TIM PENYUSUN Pengarah Helmiati
Penyusun Nurharyadi Ichsan Nur Ahadi Evi Gusriyanti Haris Susilo Efendi
Pusat Data Dan Informasi
Badan Penelitian dan Pembangunan, Pendidikan dan Pelatihan, dan Informasi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
2016
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
KATA PENGANTAR Pembangunan kawasan perdesaan dengan desa-desa yang menjadi wilayah pengembangannya bertujuan untuk pemenuhan standar pelayanan minimum desa sesuai dengan kondisi geografisnya, penanggulangan kemiskinan dan pengembangan usaha ekonomi masyarakat desa, pembangunan sumber daya manusia, peningkatan keberdayaan, dan pembentukan modal sosial budaya masyarakat desa, pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup berkelanjutan, serta penataan ruang kawasan perdesaan, dan pengembangan ekonomi kawasan perdesaan untuk mendorong keterkaitan desa-kota. Untuk itu pada tahun 2015 telah ditetapkan sebanyak 108 kawasan perdesaan yang tersebar di 72 kabupaten dengan diantaranya adalah Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi. Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi terletak di Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan, meliputi 12 Nagari yaitu Taratak, Surantih, Amping Parak, Amping Parak Timur, Koto Taratak, Lansano Taratak, Aur Duri Surantih, Rawang Gunung Malelo Surantih, Koto Nan Tigo Selatan Surantih, Koto Nan Tigo Utara Surantih, Ganting Mudiak Selatan Surantih, dan Ganting Mudiak Utara Surantih. Buku ini berisi tentang profil, kebijakan daerah dalam arahan pembangunan dan pengembangan yang beririsan dengan Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kecamatan Sutera. Dalam penyajian informasi kawasan perdesaan ini, pendekatannya melalui data-data per kecamatan dan desa sesuai dengan yang tersedia di lintas sektor. Kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi maupun dalam proses penulisan buku ini. Harapan kami semoga sajian informasi Kawasan Perdesaan Budidaya di Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan dapat bermanfaat dalam menunjang perencanaan dan pengambilan kebijakan pengembangan kawasan perdesaan. Jakarta, Desember 2016 Kepala Pusat Data dan Informasi
Helmiati
i
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
ii
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
DAFTAR ISI Kata Pengantar...................................................................................... Daftar Isi ............................................................................................... Daftar Tabel .......................................................................................... Daftar Gambar ...................................................................................... Daftar Lampiran .................................................................................... I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1.1. Latar Belakang .................................................................. 1.2. Tujuan ............................................................................. 1.3. Ruang Lingkup Pembahasan ............................................ 1.4. Metode Penulisan ............................................................ II. PROFIL KABUPATEN PESISIR SELATAN …………………………………… 2.1. Letak Geografis, Wilayah administrasi, dan Aksesibilitas. 2.2. Iklim dan Hidrologi ………………………………………………………. 2.3. Penggunaan Lahan ………………………………………………………. 2.4. Kependudukan …………………………………………………………….. 2.5. Pendidikan …………………………………………………………………… 2.6. Kesehatan …………………………………………………………………… 2.7. Agama …………………………………………………………………………. 2.8. Transportasi dan Komunikasi ……………………………………….. 2.9. Perekonomian ……………………………………………………………… 2.10. Pertanian ……………………………………………………………………… 2.11. Indeks Pembangunan Desa ………………………………………….. III. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KABUPATEN PESISIR SELATAN …… 3.1. Kebijakan Strategis Kabupaten Pesisir Selatan ……………… 3.2. Kebijakan Penataan Ruang dalam RTRW Kabupaten Pesisir Selatan ………………………………………………………………. IV. KAWASAN PERDESAAN BUDIDAYA SAPI …………………………………. 4.1. Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kecamatan Sutera 4.2. Indeks Pembangunan Desa ………………………………………….. 4.3. Kependudukan …………………………………………………………….. 4.4. Pendidikan …………………………………………………………………… 4.5. Kesehatan ……………………………………………………………………. 4.6. Transportasi dan Komunikasi ………………………………………..
Hal. i iii v vii viii 1 1 2 2 3 7 7 7 8 9 10 11 12 12 12 16 29 31 31 38 45 45 46 48 50 50 52
iii
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
4.7. Lembaga Ekonomi ………………………………………………………… 4.8. Pertanian ……………………………………………………………………… 4.9. Peternakan …………………………………………………………………… 4.10. Arahan Pengembangan ……………………………………………….. V. PENUTUP …………………………………………………………………………………. LAMPIRAN ………………………………………………………………………………..
iv
52 52 53 54 57 59
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Tabel 1.2 Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Tabel 2.6 Tabel 2.7 Tabel 2.8
Tabel 2.9
Tabel 2.10
Tabel 2.11
Tabel 2.12 Tabel 2.13 Tabel 2.14 Tabel 4.1 Tabel 4.2
Struktur data aktifitas …………………………………………………… Struktur Tabel LQ …………………………………………………………. Jenis Penggunaan Tanah di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 ...................................................................... Jumlah Penduduk Kabupaten Pesisir Selatan Menurut Kecamatan Tahun 2015 ………………………………………………… Banyaknya Sekolah dan Murid Menurut Jenis Sekolah di Kabupaten Pesisir Selatan ………………………………………….. Banyaknya MI, MTs, dan MA serta Murid di Kabupaten Pesisir Selatan …………………………………………………………….. Jenis dan Jumlah Fasilitas di Kabupaten Pesisir Selatan … Nilai PDRB Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2012 dan 2015 …………………………………………………………………………… Kontribusi (%) Nilai PDRB Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2012 dan 2015 Menurut Lapangan Usaha ………… Keragaan Pengusahaan Tanaman Pangan di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 dan Perhitungan Location Quotient ………………………………..… Keragaan Pengusahaan Komoditas Buah-Buahan di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 dan Perhitungan Location Quotient ………………………………….. Luas Panen 7 Jenis Tanaman Hortikultura Semusim di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 dan Perhitungan Location Quotient ………………………………………………………… Luas Pengusahaan 8 Tanaman Perkebunan di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 dan Perhitungan Location Quotient ………………………………………………………… Populasi Ternak di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 …………………………………………………………………………….. Produksi Perikanan di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 ................................................................................. Luas dan Hasil hutan di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 ................................................................................. Desa-Desa dan Status IPD di Kecamatan Sutera…………….. Jumlah Penduduk di Kecamatan Sutera di Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi Kabupaten Pesir Selatan tahun 2015 ……………………………………………………………………………..
Hal. 4 4 9 9 10 11 11 13 15
17
20
22
24 26 28 28 46
48
v
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6 Tabel 4.7
vi
Banyaknya Sekolah dan Murid Menurut Jenis Sekolah di Kecamatan Sutera dan Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi ……………………………………………………………………………... Ketersediaan Sarana Kesehatan di Kecamatan Sutera dan di Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 ………………………………………….. Ketersediaan Tenaga Medis di Kecamatan Sutera dan di Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2015 ……………………………………………………… Luas Lahan dan Penggunaannya di Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi ……………………………………………………………… Populasi Ternak Besar, Ternak Kecil dan Unggas di Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015………………………………………………………………………………
50
51
51 53
54
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
DAFTAR GAMBAR Hal. Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 2.5 Gambar 2.6 Gambar 2.7 Gambar 3.1 Gambar 4.1 Gambar 4.2
Gambar 4.3
Luas Panen (Ha) Padi Menurut Kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 .……………………………………… Luas Panen (Pohon) Jeruk Menurut Kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 ..…………………… Luas Panen (Ha) Cabe Menurut Kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 ………………………………………….. Luas Panen (Ha) Perkebunan Gambir Menurut Kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 ………………… Jumlah Populasi (Ekor) Ternak Sapi Menurut Kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 ……………………. Dimensi IPD ……………………………………………………………… IPD 2014 Kabupaten Pesisir Selatan …………………………. Peta Penetapan Kawasan Perdesaan dan Perkotaan di Kabupaten Pesisir Selatan ……………………….……………….. IPD Desa-Desa di Kecamatan Sutera …………..…………….. Status Perkembangan Desa (IPD 2014) di Desa Wilayah Pengembangan Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan ………….. Penghasilan Utama Sebagian Besar Penduduk Desa pada Sektor Pertanian di Desa Wilayah Pengembangan Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan …….......................................
19 21 23 25 27 29 30 37 46
47
49
vii
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
DAFTAR LAMPIRAN Hal. Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8
viii
Nilai Analisis Shift-Share Pengembangan Komoditas Tanaman Pangan di Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan ………………………………………………………… Nilai Analisis Shift-Share Pengembangan Komoditas Tanaman Holtikultura Semusim di Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan ……………………………………….. Nilai Analisis Shift-Share Pengembangan Komoditas Petrenakan di Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan …………………………………………………………………….. Luas Panen (Ha) Padi Per kecamatan Di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 ………………………………………. Jumlah Pohon Jeruk Per kecamatan Di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 ………………………………………. Luas Panen (Ha) Cabe Per kecamatan Di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 ………………………………………. Luas Panen (Ha) Gambir Per kecamatan Di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 ………………………………………. Populasi Sapi Per kecamatan Di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 ………………………………………………….
60
60
60 61 62 63 64 65
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Dalam UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, pembangunan kawasan perdesaan merupakan perpaduan pembangunan antar-Desa dalam 1 (satu) Kabupaten/Kota (Pasal 83 Ayat (1)). Pembangunan kawasan perdesaan dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan pihak ketiga yang terkait dengan pemanfaatan Aset Desa dan tata ruang Desa wajib melibatkan Pemerintah Desa (Pasal 84 Ayat (1)). Dalam RPJMN 2015-2019 arah kebijakan dan strategi pembangunan desa dan kawasan perdesaan adalah (1) Pemenuhan Standar Pelayanan Minimum Desa sesuai dengan kondisi geografisnya, (2) Penanggulangan kemiskinan dan pengembangan usaha ekonomi masyarakat Desa, (3) Pembangunan sumber daya manusia, peningkatan keberdayaan, dan pembentukan modal sosial budaya masyarakat Desa, (4) pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup berkelanjutan, serta penataan ruang kawasan perdesaan, dan (5) pengembangan ekonomi kawasan perdesaan untuk mendorong keterkaitan desa-kota. Untuk melaksanakan pembangunan kawasan perdesaan, pada tahun 2015 Direktorat Perencanaan Pembangunan Kawasan Perdesaan (Ditjen PKP)1 telah menetapkan 108 kawasan perdesaan yang tersebar di 72 Kabupaten dan diharapkan akan menjadi lokus dalam pembangunan kawasan perdesaan di tahun-tahun berikutnya. Pelaksanaan pembangunan di kawasan perdesaan yang telah ditetapkan tersebut
1 Direktorat Perencanaan Pembangunan Kawasan Perdesaan, Ditjen PKP (2015).
1
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
tentunya harus searah dengan kebijakan dan arahan dalam penataan ruang yang ditetapkan di wilayah tersebut. Salah satu kawasan perdesaan yang ditetapkan pada tahun 2015 tersebut adalah Kawasan Perdesaan Budi daya Sapi, di Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat. Kawasan Perdesaan Budi daya Sapi tersebut mempunyai wilayah pengembangan sebanyak 12 Nagari/desa yaitu: Taratak, Surantih, Amping Parak, Amping Parak Timur, Koto Taratak, Lansano Taratak, Aur Duri Surantih, Rawang Gunung Malelo Surantih, Koto Nan Tigo Selatan Surantih, Koto Nan Tigo Utara Surantih, Ganting Mudiak Selatan Surantih, dan Ganting Mudiak Utara Surantih. Potensi unggulan yang akan dikembangkan di Kawasan Perdesaan Budi daya Sapi adalah peternakan sapi. Sebagai bahan informasi ke masyarakat, maka kegiatan penyusunan data dan informasi tentang kawasan perdesaan menjadi penting untuk dilakukan. 1.2. Tujuan Tujuan penyusunan buku ini adalah untuk menyajikan data dan informasi mengenai Kawasan Perdesaan Budi daya Sapi, di Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat. 1.3. Ruang Lingkup Pembahasan Dalam penyajian informasi Kawasan Perdesaan Budi daya Sapi, di Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat, ruang lingkup pembahasannya meliputi : a. Profil Kabupaten Pesisir Selatan yang meliputi letak wilayah administrasi, letak geografis, dan aksesibilitas, kondisi fisik daerah, dan aspek sosial diantaranya kependudukan, pendidikan, dan kesehatan, perekonomian (PDRB dan pertumbuhan ekonomi), komoditas yang cukup potensial dikembangkan di daerah tersebut diantaranya pertanian, perkebunan, dan peternakan.
