PEMAHAMAN KONSELOR SEKOLAH TENTANG TUGAS PERKEMBANGAN SISWA DAN LAYANAN YANG DIBERIKAN (Studi di Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Atas Kota Pekanbaru)
TESIS
Oleh:
M. Fahli Zatra Hadi
19154
Tesis ditulis untuk Memenuhi sebagian Persyaratan dalam Mendapatkan Gelar Magister Pendidikan
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2013
ABSTRACT
FAHLI (2013) : "The School Counselor Understanding On Student Developmental Task and Services Provided, A Study on Teachers Guidance Conference and Counseling at Senior High School Pekanbaru City". Thesis of PostGraduate Program, Guidance and Counseling Program, State University of Padang. The counseling and Guidance services aim to students in order they can create themselves as a private independent, responsible, creative students and productive workers. So that, counselor understanding toward student developmental task and the services provided is necessary for the counselor to create and develop interactions that help students to actualize potential optimally, develop wholeness and healthy personal, and displays the effective behavior, creative, productive and adjusted. This study aims to clarify counselor understanding about the developmental tasks of students with a service that is based on students' developmental tasks, where counselor understanding is a variable Y and the development of students task as variable X, while the service provided is a single variable were analyzed descriptively. Data is collected through the dissemination questionnaires to 37 school counselors in guidance and counseling teacher meetings SMAN a city of Pekanbaru. Validity of the calculation using the correlation formula Product Moment showed that 35 points valid declaration and reliability using the formula Cronbach’s Alpha generates a number greater than 0.6, measuring of validity is performed by using the statistical program SPSS version 15. The results of counselor understanding analysis of students developmental task SMAN Pekanbaru Indicates that the overall results of the analysis indicate that the overall results of the analysis indicate that the average school counselors understand their duties and responsibilities as a school counselor by giving services based on student developmental task. Based on the results study, it is suggested to the school counselor to improve understanding and work, guiding students based on their progress and to insitute schools in Pekanbaru in order to provide facilities either physical or non-physical activities such as seminars.
ii
ABSTRAK
FAHLI (2013) : “Pemahaman Konselor Sekolah tentang Tugas Perkembangan Siswa dan Layanan yang Diberikan, Suatu Studi di Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Atas Negeri Kota Pekanbaru”. Tesis Program Pascasarjana, Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Padang. Layanan bimbingan dan konseling bertujuan agar siswa dapat mewujudkan diri sebagai pribadi mandiri, bertanggung jawab, siswa yang kreatif dan pekerja produktif. Untuk itu pemahaman konselor terhadap tugas perkembangan siswa dan layanan yang diberikan sangat di perlukan agar konselor dapat menciptakan dan mengembangkan interaksi yang membantu siswa untuk mengaktualisasikan potensi secara optimal, mengembangkan pribadi yang utuh dan sehat, serta menampilkan perilaku efektif, kreatif, produktif dan adjusted. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pemahaman yang konselor tentang tugas perkembangan siswa dengan layanan yang berlandaskan tugas perkembangan siswa, di mana pemahaman konselor merupakan variabel Y dan tugas perkembangan Siswa sebagai variable X, sedangkan layanan yang diberikan merupakan variabel tunggal yang dianalisis secara deskriptif. Pengambilan data penelitian dilakukan melalui penyebaran angket kepada 37 konselor sekolah di musyawarah guru bimbingan dan konseling SMAN se-kota Pekanbaru. Perhitungan validitas menggunakan rumus korelasi Product Moment menunjukkan bahwa 35 butir pernyataan valid dan reliabilitas menggunakan rumus Cronbach’s Alpha menghasilkan angka lebih besar dari 0,6, pengukuran validitas ini dilakukan dengan menggunakan program statistik SPSS versi 15. Hasil analisis pemahaman konselor tentang tugas perkembangan siswa SMAN Kota Pekanbaru menunjukkan bahwa secara keseluruhan dari hasil analisis menunjukkan bahwa secara keseluruhan konselor sekolah rata-rata memahami tugas dan tanggungjawabnya sebagai konselor sekolah dengan memberikan layanan berdasarkan tugas perkembangan siswa. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan kepada konselor sekolah untuk meningkatkan pemahaman dan kinerja, membimbing siswa berdasarkan tugas perkembangannya dan kepada instansi sekolah di Pekanbaru agar dapat memberikan fasilitas baik secara fisik maupun kegiatan non fisik seperti seminar.
iii
PERSETUJUAN AKHIR TESIS
NAMA NIM
NAMA
: M. FAHLI ZATRA HADI : 19154
Tanda Tangan
Tanggal
Prof. Dr. A. Muri Yusuf, M.Pd. Pembimbing I
Dr. Syahniar, M. Pd., Kons. Pembimbing II
Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
Ketua Program Studi
Prof. Dr. Firman, M.S., Kons. NIP. 19610225 198602 1 001
Prof. Dr. A. Muri Yusuf, M.Pd. NIP. 19420916 196605 1 001
iv
PERSETUJUAN KOMISI UJIAN TESIS MAGISTER PENDIDIKAN
No.
Nama
Tanda Tangan
1.
Prof. Dr. A. Muri Yusuf, M.Pd. (Ketua)
2.
Dr. Syahniar, M. Pd., Kons. (Sekretaris)
3.
Prof. Drs. Jalius Jama, M.Ed., Ph.D. (Anggota)
4.
