The Elements of Philosophy of Science and Its Christian Response (Realism-Anti-Realism Debate) Rudi Zalukhu, M.Th
BGA : Kel. 14:15-31 1
Ke: ___
APA YANG KUBACA? (Observasi: Tokoh, Peristiwa)
2
APA YANG KUDAPAT? (Penafsiran: Pelajaran, Janji, Teladan, Perintah, Nasehat, Larangan)
3
APA RESPONSKU? (Aplikasi: Bersyukur, Berdoa, Bertobat, Pengakuan dosa, Komitmen)
“Aku datang - entah dari mana, aku ini - entah siapa, aku pergi - entah kemana, aku akan mati - entah kapan, aku heran bahwa aku gembira”. (Martinus dari Biberach, tokoh abad pertengahan).
Etimologis • filsafat berasal dari bahasa Yunani • “philo” berarti cinta • ”sophia” yang berarti kebenaran/ kebijaksanaan • “Filo artinya cinta dalam arti yang seluasluasnya, yaitu ingin dan karena ingin lalu berusaha mencapai yang diinginkannya itu • Sofia artinya kebijaksanaan, bijaksana artinya pandai, mengerti dengan mendalam. • Filsafat : ingin mengerti dengan mendalam atau cinta dengan kebijaksanaan
• BIJAKSANA di dalamnya mengandung dua makna yaitu baik dan benar, baik adalah sesuatu yang berdimensi etika, sedangkan benar adalah sesuatu yang berdimensi rasional, • Jadi sesuatu yang bijaksana adalah sesuatu yang etis dan logis. • Berfilsafat berarti selalu berusaha untuk berfikir guna mencapai kebaikan dan kebenaran, berfikir dalam filsafat bukan sembarang berfikir namun berpikir secara radikal sampai k akar-akarnya, • Meskipun berfilsafat mengandung kegiatan berfikir, tapi tidak setiap kegiatan berfikir berarti filsafat atau berfilsafat. (Sutan Takdir Alisjahbana, 1981)
Dari sisi filsafat sebagai ilmu Plato, fisuf besar Yunani mengatakan: • Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha mencapai kebenaran yang asli, karena kebenaran mutlak di tangan Tuhan. • Atau dengan singkat dikatakan pengetahuan tentang segala yang ada.
6
Aristoteles, murid Plato mengatakan: Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu matafisika, logika, retorika, politik, sosial budaya dan estetika.
Alfarabi, Filsuf besar muslim dengan gelar Aristoteles ke 2, mengatakan: Filsafat adalah pengetahuann tentang yang ada menurut hakikatnya yang sebenarnya. 7
Hasbullah Bakry Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai Ketuhanan, alam semesta, dan manusia sehingga dapat melahirkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dicapai manusia.
8
Immanuel Kant, Filsuf barat dengan gelar raksasa pemikir Eropa, mengatakan: Filsafat adalah ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya 4 persoalan: 1. Apa dapat kita ketahui, dijawab oleh metafisika 2. Apa yang boleh kita kerjakan, dijawab oleh etika. 3. Apa yang dinamakan manusia, dijawab oleh antropologi. 4. Sampai dimana harapan kita, dijawab oleh agama.
9
RANGKUMAN PENGERTIAN FILSAFAT • Bila diperhatikan secara seksama, nampak pengertian-pengertian tersebut lebih bersifat saling melengkapi, • Sehingga dapat dikatakan bahwa berfilsafat berarti penyeledikan tentang Apanya, Bagaimananya, dan untuk apanya, dalam konteks ciri-ciri berfikir filsafat, yang bila dikaitkan dengan terminologi filsafat tercakup dalam ontologi (apanya), epistemologi (bagaimananya), dan axiologi (untuk apanya)
1. Ontologi (apanya) - keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. 2. Epistemologi (bagaimananya) - asal, sifat, karakter dan jenis pengetahuan. 3. Axiologi (untuk apanya) - nilai-nilai (value) sebagai tolok ukur kebenaran (ilmiah), etik, dan moral sebagai dasar normative dalam penelitian dan penggalian, serta penerapan ilmu (Wibisono, 2001).
