Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) pada Udang Windu (Panaeus monodon) dan Rajungan (Portunus pelagicus) di Perairan Kotabaru Kalimantan Selatan Noer Komari, Umi Baroroh Lili Utami, Febrina Program Studi Kimia Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat Jl. Jend. A. Yani Km 36 Banjarbaru 70714 Kalimantan Selatan e-mail :
[email protected]
Abstrak. Keberadaan logam berat di lingkungan perairan harus dipantau terus menerus. Penelitian ini bertujuan menentukan besarnya kandungan logam berat timbal (Pb) dan kadmium (Cd) pada udang windu (Panaeus monodon) dan rajungan (Portunus pelagicus) di Perairan Kotabaru Kalimantan Selatan. Pengambilan sampel air, sediman, udang dan rajungan dilakukan di tiga lokasi, yaitu Desa Nusa Indah, Desa Hilir dan Desa Sarang Tiung sebanyak tiga kali pada bulan Agustus, September, dan Oktober 2011. Penentuan timbal dan kadmium menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Hasil analisis menunjukkan rata-rata kadar Pb di udang windu Desa Nusa Indah, Desa Hilir, dan Desa Sarang Tiung berturut-turut sebesar 0,054; 0,166; dan 0,133 mg/kg, sedangkan kadar ratarata Pb di rajungan Desa Nusa Indah, Desa Hilir, dan Desa Sarang Tiung berturut-turut sebesar 0,0420; 0,0501; dan 0,0642 mg/kg. Rata-rata kadar Cd di udang windu Desa Nusa Indah, Desa Hilir, dan Desa Sarang Tiung berturut-turut sebesar 0,01; 0,009; dan 0,016 mg/kg, sedangkan kadar rata-rata Cd di rajungan Desa Nusa Indah, Desa Hilir, dan Desa Sarang Tiung berturut-turut sebesar 0,015; 0,011; dan 0,017 mg/kg. Kadar Pb dan Cd di udang windu dan rajungan di tiga lokasi pengamatan belum melebihi nilai ambang batas yang ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional (2009) dan Balai Pengawasan Obat dan Makanan (2009), tentang batas maksimum cemaran logam berat pada bahan pangan, yaitu Pb sebesar 0,50 mg/kg dan Cd sebesar 1,00 mg/kg. Kata Kunci : Timbal, Kadmium, udang windu (Panaeus monodon), rajungan (Portunus pelagicus)
PENDAHULUAN Kegiatan manusia selain menghasilkan produk, juga menghasilkan sisa atau limbah yang dapat menjadi bahan pencemar. Limbah mengandung berbagai macam zat organik dan zat anorganik yang dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan. Limbah industri umumnya banyak mengandung logam berat seperti merkuri (Hg), timbal (Pb), kadmium (Cd), dan arsen (As). Limbah yang dialirkan ke sungai akan terbawa air hingga berakhir di perairan laut (Azhar, 2004). Pencemaran logam
berat di perairan laut harus dipantau secara terus menerus. Kotabaru merupakan salah satu kabupaten di Kalimantan Selatan yang daerahnya dikelilingi oleh perairan laut. Alat transportasi air berupa perahu kecil dan kapal-kapal besar banyak beroperasi di Kotabaru. Selain itu, di pesisir pantai terdapat pemukiman padat penduduk yang setiap harinya membuang berbagai jenis sampah ke laut. Dua faktor tersebut, transportasi dan kebiasaan masyarakat membuang sampah di perairan laut menjadi sumber masuknya logam berat ke perairan
Semirata 2013 FMIPA Unila |281
Noer Komari dkk: Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) pada Udang Windu (Panaeus monodon) dan Rajungan (Portunus pelagicus) di Perairan Kotabaru Kalimantan Selatan dan berdampak pada tercemarnya air serta biota laut. Timbal (Pb) dan kadmium (Cd) merupakan logam berat yang banyak mencemari lingkungan perairan. Kedua logam berat tersebut sebagian akan terendapkan di dasar perairan. Sebagian akan terakumulasi di dalam tubuh biota laut melalui rantai makanan. Biota laut jenis krustasea yaitu udang dan rajungan sering dijadikan bioindikator pencemaran logam berat di laut. Konsentrasi logam di biota laut akan terus meningkat apabila terjadi proses biomagnifikasi (Salbiah et al., 2009). Jenis krustasea yang hidup di dalam air terdiri dari banyak spesies, antara lain adalah udang dan rajungan. Jenis organisme ini pergerakannya relatif tidak secepat jenis ikan untuk menghindar dari pengaruh polusi logam dalam air (Darmono, 2001). Sebagian besar logam berat timbal masuk kedalam hewan laut adalah melalui rantai makanan dan hanya sedikit yang langsung diambil dari air (Widajanti et al., 2004). Sifat krustasea yang mencari makan pada dasar perairan yaitu pada lingkungan sedimen akan menyebabkan krustasea sangat mungkin terkontaminasi logam berat, termasuk Pb dan Cd. Dalam penelitian ini, dilakukan penentuan kadar logam berat timbal dan kadmium pada biota laut rajungan dan udang windu yang berada di wilayah sekitar perairan laut Pulau Laut Utara Kotabaru.