Prof. Dr. Neviyarni S., M.S. (Anggota)
5.
Prof. Dr. Mudjiran, M.S., Kons. (Anggota)
MAHASISWA NAMA
: M. FAHLI ZATRA HADI
NIM
: 19154
TANGGAL UJIAN : 6 Februari 2013
v
KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah Peneliti ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunian-Nya kepada Peneliti, sehingga Peneliti dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul “Pemahaman Konselor Sekolah tentang Tugas Perkembangan Siswa dan Layanan yang Diberikan, Suatu Studi di Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Atas Negeri Kota Pekanbaru”. Dalam melakukan penyelesaian tesis ini peneliti banyak mendapat arahan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sebagai ungkapan rasa terimakasih dan syukur Peneliti sampaikan kepada yang terhormat, yaitu: 1.
Prof. Dr. H. A. Muri Yusuf, M.Pd. selaku pembimbing I, sekaligus Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling yang selalu memberikan bimbingan, arahan, ilmu, gagasan, semangat untuk mampu tetap menulis dan menyelesaikan tesis ini, penulis sangat berterimakasih atas kebaikan bapak semoga Allah memberi kebaikan bapak dengan kebaikan yang lebih besar.
2.
Dr. Syahniar, M.Pd., Kons. selaku pembimbing II yang penuh kesabaran, memberikan arahan dan masukan kepada peneliti untuk kesempurnaan dari tesis ini sehingga tesis ini selesai dengan baik, penulis sangat berterimakasih untuk semua kesabaran ibu dalam mengarahkan penulis semoga Allah memberi kelancaran dan kemudahan dalam setiap urusan ibu.
3.
Prof. Dr. Neviyarni S., M.S. selaku penguji sekaligus penimbang angket penelitian yang telah memberikan, semangat kepada penulis, saran, arahan demi kesempurnaan tesis ini.
4.
Prof. Dr. Mudjiran, M.S., Kons. selaku penguji sekaligus Penimbang angket penelitian yang telah memberikan masukan, semangat, saran, dan arahan demi kesempurnaan tesis ini dan kesempurnaan instrumen penelitian.
5.
Prof. Drs. H. Jalius Jama, M.Ed., Ph.D. selaku penguji yang telah memberikan semangat kepada penulis, masukan, saran, arahan, dan kritikan demi kesempurnaan tesis ini dan kesempurnaan instrumen penelitian.
6.
Dr. Marjohan, M.Pd., Kons. selaku Penimbang angket penelitian yang telah memberikan masukan demi kesempurnaan instrumen penelitian.
vii
7.
Dosen Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang, dosen Bimbingan dan Konseling yang telah memberikan ilmu pengetahuan pada proses perkuliahan dan membantu peneliti.
8.
Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang dan segenap karyawan yang telah memberikan pelayanan terbaik kepada peneliti.
9.
Ketua Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling Kota Pekanbaru, yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mengadakan penelitian di sekolah yang dipimpin.
10. Untuk keluargaku tercinta, ayah ku Hadimi semoga Allah memberi tempat sebaiknya-baiknya bersama orang-orang soleh, ayah ku adalah teman terbaik, sahabat terhebat, dan ayah yang sangat ku kagumi semoga Allah memberi kebaikan pada mu ayah ku sayang dan ibu ku Zubaidah, anak mu melihat langsung betapa engkau adalah panutan setiap wanita, istri setia, ibu yang penuh kasih, serta cece cantik Renny hidayati, adik ku sayang M. Ridwan Hadi, adik Camelia Mutiara, semoga cepat lulus, adik kecil abg tersayang M. Ikhsan Nulhadi pelita keluagra harapan baru, semoga Allah menjagalangkah mu adik-adik ku sayang. 11. Miftahuddin, M.Ag., Azni, M.Ag., selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Bimbingan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. 12. Adik-adik Pik-ma, Indah & Aman, Ratih & Pedri, Nora, Nunung, Fitri, Isa, mahasiswa BKI FDIK UIN Suska Riau Semoga tesis ini bermanfaat dan berguna bagi penulis sendiri, sekolah tempat melakukan penelitian, dan jurusan bimbingan dan Konseling, serta bagi pembaca. Pekanbaru, 12 Februari 2013
M. Fahli Zatra Hadi
viii
DAFTAR ISI
ABSTARCT ....................................................................................................
ii
ABSTRAK .....................................................................................................
iii
PERSETUJUAN AKHIR TESIS .................................................................
iv
PERSETUJUAN KOMISI ............................................................................
v
SURAT PERNYATAAN ...............................................................................
vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................
vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
xi
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ......................................................................................
1
B. Identifikasi Masalah..............................................................................
9
C. Pembatasan Masalah .............................................................................
9
D. Perumusan Masalah ..............................................................................
10
E. Tujuan Penelitian ..................................................................................
10
F. Manfaat Penelitian ................................................................................
10
BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori .....................................................................................
12
1. Tugas-Tugas Perkembangan Siswa ...............................................
12
2. Konselor sekolah ..............................................................................
29
3. Bimbingan dan Konseling................................................................
33
ix
4. Layanan dalam Bimbingan dan Konseling ......................................
37
5. Pemahaman Konselor Sekolah Tentang Tugas Perkembangan Siswa dan Layanan yang Diberikan ...........................................................
