Psyche 165 Journal ISSN : 2088-5326. Volume 5, No. 1, 1-5
Fakultas Psikologi UPI YPTK
THE RELATIONSHIP BETWEEN STUDENT’S PERCEPTION OF THE LECTURER ROLE IN MOTIVATING LEARNING WITH LEARNING ACHIEVEMENT Aulia Isna Asyri Syahrina Fakultas Psikologi Universitas Putra Indonesia
ABSTRACT The research was conducted with the aim to test empirically the relationship between student’s perception of the lecturer role in motivating learning with learning achievement. Data collection methods are used to view learning achievement in this study using the documentation of the midterm results year 2011/2012, while the data collection method is used to view students' perceptions of the lecturers role in motivating students to learn using a perception scale of the lecturers role in motivating learning. The validity test of students perceptions scale to the lecturers role in motivating learning in this research uses content validity and constract validity correlation values ranged from = 0,422 to = 0,824. Furthermore, the reliability test in this research using Alpha Cronbach technique to gain reliability coefficient of α = 0.969. Amount of subjects in this research is 400 students, and based on the results of data analysis using Pearson Product Moment correlation technique, it can be conclude that there is a very significant relationship between students' perceptions of the lecturers role in motivating learning with learning achievement with a correlation value r = -0.175 and significance level p = 0.000 (p <0.001). The analysis results of students' perceptions variables contribute effectively to the lecturers role in motivating learning on learning achievement variable is equal to 3.1% Keywords: Perception, Lecturer, Motivation, Learning, Achievement. Prestasi belajar merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan dalam menilai dan mengevaluasi keberhasilan dan efektivitas penyelenggaraan sistem pendidikan di perguruan tinggi, dan diketahui bahwa prestasi belajar merupakan prediktor yang baik dalam melihat perkembangan karir seseorang ke depan (Bishop, dalam Pajares & Urdan, 2006). Berbicara tentang prestasi belajar di perguruan tinggi, maka tidak akan terlepas dari “campur tangan” dosen sebagai tenaga pendidik yang memiliki peranan penting untuk mewujudkan tujuan perguruan tinggi tersebut melalui interaksi dengan mahasiswa dalam proses belajar mengajar (Simanjuntak dkk, 2004). Artinya, tugas dan tanggung jawab seorang dosen adalah membantu dan membimbing mahasiswa untuk mencapai kedewasaan seluruh ranah kejiwaan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, baik kriteria institusional maupun konstitusional untuk mencapai prestasi belajar yang optimal. Oleh karena itu, untuk dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya tersebut, maka dosen
harus menguasai berbagai perspektif dan strategi. Selain itu, mereka juga harus mampu mengaplikasikannya secara fleksibel di dalam kelas, terkait bahwa mengajar adalah hal yang bersifat kompleks dan mahasiswa merupakan individu yang variatif sehingga tidak ada cara tunggal untuk mengajar yang efektif untuk semua hal (Diaz, 1997). Hal tersebut menunjukkan bahwa kinerja mengajar dosen tercermin dalam kecakapan merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran, dimana untuk mewujudkannya dosen dituntut untuk mampu menciptakan suasana perkuliahan yang interaktif, menyenangkan, menginspirasi, menantang, memicu kreativitas, menumbuhkan kemandirian dan tanggung jawab pada diri peserta didik (Suharsono & Caroline, 2008). Kuat atau lemahnya motivasi mahasiswa mengikuti perkuliahan tergantung pada mampu atau tidaknya seorang dosen dalam menjalankan proses belajar mengajar. Persepsi mahasiswa yang positif terhadap dosen akan membuat mereka termotivasi mengikuti perkuliahan. Sebaliknya, persepsi
1
