Tiga Pendahuluan
Chapter 1
Suatu Waktu Di Pelatihan Komunikasi "Ada yang ingin ditanyakan?" Sungguh saya selalu ingin memulai dengan kalimat itu di suatu
pelatihan
komunikasi
lisan
dan
tulisan.
Saya geregetan sekali ingin mengucapkan kalimat itu. Karena, sejak kedatangan saya di ruang pelatihan, saya merasa tidak seorang pun yang kurang suatu apa. Ya, tidak seorang pun tidak bisa melakukan apa yang disebut dengan komunikasi. Semuanya bisa berbicara. Tidak kurang suatu apa di bibir dan mulutnya. Tampak tidak ada kesulitan, karena mereka berbincang-bincang satu sama lain. Itu yang terlihat di mata saya, maka sungguh saya ingin bertanya, "Ada yang ingin ditanyakan?" Di saat yang nyaris bersamaan, saya mengamati bahwa mereka tampak terpelajar. Ya. Tidak. Ya, mereka tampak terpelajar.
Tidak,
mereka benar-benar terpelajar.
Mereka bisa membaca tulis, tentu saja. Seorang yang terpelajar tentu saja bisa membaca tulis. Dan karena itu, saya pun ingin bertanya dengan pertanyaan yang sama, "Ada yang ingin ditanyakan?"
Chapter 1
Apa yang menghadirkan mereka ke ruangan ini? Apakah benar ini semua hanya masalah nyali dan keberanian? Atau adakah alasan yang lain? Saya hanya berharap, memang ada yang ingin mereka ketahui, secara teknis atau secara detail. Karena itu, pertanyaan saya adalah, "Ada yang ingin ditanyakan?" Kembali ke inti acara. Kembali ke kenapa saya diundang dan hadir di sini. Pertama, harus kita sadarkan dulu diri kita bahwa komunikasi adalah kemampuan dasar yang penting. Karena, tanpa komunikasi yang mumpuni, ide kreatif anda tidak akan sampai pada orang lain. Orang lain jadi tidak memahami anda dan tidak tergerak karena anda. Bukan masalah siapa yang punya ide pertama kali, tetapi yang penting adalah siapa yang menyampaikan ide tersebut. Karena penyampai ide belum tentu pemilik ide. Sebaiknya, pemilik ide berperan sekaligus sebagai penyampai ide. Kedua,
komunikasi
adalah skill.
Komunikasi
adalah
keterampilan. Jadi bukan sesuatu yang tinggal dibaca dari buku, atau tinggal mendengarkan seorang dosen/guru bercerita di depan kelas. Komunikasi adalah keterampilan yang harus terus-menerus dilakukan (baca: dilatih).
Chapter 1
Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri. Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan. Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu karya seni. Dan yang terpenting adalah, seni bagaimana menuliskan ide itu yang penting. Karena seberapa dalam ide akan ditangkap oleh pembacanya, bergantung pada seberapa baik "cita-rasa" yang disajikan di dalam tulisan tersebut. Mulai dari pilihan kosakata, susunan kalimat, keterlibatan pembaca, “nuansa yang disuguhkan” dan lain sebagainya. Komunikasi lisan yang baik, adalah komunikasi lisan yang sederhana. Sederhana dalam kalimat, tidak seperti kalimat majemuk.
Sederhana
pula
dalam
penyampaiannya.
Sehingga orang mudah memahami. Seperti sederhananya kalimat Steve Jobs ketika launching produk-produk Apple Inc. Tapi tetap saja, yang penting adalah bagaimana ide tersebut sampai di benak audiens. Kedua komunikasi itu adalah keterampilan yang terletak di otot-otot jari dan mulut kita. Sekaligus bahasa tubuh kita. Tidak bisa diajarkan dengan cara kuno: guru bicara dan murid mendengarkan. Tidak. Tidak. Tidak seperti itu. Keterampilan ini adanya di otot-otot kita. Bukan di otak
Chapter 1
kita. Makanya, kuncinya hanya tiga: latihan, latihan dan latihan. Karena itu, bentuk yang tepat dari pelatihan komunikasi adalah workshop.
Bukan
seminar.
Itu
pun
workshop dengan kuantitas minimal 5 kali. Setelah itu, juga harus diikuti dengan penampilan dan latihan yang konsisten. Jadi, pelatihan komunikasi ini, hanyalah sebuah awal. Nah, kira-kira demikian pengantar dari saya sebelum kita memasuki materi. Nah, ada yang ingin ditanyakan?
Chapter 1
Mengapa Saya Menulis Buku Ini Tidak semua orang merasakan kegagalan. Ada yang merasakan pahitnya kegagalan, tapi ada juga yang langsung mereguk manisnya keberhasilan. Tidak pernah ada orang yang gagal di sepanjang hidupnya, sebagaimana tidak pernah ada orang yang selalu berhasil seumur hidupnya. Kebetulan saya adalah salah seorang yang pernah merasakan pahitnya kegagalan. Kegagalan menyampaikan ide saya di depan banyak orang. Kegagalan yang begitu cepat terjadi, hingga saya sendiri seakan-akan tidak bisa mengantisipasinya. Dan dalam buku ini, bagi mata yang jeli, anda mungkin akan menemukan kegagalan tersebut. Sebab, saya memang menuliskannya di dalam buku ini. Hehehe :D Maaf ya, main rahasia-rahasiaan soal kegagalan ^_^ Tapi bukan kegagalan itu yang ingin saya bagi di sini. Tapi justru semangat bangkit dari kegagalan itu sendiri. Sebagaimana tidak pernah ada yang selalu berhasil, maka tidak pernah ada kegagalan yang terulang. Manusia bukan keledai yang akan jatuh ke lubang yang sama, dua kali. Manusia mampu belajar dari kegagalan dan bangkit Chapter 1
memperbaikinya. Dan semangat itu yang ingin saya bagi kepada anda semua! Itu yang pertama. Inspirasi. Inspirasi adalah kata kuncinya. Berbagai inspirasi sesungguhnya tersebar begitu membludak di sekitar kita. Tapi kadang-kala kesibukan manusia menghalangi mereka untuk mendapat inspirasi. Melalui buku ini, saya hanya ingin mempertegas inspirasi itu sendiri. Karena inspirasi, adalah sesuatu yang ingin saya bagi melalui buku ini. Inspirasi adalah alasan pertama saya menulis buku ini. Alasan
kedua.
Setiap orang
bisa
belajar.
Bahkan
pintar/mampu belajar sendiri (otodidak). Tapi, seringkali proses belajar otodidak itu membutuhkan waktu yang panjang dan usaha yang keras. Adanya guru, akan membantu kita untuk belajar lebih banyak, lebih cepat dan lebih mudah. Dan sebagaimana setiap orang harus belajar, maka sebaiknya setiap orang juga harus mengajarkan ilmunya kepada orang lain. Persoalannya datang ketika tidak setiap orang mampu dan mau mengajar. Ada yang mau tetapi tidak mempunyai banyak waktu untuk mengajar. Ada yang memahami ilmunya dengan baik, tetapi tidak mampu mengajarkan
Chapter 1
kepada orang lain, hingga lain memiliki kemampuan yang sama. Dan berbagai alasan lainnya. Buku ini saya tulis, untuk melengkapi pengajaran public speaking. Karena, intensitas dan lama pertemuan dengan pengajar akan selalu terbatas. Betul tidak? Tapi, di luar pertemuan itu, anda sebaiknya terus-menerus belajar kan? Sayangnya, adakalanya guru tidak selalu bisa mendampingi anda belajar. Maka dari itu, buku ini akan menjadi sarana pelengkap bagi anda untuk dapat mempelajari ilmu public speaking. Ini alasan kedua. Yang ketiga. Saya kira, setiap orang yang berusaha, harus berusaha keras hingga mencapai batas, kan? Ini untuk meraih target maksimal yang bisa dia capai. Karena, pada prinsipnya, usaha yang setengah-setengah tidak akan memberikan hasil yang maksimal. Lagipula, kita tidak akan pernah tahu batas hasil yang mampu kita capai, bila kita hanya setengah-setengah saja dalam berusaha. Betul, tidak? Saya suka sekali menulis. Menulis tentang apa pun, karena menulis adalah bagian dari berekspresi. Tulisan saya adalah ekspresi diri saya. Tulisan saya adalah gambaran siapa saya. Tulisan saya adalah cermin siapa saya. Di samping,
menulis
adalah
sarana
Chapter 1
berkomunikasi,
menyampaikan gagasan kepada orang lain. Menulis tentang apa-apa yang sedang saya pikirkan/renungkan, menulis puisi, sampai menulis tentang sesuatu yang ilmiah. Dan saya merasa, saya belum berusaha maksimal dalam menulis, ketika saya belum menyatukan tulisantulisan saya menjadi sebuah buku Sejak januari 2011 lalu, saya mulai menulis tentang public speaking. Kebetulan saya membuat blog khusus mengenai public
speaking
ini.
Boleh
dicek
di
http://amazingpublicspeaking.wordpress.com. Beberapa tulisan lain tentang public speaking juga ada di dalam blog pribadi saya, http://ikhwanalim.wordpress.com. Buku ini adalah penyempurnaan dari tulisan-tulisan tersebut yang disatukan. Semua ide tulisan, datang dari pengalaman saya sendiri, yang berhasil dan gagal, maupun dari kegagalan dan keberhasilan orang lain. Dan di dalam buku ini, anda akan menemukan beberapa tips dari public speaker yang sukses.
Chapter 1
Sebelum, Saat dan Setelah Public Speaking adalah suatu pembelajaran sepanjang hayat. Barack Obama tidak belajar public speaking di tahun 2008, ketika beliau akan mencalonkan diri sebagai Presiden AS. Tidak, tidak. Beliau sudah melakukan public speaking jauh sebelumnya. Sejak memberikan ceramah di berbagai tempat di daerah tempat tinggalnya dahulu. Iya, pada dasarnya kemampuan ini tidak datang begitu saja sejak lahir. Kemampuan ini adalah akumulasi pembelajaran seumur hidup, kemampuan ini datang dari latihan. Baik terhadap public speaking yang pernah dilakukan oleh diri sendiri, maupun ketika melihat orang lain melakukan public speaking. Pembelajarannya bisa didapat dari contoh-contoh baik dan buruk yang pernah dilakukan oleh diri sendiri, maupun oleh orang lain. Oleh karena itu, yang paling menjadi dasar untuk belajar public speaking adalah motivasi belajar itu sendiri. Motivasi belajar sering kali muncul dan bertahan lama, ketika kita sangat memahami seberapa pentingnya dan seberapa mendesaknya suatu ilmu untuk kita miliki bukan? Nah di bagian pertama buku ini, saya akan memaparkan beberapa alasan penting mengapa public Chapter 1
speaking itu penting. Bagian pertama itu adalah : “Motivasi Diri Anda untuk Public Speaking” Bagian pertama baru memunculkan motivasi terdalam diri anda untuk belajar public speaking. Motivasi ini penting untuk menjadi dasar kuat yang bisa bertahan dalam waktu yang
panjang
untuk
terus-menerus
belajar
public
speaking. Tapi itu baru di tataran mental saja. Untuk detail pelajarannya, sebagian besar saya jabarkan dalam bagian kedua, “Belajar public speaking”. Dalam bagian ini, teknik-teknik belajar public speaking yang baik, saya paparkan secara lengkap. Tentu saja, ini adalah persiapan kita sebelum “naik panggung” yang sebenarnya. Saya memberikan tanda kutip pada kata “panggung”, karena sesungguhnya “panggung” setiap public speaker adalah berbeda-beda. Penyiar radio tidak pakai panggung kan, tapi dia diberikan ruang waktu untuk melakukan siaran. Panggung bagi corporate sales adalah ketika bertemu dengan calon klien. Di sanalah panggung yang sebenarnya bagi dia, ketika dia harus menawarkan produk dengan sebaik-baiknya. Dan masih banyak panggung yang lain bagi jenis public speaker yang lain kan? Nah, katakanlah anda sudah mempunyai mental yang kuat dan menguasai teknik-teknik public speaking. Pada fase Chapter 1
yang berikutnya, yakni ketika public speaking itu akan dilangsungkan, sebenarnya ada tiga tahap yang menyusun rangkaian aktivitas public speaking itu sendiri. Yang pertama adalah “Sebelum naik panggung”. Bagian ketiga ini yang mempertebal kepercayaan diri anda sebelum anda naik ke “panggung public speaking”. Bagian keempat, “Ketika berada di panggung” berisi tentang apa-apa saja yang harus dilakukan oleh public speaker. Bahwa panggung adalah miliknya, itu jelas. Bahwa dia bisa public speaking dengan bermacam-macam cara, itu jelas. Itu adalah hak public speaker. Dan berbagai teknik lainnya dibahas dalam bagian ini. Bagian “Setelah turun panggung” adalah bagian kelima, dimana bagian ini mengilustrasikan bagaimana seorang public speaker harus bersikap professional, agar order public speaking terus-menerus
datang
kepadanya.
Serta
etika-etika
seorang public speaker professional. Kita tidak boleh memandang public speaking secara sempit. Seakan-akan hanya MC (master of ceremony) yang membutuhkan kemampuan ini. Padahal, sesungguhnya banyak profesi mengandalkan kemampuan ini. Bahkan, banyak karir bergantung pada kemampuan ini. Bagian keenam, membahas beragam profesi yang terkait public Chapter 1
speaking: “Profesi yang butuh kemampuan public speaking” Bagian
terakhir
mencoba
menjelaskan
lembaga
pendidikan public speaking yang kami dirikan: “Tentang Amazing Public Speaking School”
Chapter 1
Daftar Isi Tiga Pendahuluan Suatu Waktu Di Pelatihan Komunikasi .……………..chapter 1 Mengapa Saya Menulis Buku Ini……………………….. chapter 1 Sebelum, Saat dan Setelah …………………………..........chapter 1 Motivasi Diri Anda untuk ber-Public Speaking! Public Speaking itu makhluk apa? ……………………..chapter 2 Mengapa harus Public Speaking? ………………….…..chapter 2 PS meningkatkan nilai tambah diri anda ………..….chapter 2 Kaya dari Public Speaking ………………………………...chapter 2 Jembatan itu bernama: Public Speaking ……………chapter 2 Belajar public speaking Ibarat Belajar Renang ……………………………………….chapter 3 Tidak Harus Menjadi Orang Lain ……………………….chapter 3 Satu Kata, Satu Kalimat, lalu Satu Paragraf ………...chapter 3 Optimalkan Metode Mind-Mapping …………………..chapter 3 Langkah Ber-Mind Mapping ……………………………...chapter 3 Big Picture - Details - Big Picture ………………………chapter 3 Sebelum naik panggung Kita juga perlu rasa takut,koq ………………………...…chapter 4 Chapter 1
Jangan Terburu-Buru ……………………………………….chapter 4 Bahan Baku Public Speaking ……………………………..chapter 4 Grogi itu Punya Siapa? ……………………………………...chapter 4 Ketika berada di panggung Menjadi Entertainer di Panggung Presentasi ……..chapter 5 FOR dan FOE, Panduan Memahami Audiens ………chapter 5 Fokuslah ke Audiens, bukan Layar Presentasi! …..chapter 5 Outfit yang Pas untuk Presentasi ………………………chapter 5 Aslinya Foto untuk Presentasi …………………………..chapter 5 So, The Stage is Yours ……………………………………….chapter 5 Lima Langkah Memperbaiki Presentasi …………….chapter 5 Setelah turun panggung Menjadi Public Speaker Profesional …………………..chapter 6 Profesi yang butuh kemampuan public speaking Moderator yang Simple dan Smoothly ………………..chapter 7 Menjadi Resepsionis Andal ……………………………….chapter 7 Ramahnya Penyiar Radio ………………………………….chapter 7 MC Pernikahan yang Pandai Menyambut Tamu …chapter 7 Memperkenalkan Produk Baru………………………… chapter 7 Komentator Sepak Bola yang Informatif ……………chapter 7 Chapter 1
Guru yang Bisa Menjelaskan ……………………………..chapter 7 Memenangkan Kontes Debat …………………………….chapter 7 Sumber-Sumber Inspirasi Tentang Amazing Public Speaking School
Chapter 1
Motivasi Diri Anda untuk ber-Public Speaking!
Chapter 1
Public Speaking itu makhluk apa? Berbagai pidato telah mengubah dunia. Salah satu di antaranya adalah di kampanye Barrack Obama “Yes, we can!” Pidato-pidato Obama di berbagai kampanye di pemilihan umum presiden Amerika Serikat (AS) telah mengubah persepsi warga AS kebanyakan bahwa mereka bisa (can) mengubah (change) dan memperbaiki kondisi perekonomian Negara mereka, yang krisis sejak 2008. Dan pidato Obama, adalah salah satu bentuk public speaking. … Pidato “The Change is Within Reach” … Change is a health
care plan that
guarantees insurance to every American who wants it; that brings down premiums for every family who needs it; that stops insurance companies from discriminating and denying coverage to those who need it most. … Change is giving every child a world-class education by recruiting an army of new Chapter 1
teachers with better pay and more support; by promising four years of tuition to any American willing to serve their community and their country; by realizing that the best education starts with parents who turn off the TV, and take away the video games, and read to our children once in a while. … That is what change is. That is the choice in this election. … Public speaking sesungguhnya hanyalah satu di antara sekian banyak bentuk komunikasi. Komunikasi, bisa diartikan
sebagai
proses
menghantarkan
ide/ilmu/gagasan kepada orang lain. Pelaku komunikasi disebut
komunikator,
ide/ilmu/gagasan,
dan
yang pihak
menghantarkan yang
menerima
ide/ilmu/gagasan tersebut, disebut komunikan. Berbagai bentuk komunikasi lainnya dapat dilakukan dalam bentuk tulisan, pembicaraan empat mata, situs jejaring sosial, surat elektronik (electronic mail, e-mail), komunikasi jarak jauh (televisi, telepon), dan lain sebagainya.
Chapter 1
Public speaking dilakukan sebagai salah satu cara berkomunikasi di berbagai bidang: bisnis, pendidikan, politik, dan seterusnya. Fungsinya juga bermacam-macam: customer service (pelayanan pada konsumen), speech (pidato), presentasi penjualan, technical presentation, menjadi presenter/master of ceremony (MC), presentasi rencana bisnis, negosisasi politik, negosiasi bisnis, termasuk bagaimana dosen/guru mengajar di depan kelas. Masih
ingat
bagaimana
produk-produk
Apple
Inc
diperkenalkan ke public? Steve Jobs, CEO (chief executive officer, di Indonesia disebut sebagai direktur utama) Apple Inc memperkenalkannya sendiri ke khalayak ramai. Beliau menggunakan
auditorium,
membuat
panggung
di
dalamnya, mengundang banyak hadirin, termasuk di antaranya wartawan, dan memperkenalkan produknya seorang diri. Benar-benar seperti seorang salesman. Dan apa yang dilakukan oleh Steve Jobs, juga termasuk public speaking.
