PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN BALITA MALNUTRISI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JENAWI THE EFFECT OF HEALTH EDUCATION ABOUT FEEDING ADDITIONAL FOOD TOWARD MOTHER’S KNOWLEDGE LEVEL WITH MALNUTRITION IN JENAWI PUBLIC HEALTH CENTER AREA Desi Anggraeni*, Anita Istiningtyas**, Isnaini Rahmawati***
*Mahasiswa S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta, **Dosen S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta, *** Dosen S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Abstrak Gizi kurang pada balita merupakan masalah yang serius. Kurang gizi berakibat pada kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan kecerdasan, menurunkan produktivitas, meningkatnya angka kesakitan dan kematian. Jumlah balita dengan malnutrisi di wilayah kecamatan Jenawi tahun 2015 sebesar 118 balita dengan 1 balita gizi buruk meninggal dunia. Sehingga peran ibu sangat penting untuk meningkatkan status gizi balita. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian pendidikan kesehatan tentang makanan tambahan terhadap tingkat pengetahuan ibu dengan balita malnutrisi di wilayah kerja Puskesmas Jenawi.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pre-eksperimen dengan rancangan One Group Pre –test and Post-test Design. Teknik pengambilan sampling dalam penelitian ini menggunakan Proportionate stratified random sampling pada 82 ibu dengan balita malnutrisi. Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Jenawi. Cara pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisis menggunakan uji Wilcoxon.Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan ibu dengan balita malnutrisi tentang pemberian makanan tambahan setelah diberikan pendidikan kesehatan tingkat pengetahuan cukup sebanyak 61 responden (74,1%). Terdapat 39 responden dengan peningkatan pengetahuan dan ties sebesar 43 yang berarti terdapat 43 responden tidak mengalami perubahan pengetahuan. ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang pemberian makanan tambahan terhadap tingkat pengetahuan ibu dengan balita malnutrisi dengan p value 0,000 < 0,05.Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada pengaruh pendidikan kesehatan
tentang pemberian makanan tambahan terhadap tingkat pengetahuan ibu dengan balita malnutrisi. Kata Kunci : Pendidikan Kesehatan, Pengetahuan, Malnutrisi Abstract Malnutrition on babies was a serious problem. Malnutrition caused the failure of physical, mental and intellectual growth. It also decreased productivity and increased mortality. The number of malnutrition babies in Jenawi district 2015 was 118 babies with 1 baby death because of malnutrition. Therefore mother’s role was very important to improve babies’ nutrition level. The aim of this research was to identify the effect of health education about feeding additional food toward mothers knowledge level with malnutrition babies in Jenawi public health center area.Method employed in this research was pre experiment with one group pre test and post test design. Sampling technique of this research was proportionate stratified random sampling to 82 mothers with malnutrition baby. The research was done in Jenawi public health center. Data
1
collecting technique was questionnaire and it would be tested using Wilcoxon.The result showed that level of mothers’ knowledge about feeding additional food after treatment their level knowledge was adequate 61 respondents (74.1%). There were 39 respondents with improvement and ties were 43. It meant 43 respondents did not improve their knowledge. There was an effect of health education about feeding additional food toward mothers’ knowledge level with malnutrition babies because of p value 0.000<0.05.It could be concluded that there was health education about feeding additional food toward mother’s knowledge level with malnutrition babies. Keywords: health education, knowledge, malnutrition
PENDAHULUAN Menurut United Nations of Children’s Fund (UNICEF) tahun 2006 Malnutrisi adalah istilah yang luas yang biasa digunakan untuk gizi kurang (undernutrition), namun secara teknis juga mengacu pada kelebihan gizi (overnutrition). Seseorang disebut malnutrisi jika pola makannya tidak menyediakan kalori dan protein yang cukup untuk pertumbuhan dan pemeliharaan atau mereka tidak dapat sepenuhnya memanfaatkan makanan yang mereka makan karena sakit (gizinya kurang). Sesorang juga bisa disebut malnutrisi jika mereka mengkonsumsi terlalu banyak kalori (overnutrition). Kebutuhan gizi yang seimbang bagi masyarakat menjadi hal yang harus diperhatikan. Kekurangan ataupun kelebihan dalam asupan gizi membuat tubuh mengalami malnutrisi yang berdampak buruk bagi tubuh. Bahkan menurut Global Nutrition Report 2014, Indonesia masuk dalam daftar 17 negara dengan masalah gizi serius di dunia (Tempo,2015). Gizi kurang pada balita merupakan masalah yang serius. Kurang gizi akan berdampak pada penurunan sumber daya manusia yang akan lebih lanjut akan berakibat pada kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan kecerdasan, menurunkan produktivitas, meningkatnya angka kesakitan dan kematian. Anak Indonesia diperkirakan kehilangan 220 juta Intelligence Quotient (IQ) poin akibat kekurangan gizi. Dampak lain dari gizi kurang adalah menurunnya produktivitas yang diperkirakan 20-30% (Adisasmito, 2007).