METODOLOGI Pengambilan Sampel Sampel air, sedimen dan biota diambil di tiga lokasi wilayah pesisir Kecamatan Pulau Laut Utara Kabupaten Kotabaru yaitu Desa Nusa Indah, Desa Hilir, dan Desa Sarang Tiung. Pengambilan sampel dilakukan tiga kali dalam rentang waktu 3 bulan yaitu bulan Agustus, September, dan Oktober 2011.Ada 4 sampel yang diambil, yaitu air
282|Semirata 2013 FMIPA Unila
laut, sedimen, udang windu dan rajungan. Ukuran sampel udang windu +5,0 cm, dan rajungan +15,0 cm. Sampel diambil di 3 titik pada setiap lokasi. Jarak dari satu titik ke titik pengambilan berikutnya ± 1,0 Km. Jarak antar lokasi pengambilan sampel ± 10,0 Km. Pengambilan sampel dibantu oleh nelayan setempat. Sampel udang dan rajungan dibersihkan dan diambil bagian dagingnya, kemudian dihaluskan dengan blender. Sampel air laut setelah diambil disimpan dalam botol plastik yang telah dicuci bersih, kemudian dicampur dan dihomogenkan. Sampel air laut diawetkan dengan penambahan HNO3. Sampel sedimen setelah diambil, dicampurkan dan dikering udarakan pada suhu ruang, selanjutnya digerus dan dihomogenkan. Penentuan kadar Pb dan Cd di udang windu dan rajungan secara destruksi asam ( SNI 01-3518 -1994) Sampel yang telah halus ditimbang 25,0 g dalam cawan porselen. Sampel dikeringkan di atas hot plate hingga mengarang, lalu dimasukkan ke dalam tanur. Suhu tanur diatur 250oC, lalu perlahan-lahan suhunya dinaikkan menjadi 350oC dengan setiap kenaikan 50oC. Suhu dinaikkan menjadi 500oC dengan setiap kenaikkan 75oC. Setelah itu sampel diabukan selama 16 jam. Tanur dimatikan, dibiarkan menjadi dingin selama 30 menit, cawan porselen dikeluarkan dari tanur dan dibiarkan menjadi dingin dalam desikator. Abu dilarutkan dalam 5,0 mL HNO3 5,0N kemudian dikeringkan di atas hot plate. Residu ditambahkan lagi 5,0 mL HNO3 5,0N dan dilarutkan. Residu yang telah larut dimasukkan ke dalam labu ukur 50,0 mL. Pencucian residu diulang sebanyak 3 kali dengan akuades dan dijadikan satu dengan larutan sebelumnya. Labu diencerkan sampai garis tanda dengan akuades. Kemudian larutan disaring dengan kertas saring Whatman 40. Larutan hasil penyaringan selanjutnya digunakan untuk
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
analisis kuantitatif logam timbal dan kadmium dengan spektrofotometer serapan atom.
100,0 mL dan ditambahkan akuades sampai tepat tanda batas. Sampel siap diukur dengan spektrofotometer serapan atom.
