The Main Function of Music MUSLIM HEADBANGER
Konsep Karya Film Dokumenter Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Derajat Diploma Empat (D4) Prodi Studi Televisi dan Film
Disusun Oleh : MUHAMMAD IRFAN NUGRAHA KAMIL ABDULLAH 1055208
SEKOLAH TINGGI SENI INDONESIA (STSI) BANDUNG 2014
INTISARI
Karya film dokumenter ini merepresentasikan fenomena scene (kancah) musik metal di Indonesia, spesifiknya yang terjadi di Bandung dan Jakarta. Indonesia dikenal memiliki scene yang massive (sering) dan diakui oleh negara-negara di Eropa dan Amerika, industri musik ini dan basis massa nya yang tak bisa dipungkiri membuat band-band ternama sangat tertarik untuk pentas di Indonesia. Perjalanan pembuatan film ini menemukan sebuah fenomena baru di scene metal dengan munculnya One Finger Movement dimana Islam menjadi pondasi dan bobot materi dalam konten lagu yang di lantunkan, jauh melihat ke belakang fenomena ini diawali oleh band yang telah mengkolaborasikan Islam dan Metal yaitu Purgatory dengan statement Approach Deen Avoid Sins (Dekati Agama Jauhi Dosa). Melalui film ini penulis merepresentasikan pilihan dan jenis musik metal di Indonesia dan menegaskan bahwa genre musik ini tak selalu seburuk pandangan mata telanjang, dengan film ini penulis mengajak apresiator menikmati segala fenomena yang terjadi di dalamnya dan mulai mempertimbangkan dalam penilaian akan monster distorsi ini. Kata Kunci: Film Dokumenter, Distorsi, Islam dan Metal
KATA PENGANTAR
Segala puji dan rasa syukur penulis panjatkan kepada Allooh SWT yang telah melimpahkan rahmat, berkah dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dan pembuatan film dokumenter yang berjudul “The Main Function of Music : MUSLIM HEADBANGER”. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Syamsul Barry, S.Sn., M.Hum., Selaku dosen pembimbing utama yang telah banyak membimbing dan membantu membuka diri untuk lebih peka dalam melihat fenomena dengan berbagai sudut pandang, orang yang sabar membimbing dan tetap membuat penulis terus melanjutkan penelitian dengan ceria. 2. R. Y. Adam Panji P, M.Sn., Selaku dosen pembimbing dua yang telah memberi banyak masukan untuk konsep sinematik film dan beliaulah yang selalu membuat passion pembuatan film ini tetap terjaga, terimakasih banyak mas, mari realisasikan pameran yang tertunda karena T.A. 3. Kedua orang tua, Heri Rustiadji Abdullah, S.Pd., dan Rosmala, terimakasih banyak memberi kepercayaan dan kesabaran pada penulis untu menyelesaikan perkuliahan, tak ada yang abadi, begitupun mahasiswa abadi. Terimakasih banyak atas doa yang menjadi dorongan semangat bagi penulis. 4. Dian Ardiansyah, S.Sn., selaku penasiahat dan kakak yang senantiasa membimbing di setiap langkah, memberi banyak motivasi, arahan, segudang keilmuan dan bantuan khususnya dalam penulisan dan pemilihan konten data riset.
5. Nursolihah Zulfa, sahabat yang telah banyak membantu penulis mengerjakan tugas-tugas susulan, UAS, UTS dan banyak sekali bantuan dalam perbaikan penulisan skripsi ini, terimakasih banyak Nur. 6. Alterego Artspace yang telah memberi ruang eksplorasi dan membantu dalam persiapan peralatan shooting, seluruh civitas Alterego, Rd. Achmad Ramadhi, S.E., Rd. Satrio, Rd. Rahadi, Surya Febri, Dian Ardiansyah, S.Sn., Chandra Firdaus, Adang Kiking dan seluruh warga negara Alterego. 7. Seluruh rekanan yang membantu poses shooting, Bobbie Rendra, Rianti, Dimas Febriand, Gilang Odong, Syami Mauli Hafidz, Bukit Nugraha, Adrian Gowos, Fariz Soni, Dian Panuntun, Muhammad Sandhika, Lukman Umuludin, Pery Anwar Syarofi, Pria Yudi Pamungkas, Wildan Paksi, Arif dan banyak lagi yang tak bis disebutkan. Terimakasih atas waktu dan smangatnya, terimakasih sudah berpetualang bersama di Ibu Kota yang Jahat, perjuangan ini harus menjadi film kita bersama. 8. Bang Putrawan Yuliandri, telah memberi banyak informasi dan data penelitiannya sangat membantu penulis untuk mengakses informasi dan banyak footage abang yang penulis gunakan di film ini, terimakasih banyak bang. 9. Bang Al, Bang Bonty, Bang Luthfi, Bang Ombat, Bang Andre Tiranda, A Ebenz, Mas Damar, Teh Zia, Abdul Rehan dan Andreas selaku narasumber, terimakasih banyak telah meluangkan waktu dan memberi informasi yang sangat bermanfaat, terimakasih Bang Bonty banyak ilmu yang penulis dapatkan selama 2 hari di Festival Film Bandung.
10. Terimakasih kepada penyelenggara Bekasi Hardfest, Bandung Open Air, Band Cloth, Aniv Heretic Merch, Metalheads Respect dan Jakcloth atas akses dan keterbukaan yang memudahkan kami shooting. 11. Eko Pratomo, brother and mate, hanya orang ini yang dapat membuat penulis menolak undangan dari Carcass (UK) dan Siksakubur di Solo Rock in Fest karena pernikahan nya bertepatan dengan tanggal yang sama. 12. Zulifnaa Nuukha, terimakasih memberi suntikan semangat untuk melanjutkan penelitian yang sempat tertunda. Tanpa perpisahan mungkin film dan penelitian ini takan pernah diselesaikan. 13. Untuk Pipit yang membuat penulis senang hati menyelesaikan penulisan dan film ini dengan suka cita dan penuh semangat mempersiapkan hari esok, semoga kebaikanmu berbalas hidup yang indah. 14. KMTF, Kontrakan Corp dan #Malesrapat, terimakasih banyak atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis, terus berkibar dan berjayalah dengan karya. 15. Angkatan 2010, terimakasih sudah berjuang bersama sampai hari ini semangat dan karya kalian membuat penulis merasa selalu harus lebih baik dari hari ke hari. Penulis masih merasa skripsi dan film ini masih banyak sekali kekurangan, karena itu penulis mengharapkan kritik dan masukan yang membangun untuk jenjang karir selanjutnya. Semoga skripsi dan film ini bermanfaat bagi banyak orang yang membaca dan melihatnya
Bandung, Oktober 2014
Muhammad Irfan Nugraha
Penulis dedikasikan karya ini untuk mereka yang berjalan dengan kaki tertatih di gurun penderitaan dan keputusasaan yang mengurung nurani, namun dengan luka kau tetap tersenyum, dengan darah bercucuran kau tetap berjalan dengan yakin bahwa rasa sakit mu adalah pembebasan yang abadi. Terimakasih atas semua yang kalian berikan selama hidup, tak ada harga yang pantas untuk menghargai jasa, hanya doa yang bisa kami hantarkan, jika dengan karya ini memberikan suatu manfaat semoga amal dari kebermanfaatan ini bisa menjadi pelita dalam gelap penantian kalian dalam gelap menuju keabadian. Untuk seluruh pejuang Palestina yang berjuang melawan ketidak adilan, sebuah tanah dimana Hak Asasi Manusia menjadi hilang ditelan media.
Irfan Kamil Muhammad, Oktober 2014 Kamil Abdulah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Musik
memiliki
kekuatan
yang
bersifat
universal,
ia
mampu
menyalurkan, menyadarkan, dan menyatukan. Musik, dengan beragam warnanya memiliki cara tersendiri untuk membuat orang yang menciptakan dan mendengarkannya merasa memiliki ikatan emosi dan kesamaan visi tertentu. Beberapa genre musik yang telah lazim dikenal orang di antarannya Classic, Jazz, Pop, Rock, Rap, dan Heavy Metal. Namun dari beberapa genre musik tersebut, penulis akan mengangkat salah satunya sebagai tema dalam penelitian kali ini. Sesuai dengan hasrat musik yang telah didengar penulis sejak berusia tujuh tahun, yaitu musik bergenre Metal. Kuatnya pengaruh globalisasi di Indonesia menjadi pintu masuk beragam budaya populer global termasuk salah satunya adalah Heavy Metal atau Metal, walaupun belum menjadi budaya mainstream (arus utama), praktik produksi dan konsumsi musik Metal sebagai bentuk budaya populer di Indonesia telah menarik banyak minat kaum muda di Indonesia pada abad ke20 ini. Bahkan berdasarkan hasil percakapan dengan Andre Tiranda1, gitaris band Siksakubur yang menyatakan bahwa Indonesia telah menjadi negara dengan jumlah massa Metal terbesar kedua di dunia setelah North America.
1
Yuliandri, Putrawan. 2013, Konsumsi dan Produksi Media Dalam Konstruksi Identitas Subkultur Metal Islam di Jakarta (Studi Etnografi Media Subkultur Metal Islam di Jakarta). Universitas Padjajaran (UNPAD) Bandung.