Saya
kagum
dengan
beliau
dan
selalu
menyebutkan beliau sebagai contoh, salah seorang public speaker yang sukses. Beberapa orang merasakan, bahwa public speaking adalah sesuatu yang sangat sulit untuk dilakukan. Mereka, bingung ketika berada di depan mikrofon. Mereka Chapter 1
gemetar berada di depan hadirin. Katanya, lutut terasa bergetar ketika berada di depan banyak orang. Padahal, mereka belum bicara apa-apa. Sedang di sisi lain, hadirin sedang menanti apa yang ingin mereka sampaikan. Katanya, untuk dapat menjadi pembicara sukses, caranya cuma tiga. Hanya ada tiga langkah sederhana. Katanya. Pertama, yakinkan diri anda bahwa anda bisa. Tanpa keyakinan, anda bukan apa-apa sebelum maju ke panggung, dan tetap tidak menjadi apa-apa setelah turun dari panggung. Anda harus yakin dan meyakinkan hadirin di hadapan anda. Kedua, persiapan anda harus matang. Persiapan yang tidak
matang
akan
mengarahkan
anda
pada
ketidakyakinan anda pada materi yang anda sampaikan. Anda akan bertanya-tanya, benar ga siy yang saya sampaikan ini? Saya merasa orang di depan saya ini, tahu bahwa saya tidak yakin dengan apa yang saya sampaikan. Dan seterusnya, dan seterusnya. Persiapan yang tidak matang, hanya akan mengarahkan anda pada penyesalan. Terakhir, lakukan latihan terus-menerus sebelum anda melakukan public speaking. Karena, jam terbang anda akan sangat menentukan kesuksesan anda di panggung. Berlatihlah di hadapan rekan-rekan anda. Minta Chapter 1
koreksi dari mereka, sebagaimana anda akan mampu merasakan, bagian mana yang kurang dan bagian mana yang berlebihan. Berlatihlah terus-menerus, dan lakukan public speaking terus-menerus. Itu akan menyempurnakan kemampuan anda.
Chapter 1
Mengapa harus Public Speaking? Public speaking
adalah salah satu metode dalam
menyampaikan ide/ilmu/gagasan kepada orang lain, hingga mereka/dia melakukan sesuatu hal atau terjadi perubahan dalam diri mereka/dia. Metode komunikasi ini hanyalah salah satu di antara berbagai metode lainnya. Dan seperti berbagai pilihan lainnya, anda cukup memilih satu saja. Dan mengapa harus public speaking? Berikut ini adalah gagasan kami, mengapa anda harus memilih metode ini untuk menyampaikan pendapat anda. Ide. Ini adalah alasan yang pertama. Setiap orang punya ide. Ide ada dalam kegiatan manusia. Ide mengalir dalam kegiatan manusia. Manusia berjalan dan bertindak. Ada ide disana. Manusia melihat dan mendengar. Ada ide juga. Manusia membaca dan bercerita. Masih ada ide disana. Pendeknya, semua kegiatan manusia akan memberi inspirasi dan menghadirkan ide. Dan ide yang masuk, akan dialirkan pula kepada orang lain. Melalui kegiatan yang sama seperti bagaimana ide itu datang. Menulis, berbicara, bertindak, dan lain sebagainya. Setiap orang punya ide, dan mereka ingin berbagi tentang ide mereka.
Chapter 1
Komunikan. Ini yang menjadi alasan kedua. Dua pelaku dalam komunikasi adalah komunikator dan komunikan. Komunikator punya ide, dan ingin idenya sampai kepada komunikan. Komunikan pun beragam jumlah dan macamnya. Komunikan bisa saja seorang diri, bisa pula hadir belasan orang di hadapan komunikator. Bisa juga seperti siswa di ruang kelas : 30-40 orang. Lebih luas lagi, komunikan bisa berjumlah ribuan orang. Macam
komunikan
juga
beragam.
Beragam
dari
pengalamannya (FOE, frame of experience) dan beragam dari pengetahuan yang mereka dapat (FOR, frame of reference). Komunikan ada yang biasa mengerjakan teknis-teknis di lapangan, ada juga yang sangat biasa merumuskan teori-teori di dalam ruang kelas dan ruang akademisi lainnya, bahkan ada komunikan yang seharihari berkutat dalam tataran filosofis. Pekerjaan mereka hanya
berfilosofi
dari
hari
ke
hari.
Pengalaman
membentuk FOE, dan FOE telah membentuk para komunikan. Komunikan memiliki bermacam referensi yang berbeda. Keluarga pernah bercerita kepada mereka. Teman sebagai tempat berbagi. Lingkungan pendidikan mengajak mereka berdiskusi. Lingkungan pergaulan juga menjadi referensi Chapter 1
bagi mereka. Berbagai referensi yang dimiliki, telah membentuk
para
komunikan.
FOR
membentuk
komunikan. Ada kalanya komunikan dengan terus terang menyatakan ingin terlibat dalam komunikasi. Semua terbaca dari tingkah laku. Eksplisit melalui lisan, atau implisit melalui tindak-tanduk. Antusias mendengarkan, bersikap ingin tahu. Ada juga yang diam-diam tidak peduli. Mereka ingin lebih diperhatikan, oleh para komunikator, baru mereka terlibat lebih dalam kegiatan berkomunikasi. Semuanya adalah komunikan, dan komunikan yang berbeda-beda karakternya, harus diperlakukan secara berbeda oleh komunikator. Efisiensi.
Faktor
ketiga
dalam
memilih
bentuk
komunikasi adalah tingkat kesederhanaan bentuk komunikasi itu sendiri. Seiring dengan banyaknya komunikan kita dan jarak (distance) yang harus ditempuh untuk menyampaikan gagasan, sementara di sisi lain begitu terbatasnya waktu dan begitu mahalnya upaya untuk
melakukan
komunikasi,
berbagai
alternatif
kemudian muncul. Banyak komunikan harus mendengar, dan kemudian melakukan. Tentu berat sekali apabila komunikator harus menemui komunikan satu demi satu Chapter 1
supaya tiap-tiap orang melakukan perubahan. Dan melakukan ini, berarti menempuh akumulasi jarak yang luar biasa jauh, dan waktu yang luar biasa banyak untuk menghampiri tiap komunikator. Padahal,
hanya
mengkomunikasikan
ada ide
sedikit
jeda
dengan
di
saat
antara dimana
perubahan/tindakan itu dibutuhkan. Di sini, begitu terbatasnya waktu untuk berkomunikasi. Biaya tinggi komunikasi akan muncul manakala setiap komunikan harus ditemui satu demi satu. Manakala semua kegiatan komunikasi begitu memboroskan waktu. Tapi, masih adakah bentuk komunikasi yang dapat menyederhanakan, memudahkan dan menyelesaikan berbagai masalah itu semua? Dan public speaking adalah satu jawaban. Public speaking memudahkan ide/gagasan/ilmu yang sudah ada untuk ditransfer kepada komunikan. Public speaking dapat menjawab
berbagai
problem
yang
muncul
terkait
komunikan: berapa dan seperti apa komunikan. Terutama, bagaimana public speaking dapat menjadi solusi bagi anda dalam menyampaikan ide kepada sejumlah orang dengan cara
yang
efektif
dan
efisien.
Public
speaking
menyederhanakan pemborosan waktu, tenaga, jarak dan Chapter 1
biaya komunikasi hanya dalam satu kali komunikasi saja. Betapa tidak, kepada semua komunikan yang harus mendengarkan, kita dapat memangkas semua jarak untuk menemui komunikan, hanya dengan mengumpulkan komunikan dalam satu tempat! Public speaking telah menjawab berbagai permasalahan komunikasi yang selama ini telah mengganggu anda. Dan tidak hanya mengatasi permasalahan, public speaking juga telah membuktikan, bahwa metode ini adalah yang paling efisien
untuk
menyampaikan
ide/gagasan/ilmu
kepada khalayak. Jadi, mengapa anda tidak belajar dan menggunakan metode public speaking saja? :)
Chapter 1
Public Speaking meningkatkan nilai tambah diri anda Beberapa orang memandang komunikasi itu tidak penting. Orang-orang seperti ini mengutamakan action, biasanya. Dan pada kenyataannya, mereka memang tidak salah. Action adalah kegiatan yang akan memberiikan hasil. Bukan kegiatan komunikasi, apalagi komunikasi yang berbusa-busa tapi tidak efektif. Sebagian kecil yang lain, biasanya take action dulu, baru berkomunikasi. Beberapa yang lain, mengagung-agungkan komunikasi. Terutama komunikasi untuk leadership. Katanya, dengan komunikasi yang tepat, mereka akan bisa membuat orang lain berubah –untuk melakukan sesuatu. Komunikasi bisa membuat orang-orang take action, kata mereka. Yang ini juga tidak salah, komunikasi untuk leadership memang benar adanya seperti itu. Bila kita bicara sebagai bagian dari organisasi, tentunya kita semua menghendaki agar organisasi kita dibangun dari dalam. Dibangun dari ide segar orang dalam dan dengan action orang dalam. Untuk hal yang satu ini, keduanya dijembatani oleh public speaking yang efektif dan efisien. Efektif karena ide tersampaikan pada target Chapter 1
komunikan dan efisien karena tidak memboroskan biaya dan waktu. Dari sini, organisasi akan lebih sehat karena semua sumber daya berasal dari dalam dan dijalankan oleh
orang
dalam
sendiri.
Jadi,
komunikasi public
speaking yang tepat adalah ciri-ciri organisasi yang sehat. Akan tetapi, tidak hanya organisasi yang akan mendapat nilai tambah dari public speaking. Diri anda, sebagai public speaker juga akan mendapatkannya. Orang-orang lain tidak hanya melihat anda dari bagaimana anda take action saja. Tapi mereka juga akan memperhatikan bagaimana anda
berkomunikasi.
Dan
keduanya, action dan
komunikasi, akan membantu anda dalam karir, dengan sangat mudah. Menjadi public
speaker, tidak harus
berarti menjadi
MC, master of ceremony. Tidak harus juga berperan sebagai pembawa acara. Banyak sekali profesi yang membutuhkan kapasitas untuk berbicara di depan umum. Dan
itu
tidak
hanya
di
dunia entertainment saja,
dimana public speaking yang baik akan membantu anda dalam karir. Tapi termasuk ketika anda bekerja di bidang lain. Baik anda bekerja di perusahaan, atau menjadi aktivis sosial, atau menjadi pegawai pemerintahan, dan lain Chapter 1
sebagainya, prestasi dan karir anda akan ditunjang oleh bagaimana anda menyampaikan pendapat. Baik dalam konteks kepemimpinan (leadership), atau hanya sekedar mengemukakan pendapat saja. Khususnya komunikasi dengan public speaking. Ingat, ide yang baik/segar/kreatif, tidak akan menjadi demikian adanya kan, bila tidak bisa dipahami oleh orang lain? Oleh karena itu, sadarilah bahwa public speaking itu penting. Dan latihlah diri anda untuk menjadi public speaker yang handal. Karena public speaking yang baik akan memberikan nilai tambah diri anda di hadapan orang lain.
Chapter 1
Kaya dari Public Speaking Siapa yang tidak kenal olga syahputra? presenter ini selalu diminta menjadi pembawa acara oleh berbagai stasiun televisi. Bukan cuma karena kocaknya, tapi juga karena ke-lihai-annya memandu acara. Meski selalu menjadi bulan-bulanan Raffi Ahmad di suatu acara musik televisi swasta nasional, tapi Olga selalu di hati para pemirsa. Dan jangan heran, kalau sekali waktu, anda nongkrong di depan televisi seharian saja, maka anda akan melihat wajah olga hampir di semua acara televisi. Pagi di acara musik, kemudian siang hari di acara yang lain, sore juga masih tampil, malam kemudian ikut menjadi presenter. Beliau tentu seorang presenter profesional. Artinya, kocak dan pandai memandu acara di atas panggung, tetapi profesional bila bekerja sama dengan pihak penyelenggara acara. Tiga hal ini yang membuat public speaking selalu menjadi rezeki bagi Olga Syahputra. Itu baru public speaking dari seorang presenter. Padahal kemampuan public speaking bukan cuma milik presenter seorang saja.
Kemampuan public speaking adalah
kemampuan yang sebaiknya dimiliki oleh setiap orang yang ingin sukses di karir masing-masing. Kebetulan, salah Chapter 1
satu karir tersebut adalah presenter. Sebaiknya kita berpandangan luas dengan beranggapan bahwa tidak hanya presenter yang membutuhkan kemampuan public speaking. Insinyur di perusahaan juga membutuhkan, koq. Mereka kan harus presentasi secara teknis dan detail pekerjaan kepada tim kerja, atasan dan kepada rekan sejawat. Baik tentang rancangan konsep mereka, atau pun ketika melaporkan hasil pekerjaan. Benar tidak? Kesuksesan para insinyur menjadi semakin mantap ketika mereka mampu merancang, melaksanakan dan melaporkan apa yang mereka kerjakan. Apalagi ketika hasil pekerjaan nyaris mendekati rancangan yang sudah dibuat. Kalau sudah begini, karir akan gampang melesat naik. Saya berikan satu ilustrasi yang menarik. Dari profesi insinyur teknik sipil. Insinyur ini baru akan mengerjakan proyek pembangunan, bila sudah ada tawaran dari pemilik
proyek.
Bisa
pemerintah
maupun
swasta.
Pertama-tama, pihak pemilik proyek mencari arsitek yang mampu merancang bangunan yang diinginkan. Sesuai spesifikasi, yang diawali dengan studi pendahuluan. Nah, tahap pertama ini diakhiri dengan adanya suatu gambar rancang bangunan dari sang arsitek. Chapter 1
Dari rancangan yang sudah ada, kemudian ditawarkan kepada kontraktor bangunan, dimana terdapat insiyur teknik sipil di dalamnya. Sang insinyur kemudian akan membuat rancangan versi teknik sipil, lengkap dengan rencana anggaran dan belanja (RAB). Rancangan dan biaya ini kemudian dipresentasikan kepada pemilik proyek. Bila pemilik proyek setuju, pembangunan baru akan dilakukan. Selalu akan terjadi perbedaan rancangan arsitektur dengan realisasi teknik sipil di lapangan nantinya. Sejauh apa insinyur teknik sipil mampu mewujudkan
bangunan
tersebut,
ternyata
sangat
didukung oleh kemampuan komunikasi public speaking. Karena banyak pihak harus diyakinkan. Mulai dari penyedia
(supplier)
bahan
bangunan,
renegosiasi
anggaran dengan pemilik proyek, meyakinkan arsitek bahwa teknologi bangunan harus disesuaikan dengan rancangan arsitek, dan lain sebagainya. Bahkan, menurut informasi
dari
seorang
rekan
arsitek,
kesesuaian
rancangan arsitek dengan bangunan yang sebenarnya, bila mencapai 70% saja sudah suatu hasil yang bagus. Nah, jika angka ini mampu dicapai, bahkan lebih, serta disampaikan dalam presentasi akhir di depan pemilik proyek, tentu ini akan berujung pada nama baik insinyur teknik sipil kan? Chapter 1
Kalau
sudah
begini,
order
pembangunan
akan
berdatangan Karir karyawan di bagian corporate sales pun sangat dilihat dari kemampuan mereka menjual. Karena, seperti kita tahu, pekerjaan corporate sales adalah menawarkan produk/jasa ke perusahaan lain. Dan berhasil tidaknya mereka, tentu sangat dipengaruhi oleh kemampuan menawarkan bukan? Nah, melakukan penawaran kepada calon konsumen kan salah satu bentuk public speaking. Dan sebagai orang pemasaran, kinerja mereka dilihat dari seberapa banyak produk/jasa yang mampu mereka jual. Berhasil menawarkan, berarti akan berhasil menjual, berarti karir bisa menanjak lebih cepat. Penyanyi handal tidak hanya bersuara bagus. Tidak cuma paham musik. Tapi juga bisa menguasai audiens, menenangkan audiens, menguasai keadaan panggung, tidak hanya diam di satu bagian panggung saja, dan lain sebagainya. dan semua kemampuan itu termasuk public speaking. Ini yang membedakan satu penyanyi dengan penyanyi yang lain. Ini juga yang membedakan penyanyi kelas dunia dengan penyanyi kelas kampung. Yang membedakan mereka yang akan berkarir cemerlang atau
Chapter 1
tidak. Yang membedakan mereka yang akan terus bersinar atau cepet meredup. Makanya, perkuat kemampuan public speaking anda. Supaya anda bisa mendapat rezeki berlebih, jabatan tinggi, karir yang melesat dengan kemampuan public speaking anda :D
Chapter 1
Jembatan itu bernama: Public Speaking Apakah
anda
pernah
menyaksikan
video
tentang
bagaimana jembatan gantung antar dua tebing diciptakan? Bila belum pernah, saya coba mengilustrasikannya di sini. Pertama, dua orang yang akan membuat jembatan bersama-sama naik ke satu tebing saja. Dari sini, mereka menembak paku bertali yang menghubungkan satu tebing dengan tebing lainnnya. Salah seorang di antara mereka kemudian menyeberang ke tebing lain, dengan cara merayap di atas tali. Tapi dia tidak hanya merayap saja, melainkan membawa beberapa utas tali yang lain beserta paku/pasak dan dua tiang kayu, tentu saja. Berarti, sudah ada dua utas tali yang menghubungkan dua tebing. Kemudian, tali kedua dipasak dengan kuat di tebing yang baru bersama dengan tiang di masing-masing ujung tali. Kedua tali ditarik kencang di bagian bawah masing-masing tiang, lalu diikuti dengan mengencangkan dua utas tali yang terikat di bagian atas tiang. Kini, kedua tebing terhubung dengan 4 utas tali yang terikat pada 2 tiang. Langkah selanjutnya adalah membuat anyaman tali antar bagian bawah keempat tiang. Langkah ini akan lebih Chapter 1
mudah, karena sudah ada dua utas tali terulur kencang. Tentu akan lebih aman bagi para pembuat jembatan. Sedikit demi sedikit, tali menganyam dua tali yang lain. Menghubungkan dua tali yang terulur, dari ujung tebing yang satu menuju ujung tebing yang lain. Nah, selesai sudah. Banyak orang kini bisa menyeberang menggunakan jembatan tali tersebut. Jembatan ini kian aman, karena yang menyeberang bisa berpegangan pada dua tali yang terulur di sisi samping jembatan, selain ‘lantai’ jembatan yang kuat, karena terdiri dari anyaman tali. Tebing
pertama,
dapat
kita
analogikan
sebagai
komunikator, atau orang yang ingin menyampaikan ide/gagasan. Sedangkan tebing kedua adalah, orang yang diharapkan untuk mendengar ide, atau kita sebut komunikan. Orang yang menyeberang menggunakan jembatan tali ini, dari satu tebing ke tebing yang lain, dapat kita sebut sebagai ‘ide’, atau ‘gagasan’, dan lain sebagainya. Sedangkan jembatan tali adalah penghubung antara komunikator dan komunikan, sehingga ide bisa sampai dengan baik. Jembatan tali ini, dapat kita sebut dengan Public Speaking.
Chapter 1
Nah, dari sini kita bisa menggunakan analogi di atas, untuk mengetahui apa sesungguhnya kegunaan suatu public speaking bagi anda. Jadi, bila anda punya suatu ide/gagasan, yang ingin anda sampaikan kepada orang lain, maka disanalah guna suatu public speaking. Ibarat jembatan tali yang sudah saya ilustrasikan di atas, public speaking akan sangat membantu anda. Dalam hal, menyampaikan ide anda kepada orang lain. Tentu saja, ini bukan hanya tentang menyampaikan ide. Tapi ini adalah tentang membuat orang lain memahami apa ide yang kita miliki. Lebih lanjut, ini adalah tentang bagaimana menggerakkan orang lain. hanya dengan kekuatan dari komunikasi ide milik kita dan dari kita. Semua ini seperti sebuah jembatan yang menghubungkan orang yang satu (komunikator) dengan orang yang lain (komunikan). Jembatan itu bernama: public speaking!
