TINDAK LANJUT PERPRES 62 TAHUN 2013
TINDAK LANJUT PERATURAN PRESIDEN RI NOMOR 62 TAHUN 2013 Tentang Badan Pengelola Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Deforestasi dan Degradasi Hutan dan Lahan Gambut, untuk menindak lanjuti Peraturan Presiden RI tersebut Pemerintah Provinsi Jambi telah menindak lanjuti dengan mengeluarkan Keputusan Gubernur Nomor 441/KEP.GUB/SETDA.APSDA-3.1/2014 Tentang Komisi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi Dan Degradasi Hutan Dan Lahan Gambut Provinsi Jambi berikut Keputusan Gubernur Jambi
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
Notulensi Sosialisasi Pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan Sekolah Hijau REDD+ Jambi Ratu Hotel, 11 – 12 Sept 2014 Pembukaan : Ketua KOMDA REDD+ Provinsi Jambi : Bapak Tagor. Pada kesempatan ini ingin kami sampaikan bahwa, Gubernur Jambi telah menerbitkan SK untuk pembentukan KOMDA REDD+ provinsi Jambi. Untuk itu KOMDA ini akan membantu programprogram REDD+ untuk dilaksanakan di lapangan/Kabupaten. Tentu saja ada aturan-aturan nya. Untuk tahun 2014, dari BP REDD+ akan dilaksanakan oleh pihak ke-3 (LSM) untuk bekerja dengan teman2 di Kabupaten. KOMDA REDD+ akan membantu BP REDD+ untuk mensukseskan kegiatan ini. Saya ingin bercerita tentang REDD+. Sebagaimana kita ketahui Degradasi semakin hari semakin besar. Kemudian hal ini dilihat oleh kawan-kawan dari dunia luar, mereka khawatir dengan kondisi hutan kita, sehingga mereka ikut berpartisipasi sehingga kedepan, degradasi dan deforestasi hutan bisa ditekan. Bentuk dukungan dengan memberikan pendanaan untuk mengurangi Gas Rumah Kaca. Pada kesempatan ini BP REDD bersama dengan kita meningkatkan SDM mulai darim murid2, sekolah dan masyrakat, supaya lebih perduli untuk menekan effek gas rumah kaca (GRK), seperti dengan membentuk sekolah hijau. Supaya SDM nya mengerti, tidak merusak hutan. Kami mengundang Dinas kabupaten/kota untuk meningkatkan SDM di sekolah. Kami sudah berkoordinasi dengan dinas Provinsi Jambi, untuk sama-sama berdiskusi dengan kita. Pada acara ini kita akan menyusun langkah-langkah kedepan berdasarkan petunjuk dari BP REDD+, semoga dapat diterapkan di tempat masing-masing. Dengan mengucapkan bismillah hirrohmanirohim, acara Sosialisai pendidikan untuk Sekolah Hijau, saya buka dengan resmi. Coffee Break Pengantar dari Fasilitator : Salah satu Issu yang di dukung oleh BP REDD+ adalah Green School. apakah kita akan mulai membahas dari fisiknya (bangunan, instalasi dll) atau non fisik (kurikulum). Nara Sumber pertama adalah Bapak Rakhmat Hidayat mewakili BP REDD+ akan menyampaikan issue umum terkait REDD+ Rakhmat Hidayat
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
Saya sementara ini membantu BP REDD+ di Jakarta untuk mengkoordinasikan kegiatan REDD+ di Sumatera. Saya akan menyampaikan tentang REDD+. Mengapa bicara tentang REDD+. REDD+ tidak lepas dari issue besarnya adalah issue perubahan iklim. Pada tataran awal dunia masih mampu mengurai persoalan, pasca revolusi indutri sampai tahun 2000. Emisi masih bisa tidak terlalu banyak. Namun selama periode 2000- 2005, jumlah emisi melonjak tinggi hingga 35%. Adapun pemicu emis adalah energy, industry, lahan, dll. Kalau dilihat secara kwantitative, negara penghasil emisi adalah Cina, Amerika, ERopa, dan Indonesia adalah urutan ke 4 terbesar. Kita mengalahkan emisi dari negara-negara industry, hal ini dipicu karena deforestasi dan degradasi hutan di Indonesia. Persolan GRK bermuara di sector kehutanan. Indonesia mengalami persoalan kehutanan yang luar biasa pasca reformasi, pernah mencapai 3 juta ha/tahun (masih perdebatan), karena konversi kawasan hutan awal untuk berbagai peruntukan, termasuk kebakaran hutan dan lahan gambut. IPPC 2001, menyebutkan persoalan ini tidak hanya menimpa Indonesia, namun juga negara-negara lain di belahan dunia lain yang mayoritas terjadi di negara berkembang. Disini lah muncul definisi Deforestasi (kehilangan hutan), degradasi (kerusakan hutan). Tahun 2005 mulai ada diskusi tentang RED (deforestasi), 2007 REDD (deforestasi dan degrdasi faktor lain yang tidak kalah pentingnya. 2009 Di Copenhagent dibahas kembali REDD menjadi REDD+, bukan hanya tentang deforestasi dan degradasi saja, namun juga mengakomodasi reward. Negara Annex I, diminta untuk menurunkan emisi 5% sampai tahun 2015, namun sampai sekarang belum mampu menunjukkan penurunan emisi. Untuk itu negara maju harus membantu negara-negara berkembang menurunkan emisi. Ketika berbicara REDD+, tidak hanya berbicara Carbon, tapi diluar itu. REDD+ berbicara tentang pengakuan hal kelola, berbicara tentang pertanian yang baik, peningkatan ekonomi dll. Tidak hanya berbicara tentang pohon, tapi juga melindungi biodiversity, hak-hak masyarakat adat dan peningkatan ekonomi. Mei 2010, Penandatanganan LoI antara Pemerintahan Norway dan Indonesia untuk penurunan emisi sebesar 41% . Ketika LoI ini ditandatangani, Indonesia belum punya lembaga untuk mengelola penurunan emesi ini. Presiden menyepakati pembentukan BP REDD+, sesuai perpres 62/2013. Badan ini setingka mentri dan melaporkan langsung kepada president. Terdiri dari 4 deputi dan 60 tenaga profesional. Lembaga ini ditentukan tahun 2020 mampu menyipakan tatat kelolah kehutanan, pembangunan berkelanjutan, tutupan hutan bukan hanya kawasan hutan tapi juga semuanya. BP REDD+ melakukan koordinasi, singkornisasi, perencanaan, fasilitasi, pengelolaan, pemantauan, pengawasan, dan pengendalian REDD+ di Indonesia. BP REDD+ dalam upaya mendukung kegiatan dari kementrian /lembaga yang lain. Sebelum BP REDD+, ada satuan tugas (SATGAS) untuk menyiapkan model REDD+ di Kalteng. Selain itu juga menyiapkan skema hibah kecil.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
