TESIS
UJI DIAGNOSTIK HHIE-S VERSI INDONESIA UNTUK SKRINING GANGGUAN PENDENGARAN USIA LANJUT
NI LUH INDRI ASTARI
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014
TESIS
UJI DIAGNOSTIK HHIE-S VERSI INDONESIA UNTUK SKRINING GANGGUAN PENDENGARAN USIA LANJUT
NI LUH INDRI ASTARI NIM 0914078101
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA 2014
UJI DIAGNOSTIK HHIE-S VERSI INDONESIA UNTUK SKRINING GANGGUAN PENDENGARAN USIA LANJUT
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister dalam Program Magister,Program Studi Ilmu Biomedik (Combined Degree) Program Pascasarjana Universitas Udayana
NI LUH INDRI ASTARI NIM 0914078101
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA 2014
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL, 24 JUNI 2014
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof.dr.W. Suardana,SpTHT-KL(K) NIP. 130 369 694
Prof.DR.dr.N.Adiputra,PFK,MOH,Sp.Erg. NIP. 19471211 1976 021 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Biomedik Program Pascasarjana Universitas Udayana
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana
Prof.DR.dr.WimpieIPangkahila,Sp.And,FAACS Prof.DR.dr.AA.Raka Sudewi,Sp.S NIP 194612131971071001 NIP 195902151985102001
Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 24 Juni 2014
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No: 1789/UN 14.4/HK/2014, tertanggal 17 Juni 2014
Ketua
: Prof.dr. W. Suardana, SpTHT-KL (K)
Anggota
:
1. Prof. Dr. dr. N. Adiputra, PFK, MOH, Sp.Erg 2. Dr.dr.Ida Sri Iswari,Sp.MK., M.Kes 3. Prof. dr. I. N. Tigeh Suryadhi, MPH, Ph.D 4. Prof. Dr. dr. Wimpie I. Pangkahila Sp.And., FAACS
UCAPAN TERIMA KASIH Atas karunia Tuhan Yang Maha Esa akhirnya tersusunlah sebuah karya tulis untuk memperoleh gelar spesialis di bidang THT-KL. Karya tulis ini selain merupakan suatu karya akhir juga dilatarbelakangi suatu keinginan dan harapan bagi perkembangan keilmuan di bidang THT-KL. Karya tulis ini dapat diselesaikan berkat bantuan, motivasi, bimbingan dan peran serta berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terim kasih yang tidak terhingga dengan segala ketulusan hati kepada yang terhormat: 1.
Rektor Universitas Udayana, Prof.Dr.dr.I Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Prof.Dr.dr.Putu Astawa, Sp.OT(K) yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan Program Pascasarjana Kekhususan Kedokteran Klinik (combined degree) dan PPDS-1 lmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok-Bedah Kepala Leher.
2.
Dr.Anak Ayu Sri Saraswati, M.Kes, Direktur Utama RSUP Sanglah Denpasar, atas segala fasilitas yang disediakan dan diberikan selama penulis mengikuti pendidikan spesialis.
3.
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, Prof.Dr.dr. Raka Sudewi, SpS(K), atas kesempatan yang telah diberikan pada penulis untuk menjadi mahasiswa program pascasarjana, program studi kekhususan kedokteran klinik (Combined degree).
4.
dr.Eka Putra Setiawan SpTHT-KL(K), sebagai Kepala Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok-Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah Denpasar, atas segala dorongan dan bimbingan selama penulis mengikuti pendidikan spesialis.
5.
dr.I Wayan Sucipta, Sp.THT-KL, sebagai Sekretaris Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggrk-Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana/RSUP Sanglah Denpasar, atas segala bimbingan selama penulis mengikuti pendidikan spesialis. 6.
dr. Dewa Gede Arta Eka Putra, Sp.THT-KL sebagai Ketua Program Studi PPDS-1 Ilmu Kesehatan THT-KL, atas segala kesempatan, bimbingan dan motivasinya.
7.
dr. I Gede Ardika Nuaba SpTHT-KL(K) sebagai Sekretaris Program Studi PPDS-1 Ilmu Kesehatan THT-KL, atas segala kesempatan, bimbingan, dan motivasinya.
8.
Ketua Program Pascasarjana Kekhususan Kedokteran Klinik (combined degree), Prof. Dr. dr. Wimpie I Pangkahila, Sp.And, FAACS yang telah memberikan kesempatan penulis untuk menjadi mahasiswa Program Pasca Sarjana Kekhususan Kedokteran Klinik (combined degree).
9.
Prof. dr. Wayan Suardana, Sp.THT-KL(K) sebagai pembimbing I atas segala dorongan, motivasi dan bimbingan yang diberikan sejak awal sampai akhir pendidikan.
10. Prof. Dr. dr. N Adiputra, PFK, MOH, Sp.Erg sebagai pembimbing II atas segala waktu dan bimbingannya selama ini. 11. Prof. dr. I N Tigeh Suryadhi, MPH, Ph.D dan Dr. dr. Ida Sri Iswari, Sp.MK, M.Kes, sebagai penguji yang telah banyak memberikan masukan dan saran untuk kesempurnaan tesis ini. 12. dr. Made Sudipta, Sp.THT-KL dan dr. Luh Made Ratnawati, Sp.THT-KL, atas motivasi, bimbingan dan pengertiannya selama penulis menempuh pendidikan spesialis. 13. dr. I Wayan Gede Artawan Eka Putra, M.Epid, yang telah memberikan bimbingan statistik kepada penulis. 14. Kepala-kepala sub bagian dan para konsultan di Bagian/SMF THT-KL FK UNUD/RSUP Sanglah yang telah banyak memberikan kesempatan dan bimbingan selama saya mengikuti pendidikan. 15. Seluruh anggota PWRI Sukawati Gianyar yang telah memberikan saya kesempatan, membantu kelancaran dan ikut berpartisipasi dalam penelitian ini.
16. Harmony Hearing Center dan Power Hearing Center yang telah berpartisipasi menyediakan sarana bagi penelitian ini. 17. dr. A.A Bagus Tri Kusuma beserta keluarga besar Puri Sangeh Sukawati Gianyar, yang telah banyak membantu serta ikut menyumbangkan ide, tenaga dan materi demi kelancaran dalam penelitian ini. 18. Rekan dokter residen antara lain: Kertanadi, Marselinus, Olivia, Hanski, Kris Aryana, Dian Permata Sari, Dian Ariyanti Putri, Witari, Eka Ari, Dwi dan Lolik yang telah ikut berpartisipasi dalam penelitian. 19. Para Senior, rekan residen, mahasiswa kedokteran, paramedis, serta ibu-ibu pegawai SMF/Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL atas bantuan dan kerjasamanya selama mengikuti pendidikan. 20. Bapak Ibu, Ir. I Nyoman Machnit dan Ni Wayan Winanti, atas kasih sayang dan kesempatan serta pengorbanannya selama penulis menempuh pendidikan. 21. Bapak Ibu mertua, I Ketut Wijana, BA, SPd dan Ni Nyoman Nerki, SPd, atas motivasi dan pengertiannya selama penulis menempuh pendidikan. 22. Suami, dr. I Gede Eka Widarmawan yang selalu berbagi suka duka serta anakanakku terkasih Agastya Prabawa dan Prema Wijaya atas pengertian dan pengorbanan menemani penulis selama masa pendidikan. 23. Saudara terkasih, I Made Endrayana Putra, SH sekeluarga atas doa restu, motivasi, pengertian dan kasih sayangnya. 24. Semua pihak yang telah membantu karya akhir ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa melimpahkan karunia dan rahmatNya atas kebaikan yang telah dilakukan.
Denpasar, Mei 2014
Ni Luh Indri Astari
ABSTRAK UJI DIAGNOSTIK HHIE-S VERSI INDONESIA UNTUK SKRINING GANGGUAN PENDENGARAN USIA LANJUT Ni Luh Indri Astari Gangguan pendengaran yang berkaitan dengan usia atau presbikusis merupakan defisit sensori yang paling sering dijumpai pada usia lanjut dan menjadi masalah yang serius di masyarakat dan kesehatan. Tujuan: penelitian ini untuk mengetahui sensitivitas dan spesifisitas HHIE-S versi Indonesia untuk skrining gangguan pendengaran pada usia lanjut dengan menggunakan baku emas audiometri. Metode: penelitian ini menggunakan rancangan potong lintang, dilakukan tanggal 6 April 2014 di PWRI Sukawati Gianyar. Pada subjek penelitian dilakukan anamnesis, pemeriksaan THT-KL, menjawab pertanyaan sesuai dengan HHIE-S versi Indonesia sebanyak 10 pertanyaan, selanjutnya pemeriksaan audiometri nada murni. Uji diagnostik HHIE-S versi Indonesia untuk skrining gangguan pendengaran pada usia lanjut dianalisis dengan uji diagnostik menggunakan kurva ROC (Receiver Operating Characteristic) dengan keluaran berupa nilai AUC (Area Under the Curve) dan cut-off point. Pada penelitian ini diperoleh subjek sebanyak 90 orang usia lanjut (53 orang perempuan dan 37 orang laki-laki) berusia 60 sampai 94 tahun (rerata 67,4±6,76 tahun). Nilai AUC pada HHIE-S versi Indonesia terhadap gangguan pendengaran, yang diperoleh dari metode ROC sebesar 96,2% (95% IK, 92,65%-99,75%). HHIE-S versi Indonesia dengan 10 pertanyaan didapatkan cut-off point terbaik ≥6 dengan sensitivitas 93,24%, spesifisitas 93,75% dan akurasi 93,33%. Dengan nilai duga positif 98,6% dan nilai duga negatif 75%. Kesimpulan: HHIE-S versi Indonesia memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang baik untuk skrining gangguan pendengaran pada usia lanjut. Sehingga diharapkan gangguan pendengaran pada usia lanjut akan cepat terdeteksi dan mendapatkan penanganan agar tidak terjadi masalah yang serius. Kata kunci: usia lanjut, gangguan pendengaran, skrining, HHIE-S versi Indonesia.
ABSTRACT DIAGNOSTIC TEST OF INDONESIAN HHIE-S VERSION FOR SCREENING OF HEARING IMPAIRMENT IN ELDERLY Ni Luh Indri Astari
Age related hearing loss or presbycusis is the most common sensory deficit in the elderly and has become a severe social and health problem. Purpose: to determine the sensitivity and specificity of Indonesian HHIE-S version for screening of hearing impairment in elderly using the gold standard audiometry. Methods: design of the study was cross sectional, carried out on April 6 2014 at PWRI Sukawati Gianyar. All subjects was interviewed, ENT-HNS examination, answer questions according to the Indonesian HHIE-S version as much as 10 questions, then pure tone audiometric examination. Diagnostic test HHIE-S Indonesian version for screening of hearing impairment in elderly was analyzed by diagnostic test using ROC curve (Receiver Operating Characteristic) with the output of the value of AUC (Area Under the Curve) and cut-off point. The subjects in this study were obtained as many as 90 elderly people (53 women and 37 men) aged 60 to 94 years (mean 67.4 ± 6.76 years). AUC values of Indonesian HHIE-S version to hearing impairment, which was obtained from the ROC of 96.2% (95% CI, 92.65% -99.75%). Indonesian HHIE-S version with 10 questions got the best cut-off point ≥ 6 with sensitivity 93.24%, specificity 93.75% and 93.33% accuracy. With a 98.6% positive predictive value and negative predictive value of 75%. Conclusion: Indonesian HHIE-S version has good sensitivity and specificity for the screening of hearing impairment in elderly. So expecting hearing impairment in elderly will be quickly detected and get treatment to avoid serious problems. Keywords: elderly people, hearing impairment, screening, Indonesian HHIE-S version.
DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM.................................................................................. i PRASYARAT GELAR...........................................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................
iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI........................................................
iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ………………………..
v
UCAPAN TERIMA KASIH...................................................................
vi
ABSTRAK............................................................................................... ix ABSTRACT............................................................................................. x DAFTAR ISI............................................................................................ xi DAFTAR GAMBAR...............................................................................
xv
DAFTAR TABEL.................................................................................... xvi DAFTAR SINGKATAN.........................................................................
xviii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ xix BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1 1.1 Latar Belakang...................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................. 4 1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................
4
1.3.1 Tujuan Umum..........................................................................
4
1.3.2 Tujuan Khusus.........................................................................
4
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................
4
1.4.1 Manfaat ilmiah/akademik…………………………………….
4
1.4.2 Manfaat pelayanan masyarakat………………………………. 5 1.4.3 Manfaat terhadap pihak yang diteliti………………………...
5
BAB II KAJIAN PUSTAKA................................................................... 6 2.1 Anatomi Telinga……………………………………………………
6
2.2 Fisiologi Pendengaran......................................................................
12
2.3 Definisi Presbikusis...........................................................................
16
2.3.1 Presbikusis Sensori…………………………………………...
16
2.3.2 Presbikusis Neural …………………………………………...
17
2.3.3 Presbikusis Strial …………………………………………….. 17 2.3.4 Presbikusis Konduksi………………………………………… 18 2.4 HHIE-S (Hearing Handicap Inventory for the ElderlyScreening)……..................................................................................
19
2.5 Audiometri Nada Murni………………………................................. 21 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN..........................................................................................
24
3.1 Kerangka Berpikir.............................................................................. 24 3.2 Konsep…………...............................................................................
25
3.3 Hipotesis Penelitian...........................................................................
26
BAB IV METODE PENELITIAN..........................................................
27
4.1 Rancangan Penelitian......................................................................... 27 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian...........................................................
27
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian .....................................................
27
4.3.1 Populasi Penelitian................................................................... 27 4.3.2 Sampel Penelitian…………………………............................
28
4.3.3 Kriteria Sampel Penelitian.......................................................
28
4.3.4 Perhitungan Besar Sampel….…………..................................
29
4.4 Variabel Penelitian............................................................................. 30 4.4.1 Klasifikasi Variabel................................................................
30
4.4.2 Definisi Operasional Variabel.................................................
30
4.5 Bahan dan Alat Penelitian.................................................................. 31 4.6 Prosedur Penelitian..........................................................................
32
4.7 Alur Penelitian...................................................................................
33
4.8 Analisis Data...................................................................................... 34 4.9 Etika Penelitian..................................................................................
34
BAB V HASIL PENELITIAN................................................................
35
5.1 Karakteristik Subjek Penelitian........................................................
35
5.2 Menilai Performa HHIE-S versi Indonesia untuk Memprediksi Gangguan
Pendengaran
dengan
Kurva
ROC
dan
Nilai
AUC………………………………………………………………..
36
5.3 Penentuan Cut-off point Terbaik untuk Menentukan Sensitivitas, Spesifisitas dan Akurasi HHIE-S versi Indonesia Dengan Prosedur ROC……………………………………….....................................
39
5.4 Penentuan Sensitivitas, Spesifisitas, Nilai Duga Positif dan Nilai Duga
Negatif
Sesuai
HHIE-S
versi
Indonesia
dan
Audiometri…………………………………………………………
43
5.5 Distribusi HHIE-S versi Indonesia dan Tingkat Gangguan Pendengaran……………………………………………………...... 44 BAB VI PEMBAHASAN.......................................................................
46
6.1 Subjek Penelitian…………………………………………………...
46
6.2 Penentuan Sensitivitas, Spesifisitas dan Cut-off Point HHIE-S versi Indonesia dengan Prosedur ROC...................................................... 48 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN.....................................................
51
7.1 Simpulan………………………………………………………. 51 7.2 Saran…………………………………………………………... 51 DAFTAR PUSTAKA..............................................................................
53
LAMPIRAN............................................................................................. 57
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1
Anatomi telinga..........................................................
9
Gambar 2.2
Organ korti…..………………………........................
10
Gambar 2.3
Perjalanan serabut aferen dari sistem pendengaran.....
11
Gambar 2.4
Audiogram 4 tipe dasar patologi perifer pada presbikusis…………………………………………… 19
Gambar 3.1
Bagan Konsep..............................................................
25
Gambar 4.1
Bagan Alur Penelitian..................................................
33
Gambar 5.2.1
Kurva ROC pada HHIE-S versi Indonesia terhadap gangguan pendengaran………………………………. 36
Gambar 5.2.2
Kurva ROC pada HHIE-S versi Indonesia terhadap gangguan pendengaran ringan……………….………
Gambar 5.2.3
37
Kurva ROC pada HHIE-S versi Indonesia terhadap gangguan pendengaran sedang………………………. 37
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.3
Karakteristik penurunan pendengaran pada presbikusis...
18
Tabel 5.1.1
Karakteristik subjek berdasarkan jenis kelamin…………
35
Tabel 5.1.2
Karakteristik subjek berdasarkan umur………………….
35
Tabel 5.1.3
Karakteristik subjek berdasarkan hasil audiometri……...
35
Tabel 5.2.1
Nilai AUC pada HHIE-S versi Indonesia terhadap gangguan pendengaran…………………………………
Tabel 5.2.2
Nilai AUC pada HHIE-S versi Indonesia terhadap gangguan pendengaran ringan…………………………..
Tabel 5.2.3
38
Nilai AUC pada HHIE-S versi Indonesia terhadap gangguan pendengaran sedang……………………..……
Tabel 5.3.1
38
39
Nilai sensitivitas, spesifisitas dan akurasi HHIE-S versi Indonesia terhadap gangguan pendengaran dari berbagai alternatif cut-off point………………………………….
Tabel 5.3.2
39
Nilai sensitivitas, spesifisitas dan akurasi HHIE-S versi Indonesia terhadap gangguan pendengaran ringan dari berbagai alternatif cut-off point………………………..