Psyche 165 Journal ISSN : 2088-5326. Volume 5, No. 1, 1-5 mahasiswa yang negatif terhadap dosen akan membuat mahasiswa menjadi malas, kurang antusias, dan tidak memiliki semangat dalam mengikuti proses belajar (Suharsono & Caroline, 2008). Artinya, figur dosen merupakan pribadi kunci yang merupakan panutan bagi setiap mahasiswa. Hal tersebut dikarenakan semua sikap dan perilaku dosen akan dilihat, didengar dan ditiru oleh para mahasiswa yang pada akhirnya akan memunculkan sebuah penilaian/pandangan yang disebut persepsi. Persepsi mahasiswa diasumsikan akan menjadi positif apabila dosen dinilai mampu dalam mengelola kelas, mampu dalam menyampaikan materi atau berkomunikasi, mampu dalam menggunakan beragam sarana pembelajaran, sehingga akan menumbuhkan motivasi, minat, dan prestasi yang optimal. Sebaliknya, persepsi mahasiswa akan menjadi negatif apabila dosen dipandang tidak mampu dalam mempersiapkan dan melaksanakan proses pembelajaran dan menilai, serta mengevaluasi hasil pembelajaran yang mana akan membuat mahasiswa menjadi malas, tidak memiliki keinginan untuk berprestasi, dan sebagainya. Prestasi Belajar Pengertian prestasi berdasarkan kamus Bahasa Indonesia (Badudu & Zain, 1996) diterjemahkan sebagai hasil belajar yang dicapai dari sesuatu yang dikerjakan atau yang sudah diusahakan, seperti: belajar, kerja, olah raga, dan sebagainya. Prestasi belajar merupakan kemampuan, keterampilan, dan sikap peserta didik dalam menyelesaikan suatu hal (Arifin, dalam Safitri, 2010). Selanjutnya pengertian prestasi atau keberhasilan belajar pada proses belajar di sekolah menurut Azzwar (1996) dapat dioperasionalkan dalam bentuk indicator-indikator berupa nilai rapor, indeks prestasi studi, angka kelulusan, predikat keberhasilan, dan semacamnya Suryabrata (dalam Irfan dkk, 2000) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar meliputi factor yang berasal dari luar diri seperti lingkungan alami (non sosial), lingkungan sosial (representasi manusia), instrumental yang berwujud perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Selanjutnya faktor yang berasal dari dalam diri, seperti fisiologis (fisiologis umum, kesehatan, serta panca indera), dan psikologis (minat, kecerdasan, bakat, motivasi, kemampuan kognitif).
Fakultas Psikologi UPI YPTK
Persepsi Mahasiswa terhadap Peran Dosen dalam Memotivasi Belajar Kuat atau lemahnya motivasi mahasiswa mengikuti perkuliahan tergantung pada mampu atau tidaknya seorang dosen dalam menjalankan proses belajar mengajar. Persepsi mahasiswa yang positif terhadap dosen akan membuat mereka termotivasi mengikuti perkuliahan. Sebaliknya, persepsi mahasiswa yang negatif terhadap dosen akan membuat mahasiswa menjadi malas, kurang antusias, dan tidak memiliki semangat dalam mengikuti proses pembelajaran (Suharsono & Caroline, 2008). Secara umum, banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar mahasiswa di kelas, misalnya memberikan pujian (Irfan, dkk, 2000) memberikan dorongan (Dimyati & Mudjiono, 2002), memberikan nasihat, sugesti, dan konsultasi (Gunarsa, 2001), menggairahkan dalam belajar, memberikan harapan yang realistis, memberikan insentif, dan mengarahkan perilaku ke arah yang menunjang tercapainya tujuan pengajaran (Djamarah, 2002). Selanjutnya Eccles, Wigfield & Sciefele, 1998; Covington & Dray, 2002; Graham & Taylor, 2002, dalam Santrock, 2008) menjelaskan bahwa motivasi peserta didik akan bertambah jika; diberikan tugas yang menantang dalam lingkungan yang mendukung proses penguasaan materi; memberi dukungan emosional dan kognitif; memberi materi yang berarti dan menarik untuk dipelajari dan dikuasai; serta memberi dukungan yang cukup bagi terciptanya kemandirian dan inisiatif. Prestasi Belajar ditinjau dari Persepsi Mahasiswa terhadap Peran Dosen dalam Memotivasi Belajar Woolfolk (1998) menjelaskan bahwa sikap negatif siswa terhadap sekolah sering dihubungkan dengan harga diri akademik yang rendah. Hal tersebut hampir tidak berbeda dengan di perguruan tinggi, yang mana mahasiswa dengan harga diri akademik yang rendah cenderung memperoleh kepuasan yang sedikit dari institusi, mudah kehilangan motivasi dan minat, sehingga konsekuensinya prestasi yang dihasilkan pun akan menjadi buruk. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ringness, 1965; Ugurogulu & Walberg, 1979; Wang, Haertel, & Walberg, 1993 (dalam Parsons, dkk, 2001) tampak jelas bahwa ada hubungan positif antara motivasi dan prestasi. Keith Mitchell (Pintrich & Schunk, 1996) menyebutkan bahwa motivasi dapat mempengaruhi pelajaran dan performance baru yang dipelajari di kelas, strategi,
2
Psyche 165 Journal ISSN : 2088-5326. Volume 5, No. 1, 1-5
Fakultas Psikologi UPI YPTK
