THE ENCHANCEMENT OF INFERRING SKILL AND CONCEPT OF MASTERY IN REACTION RATE MATERIAL BY LEARNING CYCLE 5E MODEL Esti Nunggal Sari, Ratu Beta Rudibyani, Emmawaty Sofya, Tasviri Efkar Pendidikan Kimia, Universitas Lampung
[email protected] Abstract: The aim of this research is to know effectiveness of the learning model 5E learning cycle (LC5E) in enhancing inferring skill and mastery of concepts in reaction rate material. Populations were all 173 students of Grade XI science in MAN in Central Lampung academic year 2012-2013. The samples were 34 students in classroom XI science one and 34 students in classroom XI science two that have equal academic abilities. This was a quasi experiment research using non equivalent control group design. Effectiveness of learning with LC5E model was measured based on significant gain enhancement. The result showed that average values of N-gain of inferring skill in experiment and control classrooms were 0.67 and 0.44 respectively; and average values of N-gain for mastery of concepts in experiment and control classrooms were 0.58 and 0.46 respectively. The hypothesis result test showed that classroom that used LC5E learning model had higher skill in inferring and mastery of concepts than classroom with conventional learning model. This indicated that LC5E learning model was effective to enhance student’s inferring skill and mastery of concepts in reaction rate material.
Keywords
: LC5E model, inferring skill and understanding concept agar dapat belajar dengan baik.
PENDAHULUAN
(Arini Mariana :2012). Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar
pada
belajar.
suatu
lingkungan
Pembelajaran merupakan
bantuan yang diberikan guru agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan
pengetahuan,
penguasaan
kemahiran, serta pembentukan sikap dan
kepercayaan
Dengan
kata
lain,
pada
siswa.
pembelajaran
adalah proses untuk membantu siswa
Mata pelajaran Kimia merupakan salah satu mata pelajaran dalam cabang sains yang erat kaitannya dengan Kimia
kehidupan berkaitan
mengkaji
sains
sehari-hari. dengan
melalui
cara konsep
secara sistematis, dan fakta yang diperoleh melalui proses penemuan. Mata pelajaran ini menekankan pada pemberian
pengalaman
langsung
untuk mengembangkan kompetensi
siswa agar memperoleh pemahaman
faktor yang mem-pengaruhi laju
yang lebih mendalam mengenai alam
reaksi.
sekitar secara ilmiah. Seperti halnya
pelajaran kimia siswa rendah. Oleh
saat melarutkan gula dalam air
karena itu perlu dipelajari cara
panas, gula akan lebih cepat larut
mengatasi masalah tersebut.
Akibatnya
nilai
mata
dalam air panas. Proses ini sangat dipengaruhi oleh salah satu faktor dalam
laju
reaksi
yaitu
suhu.
Seharusnya mata pelajaran kimia dapat dianggap mudah dengan cara tersebut.
Namun pada kenyataan
disekolah MAN Lampung Tengah, guru tidak melibatkan alam sekitar untuk memahami mata pelajaran ini. Sehingga mata pelajaran ini masih
Materi pokok laju reaksi merupakan materi yang menyajikan fakta-fakta tentang peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, misalnya obat sakit maag (lambung) dianjurkan agar dikunyah lebih dulu sebelum ditelan, hal ini bertujuan supaya obat maag cepat larut dalam lambung, proses ini disebutkan dalam faktorfaktor laju reaksi. Oleh karena itu
dianggap sulit bagi siswa.
dalam mempelajarinya siswa harus Pembelajaran
kimia
di
sekolah
mampu
mendeskripsikan
konsep-
selama ini hanya menghafal konsep
konsep materi yang ada dalam pela-
dan
jaran tersebut.
kurang
mengusai
proses
memperoleh dan menerapkan konsep tersebut. Karenanya, pembelajaran kurang
menarik
dan
muncul
kejenuhan siswa dalam belajar. Pada proses pembelajaran yang dilakukan selama ini hanya melibatkan siswa sebagai
pencatat,
pembelajaran terjadi
di
penghafal
seolah-olah
dalam
adanya keterkaitan
dan hanya
sekolah
tanpa
dengan
ling-
kungan di sekitar mereka. Contohnya saat
siswa
dimita
menghafal
pengertian laju reaksi dan faktor-
Hasil penelitian Ika Novianawati (2009) diperoleh bahwa model siklus belajar empiris- induktif (SBEI) mampu meningkatan keterampilan on task dan penguasa-an konsep siswa
pada
materi
laju
reaksi.