Chapter 1
Belajar public speaking
Chapter 1
Ibarat Belajar Renang Saya yakin, orang yang di-cemplung-kan ke air pasti bisa berenang. Kalau dia tidak bisa renang, dia akan berusaha supaya tetap mengapung. Dia akan menggerak-gerakkan tangan dan kakinya. Kalau masih kelelep (bahasa jawa: air terus-menerus masuk lewat mulut dan hidung, orang yang akan tenggelam biasanya diawali dengan ini), berarti dia masih kurang usaha untuk terus bergerak di dalam air. Tapi seseorang tidak harus dilempar dulu ke kolam baru bisa berenang kan? Pasti ada caranya supaya bisa berenang tapi tidak dengan cara dilempar ke air. Ya tidak? Caranya? Ya belajar. Mulai di kolam yang tidak dalam, belajar mengapung dulu, atau belajar menggerakgerakkan kaki di air dulu atau diajar oleh pelatih renang, dan seterusnya. Yang jelas, tidak dengan baca buku "cara berenang yang baik", saja kan? Iya, karena orang yang cuma tahu teori, tidak pernah praktik, maka dia tidak bisa menjalankan teori itu. Anda tahu tidak, dalam otot-otot kita ada sel syaraf juga. Dan disinilah ilmu itu (juga) disimpan. tidak semuanya ada di syaraf otak. Hasil belajar dari baca buku atau dari kelas, biasanya disimpannya di otak. Tapi hasil belajar lewat Chapter 1
pengalaman, atau lewat otot, disimpannya di syaraf di otot-otot kita. Dan keterampilan itu ilmunya disimpan di sel syaraf otot, bukan di sel syaraf otak. Makanya, orang yang cuma baca, tapi tidak melakukan, maka dia tidak akan belajar apa-apa dan dia tidak akan bisa apa-apa. Sama seperti belajar renang lewat baca buku, public speaking juga seperti itu. Orang yang cuma membaca buku "bagaimana berbicara di depan publik” tidak akan bisa melakukan public speaking. Percaya deh. Kemampuan ini, cuma datang dari tiga kata: latihan, latihan, dan latihan. Tapi latihan sendiri saja, percuma. Kalau tidak ada yang memberiikan feedback (umpan balik, saran, masukan, dll). Kalau tidak ada yang memberiikan kritik dan saran, tetap saja percuma. Latihan sendiri di kamar? Percuma, karena tidak ada audiens. Latihan di depan cermin? Iya bisa menyempurnakan penampilan kita. Tapi yang melihat, memberii saran dan kritik, tetap saja cuma diri kita sendiri lho. Hajar langsung tanpa latihan? Ya tidak baik juga, yang ada kita tidak tahu selera audiens. Kita tidak tahu cara public speaker terbaik melakukannya. Seperti kita tidak tahu bagaimana
seorang
Steve
Jobs,
Chapter 1
CEO
Apple
Inc,
mempersiapkan diri untuk sebuah public speaking. seakan kita
tidak
tahu
bagaimana
Martin
Luther
King
mempersiapkan pidatonya yang termashyur itu: I Have a Dream. … I Have a Dream (by Martin Luther King) … I have a dream that one day this nation will rise up and live out the true meaning of its creed: "We hold these truths to be selfevident, that all men are created equal." I have a dream that one day on the red hills of Georgia, the sons of former slaves and the sons of former slave owners will be able to sit
down
together
at
the
table
of
brotherhood. I have a dream that one day even the state of Mississippi, a state sweltering with the heat of injustice, sweltering with the heat of oppression, will be transformed into an oasis of freedom and justice.
Chapter 1
I have a dream that my four little children will one day live in a nation where they will not be judged by the color of their skin but by the content of their character. I have a dream today! I have a dream that one day, down in Alabama, with its vicious racists, with its governor having his lips dripping with the words of "interposition" and "nullification" - one day right there in Alabama little black boys and black girls will be able to join hands with little white boys and white girls as sisters and brothers. I have a dream today! I have a dream that one day every valley shall be exalted, and every hill and mountain shall be made low, the rough places will be made plain, and the crooked places will be made straight; "and the glory of the Lord shall be revealed and all flesh shall see it together." …
Chapter 1
Maka dari itu, belajar public speaking itu ibarat belajar berenang. Mungkin bisa kalo dipaksakan sendiri, tapi percayalah hasilnya tidak akan maksimal. Belajarnya juga bukan dengan membaca buku teori (saja). tapi juga dengan berlatih. Berlatih juga tidak hanya berlatih sendiri, sebaiknya selalu berlatih bersama orang lain. sehingga ada saran dan kritik yang membangun. Salam sukses
Chapter 1
Tidak Harus Menjadi Orang Lain Anda tidak perlu menjadi seorang Steve Jobs untuk berhasil menjual produk anda. Anda tidak harus menjadi seorang Charles Bonar Sirait, ketika anda membawakan berbagai acara. Anda tidak harus seperti Rhenald Kasali, yang begitu sederhana menyampaikan materi-materinya di berbagai kesempatan kuliah. Yang hanya harus adalah, anda harus menjadi diri anda sendiri ketika anda melakukan suatu public speaking. Salah satu hal yang paling menarik dari public speaking adalah bahwa setiap pribadi memiliki gayanya masingmasing. Entah sebagai pendidik, sebagai pimpinan organisasi, atau sebagai penyiar radio sekalipun. Dan berbagai profesi lainnya. Perbedaan-perbedaan antar pribadi ini yang kemudian, menjadi salah satu daya tarik mengapa seorang hadirin bisa datang ke forum dimana anda menjadi public speaker. Karena, pada dasarnya setiap audiens akan selalu berusaha memahami apa yang disampaikan oleh public speaker. Sejak mereka berniat untuk menghadiri acara yang terdapat aktivitas public speaking di dalamnya, sejak itu pula mereka akan berusaha menyesuaikan diri dengan Chapter 1
bagaimana gaya atau tipe public speaker menyampaikan gagasannya. Betul tidak? Ini di satu sisi audiens. Dari sisi public speaker, cuma ada dua yang sesungguhnya harus mereka siapkan. Yang pertama, penguasaan terhadap materi. Penguasaan materi ini hendaknya mampu
meningkatkan
kepercayaan
diri
public
speaker. Ibarat presentasi penelitian, presenter yang telah melakukan tugas penelitian, yang mereka sangat meyakini kebenaran hasil penelitian tersebut, tentunya tidak perlu malu dan canggung lagi. Kenapa? Karena mereka sendiri yang melakukan penelitian tersebut, mencari pustakapustaka terkait lalu menganalisis hasil penelitian masingmasing. Dari sini, kepercayaan diri seharusnya sudah mulai muncul. Ini contoh saja. Kedua, pemahaman terhadap penguasaan audiens akan materi yang ingin disampaikan. Salah satu fungsi public speaking adalah memberikan materi baru. Dengan kata lain, memberikan sesuatu yang baru. Dan ibarat jembatan, public
speaking
berfungsi
untuk
menjembatani
pemahaman lama audiens (tebing yang satu) dan pemahaman baru yang diharapkan (tebing yang satu lagi). Nah, sebelum membangun jembatan ini di depan audiens, tugas public speaker adalah mengetahui sudah sejauh Chapter 1
mana audiens memahami akan materi atau hal tersebut. Audiens yang berupa kumpulan anak SMA tentu memiliki tingkat kedalaman pemahaman yang berbeda bukan dengan seorang professor? Audiens yang ingin menikmati acara musik, tentu berbeda bukan dibanding acara formal yang berisikan para pejabat yang hadir? Setelah melakukan persiapan sebelum public speaking, melalui dua hal di atas, sebenarnya tugas public speaker sudah selesai. Tetapi ini adalah tugas “sebelum naik panggung”. Seorang public speaker hanya perlu melakukan tugas dia yang berikutnya: melakukan public speaking “di atas panggung”, sesuai dengan karakter pembawaannya dia
saja.
Yang
paling
penting
adalah,
bagaimana
ketersampaian materi kepada audiens bisa benar-benar terlaksana. Hingga kemudian, audiens bisa diharapkan untuk melakukan sesuatu setelah pemahaman yang baru akan materi tersebut. Setelah ini, kita akan masuk ke bagian dimana anda bisa melatih diri untuk sebuah public speaking.
Chapter 1
Satu Kata, Satu Kalimat, lalu Satu Paragraf Public speaking sangat kental dengan latihan, latihan dan latihan. Seorang Steve Jobs (Chief Executive Officer Apple) saja, melatih dirinya di depan manajer pengembangan produknya (product development) selama dua hari berturut-turut, sebelum launching produk-produk Apple. Bagaimana bisa kita mengabaikan pentingnya latihan, ketika seorang CEO saja melatih dirinya selama dua hari penuh, bahkan sambil meminta masukan dari bawahanbawahannya sendiri? Berikut ini adalah beberapa tips dari saya,
tentang
bagaimana
kita
melatih
diri
untuk
sebuah public speaking. Pertama,
pastikan
anda
tidak
berlatih
sendirian.
Maksudnya, jangan sampai anda bahkan tidak bisa mengkoreksi diri anda sendiri. Lebih bagus bila ada teman yang menemani, dia akan bisa memberiikan koreksi. Atau bila tidak, gunakan cermin. Berlatihlah di depan cermin. Berlatihlah sendiri, dan lakukan koreksi sendiri terhadap latihan anda. Ini untuk melatih sistematika kata-kata yang kita
ucapkan,
sekaligus
tingkat
(pengucapan) kata-kata kita.
Chapter 1
kejelasan
lafal
Sedangkan untuk melatih penguasaan anda terhadap panggung yang disediakan, lakukan latihan sambil berjalan kesana-kemari. Seakan-akan anda sedang berada di panggung presentasi/pidato yang sebenarnya. Gunakan ruangan yang cukup luas, agar tidak membatasi gerakgerik anda. Sebisa mungkin, lengkapi semua peralatan semisal meja, kursi, pengeras suara, dan lain sebagainya. Seakan-akan anda memang sudah berada di tempat acara, ini sebagai simulasi. Boleh juga bila anda melatih diri di tempat acara yang sebenarnya anda akan melakukan presentasi/pidato. Menggunakan podium juga boleh, bila anda diminta untuk berpidato. Tapi, apabila anda benar-benar baru pertama kalinya menghadapi presentasi/pidato, pertama-tama berlatihlah terlebih dahulu untuk mengungkapkan isi hati dan isi kepala anda terlebih dahulu. Tak usah dipusingkan dengan materi yang ingin anda sampaikan. Ucapkan satu kata terlebih dahulu. Ucapkan dengan sungguh-sungguh, tegas dan jelas. Tidak perlu pengucapan yang terlalu cepat. Dan latihlah beberapa kali. Hingga anda meraih kesempurnaan. Ini untuk melatih cara anda berekspresi dulu.
Chapter 1
Kemudian, berlatihlah untuk mengucapkan satu kalimat. Diulang-ulang. Sungguh-sungguh, tegas dan jelas. Ketiga kata sifat ini penting untuk memperoleh psikologi massa dari audiens anda, nantinya. Anda boleh memilih kalimat apapun, pokoknya yang sedang terpkirkan atau yang sedang dirasakan. Public speaking yang baik akan mentautkan hati dan pikiran sang pembicara agar audiens bisa memahami pesan yang ingin dikomunikasikan. Tutup latihan anda dengan berbicara sungguh-sungguh, tegas dan jelas, sebanyak satu paragraf. Satu inti pesan untuk satu kalimat. Gunakan beberapa kalimat yang berhubungan (paragraf) untuk membentuk satu arti. Bila anda benar-benar memasukkan perasaan anda ke dalam kalimat-kalimat yang anda ucapkan, biasanya (saya seringkali mengalami hal ini) pesan yang ingin anda
komunikasikan
akan
benar-benar
dapat
dirasakan oleh audiens, hingga menggetarkan sukma mereka! Demikian,
mudah-mudahan
dapat
memunculkan
keberanian anda untuk menjadi public speaker! Ingat cara melatihnya : Satu Kata, Satu Kalimat, lalu Satu Paragraf.
Chapter 1
Optimalkan Metode Mind Mapping Pernah tidak anda berusaha untuk mengingat sesuatu yang penting, tapi anda (entah bagaimana) tidak bisa mengingat hal tersebut? Akan tetapi, ketika anda sedikit melupakan hal tersebut, ternyata anda malah berhasil mengingatnya? Dan memang demikian cara otak kita bekerja. Tidak semua yang tersimpan dalam memori kita, bisa kita ingat (recall) dengan cara yang sistematis, bisa jadi kita harus mencari jalan lain untuk menemukannya. Pernah tidak, anda mencoba untuk mengingat nama seseorang dalam kategori tertentu, misalnya teman kampus anda dari jurusan lain? Anda berusaha mengingat siapa di jurusan lain, yang adalah teman anda, tapi anda tetap tidak bisa. Akan tetapi, ketika anda mengingat ada siapa saja teman dalam satu unit kegiatan anda, ternyata anda justru menemukannya nama seseorang yang berasal dari jurusan yang anda ingin cari. Saya pernah mengalami kejadian seperti ini, berusaha mengingat yang terkait dengan
satu
kategori
tertentu,
menemukannya di kategori lain.
Chapter 1
ternyata
malah
Dan seperti itulah cara pikiran kita bekerja. Pikiran kita tidak membuat memori terhadap sesuatu seperti sebuah rantai yang sangat panjang. Dia justru berbentuk seperti susunan terkecil tapi independen dalam otak, yaitu sel-sel syaraf itu sendiri. Dimana ada satu badan sel berukuran besar, yang memiliki beberapa tangan sekaligus. Dan tangan-tangan ini berhubungan dengan badan sel yang lainnya. Bagaimana pikiran kita bisa mengakses / mengingat memori yang lain, adalah dengan menempuh jalur menuju badan sel yang lain. Dan ini tidak harus selalu
sistematis/sekuensial/
berurutan.
Perhatikan
gambar berikut. (gambar sel syaraf) Jadi, bentuk sel syaraf yang seperti batang pohon ini — ada batang utama, cabang, kemudian dahan, dan diakhiri dengan daun — bekerja dengan mengkombinasikan kemampuan otak kiri dan otak kanan. Otak kiri yang selalu mencari keterkaitan antar hubungan, dan otak kanan yang bersifat eksploratif mencari jalan baru. Oleh karena itu, metode mind mapping ini bisa digunakan dengan
mudah
untuk
mengeluarkan/memberiikan
menyimpan informasi.
maupun
Menyimpan,
yang berarti kreatif membentuk informasi yang baru, Chapter 1
dan
mengeluarkan
menghimpun
informasi
informasi
yang
yang sudah
berarti ada
dan
menyampaikan kepada orang lain. Selain itu, masih banyak manfaat lebih besar yang bisa anda dapat, antara lain :
Merencanakan, yang berarti menghimpun kegiatan apa saja yang harus dilakukan, memperkirakan durasi lama kegiatan, menghitung biaya yang harus dikeluarkan, dst. Kreativitasnya adalah dalam mengkombinasikan kegiatan, durasi dan biaya yang tepat, murah dan singkat.
Berkomunikasi, yakni menghimpun informasi yang harus disampaikan serta berpikir kreatif untuk menyampaikan secara tepat.
Menjadi lebih kreatif,
Menyelesaikan masalah, berarti menghimpun tanda-tanda/clue serta berpikir kreatif dalam mencari solusi.
Memusatkan perhatian,
Menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiran,
Mengingat dengan baik,
Belajar lebih cepat dan efisien,
Melatih “big picture” Chapter 1
Bagaimana cara membuat mind mapping ? Anda Cuma perlu tiga hal berikut :
Kertas kosong, gunakan secara landscape (penggunaan kertas persegi panjang secara horizontal)
Pena / pensil / spidol, beberapa warna, dan
Pikiran anda
Simpel kan? Efektif dan efisien, lagi! Nah, selanjutnya kita masuk ke bagian penerapan mind mapping
Chapter 1
Langkah Ber-Mind Mapping Di tulisan sebelum ini, saya menyarankan untuk lebih banyak menggunakan metode mind-mapping. Bukan apaapa, tapi terus terang, karena metode ini lebih efisien. Dalam waktu yang relatif singkat, anda dapat menyimpan dan mengeluarkan/memberiikan informasi yang baru saja anda dapat. Tidak hanya yang baru saja anda dapat, sebenarnya. Tapi sesuatu yang sangat dalam tersimpan di memori anda, bertahun-tahun anda lakukan, setiaa hari menjadi kegiatan anda, juga bisa anda kemukakan secara sederhana dengan metode mind-mapping. Itu tentang tulisan sebelum tulisan yang sedang anda baca saat ini. Sekarang, mari kita berbicara bagaimana secara teknis, kita menggunakan metode ini. Suatu kesia-siaan ‘kan ketika anjuran sudah berikan, bila tidak diikuti dengan suatu pedoman teknis? Pertama, mulailah dengan suatu kertas kosong. Tidak harus kertas, tapi boleh juga papan tulis. Whiteboard atau blackboard sama saja. Gunakan secara landscape, begitu microsoft office word, biasanya bilang. Lalu, letakkan satu kata kunci anda di tengah-tengah kertas/papan tulis.
Chapter 1
Cukup satu kata saja, yang menurut anda, menjadi titik awal dari mind-mapping yang akan anda buat. Kedua, buatlah secara radial. Artinya, perluaslah satu kata yang sudah anda tuliskan, dengan kata-kata yang lain. Ke sekeliling kata pertama tersebut. Boleh ke kanan, kiri, atas, bawah, dan lain sebagainya. Ini namanya arah radial. Katakata ini harus memiliki hubungan dengan kata utama tersebut. Dan hubungkan kata baru tersebut dengan kata utama anda. Gunakan suatu garis, atau semacam dahan (bila ini dimisalkan dengan pohon), analogi jalan raya juga bisa kita gunakan. Jadi, pada kata yang baru, anda beri garis hubungnya. Ini adalah pada tahap kedua. Tahap ketiga, bertindak kreatiflah. Gunakan belahan otak kanan anda secara maksimal. Gunakan berbagai warna, boleh merah, hijau, biru, dan seterusnya. Dan boleh juga gunakan berbagai gambar. Sebenarnya, untuk tahap kedua tidak harus menggunakan kata. Gambar juga boleh. Pilihlah gambar yang mewakili maksud/makna yang ingin anda sampaikan. Oiya, jangan pernah mengubah tulisan yang sudah ditulis, atau gambar yang sudah dibuat. Ini adalah proses kreatif, proses yang menggunakan ide yang tiba-tiba muncul di benak anda. Jadi jangan meng-edit ide tersebut kemudian. Chapter 1
Percayalah, sebaiknya anda jangan mengubah ide anda. Tunggu saja , hasil akhirnya pasti akan bagus sekali Di tahun 1970 majalah saintifik Amerika mempublikasi hasil penelitian Ralph Haber yang menunjukkan bahwa individu dapat mengingat kembali gambar secara akurat sekitar 85 — 95 persen. Seperti quote yang biasa kita dengar “sebuah gambar senilai dengan ribuan kata”. Kita mengasosiasikan dan mengingat gambar karena gambar menggunakan berbagai macam cortical skills anda, terutama
imajinasi.
Gambar
lebih
mampu
membangkitkan ingatan daripada kata-kata, lebih presisi dan punya potensi dalam merangsang asosiasi dalam rentang yang luas (wide range of associations), karena itu akan memperkuat pikiran kreatif dan daya ingat. Dalam menyempurnakan peta pikiran yang anda buat dari waktu ke waktu, cobalah untuk selalu menyisakan ruang dari tiap mind-mapping yang pertama kali anda buat. Jadi, pada kesempatan pertama tuangkanlah seluruh isi pikiran anda, baik dari otak kanan maupun otak kiri, seluruhnya di atas kertas atau papan tulis. Kemudian, simpanlah hasil pikiran anda tersebut. Lakukan kegiatan yang lain.
Chapter 1
Di waktu yang lain, ketika pikiran anda masih segar (fresh), cobalah untuk membuka lagi mind–mapping yang sudah anda buat. Baca dengan seksama, perhatikan seluruh kata, gambar dan warna. Adakah sesuatu yang ingin anda tambahkan? Nah, begitu ada yang akan anda tambahkan,
disanalah
yang
disebut
dengan
penyempurnaan mind-mapping. Karena itu, ada baiknya bagi kita untuk menyediakan ruang kosong di tepi kertas atau papan tulis, setiap kita selesai membuat mindmapping.
