Peran Data dan Informasi Geospasial untuk Pengukuran Indeks Ketahanan Pangan ................................................................. (Martha)
PEMANFAATAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL UNTUK PENGUKURAN INDEKS KETAHANAN NASIONAL
(The Use of Geospatial Data and Information for Measuring an Index of National Resilience) Sukendra Martha Badan Informasi Geospasial Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas RI). Jl. Medan Merdeka Selatan 10, Jakarta Pusat 10110, Indonesia E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Untuk mengetahui tingkat ketahanan nasional suatu negara perlu dilakukan perhitungan dan pengukuran melalui berbagai aspek meliputi: geografi, SKA, demografi, ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam. Delapan aspek tersebut dikenal dengan sebutan „astagatra‟ yang masing-masing variabel yang ada diukur, diberikan bobot dan skor untuk mengetahui seberapa pengaruhnya terhadap tingkat ketahanan nasional. Ketelitian hasil pengukuran akan berpengaruh terhadap nilai aktualitas dari indeks ketahanan nasional yang dihasilkan. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh peran atau sumbangsih data dan informasi geospasial untuk membantu pengukuran indeks ketahanan nasional (IKN). Adapun metode yang digunakan adalah membandingkan masing-masing gatra, dari konsep ketahanan nasional yang dianut oleh Indonesia (khususnya aspek geografi) dengan Ketahanan nasional yang dipahami negara lain (Jepang). Kemudian, dalam proses pengukuran dan pengintegrasiannya, masing masing gatra dilihat mana yang membutuhkan dukungan data dan informasi geospasial. Setidaknya, ada dua peran data dan informasi geospasial untuk pengukuran IKN ini: (i) memberikan data dan informasi tentang angka dan informasi besaran dan luasan wilayah secara aktual, terutama untuk gatra geografi, yang tidak akan mudah didapatkan dari data statistik. (ii) memvisualisasikan IKN dan mempresentasikan data dan informasi geospasial. Untuk mengelaborasi dan memberikan gambaran dan deskripsi ketahanan nasional, digunakan data indeks ketahanan nasional secara agregat. Kata kunci: informasi geospasial, indeks ketahanan nasional.
ABSTRACT To understand a national resilience level of the country, one needs to measure 8 (eight) aspects known as „Astagatra‟, including geography, natural resources, demography, ideology, political, economical, social and culture, and defense and security. Each variables and indicators on each 8 (eight) aspects are measured, weighted and scored to know how far the actual influences to the index of national resilience or well known as indek ketahanan nasional (IKN). This paper is aimed to know how far the contribution of geospatial data and information that can be applied for measuring a national resilience index. Method used in this article is to compare the national resilience adopted by Indonesia (particularly in geographical perspectives) with the national resilience in other country (Japan). Next, all aspects will be checked and they need either support from geospatial data and information or not. At least, there will be 2 (two) roles of geospatial data and information for measuring IKN: (i) to provide data and information about number of actual areas needed, particularly for geographic aspects, which are not easy to obtained from statistical data; (ii) to visualize IKN and present geospatial data and information. To elaborate and provide picture and describe national resilence, national agregate data are applied. Keywords : geospatial information, national resilience index.