Disamping itu pada model LC 5E telah dilakukan penelitian oleh Devi Kartika Sari (2012) di peroleh bahwa rata- rata penguasaan konsep siswa pada model pembelajaran LC 5E lebih tinggi diban-dingkan dengan
SBEI pada materi pokok reaksi
engggunakan model pembelajaran
reduksi- oksidasi.
konvensional.
Berdasarkan
uraian
dikemukakan
di
yang atas,
telah
Penelitian ini menggunakan Non
maka
Equivalent Control Group Design.
penelitian ini akan mendiskripsikan
Metode
“Efektivitas Model Pembelajaran
penelitian
LC 5E Untuk
eksperimen. Di dalam penelitian ini
Meningkatkan
yang
digunakan
ini
dalam
adalah
quasi
dan
tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu
Penguasaan Konsep Laju Reaksi”.
sebelum perlakuan (pretest) dan
Keterampilan
Inferensi
sesudah
perlakuan
(posttest)
di-
METODE PENELITIAN
berikan
Populasi dalam penelitian ini adalah
Variabel bebas dalam penelitian ini
semua
adalah model pembelajaran yaitu
siswa
kelas
XI
MAN
Poncowati tahun pelajaran 2012-
model
2013 yang berjumlah 173 siswa dan
model pembelajaran konvensional.
tersebar dalam lima kelas yaitu XI
Variabel
IPA1 sampai XI IPA2. Sampel dalam
rampilan inferensi dan penguasaan
penelitian ini adalah dua kelas yang
konsep pada materi laju reaksi.
memiliki
kemampuan
pembelajaran
terikatnya
LC5E
adalah
dan
kete-
akademik
Pengambilan
Untuk mengetahui efektivitas dari
sampel dilakukan dengan teknik
kedua model pembelajaran terhadap
purposif
juga
peningkatan keterampilan inferensi
sebagai sampling pertimbangan yaitu
dan penguasaan konsep materi hlaju
pengambilan
reaksi, maka dilakukan analisis skor
yang relative sama.
sampling
berdasarkan
dikenal
sampel hasil
dilakukan pertimbangan
gain ternormalisasi.
tertentu, maka dua kelas yang dipilih adalah kelas XI IPA1 sebagai kelas eksperimen yang akan diterapkan model pembelajaran LC5E dan kelas XI IPA2 sebagai kelas kontrol yang
Data gain ternormalisasi yang diperoleh kemudian diuji normalitas dan homogenitasnya yang kemudian digunakan
sebagai
menguji
hipotesis
dasar
dalam
penelitian.
Pengujian hipotesis yang dilakukan
Berdasarkan hasil penelitian yang
menggunakan uji t’.
telah dilaksanakan, maka diperoleh nilai rata- rata keterampilan inferensi
HASIL
PENELITIAN
DAN
yang disajikan pada Gambar 1
PEMBAHASAN
berikut ini :
80
60,44
Rata- Rata Nilai
70 60 50
30,00
40
Pretest
30
Postest
20 10 0 Kontrol
Eksperimen Kelas Penelitian
Gambar 1. Grafik nilai rata-rata nilai keterampilan inferensi Perolehan rata-rata nilai pretes dan
kelas eksperimen dan kelas kontrol
postes untuk penguasaan konsep dari
terdapat pada Gambar 2
80
72,35
67,35
Rata- Rata Nilai
70 60 50
39,71 34,12
40
Pretest
30
Postest
20 10 0 Kontrol
Eksperimen Kelas Penelitian
Gambar 2. Grafik nilai rata-rata nilai penguasaan konsep
Pada Gambar 1 terlihat bahwa per-
perolehan tersebut terlihat bahwa
olehan skor pretest dalam penilaian
penguasaan konsep awal siswa pada
keterampilan inferensi pada kelas
kelas
kontrol
lebih tinggi dibandingkan
daripada kelas kontrol. Pada kedua
kelas eksperimen. Hal ini menunjuk-
kelas setelah diberi perlakuan terlihat
kan bahwa pada pemahaman awal
adanya peningkatan, dimana kelas
keterampilan inferensi kelas kontrol
eksperimen yang semula nilai rata-
lebih baik dibandingkan kelas eks-
rata
perimen. Perolehan nilai setelah di-
meningkat menjadi 72,35 dan kelas
beri perlakuan (posttest) memper-
kontrol yang semula rata-rata nilai
lihatkan adanya peningkatan, kelas
penguasaan konsep 39,71 meningkat
kontrol mengalami peningkatan se-
menjadi 67,35.
