kita yang lama, 2) domain pengalaman kita, 3) jaringan kognitif kita. Hasil dan proses konstruksi pengetahuan kita yang lampau dapat menjadi pembatas konstruksi pengetahuan kita yang datang. Unsur-unsur yang kita abstraksikan dari pengalaman yang lampau, cara kita mengabstraksi dan mengorganisasikan konsepkonsep, aturan main yang kita gunakan untuk mengerti sesuatu, semuanya punya pengaruh terhadap pembentukan pengetahuan berikutnya (Suparno, 1997:22). Pengalaman kita yang terbatas akan sangat membatasi perkembangan pembentukan kita pula. Menurut konstruktivisme, pengalaman akan fenomen yang baru akan menjadi unsur yang sangat penting dalam pengembangan pengetahuan kita dan kekurangan dalam hal ini akan membatasi pengetahuan kita pula. Dalam bidang ilmu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
Matematika pun pengalaman mengkonsepsi maupun memecahkan persoalan-persoalan baru akan sangat mempengaruhi perkembangan pengetahuan
seseorang
tentang
Matematika
sendiri
(Suparno,
1997:23).
4. Konstruktvisme Personal Dan Sosial Ada
dua
konstruktivisme
tradisi
psikologis
besar dan
dari
konstruktivisme,
konstruktivisme
yaitu
sosiologis.
Konstruktivisme psikologis bercabang dua, yaitu konstruktivisme psikologis personal (piaget) dan konstruktivisme psikologis sosial (Vygotsky), sedangkan konstruktivisme sosiologis berdiri sendiri (Suparno, 1997 : 43).
a. Konstruktivisme Psikologis Personal Konstruktivisme psikologis personal lebih menekankan bahwa pribadi seseoranglah yang mengkonstruksikan pengetahuan. Hal ini diawali dengan bagaimanakah seseorang anak membangun pengetahuan kognitifnya, secara pelan-pelan membentuk skema, mengembangkan skema dan mengubah skema. Di sini diperlukan keaktifan anak untuk membentuk pengetahuan karena pengetahuan anak lebih di bentuk oleh si-anak itu sendiri yang sedang belajar (Suparno, 1997:44).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
b. Konstruktivisme Psikologis Sosiokulturalisme Konstruktivisme psikologis sosiokulturalisme lebih menekankan praktek-praktek kultural dan praktek-praktek sosial dalam lingkungan pelajar. Menurut para sosiokulturalis, aktivitas mengerti selalu dipengaruhi oleh partisipasi seseorang dalam praktek-praktek sosial dan kultural yang ada. Yang mempengaruhi tersebut antara lain: situasi sekolah, masyarakat, teman, dan lainlain (Suparno, 1997:45-47).
c. Konstruktivisme Psikologis Sosiologis Konstruktivisme psikologis sosiologis berpandangan bahwa pengetahuan itu merupakan hasil penemuan sosial dan sekaligus juga merupakan faktor dalam perubahan sosial. Kenyataan ini di bentuk secara sosial dan ditentukan secara sosial. Konstruktivisme psikologis sosiologis menekankan bahwa pengalaman ilmiah merupakan konstruksi sosial bukan konstruksi individual. Konstruktivisme psikologis sosiologis mempertahankan bahwa pengetahuan ilmiah di bentuk dan dibenarkan secara sosial. Suasana,
lingkungan,
dan
di
pengetahuan adalah sangat penting.
namika
pembentukan
ilmu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
C. Pengaruh Konstruktivisme Terhadap Proses Belajar Matematika Kegiatan belajar adalah kegiatan yang aktif di mana pelajar membangun sendiri pengetahuannya. Pelajar mencari arti sendiri dari yang mereka pelajari. Ini merupakan proses menyesuaikan konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berpikir yang telah ada dalam pikiran mereka (Suparno, 1997: 62). Bagi kaum konstruktivis, belajar adalah suatu proses organik untuk menemukan sesuatu, bukan suatu proses mekanik untuk mengumpulkan fakta. Belajar itu suatu perkembangan pemikiran dengan membuat kerangka pengertian yang berbeda. Pelajar harus punya pengalaman dengan membuat hipotesis, mengetes hipotesis, memanipulasi objek, memecahkan persoalan, mencari jawaban, mengambarkan, meneliti, berdialog, mengadakan refleksi, mengungkapkan pertanyaan, mengeskpresikan gagasan, dan lain-lain untuk membentuk konstruksi yang baru (Suparno, 1997:62). Setiap pelajar mempunyai cara sendiri untuk mengerti. Maka penting bahwa setiap pelajar mengerti kekhasannya, keunggulan dan kelemahannya dalam mengerti sesuatu. Mereka perlu menemukan cara belajar yang tepat bagi mereka sendiri dan juga cara yang cocok untuk mengkonstruksikan pengetahuannya yang terkadang sangat berbeda dengan teman-teman yang lain. Karena itu mengerti kekhususannya sendiri sangat penting dalam memajukan belajar seseorang (Suparno, 1997:63). Saat berada di dalam kelas seorang pelajar sudah membawa makna tertentu sebelum kegiatan belajar secara formal belangsung. Inilah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
pengetahuan dasar mereka untuk dapat dikembangkan dengan pengetahuan yang baru, yang ada di dalam kelas. Mereka juga membawa perbedaan tingkat intelektual, personal, sosial, emosional, dan kultural. Latar belakang dan pengertian awal yang dibawa siswa tersebut sangat penting dimengerti oleh pengajar agar dapat membantu memajukan dan memperkembangkannya sesuai dengan pengetahuan yang lebih ilmiah (Suparno, 1997:63). Siswa pada saat belajar diharapkan: (1) aktif membentuk pengetahuan tentang konsep, hipotesis, dan aturan-aturan yang lainnya; (2) membentuk sendiri pengetahuannya; (3) selalu menghubungkan pemahaman baru dengan pemahaman yang telah ada; (4) selalu mencari keterkaitan antara konsep-konsep
Matematika
dengan
pengalaman
sehari-hari;
(5)
mengembangkan ide-ide yang lebih kompleks, misalnya tentang bilangan, pola, bentuk, data, ukuran dsb.
D. Pengaruh Konstruktivisme Terhadap Proses Mengajar Matematika Pendidikan yang dipandang kurang relevan dengan pembangunan, mutu pendidikan yang dianggap kian merosot menimbulkan kritik dari beberapa pihak. Ketidak-puasan itu merupakan dorongan untuk mencari caracara yang baru yang lebih efektif (Nasution, 1984:221). Menurut Hudojo (1998:7-8) ciri-ciri pembelajaran dalam pandangan konstrukstivisme adalah sebagai berikut: (1) menyediakan pengalaman belajar dengan mengkaitkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sedemikian rupa sehingga belajar melalui proses pembentukan pengetahuan; (2) menyediakan berbagai alternatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
pengalaman belajar, tidak semua mengerjakan tugas yang sama, misalnya suatu masalah dapat diselesaikan dengan berbagai cara; (3) mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi yang realistik dan relevan dengan melibatkan pengalaman konkrit, misalnya untuk memahami suatu konsep Matematika melalui kenyataan kehidupan sehari-hari; (4) mengintegrasikan pembelajaran sehingga memungkinkan terjadinya transmisi sosial yaitu terjadinya interaksi dan kerja sama seseorang dengan orang lain atau dengan lingkungannya, misalnya interaksi dan kerjasama antara siswa, guru, dan siswa-siswa; (5) memanfaatkan berbagai media termasuk komunikasi lisan dan tertulis sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif; 6) melibatkan siswa secara emosional dan sosial sehingga Matematika menjadi menarik dan siswa mau belajar. Secara
umum,
pembelajaran
berdasarkan
teori
belajar
konstruktivisme meliputi empat tahap: (1) tahap persepsi (mengungkap konsepsi awal dan membangkitkan motivasi belajar siswa); (2) tahap eksplorasi; (3) tahap diskusi dan penjelasan konsep; dan (4) tahap pengembangan dan aplikasi konsep (Horsley, 1990: 59). Petunjuk tentang proses pembelajaran dengan teori belajar konstruktivisme juga dikemukakan oleh Dahar (1989: 160), sebagai berikut: (1) siapkan benda-benda nyata untuk digunakan para siswa; (2) pilihlah pendekatan yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak; (3) perkenalkan kegiatan yang layak dan menarik serta beri kebebasan anak untuk menolak saran guru; (4) tekankan penciptaan pertanyaan dan masalah serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
pemecahannya; (5) anjurkan para siswa untuk saling berinteraksi; (6) hindari istilah teknis dan tekankan berpikir; (7) anjurkan mereka berpikir dengan cara sendiri; dan (8) perkenalkan kembali materi dan kegiatan yang sama setelah beberapa tahun lamanya. Beberapa uraian di atas dapat memberi pandangan kepada guru agar dalam menerapkan prinsip belajar konstruktivisme, benar-benar harus memperhatikan kondisi lingkungan bagi anak. Di samping itu, pengertian tentang kesiapan anak untuk belajar, juga tidak boleh diabaikan. Dengan kata lain, bahwa faktor lingkungan sebagai suatu sarana interaksi bagi anak, bukanlah satu-satunya yang perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh bagi guru. Yager (1991: 55) mengajukan pentahapan yang lebih lengkap dalam pembelajaran dengan teori belajar konstruktivisme. Hal ini dapat menjadi pedoman dalam pembelajaran secara umum, pembelajaran dalam Ilmu Pengetahuan Alam dan pembelajaran Matematika. Cakupan tersebut didasarkan pada tugas guru yang tidak mengajarkan mata pelajaran pendidikan agama dan olah raga merupakan guru kelas. Tahap pertama, siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep yang akan di bahas. Bila perlu, guru memancing dengan pertanyaan problematis tentang fenomena yang sering dijumpai seharihari oleh siswa dan mengaitkannya dengan konsep yang akan di bahas. Selanjutnya, siswa di beri kesempatan untuk mengkomunikasikan dan mengillustrasikan pemahamannya tentang konsep tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
Tahap kedua, siswa di beri kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan
konsep
melalui
pengumpulan,
pengorganisasian,
dan
penginterpretasian data dalam suatu kegiatan yang telah di rancang oleh guru. Secara keseluruhan pada tahap ini akan terpenuhi rasa keingintahuan siswa tentang fenomena dalam lingkungannya. Tahap ketiga, siswa memikirkan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil observasi siswa, ditambah dengan penguatan guru. Selanjutnya, siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari. Tahap keempat, guru berusaha menciptakan iklim pembelajaran yang
memungkinkan
siswa
dapat
mengaplikasikan
pemahaman
konseptualnya, baik melalui kegiatan maupun melalui pemunculan masalahmasalah yang berkaitan dengan isu-isu dalam lingkungan siswa tersebut.