PENDAHULUAN Terminologi yang membedakan antara Ketahanan Nasional dengan Pertahanan Nasional dimulai sejak terbitnya Keppres RI No 4 tahun 1994. Keppres ini mengubah Lemhannas secara kelembagaan yang semula sebagai Lembaga Pertahanan Nasional (National Defense Institute) menjadi Lembaga 43
Seminar Nasional Peran Geospasial dalam Membingkai NKRI 2016: 43-51
Ketahanan Nasional (National Resilience Institute). Setelah itu istilah Ketahanan Nasional dipahami secara lebih luas daripada pertahanan nasional yang hanya merupakan salah satu bagian dari 8 (delapan) gatra pada ketahanan nasional. Ketahanan Nasional didefinisikan sebagai kondisi dinamik bangsa Indonesia yang meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang terintegrasi berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan, baik yang datang dari luar maupun dari dalam, untuk menjamin identitas, integritas, ke berlangsungan hidup bangsa dan negara, serta perjuangan mencapai tujuan nasionalnya (Lemhannas, 2014a). Dalam pengertian the National Infrastructure Advisory Council (NIAC) secara lebih praktis, Ketahanan merupakan kemampuan untuk mengurangi besaran dan atau durasi kejadian yang merusak (resilience as ability to reduce the magnitude and/ or duration of disruptive events). Jadi efektivitas ketahanan infrastruktur atau perusahaan bergantung pada kemampuannya untuk mengantisipasi, menyerap, menyesuaikan dan memulihkan secara cepat dari kejadian akibat bencana alam maupun manusia yang secara potensial merusak (Fisher et al., 2010). Ketahanan nasional dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah sebuah prasyarat atau tuntutan yang akan dijadikan jaminan keberlanjutan atau keberlangsungan kehidupan nasional. Kehidupan nasional itu sendiri terdiri dari berbagai bidang, aspek, variabel serta indikator dengan parameternya yang beragam. Demikian beragamnya sehingga antar bidang, aspek, variable serta indikator dalam ketahanan nasional itu dapat saling memberi penguatan, namun disaat yang bersamaan dapat juga menjadi faktor yang saling melemahkan (Wingarta, 2014). Dalam mendefinisikan dan mengukur ketahanan nasional pada tingkatan masyarakat, Renscher et al., (2010) berhasil mengembangkan alat piranti lunak geospasial untuk pengambilan keputusan. Skema tersebut melibatkan 7 (tujuh) faktor yang secara holistik dapat membantu para perencana dan pengambil keputusan kunci dan stakeholder dalam menilai dan meningkatkan ketahanan masyarakat. Tujuh faktor disingkat PEOPLES meliputi Population and demographic (gatra Demografi), Environmental/ Ecosystems (gatra Geografi/ SKA), Organized Government Services (gatra Politik), Physical Infrastructures (gatra Hankam), Lifestyle and Community (gatra Sosbud), Economic Development (gatra Ekonomi), dan Social-Cultural capital (gatra Sosbud). Penelitian multidisiplin juga telah dilakukan dalam rangka menguji cara dalam meningkatkan ketahanan. Ketahanan dapat diukur oleh fungsionalitas sistem infrastruktur setelah bencana terjadi (Tierney dan Bruneau, 2016). Secara lebih teknis, metode inovatif dengan bantuan data geospasial atau citra penginderaan jauh telah dikembangkan oleh Eguchi dan Adams (2007) untuk penilaian kerusakan jembatan jalan raya. Dalam konteks Indonesia, terdapat dua pengertian Ketahanan Nasional; yaitu pengertian yang terkait dengan Ketahanan Nasional sebagai kondisi, dan pengertian Ketahanan Nasional sebagai konsepsi. Pertama, sebagai kondisi, yaitu kondisi kehidupan nasional dengan keadaan nyata/ faktual yang harus diwujudkan. Suatu kondisi kehidupan yang dibina secara dini terus-menerus dan sinergis, mulai dari