dan perilaku yang akan memberikan implikasi penting di sekolah. Selanjutnya, dosen yang dipersepsikan oleh mahasiswa secara positif akan mampu membangkitkan motivasi mahasiswa dalam perkuliahan, serta mendapatkan prestasi belajar seperti yang diharapkan. Philips (dalam Rokhyati, dalam Aulia, 2004) telah melakukan penelitian terhadap siswa-siswa yang memiliki persepsi negatif terhadap pengajaran guru ternyata memiliki prestasi belajar yang rendah terhadap kesuksesan dan keberhasilan dalam pengajaran, dan siswa yang memiliki persepsi positif terhadap pengajaran guru memiliki prestasi belajar tinggi terhadap kesuksesan dan keberhasilan dalam pelajaran. Oleh karena itu, hipotesis dalam penelitian ini berbunyi “ada hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap peran dosen dalam memotivasi belajar dengan prestasi belajar. METODE Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Psikologi UPI YPTK yang mengambil salah satu mata kuliah, diantaranya; psikologi umum I, statistik psikologi I, psikologi perkembangan I, psikologi Faal II, psikologi sosial I, psikologi industri & organisasi, pengantar psikodiagnostik, psikologi klinis, psikologi abnormal, dan psikometri. Mata kuliah tersebut dipilih sebagai perwakilan dari mata kuliah inti psikologi pada semester ganjil Ta. 2011/2012. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini meliputi skala persepsi mahasiswa terhadap peran dosen dalam memotivasi belajar yang disusun berdasarkan pendapat Irfan, dkk, (2000); Dimyati & Mudjiono (2002); Gunarsa (2001); Djamarah (2002); Selanjutnya Eccles, Wigfield & Sciefele, 1998; Covington & Dray, 2002; Graham & Taylor, 2002 (dalam Santrock, 2008) yang memiliki koefisien korelasi aitem berkisar antara sampai
dengan
=
0,824,
serta
= 0,422 koefisien
reliabilitas sebesar =0,969. Selanjutnya dokumentasi pada penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data prestasi belajar melalui hasil ujian tengah semester ganjil Ta. 2011/2012 yang bergerak dari skala 0 sampai dengan 100. Pengambilan data nilai disesuaikan dengan mata kuliah dan dosen yang dipersepsi oleh mahasiswa. Data pada penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment Pearson, namun sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji linieritas.
HASIL Berdasarkan hasil uji normalitas menunjukkan bahwa variabel persepsi mahasiswa terhadap peran dosen dalam memotivasi belajar memiliki nilai p=0,013 dan prestasi belajar memiliki nilai p=0,136 (p>0,05), maka dapat dkatakan bahwa varians dari kedua variabel terdistribusi normal. Selanjutnya, berdasarkan hasil ui linieritas diperoleh nilai signifikansi sebesar p=0,000 (p<0,05), artinya varians pada skala persepsi mahasiswa terhadap peran dosen dalam memotivasi belajar dengan prestasi belajar tergolong linier. Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan teknik korelasi product moment Pearson dari skala persepsi mahasiswa terhadap peran dosen dalam memotivasi belajar dengan prestasi belajar yang menggunakan subjek penelitian sebanyak 400 orang mahasiswa menunjukkan koefisien korelasi sebesar r=-0,175 dengan taraf signifikansi p=0,000 (p<0,001). Artinya terdapat hubungan yang sangat signifikan antara persepsi mahasiswa terhadap peran dosen dalam memotivasi belajar dengan prestasi belajar (hipotesa diterima), dengan sumbangan efektif sebesar 3,1%. Namun nilai negatif dari korelasi tersebut menunjukkan bahwa semakin positif persepsi mahasiswa terhadap peran dosen dalam memotivasi belajar, maka semakin rendah prestasi belajar. Sebaliknya, semakin negatif persepsi mahasiswa terhadap peran dosen dalam memotivasi belajar, maka semakin tinggi prestasi belajar. DISKUSI Hal menarik dari hasil penelitian ini adalah arah negatif dari koefisien korelasi yang memperlihatkan bahwa semakin positif persepsi mahasiswa terhadap peran dosen dalam memotivasi belajar, maka menunjukkan semakin rendah prestasi belajar mahasiswa. Sebaliknya, semakin negatif persepsi mahasiswa terhadap peran dosen dalam memotivasi belajar, maka menunjukkan semakin tinggi prestasi belajar mahasiswa. Artinya, hasil penelitian ini menolak hasil penelitian yang dilakukan oleh Ringness, 1965; Ugurogulu & Walberg, 1979; Wang, Haertel, & Walberg, 1993 (dalam Parsons, dkk, 2001) yang menjelaskan bahwa ada hubungan positif antara motivasi dan prestasi. Begitu pula dengan hasil penelitian Philips (dalam Rokhyati, dalam Aulia, 2004) yang telah melakukan penelitian terhadap siswa-siswa yang memiliki persepsi negatif terhadap pengajaran guru ternyata memiliki prestasi belajar yang rendah terhadap kesuksesan dan keberhasilan dalam pengajaran, dan siswa yang memiliki persepsi
