THE ENHANCEMENT OF GIVING REASONS SKILL IN REACTION RATE CONCEPT BY PREDICT-OBSERVEEXPLAIN LEARNING MODEL Evy Yanti, Noor Fadiawati, Nina Kadaritna, Chansyanah Diawati Pendidikan Kimia, Universitas Lampung Abstrcat: The aim of this research is to describe the effectiveness of predictobserve-explain (POE) learning model in reaction rate concept to enhance giving reasons skill. Students who became the subject of this research was XI grade of Science 1 Bandar Lampung Senior High School in Bandar Lampung Academic Year 2012/2013. This research used the preexperimental method and one group pretestposttest design. The effectiveness of POE learning model was determined based on the average value of n-Gain. The results of this research showed that the average value of n-Gain of giving reasons skill was 0,66. Thus, it can be concluded that the POE learning model in reaction rate concept effective to enhance giving reasons skill in medium category.
Keywords: POE learning, giving reasons skill
PENDAHULUAN Ilmu kimia merupakan cabang dari Ilmu
Kimia berkaitan dengan cara mencari
Pengetahuan
yang
tahu dan memahami tentang alam
mempelajari struktur, susunan, sifat,
secara sistematis sehingga kimia bukan
dan peru-bahan materi, serta energi
hanya
yang
materi.
pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
Kimia merupakan ilmu yang pada
konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja
awalnya diperoleh dan dikembangkan
tetapi
berdasarkan percobaan, namun pada
penemuan.
perkembangan selanjutnya kimia juga
pembelajaran kimia diharapkan dapat
diperoleh
dikembangkan
menjadi wahana bagi siswa untuk
berdasarkan teori. Pada hakikatnya,
mempelajari diri sendiri dan alam
sains
dipandang
sekitarnya sehingga dapat bermanfaat di
sebagai proses, produk, dan sikap.
dalam kehidupan bermasyarakat. Salah
Untuk itu pembelajaran kimia perlu
satu tujuan pembelajaran kimia adalah
dikembangkan
menumbuhkan
Alam
menyertai
hakikat kimia.
perubahan
dan
(termasuk
(IPA)
kimia)
berdasarkan
pada
bekerja
penguasaan
merupakan
dan
Oleh
kumpulan
suatu karena
kemampuan bersikap
proses itu
berpikir,
ilmiah
serta
berkomunikasi sebagai salah satu aspek
konsep.
penting kecakapan hidup. Oleh karena
menggunakan konsep jika menemui
itu pembelajaran kimia menekankan
masalah dalam kehidupan sehari-hari
pada pemberian pengalaman belajar
yang berhubungan dengan konsep yang
secara langsung kepada peserta didik
dimiliki.
agar dapat menjadikan mereka sebagai
menjadi kehilangan daya tarik dan
manusia yang mampu berpikir secara
muncul kejenuhan siswa dalam belajar
logis, kritis dan kreatif yang nantinya
kimia. Ciri atau prinsip dalam belajar
dengan kemampuan berpikir tersebut
menurut
mereka dapat me-ngaplikasikannya di
berikut: 1. Belajar berarti mencari
kehidupan
dapat
makna. Makna diciptakan oleh siswa
di
dari apa yang mereka lihat, dengar,
nyata
memecahkan
sehingga
permasalahan
Siswa
kurang
Akibatnya
Suparno
mampu
pembelajaran
(1997)
sebagai
rasakan dan alami; 2. Konstruksi makna
masyarakat. (BSNP, 2006)
adalah proses yang terus menerus; 3. Menurut Redhana dan Liliasari (2008), keterampilan semestinya
berpikir menjadi
kritis
sudah
bagian
kurikulum di sekolah.
dari
Pembelajaran
perlu dikondisikan agar siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis (teaching for thinking). kata
lain,
siswa
harus
pengalaman-pengalaman selama
Dengan
pembelajaran
diberi
bermakna agar
dapat
mengembangkan keterampilan berpikir kritisnya.
Dengan
demikian,
pem-
belajaran yang melatihkan keterampilan berfikir kritis siswa sangat penting diterapkan oleh guru agar siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya dalam kehidupan sehari-hari. Faktanya,
pembelajaran
kimia
Belajar
bukanlah
kegiatan
me-
ngumpulkan fakta, tetapi merupakan pengembangan
pemikiran
dengan
membuat pengertian baru.
Belajar
bukanlah hasil perkembangan tetapi perkembangan itu sendiri; 4. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya;
5.