Sejarah pun telah mencatat bahwa Indonesia pernah menjadi tuan rumah perhelatan akbar event musik Metal berskala internasional, Sepultura (1992) di Surabaya dan Metallica (1993) di Jakarta, event itu menjadi saksi betapa musik metal begitu diminati oleh kaum muda di Indonesia kala itu. Bahkan, jauh sebelum tahun 90-an, pemancang batu pertama dari konstruksi musik Heavy Metal di Indonsia adalah konser musik band Deep Purple pada tahun 1975 (Naerendra, 2012: 988). Sampai saat ini event musik metal yang diadakan secara rutin setiap tahun, baik berskala nasional seperti Jakarta Death Fest, maupun berskala internasional seperti Bandung Berisik dan Hammersonic, menjadi bukti bahwa eksistensi metal sebagai sebuah scene (kancah) yang terus berkembang di Indonesia. Perkembangan musik Metal di Indonesia tak lepas dari pengaruh distribusi budaya global yang diterima oleh sebagian besar kaum muda di Indonesia. Metal hadir menjadi sebuah pilihan budaya baru ketika budaya lokal arus utama (mainstream) tidak dapat mengakomodir aspirasi kebebasan kaum muda di Indonesia. Sepertinya yang dinyatakan Wallach (2005:226) Metal menjadi arena terbuka bagi kaum muda di Indonesia untuk mengekspresikan kekesalan dan kekecewaan terhadap segala bentuk dominasi. Metal telah menjadi Imagining Alternative Community bagi kaum muda di Indonesia yang sama-sama memiliki kekesalan dan kekecewaan terhadap segala bentuk dominasi, utamanya dominasi oleh negara atau pemerintah. Melalui ekspresi musikal yang ditandai dengan lirik-lirik yang tajam (kritik sosial). Musik metal adalah sebuah genre musik yang menjadi kendaraan untuk mencapai sebuah kemerdekaan dalam pemikiran, paham, perlawanan bahkan media propaganda. Berbagai jalan terbentang dari musik ini yang memiliki
tujuan berbeda-beda, inilah alasan penulis sangat tertarik untuk mengangkat permasalahan ini ke dalam karya film dokumenter. Namun dikarenakan keterbatasan finansial dan waktu yang tersedia, penulis menyederhanakan fakta-fakta di atas tadi menjadi lebih spesifik ke dalam perkembangan musik ini di Bandung dan Jakarta. Dua kota besar yang dianggap memiliki basis massa penikmat sampai musisi Metal yang cukup banyak. Bahkan, banyak juga band besar yang karirnya mendunia lahir dari kedua kota tersebut. Letak kedua kota tersebut tidak begitu jauh, namun dalam hal musikalitas dan kultur, kedua kota ini memiliki beberapa perbedaan yang menarik untuk disimak, ditambah lagi sebelumnya masih sangat jarang yang mendokumentasikan budaya metal di Indonesia khususnya Bandung dan Jakarta. Pada tahun 2010 ada sebuah gerakan budaya yang massive dengan sebuah event bertajuk “kembali ke titik nol” dari sanalah lahir sebuah movement bernama One Finger Movement atau Salam Satu Jari (tawheed). Gerakan ini diawali oleh band Tengkorak sebagai salahsatu pionir band grindcore Indonesia yang mengawali perubahan budaya di musik metal. Hal ini menjadi transisi fase pendewasaan sikap metalheads dalam menanggapi musik metal sebagai budaya global. di Indonesia yang mayoritas beragama islam dan memiliki banyak nilai-nilai kearifan lokal. Penolakan budaya yang di tawarkan metal menjadi tajuk utama dari musik dan kultur di One Finger Movement ini, penegasan di movement ini bersikap basic dan simple bahwa metal hanyalah musik dan tidak bisa ditelan mentah-
mentah, banyak nya budaya yang bertabrakan dengan budaya di Indonesia ini harus disaring kembali dan dicocokan dengan keadaan sosial di Indonesia. Bahkan Ombat nasution menegaskan bahwa budaya musik metal ini adalah penjajahan budaya kaum muda di Indonesia dan ini harus dilawan kembali. Kejadian ini menjadi menarik karena Ombat Nasution bersama Tengkorak telah dibesarkan namanya oleh musik metal dan eksistensinya tidak bisa dibantah lagi. Berangkat dari pemikiran tersebut, penulis mengkerucutkan penelitian dan film dokumenter ini ke arah kemunculan Metal Islam di Indonesia menjadi slahsatu perlawanan budaya dan media perbaikan akhlak. Hal ini menjadi ironi dimana bunga melati bermekaran diantara ilalang liar. Metal yang selama ini tercap sebagai musik kelam yang identik dengan tema setan, penistaan agama, memberi pengaruh buruk pada prilaku pendengarnya dan banyak berdampak negatif bisa di rubah kedalam transformasi bentuk baru. Perlawanan yang spesifik didalam gerakan yang sama dengan metode penjajahannya. Penulis ingin mendalami hal apa yang bisa membuat beberapa penggagas movement ini dan beberapa band yang berkaitan bisa merubah isu dan atittude nya di musik metal. Adapun yang akan menjadi pembahasan pendokumentasian dalam film dokumenter ini adalah; (1) sebuah ideologi dalam Musik Metal di Indonesia (Bandung-Jakarta), (2) liris dalam sebuah musik metal, (3) bahaya dan dampak dari sebuah lagu dan lirik lagu dari beberapa ideologi bermusik. B. Rumusan Ide Penciptaan
John Grieson mengemukakan bahwa dokumenter yang bagus harus memperlihatkan kekuatannya, dalam membuat kehidupan sehari-hari menjadi dramatik, dan masalah yang ada menjadi suatu puisi. Dengan sebuah rangkaian yang baik maka hadirlah sebuah film yang kemudian dinikmati dan ditonton banyak orang. Tidak sedikit di antaranya yang emosinya terbawa ke dalam alur cerita film tersebut. Terilhami dari apa yang disampaikan oleh John Grieson tersebut penulis mencoba merumuskan penciptaan ide di dalam tulisan ini. Adapun beberapa materi yang akan dibahas dalam film dokumenter ini yaitu meliputi: Akar dari perkembangan musik metal di dunia sehingga kemudian dapat masuk ke Indonesia, mengenai hal ini pada tahun 2005, Sam Dunn pernah melakukan penelitian melalui disertasi dan film dokumenter yang dibuatnya, berjudul Metal: A Headbanger’s Journey. Film ini memotivasi penulis untuk mengkaji lebih lanjut perkembangan musik dan ideologi musisi serta penggemar musik metal yang ada di kota Bandung dan Jakarta. Sebagai sampel dan untuk menambah wawasan, penulis akan mencoba menggali sejarah beberapa genre musik (lirik dan lagu) metal yang diusung beberapa band sebagai contoh, misalnya Sepultura dengan usungan lirik berbau marxisme dan anarkisme, RATM (Rage Against The Machine) sebagai pendukung gerakan EZLN (Ejercito Zapatista de Liberacion Nacional) di Mexico. Vile yang mengeksploitasi seksualitas dalam lirik-lirik lagunya, beberapa band Skinhead Punk yang berpaham
Neo Nazi dan anti ras-ras tertentu, Cradle Of Filth, Celtic Frost, Gorgoroth, Marylin Manson, Marduk, dan Dimmu Borgir adalah pengusung tema Anti Christ, hingga di Bandung juga muncul beberapa band metal yang mengusung tema kesundaan yang mengusung spirit lokalitas2. Konsep ideologi yang diusung salah satu band tersebut di atas dapat kita lihat dan pahami di dalam lirik-lirik lagu band yang diciptakannya. Sepultura misalnya, menuliskan dalam lirik lagunya yang berjudul Refuse/Resist; “Chaos A.D, army in siege, total alarm. I’m sick of these, Inside the state, war is created. no man’s land, what is this shit?” (Kekacauan, tentara bersiaga, peringatan total. Aku muak dengan semua ini, didalam negara perang diciptakan. Tanah tak bertuan, apa ini semua?). Berdasarkan hasil percakapan dengan Man Jasad, ia mengisahkan tentang pergerakan ini yang ia mulai pada tahun 2003 saat musik underground mulai ramai di Bandung, hampir semua musisi mengikuti segala budaya yang ada di barat seperti mewarnai rambut, pakaian, bahasa dan atittude, namun akhirnya timbul rasa keterasingan di dalam dirinya yang merasa kehilangan indentitasnya saat mendapatkan kesempatan bermain di Amerika.
________________________ 2
Dunn, Sammuel. 2007. Global Metal Documentary, Banger Production. USA.
Mulai saat itulah Man berinisiatif untuk mulai berpakaian sesuai dengan adat istiadat dimana ia tumbuh, seperti memakai celana kampret (celana pencak hitam), menggunakan iket sunda dan mulai memasukan konten budaya Sunda dalam musiknya. Hal ini sempat menuai kontroversi karena beberapa musisi lain beranggapan budaya sunda tidak seharusnya dimasukan ke dalam musik metal, namun Man terus melanjutkan perjuangannya ini sampai pada puncaknya di tahun 2008 - sekarang mulai bermunculan musisi dan fans yang menggunakan atribut itu di panggung maupun di area penonton sebagai tanda respect (hormat) terhadap inisiasi yang dilakukan Man. Menggenakan kaos band metal dan menggunakan iket sunda sempat menjadi ciri Bandung Death Metal . Dalam percakapan dengan Man Jasad3, ia mengatakan bahwa negara kita diserang secara pemikiran dan budaya, masuknya paham-paham dari barat dan timur membuat negara Indonesia lupa kepada identitasnya. Menurutnya ada tiga hal yang membuat negara ini lupa akan jati dirinya, pertama; jauhkan dari
leluhurnya,
kedua;
hilangkan kebiasaan/tradisi
yang dilakukan
leluhurnya dan yang ketiga; katakan bahwa leluhurnya adalah kaum primitif. Ketika menyadari hal tersebut, Man bersama bandnya berkonsentrasi di ranah ini untuk mengembalikan atau setidaknya memperkenalkan kembali budayanya kepada basis fansnya mengenai budaya tempat mereka tinggal. Berbeda dengan Man Jasad, pada awal 2010 atas inisiatif Muhammad Hariadi Nasution atau yang akrab disapa Ombat (vocalist band Tengkorak) lahirlah sebuah gerakan One Finger Movement (Salam Satu Jari). Gerakan ini
adalah sebuah perlawanan budaya dengan menggeser symbol-simbol yang umum digunakan pada musik metal yang identik dengan telunjuk dan kelingking yang diacungkan, karena simbol itu dianggap sebagai simbol satan atau devil horn (tanduk setan/kambing) sebagai simbol lucifer. Band Tengkorak mulai aktif pada tahun 1993 mengusung genre Grind Core, dengan influens dari beberapa band seperti Napalm Death (UK) dan Brutal Truth. mengalami banyak fase bongkar pasang personil sampai pergeseran ideologi. Ombat menyatakan musik metal dengan budayanya memiliki pengaruh yang sangat kuat, dan arus itu sempat menghanyutkannya sampai simbol-simbol yang digunakan selama ini mengarah pada satanisme, menyadari hal ini Ombat dan kawan-kawan berbalik arah mengubah haluannya terhadap musik. Munculah statement Salam Satu Jari sebagai simbol ketauhidan. Berdasarkan hasil percakapan dengan Ombat4, ia menyatakan “gak ada tujuan spesifik dari gerakan ini, cuma menegaskan bahwa dulu gua sempet pake simbol-simbol begituan. nah tapi setelah gua tau ngapain juga gua ikutikutan begituan kan gak penting, terus kita punya norma-norma budaya di negara kita. Gua juga gak memaksa buat pada ngikutin apa yang gua lakukan, lu mau ikutin ayo, lu gak ikutin juga gak ada masalah. Jangan benci mereka yang masih pake simbol-simbol atau ikut musik yang kayak begituan, jangan jauhi dan jangan marah sama mereka, karena hidayah itu mutlak milik Allooh, ya jadi gua cuman berdoa sama Allooh semoga mereka diberikan hidayah sebagaimana gua dulu dikasih hidayah”.