2
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
b. Kebijakan pemerintah daerah dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Pesisir Selatan. 1.4. Metode Penulisan a. Metode Pengumpulan dan Jenis Data yang Dikumpulkan. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan perjalanan dinas ke Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat untuk mendapatkan data dan informasi di BPS kabupaten Pesisir Selatan, Rencana Pembangunan Daerah (RPJMD atau RTRWP/RTRWK) di Bappeda Kabupaten Pesisir Selatan, serta data dan informasi pendukung dari SKPD terkait, Kecamatan Sutera, dan desa wilayah pengembangan Kawasan Perdesaan Budi daya Sapi. Data-data penunjang lainnya diperoleh dari unit-unit kerja di Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi serta didapatkan dari sumber-sumber lain, misalnya dari internet. b. Metode pengolahan data. b.1. Location Quotient Data yang diperoleh berupa data sekunder, selanjutnya diolah dengan membuat tabulasi data untuk selanjutnya digunakan sebagai bahan analisis. Untuk mengetahui pemusatan/basis (aktifitas) digunakan metode analisis Keunggulan Komparatif Wilayah (Location Quotient/LQ Analysis). Location Quotient merupakan suatu indeks untuk membandingkan pangsa sub wilayah dalam aktifitas tertentu dengan pangsa total aktifitas tersebut dalam total aktifitas wilayah. Secara lebih operasional, LQ didefinisikan sebagai rasio persentase dari total aktifitas pada sub wilayah ke-j terhadap persentase aktifitas total wilayah yang diamati. Analisis LQ dilakukan terhadap pengusahaan tanaman pangan, perkebunan, dan hortikultura di Kecamatan Sutera dibandingkan dengan Kabupaten Pesisir Selatan. Struktur data aktifitas tertera pada Tabel 1, sedangkan struktur tabel LQ tertera pada Tabel 2. Asumsi yang
3
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
digunakan dalam analisis ini adalah bahwa (1) kondisi geografis relatif seragam, (2) pola-pola aktifitas bersifat seragam, dan (3) setiap aktifitas menghasilkan produk yang sama. Persamaan dari LQ adalah:
LQ
IJ
X /X X /X IJ
I.
.J ..
Di mana: Xij : derajat aktifitas ke-i di sub wilayah ke-j X.j : total aktifitas di sub wilayah ke-j Xi. : total aktifitas ke-i di wilayah X.. : derajat aktifitas total di wilayah Tabel 1.1 Struktur data aktifitas i 1 2 … n
Sektor Nama Komoditas
... Jumlah
Kecamatan Lokasi (j) X1j X2j ... Xnj X.j
Jumlah Xi. (Kabupaten) X1. X2. ... Xn. X..
Tabel 1.2 Struktur tabel LQ i 1 2 … n
Sektor Nama Komoditas
…
LQ Kecamatan (j) LQ1j LQ2j ... LQnj
Untuk dapat menginterpretasikan hasil analisis LQ, digunakan batasan sebagai berikut: 1) Jika nilai LQij > 1, maka hal ini menunjukkan terjadinya konsentrasi suatu aktifitas di kecamatan-j secara relatif dibandingkan dengan total kabupaten atau terjadi pemusatan aktifitas di kecamatan-j.
4
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
2) Jika nilai LQij = 1, maka kecamatan-j tersebut mempunyai pangsa aktifitas setara dengan pangsa total atau konsentrasi aktifitas di kecamatan-j sama dengan rata-rata total kabupaten. 3) Jika nilai LQij < 1, maka kecamatan-j tersebut mempunyai pangsa relatif lebih kecil dibandingkan dengan aktifitas yang secara umum ditemukan di seluruh kabupaten. b.2. Shift-Share Analysis Shift-share Analysis (SSA) digunakan melengkapi Location Quotient Analysis. Shift-share analysis merupakan teknik analisis untuk memahami pergeseran struktur aktifitas di suatu lokasi tertentu dibandingkan dengan suatu referensi (dengan cakupan wilayah lebih luas) dalam dua titik waktu (Panuju dan Rustiadi, 2005)2. Pemahaman struktur aktifitas dari hasil SSAjuga menjelaskan kemampuan berkompetisi (competitiveness) aktifitas tertentu di suatu wilayah secara dinamis atau perubahan aktifitas dalam cakupan wilayah lebih luas. Hasil SSA menjelaskan kinerja (performance) suatu aktifitas di suatu sub wilayah dan membandingkannya dengan kinerjanya di dalam total wilayah. Shift-share Analysis mampu memberikan gambaran sebab-sebab terjadinya pertumbuhan suatu aktifitas di suatu wilayah. Sebab-sebab yang dimaksud dibagi menjadi tiga bagian yaitu: sebab yang berasal dari dinamika lokal (sub wilayah), sebab dari dinamika aktifitas/sektor (total wilayah), dan sebab dari dinamika wilayah secara umum. Dari hasil SSA inidiperoleh gambaran kinerja aktifitas di suatu wilayah. Gambaran kinerja ini dapat dijelaskan dari 3 komponen hasil analisis, yaitu: 1) Komponen Laju Pertumbuhan Total (Komponen share). Komponen ini menyatakan pertumbuhan total wilayah pada dua titik waktu yang menunjukkan dinamika total wilayah. 2) Komponen Pergeseran Proporsional (Komponen proportional shift). Komponen ini menyatakan pertumbuhan total aktifitas tertentu 2 Panuju DR dan Rustiadi E. 2005. Dasar-Dasar Perencanaan Pengembangan Wilayah. Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
5
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
secara relatif, dibandingkan dengan pertumbuhan secara umum dalam total wilayah yang menunjukkan dinamika sektor/aktifitas total dalam wilayah. 3) Komponen Pergeseran Diferensial (Komponen differential shift). Ukuran ini menjelaskan bagaimana tingkat kompetisi (competitiveness) suatu aktifitas tertentu dibandingkan dengan pertumbuhan total sektor/aktifitas tersebut dalam wilayah. Komponen
ini
menggambarkan
dinamika
(keunggulan/
ketidakunggulan) suatu sektor/aktifitas tertentu di sub wilayah tertentu terhadap aktifitas tersebut di sub wilayah lain. Persamaan SSA adalah sebagai berikut :
SSA
X .. X ..
( t 1)
(t 0)
1
a
X X
i ( t1)
i (t 0)
b
(t 0)
X .. X ..
( t1)
X X
ij ( t1)
ij ( t 0 )
X X
i (t 0) i ( t1)
c
dimana: a b c X.. Xi. Xij
: : : : : :
komponen share komponen proportional shift komponen differential shift, dan Nilai total aktifitas dalam total wilayah Nilai total aktifitas tertentu dalam total wilayah Nilai aktifitas tertentu dalam unit wilayah tertentu
t1 : titik tahun akhir t0 : titik tahun awal Dari hasil analisis LQ dan SSA diharapkan dapat diperoleh gambaran mengenai lapangan usaha yang tumbuh dan memiliki keunggulan di sub wilayah tertentu terhadap aktifitas lapangan usaha dalam wilayah. c. Metode Pembahasan. Metode pembahasan yang digunakan dalam penulisan buku ini adalah secara deskriptif hasil dari pengolahan data dan informasi yang diperoleh baik di daerah survey maupun dari lembaga terkait.
6
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
BAB II PROFIL KABUPATEN PESISIR SELATAN 2.1. Letak Geografis, Wilayah Administrasi, dan Aksesibilitas Wilayah Kabupaten Pesisir Selatan terletak di Pantai Barat Pulau Sumatera. Secara asrtronimis terletak pada 0O 59’ – 2O 28,6’ Lintang Selatan dan 100O 19’ – 101O 18’ Bujur Timur, dengan batas-batas sebagai berikut:
Sebelah Utara Sebelah Timur
: Kota Padang. : Kabupaten Solok, Kabupaten Solok Selatan, dan Provinsi Jambi. Sebelah Selatan : Provinsi Bengkulu. Sebelah Barat : Samudera Indonesia. Kabupaten Pesisir Selatan dengan luas wilayah adalah 5.749,89 km2 ibukotanya berkedudukan di Kota painan dengan wilayah administrasi meliputi 15 kecamatan dengan 182 Nagari, Selain daratan kabupaten ini mempunyai 47 pulai kecil yang menyebar disisi pantai kabupaten pesisir Selatan (BPS Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka, 2016). Aksesibilitas dalam Kabupaten Pesisir Selatan dapat dilalui dengan transportasi darat tentunya dengan kondisi jalan yang tidak dalam satu kelas mengingat kondisi topografi dari dataran sampai perbukitan dipinggir pesisir pantai. 2.2. Iklim dan Hidrologi Iklim merupakan bagian yang diperlukan untuk pengembangan wilayah jika dikaitkan dengan pengembangan pertanian khususnya untuk penentuan pola tanam dan komoditi pertanian yang akan dikembangkan. Kabupaten Pesisir Selatan memiliki topografi wilayah berbukit dengan ketinggian berkisar 0-1000 m dari permukaan laut, memiliki 47 buah pulau serta dialiri sebanyak 19 sungai. Kondisi permukaan lahan Kabupaten Pesisir Selatan dewasa ini adalah sebagian besar lahan hutan yaitu 70,54 persen hutan lebat dan 13,37 persen hutan belukar, lahan sawah 6,07 persen, perkebunan 2,30 persen dan sisanya adalah
7
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
perkampungan, kebun campuran dan kebun rakyat lainnya (Pesisir Selatan Dalam Angka, 2016). Kondisi topografi wilayah memiliki keberagaman kemiringan lereng berkisar antara 0-40 persen dan > 40 persen. Klasifikasi Kemiringan lereng meliputi (1) Kemiringan 0–8 persen yang merupakan kemiringan datar dengan luas 198.091 Ha (32,80 persen); (2) Kemiringan 8–15 persen yang merupakan kemiringan agak landai dengan luas 10.405 Ha (1,72 persen); (3) Kemiringan 15–25 persen yang merupakan kemiringan landai dengan luas 160.221 Ha (26,53 persen); (4) Kemiringan 25–40 persen yang merupakan kemiringan agak curam dengan luas 153.008 Ha (25,33 persen); (5) Kemiringan > 40 persen yang merupakan kemiringan curam dengan luas 82.252 Ha (13,62 persen). Fisiografi wilayah terbentuk dari perpaduan antara proses patahan pegunungan Bukit Barisan ke arah barat dan proses aluvial marine. Dari sisi geologis daerah ini termasuk pinggir dari patahan semangko yang membujur dari utara ke selatan. Lahan dengan kemiringan yang terjal dan lahan rawa disepanjang pantai mendominasi daerah ini. Oleh karena itu luas daratan yang dapat dibudidayakan relatif sempit. 2.3. Penggunaan Lahan Berdasarkan data Pesisir Selatan Dalam Angka tahun 2016, penggunaan lahan tahun 2015 di wilayah Kabupaten Pesisir Selatan untuk permukiman, sawah, tegal/kebun/ladang/huma, perkebunan, kebun campuran, hutan lebat, hutan belukar, hutan sejenis, semak/alang-alang hutan rawa, dan lainnya adalah sebesar 5.749.88 km2. Penggunaan lahan yang dominan adalah untuk hutan lebat yaitu seluas 3.558,25 km2 atau 61,88%. Luas penggunaan lahan lain yang dominan adalah hutan belukar (10,60%) dan perkebunan (6,29%). Jenis penggunaan tanah secara rinci di Kabupaten Pesisir Selatan pada tahun 2015 tertera pada Tabel 2.1.
8
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
Tabel 2.1. Jenis Penggunaan Lahan di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 Penggunaan Lahan Luas (Km2) % 180,01 3,13 256,95 4,47 69,30 1,21 361,54 6,29 250,48 4,36 3.558,25 61,88 609,68 10,60 20,86 0,36 99,58 1,73 192,97 3,36 150,26 2,61 5.749,88 100,00
Jenis Penggunaan Tanah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Permukiman Sawah Tegal/Kebun/ladang/Huma Perkebunan Kebun Campuran Hutan lebat Hutan belukar Hutan Sejenis Semak/alang-alang Hutan Rawa Lain-lain Jumlah
Sumber: Pesisir Selatan Dalam Angka, 2016.