46
B. Penelitan yang Relevan.........................................................................
52
C. Kerangka Pemikiran .............................................................................
55
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian .....................................................................................
57
B. Populasi.................................................................................................
59
C. Definisi Operasional .............................................................................
59
D. Pengembangan Instrumen .....................................................................
60
E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................
64
F. Teknik Analisa Data .............................................................................
65
BAB IV. HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN A. Deskipsi Data ........................................................................................
69
B. Pembahasan ..........................................................................................
73
C. Keterbatasan Penelitian ........................................................................
80
BAB V. KESIMPULAN dan SARAN A. Kesimpulan ...........................................................................................
82
B. Implikasi ...............................................................................................
82
C. Saran .....................................................................................................
84
DAFTAR RUJUKAN ....................................................................................
86
LAMPIRAN ....................................................................................................
90
x
DAFTAR TABEL Tabel 1 Populasi Penelitian ..............................................................................
59
Tabel 2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ............................................................
62
Tabel 3 Descriptive Statistics Setiap Tugas Perkembangan ............................
69
Tabel 4 Descriptive Statistics Keseluruhan .....................................................
70
Tabel 5 Layanan Bimbingan dan Konseling ....................................................
72
xi
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Layanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan, merencanakan masa depan siswa yang bersangkutan. Layanan bimbingan dan konseling bertujuan agar para siswa dapat mewujudkan diri sebagai pribadi yang mandiri, bertanggung jawab, siswa yang kreatif dan pekerja produktif. Pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan tanggung jawab bersama antara konselor, guru dan pimpinan sekolah, yang masing – masing memiliki peran dalam keterlibatan pada proses bimbingan dan konseling di sekolah. Kualitas hubungan dalam proses bimbingan dan konseling sangat dipengaruhi oleh kualitas konselor (Guru Bimbingan dan Konseling). Kepahaman konselor merupakan intervensi utama, karena seseorang tidak akan dapat memberikan bantuan tanpa memiliki pemahaman dalam membantu, atau apa yang akan dibantu. Konselor menciptakan dan mengembangkan interaksi yang membantu
siswa
untuk
mengaktualisasikan
potensi
secara
optimal,
mengembangkan pribadi yang utuh dan sehat, serta menampilkan perilaku efektif, kreatif, produktif dan adjusted. Pandangan tentang konselor sekolah hanya khusus untuk siswa yang bermasalah masih tetap melekat di sebagian besar sekolah. Anggapan bahwa, siswa yang berhubungan dengan konselor adalah siswa yang bermasalah masih
1
2
melekat dalam pikiran sebagian besar siswa, sehingga gambaran menakutkan tentang konselor sekolah, sebagai polisi sekolah telah menumbuhkan keengganan sebagian besar siswa terhadap konselor sekolah dalam membantu mereka mengatasi masalah yang dihadapi siswa, meskipun siswa itu sangat ingin meminta bantuan kepada konselor sekolah, ini semua dikarenakan mereka lebih takut dicap teman-temannya sebagai siswa bermasalah (Prayitno, 2004: 120). Pandangan itu tentu saja sangat merugikan untuk perkembangan konselor sekolah dalam malakukan peran besarnya di sekolah dalam proses pemberian layanan. Oleh karenanya, sekarang sudah mulai banyak konselor sekolah yang memulai melakukan pencitraan atas profesinya untuk mengubah pandangan menakutkan tersebut menjadi menyenangkan dengan meningkatkan pemahaman tentang tugas-tugas perkembangan siswa. Menurut Sarlito (2008: 4) mengungkapkan bahwa, masa remaja adalah kelanjutan masa kanak-kanak. Tetapi karena pada masa itu, seseorang belum dewasa maka ia disebut remaja dan bukannya dewasa. Yang membedakan remaja dari anak-anak atau orang dewasa itu yang disebut sebagai karakteristik remaja. Hampir menjadi kesepakatan para ahli perkembangan rentang usia fase ini berkisar antara usia 11-20 tahun. Selanjutnya Sarlito (2009: 5) mengatakan bahwa, sifat-sifat yang melekat pada seseorang pada satu periode tertentu, oleh para ahli perkembangan disebut sebagai capaian-capaian perkembangan, atau sesuatu yang telah dicapai pada suatu tahap perkembangan tertentu. Contoh paling mudah dari hal ini misalnya, polusio pada remaja lelaki, menarche pada remaja putri. Adapun harapan-harapan
3