Tabel 5.3.3
40
Nilai sensitivitas, spesifisitas dan akurasi HHIE-S versi Indonesia terhadap gangguan pendengaran sedang dari berbagai alternatif cut-off point………………………….
42
Tabel 5.4
Tabel
2x2
sesuai
HHIE-S
versi
Indonesia
dan 43
Audiometri……………………………………………. Tabel 5.5
Distribusi subjek terhadap skor HHIE-S versi Indonesia dan tingkat gangguan pendengaran (pada telinga yang lebih baik)……………………………………………….
44
DAFTAR SINGKATAN ASHA
:
American Speech-Language-Hearing Association
AUC
:
Area Under the Curve
dB
:
Desibel
DPOAE
:
Distortion Product Otoaccustic Emission
HL
:
Hearing Level
Hz
:
Hertz
HHIE-S
:
Hearing Handicap Inventory for the Elderly-Screening
ISO
:
International Standart Operation
KTP
:
Kartu Tanda Penduduk
L
:
Left
PWRI
:
Perhimpunan Werdatama Republik Indonesia
R
:
Right
ROC
:
Receiver Operating Characteristic
THT
:
Telinga Hidung dan Tenggorok
THT-KL
:
Telinga Hidung dan Tenggorok dan bedah Kepala Leher
WHO
:
World Health Organisation
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1
Lembar Penelitian ......................….....................................
57
Lampiran 2
Kuisioner HHIE-S versi Indonesia.....……………………
59
Lampiran 3
Hearing Handicap Inventory for the Elderly – Screening (HHIE-S)………………………………………………….
60
Lampiran 4
Hasil Audiogram…..............................................................
61
Lampiran 5
Lembar Penjelasan Kepada Subjek Penelitian ……............
62
Lampiran 6
Surat Pernyataan Persetujuan....….......................................
64
Lampiran 7
Penyerahan Ethical Clearance............................................
65
Lampiran 8
Keterangan Kelaikan Etik…................................................
66
Lampiran 9
Pelaksanaan Penelitian.........................................................
67
Lampiran 10
Hasil HHIE-S PWRI Sukawati Gianyar…………………..
Lampiran 11
Hasil
Audiometri
PWRI
Sukawati
Gianyar
(Hantaran
Udara)….………………………………………………… Lampiran 12
Hasil
Audiometri
PWRI
Sukawati
Gianyar
68
72
(Hantaran
Tulang)……………………………………………………
76
Lampiran 13
Uji Validitas Item Kuesioner……………………………
80
Lampiran 14
Uji Reliabilitas item………………………………………
82
Lampiran 15
Analisis data……………………………………………..
83
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Gangguan pendengaran merupakan masalah serius yang paling sering dihadapi
oleh seseorang karena dapat menimbulkan gangguan dalam berkomunikasi saat bersosialisasi. Apalagi jika hal ini terjadi tanpa di sadari oleh seseorang, sehingga mereka tetap merasa dalam keadaan baik-baik saja. Maka perlunya dilakukan skrining gangguan pendengaran terutama pada usia lanjut untuk mengetahui tingkat gangguan pendengaran yang terjadi, meskipun mereka mengatakan tidak ada masalah dengan pendengarannya. Proses penuaan tidak bisa di hindari dan semua orang akan mengalaminya. Menurut Harold Schuknecht menyatakan, '' Secara harfiah, kita mulai menua sejak pembuahan dan tidak pernah berhenti sampai kita mati, dalam arti biasa, penuaan di mulai ketika pertumbuhan berhenti (Busis, 2006). Gangguan pendengaran sangat sering terjadi dan memiliki cakupan dan tingkatan yang sangat luas dari gangguan pendengaran dengan derajat yang tidak terdeteksi sampai derajat sangat berat sehingga mengganggu sosialisasi. Di Amerika Serikat sekitar 10% dari populasi dewasa mengalami gangguan pendengaran. Hampir 30-35% dari populasi usia diatas 65 tahun menderita gangguan pendengaran dan sekitar 1,53,0% membutuhkan alat bantu dengar.
Sekitar 40% usia di atas 75 tahun mengalami gangguan pendengaran (Lalwani 2008a ; Roland 2010). Jumlah penduduk propinsi Bali menurut sensus penduduk 2010 usia 60 tahun ke atas sebesar 380.114 jiwa (total jumlah penduduk 3.890.757 jiwa) atau sebesar 9,77% dari total jumlah penduduk Bali (BPS, 2010). Sedangkan jumlah penduduk kota Denpasar tahun 2011 sebesar 798.588 jiwa dan usia 60 tahun ke atas sebesar 35.762 jiwa atau 4,47% dari total jumlah penduduk kota Denpasar (BPS, 2011). Pada suatu penelitian yang pernah dilakukan oleh Gates dkk, dimana dilakukan skrining gangguan pendengaran pada usia lanjut dengan 2 metode skrining yaitu HHIES (Hearing Handicap Inventory for the Elderly-Screening) dan 1 pertanyaan global (1 global question) : “do you have a hearing problem now?”, didapatkan hasil bahwa pertanyaan global untuk gangguan pendengaran lebih efektif daripada pertanyaan mendetail untuk identifikasi gangguan pendengaran pada penderita usia lanjut yang tidak diketahui (pertanyaan global lebih sensitif 71% daripada HHIE-S 36% untuk mendeteksi gangguan pendengaran) (Gates dkk, 2003). Sedangkan pada penelitian oleh Jupiter, dimana melakukan skrining pendengaran pada usia lanjut dengan membandingkan beberapa metode skrining dengan menggunakan nada murni, HHIE-S, nada murni ditambah HHIE-S dan dengan menggunakan DPOAE. Didapatkan hasil bahwa DPOAE dapat digunakan sebagai skrining pada usia lanjut (Jupiter, 2009). Pada penelitian yang dilakukan oleh Ventry & Weinstein dimana untuk skrining gangguan pendengaran pada usia lanjut, yang menggunakan 2 jenis instrumen yaitu
audioskop (kombinasi antara otoskop dan audiometer) dan HHIE-S. Didapatkan hasil bahwa audioskop memiliki sensitivitas 94% dan spesifisitas 72%-90%. Pada HHIE-S didapatkan spesifisitas 96%-98% sedangkan sensitivitasnya 24%-30%. Sedangkan hasil terbaik didapatkan jika audioskop dikombinasikan dengan HHIE-S yaitu sensitivitas 75%, spesifisitas 86% dan akurasi 83% (Murphy & Gates, 1997). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Jupiter & Palagonia pada skrining HHIE-S terhadap usia lanjut di Amerika yang menggunakan bahasa Cina, didapatkan hasil dimana sebagian besar dari subjek tersebut tidak ditemukan adanya gangguan pendengaran, dengan sensitivitas 24%, spesifisitas 98%, nilai duga positif 92% dan nilai duga negatif 56% (Jupiter & Palagonia, 2001). Adanya perbedaan hasil tersebut dan penelitian serta publikasi mengenai penggunaan HHIE-S versi Indonesia di Indonesia belum pernah dilakukan dan tidak adanya data dasarnya. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk menguji sensitivitas, spesifisitas dan akurasi dari HHIE-S versi Indonesia untuk skrining gangguan pendengaran pada usia lanjut dengan menggunakan baku emas audiometri.
1.2
Rumusan Masalah Apakah HHIE-S versi Indonesia dapat digunakan sebagai skrining gangguan
pendengaran pada usia lanjut ?
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum Untuk mengetahui sensitivitas dan spesifisitas HHIE-S versi Indonesia untuk skrining gangguan pendengaran pada usia lanjut dengan menggunakan baku emas audiometri. 1.3.2 1.
Tujuan khusus
Untuk mengetahui sensitivitas HHIE-S versi Indonesia sebagai skrining gangguan pendengaran pada usia lanjut dengan baku emas audiometri.
2.
Untuk mengetahui spesifisitas HHIE-S versi Indonesia sebagai skrining gangguan pendengaran pada usia lanjut dengan baku emas audiometri.
3.
Untuk mengetahui akurasi HHIE-S versi Indonesia sebagai skrining gangguan pendengaran pada usia lanjut dengan baku emas audiometri.
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat ilmiah/akademik Dari hasil penelitian diharapkan akan diperoleh informasi ilmiah tentang penggunaan HHIE-S versi Indonesia untuk skrining gangguan pendengaran pada usia
lanjut dan juga dapat memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai data dasar untuk melakukan penelitian lanjutan.
1.4.2 Manfaat pelayanan masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai penggunaan HHIE-S versi Indonesia untuk skrining gangguan pendengaraan pada usia lanjut, dengan demikian skrining dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja tanpa harus menggunakan alat skrining yang mahal.
1.4.3 Manfaat terhadap pihak yang diteliti Skrining penurunan pendengaran pada usia lanjut akan mudah diketahui sedini mungkin dengan penggunaan HHIE-S versi Indonesia. Dengan demikian para usia lanjut akan lebih waspada jika terjadi penurunan pendengaran.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Telinga Telinga dibagi menjadi telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Telinga luar terdiri dari daun telinga (aurikula) dan kanalis auditorius eksternus (KAE) yang terbentang dari meatus auditorius eksternus (MAE) sampai membran timpani (Gambar 2.1). Daun telinga terdiri dari tulang rawan dan tidak adanya otot. Bagian tengah daun telinga ada yang dinamakan konka, dimana panjang KAE diukur dari konka sepanjang 2,5 cm. Pada sepertiga luar dari KAE merupakan tulang rawan. Selain itu terdapat juga serumen, kelenjar dan folikel rambut. Sedangkan dua pertiga bagian dalam terdiri dari tulang, termasuk juga adanya epitel pada membran timpani. Menurut fungsinya dalam pendengaran, telinga luar memang bersifat pasif namun sangat penting karena telinga luar terdiri dari bagian-bagian seperti konka, cekungan seperti mangkuk pada daun telinga sebagai resonansi dan anti resonansi yang dapat membedakan arah datangnya suara (Mills 2006). Telinga tengah merupakan rongga bersisi enam, didalamnya terdapat tulangtulang pendengaran seperti maleus, inkus dan stapes. Maleus melekat dengan membran timpani dan stapes melekat pada tingkap lonjong melalui foot plate berhubungan dengan telinga dalam. Terdapat dua otot yaitu muskulus tensor
timpani berfungsi sebagai pengatur membran timpani dan muskulus stapedius berfungsi sebagai pengatur gerak stapes. Pada telinga dalam terdapat organ pendengaran dan keseimbangannya, terletak pada pars petrosa os temporal. Labirin terdiri dari labirin bagian tulang yaitu kanalis semisirkularis, vestibulum dan koklea sedangkan labirin bagian membran, yang terletak di dalam labirin bagian tulang, terdiri dari duktus semisirkularis, utrikulus, sakulus dan duktus koklearis. Antara labirin bagian tulang dan membran terdapat suatu ruangan yang berisi cairan perilimfe. Di dalam labirin bagian membran terdapat cairan endolimfe yang diproduksi oleh stria vaskularis dan diresorbsi pada sakus endolimfatikus. Vestibulum adalah suatu ruangan kecil yang berbentuk oval, berukuran ± 5 x 3 mm dan memisahkan koklea dari kanalis semisirkularis. Pada dinding lateral terdapat foramen ovale dimana footplate dari stapes melekat di sana. Foramen rotundum terdapat pada lateral bawah. Pada dinding medial bagian anterior terdapat lekukan berbentuk spheris yang berisi makula sakuli dan terdapat lubang kecil yang berisi serabut saraf vestibular inferior. Makula utrikuli terletak di sebelah belakang atas daerah ini. Pada dinding posterior terdapat muara dari kanalis semisirkularis dan bagian anterior berhubungan dengan skala vestibuli koklea. Kanalis semisirkularis ada 3 buah yaitu superior, posterior dan lateral yang membentuk sudut 900 satu sama lain. Masingmasing kanal membentuk 2/3 lingkaran, berdiameter antara 0,8-1,0 mm dan membesar hampir dua kali lipat pada bagian ampula. Pada vestibulum terdapat 5 muara kanalis semisirkularis dimana kanalis superior dan posterior bersatu membentuk krus komunikan
sebelum memasuki vestibulum. Koklea terletak di depan vestibulum menyerupai rumah siput dengan panjang ± 30-35 mm. Koklea membentuk 2½ kali putaran dengan sumbunya yang disebut modiolus yang berisi berkas saraf dan suplai darah dari arteri koklearis. Serabut saraf ini berjalan ke lamina spiralis ossea untuk mencapai sel-sel sensori organ korti. Koklea bagian tulang dibagi dua oleh suatu sekat. Bagian dalam sekat ini adalah lamina spiralis ossea dan bagian luarnya adalah lamina spiralis membranasea, sehingga ruang yang mengandung perilimfe terbagi 2 yaitu skala vestibuli dan skala timpani. Kedua skala ini bertemu pada ujung koklea yang disebut helikotrema. Skala vestibuli berawal pada foramen ovale dan skala timpani berakhir pada foramen rotundum. Pertemuan antara lamina spiralis ossea dan membranasea kearah perifer membentuk suatu membran yang tipis yang disebut membran Reissner yang memisahkan skala vestibuli dengan skala media. Duktus koklearis berbentuk segitiga, dihubungkan dengan labirin tulang oleh jaringan ikat penyambung periosteal dan mengandung end organ dari N.koklearis dan organ korti (Alberti, 1987; Liston, 1997; Mills, 2006; Oghalai, 2008; Soetirto, 2011).
Gambar 2.1 Anatomi telinga (dikutip dari Sataloff 2000). Organ korti terletak di atas membran basilaris yang mengandung organelorganel penting untuk mekanisme saraf perifer pendengaran. Organ korti terdiri dari 1 baris sel rambut dalam yang berisi kira-kira 3500 sel dan 3 baris sel rambut luar yang berisi kira-kira 12.000 sel. Ujung saraf aferen dan eferen menempel pada ujung bawah sel rambut. Pada permukaan sel rambut terdapat strereosilia yang melekat pada suatu selubung yang cenderung datar yang dikenal sebagai membran tektoria (Gambar 2.2) (Mills, 2006; Hall, 2006; Lonsbury-Martin, 2003). Sakulus dan utrikulus terletak di dalam vestibulum yang dilapisi oleh perilimfe kecuali tempat masuknya saraf di daerah makula. Sakulus jauh lebih kecil dari utrikulus tetapi strukturnya sama. Sakulus dan utrikulus ini berhubungan satu sama lain dengan perantaraan duktus utrikulo-sakularis yang bercabang menjadi duktus endolimfatikus dan berakhir pada suatu lipatan dari durameter pada bagian belakang os piramidalis yang disebut sakus endolimfatikus.
Sel-sel sel persepsi sebagai sel-sel sel sel rambut yang dikelilingi oleh sel-sel sel penunjang yang terletak pada makula. Pada sakulus terdapat makula sakuli dan pada utrikulus terdapat makula utrikuli.
Gambar 2.2 Organ korti (dikutip dari Mills, 2006).
Telinga dalam memperoleh perdarahan dari a.auditori interna atau a.labirintin yang berasal dari a.serebeli inferior anterior atau langsung dari a.basilaris yang merupakan suatu end-arteri arteri dan tidak mempunyai pembuluh darah anastomosis. Setelah Sete memasuki kanalis auditorius internus, arteri ini bercabang 3 yaitu: 1) Arteri vestibularis anterior yang melayani makula utrikuli, sebagian makula sakuli, krista ampularis, kanalis semisirkularis superior dan lateral serta sebagian dari utrikulus dan ssakulus, 2) Arteri vestibulokoklearis, melayani makula sakuli, kanalis semisirkularis posterior, bagian inferior utrikulus
dan sakulus serta putaran basal dari koklea, 3) Arteri koklearis yang memasuki modiolus dan menjadi pembuluh-pembuluh arteri spiral yang melayani organ korti, skala vestibuli, skala timpani sebelum berakhir pada stria vaskularis. Aliran vena pada telinga dalam melalui 3 jalur utama. Vena auditori interna melayani putaran tengah dan apikal koklea. Vena akuaduktus koklearis melayani putaran basiler koklea, sakulus, utrikulus dan berakhir pada sinus petrosus inferior. Vena akuaduktus vestibularis melayani kanalis semisirkularis sampai utrikulus. Vena ini mengikuti duktus endolimfeatikus dan masuk ke sinus sigmoid. Perjalanan serabut aferen dari sistem pendengaran tampak pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Perjalanan serabut aferen dari sistem pendengaran. (Probst, 2006a)
N. akustikus bersama N. fasialis masuk ke dalam porus dari kanalis auditorius internus dan bercabang dua sebagai N. vestibularis dan N. koklearis. Pada dasar kanalis auditorius internus terletak ganglion vestibular dan pada modiolus terletak ganglion spiralis. Sel-sel rambut diinervasi oleh serabut eferen dan aferen dari saraf koklearis membentuk kelompok di ganglion spiralis menuju nukleus olivarius superior atau melalui lemnikus lateralis berjalan menuju kolikulus inferior dan genikulatum medialis. Dari sini sebagai neuron tersier menuju ke pusat pendengaran di lobus temporalis (Soetirto, 2011; Alberti, 1987; Mills, 2006; Hall, 2006; Lonsbury-Martin, 2003).