2
UNICEF (2008) mengemukakan bahwa gizi berkontribusi lebih dari sepertiga dari semua kematian pada balita. Gizi kurang dapat menurunkan daya tahan tubuh anak terhadap serangan penyakit dan membuat penyakit lebih parah. World Health Organization, WHO) tahun2008 melaporkan kurang gizi memberi kontribusi terbesar dari 3 penyebab kematian balita didunia, yaitu masalah neonatal (37%), infeksi saluran pernafasan atas (7%) dan diare (16%). Hasil Riskesdas tahun 2013 diketahui jumlah balita di seluruh wilayah Indonesia mencapai 23.708.844 dengan 19,6% mengalami gizi buruk dan kurang. Pada Riskesdes tahun initerjadi peningkatan dibandingkan tahun 2010. Di wilayah Provinsi Jawa Tengah jumlah balita gizi buruk sebesar 481.632 balita(Kemenkes, 2015), sedangkan untuk wilayah kecamatan Jenawi pada bulan Desember 2015 , jumlah balita dengan malnutrisi sebesar 118 balita atau 8,05% , dimana 15 balita dengan gizi lebih, 84 balita dengan status gizikurang dan 19 balita dengan gizi buruk dimana 1 balita gizi buruk meninggal dunia (Puskesmas Jenawi, 2015). Selama ini upaya yang telah dilakukan di Puskesmas Jenawi dalam penanganan gizi buruk adalah pemberian PMT dan konseling gizi. Banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya malnutrisi dan faktor tersebut saling berkaitan. Secara langsung penyebab terjadinya malnutrisi yaitu anak kurang mendapat asupan gizi seimbang dalam waktu cukup lama dan anak menderita penyakit infeksi. Secara tidak langsung penyebab terjadinya malnutrisi yaitu tidak cukupnya persediaan pangan di rumah tangga, pola asuh kurang memadai, dan sanitasi kesehatan lingkungan kurang baik,
serta akses pelayanan kesehatan terbatas. Akar masalah tersebut berkaitan erat dengan rendahnya tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan kemiskinan keluarga (UNICEF, 2007). Dari beberapa faktor penyebab malnutrisi tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor penyebab tidak langsung dari malnutrisi karena tingkat pendidikan formal berkaitan dengan pengetahuan tentang kesehatan dan praktik gizi (Hidayati, 2011). Hasil penelitian Suyadi (2009) mengemukakan proporsi kurang energi protein (KEP) terbanyak di Kelurahan Pancoran Mas Kota Depok adalah pada ayah dengan pendidikan rendah yaitu 26.28%. Di sisi lain, dalam penelitian Hidayati (2011) pendidikan keluarga responden sebagian besar (40%) rendah yaitu <Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kurangnya informasi tentang nutrisi dan bagaimana mengatur nutrisi dengan gizi seimbang untuk balita dapat menyebabkan kebiasaan makan anak yang tidak sehat karena kurangnya variasi dalam makanan. Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Maret 2016 terdapat balita malnutrisi dengan gizi buruk sebanyak 19 balita, dari 19 ibu balita malnutrisi 16 diantaranya adalah tamatan Sekolah Dasar (SD), sedangkan 2 orang adalah tamatan SMP. Hasil wawancara yang dilakukan 15 responden mengatakan belum mengetahui tentang PMT, sedangkan 4 responden masih rendah tentang pengetahuan PMT. Oleh karena itu, penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang pemberian makanan tambahan (PMT) kapada ibu dengan balita malnutrisi. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh pemberian pendidikan kesehatan tentang makanan tambahan terhadap tingkat pengetahuan ibu dengan balita malnutrisi. Memberikan gambaran yang lebih konkrit dan dapat dijadikan sumber pijakan atau input dalam memberikan alternatif dalam memecahkan masalah pada pemberian makanan tambahan pada balita malnutrisi