Beberapa band di Jakarta mendukung dan turut serta dalam gerakan ini, meskipun tak jarang beberapa musisi dan fans lainnya yang mencemooh atau menentang hal tersebut. Cemoohan juga datang dari band asal Amerika Dark Funeral, saat konser di Senayan band tersebut sempat dimintai pernyataan ketika jumpa pers mengenai pergerakan ini di Indonesia, “genre metal tidak dipecah-pecah seperti itu, seharusnya kita bersatu dalam perbedaan genre, negara bahkan pemahaman untuk melawan dan mengkritisi sistem”.2 Sepaham dengan
Dark Funeral, salah satu personil Purgatory juga
menyatakan ketidaksepakatannya tentang gerakan One Finger Movement, hal ini berdasarkan hasil percakapan dengan Al 3, ia mengatakan : “Sebetulnya saya kurang setuju dengan gerakan one finger movement, karena hal itu terlalu mengkotak-kotakan genre dan pemahaman di genre metal sendiri yang akhirya akan terbentuk kubu-kubu yang saling bertentangan. Padahal sebelumnya kita bisa kumpul dengan kawan-kawan metalhead lainnya entah dalam obrolan musik, pemahaman atau bahkan bisa sharing terutama dalam menyampaikan kebenaran. Kalau sudah terbentuk antar kubu dalam musik metal nantinya akan lebih sulit untuk sharing atau menyampaikan kebenaran yang datangnya dari Allah” Purgatory juga sebuah band yang mulai memasukan konten kebenaran dalam lagunya sejak tahun 2002 dengan album 7.172. Band yang digagas
3
Informasi dari Youtube, Wawancara Band Dark Funeral
4
Hasil wawancara pada tanggal 24 Februari 2014
oleh dua bersaudara Lutfhi sebagai gitaris dan Al di posisi drum dari tahun 1994. Pada awalnya musik Purgatory mendapat banyak pengaruh dari band seperti Sepultura dan Obituary, sampai pada tahun 1998 meluncurkan sebuah single “Sakaratul Maut” yang tergabung dalam kompilasi Metalik Klinik. Musisi yang terlibat dalam Purgatory mulai mengalami keresahan saat bandband lain di dalam lagunya mengucapkan hujatan, hinaan dan isu-isu tentang kenikmatan dunia, dari hal inilah personil Purgatory mulai mendalami Islam yang dianutnya dan menjadikan Al-Qur’an sebagai rujukan dari lagu-lagu yang mereka ciptakan. Berawal dari kompilasi Metalik Klinik dengan singel mereka yang berjudul “Sakaratul Maut” hingga puncaknya pada tahun 2002 Purgatory meluncurkan sebuah album yang berjudul 1.172, diambil dari Al-Qur’an Surah Al-Araf yang berbunyi : “Dan (ingatlah) ketika Rabb mu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman) “bukankah Aku ini Rabb mu ?” mereka menjawab, “Betul (Engkau Rabb kami), Kami bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini”. Salah satu lagu Purgatory yang berjudul M.O.G.S.A.W (Messengger of God Sallallohualaihisalam) mengisahkan kecintaan terhadap Nabi Muhammad SAW, Purgatory menamakan para pengikut nabi Muhammad Saw dengan panggilan Mogerz, termasuk seluruh personil Purgatory sekalipun. Pada lagu berjudul Lord Of War/ Ahli Naar yang berisi tentang peperangan dan kerusakan yang dilakukan, lirik dari lagu ini berbunyi : “Sesungguhnya manusia telah melewati batas-batasnya. Terlambat sudah, Semua yang
kulihat kamu menjatuhkan bom di tempat bermain anak-anak, dengan segala kebencian
kau
ciptakan
perang.
Manusia-manusia
tak
beriman,
sesungguhnya bagi mereka adalah seberat-beratnya hukuman. Ini bukan tentang kami, karena kami percaya. Semoga Allah ampuni dosa-dosa kami”. Lagu ini terinspirasi dari Al-Qur’an surah 2:11, 15:39, 42:42. Purgatory sendiri tidak mengklaim dirinya sebagai band syi’ar, Al menegaskan bahwa Purgatory hanya tidak mau sembarangan menuliskan sebuah lirik lagu karena akan dimintai pertanggungjawabannya, baik dan buruknya apa yang disampaikan Purgatory, maka dari itu Al-Qur’an dan Hadist menjadi sumber rujukan atas kebenaran yang dikemas lalu disampaikan Purgatory melalui musiknya. Apa yang telah dianut dan dijalankan oleh Purgatory sendiri selama ini telah menuai dampak positif, salah satu fansnya menjadi seorang mualaf, bahkan seorang pecandu narkoba dapat menghentikan kecanduannya terhadap obat-obatan terlarang. Perkembangan musik metal di Indonesia dan keberagaman isu yang dilantunkan musisi-musisinya yang kemudian akan diangkat dalam film ini, ketika musik metal tumbuh dan mulai di terima di Indonesia, dan pertentangan mengenai keberadaan dari beragam konsep ideologi yang dianut beberapa band metal yang ada, akan menjadi fokus penulis untuk dirangkum ke dalam film dokumenter berjudul Fungsi Utama dari sebuah Musik (Metal Genre).
C. Keaslian/Orisinalitas Dalam proses pencarian data yang telah dilaksanakan, penulis belum menemukan karya film dokumenter tentang beberapa pemaparan konsep ideologi musik metal yang ada di Bandung dan Jakarta. Sementara itu dari media, baik elektronik maupun cetak hanya sebatas reportase ataupun berupa dokumentasi pribadi, belum ada yang mengemasnya dalam bentuk film dokumenter. Dengan demikian, orisinalitas dapat dipertanggungjawabkan dan meskipun ada film dokumenter yang serupa tentunya bisa menjadi bahan perbandingan dengan karya lain untuk dijadikan referensi.
D. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan Tujuan dari pembuatan film documenter yang berjudul “The Main Function of Music : Metal Movement” ini adalah untuk: a) mengetahui sejarah awal masuk dan berkembangnya musik metal di Indonesia. b) memaparkan berbagai paham, isu sosial dan ideologi yang mempengaruhi musik metal di Indonesia. c) memberikan inspirasi kepada mahasiswa STSI Bandung agar tidak terjebak dalam konteks “Dokumenter Budaya” yang terkadang terjebak dalam pemaknaan budaya sebagai tradisi yang dilakukan di daerah-daerah tertentu. Film ini penulis harapkan dapat membuka wawasan bahwa isu globalisasi dan urban juga merupakan sebuah
budaya yang sedang berlangsung atau bahkan merupakan serangan budaya dari luar. d) memahami proses pendewasaan dan pencarian hidayah dari beberapa band yang telah mengalami pasang surut karir sampai mendapatkan keyakinan yang matang hingga menjadi sebuah pegangan/paham yang dianut. 2. Manfaat Berdasarkan tujuan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka film dokumenter yang berjudul “The Main Function of Music : Metal Movement” diharapkan dapat mendatangkan manfaat sebagai berikut: a) memberikan wawasan mengenai musik metal yang berkembang di Indonesia dengan pergerakan independent, juga memaparkan bahwa tak semua musik metal menebar isu-isu kekerasan, Purgatory dan Tengkorak salah-satu contoh yang memberikan pengaruh positif, khususnya mengenai syiar Islam. b) merangsang kreatifitas untuk melakukan penelitian-penelitian atau bahkan melanjutkan penelitian yang dilakukan oleh penulis, sehingga jika terjadi perbedaan pendapat dalam film yang dibuat penulis, membuat sineas mau mengkritisi dengan tulisan dan film juga.
II.
KAJIAN SUMBER PENCIPTAAN
A. Kajian Subjek Film Metal adalah genre musik yang keras, cepat, tempo tinggi dan penonton yang enerjik. Musik keras ini muncul pada pertengahan tahun 70-an, diawali dengan band Heavy Metal seperti Black Sabbath, Blue Cheer, Deep Purple, Jimmy Hendrix, Cream, MC5, Mountain, The Stooges dan Led Zeppelin yang menginspirasi dan mempengaruhi gaya permainan beberapa band selanjutnya, lalu muncul generasi yang berpengaruh dan lebih ekstrim, lahirlah The Big Four yang terdiri dari Metallica, Megadeth, Anthrax dan Slayer, keempat band yang bergenre Trash Metal. Sampai saat ini sub genre Metal terus berkembang, lebih banyak lagi misalnya Black Metal, Death Metal, American Death Metal, Nu-Metal, Progressive Metal, Grind Core, Metalcore, Grunge, Hardcore, Post Hardcore. Jika dilihat secara kasat mata dan kita dengar beberapa musik dari sub genre Black Metal yang muncul di era tahun 80-an, Bibit Black Metal ditanam diawal 80-an yang dikenal sebagai Gelombang Pertama, eksistensi paling awal lewat band dari Britania Raya, Venom lewat album debutnya Welcome to Hell. Genre musik ini bernuansa setan yang mengingatkan kepada penyiksaan juga lirik sering mengambil kata-kata yang berbau setan, penyembahan berhala, dewa-dewa kuno, tema gaib yang mengutuk agama Kristen (Anti Kristus), lirik bertema perang, udara dingin, kegelapan, hutan,
dan lingkungan alami di eropa dan meminum darah segar membuat suara menjadi lebih serak atau hanya sebagai atribut aliran musik tersebut. Di Eropa musik ini menjadi sebuah media penolakan terhadap masuknya agama nasrani ke dalam negara mereka, seperti halnya di Norwegia, salah seorang musisi black metal yang melakukan pembakaran gereja adalah salah satu hal yang dilakukannya. Melalui musik inilah mereka mengembalikan nilai-nilai budaya leluhurnya (Paganistik). Oleh karena itu bisa penulis lihat melalui kostum yang mereka kenakan dan alat-alat musik lainnya yang bernuansa folk dan alat musik tradisional negaranya masing-masing. Beralih ke Britania Raya dimana berkembangnya teknologi yang menyisihkan buruh pabrik, isu kapitalisme di sana begitu kencang berhembus sehingga munculah sebuah perlawanan terhadap masa beralihnya pekerjaan yang dilakukan oleh manusia diganti dengan mesin (Produksi Masal). Gaya hidup dan musik yang berkembang di sana seperti Skinhead banyak melantunkan lagu yang berbau perlawanan terhadap hal ini. Selain penentangan terhadap kapitalisme di Inggris juga tak sedikit musisi yang melakukan penolakan terhadap Fasisme, militer, atau polisi. A.C.A.B (All Cops Are Bastard) salah satu statement yang sangat tenar didengar pada gaya hidup ini. Di negara Jerman, hal serupa terjadi, penolakan Fasisme dan pemujaan Fasisme berkembang bersamaan. Disana lahir beberapa band trash metal, neo-nazi dan lainny. Salahsatu band penentang fasisme dan kesenjangan sosial adalah Kreator.
Selain beberapa kejadian di atas, musik bergenre ini pun menjadi bahasa pemberontakan dan media revolusi di beberapa negara berkembang, misalnya di Brazil dengan band Sepultura dengan lirik lagunya menyuarakan kebebasan dan perlawanan terhadap kediktatoran pemerintahan Brazil di era pertengahan tahun 1980 dan bahkan saat ini Sepultura menjadi icon Brazil setelah sepak bola. Tahun 1992, Sepultura melakukan tour dan salah satunya di Indonesia. Max Cavallera (vocalist) “hello Indonesia i feel nonconformity in my inner self” salah satu petikan lirik lagu Inner Self yang dirilis dalam album Beneath The Remains 1989 ini membakar semangat perlawanan terhadap ketimpangan yang terjadi di negara Indonesia, saat itu konser di sana para fans dipaksa oleh aparat untuk “duduk manis” saat pertunjukan berlangsung. Dilanjutkan tahun 1994 pada saat itu giliran band Metallica dari Amerika Serikat beraksi di Jakarta dan saat itu kerusuhan terjadi karena penonton membludak dan para penonton yang belum masuk stadion rusuh di gerbang masuk dengan cara membakar gerbang stadion, tidak peduli memiliki tiket atau tidak, aparat dengan paksa menertibkan para fans dalam kerusuhan itu. Setelah konser Metallica, pemerintah memutuskan untuk melarang semua band metal ataupun rock untuk melakukan konser di Indonesia, karena pemerintah menganggap bahwa itu semacam virus yang membawa dampak buruk pada bahasa dan perilaku remaja Indonesia. Lain cerita di Uni Emirat Arab dan Iran, dimana fans, penikmat musik metal, fans yang mengenakan t-shirt band dan bahkan seseorang yang
berambut panjang bisa ditangkap dan diinterogasi oleh aparat. Ali seorang musisi menuturkan pengalamannya “mereka (aparat/polisi) membawa saya ke kantor polisi dan mengintrogasi saya, mengapa kamu memiliki rambut panjang ? apakah kamu pemuja setan?, kala itu saya sepulang dari konser Iron Maiden di Turki”. Tahun 2004 band SDS melakukan konser di Tehran, Iran. Saat konser band ini tidak diperkenankan untuk melantunkan lirik mereka dan para penonton harus duduk selama pertunjukan berlangsung, lalu acara ini pun dibatalkan setelah lagu pertama, pemerintah Iran mengatakan musik yang mereka lantunkan bertentangan dengan ajaran Islam. Dalam tataran ini Metal harus dimaknai sebagai praktik subkultural. Untuk memahami Metal dalam tataran genre atau aliran, unsur-unsur ekstra musikalitas seperti lirik (verbal), performance (visualitas), style atau gaya, sampai dengan nilai-nilai sosial yang beredar di antara produsen (musisi) dan konsumen (penikmat, fans) Metal harus diikutsertakan (Weinstein, 2000:1-8). Konsepsi ini diperkuat oleh pernyataan Robert Walser, (1993: 108) metal lebih dari sekedar musik, dia adalah arena pergulatan gender, di mana para gladiator spektakuler bersaing untuk memperebutkan dan mempengaruhi ideide tentang maskulinitas, seksualitas dan gender. Pada tahun 1980 Ozzy Osbourne (vocalis band Black Sabbath) menulis sebuah lagu berjudul Suicide Solution, lagu ini ditujukan untuk membalas sakit hatinya pada seseorang supaya merasa bersalah seumur hidupnya. Di tahun 1985 seorang remaja asal Rusia melakukan aksi bunuh diri setelah
mendengarkan lagu ini dan orang tua remaja ini menuntut sang pencipta lagu Ozzy, namun tuntutan tersebut dicabut karena tim penyelidik tidak menemukan bukti antara lagu dan kejadian bunuh diri remaja itu. Dari beberapa kejadian yang penulis temukan, bisa kita bayangkan bahwa musik adalah salah satu media multi fungsional, berbeda negara, berbeda pemahaman, berbeda kepala dan niat musik bisa menjadi sebuah kendaraan untuk mencapai suatu ambisi individual, komunal, atau bahkan dalam kapasitas pemahaman bahkan kepercayaan dan agama. Salah satu peringatan itu tertulis dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 120 yang berbunyi: Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, “sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya).” Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, tidak akan ada penolong dari Allah. Juga ditemukan dalam kitab Injil, “domba-dombaku telah menjadi mangsa... karena tidak adanya penggembala dan gembalaku tidak memperhatikan domba-dombaku, namun hanya memikirkan diri mereka sendiri.” (Yehezkiel, 34:8). Kemudian Hendry Makow (2011:…) menyatakan: Kemanusiaan telah dijajah oleh sebuah kelompok pemuja setan yang bernama Illuminati. Untuk mengalihkan perhatian dan mengendalikan kita, mereka telah menggunakan jaringan freemason yang menyelusup ke berbagai organisasi, khususnya pemerintah, lembaga intelejen, pendidikan, dan media massa.
