Final
MODEL BAHAN AJAR KELOMPOK MATA PELAJARAN ESTETIKA DAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN BERWAWASAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA UNTUK SEKOLAH DASAR LUAR BIASA TUNARUNGU (SDLB-B)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT KURIKULUM JAKARTA, 2010
Tim Pengembang Model Bahan Ajar SDLB Tunarungu
Pengarah
: Dra. Diah Harianti, M.Psi
Ketua
: Drs. NS Vijaya, KN, MA.
Wakil Ketua
: Drs. Jarwadi, M.Pd
Penyusun
: Tonny Santosa, M.Pd; Suhartatik, S.Pd; Daliman, S.Pd; Sigit Purwanto; Robertus Suparya
Kontributor
: Dr. Bambang Nugroho, Dra. Maria Cecilia Susila Yuwati; Dra. Made Murdani; Drs. Yusep Supriatna; Drs. Mohamad Said; Ahmad Lubias, S.Pd
ii
KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa kami dapat menyelesaikan naskah bahan ajar ini walaupun masih banyak terdapat kekurangan. Kami sangat menyadari bahwa keberadaan model bahan ajar ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik kami harapkan untuk penyempurnaan naskah bahan ajar ini. Ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga buku ini selesai dan dapat disosialisasikan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas budi baik yang telah diperbuat dan semoga buku ini dapat bermanfaat sehingga dapat meningkatkan mutu layanan pendidikan anak tunarungu. Jakarta, ……….. 2010 Tim Penyusun,
iii
ABSTRAKSI Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar semua peserta didik (termasuk peserta didik berkebutuhan khusus) di sekolah secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan tersebut seyogyanya diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Salah satu model bahan ajar yang dikembangkan oleh Pusat Kurikulum pada tahun 2010 ini adalah Model Bahan Ajar kelompok mata pelajaran Estetika dan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan Berwawasan Budaya dan Karakter Bangsa untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB-B). Proses pengembangan model bahan ajar dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu penyusunan desain kegiatan, penyusunan kerangka dan pengembangan model bahan ajar, review model bahan ajar, penyusunan instrumen penilaian, ujicoba model bahan ajar, penelaahan dan perbaikan model bahan ajar, serta diakhiri dengan penyusunan laporan. Ruang lingkup dalam kegiatan model bahan ajar ini meliputi: jenis dan jenjang pendidikan adalah SDLB; jenis ketunaan: tunarungu, kelompok mata pelajaran adalah Estetika dan jasmani, Olahraga dan Kesehetan; mata pelajaran dan kelas: Seni Budaya (Seni Tari Kelas I dan Seni Rupa Kelas I dan IV) dan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk kelas I dan VI. Pengembangan model bahan ajar ini tidak hanya memfokuskan pada mata pelajaran Seni Budaya maupun Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan semata, namun juga diharapkan mampu mengintegrasikan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa terutama dalam kegiatan pembelajarannya.
iv
Secara keseluruhan pengembangan model bahan ajar ini mendasarkan pada strategi kerja berupa workshop, kerja kelompok/individual, penugasan, diskusi fokus, dengan melibatkan para ahli, kepala sekolah, guru, pengawas, dinas pendidikan, dan pelaksana pendidikan lainnya. Salah satu karakteristik anak tunarungu adalah miskin bahasa sehingga dalam pengembangan model bahan ajar ini dilakukan dengan penekanan kompetensi bahasa khususnya dimulai dengan percakapan atau mempercakapkan hal yang akan dilakukan pada kegiatan pembelajaran. Selain itu, dalam setiap kegiatan atau aktivitas juga diusahakan penanaman nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Melalui kegiatan tersebut diharapkan akan mengembangkan kemampuan bahasa dan komunikasi anak sekaligus menanamkan nilai-nilai luhur sejak dini. Dari kegiatan ini telah diperoleh hasil, antara lain dalam bentuk model bahan ajar untuk Anak SDLB/SMPLB Tunarungu terutama untuk mata pelajaran Seni Budaya dan Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan beserta contoh pemetaan SK-KD-Indikator kedalam tema dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Mengingat Pusat Kurikulum telah mengembangkan contoh model bahan ajar untuk pendidikan khusus, maka perlu ada tindak lanjut antara lain perlunya kerjasama dengan instansi terkait lainnya terutama Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa maupun instansi terlait lainnya untuk mengadakan sosialisasi dan juga perlu disertai dengan pelatihan-pelatihan bagi guru berkaitan dengan pengembangan bahan ajar sebagai salah satu unsur perencanaan dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
v
DAFTAR ISI
Tim Pengembang………………………………………………………………….
ii
Kata Pengantar...…………………………………………………………………..
iii
Abstraksi.………………………………………………………………………….
iv
Daftar Isi…......……………………………………………………………………
vi
Bab I: Pendahuluan ……………………………………………………………..