eksperimen
penguasaan
lebih
konsep
rendah
34,12
besar 30,44 yang semula nilai ratarata keterampilan inferensi 30,00 meningkat menjadi 60,44 dan kelas eksperimen mengalami peningkatan yang lebih besar yaitu 51,77 yang semula nilai rata-rata keterampilan inferensi 22,94 meningkat menjadi
Selanjutnya, untuk mengetahui efektifitas dari model pembelajaran LC 5E
Pada Gambar 3 terlihat bahwa skor
pretest
dalam
penilaian penguasaan konsep kelas lebih
dibandingkan kelas kontrol.
rendah Dari
kete-
rampilan inferensi dan penguasaan konsep laju reaksi siswa, maka dilakukan analisis skor gain ter-
rata
eksperimen
meningkatnya
normalisasi (N-gain).
74,71.
perolehan
dalam
N-gain
dapat
Gambar 3.dibawah ini.
Untuk ratadilihat
pada
Rerata N-Gain
0,67
0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0
0,58 0,46
0,44
Kontrol Eksperimen
Keterampilan Inferensi
Penguasaan Konsep
Kelas Penelitian
Gambar 3. Rata-rata N-gain penguasaan konsep dan keterampilan inferemsi siswa di kelas kontrol dan kelas eksperimen Pada Gambar 3, terlihat rata- rata
kontrol. Selanjutnya, untuk menge-
gain
dan
tahui apakah data yang diperoleh
penguasaan konsep laju reaksi pada
berlaku untuk keseluruhan populasi,
kelas
maka dilakukan analisis dari data-
keterampilan
eksperimen
inferensi
lebih
tinggi
daripada kelas kontrol. Rata- rata N-
data tersebut.
gain keterampilan inferensi pada kelas eksperimen adalah 0,67 dan pada kelas kontrol adalah 0.44. Rata- rata gain penguasaan konsep laju reaksi pada kelas eksperimen
Uji pertama yang dilakukan ialah uji normalitas yang dilakukan dengan Chi- Kuadrat, uji ini untuk menentukan statistik yang akan digunakan dalam pengujian kesamaan dua rata-
dan kelas kontrol 0,58 dan 0,46.
rata dan perbedaan dua rata-rata. Perolehan rata-rata N-Gain di atas menunjukkan bahwa pembelajaran yang
diterapkan
pada
kelas
eksperimen lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan inferensi dan
penguasaan
konsep
siswa
dibandingkan pembelajaran di kelas
Hasil uji normalitas terhadap N-gain keterampilan
inferensi
dan
penguasaan konsep siswa terdapat pada Tabel 1 dan Tabel 2 yaitu sebagai berikut:
Tabel 1. Nilai Chi-kuadrat ( ) keterampilan inferensi (χ2) hitung
Kelas
(χ2) table
Keterangan
Eksperimen
3,16
7,81
Normal
Kontrol
5,62
7,81
Normal
Tabel 2. Nilai Chi-kuadrat ( ) penguasaan konsep (χ2) hitung
Kelas
(χ2) table
Keterangan
Eksperimen
2,02
7,81
Normal
Kontrol
4,17
7,81
Normal
Tabel 1 dan 2 , memperlihatkan nilai χ2
hitung
untuk
Selanjutnya dilakukan uji homo-
keterampilan
genitas
inferensi dan penguasaan konsep
pada
data
keterampilan
inferensi dan penguasaan konsep Uji
baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol lebih kecil dari χ2 dari
homogenitas
χ2tabel (χ2 hitung < χ2tabel) dengan
mengetahui apakah kelas eksperimen
varians yang sama (homogen) atau
keterampilan inferensi dan penguasa-
tidak. Hasil perhitungannya disaji-
an konsep baik pada kelas eksmaupun
kelas
untuk
dan kelas kontrol mempunyai tingkat
taraf α = 0,05, sehingga N- gain
perimen
bertujuan
kan dalam Tabel 3 dan 4 berikut.