Adapun kisah tentang Ombat Nasution, penggagas gerakan salam satu jari (One Finger Movement) yang mendatangi FPI dengan maksud untuk
menjelaskan fenomena penjajahan ideology dan keyakinan yang dilakukan bangsa Yahudi Israel terhadap Indonesia melalui musik, yang dirangkum dalam berita surat kabar online berikut: Rabu malam 2-5-2012, FPI kedatangan tamu serombongan musisi dan para pekerja seni lainnya yang tergabung dalam kelompok Indonesia Tanpa JIL (Jaringan Islam Liberal) yang dipimpin oleh Ombat Nasution (vokalis band Tengkorak) dan dalam kesempatan tersebut Ombat Nasution menjelaskan bahwa musik telah diperalat oleh Yahudi Israel untuk menjajah bangsa Indonesia yang mayoritas muslim ini. Untuk memperjelaskan keyakinannya itu Ombat mengisahkan tentang Wartawan AS yang mendatanginya dan mengatakan padanya bahwa untuk menjajah Indonesia tidak perlu mengerahkan pasukan tempur dan peralatan militer seperti ke Palestina, Irak, atau Afghanistan. Cukup dijajah dengan musik saja. Oleh karena itu, wartawan AS itu mendorong Ombat untuk mengembangkan musik metal sebagai sarana untuk menjadikan musik sebagai alat dakwah dan perlawanan terhadap hegemoni kaum kapitalis di Indonesia. Ombat yang mengubah salam metal setan dua atau tiga jari yang selama ini menjadi simbol musik metal yang berarti kambing (lucifer), setan menjadi salam satu jari yang bermaksud simbol dari tauhid, sampai terbentuklah Komunitas Salam Satu Jari atau sering dikenal dengan sebutan One Finger Movement.4 Banyak sekali kita temukan model T-Shirt dengan desain bergambar neraka, mutilasi, gambar-gambar tentang seksualitas, pembunuhan, monster, iblis dan masih banyak desain lainnya yang tak kalah mengerikan. Ilmuan asal Jepang, Dr. Masaru Emoto melakukan sebuah penelitian dengan meletakan 2 gelas berisi air yang sama dan disimpan di tempat yang berbeda, setiap harinya kedua air ini diperlakukan berbeda, gelas pertama dilontarkan kalimat-kalimat positif dan air yang kedua diperlakukan dengan hal sebaliknya, dan setelah beberapa hari diperlakukan seperti itu air yang pertama memiliki molekul yang berbentuk hexagonal (kondisi air terbaik) dan molekul yang terdapat pada air yang kedua menjadi rusak dan kotor. 4
Dikutip dari Suara Islam Online pada 7 November 2013
Dari penelitian yang dilakukan Dr. Masaru Emoto itu penulis menarik kesimpulan, bahwa di dalam tubuh manusia itu sekitar 90% mengandung air, dan bisa kita bayangkan jika kita memakai pakaian yang diberi label buruk seperti halnya kalimat “Keparat”, “Bajingan” dan jika bahasa dan perilaku kita buruk apa yang terjadi pada molekul-molekul dalam tubuh kita yang dipenuhi cairan ?
B. Tinjauan Pustaka 1) Apip. 2012. Panduan Prodi Televisi dan Film STSI Bandung. Bandung: STSI Press. Film sebagai salah satu artefak media yang dibuat untuk ditonton oleh audiens melalui aktifitas melihat dan mendengar agar dapat menangkap cerita atau informasi yang disampaikan. Karena hal tersebut tidak terlepas dari fungsi film sebagai medium komunikasi massa. Film dokumenter yang merupakan bagian dari genre film non cerita atau non fiksi yang tidak hanya memaparkan fakta. Namun ia juga menyatakan sikap dan opini (nilai-nilai subyektivitas) kreatornya. 2) Widayanto, Nuraziz. (2009). Handbook Story Lab. Bandung: Story Lab Buku ini menjelaskan tentang seluk beluk film dan proses kreatif dalam pembuatan film yang mencakup proses pra produksi, produksi hingga pasca produksi. Penulis menjadikan buku ini sebagai bahan referensi karena apa yang dimuat dalam buku ini bermanfaat untuk merancang proses yang akan dilakukan dalam Tugas Akhir penulis.
3) Javandalasta, Panca. (2011). Lima hari Mahir bikin film. Surabaya: Mumtaz media. Buku ini menjelaskan tentang proses pembuatan film yang dirangkum dalam lima hari dari mulai praproduksi, produksi hingga pascaproduksi. Penulis menjadikan buku ini sebagai bahan referensi karena buku ini menjadi alternatif solusi membuat film dengan sederhana dan mudah. 4) Javandalasta, Panca. (2011). Lima hari Mahir bikin film. Surabaya: Mumtaz media. Masih dalam sumber yang sama dari Panca Javandalasta., “Film is Picture Writing” demikian kata Jean Cocteau, seorang pujangga dan filmmaker dari Perancis. Dengan menggunakan kata “writing”, JeanCocteau
ingin
mengungkapkan
bahwa
film
tidak
semata
keterampilan teknis. Lebih dari itu, film memerlukan perhatian khusus dan luasnya wawasan. Writing atau menulis meliputi wawasan, data-data, imajinasi dan kreatifitas dalam merangkai tulisan. 5) Al-Quran “Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, “sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya).” Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, tidak akan ada penolong dari Allah.” (QS. AlBaqarah:120).
6) Kitab Injil “domba-dombaku telah menjadi mangsa... karena tidak adanya penggembala dan gembalaku tidak memperhatikan domba-dombaku, namun hanya memikirkan diri mereka sendiri.” (Yehezkiel, 34:8). 7) Makow,
Hendry.
(2011).
Illuminati
dunia
dalam
genggaman
perkumpulan setan. Jakarta. Hendry Makow menulis dalam bukunya “Kemanusiaan telah dijajah oleh sebuah kelompok pemuja setan yang bernama Illuminati. Untuk mengalihkan
perhatian
dan
mengendalikan
kita,
mereka
telah
menggunakan jaringan freemason yang menyelusup ke berbagai organisasi, khususnya pemerintah, lembaga intelejen, pendidikan, dan media massa”. 8) (Kellner, 2010: 258). Satu hal yang menarik dari sebuah subkultur musik adalah repertoarnya yang melawan (resisten). Jika musik rap membentuk sebuah budaya perlawanan terhadap supermasi kulit putih dan penindasan 9) (Weinstein dalam Narendrea, 2012: 994). Musik Metal juga digunakan serupa sebagai alat resisten terhadap segala bentuk dominasi (hegemoni). Musik Black Metal di kacah metal Skandinavia menentang dominasi kultur Judeo-kristiani yang dianggap menghancurkan kejayaan bangsa Viking, dibalut sentimen rasial dan superioritas kulit putih, serta akumulasi berbagai persoalan dalam konteks sosio-politik yang terjadi di Norwegia, menghasilkan perlawanan
dan menumbuhkan sentimen anti-Kristen dalam bentuk satanisme oleh para musisi pengusung Black Metal di Norwegia 10) Kuntowijoyo & AE Priyono. (1991). Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi. Kota:Penerbit. Berebeda dengan agama-agama lain, Islam masuk ke Indonesia dengan cara yang elastis. Masjid-masjid pertama di Indonesia bentuknya menyerupai arsitektur lokal, warisan dari Hindu. Ini berbeda dengan. Kristen yang membangun gereja dengan arsitektur asing, arsitektur Barat. 11) Soekanto. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Kota:penerbit. Masalah conformity dan deviation, berhubungan erat dengan sosialcontrol. Conformity berarti proses penyesuaian diri dengan masyarakat, dengan cara mengindahkan kaidah dan nilai-nilai masyarakat. Sebaliknya deviation adalah penyimpangan terhadap kaidah dan nilai-nilai dalam masyarakat. 12) Sejarah pun mencatat bahwa Indonesia pernah menjadi tuan rumah perhelatan akbar event musik Metal berskala internasional, Sepultura (1992) di Surabaya dan Metallica (1993) di Jakarta, event itu menjadi saksi betapa musik metal begitu diminati oleh kaum muda di Indonesia kala itu. Bahkan jauh sebelum tahun 90-an, pemancang batu pertama dari konstruksi musik Heavy Metal di Indonsia adalah konser musik band Deep Purple pada tahun 1975 (Naerendra, 2012: 988). 13) Metal menjadi arena terbuka bagi kaum muda di Indonesia untuk mengekspresikan kekesalan dan kekecewaan terhadap segala bentuk
dominasi. Metal telah menjadi Imagining Alternative Community bagi kaum muda di Indonesia yang sama-sama memiliki kekesalan dan kekecewaan terhadap segala bentuk dominasi, utamanya dominasi oleh negara atau pemerintah (Wallach, 2005: 226). Melalui ekspresi musikal yang ditandai dengan lirik-lirik yang tajam (kritik sosial).
C. Tinjauan Karya Terdahulu 1) A Headbanger’s Journey A
Headbanger’s
Journey
adalah film
dokumenter tahun 2005 oleh Sam Dunn, seorang antropologis dan sutradara film dokumenter.