Penentuan kadar Pb dan Cd di sedimen (SNI 06-6992.3-2004 ; SNI 06-6992.42004) Sebanyak 5,0 g sampel yang sudah homogen dimasukkan ke dalam gelas piala 50,0 mL. Ditambahkan dengan 25,0 mL akuades kemudian diaduk dengan batang pengaduk. Ditambahkan 5,0-10,0 mL HNO3 pekat, diaduk hingga bercampur rata. Ditambahkan 3-5 butir batu didih, ditutup dengan kaca arloji. Kemudian erlenmeyer tersebut diletakkan di atas penangas listrik yang telah diatur pada suhu 105-120°C. larutan dipanaskan sampai volume sampel tinggal 10,0 mL, kemudian diangkat dan didinginkan. Larutan ditambahkan 5,0 mL HNO3 pekat tetes demi tetes melalui dinding kaca gelas piala. Larutan dipanaskan kembali pada penangas listrik hingga timbul asap putih dan larutan sampel menjadi jernih. Setelah timbul asap putih, pemanasan dilanjutkan selama ± 30 menit. Langkah di atas diulang lagi sebanyak 3 kali sampai larutan sampel benar-benar jernih. Kemudian sampel didinginkan dan disaring dengan kertas saring whatman 40 secara kuantitatif. Filtrat sampel dimasukkan ke dalam labu ukur
Penentuan logam timbal dan kadmium pada air ( Berdasarkan SNI 6989.8: 2009; SNI 6989.16: 2009) 50,0 mL sampel air yang sudah homogen dimasukkan ke dalam gelas piala 100,0 mL dan ditambahkan 5,0 mL HNO3 pekat kemudian ditutup dengan kaca arloji. Dipanaskan perlahan di pemanas listrik sampai volume larutan sampel 25,0 mL. Ditambahkan lagi 5,0 mL HNO3 pekat kemudian ditutup lagi dengan kaca arloji dan dipanaskan lagi. Dilanjutkan penambahan HNO3 pekat dan pemanasan sampai semua logam larut, sampai endapan dari sampel menjadi agak putih atau jernih. Kaca arloji dibilas dan air bilasan dimasukkan dalam gelas piala. Sampel air dipindah ke dalam labu ukur 50,0 mL sambil disaring dan ditambahkan akuades sampai tanda batas. HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Pb di udang windu dan rajungan Hasil analisis kadar Pb di sampel udang windu ditunjukkan pada Tabel 1. Hasil analisis kadar Pb di sampel rajungan ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 1 Hasil Analisis Kadar Pb dalam Sampel Udang Windu Sampel (mg/kg) Bulan Nusa Indah Hilir Sarang Tiung Agustus 0,0476 0,0560 0,0896 September 0,0366 0,0466 0,0760 Oktober 0,0790 0,3972 0,2342 Rata-rata 0,0544 0,1666 0,1332 Tabel 2. Hasil Analisis Kadar Pb dalam Sampel Rajungan Sampel (mg/kg) Waktu Nusa Indah Hilir Sarang Tiung Agustus 0,0392 0,0812 0,0728 September 0,0466 0,0366 0,0564 Oktober 0,0402 0,0326 0,0636 Rata-rata 0,0420 0,0501 0,0642 Semirata 2013 FMIPA Unila |283
Noer Komari dkk: Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) pada Udang Windu (Panaeus monodon) dan Rajungan (Portunus pelagicus) di Perairan Kotabaru Kalimantan Selatan Tabel 1dan 2 menunjukkan kadar Pb di udang tertinggi didapatkan di Desa Hilir sebesar 0,1666 mg/Kg, sedangkan Pb di rajungan di dapatkan di Desa Sarang Tiung sebesar 0,642 mg/Kg. Kadar rata-rata Pb di udang dan rajungan tidak melebihi batas aman yang dianjurkan oleh pemerintah. Menurut Badan Standarisasi Nasional (2009) dan Balai Pengawasan Obat dan Makanan (2009), batas maksimum cemaran logam Pb krustasea sebesar 0,5 mg/kg, maka dapat dikatakan bahwa udang dan rajungan masih aman untuk dikonsumsi karena belum melebihi nilai ambang batas yang telah ditetapkan. Jika melihat penelitian Anggraeni, (2007) dan Salbiah et al., (2009) seperti pada Tabel 3, maka ratarata kadar Pb di perairan Kotabaru jauh lebih kecil dibandingkan di perairan Dumai dan perairan Belawan. Kadar Pb pada Mollusca di perairan Dumai dan Belawan telah melebihi ambang batas yang telah ditetapkan. Kadar Pb di air dan sedimen Hasil analisis kadar Pb di sampel air dan sedimen seperti pada Tabel 4. Tabel 4 menunjukkan rata-rata kadar Pb di air Desa Nusa Indah sebesar 0,0114 mg/L, Desa Hilir dan Desa Sarang Tiung masing-masing sebesar 0,0065 dan 0,0100 mg/L (ppm). Menurut Kep. MENLH No. 51 Tahun 2004, rata-rata kadar Pb di perairan Nusa Indah, Hilir, dan Sarang Tiung belum melewati nilai ambang batas yang dianjurkan yakni 0,05 ppm. Standar