Hasil
belajar
seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, subjek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari. Namun yang terjadi selama ini pembelajaran kimia dikondisikan hanya
untuk
menghafal
sejumlah
konsep yang diberikan oleh guru tanpa di
sekolah cenderung hanya menghafal
dilibatkan
secara
langsung
dalam
penemuan konsep tersebut.
dengan
menekankan
pembuatan
keputusan, sebagai apa yang harus dipercaya atau dilakukan. Berdasarkan
Hal ini diperkuat dari hasil observasi yang telah dilakukan di SMA Negeri 6 Bandar Lampung, diperoleh informasi bahwa
pembelajaran
kimia
yang
digunakan masih menggunakan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Pembelajaran
yang
diterapkan
cenderung masih berpusat pada guru (teacher
centered
learning).
Pada
hal tersebut, diperlukan suatu model pembelajaran
berfilosofi
konstruk-
tivisme yang memungkinkan siswa memperoleh
kesempatan
berlatih
menggunakan
keterampilan
berpikir
kritis
khususnya
keterampilan
memberikan alasan. Salah satu model pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran POE.
pembelajaran ini siswa cenderung hanya bertindak sesuai dengan apa yang
Menurut Indrawati dan Setiawan (2009)
diinstruksikan oleh guru, tanpa berusaha
model
sendiri untuk memikirkan apa yang
pembelajaran
sebaiknya dilakukan untuk mencapai
menggali pemahaman melalui 3 (tiga)
tujuan belajarnya. Mereka tidak dapat
langkah utama, yaitu Predict (prediksi),
menjadi seorang pelajar mandiri yang
Observe
dapat
(eksplanasi)
membangun
pemahamannya sendiri.
konsep
dan
pembelajaran
POE
yaitu
yang dimulai dengan
(observasi) ketiga
dan langkah
Explain utama
Pembelajaran
dalam model pembelajaran POE yaitu :
kimia hanya sebatas terjadi di dalam
a. Predict (prediksi) pada tahap ini
sekolah tanpa adanya keterkaitan de-
peserta didik diajak menduga apa yang
ngan lingkungan di sekitar mereka.
akan terjadi terhadap suatu fenomena
Pembelajaran dikelas juga cenderung
yang
hafalan sehingga siswa cenderung pasif
(observasi) pada tahap ini guru meminta
dalam
pembelajaran.
peserta didik untuk melakukan kegiatan,
Pembelajaran dengan metode ceramah
menunjukan proses atau demonstrasi
ini menyebabkan kurang terlatihnya
dan
keterampilan
siswa.
mencatat apa yang akan terjadi; c.
bahwa
Explain (eksplanasi) pada tahap ini guru
Ennis
proses
(1985)
berpikir
kritis
menyatakan
akan
dipelajari;
peserta
didik
peserta
b.
diminta
didik
Observe
untuk
berpikir kritis merupakan suatu proses
meminta
untuk
berpikir secara beralasan dan reflektif
menjelaskan perbedaan antara prediksi
yang dibuat dengan hasil observasinya.
penelitian ini adalah quasi eksperimen
Pada tahap ini siswa dituntut agar
dengan menggunakan desain Pretest-
mampu
postest control group design.
menghubungkan
kesesuaian
Hasil
antara jawaban prediksi awal yang
analisis data penelitian menunjukkan
mereka buat pada tahap prediksi dengan
bahwa penerapan model pem-belajaran
hasil eksperimen yang mereka lakukan
POE dapat meningkatkan pe-nguasaan
pada tahap observasi. Bila dugaan siswa
konsep
ternyata
pengamatan
berpikir kreatif siswa MTs. Oleh karena
siswa secara langsung, guru dapat
itu, perlu dilakukan penelitian guna
merangkum dan memberi penjelasan
melihat efektivitas model pem-belajaran
untuk menguatkan hasil eksperimen
ini pada materi laju reaksi dalam upaya
yang dilakukan. Dan bila dugaan siswa
meningkatkan
tidak
kritis siswa khususnya keterampilan
terjadi
terjadi
dalam
dalam
pengamatan
langsung yang di lakukan siswa, maka guru
membantu
siswa
benar atau guru dapat membantu siswa mengubah
dugaanya
dan
membenarkan dugaan yang semula tidak
benar.
Kemampuan
menghubungkan ini mampu melatih keterampilan terutama
berpikir
kritis
keterampilan
kemampuan
berpikir
memberikan alasan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
efektivitas
pembelajaran POE reaksi
model
pada materi laju
dalam
meningkatkan
keterampilan memberikan alasan METODOLOGI PENELITIAN
memberikan
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA1 SMA Negeri 6 Bandar
Beberapa
hasil
mengkaji
penelitian
penerapan
yang model
pembelajaran Predict-Observe-Explain adalah
Nurjanah
penelitian
(2011),
penelitian
bertujuan
untuk
menganalisis peningkatan penguasaan konsep
keteram-pilan
siswa,
alasan.