E. Pengaruh Teori Konstruktivisme Terhadap Proses Penelitian Teori konstruktivisme yang dipaparkan di depan disajikan untuk mendukung penelitian ini. Teori tersebut menjadi dasar dalam: 1
Penyusunan Instrument Penelitian Model belajar konstruktivis sangat memperhatikan jaringan ideide yang ada dalam struktur kognitif siswa. Pengetahuan bukanlah gambaran dari suatu realita. Pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif melalui kegiatan mental seseorang. Transformasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
pengetahuan dalam konstruktivisme adalah pergeseran siswa sebagai penerima pasif informasi menjadi pengkonstruksi aktif dalam proses pembelajaran. Siswa di pandang sebagai subyek yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemampuan masing-masing. Implikasi model konstruktivis dalam pembelajaran adalah kegiatan aktif siswa dalam usaha membangun sendiri pengetahuannya. Siswa diberikan kebebasan untuk mencari arti sendiri dari apa yang mereka pelajari. Ini merupakan proses menyesuaikan konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berpikir yang telah ada dalam pikiran mereka dan siswa bertanggung jawab atas hasil belajarnya. Mereka membawa pengertian yang lama dalam situasi belajar yang baru. Mereka sendiri yang membuat penalaran atas apa yang dipelajarinya dengan cara mencari makna, membandingkannya dengan apa yang telah ia ketahui dengan apa yang ia perlukan dalam pengalaman yang baru. Penelitian ini untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi siswa sehingga sifat-sifat atau isi atau karakteristik teori konstruktivisme dalam proses pembelajaran dijadikan pedoman utama dalam penyusunan instrumen penelitian. 2
Analisa Data Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap di terima dan di ingat siswa. Siswa harus mengonstruksi pengetahuannya sendiri dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Penelitian ini untuk menyajikan data seberapa besar siswa dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
kaitannya pengkonstruksian pengetahuan dalam dirinya. Dari data-data yang telah diperoleh selanjutnya akan dikalkulasi dan dianalisa. Analisa hasil penelitian ini didasarkan pada teori konstruktivisme.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang
bertujuan
mendeskripsikan,
mencatat,
menganalisis,
dan
menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau yang ada (Mardalis, 1990). Penelitian deskriptif ini tidak menguji atau tidak menggunakan hipotesis, tetapi hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai variabel yang di teliti. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap satu objek yang di teliti melalui data sampel sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang belaku umum (Sugiyono, 1999). Berdasarkan kedua pendapat tersebut di atas maka penelitian ini menggunakan data kuantitatif. Variabel yang diperoleh melalui skor jawaban subjek pada skala sebagaimana adanya. Hal ini ditujukan untuk mengetahui dan menggambarkan tingkat kekonstruktivisan belajar siswa pada pelajaran Matematika yang dilaksanakan oleh siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) sekecamatan Bambanglipuro, tanpa membuat kesimpulan yang berlaku secara umum diluar subjek penelitian.
21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini mengambil tempat di Sekolah Menengah Atas (SMA) sekecamatan Bambanglipuro yaitu SMA NEGERI I BAMBANGLIPURO dan SMA STELLA DUCE BANTUL. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2007.
C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan pengamatan yang menjadi perhatian kita (Walpole, 1995:6). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa kelas X, XI, dan XII SMA NEGERI I BAMBANGLIPURO dan siswa kelas X, XI, dan XII SMA STELLA DUCE BANTUL yang berjumlah 596 siswa. 2. Sampel Dari keseluruhan populasi diambil sampel siswa SMA NEGERI I BAMBANGLIPURO sebanyak 60 siswa, SMA STELLA DUCE BANTUL sebanyak 60, dengan jumlah keseluruhan sampel sebanyak 120 siswa. Karena 2 siswa kelas XII SMA STELLA DUCE BANTUL tidak berangkat sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 118 siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
D. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket atau kuisioner. Angket atau kuisioner adalah sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden (Suharsini, 1996:139). Kuisioner
berisi
item-item
yang
menyajikan
pernyataan-pernyataan
berdasarkan indikator siswa belajar secara konstruktivis. Kuisioner ini bertujuan untuk mengukur tingkat kekonstruktivisan belajar siswa pada pelajaran Matematika. Kuisioner ini di susun berdasarkan pengertian pembelajaran
konstruktivis
di
mana
pelajar
membangun
sendiri
pengetahuannya. Dalam kuisioner ini terdapat point-point pokok yang menandakan belajar siswa secara konstruktivis pada: (1) awal proses pembelajaran; (2) pada pertengahan proses pembelajaran; (3) pada akhir proses pembelajaran; dan (4) di luar jam pembelajaran. Kuisioner dalam penelitian ini terdiri 20 (dua puluh) item yang disertai dengan alasan menurut mereka sendiri. Alasan-alasan tersebut akan dipergunakan untuk mengetahui lebih mendalam mengapa hal ini disukai dan yang lain tidak, dan juga untuk memberikan beberapa buah pikiran yang sekiranya dapat membantu sekolah dan dunia pendidikan dalam melakukan perubahan-perubahan khususnya penerapan metode mengajar selama proses pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
Kuisioner di maksud seperti tertuang oleh kisi-kisi berikut: Tabel 1 : Kisi- kisi Kuisioner Kekonstruktivisan Belajar Siswa No 1
Indikator Kekonstruktivisan Awal proses pembelajaran - Mempersiapkan materi / bahan pelajaran
2
No Butir
1
Pertengahan proses pembelajaran a. Mendengarkan aktif b. Bertanya
2, 3 4
c. Mengolah bahan
3
1. Membaca
5
2. Mencatat
6
3. Mengerjakan sesuatu
7, 8, 9
4. Mengerjakan soal
10, 11
d. Mengekspresikan gagasan
12
e. Praktikum
13
Akhir proses pembelajaran - Evaluasi / tes
4
14
Di luar jam pembelajaran a. Mengerjakan sesuatu 1. Membaca dan meminjam buku
15
2. Membuat pekerjaan rumah
16
3. Belajar sendiri
17, 18
b. Melakukan kegiatan 1. Belajar kelompok
19
2. Lomba
20
Pertanyaan dan pernyataan indikator kekonstruktivisan belajar siswa terdiri dari : satu pertanyaan kekonstruktivisan pada awal proses pembelajaran, berkaitan dengan kesiapan siswa dalam mengikuti proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
pembelajaran; dua belas pertanyaan kekonstruktivisan pada pertengahan proses pembelajaran karena ini merupakan inti dari proses belajar yang di alami oleh siswa, dalam hal ini siswa mengalami dan melakukan perubahanperubahan (berproses) dalam pemahaman akan suatu materi pelajaran; satu pertanyaan kekonstruktivisan pada akhir proses pembelajaran karena siswa akan membuktikan dan melakukan hasil pemahaman yang telah diperoleh; dan enam pertanyaan kekonstruktivisan di luar jam pembelajaran karena di sini pemahaman-pemahaman baru akan diperoleh dan juga siswa akan menerapkan teori-teori yang telah diperoleh di kelas. Pertanyaan dan peryataan kuisioner ini berbentuk multiple choice dengan 4 (empat) kemungkinan jawaban (a, b, c, d). Berikut beberapa contoh pertanyaan dan peryataan tersebut (secara lengkap, lampiran 7):
Kekonstruktivisan Awal Proses Pembelajaran ☯ Mempersiapkan Materi Pelajaran Sebelum pelajaran Matematika di mulai saya sudah mempersiapkan bahan pelajaran yang akan diajarkan a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
Alasan…………………………………………………………….