yang terkandung dalam satu periode tertentu disebut, tugas-tugas perkembangan (developmental tasks). Tantangan yang paling mengesankan yang tengah dihadapi oleh konselor sekolah adalah memahami dan mendampingi proses tumbuh-kembang siswa dalam konteks pribadi, sosial, belajar, dan persiapan karir masa depan. Dalam konteks pribadi dan sosial, siswa yang berada dalam rentang pertumbuhan dan perkembangannya, sebagai remaja sedang mengalami konflik psikososial. Sebagaimana yang ditegaskan oleh Erickson (Hurlcok, 1980: 209) bahwa konflik itu berkaitan langsung dengan perkara pemerolehan identitas diri di satu sisi (self identity) dan kebingungan mencari peran yang tepat di sisi lain (role confusion). Beragam eksperimen secara trial and error dilakukan kalangan remaja/siswa untuk memenuhi hasrat mereka akan peran dan identitas diri. Keinginan untuk mencoba-coba hal tertentu pada remaja memang baik, tetapi jika percobaan tersebut dilakukan dalam waktu lama, tanpa hasil akan membahayakan proses perkembangan kepribadiannya. Oleh Karena itu, diperlukan
kehadiran
konselor
sekolah
dalam
membantu
siswa
untuk
berpartisipasi dalam proses perkembangan diri siswa. Intervensi pihak ketiga ini diharapkan dapat memberikan pendidikan psikologis (psychological education) kepada para siswa. Hal ini penting bagi mereka guna mempercepat proses identifikasi diri, tanpa harus mengabaikan segi-segi positif dari perjalanan panjang pencarian identitas. Fenomena yang terjadi di Irian Jaya (youtobe.com, 21 Mei 2011) adalah seorang konselor mengarahkan siswa yang sedang emosi terhadap temannya di
4
sekolah, dengan mengadu mereka di ring tinju yang ditonton ditengah-tengah lapangan sekolah dan dilihat oleh siswa lainnya. Hal ini menjadi kontras dengan tugas seorang konselor dalam hal memahami tugas perkebangan siswa, yang membantu siswa dalam memberikan pendidikan psikologis terhadap siswa, sehingga perlu dipertanyakan pemahaman konselor tentang tugas perkembangan siswa. Fenomena serupa dengan yang ada di Irian Jaya, juga pernah peneliti temui di Sekolah Menengah Atas Kota Pekanbaru (observasi peneliti 16 Maret 2012), yakni Konselor sekolah memberikan kesempatan siswanya yang sedang emosi antara satu dengan yang lain untuk berkelahi di lapangan basket sekolah, sungguh sangat kontras dengan tugas konselor sekolah tersebut yang membimbing siswa dalam membantu siswa untuk mengidentifikasi diri mereka. Menurut Shertzer & Stone (1980: 70) bahwa: ”Counselors are increasingly dealing with alcohol and drug problems among secondary school students”. Seharusnya konselor sekolah itu bisa memberikan bantuan bagi siswa yang terkena masalah narkoba, alkohol dengan memberikan layanan yang sesuai dengan kebutuhan tersebut sehingga bisa mengatasi permasalahan tersebut. Fenomena terjadi siswa di Sekolah Menengah Atas Kota Dumai yang memakai narkoba (Antarariau News.com, 23 January 2012) ini juga merupakan fenomena yang kerap kita jumpai, namun jika konselor bisa menjadi teman siswa dan memahami tugas-tugas perkembangan siswa, maka hal ini pasti bisa ditekan dan ditanggulangi seperti yang dijelaskan Shertzer & Stone.
5
Bahkan dalam kasus lain terjadi, banyak siswa yang tidak sholat, konselor hanya memberikan hukuman fisik tanpa tahu kenapa itu terjadi, apa yang di rasakan siswa, kita lihat juga di lapangan adalah peran dan fungsi pembimbing dan konselor hanya sebagai support personal atau counselor aides dengan tanggung jawab yang cenderung administratif dan belum disiapkan untuk menjadi konselor dan trainers dengan pendekatan individual dan kelompok dibidang life skills. Dalam kelangsungan perkembangan kehidupan manusia, berbagai pelayanan dikreasikan dan diselenggarakan. Layanan itu bermanfaat untuk memperlancar dan sebesar-besarnya memberikan dampak positif terhadap kelangsungan perkembangan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, menurut Prayitno (1997:99), bahwa fungsi suatu pelayanan dapat diketahui dengan melihat kegunaan, manfaat, ataupun keuntungan. Sebaliknya, suatu pelayanan tidak dapat dikatakan berfungsi jika ia tidak mampu memberikan kegunaan dan manfaat bagi individu yang memerlukannya. Hal ini bermakna bahwa layanan yang dibuat konselor harusnya merujuk pada kebutuhan siswa tersebut dalam hal ini berkenaan dengan tugas perkembangan siswa. Esensinya konseling merupakan upaya menolong seorang konseli atau klien lewat pendekatan psikologis. Fenti Hikmawati (2010: 44) masa perkembangan ialah seorang individu mengalami perkembangan dalam berbagai aspek dalam dirinya dan perubahan tuntutan lingkungan terhadap dirinya. Diperlukan penyesuaian diri untuk menghadapi perubahan-perubahan tersebut,
6