Chapter 1
Big Picture — Details — Big Picture Kesempatan
berbicara
di
depan
orang
banyak,
sesungguhnya adalah sebuah kesempatan yang sangat langka. Kecuali bagi seorang dosen, saya kira. Dosen kebanyakan, tentunya. Kenapa saya berpendapat seperti itu? Karena sesungguhnya, setiap kesempatan public speaking adalah sesuatu yang sangat langka. Langka bagi para audiensnya, karena (biasanya) mereka baru sekali itu bertemu dengan sang pembicara, dan langka karena (bisa jadi) materi yang akan disampaikan tersebut juga baru mereka dapatkan. Di sisi pembicara, kesempatan untuk memenuhi harapan tiap audiens juga adalah sesuatau yang langka. Karena belum tentu dia akan memberiikan materi yang benarbenar
sama
dibandingkan
dengan
materi
yang
sebelumnya pernah dia sajikan. Selain itu, bisa jadi ada perbedaan antara audiens yang akan dia hadapi nanti, dibandingkan dengan audiens yang sudah-sudah. Di sini saya ingin menggarisbawahi, menekankan bahwasanya setiap
momentum public
adalah momentum
yang
speaking sangat
sesungguhnya langka. Karena
pembicara yang berbeda, materi yang berbeda, audiens Chapter 1
yang berbeda, waktu dan tempat yang berbeda, dan berbagai hal lainnya adalah sesuatu yang jarang terjadi. Pesan saya, tentang satu momentum yang jarang ini, berbicaralah
dalam
bahasa
yang
sederhana
dan
sistematis: big picture —details — big picture. Tiga langkah inilah yang ingin saya anjurkan kepada anda : big picture —details — big picture. Ini adalah sistematika yang akan menyederhanakan materi yang akan anda sampaikan kepada audiens anda. Mulailah dengan suatu big picture, gambaran besar. Beberapa ada juga yang menyebutnya helicopter view. Jadi seperti berada di ketinggian
tertentu
menggunakan
di
helikopter,
atas
suatu
ceritakanlah
wilayah dengan
sederhana apa yang akan anda sampaikan. Seberapa penting hal tersebut, apa kaitannya dengan hal-hal lainnya, fenomena apa yang menjadi sebab atau akibat dari hal ini, dan seterusnya dan seterusnya. Aspek terpenting dalam big picture yang pertama ini, justru semua hal yang tidak termasuk dalam lingkup materi itu sendiri. Siapa tetangga kita, apakah rumah kita di tanah datar atau di lereng, bangunan apa saja yang terlihat di sekitar rumah kita? Seperti itu kan yang akan
Chapter 1
kita lihat pada rumah kita, dari ketinggian tertentu dengan helikopter? Nah, kita masuk ke bagian berikutnya. Di sinilah saatnya kita berbicara tentang segala yang berbau detail. Segala tentang rumah kita. Bukan tentang sekitar rumah kita, atau keadaannya. Tapi tentang seberapa luas tanahnya, seberapa luas bangunannya, ada berapa tingkat, bagaimana
konsep
arsitekturnya,
konsep
desain
interiornya, apa saja bahan bangunannya, dan seterusnya dan seterusnya. Potretlah semuanya dan ceritakanlah semuanya. Dengan detail. Anda bisa menggunakan konsep 5W + 1H (what, when, who, where, why, how). Tentunya, jangan lupa untuk memunculkan sesuatu yang baru. Mudah-mudahan tidak ada audiens kita yang hadir saat ini dan di saat lain berikutnya, yang akan berkata, “wah, pembicara itu ngomongin hal yang sama. Engga ada yang baru.” Terakhir, sebagai penutup dalam presentasi atau pidato anda. Berikanlah sedikit big picture kembali, sebagai penutup yang berupa kesimpulan dan rangkuman. Jangan sampai audiens kita justru merasa pikirannya yang baru saja dibawa melanglang buana kesana kemari Chapter 1
dengan berbagai detail yang anda kemukakan, ternyata tidak menemukan titik pemberhentiannya. Selain itu, big picture yang terakhir ini adalah big picture yang berbeda dengan di awal anda berbicara. Ini adalah kesimpulan dan rangkuman dari semua materi anda kepada audiens. Mudah-mudahan bermanfaat, big picture — details — big picture ini, semoga berhasil diterapkan dengan mudah dan sederhana dalam presentasi ataupun pidato anda.
Chapter 1
Sebelum naik panggung
Chapter 1
Kita juga perlu rasa takut,koq Banyak orang merasa khawatir tidak siap ketika diminta menjadi seorang public speaker. Takut, katanya. Takut di depan tidak bisa mengeluarkan kata-kata, takut terdiam seribu basa, takut ditertawakan, takut yang disampaikan malah melebar ke mana-mana dan berbagai ketakutan lainnya. Padahal, ketakutan yang menghinggapi seorang calon public speaker adalah biasa terjadi. Pada siapapun. Baik yang sudah terbiasa, maupun yang baru menjadi public speaker. Seorang Charles Bonar Sirait pun juga mengalami ketakutan yang sama. Tapi apakah lantas, ketakutan ini adalah sebuah keburukan? Apakah lantas ketakutan harus kita hapuskan sepenuhnya dari diri kita? Keberanian adalah salah satu aspek penting yang akan menunjang sukses tidaknya kita dalam melakukan suatu public speaking. Tapi itu cuma salah satu aspek saja. Masih banyak aspek lain yang perlu kita perhatikan. Justru kita membutuhkan ketakutan untuk menyadarkan diri kita bahwa kita belum siap. Ingat, momentum public speaking
adalah
momentum
yang
sangat
jarang
sesungguhnya. Materi yang sama, audiens yang sama, tempat yang sama, pembicara yang sama adalah Chapter 1
sesuatu yang nyaris tidak akan terulang, saya kira. Jadi, setiap
kesempatan
maksimalkan.
Karena
yang
diberikan
hanya
itulah
harus
kita
satu-satunya
kesempatan. Dan untuk inilah kita perlu rasa takut. Rasa takut bahwa kita belum cukup menguasai materi kita. Rasa takut bahwa kita belum cukup berlatih. Rasa takut bahwa kita belum cukup mengenal siapa saja audiens kita, dan berbagai ketakutan lainnya. Intinya, rasa takut bahwa ketidaksiapan kita akan berujung pada hasil yang tidak maksimal, harus tetap kita pelihara. Memunculkan keberanian perlu, mereduksi ketakutan juga penting. Tapi memelihara adanya ketakutan yang tepat, juga penting agar kita dapat memberikan suatu public speaking yang maksimal.
Chapter 1
Jangan Terburu-Buru Kemarin siang, saya diminta oleh teman-teman untuk presentasi di depan kelas. Presentasi tentang konsep pemasaran dari produk roti yang ditugaskan kepada kelompok kami. Saya diminta maju seorang diri. Bukan apa-apa, kata teman-teman supaya bisa lebih berseni dan lebih dramatis. Kebetulan, audiens adalah teman-teman sekelas, jadi saya sudah tahu persis kebiasaan mereka (sebagai audiens) seperti apa. Dan saya juga tahu harus berbuat apa. Mengambil pelajaran dari kejadian sebelumnya, saya kemudian berusaha untuk tenang. Kebetulan saya juga mengenal karakter para audiens seperti apa. Sehingga dapat menerapkan treatment (perlakuan) yang tepat. Tentang apa yang saya sampaikan, saya membuat outlinenya dulu di kertas kecil. Saya menulis disana, bahwa saya harus menggugah perasaan hadirin dulu. Bahwa, makan nasi adalah budaya. Yang ditularkan oleh orang tua kita (sebagai pemilik rumah dan kepala keluarga) menjadi ritual yang sangat biasa kita lakukan. Begitu ritualnya, sehingga seakan-akan “hidup untuk makan nasi”.
Chapter 1
Kemudian, saya menegaskan kepada para audiens, bahwa pengambil keputusan, pemilik dana sekaligus pembayar transaksi makanan pokok adalah orang tua kita yang menjadi kepala keluarga. Sehingga, bila kita ingin mengubah kebiasaan makan nasi di masyarakat menjadi makan roti, kita harus mengubah persepsi kepala keluarga tentang makanan pokok ini. Selanjutnya, berbagai jurus pemasaran saya paparkan, tanpa terburu-buru. Saya berusaha memanfaatkan setiap momen dengan tepat, termasuk bila audiens ada yang nyeletuk. Ya tanggapi saja. Tidak masalah. Jangan dianggap sebagai gangguan. Yang paling penting, pesannya tersampaikan dan presentasi berjalan sebagai sebuah bentuk hiburan bagi audiens. Demikian pentingnya menjaga ketenangan diri supaya tidak terburu-buru dalam melakukan presentasi. Karena ketidaksabaran justru berbuah pada ketidaksampaian pesan yang diinginkan serta hambarnya presentasi yang anda lakukan. Presentasi yang hambar akan membuat presenter tidak diingat oleh audiens, dan terutama: pesan tidak menancap di benak audiens. Jangan terburu-buru, itu kuncinya.
Chapter 1
Bahan Baku Public Speaking Public speaking adalah suatu proses. Proses komunikasi untuk menghantarkan ide, dari komunikator kepada komunikan. Bila diibaratkan suatu pabrik, yang memiliki proses produksi, maka terdapat input dan output. Input ini adalah bahan baku yang dibutuhkan untuk menjalankan proses produksi. Sedangkan hasil produksinya, itu disebut dengan ouput. Kembali lagi ke proses komunikasi bernama public speaking. Proses ini juga memiliki input dan output. Ouput yang diinginkan adalah, tercapainya pemahaman pada komunikan/audiens untuk kemudian, mereka dapat tergerak untuk melakukan sesuatu. Tentu, karena public speaking ini adalah suatu proses, maka terdapat input pula yang harus ada sejak awal, sebagai bahan baku proses komunikasi. Input-nya adalah ide/gagasan yang ingin disampaikan. Dan ini memang sesuatu yang harus ada sejak awal. Tapi, ide tersebut tidak harus lengkap/sempurna ide tersebut sebelum anda naik ke panggung public speaking. Yang utama adalah, inti gagasan anda sebenarnya.
Chapter 1
Seperti sebuah pabrik, proses komunikasi adalah sesuatu yang membutuhkan keahlian dan pengalaman. Keahlian berarti kebisaan, kemampuan. Suatu kemampuan yang ada untuk memberiikan hasil yang diinginkan. Bukankah pabrik seperti itu? Pabrik itu kan punya standar kualitas yang ingin dicapai, bila barang tidak memenuhi kualitas maka dianggap cacat dan tidak akan dirilis ke pasar. Betul tidak? Selain itu, pengalaman adalah akumulasi proses dan waktu yang memperkuat kemampuan itu sendiri. Di pabrik,
tenaga-tenaga
berpengalaman
akan
terus
dipertahankan kan? Wajar saja, karena pengalaman mereka dalam memproduksi barang berkualitas itulah faktor penting yang mempengaruhi kualitas barang produksi. Meskipun pengalaman tidak bisa dibeli atau diperoleh dalam waktu singkat, tapi sesungguhnya pengalaman bisa dipelajari, koq. Nah, maka dari itu proses komunikasi membutuhkan kemampuan untuk memastikan kualitas penyampaian ide yang sudah ada. Selain kemampuan, pengalaman dalam menyampaikan ide adalah faktor penting bagaimana ide bisa tersampaikan. Makanya, jam terbang dalam public speaking menjadi penting Chapter 1
Tapi, proses dan bahan baku adalah dua hal yang berbeda dalam
pabrik.
Demikian
juga
dengan
komunikasi.
Prosesnya dan idenya adalah dua hal berbeda. Beda bab, istilahnya. Bahkan bisa jadi beda buku Karena, kemampuan public speaking yang mumpuni, belum tentu bisa memberikan hasil yang maksimal ketika ide-nya saja belum jelas benar. Dan sebaliknya, punya gagasan cemerlang tapi tidak bisa menyampaikan, ya jadi percuma kan punya ide? Kita kembali ke judul di atas. Bahan baku public speaking. Jadi, bahan baku yang harus dimiliki sebelum melakukan public speaking, adalah ide/gagasan itu sendiri. Apa ide saya? Itu adalah pertanyaan yang harus anda tanyakan kepada diri anda sendiri, dan anda harus menguasai jawabannya, sebelum anda naik ke panggung public speaking
Chapter 1
Grogi itu Punya Siapa? Jangan anda pikir yang grogi itu cuma mereka yang baru beberapa kali melakukan public speaking. Tidak, lho. Sebenarnya anda salah kalau berpikir seperti itu. Saya seringkali bertanya kepada mereka yang sudah sangat sering melakukan public speaking. Pertanyaan saya adalah: “masih suka grogi gak, waktu melakukan public speaking?” Nah, ternyata, yang sudah mahir dan sudah sering sekalipun, masih suka merasa grogi. Baik itu penyiar, pembicara, trainer, dan lain sebagainya. Jadi jangan salah. Si “grogi” tidak cuma memilih mereka yang baru beberapa kali melakukan public speaking. Tapi mereka tidak pandang bulu. Si “grogi” menyerang semua orang. Ternyata oh ternyata.. hehe.. Jadi, anda tidak usah takut bahwa seakan-akan hanya anda satu-satunya orang di dunia yang grogi ketika akan melakukan public speaking. Semua orang ternyata pernah (kalau tidak boleh dibilang selalu) mengalami grogi ketika akan melakukan public speaking. Jadi, ketika di antara orang-orang itu ada yang sanggup melawan rasa grogi mereka, dan tampil prima di panggung public speaking, Chapter 1
kenapa anda tidak bisa? Toh, rasa grogi milik semua orang, ‘kan? Jadi, sebenarnya memang rasa grogi ini bisa berakhir pada dua hal. Pertama rasa grogi akan terus ada sampai dengan akhir waktu menjadi pembicara/guru/moderator, dll. Tapi ada juga yang kedua, yang berhasil menekan rasa grogi tersebut hingga justru rasa percaya diri yang lebih mendominasi. Yang kedua ini yang seharusnya menjadi acuan kita. Performa kita sebagai public speaker akan lebih optimal kalau bisa meraih rasa percaya diri sekaligus menekan rasa grogi. Begitu ‘kan?
Chapter 1
Ketika berada di panggung
Chapter 1
Menjadi Seorang Entertainer di Panggung Presentasi Berkali-kali menghadiri seminar di aula kampus saya, membuat saya bertanya-tanya. Mengapa para pembicara tersebut, terutama yang hanya tampil seorang diri, seringkali membosankan? Materi yang mereka sampaikan tidaklah membosankan, sesungguhnya. Justru saya datang ke aula karena materi yang akan mereka sampaikan. Pun, siapa mereka (dikaitkan dengan materi yang akan disampaikan), mereka adalah orang-orang yang memang terkait dengan materi mereka. Entah mereka adalah seorang dosen, peneliti, praktisi bahkan pejabat terkait di topik-topik tersebut. Tapi, yang menarik hanya materinya. Tidak bagaimana mereka menyampaikannya. Bicara penting tidak penting, yang paling penting adalah materi. Itu memang benar, tidak perlu diperdebatkan. Dan ketika pesan yang ingin kita berikan pada audiens lewat materi itu sudah sampai pada target sasaran, tujuan kita sebagai seorang presenter/pembicara, sudah selesai. Tapi, tidak inginkah kita menjadi seorang entertainer di atas panggung presentasi yang menghibur dan memukau audiens kita? Nah, berikut adalah sedikit tips bagaimana Chapter 1
tidak hanya menjadi seorang presenter, tapi juga entertainer di panggung presentasi. 1.
Sadarilah
bahwa
orang-orang
datang
untuk
mendengar anda. Sebelum anda melakukan presentasi di hari-h, cobalah untuk hadir di hari gladi bersih. Sehari atau dua hari sebelumnya. Latihlah diri anda sebagai presenter di sana seorang diri. Berlatih di depan kursikursi yang tak berpenghuni. Agar di hari-h anda merasakan, bahwa audiens datang untuk mendengar anda berbicara Hal ini menjadi penting ketika anda berada di depan para hadirin, bahwa anda harus memberikan yang terbaik pada audiens anda. 2. ketika anda berada di atas panggung presentasi, sadarilah
bahwa
“semua
mata
tertuju
pada
saya”. Semua gerak-gerik, ekspresi, intonasi dan kata-kata anda. Karena audiens tidak hanya melihat layar presentasi saja, atau hanya mendengar kata-kata saja, maka gerakgerik, ekspresi juga menjadi penting. Karena itu, menjadi penting untuk mengintegrasikan sikap tubuh dan ekspresi kita bersama dengan kata-kata yang kita ucapkan dan intonasinya. Poin positifnya, pesan yang anda sampaikan menjadi lebih jelas, anda juga menghibur dan memukau audiens melalui kesatuan gerak tubuh dan kata-kata. Chapter 1
3. sampaikanlah hal-hal menarik yang membuat penampilan anda di atas panggung bisa diingat banyak orang. Sampaikanlah cerita pribadi yang anda alami. Yang menarik, tentu. Dan menarik tidak harus lucu, lho. Yang jelas harus bersesuaian dan cocok dengan dengan tema materi yang akan anda sampaikan. Atau sampaikanlah insight-insight yang muncul di sekitar kita. Insight ini adalah salah satu hal yang menarik ketika kita
mempresentasikan
materi
tentang
marketing,
misalnya. Tentang mengapa perilaku konsumen bisa berbeda-beda. Ternyata, ada perbedaan psikologis. Boleh juga bercerita tentang hal-hal yang lucu. Dan tentu, lucu di sini tidak sama dengan lucu-nya komedi-komedi kita yang ada di Indonesia. Lucunya harus cerdas. Kira-kira begitu. Bukan lucu yang menjelek-jelekkan orang lain. Bukan lucu karena jelek. 4. Isilah presentasi anda dengan sedikit penampilan, video, atau lagu. Bila perlu, sedikit menyanyi atau memainkan alat musik. Tentu, tambahan seperti ini harus disesuaikan dengan materi apa yang disampaikan. Sesuai artinya, bisa sama dengan tema presentasi. Misal, presentasi tentang bagaimana cara bermain gitar klasik, diawali dengan permainan gitar klasik terlebih dahulu. Chapter 1
Atau, sesuai juga bisa berarti ada kesamaan pesan/ kesimpulan
yang
akan/sudah
disampaikan
dalam
presentasi. Misalnya yang dilakukan oleh Steve Jobs ketika memperkenalkan
laptop
paling
tipis
di
dunia:
memasukkannya ke dalam amplop, meletakkannya di atas meja, dan kemudian mengeluarkan laptop dari amplop di hadapan audiens! Demikian, mudah-mudahan bermanfaat. Selamat menjadi Entertainer di Panggung Presentasi.