2.2 Fisiologi Pendengaran Proses mendengar dimulai dengan ditangkapnya getaran suara oleh daun telinga kemudian diteruskan melalui udara atau tulang ke koklea. Gelombang suara mencapai telinga dalam melalui tiga kemungkinan yaitu 1) Membran timpani-rantai osikulaforamen ovale, 2) Lewat tulang atau hantaran tulang, 3) Bila membran timpani dan osikula tidak ada, getaran suara bisa lewat foramen rotundum. Selanjutnya dari koklea getaran
diteruskan
melalui
membran
Reissner
yang
mendorong
endolimfe
menyebabkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran tektoria serta menimbulkan defleksi stereosilia sel-sel rambut sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pemasukan ion bermuatan listrik. Selanjutnya timbul proses depolarisasi sel rambut yang melepaskan neurotransmiter ke dalam sinapsis dan akhirnya menimbulkan potensial aksi pada
saraf auditorius yang dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai kortek pendengaran di lobus temporalis yaitu area 39-40 (Mills, 2006; Hall, 2006; Lonsbury-Martin, 2003). Fungsi telinga luar dan telinga tengah adalah meneruskan tenaga akustik dengan baik ke koklea. Liang telinga dapat menurunkan intensitas suara sebesar 10-15 dB dan memiliki frekuensi resonansi sekitar 3500 Hz. Pada membran timpani melekat manubrium malei, maleus berhubungan dengan inkus, inkus berhubungan dengan stapes, hubungan ini diikat oleh ligamen. Permukaan datar stapes menutupi foramen ovale dimana gelombang suara ditransmisikan ke koklea. Dengan susunan osikel sedemikian rupa, getaran suara yang di terima oleh membran timpani sampai organ korti mengalami penguatan. Penguatan lain dilakukan oleh perbedaan luas antara permukaan membran timpani seluas 55 mm2 dan permukaan basis stapes seluas 3,2 mm2 sehingga perbandingannya 17:1. Peningkatan energi melalui osikula sebesar 1,3 kali oleh karena perbedaan antar manubrium malei dengan prosesus longus inkus sebesar 1,3 kali. Jadi peningkatan getaran di organ korti sebesar 17x1,3 = 22 kali. Untuk melindungi telinga dalam akibat suara keras muskulus tensor timpani dan muskulus stapedius secara refleks akan berkontraksi yang disebut reflek akustik sehingga koklea terhindar dari suara keras. Respon otot-otot ini tergantung dari intensitas suara dan terjadi 10 milidetik setelah periode laten. Muskulus tensor timpani akan menarik manubrium malei ke dalam dan muskulus stapedius akan menarik stapes keluar. Akibatnya sistem osikula menjadi kaku. Pada stimulus yang keras maka respon otototot ini dapat
menurunkan intensitas suara 30-40 dB. Sedangkan pada stimulus yang lemah dapat diperbesar dan diperkeras dengan mengurangi tegangan tulang-tulang pendengaran dengan merelaksasi otot-otot tersebut (Mills, 2006; Ganong, 2005). Proses mendengar meliputi 3 tahap yaitu: 1) Pemindahan energi fisik berupa stimulus bunyi ke organ pendengaran; 2) Konversi atau transduksi yaitu pengubahan energi fisik stimulasi ke organ penerima; 3) Penghantaran impuls saraf ke kortek pendengaran. Proses pemindahan energi atau transmisi terdiri dari transmisi aerodinamis dimana stimulus bunyi berpindah dari kanalis auditorius eksternus ke membran timpani dan dari membran timpani ke tulang pendengaran. Sedangkan transmisi hidrodinamis dimana stimulus bunyi berpindah dari foramen ovale ke auris interna melalui cairan perilimfe dan endolimfe (Mills, 2006; Austin, 1985). Koklea memiliki sistem hidromekanis yang dijalankan oleh gerakan kaki stapes. Gerakan kaki stapes kearah dalam akan meningkatkan tekanan perilimfe di dekat foramen ovale. Sebaliknya gerakan kaki stapes keluar akan menurunkan tekanan pada perimfe. Perubahan tekanan diawali dari skala vestibuli menuju skala media sampai pada skala timpani kemudian menggetarkan foramen rotundum, tekanan tersebut melalui membran basilaris. Membran basilaris sebagai satu kesatuan yang berbentuk lempeng-lempeng getar sehingga bila mendapat rangsangan bunyi akan bergetar seperti gerakan gelombang dengan karakteristik tertentu yang dikenal sebagai travelling wave. Rangsangan gelombang suara dengan frekuensi tinggi akan menghasilkan amplitude tertinggi pada dasar koklea sedangkan pada frekuensi rendah amplitudo tertinggi dihasilkan di ujung koklea (Mills, 2006; Austin, 1985).
Koklea memiliki 3 proses bio-elektrik yaitu: potensial endokoklea, mikrofoni koklea dan potensial sumasi. Potensial endokoklea selalu ada pada saat istirahat, sedangkan kedua jenis potensial yang lain hanya muncul pada saat terdapat stimuli bunyi. Dalam skala media terdapat potensial listrik positif sebesar 80 mV, sedangkan pada sel rambut dan stria vaskularis terdapat potensial listrik negatif sebesar -80 mV. Sehingga terdapat beda potensial sebesar 160 mV yang disebut potensial endokoklea. Stria vaskularis adalah sumber potensial endokoklea yang sangat sensitif terhadap anoksia dan zat kimia. Mikrofoni koklea sangat tergantung pada oksigen dan akan menghilang bila kekurangan oksigen. Tekanan oksigen tertinggi yaitu 44-77 mmHg terdapat di dekat stria vaskularis. Penurunan konsentrasi oksigen, aliran darah dan obstruksi arteri pada koklea akan menyebabkan fungsi koklea menurun dengan hebat. Dalam keadaan ini sel-sel menjadi rentan terhadap kerusakan. Potensial sumasi tidak mengikuti rangsang suara dengan spontan tetapi sebanding dengan akar pangkat dua tekanan suara. Potensial sumasi dihasilkan oleh sel-sel rambut dalam yang efektif pada intensitas suara tinggi. Sedangkan mikrofoni koklea dihasilkan lebih banyak pada sel rambut luar (Mills, 2006; Ganong, 2005; Austin, 1985).
2.3 Definisi Presbikusis
Merupakan gangguan pendengaran yang dikaitkan dengan faktor usia dan merupakan penyebab terbanyak gangguan pendengaran pada orang tua. Istilah presbikusis pertama kali disampaikan oleh Zwaardemaker pada tahun 1891, dimana dikatakan bahwa usia memiliki pengaruh terhadap terjadinya penurunan pendengaran. Namun sejak dahulu belum diketahui secara pasti apakah usia memiliki kaitan dengan penurunan pendengaran (Murphy & Gates, 1997). Presbikusis biasanya terjadi secara simetris pada telinga kiri dan kanan, gangguan pendengaran pada frekuensi nada tinggi namun terkadang juga menunjukkan penurunan pada semua frekuensi dapat mulai pada frekuensi 100 Hz atau lebih. Dan yang terpenting adanya penurunan pendengaran secara signifikan (Lalwani, 2008a; Suwento, 2011). Secara klinik, presbikusis dibagi menjadi 4 tipe yaitu: sensori, neural, metabolik atau strial dan konduktif. Tipe ini dapat tunggal atau kombinasi (Lalwani, 2008b; Suwento, 2011).
3.3.1 Presbikusis Sensori Pada pemeriksaan audiometri didapatkan penurunan pendengaran pada nada tinggi dan simetris dengan penurunan ambang dengar secara tiba-tiba, terjadi mulai usia pertengahan.
Diskriminasi
tutur
berhubungan
langsung
dengan
bagaimana
mempertahankan fungsi pendengaran frekuensi tinggi. Secara histologi terjadi kehilangan baik pada sel rambut dan sel penunjang yang terletak di basal
koklea. Selain itu terjadi atropi organ korti akan diikuti oleh degenerasi neural sekunder. Sedangkan bagian tengah dan apeks koklea yang mengandung frekuensi bicara biasanya tertahan. Perubahan patologi ini memiliki kemiripan dengan trauma akibat bising (Lalwani, 2008b).
3.3.2 Presbikusis Neural Ditandai dengan hilangnya sel-sel neuron pada seluruh koklea dan berhubungan dengan hilangnya diskriminasi tutur secara signifikan. Hilangnya diskriminasi tutur lebih berat daripada yang dapat diperkirakan dari pemeriksaan ambang dengar dengan nada murni. Meskipun dapat terjadi pada semua usia, gangguan pendengaran tidak akan dikeluhkan sampai jumlah sel-sel neuron yang baik tinggal sedikit. Tanda khasnya pada audiogram didapatkan gambaran penurunan frekuensi yang sangat tajam. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya gangguan pada diskriminasi tutur yang berhubungan langsung
dengan
luasnya
kehilangan
sel-sek
neuron
pada
koklea
yang
bertanggungjawab terhadap frekuensi tutur pada koklea (Lalwani, 2008a).
3.3.3 Presbikusis Strial Didapatkan audiogram yang flat atau mendatar dengan diskriminasi tutur yang baik. Stria vaskularis merupakan daerah metabolisme aktif pada koklea yang bertanggung jawab terhadap sekresi dari endolimfe dan pemeliharaan gradien ion yang melalui organ korti. Pada presbikusis strial, penurunan pendengaran secara
progresif lambat dan biasanya terjadi pada usia pertengahan. Patologinya dimana terjadi atropi sebagian pada stria vaskularis pada bagian tengah dan apikal dari koklea, tanpa disertai kehilangan sel-sel neuron koklea. Besarnya atropi yang terjadi berhubungan dengan derajat penurunan pendengaran. Kualitas dari endolimfe akan berpengaruh pada degenerasi dari strial, dimana akan menyebabkan hilangnya ketersediaan energi pada end-organ (Lalwani, 2008a).
3.3.4 Presbikusis Konduksi Koklea Perubahan secara mekanikal pada membran basilar dapat menyebabkan penurunan pendengaran pada frekuensi tinggi secara perlahan-lahan pada usia pertengahan. Presbikusis konduksi koklea secara patologi tidak dapat dilihat perubahannya yang terjadi pada telinga dalam. Tanpa adanya pengukuran langsung secara mikromekanikal, presbikusis konduksi koklea hanyalah suatu teori belaka pada kategori presbikusis. Diskriminasi tutur berkaitan dengan besarnya penurunan dari nada murni (Lalwani, 2008a).
Tabel 2.3 Karakteristik penurunan pendengaran pada presbikusis (Lalwani, 2008a) Tipe Presbikusis Sensori Neural Strial Konduksi koklea
Nada Murni Diskriminasi Tutur Nada tinggi, penurunan tiba-tiba Sesuai dengan frekuensi yang terganggu Terjadi pada semua frekuensi Sangat berat Terjadi pada semua frekuensi Minimal Nada tinggi, penurunan Sesuai dengan perlahan penurunan ketajaman pada nada tinggi
Gambar 2.4 Audiogram 4 tipe dasar patologi perifer pada presbikusis: A) sensori, B) neural, C) strial, D) konduksi koklea. WRS: word recognition score (Busis, 2006).
2.4 HHIE-S (Hearing Handicap Inventory for the Elderly-Screening) versi Indonesia Saat ini sedang dikembangkan dan digunakan kuesioner untuk mengetahui gangguan pendengaran pada usia lanjut secara kuantitatif, baik secara emosional dan sosial. Penggunaan kuesioner dengan sensitivitas yang tinggi berguna untuk mengetahui adanya gangguan pendengaran, dimana pengerjaannya sangat cepat dan murah serta dapat digunakan sebagai skirining pendengaran pada populasi yang besar (Menegotto, 2011).
HHIE-S pertama kali diperkenalkan oleh Ventry & Weinstein pada tahun 1982. Pada aslinya terdiri dari 25 pertanyaan lalu dipersingkat menjadi 10 pertanyaan (Angeli dkk, 2009). HHIE-S penggunaannya sangat cepat dan mudah dipahami sehingga sangat baik digunakan pada usia lanjut. Dengan demikian penggunaan HHIE-S sangat disarankan oleh American Speech-Language-Hearing Association (ASHA) sebagai skrining pendengaran (Menegotto dkk, 2011). HHIE-S versi Indonesia dengan 10 pertanyaan: 1. Apakah masalah pendengaran menyebabkan anda merasa malu saat bertemu orang baru? 2. Apakah masalah pendengaran menyebabkan anda merasa frustasi bila bercakapcakap dengan keluarga? 3. Apakah anda kesulitan mendengar suara bisik-bisik? 4. Apakah anda merasa cacat karena masalah pendengaran? 5. Apakah masalah pendengaran menyebabkan anda kesulitan ketika mengunjungi teman, kerabat atau tetangga? 6. Apakah masalah pendengaran menyebabkan anda lebih jarang menghadiri upacara keagamaan dari yang anda inginkan? 7. Apakah masalah pendengaran menyebabkan anda berdebat dengan anggota keluarga? 8. Apakah masalah pendengaran menyebabkan anda merasa kesulitan saat mendengarkan TV atau radio?
9. Apakah gangguan pendengaran anda menghambat kehidupan pribadi atau sosial? 10. Apakah masalah pendengaran menyebabkan anda kesulitan saat berada di restaurant dengan kerabat atau teman?
Skoring pada HHIE-S yaitu jika ya, 4 poin; kadang-kadang, 2 poin; atau tidak, 0 poin, pada setiap pertanyaan. Skoring berkisar antara 0 (tidak terdapat kecacatan) sampai 40 (kecacatan maksimum). Pada penelitian pendahuluan yang dilakukan tanggal 12 April 2010 pada lansia di Panti Wana Seraya terhadap HHIE-S versi Indonesia, didapatkan uji validitas item kuesioner dengan hasil semua item valid ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi (r) >0,361 dan p<0,05 yaitu pada kolom terakhir (r=0,361 batas koefisien validasi untuk jumlah sampel 30) dan uji reliabilitas item kuesioner dengan Cronbach’s alpha didapatkan nilai 0,777. Ini menunjukkan item kuesioner reliable dengan nilai >0,6 (0,6 batas reliable suatu item test) (hasil terlampir). Pada penelitian Ventry & Weinstein didapatkan nilai Cronbach’s alpha terhadap HHIE sebesar 0,95 (Ventry & Weinstein, 1982).
2.5 Audiometri Nada Murni Audiometri nada murni adalah pengukuran sensitivitas pendengaran dengan frekuensi yang dimulai dari 250 Hz sampai 8000 Hz. Pemeriksaan ini adalah dasar dari evaluasi pendengaran dilaksanakan dalam ruang kedap suara. Pemeriksaan audiometri
untuk memeriksa seluruh sistem auditorius mulai dari telinga luar sampai korteks auditorius (Sweetow, 2008). Pada audiometri nada murni, ambang didapatkan baik melalui konduksi udara maupun konduksi tulang. Pada pengukuran konduksi udara, perbedaan stimulus nada murni yang berbeda-beda ditransmisikan melalui earphone. Sinyal melewati liang telinga masuk ke dalam kavum timpani melalui tulang pendengaran ke koklea dan kemudian menuju sistem auditorius pusat. Ambang konduksi udara menggambarkan mekanisme integritas auditorius perifer. Sedangkan pada pengukuran konduksi tulang, sinyal ditransmisikan melalui getaran tulang yang biasanya diletakkan pada prominentia mastoid. Nada murni secara langsung menstimulus koklea setelah melewati liang telinga dan telinga tengah. Hasil audiometri berupa audiogram dalam bentuk grafik yang menggambarkan ambang pendengaran dalam frekuensi (Bess, 2008). Intensitas bunyi dinyatakan dalam dB atau decibell. Dimana dalam menentukan derajat ketulian, yang dihitung hanya ambang dengar hantaran udaranya saja. Derajat ketulian sesuai standar ISO atau International Standard Organization yaitu: 0-25 dB normal, 26-40 dB tuli ringan, 41-55 dB tuli sedang, 56-70 dB tuli sedang berat, 71-90 dB tuli berat, > 90 dB tuli sangat berat (Soetirto, 2011). Tipe gangguan pendengaran dijabarkan oleh perbandingan antara konduksi udara dan tulang. Pada tuli konduksi, didapatkan hantaran tulang yang normal dan gangguan terdapat pada hantaran udara sedangkan pada tuli sensorineural tidak terdapat gap antara hantaran udara dan tulang (Hall, 2002).
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir Kerangka berpikir mengacu pada kerangka teori bahwa penurunan pendengaran terkait usia atau presbikusis merupakan defisit sensori yang paling sering dijumpai pada usia lanjut. Penyebab presbikusis multifaktorial. Konsensus secara umum menyebutkan jika presbikusis merupakan hasil dari fisiologi degenerasi akibat penuaan, ditambah akumulasi efek dari bising, penyakit metabolik serta kemungkinan faktor keturunan. Hal ini menimbulkan kerusakan pada koklea, yang dapat menyebabkan hilangnya selsel rambut dan sel penunjang di basal koklea, hilangnya sel-sel neuron pada seluruh koklea dan atropi stria vaskularis pada bagian tengah dan apikal koklea. Kemudian presbikusis dibagi menjadi 4 tipe presbikusis yaitu: presbikusis sensori, neural, strial dan konduksi koklea. Oleh sebab itu perlu dilakukan skrining gangguan pendengaran pada usia lanjut, dimana saat ini dikembangkan alat yang mudah, murah dan cepat. Alat tersebut berupa kuesioner HHIE-S versi Indonesia untuk skrining gangguan pendengaran pada usia lanjut.