dalam hal ini konselor membantu siswa lewat pendekatan psikologis untuk memenuhi tuntutan dari tugas perkembangannya. Selanjutnya Shertzer & Stone(1980: 42) menjelaskan, ”The counseling practitioner with a variety of ways of thinking about clients”. Menurut Arbuckle (dalam Jhon J. Pietrofesa, 1982: 7) menjelaskan, “The counselor must first consider client needs and client satisfaction and not counselor satisfaction”. Penjelasan di atas diarahkan, agar konselor mengetahui lebih dalam tentang apa yang dipikirkan siswa (klien), apa yang dibutuhkan, dan apa yg dilakukan konselor dengan itu, menolong disini diarahkan lewat pendekatan psikologis tersebut selanjutnya dipertajam lagi menjadi, (a) menyediakan saranakesempatan bagi klien untuk memenuhi kebutuhannya akan rasa aman, cinta, dan harga diri, bertindak secara mantap-tegas-pasti, dan tumbuh sebagai pribadi; (b) menyediakan aneka sumber dan keterampilan agar klien semakin mandiri. Namun fenomena di sekolah yaitu (dalam http:/viendaungu. blogspot. com) banyak siswa yang tidak dapat mengontrol sikap agresif seperti, kasar terhadap orang lain, sering bertengkar, bergaul dengan anak-anak bermasalah, membandel di rumah dan di sekolah, keras kepala dan suasana hatinya sering berubah-ubah, terlalu banyak bicara, sering mengolok-olok dan bertemperamen tinggi. Selain itu, siswa dalam fase remaja di sekolah banyak yang merasa cemas dan depresi, hal tersebut ditunjukkan dengan perilaku seringkali merasa takut, sering merasa gugup dan sedih, serta selalu merasa tidak dicintai oleh lingkungan sekitar. Dalam pergaulan sosial banyak siswa yang menarik diri dari pergaulan,
7
seperti lebih suka menyendiri, bersikap sembunyi-sembunyi, bermuka muram dan kurang bersemangat, merasa tidak bahagia dan terlalu bergantung kepada sesuatu. Menurut Jhon J. Pietrofesa, (1982:12), “The counselor should seek to aid his/her clients in solving the developmental tasks of life”. Penjelasan di atas bermakna bahwa konselor harus paham tentang tugas perkembangan siswa, sehingga konselor bisa memberikan bantuan yang tepat. Siswa sekolah menengah atas merupakan individu yang sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat. Melihat pergaulan para siswa yang kurang sehat serta kurangnya pembinaan moral terutama pembinaan emosi di setiap sekolah untuk membentuk sikap dan perilaku positif. Oleh karena itu, dibutuhkan pendidikan yang mampu membina siswa untuk dapat mengelola emosinya dengan baik, dengan memahami tugas perkembangan mereka yang menjadi titik acuan atau dasar dalam membuat layanan di sekolah. Fungsi konseling diantaranya adalah pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar memiliki pehaman terhadap dirinya dan lingkungannya (Fenti Hikmawati, 2010: 16). Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi diri secara optimal, mengenali diri (peran sebagai makhluk), dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif. Dalam artian konselor juga harus memiliki pemahaman yang baik tentang siswanya, mengenai tugas perkembangan siswa tersebut, sehingga layanan yang program bimbingan konseling di sekolah bisa tepat guna. Fenomena yang terjadi di SMAN X Pekanbaru (Observasi, 20 Maret 2012), terdapatnya video porno dan adegan porno siswa di sekolah tersebut, ini
8
menunjukkan bahwa siswa butuh diberikan layanan informasi dan orientasi terhadap biologis siswa, dan ini juga menunjukkan bahwa konselor harus paham dalam memberikan layanan yang tepat sesuai kebutuhan siswa, sehingga kasuskasus seperti ini marak terjadi. Padahal pendidikan merupakan suatu kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengembangkan perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Melalui sekolah, siswa belajar tentang berbagai pengetahuan yang ada di dunia. Di setiap sekolah sebagian besar terlalu mengedepankan prestasi belajar sehingga yang menjadi patokan utama yaitu perkembangan intelektual tanpa memperhatikan perkembangan emosional para siswanya, sehingga tidak jarang para siswa yang mengalami stres ketika akan menghadapi ujian, dan mengabaikan tugas perkembangan siswa itu sendiri, dan ini merupakan titik lemah dari pemahaman konselor sekolah itu sendiri akan kebutuhan siswanya berkenaan dengan tugas perkembangan yang menjadi landasan dalam pembuatan layanan, sehingga layanan itu berdaya guna. Hal inilah yang membuat peneliti perlu untuk membuat penelitian dengan judul Pemahaman Konselor Sekolah Tentang Tugas Perkembangan Siswa dan Layanan Yang Diberikan, Suatu Studi Di Sekolah Menengah Atas Negeri Kota Pekanbaru.
9
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian ini, antara lain: 1
Perlunya kepahaman konselor sekolah tentang tugas-tugas perkembangannya siswa
2
Perlunya ketepatan dalam memberikan layanan yang dilakukan konselor sekolah, sehingga pelayanan berdayaguna untuk siswa
3
Perlunya layanan yang diberikan kepada siswa yang berlandaskan tugas perkembangan siswa
4
Masih ada persepsi siswa yang negatif terhadap konselor sekolah, sehingga siswa enggan menjumpai konselor sekolah
5
Perlunya
konselor
sekolah
memberikan
informasi
tentang
tugas
perkembangannya dengan baik sehingga siswa berkembang dengan arah yang positif
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan uraian pada identifikasi masalah di atas mengingat banyaknya variabel yang berkaitan dengan pemahaman konselor sekolah tentang tugas perkembangan siswa, penelitian ini dibatasi hanya dalam konteks pemahaman tugas perkembangan: 1
Masih
perlunya
perkembangan siswa
konselor
sekolah
memahami
tentang
tugas-tugas
10
2
Perlunya layanan yang diberikan kepada siswa yang berlandaskan tugas perkembangan
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1.
Bagaimana pemahaman konselor sekolah tentang tugas-tugas perkembangan siswa SMAN Kota Pekanbaru?
2.
Bagaimana layanan yang diberikan oleh konselor berlandaskan tugas perkembangan siswa SMAN Kota Pekanbaru?
E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini untuk menjelaskan: 1. Pemahaman konselor sekolah tentang tugas perkembangan siswa SMAN Kota Pekanbaru. 2. Layanan bimbingan dan konseling yang berlandaskan tugas perkembangan siswa SMAN Kota Pekanbaru.