Chapter 1
FOR dan FOE, Panduan Anda Memahami Audiens “Frame
of
Reference:
The
context,
viewpoint, or set of presuppositions or of evaluative criteria within which a person’s perception and thinking seem always to occur, and which constrains selectively the course and outcome of these activities” Fontana Dictionary of Modern Thought (2nd edn: 1988) Read more: Frames of Referencehttp://www.doceo.co.uk/tools/f rame.htm#ixzz1DkbIaD7z Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial No Derivatives Saat ini, kita berada di balik panggung public speaking, menanti datangnya waktu dan tempat yang tepat untuk menghadirkan diri kita sebagai public speaker di hadapan para hadirin. Para hadirin, yang dengan sengaja sudah datang ke gedung ini, sudah siap untuk melihat dan mendengar apa yang akan kita sampaikan. Tapi tidak Chapter 1
dengan kepala yang kosong tak berisi. Melainkan dengan sejumlah pengetahuan dan pertanyaan yang sudah ada sebelumnya. Kita, public speaker, tidak akan berbicara dengan botol kosong. Hadirin tidak datang seperti bayi yang baru lahir ke dunia. Hadirin datang seperti seorang anak yang baru saja menyelesaikan pendidikan dasar atau menengahnya, atau seperti seorang sarjana yang baru saja menyelesaikan pendidikan tingginya. Mereka datang dengan asumsi tertentu, asumsi yang belum tentu sama dengan kita, frekuensinya. Syukurlah bila sama, tetapi seringkali tidak. Tapi justru di sanalah gunanya public speaking. Untuk menghantarkan
ide/gagasan/ilmu
kepada
para
komunikan, agar tercapai kesepahaman atau kemudian tindakan. Frame of Reference (FOR) dan Frame of Experience (FOE) adalah dua kategori yang melingkupi semua asumsi yang sudah mengisi hadirin di hadapan anda, public speaker. FOR adalah asumsi-asumsi yang menjadi referensi bagi para hadirin, bahkan setiap orang hadirin. Anda tahu, sewaktu kecil, kita seringkali diberi tahu tentang sesuatu oleh orang tua kita, bahkan sebelum kita melihatnya. Anda tahu, guru geografi anda menceritakan tentang suatu Chapter 1
wilayah, yang belum pernah anda kunjungi. Semua itu membentuk persepsi anda tentang sesuatu. Simak quote menarik berikut : “We are told about the world before we see it. We imagine most things before we experience them. And those preconceptions, unless education has made us acutely aware, govern deeply the whole process of perception” Walter Lippmann Public OpinionNY, Macmillan, 1922 Read more: Frames of Referencehttp://www.doceo.co.uk/tools/f rame.htm#ixzz1Dke3AqSL Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial No Derivatives Frame of Experience (FOE) adalah berbagai pengalaman yang telah dialami, atau kegiatan/aktivitas/tindakan yang pernah dilakukan, yang memberiikan persepsi pada hadirin anda. Baik sebagai pribadi, maupun sebagai kelompok. Semua FOE telah memberiikan asumsi bagi mereka, sesuatu yang perlu anda ketahui, sebelum Chapter 1
menghantar ilmu/ide anda kepada mereka. Segala hal yang dialami oleh hadirin, selama itu berupa pengalaman, kita masukkan semua ke dalam kategori ini. Kedua makhluk ini, FOR dan FOE adalah pembentuk persepsi dan asumsi hadirin kita. Sebagai public speaker, kita harus mengetahui hal ini terlebih dahulu. Ini yang mungkin membedakan, kita sebagai seorang mahasiswa S1 akan terasa lebih sulit untuk menyampaikan ide tentang penelitian ilmiah di hadapan seorang profesor ketimbang puluhan rekan-rekan kita sendiri. Karena profesor, memiliki lebih banyak FOR dan FOE ketimbang rekan-rekan mahasiswa kita yang seumuran. Simpulannya adalah, ketika anda sedang mempersiapkan public speaking anda di depan khalayak, cobalah untuk turut mencari tahu, apa saja FOE dan FOR yang sudah menghinggapi mereka sebelumnya. Dengan mengetahui kedua hal ini, akan mudah bagi kita untuk menghantarkan ide/ilmu/gagasan kita kepada mereka.
Chapter 1
Fokuslah ke Audiens, bukan Layar Presentasi Anda! Ada banyak presenter yang sangat mengandalkan layar presentasi mereka. Sejak awal menyiapkan diri untuk presentasi, mereka menuang semua bahan yang akan disampaikan, tumpah ruah ke dalam slide-slide mereka. Khawatir gambar tidak bisa menjelaskan maksud yang ingin
mereka
sampaikan,
alih-alih
mereka
justru
menuangkan paragraf ke dalam tiap slide mereka. Selain itu, mereka menghitung berapa banyak slide yang harus mereka buat berdasar asumsi awal mereka: berapa menit yang terhabiskan oleh setiap slide. Jadi misalnya disediakan
waktu
30
menit,
dengan
tiap
slide
menghabiskan waktu 2 menit, maka slide yang harus mereka
buat
adalah
15
slide!
Entah
bagaimana
mengisinya, pokoknya jumlahnya harus 15 slide, tidak boleh lebih, apalagi kurang!! Mereka mengawali presentasi dengan berdiri di hadapan audiens. Tapi hanya berdiri saja. Mereka memberiikan salam pembuka, tapi tidak menatap audiens. Kemudian mereka fokus pada layar presentasi. Mereka menceritakan semua yang terlihat di tiap slide, dan terus seperti itu pada
Chapter 1
slide-slide yang berikutnya. Rasanya, tidak ada bedanya, antara ada audiens atau tidak ada.. Biasanya, hal ini terjadi karena anggapan dari presenter sendiri, bahwa audiens adalah botol kosong. Botol yang tidak ada isinya sama sekali, dan botol yang harus dituang air “informasi” ke dalamnya. Padahal tidak sama sekali! Audiens adalah manusia hidup yang datang untuk melihat dan mendengarkan. Mereka ingin melakukan konfirmasi atas apa yang mereka ketahui sebelumnya. Atau, bila memang mereka belum mengetahui sesuatu apa pun, mereka punya rasa ingin tahu yang tinggi, dan mereka ingin rasa ingin tahu tersebut terpuaskan. Karena itu, sesungguhnya mereka ingin terlibat. Mereka bukan botol kosong yang hanya ingin mendengar dan menangkap
informasi.
Tapi
mereka
juga
ingin
mengkonfirmasi apakah informasi tersebut benar adanya. Minimal, sampai rasa ingin tahu mereka benar-benar terjawab. Bagi anda para presenter, jangan mudah ditipu oleh layar presentasi. Layar adalah alat bantu bagi anda untuk memudahkan penyampaian. Fungsi layar sesungguhnya adalah memvisualisasikan apa yang anda sampaikan. Memvisualisasikan kepada hadirin anda. Tapi inti dari Chapter 1
presentasi anda tetaplah ide anda sendiri. Ide yang ingin anda sampaikan. Oleh karena itu, jangan menumpahkan semua bahan ke dalam slide-slide presentasi anda. Slide hanyalah alat bantu. Jangan sampai alat bantu justru mengganggu anda dalam menyampaikan ide anda. Ide anda adalah prioritas yang harus tersampaikan. Dan visualisasi melalui slide presentasi hanyalah alat bantu.
Chapter 1
Mencuri Seluruh Perhatian Audiens Public Speaking ternyata memang tidak bisa asal-asalan. Mungkin
bisa,
bagi
mereka
yang
sudah
sangat
berpengalaman, yaitu yang sudah sangat sering diminta untuk berbicara di depan hadirin. Tapi tentu saja, mereka mengawali itu semua dengan belajar dan berlatih dengan serius. Hampir semua aspek dalam public speaking tidak bisa kita anggap remeh. Termasuk (dan terutama) dalam hal mendapatkan perhatian audiens. Mulai dari yang duduk di depan, hingga di belakang. Mulai dari awal, hingga akhir kesempatan public speaking yang diberikan kepada kita. Ada beberapa hal yang coba saya sarankan kepada temanteman semua, seluruh pembaca artikel ini, terkait bagaimana “mencuri seluruh perhatian audiens”: Kenali siapa audiens anda. Pada dasarnya, tidak ada waktu yang tidak tersedia bagi kita, calon pembicara untuk mencari tahu siapa saja calon audiens kita. Seberapa pun sempitnya waktu ketika kita dihubungi untuk mengisi suatu kegiatan seminar, pelatihan, kelas, dan lain sebagainya, sebenarnya selalu ada kesempatan untuk mencari tahu siapa saja calon pendengar kita. Dan Chapter 1
kesempatan ini jangan disia-siakan sama sekali. Aspek penting yang harus kita ketahui adalah apa aktivitas sehari-hari yang mereka lakukan. Berbicara di depan puluhan mahasiswa tentu berbeda dengan berbicara di hadapan para pejabat pemerintah, dan lain sebagainya. Dari sini kita bisa mengetahui, gaya komunikasi seperti apa yang layak kita bawakan. Lelucon seperti apa yang pantas untuk kita sampaikan. Bila gaya komunikasi saja sudah tidak pas, bagaimana kita akan mendapat perhatian audiens ‘kan? Kenali karakteristik audiens anda. Karakter audiens juga akan mempengaruhi apa dan bagaimana kita menyampaikan materi yang dipesan kepada kita. Karakter yang
paling
utama
adalah
bagaimana
kita
harus
berinteraksi dengan mereka. Apakah mereka cukup terbiasa untuk berdiskusi di tengah-tengah pembicaraan? Atau justru diskusi biasanya dilakukan di tanya jawab? Yang kedua, bagaimana posisi pemahaman mereka terhadap hal yang akan anda sampaikan? Apakah hal tersebut sudah demikian familiar bagi mereka, sehingga kita tidak perlu mengulanginya dari dasar? Bisa jadi sebaliknya,
kita
harus
menekankan
beberapa
hal
fundamental di awal presentasi kita kepada audiens, Chapter 1
sebelum sampai kepada inti materi. Seberapa perhatian mereka terhadap apa yang anda sampaikan, dipengaruhi juga oleh sejauh apa pemahaman mereka, disamping minat terhadap materi yang akan anda sampaikan. Hanya sebagai contoh, public speaking berupa pidato sambutan tentu saja tidak memerlukan sejauh apa pemahaman audiens akan yang anda sampaikan, cukup menjembatani saja antara pembukaan dengan inti acara. Tetapi sebaliknya dengan pengisi materi inti. Dia benarbenar harus mengetahui sejauh apa posisi pemahaman audiens, agar dapat menyampaikan materi sebaikbaiknya, setepat-tepatnya. Keduanya berbeda, tetapi tetap memerlukan perhatian yang sama kan dari seluruh audiens? Ciri-ciri audiens yang fokus pada public speaking Ketiga parameter berikut dapat menjadi tolok ukur anda sebagai pembicara, untuk mengukur seberapa perhatian audiens terhadap apa yang anda sampaikan: 1. Aura positif. Apakah anda merasakan bahwa situasi dan kondisi public speaking memiliki aura positif seperti yang anda harapkan? Bila anda berbicara dalam suatu pelatihan kepemimpinan,
Chapter 1
apakah anda merasakan munculnya semangat kepemimpinan dari para peserta? 2. Interaktif. Interaktif
disini,
sebenarnya
lebih
mengarah pada ketidakmonotonan suatu public speaking. Bisa monoton, ketika metodenya itu-itu saja. Hanya berbicara saja, bisa jadi monoton. Tidak mengajak audiens aktif, bisa jadi monoton. Hanya berdiri di satu titik saja di ruangan, bisa jadi monoton. Dan seterusnya, dan seterusnya. 3. Komunikasi dua arah. Ini adalah salah satu bentuk public speaking yang interaktif. Pelibatan kedua
fungsi
komunikator.
komunikasi: Yang
komunikan
berbicara
dan
dan yang
mendengarkan. Tidak hanya satu arah saja, tidak hanya satu pihak sebagai pembicara dan satu pihak lainnya sebagai pendengar. Tapi keduanya berbicara
dan
keduanya
mendengarkan.
Parameter ini termasuk salah satu parameter terpenting dalam kualitas anda sebagai seorang pembicara. Demikian artikel ini, semoga sukses menerapkannya bagi anda, calon pencuri perhatian seluruh audiens Salam, Ikhwan. Chapter 1
Outfit yang Pas untuk Presentasi Presentasi
adalah
soal
menghantarkan.
Presentasi
bermaksud menyampaikan pesan. Presentasi tidak hanya secara lisan dan gambar di layar. Tapi presentasi juga termasuk soal menyatukan materi presentasi dengan sang presenter itu sendiri. Karena itu, outfit sebagai bagian dari presenter, menjadi hal penting dalam presentasi. Dan ini, harus benar-benar sesuai dengan jenis presentasi yang dilakukan.
Jenis
menggambarkan
presentasi, materi
sedikit
presentasi
banyak
bisa
yang
ingin
disampaikan. Dari sini, kita menentukan outfit apa yang sebaiknya kita gunakan. (outfit: pakaian) Presentasi Akademik Dunia pendidikan kental sekali dengan penelitian dan pemaparan hasil penelitian. Setelah pendidikan Sekolah Menengah, untuk menjadi seorang sarjana, mahasiswa tersebut
dituntut
untuk
mampu
merancang,
melaksanakan, membahas dan menyampaikan penelitian dan hasilnya kepada para dosen strata 1. Pada strata 2 (S2), tuntutan penelitian juga lebih mendalam, pada bidang tertentu. Strata 3 lebih keren lagi, harus Chapter 1
memunculkan sesuatu yang baru dan tidak lagi didukung oleh pembimbing, melainkan oleh promotor. Bahasan presentasi akademik bersifat logis, empiris berdasar fakta atau data, dan sistematis, tentu saja. Di sini presenter akan menyampaikan latar belakang dan tujuan penelitiannya, metode penelitian kemudian hasil serta kesimpulannya.
Selanjutnya,
para
penguji
akan
mempertanyakan segala hal yang terkait penelitian sekaligus teori-teori yang menyertainya. Semua dilakukan dengan logis, empiris, dan sistematis. Outfit yang tepat : pakaian formal, karena suasana diskusi yang formal, dan dalam kegiatan pendidikan yang bersifat resmi. Minimal, kemeja dan dasi untuk pria, sedangkan wanita memakai blus. Lebih baik bila memakai jas. Sepatu juga menyesuaikan. Sepatu berhak tinggi menambah percaya diri, tapi harus tetap membuat nyaman. Pria mengenakan pantofel. Presentasi Bisnis Bisnis adalah dunia sosio-sains. Kombinasi antara social dan sains, meski sedikit. Banyak hal dalam bisnis bisa dijelaskan secara logis, meski sedikit. Sambil berjalan pada rel logis, bisnis penuh dengan kreatifitas. Sehingga, tampil Chapter 1
beda (baca: tampil kreatif) adalah suatu kebutuhan dalam presentasi bisnis. Perbedaan akan membuat produk yang anda perkenalkan akan diingat, dan perbedaan juga yang akan membuat produk anda dibeli oleh banyak orang. Lihat saja Steve Jobs. Pendiri Apple,Inc. yang setelah kembali ke perusahaan yang didirikannya sendiri, menjadi lebih terkenal sebagai seorang presenter handal produkproduk Apple,Inc. Kecintaannya pada produk inovasinya, membuat dirinya sendiri selaku CEO (baca: direktur utama) yang mempresentasikan produk-produk inovatif tersebut. Dan untuk itu, Steve Jobs berani tampil beda, dalam presentasi, di depan audiens. Dia selalu mengenakan black mock (sejenis bahan kaos), blue jeans, dan sepatu olahraga. Mungkin terdengar aneh. Mungkin terdengar freak banget. Tapi itulah dia Steve Jobs. Inovator produk revolusioner, music players dan SmartPhones.
Setelah
semua
produk-produknya
mengubah kebiasaan umat manusia, apakah anda akan melarangnya untuk berpresentasi dengan pakaian seperti itu, terus-menerus? Setelah semua yang dia lakukan, rasanya, anda tidak akan melarangnya Mahasiswa dari kampus-kampus juga biasa melakukan presentasi bisnis ke perusahaan-perusahaan. Ya, bisnis. Chapter 1
Mereka
mengajak
perusahaan
untuk
berpartisipasi
sebagai sponsor dalam program mereka, dan mereka mendapat pendanaan untuk program tersebut. Outfitnya? Relatif standar, meski tidak jelek-jelek sangat. Kemeja, jangan kaos. Celana bahan lebih baik dibanding celana jeans. Bila perlu, membawa laptop untuk langsung presentasi. Pakai Tablet PC juga boleh, koq. Semakin terbaru, semakin baik malah Cara ini sangat direkomendasikan, sebenarnya. Karena desain slide presentasi dapat ditujukan langsung dan personal untuk perusahaan tersebut, agar bersedia menjadi sponsor. Presentasi Seminar Pernah menyaksikan program TV ”Mario Teguh Golden Ways”, kan? Berkali-kali saya amati, atasan pakaian yang beliau seringkali gunakan adalah kemeja, dasi dan jas. Adakalanya juga beliau menggunakan kemeja dan dasi. Bahkan, beberapa kali hanya mengenakan kemeja saja. Untuk bawahan, hampir semuanya dipadankan dengan celana berbahan katun. Ketiga macam atasan pakaian yang digunakan Pak Mario Teguh adalah pakaian yang seringkali digunakan para Chapter 1
pembicara dalam seminar-seminar. Termasuk ketika saya memoderasi seminar yang diisi oleh Wakil Menteri Transportasi dan Rektor Universitas Paramadina. Bapak Wakil Menteri Transportasi menggunakan kemeja dan jas saja, sedangkan Bapak Rektor menggunakan kemeja batik. Nah, ini. Pakaian resmi-tradisional seperti batik juga sangat baik digunakan dalam presentasi. Di satu sisi pakaian ini berpotongan kemeja, di sisi lain membawa atribut budaya daerah dalam kegiatan semacam seminar. Hal ini juga bernilai positif di hadapan audiens, koq. Penutup Ada nilai-nilai budaya yang terkandung dalam sikap dan tingkah laku kita kala berinteraksi dengan orang lain. Tidak hanya dalam interaksi face to face dengan seorang lawan bicara, tapi juga ketika kita berhadapan dengan lawan bicara dalam jumlah besar (audiens). Tidak hanya nilai budaya bangsa yang hadir, sesungguhnya. Tapi ada kesan menghormati yang kita jaga dan perlihatkan pada rekan presenter kita. Semuanya penting : eye contact, open posture dan hand gesture. Dan sama pentingnya dengan yang kita bahas kali ini di atas: outfit yang tepat untuk presentasi. Chapter 1
Aslinya Foto untuk Presentasi Gambar berbicara lebih banyak daripada sekedar tulisan. Dan gambar berupa fotografi yang ditampilkan dalam presentasi, akan lebih menyentuh hati ketimbang sekedar gambar (kartun atau diagram). Ingatlah apa yang disebut : Picture Superiority Effect (PSE). Apabila hanya tulisan, hanya akan diingat sebanyak 10% di antara materi yang disampaikan, pada 72 jam berikutnya. Sedangkan apabila disampaikan bersama dengan gambar, orang-orang akan mengingat sebanyak 65% di antaranya, pada jam yang sama, yaitu 72 jam setelah presentasi dihantarkan. Menurut John Medina, setiap kata pada layar presentasi kita akan diingat sebagai sebuah gambar. Karena itu, pada layar presentasi berisikan 40 kata (ini adalah jumlah kata yang sering muncul dalam tiap slide presentasi, menurut suatu penelitian), pesan yang ingin disampaikan akan sangat-sangat membingungkan. Ada 40 gambar gitu! Nah, agar tidak membingungkan waktu memakai foto untuk presentasi, ini adalah kriteria penting untuk si foto tersebut :
Chapter 1
Simplicity: point of interest Sederhanakan objek foto yang anda ambil dengan kamera anda, sehingga objek itu terkesan “tunggal” atau menjadi “pusat
perhatian”,
terhadap
benda-benda
lain
di
sekitarnya. Ambil contoh dalam fotografi, bagaimana kita memotret masjid di tengah-tengah hiruk-pikuk keramaian kota dan masyarakatnya, dengan tujuan foto ini digunakan untuk
memvisualisasikan
suatu
situs
peribadatan
terhadap sekitarnya. Atau bagaimana kita memotret suatu bangunan dengan atap yang unik di tengah-tengah suatu lingkungan dengan banyak rerumputan di sekitarnya dan satu tempat parkir di sebelah bangunan tersebut? Balance: mau simetris atau asimetris ? Indahnya fotografi dalam presentasi adalah ketika kita dapat menyesuaikan objek foto yang “simple” tapi “harmonis” dengan benda-benda lain yang berada di sekitar objek tersebut. Balance tidak harus simetris, karena objek tidak harus berada di tengah-tengah foto. Tetapi dapat juga dilakukan dengan meletakkan objek di posis yang asimetris terhadap benda-benda lainnya. Misalkan bagaimana kita menempatkan seorang pedagang keliling
(objek)
di
jalan-jalan Chapter 1
perumahan,
untuk
memvisualisasikan keinginan pedagang tersebut untuk dapat menjajakan dagangannya di kompleks perumahan tersebut. Seberapa jauh pandangan seorang pedagang ini dapat memperlihatkan kepada audiens sejauh apa “keinginan” pedagang ini untuk menjajakan dagangannya dari rumah ke rumah. Untuk ini, kita dapat meletakkan sang “objek” di sisi tepi dari gambar foto kita untuk memaksimalkan “keinginan” sang objek. Framing: sense of deepness Memberikan ”kedalaman” pada gambar foto kita juga penting untuk melukiskan ruang 3 dimensi dalam potret 2 dimensi kita. Misalnya, dalam suatu lembar promosi wisata, terdapat foto danau yang dipotret dari tempat yang agak tinggi. Dari titik pemotretan ini, kita bisa melihat
bagaimana
luas
permukaan
danau
secara
keseluruhan. Termasuk seberapa lebar siy kira-kira danau tersebut? Hehe.. betul tidak? Atau misalkan, di lembar promosi wisata yang lain, sang pemasar ingin memperlihatkan pantai Indonesia sebagai pantai dengan garis terpanjang di dunia dan sangat layak menjadi daerah kunjungan wisata. Cara menampilkan ”panjangnya garis pantai” adalah dengan memotret bibir Chapter 1
pantai
sepanjang
mungkin
dengan
teknik
yang
memaksimalkan lembar potret kita, yaitu memotret garis pantai hingga tampak diagonal dalam foto kita. Ekspresi
dong…
fotografi
bisa
mengeksplorasi
ekspresi makhluk hidup, lho! Menghadirkan
perasaan
audiens
ke
dalam
ruang
presentasi juga butuh media, tentu saja. Tidak bisa hanya dengan mengandalkan lisan dari kita saja. Dan di sinilah kelebihan foto sebagai media presentasi. Rekaman gambar makhluk hidup dengan ekspresi aslinya (yang tentu sulit untuk direkayasa secara digital) menjadi salah satu yang dapat kita gunakan untuk menyentuh perasaan audiens, hingga mengajak mereka hadir dan merasakan presentasi kita seutuhnya. Foto tanpa editing, seindah warna aslinya Alam tidak pernah luntur warnanya. Pun demikian dengan bentuknya. Berjalan-jalanlah bersama audiens anda yang belum pernah mereka kunjungi, alam yang ada dalam foto anda. Pun mereka pernah, ajaklah sekali lagi seakan-akan anda dan mereka benar-benar ada di alam itu. Deskripsikan pada mereka bagaimana keadaan di sana. Chapter 1
Maksimalkan indera audiens kita agar mereka turut merasakan suasana yang sama dengan kita. Libatkan mereka bersama kita sehingga sebagaimana mereka juga berada di alam yang sama dengan kita. Dan semuanya bisa kita lakukan dengan foto alam tanpa editing sedikitpun!