Melalui
film
ini
Dunn
menelusuri asal mula musik ini muncul, akar dari genre musik ini dan mengapa genre
musik
ini
begitu
banyak
digandrungi orang banyak.
2) Global Metal Global Metal Dirilis pada tahun 2008, Sam menyutradarai sebuah film baru, berjudul Global
Metal. Dalam
film
tersebut, sutradara Scot McFadyen dan Sam Dunn berangkat untuk menemukan bagaimana yang paling difitnah genre musik Barat itu, heavy metal telah berdampak budaya dunia di luar Eropa dan Amerika Utara. Film ini mengikuti fan metal dan antropolog Sam Dunn pada perjalanan menempuh melalui
Asia, Amerika Selatan dan Timur Tengah saat ia mengeksplorasi muncul musik ekstrim di dunia dari death metal Indonesia, Israel dan black metal Cina dan Iran, Film ini mengungkapkan komunitas di seluruh dunia metalheads yang tidak hanya menyerap metal dari Barat.
Mereka
mengubahnya
dan
menciptakan bentuk baru dari ekspresi budaya
dalam
masyarakat
yang
didominasi oleh konflik, korupsi dan massa-konsumerisme
3) American Hardcore American
Hardcore adalah
sebuah
film dokumenter yang disutradarai oleh Paul
Rachman dan
ditulis
oleh Steven Blush. Hal ini didasarkan pada
buku Amerika
Hardcore:
A
History
Tribal juga
ditulis
Blush.
Film
menampilkan
beberapa
ini
pionir
awal
hardcore musik Brains, Black Threat, The
oleh
dari punk
termasuk Bad Flag, DOA,
Minutemen
lain. Film
Minor
dan lain-
ini
dirilis
pada DVD oleh Sony Pictures Home Entertainment pada Februari 2007.
tanggal
20
4) Somekind of Monster Somekind of Monster adalah sebuah film
dokumenter
2004
yang
mendokumentasikan aktivitas band Metallica saat proses pembuatan lagu pada album St. Anger, judul film ini diambil dari salah satu lagu metallica yang berjudul somekind of monster. Selain proses rekaman dan aktivitas personil metallica, film ini juga mengangkat proses audisi pencarian basist baru band Metallica setelah basist
lama
mengundurkan
nya
Jason
diri.,
Newsted
pada
2001
metallica secara resmi mengangkat Robert Trujillo sebagai basist mereka.
5) We Will Bleed (Burgerkill) We Will Bleed adalah film dokumenter yang mengisahkan perjalanan karir band Burgerkill. Film ini berisikan proses kreatif pemnuatan lagu dan album Burgerkil dan pasang surut perjalanan band ini, melalui plotnya film ini mengajak para penontonnya untuk
melibatkan
perasaan
nya
kedalam band Burgerkill dimana ada kebanggaan,
perjuangan
dan
kesedihan yang dialami band ini berjalan dengan naturan dan dramatik. Kehilangan vocalist utama band Ivan
Scumbag
membentuk
Burgerkill
dengan gaya bermusik yang lebih ekstrim
hingga
Burgerkill
pada
mendapat
puncaknya penghargaan
sebagai band asia tenggara yang mendapat Achievment dari Golden Gods Award, London UK pada tahun 2013.
6) Through The Never Through The Never adalah film kedua dari Metallica, namun konsep dari film kali ini berbeda dengan film sebelumnya yang berjudul Somekind of
Monster
yang
bergendre
dokumenter. Film Through the Never berisi aksi panggung live Metallica konser yang disisipkan cerita yang mengisahkan
tentang
salah
satu
anggota kru Metallica, Trip (Dane DeHaan),
yang
mendapat
tugas
selama Metallica manggung, sebuah tugas yang sederhana sampai akhirnya tugas itu berubah menjadi sebuah petualangan
yang
tidak
pernah
dibayangkan sebelumnya. Film ini dirilis pada tahun 2013.
D. Konsep Pembuatan film Film Dokumenter yang berjudul The Main Function of Music : Metal Movement dijadwalkan akan digarap pada tahun 2014 ini, yang kemudian juga akan dikemas dalam bentuk wawancara untuk menggambarkan bagaimna kisah perjalanan beberapa musisi, band dan fans (metalheads).
a) Sinopsis Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan alam dan budaya yang begitu beragam, dari berbagai macam kepulauan, suku adat, bahasa, pakaian dan kebiasaan yang berbeda-beda, dengan populasi manusia terbanyak ketiga setelah China dan India, Indonesia didominasi dengan warga yang memeluk agama islam. Agama islam sendiri di Indonesia menemukan akulturasi dengan budaya di setiap daerahnya. Keberagaman di negara ini tidak menutup diri terhadap budaya global, buktinya banyak pengaruh budaya dari barat dan timur yang berkembang dan memiliki tempat dalam masyarakatnya, salah satunya adalah musik metal yang masuk ke Indonesia pada era 90-an. Beberapa band besar pernah melakukan konser di Indonesia, Sepultura band dari Brazil ini melakukan konser pada tahun 1992 dan Metallica band dari Amerika Serikat pernah melakukan konser pada tahun 1993 di Lebak Bulus, Jakarta. Sayangnya konser Metallica kali pertama di Indonesia itu berakhir dengan kerusuhan dan pembakaran
gerbang dikarenakan penonton tidak terkoordinir dengan baik sehingga fans yang memiliki tiket tidak diperbolehkan masuk. Semenjak kejadian tersebut aktivitas dari konser musik bergenre Metal dan Rock diredam karena dikhawatirkan memicu kerusuhan. Musik metal ini mulai berkembang dengan pesat ketika rezim dari Soeharto berhasil diturunkan oleh gerakan mahasiswa yang sangat masive. Bermula dari hal itu, metal mulai sangat berkembang dengan pesat layaknya massa yang turun ke jalan ketika tahun 1998. Di Jakarta beberapa band metal banyak menyerukan lirik musik yang berbau isu politik dan isu sosial. Hal ini dikarenakan mereka menilai banyak ketidakadilan yang terjadi di kalangan elit politik yang sangat merugikan rakyat. Imbasnya dari hal itu adalah kehidupan sosial masyarakat semakin terjepit dan sulit untuk mendapatkan sebuah hak yang dimiliki oleh pemerintah. Pandangan tentang musik metal pun juga menjadi aspek permasalahan pola pikir dan hidup di Indonesia. Ada yang menganggap bahwa metal itu adalah sebuah aliran musik yang menganut satanisme, penyembah setan. Pola pikir seperti itu terbentuk salah satunya karena mayoritas penganut agama Islam di Indoesia sangat banyak. Salah satu hal menarik dan diulas dalam film ini, mengenai musik metal yang berkembang di beberapa daerah di Indonesia yang bertemakan budaya di daerahnya dan konten agama Islam yang
dimasukan sebagai landasan ideologi dalam musik metal seperti yang dilakukan band Tengkorak dan Purgatory. Selain hal tersebut, melalui film ini menelusuri kejadian-kejadian menarik dari pengalaman musisi selama bekecimpung di dunia musik metal dan tujuan apa yang hendak dicapai melalui musik yang dikendarai setiap musisinya. b) Treatment 01. Insert Musik sebagai intro 02. Testimoni tentang musik 03. Establish aktifitas sosial Kota Bandung dan Jakarta 04. Intro film Insert gambar Moshpit dan surf mass 05. Wawancara Danang Siahaan pengamat musik mengenai masuk dan berkembangnya musik metal di Indonesia 06. Insert Gambar demonstrasi 98 07. Insert gambar konser musik metal 08. insert gambar poster-poster gigs 09. Wawancara dengan Wendy Purwanto Rolling Stones Magazine Indonesia dan Putrawan mengenai kultur musik metal di Jakarta 10. Insert gambar gigs metal di Jakarta 11. Wawancara dengan Kimung mengenai perkembangan kancah musik metal di Bandung 12. Insert gambar gigs Bandung 13. Wawancara dengan Man Jasad mengenai Bandung Death Metal
Sindicate dan isu lokalitas yang diusung dalam musiknya 14. Wawancara dengan Ombat Nasution mengenai konten musik Tengkorak 15. Wawancara dengan Andre Tiranda mengenai massa Metalheads di Jakarta 16. Wawancara dengan Al Purgatory mengenai konten musik Purgatory 17. Wawancara dengan Ombat Nasution mengenai One Finger Movement 18. Wawancara dengan fans Purgatory mengenai impact dari lagulagu Purgatory 19. Wawancara dengan anggota One Finger Movement 20. Wawancara dengan metalheads Bandung 21. Insert beberapa tragedi yang pernah terjadi di Bandung 22. Testimoni kalangan umum menanggapi musik metal yang berkembang di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Apip. 2012. Panduan Prodi Televisi dan Film STSI Bandung. Bandung: STSI Press. Javandalasta, Panca. (2011). Lima hari Mahir bikin film. Surabaya: Mumtaz media Kuntowijoyo & AE Priyono. (1991). Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi. Kota:Penerbit Makow, Hendry. (2011). Illuminati dunia dalam genggaman perkumpulan setan. Kota:Penerbit. Soekanto. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Kota:penerbit. Widayanto, Nuraziz. (2009). Handbook Story Lab. Bandung: Story Lab Narendra
LAMPIRAN: 1. Rencana alokasi waktu produksi. Proses pembuatan film “The Main Function of Music : Metal Movement” ini telah melalui proses penelitian dari akhir tahun 2012 hingga saat ini penulis masih melakukan riset. Proses panjang ini penulis rasa masih sangat belum matang dan penulis masih membutuhkan waktu lagi untuk melakukan penelitian yang lebih intens agar film ini bisa digarap kedalam bentuk film dokumenter yang matang. Penulis menjadwalkan pengerjaan/proses shooting film ini dilakukan pada bulan Agustus-Oktober 2014. Adapun rinciannya sebagai berikut: 1-10 agustus
: Proses pra produksi
13-25 Agustus
: Proses shooting di Jakarta
26-31 Agustus
: Proses Shooting di Bandung
2-5 September
: Koreksi dan evaluasi hasil shooting
5-13 September
: Estimasi waktu untuk kekurangan shooting pertama
15-25 September : Proes editing film 25-31 September : Skoring musik dan backsound film 1 Oktober
: Screening
2-5 Oktober
: Evaluasi dan revisi
10 Oktober
: Launching film
2. Rencana Crew Crew untuk produksi film The Main Function of Music membutuhkan bantuan dari mahasiswa prodi film STSI Bandung dan beberapa tambahan crew dari tempat lain, diantaranya : Produser
: Raden Muhammad Satrio Purwanto
Sutradara
: Muhammad Irfan Nugraha Kamil Abdullah
Penulis Skenario
: Nursolihah Zulfa
Asisten Sutradara : Bobbie Rendra Director of Photograph: Ridwan Van Patawi Kameramen
: 1. Topan Dewa Gugat
2. Muhammad Candra Firdaus 3. Zarkasih 4. Dian Sound Enginering : Pria Yudi Pamungkas Editor
: 1. Derry Anugrah Permana 2. Dimas Febriand
Lighting
: Surya Febri
Narator
: Dian Ardiansyah
3. Daftar kebutuhan alat dan bahan: a. Kamera Dslt Sony Alpha 77 b. Kamera Dslt Sony Alpha 65 c. kamera canon 600D (Behind The Scene) d. Lensa Wide e. Lensa Tele f. Lensa fix g. Lighting Red Head h. Lighting Blonde i. 9. Tascam Zoom H5n j. 10. Clip on k. 11. Condensor Mic l. 12. Mobil
4. Dokumentasi dan Publikasi Untuk sementara penulis menyiapkan cover promo film
Gambar 1.1 Interview di kediaman Al Purgatory, Bintaro.