1
A. Latar Belakang ..…………………………………………………………..
1
B. Tujuan .....…………………………………………….…….………..……
2
C. Ruang Lingkup .....………………………………………….……………..
2
D. Untuk Siapa Bahan Ajar ini …………………………………....………….
2
E. Permasalahan …………………………………………………...…………
3
F. Kegunaan ………………………………………………………………….
3
Bab II: Prinsip Pengembangan dan Rambu-Rambu ……………….…………
5
A. Prinsip Pengembangan ……………………….………………..………….
5
B. Rambu-Rambu Penyusunan Bahan Ajar…………………………………..
5
C. Rambu-Rambu Pelaksanaan Bahan Ajar…………………….…………….
7
D. Kerangka Bahan Ajar ………………………………………..……………
9
Bab III: Contoh Model Bahan Ajar ………………..……………..……………
10
A. Pemetaan SK, KD, dan Indikator kedalam Tema ……………..………….
10
B. Jaringan Tema …………………………………………………...………..
13
C. Model Bahan Ajar ……………….…………………………….…………
15
1. Seni Tari Kelas I SDLB Tunarungu ………………………….............
15
2. Seni Rupa Kelas I SDLB Tunarungu …………………….…………..
16
3. Seni Rupa Kelas IV SDLB Tunarungu ………………………………
29
4. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Kelas I SDLB Tunarungu 49 5. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Kelas VI SDLB Tunarungu 64 Daftar Pustaka Glosarium
vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar semua peserta didik (termasuk peserta didik berkebutuhan khusus) di sekolah secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan tersebut seyogyanya diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Seperti diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional terutama pada Pasal 5 Ayat (2) bahwa Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus, dan Pasal 32 Ayat (1) bahwa Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa, serta dalam Penjelasan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 15 menjelaskan bahwa pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Sementara dalam Permendiknas No. 24 tahun 2006 dan perubahannya yang diatur dalam Permendiknas No. 6 tahun 2007 tentang pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan menyebutkan bahwa (1) satuan pendidikan dasar dan menengah dapat mengadopsi atau mengadaptasi model kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah yang disusun oleh Balitbang bersama unit utama terkait dan (2) Balitbang mengembangkan dan mengujicobakan model-model kurikulum inovatif.
1
Salah satu tugas Pusat Kurikulum adalah melaksanakan pengembangan model-model kurikulum dan pembelajaran pada berbagai satuan pendidikan. Di antaranya adalah pengembangan bahan ajar pendidikan khusus untuk Sekolah Luar Biasa (SLB). Pengembangan model-model kurikulum dan bahan ajar ini dapat menjadi acuan bagi sekolah untuk memaksimalkan kualitas penerapan kurikulum dan bahan ajar yang digunakan. Dengan demikian, model kurikulum, silabus dan bahan ajar perlu disusun sesuai dengan kondisi, kebutuhan, potensi dan karakteristik satuan pendidikan dan peserta didik yang dapat digunakan sebagai (1) acuan atau referensi bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum, silabus dan bahan ajar dan (2) bahan untuk diadaptasi atau diadopsi oleh satuan pendidikan sesuai kebutuhannya. Berkaitan dengan hal ini, pada tahun tahun 2009 Pusat Kurikulum telah mengembangkan model bahan ajar untuk Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) dan Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) Tunagrahita. Sebagai tindak lanjut, pada tahun 2010 akan mengembangkan model bahan ajar kelompok mata pelajaran estetika dan jasmani, olahraga dan kesehatan berwawasan budaya dan karakter bangsa untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB-B). Dalam rangka pengembangan bahan ajar untuk pendidikan khusus ini perlu dilakukan serangkaian kegiatan yang dimulai dari penyusunan desain kegiatan, penyusunan kerangka dan pengembangan model bahan ajar, review model bahan ajar, penyusunan instrumen penilaian, ujicoba model bahan ajar, penelaahan dan perbaikan model bahan ajar, serta diakhiri dengan penyusunan laporan. B. Tujuan Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar yang hasilnya diharapkan mampu memotivasi dan membantu tenaga pendidik dan kependidikan dalam memberikan layanan pendidikan anak tuna rungu sesuai dengan potensi dan karakteristiknya. Melalui model ini dapat dijadikan acuan bagi satuan pendidikan untuk mengembangkan bahan pembelajaran yang lebih sesuai kebutuhan, lebih inovatif dan lebih efektif untuk diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran.