Chapter 1
So, The Stage is Yours Beberapa orang di antara kita adakalanya mengalami gugup sebelum maju untuk presentasi. Sebenarnya presentasinya tidak langsung dilakukan. Jadi, bukan yang langsung
diminta,
mempresentasikan. mempersiapkan
untuk Tapi
materi
ada
kemudian jeda
presentasi
langsung
waktu dan
untuk
bagaimana
presentasi itu disampaikan. Nah, meski demikian, ternyata beliau juga masih belum PeDe setelah beberapa kali latihan. Percaya atau tidak, siap atau tidak siap, sesungguhnya kita harus maju ketika sudah diminta untuk presentasi. Karena tidak bisa tidak, masa’ ketika sudah di depan audiens, kita tiba-tiba ingin mundur. Saya pernah mengalami ini sebelumnya. Bukan saya sebagai yang mempresentasikan, tetapi saya sebagai audiens. Saya sudah melihat seseorang maju dan berdiri di depan, di tempat seharusnya presentasi dilakukan. Dan saya siap melihat dan mendengarkan. Tetapi, ternyata yang sudah di depan, setelah berbicara beberapa saat—entah apa saat itu, saya lupa apa yang sudah beliau sampaikan. Eh, ternyata eh ternyata.
Beliau
minta
mundur.
Chapter 1
Katanya,
belum
mempersiapkan diri. Padahal sudah terlanjur di depan, dan sudah terlanjur ada yang disampaikan. Nah, dua kejadian ini kan sangat disayangkan yah kalau terjadi. Harus kita yakini bahwa akan ada saat kita untuk maju dan menyampaikan pendapat kita. Siap tidak siap, ada
yang
harus
disiapkan
atau
tidak,
ternyata
para audiens sudah ingin mendengar kita. Nah ini kan tidak baik. Saya pribadi punya pengalaman seperti itu. Ketika itu, saya diminta untuk menyampaikan beberapa patah kata mewakili teman-teman. Tapi ternyata, apa yang ingin saya sampaikan sudah terucapkan oleh ketua panitia yang membuka acara, dan ketua organisasi dari yang punya acara tersebut. Wah, gelagapan lah saya. Dan hasilnya tidak baik, benar-benar tidak baik. Selidik punya selidik, ada beberapa hal yang memang seringkali
mendasari
sukses
tidaknya
kita
untuk
presentasi. Dan ternyata, hal itu jauh dari persiapan. Jauh dari kesiapan atau ketidaksiapan yang kita lakukan sebelumnya. Hal tersebut adalah, ketenangan mental kita untuk presentasi. Dan ini yang krusial, ternyata. Dalam
cerita
tentang
saya,
saya
bukannya
tidak
menyiapkan diri. Saya sudah menyiapkan diri. Dengan beberapa materi yang saya rencanakan untuk saya Chapter 1
sampaikan, tentu saja. Nah, ini dia masalahnya. Saya tidak menyiapkan mental saya ketika ternyata apa yang saya akan sampaikan, sudah disampaikan oleh dua pembicara sebelum saya. Dan inilah yang menyebabkan kegagalan saya. Padahal, kalau kita sudah memiliki ketenangan mental, kita akan tenang menghadapi keadaan ini dan justru berpikir kreatif untuk mensolusikannya. Dan bagi mereka yang berhasil melakukannya, ini adalah batu loncatan untuk bisa berhasil lebih baik lagi di kesempatankesempatan presentasi yang berikutnya. Dan uniknya, kejadian ini bisa berlaku untuk siapapun. Artinya, kita bisa mengulangi keberhasilan-keberhasilan yang sudah ada (baik oleh diri sendiri maupun orang lain) ini. Kalau sudah siap dengan ketenangan mental, ya sudah. Silakan maju saja. Saya akan menyemangati dengan kata-kata : The Stage is Yours (panggung adalah milik anda)
Chapter 1
Lima Langkah Memperbaiki Presentasi Tidak semua presentasi bisa diisi dengan materi yang menarik. Terkadang, materi yang disampaikan terlalu teknis, sulit untuk comprehensive, atau hanya sekedar berbagi hal-hal menarik kepada audiens. Tapi, anda tidak mungkin kembali ke balik panggung, membatalkan presentasi kan? Hanya karena materi yang harus anda sampaikan, tampak tidak menarik bagi audiens. “The show must go on”, itu mungkin yang ada di pikiran anda saat itu. Dalam keadaan seburuk apa pun, anda harus tetap tenang dan berpikir kreatif, untuk mengatasi persoalan ini. Berikut ini, kami berikan 5 langkah, yang dapat anda gunakan kapan pun dan di mana pun untuk menghidupkan kembali presentasi yang membosankan. 1. Tambahkan Variasi Vokal Bahkan presentasi yang paling membosankan sekalipun, akan menjadi “hidup” bila presenter manggunakan beberapa variasi vocal. Lebih spesifik, ubahlah bagaimana anda melafalkan kata-kata anda, atau berikan tekanan suara pada pernyataan-pernyataan yang penting, atau merendahkan suara anda untuk membuat efek pada isi Chapter 1
materi yang tidak begitu penting menjadi lebih menarik. Perubahan vocal yang monoton menjadi variasi yang lebih hidup, akan membantu audiens anda untuk lebih mendengarkan. 2. Tunjukkan Passion Pilih topik paling tidak menarik di dunia, berikan passion, dan—seperti sulap—anda sudah punya topik menarik untuk didengarkan. Audiens anda begitu pintar, dan mengetahui secara cepat, apakah presenter meyakini kebenaran dari apa yang dia katakana. Ketika topik dipresentasikan dengan passion, bahkan presentasi paling teknis sekalipun dapat “hidup”. 3. Jadikan Nyata Satu tantangan terbesar bagi presenter yang menyajikan materi yang cukup teknis adalah menciptakan relevansi antara audiens dengan materi. Terutama, bagi audiens yang tidak familiar dengan topik tersebut. Sebagai contoh, tidak semua orang tertarik dengan obat-obatan dan cara menggunakannya. Bagaimanapun, jika presenter mampu menunjukkan bagaimana obat-obatan dapat digunakan secara sehari-hari, tiba-tiba semua materi menjadi Chapter 1
menarik
untuk diaplikasikan.
Dengan
memberiikan
informasi nyata melalui contoh dan studi kasus, presenter dapat menjawab keingintahan paling dalam dari audiens : “Dari presentasi ini, apa yang berguna bagi saya?” 4. Tunjukkan dengan Visual Sebagian besar presenter memahami bahwa audiens menyerap informasi dengan cara yang berbeda-beda. Beberapa menggunakan pendekatan auditori, yang lain menyediakan handout dan beberapa lainnya lebih memilih
menonton
video
multimedia
daripada
mendengarkan kuliah selama 1 jam. Karena itu, presentasi yang menarik menggunakan berbagai alat, dan ini sering dilakukan! Bawalah gambar, video, chart, handout, dan banyak media visual lainnya untuk presentasi anda. Menggunakan dua atau lebih alat bantu visual, akan membuat audiens anda terus tertarik dengan materi anda—hingga presentasi selesai. 5. Pelan dan Bernafas Sejenak Tidak ada aturan yang menyatakan bahwa presenter tidak boleh bernafas saat presentasi. Tidak ada aturan juga yang menyatakan bahwa presentasi harus dihantarkan secepatChapter 1
cepatnya. Pada kenyataannya, berhenti sejenak dalam presentasi anda, akan memberiikan waktu bagi audiens untuk menangkap, maksud apa yang presenter ingin sampaikan. Terutama, bila presentasi terisi penuh dengan fakta dan gambar, tanpa pesan singkat yang tersurat. Sediakan waktu untuk bernafas, melihat sekeliling, dan memastikan bahwa semua audiens terlibat dengan anda. Presentasi yang terlalu cepat, kata-kata yang mengalir secepat kereta api, slide yang segera berganti hanya dalam hitungan detik, akan mengganggu audiens. Dan mereka, akan meninggalkan anda dengan hanya sedikit informasi. Jauh dari yang anda harapkan. Itulah lima langkah untuk memperbaiki presentasi yang membosankan. Ini hanyalah lima langkah. Tentu masih ada banyak metode lainnya. Nantikan artikel berikut dari kami, mengenai PUBLIC SPEAKING.
Chapter 1
Setelah turun panggung
Chapter 1
Menjadi Public Speaker Profesional Public speaker bukan sekedar profesi yang dilakukan di panggung presentasi. Tidak, lebih dari itu. Public speaker profesional, adalah mereka yang profesional sejak sebelum, saat, dan setelah momentum public speaking. Public speaker profesional memiliki disiplin tertentu yang secara konsisten mereka jalani untuk membangun karir dan profesi mereka. Kita bahas satu demi satu. Public speaker professional mempersiapkan diri sebelum tampil di panggung Public speaker professional sadar bahwa kesempatan hanya datang satu kali. Pada materi yang sama, audiens yang sama, waktu yang sama, semuanya hanya terjadi satu kali. Dan public speaker professional tidak ingin menyianyiakan kesempatan tersebut. Maka dari itu, mereka selalu mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Public speaker professional siap dengan keadaan apapun yang mungkin terjadi di panggung Sadar bahwa keberjalanan acara akan sangat bergantung pada diri mereka, public speaker handal mempersiapkan Chapter 1
diri untuk segala kemungkinan. Mulai dari keadaan paling baik, yakni kesesuaian rundown acara dengan teknis lapangan, hingga kemungkinan crash yang bisa terjadi kapan pun di panggung. Public speaker professional siap dengan perubahan keadaan yang tiba-tiba, siap untuk mempercepat komunikasi yang dia lakukan, dan siap untuk mengulur waktu yang sudah diberikan demi kesesuaian dan keberjalanan acara. Sebabnya tentu saja jelas, panitia tidak ingin kekacauan di balik panggung, diketahui oleh audiens. Public speaker professional, sebisa mungkin tidak menolak tawaran yang diberikan Bagi para public speaker professional, tawaran adalah rezeki. Menolak tawaran public speaking, berarti menolak rezeki. Dan mereka sadar, sekali menolak, bisa berarti tidak akan diminta kembali untuk menjadi public speaker. Kecuali bertabrakan dengan agenda penting pribadi, yang tidak bisa ditunda-tunda lagi, atau bertabrakan dengan agenda public speaking yang lain, maka public speaker professional akan selalu berusaha mengambil kesempatan yang diberikan.
Chapter 1
Profesi yang butuh kemampuan public speaking
Chapter 1
Moderator yang Simple dan Smoothly Dalam sebuah kegiatan seminar, inti acaranya adalah penyampaian suatu materi kepada hadirin. Mereka datang setelah mendapat informasi melalui baligo, spanduk, radio, televisi dan lain sebagainya. Hadirin tentu memiliki harapan tentang apa dan bagaimana materi disampaikan oleh pembicara. Ekspektasi ini kemudian sedikit demi sedikit dipenuhi melalui penyampaian materi. Dan mencapai puncaknya ketika sesi tanya jawab dilakukan. Keberjalanan seminar yang baik dan efektif mencapai tujuan pemberian informasi ditunjang oleh beberapa elemen seminar. Mulai dari tata panggung, pencahayaan, tata suara (kapasitas
speaker,
microfon,
dan lain
sebagainya), termasuk orang-orang yang berperan di dalamnya : MC (master of ceremony), LO (liaison officer), dan terutama : moderator. Moderator ini layaknya sebuah interface dalam komputer. Sistem operasi (operating system) komputer yang canggih sekalipun,
akan
memberiikan
kesulitan
bagi
para
penggunanya ketika tidak memiliki interface yang simple dan
smoothly.
Sama
dengan
moderator
seminar.
Moderator yang baik, adalah moderator yang bisa Chapter 1
menjembatani pembicara dan hadirin secara simple dan smoothly. Moderator yag berkualitas, akan memimpin jalannya seminar dengan smooth (halus), secara perlahan mengatur tempo pemberian informasi. Tujuannya agar hadirin benar-benar bisa menangkap informasi seutuhnya dan sesederhana mungkin dalam alokasi waktu yang diberikan panitia. Biasanya, MC akan mengawali acara seminar dengan salam,
tentu
saja.
Kemudian
berlanjut
dengan
menyebutkan judul seminar yang sedang dilaksanakan. Setelah sedikit pengantar, MC akan meminta seorang dirigen untuk memimpin lagu Indonesia Raya. Lagu ini tidak selalu ada, tapi alangkah baiknya bila penyelenggara membiasakan agar lagu ini selalu dinyanyikan. Kemudian, MC akan mempersilakan moderator untuk maju ke panggung dan mulai memimpin jalannya seminar. Kita misalkan, moderatornya adalah anda. Ketika sudah di depan panggung, sebaiknya anda memberiikan sedikit pengantar. Semacam basa-basi memang, tapi karena moderator analog dengan interface, basa-basi ini penting bagi anda untuk menciptakan jembatan yang menghubungkan pikiran hadirin dengan
Chapter 1
materi seminar yang sesaat lagi akan diberikan. Berikut contohnya: Saya adalah mahasiswa program bisnis administrasi, tapi saya juga pengajar siswa sekolah. Beberapa orang menyebut saya adalah pengajar, tapi saya sebenarnya tidak ingin disebut seperti itu. Saya lebih melihat apa yang saya lakukan sebagai memberii inspirasi.
Karena,
ketika
mengajar
matematika, fisika, kimia, saya yakin mereka tidak belajar banyak dari saya. Tapi mereka justru belajar banyak ketika mereka membaca sendiri, latihan soal sendiri, dan seterusnya. Ketika mereka bertemu dengan saya, saya akan menjawab pertanyaanpertanyaan mereka. Memberikan alternatif solusi atas soal-soal yang mereka kerjakan. Mereka sesungguhnya butuh motivasi dari kita, contoh dari kita, dan kita menjadi teladan bagi mereka. Semua itu, saya sebut dengan “menginspirasi”.
Chapter 1
Dan hari ini, kita akan bicara tentang inspirasi dalam dunia pendidikan. Inspirasi dari Indonesia Mengajar. Sudah hadir di antara kita, founder Yayasan Indonesia Mengajar, Bapak Anies Baswedan dan rekan beliau, Bapak Bambang Susantono. Keduanya akan mensosialisasikan program Indonesia
Mengajar.
eksplorasi
lebih
sebenarnya
Nanti
lanjut,
program
keikutsertaannya
kita
bisa
tentang
apa
ini,
bagaimana,
syarat dan
seterusnya. Anda boleh membuat semacam yel-yel yang diteriakkan oleh hadirin. Tujuannya adalah agar meniadakan jarak antara kedua pihak. Kalau perasaan “dekat” sudah muncul di hadirin, mereka akan meningkatkan perhatian pada pembicara serta semakin antusias untuk bertanya. Tentu saja, yel-yel yang anda siapkan harus berkait dengan materi yang disampaikan. Kemudian, undanglah pembicara anda menuju panggung dengan cara yang tidak biasa. Terserah anda, yang tidak biasa itu seperti apa. Saya sendiri biasanya mengundang Chapter 1
dengan cara menyebutkan profil beliau. Aktivitas yang dilakukan, pekerjaan/jabatan, buku yang pernah ditulis, dan lain sebagainya. Baru kemudian saya menyebut nama beliau. Dan pembicara akan naik ke atas panggung. Biasanya, pembicara lebih dari satu orang. Karena itu, selain kursi VIP (Very Important Person) di deretan depan kursi hadirin, di panggung juga disediakan kursi tangan dan meja. Setelah pembicara yang diundang duduk di kursi di panggung, barulah anda mengundang pembicara yang berikutnya. Lakukan terus hingga semua pembicara sudah ada di panggung. Tentu saja, tidak ada sesuatu kaku dalam “cara mengundang” ini. Ada boleh lebih kreatif, selama masih sesuai norma dan etika di wilayah itu. Selama pembicara menyampaikan materi, panggung dan waktu adalah milik mereka. Tidak boleh diusik oleh anda. Setelah anda mempersilakan pembicara untuk berbicara, tugas anda hanyalah mengawasi penggunaan waktu oleh mereka. Tidak boleh diinterupsi oleh anda. Bila waktu hampir habis, segera ingatkan mereka. Tentu dengan cara yang santun. Biasanya, dengan memberikan kertas kecil bertuliskan “maaf pak/ibu, waktunya tinggal 5 menit lagi. Mohon menyesuaikan”. Tapi tidak ada aturan yang kaku,
Chapter 1
sebenarnya.