10 imperative actions, salah satunya adalah mendukung sekolah hijau (7). Untuk Jambi, sudah punya 5 pra syarat tersebut. Sekolah hijau baru ada 3 assement di kabupaten yang telah ada MoU, namun segera akan dikembangkan ke daerah lain di tahun 2015. Kepala BLHD Provinsi : Ibu Rosmeli Dari 10 kegiatan BP REDD+, yang saya garis bawahi adalah dukungan. Saya akan berbicara tentang susah senangnya, pahit getirnya bagaimana BLHD mengembangkan Green School. Ide Green School ini muncul ketika ada kegelisahan atas kondisi hutan yang telah rusak. Kita perlu solusi. Ada kesepakatan 4 mentri (Depdagrim KLH, Diknas, Depag) tahun 2004 untuk meningkatkan kapasitas demi mewujudkan pembangunan berkelanjutan dan pembangunan tentang pendidikan lingkungan hidup (PLH) yang difokuskan pada lembaga pendidikan (SD, SMP, SMA/SMK). Sejalan dengan ini dilakukan evaluasi, maka tahun 2014 dituangkan lah suatu program adiwiyata. Program ini di terapkan disekolah-sekolah. Tahun 2012 program ini mulai diterapkan, minimal 1 kabupaten 4 sekolah yang dibina. Jika dihitung sekitar 44 sekolah yang akan dilakukan pembinaan. Tahun 2013 di evaluasi, ternyata hanya 18 sekolah yang dibina ditingka provinsi, selebihnya kondisi tidur, hingga pada akhirnya muncul 4 sekolah ditingkat nasional (SMP 4 kota jambi, SMP 4 merangin, SD 66 Muara Jambi, SD 6 sarolangun, dan SMU Titian teras). Tahun 2014, ada 22 sekolah yang kita bina. Hingga jumlah sekolah yang kita siapkan ada 18 sekolah. Ada beberapa hal yang perlu kita sikapi : Selain membina kita juga melakukan perlombaan. Dari pedoman pelaksanaan Adiwiyata, ada 4 syarat. (1) Kebijakan yang berwawasan lingkungan (dukungan pendanaan, SDM, sarana prasarana) (2) pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan (60% guru mengerti tentang lingkungan), (3) kegiatan lingkungan berbasis partisipatif (partispasi sekolah menjalankan kurikulum),(4) pengelolaan sarana pendukung sekolah (menggerakkan dalam kebersihan sekolah, TPS). Kendala : Belum optimal koordinasi SKPD, terutama antara BLHD dan Diknas SDM tim pembina Adiwiyaja yang belum memenuhi standar kapabilitas Dana/biaya sebagi pennjungan pelaksana program Adiwiyata belum mutlak dianggarkan, selama ini bergantung pada sebagian kecil dana BOS Dukunga kepala daerah masih rendah yang mengakibatkan komitment kepala sekolah belum sepenuhnya maksimal. Fasilitator : Dua narasumber sudah memaparkan, kita diskusi dulu. Pak Rakhmat telah memaparkan tentang issue perubahan iklim dan GRK. Untuk menurunkan GRK perlu hutan sebagai penyerap
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
emisi. Kemudian dipaparkan program BP REDD+ salah satunya adalah Green School. ada 10 imperative action yang masih dalam proses. Bu Rosmeli lebih focus pada bumi Jambi, khususnya Adiwiyata. Dibanding rata-rata nasional kita lebih sedikit, harusnya kita bisa lebih dari itu. Kita bisa mulai 1 sesi dengan 5 pertanyaan paling banyak : Hambali
Dini
Edward (Tebo)
Renaldi (PGB)
(SMP 7)
Answer : Rakhmat
Ada beberapa hal yang perlu kita kritisi bersama : Sebelumnya pembinaan Adiwiyata kosong, namun slide selanjutnya ada penghargaan untuk juara harapan 3 untuk sekolah Adiwiyata. Tolong di klarfikasi. Ada hambatan untuk menjadi sekolah Adiwiyata, mengelolaan Adiwiyata masih menggunakan infrastruktur dari luar. Misalkan untuk keperluan benih dan pupuk masih menggunakan pestisida. Padahal bisa menggunakan bahan-bahan organic yang dikembangkan dengan sumber daya local yang murah. Pertanyaan untuk Pak Rakhmat, Kami dari Kab. Muara Jambi yang telah menandatangani MoU dengan BP REDD+. Dari 10 program BP REDD+ apakah kami secara langsung bisa mengakses seluruh program tersebut. Langkah-langkah apa saja yang harus kami siapkan untuk sekolah Hijau, apakah BP REDD+ akan berkoordinasi dengan instansi tertentu. Di Provinsi, sudah ada Komda REDD+. Kami perfikir untuk membuat Komda ditingka Kabupaten juga untuk mendukung kegiatan-kegiatan BP REDD+ Mengapa sebagai guru, saya merasa penting mendukung Adiwiyata? Tapi saya menanam pohon. Saya sendiri tidak pernah mendengar Adiwiyata. Kenap tidak ada perhatian dari Pemkab? Cobalah konsep itu dipihah-pilah (ada yang dapat ada yang tidak), namun sampaikan saja ke seluruh sekolah. Teman-teman NGO sering juga melakukan pendampingan di sekolah-sekolah, seperti Mulok. Namun kita perlu juga mendengar konsep Green School ini. Ini terkait dengan regulasi untuk memastikan kegiatan ini berjalan jangka panjang, jangan sampai ini mengganti-ganti konsep yang baru. Dukungan REDD+, seperti apa konsep untuk mendukung Green School? Saya menilai perlu keseriusan dari kita semua, yang kedua perlu power pemerintah dan ketiga dukungan masyarakat luas. Pertanyaan Sejauh mana progress REDD+ di Jambi, sejak tahun 2007 kami sudah serius terhadap issue lingkungan yang dicantum kan dalam visi sekolah. Kita sudah punya bank sampai, green house, kedepan kita akan launching satu siswa satu pohon dan satu guru dan satu pohon. Saya akan merespon Bu Dini, benar Muara Jambi telah MoU dengan BP REDD+. Untuk lingkup kerjasama nya adalah review perizinan. Untuk Jambi di Bulan Oktober Gubernur dan Bupati/Walikota untuk membuat pembaharuan MoU untuk kerjasama 9 program lainnya. Kebetulan MoU tahap pertama sudah habis. Dari 3 tersebut, suda ada kabupaten lain yang sudah menyatakan minat untuk MoR, seperti Tanjab Timur, Bungo, Kerinci. Untuk Tanjab Barat, Batanghari dan Sarolangun masih dalam proses mendiskusikan. Gubernur berharap semua kabupaten bisa menandatanganan MoU dengan BP REDD+
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
Apakah Green School bisa langsung? Bisa. BP REDD+ tidak membuat sesuatu yang baru, namun memperkuat yang ada seperti yang telah di inisiasi oleh BLH. Untuk kelembagaan ditingkat provinsi sudah ada KOMDA REDD+, BP REDD+ akan mendukung Komda. Jadi semua program dari kabupaten akan dianalisa dan diperkuat di KOMDA REDD+. Jadi Kabupaten tidak bisa langsung ke BP REDD+, apa gunanya KOMDA REDD+, karena Komda REDD+ adalah forum multi pihak yang mempunyai alas hukum yang kuat (SK Bupati). Komda REDD+ akan melakukan roadshow untuk menampung usulan kabupaten. BP REDD+ mendukung Jambi, fasilitasi 5 orang ke Jerman untuk study banding. Mudah2an kedepan Jambi bisa, kemauan dari Kabupaten dibutuhkan juga. Tiga bulan sekali akan ada forum pertemuan Gubernur di dunia. Kita dalam proses pembaharuan MoU. BP REDD+ sudah menerima 4 usulan dari 4 kabupaten, juga usulan dari ZSL yang mengusulkan kegiatan di Muara Jambi. Saya setuju dengan pak Sunarso, untuk program-program di Sekolah. Harapan nya ide-ide ini bisa dimasukkann dalam program Jambi pada sesi besok, tentunya ini berpeluang untuk didukung. Sampai saat ini BP REDD+ punya beberapa schema untuk dukungan pendanaan, seperti Small grant, skema hibah kompetitif, GtG, dukungan ke lembaga-lembaga International. Skema itu sedang dipersiapkan oleh Fredi, perlu legalisasi kememtrian keuangan dan Bappenas.