3.2 Konsep Genetik
Bising
Usia Lanjut ≥60 tahun
Fisiologi degenerasi
Kerusakan koklea - sel rambut - sel penunjang - sel neuron - stria vaskularis
Tipe presbikusis: 1.Sensori 2.Neural 3.Strial 4.Konduksi koklea
Gangguan pendengaran usia lanjut
HHIE-S versi Indonesia
Gambar 3.1 Bagan konsep Keterangan : : variabel diukur : variabel tidak diukur
Penyakit metabolik
3.3
Hipotesis Penelitian HHIE-S versi Indonesia dapat digunakan untuk skrining gangguan pendengaran
pada usia lanjut.
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan potong lintang untuk mengetahui validitas HHIE-S versi Indonesia untuk skrining gangguan pendengaran pada usia lanjut.
4.2
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan terhadap usia lanjut di Perhimpunan Werdatama Republik
Indonesia (PWRI) di Sukawati Gianyar, karena peneliti sudah kenal baik dengan salah satu subjek penelitian. Dilaksanakan pada hari minggu tanggal 6 April 2014.
4.3
Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1 Populasi penelitian Populasi target penelitian adalah semua usia lanjut ≥ 60 tahun di Sukawati Gianyar. Populasi terjangkau penelitian adalah usia lanjut ≥ 60 tahun yang merupakan usia lanjut di Perhimpunan Werdatama Republik Indonesia (PWRI) Sukawati Gianyar.
4.3.2 Sampel penelitian Sampel diambil dengan tehnik consecutive sampling sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan penulis, hingga jumlah sampel yang diperlukan telah terpenuhi.
4.3.3 Kriteria Sampel Penelitian Kriteria Inklusi : 1. Usia lanjut yang berusia ≥ 60 tahun, yang merupakan usia lanjut di PWRI Sukawati, usianya sesuai dengan KTP. 2. Keadaan umum usia lanjut secara klinis baik dan memungkinkan dilakukan penelitian. 3. Bersedia ikut dalam penelitian yang dinyatakan dalam informed consent. 4. Hasil pemeriksaan otoskopi menunjukkan tidak adanya perforasi membran timpani. Kriteria Eksklusi : 1. Pernah
dilakukan
operasi
telinga
tengah
timpanomastoidektomi). 2. Pernah mengalami cedera kepala 3. Pernah menderita infeksi telinga tengah menahun.
(timpanoplasti
atau
4.3.4 Perhitungan Besar Sampel Besar sampel dihitung dengan rumus proporsi populasi dengan spesifik presisi absolut (Lemeshow dkk, 1990). Perhitungan besar sampel: n =
Zα 2 PQ d2
Keterangan : n = jumlah subjek Zα = tingkat kemaknaan (ditetapkan) pada nilai α=5%, maka nilai Z=1,96 P = proporsi penyakit atau keadaan yang akan dicari (dari pustaka) Q = 1-P d = tingkat ketepatan/presisi absolut yang dikehendaki peneliti (ditetapkan) Dari kepustakaan (Lalwani, 2008a; Roland, 2010) diketahui informasi: P = 30% = 0,3 Q = 1-0,3 = 0,7 Zα = 1,96 d = 10% = 0,10 Jadi besar sampel (n) = 1,962.0,3.(1-0,3) = 3,8416. 0,3. 0,7 0,102 = 0,806736 0,01
0,01 = 80,67 dibulatkan menjadi 81.
Berdasarkan rumus tersebut didapatkan sampel minimal sebesar 81 subjek. Untuk mengantisipasi eksklusi, subjek penelitian ditingkatkan 10% (9 subjek). Sehingga jumlah sampel menjadi 90 subjek.
4.4
Variabel Penelitian
4.4.1 Klasifikasi variabel Variabel penelitian meliputi: 1. Variabel bebas
: gangguan pendengaran pada usia lanjut
2. Variabel tergantung
: HHIE-S versi Indonesia.
4.4.2 Definisi Operasional Variabel 1. Usia lanjut adalah lamanya hidup yang dihitung berdasarkan tanggal pada KTP, berusia ≥ 60 tahun. 2. Gangguan pendengaran adalah tidak mampu mendengar dengan baik sehingga penderita mengalami gangguan dalam berkomunikasi baik gangguan pendengaran tersebut disadari atau tidak. Ambang dengar dinyatakan dalam satuan desibel atau dB. Pendengaran normal jika ambang dengar 0-25 dB, gangguan pendengaran jika ambang dengar ≥ 26 dB. 3. Skrining gangguan pendengaran adalah melakukan deteksi atau pemeriksaan terhadap penderita yang diperkirakan mengalami gangguan pendengaran.
4. HHIE-S versi Indonesia adalah Hearing Handicap Inventory for the Elderly – Screening version, dimana terdapat 10 pertanyaan yang akan ditanyakan kepada penderita usia lanjut. 5. Operasi telinga tengah: tindakan pembedahan pada telinga tengah seperti operasi timpanoplasti atau timpanomastoidektomi, akibat adanya proses infeksi di dalam telinga tengah. 6. Cedera kepala: jejas akibat trauma pada kulit kepala, tulang tengkorak dan otak. 7. Infeksi telinga tengah menahun: infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret encer, kental bening atau bernanah yang keluar dari telinga tengah lebih dari 2 bulan yang terus menerus atau hilang timbul dipastikan dengan pemeriksaan otoskopi.
4.5 Bahan dan Alat Penelitian 1.
Formulir persetujuan mengikuti penelitian
2.
Kuesioner penelitian (HHIE-S versi Indonesia)
3.
Alat diagnostik seperti lampu kepala, otoskop, spekulum hidung, spatel lidah, pengait serumen, audiometer merk Interacoustic tipe Audio traveler AA220 yang telah ditera.
4.
Alat pengukur intensitas bising atau sound level meter merk Krisbow tipe KW 06-290.
5.
Ruang yang sunyi dengan tingkat kebisingan dibawah 40 desibel.
4.6 Prosedur Penelitian 1. Untuk mendapatkan data yang baik maka sebelumnya diberikan informasi tentang maksud dan tujuan dari penelitian ini. 2. Jika penderita setuju ikut serta dalam penelitian maka penderita akan menandatangani surat informed consent. 3. Pada subjek dilakukan anamnesis tentang riwayat penyakit, lalu dilanjutkan pemeriksaan klinis THT berurutan dari telinga untuk evaluasi kanalis akustikus eksternus, membran timpani. Dilanjutkan pemeriksaan hidung untuk evaluasi mukosa, septum hidung dan konka. Pemeriksaan tenggorok dilakukan untuk menilai apakah terdapat tanda-tanda radang. 4. Selanjutnya akan diajukan pertanyaan sesuai dengan HHIE-S versi Indonesia sebanyak 10 pertanyaan yang dibacakan oleh pemeriksa dan harus dijawab dengan jelas oleh subjek tanpa harus dipengaruhi oleh orang lain. 5. Pemeriksaan audiometri nada murni dimana subjek diminta duduk tenang di ruang yang tingkat kebisingannya tidak lebih dari 40 dB (sebelum pemeriksaan ruangan tersebut diukur dengan sound level meter untuk mengetahui intensitas bising di ruangan tersebut). Selanjutnya subjek dipasang headphone dan diminta memberikan respon bila mendengar nada yang dibunyikan. Pemeriksaan dilakukan pada frekuensi 250 Hz, 500 Hz, 1000 Hz, 2000 Hz, 4000 Hz, 6000 Hz dan 8000 Hz, pada kedua telinga secara bergantian dimulai dengan telinga yang dirasa mempunyai pendengaran lebih baik. Pemeriksaan hantaran tulang sama seperti pemeriksaan hantaran udara
tetapi vibratornya diletakkan pada planum mastoid. Ambang dengar didapatkan dengan menghitung rata-rata ambang dengar pada frekuensi 500 Hz, 1000 Hz, 2000 Hz dan 4000 Hz selanjutnya dibagi 4. Dari pemeriksaan audiogram hantaran udara dan hantaran tulang didapatkan lebih dari 25 dB dan disebut adanya gap apabila antara hantaran udara dan hantaran tulang terdapat perbedaan lebih atau sama dengan 10 dB minimal pada 2 frekuensi yang berdekatan.
4.7 Alur Penelitian Usia Lanjut ≥ 60 tahun Kriteria inklusi Kriteria eksklusi Sampel
HHIE-S versi Indonesia
Audiometri nada murni
Analisis Data Gambar 4.2 Bagan Alur Penelitian
4.8 Analisis Data Hasil penelitian disajikan secara deskriptif untuk menggambarkan karakteristik subjek. Untuk karakteristik subjek HHIE-S versi Indonesia dan audiometri digambarkan hasilnya berdasarkan jenis kelamin berupa frekuensi, umur berupa mean, SD, minimal dan maksimal serta berdasarkan hasil audiometri berupa frekuensi. Tahapan analisis uji diagnostik yaitu: dimulai dahulu performa atau kemampuan dari HHIE-S versi Indonesia untuk memprediksi gangguan pendengaran menggunakan kurva ROC (Receiver Operating Characteristic) dengan keluaran berupa AUC (Area Under the Curve) dan cut-off point atau titik potong . Selanjutnya dibuat juga tabel sensitivitas dan 1-spesifisitas, sehingga dapat ditentukan cut-off point terbaik. Analisis selanjutnya menggunakan tabel 2x2, dengan keluaran berupa sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif (NDP), nilai duga negatif (NDN) dan akurasi. Analisis data menggunakan Stata SE 12.1, serial number 40120504238.
4.9 Etika Penelitian Penelitian ini telah mendapatkan ijin dan kelaikan etik atau ethical clearance dari Unit Penelitian dan Pengembangan atau Litbang Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar No. 181/UN.14.2/Litbang/2014 tanggal 25 Februari 2014.
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian dilakukan pada 90 orang subjek dengan karakteristik perempuan 53 orang (58,89%) dan laki-laki 37 orang (41,11%). Distribusi umur minimal usia 60 tahun dan maksimal usia 94 tahun, dengan rerata 67,4 ±6,76 tahun.
Tabel 5.1.1 Karakteristik subjek berdasarkan jenis kelamin Jenis kelamin
Frekuensi
%
Perempuan
53
58,89
Laki-laki
37
41,11
Total
90
100,00
Tabel 5.1.2. Karakteristik subjek berdasarkan umur Variabel
Total
Mean
SD
Min
Maks.
Umur (tahun)
90
67,4
6,76
60
94
Tabel 5.1.3 Karakteristik subjek berdasarkan hasil audiometri Pendengaran
Frekuensi
%
Normal
16
17,78
Gangguan pendengaran
74
82,2
Total
90
100,0
Hasil yang didapatkan usia lanjut dengan pendengaran normal 16 orang (17,78%) dan usia lanjut yang mengalami gangguan pendengaran 74 orang (82,22%). Dengan demikian prevalensi usia lanjut yang mengalami gangguan pendengaran adalah sebesar 82,22%. Rerata hasil pemeriksaan audiometri pada 4 frekuensi pada telinga yang baik sebesar 36,7% .
5.2 Menilai Performa HHIE-S versi Indonesia untuk Memprediksi Gangguan Pendengaran dengan Kurva Ku ROC dan Nilai AUC
Gambar 5.2.1 Kurva ROC pada HHIE-S versi Indonesia terhadap gangguan pendengaran
Pada output, terdapat kurva ROC yang menunjukkan bahwa skor HHIE-S versi Indonesia mempunyai nilai diagnostik yang baik karena kurva jauh dari garis 50% dan mendekati 100%.
Gambar 5.2.2 Kurva ROC pada HHIE-S versi Indonesia terhadap gangguan pendengaran ringan
Gambar 5.2.3 Kurva ROC pada HHIE-S versi Indonesia terhadap gangguan pendengaran sedang
Tabel 5.2.1 Nilai AUC pada HHIE-S versi Indonesia terhadap Gangguan Pendengaran
Obs
ROC area
Std error
90
0,9620
0,0181
Asymptotic 95% confidence interval 0.92653
0.99746
Nilai AUC yang diperoleh dari metode ROC adalah sebesar 96,2% (95% IK, 92,65% 99,75%). Secara statistik, nilai AUC sebesar 96,2% tergolong kuat. Nilai AUC sebesar 96,2% artinya apabila skor HHIE-S versi Indonesia digunakan untuk mendiagnosis ada tidaknya gangguan pendengaran pada 100 orang pasien, maka kesimpulan yang tepat akan diperoleh pada 96 orang pasien. Berdasarkan interval kepercayaannya, kita mengetahui bahwa nilai AUC skor HHIE-S versi Indonesia pada populasi berkisar antara 92,65% sampai dengan 99,75%. Secara klinis, nilai AUC skor HHIE-S versi Indonesia sangat memuaskan karena lebih besar daripada nilai AUC minimal yang diharapkan peneliti, yaitu sebesar 70%.
Tabel 5.2.2 Nilai AUC pada HHIE-S versi Indonesia terhadap Gangguan Pendengaran Ringan ROC
-Binomial Exact -
Obs
Area
Std Err.
90
0,9085
0,0333
(95% Conf. Interval) 0,83235
0,96084
Nilai AUC pada HHIE-S versi Indonesia terhadap gangguan pendengaran ringan sebesar 90,85% (95% IK 83,2% - 96,08%).
Tabel 5.2.3 Nilai AUC pada HHIE-S versi Indonesia terhadap Gangguan Pendengaran Sedang ROC
-Binomial Exact -
Obs
Area
Std Err.
90
0,7264
0,0897
(95% Conf. Interval) 0,61781
0,81150
Nilai AUC pada HHIE-S versi Indonesia terhadap gangguan pendengaran sedang sebesar 72,6% (95% IK 61,7% - 81,1%). Berdasarkan kurva ROC dan nilai AUC dapat dilihat bahwa HHIE-S versi Indonesia memiliki nilai yang lebih baik atau lebih sensitif dalam menilai gangguan pendengaran ringan (90,85%) daripada gangguan pendengaran sedang (72,64%).
5.3 Penentuan Cut-off Point Terbaik untuk Menentukan Sensitivitas, Spesifisitas dan Akurasi HHIE-S versi Indonesia dengan Prosedur ROC Tabel 5.3.1 Nilai sensitivitas, spesifisitas dan akurasi HHIE-S versi Indonesia terhadap gangguan pendengaran dari berbagai alternatif cut-off point Cut-off point
Sensitivitas (%)
Spesifisitas (%)
Akurasi (%)
≥0
100,0
0,0
82,22
≥2
95,95
62,50
90,0
≥4
95,95
68,75
91,11
≥6
93,24
93,75
93,33
≥8
91,89
93,75
92,22
≥10
90,54
93,75
91,11
≥12
89,19
93,75
90,00
≥14
81,08
100,0
84,44
≥16
77,03
100,00
81,11
≥18
64,86
100,00
71,11
≥20
47,30
100,00
56,67
≥22
28,38
100,00
41,11
≥24
25,68
100,00
38,89
≥26
18,92
100,00
33,33
≥28
14,86
100,00
30,00
≥34
9,46
100,00
25,56
≥36
8,11
100,00
24,44
≥38
6,76
100,00
23,33
≥40
4,05
100,00
21,11
>40
0,00
100,00
17,78
Berdasarkan Tabel 5.3.1 di atas, didapatkan cut-off point terbaik untuk menentukan sensitivitas, spesifisitas dan akurasi HHIE-S versi Indonesia dalam memprediksi terjadinya gangguan pendengaran pada usia lanjut adalah cut-off point ≥6 dengan sensitivitas 93,24%, spesifisitas 93,75% dan akurasi 93,33%. Tabel 5.3.2 Nilai sensitivitas, spesifisitas dan akurasi HHIE-S versi Indonesia terhadap gangguan pendengaran ringan dari berbagai alternatif cut-off point Cut-off point
Sensitivitas (%)
Spesifisitas (%)
Akurasi (%)
≥0
100,00
0,00
58,89
≥2
100,00
35,14
73,33
≥4
100,00
37,84
74,44
≥6
100,00
54,05
81,11
≥8
100,00
56,76
82,22
≥10
100,00
59,46
83,33
≥12
100,00
62,16
84,44
≥14
94,34
72,97
85,56
≥16
90,57
75,68
84,44
≥18
81,13
86,49
83,33
≥20
58,49
89,19
71,11
≥22
37,96
97,30
62,22
≥24
33,96
97,30
60,00
≥26
24,53
97,30
54,44
≥28
20,75
100,00
53,33
≥34
13,21
100,00
48,89
≥36
11,32
100,00
47,78
≥38
9,43
100
46,67
≥40
5,66
100,00
44,44
>40
0,00
100,00
41,11
Berdasarkan Tabel 5.3.2 diatas, didapatkan cut-off point terbaik untuk menentukan sensitivitas, spesifisitas dan akurasi HHIE-S versi Indonesia dalam memprediksi terjadinya gangguan pendengaran ringan pada usia lanjut adalah cut-off point ≥14 dengan sensitivitas 94,34%, spesifisitas 72,97% dan akurasi 85,56%. Tabel 5.3.3 Nilai sensitivitas, spesifisitas dan akurasi HHIE-S versi Indonesia terhadap gangguan pendengaran sedang dari berbagai alternatif cut-off point Cut-off point
Sensitivitas (%)
Spesifisitas (%)
Akurasi (%)
≥0
100,00
0,00
8,89
≥2
100,00
15,85
23,33
≥4
100,00
17,07
24,44
≥6
100,00
24,39
31,11
≥8
100,00
25,61
32,22
≥10
100,00
26,83
33,33
≥12
100,00
28,05
34,44
≥14
100,00
36,59
42,22
≥16
87,50
39,02
43,33
≥18
75,00
48,78
51,11
≥20
62,50
63,41
63,33
≥22
50,00
79,27
76,67
≥24
50,00
81,71
78,89
≥26
50,00
87,80
84,44
≥28
37,50
90,24
85,56
≥34
25,00
93,90
87,78
≥36
25,00
95,12
88,89
≥38
12,50
95,12
87,78
≥40
0,00
96,34
87,78
>40
0,00
100,00
91,11
Berdasarkan Tabel 5.3.3 diatas, didapatkan cut-off point terbaik untuk menentukan sensitivitas, spesifisitas dan akurasi HHIE-S versi Indonesia dalam memprediksi terjadinya gangguan pendengaran sedang pada usia lanjut adalah cut-off point ≥36 dengan sensitivitas 25,00%, spesifisitas 95,12% dan akurasi 88,89%.
