The Effect Comparison of Dental Health Education Using Application DHESTA (Dental Health Education by Syiva and Tia) and Flipchart in Children 11-12 Years Old Triana W. S, Syiva Sakinatun, Herry Novrinda, Peter Andreas
Corresponding address : Department of Public Health, Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia. Jalan Salemba Raya No. 4 Jakarta Pusat 10430 Indonesia. Email address :
[email protected] (Triana W. S.)
The Effect comparison..., Triana Wahyu Saputri, FKG UI, 2013
Abstract Media is needed to assist the learning process. The research aimed to determine the effects of using DHESTA application and flipchart as seen from the increase of knowledge and knowledge retention. 30 student of SD N Menteng 01 and 30 SD N Menteng 02 were given a pre-test questionnaire and then each group was given dental health education using different media. Then post-test given 20 minutes, 1 day, 6 days, and 14 days after learning. The results showed there were significant differences in the increase of knowledge (p = 0.000) and decrease retention of knowledge (p = 0.05) in both groups. DHESTA application can increase knowledge lower than flipchart however knowledge retention is better.
Abstrak Media diperlukan untuk membantu proses pembelajaran. Penelitian bertujuan untuk mengetahui efek penggunaan aplikasi DHESTA dan flipchart sebagai media edukasi dilihat dari peningkatan dan retensi pengetahuan. Pada 30 siswa SD N Menteng 01 dan 30 siswa SD N Menteng 02 diberi tes pra perlakuan menggunakan kuesioner kemudian tiap kelompok diberi edukasi menggunakan media yang berbeda. Tes paska perlakuan dilakukan 20 menit, 1 hari, 6 hari, dan 14 hari setelah perlakuan. Hasil menunjukkan terdapat perbedaan bermakna peningkatan pengetahuan (p = 0,000) dan penurunan retensi pengetahuan (p = 0,05) pada kedua kelompok. Aplikasi DHESTA menghasilkan peningkatan pengetahuan yang lebih rendah namun retensi pengetahuan yang dihasilkan lebih baik daripada flipchart.
Keyword: increase of knowledge, knowledge retention, media, application, flipchart
The Effect comparison..., Triana Wahyu Saputri, FKG UI, 2013
PENDAHULUAN Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari integral kesehatan secara keseluruhan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan masalah dalam belajar pada anak.(1),(2) Karena itu pemerintah membentuk Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) yang telah berjalan sejak tahun 1951.(3) Namun angka prevalensi karies aktif pada anak usia 12 tahun masih tinggi (indeks D-T > 0) yaitu 29,8% dan presentase anak-anak usia 10-14 tahun yang berperilaku benar menggosok gigi masih sangat rendah, yaitu 6,2%.(1) hal tersebut menunjukkan usaha promosi kesehatan gigi dan mulut pada anak usia sekolah masih belum berjalan maksimal. Masalah pertama yang menyebabkan program promosi kesehatan gigi dan mulut di sekolah tidak berjalan baik yaitu keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM). Tenaga kesehatan gigi di Puskesmas sebagai penyelenggara promosi kesehatan masih terbatas dan belum memiliki tenaga promosi kesehatan khusus. Masalah kedua adalah minimalnya dana yang dialokasikan untuk pembinaan program kesehatan gigi dalam upaya promotif dan preventif karena pemerintah masih focus pada pembiayaan untuk upaya kuratif yang relative tinggi.(4) Masalah selanjutnya adalah terlalu sedikitnya materi mengenai kesehatan gigi dan mulut yang diajarkan walaupun penyakit yang saat ini memiliki tingkat prevalensi paling tinggi pada anak-anak usia sekolah adalah penyakit gigi dan mulut yaitu sebanyak 74,4%.(3) Untuk memudahkan program promosi kesehatan gigi dam mulut, salah satunya melalui media yang dapat mengatasi masalah-masalah di atas. Kata media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari medium. Secara harfiah, media berarti perantara, yaitu perantara antara sumber pesan dan penerima pesan.(5) Di dalam bidang pendidikan kesehatan, media