Rusmeli
(SD Ilmi)
Intinya adalah sosialisasi lewat media elektronik dan cetak. Sudah ada team provinsi dan kabupaten. Mungkin team kabupaten yang masih kurang, karena program ini sudah jalan. Sehingga gaung nya kurang bergema. Data yang disampaikan, data pembinaan ini adalah tahun 2013. Kenapa bisa muncul, berdasarkan penemuan kita di lapangan, sudah kita poles sehingga muncul lah jadi pemenang. Kemudian setelah itu tidur lagi, jadi pembinaan harus terus dilaksanakan. Yang penting adalah komitment dari kepala daerah, mulai dari menggerakkan masa, SKPD dan dukungan anggaran.
Nurul Apa tindakan kita setelah ini? Konsep green school ini seperti apa? Sehingga kami bisa mempersiapkan langkah2 yang bisa kami persiapkan di sekolah.
Baik kalau ada dibuat Duta REDD+. Apakah kedepan dimulai 12 sekolah yang hadir dari perserta hari ini. Jangan nanti program ini dilaksanakan di luar sekolah yang hadir pada saat ini. Berkenaan dengan program REDD+, sepertinya informasi yang disampaikan tentang Adiwiyata tidak merata. Padahal ada sekolah kecil yang berpotensi dan bisa bekompetesi pada program itu. Saya tidak tahu apakah BLHD kurang bersosisalisasi dengan kabupaten/kota. Jadi BLHD perlu bekerja sama dengan kabupaten, karena meraka yang tahu banyak kondisi di daerah. Jadi BLHD perlu
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
SD
Rosmeli
insentifikasi di lapangan, sehingga sekolah yang potensi tidak di zolimi. Kebetulan sekolah kami adalah Adiwiyata Nasional. Menurut pengalaman saya di Sarolangun, di Dinas kurang. kami yang mengajukan kepada dinas. Kami yang mengajak dinas melakukan sosialisasi di Kabupaten. Sekarang sudah ada 9 sekolah adiwiyata kabupaten dan 4 sekolah sudah masuk nominasi nasional. Kebetulan sekolah kami, sekolah terkotor tahun 2004, dapat hadiah tong sampah dan sapu. Jadi ini keiklasan dari kami guru-guru, kami tidak pernha mendapat dukungan dari instansi terkait sampai tahun 2012. Juara 3 tingkat kabupaten diusulkan ditingkat provinsi hingga juara 3, hingga nominasi ditingkat nasional. Selama proses ini kami belum dapat dukungan. Ini keiklasan kita untuk membuat sekolah kita menjadi hijau. Alhamdulillah sekolah kami sekarang sudah mendapat bantuan. Kami harap dengan dukungan BP REDD+ sekolah kami bisa di ikutkan. Saat ini sudah banyak kunjungan dari sekolah-sekolah lain belajar ke kami, sekolah itu melihat Kompos kering/cair, pembibiatan, green house, bank sampah, melakukan sosialisasi kepada banyak orang. Sudah ada pembagian tugas. Kami sudah menyampaikan informasi ini ke Kabupaten, mulai dari sosialisasi, praktis dan lain-lain. Namun kabupaten nya kurang aktif. Di Sarolangun, BLHD cukup aktif sehingga sekolahnya bisa masuk dalam nominasi nasional. Kewenangan kami terbatas, di tingkat daerah harus peran aktif dinas terkait. Ada yang tanggap ada juga yang tidak perduli. Mudahmudahan kedepan sosialisasi perlu ditingkatkan. Sebenarnya pelatihan pembuatan kompos/pupuk sudah ada, pembasmi hama, rebonding daun, menggunakan asap untuk pupuk. Tinggal sosialisasi dari intansi yang terkait. Perlu dimaklumi program Diknas banyak dan uang nya juga banyak, sehingga hal seperti ini tidak diperhatikan. Adipura didapat apabila ada sekolah Adiwiyata. Kalau kepala daerah tahu. BP REDD+ tidak punya jalur sampai kebawah, kita hanya sampai tataran Bupati. Sehingga informasi ini bisa sampai ke sekolah –sekolah. BP REDD+ tidak pada tataran membangun infrastrukturny tapi lebih pada peningkatan kapasitasnya. Lebih focus pada apa yang telah dilakukan namun belum maksmimal. Bisa kita fikirkan duta sekolah bukan duta orang. Di Kalimantan justru calon dutanya adalah orang Dayak dari sekolah yang cukup jauh. Besok Kadis pendidikan akah hadir, bisa menjadi ajang untuk diskusi. Direncanakan besok kita akan masuk pada rencana tindak lanjut setelah ini. Sehingga akan masuk dalam usulan yang masuk dalam Komda REDD+. Walaupun BLHD sudah punya kerangka sendiri, namun tetap harus dimasukkan dalam kerangka BP REDD+ sendiri.
Bu Aulia Wijiarsih program Sekolah Hijau Indonesia Saya konseptor Adiwiyata 2005. Saya ingin memberikan satu pertanyaan, siapa yang dari pendidik, sekolah, dinas?