5.4 Penentuan Sensitivitas, Spesifisitas, Nilai Duga Positif dan Nilai Duga Negatif sesuai HHIE-S versi Indonesia dan Audiometri Tabel 5.4 Tabel 2x2 sesuai HHIE-S versi Indonesia dan Audiometri
HHIE-S versi Indonesia Total + (cut-off point ≥ 6)
(cut-off point 0-4)
Gangguan pendengaran (+)
69 (93,24%)
5 (6,76%)
74 (100%)
Gangguan pendengaran (-)
1 (6,25%)
15 (93,75%)
16 (100%)
Total
70 (77,78%)
20 (22,22%)
90 (100%)
Audiometri
Berdasarkan Tabel 5.4 didapatkan sensitivitas 93,24%, spesifisitas 93,75% dan akurasi 93,33%. Pada prevalensi 82% didapatkan nilai duga positif 98,6% dan nilai duga negatif 75%.
5.5 Distribusi HHIE-S versi Indonesia dan Tingkat Gangguan Pendengaran Tabel 5.5 Distribusi subjek terhadap skor HHIE-S versi Indonesia dan tingkat gangguan pendengaran (pada telinga yang lebih baik) Skor HHIE-S versi Indonesia Tingkat gangguan Jumlah pendengaran (N) Normal (0-25 dB) 16 Ringan (26-40 dB) 21 Sedang (41-55 dB) 45 Sedang berat-berat 8 (56-90 dB) 0 Sangat berat (>91 dB) Total 90
0 – 10 15 8 0 0
12 – 24 1 12 36 4
26 – 40 0 1 9 4
23
53
14
Berdasarkan tabel tersebut di atas distribusi subjek terhadap skor HHIE-S versi Indonesia dan tingkat gangguan pendengaran sesuai pemeriksaan audiometri pada 4 frekuensi (pada telinga yang lebih baik), didapatkan hasil bahwa subjek dengan pendengaran normal (0-25 dB) sebanyak 16 orang (17,78%), pada skor HHIE-S versi Indonesia didapatkan distribusi skor 0-10 sebanyak 15 orang, skor 12-24 sebanyak 1 orang. Pada subjek dengan gangguan pendengaran ringan (26-40 dB) sebanyak 21 orang (23,33%) didapatkan distribusi skor HHIE-S versi Indonesia 0-10 sebanyak 8 orang, skor 12-24 sebanyak 12 orang dan skor 26-40 sebanyak 1 orang. Gangguan pendengaran sedang (41-55 dB) sebanyak 45 orang (50%) didapatkan skor HHIE-S versi Indonesia 12-24 sebanyak 36 orang dan skor HHIE-S versi Indonesia 26-40 dB sebanyak 9 orang. Sedangkan subjek dengan gangguan pendengaran sedang berat sampai berat (56-90 dB) sebanyak 8 orang (8,89%)
dengan skor HHIE-S versi Indonesia 12-24 sebanyak 4 orang dan skor HHIE-S versi Indonesia 26-40 dB sebanyak 4 orang. Subjek dengan gangguan pendengaran sangat berat (>91 dB) tidak ada.
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Subjek Penelitian Pada penelitian ini dilakukan pada 90 subjek dengan karakteristik perempuan 53 orang (58,89%), laki-laki 37 orang (41,11%). Umur subjek minimal 60 tahun dan maksimal 94 tahun, rerata 67,4 dan SD 6,76. Pada pemeriksaan audiometri didapatkan hasil normal 16 orang (17,78%), gangguan pendengaran 74 orang (82,2%). Dimana distribusi subjek yang mengalami gangguan pendengaran ringan 23,33% (n=21), gangguan pendengaran sedang 50% (n=45), gangguan pendengaran sedang berat sampai berat 8,89% (n=8), gangguan pendengaran sangat berat 0.
Rerata hasil
pemeriksaan audiometri pada 4 frekuensi pada telinga yang baik sebesar 36,7 dB. Subjek dengan gangguan pendengaran ringan (26-40 dB) sebanyak 21 orang (23,33%) dengan distribusi skor HHIE-S versi Indonesia 0-10 sebanyak 8 orang, skor HHIE-S versi Indonesia 12-24 sebanyak 12 orang dan skor 26-40 sebanyak 1 orang. Gangguan pendengaran sedang (41-55 dB) sebanyak 45 orang (50%) didapatkan skor HHIE-S versi Indonesia 12-24 sebanyak 36 orang dan skor HHIE-S 26-40 dB sebanyak 9 orang. Sedangkan subjek dengan gangguan pendengaran sedang berat sampai berat (56-90 dB) sebanyak 8 orang (8,89%) dengan skor HHIE-S versi Indonesia 12-24 sebanyak 4 orang dan skor HHIE-S
versi Indonesia 26-40 dB sebanyak 4 orang. Subjek dengan gangguan pendengaran sangat berat (>91 dB) tidak ada. Pada penelitian yang dilakukan Jupiter & DiStasio, didapatkan distribusi subjek pendengaran normal 30%, gangguan pendengaran ringan 30%, gangguan pendengaran sedang 24%, gangguan pendengaran sedang berat sampai berat 14%, gangguan pendengaran sangat berat 2%. Rerata hasil pemeriksaan audiometri pada 3 frekuensi pada telinga yang baik sebesar 36,8 dB. Dimana 33 subjek (66%) didapatkan skor distribusi HHIE-S 0-10, skor HHIE-S 12-24 sebanyak 10 subjek (20%) dan skor HHIES 24-40 sebanyak 7 subjek (14%) (Jupiter & DiStasio, 1998). Penelitian yang dilakukan Ventry & Weinstein, dimana subjek berusia 65 tahun sampai 92 tahun (rerata 75 tahun) dengan laki-laki berjumlah 48 orang dan perempuan 52 orang, rerata hasil pemeriksaan audiometri pada 3 frekuensi (500,1000 dan 2000 Hz) pada telinga yang baik sebesar 38 dB. Distribusi pendengaran normal 24 orang (0-25 dB), gangguan pendengaran ringan 37 orang (26-40 dB), gangguan pendengaran sedang 26 orang (41-55 dB), gangguan pendengaran sedang berat 11 orang (56-70 dB) dan gangguan pendengaran berat 2 orang (>70 dB). Namun sensitivitas HHIE-S didapatkan 37% (Ventry & Weinstein, 1982). Pada penelitian tentang penggunaan HHIE-S bahasa Spanyol pada penduduk Amerika dan Meksiko, didapatkan hasil bahwa HHIE-S bahasa Spanyol
menunjukkan hasil yang sama dengan hasil HHIE-S bahasa Inggris dan dapat digunakan secara klinik pada usia lanjut Meksiko (Lichenstein & Hazuda,1998).
6.2 Penentuan Sensitivitas, Spesifisitas dan Cut-Off Point HHIE-S versi Indonesia dengan Prosedur ROC Pada penelitian ini dari ROC dan nilai AUC didapatkan cut-off point terbaik pada HHIE-S versi Indonesia terhadap gangguan pendengaran yaitu pada cut-off point ≥6 dengan sensitivitas 93,24%, spesifisitas 93,75% dan akurasi 93,33%, serta nilai AUC 96,2%. Selain itu didapatkan juga nilai duga positif 98,6% dan nilai duga negatif 75%. Sedangkan cut-off point terbaik HHIE-S versi Indonesia dalam memprediksi gangguan pendengaran ringan yaitu pada cut-off point ≥14 dengan sensitivitas 94,34%, spesifisitas 72,97%, akurasi 85,56% dan nilai AUC 90,85%. Untuk memprediksi gangguan pendengaran sedang yaitu pada cut-off point ≥36 dengan sensitivitas 25,00%, spesifisitas 95,12%, akurasi 88,89% serta nilai AUC 72,64%. Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa HHIE-S versi Indonesia memiliki nilai yang sangat baik untuk skrining gangguan pendengaran pada usia lanjut. Serta menunjukkan nilai yang lebih baik atau lebih sensitif dalam menilai gangguan pendengaran ringan daripada gangguan pendengaran sedang. Pada penelitian Lichtenstein dkk bahwa performa HHIE-S pada kurva ROC antara hearing center dan dokter praktek didapatkan pada cut-off point 8, sensitivitas HHIE-S 72% dan 76%, spesifisitas 77% dan 71%. Sedangkan pada cut-off point 24 didapatkan sensitivitas 24% dan 30%, spesifisitas 98% dan 96% (Lichtenstein dkk, 1988).
Gates dkk didapatkan hasil skrining HHIE-S pada usia lanjut, pada cut-off point antara 8 dan 10 dengan sensitivitas 35% dan spesifisitas 94% (Gates dkk, 2003). Sedangkan pada penelitian Calviti & Pereira, didapatkan hasil sensitivitas HHIE-S 100%, spesifisitas 53,4% dan akurasi 62,0%, nilai duga positif 32,5% dan nilai duga negatif 100% (Calviti & Pereira, 2009). Penelitian Jupiter & DiStasio pada HHIE-S direkomendasikan penggunaan HHIE-S pada cut-off point 14 dimana didapatkan hasil terbaik dengan nilai duga positif 82%, nilai duga negatif 99%, sensitivitas 50% dan spesifisitas 97% (Jupiter & DiStasio, 1998). Sensitivitas pada penelitian ini menunjukkan bahwa persentase jumlah subjek yang mengeluhkan adanya gangguan pendengaran sesuai dengan hasil audiometri yang menunjukkan adanya penurunan ambang dengar. Sedangkan spesifisitas menunjukkan bahwa persentase subjek yang tidak mengeluhkan adanya gangguan pendengaran tampak pada pemeriksaan audiometri menunjukkan pendengaran normal (Calviti & Pereira, 2009). Karakteristik hasil rerata audiometri pada 4 frekuensi pada telinga yang lebih baik dari penelitian ini didapatkan hasil 36,7 dB. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya menunjukkan kemiripan yaitu: 40,9 dB ( Marcus-
Bernstein,1986), 39,6 dB (Weinstein, 1986), 37,6 dB (Weinstein & Ventry, 1983), 37,5 dB (Jupiter, 1982) dan 36,8 dB (Jupiter & DiStasio, 1998).
Perbedaan budaya pada suatu daerah berpengaruh terhadap pengisian kuesioner HHIE-S. Hal ini ditunjukkan dari hasil penelitian Jupiter & Palagonia, bahwa pada penggunaan HHIE-S pada usia lanjut di Amerika yang berbahasa Cina didapatkan hasil jika usia lanjut tersebut mampu menerima gangguan pendengaran yang ada sebagai suatu proses penuaan sehingga tidak dikeluhkan. Hasil ini ditunjukkan dengan sensitivitas 24%, spesifisitas 98%, nilai duga positif 92% dan nilai duga negatif 56% (Jupiter & Palagonia, 2001). Menurut Huang & Tang bahwa 80% kasus gangguan pendengaran terjadi pada usia lanjut dan akan mengalami masalah dalam berkomunikasi (Huang & Tang, 2010). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka pemeriksaan skrining pendengaran pada usia lanjut sangat penting untuk dikerjakan.
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Berdasarkan penelitian ini dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Sensitivitas HHIE-S versi Indonesia sebesar 93,24% pada cut-off point ≥6, sebagai skrining gangguan pendengaran pada usia lanjut dengan baku emas audiometri. 2. Spesifisitas HHIE-S versi Indonesia sebesar 93,75% dengan cut-off point ≥6, sebagai skrining gangguan pendengaran pada usia lanjut dengan baku emas audiometri. 3. Akurasi HHIE-S versi Indonesia sebesar 93,33% dengan nilai duga positif 98,6% dan nilai duga negatif 75%. 4. Berdasarkan hasil sensitivitas, spesifisitas dan akurasi HHIE-S versi Indonesia dapat digunakan untuk skrining gangguan pendengaran pada usia lanjut.
7.2 Saran Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang, dimana HHIE-S versi Indonesia dapat digunakan untuk skrining gangguan pendengaran pada usia lanjut. Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar dalam melakukan penelitian diagnostik selanjutnya.
51
Masyarakat tentunya menginginkan adanya alat diagnostik yang mampu untuk mengetahui adanya gangguan pendengaran yang murah, cepat, dapat dilakukan dimana saja sehingga praktis untuk dikerjakan.
DAFTAR PUSTAKA Alberti, P.W. 1987. Noise and the ear. Dalam : Stephen D, penyunting. Adult audiology. Scott Brown’s Otolaryngology. Edisi ke-5. Butterworth. London. h. 549-641. Angelli R.H., Jotz, G.P., Barba M.C., Demeneghi, P.G.M., Mello C.H.P. 2009. Effectiveness of a Program of Auditory Prothetization in Elders Through the Application of HHIE-S Questionnaire. Diakses tanggal 13 Oktober 2012. Diunduh dari URL: http://www.internationalarchivesent.org/conteudo/acervo_eng.asp?id=628. International Archives of Otorhinolaryngology. Vol 13. Austin, D.F. 1985. Anatomy and embryology. Dalam: Ballenger JJ, penyunting. Diseases of the nose, throat, ear, head and neck. Edisi ke-13. Philadelphia : Lea and Febiger Company. h. 877-923. Badan Pusat Statistik Propinsi Bali, 2010 . Diakses tanggal 24 September 2012. Diunduh dari URL: http://bali.bps.go.id/tabel_detail.php?ed=604002&od=4&id=4. Badan Pusat Statistik Kota Denpasar, 2011. Diakses tanggal 24 September 2012. Diunduh dari URL: http://denpasarkota.bps.go.id/data/3/0/1/2010/view.html. Bess, F.H., Humes, L.E. 2008. Audiology as a Profession in Audiology, the Fundamentals. Edisi ke-4. Philadelphia. Lippincott Williams & Wilkins.1: h. 5. Busis, S.N. 2006. Presbycusis. Dalam: Calhoun K.H and Eibling D.E, penyuntimg. Geriatric Otolaryngology. New York: Taylor & Francis Group. h. 77-90. Calviti, K.C., Pereira, L.D. 2009. Sensitivity, specificity and predictive values of hearing loss to different audiometric mean values. Brazilian Journal of Otorhinolaryngology. Sao Paulo. Vol.75. no.6. Ganong, W.F. Hearing and equilibrium. 2005. Dalam: Ganong, penyunting Review of medical physiology. Edisi ke- 22. Singapore: McGraw Hill Co. h. 171-84. Gates, G.A., Murphy, M., Rees, T.S. dan Fraher, A. 2003. Screening for handicapping hearing loss in the elderly. Diakses tanggal 12 Februari 2010. Diunduh dari URL: http://www.jfponline.com/pdf%2F5201%2F5201JFP_OriginalResearch.pdf. The Journal of family practice. Hall, J.W., Antonelli, P.J. 2006. Assesment of peripheral and central auditory function. Dalam: Bailey BJ, penyunting. Head and Neck Surgery Otolaryngology. Edisi ke- 4. Philadelphia: W&W Lippincot. h. 1927-41. Hall, J.W., Lewis, M.S. 2002. Diagnostic, Audiology, Hearing Aids and Habilitation Option.. Dalam: Ballenger’s Manual of Otorhinolaryngology Head & Neck Surgery. BC Decker London. 1: h. 1-3.