3
METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pre-eksperimen dengan rancangan One Group Pre –test and Post-test Design. Teknik pengambilan sampling dalam penelitian ini menggunakan Proportionate stratified random sampling. Alat yang digunakan dalampenelitian ini adalah kuesioner. Teknik analisis data menggunakan uji Wilcoxon. Jumlah sample dalam penelitian ini adalah 82 responden. HASIL
A. Analisis Univariat 1. Karakteristik Responden Tabel 1 Karakteristik Responden karakteristik kategori f Umur < 20 th 13 20 – 35 54 > 35 th 15 Pendidikan SD 45 SMP 29 SMA 8 Pekerjaan IRT 37 Petani 25 Swasta 20 Hasil penelitian menunjukkan responden rata-rata berumur 27,6, sehingga masih berada pada rentan usia produktif.Risqiawan (2008) mengatakan bahwa usia ibu yang mengalami peningkatan dalam batas tertentu maka dapat meningkatan pengalaman ibu dalam mengasuh anak, sehingga akan berpengaruh dalam status gizi anak.Mayoritas responden dengan tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak 45 responden (54,9%).Sesuai penelitian yang dilakukan Karimawati (2013), pendidikan kesehatan mempunyai peran penting dalam membentuk sikap seseorang, dimana dalam pembentukan sikap dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, kebudayaan pengaruh orang lain, dan pendidikan. Pekerjaan mayoritas ibu rumah tangga yaitu sebanyak 37 responden (45,1%).Kurniati (2008) bahwa ibu rumah tangga mempunyai waktu
% 15,9 65,9 18,2 54,9 35,4 9,8 45,1 30,5 24,4
yang banyak sehingga lebih dapat memperhatikan pemberian asupan gizi pada balita. Ibu rumah tangga mempunyai banyak waktu luang, ini berarti ibu-ibu tersebut bisa mendapatkan informasi yang lebih dari berbagai media, seperti: televisi, radio maupun internet. 2. Tingkat Pengetahuan Ibu
Tabel 1.2 Tingkat Pengetahuan Ibu (N = 82) No 1 2 3
Tingkat Pengetahuan Baik Cukup Kurang Total
Pre-test F % 5 6,1 55 67,1 22 26,8 82 100
Post-test F % 16 19,5 61 74,4 5 6,1 82 100
Hasil penelitian tingkat pengetahuan ibu dengan balita malnutrisi tentang pemberian makanan tambahan sebelum diberikan pendidikan kesehatan didapatkan mayoritas tingkat pengetahuan cukup sebanyak 55 responden (67,1%) dan tingkat pengetahuan setelah diberikan pendidikan kesehatan mayoritas tingkat pengetahuan cukup sebanyak 61 responden (74,1%). Pendidikan kesehatan pada hakekatnya adalah kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Pendidikan kesehatanjuga sebagai proses dimana proses tersebut mempunyai masukan (input) dan keluaran (out put) (Notoatmodjo, 2012). B. Analisis Bivariat Analisis bivariat mengenai pengaruh pendidikan kesehatan tentang pemberian makanan tambahan terhadap tingkat pengetahuan ibu dengan balita malnutrisi di wilayah kerja Puskesmas Jenawi. Analisis data dalam penelitian ini
4
menggunakan uji Wilcoxondengan program SPSS dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1.3 Uji Analisis Wilcoxon
Z Asymp. Sig. (2tailed)
Post - Pre -5.471a 0,000
Pada tabel uji statistik wilcoxon terlihat nilai Z -5.471 dengan signifikan sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05, sehingga ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang pemberian makanan tambahan terhadap tingkat pengetahuan ibu dengan balita malnutrisi di wilayah kerja Puskesmas Jenawi.