pribadi, keluarga, lingkungan, daerah, dan nasional bermodalkan keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional. Proses berkelanjutan untuk mewujudkan kondisi tersebut dilakukan berdasarkan pemikiran geostrategi berupa suatu konsepsi yang dirancang dan dirumuskan dengan memperhatikan kondisi bangsa dan konstelasi geografi Indonesia. Kedua, sebagai konsepsi, Ketahanan Nasional adalah konsepsi pengembangan kekuatan nasional melalui pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan yang seimbang, serasi, dan selaras dalam seluruh aspek kehidupan secara utuh dan menyeluruh dan terpadu berlandaskan Pancasila, UUD 1945, dan Wawasan Nusantara. Dengan kata lain, konsepsi ketahanan nasional Indonesia merupakan pedoman untuk meningkatkan keuletan dan ketangguhan bangsa yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dengan pendekatan kesejahteraan dan keamanan. Kesejahteraan dapat digambarkan sebagai kemampuan bangsa dalam menumbuhkan dan mengembangkan nilai-nilai nasionalnya demi sebesar-besar kemakmuran yang adil dan merata, rohaniah, dan jasmaniah. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, Ketahanan nasional meliputi segenap bidang kehidupan yang dipetakan menjadi delapan gatra, yaitu: geografi, demografi, dan sumber kekayaan alam sebagai gatra alamiah (natural determinants) serta ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya serta pertahanan dan keamanan sebagai gatra sosial (social determinants). Dilihat dari perannya, 44
Peran Data dan Informasi Geospasial untuk Pengukuran Indeks Ketahanan Pangan ................................................................. (Martha)
ketahanan nasional dapat diposisikan sebagai sebuah konsepsi dan kondisi. Sebagai sebuah konsepsi, ketahanan nasional adalah gambaran menyeluruh dan terintegrasi dari komponen-komponen sistem nasional yang digerakkan menuju pencapaian tujuan nasional. Sebagai sebuah kondisi, ketahanan nasional adalah tolok ukur keberhasilan pengelolaan sistem nasional dalam mensinergikan seluruh kekuatan dan kapasitasnya untuk menghadapi tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan dalam rangka mencapai tujuan nasional (Wingarta, 2014). Sejak tahun 2010, Pengukuran Laboratorium Ketahanan Nasional (Labkurtannas) Lemhannas RI telah melakukan pengukuran Ketahanan Nasional dan Simulasi Kebijakan Publik. Pengembangan Sistem Pengukuran Ketahanan Nasional dan Simulasi Kebijakan Publik diawali dengan perumusan model pengukuran ketahanan nasional. Model ini secara hirarkis berbasis pada 8 gatra yang masingmasing dijabarkan ke dalam aspek, variabel, dan indikator. Selanjutnya, pada setiap indikator dirumuskan parameter, instrumen pengukuran serta formula untuk memperoleh indeks ketahanan dari indikator tersebut. Indeks ketahanan dikategorikan berdasarkan skala likert mulai dari rawan, kurang tangguh, cukup tangguh, tangguh, dan sangat tangguh. Setiap indikator diberi bobot yang besarannya ditentukan berdasarkan kombinasi antara keputusan pakar dan skala prioritas. Total bobot indikator dalam satu variabel berjumlah 100. Total bobot variabel dalam satu gatra berjumlah 100. Demikian juga total bobot gatra dalam ketahanan nasional berjumlah 100. Jumlah perkalian bobot indikator dengan indeks ketahanan indikator dalam suatu variabel menunjukkan indeks ketahanan variabel tersebut. Demikian seterusnya dengan menggunakan metode yang sama dapat dihitung indeks ketahanan pada setiap gatra dan indeks ketahanan nasional. Tujuan penulisan ini untuk mengetahui seberapa jauh peran atau sumbangsih data dan informasi geospasial untuk membantu pengukuran indeks ketahanan nasional (IKN).