2
C. Ruang Lingkup Lingkup kegiatan pengembangan model bahan ajar untuk SDLB: 1. Satuan pendidikan
: Sekolah Dasar Luar Biasa
2. Jenis Ketunaan
: Tunarungu
3. Komponen
: Kelompok
mata
pelajaran
Estetika
dan
Jasmani,
Olahraga dan Kesehatan
D. Untuk Siapa Bahan Ajar ini? Model bahan ajar ini secara umum disusun untuk para penyelenggara pendidikan anak tunarungu, baik institusi segregasi maupun inklusi. Secara khusus model bahan ajar ini diharapkan dapat membantu meningkatkan profesionalitas guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar untuk kelompok mata pelajaran Estetika dan Jasmani, Olahraga dan kesehatan agar berwawasan budaya dan karakter bangsa Indonesia.
E. Permasalahan Permasalahan umum pendidikan anak tunarungu yang berkaitan dengan kelompok mata pelajaran Estetika dan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, antara lain: 1. Tidak semua sekolah yang menyelanggarakan pendidikan anak berkebutuhan khusus tunarungu memiliki tenaga atau guru khusus Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama (BKPBI) yang juga berbakat menari, yang berbakat menggambar atau melukis dan yang punya dasar pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. 2. Sebagian besar anak yang masuk ke sekolah khusus (SLB/SDLB Tunarungu) adalah anak yang mengalami kehilangan pendengaran 90 dB atau lebih (kategori berat dan sangat berat), tidak memakai alat bantu mendengar (ABM) dan tidak mendapatkan pelayanan atau pelajaran BKPBI secara benar dan teratur. 3. Kurangnya sumber belajar dan sarana prasarana yang sesuai dengan jenis kelainan anak. 4. Kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang professional dalam bidang pelajaran Estetika dan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Sementara itu, seperti halnya anak berkebutuhan khusus lainnya, anak berkelainan tunarungu pada umumnya belum mendapatkan layanan pendidikan secara optimal,
3
maksudnya tidak dididik dari usia dini dan tidak mendapat layanan dengan metode yang sesuai. Oleh karena itu, melalui pengembangan model bahan ajar ini dapat dijadikan sebagai upaya memberikan layanan pendidikan dan pembelajaran sesuai dengan karakteristik dan kondisinya. Hal ini didasarkan atas permasalahan umum yang dihadapi anak tunarungu yang bersumber dari gangguan atau kelainan pendengarannya, antara lain: 1. Miskin dalam penguasaan bahasa 2. Kemampuan akademik kurang berkembang 3. Kemampuan auditoris sangat buruk karena tidak mempunyai alat bantu mendengar (ABM) 4. Defisit dalam komunikasi verbal. 5. Defisit dalam keterampilan sosial yang dapat mengganggu perkembangan emosi 6. Gangguan dalam perkembangan pribadi: kurang percaya diri.
F. Kegunaan Hasil kegiatan pengembangan model bahan ajar kelompok mata pelajaran estetika dan jasmani, olahraga dan kesehatan berwawasan budaya dan karakter bangsa untuk SDLB Tunarungu ini dapat digunakan oleh berbagai pihak terkait, antara lain: 1. Pusat Kurikulum Melalui hasil pengembangan model bahan ajar pendidikan khusus ini dapat digunakan oleh Pusat Kurikulum dalam menyediakan model-model kurikulum yang dapat dijadikan sebagai acuan atau contoh oleh satuan pendidikan. 2. Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa dan Dinas Pendidikan Hasil pengembangan model bahan ajar pendidikan khusus ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan/bagian yang akan dimasukkan dalam rangka pembinaan ke sekolah luar biasa atau sekolah yang berada dibawah binaannya. 3. Satuan Pendidikan Hasil pengembangan model bahan ajar pendidikan khusus ini dapat dijadikan sebagai acuan atau bahan referensi bagi satuan pendidikan pada umumnya dan guru pada khususnya dalam rangka perencanaan dan proses pembelajaran untuk anak tunarungu.
4
BAB II PRINSIP PENGEMBANGAN DAN RAMBU-RAMBU
A. Prinsip Pengembangan Pengembangan model bahan ajar ini berpusat pada : 1. Kebutuhan dan kemampuan anak tunarungu 2. Perkembangan IPTEK dan perkembangan pandangan masyarakat 3. Relevan dengan kehidupan di rumah dan masyarakat 4. Bobonya lebih memperhatikan latihan dan praktek mengingat keterbatasan kemampuan anak tunarungu.
B. Rambu-Rambu / Panduan Penyusunan Model Bahan Ajar Kelompok Mata Pelajaran Estetika dan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB-B) Dalam pengembangan model bahan ajar pendidikan tunarungu diperlukan rambu-rambu atau panduan dalam proses pengembangannya, antara lain: 1. Penyusunan bahan ajar kelompok mata pelajaran Estetika dan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan bagi Kelas I - III SDLB-B dimulai dengan pemetaan SK-KD dan indikator ke dalam tema, jaringan tema, dan bahan ajar, sedangkan bagi Kelas IV dan VI SDLB-B dilakukan dengan menganalisis Standar Isi (SK dan KD) mata pelajaran yang bersangkutan. 2. Pemetaan
SK-KD
perlu
memperhatikan
kebutuhan,
kemampuan,
dan
karakteristik peserta didik, dalam hal ini perlu memperhatikan minat dan bakat siswa serta dampak ketunarunguan dimana peserta didik tunarungu memiliki hambatan dalam kemampuan berbahasa, berkomunikasi dan fungsi pendengaran. 3. Indikator dirumuskan berdasarkan kata kerja operasional dan memperhatikan kemampuan dan karakteristik peserta didik;
kata kerja yang digunakan
merupakan kata kerja yang paling esensi dan komunikatif bagi peserta didik untuk melaksanakan perintah-perintah dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, muatan indikator lebih banyak mengutamakan unsur ketrampilan unjuk kerja yang dapat melibatkan peserta didik untuk melakukan aktivitas secara langsung.
5
4. Tema ditentukan dari hal-hal yang dekat dengan peserta didik, situasional, dan aktual serta bila diperlukan dirumuskan sub tema. Tema dalam bahan ajar ini adalah kajian-kajian pokok dalam kelompok mata pelajaran Estetika dan kelompok mata pelajaran Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan serta menjadi satu kesatuan bahasan dari mata pelajaran lain. 5. Tujuan
pembelajaran
dirumuskan
dengan
merangkum
indikator
dan
menitikberatkan pada muatan atau aspek psikomotor. 6. Kegiatan pembelajaran merupakan rangkaian kegiatan yang wajib diberikan kepada siswa berdasarkan indikator yang telah dirumuskan untuk mencapai kompetensi dasar yang diharapkan. Khusus Seni Tari kegiatan pembelajarannya merupakan rangkaian kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dengan hasil kegiatan Program Khusus Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama khusunya Bina Persepsi Bunyi Irama Musik, dimana ketrampilan persepsi bunyi merupakan landasan untuk mengikuti kegiatan Seni Tari. 7. Evaluasi, dirumuskan berdasarkan indikator dan tujuan pembelajaran setiap mata pelajaran dalam kelompok mata pelajaran Estetika dan Jasamani, Olahraga dan Kesehatan. Untuk memberikan nuansa kebahasaan kepadapeserta didik, evaluasi aspes teori dilaksanakan sebatas pengantar sebelum kegiatan inti dalam suasana percakapan. Evaluasi praktik lebih mengutamakan kinerja (unjuk kerja) peserta didik, dalam arti peserta didik melakukan praktik menari, menggambar atau olahraga. 8. Lembar Pengamatan yang ditampilkan merupakan contoh hasil penilaian yang menjadi pedoman atau dasar untuk melakukan analisis dan tindak lanjut berupa remediasi dan pengayaan. 9. Analisis dan tindak lanjut merupakan hasil penilaian/pengamatan terhadap ukuran keberhasilan kegiatan pembelajaran dimana peserta didik dapat menunjukkan kompetensi-kompetensi yang diharapkan. 10. Kompetensi peserta didik dideskripsikan berdasarkan hasil analisis evaluasi dan observasi sehingga berguna dalam penyusunan program tindak lanjut terutama dalam penelusuran minat dan bakat peserta didik.
6
C. Rambu-Rambu Pelaksanaan Bahan Ajar 1. Bahan ajar ini merupakan pedoman minimal sehingga diharapkan sekolah (guru) dapat mengembangkannya dengan memperhatikan kebutuhan dan kemampuan anak tunarungu, lingkungan dan budaya, serta perkembangan ilmu dan teknologi. 2. Bahan ajar ini digunakan secara fleksibel maksudnya: a. Apabila peserta didik dapat menyelesaikan bahan ajar ini maka peserta didik tersebut dapat mempelajari bahan ajar dengan tema yang sama untuk kelas yang lebih tinggi sekalipun masih tetap duduk di kelasnya. b. Apabila peserta didik tidak mampu menyelesaikan bahan ajar ini maka perlu diulangi pelaksanaannya atau diberikan bahan ajar yang diperuntukkan pada kelas sebelumnya, atau dibuat bahan ajar, dan RPP secara khusus. 3. Pendekatan dan Metode a. Dalam melaksanakan bahan ajar dilakukan pendekatan tematis yang bertolak dari pembelajaran bahasa (untuk Kelas I – III) serta pendekatan mata pelajaran (Kelas IV – VI). Khusus Seni Tari harus memperhatikan pencapaian hasil kegiatan BKPBI Musik, derajat kemampuan daya dengar dan baka serta minat peserta didik di bidang Seni Tari. b. Pendekatan kooperatif maksudnya peserta didik dapat belajar bersama-sama dalam mengerjakan suatu kegiatan atau proyek sehingga peserta didik yang lebih cepat dapat mencapai kompetensi-kompetensi tertetntu dapat membantu peserta didik lain yang kurang cepat menguasai kompetensi-kompetensi tersebut (peer-teaching). c. Pendekatan multi dimensi, maksudnya dalam melaksanakan pembelajaran tidak perlu hanya melaksanakan salah satu aspek dari peserta didik itu seperti: fisik saja tetapi harus mengembangkan seluruh aspek (fisik, intelektual, sosial, dan emosi). d. Untuk mengakomodasi kebutuhan bahasa peserta didik terhadap tugas-tugas belajar sangat disarankan
guru menggunakan Metode Maternal Reflektif
(MMR) karena kegiatan pembelajaran dengan MMR diwarnai dengan nuansa percakapan yang akan sangat peserta didik membantu mempercepat penguasaan bahasa peserta didik tunarungu.
7
4. Waktu pelaksanaan kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia. 5. Sarana dan prasarana pelaksanaan pembelajaran kelompok mata pelajaran estetika dan kelompok mata pelajaran Jasmani, Olahraga dan Kesehatan disesuaikan dengan kondisi setiap sekolah. 6. Evaluasi
dilakukan
secara
klasikal
maupun
individual
selama
proses
pembelajaran atau pada akhir pembelajaran. Evaluasi juga dapat dilakukan pada waktu yang ditentukan sesuai dengan kebijakan yang berlaku untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hasil evaluasi dicatat dalam bentuk kualitatif, kuantitatif, atau gabungan dari kedua hal itu. 7. Tempat pembelajaran, dapat dilaksanakan di dalam ruangan atau di luar ruangan. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan di masyarakat di sekitar lingkungan sekolah (out door learning) akan memberi kesempatan bagi peserta didik untuk mempraktikkan secara langsung sehingga masyarakat akan melihat kemampuan anak tunarungu secara nyata yang dapat menumbuhkan kepercayaan dan harga diri. 8. Tindak lanjut Pada akhir pembelajaran peserta didik yang sudah mampu diberi pengayaan untuk mempelajari bahan lain dengan lingkup yang lebih luas dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari seperti mengikuti lomba, pentas seni, yang akhirnya diharapkan menjadi suatu profesi serta menjadi bekal hidup dan penghidupannya. Bagi yang belum/tidak mampu diadakan pengulangan atau remediasi. Perlu ada kerjasama dengan orangtua agar anak dapat mempraktikkan kegiatan yang diperoleh di sekolah dalam kehidupan di masyarakat.
8
D. Kerangka model bahan ajar
Model Bahan Ajar SDLB‐B Tema : Mata pelajaran : Kelas /semester : SK : KD : Indikator : Tujuan pembelajaran :
A.Kegiatan B. Evaluasi: 1. Lisan 2. Praktik / Penugasan / Perbuatan C. Lembar Pengamatan: 1. Kriteria 2. Hasil D. Analisis dan Tindak Lanjut
9