F. Manfaat Penelitian Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian yang telah diuraikan, maka hasil penelitian ini diharapkan: 1. Manfaat teoritis: a. Sebagai sumbangan pemikiran dalam khazanah intelektual bagi psikologi perkembangan mengenai pemahaman konselor sekolah tentang tugas
11
perkembangan siswa dan layanan yang diberikan terhadap siswa Sekolah Menengah Atas. b. Sebagai sumbangan pemikiran dalam khazanah intelektual bagi psikologi pendidikan mengenai pemahaman konselor sekolah tentang tugas perkembangan siswa dan layanan yang diberikan terhadap siswa Sekolah Menengah Atas. 2. Manfaat praktis a. Personalia sekolah, sebagai bahan masukan dalam memberdayakan konselor sekolah
terhadap perannya dalam memberikan pelayanan
konseling pada siswa. b. Konselor sekolah, sebagai bahan masukan bagi konselor sekolah mengenai pentingnya meningkatkan pemahaman terhadap
tugas perkembangan
siswa. c. Musyawarah
Guru
Bimbingan
dan
Konseling
(MGBK),
dalam
penyusunan program pelayanan konseling di sekolah memperhatikan pokok utama, yakni kebutuhan pemenuhan tugas perkembangan siswa. d. Hasil temuan penelitian ini selanjutnya dapat menjadi dasar untuk penelitian lanjutan berkenaan dengan pemahaman konselor sekolah tentang tugas perkembangan siswa dan layanan yang diberikan terhadap siswa Sekolah Menengah Atas.
12
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Tugas-Tugas Perkembangan Siswa Menurut Ridwan (2008: 134) bahwa, harapan sosial untuk setiap tahap perkembangan, tugas-tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa ke arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi, kalau gagal minimbulkan rasa tidak bahagia atau penyimpangan prilaku dan menimbulkan
kesulitan
bagi
siswa
dalam
memenuhi
tugas-tugas
perkembangan berikutnya. Tugas perkembangan menghendaki pemenuhannya secara tepat waktu. Lebih maju atau tertundanya pemenuhan tugas perkembangan membawa dampak tertentu pada perkembangan selanjutnya, baik akibat langsung maupun akibat jangka panjang. Pemenuhan tersebut tentu saja dilakukan di lingkungan remaja sendiri, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Dalam masa remaja, ada tiga tujuan yang sangat berguna untuk tugas perkembangan siswa, diantaranya: 1. Sebagai petunjuk bagi yang bersangkutan untuk mengetahui apa yang di harapkan masyarakat bagi mereka.
12
13
2. Berguna untuk memotivasi kepada setiap siswa untuk melaksanakan apa yang diharapkan dari mereka oleh kelompok sosial seusia mereka. 3. Memberitahu mereka apa yang akan mereka hadapi dan tindakan apa yang diharapkan dari mereka jika sampai pada tingkat perkembangan berikutnya. Oleh karena itu konselor mutlak harus memahami tugas perkembangan siswa dalam menghadapi menyalurkan siswa ke arah yang benar sesuai dengan tugas perkembangannya. Lebih lanjut World health organization (dalam Sarlito, 2008:9) menjelaskan bahwa remaja adalah suatu masa ketika individu berkembang dari saat pertamakali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual, individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa, terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi menjadi relatif mandiri, dan berusia dari 14-20 tahun. Dalam hal ini setiap peralihan itu ada yang dipenuhi oleh siswa yakni tugas perkembangannya, artinya para remaja membutuhkan sesuatu pelayanan, baik yang di usahakan sendiri maupun atas bantuan pihak-pihak lain, untuk memenuhi tugas-tugas tersebut sehingga dapat memasuki tahap perkembangan selanjutnya dengan baik. Di sekolah, pemenuhan kebutuhan siswa dengan bimbingan dan konseling. Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja yang disertai oleh berkembangnya kapasitas intelektual, stres, dan harapan-harapan baru yang
14
dialami remaja membuat mereka mudah mengalami gangguan baik berupa gangguan pikiran, perasaan maupun gangguan perilaku. Stres, kesedihan, kecemasan, kesepian, keraguan pada diri remaja membuat mereka mengambil resiko dengan melakukan kenakalan (Zulkifli L, 2005: 65). Uraian di atas memberikan gambaran betapa majemuknya masalah yang
dialami
remaja
masa
kini.
Tekanan-tekanan
sebagai
akibat
perkembangan fisiologis pada masa remaja, ditambah dengan tekanan akibat perubahan kondisi sosial budaya serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat seringkali mengakibatkan timbulnya masalahmasalah psikologis berupa gangguan penyesuaian diri atau ganguan perilaku. SMA (Sekolah Menengah Atas) adalah salah satu tingkat pendidikan, yang merupakan lanjutan dari SMP (Sekolah Menengah Pertama) dengan usia 15 sampai 18 tahun yang merupakan masa remaja tengah. Maka masa SMA merupakan masa remaja tengah. Masa remaja tengah menurut Ingersol, ditandai oleh munculnya kemampuan berpikir yang baru. Intelektualitas remaja berkembang secara pesat. Meskipun mereka masih memainkan peranperan sebagai remaja tengah, akan tetapi mereka sudah mengontrol tingkah laku mereka, dan berprilaku berdasar pada nilai-nilai keyakinan diri sendiri dibandingkan pada norma sosial atau tekanan kelompok.