Anda
sebagai
moderator,
tinggal
menyesuaikan dengan etika setempat. Sebelum sesi tanya jawab, giringlah para hadirin untuk bertanya. Munculkan semangat dahulu, dengan yel-yel yang sudah anda buat. Kemudian berikan sedikit simpulan, tentang apa yang sudah disampaikan. Berikan motivasi untuk bertanya, kemudian buka sesi tanya jawab. Untuk memudahkan anda, berikan batasan jumlah penanya dan berapa pertanyaan yang ditanyakan. Jangan lupa memberii tahu, berapa lama sesi tanya jawab akan dilakukan. Sebisa mungkin, buatlah penanya berasal dari kelompok hadirin yang berbeda: kanan, tengah dan kiri. Setelah itu, rangkumlah pertanyaan yang sudah anda dapat. Agar dengan mudah dan sistematis dijawab oleh para pembicara. Tutuplah seminar dengan suatu rangkuman. Bila ada, kutiplah kalimat yang menggugah para hadirin dan memberii pesan kuat pada hadirin. Agar pesan inti dari pembicara, bisa dibawa keluar ruangan, dan tertancap di benak hadirin. Kalimat ini bisa berasal dari spanduk yang menjadi latar panggung, kata-kata pembicara, atau kalimat yang ada di presentasi pembicara.
Chapter 1
Mudah kan, menjadi “moderator yang simple dan smoothly”? Yang penting, persiapkan diri anda. Latihlah berbicara menjadi moderator di depan cermin di rumah anda. Bila perlu tuliskan di atas kertas, semua yang ingin anda katakan. Datanglah ke tempat acara sehari sebelumnya untuk melihat panggung, kursi hadirin, tata cahaya, efek suara, dan lain sebagainya. Bila perlu, berlatihlah lebih dulu di sana. Di hari-h, jangan lupa datang lebih dulu daripada pembicara. Semoga sukses! Sumber inspirasi: ketika menjadi moderator di roadshow Indonesia Mengajar di Aula Timur ITB
Chapter 1
Menjadi Resepsionis Andal Suatu waktu di Jakarta, saya menghadiri panggilan wawancara kerja. Sembari menunggu di lobby perusahaan tersebut, saya mengamati kinerja resepsionis disana. Kebetulan, sejak pertama datang, saya juga sudah langsung menghubungi beliau, yang langsung bertanya, “selamat pagi. mau ketemu dengan siapa, pak?” sapaan tersebut diiringi dengan senyuman lebar. Setelah beliau tahu saya ingin bertemu dengan siapa dan beliau sudah menghubungi, saya duduk menunggu di tempat yang disediakan. Kemudian, sembari menunggu, saya melihat beliau menjalankan tugasnya: melayani tamu perusahaan, menyapa semua karyawan yang datang, menerima telepon dari
perusahaan
supplier
atau
distributor
mereka.
Tampaknya, pekerjaan yang sederhana dan sepele (remeh). Tapi jadi tidak remeh karena pekerjaan itu terusmenerus dilakukan sejak pagi hingga sore. Sedikit saja konsentrasi
buyar, bisa
berabe
(baca: kacau)
itu
pekerjaan. Sedikit saja terbawa emosi akibat urusan kantor yang lain, atau urusan keluarga, bisa berabe juga itu pekerjaan.
Chapter 1
Persisten. Gigih. Ini yang pertama. Karena seorang resepsionis selalu mengerjakan pekerjaan yang sama dari pagi hingga sore. Kebosanan adalah kata pertama yang harus dihadapi. Karena kebosanan bisa mengarahkan resepsionis
pada
keteledoran
dalam
pekerjaannya.
Misalnya, menghadapi tamu perusahaan dengan wajah yang tidak ramah & senyum yang tidak tersungging di bibir. Atau juga, lupa menukarkan KTP tamu dengan ID card “tamu”/”pengunjung” pada tiap tamu perusahaan yang datang. Baik dan ramah. Baik karena selalu memberiikan layanan terbaik kepada antar bagian dalam perusahaan dan kepada perusahaan lain. Resepsionis di perusahaan tertentu, ada kalanya ditugaskan untuk menyambungkan antar bagian dalam perusahaan melalui telepon intraperusahaan. Resepsionis juga harus ramah kepada perusahaan lain, karena ini adalah salah satu cara untuk menampilkan citra baik perusahaan. Kenal dengan banyak orang dan tahu posisi mereka di perusahaan.Karena itu resepsionis harus ramah kepada karyawan dalam perusahaan, resepsionis harus mengenali berbagai nama dan posisi yang jumlahnya sangat banyak itu. Makanya, beberapa karakter seringkali menjadi Chapter 1
kriteria untuk menjadi seorang resepsionis. Misalnya, supel. Supel artinya pandai bergaul. Biasanya mereka yang berkarakter supel, mudah untuk mengingat wajah, nama dan “siapa” orang lain itu. Biasanya juga, mereka adalah pribadi yang SKSD: “sok kenal sok dekat”. Karakter seperti ini akan sangat menunjang karir seorang resepsionis yang handal. Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional harus juga dikuasai
oleh
resepsionis.
Bila
ini
dikuasai
oleh
resepsionis, maka ini adalah senjata ampuh yang dapat membawa karir sang resepsionis melompat setinggitingginya! Wajar, ini adalah bahasa pergaulan yang dipakai secara internasional. Bertemu dengan tamu dari negara lain, ekspatriat dari eropa atau amerika, misalnya. Bahkan, kadang-kala eksekutif perusahaan harus diajak berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Demikian empat hal yang akan memperkuat kinerja, posisi dan karir seorang resepsionis di dalam perusahaan. Empat hal yang sebenarnya semua resepsionis pasti punya, tetapi dalam kadar yang berbeda-beda. Padahal, kadar tersebut yang
akan
memperkuat
citra
profesional
seorang
resepsionis. Berminat menjadi resepsionis? Sebaiknya anda terapkan empat kriteria di atas. Chapter 1
Ramahnya Penyiar Radio Para pembaca yang budiman, tahukah anda bahwa mendengarkan radio adalah pekerjaan sambilan? Yup, pekerjaan yang dilakukan sembari mengerjakan pekerjaan lain. Dan biasanya, cenderung mengutamakan pekerjaan lain tersebut daripada pekerjaan ‘mendengarkan’. Betul tidak para pembaca yang budiman? Sopir angkutan kota yang
memutar
radio,
tentu
lebih
mengutamakan
pekerjaan menyetir dan menerima ongkos perjalanan dari penumpang, daripada pekerjaan ‘mendengarkan radio’ kan? Nah,
bicara
tentang
mendengarkan
radio,
para
pendengarnya ternyata bermacam-macam. Mulai dari sopir angkot yang saya sebut di atas, atau pelajar sekolah yang mendengarkan radio di rumah setelah pulang sekolah, atau para pebisnis. Radio sebagai media, memang memegang peranan penting dalam penyebaran informasi. Kita ambil contoh saja untuk segmen remaja. Bagi kalangan muda ini, radio berfungsi sebagai trendsetter, karena melalui media ini, remaja bisa mendapatkan informasi tentang gaya bicara, gaya hidup dan cara berperilaku. Chapter 1
Kalau begitu, tugas penyiar radio dari stasiun radio itu sebenarnya apa sih? Kan sudah tahu ya, segmen pendengar
radio
itu
bermacam-macam.
Kemudian,
mendengarkan radio itu juga bukan prioritas utama. Berarti, tugas penyiar radio untuk menyampaikan informasi semakin berat yah. Berat karena harus membuat audiens tertarik dengan bahasan (minimal sampai jadi aktivitas sambilan), jangan sampai pindah ke lain saluran. Itu yang pertama. Kemudian, pada tahap kedua, membuat informasi benar-benar sampai ke benak pendengar. Lantas, seperti apa menjadi penyiar radio yang baik itu? Nah, ini ada beberapa tips yang harus anda terapkan, bila ingin menjadi penyiar radio yang baik: Miliki suara yang “hear-catching”. Ini memang jadi jurus utama para pendengar. Dan ini juga yang jadi alasan stasiun radio merekrut penyiar radio. Hear-catching lebih karena penekanan suara pada nada-nada tertentu dalam kalimat. Pernah dengar penyiar radio menyapa pendengar kan? Nah, kira-kira seperti itu. Biasanya juga, penyiar radio
harus
mampu
menggunakan
kosakata
yang
dianggap “gaul” oleh para pendengarnya. Tentu, “gaul” Chapter 1
disini, harus disesuaikan konteks segmen masing-masing. “gaul” versi remaja tentu berbeda dengan “gaul” versi ibuibu, apalagi “gaul” versi pebisnis. Mudah dicerna. Penyiar radio sebaiknya tidak memakai bahasa yang berat. Jangan pakai bahasa kamus lah. Pakai bahasa sehari-hari saja. Maksudnya, jangan pake kosakata yang jarang digunakan orang. Pakai yang umum-umum saja. Untuk diingat, segmen pendengar anda memang berasal dari satu kelompok segmen, yang memiliki kesamaan karakteristik tertentu. Tapi, tingkat pendidikan mereka bisa sangat beragam. Dan ini mempengaruhi penguasaan kosakata yang mereka miliki. Tentu saja, tidak semuanya menguasai banyak kosakata. Tapi mereka semua pasti menguasai sedikit kosakata. Sistematis. Tips ini terutama ketika penyiar radio, sekaligus menjadi moderator dalam acara yang memiliki narasumber
sebagai
pemberi
informasi.
Sistematis
artinya, mulailah dengan suatu latar belakang yang menarik. Apa karena sedang tren, atau karena informasi ini akan berguna bagi segmen tersebut, dan lain sebagainya. Kemudian masuk ke materi yang ingin banyak Chapter 1
dibahas atau diinformasikan kepada para pendengar. Berikan jeda iklan di waktu yang tepat. Jeda juga tidak harus iklan, bisa berupa lagu juga. Berikutnya, ketika kembali ke acara, lakukan review kembali. Supaya pendengar benar-benar menangkap informasi secara keseluruhan, tidak sepotong-sepotong. Tekun menyapa pendengar. Mendengarkan radio adalah pekerjaan sambilan. Kalau tidak suka dengan apa yang didengar, pendengar tinggal menggeser gelombang radio saja. Tidak peduli bagaimana perasaan penyiar dan kawan-kawan operator radio. Betul ‘kan? Pendengar radio yang baik, adalah mereka yang pandai mencari perhatian pendengar.
Caranya
bagaimana?
Pertama, rajin menyapa pendengar. Sapa mereka yang baru “tune-in” dengan radio anda. Sapa mereka setelah lagu selesai diputar. Sapa lagi mereka setelah jeda iklan, dan seterusnya. Kedua, selalu ceritakan program apa yang sedang didengarkan oleh pemirsa. Apakah acara tangga lagu terbaik, diskusi, dan lain sebagainya. Ini akan membuat pendengar yang baru bergabung, segera paham acara apa yang sedang berlangsung. Chapter 1
Atur flow pendengar biar terkesan “rapi”. Tidak cuma masalah tersampaikannya informasi secara baik, tapi “image” juga penting. Ini tidak hanya image penyiar, melainkan image stasiun radio yang bersangkutan juga. Caranya? Relatif gampang. Yang pertama, jangan terlalu cepat. Terlalu cepat berarti kita juga mengajak pendengar kita untuk mendengar secara cepat. Padahal, mendengar radio adalah aktivitas sambilan kan? Kedua, atur aliran informasi secara “smooth” alias halus. Perpindahan flow dari materi ke iklan ke lagu, dan sebaliknya harus dilakukan secara halus. Berikan jeda berupa lagu, sesaat pada pemberian informasi, untuk mengendapkan
lebih
dalam
informasi
yang
telah
disampaikan. Berikan simpulan singkat sebelum materi mendapat jeda iklan atau lagu. Mulai dengan review singkat sesaat sebelum materi kembali dimulai. Itulah lima tips bagi calon penyiar radio. Tenang saja, tips pertama tidak harus berbakat, koq. Merasa tidak berbakat? Ya tidak apa-apa. Perbanyak latihan. Suara tidak harus bagus sejak awal. Karena kualitas penyiar radio tidak hanya
ditentukan oleh
suaranya
saja.
Tapi
ditentukan oleh kualitas performa secara keseluruhan. Semoga sukses Chapter 1
Sumber inspirasi: setelah menjadi narasumber dalam acara Biz-Talk di K-Lite FM Bandung
Chapter 1
MC Pernikahan yang Pandai Menyambut Tamu Pernikahan adalah acara yang sakral-spiritual, serta membahagiakan. Karena, pernikahan menyatukan dua insan berbeda jenis ke dalam satu ikatan sehidup-semati. Semuanya
berbahagia,
tidak
terkecuali
mempelai
perempuan dan mempelai lelaki. Keluarga keduanya pun ikut berbahagia, termasuk juga kerabat dan sanak saudara yang lain. Semuanya berbahagia pada kebahagiaan yang lebih besar yang akan dicapai oleh keluarga baru ini. Pernikahan diawali dengan suatu akad. Ini adalah acara resmi yang harus benar-benar ada. Disini ikatan pernikahan benar-benar disahkan oleh penghulu, antara mempelai pria dan wali mempelai wanita. Kemudian, adanya suatu pesta pernikahan, difungsikan sebagai media informasi yang menyatakan bahwa sudah ada sepasang pria dan wanita yang dinikahkan. Dalam momentum ini, dibutuhkan
peran
seorang
MC
pernikahan
untuk
memimpin jalannya resepsi pernikahan sebaik-baiknya. Master of Ceremony (MC) dalam suatu pernikahan, termasuk public speaking juga. Yang harus diingat oleh MC pernikahan, adalah rangkaian acara harus berjalan lancar Chapter 1
dan tertib. Lancar artinya tidak ada hambatan berarti dalam pelaksanaan maupun peralihan acara. Sedangkan tertib adalah berjalan sesuai dengan rancangan acara yang sudah disusun. Tetapi, satu hal yang tidak boleh dilupakan oleh MC pernikahan adalah nuansa “khidmat” itu sendiri. Karena, resepsi pernikahan adalah suatu bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. MC pernikahan akan memimpin jalannya resepsi, yang sebagian besar diisi oleh salam dan ucapan selamat dari hadirin. Para tamu undangan ini akan mengantri untuk bersalaman dengan keluarga dan pasangan pengantin. Kemudian, tamu undangan dipersilakan untuk menikmati hidangan yang sudah dipersiapkan. Di akhir sesi pernikahan, akan ada sesi foto-foto pasangan pengantin bersama
kolega
dan
keluarga
mereka.
Keberjalan
rangkaian acara tersebut, harus dimoderasi oleh MC pernikahan agar berjalan tertib, lancar dan khidmat. Tugas MC pernikahan adalah menyambut tamu-tamu undangan
yang
terus-menerus
datang
memenuhi
undangan pasangan pengantin dan keluarga. Ucapanucapan selamat bisa diulang beberapa kali, untuk memunculkan nuansa kebahagiaan di dalam ruang pesta pernikahan. Nama pasangan pengantin dan nama keluarga Chapter 1
juga sebaiknya selalu disebut, karena pesta pernikahan adalah suatu acara “pemberitahuan” kepada tamu-tamu yang diundang, bahwa pasangan pengantin yang disebut namanya telah sah menjadi sepasang suami-istri. Sembari
mempersilakan
hadirin
untuk
menikmati
hidangan, MC pernikahan dapat mengisi jeda-jeda rangkaian acara dengan selingan musik, pembacaan puisi, dan lain sebagainya. Di akhir acara, MC pernikahan biasanya mengorganisir tamu undangan yang memiliki hubungan dengan pasangan pengantin, dalam sesi foto bersama. Baik itu teman sekolah, teman kuliah, rekan kerja, maupun keluarga semuanya diorganisir di sini untuk menjalani sesi foto. Ada empat poin penting yang harus selalu ditekankan dan diulang-ulang oleh MC pernikahan: pertama, ucapan selamat dari tamu undangan kepada pasangan pengantin dan keluarga. Kedua, mempersilakan hadirin untuk menikmati hidangan yang disediakan. Ketiga, penampilan band pengiring atau musikalisasi puisi untuk mengisi jeda-jeda
dalam
rangkaian
acara.
Keempat,
mengorganisir sesi-sesi foto pasangan pengantin bersama kerabat dan keluarga.
Chapter 1
Sumber inspirasi: pernikahan salah seorang rekan kuliah saya, dimana saya menjadi MC
Chapter 1
Memperkenalkan Produk Baru, Seperti Steve Jobs Tanpa saya beritahu sebelumnya, tampaknya anda semua sudah mengetahui siapa itu Steve Jobs. Ya, beliau adalah Chief Executive Officer (CEO, Direktur Utama) Apple Inc. sekarang, yang dahulu bernama Apple Computer Inc. Apple Inc. adalah cinta pertama beliau, sebuah perusahaan komputer yang beliau dirikan di akhir tahun 1970-an. Apple Inc adalah cinta pertama dan terakhir seorang Steve Jobs. Cinta beliau tertanam begitu dalam pada setiap produk-produk yang diluncurkan oleh Apple Inc, yang seperti kita tahu, hampir semua produknya mengubah perilaku umat manusia. Siapa tidak kenal dengan pemutar music digital iPod? Laptop super tipis MacBook Air? Gadget handphone, iPhone? Komputer tablet iPad? Semuanya mengubah industrinya masing-masing. Tapi, ada satu kesamaan di antara semua produk-produk Apple Inc tersebut. Yup, semua produk tersebut, sebelum dirilis ke pasar, diawali oleh suatu launching yang heboh terlebih dahulu. Launching yang dihadiri oleh banyak orang. Bukan karena produknya saja, tetapi juga karena bagaimana produk tersebut di-launching di acara yang memang dirancang Chapter 1
untuk launching produk baru. Dan hasilnya luar biasa. Perhatikan: 300,000 unit iPad berhasil terjual pada hari-h launching. Dalam 3 hari setelah launching, iPhone 4 terjual 1,7 juta unit, dan iPhone 3G terjual 1 juta unit hanya dalam waktu 1 minggu sejak launching! Saya mengunduh (download) dan menyaksikan berulangulang, bagaimana seorang Steve Jobs melakukan launching produk-produk Apple Inc, dan dari video-video tersebut, saya menangkap beberapa pesan penting bagi anda yang ingin melakukan launching produk-produk perusahaan anda: Fokus pada peserta launching, bukan pada produk yang diluncurkan Jangan bercerita tentang kelebihan produk anda (saja). Tapi jadikanlah momen
launching sebagai sebuah
pertunjukan. Dan itu yang dilakukan oleh Steve Jobs dan Apple Inc. launching produk apple adalah sebuah pertunjukan, bukan sekedar perkenalan produk saja. Masih ingat bagaimana Oom Steve memperkenalkan iPod? Yup, “1000 lagu dalam kantong anda”. Dan kalimat itu disertai gerakan memasukkan digital music player ke dalam kantong. Itu adalah sebuah pertunjukan. Bagaimana Chapter 1
dengan peluncuran MacBook Air? Ya! Laptop ini sebelumnya disimpan dalam amplop coklat, hanya untuk menunjukkan betapa tipisnya laptop ini! Buat media membicarakan produk anda terlebih dahulu, sebelum launching Ini yang namanya buzz marketing. Artinya isu terlebih dahulu dilempar ke pasar (calon pembeli), baru produk benar-benar dirilis ke pasar. Apple Inc—katanya—tidak sengaja membocorkan desain produk handphone mereka ke pasar, yaitu iPhone. Padahal, ketidaksengajaan tersebut pasti disengaja, untuk membentuk buzz (terjemahan: dengungan) di pasar. Jadilah revolusioner! Dari sejak awal pendirian hingga saat ini, Apple selalu berusaha tampil beda. Bukan sekedar beda, atau asal beda. Tapi
benar-benar
berbeda.
Sejak
peluncuran
the
Macintosh, salah satu personal computer (PC) pertama di dunia. Kemudian tahun 2001, dengan digital music player iPod-nya, salah satu pemain pertama yang merilis digital music player. Kemudian smartphone iPhone pada 2007, yang mencoba menandingi BlackBerry dari RIM (Research Chapter 1
In Motion). Dan komputer tablet iPad pada 2010 yang kini, menguasai 90% pangsa pasar. Ubah
launching
produk
menjadi
sebuah
event
pertunjukan Steve Jobs tidak hanya memperkenalkan produk baru. Oom Steve tidak hanya memberiitahukan bagaimana cara menggunakannya, atau manfaatnya untuk apa. Tapi dia bahkan mengubah acara launching produk menjadi seperti konser musik: orang membayar untuk datang, melihat dan mendengar apa yang dia katakan. Orang membayar untuk melihat dia berbicara, berjalan dan berekspresi di atas panggung. Lakukan pre-order Persilakan para calon pembeli, melakukan pre-order terlebih dahulu. Bahkan sebelum produk diluncurkan dan didistribusikan ke pasar. Urutannya adalah, buat media membicarakan produk anda. Kemudian, umumkan preorder produk anda. Baru lakukan launching produk. Begitu banyaknya produk Apple yang terjual pada minggu pertama
penjualannya,
sebenarnya
ditentukan oleh pre-order ini. Chapter 1
lebih
banyak
Rilis produk yang membuat pelanggan anda ingin pamer Ini gunanya focus group discussion untuk riset pasar. Survey pasar yang biasa pakai kuesioner tidak ada gunanya, karena terlalu kuantitatif. Pasar bisa saja “bohong” untuk mengatakan mereka maunya apa. Padahal ada kebutuhan tersembunyi yang mereka miliki. Yaitu kebutuhan: pamer kepada orang lain. Nah, kalau anda sudah menemukan produk apa yang membuat pelanggan anda ingin pamer kepada orang lain, lakukan 6 langkah pertama, lalu rilis produk yang membuat pelanggan anda ingin pamer!
Sumber
inspirasi:
http://blog.kissmetrics.com/product-
launch-strategies/
Chapter 1
Komentator Sepak Bola yang Informatif Kita mengenal banyak komentator di sepak bola Indonesia. Contohnya, ada Bung Kus (nama sebenarnya M. Kusnaeni, tapi di depan televisi lebih dikenal sebagai Bung Kus) dan ada Bung Towel (nama aslinya Tomy Welly, nama bekennya Bung Towel). Sejauh pengamatan saya, keduanya berada di era yang berbeda. Belakangan, nama yang kedua tampak lebih sering muncul di televisi, khususnya di tayangan Liga Champion. Bisa jadi, masingmasing memiliki eranya di layar kaca. Menjadi komentator sepak bola memang tidak mudah, menurut saya. Sejak pendapatan stasiun televisi berasal dari iklan yang ditayangkan (kalau di Indonesia, sangat didominasi oleh perusahaan rokok), maka saat-saat sebelum pertandingan dimulai, istirahat babak pertama, dan setelah pertandingan berakhir lebih didominasi oleh iklan tersebut. Maklum, sepak bola adalah bisnis. Tidak hanya di lapangan hijau, tapi sampai ke layar televisi. Selain itu, masa-masa pertandingan dari menit 1 hingga ke menit 90 juga lebih didominasi oleh komentator asing yang sepaket dengan hak siar yang dibeli oleh stasiun televisi Indonesia. Itu kalau bicara mengenai tayangan Chapter 1
internasional, seperti Piala Dunia ataupun Liga Champions Eropa. Untuk siaran sepak bola lokal seperti Liga Super Indonesia, Liga Premier Indonesia atau Liga Divisi Utama, tentu saja semuanya diisi oleh komentator lokal dalam bahasa Indonesia. Menjadi public speaker seperti komentator sepak bola memang bukan pekerjaan yang mudah. Di satu sisi, begitu banyak orang yang mampu memberi komentar, jadi persaingan menjadi komentator cukup ketat. Sementara di sisi lain, menjadi komentator yang memberi nilai tambah tayangan sepak bola, juga cukup sulit. Kemampuan memberi nilai tambah ini yang sangat dicari oleh stasiun televisi.
Stasiun
televisi
tentu
tidak
menghendaki
komentator yang hanya memberi komentar pada jalannya pertandingan. Tapi yang dicari oleh stasiun televisi adalah, komentator yang mampu memberii informasi lebih mengenai pemain, klub, pelatih dan lain sebagainya. Tapi kelebihan informasi yang dimiliki oleh komentator tidak mungkin dibagikan begitu saja kepada para pemirsa televisi kan? Tidak mungkin semuanya bisa disampaikan. Selain bisa menyebabkan overload informasi di benak pemirsa, waktu yang tersedia juga sangat singkat: 90 menit ditambah sebelum pertandingan, jeda istirahat dan Chapter 1
setelah pertandingan. Itu untuk tayangan lokal. Tayangan impor dari eropa atau amerika latin (termasuk piala dunia) biasanya kesempatan memberi komentar justru sangat sedikit saja: sebelum pertandingan, jeda istirahat dan setelah pertandingan. Jadi, tantangannya selama ini adalah bagaimana memilah dan mengemas informasi dari begitu banyak sumber, untuk kemudian menjadi informasi yang singkat, padat dan penting untuk diketahui oleh para pemirsa. Itu tantangan umumnya. Masih ada tantangan yang lebih khusus, yang biasanya memang diniatkan tersendiri oleh tiap-tiap komentator. Kita ambil contoh Bung Kus, beliau sadar bahwa selalu ada individu pemirsa yang baru saja ikut menikmati indahnya tayangan sepak bola, khususnya internasional. Orangorang ini bukan penyuka olahraga sepak bola, yang hobi bermain futsal setiap pekan. Tapi orang-orang seperti ini benar-benar baru menikmati indahnya menonton sepak bola. Nah, orang-orang yang baru bergabung ini, tentu tidak bisa disodorkan informasi yang berat. Tapi harus diberikan informasi yang sederhana, tapi terus menarik minat mereka untuk konsisten menonton tayangan sepak
Chapter 1
bola. Komentator seperti ini kan yang dikehendaki oleh stasiun televisi yang mendapat pemasukan dari iklan? Jadi, masuk akal memang bila pekerjaan sehari-hari komentator adalah pelatih sepak bola atau wartawan sepak bola. Karena mereka harus bergaul dengan informasi yang sedemikian banyaknya. Supaya, analisis mereka
bisa
bagaimana
tajam.
Tetapi,
mengemas
tantangannya
informasi
adalah
tersebut
menjadi
demikian sederhana di mata dan telinga pemirsa. Nah, ada beberapa kiat menarik bagi anda, yang berminat menjadi komentator sepak bola: Sampaikan secara sederhana analisis yang anda miliki. Sederhana biasanya identik dengan pola kalimat yang sederhana. Kalau kita belajar bahasa Indonesia dulu di sekolah, kira-kira yang disebut sederhana adalah yang memiliki pola kalimat S-P-O atau S-P-O-K. jangan menggunakan
kalimat
majemuk—yang
biasanya
panjang—dan susah ditangkap intinya oleh pemirsa. Disamping menggunakan kosakata yang memang umum digunakan. Manfaatkan waktu sebaik-baiknya. Waktu anda tidak banyak.
Jadi
Sepengamatan
jangan saya,
lakukan ada
pemborosan
komentator
Chapter 1
yang
kata. boros
menggunakan kata. Contohnya adalah menggunakan istilah fast-break dan counter attack, dalam satu kalimat yang sama. Padahal dua istilah tersebut memiliki makna yang sama, yakni segera melakukan serangan balik setelah memotong serangan lawan. Sumber
inspirasi:
wawancara
dengan
Muhammad
Kusnaeni, yang pernah saya tonton di salah satu saluran televisi swasta nasional
Chapter 1
Guru yang Bisa Menjelaskan Profesi guru itu susah-susah gampang. Lebih banyak susahnya daripada gampangnya. Susah, karena bertugas untuk mencerdaskan orang lain. Susah, karena tugasnya tidak hanya ngomong di depan kelas. Tapi member penugasan, memeriksa tugas, memberi kuis, sampai memberi dan memeriksa soal ujian, itu juga tugas guru dan dosen. Tapi relatif gampang yang dilakukan, dibandingkan dengan jenis pekerjaan lainnya. Coba bandingkan dengan profesi distributor yang harus berkeliling daerah, tidak bekerja di tempat. Berurusan dengan macet, ketemu pemilik toko yang gagal menjual barang dari prinsipal, dan seterusnya. Kalau dosen dan guru kan berhadapan dengan manusia-manusia yang ingin bertambah cerdas. Tapi kalau dipikir, mencari guru/dosen yang baik itu susah. Pengajar yang baik, menurut teman saya yang memiliki usaha bimbingan belajar, itu susah dicari. Selain harus bertingkah-laku baik, pengajar yang baik juga harus mampu menjelaskan. Nah, ini yang susah. Ada banyak orang pintar yang bisa mengerjakan soal, tapi cuma ada sedikit orang yang bisa mengajar. Chapter 1
Pengajar yang baik, adalah mereka yang bisa kembali ke konsep pada saat penjelasan teknis dilakukan. Jadi, setelah menjelaskan tujuan pembelajaran (baik makro maupun mikro), kemudian penjelasan teknis, pengajar mampu mengkaitkan kembali dengan konsep dasar dari materi yang dijelaskan. Penguasaan konsep dan teknis. Ini yang sebenarnya menjadi alasan, kenapa banyak orang bisa mengerjakan soal dengan baik, tapi tidak bisa menjelaskan. Mereka paham bagaimana teknis, tapi tidak paham dengan konsep. Atau, paling tidak, tidak bisa mengkaitkan dengan konsep yang dia pahami. Selebihnya, pengajar adalah profesi public speaking yang relatif mudah. Karena, hampir setiap hari momen mengajar itu ada. Jadi kesempatan ini tentu akan memperkuat kemampuan komunikasi. Selain itu, audiens juga relatif sama dari waktu ke waktu. Yakni, mahasiswa atau siswa. Jadi, para pengajar tinggal memperkuat pemahaman terhadap konsep saja dan tidak hanya bergantung pada teknis. Karena, dalam pengajaran kepada siswa atau mahasiswa, yang penting adalah pembentukan pola pikir melalui penanaman konsep yang jelas Chapter 1
Memenangkan Kontes Debat Mungkin kita seringkali melihat debat yah, seakan-akan debat itu tidak ada gunanya. Hanya mempertahankan pendapat
yang
tidak
jelas
tujuannya.
Beberapa
berpendapat, kenapa tidak diskusi saja siy? Mencari solusi terbaik
kan
bisa
dengan
diskusi.
Tidak
harus
mempertahankan pendapat (saja). Padahal, debat itu sangat bermanfaat sesungguhnya, teman-teman. berkomunikasi.
Debat Dua
akan hal
melatih arti
kita
untuk
komunikasi
disini:
menyampaikan pendapat dan (dengan cepat) memahami pendapat orang lain. Menyampaikan pendapat berarti melatih intonasi dan struktur kalimat yang keluar dari mulut kita. Selain itu menyampaikan pendapat berarti melatih bagaimana menempatkan gesture yang sesuai dengan kata-kata yang diucapkan. Debat juga membantu kita dengan cepat memahami apa yang dimaksud orang lain, keterkaitan pendapat kita, dan bagaimana kita harus merespon/menanggapinya. Debat Akademis adalah kesempatan berlatih bagi semua orang, dan karena ini adalah latihan, maka tidak harus menang kan. Tentu saja.
Tapi, tidak ada salahnya
Chapter 1
mempersiapkan yang terbaik dari diri dan tim agar bisa meraih hasil. Yah, minimal bisa sampai babak final lah. Kan kalau begitu sudah ada kepastian gelar yang diperoleh.
Berikut tips-tipsnya :
Melakukan Brainstorming Mulailah dengan melakukan brainstorming pada tema debat hasil undian. Mulailah dengan mereka-reka topik apa yang akan dibahas dari tim lawan. Jadi, debat (yang memang mempertahankan pendapat) sebenarnya tidak hanya sekedar “tim saya benar, tim kamu salah”. Tidak. Tidak seperti itu. Karena melakukan debat berarti juga menangkis semua kemungkinan serangan debat dari tim lawan. Nah, brainstorming inilah yang harus dilakukan di awal. Mencari Data yang Relevan Kemudian, terhadap semua kemungkinan topik-topik yang muncul dari brainstorming, mari mencari data yang relevan. Usahakan semua topik tersebut bisa kita tangkis dengan data yang kita miliki. Dan inilah menariknya debat: data bisa sangat beragam tingkat kepercayaannya. Data yang tersebar di internet dan berbagai media lainnya, ditulis oleh beragam kalangan. Mulai dari ahli sampai yang hanya sekedar mengutip-ngutip saja. Bahkan, tingkat Chapter 1
kepercayaan sampai pada pihak mana yang mengeluarkan data. Data yang dikeluarkan oleh institusi bisa saja, adalah data yang membenarkan tindakan suatu institusi. Atau, bisa juga hanya sekedar hasil liputan dari suatu peristiwa atau
wawancara
terhadap
seseorang.
Ini
yang
menyebabkan data dari berita tetap bisa kita gunakan, meski tidak sekuat data hasil penelitian. Jelang Debat yang Sebenarnya Persiapkan data-data anda dan susun dalam skenario yang pas: ada data untuk presentasi, ada data untuk senjata rahasia. Logika yang sederhana, pengetahuan umum dan data-data pendukung yang masih terkait langsung, boleh dimasukkan untuk presentasi. Sisanya, simpan untuk senjata rahasia sebagai bahan untuk debat terbuka Pada prinsipnya, semua data dari berbagai sumber dengan
tingkat
digunakan.
kepercayaan
Hanya
saja
yang
beragam
bagaimana
kita
dapat akan
menggunakannya Menyampaikan Pendapat Tim Debat akan diawali dengan presentasi singkat dari tim pro dan
tim
kontra.
Awali
presentasi
dengan insight (pengertian yang mendalam) tentang tema debat. Kemudian, sampaikan logika yang masuk akal dari Chapter 1
pemaparan tim anda dan didukung oleh data yang kuat (di sinilah hasil brainstorming dan pencarian data akan terlihat manfaatnya). Akhiri dengan kesimpulan bahwa tim anda pro/kontra terhadap topik debat. Pada
sesi
debat
terbuka,
gunakan
logika
untuk
meyakinkan pihak lawan debat. Dan disinilah pentingnya data untuk memperkuat logika anda. Logika anda bisa jadi masuk akal, tapi tidak akan kuat bila tidak didukung data yang tepat (Sekali lagi, data bisa ada mulai dari yang memperkuat sampai yang sangat membantah, semua tergantung siapa yang mengeluarkan data dan validitas data itu sendiri
). Tambahkan ekspresi wajah dan sikap
tubuh yang tepat. Lakukan gerakan tangan yang sesuai dengan kalimat yang meluncur dari mulut kita. Penilaian Debat Debat tidak hanya dinilai dari ramainya debat saja, sebenarnya. Akan tetapi, ada banyak sekali poin penilaian yang harus dipenuhi. Biasanya, nilai tim akan sangat tergantung pada nilai individu. Disinilah mengapa kontribusi individu itu penting. Pemerataan pendapat dari tiap orang adalah salah satu indikatornya. Selain itu, ada indikator lain seperti sikap, kelengkapan data, presentasi dan seterusnya. Chapter 1
Kunci Sukses Debat Pada akhirnya, action adalah yang terpenting dan itu ada di debat terbuka. Kunci sukses paling sederhana adalah serang kesimpulan tim lawan dari berbagai perspektif. Penyerangan baru bisa terlihat hasilnya, kalau dilakukan bertubi-tubi. Dan ini butuh kekompakan tim. Kunci sukses kedua adalah, giring lawan ke area debat yang memperkuat posisi kita, dan hindari topik-topik yang akan melemahkan kita. Debat bisa dimenangkan oleh siapapun, termasuk oleh tim yang –rasanya– common sense-nya tidak sesuai dengan common sense kebanyakan orang Dan disinilah menariknya debat itu.
Chapter 1
Closing
Chapter 1
Sumber-Sumber Inspirasi Charles Bonar Sirait, The Power of Public Speaking http://amazingpublicspeaking.wordpress.com http://blog.guykawasaki.com http://ikhwanalim.wordpress.com http://www.mindmapping.com http://www.slideshare.net http://www.youtube.com
Chapter 1
Tentang Amazing Public Speaking School Lembaga pendidikan Amazing Public Speaking School didirikan pada januari 2011. Lembaga ini adalah manifestasi mimpi pendirinya, Ikhwan Alim. Beliau pernah mengalami kegagalan dalam menyampaikan gagasan di muka umum. Tetapi, kejadian ini bukan memukul mundur mental beliau, melainkan justru memotivasi beliau untuk terus-menerus memperbaiki diri. Karena, pada dasarnya, beliau meyakini bahwa setiap orang adalah unik. Dan setiap orang yang unik, tentu mempunyai gagasan untuk disampaikan. Gagasan-gagasan yang tentu saja, akan membuat hidup kita, menjadi lebih baik. Tapi, harus diingat. Bahwa gagasan yang tidak pernah disampaikan, tidak akan membuat perubahan apapun. Dan adalah percuma, ketika gagasan unik tidak bisa disampaikan dengan baik oleh sang pemilik gagasan tersebut. Oleh karena itu, menyampaikan gagasan dengan baik (hingga orang lain memahaminya) adalah suatu kemampuan yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang. Saat ini, Amazing Public Speaking School memiliki dua program utama. Yaitu, Excellent Public Speaker (EPS) dan Best Speaker Class (BSC). Kelas EPS lebih diprioritaskan kepada para professional muda, yang ingin Chapter 1
mempertajam kemampuannya menyampaikan gagasan, terutama di muka umum. Sedangkan kelas BSC lebih difokuskan kepada para pelajar dan mahasiswa, terutama ketika melakukan presentasi dan pidato. Selain itu, kami juga bersedia berbagi ilmu, di kelas pelatihan yang memang dibuat secara customized untuk klien kami. Bagi anda yang tertarik untuk bekerja sama dengan kami, silakan menghubungi email kami, e-mail:
[email protected]
Chapter 1
Endorsement Terhadap Buku Ini
"Membaca buku ini serasa mendapat coach langsung dari penulis, karena ditulis dengan bahasa lisan yang ringan dan sarat dengan pengalaman lapangan. Seolah penulis tahu apa saja masalah yang hendak dikonsultasikan para pembaca kemudian menyajikan solusinya dengan apik. Layak disantap!" Irfan Agustiyan Darfiansyah, S.Si, Apt. MC berbagai acara dan seminar, moderator, pengajar tahsin
"menjadi pembicara yang inspiratif adalah impian kebanyakan orang di dunia ini. Terkadang mereka bukannya tidak mampu, hanya saja mereka belum pernah mau mencoba. Buku ini memberikan narasi yang sangat renyah bagi kamu yang ingin dapat "menghipnotis" banyak orang. Baca bukunya, perbanyak latihan dan... Ya ! The Stage Will Be Chapter 1
Yours" Ridwansyah Yusuf Achmad Writer, Trainer, Speaker
"Buku wajib yang harus dibaca..kebanyakan orang dalam hatinya banyak yang ingin diucapkan tapi kata - kata itu tidak keluar, alias blank sesaat, bukan karena tidak tau jawaban apa yang ditanyakan, tetapi karena grogi jadi semua hilang sesaat,dengan membaca buku ini yg intinya bagaimana memotivasi untuk percaya diri, tidak perlu menjadi orang lain, dengan menguasai situasi dengan tenang kita akan bisa mengucapkan kata dan kalimat yang mudah dimengerti oleh lawan bicara kita. Be authentic..sukses to Ikhwan.. Yusni Marlina, Praktisi dari MarkPlus Inc
Chapter 1