baku mutu logam berat untuk sedimen menurut NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) Tahun 1999 sebesar 218 ppm, maka dapat dikatakan bahwa kadar Pb pada sampel sedimen di tiga lokasi masih berada dibawah nilai baku mutu yang ditetapkan. Kadar Pb pada air lebih rendah dibandingkan kadar Pb pada sedimen. Menurut Hutagalung & Hamidah (1991), logam berat mempunyai sifat yang mudah mengikat bahan organik dan mengendap di dasar perairan dan berikatan dengan partikel-partikel sedimen, sehingga kadar logam berat dalam sedimen lebih tinggi dibanding dalam air. Tingginya kadar Pb di dalam air dan sedimen kemungkinan disebabkan banyaknya aktivitas transportasi dari kendaraan laut berbahan bakar timbal yang masuk ke air. Melalui hujan dan debu kemudian dalam jangka waktu tertentu akan turun dan mengendap mengendap di sedimen. Timbal juga dapat ditemukan dari berbagai macam produk, seperti cat, plastik, dan keramik yang akhirnya terbawa ke laut. Rata-rata kadar Pb di air pada bulan Agustus merupakan kadar Pb tertinggi, sedangkan untuk kadar Pb yang paling tinggi pada sedimen juga terjadi pada bulan Agustus. Kadar Pb pada air sangat dipengaruhi oleh musim yang terjadi, apabila musim hujan maka kadar Pb kemungkinan akan menurun karena adanya pengenceran dari air hujan, sedangkan apabila pada musim kemarau kadar Pb akan meningkat karena adanya pemekatan.
Tabel 3. Perbandingan kadar Pb Beberapa Mollusca di Perairan Indonesia Sampel Kadar Pb Lokasi Penelitian (ppm) Penelitian Udang windu 0,0544-0,1666 Kotabaru Penelitian ini Rajungan 0,0420-0,0642 Lokan 8,800 – 33,30 Dumai Anggraini, (2007) Ketam Batu 1.434 Belawan Salbiah et al., (2009) Lokan 0.812 Tabel 4. Hasil Analisis Kadar Pb dalam sampel air dan sedimen Sampel Air (mg/L) Sampel Sedimen(mg/kg)
284|Semirata 2013 FMIPA Unila
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Waktu Agst Sept Okt Rata-rata
Nusa Indah 0,0020 0,0090 0,0019 0,0114
Hilir 0,0058 0,0071 0,0066 0,0065
Sarang Tiung 0,0178 0,0085 0,0085 0,0116
Kadar Cd di udang windu dan rajungan Hasil analisis kadar Cd di sampel udang windu seperti pada Tabel 5.Hasil analisis kadar Cd di sampel rajungan seperti pada Tabel 6. Tabel 5 dan 6 menunjukkan kadar Cd tertinggi di udang Desa Sarang Tiung sebesar 0,0168 mg/Kg dan Cd tertinggi di rajungan Desa Sarang Tiung Juga sebesar 0,0175 mg/Kg. Kadar rata-rata Cd di udang dan rajungan tidak melebihi batas aman yang dianjurkan oleh pemerintah. Menurut Badan Standarisasi Nasional (2009), dan Balai Pengawasan
Nusa Indah 1,2380 1,2320 1,2480 1,2390
Hilir 1,3400 1,3000 1,3260 1,3220
Sarang Tiung 1,3560 1,3300 1,3420 1,3420
Obat dan Makanan (2009), batas maksimum cemaran logam Cd pada krustasea sebesar 1,0 mg/kg, maka dapat dikatakan bahwa udang dan masih aman untuk dikonsumsi karena belum melebihi nilai ambang batas yang telah ditetapkan. Melihat penelitian Anggraeni, (2007) dan Salbiah et al., (2009) seperti pada Tabel 7, maka kadar Cd di perairan Kotabaru sangat kecil dibanding perairan Dumai dan Belawan. Kadar Cd Mollusca di periaran Dumai dan Belawan telah melebihi ambang batas yang telah ditentukan.