SIMPULAN Nilai rata-rata umur 27,6 tahun, tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak 45 responden (54,9%) dan berdasarkan pekerjaan mayoritas ibu sebagai rumah tangga yaitu sebanyak 37 responden (45,1%). Tingkat pengetahuan ibu dengan balita malnutrisi tentang pemberian makanan tambahan sebelum diberikan pendidikan kesehatan didapatkan mayoritas tingkat pengetahuan cukup sebanyak 55 responden (67,1%) Tingkat pengetahuan ibu dengan balita malnutrisi tentang pemberian makanan tambahan setelah diberikan pendidikan kesehatan mayoritas tingkat pengetahuan cukup sebanyak 61 responden (74,1%). Ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang pemberian makanan tambahan terhadap tingkat pengetahuan ibu dengan balita malnutrisi di wilayah kerja Puskesmas Jenawi dengan p value0,00< 0,05. Diharapkan dapatmengembangkan lebih lanjut penelitan yang sejenis dengan meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu dengan balita malnutrisi.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Astinah; Hasbullah, S; Muzakir, H. (2013). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Ibu pada Pemberian Imunisasi di Posyandu Teratai II b di Wilayah Kerja Puskesmas Tamamaung Makasar. E-library STIKES Nani Hasanuddin Makasar. Vol 2 No. 6. Hidayati. (2011). Hubungan Tugas Kesehatan Keluarga, Karakteristik Keluarga dan Anak dengan status Gizi Balita di Wilayah Puskesmas Pancoran Mas Depok. Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas Indonesia. Huriah, T; Trinotora, L; Haryati; Julia, M. (2013). Upaya Peningkatan Status Gizi Balita Malnutrisi Akut Berat Melalui Program Home Care. Universitas Muhamadiyah Yogyakarta. Kementrian Kesehatan RI. (2015). Pusat Data dan Informasi. Jakarta: Kemenkes RI. Kuntari,T. Jamil, A. Sunarto, Kurniati, O. (2013). Faktor Resiko Malnutrisi. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Hal 572-576. Maryunani, A. (2010). Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media. Marni dan Kukuh Raharjo. (2010). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita
5
dan Anak Pra Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mitayani. (2010). Buku Saku Ilmu Gizi. Jakarta: Trans info Media. Notoadmodjo, S. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Reneka Cipta. Notoadmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Reneka Cipta. Nursalam, (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. Puskesmas Jenawi. (2015). Laporan Pengumpulan Data Cakupan Program Gizi Puskesmas Kecamatan Jenawi Tahun 2015. Tidak dipublikasikan. Riwidikdo, H. (2013). Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press. Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suyadi, E.S. (2009). Kejadian Kurang Energi Proten Balita dan FaktorFaktor yang Berhubungan di Wilayah Kelurahan Pancoran Mas Kota Depok. Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Tempo. (2013). 2015, Indonesia Masih Menghadapi Gizi Buruk. Diakses 25 Januari 2016, darihttps://nasional.tempo.co/read /news/2013/02/25/173463527/201 5-indonesia-masih-menghadapigizi-buruk.
UNICEF. (2006). Malnutrition definition. Diakses 25 Januari 2016, dari http://www.unicef.org/progressfor children/2006n4/malnutritiondefin ition.html UNICEF. (2007). Cause of malnutrition. Diakses 25 Januari 2016, dari http://www.unicef.org/nutrition/tr aining/2.5/5.html UNICEF. (2008). The State World’s Children. Diakses 25 Januari 2016, dari http://www.unicef.org/Publication /file/the state of the World’s Children 2008.Executive Summary E.pdf. Wawan, A dan Dewi, M. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku. Yogyakarta: Nuha Medika.
6