Jurnal Manajemen Sumber Daya Perairan, 1(1): 29-38
Makanan Rajungan (Portunus pelagicus) di Perairan Lakara Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara [Food of the Blue Swimming Crab ( Portunus pelagicus ) In Lakara Waters of South Konawe, Southeast Sulawesi]
Suristiana Erlinda1, La Sara2, Nur Irawati2 1
Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo Jl. HAE Mokodompit Kampus Bumi Tridharma Anduonohu Kendari 93232, Telp/Fax: (0401) 3193782 2 Surel:
[email protected] 3 Surel:
[email protected] Diterima : Maret 2016 ; Disetujui : Juni 2016
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makanan rajungan (Portunus pelagicus) di perairan Lakara. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di perairan Lakara, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Sampel rajungan ditangkap menggunakan jaring (gillnet) di perairan dalam. Sampel rajungan yang tertangkap dipilih secara acak (random). Sebanyak 19 individu digunakan untuk analisis komposisi makanan. Setiap sampel di pisahkan menurut kelas ukuran dan jenis kelaminnya. Komposisi kelompok makanan dalam lambung rajungan terdiri dari empat kelompok yaitu plankton, daging, moluska dan material tidak teridentifikasi (MTT). Pada ukuran dewasa ditemukan kelompok makanan plankton dengan persentase komposisi sebesar 62,6 %, daging 26 %, material tidak teridentifikasi 8,7 % dan moluska sebesar 2,7 %. Persentase komposisi makanan antara jenis kelamin jantan dan betina tidak terlalu memiliki perbedaan. Nilai persentase komposisi makanan untuk kelompok plankton rajungan jantan adalah 62 % dan 62 % pada betina, daging pada jantan 27,3 % dan 24 % pada betina, material tidak teridentifikasi pada jantan 9,1 % dan 8.0 % pada betina dan moluska pada jantan 1,7 % dan 6,0 % pada betina. Kata Kunci : Komposisi Makanan, Portunus pelagicus, Isi Lambung.
Abstract The purpose of the study was to determine food composition of blue swimming crab (P. pelagicus) in Lakara waters of South Konawe, Southeast Sulawesi. The samples were caught using gillnet in the intertidal zone. There were 19 individuals used for food composition analysis. Each sample was weighed and separated according to size class and sex. The food composition in the stomach of blue swimming crab consisted of four groups of plankton, meat, mollusca, and unidentified materials. The food composition in the adult size was found plankton groups with the percentage composition of 62,6 %. It was followed by meat of 26,0 %, unidentified material of 8.7 %, and mollusca of 2,7 %. The percentage of food composition between male and female was not significantly different. The percentage of food composition of plankton group for male and female was 62 % respectively, while the percentage of meat for male and female was 27,3 % and 24,0 % respectively. The lovest food composition was unidentified materials namely 9,1 % for male and 8.0 for female, while mollusca was only 1,7 % and 6,0 % for female and female respectively. Key words: Food Composition, Portunus pelagicus, Stomach Content.
Pendahuluan Secara umum Rajungan (Portunus pelagicus)
mengkonversi nutrien, mempertinggi mineralisasi,
memegang peranan penting dalam stabilitas ekologi
meningkatkan distribusi oksigen di dalam tanah dan
dan sosial-ekonomi. Secara ekologi rajungan berperan
membantu daur karbon. Peran sosial-ekonomi
penting sebagai biota yang menjaga keseimbangan
rajungan adalah menyediakan lapangan kerja bagi
ekologi di perairan pesisir (Rusmadi dkk., 2014).
masyarakat karena daging rajungan dapat dijual dan
Peran rajungan di ekosistem perairan adalah
diolah menjadi santapan kuliner masyarakat.