CIRI-CIRI FILSAFAT • Sutan Takdir Alisjahbana syarat-syarat berfikir yang disebut berfilsafat yaitu : a) Berfikir dengan teliti, dan b) Berfikir menurut aturan yang pasti. • Sidi Gazalba (1976) ciri ber-Filsafat atau berfikir Filsafat adalah : radikal, sistematik, dan universal.
A. Radikal bermakna berfikir sampai ke akarakarnya (Radix artinya akar), tidak tanggungtanggung sampai dengan berbagai konsekwensinya dengan tidak terbelenggu oleh berbagai pemikiran yang sudah diterima umum, B. Sistematik artinya berfikir secara teratur dan logis dengan urutan-urutan yang rasional dan dapat dipertanggungjawabkan, C. Universal artinya berfikir secara menyeluruh tidak pada bagian-bagian khusus yang sifatnya terbatas.
Sudarto (1996) ciri-ciri berfikir Filsafat: 1. Metodis : menggunakan metode, cara, yang lazim digunakan oleh filsuf (akhli filsafat) dalam proses berfikir 2. Sistematis : berfikir dalam suatu keterkaitan antar unsur-unsur dalam suatu keseluruhan sehingga tersusun suatu pola pemikiran Filsufis. 3. Koheren : diantara unsur-unsur yang dipikirkan tidak terjadi sesuatu yang bertentangan dan tersusun secara logis
4. Rasional : mendasarkan pada kaidah berfikir yang benar dan logis (sesuai dengan kaidah logika) 5. Komprehensif : berfikir tentang sesuatu dari berbagai sudut (multidimensi). 6. Radikal : berfikir secara mendalam sampai ke akar-akarnya atau sampai pada tingkatan esensi yang sedalam-dalamnya 7. Universal : muatan kebenarannya bersifat universal, mengarah pada realitas kehidupan manusia secara keseluruhan
HUBUNGAN ILMU, FILSAFAT DAN AGAMA • ILMU, mencari kebenaran dengan cara penyelidikan (riset) sesuai dengan eksistensinya yang berhubungan dengan alam empiris. • Dalam penyelidikan ilmu selalu mencari hukum sebab akibat. • Sebagai hukum sebab akibat maka kebenaranya pasti ada. 16
• FILSAFAT, karena selalu berhadapan denga alam empiris maka ia komit dengan organon (alatnya) yaitu logika. Cara kerjanya selalu diawali dengan pertanyaan apa…. Berpikir logis, sistematis, radikal, dan universal. • AGAMA, menemukan konsep kebenaran bersumber pada wahyu, kebenarannya bersifat mutlak, absolut sebagiai kebenaran tertinggi.
17
• Ilmu kebenarannya bersifat empiris, filsafat kebenarannya bersifat spekulatif (berdasarkan nalar dan logika), keduanya bersifat nisbi (terukur, tidak mutlak, relatif). Agama kebenarannya bersifat absolut mutlak. • Hubungan ilmu filsafat dan agama, Albert Einstein mengatakan dengan singkat “Ilmu tanpa agama buta, agama tanpa ilmu lumpuh.”
18
PANDANGAN KRISTEN BAGI DASAR PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN:
• Allah sumber jawaban utama dan pasti atas pertanyaan filsafat dan ilmu pengetahuan (Kej. 1-2:25). Teosentris dasar filsafat Kristen. • Allah membuat manusia untuk bergantung padanya dalam mengenali semesta dengan segala isinya. Manusia tidak bisa mandiri (Kej. 1:25-26; 2:15). • Alkitab tidak membuat dikotomi antara “sakral” dan “sekular” (Rom. 1:18-21).
• Alkitab menuturkan tentang kemerosotan alam sebagai akibat dosa. Alam semesta mengalami devolusi daripada evolusi. Kenyataan tersebut menyebabkan manusia sulit menghasilkan pengetahuan yang absolut. • Melalui iman kepada Yesus Kristus, orang percaya mengalami pembaharuan hidup yang berdampak pada pengetahuannya. Ada pembaharuan pikiran dan cara pandang terhadap segala sesuaut (2 Kor. 5:16-20).
PENYATAAN KHUSUS
TRITUNGGAL
PENYATAAN UMUM