kontrol
berasal dari populasi berdistribusi normal. Tabel 3. Nilai varians N-gain keterampilan inferensai Kelas Eksperimen Kontrol
Varians 0,001539 0.002835
Keterangan 1,84
1,85
Homogen
Tabel 4. Nilai varians N- gain penguasaan konsep Kelas Eksperimen Kontrol
Varians 0,0218678 0.0291339
Keterangan 1,33
1,85
Homogen
Berdasarkan Tabel 8 dan 9 mem-
untuk keterampilan inferensi dan
perlihatkan nilai
penguasaan konsep kelas eksperimen
N-gain
maupun kelas kontrol lebih kecil dari
Kemudian setelah uji homogenitas
) dengan
dilakukan, uji dilanjutkan dengan
Oleh karena itu,
menggunakan statistik parametrik
varians populasi N-gain keterampilan
uji-t, yaitu dengan uji perbedaan dua
inferensi dan penguasaan konsep
rata-rata.
baik kelas eksperimen maupun kelas
hitungan menggunakan uji-t untuk
kontrol memiliki varians yang sama
N-gain keterampilan inferensi dan
atau homogen.
penguasaan konsep, maka diperoleh
(
<
taraf α =0,1.
Setelah dilakukan per-
hasil yang disajikan dalam Tabel 5 dan 6 berikut.. Tabel 5. Nilai uji hipotesis (uji-t) keterampilan inferensi Kelas Eksperimen Kontrol
S2 0.033 0.019
x 0.52 0.39
4,3
Keterangan Tolak H0dan terima H1
1.67
Tabel 6. Nilai uji hipotesis (uji-t) penguasaan konsep Kelas Eksperimen Kontrol
S2 0.02247 0.02661
x 0.4 0.469
2.74
1.662
Keterangan Tolak H0 dan terima H1
Tabel 5 memperlihatkan nilai >
dengan taraf α = 0,05. Dengan
demikian tolak H0 dan terima H1. artinya rata-rata N-gain keterampilan inferensi dengan model pembelajaran LC5E lebih tinggi dari pada rata-rata N-gain
keterampilan
berinferensi
dengan pembelajaran konvensional pada materi laju reaksi.
Dengan
demikian, penggunaan model LC 5E efektif
dalam meningkatkan kete-
rampilan inferensi pada materi laju reaksi.
Sedangkan
pada
Tabel
memperlihatkan nilai dengan taraf α = 0,05.
6 >
Dengan
demikian tolak H0 dan terima H1. Artinya rata-rata N-gain penguasaan konsep dengan model pembelajaran LC 5E lebih tinggi dari pada rata-rata N-gain penguasaan konsep dengan model pembelajaran konvensional pada materi laju reaksi. demikian,
penggunaan
Dengan model
pembelajaran LC 5E efektif dalam
meningkatkan penguasaan konsep
satuan laju tersebut?”. Dan beberapa
pada materi laju reaksi.
siswa menjawab “ kecepatan dalam hitungan waktu”.
Kemudian pada
Berikut tahapan pembelajaran LC5E
pertemuan ke- 2 sampai ke 3 siswa di
yaitu :
ajak untuk mengalisis hal yang
1. Fase Engagement
berkaitan dengan faktor- faktor laju
Pada
pertemuan
kelas
reaksi. Seperti faktor konsentrasi,
siswa
siswa diajak untuk menganalisis 2
mengetahui indikator dan tujuan
gelas yang berisi asam cuka. Gelas
pembelajaran. Pada fase ini siswa
pertama diisi dengan asam cuka 3 M,
menganalisis fenomena atau contoh-
sedangkan gelas kedua diisi asam
contoh yang berkaitan dengan materi
cuka 1 M. Setelah itu kedua gelas
yang akan disampaikan. Pada fase
tersebut dicampurkan 1 bungkus
ini, siswa harus membuat prediksi-
adem sari. Siswa mengamati kedua
prediksi, sehingga siswa akan aktif
gelas tersebut dan menghitung waktu
berpartisipasi dan munculnya rasa
yang digunakan dari awal larutnya
keingintahuan siswa terhadap materi
adem
yang akan dipelajari.
gelembung gas. Percobaan selanjut-
eksperimen,
pertama setelah
sari
sampai
terjadinya
nya yaitu tentang faktor suhu, siswa Pada pertemuan pertama di fase ini, siswa
diajak
fenomena
mengalisis
yang
ada
tentang disekitar
kehidupan. Seperti : motor vespa yang
mempunyai
laju
230,30
Km/jam, fotocopy dengan laju 300 lembar/menit, serta mobil kijang dengan
laju
Selanjutnya
120
guru
Km/jam.