2.4. Kependudukan Berdasarkan data BPS Kabupaten Pesisir Selatan jumlah penduduk 450.186 yang terdiri dari penduduk laki-laki dan perempuan hampir seimbang yang ditunjukkan dengan nilai sex ratio hampir mendekati 100. Pada tahun 2015 untuk setiap 100 penduduk perempuan terdapat 98 penduduk laki-laki. Penyebaran penduduk di Pesisir Selatan sangat tidak merata, ditunjukkan dari kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Bayang (476,71 jiwa/km2) dan kepadatan penduduk terendah di Kecamatan IV Nagari Bayang Utara (29,17 jiwa/km2). Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Kabupaten Pesisir Selatan Menurut Kecamatan Tahun 2015 Kecamatan
Luas Km2
Jumlah Penduduk persen
Jumlah
persen
Kepadatan Penduduk Jiwa/Km2
Silaut
365,50
6,36
14.131
3,14
38,66
Lunang
564,00
9,81
20.548
4,56
36,43
Basa Ampek Balai Tapan
365,28
6,35
13.476
2,99
36,89
Ranah Ampek Hulu Tapan
312,22
5,43
14.539
3,23
46,57
9
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
Luas
Kecamatan
Km
2
Jumlah Penduduk persen
Jumlah
persen
Kepadatan Penduduk Jiwa/Km2
Pancung Soal
426,10
7,41
25.451
5,65
59,73
Airpura
314,00
5,46
15.405
3,42
49,06
Linggo Sari Baganti
315,41
5,49
44.464
9,88
140,97
Ranah Pesisir
564,39
9,82
30.397
6,75
53,86
Lengayang
590,60
10,27
52.548
11,67
88,97
Sutera
445,65
7,75
49.270
10,94
110,56
Batang Kapas
359,07
6,24
31.430
6,98
87,53
IV Jurai
373,80
6,50
45.678
10,15
122,20
Bayang
77,50
1,35
36.945
8,21
476,71
IV Nagari Bayang Utara
250,72
4,36
7.314
1,62
29,17
Koto XI Tarusan
425,63
Pesisir Selatan 5749,89 Sumber: Pesisir Selatan Dalam Angka, 2016.
7,40
48.590
10,79
114,16
100,00
450.186
100,00
78,29
2.5. Pendidikan Berdasarkan data Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka (2016), jumlah murid SD sampai dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SMU/SMK) adalah 101.260 orang siswa yang belajar di 499 sekolah (Negeri dan Swasta). Banyaknya sekolah dan murid menurut jenis sekolah umum di Kabupaten Pesisir Selatan disajikan pada Tabel 2.3. Tabel 2.3
Banyaknya Sekolah dan Murid Menurut Jenis Sekolah di Kabupaten Pesisir Selatan
Jenis Sekolah 1. 2. 3. 4.
SD SMP SMU SMK Jumlah
Negeri 385 72 23 8 488
Sekolah Swasta Jumlah 2 387 1 73 23 8 16 11 499
Jumlah Murid Negeri Swasta Jumlah 59.513 141 59.654 20.103 26 20.129 15.573 15.573 4.211 1.693 5.904 99.400 1.860 101.260
Sumber: Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka, 2016.
Selain sekolah umum, terdapat Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan Madrasah Aliyah dengan proporsi sekolah yang relatif besar. Jumlah Madrasah Ibtidaiyah (MI) jika
10
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
dibandingkan dengan jumlah SD mencapai 5,16% bahkan untuk Madrasah Tsanawiyah (MTs) jumlahnya jika dibandingkan dengan SMP mencapai 39,7%. Banyaknya sekolah dan murid menurut jenis sekolah MI, MTs, dan MA di Kabupaten Pesisir Selatan disajikan pada Tabel 2.4. Tabel 2.4 Banyaknya MI, MTs, dan MA serta Murid di Kabupaten Pesisir Selatan Jenis Sekolah 1. Madrasah Ibtidaiyah (MI) 2. Madrasah Tsanawiyah (MTs) 3. Madrasah Aliyah (MA) Jumlah
Jumlah Sekolah Murid 20 2.495 29 8.759 16 2.380 65 13.634
Sumber: Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka, 2016.
2.6. Kesehatan Berdasarkan data Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka (2016), jumlah fasilitas kesehatan yang tersedia di Kabupaten Pesisir Selatan meliputi Rumah Sakit (RS) 3 unit, Puskesmas 109 unit yaitu puskesmas umum 18 unit dan puskesmas pembantu 91 unit. Rumah Sakit Umum dan Puskesmas terdapat rawat inap dengan kapasitas tempat tidur untuk RS Umum Pemerintah (270 unit), Jenis dan jumlah fasilitas kesehatan di Kabupaten Pesisir Selatan disajikan pada Tabel 2.5. Tabel 2.5 Jenis dan Jumlah Fasilitas di Kabupaten Pesisir Selatan Kapasitas Tempat Jenis Fasilitas Kesehatan Jumlah Tidur Untuk Rawat Inap 1. Rumah Sakit Umum 3 180 2. Puskesmas 18 90 3. Puskesmas Pembantu 91 Sumber: Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka, 2016. Jumlah fasilitas kesehatan untuk tiap jenisnya tersebut didukung oleh tenaga medis sebanyak 24 dokter umum, 18 dokter gigi, bidan 437 orang, dan perawat 190 orang.
11
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
2.7. Agama Berdasarkan data dari Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka (2016) bahwa penduduk Kabupaten Pesisir Selatan memeluk beberapa agama yang diindikasikan oleh jenis rumah ibadah yang ada, namun demikian pemeluk muslim yang terbesar. Hal tersebut juga diindikasikan dari jumlah fasilitas ibadah yaitu Masjid (504 unit), Musholla (769 unit). 2.8. Transportasi dan Komunikasi Wilayah Kabupaten Pesisir Selatan secara umum terhubung oleh transportasi darat walaupun kondisi jalan untuk masing-masing wilayah tentunya tergantung dari kelas jalannya. Berdasarkan data dari Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka (2016), pada tahun 2015 panjang jalan di Kabupaten Pesisir Selatan adalah 2.624,58 KM, yang terbagi atas jalan Negara (223,50 km), jalan provinsi (67,90 km), dan jalan kabupaten (2.333,18 km). Untuk panjang jalan desa tidak tersedia datanya. Untuk permukaan jalan pada tahun 2015 terdata sepanjang 2.333,18 KM dengan jenis permukaan jalan 693,26 KM aspal, 624,30 KM kerikil, 192,34 KM beton dan tanah sepanjang 823,38 KM. Dari panjang jalan tersebut, sepanjang 623,33 km jalan rusak dan 681,70 km kondisinya rusak berat. Transportasi umum antar wilayah di Kabupaten Pesisir Selatan pada tahun 2015 tersedia 33 kendaraan dengan. Untuk sarana komunikasi, sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini sebagian besar wilayah Kabupaten Pesisir Selatan telah terjangkau oleh signal telepon selular. 2.9. Perekonomian Setiap perencanaan pembangunan wilayah memerlukan batasan praktikal yang dapat digunakan secara operasional untuk mengukur tingkat perkembangan wilayahnya. Secara umum tampaknya pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan kinerja ekonomi yang paling populer. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan ukuran produktifitas wilayah yang paling umum dan paling diterima secara luas
12
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
sebagai standar ukuran pembangunan dalam skala wilayah dan negara. PDRB pada dasarnya merupakan total produksi kotor dari suatu wilayah, yakni total nilai dari semua barang dan jasa yang diproduksikan oleh seluruh rakyat di wilayah tersebut dalam periode satu tahun. Nilai PDRB dihitung berdasarkan harga berlaku atau berdasarkan harga konstan dengan menggunakan tahun dasar yang telah ditentukan. PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat struktur ekonomi suatu daerah, sedang PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk melihat pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Jika PDRB dibagi dengan jumlah penduduk suatu daerah, maka diperoleh pendapatan per kapita daerah tersebut. 2.9.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Struktur ekonomi suatu daerah dapat dilihat berdasarkan nilai PDRB atas dasar harga berlaku. Berdasarkan PDRB ini dapat dilihat sektor yang dominan di daerah tersebut. Tetapi PDRB atas harga berlaku ini tidak mencerminkan perekonomian daerah yang sesungguhnya, karena dalam PDRB atas dasar harga berlaku masih mengandung nilai inflasi, artinya meskipun angka PDRB tahun sekarang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, belum berarti bahwa perekonomian daerah tersebut tumbuh. Hal ini tergantung besarnya inflasi pada tahun saat PDRB akan dihitung. Nilai PDRB di Kabupaten Pesisir Selatan menurut lapangan usaha tahun 2012 dan 2015 disajikan pada Tabel 2.6. Tabel 2.6 Nilai PDRB di Kabupaten Pesisir Selatan Menurut Lapangan Usaha tahun 2012 dan 2015 Lapangan Usaha 1. 2. 3.
Pertanian dan Kehutanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan
Harga Berlaku 2012 2015*
Harga Konstan Tahun 2010 2012 2015*
3.048.631,49
4.179.448,39
2.697.592,48
3.116.574,26
287.764,54
438.360,43
258.656,11
296.634,08
639.512,68
796.862,95
585.415,85
684.407,33
13
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
Lapangan Usaha
Harga Berlaku 2012 2015*
Pengadaan Listrik dan Gas 2.491,70 3.671,92 5. Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 4.982,44 6.682,60 6. Konstruksi 647.988,36 929.644,81 7. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil 817.063,58 1.108.239,44 8. Transportasi dan Pergudangan 256.630,44 365.468,15 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan 75.625,58 106.462,02 10. Informasi dan Komunikasi 442.040,93 525.092,83 11. Jasa Keuangan dan Asuransi 170.920,16 229.488,22 12. Real Estate 99.542,55 140.345,40 13. Jasa Perusahaan 3.882,12 5.428,80 14. Administrasi Pemerintahan dan Pertahanan, Jaminan Sosial Wajib 504.845,56 583.674,47 15. Jasa Pendidikan 193.412,64 288.586,34 16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 91.259,05 124.611,07 17. Jasa Lainnya 72.623,78 104.231,4 Jumlah 7.359.217,62 9.936.299,28 Keterangan: *Angka sangat sementara. Sumber: Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka, 2016.
Harga Konstan Tahun 2010 2012 2015*
4.
2.248,50
2.471,86
4.950,59 587.116,45
5.603,92 744.812,28
760.394,52
941.562,63
229.783,67
294.012,90
66.777,88
73.857,71
407.726,60
515.866,60
152.385,62 93.241,16
173.522,26 110.703,39
3.609,17
4.230,45
429.268,94 173.471,79
461.502,57 216.159,02
80.078,11 64.728,67 6.597.446,10
99.175,46 75.347,33 7.816.444,05
Berdasarkan Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka (2016) nilai PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2012 adalah 7.359.217,62 Juta Rupiah dan pada tahun 2015 adalah sebesar 7.816.444,05 Juta Rupiah. Lapangan usaha yang mempunyai kontribusi
14
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
terbesar pada tahun 2012 dan 2015 sama yaitu yang terbesar lapangan usaha lapangan usaha Pertanian dan Kehutanan. Kontribusi (%) nilai PDRB di Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2012 dan 2015 serta pertumbuhannya menurut lapangan usaha disajikan pada Tabel 2.7. Tabel 2.7
Kontribusi (%) Nilai PDRB Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2012 dan 2015 Menurut Lapangan Usaha
Lapangan Usaha 1. 2. 3. 4. 5.
6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
15.
Pertanian dan Kehutanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan Daur Ulang Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan dan Pertahanan, Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan
Kontribusi Berdasarkan Harga Berlaku (%) 2012 2015*
Pertumbuhan PDRB Tahun 2015 dari Tahun 2012 Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2010 (%)
41,4
42,1
15,5
3,9 8,7 0,0
4,4 8,0 0,0
14,7 16,9 9,9
0,1 8,8
0,1 9,4
13,2 26,9
11,1
11,2
23,8
3,5
3,7
28,0
1,0
1,1
10,6
6,0
5,3
26,5
2,3 1,4 0,1
2,3 1,4 0,1
13,9 18,7 17,2
6,9 2,6
5,9 2,9
7,5 24,6
15
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
Lapangan Usaha 16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 17. Jasa Lainnya Jumlah Pertumbuhan (%)
Kontribusi Berdasarkan Harga Berlaku (%) 2012 2015* 1,2 1,0 100,0
1,3 1,0 100,0
Pertumbuhan PDRB Tahun 2015 dari Tahun 2012 Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2010 (%) 23,8 16,4 18,5
Keterangan: *Angka sangat sementara. Sumber: Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka, 2016.