Gambar 1.2 Interview bersama Ombat Nasution di backstage Band Cloth,
Gambar 1.3 Interview bersama Man Jasad, Bandung
III. PROSES PENCIPTAAN A. PRA PRODUKSI Proses pra produksi adalah tahapan paling vital dalam pembuatan karya film dokumenter, namun terkadang konsep yang dibuat menjadi jebakan di lapangan ketika fenomena dan fakta yang ditemukan berbeda dengan perencanaan. “Dokumenter adalah perjalanan produksi tanpa premis dan perencanaan yang bis berubah kapan saja”, Wawancara dengan Bonty Umbara (Peraih nomine Penata Editing Terpuji Festival Film Bandung 2014 dalam film Comic 8), 12 septerber 2014. Proses pra produksi ini meliputi: 1. Eksplorasi/observasi, Observasi dilakukan penuis pada awal tahun 2012, saat itu penulis sedang dalam proses pembuatan film “Boneka Jakarta” karya Derry A. Rukmana, di sela-sela produksi penulis melihat liputan di salahsatu televisi swasta tentang Metal Islam, kala itu Purgatory menjadi objek dalam liputan itu. Setelah itu penulis melakukan pencarian informasi melalui jejaring sosial dan internet mengenai Purgatory, mulai saat itu penulis melakukan komunikasi dengan Official Purgatory. Metal adalah hal yang tak bisa dipisahkan dari objek penelitian, maka penulis harus mengusut scene dan perkembangan metal di Indonesia khususnya Bandung dan Jakarta yang menjadi poros perkembangan genre musik ini. Melalui beberapa data di internet dan beberapa film dokumenter karya Sam Dunn yang berjudul “A Headbanger’s Journey
(2004)” dan “Global Metal (2007)” penulis mulai bisa membedah jalur penelitian yang akan dilakukan. Pada tahun 2013 penulis mulai melakukan pertemuan dengan beberapa narasumber yang dapat memberikan informasi, penulis dengan beberapa tim riset mulai mengikuti gigs metal di jawa barat dan jakarta untuk mulai merasakan atmosfir metal di scene Indonesia. Dari beberapa narasumber yang penulis temui penulis bertemu dengan slahsatu pendahulu dalam penelitian metal islam yaitu Putrawan, melalui Putra penulis mendapat banyak informasi dan jalur untuk melakukan observasi ini, akses narasumber, buku, dan data berbentuk video didapatkan penulis pada tahun itu. Muslim Headbanger pada akhirnya menjadi pilihan utama penulis memfokuskan diri untuk meneliti lebih dalam, periode tahun 2013-2014 penulis mulai melakukan ekspedisi Bandung-Jakarta untuk menemui beberapa pelaku di scene ini dan beberapa pengamat musik untuk dimintai pendapat tentang fenomena Metal dan Islam di Indonesia. Untuk menambah khazanah informasi tentang Metal, penulis juga melakukan wawancara dengan beberapa narasumber yang berkompeten tentang Musik Metal dan para Musisi Metal di antaranya : a. Damar Masarang Aji Siahaan Beliau lebih dikenal dengan panggilan Mas Damar, beliau merupakan seorang dosen musik di IKJ (Institut Kesenian Jakarta). Selain menjadi seorang dosen, beliau adalah seorang Metalheads
yang sedikit banyak mengamati perkembangan scene metal khususnya di Jakarta. Beliau menjadi salahsatu saksi dari fase perkembangan musik metal dari awal 90’an sampai saat ini. Banyak informasi yang penulis dapatkan dari beliau, seputar gelombang awal masuknya Rock yang diawali oleh beberapa band seperti Gun’s and Roses, lalu fase masuknya genre Heavy Metal, Speed Metal hingga Trash Metal yang menjadi cikal bakal berkembangnya Underground dan Extreme Metal yang tumbuh dan hidup pada saat ini. Mas Damar banyak menjelaskan mengenai Roots, Riffs, karakteristik musik ini dan beberapa kejadian-kejadian yang membuat genre musik ini terkena pencekalan pada tahun 93 pasca konser Metallica di Lebakbulus, Jakarta.
b.
Putrawan Yuliandri Seorang Headbanger dan peneliti Metal Islam dalam skripsi nya di Fakultas Ilmu Komunikasi UNPAD 2013. Beliau banyak memaparkan informasi mengenai kemunculan fenomena-fenomena munculnya One Finger Movement, Purgatory dan beberapa band lain yang mengusung pergerakan ini. Informasi yang didapatkan darinya memudahkan penulis mendapat informasi, buku dan film untuk memperkuat penelitian yang dilakukan oleh penulis, bahkan penulis mendapatkan beberapa video footage mengenai kejadian di tahun 2012.
c. Andre Tiranda Andre Tiranda adalah seorang Frontman dan Gitaris salahsatu band Death Metal Indonesia, Siksakubur. Penulis menemukan beberapa pernyataan di sosial media bahwa Indonesia memiliki scene yang massive dan Indonesia merupakan salahsatu negara dengan bassis masa metalheads terbanyak kedua di dunia setelah North America. Andre Tiranda adalah olrang yang membuat pernyataan tersebut, maka dari itu penulis memastikan kembali statement itu kepada beliau.
d. Ebenz Musisi dari salahsatu band ternama di Indonesia, Burgerkill. Band yang banyak mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari Festival di Amerika dan Eropa, salahsatunya pada tahun 2012 Burgerkill mendapat Achievment dari Golden Gods Awards di Ingris. Melalui Ebenz penulis mendapat informasi seputar massa metal di bandung, industri musik metal, movement, pengaruh musik metal pada fans nya sampai isu-isu seputar musik yang disuarakan melalui Burgerkill. Ebenz banyak menceritakan tentang perjuangan Burgerkill di industri musik distorsi ini hingga pencapaian yang mereka dapatkan dari perjuangannya hingga saat ini.
e. Aminuddin AL Muqaddas Effendi Pria jangkung berambut panjang dengan senyum lembut ini biasa disapa Al, beliau adalah salahsatu pionir Purgatory dang mengisi posisi Drum dari 1994-sekarang. Salahsatu majalah ternama Rollingstones Magazine Indonesia menobatkan Al sebagai salahsatu dari 50 Drummer terbaik yang dimiliki Indonesia. Al banyak menceritakan tentang latar belakang isu yang menjadi konsentrasi
dari
Purgatory.
Melalui
penuturannya
beliau
menceritakan kejadian di tahun 1997an Purgatory mulai terusik oleh band-bang yang bangga sekali dengan setan-setan yg mereka anggap tuhan mereka, mereka dengan bangga nya menyampaikan ngeri nya alam kegelapan dari setan-setan mereka, semenjak saat itulah ada perenungan dari para personilnya : "mereka aja bangga dengan setan nya, padahal kita tau banget setan itu makhluk Allooh juga, kenapa kita ga bangga kalo kita ada di pihak Allooh? murka Alloh jauh lebih dahsyat dan mengerikan dan nyata!". Melalui penuturannya penulis mendapat informasi hal yang melatarbelakangi tema-tema musik Purgatory lebih mengarah pada konten islam.
f. Luthfi Luthfi atau pria yang dikenal dengan nama panggung L.T.F ini adalah orang pertama yang mencetuskan nama Purgatory di awal
1991, beliau juga adalah seorang kakak kandung dari Al. Luthfi banyak konsentrasi pada ranah musikalitas Purgatory. Melalui beliau penulis mendapat banyak informasi mengenai Mengenai awal terbentuknya band Purgatory dengan konten keislaman yang memang tidak secara konseptual dibentuk pada band itu, Purgatory bukan lah band metal islam namun Purgatory adalah band metal dimana personilnya memiliki kesamaan visi dalam pendekatan diri kepada Allooh dan berusaha menjauhi larangan-Nya dan mendekati perintah-Nya, dan sampai saat ini fokus utama dari musik yang Puratory lantunkan bertemakan tentang perbaikan Akhlaq.
g. Bounty Muhammad Bounty adalah nama yang akrab untuk menyapa lelaki perenung ini. Selain menjadi Bassist band Purgatory, beliau aktif menjadi seorang editor film layar lebar dan videoclip, beberapa film yang berhasil beliau retaskan diantaranya ialah “Mama Cake” dan Comic 8” yang mendapatkan penghargaan Editor Terpuji di Festival Film Bandung 2014. Bounty adalah orang yang sangat kritis terhadap lirik-lirik yang ditulis di Purgatory. Belau mulai aktif menjalin silaturahmi dengan Purgatory dari awal 1998 dan bergabung menjadi personilnya pada tahun 2003 di album “7.172”. Salahsatu konsentrasi beliau yaitu pada pengumpulan jaringan komunitas yang dimnamakan “MOGERZ (Messanger of God Sallalohi Alaihi
Wassalam Followers)” dengan kata lain para pengikut nabi Muhammad SAW. Purgatory tidak pernah menamakan bahwa MOGERZ adalah fans Purgatory, Beliau menegaskan bahwa MOGERZ adalah komunitas pengikut nabi Muhammad SAW bahkan seluruh personil Purgatory adalah anggotanya. Melalui beliau penulis mendapatkan banyak informasi mengenai dampak langsung dari lirik-lirik lagu Purgatory pada pendengarnya.
h. Muhammad Hariadi Nasution (Ombat) Muhammad Hariadi Nasution lelaki plontos yang akrab disapa Ombat di kancah Grindcore Indonesia ini adalah seorang vocalist band Tengkorak. Selain aktif di dunia metal, beliau juga berprofesi sebagai Advokat/kuasa hukum di bidang kasus Terorisme. Ombat merupakan salahsatu pencetus One Finger Movement atau Salam Satu Jari. Band Tengkorak pada awalnya murni band Grindcore pada umumnya, dan bisa dikatakan Tengkorak adalah salahsatu band Grindcore pionir di Indonesia dan eksistensinya diakui didalam maupun diluar negeri. Perubahan itu mulai terjadi saat banyak pertukaran informasi dengan wartawan luar yang menegaskan dalam komunikasi itu bahwa Indonesia sedang dalam masa penjajahan secara budaya, menyadari hal ini Ombat Nasution dan personil Tengkorak merubah arah band ini menjadi lebih spesifik kepada Perlawanan Budaya. Melalui beberapa wawancara
dengan Putra, salah satu event munculnya statement ini pada 2010 dengan gigs yang bertajuk “Kembali ke Titik Nol” dimana Tengkorak menyatakan berhenti dengan atitude sebelumnya yang dianggap negatif, mulai saat itu Tengkorak konsentrasi pada “Perlawanan Budaya”, salahsatunya dengan mengganti simbol yang seama ini digunakan oleh Metalheads (Devil Horn) mengacungkan kelingking dan telunjuk diganti dengan “Salam Satu Jari” yang dianggap sebagai salam Tawheed.
Setelah melakukan banyak observasi ke lapangan dan menemui beberapa orang diatas akhirnya materi inilah yang menjadi konsentrasi utama
penulis
untuk
merekam
fenomenanya
kedalam
bentuk
dokumenter. Metal yang masuk ke Indonesia sebagai musik keras yang memberikan ruang kebebasan dan menjadi tempat meluapkan emosi hingga memiliki basis massa yang banyak di Indonesia, namun musik metal sendiri kerap mendapat cap negatif dari pandangan banyak orang karena liriknya yang terkadang memberi bobot bahasa yang kasar, vulgar dan kadang memiliki ajakan-ajakan pada hal yang buruk. Hal ini terbukti pasca konser Metallica 1993, pemerintah mengeluarkan regulasi yang mencekal segala aktifitas yang berhubungan dengan musik ber-genre Rock maupun Metal tidak diperbolehkan diselenggarakan di arena terbuka karena dikhawatirkan akan rusuh.