Tabel 5. Hasil Analisis Kadar Cd dalam Sampel Udang Windu Sampel (mg/kg) Waktu Nussa Indah Hilir Sarang Tiung Agustus 0,0074 0,0150 0,0102 September 0,0164 0,0044 0,0198 Oktober 0,0062 0,0104 0,0206 Rata-rata 0,0100 0,0099 0,0168 Tabel 6. Hasil Analisis Kadar Cd dalam Sampel Rajungan Sampel (mg/kg) Waktu Nusa Indah Hilir Sarang Tiung Agustus 0,0120 0,0068 0,0188 September 0,0172 0,0156 0,0168 Oktober 0,0180 0,0108 0,0170 Rata-rata 0,0150 0,0117 0,0175 Tabel 7. Perbandingan kadar Cd beberapa Mollusca di Perairan Indonesia Sampel Kadar Cd Lokasi Penelitian (ppm) Penelitian Cumi-cumi 0,0099-0,0168 Kotabaru Penelitian ini Kerang Darah 0,0117-0,0175 Lokan 0,800-1,700 Dumai Anggraini, (2007) Ketam Batu 0.558 Belawan Salbiah et al., (2009] Lokan 1.028 Tabel 8. Hasil Analisis Kadar Cd dalam Sampel Air dan Sedimen Sampel Air (mg/L) Sampel Sedimen (mg/kg)
Semirata 2013 FMIPA Unila |285
Noer Komari dkk: Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) pada Udang Windu (Panaeus monodon) dan Rajungan (Portunus pelagicus) di Perairan Kotabaru Kalimantan Selatan Waktu Agustus September Oktober Rata-rata
Nusa Indah 0,0026 0,0037 0,0066 0,0043
Hilir 0,0053 0,0039 0,0037 0,0043
sarang Tiung 0,0024 0,0014 0,0031 0,0022
Kadar Cd di air dan sedimen Hasil analisis kadar Cd di sampel air dan sedimen seperti pada Tabel 8. Tabel 8 menunjukkan rata-rata kadar Cd di air Desa Nusa Indah sebesar 0,0043 mg/L, sedangkan Desa Hilir dan Sarang Tiung masing-masing sebesar 0,0043 dan 0,0022 mg/L. Menurut Kep.MENLH No.51 Tahun 2004, rata-rata kadar Cd di tiga lokasi perairan belum melewati nilai ambang batas yang dianjurkan yaitu sebesar 0,01 ppm. Sedangkan standar baku mutu Cd untuk sedimen menurut NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) Tahun 1999 sebesar 9,6 ppm, maka kadar rata-rata Cd pada sedimen di tiga lokasi belum melewati nilai ambang batas yang ditetapkan. Kadar Cd di sedimen dan air pada lokasi Nusa Indah memiliki kadar yang lebih tinggi dibandingkan dengan dua lokasi lainnya. Faktor kondisi arus perairan yang cukup besar kemungkinan berpengaruh besar terhadap distribusi Cd pada ketiga lokasi. Selain itu salinitas dapat juga berpengaruh terhadap kadar Cd. Kadar Cd pada salinitas tinggi lebih rendah daripada daerah dengan salinitas rendah (Handajani et al., 2001). Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan, bahwa rata-rata kadar Pb yang terdapat pada sampel biota, air maupun sedimen lebih tinggi dari pada ratarata kadar Cd. Hal ini kemungkinan disebabkan dari banyaknya sumber Pb yang masuk dan mencemari perairan. Banyaknya kegiatan transportasi menggunakan bahan bakar yang mengandung timbal, diduga merupakan sumber utama pencemaran Pb.