memberi
per-
tanyaan yang bertujuan meningkatkan
pembelajaran
pengetahuan
sains
awal
dengan siswa,
“apakah yang bisa kalian amati dari fenomena laju dan maksud dari
menganalisi 2 gelas air. Gelas pertama berisi air panas dan gelas kedua berisi air dingin. Setelah itu kedua gelas tersebut dicampurkan dengan gula pasir. Siswa mengamati dan mencatat waktu yang digunakan air untuk melarutkan gula. Selanjutnya, untuk faktor luas permukaan, siswa diajak
menganalisis
ten-tang
kelarutan dalam air antara garam kasar dan garam halus dan mencatat waktu
yang
melarutkan
dibutuhkan garan
untuk tersebut.
Sedangkan pada faktor katalis, siswa
kondisikan
diajak
kelompoknya
memprediksikan
tentang
duduk
berdasarkan
untuk
perbandingan siswa yang sedang
percobaan
berangkat
dengan
NaHCO3 kedalam labu Erlenmeyer
menggunakan sepedah dan siswa lain
yang telah berisi CH3COOH dan
tidak. Siswa manakah yang akan tiba
menutupnya
dahulu disekolah?
Kemudian mencatat dan menghitung
sekolah
yaitu
melakukan memasukkan
dengan
balon.
waktu yang dibutuhkan NaHCO3 Kemudian pada pertemuan selanjutnya, siswa menganalisis tentang proses
pembakaran
kertas.
Bagaimana perubahan bentuk dan warna
kertas
setelah
dibakar?.
Selanjutnya pada pertemuan terakhir yaitu ke 5, siswa memprediksi tentang bola kasti yang membentur kaca.
sehingga
lebih
cenderung
siswa
pasif,
masih
harus
dibimbing dalam menganalisis dan memprediksi. temuan
ini bertujuan memberi kesempatan siswa untuk memanfaatkan panca indera semaksimal mungkin, serta memacu
munculnya
pertanyaan-
pertanyaan yang mengarah pada berkembangnya daya nalar.
Awal
proses
kelas
pembelajaran
di
eksperimen terjadi sedikit kegaduhan
Pada fase ini, diawal pertemuan siswa
larut dalam CH3COOH . Percobaan
Namun
selanjutnya
pada
per-
sampai
per-
temuan terakhir siswa lebih banyak
pada saat siswa mulai berkelompok dan melakukan praktikum, suara keributan terjadi hampir pada semua kelompok. terlihat
Beberapa siswa juga
bingung
melihat
terstruktur
karena
baru
kalinya
mendapatkan
LKS pertama model
pembelajaran ini.
aktif.
Pada pertemuan selanjutnya, siswa
2. Fase Exploration
sudah
lebih
mengerti
Pada tahap ini siswa bekerjasama
pembelajaran,
dalam
kelas lebih kondusif.
kelompok
melakukan
sehingga
proses suasana
Fakta yang
eksperimen. Selama pembelajaran
terjadi pada kelas eksperimen sesuai
siswa
kedalam
dengan teori yang dikemukakan oleh
Siswa di-
Karplus dan Their (Fajaroh dan
dikelompokkan
kelompok heterogen.
Dasna, 2007) pada tahap exploration,
biasanya.
guru
biasanya
membangkitkan
minat
dan
Pada siswa
ini
pembelajaran cen-derung
keingintahuan siswa tentang topik
pencatat, siswi ini aktif
yang akan diajarkan, siswa diberi
berada dalam kelompoknya. Bahkan
kesempa-tan untuk memanfaatkan
teramati
panca
semaksimal
inferensinya menjadi lebih baik dari
mungkin dalam berinterak-si dengan
hari ke hari. Hal ini sesuai dengan
lingkungannya
pernyataan Vygotsky dalam Arends,
inderanya
praktikum. dengan
melalui
kegiatan
Siswa bekerja sama
kelompok
kecil
tanpa
(2008)
bahwa
kemampuan
mendefinisikan
perkembangan
ketika
potensial
tingkat sebagai
pengajaran langsung dari guru untuk
tingkat yang dapat difungsikan atau
melakukan pengama-tan serta ide-ide
dicapai oleh individu dengan bantuan
melalui
praktikum,
orang lain, seperti teman sejawat
sehingga muncul pertanyaan yang
yang kemampuannya lebih tinggi
mengarah pada perkembangan daya
(Arends, 2008).