3
Psyche 165 Journal ISSN : 2088-5326. Volume 5, No. 1, 1-5 positif terhadap pengajaran guru memiliki prestasi belajar tinggi terhadap kesuksesan dan keberhasilan dalam pelajaran. Sumbangan efektif sebesar 3,1% dari variabel persepsi mahasiswa terhadap peran dosen dalam memotivasi belajar dengan variabel prestasi belajar menunjukkan bahwa peran dosen dalam memotivasi mahasiswa pada saat belajar di kelas dapat mempengaruhi cara belajar mahasiswa, hanya saja berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan arah negatif juga secara tidak langsung memiliki arti bahwa dosen yang dipersepsi positif dan mampu memotivasi mahasiswa dalam belajar sifatnya hanya sesaat, karena motivasi tersebut bersifat eksternal sehingga bersifat tidak permanen/ menetap. Hal lain yang diindikasikan mempengaruhi rendahnya prestasi belajar mahasiswa berdasarkan survey kepada mahasiswa yang memiliki prestasi belajar rendah dan yang tinggi menunjukkan bahwasanya dosen yang dipersepsi positif dianggap menyenangkan dalam memberikan materi perkuliahan, tidak memberikan tugas yang sulit, tidak membebani/ tidak memberatkan mahasiswa/ ketika mengajar di kelas, suasana di kelas membuat mahasiswa merasa enjoy dan nyaman. Hal tersebut dapat membuat mahasiswa bersemangat dalam belajar, namun di sisi lain justru membuat mahasiswa menjadi malas dalam mengulang materi perkuliahan karena secara langsung ataupun tidak langsung mahasiswa juga mempersepsi dosen sebagai sosok yang “baik”, dan dapat mentoleransi atau membantu memberikan nilai tambahan ketika perolehan hasil belajar mahasiswa rendah. Selain itu, terdapat beberapa mahasiswa yang memiliki sindrom kegagalan, dimana menurut Santrock (2008) peserta didik dengan sindrom kegagalan ini adalah peserta didik yang memiliki ekspektasi rendah untuk meraih kesuksesan dan cenderung menyerah pada saat menghadapi kesulitan awal. Peserta didik dengan sindrom kegagalan berbeda dengan peserta didik berprestasi rendah yang selalu gagal meski sudah berusaha keras. Peserta didik dengan sindrom kegagalan tidak mau berusaha keras, seringkali menjalankan tugas dengan setengah hati dan cepat menyerah saat pertama kali menghadapi kesulitan. Mereka sering memiliki efikasi diri yang rendah, atau memiliki masalah atribusi yang menghubungkan kegagalan mereka dengan sebab-sebab internal, stabil dan tidak dapat dikontrol (seperti kemampuan yang rendah). Sebaliknya, mahasiswa yang mempersepsi negatif terhadap peran dosen dalam memotivasi mahasiswa pada saat belajar di kelas menjadi lebih giat dalam belajar karena beranggapan bahwa tinggi
Fakultas Psikologi UPI YPTK
ataupun rendahnya prestasi yang diperoleh mereka disebabkan oleh dirinya sendiri, Fenomena tersebut sesuai dengan perspektif kognitif yang belakangan ini melihat adanya minat besar pada motivasi. Minat ini berfokus pada ide-ide seperti motivasi internal mahasiswa untuk mencapai sesuatu, atribusi mereka (persepsi tentang sebabsebab kesuksesan dan kegagalan, terutama persepsi bahwa usaha adalah faktor penting dalam prestasi), dan keyakinan mereka bahwa mereka dapat mengontrol lingkungan mereka secara efektif. Perspektif ini juga menekankan arti penting dari penentuan tujuan, perencanaan dan monitoring kemajuan menuju suatu tujuan (Schunk & Ertmer, 2000; Zimmerman & Schunk, 2001). Oleh karena itu, meskipun mahasiswa memiliki persepsi yang negatif terhadap peran dosen dalam memotivasi, namun mereka menyadari bahwa mereka adalah penentu nasib mereka sendiri sehingga mahasiswa cenderung tetap dapat bersemangat dalam belajar. Hal ini sesuai dengan perspektif humanistik yang menekankan pada kapasitas individu dalam mengembangkan kepribadian, dan memiliki kebebasan untuk memilih nasib mereka. Selanjutnya, perspektif ini berkaitan erat dengan pandangan Maslow yang menyatakan bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipuaskan terlebih dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi (Santrock, 2008). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Terdapat hubungan yang sangat signifikan antara persepsi mahasiswa terhadap peran dosen dalam memotivasi belajar dengan prestasi belajar (r=-0,175). Artinya, semakin positif persepsi mahasiswa terhadap peran dosen dalam memotivasi belajar, maka semakin rendah prestasi belajarnya. Sebaliknya, semakin negatif persepsi mahasiswa terhadap peran dosen dalam memotivasi belajar, maka semakin tinggi prestasi belajarnya 2. Sumbangan efektif dari variabel persepsi mahasiswa terhadap peran dosen dalam memotivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa adalah sebesar 3,1 %, sedangkan 96,9 % lainnya dipengaruhi oleh faktor lain. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti mencoba memberikan beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai
4
Psyche 165 Journal ISSN : 2088-5326. Volume 5, No. 1, 1-5 pertimbangan yang diharapkan dapat bermanfaat, diantaranya: 1. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, disarankan kepada para dosen untuk membantu menumbuhkan motivasi internal dari mahasiswa agar giat dalam belajar, dan tidak hanya mampu membuat mahasiswa berpandangan positif terhadap peranan ataupun cara mengajar dosen di kelas, melainkan juga mampu membuat mahasiswa memiliki dorongan yang tinggi untuk memperoleh hasil belajar yang optimal. 2. Melalui hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan koreksi diri terhadap prosedur dan mekanisme proses belajar mengajar, di mana pihak fakultas harus lebih sering mengadakan evaluasi terhadap peran dosen dalam menggairahkan mahasiswa untuk belajar dan dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA Aulia. (2004). Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Peran Guru dalam Memotivasi Belajar dengan Prestasi Belajar. Skripsi. Yogyakarta. Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan. Azwar, S. (1996). Pengantar Psikologi Inteligensi. Edisi I. Cetakan I. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset. Azwar, Saifuddin. 2003. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Badudu, & Zain, S. M. (1996). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Diaz, C. (1997). Unpublished Review of J. W. Santrock’s Educational Psychology. New York : Mc-Graw-Hill. Dimyati, & Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Cetakan II. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan PT. Rineka Cipta. Djamarah, S. B. (2002). Psikologi Belajar. Cetakan I. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Gunarsa, S.D. (2001). Konseling sebagai Kegiatan untuk Melakukan Perubahan Perilaku. Jurnal Ilmiah Psikologi “ARKHE”. 2, 68-75. Irfan, S. dkk,. (2000). Psikologi Pendidikan. (Bunga Rampai). Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Pajares, F., & Urdan, T. (2006). Self-Efficacy Beliefs of Adolescents. Connecticut : Information Age Publishing. Parsons, R. D., Hinson, S.L., & Brown, D.S. (2001). Educational Psychology. Canada: Wadsworth.
Fakultas Psikologi UPI YPTK
Pintrich, P. R., & Schunk, D. H. (1996). Motivation in Education. New Jersey: Englewood Cliffs. Safitri, Prianto, P. L., & Patricia. (2010). Peranan Locus of Control, Self-Esteem, Self-Efficacy, dan Prestasi Belajarterhadap Kematangan Karir. Jurnal Ilmiah Psikologi Mind Set. 1. 140-148. Santrock, J. W. (2008). Psikologi Pendidikan; (Judul Asli: Educational Psychology). Edisi II. Penerjemah : Tri Wibowo. Jakarta : Prenada Media Group. Schunk, D. H. & Ertmer, P. A. (2000). Self Regulation an Academic Learning: Selfefficacy Enhancing Intervention. In M. Boekarts, P. Pintrich & M. Zeidner (Eds.), Handbook of Self-Regulation. San Diego: Academic Press. Simanjuntak, E., Sumargi, A. M., & Apsari, Y. (2004). Metode Pengajaran Menggunakan Mailing List dan Motivasi Belajar Mahasiswa. Anima, Indonesian Psychological Journal. 19, 167-178. Suharsono, M. , & Caroline, M. (2008). Motivasi mengikuti Perkuliahan ditinjau dari Persepsi terhadap Kinerja Mengajar Dosen. Psikodimensia Kajian Ilmiah Psikologi. 7. 8293. Woolfolk, A. E. (1998). Educational Psychology. (7 th ed). Boston : Allyn & Bacon. Zimmerman, B. J. & Schunk, D. H. (Eds.) (2001). Self Regulated Learning and Academic Achievement. Mahwah, NJ: Erlbaum.
.
5