(POE)
dan
mencari
penjelasan mengapa dugaannnya tidak
untuk
tekanan
tekanan
dan
keterampilan
berpikir kreatif siswa MTs.
Metode
Lampung
tahun
ajaran
2012/2013 yang berjumlah 40 siswa terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 31 siswa perempuan.
Jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data hasil tes sebelum pembelajaran diterapkan (pretest) dan hasil
tes
setelah
pembelajaran
diterapkan (posttest) kepada siswa.
pembelajaran.
Untuk
mengetahui
Sedangkan sumber data adalah siswa
efektivitas pem-belajaran POE dalam
kelas XI IPA1 SMA Negeri 6 Bandar
meningkatkan
Lampung.
berikan alasan, maka dilakukan analisis
keterampilan
mem-
skor pretest dan posttest keterampilan Metode
penelitian
adalah
yang
digunakan
Preexperimental
dan
menggunakan desain one-group pretestposttest design yaitu ada pemberian tes awal sebelum diberi perlakuan (pretest) dan tes akhir setelah diberi perlakuan (posttest) dalam satu kelompok yang sama (Sugiyono, 2012; Creswell, 1994).
memberikan alasan. N-gain dirumuskan sebagai berikut: n gain
Hasil
perhitungan
gain
kemudian
diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi dari Hake seperti terdapat
Dalam penelitian ini terdiri dari satu
pada tabel berikut :
variabel bebas dan satu variabel terikat.
Tabel 2. Klasifikasi gain (g)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
model
pembelajaran
yang
digunakan. Sebagai variabel terikat adalah
keterampilan
memberikan
Besarnya g
Interpretasi
g > 0. 7
Tinggi
0,3 < g ≤ 0,7
Sedang
g ≤ 0,3
Rendah
alasan.
(Hake, 1999)
Instrumen
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah LKS kimia yang
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
menggunakan model POE sejumlah 5 LKS,
Rencana
Pelaksanaan
Berdasarkan
penelitian
yang
telah
Pembelajaran (RPP) dan Silabus yang
dilakukan di kelas XI IPA1 SMA Negeri
sesuai
Kurikulum
6 Bandar Lampung, maka diperolah
tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), soal
data berupa nilai pretest dan posttest .
pretest dan postest yang berjumlah 5
Data tersebut selanjutnya digunakan
soal essay dan lembar aktivitas, yaitu
untuk menghitung n-gain
lembar pengamatan terhadap aktivitas
masing siswa. Data rata-rata perolehan
yang dilakukan siswa selama proses
nilai pretest dan posttest keterampilan
dengan
standar
masing-
memberikan alasan ditunjukkan pada
memberikan
Tabel 5.
pembelajaran
POE
lebih
dibandingkan
sebelum
pembelajaran
Rata-rata perolehan nilai Tabel 5. pretest dan posttest dan n-gain keterampilan memberikan alasan.
alasan
setelah tinggi
POE.
Keterampilan
Efektivitas model pembelajaran POE
memberikan alasan
yang diterapkan dapat dilihat melalui
Rata-
Pretest
Posttest n-gain
rata
37,00
78,83
0,66
indeks n-gain. Adapun rata-rata n-gain keterampilan
memberikan
alasan
sebesar 0,66. Hasil dari perhitungan nUntuk melihat perbedaan rata-rata perolehan
nilai
keterampilan
pretest
dan
posttest
memberikan
alasan
gain dengan
n-gain
yang
dikemukakan oleh Hake. Berdasarkan
POE
Rata-rata Nilai
indeks
klasifikasi Hake, model pembelajaran
disajikan pada gambar 2. 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
ini kemudian diinterpretasikan
78.83
dalam
pada materi laju reaksi efektif meningkatkan
memberikan
alasan
keterampilan
dalam
kategori
sedang.
37 Pretest Posttest
Pelaksanaan pembelajaran dilakukan pada kelas XI IPA1 dengan jumlah
Keterampilan Memberikan Alasan
siswa 40. digunakan
Gambar 2. Rata-rata perolehan nilai pretest dan posttest keterampilan memberikan alasan.
Pada pertemuan pertama guru
untuk
pretest,
pertemuan kedua sampai keenam untuk melaksanakan proses pembelajaran laju reaksi dengan menggunakan model
Pada Gambar 2 terlihat bahwa rata-rata
pembelajaran POE, dan
perolehan nilai keterampilan mem-
ketujuh untuk posttest.
pertemuan
berikan alasan mengalami peningkatan setelah diterapkan pembelajaran POE, yang semula memiliki nilai rata-rata 37,00 meningkat menjadi 78,83.