kegiatan
nalar tingkat tinggi yang diawali dengan kata-kata seperti mengapa
Selain itu ada juga siswa yang
dan bagaimana.
memang aktif dalam belajar dan
tanyaan
Munculnya per-
tersebut
indikator
merupakan
kesiapan
siswa
untuk
setelah
dia
bergabung
dengan
kelompoknya siswa ini menjadi lebih aktif dan sedikit mendominasi dalam
menempuh fase berikutnya.
kelompoknya. Pengelompokan eksperimen pengaruh
pada ternyata
bagi
potensi siswa. dalam
kelas memberi
perkem-bangan
Siswa bekerjasama
kelompoknya
untuk
melakukan percobaan sehingga siswa menjadi lebih aktif berbicara ketika mereka
berada
di
lingkungan
bersama temannya. Akan tetapi, ada siswa di kelas eksperimen yang bertingkah
laku
3. Fase Explaination
tidak
seperti
Pelaksanaan pada kelas eksperimen, setelah siswa melakukan praktikum, siswa diminta untuk mendiskusikan tentang konsep yang mereka peroleh dari hasil pecobaan yang telah mereka lakukan.
Dalam tahap ini,
siswa diharapkan dapat menarik kesimpulan ( inferensi) dari data
hasil pengamatan pada tabel yang
sains selama pro-ses pembelajaran.
telah diperoleh. Selanjutnya, siswa
Arahan
dalam kelompok diharapkan dapat
menarik kesimpulan dari tabel data
menjelaskan tentang konsep yang
hasil pengamatan merupakan salah
telah mereka peroleh. Seperti pada
satu indikator dalam keterampilan
pertemuan pertama siswa menemu-
proses
kan konsep tentang pengertian laju
inferensi.
reaksi dan pada pertemuan selanjut-
langsung
nya konsep tentang faktor- faktor
untuk berpikir secara sains dan
yang mempengaruhi laju reaksi.
dilatih agar terampil berinferensi.
Pada pertemuan I, sebagian besar
Setelah
siswa
dalam
eksperimen diarahkan untuk men-
sehingga
jawab pertanyaan-pertanyaan singkat
guru harus membimbing siswa dalam
terkait informasi dalam tabel ter-
menarik
sebut.
tampak
mendiskusikan
bingung konsep,
kesimpulan.
Sehingga
yang
diberikan
sains,
yaitu
untuk
keterampil
Artinya, secara tidak siswa
itu
telah
siswa
Pada
dibimbing
pada
tahap
ini,
kelas
guru
siswa dapat menemukan konsep.
menunjuk kelompok secara acak
Menarik kesimpulan dari data hasil
untuk
pengamatan dan menemukan konsep
diskusi kelompoknya.
adalah hal baru bagi siswa, dimana
tidak
pada
mempersentasikan hasil diskusinya,
pembelajaran
sebelumnya,
mempresentasikan
ada kelompok
Awalnya yang mau
siswa tidak pernah diberi kesempatan
namun
untuk menyimpulkan dan menemu-
bahwa hal ini baik untuk melatih
kan konsep sendiri. Melalui latihan
mental dan tanggung jawab, akhirnya
rutin dan bantuan yang diberikan
ada
guru, terlihat bahwa tiap kelompok
mempersentasikan
perlahan-
meng-
mereka. Pada pertemuan berikutnya,
inferensikan data hasil pengamatan
semakin banyak kelompok yang
dengan baik dan mampu menemukan
antusias dan ingin mempresentasikan
konsep, sehingga siswa bisa lebih
hasil diskusinya.
lahan
mampu
setelah
hasil
perwakilan
diberi
pengertian
kelompok hasil
yang diskusi
aktif. Pelaksanaan yang terjadi di kelas di-
eksperimen sesuai dengan teori yang
upayakan untuk mengalami proses
dikemukakan oleh Karplus dan Their
Tanpa
disadari
siswa
telah
(Fajaroh dan Dasna, 2007) pada
temuan pertama dan kedua hanya
tahap explaination diharapkan terjadi
beberapa
proses menuju kesetimbangan antara
menerapkan konsep pada tahap ini.
konsep yang telah dimiliki siswa
Sehingga guru masih membantu
dengan konsep yang baru dipelajari
siswa dalam tahap penerapan konsep
melalui kegiatan yang membutuhkan
yang telah mereka miliki.
daya nalar yaitu berdiskusi.
Guru
pada pertemuan selanjutnya siswa
mengarahkan
men-
lebih mengerti tahap ini, sehingga
kalimat
lebih banyak siswa yang mampu
jelaskan
siswa
konsep
untuk
dengan
orang
yang
mampu
Namun
menerapkan konsep pada fenomena
mereka sendiri.
yang ada disekitarnya tanpa bantuan 4. Fase Elaboration
guru. Fakta yang terjadi pada kelas
Pelaksanaan pada kelas eksperimen,
eksperimen sesuai dengan pendapat
guru meminta siswa untuk menerap-
Karplus dan Their (Fajaroh dan
kan konsep yang telah mereka miliki.
Dasna,
Dengan menganalisis fenomena lain
elaboration,
yang hampir sama seperti yang telah
mampu
mereka pelajari. Siswa juga diminta
konsep dan keterampilan yang telah
menghubungkan
diperolehnya.
konsep
yang
2007)
pada
tahap
siswa
diharapkan
menerapkan
pemahaman
Pada tahap ini juga
mereka miliki dengan peristiwa yang
dilakukan evaluasi terhadap materi
terjadi di lingkungan mereka. Awal-
yang telah diperoleh.
nya siswa banyak yang bertanya
konsep
tentang tugas mereka menghubung-
pemahaman konsep dan motivasi
kan konsep yang telah siswa peroleh
belajar, karena siswa mengetahui
dengan peristiwa atau hal-hal yang
penera-pan dari konsep yang mereka
terjadi di sekitar mereka.
pelajari.
diberi
penjelasan
tentang
Setelah tugas
dapat
Penerapan
mening-katkan
5. Fase Evaluation
tersebut, siswa mulai mengerti apa yang harus dilakukan dan semakin
Pada fase ini guru mengevaluasi
tumbuh rasa ingin tahu tentang hal-
siswa secara mandiri.
hal yang berkaitan dengan materi
masing Siswa mengerjakan soal
yang mereka peroleh.
evaluasi
Pada per-
pada
LKS.
Masing-
Hal
ini
bertujuan untuk mengetahui apakah indicator yang ditentukan tercapai
1. Efektif dalam meningkatkan keterampilan inferensi siswa pada
atau tidak. materi laju reaksi. Berdasarkan fakta dan teori-teori
2. Efektif dalam meningkatkan
yang telah diungkapkan di atas, menjadi hal yang wajar jika kelas
penguasaan konsep siswa pada
eksperimen memperoleh hasil yang
materi laju reaksi.
lebih
tinggi
dibandingkan
kelas
kontrol baik dalam keterampilan inferensi
maupun
konsepnya.
B. Saran
penguasaan
Pada kelas ekperimen
Berdasarkan penelitian yang telah
media yang disiapkan menghantar
dilakukan, disarankan bahwa:
siswa
1. Agar model pembelajaran LC5E
untuk
meningkatkan
keterampilan inferensi.
Hal ini
ditunjukkan dengan banyaknya siswa
berjalan efektif, hendaknya guru dapat menguasai kelas, dan dapat
yang semula tingkat penguasaan konsepnya rendah, meningkat setelah
mengelola waktu dengan baik
diterapkan
sehingga dalam proses
pembelajaran
ini.
Menurut Vygotsky (Arends, 2008)
pembelajaran menjadi maksimal
ahli psikologi Rusia ini percaya bahwa interaksi sosial dengan teman lain memacu terbentuknya ide baru dan
memperkaya
perkembangan
dan efisien. 2. Model pembelajaran LC5E dapat dipakai sebagai alternatif model
intelektual siswa. pembelajaran bagi guru dalam V. SIMPULAN DAN SARAN
membelajarkan materi pokok laju
A. Simpulan
reaksi dan materi lain dengan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis
karakteristik yang sama
data, pengujian hipotesis, dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2004. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Arends, R.I. 2008. Learning To Teach. Edisi VII. Pustaka pelajar. Yogyakarta.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Fajaroh dan Dasna. Pembelajaran dengan Siklus Belajar (learning cycle). Universitas malang. Malang. Sudjana, N. 2005. Statistika. PT. Bandung.
2007. Model Negeri
Metode Tarsito.