The Effect comparison..., Triana Wahyu Saputri, FKG UI, 2013
merupakan alat saluran untuk menyampaikan kesehatan karena digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat.(6) Selama ini edukasi kesehatan yang di lakukan di Indonesia dan beberapa negara berkembang lainnya dilakukan menggunakan flipchart atau media lembar balik karena dinilai cukup efektif, mudah digunakan dan tidak memerlukan teknologi yang tinggi, walaupun diperlukan keterampilan dari edukator yang terlatih.(7) Media lembar balik adalah media penyampaian pesan atau informasi-informasi dalam bentuk lembar balik. Biasanya dalam bentuk buku dimana di tiap lembar terdapat gambar peragan dan dibaliknya berisi pesan atau informasi kesehatan yang akan disampaikan berkaitan dengan gambar tersebut.(6) Namun penggunaan media lembar balik masih memerlukan adanya edukator yaitu tenaga kesehatan gigi. Seiring kemajuan zaman, penggunaan teknologi terutama komputer dalam kehidupan manusia meningkat, termasuk dalam dunia pendidikan karena dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk belajar, seperti melalui simulasi dan visualisasi.(8),(9) Penggunaan komputer salah satunya adalah menggunakan aplikasi interaktif yang dapat menerima respon balik dari subjek belajar sehingga dapat secara langsung belajar dan memahami materi yang diajarkan. Aplikasi ini berbentuk multimedia yang memiliki unsur-unsur media secara lengkap, seperti suara, animasi, video, teks dan grafis. Unsur-unsur tersebut akan membuat informasi yang disajikan bersifat menyenangkan, menarik, mudah dimengerti, dan jelas karena sebanyak mungkin indera, terutama telinga dan mata, digunakan untuk menyerap informasi itu.(10) Dari kerucut Edgar Dale diketahui media yang diteliti yaitu media lembar balik dan aplikasi interaktif DHESTA terdapat pada tingkatan yang sama karena melibatkan indra yang sama yaitu penglihatan dan pendengaran dengan perolehan pengalaman pengetahuan sebanyak 50%. Perbedaan dari kedua media adalah kedudukan edukator yang digantikan oleh perangkat
The Effect comparison..., Triana Wahyu Saputri, FKG UI, 2013
komputer. Pada edukasi menggunakan media lembar balik, penjelasan dilakukan oleh edukator yang berinteraksi langsung dengan siswa. Namun, pada penelitian Joan (2002) didapatkan hasil bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan komputer dengan konvensional oleh guru memperlihatkan
hasil yang tidak
berbeda bermakna pada perbedaan peningkatan pengetahuan siswa.(11) Hasil tersebut menunjukkan media komputer memiliki peluang untuk dapat menggantikan peran edukator dalam proses pembelajaran. Upaya promosi kesehatan yang dilakukan di sekolah memiliki dampak yang cukup baik karena dapat membantu meningkatkan kesehatan siswa, guru dan karyawan, orang tua serta masyarakat di sekitar lingkungan sekolah.(12) Selain itu anak usia sekolah akan lebih mudah menerima informasi baru. Pendidikan kesehatan sangat penting pada usia sekolah
karena
pengembangan perilaku sejak dini akan menghasilkan efek jangka panjang dan sulit diubah.(13) Piaget membagi perkembangan kognitif manusia menjadi empat tahap operasional yaitu tahap sensorimotorik, tahap praoperasional, tahap operasional konkret dan tahap operasional formal.(14) Pada usia 11-12 tahun, anak termasuk tahap operasional formal (11 tahun – dewasa) dimana anak telah dapat menarik kesimpulan dari informasi yang diberikan. Kemampuan pada tahap operasional formal termasuk preposisional logis, induktif logis, menguji hipotesis, dan memberikan alasan mengenai proporsi, kombinasi, kemungkinan dan korelasi.(15) Pada masa ini, anak-anak sangat realistik, ingin tahu dan ingin belajar.(16) Maka dari itu, usia 11-12 tahun merupakan usia strategis untuk melakukan edukasi kesehatan. Selain perkembangan kognitif, terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi proses pembelajaran. Faktor-faktor tersebut dibedakan menjadi dua yaitu perbedaan individu dan perbedaan kelompok. Perbedaan kelompok terdiri dari perbedaan budaya, etnis dan ras,