Hal
ini menunjukkan bahwa keterampilan
Tahap predict (prediksi). Pada pertemuan kedua ini pembelajaran dimulai dengan menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran.
Kemudian guru
memberikan fakta atau informasi agar
bahwa 2cm pita Mg lama kelamaan
mempermudah siswa untuk membuat
akan habis bereaksi dengan larutan HCl
dugaan
membuat
2M dengan waktu yang dibutuhkan
dugaan siswa di minta untuk berfikir
untuk pita Mg habis bereaksi dengan
tentang alasan mengapa ia membuat
HCl yaitu 2 menit.
dugaan seperti itu.
tersebut siswa mulai dapat memprediksi
(prediksi),
mem-bawa
dalam
Proses ini yang
siswa
mengem-
apa yang dimaksud dengan laju reaksi,
memberikan
walaupun hanya be-berapa siswa saja
untuk
bangkan
keterampilan
alasan.
Guru
Dari penjelasan
fakta
yang aktif dalam kegiatan memprediksi.
fenomena laju bereaksinya pita Mg
Prediksi siswa yang muncul yaitu laju
dengan larutan HCl dan mengajukan
reaksi adalah habisnya pita Mg bereaksi
pertanyaan “diketahui bahwa, larutan
dengan larutan HCl 2M dalam waktu 2
HCl 2M bereaksi dengan 2cm pita Mg
menit. Oleh sebab itu pada pertemuan
lajunya
Jadi,
ini tahap prediksi diperlukan waktu
prediksikan apa yang dimaksud dengan
yang cukup lama agar siswa dapat
laju reaksi?”.
memprediksikan fenomena yang akan
memberikan
adalah
2
menit.
terjadi. Pada
awalnya
siswa
mengalami
kesulitan untuk memprediksi karena hal
Pada
ini merupakan pengalaman pertama
memberikan fakta atau informasi yang
bagi siswa dalam melakukan prediksi,
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
siswa
untuk
belum
terbiasa
dengan
pertemuan
membuat
ketiga
dugaan
guru
(prediksi),
pembelajaran POE sehingga ketika
dalam mem-buat dugaan (prediksi)
siswa
siswa di minta untuk berpikir tentang
diberikan
fenomena
laju
bereaksinya pita Mg dengan larutan
alasan mengapa
HCl 2M, kemudian siswa diminta
ia membuat dugaan (prediksi) seperti
untuk melakukan prediksi, namun siswa
itu.
hanya terdiam.
Seharusnya siswa
memperhatikan gambar yang ada pada
menjawab laju berkurangnya 2cm pita
LKS 2, kemudian siswa diminta utuk
Mg bereaksi dengan HCl 2M per-satuan
memprediksikan reaksi pada gambar
waktu, namun siswa hanya diam saja.
manakah yang akan lebih cepat bereaksi
Oleh
di-arahkan
sehingga balon menjadi lebih cepat
di-bimbing
berdiri tegak. Dan siswa diminta juga
karena
perlahan-lahan
itu
siswa
dengan
Siswa
diminta
untuk
untuk memberikan alasan dari hasil
Pada
prediksi yang mereka buat.
Prediksi
pengaruh faktor suhu dan katalis pada
siswa yang muncul yaitu yang lebih
laju reaksi, guru kembali memberikan
cepat bereaksi adalah CaCO3 serbuk
fakta atau fenomena yang berkaitan
dengan HCl”, kemudian guru kembali
dengan kehidupan sehari-hari.
bertanya
serbuk
diminta untuk memprediksikan reaksi
dengan HCl lebih cepat bereaksi?” dan
antara Na2S2O3 0,1 M + HCl 1M yang
alasan siswa “ karena bentuknya yang
berlangsung pada suhu 27oC dan 37oC,
lebih
Walaupun
gambar manakah yang memerlukan
jawaban alasan siswa kurang tepat,
waktu lebih cepat sampai tanda silang
tetapi siswa sudah mulai berani dalam
tidak terlihat. Dan siswa diminta juga
mengemukakan pendapat.
untuk memberikan alasan dari hasil
“mengapa
CaCO3
kecil-kecil/halus”.
pertemuan
keempat
prediksi yang mereka buat. Sesudah itu siswa diberi fakta atau fenomena kembali untuk diprediksikan berupa
pita
Mg
yang
direaksikan
dengan larutan HCl yang berbeda-beda konsentrasinya dan siswa juga diminta untuk memberikan alasan dari hasil prediksi. Hasil prediksi siswa yaitu pita Mg yang direaksikan dengan larutan HCl 3M yang akan lebih cepat bereaksi karena konsentrasi HCl 3M lebih besar sehingga pita Mg akan lebih cepat bereaksi. siswa
Pada pertemuan ketiga ini sudah
mulai
bisa
untuk
memprediksi dan memberikan alasan
yaitu
Siswa
Pada
pertanyaan prediksi untuk pengaruh suhu siswa sudah dapat menjawab pertanyaan
prediksi
dengan
benar.