Lapangan usaha yang mempunyai kontribusi terbesar pada tahun 2012 dan 2015 berdasarkan harga adalah lapangan usaha pertanian dan kehutanan. Sedangkan Lapangan usaha yang mempunyai pertumbuhan terbesar dari tahun 2012 dan 2015 berdasarkan harga Konstan tahun 2010 adalah lapangan usaha transportasi dan pergudangan diikuti lapangan usaha Informasi dan komunikasi. 2.9.2. Lembaga Ekonomi Lembaga ekonomi yang terdapat di Kabupaten Pesisir Selatan berupa Bank dan Koperasi. Jenis bank yang terdapat di Kabupaten Pesisir Selatan antara lain Bank Perkreditan Rakyat, Bank Pemerintah dan Bank Pemerintah Daerah. Jenis koperasi ada dua yaitu Koperasi Unit Desa dan Koperasi non KUD. 2.10. Pertanian Komoditi yang dihasilkan Kabupaten Pesisir Selatan dari pertanian dirinci dalam beberapa jenis yaitu tanaman pangan (padi dan palawija), hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. 2.10.1 Pertanian Tanaman Pangan Tanaman pangan yang relatif luas diusahakan di Kabupaten Pesisir Selatan adalah padi dan jagung. Terhadap 7 komoditas tanaman pangan, kontribusi luas panen padi terhadap luas panen 7
16
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
tanaman pangan di Kabupaten Pesisir Selatan adalah 82% dengan jumlah produksi sebanyak 62327 ton. Sedangkan luas panen jagung mempunyai kontribusi terhadap luas panen 7 tanaman pangan di Kabupaten Pesisir Selatan sebesar 17% dengan jumlah produksi sebesar 12.916 ton. Secara rinci luas panen dan produksi 7 komoditas tanaman pangan disajikan pada Tabel 2.8. Tabel 2.8 Keragaan Pengusahaan Tanaman Pangan di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 dan Perhitungan Location Quotient Kec. Sutera Kab. Pesisir Selatan Ha % Ha % Padi 5.890,0 94,8 62327,0 82,0 Jagung 245,0 3,9 12916,0 17,0 Ubi 42,0 0,7 433,0 0,6 Ubi Jalar 3,0 0,0 24,0 0,0 Kacang Kedelai 0,0 0,0 0,0 0,0 Kacang Tanah 24,0 0,4 275,0 0,4 Kacang Hijau 10,0 0,2 44,0 0,1 Jumlah 6.214,0 100,0 76.019,0 100,0
Komoditas 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
LQ 1,16 0,23 1,19 1,53 0,00 1,07 2,78
Sumber: Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka, 2016.
Di Kecamatan Sutera, luas tanaman padi mempunyai kontribusi sebesar 94,8% lebih besar dari jagung yang hanya 3,9%. Hasil perhitungan Location Quotient (LQ) menunjukkan bahwa komoditas padi mempunyai nilai 1,16. Hal ini menunjukkan bahwa padi merupakan komoditas basis di Kecamatan Sutera. Untuk melengkapi analisis LQ dilakukan penghitungan Shiftshare analysis (SSA). Analisis SSA merupakan teknik analisis untuk memahami pergeseran struktur aktifitas dalam hal ini pengusahaan
17
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
komoditi di suatu lokasi tertentu dibandingkan dengan suatu referensi (dengan cakupan wilayah lebih luas) dalam dua titik waktu. Pemahaman struktur aktifitas dari hasil analisis Shift-share juga menjelaskan kemampuan berkompetisi (competitiveness) aktifitas tertentu di suatu wilayah secara dinamis atau perubahan aktifitas dalam cakupan wilayah lebih luas. aktifitas yang memiliki keunggulan kompetitif berarti di dalamnya memiliki lingkungan yang kondusif bagi aktifitas yang bersangkutan. Komponen differensial menjelaskan bagaimana tingkat kompetisi (competitiveness) suatu aktifitas dalam hal ini pengembangan komoditi tertentu dibandingkan dengan pertumbuhan total pengembangan komoditi tersebut dalam wilayah. Komponen ini juga menggambarkan dinamika (keunggulan/ketidakunggulan) pengembangan komoditi tertentu di sub wilayah tertentu terhadap pengembangan komoditi tersebut di sub wilayah lain. Data yang dipergunakan untuk analisis SSA adalah data pengusahaan komoditas tanaman pangan di Kecamatan Sutera dan Kabupaten Pesisir Selatan pada tahun 2011 (Kab. Pesisir Selatan Dalam Angka, 2012) dan 2015 (Kab. Pesisir Selatan Dalam Angka, 2016). Hasil perhitungan SSA menunjukkan bahwa tidak ada pengembangan komoditas pangan di Kecamatan Sutera yang laju pertumbuhannya melebihi laju pertumbuhan di Kabupaten Pesisir Selatan (Tabel Lampiran 1).
18
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
Gambar 2.1
Luas Panen (Ha) Padi Menurut Kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015.
19
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
2.10.2. Pertanian Tanaman Buah-Buahan (Tahunan) Pengusahaan tanaman buahbuahan disajikan hanya dalam 8 jenis tanaman yang mempunyai jumlah pohon yang telah menghasilkan buah lebih dari 100.000 pohon. Dari jumlah pohon komoditas buah-buahan yang mempunyai kontribusi besar di Kabupaten Pesisir Selatan adalah Pisang (63,11%) dan Durian (12,5%). Secara rinci jumlah pohon dari 8 komoditas buah-buahan disajikan pada Tabel 2.9. Tabel 2.9 Keragaan Pengusahaan Komoditas Buah-Buahan di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 dan Perhitungan Location Quotient
Komoditas 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Alpukat Manggis Durian Jeruk Rambutan Pepaya Pisang Salak Jumlah
Kec. Sutera Pohon 64 320 620 11.608 0 635 19.150 0 32.397
% 0,2 1,0 1,9 35,8 0,0 2,0 59,1 0,0 100,0
Kab. Pesisir Selatan Pohon % 947 0,3 1.429 0,5 33.896 12,5 13.634 5,0 30.736 11,4 6162 2,3 170.789 63,1 13.078 4,8 27.0671 100,0
LQ 0,56 1,87 0,15 7,11 0,00 0,86 0,94 0,00
Sumber: Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka, 2016.
Di Kecamatan Sutera, jumlah panen (pohon) komoditi buahbuahan yang mempunyai kontribusi besar adalah Pisang (59,1%) dan Jeruk (35,8,7%). Hasil LQ yang bernilai > 1 adalah jeruk (7,11) dan Manggis (1,87). Hal ini menunjukkan bahwa untuk komoditas buahbuahan yaitu Jeruk dan Manggis merupakan komoditas basis di Kecamatan Sutera.
20
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
Gambar 2.2
Luas Panen (Pohon) Jeruk Menurut Kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015.
21
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
2.10.1 Pertanian Tanaman Hortikultura Semusim (Sayuran) Pengusahaan tanaman hortikultura semusim disajikan hanya dalam 7 jenis tanaman yang dalam Kabupaten Dalam Angka Tahun 2016 mempunyai luas panen lebih dari 500 ha. Pengusahaan tanaman hortikultura semusim tersebut tersebar di Kecamatan Sutera, dan beberapa tanaman hortikultura semusim lainnya seperti disajikan pada Tabel 2.10. Tabel 2.10 Luas Panen 7 Jenis Tanaman Hortikultura Semusim di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 dan Perhitungan Location Quotient Komoditas 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Cabe Terung Bayam Bawang Merah Kangkung Mentimun tomat Jumlah
Kec. Sutera Ha % 51 35,7 21 14,7 16 11,2 3 2,1 23 16,1 29 20,3 0 0,0 143 100,0
Kab. Pesisir Selatan Ha % 338 33,8 175 17,5 123 12,3 31 3,1 144 14,4 186 18,6 2 0,2 999 100,0
LQ 1,05 0,84 0,91 0,68 1,12 1,09 0,00
Sumber: Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka, 2016.
Luas tanam cabe, mentimun, terung, bayam, dan tomat di Kabupaten Pesisir Selatan dalam 7 komoditas hortikultura tersebut mempunyai kontribusi di atas 10%. Sedangkan di Kecamatan Sutera, kontribusi komoditas hortikultura yang di atas 10% adalah Cabe, Mentimun, Terung, dan Bayam. Berdasarkan nilai LQ, beberapa komoditas yang merupakan komoditas hortikultura semusim basis di Kecamatan Sutera adalah cabe, kankung, dan mentimun. Namun demikian jika dikaitkan dengan kontribusinya, cabe dan mentimun nampaknya menjadi komoditas unggulan bagi petani di Kecamatan Sutera.
22
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
Gambar 2.3 Luas Panen (Ha) Cabe Menurut Kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015.
23
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
2.10.4. Perkebunan Pengusahaan tanaman perkebunan disajikan hanya dalam 8 jenis tanaman. Pengusahaan tanaman perkebunan tersebut tersebar hampir ke semua wilayah kecamatan. Luas pengusahaan tanaman perkebunan disajikan pada Tabel 2.11. Tabel 2.11 Luas 8 Tanaman Perkebunan di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 dan Perhitungan Location Quotient Komoditas 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Kopi Kayu Manis Kelapa Pala Gambir Coklat Cengkeh Pinang Jumlah
Kec. Sutera Ha % 28 0,5 9 0,2 1.075 21,0 84 1,6 3.757 73,6 97 1,9 23 0,5 35 0,7 5.108 100,0
Kab. Pesisir Selatan Ha % 1.156 2,1 1.138 2,1 33.374 60,1 1.056 1,9 14.314 25,8 2.569 4,6 716 1,3 1.186 2,1 55.509 100,0
LQ 0,26 0,09 0,35 0,86 2,85 0,41 0,35 0,32
Sumber: Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka, 2016.
Dari luas tanam komoditas perkebunan yang mempunyai kontribusi besar di Kabupaten Pesisir Selatan adalah Kelapa (60,1%), dan Gambir (25,8%). Sedangkan di Kecamatan Sutera, kontribusi komoditas perkebunan yang diatas 10% adalah Gambir (73,6%), dan kelapa (21%). Hasil perhitungan LQ > 1, menunjukkan bahwa Gambir merupakan komoditas perkebunan basis di Kecamatan Sutera. Untuk komoditas perkebunan tersedia data berbasis kecamatan pada tahun 2011 (Kab. Pesisir Selatan Dalam Angka, 2012) dan 2015 (Kab. Pesisir Selatan Dalam Angka, 2016). Hasil perhitungan SSA menunjukkan bahwa pengembangan komoditas perkebunan di Kecamatan Sutera yang laju perkembangannya lebih besardibandingkan dengan Kabupaten Pesisir Selatan adalah cengkeh dan pala. Namun demikian cengkeh dan pala kontribusinya terhadap pengusahaan komoditas perkebunan relatif kecil yaitu kurang dari 2% (Tabel 2.11 dab Lampiran 2).
24
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
Gambar 2.4 Luas Panen (Ha) Perkebunan Gambir Menurut Kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015.
25
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
2.10.5. Peternakan Populasi ternak besar di Kabupaten Pesisir Selatan didominasi oleh ternak sapi perah (61,6%) dan kambing (32%). Sedangkan untuk ternak unggas, populasi ayam buras mendominasi jumlah ternak unggas di Kabupaten Pesisir Selatan dengan 491.192 ekor. Secara rinci populasi ternak dan kontribusinya di Kabupaten Pesisir Selatan disajikan pada Tabel 2.12. Tabel 2.12 Populasi Ternak di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 Jenis Ternak Ternak Besar dan Kecil 1. Sapi Perah 2. Kuda 3. kerbau 4. Kambing Jumlah Ternak Unggas 1. Ayam Buras 2. Ayam Pedaging 3. Ayam Petelur 4. Itik Jumlah
Kec. Sutera Ekor %
Kab. Pesisir Selatan Ekor %
LQ
10.015 0 765 3.069 13.849
72,3 0,0 5,5 22,2 100,0
80.146 21 8.271 41.669 130.107
61,6 0,0 6,4 32,0 100,0
1,17 0,00 0,87 0,69
45.783 20.700 5.400 4.811 76.694
59,7 27,0 7,0 6,3 100,0
779.819 552.500 83.300 147.921 1.565.540
49,8 35,3 5,4 9,4 100,0
1,20 0,35 0,59 0,31
Sumber: Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka, 2016.