METODE Metode yang digunakan dalam tulisan ini membandingkan pengertian ketahanan nasional yang dianut oleh Indonesia (khususnya aspek geografi) dengan Ketahanan nasional yang dipahami negara lain (Jepang). Secara umum pengertian ketahanan nasional itu pada hakekatnya sama, seirama juga dengan di negara lain, termasuk Jepang. Metodologi kajian ketahanan (infrastruktur) di Amerika Serikat membutuhkan pertimbangan komprehensif seluruh bagian sistem infrastruktur yang kritikal – dari ancaman sampai pada konsekuensinya. Jadi dengan metodologi, peneliti harus menghasilkan produk bermakna yang dapat mendukung pengambilan keputusan dalam manajemen resiko, tanggap bencana dan keberlangsungan bisnis (Fisher et al., 2010). Dari aspek geografi, ketahanan nasional itu sebenarnya tergantung dari bagaimana negara mampu membuat dan mengimplementasikan kebijakan, strategi dan upaya-upaya untuk menyelesaikan persoalan bencana alam. Negara yang mampu mengatasi kejadian bencana alam ketika menimpa negerinya, negara tersebut dinyatakan sebagai negara yang mempunyai ketahanan nasional yang kokoh atau tangguh. Kalau demikian halnya, maka ketahanan nasional versi Jepang adalah kemampuan dan daya tahan dalam menangkal segala bencana yang menimpa. Dalam hal ini faktor geografis sangat menentukan, karena bencana alam adalah salah satu faktor alam yang harus mendapatkan perhatian lebih besar. Dalam pemahaman Lemhannas RI, ketahanan nasional dimaknai sebagai kemampuan nasional yang bersifat idealistik, dibahas secara komprehensif dengan mempertimbangkan berbagai aspek, setidaknya 8 gatra, tidak cukup hanya gatra geografi saja. Hasil pengukuran laboratorium pengukuran ketahanan nasional (Labkurtannas) Lemhannas RI, berturutturut sejak tahun 2010 sampai 2015, secara agregat masih menunjukkan kondisi ketahanan nasional yang kurang menggembirakan karena kurang tangguh.
HASIL DAN PEMBAHASAN Sebagaimana dijelaskan dalam latarbelakang tulisan ini adalah bagaimana masing-masing gatra dibahas untuk menghasilkan ketahanan gatra masing-masing, termasuk ketahanan gatra Geografi. Perlu dipahami bahwa walaupun pada hakekatnya sama, ketahanan nasional antara Indonesia dengan negara lain dimaknai sedikit berbeda. Sebagai perbandingan dengan negara lain, Jepang misalnya memahami Ketahanan Nasional sebagai kondisi nyata secara geografis suatu negara. Ketahanan geografi diperkuat dengan tujuan untuk menciptakan keamanan dan pertahanan terhadap 45
Seminar Nasional Peran Geospasial dalam Membingkai NKRI 2016: 43-51
tanah/ lahan nasional, wilayah negara, dan masyarakat ekonomi, dengan kekuatan dan fleksibilitas, dari pengaruh bencana. Bencana dimaksud dapat ditafsirkan (menggunakan konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia) sebagai tantangan, hambatan dari dalam maupun dari luar (Gambar 1).
Gambar 1. Alur Pikir Perbandingan Pemahaman Ketahanan Nasional.
Prinsip dasar Ketahanan nasional di Jepang adalah: (1) mencegah hilangnya nyawa manusia dari akibat apapun; (2) menghindari kerusakan fatal terhadap fungsi-fungsi penting untuk pemeliharaan administrasi dan sistem sosial ekonomi; (3) memitigasi kerusakan yang ditimbulkan seperti hilangnya harta benda yang dimiliki masyarakat dan fasilitas umum; dan (4) mencapai pemulihan dan rekonstruksi (pembangunan kembali). Prinsip dasar tersebut secara sederhana disingkat dengan: pencegahan bencana, mitigasi bencana, dan pemulihan terhadap kerusakan yang terjadi. Perubahan yang sangat cepat dalam dinamika lingkungan strategis baik pada tingkat lokal, nasional, regional dan global tentu akan memberikan implikasi terhadap perlunya updating dari sistem pengukuran Ketahanan Nasional yang dikembangkan oleh Lemhannas RI termasuk gatra Geografi. Kegiatan Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan dimaksudkan untuk mereview dan memperbaharui kembali tentang variabel, indikator, bobot dan skor dari gatra Geografi (Myasto, 2015). Dengan selalu dilakukannya updating tersebut, maka diharapkan Lemhannas akan selalu memiliki sistem pengukuran Ketahanan Nasional yang akurat, up to