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
Kekonstruktivisan Pertengahan Proses Pembelajaran ☯ Mendengarkan Aktif Saya mendengarkan dengan baik yang dijelaskan oleh guru selama pelajaran Matematika. a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
Alasan…………………………………………………………….
☯ Bertanya Jika saya tidak memahami yang telah dijelaskan oleh guru, maka saya bertanya kepada guru bagaimana cara mendapatkan hasil tersebut. a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
Alasan..............................................................................................
☯ Mengolah Bahan Membaca Saya membaca materi pelajaran untuk membantu dalam belajar selama pelajaran Matematika. a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
Alasan...................................................................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
Mencatat Saya mencatat apa yang telah dijelaskan dan di tulis di papan tulis oleh guru selama pelajaran Matematika berlangsung. a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
Alasan........................................................................................
Mengerjakan Sesuatu Saya membuat gambar-gambar dan bagan/skema di buku catatan untuk memudahkan dalam belajar Matematika a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
Alasan........................................................................................
Mengerjakan Soal Saya mengerjakan soal-soal latihan. a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
Alasan…………………………………………………………….
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
☯ Mengekspresikan Gagasan Saya mengungkapkan gagasan atau ide-ide sebagai jawaban alternatif terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru selama pelajaran Matematika berlangsung. a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
Alasan…………………………………………………………….
☯ Praktikum Saya membuat hipotesis atau dugaan sementara sebelum melakukan pencarian atau pengumpulan data dalam praktikum. a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
Alasan…………………………………………………………….
Kekonstruktivisan Akhir proses pembelajaran ☯ Evaluasi Saya mengikuti dan mengerjakan evaluasi yang diberikan guru berupa test atau ulangan a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
Alasan.................................................................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
Kekonstruktivisan Di Luar Jam Pembelajaran ☯ Mengerjakan Sesuatu Membaca dan meminjam buku Saya meminjam dan membaca buku-buku Matematika di perpustakaan. a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
Alasan…………………………………………………………….
Belajar Sendiri Saya mempelajari sendiri bahan-bahan lain di rumah, dan berusaha untuk mengetahui bagaimana hasil tersebut dihasilkan. a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
Alasan..............................................................................................
☯ Melakukan Kegiatan Belajar Kelompok Saya membuat kelompok belajar di rumah. a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
Alasan..............................................................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
Lomba Saya mengikuti lomba yang diadakan sekolah ataupun sekolah lain dan perguruan tinggi. a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
Alasan…………………………………………………………….
E. Validitas Instrumen dalam penelitian ini dikatakan mempuyai validitas konstruksi, karena instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur gejala sesuai dengan yang didefinisikan. Untuk melahirkan definisi maka diperlukan teori- teori. Dalam hal ini Sutrisno menyatakan bahwa bila bangunan teorinya sudah benar, hasil pengukuran dengan alat ukur yang berbasis pada teori itu sudah di pandang sebagai hasil yang valid (Sugiyono, 1999:100) Secara teknis pengujian validitas konstruksi dapat di bantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen (seperti yang telah dicontohkan dalam penyusunan instrumen).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
F. Metoda Analisis Data Untuk data kuisioner dilakukan pensekoran sebagai berikut: 1. Jawaban A, (Selalu) diberi skor 4. 2. Jawaban B, (Sering) diberi skor 3. 3. Jawaban C, (Kadang- kadang) diberi skor 2. 4. Jawaban D, (Tidak pernah) diberi skor 1. Alasan.................................................................................................................. Jawaban “Selalu” berarti siswa tersebut terus menerus melakukan kegiatan atau setiap kali mengalami hal tersebut. Jawaban “Sering” berarti siswa tersebut kerap melakukan kegiatan atau mengalami hal tersebut, tetapi ada kalanya juga tidak. Jawaban “Kadang- kadang” berarti siswa tersebut hanya beberapa kali mengalami kegiatan tersebut. Jawaban “Tidak pernah” berarti siswa tersebut tidak melakukan kegiatan atau mengalami hal tersebut. Oleh karena itu pilihan jawaban “Selalu” di beri skor 4 (empat), “Sering” di beri skor 3 (tiga), “Kadang- kadang” di beri skor 2 (dua), “Tidak pernah” di beri skor 1(satu). Sedangkan isian pada alasan digunakan untuk menyatakan kenapa siswa melakukan hal tersebut.
Contoh: Saya mengikuti dan mengerjakan evaluasi yang diberikan guru berupa test atau ulangan a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
Alasan : Karena ulangan Matematika itu mudah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
Analisis contoh. Siswa di atas mendapatkan skor 4, untuk alasan Ia sangat menyukai soal - soal yang telah diberikan oleh Bapak / Ibu Guru karena usaha kerasnya dalam belajar telah berhasil yaitu dalam memahami materi, soal, langkah – langkah penyelesaiannya.
Selanjutnya seluruh nilai yang didapat setiap siswa dikelompokkan menurut interval. Pengintervalan tersebut adalah:
P=
Range k
(Sumardi, 1988:171) Keterangan: P adalah lebar interval Range adalah skor maksimal – skor minimal. k adalah banyaknya kelas(kelompok). Tabel 2 : Kriteria Penskoran Kekonstruktivisan Belajar Kelompok
Skor
Kategori
I
65- 80
Kekonstruktivisan sangat tinggi
II
50 – 64
Kekonstruktivisan tinggi
III
35 – 49
Kekonstruktivisan cukup
IV
20 – 34
Kekonstruktivisan kurang
(Gubahan dari filsafat konstruktivisme dalam pendidikan karya Suparno, 1997 : 11-84)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
Untuk melihat tingkat kekonstruktivisan secara menyeluruh maka di cari skor rata-rata yaitu skor yang diperoleh seluruh siswa di bagi jumlah sampel (siswa). Keterangan :
n
∑x X=
i
X adalah rata-rata
i
n
∑x adalah jumlah semua ukuran n adalah banyaknya ukuran
(Sumardi, 1988 : 166)
(banyaknya data)
Skor rata – rata ini digunakan untuk menentukan tingkat kekonstruktivisan belajar siswa. Sedangkan untuk jawaban yang berupa alasan-alasan yang dikemukakan dianalisis sesuai dengan kategori yang dicapai untuk seluruh soal karena peneliti ingin mengetahui dan menganalisis alasan-alasan yang menyebabkan siswa melakukan hal tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV DATA DAN ANALISA
A. Data Kekonstruktivisan Secara Umum Berikut ini tabulasi skor yang telah diperoleh siswa dari hasil kuisioner tingkat kekonstruktivisan belajar siswa pada pelajaran Matematika
di
Sekolah
Menengah
Atas
(SMA)
se-kecamatan
Bambanglipuro. Sampel yang di ambil adalah 118 siswa. Di dalam tabel, pencapaian skor yang dapat di capai siswa (x), banyaknya siswa yang dapat mencapai skor tersebut (f). Tabel 3 : Data Kekonstruktivisan Belajar Siswa Pada Pelajaran Matematika di Sekolah Menengah Atas (SMA) Se-kecamatan Bambanglipuro. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Skors ( x ) 30 32 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 65 Jumlah
Frekuensi ( f ) 1 1 2 2 4 2 5 3 5 4 4 4 8 3 6 7 7 7 7 3 1 5 7 7 4 3 2 3 1 118
34
f .x 30 32 68 70 144 74 190 117 200 164 168 172 352 135 276 329 336 343 350 153 52 265 378 385 224 171 116 177 65 5536
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
Skor rata-rata yang telah di capai siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) se-kecamatan Bambanglipuro adalah : x =
5536 = 46,92 118
Tingkat kekonstruktivisan belajar siswa pada pelajaran Matematika
di
Sekolah
Menengah
Atas
(SMA)
se-kecamatan
Bambanglipuro adalah sebesar 46,92. Sehingga berdasarkan tabel 2 (halaman 32) dapat diklasifikasikan bahwa kekonstruktivisan belajar siswa berada pada tingkat “Kekonstruktivisan Cukup” Pada tabel 4 ditampilkan jumlah skor untuk setiap item berdasarkan data jawaban kuisioner tingkat kekonstruktivisan belajar siswa pada pelajaran Matematika di Sekolah Menengah Atas (SMA) sekecamatan Bambanglipuro (secara rinci dapat di lihat pada lampiran 6). Tabel 4 : Jawaban Kekonstruktivisan Belajar Siswa Pada Pelajaran Matematika di Sekolah Menengah Atas (SMA Se-kecamatan Bambanglipuro No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
No Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Total Skor 270 352 303 281 279 433 231 388 259 302 230 179 223 422 182 331 319 240 177 135
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
Dari tabel (tabel 4), terdapat 5 skor terendah (cetak tebal) yaitu pengerjaan kuisioner untuk item no 20, 19, 12, 15 dan 13. Dan 5 skor tertinggi (di garis bawah) yaitu pengerjaan kuisioner untuk item no 6, 14, 8, 2, dan 16.
B.
Analisis Kekonstruktivisan Belajar 1. Lima Skor Terendah Yang Diperoleh Siswa Adalah: a. No 20, alasan–alasan yang menyebabkan siswa tidak mengikuti perlombaan yang diadakan sekolah ataupun sekolah lain dan perguruan tinggi adalah: -
Malas (40)
-
Karena tidak terpilih (18)
-
Karena masih banyak yang lebih pintar (15)
Analisis Malas adalah tidak mau bekerja atau mengerjakan sesuatu (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2002). Siswa hanya menulis “malas” tanpa ada penjelasan yang lebih rinci sebagai penyebabnya. Perlombaan yang diadakan pihak sekolah, sekolah lain atau perguruan tinggi mungkin membuat siswa enggan mengikutinya karena saat ini diberbagai stasiun TV banyak acara-acara yang mirip dan menawarkan berbagai hadiah yang besar tanpa harus berpikir serius.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
Alasan “tidak terpilih” dan “masih ada yang lebih pintar” menunjukkan bahwa siswa masih merasa minder terhadap siswasiswa dari sekolah lain.
b. No 19, alasan–alasan siswa yang mengakibatkan kegiatan membuat kelompok belajar di rumah tidak dilakukan adalah: -
Malas (47)
-
Karena jarak rumah yang jauh (20)
-
Jika di beri tugas saja (13)
Analisis Belajar berkelompok sangat membantu siswa dalam menemukan pengalaman baru karena siswa lebih aktif dalam mengkonstruksi pengetahuannya. Dalam belajar berkelompok, siswa belajar tanpa didampingi guru sehingga kemampuan untuk menalar sendiri sangat dominan. Jarak rumah yang jauh membuat kegiatan ini jarang dilakukan. Sebenarnya permasalahan ini dapat diatasi dengan melakukan belajar berkelompok sesaat setelah jam pelajaran selesai pada hari tersebut, misalnya : hari senin, waktu pulang sekolah pukul 14.45 WIB. Siswa dapat belajar berkelompok pada pukul 15.00 WIB sampai pukul 16.00WIB. Siswa hanya mengerjakan atau berkelompok bila tugasnya diharuskan. Siswa masih belum sadar akan kebutuhan belajar sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
c. No
12,
alasan–alasan
yang
menyebabkan
siswa
tidak
mengungkapkan gagasan atau ide-ide sebagai jawaban alkternatif terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru selama pelajaran Matematika berlangsung adalah : -
Malas (42)
-
Malu jika di tertawakan (9)
-
Tidak jelas dengan penjelasan guru (6)
Analisis Siswa enggan mengungkapkan gagasan atau ide-ide sebagai jawaban alternatif karena merasa malu jika gagasan atau ide-ide yang yang diutarakan tersebut ternyata membuat geli teman-temannya yang sedang mendengarkan. Siswa nampaknya perlu di bantu untuk lebih percaya diri (PD) untuk berani tampil dan berbicara.
d. No 15, alasan–alasan yang membuat kegiatan meminjam dan membaca buku-buku Matematika di perpustakaan kurang diminati adalah : -
Malas (56)
-
Karena sudah punya bukunya (20)
-
Untuk menambah wawasan (14)
Analisis Buku dipandang sebagai sumber belajar sehingga buku tersebut harus dimiliki. Siswa yang telah memiliki buku-buku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
pelajaran tersebut merasa tidak perlu untuk mendatangi perpustakaan. Siswa sudah puas pada buku sendiri dan tidak termotivasi untuk mencari bahan tambahan. Untuk siswa yang lain perpustakaan sekolah sangat membantu dalam menambah wawasannya karena perpustakaan sekolah di pandang sebagai sumbernya ilmu pengetahuan.
e. No 13, alasan-alasan siswa membuat atau tidak hipotesis sebelum mengikuti praktikum adalah : -
Susah (19)
-
Malas (15)
-
Kadang-kadang (10)
Analisis Membuat hipotesis sebelum mengikuti praktikum susah bagi banyak siswa. Susah dalam menyusun hipotesis sebelum mengikuti praktikum dimungkinkan karena saat belajar di kelas siswa kurang memahami materi dan belum mendapatkan konsep sebagai pendukung dari kegiatan praktikum tersebut. Mungkin guru perlu melatih siswa untuk membuat hipotesis dan mendesak siswa menuliskan hipotesisnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
2. Lima Skor Tertinggi Yang diperoleh Siswa Adalah: a. No 6, alasan–alasan yang membuat siswa senang untuk mencatat apa yang telah dijelaskan dan di tulis di papan tulis oleh guru selama pelajaran Matematika berlangsung adalah : -
Untuk dipelajari kembali di rumah (50)
-
Karena penting (19)
-
Supaya tidak lupa (12)
Analisis Mencatat semua penjelasan guru untuk dipelajari kembali di rumah merupakan tindakan tepat yang dapat dilakukan siswa karena,
menurut
pengetahuan
filsafat
merupakan
konstruktivisme
hasil
bentukan
pembentukan
sendiri.
Dengan
mencatat kemudian membacanya kembali saat belajar di rumah siswa berusaha mendalami dan mencerna materi pokok bahasan yang telah dijelaskan di kelas. Dengan mempelajari catatannya, siswa akan semakin mengerti dan akan lebih ingat.
b. No 14, motivasi siswa dalam mengikuti dan mengerjakan evaluasi yang diberikan guru dalam bentuk tes atau ulangan adalah : -
Agar dapat nilai bagus (40)
-
Kalau bisa (33)
-
Mengasah kemampuan (20)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
Analisis Menurut guru, siswa harus mengikuti dan mengerjakan evaluasi dalam bentuk tes atau evaluasi karena hal tersebut digunakan
untuk
mengukur
keberhasilan
guru
dalam
menyampaikan materi pelajaran dan keberhasilan siswa dalam menerima setiap informasi yang telah dijelaskan selama satu semester, hasil evaluasi nantinya akan digunakan untuk mengisi nilai dalam buku raport. Tes atau evaluasi diikuti siswa karena siswa ingin mendapatkan nilai yang bagus, hal ini sejalan dengan definisi tes itu sendiri. Tes adalah ujian tertulis, lisan, atau wawancara untuk mengetahui kemampuan, bakat dan kepribadian seseorang (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2002). Selain ingin mendapatkan
nilai
bagus
siswa
juga
ingin
mengasah
kemampuannya dalam memahami dan menalar materi pelajaran yang telah diajarkan guru dan diikutinya selama ini.
c. No 8, alasan–alasan yang membuat siswa gemar untuk memberi tanda bagian-bagian penting seperti definisi, rumus-rumus, pada buku catatan dengan tulisan berwarna atau digaris-bawahi adalah: -
Supaya mudah di ingat (29)
-
Karena untuk belajar (27)
-
Karena penting (20)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
Analisis Memberi tanda untuk setiap bagian yang penting di dalam buku catatan sangat membantu siswa dalam mengingat baik saat belajar di rumah maupun saat proses belajar-mengajar sedang berlangsung. Membubuhkan tanda-tanda setiap bagian yang penting dapat membantu siswa mengerti inti pokok bahasan dari materi yang dipelajari.
d. No 2, alasan–alasan yang membuat siswa suka untuk mendengarkan dengan baik apa yang dijelaskan oleh guru selama pelajaran Matematika adalah : -
Supaya bisa (26)
-
Karena ingin mengerti (14)
-
Memudahkan untuk belajar di rumah (9)
Analisis Dengan mendengarkan semua penjelasan guru, siswa berharap mampu untuk menyelesaikan di saat menghadapi permasalahan-permasalahan
yang
sejenis.