Huang, Q., Tang, J. 2010. Age-Related Hearing Loss or Presbycusis. Diakses tanggal 29 September 2011. Diunduh dari URL: http://content.ebscohost.com/pdf23_24/pdf/2010/NP7/01Aug10/51549088.pdf ?T=P&P=AN&K=20464410&S=R&D=mnh&EbscoContent=dGJyMNXb4kS eqLY40dvuOLCmr0meqLFSr6m4TbOWxWXS&ContentCustomer=dGJyMP Gns1C2r7VJuePfgeyx64fg3%2Bp9. Eur Arch Otorhinolaryngol. 267: 117991. Jupiter, T. 1982. Audiometric and speechreading correlates of hearing handicap in the elderly. Unpublished doctoral dissertation, Theahers College, Columbia University, New York. Dikutip dari: Jupiter, T., DiStssio.1998. An Evaluation of the HHIE-S as a Screening Toll for the Elderly homebound Populaion. JARA. XXXI. 11-21. Diakses tanggal 6 Mei 2014. Jupiter, T., DiStasio.1998. An Evaluation of the HHIE-S as a Screening Tool for the Elderly homebound Population. Diakses tanggal 6 Mei 2014. Diunduh dari URL: http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=20&ve d=0CFgQFjAJOAo&url=http%3A%2F%2Fwww.audrehab.org%2Fjara%2F19 98%2FJupiter%2520DiStasio%2C%2520%2520JARA%2C%2520%25201998 .pdf&ei=sFpoU9KqKdWfugTnu4H4BQ&usg=AFQjCNH6n4_ZAWh4PGVC XadQpjHCam2elw&sig2=dU68Q5Le15dCwrEHBGhlw&bvm=bv.65788261,d.c2E. JARA. XXXI. 11-21. Jupiter, T., Palagonia, C.L. 2001. The Hearing Handicap Inventory for the Elderly Screening Version Adapted for Use with Elderly Chinese American Individuals. American Journal of Audiology. Vol. 10. h. 99-103. Jupiter, T. 2009. Screening for hearing loss in the elderly using Distortion Product Otoacoustic Emissions, Pure tones and a self –Assessment tool. Diakses tanggal 12 Februari 2010. Diunduh dari URL: http://proquest.umi.com/pqdweb?did=1928294221&sid=1&Fmt=6&clientId=7 4186&RQT=309&VName=PQD. American Journal of Audiology.Vol. 18. h. 99-107. Lalwani, A.K., 2008a. Sensorineural Hearing Loss.. Dalam: Lalwani AK, penyunting. Diagnosis and Treatment in Otolaryngology Head and Neck Surgery. Edisi ke2. New York: The MacGraw-Hill Companies Inc. h. 683-8. Lalwani, A.K. 2008b. The Aging Inner Ear. Dalam: Lalwani AK, penyunting. Diagnosis and Treatment in Otolaryngology Head and Neck Surgery. Edisi ke2. New York: The MacGraw-Hill Companies Inc. h. 689-96. Lemeshow, S., Hosmer, D.W., Klar, J., Lwanga, S.K. 1990. Statistical methods for sample size determination. Dalam: Adequacy of sample size in health studies. World Health Organization. New York,USA. h. 1. Lichtenstein, M.J., Bess, F.H., Logan, S.A. 1988. Validation of Screening Tools for Identifying Hearing-Impaired Elderly in Primary Care. JAMA. Vol. 259. No. 19. h. 2875-78.
Lichenstein, M.J., Hazuda, H.P. 1998. Cross-cultural adaptation of the Hearing Handicap Inventory for the Elderly Screening Version (HHIE-S) for use with Spanish-speaking Mexican Americans. Journal of the American Geriatrics Society. 46: 492-8. Liston, S.L., Duvall, A.J. 1997. Embriologi, anatomi dan fisiologi telinga. Dalam: Adams GL, Boies LR, Higler PH, penyunting. Buku ajar Penyakit THT. Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. h. 27-38. Lonsbury-Martin, B,L., Martin, G.K., Luebke, A.E. 2003. Physiology of the auditory and vestibular systems. Dalam: Ballenger JJ, penyunting. Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. Edisi ke-16. Hamilton: BC Decker Inc. h. 68-107. Marcus-Bernstein, C. 1986. Audiologic and non audiologic correlates of hearing handicap. Journal of speech and hearing research. 29.301-312. Dikutip dari: Jupiter, T., DiStssio. 1998. An Evaluation of the HHIE-S as a Screening Tool for the Elderly homebound Population. JARA. XXXI. 11-21. Diakses tanggal 6 Mei 2014. Menegotto, I.H., Soldera, C.L.C., Anderle, P., Anhaia, T.C. 2011. Correlation between hearing loss and the results of the following questionnaires: Hearing Handicap Inventory for the Adults – Screening Version HHIA-S and Hearing Handicap Inventory for the Elderly – Screening Version – HHIE-S. Diakses tanggal 13 Oktober 2012. Diunduh dari URL: http://www.internationalarchivesent.org/conteudo/acervo_eng.asp?id=785. International Archives of Otorhinolaryngology. Vol. 15. Mills, J.H., Khariwala, S.S., Weber, PC. 2006. Anatomy and Physiology of Hearing. Dalam: Bailey BJ, penyunting. Head & Neck Surgery-Otolaryngology. Edisi ke-4. Philadelphia: W&W Lippincott. h. 1883-1903. Murphy, M.P., Gates, G.A. 1997. Hearing Loss: Does Gender Play a Role?. Diunduh dari URL: http://www.medscape.com/viewarticle/719262. Diakses tanggal 18 Desember 2010. Oghalai, J.S., Brownell, E.W. 2008. Anatomy and physiology of the ear. Dalam: Lalwani AK, penyunting. Current Diagnosis and Treatment in Otolaryngology Head and Neck Surgery. Edisi ke-2. New York: The MacGraw-Hill Companies Inc, h. 577-93. Probst, R. 2006a. Basic anatomy and physiology of the ear. Dalam: Probst, R., Grevers, G., Iro, H., penyunting. Basic Otorhinolaryngology. Edisi ke-1. New York: Thieme. h.154-63. Probst, R. 2006b. Audiology (Auditory testing). Dalam: Probst, R., Grevers, G., Iro, H., penyunting. Basic Otorhinolaryngology. Edisi ke-1. New York : Thieme. h. 184-91. Roland, P.S., Kutz, J.W., Marcincuk, M.C. 2010. Inner Ear, Presbycusis. Diakses tanggal 18 Desember 2010. Diunduh dari URL: http://emedicine.medscape.com/article/855989-overview. Sataloff, R.T., Sataloff, J. 2000. The nature of hearing. Dalam: Sataloff, R.T., Sataloff, J., penyunting. Hearing Loss. Edisi ke-4. New York: Taylor&Fancis. h. 19-28.
Soetirto, I., Hendarmin, H., Bashiruddin, J. 2011. Gangguan pendengaran (tuli). Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, penyunting. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. h. 10-22. Suwento, R., Hendarmin, H. 2011. Gangguan pendengaran pada geriatri. Dalam : Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, penyunting. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. h. 43-5. Sweetow, R.W., Sabes, J.H. 2008. Audologic Testing. Dalam: Lalwani AK, penyunting. Current Diagnosis and Treatment in Otolaryngology Head and Neck Surgery. Edisi ke-2. New York: The MacGraw-Hill Companies Inc. h. 596-606. Ventry, I.M., Weinstein, B.E. 1982. The Hearing Handicap Inventory for the Elderly: a New Tool. Ear and Hearing. The Williams&Wilkins Co. Vol.3. No.3. h. 12834. Ventry, I.M., Weinstein, B.E. 1983. Identification of elderly people with hearing problems. ASHA. 25, 37-42. Dikutip dari: Jupiter, T., DiStssio. 1998. An Evaluation of the HHIE-S as a Screening Tool for the Elderly homebound Population. JARA. XXXI. 11-21. Diakses tanggal 6 Mei 2014. Weinstein, B.E. 1986. Validity of a screening protocol for identifying elderly people with hearing problem. ASHA. 28, 41-45. Dikutip dari: Jupiter T, DiStasio.1998. An Evaluation of the HHIE-S as a Screening Tool for the Elderly homebound Population. JARA. XXXI. 11-21. Diakses tanggal 6 Mei 2014.
Lampiran 1 LEMBAR PENELITIAN Nomor Penelitian :
A. Identitas Penderita Nama
:
Umur
:
Jenis kelamin
:
B. Anamnesis
C. Pemeriksaan Fisik THT 1. Telinga Kanan
Kiri
Daun telinga
Normal / abnormal
Normal / abnormal
Liang telinga
Normal / hiperemi
Normal / hiperemi
Membran timpani
Intak/perforasi/retraksi Intak/perforasi/retraksi Normal/suram/hiperemi Normal/suram/hiperemi
2. Hidung Kanan
Kiri
Kavum nasi
Lapang / sempit
Lapang / sempit
Konka
Dekongesti / kongesti
Dekongesti / kongesti
Mukosa
Merah muda / hiperemi / Merah muda / hiperemi / livide livide
Sekret
Tidak ada/serus/mukoid/ Tidak ada/serus/mukoid/ purulen purulen
Deviasi septum
Ada / tidak ada
3. Tenggorok Kanan
Kiri
Mukosa faring
Merah muda / hiperemi
Merah muda / hiperemi
Tonsil
T1/T2/T3/T4 Merah muda / hiperemi Rata / tidak rata Kripte melebar - / + Detritus - / +
T1/T2/T3/T4 Merah muda / hiperemi Rata / tidak rata Kripte melebar - / + Detritus - / +
Dinding belakang Granula hipertrofi - / + Granula hipertrofi - / + Faring Posterior nasal Ada/tidak ada drip
Lampiran 2 Nama
:
Umur
:
Jenis kelamin : Kuesioner HHIE-S versi Indonesia No.
HHIE-S versi Indonesia
Nilai
1.
Apakah masalah pendengaran menyebabkan anda merasa malu saat bertemu orang baru?
2.
Apakah masalah pendengaran menyebabkan anda merasa frustasi bila bercakap-cakap dengan keluarga?
3.
Apakah anda kesulitan mendengar suara bisik-bisik?
4.
Apakah anda merasa cacat karena masalah pendengaran?
5.
Apakah masalah pendengaran menyebabkan anda kesulitan ketika mengunjungi teman, kerabat atau tetangga?
6.
Apakah masalah pendengaran menyebabkan anda lebih jarang menghadiri upacara keagamaan dari yang anda inginkan?
7.
Apakah masalah pendengaran menyebabkan anda berdebat dengan anggota keluarga?
8.
Apakah masalah pendengaran menyebabkan anda merasa kesulitan saat mendengarkan TV atau radio?
9.
Apakah gangguan pendengaran kehidupan pribadi atau sosial?
10.
Apakah masalah pendengaran menyebabkan anda kesulitan saat berada di restaurant dengan kerabat atau teman?
anda
menghambat
Keterangan: Nilai tidak=0, kadang-kadang=2, sering/ya=4 Rentangan nilai 0-40 (nilai 0= tanpa hambatan dan nilai 40 hambatan berat).
Lampiran 3
Hearing Handicap Inventory for the Elderly - Screening (HHIE-S) (Ventry & Weinstein, 1982).
No. 1.
Question Does a hearing problem cause you to feel embarrassed when you meet new people?
2.
Does a hearing problem cause you to feel frustrated when talking to a member of your family? Do you have difficulty hearing when someone speaks in a whisper? Do you feel handicapped by a hearing problem? Does a hearing problem cause you difficulty when visiting friends, relatives or neighbors? Does a hearing problem cause you to attend religious services less often than you would like? Does a hearing problem cause you to have arguments with family members? Does a hearing problem cause you difficulty when listening to television or radio? Do you feel any difficulty with your hearing limits hampers your personal or social life? Does a hearing problem cause you difficulty when in a restaurant with relatives or friends?
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Score: No=0, sometime=2, yes=4
Score
Lampiran 4 HASIL AUDIOGRAM
Lampiran 5 LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN Apakah tujuan penelitian ini? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sensitivitas dan spesifisitas HHIE-S versi Indonesia untuk skrining gangguan pendengaran pada usia lanjut.
Apa maanfaat penelitian ini? •
Manfaat terhadap pengembangan ilmu yaitu dari hasil penelitian diharapkan akan diperoleh informasi ilmiah tentang penggunaan HHIE-S versi Indonesia untuk skrining gangguan pendengaran pada usia lanjut dan juga dapat memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai data dasar untuk melakukan penelitian lanjutan.
• Manfaat terhadap pelayanan masyarakat yaitu hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai penggunaan HHIE-S versi Indonesia untuk skrining gangguan pendengaraan pada usia lanjut, dengan demikian skrining dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja tanpa harus menggunakan alat skrining yang mahal. • Manfaat terhadap pihak yang diteliti yaitu untuk skrining penurunan pendengaran pada usia lanjut akan mudah diketahui sedini mungkin dengan penggunaan HHIE-S versi Indonesia. Dengan demikian para manula akan lebih waspada jika terjadi penurunan pendengaran.
Apa saja prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini? Saya akan mencatat identitas Bapak/Ibu/Saudara/i. Selanjutnya akan dilakukan anamnesis, pemeriksaan rutin pada telinga, hidung dan tenggorok. Pemeriksaan telinga dengan alat otoskop bila terdapat kotoran telinga maka akan dilakukan pembersihan dengan kait atau dengan penyemprotan dengan air hangat.
Pemeriksaan hidung akan dilakukan dengan menggunakan alat spekulum hidung untuk memastikan tidak ada infeksi atau kelainan anatomi. Pemeriksaan tenggorok dilakukan menggunakan stik kayu untuk menahan lidah. Ada pemeriksaan ini untuk melihat adanya infeksi dan kelainan anatomi pada tenggorok. Setelah dipastikan tidak tampak adanya kelainan maka dilakukan pengajuan pertanyaan sesuai dengan daftar pertanyaan pada HHIE-S versi Indonesia sebanyak 10 pertanyaan. Setelah itu dilanjutkan dengan pemeriksaan audiometri. Teknik pemeriksaan audiometri yaitu subjek diminta duduk tenang di ruang yang tingkat kebisingannya tidak lebih dari 40 dB, dipasang headphone dan diminta memberikan respon bila mendengar nada yang dibunyikan. Pemeriksaan dilakukan pada frekuensi 250, 500, 1000, 2000, 3000, 4000, 6000, dan 8000 Hz pada kedua telinga secara bergantian dimulai dengan telinga yang dirasa mempunyai pendengaran lebih baik. Pemeriksaan hantaran tulang sama seperti pemeriksaan hantaran udara tetapi vibratornya diletakkan pada bagian belakang telinga.
Bagaimana jika saya tidak bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini ? Partisipasi Bapak / Ibu / Saudara / i dalam penelitian ini bersifat sukarela. Apabila tidak bersedia ikut serta dalam penelitian ini, Bapak / Ibu / Saudara / i tetap akan mendapat pelayanan kesehatan standar rutin sesuai dengan standar prosedur pelayanan.
Bagaimana kerahasiaan hasil penelitian ini ? Identitas Bapak / Ibu / Saudara / i dalam penelitian ini akan disamarkan. Hanya dokter peneliti, anggota peneliti dan anggota komisi etik yang dapat melihat data Bapak / Ibu / Saudara / i. Kerahasiaan data akan dijamin sepenuhnya. Apabila masih ada informasi yang kurang maka dapat menghubungi peneliti atas nama Ni Luh Indri Astari, di nomor telepon 081239716111.
Lampiran 6 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
:
Umur / Jenis kelamin : Alamat
:
No telp/Hp
:
Telah membaca dan mengerti dengan sebaik-baiknya penjelasan mengenai prosedur dan manfaat penelitian dan secara sadar setuju untuk ikut serta dalam penelitian ini sampai penelitian berakhir dengan tanpa paksaan dan bebas untuk menolak atau mengundurkan diri dari penelitian ini kapan saja.
Sukawati, ………… 2014
Peneliti
dr. Ni Luh Indri Astari
Peserta
……………………………
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9 PELAKSANAAN PENELITIAN
Lampiran 10 HASIL HHIE-S PWRI SUKAWATI GIANYAR No.