Setelah itu siswa diberikan fakta atau fenomena kembali untuk diprediksikan. Siswa
diberikan
contoh
fenomena
bahwa
hidrogen
peroksida
terurai
lambat pada suhu kamar, bahkan praktis tidak teramati terurai, tetapi lebih cepat jika diberikan serbuk mangan dioksida (MnO2), jadi mangan dioksida berperan sebagai tersebut,
katalis,
berdasarkan
prediksikan
apa
fakta yang
dimaksud dengan katalis?
walaupun masih ada beberapa siswa yang ribut mengobrol dengan teman
Dalam prediksi ini siswa mengalami
sebangkunya dan tidak mem-perhatikan
kesulitan kembali karena siswa tidak
penjelasan guru didepan kelas, sehingga
begitu mengetahui senyawa hidrogen
mengganggu kegiatan mem-prediksi.
peroksida sehingga guru memberikan penjelasan lain agar siswa bisa lebih
mengerti mengenai katalis. Ternyata
korek api tidak akan terbakar pada suhu
siswa masih mengalami kesulitan dalam
kamar dengan sendirinya serta diminta
membuat prediksi, untuk itu guru
untuk memberikan alasan dari hasil
mengarahkan
prediksi.
siswa
perlahan-lahan
Prediksi yang muncul dari
agar
siswa yaitu tidak adanya percikan api
memahami apa yang dimaksud dengan
yang menyebabkan korek api dapat
katalis.
Pre-diksi siswa yang muncul
terbakar, karena walaupun bertumbukan
yaitu katalis adalah suatu zat yang
dengan oksigen di udara tetapi tidak ada
ditambahkan untuk mempercepat suatu
tumbukan
yang
reaksi namun zat ini tidak ikut bereaksi.
terjadinya
percikan
Dalam pertemuan keempat ini siswa
pertemuan ini siswa sudah mulai dapat
sudah mengalami peningkatan dalam
memprediksikan meski prediksi yang
membuat prediksi.
mereka buat masih kurang tepat, namun
dengan
membimbing
siswa
menyebabkan api.
Pada
dapat diatasi guru dengan memberikan Selanjutnya pada pertemuan kelima guru memberikan fakta atau informasi yang
berkaitan
dengan
penjelasan
tentang
materi
teori
keenam
guru
tumbukan.
kehidupan
sehari-hari
untuk
membuat
dugaan
Pada
pertemuan
(prediksi),
dalam
membuat
dugaan
memberikan suatu contoh persamaan
siswa di minta untuk berpikir tentang
reaksi
alasan mengapa ia membuat dugaan
memprediksi
(prediksi) seperti itu. Guru memberikan
reaksi, selanjutnya guru meminta siswa
informasi tentang korek api yang tidak
untuk memprediksikan bagaimanakah
terbakar pada suhu kamar, yang mana
hubungan orde reaksi dengan koefesien
telah
proses
reaksi dari persamaan laju beberapa
pembakaran merupakan reaksi antara
reaksi tersebut. Prediksi yang muncul
bahan bakar dengan oksigen (dari
dari semua siswa yaitu hubungan orde
udara), sebagai salah satu contoh adalah
reaksi dengan koefisien reaksi saling
korek api berbahan kayu, walau-pun
berpengaruh.