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
Saya ingin tanya adakah dari Kasi Kurikulum? Yang ada penanggung jawab Adiwiyata dan kepala sekolah. Lingkungan itu karena program adiwiyata atau kurikulum? Semua materi akan diberikan pada akhir sesi, sebagian materi justru dari Bapak/Ibu. Ini adalah Restranas pendidikan tahun 2005 -2025. Pendidikan untuk perkembangan, pengembangan dan/atau pembangunan berkelanjutan (ESD). Adiwiyata masuk karena adanya Renstranas Indonesia. Sosialisasi bagamana? Akan ada pelatihan di kabupaten yang sudah ada MoU dengan BP REDD. Sekolah nya dari yang hadir disini saja? Tidak, bisa jadi dari sekolah lain yang komit. Yang kami harapkan adalah perubahan paradigma, bukan infrastruktur. Dari diskusi yang berjalan, yang saya liat adalah pembangunan infrastruktur. Yang terjadi adalah pemahaman REstranas kurikulum nasional masih kurang. Yang paham Renstranas nasional adalah standar isi, adalah buku, soal ujian nasional. Closing sesi I : Fasilitator Yang paling penting semua pihak menyadari Perubahan iklim semakin mencemaskan. Untuk itu semua manusia akan berfikir bagaimana menyelamat bumi dari ancaman pemanasan global. Salah satu hal yang dilihat adalah mengurasi emisi deforestasi/degradasi hutan. secara khususnya mempersiapkan sekolah untuk mempersiapkan SDM yang punya pemahaman dan berfikir sebagai individu yang lebih baik. Ini bukan tentang Adiwiyata nya, namun bagaimana pesepektif lingkungan ini bisa diterapkan ditingkat sekolah. Sessi II (after Lunch) Data penurunan air tanah mulai dari tahun 2000 hingga kini terjadi penurunan air tanah sekitar 30 – 80 cm. Kalau bicara pendidikan harus dilihat dari data. Apakah informasi ini ada disekolah yang sudah ada muatan local lingkungan hidup/Adiwiyata. Sebelum melanjutkan presentasi : tolong bantu dituliskan, apa yang dimaksud dengan Pembangunan Berkelanjutan. Yang mempresentasikan adalah orang yang memakai jam tangan paling besar dikelompoknya. 1. SD : pembangunan yang tidak memikirkan kebutuhan masa kini, tapi juga bagaimana pembangunan itu difikirkan untuk masa depan. 2. SD : Pembangunan yang memperhatikan Sosbudpol dan ekology yang seimbang bagi manusia dan makhluk hidup untuk kelestarian hari ini dan masa datang. 3. SD : pembangunan yang berorientasi pada masa depan, terencana, perprogram dengan jelas, bertahap serta memikirkan dampak pembangunan dimasa mendatang. 4. SD : suatu proses pembangunan yang dilakukan secara continue dari waktu sekarang hingga waktu kedepan yang memperhatikan lingkungan dan ekonomi 5. SD : Pembangunan yang memperhatikan kelestarian yang dimiliki 6. SD : pembangunan ekonomi untuk kesejahteraan sosial dan keberlangsungan lingkungan hidup, yang berbasis pada Triple bottom line : Profit, peope, planet, Ada beberapa perspektif tentang SD (menonton film): Swedia punya 4 definisi SD :
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
Mengurasi ketergantungan terhadap bahan bakar mengurangi ketergantungan zat kimia mengurangi deforestasi dan degradasi mengurangi hak masyarakat Film ini telah mempermudah menjelaskan konsep SD. Kita sudah melakukan biofori, penanam pohon, buat kompos. Pertanyaan saya, sudah sampaikah pesan itu kepada anak-anak didik? Mengenal sumberdaya alam, masyarakat dan ekonomi Kurikulum 2013 (SMA) pelajaran ekonomi : dampak ekonomi terhadap SDA/Lingkungan. Semua sudah masuk, bahkan guru bahasa Indonesia sudah ada issue Lingkungan. Itu sebabnya kita bermain di Sekolah hijau (mindset), bukan pada insfrastruktur. Yang kita inginkan adalah anak-anak Indonesia yang pro lingkungan. Sekolah hijau ini perlu digerakkan tersistem, bukan hanya kepala sekolahnya. Artinya kalau datang ke Muara Jambi, pelajaran Biologi akan belajar tentang ecosystem di Batanghari, ada tentang norma-norma masyrakat di sekitar Batanghari. Silabus Nasional, kurikulum dibuat di satuan pendidikan. Masalahnya apakah guru mau berubah atau tidak. Pendekatan sekolah hijau ini adalah holistic dan mainstreaming. Tujuan mainstreaming REDD+ di Sekolah Hijau adalah pola fikir dan perilaku perduli lingkungan dan pro-REDD+. Adapun output nya adalah : Mainstreaming REDD+ dalam document kebijakan kurikulumn dan pembelajaran di sekolah. Pembelajaran holistik dengan potensi hutan, bakau, gambut bagi penyangga kehidupuan sosial dan iklim dunia, pelaksanaan peningkatan kapasitas dan jejaring dalam mainstreaming REDD+, kecakapan berfikir sistem keberlanjutan kehidupan (alam), Taman kehati/hutan mini kampanye REDD serta Karhutla (kebakaran hutan dan lahan). Disetiap kabupaten, apakah ada team Pembina Adiwiyata? Siapa yang mau melihat, kalau kurikulum dan kebijakan dijalankan atau tidak. Ada 4 pillas SD : Nature, ekonomi, society, wellbeing di Eropa sudah ditambah happiness. Itu yang diminta untuk kulikulum k4 (penalaran) Di Daerah mungkin menemukan kebingungan, untuk mencari partner (BLHD), padahal bisa berkolaborasi dengan NGO, Komda REDD+, media, akademisi, masyarakat umum, dll. Dengan adanya program sekolah hijau BP REDD+, Kita tidak keluar jalur kurikulum nasional, sehingga guru tidak merasa beban baru, buat RPP. Akan dilaksanakan menu pelatihan 4 hari, dengan jaringan pendidikan lingkungan.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
Semua kementria membuat implementasi resntrana ESD : contoh kementrian kesehatan pendidikan (air, sanitasi, sampah), Kementrian PU (sampah, kompsing, pilah sampah), Kementrian kehutanan pendidikan (konservasi hutan, pembibitan, penanaman pohon, penyuluhan, bagi bibit), Training di 3 kabupaten yang sudah MoU, untuk melakukan ToT sekolah hijau, PR nya adalah membuat RPP holistik. Memungkinkah kalau materi ini dijadikan satu pelajaran Mulok tersendiri, karena ketidak siapan ditingkat daerah? Bisa saja , tapi Kabupaten harus menganggarkan sertifikasi guru untuk Mulok. Kriteria ESD yang diadopsi Indonesia : Sesuai dengan kultur lokal dan global Beragam perspektif yang berbeda Berfikir mendalam Pembelajaran seumur hidup Fokus pada peserta didik Pendekatan holistic Beragam metode kerja demokratis Kurikulum (KTSP) 2006 menyebutkan : Beragam dan terpadu, tanggap terhadap ilmu pengetahuan dan seni, relevant dengan kebutuhan hidup, menyeluruh dan berkeseimbangan, belajar sepanjang hayat, seimbang terhadap kepentingan nasional dan global. Acuan operasional kurikulum : setiap pelajaran apapun harus sesuai dengan keragaman potensi dan karateristik daerah dan lingkungan. Pembelajaran lingkungan ini baru tahu karena ada Adiwiyata, padahal jauh sebelum ada program Adiwiyata, integrasi pembelajaran lingkungan dalam pendidikan sudah ada seperti Pemendikbud yang menghasilkan lulusan yang sesui dengan tuntutan kebutuhan berbasis potensi sumber daya alam Indonesia. Kita bisa melihat isu pelestarian hutan dari beragam perspektif melalui mulidisiplin ilmu. Contoh Lihat slide PP. Jika saja IN tahu syste,m pembelajaran multi learning seperti ini, maka jam pelajaran tidak akan perlu ditambahkan. Penghitungan karbon stok di jambi bisa dipelajari Bp REDD bisa memberikan pelatihan tersebut, ajukan melewati komda (usulan). BP REDD mengharapkan ada usulan dari bawah. Emisi tertinggi berada di kabupaten Tebo, karena merubah fungsi hutan. Tanjabtim dan muaro jambi lebih dikarenakan kawasan gambutnya. Target pemerintah menurunkan 10 % emisi karbon lokal, akan tetapi bentuk reword atas penurunan emisi tersebut masih dalam tahap penggodokan/pembahasan
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
supaya tepat sasaran. Pengembangan kapasitas bisa ditindak lanjuti sesuai dengan RTL besok, sebagai acuan bersama untuk merencanakan program ataupun kegiatan pengembangan kapasitas. Pkl 16.00 Apa yang sudah dilakukan atau pengalaman terkait isu sekolah hijau di sekolah : Peserta 1 : Menarik sekali bagi saya adalah tentang setiap meta pelajaran dikaitkan dengan lingkungan. Hal ini baru bagi saya dan ini sangat penting. Hal itu belum dilakukan di sekolah saya, pelajaran belum dilakukan. Integratif learning based belum dilakukan. Selama ini masih berproses secara monolitik. Kami melakukan proses belajar lingkungan karena ada Adiwiyata. Setelah satu hari ikut berproses dalam kegiatan ini saya berpikir bahwa pendekatan yang lebih integrative. Namun yang saya belum jelas adalah tentang emisi. Sulit menerapkan untuk sekolah dasar.
Rahmat Hidayat : Memang susah menyederhanakan apa itu emisi dan isus2 terkait REDD. Tapi ada cara sederhana : 1. Masuk ke mobil tanpa menghidupkan AC, lalu semua pintu dan jendela ditutup, kemudian murid kepanasan, itulah contoh pemanasan global. 2. Membuat contoh dengan menggunakan plastik besar kemudian dibuat sedemikian rupa lalu anakanak masuk ke dalamnya, dan merasakan panas itu contoh lainnya. Penjelasan memang harus sangat sederhana dan mudah dipahami. Ibu Aulia : Kaleng kerupuk diisi tumbuhan tanpa intervensi, tumbuhannya akan tumbuh baik. Tapi ketika sudah ada asap atau emisi lain biasanya tumbuhan akan mengalami kerusakan. Jangan hanya menjadikan buku induk sebagai referensi. Cari buku-buku contoh permainan dan sebagainya. Peserta 2 (Titian Teras) 2006 sudah ada pendidikan lingkungan hidup. Mulai dari ekosistem perkebunan sawit tapi kontennya masih sangat sederhana belum diintegrasikan dengan berbagai isu. Selanjutnya kami para pendidikan belum punya pandangan yang terintegrasi dan kurang membaca. Setelah Adiwiyata baru kami terpacu lagi, dan kami sampai sekarang mencoba mengubah mindset. Niat dan tulus harusnya jadi modal kami. Siswa didik belum sampai pada level pemahamans ekedar menganggap proses belajar lingkungan. Peserta 3 (Komda REDD) Bagi kami yang beinteraksi dengab masyarakat untuk menjelaskan mengenai REDD bukan hal yang mudah. Namun, untuk menyederhanakan itu sulit. Ada kebingungan. Kurikulum juga jangan selalu berubah sehingga tidak ada lagi kebingungan. Peserta IV (Hambali) Tidak boleh selalu berubah, kurikulum harus berkesinambungan tidak boleh tergantung rezim. Pengalaman kami ketika proyek FLEKTI. Kami sudha mencoba mendesain kurikulum muatan lokal
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
lingkungan hidup. Namun saynagnya modul yang kami susun masih sangat monolitik. Padahal seharusnya semua sudah biasa terintegrasi. Ke depan kita berharap perlu membangun persepsi bersama bahwa lingkungan hidup adalah bagian yang terintegrasi dalam pendidikan nasional kita. Tidak boleh parsial.
Peserta 5 (SMPN 41 Muaro Jambi) Saya disini walau diam tapi sebenarnya belajar banyak. Saya ada cerita dari sekolah yang saya bombing. Tahun ini sekolah yang saya bimbing jadi calon Adiwiyata tingkat nasional. Saya tidak terlalu paham konseptual tapi saya praktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Kunci yang kami lakukan selama ini adalah selalu bertukar pendapat. Suri tauladan juga penting, termasuk penerapan prinsip Adiwiyata. Kurikulum yang kami susun juga berbasis lingkungan. Anak-anak dilibatkan aktif dalam melaksanakan program menunjang Adiwiyata. Tidak tergantung pada pengawasan. Adiwiyata pada dasarnya mengubah perilaku dan sikap anak. BP REDD perlu mengunjungi sekolah kami.
Aulia : Anak-anak perlu punya pengetahuan tentang potensi lokal, sehingga tidka tercerabut dari akar budaya.
Peserta 6 (SDN 191 Pematang Kabau/ TNBD) Dua poin yang saya tangkap. Pada sesi pertama mengenai Adiwiyata dan sekarang sekolah hijau. Apa perbedaan Adiwiyata dan sekolah hijau.
Aulia : Apapun yang ada di buku, silabus KI/KD diubah sesuai kondisi sosial dan lokal. Pengalaman di Kalteng masyarakat adat juga terlibat aktif. Libatkan masyarakat sekitar sekolah untuk ikut menyusun kurikulium dan atau dilibatkan dalam proses belajar sebagai narasumber dan sebagainya. Kami tidak melihat gedung atau saran prasarana sebuah sekolah, melainkan mindset guru dan siswanya. Ada kecenderungan masyarakat yang sudah sadar lingkungan hidup kembali ke alam, tapi masyarakat transisi (kita) jadi kebule-bulean. Peserta Pak Budi (SMPN 7) Sesuatu yang indah untuk dikatakan tapi sulit dilakukan itulah konsep sekolah hijau atau apapun namanya. Tahun 1988 halaman tengah sekolah kami adalah “hutan” disekelilingnya barulah ada ruangan. Namun seiring tuntutan akhirnya lahan yangs emula hijau hilang. 2010 kami masih masuk lima besar sekolah berwawasan lingkungan. Seiring waktu jumlah siswa makin besar, maka kebutuhan infrastruktur main besar. Pohon-pohon besar hilang. Untuk mengubah mindset dari pengalaman tersebut, maka multi stakeholders participation dalam perencanaan sekolah menjadi sangta penting. Apresiasi kami ke BP REDD karena berniat mengubah
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
mindset. Di sekolah kami sudah ada 4 tempat pemilahan sampah. Namun, karena mindset belum berubah semua masih berbasis “perintah” ini belum efektif, pagi bersih siang kembali aslinya. Dari rumah belum terbentuk kesadaran. Kesimpulan saya untuk mengubah mindset tidak bisa hanya dilakukan sekolah, karena peran keluarga penting. PEserta SMA 14 Tebo Selama ini kita lebih berpikir infrastruktur, padahals eharusnya berpikir pada perubahan cara pendang. Pengalaman kami selama ini kepatuhan anak-anak karena ketakutan bukan karena kesadaran. Konsep kolaboratif dan holistik itu penting untuk memperbaiki pemahaman tentang lingkungan hidup. Peserta dari FZS Saya penyuluh di Bukit 30, kami mendukung pelepasliaran Orang Utan Kami memulai pendekatan dari satwa dan habitatanya. Mencoba membangun kesadaran masyarakat sekitar. Dari acara ini memberi kesadaran kami untuk mencoba pendekatan yang lebih holistik. Aulia : Libatkan pihak-pihak yang ada untuk menjadi narasumber, misal saja LSM.
Peserta SD 66 Muaro Jambi SD kami 2013 ada SD Adiwiyata Nasional. Apa yang kmai lakukan alami saja. Kami melakukan pembiasaan terhadap siswa dan guru. Kami juga mencoba membuat kantin sehat dengan mengkoordinir pedagang jajanan. Untuk sekolah hijau sulit untuk membiasakan guru memasukkannya ke dalam RPP. RPP yang dibuat masih sangat sulit untuk memasukkan unsur lingkungan karena guru cenderung belum menyadari dan memahami hal ini. Aulia : Semua guru nyaris opininya sama bahwa RPP adalah beban, padahal uang sertifikasi mensyaratkan RPP. Pembuatan RPP sebenarnya sangat mudah jika tidak melihat contoh, pegang saja konsep 5W dan 1H. Andi (KKI Warsi) Kita sudah memulai PLH, di Bukit 12 kami sudah ke sekolah-sekolah untuk mencoba memahamkan realitas lingkungan dan sosial budaya setempat. Orang rimba sudah menjadi narasumber untuk proses belajar. Basis PLH yang kami lakukan adalah mencoba memberi pemahaman melalui pengamatan langsung.
Aulia (Penutup) Sebenarnya kita sudah punya modal,pengetahuan sudah, pembiasaan sudah dilakukan, guru-guru sudah mulai sadar. Tinggal sekarang mensinergikan hal itu. Pertanyaan sekarang apakah kita puas denagn apa yang ada sekarang ? Sekolah hijau membutuhkan yang benar-benar komit. Tidak ada paksaan. Perubahan yang diharapkan belum bisa diprediksi namun proses belajar yang dilakukan secara holistik menjadi salah satu kunci.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
Rahmat : Besok kita akan merancang rencana tindak lanjut. Ada juga kepala dinas pendidikan yang punya pemikiran anti mainstream. RTL yang kita buat akan menjadi referensi bagi kami di nasional untuk merancang program ke depan dan bisa mendukung proses di Jambi. HARI KE II – 12 September 2014 Review: Kelompok I : Green school adalah pelajaran yang mengarah pada lingkungan.Pada intinya sekolah ini telah kami lakukan sejak dulu, namun belum dituangkan dalam tulisan. Contohnya waktu saya SD, dipekarang sekolah kami masih ada tanah kosong, supaya bermanfaat bagi keluarga sekitar sekolah, khususnya penjaga sekolah ditanam lah berbagai tanaman, contohnya Lontoro untuk obat luka, obat batuk. Tanaman Turi. Walaupun orang tua memiliki kendaraan bermotor, beliau berfikir jangan sombong, maka kami tidak boleh naik kendaraan bermotor. Jadi kami jalan kaki atau naik sepeda. Demikianlah pembelajaran dari kami. Kelompok II : Kami menyimpulkan bahwa, memberikan cara pandang baru kepada masyarakat/peserta didik tentang pentingnya lingkungan hidup, yang masih berdiri sendiri. Kedepan diharapkan di integrasikan semua lini. Mengapa? Karena kerusakan alam menyangkut segala aspek, baik ekonomi, sosial, politik, national dan global. Contoh nya Kabut asap, mengakibatkan aktivitas di sekolah terganggu. Apalagi aspek lain karena ini sangat berkaitan. Pendidikan lingkungan ini sangat berkaitan penting dengan pembangunan berkelanjutan. Kemudian, ada dana dari Norway dari program REDD+, untuk mengurangi emisi dari pengurangan hutan. Melalui REDD ini berusaha menyelelamatkan hutan, dengan cara merubah pola fikir perserta didik disekolah. Kelompok III : Lingkungan hidup telah begitu rusak, lebih parah lagi Indonesia urutan no 3 terparah. Kita sebagai Indonesia harus perduli. Sementara negara luar siap membantu lewat program REDD+. BP REDD telah mencadangkan 10 program, salah satunya sekolah hijau. Untuk sekolah hijau kami melihat menjadi satu yang baru. Namun setelah mendengar, bahwanya sekolah hijau ini telah berjalan Cuma belum terstruktur saja. Sekolah hijau ini perlu dikembangkan di seluruh ini, harus ditanamkan mindset ini perdulian lingkungan sekolah kepada seluruh siswa, sehingga bisa diterapkan dirumah, di sekolah sehingga tercipta lingkungan yang baik. Memang ini belum berjalan secara holistic, kuncinya adalah pembelajaran. Kami menyambut baik program ini, khususnya kalau dimasukkan dalam RPP. Kami sebagai pengawas Muara Jambi, sebagai pilot project, Kami akan memasukkan program ini ke dalam Sekolah, namun kami butuh instrument, karena kami belum paham banyak tentang lingkungan ini. Kami dari pengawas akan mensosialisasikan keseluruh sekolah di Muara Jambi. Kami butuh bantuan untuk berkomunikasi langung kepada Ibu, minta kontak person nya. Kelompok IV : Dari hasil diskusi, teman-teman menyambut positif, karena ini materi baru. Ada 8 point
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
arah pendidikan lingkungan masih kurang, perlud itingkatkan lagi Sebenarnya sudah dilakukan, Cuma belum dipahami pendidikan lingkungan ini Pendidikan lingkungan hidup tidak hanya disekolah, tapi disemua tempat Pendidikan lingkungan ini harus melibatkan semua orang (multistakeholder) Materi lingkungan sesuai dengan SDA masing-masing Pendidikan ini lebih penting ditanamkan di usia dini, supaya melekat lebih lama Secara konsep guru belum memahami sekolah hijau, kedepan ada proses transfer pengetahuan Perlu keselarasan konsep sekolah hijau yang diberikan kepada anak didik, sifat nya global. Tidak hanya di kabupaten, provinsi.