Nama
Umur
Kuisioner HHIE-S
JK
(th) 65 75 68 65 68
L/P L L P P L
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jml
0 4 0 0 2 0 0 4
0 0 0 0 0 0 0 2
0 4 0 0 4 0 0 2
0 4 0 0 4 0 0 4
0 2 0 0 2 0 0 2
0 0 0 0 2 0 0 4
0 0 0 0 0 0 0 2
0 4 0 0 2 0 0 2
0 0 0 0 0 0 0 2
0 2 0 0 0 0 0 2
0 20 0 0 16 0 0 26
1 2 3 4 5
inisial NYS MDR MDG WYD SKS
6 7
WYS CPY
68 63
P P
8 9 10 11 12 13
MDN NYM MDS MDSI WYS WYR
75 66 61 68 67 67
L L P P L L
0 0 4 4 0
2 0 4 0 0
4 0 4 4 0
2 0 4 4 0
2 0 4 0 0
0 0 4 0 0
0 0 4 2 0
0 0 4 4 0
0 0 4 0 0
2 0 4 2 0
12 0 40 20 0
14
WDS
64
P
4
0
4
4
0
2
0
4
0
0
18
15
KNT
64
P
4
4
4
4
0
0
4
4
0
4
28
0
4
2
0
0
0
4
0
2
16
16
GNR
65
P
4
17
WJN
65
P
2
0
4
4
0
2
0
4
0
2
18
18 19
MSD JPT
65 68
L P
2
0
2
2
0
0
0
2
0
2
10
2
0
4
2
0
2
0
4
0
2
16
20 21 22
MRY MSK WRM
67 61 85
P P L
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2 4
0 2
2 4
0 4
0 2
0 2
0 0
0 4
0 2
0 4
4 28
23
MWS
61
P
0
0
2
2
0
0
0
0
0
0
4
24
WPW
63
P
0
0
2
2
0
0
0
0
0
0
4
25
KSK
77
L
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
38
0
4
4
4
4
0
4
4
0
28
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
26
JMS
65
P
4
27
MMK
60
L
0
4
0
2
4
0
0
0
2
0
0
12
P
4 2
0 0
4 4
4 2
0 0
2 2
0 0
4 0
0 0
2 2
20 12
80
L
4
2
4
4
0
0
0
2
2
2
20
80
P
4
0
2
2
2
2
0
4
0
2
18
0
4
4
0
2
0
4
0
2
20
28 29
WMN KDM
66 70
P L
30
LST
70
31
KSS
32
RTN
33
MST
94
L
4
34
GAK
67
P
4
2
2
4
0
0
0
2
0
4
18
35
GAP
65
P
2
0
4
4
0
0
0
4
0
0
14
4
0
4
4
0
0
2
2
0
4
20
2 4 4
0 2 0
4 4 0
4 4 4
2 2 2
2 2 2
0 0 2
2 2 2
0 2 2
2 4 2
18 26 20
36 37 38
NKT MGT MRN
67 60 66
P L P
39
DMR
77
P
40 41 42
AGR PTR GNT
72 83 73
L L L
2
0
2
0
0
0
0
0
0
2
6
4 4
4 4
4 4
4 4
4 2
4 4
4 2
4 4
4 4
4 2
40 34
43 44
NYS MWR
65 64
P L
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
2
0
0
0
0
0
0
4
P
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
4
4
4
4
0
2
0
2
22
45
KMR
75
46 47
SRG SRM
64 65
L P
48
RTN
60
P
0 2
0 2
2 2
0 4
0 4
0 4
0 2
0 4
0 2
0 2
2 28
49
SCM
68
P
0
0
2
2
0
0
0
0
0
0
4
50
KRN
66
P
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
51
KMT
86
L
2
2
4
4
0
0
0
4
2
2
20
2
4
4
0
0
0
4
2
2
20
52
DPL
83
L
2
53
DSS
67
P
2
0
2
2
0
0
0
2
2
4
14
54
TNJ
69
P
2
0
4
2
4
4
0
2
0
0
18
0
2
0
2
0
4
4
0
2
16
55
BSG
61
L
2
56
WRN
60
P
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
57
WBR
65
L
2
0
4
2
0
0
0
4
0
0
12
0
0
2
2
0
0
0
0
0
0
4
58
JMR
60
L
59
KMR
60
P
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4
38
4
4
4
4
4
4
4
4
4
40
60 61
SKR CRY
79 60
L P
4 2
2
0
2
0
0
2
0
2
2
12
62 63
KRT KSR
60 60
P L
2 2
2 0
2 2
2 2
2 0
2 0
2 0
2 0
2 2
2 0
20 8
64
SBH
67
P
2
0
4
4
0
0
0
2
0
0
12
65 66 67 68
WSP SEC ARP KNC
72 71 69 62
L L P P
4
2
4
4
4
4
2
4
4
4
36
2 2 4
0 0 0
4 2 4
4 4 2
0 2 2
2 2 2
0 0 2
2 2 4
0 0 0
0 2 4
14 16 24
69
SKR
62
P
2
0
2
4
2
2
0
2
2
2
18
70
MRD
64
L
2
2
4
4
2
2
0
4
2
2
24
0
4
4
2
2
0
2
0
2
18
71
DRN
64
P
2
72
JKN
60
P
2
0
2
2
0
2
2
4
0
2
16
73 74
SDR KMD
78 71
L L
4 2
4 2
4 2
4 2
2 2
0 0
0 0
4 2
2 2
2 2
26 16
75
AGR
65
L
2
2
2
4
0
2
0
2
2
2
18
76 77
SKR GNT
67 62
P P
2
0
4
4
0
2
0
4
2
2
20
4
2
4
4
0
2
0
4
2
2
24
2
4
2
2
0
2
4
0
2
20
78
KMD
63
P
2
79
MTG
66
P
2
2
4
4
2
0
2
4
2
2
24
0
4
2
2
2
0
2
2
2
18
80
JMS
67
P
2
81 82 83
MRN GPR MNH
70 62 64
P L L
4
2
2
2
0
2
0
2
0
2
16
2 2
0 2
4 2
2 4
0 2
2 2
2 0
4 4
0 0
2 2
18 20
84
DYH
61
P
2
2
4
2
2
0
0
4
0
2
18
0
4
4
2
2
2
2
2
2
24
85
IAR
68
P
4
86
RGN
63
P
2
2
4
2
0
2
0
2
2
2
18
87
KMR
65
P
4
2
2
4
0
0
0
2
0
2
16
2
0
4
2
2
2
2
4
2
2
22
88
MSM
66
P
89
SGR
60
L
2
0
2
2
0
2
0
2
0
2
12
L
4
2
2
2
0
2
2
2
2
2
20
90
WRJ
65
Lampiran 11 HASIL AUDIOMETRI PWRI SUKAWATI GIANYAR No.
Nama
Umur
JK
Audiogram hantaran udara AD (Hz)
1
inisial NYS
(th) 65
L/P L
250 20
2 3 4
MDR MDG WYD
75 68 65
L P P
35 30 25
5 6 7 8 9 10
SKS WYS CPY MDN NYM MDS
68 68 63 75 66 61
L P P L L P
35 40 10 55 20 20
11
MDSI
68
P
25
12 13 14
WYS WYR WDS
67 67 64
L L P
65 10 50
15 16 17 18
KNT GNR WJN MSD
64 65 65 65
P P P L
65 60 60 40
19 20
JPT MRY
68 67
P P
70 20
21 22 23
MSK WRM MWS
61 85 61
P L P
25 60 30
24
WPW
63
P
35
500 10 35
1000 10 40
2000 10 55
4000 15 55
6000 10 60
8000 15 70
30 35 30 40 10 50 25 25
25 25 30 45 30 45 15 15
25 25 30 30 40 50 20 20
30 25 45 40 30 60 30 40
25 25 45 40 25 60 30 30
25 30 50 35 10 65 20 30
35 75
45 65
40 55
50 65
50 70
50 90
10 50 65
15 45 55
10 50 60
10 70 70
15 75 70
10 85 70
70 55 30 80 25 25 60 25 35
50 45 35 70 15 25 65 20 35
50 45 30 70 25 25 65 20 35
55 50 50 40 30 25 70 20 40
60 60 55 45 30 25 75 20 40
75 65 60 50 30 25 85 25 40
Audiogram hantaran udara AS (Hz) Rata2 11.25
250 15
46.25 27.5 27.5
50 30 25
33.75 38.75 27.5 51.25 22.5 25
40 40 10 45 10 10
42.5
45
65 11.25 53.75
50 15 55
62.5 56.25 48.75 36.25
45 40 40 25
65 23.75
60 10
25 65 21.25
20 50 35
36.25
30
500 10 50
1000 5 40
2000 10 45
4000 10 60
6000 10 65
8000 10 75
30 35 45 40 30 40 20 20
25 25 35 30 30 35 15 15
25 25 25 25 40 25 15 20
20 25 35 30 40 55 15 25
25 20 45 40 30 60 25 30
30 35 50 40 40 70 20 15
55 50
65 45
55 30
75 45
50 65
70 60
15 50 55
10 40 50
15 50 45
10 55 50
15 70 65
10 65 55
45 45 25 70 20 20 50 35 30
60 45 25 60 15 20 50 30 30
65 50 30 40 15 20 50 30 30
70 55 45 40 25 20 55 30 35
65 60 55 45 30 25 75 30 40
80 60 55 55 35 25 70 35 45
Rata2 8.75 48.75 25 27.5 35 31.25 35 38.75 16.25 20 62.5 42.5 12.5 48.75 50 60 48.75 31.25 52.5 18.75 20 51.25 31.25 31.25
25
KSK
77
L
70
26
JMS
65
P
50
27 28
MMK WMN
60 66
L P
15 30
29
KDM
70
L
30
30 31
LST KSS
70 80
P L
45 60
32
RTN
80
P
50
33 34
MST GAK
94 67
L P
60 65
35
GAP
65
P
55
36 37
NKT MGT
67 60
P L
60 75
38
MRN
66
P
75
39 40
DMR AGR
77 72
P L
55 20
41
PTR
83
L
55
42 43
GNT NYS
73 65
L P
45 25
44
MWR
64
L
15
45 46
KMR SRG
75 64
P L
15 30
47
SRM
65
P
15
P P
50 15
70 50
85 45
90 45
90 45
85 50
90 60
83.75
60
46.25
50
20
15
20
25
20
20
30 40
35 45
55 60
60 60
60 65
50 70
20 45
15 30
51.25
30
45
50
60
65
70
70
55 55
45 45
80 40
100 40
80 50
90 60
50
55
40
55
75
90
60 55
50 60
50 60
60 65
65 70
70 70
60
55
60
65
70
70
80 70
65 65
55 60
65 75
70 75
70 90
50
60
70
65
65
65
20 45
20 50
25 45
45 55
45 60
40 80
45
40
40
55
55
45
20 15
20 15
25 20
25 30
20 30
30 25
15
25
20
30
25
25
40 20
45 15
50 20
50 35
55 40
55 40
70
65
60
70
75
90
25 20
25 15
20 20
25 20
35 15
25
40
30
55
70
48 49
RTN SCM
60 68
50
KRN
66
P
15
15 15
51
KMT
86
L
25
30
55 70
40 55
45
35
50 55
50 50
60
50
60 66.25
50 70
67.5
65
61.25 27.5
55 25
48.75
50
45 22.5
55 25
20
15
22.5 46.25
15 35
22.5
15
60 55
55 55
55 50
70 50
75 60
75 65
20
25
15
20
20
20
35 40
35 40
40 50
55 60
60 65
55 70
35
45
55
60
70
70
55 45
45 50
40 50
75 50
80 50
90 60
45
40
40
40
75
80
55 55
60 55
55 60
65 65
70 70
70 70
55
50
60
65
70
70
75 70
75 70
60 75
70 70
75 75
75 80
50
45
50
55
70
70
25 55
30 50
30 45
45 55
45 55
50 60
55
55
50
60
55
70
25 25
20 20
25 15
25 20
25 20
45 20
25
25
20
20
25
20
35 20
40 15
45 25
50 30
55 40
60 50
65
60
55
50
75
80
25 20
20 15
30 20
25 20
20 20
55
70
75
60
80
66.25 21.25
65 15
17.5
15
25 25
31.25
30
45
60 52.5 20 41.25 47.5 48.75 53.75 48.75 41.25 58.75 58.75 57.5 70 71.25 50 32.5 51.25 55 23.75 20 22.5 42.5 22.5 57.5 25 20 61.25
52
DPL
83
L
35
53
DSS
67
P
35
54 55
TNJ BSG
69 61
P L
45 45
56
WRN
60
P
30
57 58
WBR JMR
65 60
L L
40 35
59
KMR
60
P
50
60 61
SKR CRY
79 60
L P
45 45
62
KRT
60
P
30
63 64
KSR SBH
60 67
L P
30 30
65
WSP
72
L
60
66 67
SEC ARP
71 69
L P
35 30
68
KNC
62
P
40
69 70
SKR MRD
62 64
P L
35 35
71
DRN
64
P
35
72 73
JKN SDR
60 78
P L
30 45
74
KMD
71
L
30
65 67
L P
35 30
35 40
30 25
45 35
40 40
50 45
65
37.5
55
35
40
65
50 70
45
50
55
60 30 30
35 30
35 35
52.5 33.75
40 45
40 30
35 30
30 30
40
40
30
20
35
40
45
50
40 45
40 50
40 60
35 60
40 60
40 65
40
40
45
60
70
85
40 30
40 35
40 30
40 40
40 45
40 45
35
35
40
45
45
50
30 70
35 80
40 75
50 80
50 85
55 90
40
40
45
40
45
45
35 40
40 45
45 50
55 55
55 60
60 70
40
50
55
55
60
60
40 45
40 45
45 40
45 45
50 55
50 55
35
35
40
45
40
45
45 35
50 35
50 40
55 45
55 45
60 55
35
40
45
45
50
50
40 45
50 50
55 60
60 65
65 70
50
50
55
60
65
75 76
AGR SKR
77
GNT
62
P
25
35 35
78
KMD
63
P
40
45
38.75 38.75
45 35
53.75
50
46.25 40
45 45
33.75
35
38.75 38.75
40 45
76.25
70
41.25 43.75
40 35
47.5
45
50 42.5
40 40
43.75
35
38.75 50
35 40
38.75
35
41.25 45
30 35
47.5
35 45
50
55 45
45 45
50 40
50 45
55 50
80 65
45
45
50
55
65
65
45 20
40 25
40 25
40 25
40 25
40 25
50
50
40
55
50
60
35 50
35 55
40 60
40 65
40 65
40 70
45
50
55
65
70
90
50 30
40 40
40 35
45 45
45 50
45 55
45
40
45
55
50
60
45 70
50 75
55 70
60 75
55 85
65 90
40
45
45
45
45
50
40 50
40 45
45 55
50 60
55 60
60 70
40
45
50
55
60
65
40 40
45 40
50 45
50 50
50 55
55 55
40
40
45
50
45
55
45 40
50 40
55 45
60 55
55 50
65 60
30
35
40
45
50
55
40 40
45 45
50 55
55 60
60 60
70 65
50
55
60
65
65
70
50 43.75 48.75 41.25 23.75 48.75 37.5 57.5 53.75 43.75 37.5 46.25 52.5 72.5 43.75 43.75 52.5 47.5 46.25 43.75 43.75 52.5 45 37.5 47.5 50 57.5
79
MTG
66
P
35
80
JMS
67
P
30
81 82
MRN GPR
70 62
P L
30 40
83
MNH
64
L
40
84 85
DYH IAR
61 68
P P
35 45
86
RGN
63
P
40
40 40
45 45
50 50
50 55
55 60
60 60
35
40
45
50
60
65
45 45
40 50
50 55
55 60
60 65
65 65
30
40
45
55
60
65
50 45
50 45
55 50
60 55
65 65
65 70
45
50
55
60
65
70
50 45
55 50
55 50
60 60
65 65
50
55
60
65
70
87 88
KMR MSM
65 66
P P
35 40
89
SGR
60
L
45
45 45
40
40
90
WRJ
65
L
46.25
40
47.5
35
42.5 47.5
35 45
52.5
35
42.5 53.75
30 40
48.75
35
52.5 51.25
40 35
47.5
40 35
51.25
45 45
50 50
55 50
55 55
55 60
65 65
51.25
40
45
50
55
60
70
50 35
45 45
45 50
60 55
65 60
70 60
47.5 50
35
45
50
60
60
65
45 40
50 40
55 50
65 55
65 60
70 70
50
55
60
60
65
70
45 40
45 50
50 55
60 55
65 60
70 65
40
45
60
65
65
70
50
46.25 47.5 53.75 46.25 56.25 50 50 52.5
Lampiran 12 HASIL AUDIOMETRI PWRI SUKAWATI GIANYAR No.
Audiogram hantaran tulang AD (Hz)
Nama
Umur
JK
inisial
(th)
L/P
250
Audiogram hantaran tulang AS (Hz)
1
NYS
65
L
20
500 5
1000 5
2000 10
4000 10
Rata2
250
7.5
2
MDR
75
L
35
30
40
50
55
25 25 30 45 30 45 15 15 40 65 10 45
30 25 30 30 35 50 20 20 40 55 10 50
25 20 40 40 30 60 30 35 50 65 10 65
43.75 26.25 26.25 32.5 37.5 26.25 50 21.25
25 25 40 30 5 40 5
22.5 41.25 63.75 10
10 40 45 10
52.5
50
30 30 45 35 30 35 15 15 50 45 10 45 50
Frek.