Di Kecamatan Sutera, kontribusi populasi ternak besar dan kecil yang besar adalah sapi (72,3%) dan kambing (22,2%). Ternak sapi selain mempunyai kontribusi besar, hasil perhitungan LQ mempunyai nilai LQ > 1. Sehingga sapi merupakan jenis ternak basis di Kecamatan Sutera. Untuk ternak unggas, populasi ayam buras di Kecamatan Sutera besar yaitu 59,7% dan mempunyai nilai LQ > 1, sehingga ayam buras merupakan ternak unggas basis di Kecamatan Sutera. Untuk jenis ternak besar dan kecil tersedia data berbasis kecamatan pada tahun 2011 (Kab. Pesisir Selatan Dalam Angka, 2012) dan 2015 (Kab. Pesisir Selatan Dalam Angka, 2016). Hasil perhitungan SSA menunjukkan bahwa laju pertumbuhan ternak besar dan kecil di Kecamatan Sutera lebih rendah dibandingkan dengan di Kabupaten Pesisir Selatan dan nilai differensial juga negatif (Tabel Lampiran 3).
26
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
Gambar 2.5 Jumlah Populasi (Ekor) Ternak Sapi Menurut Kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015.
27
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
2.10.6. Perikanan Perikanan di Kabupaten Pesisir Selatan terdiri dari perikanan laut, sungai, dan kolam. Kondisi tahun 2015 menunjukkan bahwa perikanan laut mempunyai kontribusi terbesar yaitu 82,2% dari produksi ikan di Kabupaten Pesisir Selatan. Secara rinci produksi perikanan di Kabupaten Pesisir Selatan disajikan pada Tabel 2.13. Tabel 2.13 Produksi Perikanan di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 Jenis Perikanan 1. Laut 2. Sungai 3. Kolam Jumlah
Produksi (Ton) 36.385,44 334,40 7.521,27 44.241,11
Kontribusi (%) 82,2 0,8 17,0 100,0
Sumber: Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka, 2016.
2.10.7. Kehutanan Luas hutan di Kabupaten Pesisir Selatan terdiri dari hutan lindung , suaka alam dan pelestarian, dan hutan produksi. Hutan produksi terdapat 3 macam yaitu hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap, dan hutan produksi dapat dikonversi. Luas dan hasil hutan di Kabupaten Pesisir Selatan disajikan pada Tabel 2.14. Tabel 2.14 Luas dan Hasil hutan di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 Jenis 1. 2. 3.
1. 2.
Hutan Lindung Suaka Alam dan Pelestarian Alam Hutan Produksi a. Terbatas b. Tetap c. Dapat Dikonversi Hasil Kayu Hutan Kayu Bulat Kayu Gergaji
Sumber: Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka, 2016.
28
Luas (ha) 19.567,00 285581 53.778,00 4.381,00 28.269,00 (m3) 3.135,37 1.803,89
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
2.11. Indeks Pembangunan Desa Indeks Pembangunan Desa (IPD) adalah indeks komposit yang disusun menggunakan beberapa dimensi, variabel, dan indikator kuantitatif untuk menggambarkan tingkat kemajuan desa pada suatu waktu. Apabila IPD diukur secara berkala dan ditampilkan antar waktu, maka dapat diperoleh dinamika dan perubahan tingkat kemajuan desa. Dinamika dan perubahan tingkat kemajuan desa secara tidak langsung merupakan ukuran kinerja pembangunan di desa atau kawasan perdesaan. Pengukuran IPD berdasarkan 5 Dimensi, 12 Variabel, dan 42 Indikator menghasilkan ukuran komposit yang dapat digunakan sebagai bahan penyusunan tipologi desa yaitu: Desa Tertinggal, Desa Berkembang, dan Desa Mandiri (Bappenas, 2015). Gambar 2.6 Dimensi IPD
1. Desa Tertinggal, adalah desa dengan nilai IPD kurang dari sama dengan 50. 2. Desa Berkembang, adalah desa dengan nilai IPD lebih dari 50 namun kurang dari sama dengan 75. 3. Desa Mandiri, Desa yang telah terpenuhi pada aspek kebutuhan sosial dasar, infrastruktur dasar, sarana dasar, pelayanan umum, dan penyelenggaraan pemerintahan desa dan secara kelembagaan telah memiliki keberlanjutan. Desa Mandiri merupakan desa dengan nilai IPD lebih dari 75. Selain itu, hasil pengukuran IPD menyediakan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan: (a) penetapan target pencapaian dan lokasi sasaran RPJMN 2015 – 2019, dan (b) evaluasi “kinerja pembangunan desa”. IPD tahun 2014 ini dimungkinkan menjadi baseline, perlu
29
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
dipertimbangkan upaya penyediaan data dan pengukuran serupa di masa datang. Berdasarkan Data Podes (2014), hasil perhitungan Indeks Pembangunan Desa di Kabupaten Pesisir Selatan yang dilakukan oleh Bappenas bekerjasama dengan BPS dengan jumlah desa 182 Nagari/Desa terdapat Desa Tertinggal sebanyak 14 Nagari/Desa (7,69%), Desa Berkembang sebanyak 163 Nagari/Desa (89,56%), dan Desa Mandiri sebanyak 5 Nagari/Desa (2,74%).
30
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KABUPATEN PESISIR SELATAN 3.1. Kebijakan Strategis Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Pesisir Selatan pada Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) juga telah menetapkan struktur ruang yang mengatur sistem perkotaan nasional, dan penetapan Kawasan Strategis Nasional dan Provinsi tentunya harus dijabarkan lebih lanjut dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pesisir Selatan untuk 20 (dua puluh) tahun mendatang terhitung mulai tahun 201020303. Penataan Kawasan Strategis Nasional dari sudut kepentingan fungsi daya dukung lingkungan hidup berdasarkan PP No. 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN adalah Kawasan Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS) sebagai kawasan pelestarian alam. Penetapan Kawasan Startegis Provinsi didasari analisa yang bertumpu pada peluang pertumbuhan ekonomi dan kemampuan kemampuan ekonomi masyarakat di Kabapaten Pesisir Selatan Kawasan Strategis ITBM (Indarung - Teluk Bayur – Bungus Mandeh) dan Kawasan Strategis Lunang Silaut. Strategi penataan ruang wilayah kabupaten merupakan penjabaran kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten ke dalam langkah langkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten berfungsi: 1. sebagai dasar untuk penyusunan rencana struktur ruang, rencana pola ruang, dan penetapan kawasan strategis kabupaten; 2. memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten; dan 3. sebagai dasar dalam penetapan arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.
3 RTRW Kabupaten Pesisir Selatan 2010 – 2030. Bappeda Kabupaten Pesisir Selatan, 2010.
31
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten dirumuskan berdasarkan: 1. kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten; 2. kapasitas sumber daya wilayah kabupaten dalam melaksanakan kebijakan penataan ruangnya; dan 3. ketentuan peraturan perundang-undangan. Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten dirumuskan dengan kriteria: 1. memiliki kaitan logis dengan kebijakan penataan ruang; 2. tidak bertentangan dengan tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah nasional, dan provinsi; 3. jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada wilayah kabupaten bersangkutan secara efisien dan efektif; 4. harus dapat dijabarkan secara spasial dalam rencana struktur dan rencana pola ruang wilayah kabupaten; dan 5. tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Dengan pertimbangan bahwa strategi adalah turunan dari kebijakan yang dijabarkan secara lebih operasional yang dapat dituangkan dalam bentuk ruang. Mengacu pada klausul kebijakan yang telah dirumuskan di atas serta dikaitkan dengan program pembangunan yang tertuang dalam RPJPD Kabupaten Pesisir Selatan, maka Strategi Penataan Ruang adalah sebagai berikut: 1. Strategi yang perlu diterapkan dalam rangka “Peningkatan kualitas kawasan lindung untuk menjaga kelestarian sumberdaya alam secara terpadu dengan provinsi dan Kabupaten berbatasan” melalui : a. memantapan fungsi kawasan lindung. b. memrioritas penyelesaian konflik penggunaan ruang berdasarkan aspek hukum dan mempertimbangkan kondisi sosial masyarakat. c. mesingkronisasi fungsi kawasan lindung dengan provinsi dan Kabupaten yang berbatasan.
32
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
2. Strategi yang perlu diterapkan dalam rangka “Penggutan dan pemulihan fungsi kawasan lindung yang meliputi TNKS, Hutan Lindung, HSAW” adalah: a. menetapkan tata batas kawasan lindung dan budidaya untuk memberikan Kepastian rencana pemanfaatan ruang dan investasi. b. meyusun dan pelaksanaan program rehabilitasi lingkungan, terutama pemulihan fungsi TNKS dan hutan lindung yang berbasis masyarakat c. meningkatkan pengelolaan lingkungan hidup dan pengendalian kerusakan dan pencemaran lingkungan d. meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan sumber daya Keanekaragaman hayati e. menggalang kerjasama regional, nasional dan internasional dalam rangka pemulihan fungsi kawasan lindung terutama TNKS, Hutan Lindung. 3. Strategi yang perlu diterapkan dalam rangka “Pengembangan berbagai bentuk pemanfaatan sumber daya alam yang berbasis konservasi guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat” dilakukan melalui: a. mengembangkan energi alternatif sebagai sumber listrik, seperti pembangkit listrik mikro hidro, tenaga uap, surya, gelombang laut dan lain-lain. b. mengembangkan kegiatan konservasi yang bernilai lingkungan dan sekaligus juga bernilai sosial-ekonomi, seperti hutan kemasyarakatan, Hutan tanaman rakyat. c. meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pemanfaatan sumber energi yang terbarui (renewable energy). 4. Strategi yang perlu diterapkan dalam rangka “Pengurangan kesenjangan pembangunan dan perkembangan wilayah UtaraSelatan” melalui: a. mengembangkan interaksi kawasan untuk Peningkatan perkembangan ekonomi kawasan dengan pengembangan jalan arteri primer. b. memantapkan fungsi Pusat Kegiatan Lokal (PKL). c. menetapkan dan memantapkan Kota Tapan sebagai Pusat Kegiatan
33
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
Wilayah Promosi (PKWp) yang dipromosikan provinsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota dan Pusat. d. mendorong terbentuknya aksesibilitas jaringan transportasi dalam rangka menunjang perkembangan wilayah. e. meningkatkan akses wilayah-wilayah yang belum berkembang melalui pengembangan/ pembangunan jaringan jalan Kabupaten, propinsi dan pelayanan kapal perintis ke daerah-daerah terisolir di Pantai Barat Kabupaten menuju Kepulauan Mentawai. 5. Strategi yang perlu diterapkan dalam rangka “Peningkatan pemanfaatan potensi sumberdaya alam dan pengembangaan wilayah pusat-pusat pemukiman melalui pengolahan sektor perkebunan, perternakan, pertanian dan perikanan dan pariwisata sesuai daya dukung wilayah”, melalui: a. meningkatkan kegiatan pertanian, kehutanan dan perkebunan melalui pola intensifikasi dan ekstensifikasi dengan tetap mempertahankan ekosistem lingkungan. b. meningkatkan pengembangan kawasan agropolitan dengan melengkapi fasilitas perdagangan pusat koleksi distribusi dan jasa pendukung komoditas pertanian kawasan. c. meningkatkan pengembangan industri berbasis pertanian berupa perlengkapan saprodi dan sarana pendukungnya. d. mengembangkan kegiatan sektor unggulan pada kawasan andalan antara lain pertanian, perkebunan, pertambangan, industri, perikanan dan pariwisata. e. menetapkan kawasan industri pengelolaan hasil pertanian dan kelautan. f. Mendorong untuk mengembangkan industri pengelolan yang ada untuk dapat lebih maju. g. mengembangkan kawasan andalan sesuai dengan potensi unggulan. h. memanfaatkan kawasan budidaya sesuai dengan kapasitas daya dukung lingkungan.