286|Semirata 2013 FMIPA Unila
Nusa Indah 1,832 1,716 1,948 1,832
Hilir 0,880 0,940 0,870 0,888
Sarang Tiung 0,952 0,930 0,900 0,927
KESIMPULAN 1. Kadar rata-rata Pb di udang windu Desa Nusa Indah sebesar 0,054 4mg/kg, Desa Hilir sebesar 0,1666 mg/kg, dan Desa Sarang Tiung sebesar 0,1332 mg/kg. Kadar rata-rata Pb di rajungan Desa Nusa Indah sebesar 0,0420 mg/kg, Desa Hilir 0,0501 mg/kg, dan Desa Sarang Tiung 0,0642 mg/kg. 2. Kadar rata-rata Cd di udang windu Desa Nusa Indah sebesar 0,01 mg/kg, Desa Hilir sebesar 0,0099 mg/kg, dan Desa Sarang Tiung sebesar 0,0168 mg/kg. Kadar rata-rata Cd di rajungan Desa Nusa Indah sebesar 0,0150 mg/kg, Desa Hilir 0,0117 mg/kg, dan Desa Sarang Tiung 0,0175 mg/kg. 3. Kadar Pb dan Cd pada udang windu dan rajungan di ketiga lokasi pengamatan belum melebihi nilai ambang batas yang telah ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional (2009) dan Balai Pengawanan Obat dan Makanan (2009) tentang batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan, yaitu Pb sebesar 0,5 mg/kg dan Cd sebesar 1,0 mg/kg. DAFTAR PUSTAKA Azhar, C. 2004. Kandungan Logam Berat Cd (Kadmium), Pb (Timah Hitam), dan Zn (Seng) dalam Daging Ikan Bandeng, Ikan Baronang dan Ikan Kakap Putih yang Diperoleh dari perairan Belawan. Jurnal Komunikasi Penelitian. Vol. 16, No. 5.
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
nggraini D. 2 7. ― nalisis Kadar Logam Berat Pb, Cd, Cu dan Zn Pada Air Laut, Sedimen Dan Lokan (Geloina coaxans) di Perairan Pesisir Dumai, Provinsi Riau‖. Laporan Penelitian, hal. 7-9. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau, Pekanbaru. Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. 2009. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia No. HK.00.06.1.52.4011, Tentang Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia dalam Makanan, Hal. 21-23 Badan Standarisasi Nasional. 2009. Air dan limbah-bagian 8 : Cara Uji Timbal (Pb) Dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) Nyala. SNI 6989.8: 2009. Hal 3-6. Badan Standarisasi Nasional. 2009. Air dan limbah-bagian 16 : Cara Uji Kadmium (Cd) Dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) Nyala. SNI 6989.16: 2009. Hal. 3-6. Badan Standarisasi Nasional. 2004. Air dan limbah-bagian 3 : Cara Uji Timbal (Pb) Secara Destruksi Asam Dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) Nyala. SNI 06-6992.3-2004. Hal. 3-6. Badan Standarisasi Nasional. 2004. Air dan limbah-bagian 4 : Cara Uji Kadmium (Cd) Secara Destruksi Asam Dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) Nyala. SNI 06-6992.4-2004. Hal. 3-6. Badan Standarisasi Nasional. 2009. Batas Maksimum Cemaran Logam Berat dalam Pangan. SNI 7387:2009. Hal 4-6 Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan
Pencemaran, Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. Cetakan Pertama. Jakarta : UI-Press.Hal. 79- 95, 121-141. Handajani U.S, Agus S, & Ristina Y. 2001. Pengaruh Salinitas Terhadap Akumulasi Cd pada Insang Udang (Macrobrachium sintangense). Jurnal Matematika dan ilmu pengetahuan Alam. 6(3):159-163 Hutagalung, H.P., dan Hamidah, R., 1991. Pengamatan pendahuluan kadar Pb dan Cd dalam air dan biota di esturia Muara Angke, Majalah Oceanologi di Indonesia, 15. Hal 95-101. MENLH, 2004. Surat Keputusan MENLH No. Kep. 51/MEN-LH/I/2004, Tentang Baku Mutu Air Laut, Sekretariat Menteri Negara dan Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Jakarta. National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA). 1999. Sediment Quality Guidelines developed for the National Status and Trends Program. Salbiah , E.D. L. Putra , & C. Aman. 2009.Analisis Logam Pb, Cd, Cu, dan Zn dalam Ketam Batu dan Lokan Segar yang Berasal dari Perairan Belawan Secara Spektrofotometri Serapan Atom. Majalah Kedokteran Nusantara. Vol. 1, No. 1:20-25. Widajanti, L, R. Girsang, & S. F. Pradigdo. 2004. Studi Keamanan Pangan Kimiawi dari Logam Berat Timbal pada Euthynnus Sp ,di Perairan Semarang. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol.3 No.2 : 66-68
Semirata 2013 FMIPA Unila |287