Seiring bergulirnya waktu, hegemoni ini lepas dan metal pun menjadi sebuah industri Underground di Indonesia, berbagai isu dan kepentingan mulai memasukinya, diantaranya adalah penjajahan secara budaya. Beberapa band seperti Tengkorak konsentrasi didalamnya dalam memerangi penjajahan budaya tersebut dan Purgatory lebih memilih konsentrasi pada pembenahan Ahlaq. Tak dapat dipungkiri bahwa Islam yang menjadi bobot dalam musik metal ini menjadi sebuah genre sekaligus menjadi pilihan baru di kancah metal di Indonesia. Fenomena inilah yang akan diangkat penulis kedalam
penelitian
dan
dokumenter
yang
berjudul
“Muslim
Headbanger”.
2.
Eksperimentasi, secara basic teknis pembuatan film memiliki beberapa teori mendasar dalam kemasan sinematik, diantaranya : 1. Angle. Angle atau sudut pengambilan gambar, amat berpengaruh dalam penciptaan komunikasi yang diharapkan dari sebuah gambar sebagai bahasa visual. Ada beberapa jenis Angle yaitu : a. High Angle yaitu kamera ditempatkan lebih daripada subjek untuk mendapatkan kesan bahwa subjek yang diambil gambarnya memiliki status sosial yang rendah, kecil, terabaikan, lemah dan berbeban berat.
b. Eye Level yaitu kamera ditempatkan sejajar dengan mata subjek. Pengambilan gambar dari sudut eye level hendak menunjukkan bahwa kedudukan subjek dengan penonton sejajar. c. Low Angle yaitu kamera ditempatkan lebih rendah daripada subjek, untuk menampilkan kedudukan subjek yang lebih tinggi daripada penonton, dan menampilkan bahwa si subjek memiliki kekuasaan, jabatan, kekuatan, dan sebagainya. (Panca Javadalasta, dalam 5 Hari bikin film, 2007:04)
2. Continuity. Continuity adalah logika sebuah film yang membuat film tersebut terkesan realistis dan meyakinkan sehingga membuat penonton bertahan dan hanyut dalam
penuturan film dari awal sampai akhir.
Sebuah film harus menampilkan urutan gambar yang berkesinambungan, lancar dan mengalir secara logis. Itulah yang disebut aspek Continuity pada sebuah film. Penuturan cerita yang peristiwanya bergerak dari satu tempat ke tempat lain membutuhkan pemikiran Continuity ruang (Space Continuity). Agar diterima dengan mudah oleh penonton, suatu kerangka logika dari suatu pergerakan harus diperlihatkan. Penonton harus dikondisikan untuk menyadari lokasi/ruang dari action dan arah dari gerakan itu sehingga penonton selalu sadar dari mana pemain datang dan kemana pemain pergi. Untuk
menggambarkan
sebuah
perjalanan
panjang,
ruang
bisa
dipersingkat dan tidak perlu semua ditunjukan. Cukup mengambil bagian-
bagian yang penting dan bagus
yang dapat memberikan kesan suatu
progresi ke tujuan. (Panca Javadalasta, 2007 : 04) 3. Komposisi. Secara sederhana, komposisi berarti pengaturan (aransemen) unsur-unsur yang terdapat dalam gambar untuk membentuk satu kesatuan yang serasi (harmonis) di dalam bingkai. Dalam dunia perfilman dan pertelevisian terdapat 11 shot sizes yang dikenal sebagai komposisi dasar dari sebuah pembingkaian gambar : 1. Extreme Long Shot (ELS), 2. Very Long Shot (VLS), 3. Long Shot (LS), 4. Medium Long Shot (MLS), 5. Medium Shot (MS), 6. Medium Close Up (MCU), 7. Close Up (CU), 8. Big Close Up (BCU), 9. Extreme Close Up (ECU), 10. Over Shoulder Shot (OSS),11. Two Shot. (Panca Javadalasta, 2007 : 04)
4. Close Up (CU) adalah teknik yang sangat unik dalam video/film. Close Up memberikan kemungkinan penyajian yang rinci dan detail dari suatu kejadian. Ada beberapa jenis Close Up : a. CU Cut In adalah pengambilan gambar secara close up atau lebih dekat dari pengambilan gambar sebelumnya yang lebih lebar. CU Cut In biasanya merupakan bagian dari adegan utama. Tujuannya adalah untuk mengembangkan penuturan seperti pada dialog penting, aksi penting dalam suatu adegan atau sebagai reaction shoot.
b. CU Cut Away adalah suatu pengambilan gambar CU yang menyajikan action kedua yang sedang berlangsung secara bersamaan di suatu tempat yang mempunyai kaitan dalam penuturannya. Tujuannya untuk memperlihatkan reaksi-reaksi pemain yang berada di luar layar. Muslim Headbanger adalah salahsatu eksperimental penulis untuk menakses kebebasan pembentukan gaya film dokumenter metal ini. Banyak gambar yang sengaja dibentuk dinamis dalam shoot wawancara beberapa narasumber penulis mengambil gambar dengan teknik HandHeld atau menggunakan monopod. Keterbatasan waktu dan peralatan membuat penulis memiliki beberapa macam kwalitas gambar yang berbeda, hasil gambar yang didapatkan pada tahun 2012-2013 banyak terjadi shake pada hasilnya, namun karena informasi di dalam video itu sangat penting dan penulis merasa bahwa gambar yang shake dalam dokumenter ini menjadi salah satu konsep didalamnya maka gambar itu menjadi salahsatu ranah eksporasi dan gambar estetis dari sudut pandang dokumenter. Dalam film ini penulis selaku sutradara film Muslim Headbanger tidak begitu banyak menyajikan Beauty Shoot, namun penulis mengajak penonton
larut
dalam
rangkaian
gambar-gambar
yang
disusun
atmospheric, sehingga penonton dapat merasakan atmosfir yang terjadi didalam gambar yang disajikan.
Influence film Global Metal banyak mempengaruhi konsep penuturan dalam film Muslim Headbanger, pengumpulan data di film ini dibantu oleh arsip-arsip peneliti sebelum penulis dan arsip dari beberapa band seperti Purgatory dan Tengkorak.
2. Perancangan,
merancang hasil eksperimen yang dipilih untuk
direalisasikan dalam naskah, treatment, storyboard/storyline, skenario yang disesuaikan dengan tujuan pembuatan film. Di bagian ini juga dituliskan rancangan produksi yang meliputi: a. Pemilihan tim produksi Penulis melakukan penyaringan tim produksi dengan cara melakukan diskusi dan memberikan beberapa catatan tentang penelitian Muslim Headbanger, akhirnya penulis mendapatkan banyak anggota tim diluar bidang keahlian film yang terlibat didalam produksi ini, salahsatunya Manager Produksi film ini adalah seorang Dokter Gigi. Kebutuhan gambar panggung membuat penulis mempercayakan pengambilan gambar oleh rekanan dari Bandung Stage Photographer, komunitas yang konsentrasi pada pendokumentasian foto panggung. Tim yang penulis kumpulkan untuk produksi film Muslim Headbanger diantaranya:
Manajer Produksi : Rianti Sutradara
: Muhammad Irfan Nugraha Kamil Abdullah
Penulis Skenario : Nursolihah Zulfa Asisten Sutradara : Bobbie Rendra D.O.P
: Fariz Soni
Kameramen
: 1. Fariz Soni 2. Bukit Nugraha 3. Syami Mauli Hafidz
4. Gilang Bayu 5. Adrian Gatut Widya Songko Sound Enginering : Pria Yudi Pamungkas Editor
: 1. Dimas Febriand 2. Muhammad Irfan Nugraha Kamil Abdullah
Motion Graphic : 1. Lukman Umuludin 2. Muhammad Sandhika Lighting
: Surya Febri
Transportasi
: Wildan Paksi
b. Kebutuhan alat Karena Keterbatasan biaya dan jadwal peminjaman, penulis memutuskan untuk menggunakan peralatan pribadi dan saling pinjam dengan produksi film lainnya, kekurangan peralatan seperti lighting, penulis memutuskan untuk membuat peralatan sendiri. Peralatan yang digunakan dalam produksi diantara lain: i. Kamera Dslt Sony Alpha 77 Penggunaan
kamera
sony
dikarenakan
kecenderungan
karakteristik warna pada kamera tersebut cocok dengan selera penulis. Karakter warna dan ketajaman gambar menjadi alasan mendasar.
j. Kamera Dslt Sony Alpha 65 Kamera ini adalah series ekonomis dari kamera Sony Alpha 77, karena kamera Alpha 77 hanya ada 1 unit di produksi Muslim Headbanger, penulis memutuskan untuk memaksimalkan kamera ini. Tidak berbeda jauh dari segi kwalitas bisa dikatakan sama hanya ada beberapa fitur yang tidak dimiliki kamera ini.
k. kamera canon 600D (Behind The Scene) Kamera ini dipergunakan untuk kebutuhan behind the scene, karena banyak kru yang memiliki dan kamera ini menjadi kamera yang selalu ada dalam proses pembuatan film Muslim Headbanger.
l. Lensa fix Lensa fix ini penulis gunakan saat melakukan wawancara dengan narasumber, penggunaan nya yang bisa menjadi solusi dari keterbatasan cahaya dilokasi dan bukaan lensa yang lebih besar memberikan hasil gambar yang menarik.
m. Lighting Blonde (handmade) Lighting buatan ini lebih fleksibel daripada set lighting seperti blonde, ringan dan dapat dilipat kedalam bentuk yang lebih simple menjadi alasan utama penggunaannya. Hal tersebut memudahkan proses shooting yang banyak dilakukan di Jakarta. Intensitas cahaya bisa diatur tinggi dan rendahnya karena metode pencahayaan didalamnya menggunakan 4 buah lampu soft tone yang masing masing berkapasitas 70 watt. f. Clip on Penggunaan clip on ini berfungsi meminimalisir noise suara dari atmosfir di lokasi shooting, penggunaannya dilakukan di setiap wawancara dengan narasumber.
g. Condensor Mic Digunakan sebagai audio recorder backup dari clip on, selain itu penggunaannya dibutuhkan untuk mendapatkan atmosfir di tempat shooting. Banyak pemakaiannya di saat shooting wawancara narasumber dan beberapa shooting stage.
h. Monopod
Penggunaan monopod ini simple dan tidak memakan banyak waktu dan tempat saat pemakaiannya. Selain itu karakterisitk gambar yang dinamis menunjang keinginan penulis dalam bentuk visual dalam film Muslim Headbanger.
c. Jadwal pengambilan gambar
NO 1
Event/Narasumber Bekasi Hardfest
Lokasi Gor Bekasi
Waktu 24 November 2013
Durasi 8 Jam
2
Bandung Open Air BandCloth
8 Desember 2013 26 April 2014
12 Jam
3
4
Al Purgatory
20 Agustus 2014
2 Jam
5
Bonty Purgatory
20 Agustus 2014
3 Jam
6
Luthfi Purgatory
20 Agustus 2014
2 Jam
7
Putrawan Yuliandri
Lanud Sulaiman, Bandung Monumen Perjuangan, Bandung Rumah Pribadi / alamat Cluster Bintaro Village, blok C no.1, Jl. Merpati 2, Sukabakti, Kel. Sawah Baru, Jombang, Ciputat. Rumah Pribadi / alamat Cluster Bintaro Village, blok C no.1, Jl. Merpati 2, Sukabakti, Kel. Sawah Baru, Jombang, Ciputat. Rumah Pribadi / alamat Cluster Bintaro Village, blok C no.1, Jl. Merpati 2, Sukabakti, Kel. Sawah Baru, Jombang, Ciputat. Rumah Pribadi / Jl.