date dan bermanfaat. Selain itu juga diperlukan ketersediaan data sekunder dan sumbernya, dan apabila diperlukan data primer untuk mendapatkan informasi tentang variabel, indikator tersebut. Metode untuk menggali tersebut dilakukan terutama untuk gatra Geografi ini. Kontribusi Data dan IG untuk setiap gatra dan aspek/ variabel yang ada Mengingat semua gatra berkaitan dengan tempat atau wilayah yang ada di bumi Indonesia, maka peran informasi geospasial menjadi penting dalam memvisualisasikan semua IKN melalui petapeta tampilan yang dibuat. Artinya peran data dan IG dapat menjelaskan tentang masing-masing indeks ketahanan nasional pada masing-masing gatra, pada masing-masing wilayah dan seterusnya. Khusus untuk indeks ketahanan gatra (geografi), data dan informasi geospasial secara langsung diperlukan untuk mendukung informasi mengenai variabel dan indikator dalam gatra tersebut. Untuk mengetahui kontribusi data dan informasi geospasial dapat dilihat pada level indeks ketahanan, yakni ketahanan gatra geografi (IKG), ketahanan nasional di daerah, dan ketahanan nasional. 1. Ketahanan Gatra Geografi Dalam gatra geografi, terdapat 9 variabel yang digunakan antara alain: batas wilayah, kemerengan lereng, bentuk wilayah, penutup lahan, kepadatan penduduk, iklim, risiko bencana, sarana prasarana, dan alur laut kepulauan (ALKI). Hasil pengukuran Indeks Ketahanan Geografi yang dilakukan oleh Labkurtannas pada tahun 2015 menunjukkan angka 2,54 (kurang tangguh). Dalam pengukuran tersebut salah satu variable (kemiringan lereng) masih belum diberikan pembobotan dan skor karena memang tidak ditemukan datanya. Setelah digunakan data geospasial, dari citra penginderaan jauh pada tahun 2016 diperoleh datanya, dan dilakukan perhitungan sehingga menghasilkan angka IKG 3,37 Yng berarti kondisi cukup tangguh (Tabel 1).
46
Peran Data dan Informasi Geospasial untuk Pengukuran Indeks Ketahanan Pangan ................................................................. (Martha)
Tabel 1. Perbandingan Indeks Ketahanan Geografi tahun 2015 dan tahun 2016.
Sumber: Lemhannas RI, 2015, 2016.
Setelah angka kemiringan wilayah (slope) dapat dihasilkan dari proses perhitungan dari citra penginderaan jauh, Digital Elevation Model (DEM) dan Arc-GIS, maka setiap wilayah dapat diperoleh angkanya. Kontribusi dan kemanfaatan data geospasial seperti itu sangat diperlukan dalam mendukung pengukuran ketahanan nasional. Dukungan itu menghasilkan angka indeks ketahanan geografi baik di tingkat nasional, provinsi maupun kabupaten/ kota tergantung dari ketersediaan data geospasial yang dimiliki. Salah satu contoh tampilan yang juga merupakan bagian dari kemanfaatan data geospasial adalah visualisasi indeks ketahanan geografi (IKG), sebagaimana terlihat dalam Gambar 2.
Sumber: Lemhannas RI, 2015
Gambar 2. Visualisasi Indeks Ketahanan Geografi (IKG). 47
Seminar Nasional Peran Geospasial dalam Membingkai NKRI 2016: 43-51
Tabel 2. Penjelasan Kondisi Ketahanan Geografi terhadap Nilai Indeks. Nomor
Kondisi Ketahanan Geografi
Warna simbol
Nilai Indeks
1 2 3 4 5
Rawan Kurang Tangguh Cukup Tangguh Tangguh Sangat Tangguh
merah Kuning Hijau Biru Ungu
1,00 s.d. 1,80 > 1,80 s.d. 2,60 > 2,60 s.d. 3,40 > 3,40 s.d. 4,20 > 4,20 s.d. 5,00
Sumber: Lemhannas RI, 2015
Dalam Gambar 2, yang juga dijelaskan pada Tabel 3, IKG Indonesia terlihat telah didominasi oleh warna hijau (cukup tangguh). Kondisi rawan hanya ditemui di Provinsi Kalimantan Utara sebagai provinsi terakhir (baru) karena provinsi ini masih belum memiliki data geografis dan statistik yang mandiri. Kantor Badan Pusat Statistik (BPS) pun masih bergabung dengan Provinsi Kalimantan Timur. 2. Ketahanan Nasional di Daerah Untuk pengukuran ketahanan nasional di daerah dipilih Sulawesi Barat sebagai daerah kajian. Angka indeks ketahanan nasional Sulawesi Barat pada tahun 2015 sebagai hasil Labkurtannas, divalidasi kembali pada tahun 2016 oleh kajian atau Studi Strategis Dalam Negeri (SSDN). Hasilnya dapat ditampilkan sebagai berikut. Tabel 3. Indeks Ketahanan Nasional Daerah Provinsi Sulawesi Barat.