Makanan Rajungan (Portunus pelagicus) di Perairan Lakara
Tingginya kebutuhan rajungan dan produk
Ketersediaan makanan sangat dipengaruhi oleh
olahannya di Indonesia menyebabkan harga produk
kondisi perairan. Kondisi lingkungan perairan
rajungan terus meningkat. Saat ini harga rajungan
sewaktu-waktu
mencapai (Rp250.000/kg), sehingga merangsang
berpengaruh terhadap kebiasaan makanan rajungan.
dapat
berubah sehingga dapat
nelayan mengeksploitasi sumber daya ini. Apabila
Manfaat penelitian ini adalah dapat dijadikan
hal ini tidak diimbangi dengan tindakan pengelolaan
sebagai acuan dalam mengelola sumber daya
yang tepat maka dapat menyebabkan terjadinya
rajungan di perairan. Berdasarkan hal tersebut maka
penurunan populasi rajungan yang disertai dengan
penelitian ini menjadi penting dilakukan.
rusaknya habitat rajungan. Dalam jangka panjang
Wilayah perairan Lakara memiliki potensi
tindakan ini sangat merugikan bagi masyarakat
sumber daya rajungan yang cukup besar dilihat dari
khususnya nelayan sehingga menurunnya penerimaan
jumlah hasil tangkapan nelayan dan peneliti rajungan
daerah.
yang telah dilakukan diperairan ini. Ironisnya gejala Wilayah perairan Lakara merupakan salah
menurunnya populasi rajungan di perairan ini sangat
satu perairan dengan potensi perikanan rajungan yang
jelas sebagaimana ditunjukan oleh ukuran lebar
cukup menjanjikan.
Penangkapan rajungan oleh
karapasnya lebih banyak berukuran kecil (<6 cm),
nelayan telah lama dilakukan, yaitu sejak 10 tahun
sehingga dibutuhkan pengelolaan lebih lanjut seperti
terakhir. Penangkapan secara terus menerus tanpa
diadakannya budi daya rajungan namun ilmu
adanya pengelolaan yang baik dikhawatirkan dapat
pengetahuan tentang makanan organisme ini belum
menyebabkan penurunan populasi rajungan.
pernah diungkapkan di perairan Lakara, Kabupaten
Saat ini populasi rajungan di perairan Lakara
Konawe Selatan.
sudah menunjukan penurunan populasi yang sangat
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa
nyata seperti ukuran lebar karapas rajungan yang
makanan rajungan (P. pelagicus). Kegunaan dari
tertangkap semakin kecil (<6 cm) (La Sara dkk.,
penelitian ini adalah sebagai bahan informasi awal
2015). Untuk mencegah penurunan populasi rajungan
untuk keperluan budi daya rajungan. Selain itu dapat
akibat penangkapan intensif maka perlu tindakan
dijadikan rujukan untuk penelitian selanjutnya.
pengelolaan sumber daya ini. Langkah awal yang dilakukan dalam pengelolaan sumber daya rajungan
Bahan dan Metode
adalah dengan mengetahui aspek-aspek reproduksi
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei
biologinya salah satunya makanan dan kebiasaan
sampai Juli 2015. Lokasi penelitian di perairan Lakara
makan. Penelitian makan rajungan sudah di lakukan
(04028.4051 LS dan 122020.7921 BT) Kabupaten
di beberapa lokasi penelitian seperti di perairan Teluk
Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara
Dalam Riau (2014), di perairan Purirano Sulawesi
(Gambar 3).
Tenggara (2002) dan Teluk Lawele Sulawesi
Analisis makanan rajungan dilakukan di
Tenggara (2001), tetapi di perairan Selat Tiworo
Laboratorium Pengujian Fakultas Perikanan
belum pernah dilakukan. Penelitian ini sangat penting
Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo Kendari.
dilakukan untuk pengelolaan populasi dan habitatnya,
Variabel yang diamati meliputi lebar karapas, jenis
serta untuk manipulasi makanannya ketika dibudi
kelamin, dan komposisi isi lambung, sedangkan
dayakan.
parameter kualitas perairan meliputi suhu, salinitas
Ketersediaan makanan di perairan sangat dibutuhkan
30
untuk
pertumbuhan
rajungan.
dan
dan kedalaman.Alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Suristiana Erlinda et al.
Tabel 1. Alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian. No A.
Alat dan Bahan Alat 1. Jaring (gillnet) 2. Perahu
Satuan unit
Alat tangkap Sarana tangkap
3. 4.
Box Alat bedah
unit set
Menyimpan sampel Membedah sampel
5. 6. 7. 8. 9. 10.