kita
ketahui
bahwa
kimia
agar cara
siswa penentuan
dapat orde
bertumbukan dengan oksigen, korek api kayu tidak terbakar pada suhu kamar. Lalu dari fakta tersebut siswa diminta untuk memprediksikan penyebab batang
Hal-hal menggali
tersebut
dilakukan
kemampuan
awal
untuk siswa
mengenai materi laju reaksi, faktor-
faktor yang mempengaruhi laju reaksi,
lompok yang nantinya setiap kelompok
teori tumbukan serta orde reaksi. Dan
diminta untuk mempresentasikan hasil
juga pemberian fakta-fakta, fenomena,
pengamatan mereka yang dicatat dalam
permasalahan atau persoalan kimia yang
tabel
diajukan
pertemuan
pada
setiap
pertemuan
hasil
pengamatan. ini
siswa
Pada melakukan
dilakukan agar siswa dapat membuat
percobaan reaksi antara asam cuka
dugaan
(CH3COOH)
(prediksi),
dalam
membuat
dengan
soda
kue
dugaan siswa di minta untuk berpikir
(NaHCO3)
tentang alasan mengapa ia membuat
menjelaskan pengertian dari laju reaksi,
dugaan tersebut. Hal ini sesuai dengan
sehingga siswa menggunakan indera
pendapat Indrawati dan Setiawan (2009)
(penglihatan) untuk mengamati pe-
tentang langkah-langkah pembelajaran
rubahan yang terjadi pada percobaan
POE yaitu pada langkah predict, peserta
reaksi antara asam cuka (CH3COOH)
didik diajak menduga apa yang terjadi
dengan soda kue (NaHCO3).
terhadap
pertemuan
fenomena
dipelajari.
yang
Sehingga
akan
agar
ini
siswa
siswa
dapat
Pada
mengalami
dalam
kesulitan dalam me-lakukan percobaan
pelaksanaannya, setelah siswa diberikan
karena percobaan di-lakukan dalam
pertanyaan-pertanyaan tersebut, siswa
kelompok kemudian ada beberapa siswa
mulai
dalam
berpikir
(prediksi).
membuat
dugaan
Dalam membuat dugaan
kelompok
ribut,
dan
ada
beberapa siswa yang kurang aktif dan
siswa di minta untuk berpikir tentang
hanya
alasan mengapa ia membuat dugaan
kelompoknya sedang sibuk dalam me-
seperti itu.
lakukan percobaan dan mencatat data hasil
Tahap observe (observasi). Pertemuan kedua siswa diarahkan untuk melakukan percobaan (praktikum), guru membimbing siswa untuk melakukan percobaan (praktikum) dan mencatat apa yang akan terjadi untuk menguji apakah prediksi (dugaan) mereka benar atau salah. Selama observasi siswa dikelompokkan menjadi beberapa ke-
diam
saja
percobaan.
kurangnya
alat
ketika
Selain dan
itu
juga,
bahan
melakukan
percobaan
menyebabkan
pembagian
anggota
teman
kelompok
di
kelompok
pada
saat
percobaan
lebih
banyak
dalam yang jumlah
dalam
satu
melakukan sehingga
membuat praktikum menjadi kurang kondusif. Namun guru berupaya mem-
bimbing dan mengkondisikan siswa
pertemuan keenam siswa juga tidak
agar
melakukan percobaan dilaboratorium,
praktikum
berjalan
dengan
kondusif lagi.
siswa
hanya
percobaan Pada
pertemuan
ketiga
guru
di-beri dan
tabel
hasil
diminta
untuk
menentukan orde reaksinya.
mengarahkan siswa untuk melakukan percobaan kepingan pualam (CaCO3)
Pada tahap ini siswa dapat menemukan
dan serbuk pualam yang dimasukkan
jawaban pasti dari jawaban prediksi
kedalam larutan HCl 1M dan percobaan
mereka, hal ini sesuai dengan pendapat
pita mg yang dimasukkan kedalam
Nurjanah (2011) tentang kelebihan dari
larutan HCL yang memiliki konsentrasi
model pembelajaran POE , yaitu:
yang berbeda-beda, agar siswa dapat
a. Dengan
menjelaskan
yang
dalam prediksinya dapat mengurangi
mempengaruhi laju reaksi yaitu luas
verba-lisme; b. Proses pembelajaran
permukaan
Pada
menjadi lebih menarik, karena peserta
pertemuan keempat siswa melakukan
didik tidak hanya mendengarkan tetapi
percobaan
mengamati
faktor-faktor
dan
konsentrasi.
Na2S2O3
0,1
M
yang
melakukan
peristiiwa
eksperimen
yang
dimasukkan kedalam larutan HCl 2M
melalui
dan percobaan larutan H2O2 5% yang
mengamati secara langsung peserta
ditetesi dengan larutan NaCl 0.1 M dan
didik akan memiliki kesempatan untuk
larutan FeCl3 0.1 M, agar siswa dapat
membandingkan
men-jelaskan faktor-faktor yang mem-
dengan hasil pengamatanya; d. Dengan
pengaruhi laju reaksi yaitu suhu dan
demikian peserta didik akan lebih
katalis. Pada pertemuan kelima siswa
meyakini
tidak
pembelajaran.
melakukan
laboratorium
namun
percobaan siswa
di
meminta siswa untuk mengamati faktorfaktor yang mempengaruhi laju reaksi ber-dasarkan teori tumbukan dan menggambarkan grafik energi potensial yang
meng-gunakan
katalisator
dan
katalisator.
c.
antara
Dengan
dugaanya
kebenaran
materi
diberi
animasi tentang teori tumbukan dan
menggunakan
eksperimen;
terjadi
tidak Pada
Tahap explain (menjelaskan).