Yang pasti materi ini luar biasa. Mungkin kedepan bisa melibatkan porsinya 1 atau 2 kali dalam setahun, agar berkesinambungan dan refresh. Kalau perlu mengundang orang-orang yang pengambil keputusan, sehingga mereka juga mendengar informasi ini. Sebenarnya ini sudah kami lakukan, namun seperti ibu jelaskan belum bisa dikatakan sekolah hijau. Jadi tidak ada yang sempurna. Saya sangat berapresiasi seluruh sekolah yang telah melakukan pendidikan berwawasan lingkungan. Ada tambahan?? Erick (Dishut) Saya menyambut sekolah hijau, pernah kerja sama deng Uni Eropa, di Muara Jambi, Tanjab timur dan Merangin. Mudah-mudahan sekolah hijau ini tidak menjadi alat politik. Karena kita disalahkan terus oleh negara-negara maju. Tapi dengan adanya wawasan lingkungan, kita sebagai orang tua murid, harus banyak belajar baik dari buku maupun internet. Seperti yang disebutkan Renaldi, tidak cukup local tapi global. Mudah-mudahn demplotnya di Merangin, bisa lebih mengena. Di merangin telah banyak penambangan liar, di depan sekolah ada eksavator. Dari dinas sudah sering menguncurkan programprogram, tapi evaluasinya masih lemah, sehingga kita tidak tahu sejauh mana program ini berjalan dilapangan. Data ini akan kita kumpulkan untuk rencana tindak lanjut. Kalau dulu sistemnya kita menunjuk sekolah, dari dinas akan mencari sekolah yang baik. Sekarang kita akan melihat sekolah yang mempunyai komitment tinggi baik guru, kepala sekolah, pengawas sekolah dan dinasnya. Namun masalahnya issue berkelanjutan. Ketika berganti kepada negara atau kepala pemerintah maka program nya akan berganti. Kami dari BLHD pernah dapat training Eko school di Thailand, anak-anak dibawa jalan-jalan ke rumah. Asik sekali. Namun karena pikiran berat nya adalah UN, jadi hal-hal kreatif itu jadi terpinggirkan. Target kelulusan UN ini menjadi beban bagi guru. Aulia : Guru selalu mengatakan UN beban, ketika UN dihilangkan masalahnya administrasi. Selalu ada alasan untuk ngeles dalam menerapkan masalah lingkungan. Jadi tidak ada alasan. Jadi guru harus berubah, kalau guru nya tidak mau berubah, maka akan menjerumuskan bangsa ini ke Jurang. Husni Thamrin :
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
Sebenarnya dalam kurikurlum nasional pendidikan berorientasi lingkungan sudah ada. Tinggal bagaimana guru menjalankannya. Dintuntut kesadaran pemahaman guru tersebut, tidak mencari target agar anak didik mendapat nilai tinggi. Dengan kegiatan ini bersifat mendorong, dan menyadarakan kembali. Jangan mendorong anak murid nilai tinggi. Dewi (SSS) Saya cukup kaget dengan pelajaran di sekolah, selalu pulang dengan membawa PR. Buku pelajaran nya cukup berat untuk anak-anak seusia dia. Banyak hal yang saya lihat, text book sekali. Jawaban anak harus sesuai dengam buku. Menurut saya anak-anak punya jawaban sendiri, namun sering kali disalahkan. Kalau semua menyalahkan guru, kita tidak salah kalau kita disini karena ada guru. Kita banyak bidang study. Kalau ada yang salah sebut saja namanya, jangan jabatannya. Kami ini hanya eksekutor tidak pernah dilatihkan. Kami datang kesini, sebagai salah satu upaya untuk belajar dan proses lebih baik.
Kadis Pendidikan Provinsi Jambi : Rahmad Derita Pendidikan adalah usaha yang sadar dan terencana, yang dibangun oleh Bapak dan Ibu. Ketika kita berbicara prilaku, kita pernah menjadi bayi, anak, remaja, dewasa. Kadang kita lupa pernah menjadi anak, remaja. Karena prilaku itu bukan dari apa yang kita kenal, tapi cendrung dari apa yang kita lihat. Orang dewasa tidak pernah merasa kecil, semua ingin menggurui dan lupa menggurui dirinya sendiri. Sehingga semua dimasukkan di dalam kurikulum. Masalah lingkungan membahayakan. Penting memasukkan masalah ke kurikulum. Masalah kecelakaan tinggi di jalan, maka penting masukkan ke dalam kurikulum. BKKBN melihat issue ledakan penduduk, narkoba membahayakan, hamil diluar nikah, hingga semua masuk dalam kurikulum. Sehingga anak kita dijejali dengan semua yang dilakukan oleh orang dewasa. Seakan-akan kalau semua dimasukkan dalam kurikulum akan selesai semua. Apa Kurikulum itu? Adalah seperangkat rencana dan pengarutah mengenai tujuan isi dan bahan pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum itu harus disajikan dalam waktu tertentu dan mata pelajaran tertentu. Sekarang anak-anak belajar 38 -48 jam/minggu. Kalau kita masukkan green school dalam kurikulum harus nambah jam pelajaran lagi. Sekarang anak kita pulang sekolah jam berapa? Dengan begitu banyak beban kurikulum yang mereka terima, padahal masa anak-anak adalah masa bermain. Semua materi pembelajaran, dibuat secara kontekstual. Kurikulum 2013 disesuaikan kontennya dengan lingkungan masing-masing. Sehingga kita tidak lagi terikan dengan membentuk pelajaran baru, namun bagaimana memasukkan pesan-pesan itu kedalam mata pelajaran. Ketika ada pimtek, kawan-kawan dari lingkungan ikut dalam itu sehingga memberikan pengetahuan kepada guru-guru. Dalam kurikulum harus menanamkan olah hati, olah rasa, dan olah raga. Dalam perjalanan ke Sungai Manau kita lihat banyak sekali kerusakan, apakah orang yang melakukan itu tidak mengerti lingkungan? Padahal disitu ada Polsek, Danrim, LSM dan orang dewasa lainnya. kenapa hal ini harus ditanamkan kepada siswa? Itu yang harus kita bekali mereka, jangan anak-anak yang kita warisi dengan lingkungan yang rusak. Sehingga textual dan kontekstual nya tidak cocok. Yang perusak itu lah yang kita benari, anak-anak dan guru – guru kita bukan tukang tebang pohon. Jadi ini salah arah. Prilaku ini tidak mungki dirubah dengan mata
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
pelajaran, namun harus berubah dengan apa yang kita tampilkan. Mohon maaf kalau ada kurikulum dan mulok baru tentang lingkungan. Mungkin ini pengantar bagi saya untuk membuka diskusi : Silahkan jika ada yang berdiskusi dengan pak Rakhmad : Aulia : Saya setuju dengan bapak, tidak boleh ada mulok dan kurikulum baru. Karena anak sudah terbeban dengan 16 mata belajaran. Mengapa REDD+ fokus pada sekolah, sedangkan ada yang melakukan diluar situ. Kami punya team sendiri untuk menanggulangi itu. Namun kita punya visi untuk mempersiapkan anak-anak untuk keberlangsungan lingkungan. Ini Restranas pendidikan 2025. Hanibal Nusa (131/VII Pematang Kabau) Sangat tepat sekali kita kedatang kepala Dinas provinsi. Saya ingin curhat masalah kurikulum 2013, pada bulan Agustus 2013, kami ada training standar proses dan standard penilaian. Kendala ditempat kami adalah buku, belum ada 1 helai pun buka dari Dinas pendidikan. Padahal ajaran baru ini sudah ditetapkan pembelajaran 2013. Mau pakai operasional, tidak cukup karena jumlah siswa nya sedikit. Fatoni (Korwas Muara Jambi) Menurut kami kehadiran kami disini sangat tepat, untuk mensosialisasikan kegiatan BP REDD+, salah satunya adalah sekolah hijau. Kami juga sudah katakana sosialisasi ini tidak hanya di sekolah ,karena ada 9 program lagi. Paling tidak informasi ini bisa kita sampaikan kepada siswa, siswa tidak melakukan perusakan. Namun mereka berorientasi pada lingkungan, sehingga meraka tidak akan meniru menghancurkan lingkungan ketika mereka sudah menjabat. Mudah-mudahan kita disekolah bisa mengimplementasikannya dengan anak didik kami. Muslim (Bappeda) Saya setuju, sangat sulit sekali memasukkan pembelajaran lingkungan dalam muatan lokal dan kurikulum. Yang kita lakukan adalah reformasi mental dalam pengajaran. Tapi mungkin saran kita menfokuskan pada sekolah teknis, misalkan sekolah lingkungan hidup. Hambali (mitra aksi) Kita sepakat apa yang disampaikan bahwa tanggung jawab kita sebagai orang tua untuk menyiapkan masa depan untuk menjawab tantangan dimasa depan. Niat kita bersama untuk menkontekstualisasi apa yang terjadi mencerminkan apa yang terjadi dimasa depan, itu yang sangat penting, dan itu bisa dilakukan dalam formal maupun informal. Karena itu kedepan, penting juga melibatkan Widiaswara, supaya persepsinya sama. Sehingga persoalan kontekstualisasi yang ada sekitar kita menjadi jelas. Saya sepakat jangan sampai kurikulum kita menjadi keranjang sampah, dan tidak menyelesaikan masalah.