34
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
6. Strategi yang perlu diterapkan dalam rangka “Pendorong peningkatan produktivitas wilayah melalui intensifikasi lahan dan modernisasi pertanian dengan pengelolaan yang ramah lingkungan” dilakukan melalui: a. meningkatkan produktivitas hasil perkebunan, pertanian dan kehutanan melalui intensifikasi lahan. b. memanfaatkan lahan non produktif secara lebih bermakna bagi peningkatan kualitas lingkungan dan peningkatan pendapatan masyarakat. c. meningkatkan teknologi pertanian, termasuk perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan sehingga terjadi peningkatan produksi dengan kualitas yang lebih baik dan bernilai ekonomi tinggi d. menguatkan pemasaran hasil pertanian melalui peningkatan sumber daya manusia dan kelembagaan serta fasilitasi sertifikasi yang dibutuhkan. 7. Strategi yang perlu diterapkan dalam rangka “Pendorong bertumbuhnya sektor ekonomi sekunder dan tersier berbasis pangan dan kelautan sesuai keunggulan kawasan yang bernilai ekonomi tinggi, dikelola secara berhasil guna, terpadu dan ramah lingkungan” adalah: a. Mengembangkan industri pengolahan hasil kegiatan agro sesuai komoditas unggulan kawasan dan kebutuhan pasar (agroindustri dan agribisnis). b. Mengembangkan penelitian dan pengolahan sumber daya kelautan dan perikanan sehingga menjadi kekuatan utama ekonomi masyarakat pesisir. 8. Strategi yang perlu diterapkan dalam rangka “Peningkatan dan mendorong potensi Sumber Daya Manusia untuk mengelola potensi sumber daya alam” melalui: a. meningkatkan mutu pengajar melalui pemberian beasiswa untuk melanjutkan kepada pendidikan yang lebih tinggi.
35
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
b. meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan untuk menunjang kegiatan belajar dan mengajar. c. Pengembangan sekolah-sekolah berstandar Internasional. 9. Strategi yang perlu diterapkan dalam rangka “Pembangunan kawasan wisata Alam dan laut melalui penetapan kawasan wisata sebagai kawasan unggulan, dikelola dengan ramah lingkungan” melalui: a. membangun dan meningkatkan sarana dan parasarana wisata lebih baik untuk menunjang kebutuhan wisatawan. b. meningkatan promosi wisata baik dalam daerah maupun keluar daerah. c. mengembangkan potensi wisata yang belum terdata untuk memperkaya objek wisata. d. meningkatkan kegiatan pariwisata melalui peningkatan prasarana dan sarana pendukung, pengelolaan objek wisata yang lebih profesional serta pemasaran yang lebih agresif dan efektif. 10. Strategi yang perlu diterapkan dalam rangka “Pembangun prasarana dan sarana wilayah yang berkualitas untuk pemenuhan hak dasar dan dalam rangka pewujudan tujuan penataan ruang yang berimbang serta mitigasi bencana” adalah; a. membangun prasarana dan sarana transportasi yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan secara signifikan dan berimbang. b. membangun utilitas dan fasilitas sosial secara proporsional dan memadai sesuai kebutuhan masyarakat pada setiap pusat permukiman (kawasan). c. menyusun program dan pembangunan berbagai perangkat keras dan lunak untuk mitigasi berbagai bencana alam, seperti tsunami, gempa, longsor, banjir, kebakaran hutan dan ancaman lainnya. d. menetapkan zona mitigasi bencana atau kawasan rawan bencana di seluruh kecamatan di Kabupaten Pesisir selatan dengan mempersiapkan sarana dan prasarana penunjang.
36
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
Sumber: RTRW Kabupaten Pesisir Selatan, 2011.
Gambar 3.1 Rencana Tata Ruang Wilayah di Kabupaten Pesisir Selatan. 3.2. Rencana Kawasan Strategis.
Sumber: RTRW Kabupaten Pesisir Selatan, 2012.
Gambar 3.1 Peta Penetapan Kawasan Perdesaan dan Perkotaan di Kabupaten Pesisir Selatan.
37
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
3.2. Kawasan Strategis Kawasan strategis, merupakan kawasan yang diprioritaskan pengembangannya, kawasan strategis ini terdiri atas: 1. Kawasan strategis yang didasari oleh penetapan melalui PP 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN). 2. Kawasan strategis provinsi merupakan hasil perumusan dan kesepakatan Pemerintah Provinsi. 3. Kawasan strategis kabupaten merupakan hasil perumusan dan kesepakatan Pemerintah Kabupaten/Kota. Sebagai acuan dalam penetapan kawasan strategis telah dikeluarkan kriteria, yang dapat digunakan untuk kepentingan penetapan kawasan strategis kabupaten, kecuali kawasan strategis untuk pertahanan dan keamanan negara karena merupakan kepentingan terbatas. Kawasan strategis lainnya adalah: kawasan strategis pertumbuhan ekonomi, kawasan strategis sosial budaya, kawasan strategis pendayagunaan sumberdaya alam dan/atau teknologi tinggi dan/atau fungsi dan daya dukung lingkungan. 3.2.1. Kawasan Strategis Nasional Berdasar kepada PP 26 Tahun 2008, Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia. Kawasan Strategis Nasional yang berada di Kabupaten Pesisir Selatan terdiri atas Kawasan Strategis Nasional dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup ditetapkan dengan kriteria: 1. Merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati; 2. Merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan;
38
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
3. Memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara; 4. Memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro; 5. Menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup; 6. Rawan bencana alam nasional; atau 7. Sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan. Berdasarkan kriteria tersebut, Kawasan Strategis Nasional di Kabupaten Pesisir Selatan diantaranya adalah Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Taman Nasional Kerinci Seblat sebagai kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli yang dikelola dengan sistem zonasi dan dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan menunjang kebudayaan, dan berpotensi untuk rekreasi/pariwisata. Sedangkan fungsinya adalah sebagai perbandingan sistem penyangga kehidupan pengawasan serta pemanfaatan secara lestari keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya. Taman Nasional Kerinci Seblat mempunyai luas areal sekitar ± 1.368.000 ha membentang di punggung Bukit Barisan yang meliputi 4 provinsi. Luas TNKS di daerah ini seluas ± 295.629 ha yang tersebar di hampir seluruh Kecamatan. Sekitar 40 % dari kawasan TNKS merupakan daerah terjal dengan kemiringan diatas 40%. 3.2.2. Kawasan Strategis Provinsi Kawasan strategis provinsi adalah wilayah penataan ruang yang diprioritaskan karena mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap perkembangan ekonomi, sosial, budaya dan/ atau lingkungan. Berikut ini digambarkan masing-masing wilayah strategis tersebut berdasar sudut pandang:
39
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
1. Pertumbuhan Ekonomi Penetapan kawasan strategis provinsi dari sudut pertumbuhan ekonomi ditetapkan dengan kriteria: a. Memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh; b. Memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional; c. Memiliki potensi ekspor; d. Didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi; e. Memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi; f. Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional; g. Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional; atau h. Ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal. Berdasarkan kriteria tersebut Kawasan Strategis Provinsi yang berada di Kabupaten Pesisir Selatan adalah: a. Kawasan Strategis ITBM (Indarung – Teluk Bayur – Bungus – Mandeh) Secara administratif Kawasan ITBM yang berada di Pesisir Selatan adalah Mandeh, sedangkan Indarung Teluk Bayur dan Bungus Berada di Kota Padang. Kawasan ITBM ini memiliki kharakteristik kegiatan ekonomi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Indarung dikenal sebagai daerah penghasil semen, Teluk Bayur dikenal sebagai daerah perhubungan laut, Bungus dikenal sebagai daerah pendaratan BBM untuk didistribusikan keseluruh wilayah Sumatera Barat dan sebagian Jambi serta Mandeh dikenal sebagai daerah pariwisata dan Kawasan Minapolitan penghasil ikan bandeng sebagai umpan tuna. Dalam konsep penataang ruang ke depan di harapkan segala potensi yang berada di Kawasan Mandeh dikembang dalam bentuk
40
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
pengelolaan wilayah Pesisir terpadu. Potensi perikanan dan potensi wisata dapat saling bersinergi pertumbuhannya dalam mendukung perkembangan ekonomi wilayah. b. Kawasan Strategis Lunang Silaut Dan Kota Terpadu Mandiri (KTM) Kawasan Strategis Lunang Silaut merupakan Kawasan yang terletak di perbatasan antara Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat dengan Kabupaten Muko-Muko Provinsi Bengkulu. Potensi pengembangan kawasan sebagai kawasan perdagangan/ jasa, cagar budaya, ekowisata dan didorong untuk memacu pertumbuhan ekonomi di wilayah bagian selatan Provinsi Sumatera Barat. Pada Kawasan ini juga dikembangkan Kota Terpadu Mandiri yang merupakan Kota Trade Marknya masa depan daerah transmigrasi. 3.2.3. Kawasan Strategis Kabupaten Kawasan strategis kabupaten adalah wilayah penataan ruangnya yang di prioritaskan karena mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan. 1. Kawasan Strategis Kabupaten Dari Sisi Pertumbuhan Ekonomi Penetapan kawasan strategis kabupaten dari sudut pertumbuhan ekonomi ditetapkan dengan kriteria: a. Memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh; b. Memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional; c. Memiliki potensi ekspor; d. Didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi; e. Memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi; f. Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional;
41
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
g. Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional; atau h. Ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal. Sedangkan didasari analisa yang bertumpu kepada peluang pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kemampuan ekonomi masyarakat, kawasan strategis diwilayah kabupaten Pesisir Selatan terdiri atas: a. Kawasan Strategis Pelabuhan Panasahan – Wisata Carocok Bukit Langkisau (Pacarbulan) Pelabuhan Panasahan merupakan salah satu pelabuhan perhubungan yang berada di wilayah perencanaan. Secara administratif Pelabuhan Panasahan – Wisata Carocok Bukit Langkisau ini berada di Kecamatan IV Jurai yang sekaligus merupakan Ibu Kota Kabupaten Pesisir Selatan. Pengembangan kawasan ini diyakini dapat menjadi prime mover kemajuan ekonomi kabupaten secara keseluruhan karena kegiatan perekonomi yang berada di wilayah ini memiliki kaitan kedepan dan kebelakang yang cukup kuat dengans ektor lainnya. Sehinga dengan berkembangnya kawasan ini peluang kerja dan peluang usaha menjadi terbuka dan dapat dimanfaatkan oleh para pencari kerja di daerah. b. Kawasan Strategis Agropolitan Peternakan Kawasan Agropolitan ini secara administratif berada pada 4 (empat) kecamatan yakni Kecamatan Sutera, Lengayang, Ranah Pesisir dan Linggo Sari Baganti. Komoditi yang menjadi core bussenes diwilayah pengembangan ini adalah sapi potong. Dalam pengembangannya beberapa sarana prasarana yang telah dilengkapi adalah pusat pembibitan ternak, gedung pelatihan peternak, dan pasar peternakan. Pengembangan ke depan diharapkan populasi ternak dapat meningkat secara signifikan, sehingga memungkinkan
42
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
berkembangnya industri-industri yang memiliki kaitan ke depan dan kebelakang dari usaha peternakan ini. c. Kawasan Strategis Pelabuhan Perikanan Kambang Sebagai sebuah Kabupaten yang memiliki garis pantai sepanjang 232 km, daerah ini memiliki potensi kelautan yang dapat dikembangkan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Dua potensi sumberdaya kelautan yang paling menonjol di daerah ini adalah potensi sumberdaya ikan laut dan potensi pariwisata.Saat ini, sarana prasarana pelabuhan telah dimiliki 4 Kecamatan yakni Kecamatan Koto XI Tarusan, IV Jurai, Sutera dan Lengayang, sedangkan satu Kecamatan lain yang juga memiliki aktivitas usaha perikanan yang cukup tinggi yakni Linggo Sari Baganti belum memiliki pelabuhan. 2. Kawasan Strategis Kabupaten Dari Sisi Sosial Budaya/Sejarah Kawasan strategis kabupaten dari sudut kepentingan sosial dan budaya ditetapkan dengan kriteria: a. Merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya nasional; b. Merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya serta jati diri bangsa; c. Merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan; d. Merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional; e. Memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya; atau f. Memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional.
43
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
Didasari analisa yang bertumpu kepada sosial budaya, kawasan strategis diwilayah kabupaten Pesisir Selatan terdiri dari: a. Kawasan Strategis Istana Indrapura Kawasan strategis Istana Indrapura berada di Kecamatan Pancung Soal dan sekitarnya. Situs yang ditinggalkan istana ini berupa anak tangga istana berserta pondasi istana, meriam, pelengkapan istana yang masih ada dan disimpan dengan baik oleh keturunan raja Indrapura. b. Kawasan Strategis Rumah Mandeh Rubiah Kawasan stategis rumah Mandeh Rubiah berada di Kecamatan Lunang Silaut dan sekitarnya. Pada kawasan Rumah Gadang Mandeh Rubah ini terdapat situs Kuburan Bundo Kanduang yang terdahulu serta Panglima atau Pengawal Mande Rubiah. Rumah Mande Rubiah juga difungsikan sebagai musium yang di dalamnya terdapat benda-benda bersejarah seperti: tombak, keris, leher garuda, dan lain-lain.
44
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
BAB IV KAWASAN PERDESAAN BUDIDAYA SAPI DI KECAMATAN SUTERA – KABUPATEN PESISIR SELATAN 4.1. Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kecamatan Sutera Istilah budidaya atau sering pula disebut pemeliharaan. Budidaya adalah usaha yang bermanfaat dan memberi hasil berupa tanaman atau ternak. Tingginya permintaan konsumen terhadap daging sapi membuka peluang yang cukup besar bagi budidaya atau usaha ternak sapi di Indonesia. Secara kultural, usaha ternak sapi, terutama yang dilakukan secara tradisional, bukan merupakan hal yang baru bagi masyarakat Indonesia. Selain karena sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di perdesaan dan bermata pencaharian sebagai petani, Indonesia juga menjadi negara yang sangat berpotensi untuk mengembangkan usaha ternak sapi tersebut. Mengingat di negara kita memiliki iklim dan cuaca yang cocok untuk peternakan sapi. Kabupaten Pesisir Selatan memiliki potensi besar di bidang budidaya ternak, terutama budidaya sapi. Ada satu lokasi yang ideal untuk dikembangkan sebagai kawasan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan, yaitu Budidaya Sapi. Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan mempunyai wilayah pengembangan sebanyak 12 Nagari, yaitu Taratak, Surantih, Amping Parak, Amping Parak Timur, Koto Taratak, Lansano Taratak, Aur Duri Surantih, Rawang Gunung Malelo Surantih, Koto Nan Tigo Selatan Surantih, Koto Nan Tigo Utara Surantih, Ganting Mudiak Selatan Surantih, dan Ganting Mudiak Utara Surantih.
45
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
Penamaan Kawasan Budidaya Sapi memiliki nilai strategis, dimana dari aspek pertanian dan peternakan menjadi prioritas utama, pada kawasan ini yang menjadi tumpuan utama adalah di bidang pertanian dan peternakan yang di padukan dengan konsep Budidaya Sapi. Akhirnya disepakati pembentukan Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi yang masih dalam proses di pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan. Sebagai contoh, peternakan Sapi setelah sudah besar di kirim ke luar daerah sutera dan pesisir selatan 4.2. Indeks Pembangunan Desa (IPD) Berdasarkan Data Podes (2014), hasil perhitungan Indeks Pembangunan Desa di Kecamatan Sutera yang dilakukan oleh Bappenas bekerjasama dengan BPS dengan 12 Desa terdapat Desa Mandiri sebanyak 1 Desa (8,33%) dan Desa Berkembang sebanyak 11 Desa atau 9,67% (Tabel 4.2). Tabel 4.1 Desa-Desa dan Status IPD di Kecamatan Sutera Desa 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Status IPD
Keterangan
Taratak Berkembang Bagian Kws. Perdesaan Surantih Berkembang Bagian Kws. Perdesaan Amping Parak Berkembang Bagian Kws. Perdesaan Amping Parak Timur Berkembang Bagian Kws. Perdesaan Koto Taratak Berkembang Bagian Kws. Perdesaan Lansano Taratak Berkembang Bagian Kws. Perdesaan Aur Duri Surantih Berkembang Bagian Kws. Perdesaan Rawang Gunung Malelo Surantih Berkembang Bagian Kws. Perdesaan Koto Nan Tigo Selatan Surantih Berkembang Bagian Kws. Perdesaan Koto Nan Tigo Utara Surantih Tertinggal Bagian Kws. Perdesaan Gantiang Mudiak Selatan Surantih Berkembang Bagian Kws. Perdesaan Gantiang Mudiak Utara Surantih Berkembang Bagian Kws. Perdesaan Sumber: Indeks Pembangunan Desa 2014 “Tantangan Pemenuhan Standar Pelayanan Minimum Desa” (Bappenas, 2015).
46
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
Gambar 4.2 Status Perkembangan Desa (IPD 2014) di Desa Wilayah Pengembangan Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan. 47
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
4.3. Kependudukan Jumlah keluarga di 12 desa yang menjadi wilayah pengembangan Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi adalah 11.254 KK dengan penduduk 49.270 jiwa. Banyaknya Jumlah keluarga dan penduduk di Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi dan di Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan disajikan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Jumlah Penduduk di Kecamatan Sutera dan di Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 Penduduk (Jiwa) Desa 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Taratak Surantih Amping Parak Amping Parak Timur Koto Taratak Lansano Taratak Aur Duri Surantih Rawang Gunung Malelo Surantih Koto Nan Tigo Selatan Surantih Koto Nan Tigo Utara Surantih Gantiang Mudiak Selatan Surantih Gantiang Mudiak Utara Surantih
Jumlah
Laki-Laki Perempuan 1.121 3.888 4.016 2.359 956 1.296 2.485
1.209 3.849 4.070 2.259 980 1.264 2.524
2.926
2.919
1.692
1.828
1.210
1.215
1.399
1.413
1.223
1.169
24.571
24.699
Jumlah Penduduk
% Desa
2.330 7.737 8.086 4.618 1.936 2.560 5.009
4,73 15,70 16,41 9,37 3,93 5,20 10,17
5.845
11,86
3.520
7,14
2.425
4,92
2.812
5,71
2.392
4,85
49.270
100,00
Jumlah KK 532 1.767 1.847 1.055 442 585 1.144 1.335 804 554 642 547
11.254
Sumber: Kecamatan Sutera Dalam Angka, 2016.
Jumlah penduduk di Desa Koto Taratak adalah yang terendah yaitu hanya 3,93% dari jumlah penduduk Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi, sedangkan Desa Amping Parak mempunyai jumlah penduduk terbanyak yaitu 16,41%. Berdasarkan mata pencaharian, sebagian besar penduduk di Kecamatan Sutera, bekerja di lapangan usaha pertanian padi dan perikanan tangkap ikan.
48
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
Gambar 4.3
Penghasilan Utama Sebagian Besar Penduduk Desa pada Sektor Pertanian di Desa Wilayah Pengembangan Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan.
49
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
4.4. Pendidikan Jenis Sekolah yang tersedia di Kecamatan Sutera sampai SMU atau sederajat. Sedangkan di desa-desa Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi jenis sekolah yang tersedia yaitu hanya sampai Sekolah Dasar (SD). Sehingga untuk bersekolah jenjang lebih tinggi dari SD bersekolah di desa lain. Banyaknya sekolah dan murid menurut jenis sekolah di Kecamatan Sutera dan di Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi disajikan pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Banyaknya Sekolah dan Murid Menurut Jenis Sekolah di Kecamatan Sutera di Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015
1. 2. 3. 4.
Jenis Sekolah TK/Sederajat SD/Sederajat SMP/Sederajat SMU/Sederajat
Sekolah Murid 11 404 37 7.062 7 2.440 3 2.056
Sumber : Kecamatan Sutera Dalam Angka, 2016.
4.5. Kesehatan Pelayanan Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok penduduk selain sandang dan pangan. Fasilitas dan kualitas pelayanan kesehatan yang baik sudah menjadi tuntutan utama dalam menjaga kesehatan masyarakat. Pada tahun 2015, jenis sarana kesehatan yang tersedia di Kecamatan Sutera yaitu puskesmas, puskesmas pembantu, posyandu dan poskesdes. Untuk desa-desa di Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi sarana kesehatan yang tersedia adalah
50
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
Puskesmas (1 unit), Puskesmas Pembantu (7 unit), Posyandu (71 unit) dan PoskesNag (21 buah). Sedangkan, tenaga medis yang berdomisili di desadesa wilayah pengembangan Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi adalah Dokter Umum (2 orang), Bidan (37 orang), Perawat (9 0rang), dan Dukun terlatih (3 orang). Ketersedian sarana kesehatan dan tenaga medis di Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi dan di Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan disajikan pada Tabel 4.4 dan Tabel 4.5. Tabel 4.4 Ketersediaan Sarana Kesehatan di Kecamatan Sutera dan di Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 Desa 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Taratak Surantih Amping Parak Amping Parak Timur Koto Taratak Lansano Taratak Aur Duri Surantih Rawang Gunung Malelo Surantih Koto Nan Tigo Selatan Surantih Koto Nan Tigo Utara Surantih Gantiang Mudiak Selatan Surantih Gantiang Mudiak Utara Surantih
Jumlah
Puskesmas
Jenis Sarana Kesehatan Puskesmas Posyandu Pembantu
PoskesNag
0 1 0 0 0 0 0
0 0 1 1 1 0 0
2 9 14 9 2 2 5
0 1 5 5 0 1 3
0
1
7
2
0
1
6
0
0
0
5
1
0
1
5
1
0
1
5
2
1
7
71
21
Sumber: Kecamatan Sutera Dalam Angka, 2016.
Tabel 4.5 Ketersediaan Tenaga Medis di Kecamatan Sutera dan di Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2015 Desa 1 2 3 4
Taratak Surantih Amping Parak Amping Parak Timur
Dokter Umum 0 2 0 0
Tenaga Medis Bidan Perawat 1 11 6 6
0 6 0 0
Dukun Terlatih 0 0 0 1
51
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
Desa 5 6 7 8 9 10 11 12
Dokter Umum
Koto Taratak Lansano Taratak Aur Duri Surantih Rawang Gunung Malelo Surantih Koto Nan Tigo Selatan Surantih Koto Nan Tigo Utara Surantih Gantiang Mudiak Selatan Surantih Gantiang Mudiak Utara Surantih
Jumlah
Tenaga Medis Bidan Perawat
Dukun Terlatih
0 0 0
0 1 2
0 0 1
0 0 0
0
4
0
0
0
1
1
0
0
3
0
0
0
1
1
1
0
1
0
1
2
37
9
3
Sumber: Kecamatan Sutera Dalam Angka, 2016.
4.6. Transportasi dan Komunikasi Jenis sarana transportasi yang terdapat di kawasan perdesaan Kecamatan Sutera yaitu minibus dan sepeda motor/ojeg. Panjang jalan di Kecamatan Sutera sampai akhir tahun 2015, tercatat sepanjang 225,2 km yang terdiri dari 23 km jalan Negara dan 202,2 km jalan Kabupaten. Sebanyak 30 persen jalan kabupaten di Kecamatan Sutera masih merupakan jalan dengan permukaan tanah. Untuk sarana komunikasi yang tersedia di Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi adalah surat pos dan jaringan telepon seluler. 4.7. Lembaga Ekonomi Jenis lembaga ekonomi yang terdapat di Kecamatan Sutera yaitu BPR (1 unit), pasar (1 unit) dan bank (1 unit). Sedangkan di Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi tidak terdapat lembaga ekonomi. 4.8. Pertanian Kondisi geografis Kecamatan Sutera merupakan dataran tinggi dan pesisir pantai. Pada Tahun 2015, data yang terdapat di Kecamatan Sutera menunjukkan luas lahan sawah mencapai 3.232 ha atau 7,25% dari luas
52
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
wilayah. Luas lahan dan penggunaannya di Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi dan di Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan disajikan pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 Luas Lahan dan Penggunaannya di Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2015 Penggunaan 1.
LAHAN PERTANIAN 1.1 Lahan Sawah a. Irigasi b. Tadah Hujan c. Rawa Pasang Surut d. Rawa Lebak 1.2 Lahan Pertanian Bukan Sawah a. Tegal b. Ladang/ Huma c. Perkebunan d. Ditanami Pohon/ Hutan rakyat e. Padang Pengembalaan f. Sementara tidak Diusahakan g. Lainnya (tambak, kolam, empang, hutan negara, dll) 2. LAHAN BUKAN PERTANIAN (jalan, pemukiman, perkantoran, sungai, dll) Jumlah Sumber: Kecamatan Sutera dalam Angka, 2016.
44.012 3.232 1.548 1.422 0 262 40.780 1.114 2.957 6.371 16.111 75 653 13.499
Persentase (%) 98,8 7,25 3,47 3,19 0,00 0,59 91,51 2,50 6,64 14,30 36,15 0,17 1,47 30,30
553 44.565
1,24 100,00
Luas
Sama halnya dengan kondisi kecamatan, di wilayah pengembangan Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi penggunaan lahan didominasi oleh hutan rakyat yaitu 16.111 ha (36,15%). Berdasarkan data dan informasi Kecamatan Sutera, komoditas unggulan untuk 12 Desa yang ditetapkan menjadi wilayah pengembangan Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi. 4.9. Peternakan Komoditi peternakan yang dikembangkan adalah populasi ternak besar, ternak kecil dan unggas. Untuk ternak besar, jenis ternak yang menjadi andalan adalah sapi potong dengan populasi 10.015 ekor atau merupakan 92,9% dari populasi ternak besar di Kecamatan Sutera. Hasil perhitungan LQ untuk ternak sapi mempunyai nilai LQ > 1. Hal ini
53
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
menunjukkan bahwa ternak sapi merupakan ternak basis di Kecamatan Sutera. Untuk ternak unggas, populasi terbesar adalah ayam buras (59,7%) dan ayam ras pedaging (27,0%). Banyaknya Populasi Peternakan di Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan disajikan pada Tabel 4.9. Tabel 4.7 Populasi Ternak Besar, Ternak Kecil dan Unggas di Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 Komoditas Ternak Besar dan Kecil 1. Sapi Potong 2. Kerbau 3. Kambing Ternak Unggas 1. Ayam buras 2. Ayam ras petelur 3. Ayam ras Pedaging 4. itik
Populasi (Ekor)
Persentase
10.015 765 3.069
72,3 5,5 22,2
45.783 5.400 20.700 4.811
59,7 7,0 27,0 6,3
Sumber: Kecamatan Sutera dalam Angka, 2016.
4.10. Arahan Pengembangan Arahan pengembangan khusus Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi belum tersusun, namun demikian dari beberapa referensi yang ada terkait dengan arahan yang ada dalam RTRW Kabupaten Pesisir Selatan (Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan Nomor 7 Tahun 2011) dan PP 26 Tahun 2008 tentang RTRWN terdapat arahan pengembangan untuk Kecamatan Sutera sebagai Kawasan Budidaya Sapi.
54
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
Di kawasan ini yang menjadi tumpuan utama adalah pertanian dan peternakan yang dipadukan dengan konsep Budidaya Sapi. Rencana dari pembentukan kawasan perdesaan ini bukan hanya dari sektor peternakan saja namun juga sektor pariwisata dan perikanan yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pesisir Selatan. 4.10.1. Peningkatan Sarana dan Prasarana Transportasi Peningkatan prasarana transportasi diantaranya dilakukan dengan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan yang merupakan prasarana wilayah yang pokok dalam pengembangan kawasan Budidaya Sapi sebagai jalur mobilitas. 4.10.2. Prasarana Ekonomi Prasarana ekonomi yang dikembangkan berupa pasar, BUMDesa, dan jasa sosial - ekonomi skala kecamatan, seperti jasa koperasi simpan pinjam, pegadaian, penginapan (motel dan losmen), serta industri kecil dan menengah. 4.10.3. Pengembangan Komoditas Unggulan Pengembangan Kawasan Budidaya Sapi memiliki nilai strategis, dimana dari aspek pertanian dan peternakan menjadi prioritas utama. Ternak sapi hasil penggemukan di Kecamatan Sutera telah di kirim ke luar daerah Kecamatan Sutera. Di kawasan ini juga ada pengolahan hasil pertanian gambir dan pengolahan hasil laut yang diolah lagi menjadi produk yang bertambah nilainya baik mutu dan harga jualnya. Hasil pengolahan hasil pertanian dan laut ini telah dikirim ke luar daerah provinsi bahkan diekspor ke luar negeri.
55
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
56
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
BAB V PENUTUP Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi, di Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat dengan wilayah pengembangan sebanyak 12 Desa/Nagari, yaitu Taratak, Surantih, Amping Parak, Amping Parak Timur, Koto Taratak, Lansano Taratak, Aur Duri Surantih, Rawang Gunung Malelo Surantih, Koto Nan Tigo Selatan Surantih, Koto Nan Tigo Utara Surantih, Ganting Mudiak Selatan Surantih, dan Ganting Mudiak Utara Surantih. Dua belasnNagari/desa tersebut merupakan bagian dari Kawasan Budidaya Sapi Sutera. Potensi unggulan yang akan dikembangkan di Kawasan Budidaya Sapi adalah peternakan yaitu sapi. Untuk pengembangan pertanian di Kecamatan Sutera berdasarkan hasil perhitungan yang nilai LQ > 1 adalah, (1) untuk tanaman pangan berupa padi, (2) untuk tanaman buah-buahan berupa jeruk, (3) untuk tanaman hortikultura (semusim) berupa cabai, kangkung, dan mentimun, dan (4) untuk tanaman perkebunan berupa gambir. Komoditas pertanian tersebut selain mempunyai LQ > 1 dan mempunyai kontribusi relatif besar terhadap pengusahaan sesuai jenisnya, sehingga dapat disampaikan bahwa komoditas tersebut merupakan komoditas basis di Kecamatan Sutera. Untuk pengembangan ternak di Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi, ternak sapi selain mempunyai nilai LQ > 1 juga mendominasi populasi ternak besar dan kecil di Kecamatan Sutera. Ternak sapi merupakan ternak basis di Kecamatan Sutera dan hasil penggemukannya juga sudah dikirim ke luar wilayah. Arahan pengembangan dalam RTRW Kabupaten Pesisir Selatan yang terkait langsung dengan Kecamatan Sutera adalah pengembangan pertanian dan peternakan di Kecamatan Sutera, yang meliputi diantaranya pengembangan sarana dan prasarana transportasi, prasarana ekonomi, pengembangan komoditas unggulan. Pengembangan komoditas unggulan utama di kawasan perdesaan Budidaya Sapi yaitu peternakan sapi.
57
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
58
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
LAMPIRAN
59
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
Lampiran 1 Nilai Analisis Shift-Share Pengembangan Komoditas Tanaman Pangan di Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan Komoditas 1 2 3 4 5
Padi Jagung Ubi Ubi Jalar Kacang Kedelai 6 Kacang Tanah 7 Kacang Hijau Jumlah
2011 Pesisir Sutera Selatan 7.001 52.259 186 9.359 40 345 21 87
2015
5.890 245 42 3
Pesisir Selatan 62.327 12.916 433 24
Pertumbuhan 0,2005 0,2005 0,2005 0,2005
Sutera
Komponen Share ProporDifferensial sional -0,0079 -0,3513 0,1795 -0,0629 0,0545 -0,2051 -0,9247 -0,1330
SSA -0,1587 0,3172 0,0500 -0,8571
0
303
0
0
0,2005
-1,2005
#DIV/0!
#DIV/0!
65
754
24
275
0,2005
-0,8358
0,0045
-0,6308
38 7.351
214 63.321
10 6.214
44 76.019
0,2005
-0,9949
0,0576
-0,7368
Lampiran 2 Nilai Analisis Shift-Share Pengembangan Komoditas Tanaman Perkebunan di Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan 2011 Komoditas 1 2 3 4 5 6 7 8
Kopi Kayu Manis Kelapa Pala Gambir Coklat Cengkeh Pinang Jumlah
31,2
Pesisir Selatan 646,5
9,5 1.156,0 3,4 3.304,8 68,0 6,3 48,7 4.627,90
1.881,0 5.111,0 141,3 5.225,3 2.421,0 86,0 1.007,1 15.512,1
Sutera
2015 Pesisir Selatan 28,0 1.156,0
Sutera
9,0 1.075,0 84,0 3.757,0 97,0 23,0 35,0 5.108,0
1.138,0 33.374,0 1.056,0 14.314,0 2.569,0 716,0 1.186,0 55.509,0
Pertumbuhan 2,5784
Komponen Share ProporDifferensial sional -1,7903 -0,8907
2,5784 2,5784 2,5784 2,5784 2,5784 2,5784 2,5784
-2,9734 2,9514 3,8950 -0,8391 -2,5173 4,7471 -2,4008
0,3424 -5,5999 17,2324 -1,6025 0,3653 -4,6748 -0,4590
SSA -0,1026 -0,0526 -0,0701 23,7059 0,13683 0,42647 2,65079 -0,2813
Lampiran 3 Nilai Analisis Shift-Share Pengembangan Komoditas Peternakan di Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan 2011 Komoditas 1 2 3 4
Sapi Kuda kerbau Kambing Jumlah
60
Sutera 11.642 0 1.850 4.348 17.840
2015 Pesisir Selatan 77.383 52 8.019 50.007 135.461
Sutera 10.015 0 765 3.069 13.849
Pesisir Selatan 80.146 21 8.271 41.669 130.107
Pertumbuhan -0,0395 -0,0395 -0,0395 -0,0395
Komponen Share ProporDifferensial sional 0,0752 -0,1755 -0,5566 #DIV/0! 0,0709 -0,6179 -0,1272 -0,1274
SSA -0,1398 #DIV/0! -0,5865 -0,2942
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
Lampiran 4 Luas Panen (Ha) Padi per kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 Kecamatan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Silaut Lunang Basa Ampek Balai Tapan Ranah Ampek Hulu Tapan Pancung Soal Airpura Linggo Sari Baganti Ranah Pesisir Lengayang Sutera Batang kapas IV Jurai Bayang IV Nagari Bayang Utara Koto XI Tarusan Jumlah
Luas Panen Padi Ha Kontribusi (%) 0,0 4.855 7,8 1.852 3,0 2.164 3,5 2.758 4,4 3.374 5,4 5.608 9,0 7.768 12,5 8.472 13,6 5.890 9,5 4.200 6,7 2.885 4,6 6.406 10,3 1.383 2,2 4.712 7,6 62.327 100,0
61
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
Lampiran 5 Jumlah Pohon Jeruk per kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 Kecamatan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
62
Silaut Lunang Basa Ampek Balai Tapan Ranah Ampek Hulu Tapan Pancung Soal Airpura Linggo Sari Baganti Ranah Pesisir Lengayang Sutera Batang kapas IV Jurai Bayang IV Nagari Bayang Utara Koto XI Tarusan Jumlah
Tanam Pohon Kontribusi (%) 150 750 402 11.608 64 110 300 250 -
1,1 0,0 0,0 0,0 5,5 0,0 0,0 0,0 2,9 85,1 0,5 0,8 2,2 1,8 0,0
13,.634
100,0
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
Lampiran 6 Luas Panen (Ha) Cabe per kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 Kecamatan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Silaut Lunang Basa Ampek Balai Tapan Ranah Ampek Hulu Tapan Pancung Soal Airpura Linggo Sari Baganti Ranah Pesisir Lengayang Sutera Batang kapas IV Jurai Bayang IV Nagari Bayang Utara Koto XI Tarusan Jumlah
Luas Panen Cabe Ha Kontribusi (%) 2
0,6
12
3,6
30
8,9
1
0,3
14
4,1
10
3,0
32
9,5
14
4,1
26
7,7
51
15,1
28
8,3
34
10,1
20
5,9
41
12,1
23
6,8
338
100,0
63
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
Lampiran 7 Luas Panen (Ha) Gambir per kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 Kecamatan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
64
Silaut Lunang Basa Ampek Balai Tapan Ranah Ampek Hulu Tapan Pancung Soal Airpura Linggo Sari Baganti Ranah Pesisir Lengayang Sutera Batang kapas IV Jurai Bayang IV Nagari Bayang Utara Koto XI Tarusan Jumlah
Luas Panen Gambir Ha Kontribusi (%) 33,6 0,8 21,6 9,6 65,6 2.511,2 768,0 7,0 16,0 1.989,2
0,0 0,0 0,0 0,0 0,6 0,0 0,4 0,2 1,2 46,3 14,2 0,1 0,3 0,0 36,7
5.422,6
100,0
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
Lampiran 8
Populasi Sapi per Kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 Kecamatan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Silaut Lunang Basa Ampek Balai Tapan Ranah Ampek Hulu Tapan Pancung Soal Airpura Linggo Sari Baganti Ranah Pesisir Lengayang Sutera Batang kapas IV Jurai Bayang IV Nagari Bayang Utara Koto XI Tarusan Jumlah
Populasi Sapi Ekor Kontribusi (%) 2.389 1.855 994 916 4.613 2.420 13.449 11.703 13.355 10.015 6.010 4.269 3.857 729 3.572
3,0 2,3 1,2 1,1 5,8 3,0 16,8 14,6 16,7 12,5 7,5 5,3 4,8 0,9 4,5
80.146
100,0
65
Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan
66