The Effect comparison..., Triana Wahyu Saputri, FKG UI, 2013
perbedaan bahasa, keberagaman sosioekonomi, dan perbedaan gender. Sedangkan perbedaan individu terdiri dari perbedaan intelegensi, kemampuan, gaya belajar dan kepribadian.(17) Belajar itu sendiri merupakan proses untuk memperoleh sebuah pengetahuan, perilaku baru, representasi atau asosiasi. Di dalam proses belajar, salah satu yang berperan penting adalah ingatan. Ingatan merupakan kemampuan untuk menyimpan hal yang telah dipelajari dimana informasi disimpan yang terdiri dari sensory register, memori jangka pendek yang bertahan beberapa detik dan memori jangka panjang. Pengetahuan disimpan di dalam memori jangka panjang dalam bentuk yang berbeda-beda. Dapat dalam bentuk verbal, perumpamaan (imagery), atau semantik.(18) Pengetahuan termasuk dalam domain kognitif yang merupakan awal terbentuknya perubahan perilaku.(6) Bloom (1956) dalam bukunya Taxonomy of Educational Objectives membagi domain kognitif dibagi menjadi enam tingkatan yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Pengetahuan yang telah dipelajari dan tersimpan dalam memori jangka panjang akan berkurang seiring dengan waktu atau sering dikenal dengan kerusakan memori. Ebbinghaus (1885) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa setelah beberapa waktu, hanya tersisa beberapa persen memori mengenai hal yang telah dipelajari. Ebbinghaus menggunakan 7 interval retensi dalam penelitiannya yaitu 20 menit, 1 jam, 9 jam, 24 jam, 48 jam, 6 hari dan 31 hari. Hasil penelitiannya menunjukkan dalam 1 jam, manusia kehilangan hampir setengah dari apa yang telah dipelajari. Setelah 24 jam, hampir 2/3 dari materi yang telah dipelajari tidak dapat diingat. Hasil penelitian tersebut dikenal sebagai Ebbinghaus’s Forgetting Curve’ .(19) Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek penggunaan media berbasis aplikasi interaktif DHESTA dengan media flipchart yang dilihat dari peningkatan pengetahuan yang dihasilkan serta retensi pengetahuannya.
The Effect comparison..., Triana Wahyu Saputri, FKG UI, 2013
METODE PENELITIAN Penelitian quasi eksperimental menggunakan dua kelompok subjek yang diberi perlakuan berbeda. Subjek terdiri dari 30 siswa SD N Menteng 01 dan 30 siswa SD N Menteng 02 kelas V dan VI. Kedua kelompok subjek diberi tes pra perlakuan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 20 pertanyaan mengenai kesehtan gigi dan mulut. Kuesioner sebelumnya telah diuji realibilitas denngan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0.662. Kelompok 1 yaitu 30 siswa SD N Menteng 01 diberi edukasi kesehatan gigi dan mulut menggunakan media aplikasi interaktif DHESTA dan kelompok 2 yaitu 30 siswa SD N Menteng 02 diberi edukasi kesehatan gigi dan mulut menggunakan media flipchart. Kemudian kedua kelompok diberi kuesioner pasca perlakuan yang terdiri dari 20 pertanyan yang dilakukan 20 menit, satu hari, enam hari dan 14 hari setelah edukasi. Data hasil penelitian dianalisis dengan uji normalitas Saphiro-Wilk. Data hasil penelitian yang tidak berdistribusi normal kemudian diuji dengan uji Wilcoxon untuk membandingkan skor pengetahuan responden sebelum dan sesudah edukasi kesehatan gigi dan mulut menggunakan media aplikasi interaktif DHESTA dan media flipchart. Analisis Friedman dilanjutkan dengan analisis post-hoc Wilcoxon dilakukan untuk mengetahui perbedaan tingkat penurunan retensi pengetahuan edukasi menggunakan media aplikasi interaktif DHESTA dan media flipchart. Analisis Mann Whitney dilakukan untuk membandingkan perubahan tingkat pengetahuan dan retensi pengetahuan antara edukasi menggunakan media aplikasi interaktif DHESTA dan media flipchart. Uji statistik yang dilakukan memiliki tingkat signifikansi 0,05 (p = 0,05) dan taraf kepercayaan 95% (α = 0,05).
The Effect comparison..., Triana Wahyu Saputri, FKG UI, 2013
HASIL PENELITIAN Dari data hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat peningkatan pengetahuan yang setelah dilakukan edukasi kesehatan gigi dan mulut menggunakan media aplikasi interaktif DHESTA dan flipchart. Hasil uji Mann Whitney menunjukkan terdapat perbedaan bermakna peningkatan pengetahuan setelah dilakukan edukasi kesehatan gigi dan mulut menggunakan media aplikasi interaktif DHESTA dan flipchart (p = 0,000). Kemudian dari hasil tes pasca perlakuan diperoleh bahwa terdapat penurunan retensi pengetahuan pada edukasi menggunakan media aplikasi DHESTA dan flipchart. Perbandingan penggunaan media aplikasi DHESTA dengan media flipchart pada 20 menit setelah perlakuan dengan 14 hari setelah perlakuan menghasilkan nilai p = 0,05 sehingga disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna penurunan retensi pengetahuan antara penggunaan aplikasi DHESTA dengan media flipchart.
DISKUSI Berdasarkan hasil penelitian, terdapat indikasi peningkatan pengetahuan setelah edukasi menggunakan media aplikasi interaktif DHESTA dan flipchart yang dapat dilihat pada gambar 1. Dari hasil tespra perlakuan dan tes pasca perlakuan 1 dapat diketahui rata-rata nilai subjek penelitian naik sebesar 0,13 pada penggunaan media DHESTA dan 0,25 pada penggunaan media flipchart. Uji Wilcoxon pada penggunaan kedua media menghasilkan p = 0,000 (p≤ 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut subjek penelitian sebelum dan sesudah diedukasi menggunakan kedua media. Hasil uji Mann Whitney untuk menganalisis perbedaan peningkatan pengetahuan antara penggunaan aplikasi DHESTA dengan flipchart menghasilkan nilai p = 0,000
The Effect comparison..., Triana Wahyu Saputri, FKG UI, 2013
(p ≤ 0,05)
menunjukkan terdapat perbedaan bermakna peningkatan pengetahuan antara penggunaan media DHESTA dengan media flipchart untuk edukasi. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan beberapa penelitian sebelumnya. Penelitian yang dilakukan S. A. Redsell (2002) menghasilkan perbedaan yang tidak bermakna antara multimedia CD-ROM dengan leaflet yang digunakan sebagai media edukasi mengenai nocturnal enuresis.(20) Penelitian lain yang dilakukan Fidel (2001) dan Nailul (2008) juga menunjukkan hasil skor akhir yang tidak berbeda bermakna antara proses belajar menggunakan multimedia dan ceramah.(21),(22) Hal tersebut dapat terjadi karena adanya faktor-faktor lain yang berperan selama penelitian berlangsung dan dapat mempengaruhi hasil penelitian, salah satunya yaitu waktu untuk edukasi. Pada saat edukasi menggunakan aplikasi DHESTA, waktu yang disediakan untuk melakukan edukasi lebih sempit, sehingga siswa mungkin tidak dapat menyerap informasi secara keseluruhan. Kemudian pelaksanaan penyuluhan dilakukan siang hari, sehingga kemungkinan siswa telah jenuh untuk menerima informasi. Selain itu, siswa masih dapat mengakses situs lain di internet karena aplikasi DHESTA dijalankan secara online. Hal tersebut memungkinkan siswa tidak fokus pada pembelajaran menggunakan aplikasi DHESTA. Hal-hal itu mempengaruhi tingkat penyerapan informasi pada siswa sehingga pada akhirnya mempengaruhi peningkatan pengetahuan siswa setelah dilakukan edukasi. Keadaan yang berbeda pada saat pelaksanaan edukasi menggunakan kedua media memungkinkan terjadinya perbedaan pada hasil penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Pada hasil tes 20 menit, satu jam, satu hari, enam hari, dan 14 hari setelah edukasi dengan kedua media terlihat penurunan rata-rata hasil tes yang mengindikasikan adanya penurunan pengetahuan (gambar 2). Pada dasarnya segala informasi yang dipelajari manusia dan disimpan
The Effect comparison..., Triana Wahyu Saputri, FKG UI, 2013
dalam memori jangka panjang akan berkurang seiring dengan waktu atau sering disebut kerusakan memori.(19) Perbandingan penggunaan media aplikasi DHESTA dengan media lembar balik pada selisih nilai tes pasca perlakuan 1 dengan tes pasca perlakuan 4 menghasilkan nilai p = 0,05. Karena nilai p ≤ 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna penurunan retensi pengetahuan antara penggunaan aplikasi DHESTA dengan media lembar balik sebagai media edukasi kesehatan gigi dan mulut pada dua puluh menit setelah edukasi hingga empat belas hari setelah edukasi. Berdasarkan selisih nilai rata-rata antara tes pasca perlakuan 1 dengan tes pasca perlakuan 4 pada kedua media dapat disimpulkan media yang memiliki retensi pengetahuan lebih baik. Selisih nilai pada media DHESTA adalah 0,06 sedangkan selisih pada media media lembar balik adalah 0,11. Angka selisih yang lebih kecil menunjukkan penurunan retensi pengetahuan yang lebih kecil pula sehingga dapat dikatakan media tersebut memiliki tingkat retensi pengetahuan yang lebih baik. Pada 14 hari setelah edukasi menggunakan media aplikasi DHESTA retensi pengetahuan turun sebesar 6.02% sedangkan pada penggunaan media lembar balik menurun sebesar 12.5%. Penelitian lain yang dilakukan Ricci (1996) mengenai penggunaan aplikasi berbasis game komputer menunjukkan retensi pengetahuan yang lebih baik pada penggunaan media tersebut dibandingkan dengan cara tradisional.(23) Yanti (2006) dalam penelitiannya mengenai pembelajaran menggunakan multimedia juga memperlihatkan retensi yang lebih baik pada penggunaan pembelajaran multimedia komputer. Multimedia memiliki kekuatan imagery atau perumpamaan sehingga bisa bertahan lebih lama dalam struktur kognitif siswa.(24)
The Effect comparison..., Triana Wahyu Saputri, FKG UI, 2013
KESIMPULAN Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media aplikasi DHESTA dan flipchart sebagai media edukasi kesehatan gigi dan mulut dapat meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut secara berbeda bermakna pada anak usia 11-12 tahun, dan peningkatan yang lebih tinggi terjadi pada penggunaan media flipchart. Selain itu, terdapat perbedaan penurunan retensi pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada subjek penelitian setelah edukasi menggunakan media aplikasi interaktif DHESTA dan flipchart. Edukasi kesehatan gigi dan mulut menggunakan media aplikasi DHESTA menghasilkan retensi pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan media media lembar balik.
SARAN Jika akan dilakukan penelitian lebih lanjut, sebaiknya penelitian dilakukan pada jangka waktu yang lebih lama sehingga dapat dilihat efek jangka panjang penggunaan media aplikasi DHESTA sebagai media edukasi kesehatan gigi dan mulut yang serta dapat melihat perubahan di tingkatan selanjutnya yaitu perubahan sikap dan perubahan perilaku sehingga diketahui apakah penggunaan media aplikasi DHESTA dapat mengubah sikap dan perilaku kesehatan gigi dan mulut yang lebih baik.
The Effect comparison..., Triana Wahyu Saputri, FKG UI, 2013
DAFTAR PUSTAKA 1.
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional 2007. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 2008.
2.
SCAA. Children's Oral Health. Children's Policy Agenda. 2005 November.
3.
Pedoman Usaha Kesehatan Sekolah (UKGS). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2012.
4.
Irmawati. Tahun 2013. Diwawancarai pada 16 Juli 2013 di kantor Kementerian Kesehatan RI oleh Triana Wahyu Saputri.
5.