Pada
pertemuan kedua siswa diminta untuk berdiskusi untuk dapat menjelaskan dan menyimpulkan
perbedaan
antara
prediksi awal yang dibuat dengan hasil observasinya.
Pada tahap ini siswa
dituntut agar mampu menghubungkan
kesesuaian antara jawaban prediksi awal
dalam membaca data hasil percobaan
yang mereka buat pada tahap prediksi
maupun garfik sehingga siswa mengerti
dengan hasil eksperimen yang mereka
dan dapat menjawab pertanyaan yang
lakukan
observasi.
ada pada LKS. Namun pada saat me-
Kemampuan menghubungkan ini secara
ngerjakan LKS tampak hanya beberapa
tidak
membimbing
siswa saja yang berdiskusi, kebanyakan
siswa untuk meningkatkan keterampilan
siswa hanya diam dan ada beberapa
memberikan alasan.
siswa
pada
langsung
tahap
dapat
yang
malah
mengganggu
kenyamanan teman-teman kelompoknya Pada tahap ini siswa diminta untuk men-jelaskan bagaimana hasil reaksi antara soda kue (NaHCO3) dan asam cuka (CH3COOH) sebelum dan sesudah di-reaksikan, hal ini dilakukan agar siswa dapat mengerti pengertian dari laju reaksi. untuk
Kemudian siswa diminta
menjawab
pertanyaan
yang
merupakan penjelasan dari suatu reaksi antara HCl dan batu pualam CaCO3, disini siswa diarahkan untuk dapat
saat ber-diskusi, misalnya dengan asyik me-ngobrol dan bergurau, sehingga memerlukan waktu yang lama untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan
pada
LKS. Hal tersebut diatasi guru dengan berjalan
berkeliling
kelompok
memantau jalannya diskusi. Selain itu, pada tahap ini setiap kelompok ditunjuk oleh
guru
secara
mempresentasikan
acak
untuk
hasil
diskusi
kelompoknya.
menuliskan ungkapan dari laju reaksi. Lalu
siswa
menjawab
diminta
pertanyaan
juga tentang
untuk
Pada pertemuan ketiga siswa diminta
laju
untuk menjelaskan data hasil percobaan
sesaat dan laju rata-rata dari suatu data
tentang
faktor-faktor
hasil percobaan dan grafik laju rata-rata
mempengaruhi laju reaksi yaitu luas
dekomposisi H2O2. Hal ini dilakukan
permukaan dan konsentrasi yang telah
agar siswa lebih mengerti tentang
mereka lakukan, sehingga dengan ini
pengertian laju sasaat dan laju rata-rata.
siswa
Pada awalnya siswa merasa kesulitan
menyimpulkan
mengerjakan LKS, karena siswa belum
prediksi awal yang dibuat dengan hasil
terbiasa untuk membaca tabel hasil
observasi
percobaan maupun grafik. Hal ini dapat
Pertemuan keempat pun sama seperti
diatasi guru dengan membimbing siswa
pertemuan
dapat
yang
menjelaskan perbedaan
yang
ketiga
mereka
namun
dan antara
lakukan.
pada
pertemuan keempat ini siswa diminta
Berdasarkan kegiatan pada tahap-tahap
untuk menjelaskan data hasil percobaan
diatas, terlihat jelas bahwa dengan pem-
faktor-fak-tor yang mempengaruhi laju
belajaran POE tanpa disadari siswa
reaksi yaitu suhu dan katalis.
Dan
telah dilatih untuk berpikir kritis. Tahap
dengan ini siswa dapat menjelaskan dan
pembelajaran POE meliputi prediksi
menyimpulkan
siswa
perbedaan
antara
dari
hasil
demonstrasi,
prediksi awal yang di-buat dengan hasil
mendiskusi-kan alasan dari prediksi
observasi yang mereka lakukan.
yang
mereka
berikan
dari
hasil
demonstrasi, dan terakhir menjelaskan Pada pertemuan kelima siswa diminta untuk
menjelaskan
tumbukan
dari
tentang animasi
teori yang
ditampilkan guru pada tahap observasi. Disini
siswa
di-minta
untuk
menjelaskan bagaimana pengaruh luas permukaan,
konsentrasi,
suhu
dan
katalis yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dengan teori tumbukan.