Mikroskop, gelas objek dan penutup Gelas ukur (10 ml) Cawan petri dan pipet tetes Botol film Buku identifikasi makanan Tissue
ml -
Untuk mengidentifikasi jenis makanan Mengukur volume pencernaan isi lambung Wadah pengenceran organisme makanan Wadah untuk mengawetkan saluran pencernaan Panduan identifikasi organisme makanan Untuk membersihkan wadah
11. Kertas label
-
12. Pipet tetes 16. Thermometer 17. Handrefraktometer 19. Tongkat berskala Bahan 1. Rajungan (Portunus pelagicus) 2. Larutan alkohol 10% 3. Aquades
B.
Kegunaan
Untuk kode pada sampel
ml 0 C ppt cm
Untuk mengukur volume larutan Untuk mengukur suhu perairan Untuk mengukur salinitas Untuk mengukur kedalaman
-
Pengambilan sampel individu rajungan
Objek penelitian Mengawetkan alat pencernaan rajungan Mengencerkan isi lambung
-
dilakukan secara acak di sepanjang Perairan Lakara Kabupaten Konawe Selatan. Pengambilan
kelamin dan kelas ukuran -
sampel rajungan menggunakan jaring (gillnet) dengan mesh size 3,5─4,5 inci dengan panjang
Sampel rajungan dipisahkan menurut jenis
Memasukan sampel rajungan ke dalam box yang berisi es.
-
Membawa sampel rajungan ke laboratorium
keseluruhan 50 m. Adapun kedalaman perairan
pengujian
Fakultas
lokasi pengambilan sampel ini adalah 20 m.
Kelautan,
Universitas
Kegiatan ini dilakukan dua kali dalam
yang
tertangkap
dipisahkan
menurut
Halu
dan Ilmu Oleo
komposisi makanan dalam lambung rajungan. 2. Lebar Tubuh
jenis
Adapun prosedur kerja pengukuran lebar
kelamin yaitu jantan dan betina kemudian
tubuh rajungan adalah sebagai berikut:
digolongkan
-
menjadi
tiga
kategori
ukuran
berdasarkan lebar karapasnya yaitu ukuran juvenil (lebar karapas 4,00─5,99 cm), ukuran remaja
untuk
dilakukan pengukuran lebar karapas dan
sebulan dimana setiap pengambilan jumlah individu yang diambil 7─12 individu. Rajungan
Perikanan
menggunakan jangka sorong dengan ketelitian (0,05 mm)
-
Pengukuran lebar tubuh rajungan dimulai dari
(lebar karapas 6,00─7,99 cm), dan ukuran dewasa
bagian ujung karapas kiri hingga ujung
(lebar karapas >8 cm), kemudian melakukan
karapas kanan
pengukuran sampel individu.
-
1. Pengambilan Sampel Rajungan di Lapangan Adapun
prosedur
kerja
pengambilan
dicatat 3. Identifikasi Makanan
sampel di lapangan adalah sebagai berikut: -
Menangkap
sampel
di
perairan
menggunakan jaring (gillnet).
Hasil pengukuran panjang tubuh sampel
Prosedur kerja identifikasi jenis makanan dengan
pada rajungan adalah sebagai berikut: -
Mengambil sampel
rajungan yang telah di
ukur panjang dan berat tubuhnya. 31
Makanan Rajungan (Portunus pelagicus) di Perairan Lakara
-
-
Kemudian
dibuka
cangkangnya
untuk
mengambil isi lambung.
besar persen komposisi makanan. Kelompok
Selanjutnya isi lambung rajungan dimasukkan
makanan pilihan pada rajungan dideterminasikan
ke dalam botol sampel untuk diawetkan
dengan mengunakan persen komposisi setiap
dengan menggunakan alkohol 10 %.
bagian makanan yang ditemukan dalam lambung
Isi
lambung
sampel
diamati
dengan
mengikuti persamaan (La Sara, 2001):
menggunakan mikroskop binokuler
% Komposisi kelompok makanan ke-i =
Identifikasi jenis makanan menggunakan buku
…………............…… (1)
identifikasi plankton menurut Yamaji (1984) -
dilakukan pengolahan data untuk mengetahui
Hasil identifikasi makanan rajungan dicatat. Data dari hasil identifikasi komposisi jenis
makanan
dalam
lambung
rajungan
maka
𝑛i N
x 100
Keterangan: ni = Jumlah bobot makanan ke-I dalam lambung N = Jumlah bobot keseluruhan makanan dalam lambung
Gambar 1. Peta lokasi pengambilan sampel rajungan di Perairan Lakara Kabupaten Konawe Selatan
Hasil Desa
Kecamatan
bercampur dengan lumpur dan ditumbuhi oleh
Palangga Selatan dengan luas wilayah 2500 Ha.
vegetasi lamun. Perairan ini sangat dipengaruhi
Wilayah desa ini terletak sepanjang pesisir
oleh aktivitas penambangan nikel. Selain itu,
pantai
Lakara
pada
posisi
terletak
0
di
4 27’18,07”
LS
dan
o
122 19’57,7” BT.
terdapat pembangunan pelabuhan konteiner di sebelah utara desa Lakara. Dampak dari kegiatan
Perairan Lakara dipengaruhi oleh aliran
tersebut adalah sedimen yang berasal dari
air tawar dari empat sungai pada bagian barat
daratan
yang mengalir sepanjang tahun. Perairan ini
menimbulkan
ditumbuhi pohon mangrove dan mempunyai
Pengaruh
dasar
perairan ini sangat keruh. Penebangan hutan
32
perairan dengan tipe
substrat
pasir
masuk
ke
perairan
pendangkalan
sedimen
tersebut
ini
yang
cukup
luas.
menyebabkan
Suristiana Erlinda et al.
mangrove
juga
terjadi
intensif
untuk
memperlihatkan nilai koefisien determinan yang
pembangunan pelabuhan kapal pengangkut tanah
kuat dan positif antara isi lambung dengan lebar
nikel.
karapas Total sampel rajungan yang tertangkap
yaitu
sebanyak
kemudian
dianalisa
19
nilai
R2
=
Berdasarkan
hasil
pengamatan
isi
yang
lambung pada kelas ukuran dewasa dari 19
makannya.
individu rajungan terdapat empat kelompok
Rajungan yang tertangkap di Perairan Lakara
makanan yang terdiri dari moluska (bivalvia),
pada kedalaman 20 meter hanya terdapat kelas
daging, plankton, dan MTT (material tidak
ukuran dewasa. Untuk ukuran juvenil dan remaja
teridentifikasi).
kebiasaan
ekor
diperoleh
0,764 (Gambar 2).
dengan menggunakan alat tangkap jaring selama penelitian
dimana
tidak ditemukan pada perairan dalam ini. Dari seluruh sampel individu rajungan yang
diperoleh
dari
Perairan
Lakara
Berat lambung (g)
2,0
1,5
w = 3.221L0.0000 R² = 0,764 N = 30 r =0.87
1,0
0,5
0,0 0
5
10
15
20
Lebar karapas (cm) Gambar 2. Hubungan lebar karapas (cm) dengan bobot total isi lambung rajungan pada alat tangkap jaring (gillnet) di Perairan Lakara
Tabel 2. Komposisi makanan rajungan selama penelitian
Kelompok Plankton
Jenis
Anggota
Bacillariophyceae
Nitzschia sp.
Sagittidea
Sagitta sp.
Spirotricha
Tintinnis sp.
Ophistobranchia
Cereises sp.
Daging
Ikan
-
Moluska
Bivalvia
-
Material tidak teridentifikasi (MTT)
-
-
33
Makanan Rajungan (Portunus pelagicus) di Perairan Lakara
Persentase komposisi kelompok makanan
persentase sebesar 8,7 % dan dibawah nilai
yang paling besar terdapat pada kelas ukuran
material tidak teridentifikasi (MTT) terdapat
dewasa adalah plankton sebanyak 62,6 %, daging
kelompok
sebesar 26 %, moluska sebesar 2,7 % dan material
persentase 2,7 % (Gambar 4).
makanan
moluska
dengan
nilai
tidak teridentifikasi sebesar 8,7 % (Gambar 3). 70 62 62 70
60
62,6
60
Dewasa Dewasa
50 Persen (%)
Persen(%)
50 40 26,0
30
Jantan Betina
40 27,3 24
30 20
20 10
8,7
10
0
0 Daging Moluska
komposisi
Plankton
MTT
Gambar 3. Persentase komposisi makanan rajungan kelas ukuran dewasa pada alat tangkap jaring (gillnet) di Perairan Lakara.
Persentase
ukuran dewasa diketahui kelompok makanan plankton menjadi makanan yang mendominasi di dalam lambung rajungan. Persentase komposisi makanan antara rajungan jantan dan betina pada
jantan dan 62 % pada betina. Daging merupakan kelompok makanan yang mendominasi kedua plankton
dengan
nilai
persentase
komposisi 27,3 % untuk jantan dan 24% untuk betina.
Setelah
daging,
material
teridentifikasi (MTT) terdapat
tidak
dengan nilai
Moluska
selama penelitian pada perairan Lakara terdiri dari parameter fisika dan kimia perairan. Parameter fisika perairan yang diamati meliputi: suhu dan kedalaman, sedangkan parameter kimia perairan meliputi salinitas. Hasil pengukuran suhu di perairan Lakara selama penelitian berkisar 29 sampai 31 0C. suhu yang terukur pada penelitian ini adalah suhu air permukaan yang dipengaruhi intensitas matahari dan
hasil
pengukuran
kedalaman
pengukuran salinitas selama penelitian diperoleh nilai berkisar 29 sampai 30 ppt.
Nilai Kisaran
Rata-rata
0
Suhu ( C)
29─31
30
Salinitas (ppt)
29─30
29,5
Kedalaman (m)
20
20
34
selama
penelitian ini adalah berkisar 20 meter. Hasil
Table 3. Rata-Rata Nilai Parameter Kualitas Air di Perairan Lakara
Parameter
MTT
Parameter kualitas perairan yang diukur
alat tangkap jaring rajungan kelas ukuran dewasa adalah plankton dengan nilai sebesar 62 % pada
Daging
Gambar 4. Persentase komposisi makanan rajungan berdasarkan jenis kelamin kelas ukuran dewasa pada alat tangkap jaring di Perairan Lakara.
makanan
berdasarkan jenis kelamin jantan dan betina kelas
setelah
9,1 8
1,7
2,7 Plankton
6
Suristiana Erlinda et al.
Pembahasan Salah satu faktor yang memengaruhi bobot
Hal ini disebabkan oleh siklus hidup rajungan
isi lambung yaitu lebar karapas rajungan. Lebar
dimana saat fase juvenil dan remaja, rajungan
karapas
banyaknya
hidup di daerah pesisir pantai atau daerah
lambung
intertidal, dan setelah dewasa rajungan akan ke
rajungan (Gambar 4). Menurut Hill (1976) dalam
perairan yang lebih dalam atau biasa disebut
La Sara (2001), lebar karapas lebih berperan
dengan laut dalam yang memiliki salinitas yang
dibandingkan dengan berat tubuh. Hal serupa juga
lebih tinggi dibandingkan dengan daerah pesisir
ditemukan La Sara (2001) pada kepiting bakau
pantai. Hal ini didukung oleh Effendy dkk.,
(Scylla serrata) di Teluk Lawele, bahwa volume
(2006) yang menyatakan bahwa rajungan pada
isi lambung akan bertambah seiring dengan
fase juvenil hidup di daerah estuaria, setelah
pertambahan karapasnya.
memasuki fase dewasa rajungan bermigrasi ke
cenderung
makanan
yang
memengaruhi
terkandung
dalam
Rajungan yang ditangkap di perairan
perairan yang mempunyai salinitas lebih tinggi.
Lakara ditemukan tiga rajungan dalam keadaan
Saat telah dewasa, rajungan yang siap memasuki
pasca molting yang memiliki berat lambung lebih
masa perkawinan akan bermigrasi di daerah
berat dibandingkan dengan rajungan lainnya yang
pantai. Setelah melakukan perkawinan, rajungan
memiliki lebar karapas yang sama. La Sara (2001)
akan kembali ke laut untuk menetaskan telurnya.
dalam penelitiannya di perairan estuary Harvey dan
Leschehault,
barat
daya
Australia,
Plankton menjadi kelompok makanan dengan
persentase
tertinggi
dikarenakan
menemukan bahwa rajungan yang baru saja
jumlahnya yang lebih banyak dari moluska,
selesai molting bobot lambungnya akan lebih
daging dan material tidak teridentifikasi. Nikolsky
berat dibandingkan bobot lambung rajungan yang
(1963) dalam Waskhitoseno (1994) menyatakan
akan memasuki proses molting.
bahwa makanan utama adalah makanan yang
Rajungan makanan
yang
memakan dapat
beragam
dibagi
jenis
menjadi
4
dimakan dalam jumlah yang besar. Menurut Beckmen (1962) dalam Halili dkk., (1998)
kategori/kelompok yaitu: plankton, moluska,
mengemukakan
daging, dan material tidak teridentifikasi (MTT).
menentukan suatu organisme akan memakan
Hal serupa juga ditemukan La Sara (2001) pada
suatu
kepiting bakau di Teluk Lawele kepiting bakau
ketersediaan makanan, warna makanan, dan
memangsa beberapa jenis makanan antara lain
selera
moluska, crustacea, tumbuhan air dan material
makanan yang dibutuhkan oleh suatu jenis
tidak teridentifikasi.
organisme perairan tergantung macam makanan,
Data jenis-jenis makanan alami dianalisa
organisme
terhadap
bahwa
faktor-faktor
adalah
makanan
ukuran
tersebut.
yang
makanan,
Jumlah
kebiasaan makan, suhu air, dan kondisi umum
menggunakan metode persen komposisi. Metode
dari
persen komposisi digunakan untuk menjelaskan
mengemukakan kebiasaan makan dari suatu
pereferensi jenis-jenis makanan yang dikonsumsi.
organisme dapat disesuaikan dengan persediaaan
Dari
makanan yang berada dalam perairan sehubungan
keseluruhan
tertangkap
pada
individu perairan
rajungan Lakara
yang dengan
organisme
tersebut.
Efendie
(1979)
dengan musim yang berlaku.
kedalaman 20 meter menggunakan jaring (gillnet)
Kelompok makanan peringkat kedua yang
diketahui hanya terdapat kelas ukuran dewasa.
ditemukan dalam lambung rajungan adalah
35
Makanan Rajungan (Portunus pelagicus) di Perairan Lakara
daging dengan nilai persentase komposisi 26 %.
sebesar 2,7 %. Hasil analisa data (Gambar 6)
Hal ini didukung oleh Tuda (2005), setelah
menunjukan
menjadi dewasa rajungan memakan daging dan
makanan
makanan yang telah ditangkap dan dihancurkan
dibandingkan dengan kelompok plankton, daging
oleh capitnya akan segera dimasukkan ke dalam
dan material tidak teridentifikasi (MTT). Hal ini
mulut. Rusmadi (2014) yang menyatakan bahwa
menunjukan bahwa kelompok makanan jenis
kepiting rajungan (P. pelagicus) diketahui bahwa
serasah bukan makanan utama bagi rajungan.
bahwa
kelompok
persentase moluska
komposisi
lebih
rendah
adalah daging.
Umumnya rajungan yang tertangkap di
kelompok makanan daging di temukan adanya
Perairan Lakara lebih banyak mengkonsumsi
segumpalan serat berwarna putih, tulang dan
makanan yang bergerak lambat, seperti plankton,
sisik. Daging merupakan kelompok makanan
moluska (gastropoda dan bivalvia). hal ini
yang ditemukan lebih rendah jumlahnya dari pada
menunjukan bahwa secara umum rajungan pada
plankton. Hal serupa juga ditemukan dalam La
perairan Lakara dikategorikan sebagai omnivora
Sara (2001) pada S. serrata. Hal ini juga perkuat
dengan kecenderungan terhadap karnivora. Hal
oleh Patel et al., (1976) dalam La Sara (2001)
ini diperkuat dengan pernyataan Williams (2002)
yang menemukan sisik dan tulangdalam lambung
yang mengemukakan bahwa
S. serrata sangat sedikit hanya sekitar 5 %. Hal
rajungan merupakan karnivora dasar perairan
ini juga di dukung oleh Williams (2002) bahwa
yang dapat memangsa berbagai jenis hewan
ikan sangat sedikit dikonsumsi karena S. serrata
bentik dan invertebrata yang bergerak lamban.
makanan dari kepiting
ini
tidak dapat memangsa organisme yang bergerak
bentuk dewasa
Dari data yang diperoleh, menunjukan persentase komposisi antara rajungan betina dan
cepat. Kelompok
makanan
peringkat
ketiga
rajungan
jantan
dengan
menggunakan
alat
berupa material tidak teridentifikasi (MTT).
tangkap jaring (gillnet) tidak terlalu memiliki
Material tidak teridentifikasi hanya
ditemukan
perbedaan nilai persentase. Persentase komposisi
dengan nilai persentase komposisi 8,7 %.
makanan utama kelompok plankton pada kelas
Kelompok makanan dengan persentase komposisi
ukuran dewasa yang tertangkap adalah 62 %
makanan terendah adalah moluska dengan nilai
untuk jantan dan 62 % untuk betina.
Tabel 4. Perbandingan komposisi makanan rajungan dibeberapa perairan di Sulawesi Tenggara berdasarkan kelas ukuran. Lokasi
Spesies Plankton
Teluk Lawele, Sulawesi Tenggara Perairan Purirano, Sulawei Tenggara Perairan Lakara, Sulawesi Tenggara
36
S. serrata
Moluska
Makanan Daging Ikan
MTT
Pustaka
-
10 %
7,98 %
40 %
La Sara, 2001
-
40 %
20,21 %
17,32 %
Ernawati, 2002
62,6%
2,7 %
26 %
P. pelagicus
P. pelagicus
8,7 %
Penelitian ini
Suristiana Erlinda et al.
Untuk makanan pelengkap seperti daging
salinitas 30─40 ppt. Salinitas air merupakan
diketahui nilai persentase komposisi pada jantan
parameter penting bagi kelangsungan hidup
adalah 27,3 % dan 24 % pada betina, material
rajungan
tidak teridentifikasi (MTT) pada jantan adalah 9,1
mengendalikan distribusi gas-gas terlarut dalam
% dan 8 % pada bertina serta kelompok makanan
air
terendah adalah moluska dengan nilai persentase
meningkatnya salinitas (Nybaken, 1988). Salinitas
komposisi pada jantan 1,7 % dan 6 % pada betina.
air sangat berpengaruh terhadap tekanan osmotik
Makanan utama yang dikonsumsi oleh
air. Semakin tinggi tekanan salinitas semakin
rajungan jantan maupun betina selama penelitian tidak terjadi perubahan dalam variasi makanan, hal
ini
menunjukkan
bahwa
di
dimana
perairan
oksigen
laut.
akan
Salinitas
turun
juga
dengan
besar pula tekanan osmotiknya (Kordi, 1997). Kedalaman
air
saat
penangkapan
ketersediaan
dilakukan bekisar 20 meter. Banyak rajungan
sumberdaya makanan rajungan selalu ada di
dewasa yang terdapat pada kedalaman ini hal ini
perairan. Hal ini didukung oleh Ila (2014) yang
dikarenakan rajungan dewasa akan berimigrasi
menyatakan bahwa tidak terjadinya perubahan
kelaut dalam untuk memijah.
variasi makanan pada suatu organisme baik jantan
menyatakan bahwa rajungan dewasa
atau betina dikarenakan ketersediaan makanan
berdiam diri di dasar laut dan sering terlihat
organisme tersebut selalu tersedia di perairan.
berenang dekat permukaan air serta dapat
Suhu adalah salah satu faktor yang amat
Nontji (1993) hidup
ditemukan kurang dari 65 meter.
penting bagi kehidupan organisme di lautan, karena
suhu
mempengaruhi
baik
aktivitas
metabolisme maupun perkembangbiakan dari
Simpulan Berdasarkan
hasil
pengamatan
dan
organisme tersebut (Hutabarat dan Evans, 1986).
pembahasan maka dapat disimpulkan yaitu:
Kordi (1997) mengemukakan bahwa perubahan
1. Kelompok makanan yang ditemukan dalam
suhu
lingkungan
menimbulkan
stres
secra atau
tiba-tiba bahkan
dapat kematian
lambung rajungan terdiri atas plankton, daging,
moluska,
dan
material
tidak
beberapa jenis organisme. Everhart (1953) dalam
teridentifikasi (MTT). Kelompok makanan
Kordi (1997) mengemukakan bahwa proses
yang paling dominan adalah plankton dan
pencernaan makanan yang dilakukan oleh biota
yang paling rendah adalah moluska.
laut yang berjalan sangat lambat pada suhu yang
2. Lebar karapas mempunyai hubungan yang
rendah, sebaliknya lebuh cepat pada perairan
kuat terhadap pertambahan bobot isi lambung
hangat. Kordi (1997) mengemukakan bahwa suhu
rajungan.
kelarutan oksigen didalam perairan, ikut pula mempengaruhi kecepatan makan.
Daftar Pustaka
Salinitas perairan Lakara yang diukur selama penelitian adalah berkisar 29─30 ppt dengan nilai rata-rata 29,5 ppt. Salinitas di Perairan Lakara masih memungkinkan rajungan untuk dapat hidup dengan baik hal ini di perkuat dengan
pernyataan
Juwana
(1997)
yang
mengemukakan bahwa rajungan lebih cocok pada
Efendie MI. 1979. Metode biologi perikanan . Pustaka Nusatama. Bogor. 112 hal. Ernawati WOU. 2002. Studi Kebiasaan Makanan P. pelagicus Pada Fase Bulan Baru di Perairan Pantai Purirano Kota Kendari Sulawesi tenggara. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo. Kendari.
37
Makanan Rajungan (Portunus pelagicus) di Perairan Lakara
Halili, Yasidi F dan Lawele SA. 1998. Penuntun Praktikum Metode Perhitungan Biologi Perikanan. Laboratorium Unit Budidaya Pertanian Unit Perikanan. Fakultas Pertanian. Universitas Halu Oleo. 54 hal. Ila W. 2014. Studi Kebiasaan Makan Ikan Belanak di Teluk Kendari Sulawesi Tenggara. Skripsi. Universitas Halu Oleo. Kendari. Indra D. 2011. Sekilas Tentang Rajungan Portunu s. http://denny-indra.blogspot. com /2011/10/sekilas-tentang-rajunganportunus.html. (diakses 2011). Jafar L. 2011. Perikanan Rajungan di Desa Mattiro Bombang (Pulau Salemo, Sabangko dan Sagara) Kabupaten Pangkep. Universitas Hasanuddin. Makassar. Juwana S. 1997. Tinjauan Tentang Perkembangan Penelitian Budidaya Rajungan (P.s pelagicus, Linn). Oseana, 22 (4) : 1 – 12. Kordi. M. G. H. 1979. Budidaya Air Payau. Dahara Prize. Semarang. Hal : 110-114. La Sara, Astuti O. 2015. Harvest Control Rule Rajungan (Portunus pelagicus). Sulawesi Tenggara. . 2001. Ecology and Fisheries of Mud Crabs (Scylla serrata) in Lawele Bay Southeast Sulawesi, Indonesia. Disertation. University Philippines in The Visayas. 198 p.
38
Nontji. 1993. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta. Hal :51-53. _____. 1986. Laut Nusantara. Djambatan, Jakarta. 105 hal. Rusmadi, Henky Irawan, Falmi Y. 2014. Studi Biologi Kepiting di Perairan Teluk dalam Desa Malang Rapat Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Maritim Raja Ali Haji. Tanjung Pinang. Tuda MD. 2005. Teknik Pemeliharaan Induk Rajungan (Portunus pelagicus)Matang Gonad Di Balai Budidaya Air Payau Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Selatan Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan. Waskhitoseno G. 1994. Studi Kebiasaan Makan Teripang Holothuridae di Pantai Blebu Lampung Selatan. Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan. Fakultas Perikanan. IPB. Bogor. 74 hal. Williams
LE.
2002.
Department of Brisbane. 5 p.
Fisheries
resources.
primary
industries.
Yamaji I. 1984. Illustrations of the Marine Plankton. Hoikusha. Japan.