Dengan
mendengarkan secara baik, siswa berusaha untuk mengerti dan melakukan
perubahan-perubahan
dalam
kontruksi
pengetahuannya. Saat belajar di rumah siswa merasa terbantu apabila selama belajar di kelas mampu mendengarkan dengan baik semua penjelasan guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
e. No 16, alasan–alasan yang membuat siswa sering untuk mengerjakan pekerjaan rumah (PR) yang diberikan guru adalah : -
Jika mudah (21)
-
Karena untuk belajar di rumah (17)
-
Lupa (9)
Analisis Pekerjaan Rumah (PR) adalah suatu tugas yang dapat membantu siswa dalam memahami dan menemukan konsep. PR sulit seharusnya menjadi tantangan bagi siswa karena dengan mampu menyelesaikan permasalahan yang di anggap sulit, seorang siswa dapat melakukan konstruksi pengetahuannya secara aktif dan kontinu. Siswa yang beranggapan bahwa PR adalah suatu media yang dapat membantu mereka dalam belajar di rumah maka meskipun soal tersebut memiliki tingkat kesulitan yang tinggi, mereka akan tetap mengerjakannya meskipun dengan segala konsekuensinya.
C.
Analisis Alasan Kekonstruktivisan Belajar 1. Penyiapan Bahan Kesiapan untuk belajar sebelum pelajaran di mulai sangat penting,
karena
pemahaman
siswa
pada
mempengaruhi proses konstruksi pengetahuan.
pokok
bahasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
Pertanyaan kuisioner no 1 menunjukkan bahwa siswa yang mempersiapkan bahan sebelum mengikuti pelajaran adalah : Tabel 5 : Persiapan Siswa Sebelum Mengikuti Pelajaran No 1 2 3 4
Pilihan Jawaban A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D.Tidak pernah Jumlah
Jumlah Siswa 10 22 78 8 118
Persentase % 8,5% 18,6% 66,1% 6,8% 100%
Dari kuisioner, siswa menjawab “Selalu” sebanyak 10 siswa atau 8,5%, “Sering” sebanyak 22 siswa atau 18,6%. Siswa yang demikian dikategorikan sudah belajar konstruktivis yaitu sebanyak 32 siswa atau 27,1% telah menyiapkan materi pelajaran sebelum pelajaran di mulai. “Kadang-kadang” dilakukan 78 siswa atau 66,1%, 8 siswa atau 6,8% memilih untuk “Tidak pernah”, siswa yang ini termasuk kekonstruktivisan belajarnya rendah yaitu 86 siswa atau 72,9% belum menyiapkan bahan yang akan dipelajari. Secara umum siswa belum menyiapkan materi pelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
Berikut alasan siswa untuk melakukan persiapan sebelum proses belajar berlangsung. Tabel 6 : Alasan Untuk Menyiapkan Materi Pelajaran No
Alasan Siswa
Jumlah Siswa
Persentase %
1 2 3 4
Malas Susah dipahami Tidak mengetahui materi pelajaran yang akan diajarkan Tidak memberikan alasan dan lain-lain Jumlah
32 30 25 31 118
27,1% 25,4% 21,2% 26,3% 100%
Dari tabel 6, kategori persiapan sebelum pelajaran di mulai terlihat jarang dilakukan. Malas merupakan kata yang sangat kompleks karena mengandung banyak arti. Malas adalah tidak mau bekerja atau mengerjakan sesuatu (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2002). Untuk siswa yang sedang belajar, kata malas mungkin diungkapkan karena pada saat itu mereka sedang menghadapi persoalan-persoalan yang membutuhkan pemahaman dan penalaran yang lebih sehingga persiapan sebelum pelajaran tidak dilakukan. Siswa merasa materi pelajaran Matematika susah dipahami, seharusnya siswa harus lebih giat untuk belajar karena hanya dengan belajar siswa akan membangun pengetahuan yang baru bahkan mengembangkannya dan pada akhirnya ia akan mengubah pemahaman sebelumnya menjadi lebih baik dan mengakatan “matapelajaran Matematika itu sangat menyenangkan”. Tidak menyiapkan pelajaran karena tidak mengetahui materi pelajaran yang akan diajarkan pada esok hari memang sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
mengganggu proses belajar siswa di rumah sehingga siswa menjadi binggung dalam mempersiapkan materi pelajaran yang akan disampaikan pada keesokan harinya. Hal ini sebenarnya dapat diatasi jika siswa mau bartanya kepada guru pengampu matapelajarannya tentang pokok bahasan apakah yang akan diajarkan pada esok hari. Dari sisi guru, gangguan ini dapat diatasi dengan memberikan penjelasan tentang materi pelajaran yang akan diajarkan pada pertemuan mendatang.
2.
Siswa Aktif : a. Mencatat Menulis semua penjelasan guru ke dalam buku catatan yang akan digunakan untuk belajar kembali di rumah merupakan bagian penting dari belajar karena siswa berusaha untuk menemukan kembali materi yang telah dijelaskan saat belajar di rumah. Kuisioner no 6, menunjukkan keaktifan siswa mencatat selama pelajaran berlangsung adalah : Tabel 7 : Kegiatan Aktif Mencatat No 1 2 3 4
Pilihan Jawaban A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D.Tidak pernah Jumlah
Jumlah Siswa 89 23 5 1 118
Persentase % 75,5% 19,5% 4,2% 0,8% 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
Siswa memilih “Selalu” mencatat sebanyak 89 siswa atau 75,5%, “Sering” di pilih 23 siswa atau 19,5%. Siswa-siswa ini masuk kategori kekonstruktivisan belajar tinggi yaitu 112 siswa atau 94,9%. Untuk 5 siswa atau 4,2% mencatat hanya dilakukan “Kadang-kadang” saja, “tidak pernah” mencatat dilakukan oleh 1
siswa
atau
0,8%.
Siswa
yang
demikian
termasuk
kekonstruktivisan belajarnya rendah yaitu dilakukan oleh 6 siswa atau 5,1%. Secara umum siswa telah aktif untuk mencatat. Berikut alasan siswa untuk kategori aktif mencatat selama proses belajar berlangsung di kelas. Tabel 8 : Alasan Keaktifan Mencatat No
Alasan Siswa
Jumlah Siswa
Persentase %
1
Untuk dipelajari kembali di rumah
50
42,4%
2
Karena penting
19
16,1%
3
Supaya tidak lupa
12
10,2%
4
Tidak memberikan alasan dan lain-lain
37
31,3%
118
100%
Jumlah
Dengan melihat tabel 8, kita dapat mengetahui bahwa siswa-siswa aktif untuk mencatat dengan berbagai motivasi. Siswa rajin untuk mencatat penjelasan yang telah dilakukan guru. Cara yang dapat dilakukan siswa saat belajar di rumah adalah membaca dan memahami kembali semua penjelasan yang telah dilakukan guru pada pertemuan sebelumnya. Dengan cara ini siswa berusaha untuk mengembangkan pemahaman bahkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
mengubah pemahaman tersebut ke arah yang lebih baik. Selama proses belajar-mengajar siswa berusaha untuk fokus pada pelajaran dan memilah serta memilih penjelasan-penjelasan guru yang di anggap penting untuk selanjutnya dituangkan kedalam buku catatan. Dengan menulis kembali seluruh penjelasan yang telah dilakukan guru, setiap siswa berusaha untuk mengkonstruksi pengetahuannya dengan harapan supaya tidak lupa.
b. Bertanya Penjelasan yang kurang memuaskan akan membuat banyak siswa merasa bingung. Bertanya merupakan kegiatan yang biasa dilakukan oleh siswa yang sedang belajar, yang ingin mengetahui dari orang yang lebih tahu. Pertanyaan kuisioner no 4, menunjukkan keaktifan siswa untuk bertanya adalah: Tabel 9 : Kegiatan Aktif Bertanya No 1 2 3 4
Pilihan Jawaban A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D.Tidak pernah Jumlah
Jumlah Siswa 14 33 55 16 118
Persentase % 11,9% 28% 46,6% 13,6% 100%
Dari kuisioner, siswa yang menjawab “Selalu” untuk bertanya sebanyak 14 siswa atau 11,9%, “Sering” dialami 33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
siswa
atau
28%.
Siswa-siswa
tersebut
dikategorikan
kekonstruktivisan belajarnya tinggi yaitu sebanyak 47 siswa atau 39,8%. Selama pelajaran berlangsung untuk yang “Kadangkadang” bertanya selama pelajaran berlangsung dilakukan 55 siswa atau 46,6%, sedangkan 16 siswa atau 13,6% “Tidak pernah”
melakukan
keaktifan
ini,
siswa-siswa
ini
kekonstruktivisan belajarnya rendah yaitu 71 siswa atau 60,2%. Secara umum siswa belum aktif untuk bertanya. Berikut alasan siswa untuk kategori aktif bertanya selama proses belajar berlangsung adalah : Tabel 10 : Alasan Keaktifan Bertanya No
Alasan Siswa
1 2
Supaya mengerti Kadang-kadang
3
Tidak tau yang akan ditanyakan karena penjelasan guru membingungkan Tidak memberikan alasan dan lain-lain Jumlah
4
Jumlah Siswa 40 25
Persentase % 33,9% 21,2%
19
16,1%
34 118
28,8% 100%
Dari alasan-alasan yang dituangkan di tabel 10 diketahui bahwa siswa kurang aktif dalam mengutarakan berbagai pertanyaan yang mungkin muncul selama proses belajarmengajar berlangsung didalam kelas. Supaya mengerti konsep materi pelajaran adalah jawaban yang baik yang dikemukakan siswa. Hanya dengan bertanya seorang siswa dapat memperbaharui pemahaman pada waktu kemampuan berpikir dan penalarannya berada pada stagnasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
Bertanya hanya dilakukan kadang-kadang saja, mungkin saat proses belajar berlangsung siswa masih harus memikirkan halhal lain, misalnya : teringat jika saudaranya sedang sakit dan harus di rawat di rumah sakit. Siswa-siswa yang lain berpendapat bahwa mereka tidak bertanya karena sang guru di saat penyampaian dan penjelasan materi pelajaran sulit untuk dimengerti akibatnya mereka menjadi bingung untuk memberikan pertanyaan kepada guru. Dari sisi guru akan lebih baik apabila setelah menjelaskan suatu sub pokok bahasan memberikan beberapa pertanyaan dan latihan yang akan menarik minat siswa untuk bertanya karena pengetahuan guru tidak bisa dipindahkan begitu saja dari guru ke murid tanpa ada usaha murid untuk mengetahuinya.
c. Mengerjakan Soal Materi suatu pokok bahasan dikatakan telah dipelajari jika seseorang telah berhasil menyelesaikan latihan yang ada pada pokok bahasan tersebut. Pertayaan kuisioner no 10 menunjukkan ketertarikan atau keaktifan siswa untuk mengerjakan soal latihan adalah: Tabel 11 : Kegiatan Aktif Mengerjakan Soal Latihan No 1 2 3 4
Pilihan Jawaban A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D.Tidak pernah Jumlah
Jumlah Siswa 17 39 55 7 118
Persentase % 14,4% 33% 46,6% 5,6% 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
Dari
kuisioner,
siswa
memilih
“Selalu”
untuk
mengerjakan soal-soal latihan sebanyak 17 siswa atau 14,4%, “Sering”
untuk
melakukannya
39
siswa
atau
33%.
Kekonstruktivisan belajar untuk siswa-siswa tersebut adalah tinggi yaitu sebanyak 56 siswa atau 47,5%. Sedangkan 55 siswa atau 46,6% hanya “Kadang-kadang” saja untuk mengerjakannya, sebanyak 7 siswa atau 5,6% “Tidak pernah” untuk aktif menyelesaikan soal-soal latihan, kekonstruktivisan belajar siswa yang demikian termasuk rendah yaitu dilakukan 62 siswa atau 52,5%. Secara umum siswa belum aktif mengerjakan soal-soal latihan. Alasan siswa untuk keaktifan menyelesaikan soal latihan adalah sebagai berikut : Tabel 12 : Alasan Keaktifan Mengerjakan Soal Latihan No 1 2 3 4
Alasan Siswa Malas Kalau disuruh Supaya lebih paham Tidak memberikan alasan dan lain-lain Jumlah
Soal-soal
latihan
dipergunakan
Jumlah Siswa 29 25 13 51 118
untuk
Persentase % 24,6% 21,2% 11% 43,2% 100%
mengukur
kemampuan seseorang dalam memahami materi dari suatu pokok bahasan. Kalau di suruh baru mengerjakan, sangat bertolak belakang dengan siswa-siswa yang memiliki keinginan untuk lebih memahami pengetahuan dan pemahamannya terhadap materi pokok bahasan tertentu..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
Sebagian siswa beranggapan bahwa hanya dengan mengerjakan soal mereka bisa memahami dari pokok bahasan yang telah disampaikan oleh guru. Di sini siswa memupuk pengalaman dan pemahaman berdasarkan penalaran yang mereka miliki. Dari kedua hal yang bertolak belakang diatas maka guru seharusnya tanggap dalam menyikapi hal tersebut dan mencari akar permasalahan yang menimbulkan keengganan siswa dalam mengerjakan soal-soal latihan. Pertanyaan kuisioner no 11 menunjukkan bahwa siswa yang aktif mengerjakan soal pengayaan adalah: Tabel 13 : Kegiatan Aktif Mengerjakan Soal Pengayaan No 1 2 3 4
Pilihan Jawaban A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D.Tidak pernah Jumlah
Jumlah Siswa 4 11 78 25 118
Persentase % 3,4% 9,3% 66,1% 21,2% 100%
Dari kuisioner, siswa “Selalu” aktif untuk mengerjakan soal pengayaan sebanyak 4 siswa atau 3,4%, “Sering” dilakukan 11 siswa atau 9,3%. Siswa yang demikian dikategorikan memiliki kekonstruktivisan belajar yang tinggi yaitu 15 siswa atau 12,7%. Untuk “Kadang-kadang” mengerjakan soal-soal latihan dilakukan 78 siswa atau 66,1%, sebanyak 25 siswa atau 21,2% “Tidak pernah” mengerjakan soal-soal pengayaan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
kategori kekonstruktivisan belajar rendah untuk 103 siswa atau 83,7%. Secara umum siswa belum aktif mengerjakan soal-soal pengayaan. Alasan siswa kurang aktif mengerjakan soal-soal pengayaan adalah : Tabel 14 : Alasan Keaktifan Mengerjakan Soal Pengayaan No
Alasan Siswa
Jumlah Siswa
Persentase %
1 2 3 4
Malas Karena untuk melatih kemampuan Jika di beri tugas saja Tidak memberikan alasan dan lain-lain Jumlah
42 8 7 61 118
35,6% 6,8% 5,9% 51,7% 100%
Alasan utama keenganan menyelesaikan soal pengayaan adalah
siswa
belum
tertantang
untuk
menyelesaikan
penyelesaian dari soal-soal pengayaan. Tabel 12 dan 14 memaparkan motivasi siswa dalam mengerjakan soal yaitu soal latihan dan soal pengayaan. Siswasiswa memiliki keengganan dalam mengerjakan soal-soal tersebut. Untuk item kuisioner no 10 dan 11 guru sangat diharapkan untuk lebih aktif dalam menyampaikan materi sehingga siswa memiliki rasa ketertarikan, ingin tahu, dan pada akhirnya menimbulkan kesadaran bahwa mengerjakan soal Matematika adalah sangat penting.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
d. Membuat Ringkasan Menemukan dan mengali dengan mengumpulkan semua informasi melalui berbagai sumber sangat diharapkan dari seorang siswa. Cara-cara yang demikian dilakukan demi efisiensi waktu dan tenaga saat belajar. Pertanyaan kuisioner no 9 menunjukkan bahwa siswa aktif membuat ringkasan adalah : Table 15 : Kegiatan Aktif Membuat Ringkasan No
Pilihan Jawaban A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D.Tidak pernah Jumlah
1 2 3 4
Jumlah Siswa 9 33 48 28 118
Persentase % 7,6% 28% 40,7% 23,7% 100%
Dari kuisioner, siswa menjawab “Selalu” membuat ringkasan berjumlah 9 siswa atau 7,6%, “Sering” melakukan sebanyak 33 siswa atau 28%. Untuk siswa-siswa ini kategori kekonstruktivisan belajarnya tinggi yaitu sejumlah 42 siswa atau 35,6%. Siswa yang menjawab “Kadang-kadang” dalam membuat ringkasan sejumlah 48 siswa atau 40,7%, sedangkan “Tidak pernah”
membuat
ringkasan
28
siswa
atau
23,7%.
Kekonstruktivisan belajar rendah menjadi kategori siswa yang demikian yaitu 76 siswa atau 64,4%. Secara umum siswa belum aktif membuat ringkasan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
Alasan siswa kurang aktif membuat ringkasan adalah : Tabel 16 : Alasan Keaktifan Membuat ringkasan No
1 2 3 4
Alasan Siswa
Malas Untuk memudahkan belajar Guru telah memberikan catatan yang singkat Tidak memberikan alasan dan lain-lain Jumlah
Jumlah Siswa
Persentase %
41 30 25 22 118
34,7% 25,4% 21,9% 18,6% 100%
Dari alasan-alasan siswa yang dituangkan dalam tabel 16, diketahui bahwa siswa kurang tertarik untuk membuat ringkasan dengan berbagai dalih. Kegiatan aktif meringkas suatu teori didalam belajar Matematika ditanggapi beragam oleh siswa. Siswa membuat catatan untuk memudahkan belajar. Selain itu juga karena siswa merasa waktu untuk belajar agak kurang maka siswa melakukan kegiatan meringkas. Alat yang dapat dianggap sangat membantu dalam proses belajar selama di rumah adalah catatan yang diperoleh dari penjelasan guru, hasil pemikiran sendiri di saat mendengarkan penjelasan guru, menulis penjelasan yang ada di papan tulis, dan ringkasan/rangkuman yang telah di buat. Alat yang seharusnya dapat membantu dalam proses belajar dianggap kegiatan yang menyebalkan
karena
banyak
siswa
yang
malas
untuk
melakukannya. Selama proses belajar-mengajar di dalam kelas banyak sekali aktifitas yang dapat dilakukan siswa, diantaranya mencatat, bertanya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
mengerjakan soal dan membuat ringkasan. Dari berbagai alasanalasan yang telah diperoleh dan telah dituangkan di tabel 8, tabel 10, tabel 12, tabel 14, dan tabel 16 dapat diketahui bahwa selama di kelas siswa aktif untuk mencatat, untuk kegiatan yang lain siswa belum aktif karena berbagai sebab. Di lihat dari filsafat konstruktivime dapat dikatakan bahwa secara umum banyak siswa yang tidak aktif melakukan pembaharuan dalam pengetahuannya.
3. Penemuan Konsep Perubahan dalam melihat, mengamati, dan memahami suatu materi dari suatu pokok bahasan dapat terjadi jika siswa menemukan pendapat dan pemahaman yang baru. Pertanyaan kuisioner no 12 menunjukkan bahwa siswa yang menemukan konsep adalah: Tabel 17 : Penemuan Konsep No 1 2 3 4
Pilihan Jawaban A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang D.Tidak pernah Jumlah
Jumlah Siswa 0 5 49 64 118
Persentase % 0% 4.2% 41.5% 54.2% 100%
Dari kuisioner, “Selalu” mengungkapkan gagasan selama belajar di kelas tidak pernah dialami siswa, tetapi untuk “Sering” menyumbangkan gagasannya selama belajar dikelas dialami oleh 5 siswa atau 4,2%. Siswa yang demikian termasuk siswa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
memiliki kekonstruktivisan belajar tinggi yaitu 5 siswa atau 4,2%. Sedangkan siswa yang “Kadang-kadang” saja dalam mengungkapkan gagasan selama pelajaran sebanyak 49 siswa atau 41,5%, “Tidak pernah” mengungkapkan gagasan selama proses belajar di alami oleh 64 siswa atau 54,2%. Kategori belajar siswa yang demikian adalah kekonstruktivisan belajar rendah yaitu 113 siswa atau 95,8%. Alasan siswa kurang aktif mengungkapkan gagasan atau ide-ide sebagai jawaban alternatif selama mengikuti proses belajar di kelas adalah sebagai berikut : Tabel 18 : Alasan Penemuan Konsep No
Alasan Siswa
Jumlah Siswa
Persentase %
1
Malas
42
35,6%
2
Malu jika ditertawakan
9
7,6%
3
Tidak jelas dengan penjelasan guru
6
5,1%
4
Tidak memberikan alasan dan lain-lain
61
517%
Jumlah
118
100%
Dari
jawaban
siswa
yang
telah
diutarakan
dan
ditampilkan ditabel 18, dapat diketahui bahwa pengungkapan gagasan tidak dilakukan siswa, dengan kata lain siswa tidak menemukan konsep selama proses belajar-mengajar. Siswa jarang mengungkapkan gagasan atau ide-ide sebagai jawaban alternatif enggan untuk dilakukan siswa karena merasa malu jika gagasan atau ide-ide yang yang diutarakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
tersebut ternyata membuat geli teman-temannya yang sedang mendengarkan. Siswa yang lain sulit mengungkapkan gagasan karena penyampaian materi pelajaran dan penjelasan guru tidak jelas. Ide dan gagasan yang dimiliki siswa seharusnya diungkapkan karena hal tersebut merupakan pemahaman dan makna yang di dapat selama proses belajar yang terjadi didalam kelas. Guru perlu membantu agar siswa berani mengungkapkan gagasan sesuai dengan isi pikiran siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Dari data dan analisis pada BAB IV dapat di simpulkan bahwa kekonstruktivisan belajar siswa pada pelajaran Matematika di Sekolah Menengah Atas (SMA) se-kecamatan Bambanglipuro dikategorikan berada di tingkat “Kekonstruktivisan Cukup” dengan rincian : 1.
Siswa belum menyadari pentingnya persiapan belajar sehinngga persiapan tersebut belum dilakukan bahkan sampai tidak dilakukan.
2.
Kegiatan bertanya, mengerjakan soal, dan membuat ringkasan belum dilakukan, hanya kegiatan mencatat saja yang aktif dilakukan.
3.
Siswa belum menemukan konsep baru.
B. Saran Beberapa saran kami ajukan sebagai alternatif penyelesaian dalam usaha meningkatkan kekonstruktivisan belajar siswa: 1. Sebaiknya siswa diberi tugas (sebagai contoh: membuat ringkasan, menganalisa, membuat contoh kasus), mengungkapkan gagasan sehingga siswa dapat mengkonstruksi pengetahuannya. 2. Meningkatkan keinginan dan kemampuan siswa dalam keberaniannya untuk tampil dan berbicara.
59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Dahar, R. W. Prof. Dr. M.Sc.1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Hudoyo,
H.
1998.
Pembelajaran
Matematika
Menurut
Pandangan
Kontruktivisme. Makalah Disajikan Dalam Seminar Nasional Upaya Meningkatkan Peran Pendidikan Matematika Dalam Menghadapi Era Globalisasi. PPS IKIP Malang: Tidak Diterbitkan.
Horsley, S.L. 1990. Elementary School Science for the 90S. Virginia: Association Supervision and Curriculum Development.
Jackson, P.W. 1992. Handbook of Research on Curriculum. New York: A Project of American Educational Research Association.
Mardalis. Drs. 1990. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara.
Nasution, S. Prof. Dr. M.A. 1984. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: PT Bina Aksara.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: BALAI PUSTAKA.
Romberg, T.A. 1992. Problematic Features of the School Mathematics Curriculum, in J. Philip (Ed.). Handbook of Reseasrch on Curriculum (pp.749 - 788). New York: A Project of American Educational Research Association.
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
Ruseffendi, E.T. 1988. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.
Sardiman, A.M. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: :CV RAJAWALI.
Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Adminitrasi. Bandung: CV Alfabeta.
Sumardi, Drs. 1988. Ringkasan MATEMATIKA A3 EBTANAS SMA 1989. Yogyakarta: PT MITRA GAMA WIDYA.
Suharsimi, A.Dr. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Bina Aksara.
Sujono. 1988. Pengajaran Matematika untuk Sekolah Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Suparno, P. 1997. Filsafat Kontruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Walpole, W.E. 1995. Pengentar Statistika. Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama.
Yager, R. 1991. The Constructivist Learning Model: Toward Real Reform in Science Education. Journal of Science Teacher. 58 (6), 52 – 57.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
GLOSARIUM
Asimilasi – assimilation Suatu proses perubahan konsep atau skema dalam pikiran seseorang yang masih tetap mempertahankan konsep awal dan hanya menambah atau memperincinya. Gubah – gubahan – menggubah Mencocok. Mengatur. Merangkai. Dalam skripsi ini merangkai kembali ke dalam bentuk yang dapat di tampilkan melalui table. Indikator – indicator Menunjukkan. Sesuatu yang yang dapat memberikan petunjuk atau keterangan, di dalam skripsi ini adalah untuk menunjukkan kekonstruktivisan belajar berkaitan dengan kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, selama proses belajar di kelas, di akhir proses pembelajaran dan di luar jam belajar di kelas. Instrumen - instrument Sarana penelitian, dalam skripsi ini adalah kuisioner yang dipakai untuk mengumpulkan data. Intelektual – intellectual Pengertian atau kesadaran terutama yang menyangkut pemikiran dan pemahaman.
62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
Konstruktivisme – constructivism Suatu filsafat pengetahuan yang secara singkat menjelaskan bahwa pengetahuan itu merupakan konstruksi seseorang. Pengetahuan seseorang dibentuk dengan interaksi dengan lingkungannya..
Tingkat kekonstruktivisan belajar Yang dimaksud dalam skripsi ini adalah perbedaan-perbedaan yang dialami siswa. Hal-hal apa saja yang membuat siswa suka, tidak suka kaitannya dalam belajar dan bagaimanakah siswa mengatasinya serta apakah yang di dapat atau tepatnya hasil setelah mempelajari suatu materi pelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
64
Lampiran 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 2
66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 6
No Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53
Data Hasil Kuisioner Tingkat Kekonstruktivisan Belajar Siswa Pada Pelajaran Matematika Di Sekolah Menengah Atas ( SMA ) Se - kecamatan Bambanglipuro Kategori 1 2 4 4 4 3 3 2 2 2 2 2 4 3 3 4 2 2 2 3 1 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 4 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 4
2 3 2 4 4 4 4 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 1 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4
3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 4 1 4 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2 1 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 1 2 2 3 3 4 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3
4 3 2 3 2 2 4 3 3 2 3 2 2 4 3 2 2 3 2 4 2 2 1 1 2 1 1 3 1 1 2 2 3 1 2 1 1 2 2 1 1 1 2 4 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2
5 2 2 4 3 2 2 3 3 2 4 1 2 3 3 4 2 2 3 4 3 2 2 2 1 2 1 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 1 2 1 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 4 3
6 4 4 4 4 1 4 3 2 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4
7 2 2 4 2 1 2 3 3 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 1 2 1 3 1 3 1 1 1 2 2 1 3 4 2 3 3 2 2 1 1 4 2 3 3 3 2 2 3 3 1 3
8 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 1 4 3 2 4 4 4 3 2 4 2 4 3 3 2 2 3 1 2 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 2 2 4 4 2 4 3 4 2 4 4
9 2 2 3 3 4 2 3 3 2 3 3 3 4 2 2 2 3 3 3 1 2 1 1 3 2 1 2 3 2 1 3 3 2 2 2 4 3 2 1 2 1 2 4 2 2 4 1 2 2 1 1 2 2
10 2 3 4 2 3 2 3 2 2 2 2 2 4 3 3 2 3 4 4 2 2 2 2 2 1 2 4 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3
70
11 2 2 4 2 2 2 3 2 2 2 2 2 4 2 2 2 3 1 2 2 1 4 1 1 1 1 4 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 3
12 2 2 3 1 1 2 2 1 2 2 2 1 3 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2
13 2 3 1 1 3 3 3 2 2 2 2 4 3 1 2 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 3 2 2 2 3 1 2 1 1 1 2 1 2 3 1 1 2 3 2 1 3 1
14 3 4 4 3 4 3 3 3 2 2 3 4 4 4 4 3 2 4 4 4 2 4 4 4 3 3 4 1 4 3 3 3 3 3 4 4 2 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4
15 1 1 3 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 3 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2 1
16 2 2 3 3 4 4 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 4 3 4 2 2 2 2 2 3 2 4 2 2 3 1 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 3 3 4 4
17 2 2 4 2 2 3 2 2 2 2 3 4 4 2 3 3 4 3 3 1 2 2 1 2 2 2 4 1 1 2 2 1 3 3 1 3 4 1 3 1 1 4 2 4 3 3 1 3 2 4 4 4 3
Skor 18 2 2 4 3 3 4 3 1 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 3 2 1 2 1 1 2 1 3 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2
19 3 3 2 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
20 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
47 50 65 48 49 54 54 41 42 49 41 49 59 47 55 44 55 50 59 37 44 46 38 44 42 59 47 44 43 55 34 47 43 44 36 45 37 48 39 48 36 42 36 39 38 32 54 30 38 34 40 45 42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112
3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 3 2 4 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 2 2 2 4 4 2 2 2 1 2 2 1
4 3 3 4 4 3 3 3 3 2 3 2 4 3 3 2 4 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 4 3 3 4 3 2 3 3 4 3 3 4 4 4 4 2 2 3 2 3 3 4 3
4 3 3 3 3 2 3 3 1 2 3 2 3 3 2 2 3 2 3 2 4 2 3 2 3 2 1 3 3 2 4 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 2 2 3 3 2 4 4 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2
2 1 2 3 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 4 1 2 2 4 2 2 2 3 2 2 3 3 3 4 3 3 3 2 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 4 3 4 4 2 3 3 3 4 2 4 3 3 3
4 3 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 1 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 2 2 3 4 3 2 2 2 1 4 4 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2
4 3 3 4 4 2 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 2 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4
2 2 3 2 3 2 4 1 3 1 1 2 1 2 3 2 1 1 3 1 2 1 2 1 3 1 2 1 1 3 1 1 1 2 2 3 2 3 1 2 1 1 3 2 1 2 2 3 3 2 2 3 3 2 1 1 2 2 2
4 3 3 4 3 2 4 3 3 3 2 4 4 3 3 3 4 4 4 3 2 4 3 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 2 2 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 2 4 4 4 4 4 4 3 4 3
2 2 2 2 2 2 3 1 2 2 1 1 3 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 1 1 2 1 3 3 1 1 2 4 2 3 2 3 3 3 2 3 2 2 2
3 3 2 3 2 2 2 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 1 2 3 2 1 2 2 2 2 2 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 2 3 2 4 2 2 3 3 3 2 1 4 2 3 2 3 4 3 4 4 4 3
71
2 2 2 3 2 1 2 2 2 2 2 1 3 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 3 1 2 2 3 2 1 2 1 1 2 3 1 2 2 2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2
2 1 3 2 1 1 1 2 1 1 3 1 3 2 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2
1 1 3 3 1 2 2 3 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 3 2 1 2 2 4 3 3 2 3 2 2 2 3 2 3 1 1 2 2 3 2 2 3 1 3 3 2 2 1 2 1 1 2 1
4 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3
1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 3 3 1 2 2 2 3 1 2 1 1 1 3 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2
4 2 3 3 4 2 2 3 3 2 4 2 4 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 4 4 3 4 4 2 3 3 2 4 2 2 3 4 3 2 3 3 4 4 4 4 3 4 3 2 3 2 4 3 2 3
3 2 3 2 3 1 3 3 3 2 2 2 4 2 2 2 3 2 2 3 1 2 3 2 2 2 4 4 3 3 4 4 3 3 2 1 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 2 4 2 2 2 2 3 4 2 4
3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 3 2 2 2 3 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 1 4 3 1 1 3 1 2 3 1 4 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2
3 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 4 1 2 4 1 1 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 2
1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1
44 44 50 47 40 40 39 54 53 54 55 53 49 53 46 43 58 56 41 49 55 40 53 56 48 57 49 38 52 51 45 48 46 38 46 43 51 47 56 54 56 41 50 54 46 36 49 55 55 46 57 51 50 48 44 50 50 48 47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113 114 115 116 117 118 119 120 Jumlah
72
2 2 2 2 1 1
4 4 2 3 2 4
3 2 2 4 2 2
4 4 2 3 3 2
3 2 2 2 2 3
4 4 4 4 3 2
1 2 1 2 1 1
4 4 4 3 2 2
2 3 1 2 2 1
4 4 3 4 1 1
3 3 2 3 1 1
2 3 1 1 2 2
1 1 1 3 1 1
4 4 2 4 3 4
4 2 2 2 1 1
4 4 2 4 2 2
4 4 3 4 3 2
2 2 2 1 1 1
2 2 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1
270
352
303
281
279
433
231
388
259
302
230
179
223
422
182
331
319
240
177
135
72
58 57 40 53 35 35 0 0 5536
Lampiran 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KUISIONER
Petunjuk Pilihlah jawaban dengan memberi tanda (X) dari setiap pertanyaan dan pernyataan yang paling cocok untuk anda. Keterangan: a. Selalu artinya secara terus menerus melakukan kegiatan atau setiap kali mengalami hal tersebut. b. Sering artinya kerap melakukan kegiatan atau mengalami hal tersebut, tetapi ada kalanya juga tidak. c. Kadang-kadang artinya hanya beberapa kali mengalami kegiatan tersebut. d. Tidak pernah tidak melakukan kegiatan atau mengalami hal tersebut.
Kuisioner ini tidak ada jawaban yang salah, jawaban anda tidak akan dikaitkan dengan nilai matematika yang telah anda peroleh. Oleh karena itu diharapkan anda menjawab kuisioner ini dengan sejujurnya sesuai dengan pendapat dan perasaan anda yang sebenarnya.
Terimakasih atas kesediaan anda mengerjakan kuisioner ini.
----- ###### -----
73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
77