Pada pertemuan ini
siswa sangat antusias sekali dengan animasi yang ditampilkan guru, siswa menjadi lebih aktif dalam berdiskusi sehingga suasana kelas pun menjadi lebih
kondisif
dari
pertemuan
sebelumnya. Pada pertemuan keenam siswa diminta untuk membaca grafik tentang
orde
reaksi,
disini
siswa
kembali mengalami kesulitan dalam membaca garfik namun dapat diatasi guru dengan membimbing siswa dalam membaca grafik sehingga siswa dapat menjawab pertanyaan yang ada di LKS.
hasil prediksi dari pengamatan mereka. Artinya, secara tidak langsung siswa telah dibimbing untuk berpikir kritis dalam keterampilan memberikan alasan. Dari hasil wawancara dengan siswa yang mmendapatkan nilai terkecil pada hasil
pretest
kebanyakan
mereka
menjawab karena materi laju reaksi merupakan mereka
materi
belum
materi laju reaksi.
baru,
memahami
sehingga tentang
Kemudian alokasi
waktu juga yang menjadi alasan mereka dalam
mengerjakan
soal
pretest.
Sebagai contoh siswa dengan nomor urut 23 mendapatkan nilai pretest terkecil dari siswa yang lainnya, dia mengaku bahwa soal yang diberikan terlalu sulit, dan ada beberapa soal yang kurang ia mengerti. Seperti soal nomor 4 dimana pada soal nomor 4 siswa diminta untuk memberikan alasan dari suatu gambar tumbukan senyawa NO2. Ternyata tipe soal yang menganalisis
gambar seperti ini yang mem-buat siswa kesulitan karena mereka selama ini kurang dilatih dalam membaca suatu grafik maupun gambar, apalagi diminta untuk memberikan alasan dari hasil jawaban mereka ternyata sangat sulit sekali bagi mereka.
ternyata masih ada siswa yang men-
wawancara
Dan dari hasil
yang dilakukan dengan
siswa yang mendapatkan nilai posttest terkecil, yaitu siswa dengan nomor urut 5
mengaku
bahwa
dia
kurang
memahami materi yang diberikan guru, dia
kurang
mampu
mengikuti
pembelajaran yang diberikan oleh guru. Karena
memang model pembelajaran
POE merupakan model pembelajaran baru bagi siswa, sehingga memerlukan waktu yang cukup lama untuk terbiasa dengan pembelajaran ini. Dalam hal ini diakui juga memang dalam model pembelajaran POE ini guru harus benarbenar memahami karakter peserta didik, sehingga materi yang di-ajarkan akan dapat tersampaikan secara optimal. Maka orientasi guru dalam mengajar tidak
hanya
sebatas
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: 1. Model pembelajaran POE efektif dalam meningkatkan
keterampilan
mem-
berikan alasan dalam kategori sedang. 2. Perbedaan yang signifikan antara
Kemudian dilihat dari hasil posttest pun
dapatkan nilai kecil.
KESIMPULAN
menyelesaikan
materi ajar saja tetapi juga tetap memperhatikan paham atau tidaknya siswa terhadap bahan ajar tersebut.
rata-rata
nilai
pretest
dan
postest
keterampilan memberikan alasan yaitu pada pretest rata-rata nilai adalah 37,00 dan rata-rata nilai postest adalah 78,83 sehingga di-dapatkan rata-rata nilai n-gain adalah 0,66 DAFTAR PUSTAKA BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Badan Standar Nasional Pendidikan. Jakarta. Creswell, John W. 1994. Research Design Qualitative & Quantitative Approaches. Sage Publications. London. Ennis, R.H. 1985. Goals for A Critical Thiking Curriculum. Costa, A.L. (Ed). Developing Minds A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandra, Virginia: Assosiation for Supervisions and Curriculum Development (ASCD). Hake, R. R. 1999. Analyzing ChangeGain Scores . http://www.physics.indiana.edu/~sdi/ AnalyzingChange-Gain.pdf. Diakses 20 Juni 2012.
Indrawati dan Setiawan, Wanwan. 2009. Pembelajaran inovatif Kreatif dan Inovatif untuk Siswa Sekolah Dasar. Jakarta : PPPPTK IPA. Nurjanah. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Predict-ObserveExplain (POE) untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Tekanan dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa MTS. Tesis. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung Redhana, I.W. dan Liliasari. 2008. Program Pembelajaran Keterampilan Berpikir Kritis Pada Topik Laju Reaksi Untuk Siswa SMA. Diakses tanggal 30 Desember 2012. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta