ANALISIS IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PERUM JASA TIRTA II JATILUHUR DIVISI PENGELOLAAN AIR II CURUG KLARIKARAWANG Teti Rusmaela, Sungkono, Yaya Ruyatnasih ABSTRAK Keselamatan dan kesehatan kerja adalah menjamin keadaan, keutuhan, kesempurnaan, baik jasmani dan rohani manusia serta karya dan budayanya yang tertuju pada kesejahteraan masyarakat pada umumnya . Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui, memahami dan menganalisis Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Perum Jasa Tirta II Jatiluhur Divisi Pengelolaan Air II Curug Klari Karawang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara deskriptif menggunakan teknik skala dan analisis kuantitatifdengan Importance Performance Analyisis ( IPA), Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan : 1. Hasil analisis rentang skala implementasi SMK3 pada Perum Jasa Tirta II Jatiluhur Divisi Pengelolaan Air II Curug Klari Karawang, rata-rata Tingkat Kepentingan adalah penting, dan rata-rata Tingkat Kinerja adalah puas. 2. Hasil nilai kesesuaian indikator SMK3, nilai terendah tingkat kepentingan 3.46 dan tingkat kinerja 3.72. Nilai tertinggi tingkat kepentingan 3.80 dan tingkat kinerja 4.22, nilai kesesuaian rata-rata kepentingan 3.68 dan kinerja 4.00.Prosentase tingkat kesesuaian indikator, terendah kebakaran 98.3 % dan tertinggi rasa lelah 119.3 %. 3. Hasil Importance Performance Analysisdengan diagram kartesius adalah : Kuadran I : wilayah prioritas utama dalam perbaikan kinerja pentingnya SMK3karena kebakaran dan aliran listrik dianggap mempengaruhi kepuasan stakeholders. Kuadran II : menunjukkan factor-faktor (Kerugian alat tubuh; Luka memar; Stres; Patah tulang; Emosi; Pendengaran; Infeksi; dan Gangguan fisik ) telah berhasil dilaksanakan dan wajib dipertahankan dan dianggap sangat penting dan memuaskan . Kuadran III : menunjukan factor (Keseleo; Alergi; Terpotong; Penglihatan ) kurang penting pengaruhnya bagi kesejahteraan karyawan & kualitas pelaksanaanya biasa saja. Kuadran IV : factor Rasa Lelah menunjukkan tingkat kepentingan rendah, namun kinerja baik sehingga dianggap berlebihan yang tidak terlalu penting, tetapi pelaksanaanya sangat baik dan memuaskan. Kata Kunci :Kesehatan dan Keselamatan Kerja, mengkontribusi produktivitas. A. PENDAHULUAN Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang telah diundangkan oleh Pemerintah Republik Indonesia dalam UU No. 1 tahun 1970 dan peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 5 tahun 1996, kemudian diperkuat dengan dikeluarkannya PP No.50/2012 ini tentunya semua industri yang memperkerjakan pegawai 100 orang atau lebih dan industri dengan resiko tinggi wajib menerapkan SMK3. Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) No.50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).Peraturan yang ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono 12 April 2012 ini merupakan aturan pelaksanan dari pasal 87 UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan. Persalahan umum atau fenomena yang terjadi yang terkait dengan system manajemen keselamatan dan kesehatan kerja ini adalah : bahwa suatu organisasi/perusahaan masih tidak sedikit perusahaan yang mempekerjakan karyawannya tidak peduli terhadap sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, yang dapat menyebbkan tingkat kecelakaan tinggi. Kalaupun sudah mengimplementasikan sistem ini, namun realitanya mereka masih berpandangan bahwa sistem ini akan menambah beban biaya, sehingga fasilitas yang disediakan kurang sesuai dengan yang dipersyaratkan.
1414
Sebagai data empirik, penulis melakukan pra-penelitian tentang tingkat kecelakaan kerja yang terjadi, sebagaimana table berikut : Table 1 Data Empirik Kecelakaan Kerja Pada Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta II Jatiluhur Divisi Pengelolaan Air II Curug KlariKarawang Tahun 2012 No. Jenis Kecelakaan Kerja Jumlah 1 Terkena benda tajam di dalam air 100 orang 2 Terjepit peralatan berat 50 orang 3 Gatal-gatal kulit akibat limbah 20 orang Sumber : BBWS Tarum, 2012 B. Kajian Teoritik 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Berikut ini adalah pendapat tentang manajemen sumber daya manusia, yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli, yang antara lain adalah sebagai berikut : Handoko Hani,T.(2001:4), mengatakan bahwa “ Manajemen Sumber Daya Manusia "adalah penarikan, seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumber daya manusia untuk mencapai baik tujuan-tujuan individu maupun organisasi". Selanjutnya, sebagaimana dikemukakan oleh Malayu S.P Hasibuan (2003:10), bahwa "Manajemen Sumber Daya Manusia "adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja, agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Sedangkan Ahmad Tohardi ( 2002 : 14 ), mengatakan bahwa Manajemen SDM adalah seni dan ilmu mengelola daya yang ada pada manusia untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Berdasarkan uraian dari pendapat para ahli sebagaimana tersebut di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen sumber daya manusia mengandung pengertian bahwa pengelolaan sumber daya manusia dalam organisasi memiliki jangkauan yang luas, tidak hanya menyangkut tentang ketenagakerjaan yang terjadi di dalam organisasi saja, akan tetapi juga harus menjangkau lingkungan organisasi. Adapun fungsi-fungsi manajemen Sumber Daya Manusia sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Veithzal Rivai (2005:14), antara lain adalah sebagai berikut : 1. Fungsi manajerial, terdiri dari : Perencanaan (Planning);Pengorganisasian (Organizing);Pengarahan (Directing) ; dan Pengendalian (Controling) 2. Fungsi operasional, terdiri dari : Pengadaan tenaga kerja (SDM); Pengembangan; Kompensasi; Pengintegrasian; Pemeliharaan; dan Pemutusan hubungan kerja. Untuk lebih memhami, maka dapat dilihat pada bagan berikut : Fungsi Operasional
Fungsi Manajemen
a. b. c. d.
Perencanaan (Planning) Pengorganisasian (organizing) Pengarahan (Directing) Pengendalian (controlling)
a. b. c. d. e. f.
Pengadaan Tenaga Kerja Pengembangan Kompensasi Pengintergasian Pemeliharaan Pemutusan hubungan
Gambar .1 Fungsi-fungsi Manajemen SDM Sumber : Veithzal Rival, (2005:14)
1415
Penjelasan Fungsi Manajemen : 1. Perncanaan adalah menentukan serangkaian tindakan untuk mencapai hasil yang diingikan ( Louis A. Allen, dalam Malayu S.P. Hasibuan, 2006 : 92 ). 2. Pengorganisasian adalah suatu proses penentuan, pengelompokan, dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orangorang pada setiap aktivitas ini, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut ( Malayu S.P. Hasibuan, 2006 : 118 ). 3. Pengarahan adalah membuat semua anggota kelompok, agar mau bekerjasama dan bekerja secara ikhlas serta bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan usahausaha pengorganisasian ( G.R. Terry dalam Malayu S.P. Hasibuan, 2006 : 183 ). 4. Pengendalian : pengukuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan kerja bawahan, agar rencana yang telah dibuat untuk mencapai tujuan perusahaan dapat terselenggaran ( Hariold Koontz dalam Hasibuan, 2006 : 242 ). Sedangkan Penjelasan Fungsi Opersional adalah : 1. Pengadaan Tenaga Kerja adalah proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi, dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang efektif dan efisien membantu tercapainya tujuan perusahaan ( Malayu S.P. Hasibuan, 2003 : 28 ). 2. Pengembangan karyawan adalah pelatihan yang berorientasi masa depan dan meletakkan fokus pada perkembangan pribadi karyawan ( Decenzo. D.D &Rbbins , 2007 dalam Marwansyah, 2012 : 156 ). 3. Kompensasi adalah keseluruhan imbalan yang diberikan kepada para karyawan sebagai balasan atas jasa atau kontribusi mereka terhadap organisasi ( Cascio W.F, 1995 dalam Marwansyah, 2012 : 269 ). 4. Pengintegrasian adalah kegiatan menyatupadukan keinginan karyawan dan kepentingan perusahaan, agar tercipta kerjasama yang memberikan kepuasan ( Malayu S.P. Hasibuan, 2003 : 136 ). 5. Pemeliharaan : usaha mempertahankan dan atau meningkatkan kondisi fisik, mental, dan sikap karyawan, agar mereka tetap loyal dan bekerja produktif untuk menunjang tercapainya tujuan perusahaan ( Hasibuan, 2003 : 179 ). 6. Pemutusan Hubungan adalah pengakhiran hubungan kerja karena pengunduran diri secara sukarela, pemberhentian, pension atau pemecatan (Marwansyah, 2012 : 414 ). 2.2 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Untuk memahami Keselamatan dan kesehatan kerja, berikut ini berbagai pendapat pakar, yaitu : Leon C. Megginson (1981) dalam A.A. Anwar Prabu Mangkunegara ( 2002 : 161 ), mengatakan bahwa : “ The term safety is an overall term that can include both safety and health hazards. In the personel area, however, a distinction is usually made between them. Occupational safety refers to the condition of being safe from suffering or causing-hurt, injury, or loss in the workplace. Safety hazards are those aspects of the work environment that can cause burns, electrical shick, cuts, bruises, sprains, broken bones, and the loss of limbs, eyesight, or hearing. They are often associated with industrial equipment or the physical environment and involve jobt taks that require care and training. The harm is usually immediate and sometimes violent. Occupational health refers to the condition of being free from physical, mental, or emotional disease or pain caused by the work environment that, over a period of time, can create emotional stress or physical disease “. Artinya “ “ Istilah keselamatan mencakup kedua istilah risiko keselamatan dan risiko kesehatan. Dalam bidang kepegawaian, kedua istilah tersebut dibedakan. Keselamatan kerja menunjukkan kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau
1416
kerugian di tempat kerja. Risiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan, san pendengaran. Semua itu sering dihubungkan dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup tugas-tugas kerja yang membutuhkan pemeliharaan dan latihan. Sedangkan kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Risiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stres, emosi atau gangguan fisik “. Selanjutnya, Veithzal Rivai ( 2005 : 411 ), mengatakan bahwa : “ Keselamatan dan kesehatan kerja menunjuk kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan. Jika sebuah perusahaan melaksanakan tindakan-tindakan keselamatan dan kesehatan yang efektif, maka lebih sedikit pekerja yang menderita cedera atau penyakit jangka pendek maupun panjang sebagai akibat dari pekerjaan mereka di perusahaan tersebut “. Chris Rowley & Keith Jackson ( 2012 : 177 ), mengatakan bahwa : “ Kesehatan dan keselamatan atau dengan lebih tepatnya, kesehatan dan keselamatan kerja ( K3 ) – memperhatikan mengenai masalah manajemen risiko di tempat kerja yang mana risiko tersebut dapat berakhir dengan sebuah kecelakaan, luka-luka, atau kesehatan yang buruk “. Menurut Chris, dengan berfokus pada keselamatan, cikal bakal dari konsep MSDM modern muncul pada saat evolusi industri di mana keyakinan yang sederhana yang mengatakan bahwa kecelakaan yang terjadi di tempat kerja merupakan suatu hal yang tidak dapat dielakkan telah digantikan dengan permintaan untuk pengendalian terjadinya kecelakaan di tempat kerja. Kebutuhan untuk mengelola K3 ini telah – dan terus-menerus- menekankan kepada kecelakaankecelakaan yang besar seperti misalnya kebocoran gas beracun Bhopal di India, bencana Nuklir Chernobyl di bekas Uni Soviet, ledakan gas Piper Alpha di Inggris, dan lain sebagainya. Berdasarkan beberapa uraia tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja di suatu perusahaan mutlak diperlukan, karena setiap operasionalisasi kegiatan dalam suatu perusahaan pasti mengandung risiko kecelakaan. Kesehatan dan Keselamatan Kerja, merupakan upaya mengendalikan kerugian yang muncul akibat kecelakaan kerja., dengan cara mencegah dan atau mengurangi kecelakaan, kebakaran, peledakan, kebocoran dan penyakit akibat kerja, mengamankan peralatan/mesin, bahan baku dan hasil produksi, menciptakan lingkungan dan tempat kerja yang aman, nyaman, sehat dan penyesuaian antara pekerja dengan manusia atau manusia dengan pekerja. 1. Pengertian Keselamatan Kerja : a. Secara filosofi keselamatan kerja diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga keja pada khususnya, manusia pada umumnya serta hasil karya dan budayanya . b. Materi keselamatan kerja juga diatur dalam Undang-undang No. 1 tahun 1970 yang ruang lingkupnya berhubungan dengan : mesin, landasan tempat kerja dan lingkungan kerja serta cara mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja memberikan perlindungan kepada sumber-sumber produksi sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas. c. Dalam konsep Modern Safety Management keselamatan kerja didefinisikan sebagai bebas dari kecelakaan, kondisi sakit , luka-luka anggota tubuh atau bebas dari kerugian. d. Insiden atau accident : suatu kejadian yang tidak diinginkan yang mengakibatkan luka, kerusakan peralatan atau kerugian proses produksi. e. Nyaris celaka : adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan, yang hampir saja dapat mengakibatkan luka, kerusakan peralatan atau kerugian proses produksi atau kegiatan organisasi/perusahaan.
1417
f.
Bahaya atau danger : suatu kondisi di mana sesuatu yang dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, kebakaran, kebocoran bahan kimia dan lainlain. g. Risiko : adalah suatau akibat dampak dari kondisi bahaya yang dapat menimbulkan kerusakan, baik kerusakan material, cidera dari manusia, cacat dan bahkan meninggal dunia. h. Un Safe Action atau tindakan tidak aman : suatu pelanggaran terhadap prosedur keselamatan kerja yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan. i. Un safe Condition/kondisi tidak aman : adalah merupakan suatu kondisi lingkungan yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan . 2.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi : Potensi bahaya dan kemungkinan timbul, diakibatkan oleh beberapa factor : a. Faktor mesin/peralatan : cidera kecelakaan kerja. b. Fisiologik dan beban kerja : kelelahan, letih. c. Faktor fiksik : noise , efek radiasi, getaran, suhu. d. Faktor kimia : dust, mist, fume dan gas. e. Faktor biologik : inspeksi, alergi . f. Faktor psikososial : konflik, monotoni kualitas kerja.
3.
Konsep Dasar Pencegahan Kecelakaan Kerja : kecelakan kerja dapat terjadi, karena : a. Immediate cause/penyebab langsung, terdiri dari : unsafe action/tidakan tidak aman, misal : mengoperasikan peralatan tanpa wewenang, mengangkat secara salah, gagal untuk memberi peringatan, gagal untuk mengamankan, memperbaiki peralatan yang sedang bekerja dengan kecepatan yang salah bergerak, bergurau di tempat kerja, menggunakan alat-alat yang rusak, mabuk, menggunakan alat dengan cara salah, gagal menggunakan APD secara benar, membongkar secara salah, dan menempatkan secara salah. unsafe condition/kondisi tidak aman, misal : peralatan pengaman yang tidak memenuhi syarat, peralatan rusak, tanda peringatan yang kurang memadai, bahaya kebakaran dan ledakan, house keeping yang tidak bagus, lingkungan beracun (gas, asap, uap , bising, paparan radiasi ). b. Basic Couses/penyebab dasar, terdiri dari : human factor /faktor manusia, misal : kurangnya kemampuan fisik, mental dan psikologi, kurangnya pengetahuan dan keahlian, kondisi stress, dan motivasi yang rendah. c. Environmental factor/faktor lingkungan , misal : tidak cukup pengawasan, tidak cukup rekayasa , tidak cukup pembelian atau pengadaan barang, tidak cukup perawatan, tidak cukup alat-alat, tidak cukup standar kerja, dan kemungkinan adanya penyalahgunaan. Pencegahan Kecelakaan Kerja : dilakukan pada lingkungan fisik dan manajemen . Lingkungan Fisik : a. Perencanaan mesin dan peralatan lainya harus memperhatikan aspek-aspek K3 b. Merancang peralatan/ dan lingkungan kerja yang sesuai kemampuan pekerja. c. Pada tingkat pembelian harus diperhatikan mutu dan syarat K3 barang yang dibeli. d. Penyusunan bahan-bahan produksi harus dilaksanakan dengan secara benar. e. Membuang limbah memperhitungkan kemungkinan bahaya terhadap masyarakat. Manajemen : a. Penyebaran kebijakan K3 diikuti dengan tindakan pengawasan dan pelaksanaan. b. Penentuan struktur, pelimpahan wewenang dan tanggung jawab dalam segi K3. c. Melaksanakan dan mengawasi sistem/prosedur kerja yang benar. d. Menentukan dan mengatasi bahaya yang mungkin timbul ditempat kerja. e. Melaksanakan training/penyuluhan K3. f. Melaksanakan audit, inspeksi dan lain-lain.
4.
Selanjutnya, sebagaimana dikemukanan oleh Malayu S.P. Hasibuan ( 2003 : 188 ), bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) akan dapat menciptakan terwujudnya pemeliharaan karyawan yang lebih baik. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ini harus
1418
ditanamkan pada diri masing-masing individu karyawan, yang hal ini dapat dilakukan dengan penyuluhan dan pembinaan yang baik agar mereka menyadari pentingnya keselamatan kerja bagi dirinya maupun untuk perusahaan. Apabila banyak terjadi kecelakaan dalam suatu perusahaan, maka kemungkinan akan ada karyawan banyak yang menderita, absensi karyawan meningkat, realisasi produksi menurun, dan yang berdampak langsung pada keuangan adalah biaya pengobatan semakin besar. Ini semua akan menimbulkan kerugian bagi karyawan maupun perusahaan bersangkutan, karena mungkin karyawan terpaksa berhenti bekerja sebab cacat dan perusahaan kehilangan karyawannya. Hal inilah yang mendorong pentingnya program Keselamatan dan Kesehatan Kerja ditanamkan pada diri para karyawan, bahkan perlu diberikan hukuman bagi karyawan yang tidak memakai alat-alat pengaman atau alat pelindung diri ( seperti : masker, sarung tangan, tutup mulut, dan hidung ) saat bekerja. Keselamatan dan Kesehatan Kerja ini merupakan tindakan kontrol preventif bagi pihak manajemen atau perusahaan yang dapat mendorong terwujudnya pemeliharaan karyawan yang baik, sehingga kesejahteraan karyawan baik. 2.3 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Adapun tujuan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, 2002 : 162 ), antara lain adalah sebagai berikut : 1. Agar setiap pegawai yang melaksanakan aktivitasnya dalam operasionalisasi perusahaan, mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja, baik secara fisik, social, maupun psikologis. 2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja (alat pelindung diri/APD) yang disediakan perusahaan, dapat digunakan sebaik dan seefektif mungkin. 3. Melalui program keselamatan dan kesehatan, semua hasil akan dapat lebih terjamin tentang peliharaan keamanannya. 4. Melalui program keselamatan dan kesehatan, maka akan terdapat perlindungan atau adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi terhadap pegawai. 5. Dengan program keselamatan dan kesehatan, akan dapat meningkatkan kegairahan kerja karyawan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja. 6. Melalui program keselamatan dan kesehatan, maka kemungkinan besar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja, atau setidaktidaknya dapat mengurangi tingkat risiko yang mungkin timbul sebagai akibat dari pekerjaan. 7. Melalui program keselamatan dan kesehatan , diharapkan atau bahkan setiap pegawai akan merasa aman dan dapat terlindungi dari risiko dalam melaksanakan tugas atau dalam bekerja. 2.4 Usaha-usaha dalam Meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Usaha yang dapat dilakukan oleh suatu perusahaan dalam rangka upaya meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja, sebagaimana dikemukakan oleh A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, ( 2002 : 162 ), adalah sebagai berikut : 1. Mencegah dan mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja, kebakaran terhadap fasilitas yang digunakan untuk bekerja, dan kemungkinan terjadinya peledakan terhadap fasilitas yang berakibat menimbulkan bahaya atau kecelakaan. 2. Memberikan peralatan perlindungan diri kepada pegawai yang melakukan pekerjaannya pada lingkungan yang menggunakan peralatan kerja ( misalnya mesin-mesin ) yang berbahaya. 3. Mengatur suhu ruangan, kelembaban ruangan, kebersihan udara, penggunaan warna ruangan kerja, penerangan yang cukup terang dan menyejukkan, dan mencegah kebisingan. 4. Mencegah dan memberikan perawatan atau penyediaan fasilitas kesehatan ( misalnya persediaan obat-obatan ) terhadap kemungkinan timbulnya penyakit yang dialami oleh para pegawai. 5. Memelihara secara terus-menerus terhadap kebersihan dan ketertiban, serta keserasian pada lingkungan kerja.
1419
6.
Menciptakan suasana kerja yang menggairahkan semangat kerja pegawai, sehingga dapat meminimisasikan bahwa tidak ada kemungkinan timbul stress kerja bagi para pegawai.
2.5 Penyeban Terjadinya Kecelakaan dan Gangguan Kesehatan Pegawai Adapun beberapa sebab yang memungkinkan terjadinya kecelakaan dan gangguan kesehatan pegawai, adalah : 1. Keadaan tempat lingkungan kerja , seperti : a. Penyimpanan barang berbahaya kurang diperhitungkan keamanannya b. Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak c. Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya 2. Pengaturan udara, seperti : a. Pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik ( ruang kerja yang kotor , berdebu, dan berbau tidak enak b. Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya. 3. Pengaturan penerangan, seperti : a. Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat b. Ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang 4. Pemakaian peratan kerja, seperti : a. Pengaman peralatan kerja yang sudah using dan rusak b. Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik 5. Kondisi fisik dan mental pegawai, seperti : a. Kerusakan alat indera, stamina pegawai yang tidak stabil b. Emosi pegawai tidak stabil, kepribadian rapuh, kemampuan persepsi lemah, motivasi kerja rendah, sikap pegawai ceroboh, kurang cermat, kurang pengetahuan penggunaan fasilitas kerja membawa risiko bahaya. 2.6 Upaya-upaya yang Perlu Dilakukan Oleh Perusahaan. Upaya yang perlu dilakukan pimpinan perusahaan untuk mencegah kecelakaan, yang dikemukakan Gouzali Saydam ( 2005 : 634 ), adalah : 1. Beri mereka pengertian sejelas-jelasnya mengenai bagaimana cara bekerja dengan baik, tepat, cepat, dan selamat. 2. Perlihatkan oleh para pimpinan kepada mereka mengenai contoh bekerja yang benar dan gampang diterimanya. 3. Berikan tauladan yang baik dengan percobaan-percobaan yang harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku. 4. Jelaskan pada mereka bahwa keselamatan kerja dan kesehatan kerja, sama pentingnya dengan target mutu yang harus mereka capai dalam bekerja . 5. Pelaksanaan pekerjaan yang dipaksakan tanpa kesadaran sendiri, dapat berakibat lebih buruk dan membahayakan. 6. Libatkan kepada para karyawan dalam menciptakan pekerjaan yang aman dan selamat. 7. Melakukan pengawasan dan pemantauan secara terus-menerus terhadap pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan oleh karyawan sehari-hari, sehingga dapat dipastikan bahwa para karyawan tersebut telah bertindak atau berperilaku baik dan selamat. 8. Camkan pada mereka, bahwa bekerja yang baik hanyalah merupakan kebiasaan saja, dan hal itu dapat dikembangkan dengan kesadaran dan pengertian yang cukup. 2.7 Permasalahan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Beberapa factor yang mempengaruhi kondisi ini, menurut Lewis (1989) dalam Edi Suharto (2009:75) : 1. Banyak penyakit di tempat kerja sulit dibedakan dengan penyakit yang terjadi bukan di tempat kerja ( missal gangguan hati akibat hydrocarbons sulit dibedakan dengan akibat alkoholisme ). 2. Penyebab penyakit di tempat kerja seringkali tidak diakui oleh majikan, pegawai, bahkan dokter sekalipun.
1420
3.
Penyalit-penyakit yang memiliki penyebab laten, semisal kanker, sering terjadi setelah pegawai berhenti kerja. Diperkirakan, sekitar dua juta pegawai yang menderita kecacatan akibat penyakit di tempat kerja, sepertiga dari mereka menderita cacat total, 390.000 kasus baru terjadi setiap tahun, dan 100.000 ribu kematian terkait penyakit atau kecelakaan kerja ( OTA,1985 ). C. Metode Penelitian dan Analisis Data Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif kuantitatif, dengan tujuan untuk membuat tentang kejadian yang sebenarnya, dan menjelaskan secara sistematis tentang hasil penelitian yang diperoleh dari sumber data. D. Hasil Penelitian Adapun hasil penelitian tentang Implementasi Sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Perum Jasatirta II Jatiluhur Divisi Air II Curug Klari Karawang adalah : 1. Analisis Statistik Deskriptif : Analisis statistik deskriptif dalam penelitian ini, adalah mendeskripsikan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa membuat kesimpulan generalisasi. Oleh karena dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif, maka teknik analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan rentang skala dengan maksud untuk mengetahui rata-rata pendapat responden, tingkat kepentingan dan kinerja atau kepuasan, atau kriteria tertentu. Berdasarkan jumlah sampel sebanyak 90 orang, maka dapat dihitung sebagai berikut : n = 90; m = 5 ; Skor terendah = 90; dan Skala tertinggi = = 450. Rentang Skalanya :
RS
905 1 72 5
Perhitungan skala dapat ditabulasikan berikut ini : Tabel 2 : Kriteria Rentang Skala Skor
Rentang Skala
Jawaban
1
Sangat Tidak Penting/Puas
2
90 – 162 163 – 234
3
235 – 306
Cukup Penting/Puas
4
307 – 378
Penting/Puas
379 – 450
Sangat Penting/Puas
Tidak Penting/Puas
5 Sumber : Sugiyono (2011 : 95)
Berdasarkan analisis rentang skala tersebut di atas, maka dapat dijelaskan dengan menggunakan Skala Baris (Bar Scale) pada gambar berikut ini: STP TP
90
162
CP
234
P
306
SP
378
450
Gambar. 2 : Bar Scale untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sumber : Sugiyono (2011:95) Hasil analisis rentang skala tentang Tingkat Kepentingan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( SMK3) pada Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta II
1421
Jatiluhur Divisi Air II Curug Klari Karawangdapat direkapitulasikan dalam tabel sebagai berikut : Tabel 3 Rekapitulasi Analisis Kepentingan SMK3 Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta II Jatiluhur Purwakarta Provinsi Jawa Barat No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Indikator Kebakaran Ketakutan Aliran Listrik Terpotong Luka Memar Keseleo Patah Tulang Kerugian Alat Tubuh Penglihatan Pendengaran Stress Emosi Gangguan Fisik Lelah Infeksi Alergi Jumlah : Rata-rata : Sumber : Penulis ( 2013 )
Skor
Keterangan
340 337 311 342 326 336 342 316 335 337 341 334 316 337 320 4970 331
Penting Penting Penting Penting Penting Penting Penting Penting Penting Penting Penting Penting Penting Penting Penting Penting
Tabel Rekapitulasi hasil analisis masing-masing indikator dapat digambarkan dalam Skala Baris (Bar Scale) untuk Kepentingan SMK3 adalah : STP 90
162 234
TP 306
CP 331 378
P
SP
450
Gambar 3 :Bar Scale Untuk Kepentingan SMK3 Sumber : Sugiyono (2007:110). Berdasarkan Bar Skala (Bar Scale) dengan nilai rata-rata 331 (P) sebagaimana tersebut di atas, artinya bahwa responden menytakan tentang Kepentingan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta II Jatiluhur Divisi Air II Curug Purwakarta Jawa Barat adalah penting. Hasil analisis rentang skala tentang Tingkat Kinerja atau Kepuasan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( SMK3) pada Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta II Jatiluhur Divisi Air II Curug Klari Karawangdapat direkapitulasikan dalam tabel sebagai berikut :
1422
Tabel 4 Rekapitulasi Analisis Kinerja atau Kepuasan SMK3 Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta II Jatiluhur Purwakart Provinsi Jawa Barat No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Indikator Kebakaran Ketakutan Aliran Listrik Terpotong Luka Memar Keseleo Patah Tulang Kerugian Alat Tubuh Penglihatan Pendengaran Stress Emosi Gangguan Fisik Lelah Infeksi Alergi Jumlah : Rata-rata : Sumber : Penulis ( 2013 )
Skor
Keterangan
335 346 345 366 347 363 364 351 372 363 372 380 377 376 347 5404 360
Puas Puas Puas Puas Puas Puas Puas Puas Puas Puas Puas Sangat Puas Puas Puas Puas Puas
Tabel Rekapitulasi hasil analisis masing-masing indikator dapat digambarkan dalam Skala Baris (Bar Scale) untuk Kepentingan SMK3 adalah : STP 90
162 234
TP 306 360 378
CP
P
SP
450
Gambar 4 :Bar Scale Untuk Kepentingan SMK3 Sumber : Sugiyono (2007:110). Berdasarkan Bar Skala (Bar Scale) dengan nilai rata-rata 331 (P) sebagaimana tersebut di atas, artinya bahwa responden menytakan tentang Kinerja atau Kepuasan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta II Jatiluhur Divisi Air II Curug Klari Karawang adalah puas. 2. Importance Performance Analysis : a. Rekapiulasi Tingkat Kepentingan dan Kinerja atau Kepuasan SMK3Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta II Jatiluhur Divisi Air II Curug Klari Karawang. Hasil penilaian tingkat kepentingan dan kinerja atau kepuasan untuk masing-masing indikator, selanjutnya dilakukan analisis keseuaian sebagai hasil perbandingan antara kepentingan dengan kinerja. Tingkat kesesuaian inilah digunakan untuk menentukan urutan prioritas peningkatan factor-faktor yang mempengaruhi. Adapun perhitungan tingkat kesesuaian, menggunakan rumus yang dikemukakan oleh John Martilla and John C,Jawes dalam J. Supranto (2006:241), yang narasinya : “ Tingkat kesesuaian responden sama dengan skor penilaian kinerja dibagi dengan skor penilaian kepentingan “.Untuk menyederhanakan perhitungan, maka untuk setiap factor yang mempengaruhi kinerja dan kepentingan adalah : “ rata-rata nilai kinerja/kepentingan sama dengan jumlah nilaia per indicator dibagai dengan jumlah responden.
1423
Tabel 5 Nilai Rata-rata Performance – Importance Implementasi SMK3 Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta II Jatiluhur Purwakarta Jawa Barat Nilai Rentang Skala Indikator Kepentingan Kinerja Kebakaran 340 335 Takut Aliran Listrik 337 346 Terpotong 311 345 Luka Memar 342 366 Keseleo 326 347 Patah Tulang 336 363 Kerugian Alat Tubuh 342 364 Penglihatan 316 351 Pendengaran 335 372 Stress 337 363 Emosi 341 372 Gangguan Fisik 334 380 Lelah 316 377 Infeksi 337 376 Alergi 320 347 Rata-rata 331 360 Sumber : Peneliti (data diolah dari hasil kuisioner) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Nilai Rata-rata 90 Resp. Kepentingan Kinerja 3,78 3,72 3,74 3,84 3,46 3,83 3,80 4,07 3,62 3,86 3,73 4,03 3,80 4,04 3,51 3,90 3,72 4,13 3,74 4,03 3,79 4,13 3,71 4,22 3,51 4,19 3,74 4,18 3,56 3,86 3.68 4,00
Hasil nilai kesesuaian dari masing-masing indikator sebagaimana tersebut di atas, nilai kesesuaian terendah untuk tingkat kepentingan adalah 3,46 dan untuk tingkat kinerja atau kepuasan adalah 3,72. Sedangkan nilai tertinggi untuk tingkat kepentingan adalah 3,80 dan untuk tingkat kinerja atau kepuasan adalah 4,22, dengan nilai kesesuai rata-rata kepentingan 3,68 dan kinerja 4,00. b. Tingkat Kesesuaian Kepentingan dan Kinerja atau Kepuasan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta II Jatiluhur Divisi Air II Curug Klari Karawang. Tingkat kesesuaian merupakan hasil perbandingan antara nilai tingkat kinerja dengan tingkat kepentingan.Tingkat kesesuaian menunjukkan tingkat kepuasan konsumen terhadap kinerja yang dihasilkan. Nilai kesesuaian kepentingan dan kinerja atau kepuasan sebagaimana tabel 5 tersebut di atas, maka selanjutnya dilakukan analisis tingkat kesesuaian antara kepentingan dan kinerja Sistem Manajemen keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang telah dilaksanakan pada Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta II Jatiluhur Divisi Air II Curug Klari Karawang adalah :
1424
Tabel 6 Prosentase dan Urutan Prioritas Tingkat Keseuaian Kinerja dan Kepentingan Implementasi SMK3 Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta II Jatiluhur Divisi Pengelolaan Air II Curug Purwakarta Karawang
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Indikator
Nilai Kepentingan
Kebakaran 340 Takut Aliran Listrik 337 Terpotong 311 Luka Memar 342 Keseleo 326 Patah Tulang 336 Kerugian Alat Tubuh 342 Penglihatan 316 Pendengaran 335 Stress 337 Emosi 341 Gangguan Fisik 334 Lelah 316 Infeksi 337 Alergi 320 Rata-rata 331 Sumber : Peneliti (data diolah dari hasil kuisioner)
Nilai Kinerja 335 346 345 366 347 363 364 351 372 363 372 380 377 376 347 360
Tingkat Kesesuaian (%) 98,53 102,67 110,93 107,02 106,44 108,04 106,42 111,08 111,05 107,72 109,09 113,77 119,30 111,57 108,44 106,78
Urutan Prioritas 1 2 10 5 4 7 3 12 11 6 9 14 15 13 8
Berdasarkan nilai prosentase sebagaimana tabel 6 tersebut di atas, maka dapat ditentukan urutan prioritas mulai dari prosentase yang terendah sampai dengan prosentase yang tertinggi. Hasil tingkat kesesuaian sebagaimana tabel di atas, bahwa nilai prosentase tersendah adalah 98.53 dan nilai prosentase yang tertinggi adalah 119.30. Tingkat keseseuaian yang nilainya di atas 100 persen adalah sudah memenuhi harapan . c. Penentuan Kuadran Untuk Masing-masing Indikator Kepentingan dan Kinerja atau Kepuasan SMK3 pada Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta II Jatiluhur Divisi Air II Curug Klari Karawang. Analisis tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan dengan menggunakan Importance Performance Analysis(IPA) dengan memetakan atribut ke dalam empat kuadran, yaitu :Kuadran I : Prioritas Utama; Kuadran II : Pertahanan Prestasi;Kuadran III : Prioritas Rendah; dan Kuadran IV : Berlebihan. Pemetaan tersebut berdasarkan rata-rata skor tingkat kepuasan masingmasing atribut. Untuk menentukan masuk pada kuadran mana indikator-indikator tersebut, maka akan ditentukan pada titik koordinat berdasarkan nilai rata-rata importance sebesar 3,68 dan nilai rata-rata performance sebesar 4,00 yang selanjutnya nilai rata-rata performance tersebut digunakan sebagai titik pembatas kuadran berdasarkan sumbu X dan nilai rata-rata importance digunakan sebagai titik pembatas kuadran berdasarkan sumbu Y.
1425
Tabel 70 Penentuan Kuadran Untuk Masing-masing IndikatorKepentingan dan Kinerja atau Kepuasan Sistem Manajemen Keselatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) padaPerusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta II Jatiluhur Divisi Pengelolaan Air II Curug Klari Karawang
No
Nilai Rata-rata Kepentingan
Indikator
Nilai Rata-rata Kinerja
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Masuk Kuadran Titik Koordinat dengan pembatas : 3,68 – 4, 00 I I III II III II II III II II II II IV II III
Urutan
Kebakaran 3,78 3,72 1 Takut Aliran Listrik 3,74 3,84 2 Terpotong 3,46 3,83 10 Luka Memar 3,80 4,07 5 Keseleo 3,62 3,86 4 Patah Tulang 3,73 4,03 7 Kerugian Alat Tubuh 3,80 4,04 3 Penglihatan 3,51 3,90 12 Pendengaran 3,72 4,13 11 Stress 3,74 4,03 6 Emosi 3,79 4,13 9 Gangguan Fisik 3,71 4,22 14 Lelah 3,51 4,19 15 Infeksi 3,74 4,18 13 Alergi 3,56 3,86 8 Sumber : Peneliti (data diolah dari hasil kuisioner) d. Importance Performance Analysis Matrix(Matriks Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja) Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta II Jatiluhur Divisi Air II Curug Klari Karawang. Adapun hasil analisis Importance and Performance ( IPA ) dapat digambarkan dalam diagram kartesius sebagai berikut : Y 3.80
3 3.79 3.78 3.74
13 3.73 3.72
5 9
1 2
Kuadran II
Kuadran I
6 7
11 3.71 3.68 3.62 3.56 3.51 3.46
X
3.0 3.72
14 4 8
Kuadran III
12
Kuadran IV
10
3.83
3.84
3.86
3.90 4.0 4.03 4.04 4.07 Gambar 5 Diagram Importance and Performance Analysis Sumber: Data Diolah Dari Kuisioner 2013
4.13
4.18
4.19
1426
E. Pembahasan Hasil Penelitian Kuadran I :Prioritas Utama; Kuadran ini merupakan wilayah yang menjadi prioritas utama dalam perbaikan kinerja terhadap pentingnya implementasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Perum Jasa Tirta II Jatiluhur Divisi Pengelolaan Air II Curug Klari, karena kuadrat ini menunjukkan adanya factor-faktor yang dianggap mempengaruhi kepuasan para pemangku kepentingan. Faktor-faktor yang terdapat dalam kuadaran ini memiliki tingkat kepentingan (Y) yang tinggi menurut para pemangku kepentingan, akan tetapi kinerjanya (X) hasilnya masih rendah, sehingga tingkat pelaksanaanya masih belum memuaskan. Adapun factor-faktor atau atribut yang mempengaruhi pada kuadran I ini adalah tentang : a. Faktor atau atribut 1 : kebakaran yang mungkin dapat timbul atau terjadi sewaktu-waktu ( ini merupakan prioritas pertama yang harus diperhatikan oleh pihak manajemen, dalam hal ini Perum Jasa Tirta II Jatiluhur Diivisi Pengelolaan Air II Curug Klari Karawang). b. Faktor atau atrubut 2 : ketakutan terhadap aliran listrik, yang juga factor ini kejadiannya atau peristiwanya tidak bisa diprediksi sebelumnya ( merupakan prioritas kedua yang harus diperhatikan oleh manajemen, dalam hal ini bagi pihak manajemen Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta II Jatiluhur Divisi Pengelolaan Air II Curug Klari Karawang). Kuadran II : Pertahanan Prestasi; Kuadran ini menunjukkan tentang factor-faktor atau atribut yang telah berhasil dilaksanakan oleh perusahaan dan wajib untuk dipertahankan. Factor-faktor tersebut dianggap sangat penting dan memuaskan.Factor-faktor atau atribut yang terdapat dalam kuadran ini merupakan kekuatan atau keunggulan perusahaan dimata para pemangku kepentingan. Perusahaan perlu menjaga kualitas dan mempertahankan kinerja dari atribut-atribut tersebut. Adapun factor-faktor atau atribut dalam kuadran ini, antara lain adalah : a. Faktor atau atribut 3 : Kerugian alat tubuh yang diakibatkan kecelakaan kerja b. Faktor atau atribut 5 : Luka memar sebagai akibat kecerobohan dalam menjalankan tugas c. Faktor atau atribut 6 : Stress karena urusan masalah tugas yang rumit d. Faktor atau atribut 7 : Patah tulang akibat kecelakaan kerja e. Faktor atau atribut 9 : Emosi sebagai akiban beban kerja yang berat f. Faktor atau atribut 11 : Pendengaran karena kebisingan mesin sebagai akibat tidak disiplin dalam menggunakan APD ( Alat Pelindung Diri ) g. Faktor atau atribut 13 : Infeksi karena lingkungan yang kuran bersih/steril h. Faktor atau atribut 14 : Gangguan fisik karena karyawan sakit. Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta II Jatiluhur Divisi Pengelolaan Air II Curug Klari Karawang telah berupaya untuk dapat memberikan kepuasan terhadap stakeholders, dan atributatribut tersebut telah berhasil mensejahterakan karyawan, danuntuk kedepannya, atribut-atribut atau indikator ini harus tetap dipertahankan oleh pihak manajemen. Kuadran III : Prioritas Rendah; Kuadran ini menunjukan beberapa factor atau atribut yang kurang penting pengaruhnya bagi kesejahteraan karyawan dan kualitas pelaksanaanya biasa atau cukup saja. Adapun factor atau atribut yang termasuk dalam kuadran ini adalah: a. Faktor atau atribut 4 : Keseleo sebagai akibat mengakat beban terlalu berat, yang ini jarang terjadi dalam aktivitas kerja sehari-hari. b. Faktor atau atribut 8 : Alergi sebagai akibat efek samping dari chemical atau kimia karena tidak menggunakan sarung tangan atau masker, dan ini jarang terjadi karena perusahaan telah menyediaan APD jenis ini dengan baik dan berkesinambungan. c. Faktor atau atribut 10 : Terpotong karena kecelakaan kerja yang lalai dalam mengoperasikan mesin potong/cuter, peristiwa ini jarang terjadi karena mesin potong/cuter telah dilengkapi dengan sensor, sehingga kemungkinan kecelakaan terpotong adalah kecil.
1427
d.
Faktor atau atribut 12 : Penglihatan sebagai akibat kemungkinan debu yang dapat mengakibatkan sakit mata, inipun jarang terjadi karena lingkungan kerja pada Perum Jasa Tirta II Jatiluhur Divisi Pengelolaan Air II Curug Klari Karawang, relative bersih.
Meskipun atribit-atribut tersebut dianggap kurang penting, namun pihak manajemen tetap melakukan perbaikan kinerja untuk mencegah atribut-atribut tersebut bergeser ke kuadran I (prioritas utama ). Kuadran IV : Berlebihan; Kuadran ini menunjukkan tingkat kepentingan yang rendah menurut para pemangku kepentingan, namun memiliki kinerja yang baik sehingga dianggap berlebihan oleh stakeholders. Hal ini disebabkan karena para pemangku kepentingan ( stakeholders ) menggangap tidak terlalu penting terhadap adanya faktor tersebut, akan tetapi pelaksanaanya dilakukan sangat baik sekali oleh perusahaan, sehingga sangat memuaskan, akan tetapi menjadi lebih mahal. Dalam hal mengantisipasi agar karyawan tidak lelah dalam melaksanakan tugas sehari-hari, manajemen melakukan dua kebijakan penting, yaitu pembatasan jam lembur dan penyediaan fasilitas klinik berupa pelayanan kesehatan yang baik bagi karyawan. Faktor atau atribut tersebut, satu-satunya yaitu factor atau atribut 15: yaitu tentang “ rasa lelah “ yang dialami oleh karyawan. Para karyawan menanggap hal ini sebagai kepentingan yang rendah, karena pihak manajemen telah memberikan kebijakan bahwa lembur tidak diprioritaskan, artinya satu minggu sekali karyawan diwajibkan untuk istirahat, sehingga betulbetul fresh atau kondisi fisik tetap terjaga dengan baik. Factor atau atribut yang ada dalam kuadran IV ini dianggap sangat memuaskan bagi para pemangku kepentingan, erutama para karyawan, hal ini dirasakan oleh mereka bahwa sekalipun ini tidak dianggap penting bagi karyawan, namun merusahaan melaksanakakannya dengan sungguh-sungguh, sehingga dapat memberikan tingkat yang tinggi. F. Simpulan Berdasarkan hasil analisis sebagaimana diuraikan pada Bab IV di atas, maka diperoleh kesimpulan tentang Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta II Jatiluhur Divisi Pengelolaan Air II Curug Klari Karawang adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil analisis rentang skala untuk tingkat kepentingan dan kinerja atau kepuasan implementasi Sistem Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja pada Perum Jasa Tirta II Jatiluhur Divisi Pengelolaan Air II Curug Klari Karawang, adalah bahwa rata-rata Tingkat Kepentingan Implementasi SMK3 Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta II Jatiluhur Purwakarta Jawa Barat adalah penting, dan rata-rata Perusahaan Umum Jasa Tirta II Jatiluhur Divisi Pengelolaan Air II Curug Klari Karawang adalah puas. 2. Hasil nilai kesesuaian dari masing-masing indikator sebagaimana tersebut di atas, nilai kesesuaian terendah untuk tingkat kepentingan adalah 3.46 dan untuk tingkat kinerja atau kepuasan adalah 3.72. Sedangkan nilai tertinggi untuk tingkat kepentingan adalah 3.80 dan untuk tingkat kinerja atau kepuasan adalah 4.22, dengan nilai kesesuai rata-rata kepentingan 3.68 dan kinerja 4.00.Adapun prosentase tingkat kesesuaian masing-masing faktor, bahwa prosentase terendah adalah kebakaran dengan prosentase 98.3 % dan tertinggi adalah rasa lelah dengan prosentase 119.3 %. 3. Hasil Importance Performance Analysis berdasarkan diagram kartesius diketahui bahwa factor-faktor atau atribut yang harus ditingkatkan adalah : a. Kuadran I : merupakan wilayah yang menjadi prioritas utama dalam perbaikan kinerja terhadap pentingnya implementasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Perum Jasa Tirta II Jatiluhur Divisi Pengelolaan Air II Curug Klari Karawang, karena kuadrat ini menunjukkan adanya factor-faktor yang dianggap mempengaruhi kepuasan para pemangku kepentingan ( atribut kemungkinan terjadinya kebakaran dan ketakutan terhadap aliran listrik ). b. Kuadran II : menunjukkan factor-faktor atau atribut yang telah berhasil dilaksanakan oleh perusahaan dan wajib untuk dipertahankan. Factor-faktor tersebut dianggap sangat
1428
c.
d.
penting dan memuaskan karena kuadran ini merupakan keunggulan perusahaan dimata para pemangku kepentingan yang perlu menjaga kualitas dan mempertahankan. Adapun factor-faktor atau atribut dalam kuadran ini, antara lain adalah : Kerugian alat tubuh; Luka memar; Stress; Patah tulang; Emosi; Pendengaran; Infeksi; dan Gangguan fisik. Kuadran III : menunjukan beberapa factor atau atribut yang kurang penting pengaruhnya bagi kesejahteraan karyawan dan kualitas pelaksanaanya biasa atau cukup saja. Adapun factor atau atribut yang termasuk dalam kuadran ini adalah : Keseleo; Alergi; Terpotong; dan Penglihatan. Kuadran IV : menunjukkan tingkat kepentingan yang rendah menurut stakeholders, namun memiliki kinerja yang baik sehingga dianggap berlebihan yang tidak terlalu penting, tetapi pelaksanaanya sangat baik dan memuaskan, di mana atribut tersebut, satu-satunya yaitu factor Rasa Lelah.
DAFTAR PUSTAKA Anwar Prabu, Mangkunegara, AA.. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Cetakan Keempat,PT. Remaja Rosdakarya Offset, Bandung. Chris Rowley & Keith Jackson. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia The Key Concepts, Cetakan Kesatu, Pt Rajagrafindi Persada, Jakarta. Edi Suharto. 2009. Pekerjaan Sosial di Dunia Industri Memperkuat CSR ( Corporate Social Responsibility ), Cetakan Kedua, CV Alafabeta, Bandung. Gouzali Saydam. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia Suatu Pendekatan Mikro, Cetakan Ketiga, Djambatan, Jakarta. Hasibuan, Malayu SP.,2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Jakarta, PT. Bumi Aksara. Hani, Handoko,T. 2001. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Edisi Kedua. Yogyakarta, Penerbit BPFE. Sugiyono.2007. Metode Penelitian Administrasi, Cetakan Ketujuh, Alfabeta CV, Bandung. -------------, 2003.Statistik Untuk Penelitian, Cetakan Kelima, Alfabeta CV, Bandung -------------, 2011.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Cetakan Ke Tigabelas, Alabeta CV, Bandung. Veithzal, Rivai. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk PerusahaanDari Teori ke Praktik, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia dalam UU No. 1 tahun 1970 dan peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 5 tahun 1996, kemudian diperkuat dengan dikeluarkannya PP No.50/2012
1429