1000 5
2000 10
4000 5
Rata2
15
500 5
50
45
40
45
50
45
25 25 35 30 30 35 15 15 65 45 10 40
25 25 25 25 35 25 15 20 55 30 10 50
20 25 30 30 40 55 15 20 60 45 10 55
50
45
6.25
Kesimpulan Normal
telinga yg baik 8.75
SNHL
46.25
25 26.25 33.75 30 33.75 37.5 15
SNHL SNHL SNHL SNHL SNHL SNHL Normal
25 27.5 33.75 31.25 27.5 38.75 16.25
17.5 57.5 41.25 10
Normal SNHL SNHL Normal
20 42.5 42.5 11.25
47.5
SNHL
48.75
50
47.5
SNHL
50
3 4 5 6 7 8 9
MDG WYD SKS WYS CPY MDN NYM
68 65 68 68 63 75 66
P P L P P L L
30 25 35 35 5 50 20
10 11 12 13
MDS MDSI WYS WYR
61 68 67 67
P P L L
20 25 60 5
14
WDS
64
P
45
25 35 30 35 10 45 20 20 35 70 10 50
15
KNT
64
P
60
60
55
60
60
58.75
45
16
GNR
65
P
55
65
50
50
55
55
35
45
60
65
60
57.5
SNHL
56.25
55
55
45
45
50
35
40
45
50
55
47.5
SNHL
48.75
35
25
35
30
50
20
25
25
30
45
31.25
SNHL
31.25
70
70
40
60
40
40
17 18
WJN MSD
65 65
P L
48.75 35
19
JPT
68
P
50
65
61.25
55
65
51.25
SNHL
52.5
20
MRY
67
P
15
20
15
25
25
21.25
5
15
15
15
20
16.25
Normal
18.75
21
MSK
61
P
20
20
25
25
25
23.75
15
15
20
20
20
18.75
Normal
20
22
WRM
85
L
50
60
65
65
70
65
45
50
50
50
55
51.25
SNHL
51.25
25
25
20
20
20
30
30
30
30
30
30
SNHL
21.25
23
MWS
61
P
21.25
24 25
WPW KSK
63 77
P L
30
30
35
35
40
50
65
70
70
60
40
45
45
35 66.25
25
25
30
30
35
30
SNHL
31.25
55
55
55
55
65
57.5
SNHL
60
55
50
50
46.25
26
JMS
65
P
45
50
45
45
55
52.5
SNHL
27
MMK
60
L
10
20
15
20
20
18.75
10
15
20
15
20
17.5
Normal
28
WMN
66
P
25
25
35
55
55
42.5
25
35
35
40
50
40
SNHL
41.25
29
KDM
70
L
25
35
45
55
60
48.75
25
30
40
45
60
43.75
SNHL
47.5
40
45
50
60
65
35
35
45
55
60
48.75
SNHL
48.75
50
55
45
70
60
50
55
45
40
60
50
SNHL
53.75
45
40
40
50
50
50
30 31
LST KSS
70 80
P L
55 57.5
20
32
RTN
80
P
45
50
43.75
30
40
47.5
SNHL
45
33
MST
94
L
50
50
55
40
55
50
50
45
40
40
40
41.25
SNHL
41.25
34
GAK
67
P
50
60
50
50
60
55
45
55
60
55
60
57.5
SNHL
55
35
GAP
65
P
45
55
60
60
60
58.75
45
50
55
60
60
56.25
SNHL
58.75
55
60
55
60
60
45
55
50
60
60
56.25
SNHL
57.5
65 65 60
55 60 65
60 60 60
61.25 62.5
50 55
60 70 50
60 60 50
SNHL SNHL
66.25 67.5
45
70 70 45
63.75 66.25
58.75
65 65 50
48.75
SNHL
50
36
NKT
67
P
58.75
37 38
MGT MRN
60 66
L P
50 50
39
DMR
77
P
45
65 65 50
40
AGR
72
L
20
20
20
25
40
26.25
20
25
30
30
40
31.25
SNHL
27.5
41
PTR
83
L
45
45
50
45
50
47.5
40
55
50
45
50
50
SNHL
48.75
35
45
40
40
50
40
55
55
50
55
53.75
SNHL
45
20
15
20
20
20
15
20
20
20
20
20
Normal
15
20
25
20
15
20
42 43
GNT NYS
73 65
L P
43.75 18.75
22.5
44
MWR
64
L
10
15
18.75
10
20
18.75
Normal
20
45
KMR
75
P
10
15
20
20
30
21.25
10
20
25
20
20
21.25
Normal
22.5
46
SRG
64
L
25
35
45
50
50
45
25
30
40
45
50
41.25
SNHL
42.5
47
SRM
65
P
10
20
15
20
25
20
15
20
15
25
25
21.25
Normal
22.5
45
65
65
60
60
55
65
60
55
50
57.5
SNHL
57.5
10
10
25
25
20
10
20
25
20
25
22.5
Normal
21.25
48 49
RTN SCM
60 68
P P
62.5 20
50 51
KRN KMT
66 86
P L
10
15
20
15
20
15
25
25
40
30
30
45
40
17.5 30
10
20
20
15
20
18.75
Normal
17.5
25
45
55
70
60
57.5
SNHL
31.25
45
50
50
52
DPL
83
L
25
35
37.5
45
50
48.75
SNHL
37.5
53
DSS
67
P
25
35
25
35
40
33.75
35
40
40
40
45
41.25
SNHL
35
54
TNJ
69
P
35
45
50
55
60
52.5
35
45
45
50
55
48.75
SNHL
48.75
55
BSG
61
L
40
40
35
30
30
33.75
40
45
40
40
40
41.25
SNHL
33.75
25
30
30
30
30
15
20
20
25
25
22.5
SNHL
23.75
35
35
40
35
40
35
45
50
40
55
47.5
SNHL
38.75
40
40
35
35
40
40
56 57
WRN WBR
60 65
P L
30 37.5
58
JMR
60
L
30
35
37.5
25
35
37.5
SNHL
37.5
59
KMR
60
P
40
45
50
60
55
52.5
45
50
55
60
60
56.25
SNHL
53.75
60
SKR
79
L
35
40
40
45
55
45
35
40
50
55
60
51.25
SNHL
46.25
61 62
CRY KRT
60 60
P P
35 25
37.5
35
40 40 40
40 35 45
45 40 50
40 33.75
25
45 30 45
SNHL SNHL
L
40 40 45
42.5 36.25
60
40 30 40
35 25
KSR
40 35 35
40 33.75
63
40 30 30
45
SNHL
38.75
35
40
45
50
55
60
64
SBH
67
P
25
30
37.5
35
45
52.5
SNHL
38.75
65
WSP
72
L
50
65
70
70
60
66.25
50
65
70
70
60
66.25
SNHL
72.5
66
SEC
71
L
25
40
40
45
40
41.25
30
40
40
45
45
42.5
SNHL
41.25
67
ARP
69
P
25
30
40
45
50
41.25
25
35
40
45
50
42.5
SNHL
43.75
35
40
45
50
55
35
45
45
55
60
51.25
SNHL
47.5
25
35
50
50
55
35
40
45
50
55
47.5
SNHL
47.5
40
45
45
45
50
50
68 69
KNC SKR
62 62
P P
47.5 47.5
70
MRD
64
L
25
35
41.25
35
35
45
SNHL
42.5
71
DRN
64
P
30
40
45
40
45
42.5
30
40
40
45
50
43.75
SNHL
43.75
72
JKN
60
P
25
35
35
40
45
38.75
30
40
40
45
50
43.75
SNHL
38.75
73
SDR
78
L
35
45
45
50
55
48.75
35
45
50
55
55
51.25
SNHL
50
25
35
35
40
45
25
35
40
45
55
43.75
SNHL
38.75
30
35
40
45
45
25
30
35
40
45
37.5
SNHL
37.5
74 75
KMD AGR
71 65
L L
38.75 41.25
76 77
SKR
35
40
45
55
20
35
45
50
55
45
50
55
43.75
40
45
50
55
47.5
SNHL
45
35
45
55
55
47.5
SNHL
47.5
45
55
55
60
KMD
63
P
30
47.5
53.75
SNHL
50
79
MTG
66
P
30
35
40
45
50
42.5
35
40
45
55
55
48.75
SNHL
46.25
80
JMS
67
P
25
35
45
50
55
46.25
25
40
45
50
55
47.5
SNHL
47.5
81
MRN
70
P
25
30
40
45
50
41.25
30
35
40
45
50
42.5
SNHL
42.5
35
45
40
50
55
30
45
45
45
55
47.5
SNHL
47.5
35
45
50
55
55
30
35
45
50
55
46.25
SNHL
46.25
40
45
55
42.5
35
45
50
55
83
MNH
64
L L
46.25
30
78
62
P
25
25 40
GPR
62
P
40
82
GNT
67
47.5 51.25
84
DYH
61
P
25
30
SNHL
42.5
IAR
68
P
40
50
50
55
55
52.5
30 35
46.25
85
45
50
55
60
52.5
SNHL
53.75
86
RGN
63
P
30
40
45
50
55
47.5
25
35
40
50
55
45
SNHL
46.25
87
KMR
65
P
30
45
50
55
55
51.25
25
45
55
55
55
52.5
SNHL
52.5
25
40
50
55
55
30
45
45
50
50
47.5
SNHL
50
25
40
40
45
50
45
55
55
47.5
SNHL
47.5
30
35
50
55
55
30 25
35 40
45
50
60
48.75
SNHL
51.25
88 89 90
MSM SGR WRJ
66 60 65
P L L
50 43.75 48.75
Lampiran 13 Uji Validitas Item Kuesioner
Correlations Item1 Item1
Pearson Correlation
Item2 1
Sig. (2-tailed) N Item2
Pearson Correlation
.083
Sig. (2-tailed)
.663
N Item3
Item6
Item7
Item8
Item9
Item10
Total
.280
.293
.126
.338
.671**
.466**
.351
.653**
.663
.134
.134
.116
.505
.068
.000
.009
.057
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
*
.346
.557**
1 30 .332
Sig. (2-tailed)
.134
.073
.332
.332
.324
.066
.160
.325
.073
.073
.081
.730
.398
.080
.011
.061
.001
30
30
30
30
30
30
30
30
30
*
.291
.351
.510**
.013
.119
.057
.004
1
.280
.098
.126
.048
.134
.608
.505
.800
.447
.459
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
Pearson Correlation
.280
.332
.280
1
.098
-.063
.193
.224
.116
.351
.439*
Sig. (2-tailed)
.134
.073
.134
.608
.740
.307
.235
.540
.057
.015
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.309
.141
*
*
*
.585**
30
Pearson Correlation
.293
.324
.098
.098
Sig. (2-tailed)
.116
.081
.608
.608
.097
.457
.028
.045
.036
.001
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
Pearson Correlation
.126
.066
.126
-.063
.309
1
.038
.177
.092
.277
.375*
Sig. (2-tailed)
.505
.730
.505
.740
.097
.841
.350
.629
.138
.041
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
N Item6
Item5
.280
.280
N Item5
30
Item4
.083
Pearson Correlation N
Item4
30
Item3
N
1
30
.400
.369
.385
Item7
Pearson Correlation
.338
.160
.048
.193
.141
.038
Sig. (2-tailed)
.068
.398
.800
.307
.457
.841
30
N Item8
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Item9
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Item10 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Total
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
1
30
30
30
30
30
30
**
.325
*
.224
*
.177
*
.000
.080
.013
.235
.028
.350
.671
.447
.400
.377*
.498**
.296
.589**
.040
.005
.112
.001
30
30
30
30
1
**
.294
.789**
.000
.115
.000
.377
.040
.716
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.466**
.459*
.291
.116
.369*
.092
.498**
.716**
1
.179
.744**
.009
.011
.119
.540
.045
.629
.005
.000
.345
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
*
.277
.296
.294
.179
1
.619**
.351
.346
.351
.351
.057
.061
.057
.057
.036
.138
.112
.115
.345
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
**
**
**
*
**
*
**
**
**
**
1
.653
.557
.510
.439
.385
.585
.375
.589
.789
.744
.000 .619
.000
.001
.004
.015
.001
.041
.001
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
NB. Semua item Valid ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi ( r ) > 0,361 dan p< 0,05 yaitu pada kolom terakhir (r = 0,361 batas koefisien validasi untuk jumlah sampel 30)
30
Lampiran 14 Uji Reliabilitas Item
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha .777
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .791
N of Items 10
Item kuesioner reliable ditunjukkan dengan nilai Cronbach's Alpha = 0,777 > 0,6 (0,6 batas reliable suatu item test)
Lampiran 15 User Stata network perpetual license: Serial number: 40120594238 Licensed to: dr. I Wayan Gede Artawan Eka Putra, M.Epid. PSIKM FK Unud
Sensitivitas*spesifisitas*cutpoint gangguan pendengaran -----------------------------------------------------------------------------------Correctly Cutpoint Sensitivity Specificity Classified LR+ LR------------------------------------------------------------------------------------( >= 0 ) 100.00% 0.00% 82.22% 1.0000 ( >= 2 ) 95.95% 62.50% 90.00% 2.5586 0.0649 ( >= 4 ) 95.95% 68.75% 91.11% 3.0703 0.0590 ( >= 6 ) 93.24% 93.75% 93.33% 14.9189 0.0721 ( >= 8 ) 91.89% 93.75% 92.22% 14.7027 0.0865 ( >= 10 ) 90.54% 93.75% 91.11% 14.4865 0.1009 ( >= 12 ) 89.19% 93.75% 90.00% 14.2703 0.1153 ( >= 14 ) 81.08% 100.00% 84.44% 0.1892 ( >= 16 ) 77.03% 100.00% 81.11% 0.2297 ( >= 18 ) 64.86% 100.00% 71.11% 0.3514 ( >= 20 ) 47.30% 100.00% 56.67% 0.5270 ( >= 22 ) 28.38% 100.00% 41.11% 0.7162 ( >= 24 ) 25.68% 100.00% 38.89% 0.7432 ( >= 26 ) 18.92% 100.00% 33.33% 0.8108 ( >= 28 ) 14.86% 100.00% 30.00% 0.8514 ( >= 34 ) 9.46% 100.00% 25.56% 0.9054 ( >= 36 ) 8.11% 100.00% 24.44% 0.9189 ( >= 38 ) 6.76% 100.00% 23.33% 0.9324 ( >= 40 ) 4.05% 100.00% 21.11% 0.9595 ( > 40 ) 0.00% 100.00% 17.78% 1.0000 -------------------------------------------------------------------------------------Nilai AUC pada kurva ROC*HHIE-S*Gangguan pendengaran ROC -Asymptotic Normal-Obs Area Std. Err. [95% Conf. Interval] -------------------------------------------------------90 0.9620 0.0181 0.92653 0.99746
Cut-off point*HHIE-S*Audiometri HHIE-S
Audiometri Gangguan Normal Total
Positif 69 1 70
Total negatif 5 15 20
74 16 90
[95% Confidence Interval] ----------------------------------------------------------------------------------Prevalence Pr(A) 82% 73% 89.5% ----------------------------------------------------------------------------------Sensitivity Pr(+|A) 93.2% 84.9% 97.8% Specificity Pr(-|N) 93.8% 69.8% 99.8% ROC area (Sens. + Spec.)/2 .935 .867 1 ---------------------------------------------------------------------------------Likelihood ratio (+) Pr(+|A)/Pr(+|N) 14.9 2.23 99.6 Likelihood ratio (-) Pr(-|A)/Pr(-|N) .0721 .0306 .17 Odds ratio LR(+)/LR(-) 207 27.2 . Positive predictive value Pr(A|+) 98.6% 92.3% 100% Negative predictive value Pr(N|75% 50.9% 91.3% ---------------------------------------------------------------------------------Sensitivitas*spesifisitas*cutpoint gangguan pendengaran ringan -------------------------------------------------------------------------------------Correctly Cutpoint Sensitivity Specificity Classified LR+ LR-------------------------------------------------------------------------------------( >= 0 ) 100.00% 0.00% 58.89% 1.0000 ( >= 2 ) 100.00% 35.14% 73.33% 1.5417 0.0000 ( >= 4 ) 100.00% 37.84% 74.44% 1.6087 0.0000 ( >= 6 ) 100.00% 54.05% 81.11% 2.1765 0.0000 ( >= 8 ) 100.00% 56.76% 82.22% 2.3125 0.0000 ( >= 10 ) 100.00% 59.46% 83.33% 2.4667 0.0000 ( >= 12 ) 100.00% 62.16% 84.44% 2.6429 0.0000 ( >= 14 ) 94.34% 72.97% 85.56% 3.4906 0.0776 ( >= 16 ) 90.57% 75.68% 84.44% 3.7233 0.1247 ( >= 18 ) 81.13% 86.49% 83.33% 6.0038 0.2182 ( >= 20 ) 58.49% 89.19% 71.11% 5.4104 0.4654 ( >= 22 ) 37.74% 97.30% 62.22% 13.9623 0.6399 ( >= 24 ) 33.96% 97.30% 60.00% 12.5661 0.6787
( >= 26 ) 24.53% 97.30% 54.44% 9.0755 0.7757 ( >= 28 ) 20.75% 100.00% 53.33% 0.7925 ( >= 34 ) 13.21% 100.00% 48.89% 0.8679 ( >= 36 ) 11.32% 100.00% 47.78% 0.8868 ( >= 38 ) 9.43% 100.00% 46.67% 0.9057 ( >= 40 ) 5.66% 100.00% 44.44% 0.9434 ( > 40 ) 0.00% 100.00% 41.11% 1.0000 -------------------------------------------------------------------------------------Nilai AUC pada kurva ROC*HHIE-S*Gangguan pendengaran ringan ROC -- Binomial Exact -Obs Area Std. Err. [95% Conf. Interval] ---------------------------------------------------------------90 0.9085 0.0333 0.83235 0.96084
Sensitivitas*spesifisitas*cutpoint gangguan pendengaran sedang ------------------------------------------------------------------------------------Correctly Cutpoint Sensitivity Specificity Classified LR+ LR-------------------------------------------------------------------------------------( >= 0 ) 100.00% 0.00% 8.89% 1.0000 ( >= 2 ) 100.00% 15.85% 23.33% 1.1884 0.0000 ( >= 4 ) 100.00% 17.07% 24.44% 1.2059 0.0000 ( >= 6 ) 100.00% 24.39% 31.11% 1.3226 0.0000 ( >= 8 ) 100.00% 25.61% 32.22% 1.3443 0.0000 ( >= 10 ) 100.00% 26.83% 33.33% 1.3667 0.0000 ( >= 12 ) 100.00% 28.05% 34.44% 1.3898 0.0000 ( >= 14 ) 100.00% 36.59% 42.22% 1.5769 0.0000 ( >= 16 ) 87.50% 39.02% 43.33% 1.4350 0.3203 ( >= 18 ) 75.00% 48.78% 51.11% 1.4643 0.5125 ( >= 20 ) 62.50% 63.41% 63.33% 1.7083 0.5913 ( >= 22 ) 50.00% 79.27% 76.67% 2.4118 0.6308 ( >= 24 ) 50.00% 81.71% 78.89% 2.7333 0.6119 ( >= 26 ) 50.00% 87.80% 84.44% 4.1000 0.5694 ( >= 28 ) 37.50% 90.24% 85.56% 3.8437 0.6926 ( >= 34 ) 25.00% 93.90% 87.78% 4.1000 0.7987 ( >= 36 ) 25.00% 95.12% 88.89% 5.1250 0.7885 ( >= 38 ) 12.50% 95.12% 87.78% 2.5625 0.9199 ( >= 40 ) 0.00% 96.34% 87.78% 0.0000 1.0380 ( > 40 ) 0.00% 100.00% 91.11% 1.0000 ---------------------------------------------------------------------------------------
Nilai AUC pada kurva ROC*HHIE-S*Gangguan pendengaran sedang ROC -- Binomial Exact -Obs Area Std. Err. [95% Conf. Interval] -------------------------------------------------------90 0.7264 0.0897 0.61781 0.81150
HHIE-S versi Indonesia*Tingkat gangguan pendengaran Skor HHIE-S versi Indonesia Tingkat gangguan Jumlah pendengaran (N) 0 – 10 12 – 24 26 – 40 Normal (0-25 dB) 16 15 1 0 Ringan (26-40 dB) 21 8 12 1 Sedang (41-55 dB) 45 0 36 9 Sedang berat-berat 8 0 4 4 (56-90 dB) Sangat berat (>91 dB) 0 Total 90 23 53 14