21 Agustus
5 Jam
2 Jam
8
Damar Masarang Aji Siahaan
9
Mesjid Istiqlal
Agung Barat 6 b20 no. 20, Sunter Agung, Jakarta Utara. Kampus IKJ, Cikini, Jakarta Pusat. Jakarta Pusat
10
Metalheads Respect
11
12
2014
22 Agustus 2014
7 Jam
3 Jam
Bulungan, Blok M,
22 Agustus 2014 7 September
Jakarta.
2014
Andre Tiranda
Bulungan, Blok M,
7 September
Siksakubur
Jakarta.
2014
Festival Film Bandung
Monumen
13 September
Perjuangan,
2014
12 Jam
2 Jam
8 Jam
Bandung. 13
Death Resonance
Maja House,
17 September
Cihideung, Kab.
2014
5 Jam
Bandung Barat. 14
Ebenz Burgerkill
Maja House,
17 September
Cihideung, Kab.
2014
3 Jam
Bandung Barat. 15
Distorsia
Aston Tropicana,
21 September
Bandung.
2014
6 Jam
d. Treatment Judul Film : The Main Function of Music : Moeslem Headbanger’s Genre
: Dokumenter
Produksi
: STSI Bandung & Alterego Production
Tahun Produksi
No
1. Judul
4.Intro/ Bumper on
3. 4. opening
: 2014
Babak Deskripsi Pembahasa materi(VO) n None None
Perkenalan awal mengenai penelitian dalam film The Main Function of Music : MOESLEM HEADBANG ER
Score(Backsound) Musik/Voice Over
Motion Grphic
None
None
VO Bobbie Rendra
Metal dan Indonesia
DOWNFALL PURGATORY
Visual
Produksi film
Aktifitas Bobbie Rendra di perpustakaa n, memperkena lkan sebuah project penelitian mengenai metal di Indonesia. Introducing : -Judul : MOESLEM HEADBANGER -Produced by : Rianti & Irfan Kamil Muhammad -Directed by : Irfan Kamil Muhammad & Bobbie Rendra -Director of Photography :
Stock shoot gigs ! 1. situasi di luar panggung/gi gs. 2. orangorang berjalan (aktivitas) 3. headbang, moshing, dive stage. 4.
Durasi
00.00.03 Fade to black
Fariz Sonny -Motion Graphic : Muhammad Sandhika & Lukman Umuludin -Edited by : Dimas Febriand -Writen & Directed by : Irfan Kamil Muhammad, Bobbie Rendra & Nursolihah Zulfa
Indonesia & Islam
Indonesia dan Urban (Metal)
Ini adalah indonesia, mayoritas penduduk terbesar ke 3 di dunia. Sebagian besar masyarakat nya memeluk agama islam dan menjadikan nya negara dengan mayoritas muslim terbesar di dunia. Keramahan dan keterbukaa n
VO Bobbie Rendra mengulas seputar indonesia dan Islam.
VO Bobbie Rendra lagi mengenai budaya urban di indonesia begitu mudah di terima,
Transisi Fade in 1. Aktivitas muslim sehari-hari 2. Mesjid 3. Sholat jum’at 4. Ada part Abdull Andersson mengatakan bahwa orang indonesia baik dan ramah.
1 menit
Fade out
Fade in 1. Establish urban, aktifitas kota 2. akses
1 menit
Metal dan Islam
masyarakat salah satunyaa indonesia musik bergenre ini menjadi metal. pintu masuk globalisasi yang membantu indonesia berkemban g. Teknologi, Pasar bebas, perusahaan multinasion al, Gaya hidup, hiburan, musik. Saat ini yang menjadi pokok pembahasa n adalah Musik Metal, Musik yang berasal dari amerika dan eropa yang menjadikan indonesia memiliki basis metalhead terbesar kedua di dunia. Munculnya fenomena one figer movement di Indonesia yang
teknologi 3. Pabrikpabrik dan limbah 4. Aktifitas pulang kerja 5. Budaya, posterposter event musik. 6. fade out dengan sunset cityscape. Fade out
digagas oleh Ombat Nasution di band Tengkorak. CLOSIN G
CREDIT TITTLE
Downfall Purgatory
Laporan Keuangan Produksi Film Date
Income
Rabu,
1.650.000
20.08.2014
Outcome
Detail
Bensin
6500 x 30,76 l
Tol
Terlampir
Konsumsi
Rokok dll (irfan) 50.000
Total
Saldo
200.000 64.500
Air 28.000 Indomart 43.500 Gorengan 15.000
136.500 401.000
Kamis,
Konsumsi
Tambahan sarapan 3000 Air 14.000
21.08.2014
Telur 10.000
27.000
Bensin
6500 x 46,15 l
300.000
Tol
Terlampir
Parkir
43.500 7.000 377.500
Jumat, 22.08.2014
1.249.000
Konsumsi
Sarapan 20.000 Indomart 50.900 Air 8000 Makan siang 115.000
193.900
871.500
Parkir
Tol
Istiklal 2000 IKJ 18.500
20.500
Terlampir
26.000 240.400 631.100
Sabtu,
Konsumsi
Air 10.000 Snack 31.000
23.08.2014
Makan malam 110.000 Tol
Terlampir
Bensin
6500 x 15,39 l
151.000 95.500 100.000 346.500
A. PRODUKSI
284.600
Proses produksi merupakan perekaman subjek sesuai dengan rancangan yang sudah dibuat pada bagian sebelumnya. Mengingat keunikan masingmasing karya, maka proses tersebut disesuaikan dengan subjek. Selain itu, terkadang proses produksi tidak berurutan atau bahkan tumpang tindih, dan hasil akhirnya tidak sesuai dengan rancangan. Semua itu biasanya dikarenakan adanya penyesuaian dengan kendala dilapangan, yang harus ditanggulangi. Perubahan tersebut biasanya tidak akan jauh dari rencana rancangan awal. Semua perubahan yang terjadi harus tercatat dalam bagian ini, diantaranya: 1. Rancangan Plot dalam Film Muslim Headbanger Muslim Headbanger pada awalnya menjadi sebuah dokumenter perjalanan penelitian tentang kancah Musik Metal di Indonesia. Setelah melakukan observasi sampai saat ini ternyata waktu 3-4 tahun penulis baru mendapatkan informasi kancah musik ini di Bandung dan Jakarta, menurut informasi selama penelitian, penulis banyak mendapatkan cerita bahwa surabaya pada saat ini memiliki scene yang massive. Selain Surabaya banyak kota lain seperti Solo, Jogjakarta, Malang, Purworejo, Medan, Padang, Samarinda dan kota-kota lainnya yang harus di telusuri. Karena kurangnya waktu dan finansial yang belum memadai untuk mendanai penelitian ini akhirnya penulis mengkerucutkan untuk meneliti perkembangan di Bandung dan Jakarta. Tanpa mengurangi esensi makna dari
metal,
penulis
mencoba
mengangkat
beberapa
fenomena
kemunculan genre baru di metal, yaitu metal islam. Hal ini digagas oleh salahsatu personil band legendaris Indonesia, Ombat nasution dari band Tengkorak dengan mengusung perlawanan budaya di One Finger Movement.Gerakan ini muncul pada event “Kembali ke Titik Nol” yang bertemakan kembalinya mereka ke titik nol, memulai lagi lembaran kehidupan baru dan meninggalkan kebiasaan lama yang dianggap negatif. Salahsatu bentuk perlawanan yang dilakukan Ombat adalah mengganti simbol metal yang selama ini kita kenal dengan jari telunjuk
dan kelingking yang diacungkan menjadi salam satu jari sebagai simbol Tawheed. Selain itu Ombat menghimbau fans nya untuk merubah attitude dan menjalankan agama. Namun hal ini jelas mendapat banyak kontroversi baik dari penganut agama Islam maupun musisi metal lainnya. Ombat Nasution menanggapi pertentangan ini dengan sederhana dan tidak membalasnya dengan kalimat yang dapat menimbulkan perpecahan di kancah metal, “saya doakan saja mereka semoga mendapat hidayah sebagaimana saya diberikan hidayah oleh Alloh. Kami tidak merasa paling benar karena kita dilu seperti itu” tegasnya saat ditemui di back stage. Selain Ombat nasution penulis bertemu dengan band Purgatory, band death metal dari jakarta yang konten lagunya berasal dari AlQur’an. Band ini mengkolaborasikan islam dan metal sejak tahun 1997 di album “di Ambang Kepunahan”. Pada awalnya penulis membagi film ini menjadi 5 segmen, diantaranya Indonesia dan Islam, Indonesia dan Metal, Islam dan Metal, Metal Islam dan metal dan Metal Islam dan Islam. Namun karena keterbatasan durasi dalam film yang harus selesai dalam waktu 30 menit, penulis hanya memaparkan Metal dan Indonesia dan Metal islam saja dam film Muslim Headbanger.
2. Kendala selama penelitian dan shooting. Beberapa kendala yang penulis temui selama shooting ialah banyaknya data yang hilang, di pertemuan bulan februari 2014 dengan Damar Masarang Aji Siahaan, Putrawan Yuliandri dan Al Purgatory hal ini membuat penulis harus melakukan re-take yang bisa dilakukan di bulan Agustus, namun hal serupa terjadi, hampir seluruh data dari kamera master hilang. Selain banyaknya data yang hilang, kendala selanjutnya yang mempengaruhi jadwal shooting yaitu kemacetan yang terjadi di kota Jakarta membuat banyaknya rescheduling Shooting di Jakarta.
Narasumber yang berdomisili bisa dikatakan adalah orang-orang yang menghargai sebuah janji, saat penulis menentukan jadwal pertemuan
untuk
shooting
seluruh
narasumber
mengagendakan
pertemuan itu sebaik mungkin dan memberi respon yang baik namun hal ini tidak terjadi di Bandung, beberapa personal dan band lebih banyak yang mengganti jadwal secara sepihak sehingga shooting terhambat sampai film ini selesai.
B. PASCA PRODUKSI Pada bagian ini dijelaskan proses penyelesaian hasil produksi dalam tahap editing dan finishing yang dibutuhkan.
Konsep editing yang penulis lakukan tidak menggunakan banyak efek 3D atau grafis karena keterbatasan waktu di pasca produksi. Penulis membuat gaya editing cut to cut secara cepat di setiap take yang dirangkum kedalam film. Bumper yang dibuat penulis menggunakan lagu Downfall (The Battle of Uhud) dari Purgatory karena lagu ini menyajikan tempo cepat dan beat ketukan drum di lagu ini menjadi ritme perpindahan gambar yang disusun. Selain itu penulis memasukan banyak take yang shake karena kebutuhan dramatik dan atmospheric dari inti cerita di film Muslim Headbanger. Hal ini secara tidak langsung menyajikan ketegangan dan penulis mengharapkan impact ritme musik metal didalamnya tidak hilang karena gambar yang statis. Film ini pada dasarnya di titik beratkan pada konsep dan informasi yang penting untuk disampaikan, maka dari itu penulis tidak banyak memasukan backsound musik saat narasumber berbicara karena terkadang mengganggu suara dari narasumber karena banyaknya musik dari genre ini dipenuhi dengan distorsi. Jadi penulis hanya memasukannya sebagai introducing setiap narasumber yang akan menyampaikan informasi.