Sumber: Lemhannas RI, 2015, 2016.
3. Ketahanan Nasional Disamping angka indeks ketahanan nasional di daerah sebagai gambaran ketahanan nasional di provinsi, kabupaten/kota, secara umum gambaran indeks ketahanan nasional (IKN) dapat ditampilkan pada Gambar 3. Sebagai legenda peta pada Gambar 3 disertakan juga Tabel 4 untuk lebih menjelaskan kondisi ketahanan nasional dengan nilai indeksnya. Gambar 3 dan Tabel 4 menjelaskan bahwa kondisi ketahanan nasional yang kurang tangguh (warna kuning) dijumpai di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Kalimantan Barat dan Papua. Kondisi ini selalu berubah dari tahun ke tahun, setidaknya angka indeks ketahanan nasional (IKN) di masing-masing Daerah. Untuk memberikan gambaran umum, agregat nasional yang menggabungkan seluruh unsur, peran data dan informasi geospasial dapat menjelaskan semua posisi ketahanan nasional di seluruh Indonesia (Tabel 5).
48
Peran Data dan Informasi Geospasial untuk Pengukuran Indeks Ketahanan Pangan ................................................................. (Martha)
Sumber: Lemhannas RI, 2015, 2016.
Gambar 3. Visualisasi Indeks Ketahanan Nasional.
Tabel 4. Penjelasan Kondisi Ketahanan Nasional terhadap Nilai Indeks. Kondisi Nomor Ketahanan Warna simbol Nilai Indeks Nasional 1 2 3 4 5
Rawan Kurang Tangguh Cukup Tangguh Tangguh Sangat Tangguh
merah Kuning Hijau Biru Ungu
1,00 s.d. 1,80 > 1,80 s.d. 2,60 > 2,60 s.d. 3,40 > 3,40 s.d. 4,20 > 4,20 s.d. 5,00
Sumber: Lemhannas RI, 2016 Table 5. Angka Indeks Ketahanan Nasional berdasarkan Gatra, dan Peran Data Geospasial masing-masing Gatra. Indeks Ketahanan Nasional (IKN) per tahun Peran Data dan No Gatra 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Informasi Geospasial AGREGAT 2,43 2,44 2,43 2,47 2,56 2,55 1
Geografi
2,62
2,74
2,75
2,74
2,60
2,41
Langsung
2
Demografi
2,85
2,83
2,83
2,73
2,76
2,30
Tidak
3
2,36
2,35
2,35
2,41
2,61
2,77
Langsung
4
Sumber Kekayaan Alam Ideologi
2,47
2,59
2,58
2,56
2,30
2,23
Tidak
5
Politik
2,88
2,87
2,87
2,84
2,62
2,39
Tidak
6
Ekonomi
2,85
2,86
2,87
3,04
2,94
2,63
Tidak
7
Sosial Budaya Pertahanan dan Keamanan
2,39
2,47
2,49
2,43
1,91
2,20
Tidak
2,40
2,44
2,42
2,40
2,75
2,82
Tidak
8
Lemhannas RI (2014 dan 2015)
Kompleksitas informasi yang disampaikan dalam Tabel 6, dapat diperlihatkan dengan Legenda Tabel sebagaimana berikut: 49
Seminar Nasional Peran Geospasial dalam Membingkai NKRI 2016: 43-51
Tabel 6. Keterangan tentang Angka Indeks Ketahanan Nasional Tahun 2010 – 2016. Warna dalam Tabel Angka Indeks Ketahanan Status Nasional PUTIH ABU-ABU
> 1,80 s.d. 2,60 > 2,60 s.d. 3,40
Kurang Tangguh Cukup Tangguh