Indriana D. Ragam Alat Bantu Media Pengajaran. Yogyakarta: DIVA Press; 2011.
6.
Notoatmodjo S. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta: Rineka Cipta; 2003.
7.
MA C, G M, EJ M, Y Q, T L. Effective hand hygiene education with the use of flipchart in a hospital in El Salvador. The Journal of Hospital Infection [J Hosp Infect]. 2007;65(1):58-64. Epub 4 Desember 2006.
8.
Perencanaan, Pengajaran dan Teknologi. Psikologi Pendidikan2009. p. 175-94.
9.
Nesrin. New Toys for Young Children: Integration of Computer Technology into Early Childhood Education. The Turkish Online Journal of Educational Technology. 2003.
10.
Arsyad A. Media Pembelajaran Edisi 6. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada; 2005.
11.
parris JB. High school enterpreuneurship education: comparison of a traditional teacherled learning model with a computer-supported collaborative learning model. tuscalosa: The University of Alabama; 2002.
12.
Notoatmojo S. Promosi Kesehatan di Sekolah. Jakarta: Rhineka Cipta; 2012.
13.
Maja Lalic ea. The Efficacy of the Interventional Health Education Program for Oral Health Improvement in School Children. Serbian Dental Journal Vol 59 No 1. 2012:2731.
The Effect comparison..., Triana Wahyu Saputri, FKG UI, 2013
14.
Piaget J. The Psychology of Intelligence: Taylor and Francis E-library; 2005.
15.
Genovese JEC. Piaget, Pedagogy and Evolutionary Psychology. Evolutionary Psychology. 2003:127-37.
16.
Suryabrata S. Psikologi Pendidikan Edisi V. Jakarta: Rajawali Pers; 2010.
17.
Moreno R. Educational Psychology. Hoboken: John Wiley & Sons Inc; 2010.
18.
Ormrod JE. Educational Psychology: Developing Learner 5 Edition. New Jersey: Pearson Education Inc; 2006.
19.
Haberlandt K. Human Memory: Exploration and application. Needham Height: Allyn and Bacon; 1999.
20.
Redsell SA. Multimedia Versus Written Information for Nocturnal Enuresis Education: A Cluster Randomized Controlled Trial. 2003;29(2 [121-129]).
21.
Salinas FM. Comparative Learning Methods of Cognitive Computer Based Training with and without Multimedia Blending. California: University of The Pasific Stockton, 2001.
22.
Amalia N. Perbedaan Skor Pengetahuan Gizi Antara Siswa yang Diberikan Penyuluhan dengan Metode Ceramah dan Siswa yang Diberikan Penyuluhan dengan Metode “Playing by Learning” Melalui Media “Seri Petualangan Dino dan Dina-Saatnya Sehat” di Sekolah Dasar Jakarta Timur Tahun 2008 [Skripsi]. jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah; 2008.
23.
Ricci K. Do Computer Based Game Facilitate Knowledge Acquisition and retention? 1996;8(4 [295-307]).
24.
Herlanti Y. "Berpetualang Bersama Mendel" Sebuah Media Pembelajaran dengan Menggunakan Komputer Multimedia Berbasis Ms Power Point. LPMP Jabar, 2006.
The Effect comparison..., Triana Wahyu Saputri, FKG UI, 2013
1
0.88
0.9 0.8 0.7
0.63
0.82
0.69
0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 tes pra perlakuan
tes pasca perlakuan 1 flipchart
DHESTA
Gambar 1. grafik perbedaan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut subjek penelitian sebelum dan setelah edukasi menggunakan aplikasi DHESTA dan flipchart
0.9 0.88
0.88
0.86 0.84 0.82
0.83
0.8
0.83 0.8
0.78
flipchart
0.79 0.78
0.77
0.76
DHESTA
0.74 0.72 0.7 tes pasca perlakuan 1
tes pasca perlakuan 2
tes pasca perlakuan 3
tes pasca perlakuan 4
Gambar 2. Grafik perbedaan retensi pengetahuan setelah edukasi menggunakan aplikasi DHESTA dan flipchart
The Effect comparison..., Triana Wahyu Saputri, FKG UI, 2013