Respond Pak Rahmad Derita: Terimakasih atas tanggapannya. Poiny adalah bagaimana kita mamandang kerusakan lingkungan ini tidak selesai hanya memasukkan dalam bahan ajar. Sesungguhnya kurikulum manapun ada 3 ranah yang harus kita capai pengembangan mental dan spiritual. Tapi kalau ini tidak terarah menjadi tidak baik. Kalau kita bicara green school, anak2 masih membawa aqua gelas. Apakah bapak sebagai
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
guru/pengawas memperhatikan itu tidak? Apakah ketika kita pergi ke pasar sudah mempersiapkan keranjang ? tetap saja kita meminta kantong plastic. Sesungguhnya, sadar kah kita dengan behavior kita yang berdasarkan apa yang kita lihat. Yang parahnya adalah perusak lingkungan adalah orang yang mengerti tentang dampak kerusakan lingkungan, karena olah hatinya tidak cukup , keserakahan ada disitu. Oleh karena itu, bagaimana semua mata pelajaran matematika sekalipun mendekat kan kepada Tuhan. Fisika dan biologi kita adalah makhluk tuhan. Sekarang tidak, orang belajar MAtematika untuk lulus UN. Sekarang bagaimana sekolah menyiapkan ini semua. Ada materi yang diberikan setiap diklatnya dimasukkan dalam pengajaran, termasuk pembelajaran lingkungan. Pak Hadi : uang sudah dipersiapkan termasuk kontrak. Namun ada yang ingkar kontrak itu. Seharusnya pada bulan Juli buku itu sudah sampai disekolah. Sebagian sekolah ada, dan belum. Untuk SMA belum ada sama sekali. Mereka janji pada kita pada minggu ke 2 October buku itu sudah ada. Pemerintah telah mendesign dengan sangat baik, secara strategy dan content. Ketika di kontrak ke pihak ke tiga, itu lah yang terjadi. Idealnya kurikulum 2013 dijalankan apabila buku nya sudah ada dan gurunya telah di diklat kan. Kami sangat konsent terhadap lingkungan, namun kami bukan lah segala-galanya. Sesuai dengan janji saya, pukul 11.30 saya harus mengakhiri sesi ini karena ada agenda ditempat lain . Ini alur nya : 1. Mou : bukan tanggung jawab ibu dan bapak, ini KOMDA dan pemerintah provinsi/kabupaten Yang paling penting no 4 : proses sosialisasi sekolah dan bagaimana mendesign pelatihan-pelatihan, pendampingan dan aksi REDD+, sehingga menjadi sekolah IMBAS. Mungkin peserta akan dibagi akan menjadi beberapa kelompok, dan untuk anggota KOMDA agar bisa membaur di kelompok. Agar usulan-usulan bisa didengar oleh Komda REDD+. Materi akan dipersiapkan dalam disk. FGD-- membuat Rencana Tindak Lanjut Kelompok 1 : Kelompok kami sepakat small is beautiful : jadi ada 2 kegiatan besar yakni : kontekstualisasi… wilayah Kab MoU, output persamaan pemahaman untuk green school di tingkat SMA, pelaksana Kedua : hasil dari Workshop ini mendorong adanya model green school ditingkat SMA sebagai pusat pembelajaran. Sasaran nya adalah SMA di Kabupaten MoU. Siapa sekolahnya? Kita belum tentukan Outputnya adalah adanya sekolah pusat pembelajaran GS. Waktu nya Desember 2014. Pelaksana Diknas, dan Kabupaten MoU.
Kelompok II. 1. Butuh Sosialisasi ditingkat pengawas, kepala sekolah, guru, hingga siswa dan orang tua murid.outputnya perubahan minset dan prilaku(kab/kota) 2. Setelah sosialisasi : usulkan kegiatan pendampingan dan penguatan kapasitas (training) atau study banding sebagai perbanding bentuk kongkret GS.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
Teman-teman LSM juga perlu penguatan kapasitas, sehingga training ini tidak hanya lingkup sekolah tapi juga LSM. Karena LSM juga banya berkegiatan dalam bidang pendidikan. 3. Review kurikulum di sekolah masing-masing supaya berintegrasi dengan sekolah hijau. Sehingga kedepan kurikulum yang berjalan berbasis sekolah hijau. Tanggung jawab guru dan pengawas 4. Pembangunan fisik terkait tindak lanjut. 5. Adanya monitoring dan reward. Karena ini penting untuk mengetahui perubahan yang dihasilkan. Tambaha : penanggung jawab adalah KOMDA, dari segi waktu kami tidak bisa menetapkan kapan Mengapa pengawas dilibatkan, karena ujung tombak pendidikan di sekolah adalah pengawas. Setiap hari senin dan Jum’at kami harus ke sekolah binaanya. Sehingga kegiatan ini bisa berjalan. Kami tidak muluk-muluk, kami harapkan bisa berjenjang dari SD – SMA. Dilibatkan juga LSM sangat penting, supaya merubah image LSM. Selama ini sekolah melihat LSM buruk semua. Padahal tidak begitu. Disini kami masukkan Reward, effeknya besar. Kelompok III : Senang sekali bisa me revolusi mental kita. Ini adalah RTL kita : a. merencanakan sosialisasikan kembalik yang kita dapat, minimal ke gugus, kecamatan, kabupaten/kota. Berkisar bulan Oktober – November. Tempatnya menyesuaikan. Penjab : tim fasilitasi tersebut. b. Dari BP REDD+ atau KOMDA REDD+, team fasilitasi dikumpulkan kembali untuk mendapat Bimtek/lokakarya membuat standarisasi sekolah hijau. Rentang waktunya sekitar October – November 2014. c. Setelah mengkonsep, kita menginginkan ada tindak lanjut dalam bentuk “best practice” ada ajang Kompetisi, sekitar bulan Desember 2014. Yang menang mendapatkan Reward. Team sosialisasi di ikut sertakan untuk belajar sekolah hijau di Bali Fasilitator : Sekitar 14 kegiatan sudah saya catat. Semoga bisa dimasukkan dalam usulan provinsi.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/