Dari Tabel 6 diatas, terdapat angka indeks ketahanan nasional bidang Sosial Budaya yang memiliki nilai 1,91. Angka ini masih dalam kategori kurang tangguh dan bahkan cenderung ke rawan. Sebaliknya, ada yang mempunyai tngkat ketahanan nasional yang cukup tangguh menuju Tangguh. Dari angka-angka IKN (2010-2016) masing-masing gatra memiliki kontrubusi yang berbeda terhadap IKN. Gatra ekonomi menunjukkan kondisi cukup tangguh selama 6 tahun berturut-turut. Gatra geografi hanya tangguh antara tahun 2010 sampai tahun 2013. Sementara gatra demografi dan gatra politik, tangguh selama 5 tahun berturut-turut 2010-2015, tetapi tidak pada tahun 2015. Pada dua tahun terakhir 2014-2015, dua gatra yang memiliki kondisi cukup tangguh adalah gatra SKA dan Hankam. Terkait dengan seberapa jauh pemanfaatan, peran data dan informasi geospasial terhadap pengukuran ketahanan nasional, maka hanya dua gatra: Geografi dan SKA yang secara langsung membutuhkan kontribusi data dan informasi geospasial. Gatra lainnya, tetap memerlukan akan tetapi secara tidak langsung.
KESIMPULAN Dari uraian makalah ini disimpulkan bahwa: Kontribusi data dan informasi geospasial secara langsung dalam mengukur ketahanan nasional masih terbatas pada gatra tertentu seperti gatra geografi dan gatra sumber kekayaan alam (SKA).Sekurang-kurangnya, ada dua manfaat data dan informasi geospasial untuk pengukuran Indeks Ketahanan Nasional (IKN) ini:
a. memberikan data dan informasi tentang besaran dan luasan wilayah secara aktual, terutama untuk gatra geografi yang tidak mudah didapatkan dari data statistik. b. memvisualisasikan IKN dan mempresentasikan data dan informasi geospasial dalam bentuk peta. Untuk mengelaborasi dan memberikan gambaran umum dan deskripsi ketahanan nasional, digunakan data indeks ketahanan nasional secara agregat untuk memvisualisasikannya. Untuk lebih memberikan kesan geografis terhadap ketahanan nasional, ketahanan nasional di daerah, dan ketahanan setiap gatra, maka penampilan tayangan informasi yang divisualisasikan dalam bentuk peta seperti ini amat diperlukan bagi para pengambil keputusan. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Gubernur Lemhannas RI, Letjen TNI (Purn.) Agus Widjojo yang memberikan ijin dan dorongan terhadap kajian ini. Penulis juga berterimakasih kepada Kepala Laboratorium Pengukuran Ketahanan Nasional (Labkurtanas) Lemhannas RI, Prof. Dr. Myasto, SU yang memberikan dukungan (data) untuk melakukan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA Eguchi, Ronald T., and Adams, Beverley J. (2007). Improving Resilience with Remote Sensing Technologies, Transportation Research Board Business Office, Washington, DC, United States, ISSN: 0738 - 6826, Issue Number: 250, p 16. Fisher, R.E., G.W. Bassett, W.A. Buehring, M.J. Collins, D.C. Dickinson, L.K. Eaton, R.A. Hafenden, N.E. Hussar, M.S, Klett, M.A. Lawlor, D.J. Miler, F.D. Petit, S.M. Peyton, K.E. Wallace, R.G. Whitfield, dan J.P. Peerenboon (2010), Constructing a Resilience Index for the Enhanced Critical Infrastructure Protection Program, Decision and Information Science Division, Argonne national Laboratory, AN/DIS-10-9, August 2010. 50
Peran Data dan Informasi Geospasial untuk Pengukuran Indeks Ketahanan Pangan ................................................................. (Martha)
Lemhannas RI, (2015). Buku Profil Ketahanan Nasional, Jakarta, 2015. Lemhannas RI, (2014). Sistem Dinamika Pengukuran Ketahanan Nasional Pengukuran Ketahanan Nasional dan Simulasi Kebijakan Publik. Gatra Geografi, Lemhannas RI, Jakarta, 2014. Lemhannas RI, (2015a). Sistem Utama Sistem Pengukuran Ketahanan Nasional dan Simulasi Kebijakan Publik, Gatra Geografi, Jakarta 2015. Lemhannas RI, (2015b). Pengembangan Siskurtannas 2015, Jakarta, 2015. Lemhannas RI, (2012a). Pembangunan Nasional di Provinsi Sulawesi Barat , Laporan SSDN PPRA XLVIII, Lemhannas RI, 9-14 September 2012 (Buku I). Lemhannas RI, (2012b). Hasil Validasi Pengukuran Ketahanan Nasional di Provinsi Sulawesi Barat, Laporan SSDN PPRA XLVIII, Lemhannas RI, 9-14 September 2012 (Buku II). Lemhannas RI, (2016a). Pembangunan Nasional di Provinsi Sulawesi Barat, Laporan SSDN PPRA LIV, Lemhannas RI, 18-22 Juli 2016 (Buku I). Lemhannas RI, (2016b). Hasil Validasi Ketahanan Nasional di Provinsi Sulawesi Barat, Laporan SSDN PPRA LIV, Lemhannas RI, 18-22 Juli 2016 (Buku II). Mangan, C.M, S. Martha dan Al. Susanto. (2012). Peran Geografi untuk Memperkokoh NKRI, Pertemuan Ilmiah Tahunan – Ikatan Geograf Indonesia (PIT IGI), Surakarta, 3-4 November 2012. Martha, S. (2013). „The Impact of Indonesian Policy on the Use of High Resolution Imagery for Updating National Geospatial Information‟, Proceedings of Sharing- Knowledge: Joint Symposium Pra-International Cartographic Conference, Technical University (TU)- Dresden, 23 August 2013. Martha, S. (2015). „Some Problems of Preparing Geospatial Database for Indonesian National Resilience: the role of remote sensing to improve the availability of geospatial data and information, Proceedings ACRS 2015:The 36th Asian Conference on Remote Sensing “Fostering Resilient Growth in Asia”, 19-23 October 2015, Quezon City, Metro Manila, Philippines. Myasto, (2015). Terms of Reference Focus Group Discussion (FGD) Gatra Geografi- Labkurtannas, Lemhannas RI, Jakarta 3 Februari 2015. Renscher, C.S., Fraizer, A.E., Arendt, L. A., Cimellaro, G.P., Reinhorn, A.M, Bruneau, M., (2010). A Framework for Determining and Measuring Resilience at the Community Scale: The PEOPLE Resilience Framework , NIST-CGR 10-930, US Department of Commerce, National Institute of Standards and Technology, Maryland. Wingarta, P. S., (2014). Pengembangan Ketahanan Nasional Berbasis Kebinekaan (Pendekatan Kewaspadaan Nasional), Orasi Ilmiah dalam rangka Peringatan Dies Natalis ke XXXI Sekolah Pascasarjana UGM, Yogyakarta, tanggal 8 September 2014. Tierney, Kathleen and Bruneau, Michel. (2016). Conceptualizing and Measuring Resilience: A Key to Disaster Loss Reduction, The National Academies of Sciences, Engineering, and Medicine, Washington, DC 20001 | T: 202.334.2000, National Academy of Sciences.
51