Pada masa SMA,
energi diarahkan untuk mempersiapkan diri memainkan peran dewasa dan membuat keputusan-keputusan awal berdasarkan karir yang ingin dicapai. Meskipun ada tingkah laku yang menyimpang yang muncul, tetapi mereka mulai memiliki orientasi mengenai apa yang benar dan apa yang tepat.
15
Sedangkan Mubin dan Ani Cahyadi (2006: 2) menjelaskan, bahwa perkembangan adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri manusia secara terus menerus kearah yang lebih maju yang nampak lebih banyak bersifat kualitatif, karena ia berkenaan dengan aspek kejiwaan. Perkembangan pada remaja merupakan, proses untuk mencapai berbagai aspek, sampai tercapainya tingkat kedewasaan. Proses ini adalah sebuah proses yang memperlihatkan hubungan erat antara perkembangan aspek fisik dengan psikis pada remaja. a. Perkembangan Fisik Remaja Menurut Zulkifli L (2005: 68) masa remaja diawali dengan masa pubertas, yaitu masa terjadinya perubahan-perubahan fisik (meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh dan proporsi tubuh) dan fungsi fisiologis (kematangan organ-organ seksual). Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas ini merupakan peristiwa yang paling penting, berlangsung cepat, drastis, tidak beraturan dan terjadi pada sisbutir reproduksi. Hormon-hormon mulai diproduksi dan mempengaruhi organ reproduksi untuk memulai siklus reproduksi serta mempengaruhi terjadinya perubahan tubuh. Perubahan tubuh ini disertai dengan perkembangan bertahap dari karakteristik seksual primer dan karakteristik seksual sekunder. Karakteristik
seksual
primer
mencakup
perkembangan
organ-organ
reproduksi, sedangkan karakteristik seksual sekunder mencakup perubahan dalam bentuk tubuh sesuai dengan jenis kelamin misalnya, pada remaja putri ditandai dengan menarche (menstruasi pertama), tumbuhnya rambut-rambut
16
pubis, pembesaran buah dada, pinggul, sedangkan pada remaja putra mengalami pollutio (mimpi basah pertama), pembesaran suara, tumbuh rambut-rambut pubis, tumbuh rambut pada bagian tertentu seperti di dada, di kaki, kumis dan sebagainya. b. Perkembangan Psikis Remaja Ketika memasuki masa pubertas, setiap anak telah mempunyai sistem kepribadian yang merupakan pembentukan dari perkembangan selama ini. Di luar sistem kepribadian anak seperti perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi, pengaruh media massa, keluarga, sekolah, teman sebaya, budaya, agama, nilai dan norma masyarakat tidak dapat diabaikan dalam proses pembentukan kepribadian tersebut. Pada masa remaja, seringkali berbagai faktor penunjang ini dapat saling mendukung dan dapat saling berbenturan nilai. Menurut Robert Y. Havighurt (dalam Panut Panuju & Ida Umami, 1999: 23) menjelaskan adapun tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut: 1. Mencapai hubungan yang baru dan lebih masak dengan teman sebaya baik sesama jenis maupun lawan jenis 2. Mencapai peran sosial maskulin dan feminin 3. Menerima keadaan fisik dan dapat mempergunakannya secara efektif 4. Mencapai kemandirian secara emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya 5. Mencapai kepastian untuk mandiri secara ekonomi
17
6. Memilih pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja 7. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan dan kehidupan keluarga 8. Mengembangkan kemampuan dan konsep-konsep intelektual untuk tercapainya kompetensi sebagai warga negara 9. Menginginkan dan mencapai perilaku yang dapat dipertanggung jawabkan secara sosial 10. Memperoleh rangkaian sistem nilai dan etika sebagai pedoman perilaku Untuk itulah konselor perlu memahami tugas-tugas perkembangan siswa yang menjadi sasaran dalam memberikan layanan, haruslah sesuai dengan tugas perkembang mereka sebagai remaja akhir menuju dewasa awal yang akan menghadapi masa yang lebih sulit dari pada masa remaja. Konselor sekolah harusnya memahami tugas perkembangan siswa yang berdasarkan indikator: 1. Mencapai kematangan dan pengembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 2. Mencapai kematangan dalam hubungan antar teman sebaya, baik pria maupun wanita, serta kematangan dalam peranannya sebagai pria ataupun wanita 3. Mencapai kematangan emosional 4. Mencapai Kematangan pertumbuhan jasmaniah yang sehat 5. Mencapai kematangan dalam pilihan karier yang akan dikembangkan lebih lanjut
18
6. Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri, baik secara emosional, intelektual, maupun ekonomi. 7. Mencapai kematangan gambaran dan sikap kehidupan berkeluarga 8. Mengembangkan komunikasi sosial dan intelektual 9. Mencapai kematangan dalam sistem etika dan nilai-nilai bagi pedoman hidup sebagai individu, anggota keluarga, masyarakat, dan bangsa serta warga negara. Adapun tugas-tugas perkembangan yang harus di penuhi oleh siswa SMA menurut Depdiknas 2003 (dalam Winkel:709), adalah sebagai berikut: 1. Mencapai Kematangan dan Pengembangan Diri Sebagai Remaja yang Beriman dan Bertaqwa Terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Menurut Zulkifli L (2005:74) hal-hal religius sudah mulai diajarkan sejak kecil di lingkungan rumahtangga. Tanpa banyak mengalami kesulitan anak-anak menerima saja karena cara berpikirnya masih sederhana, tetapi pada masa remaja tentang kepercayaan kepada ketuhanan perlu diterangkan karena siswa pada masa itu masuk pada proses berpikir kritis. Pada masa ini remaja merasa ada dogma-dogma yang dianggapnya
mengurangi
kebebasan
dalam
hal
ini
tergantung
pengalaman remaja terhadap pengalaman religius yang dialami, mereka yang merasa dikabulkan apa yang diinginkan akan cenderung tetap memegang kepercayaan dengan baik tapi bagi mereka yang merasa dikecewakan dari pengalaman religius tersebut cenderung ingin melepaskan dari pandangan agama pada masa kecilnya, seperti Tuhan
19
maha pengasih, namun siswa terus mendapat cobaan ini mengakibatkan mereka menjadi berpaling dari ajaran agama dan mengabaikan sifat ketaqwaan kepada Tuhan sehingga di wujudkan dengan prilaku tidak menjalankan peribadatan sehari-hari yang menjadi tugasnya sebagai mahluk ciptaan Tuhan. Jika hal ini dibiarkan terus bukan tidak mungkin ketika masuk masa dewasa akan menjadi anti agama, dalam hal ini perlu lah kiranya konselor sekolah memahami ini agar layanan yang diberikan bisa mengarahkan siswa pada pemahaman yang tepat, Panut panju & Ida Umami(`1999:30) mengungkapkan, yang penting dilakukan konselor sekolah ialah penanaman nilai-nilai moral dan agama serta nilai-nilai sosial akhlak kepada siswa. 2. Mencapai Kematangan Dalam Hubungan Antar Teman Sebaya, Baik Pria Maupun Wanita, Serta Kematangan Dalam Peranannya Sebagai Pria Ataupun Wanita Dalam Hurlock (1980: 213) mengemukakan bahwa, pada masa remaja mereka lebih banyak berada di luar rumah bersama teman-teman sebaya sebagai kelompok, maka dapatlah dimengerti bahwa pengaruh teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar pengaruhnya dibanding keluarga, misal, bila anggota kelompok mencoba minum alkohol, merokok, obat-obat terlarang maka remaja cenderung mengikutinya tanpa pedulikan perasaan orang lain dan akibat yang akan ditimbulkannya.
20
Sedangkan Kurt Lewin (dalam .b, 2009:210) mengatakan prilaku kelompok tidak bisa dipisahkan dari perilaku individu-individu anggotanya, perasaan kebersamaan yang mempengaruhi individu dalam bertingkah laku. Sejalan dengan pendapat di atas Harrocks dan Benimoff (dalam Hurlock, 1980: 214) menjelaskan pengaruh kelompok sebaya pada masa remaja sebagai berikut: Kelompok sebaya merupakan dunia nyata kawula muda, yang menyiapkan panggung di mana ia dapat menguji diri sendiri dan orang lain. Di dalam kelompok sebaya ia merumuskan untuk memperbaiki konsep dirinya, disini lah ia dinilai oleh orang lain yang sejajar dengan dirinya dan yang tidak dapat memaksakan sanksi-sanksi dunia dewasa yang justru ingin dihindari. Kelompok sebaya memberikan sebuah dunia tempat kawula muda dapat melakukan sosialisasi dalam suasana di mana nilai-nilai yang berlaku bukan nilai-nilai yang ditetapkan oleh orang dewasa melainkan oleh teman-teman seusianya. Jadi, di dalam masyarakat sebaya inilah remaja memperoleh dukungan untuk memperjuangkan emansipasinya dan disitu pula lah ia dapat menemukan dunia memungkinkannya bertindak sebagai pemimpin apabila ia mampu melakukannya. Kecuali itu, kelompok sebaya merupakan hiburan utama bagi anak-anak belasan tahun. Berdasarkan alasan tersebut keterlibatan kepentingan vital masa remaja bagi remaja bahwa kelompok sebaya terdiri dari anggota-anggota tertentu dari teman-
21
temannya yang dapat menerimanya dan yang kepadanya ia sendiri bergantung. Konselor sekolah hendaknya bisa memahami akan kepentingan ini sehingga bisa mengarahkan mereka dalam pertemanan bukan memilih dengan mendiskriminasi yang lain, sehingga jika tidak dicegah timbul geng yang merupakan perwujudan diri remaja dalam menentang sesuatu yang dianggapnya mengekang selama ini. Dengan demikian konselor sekolah mengarahkan siswa memahami etika pergaulan yang sesuai dengan tuntutan masyarakat, berkaitan dengan tingkah laku siswa dalam kelompoknya, seperti yang di ungkapkan Mortimer J. Adler (dalam B. Renita Mulyaningtyas & Yusup Purnomo Hadiyanto, 2007:51) bahwa siswa harus diarahkan pada etika pergaulan yang meliput, kebenaran, kebaikan, keindahan, kebebasan, persamaan, keadilan, sehingga siswa memiliki pergaulan yang sehat dalam kesehariannya. 3. Mencapai Kematangan Emosional Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai masa priode “badai dan tekanan”, sesuatu masa di mana ketegangan emosional meninggi sebagai akibat perubahan fisik dan kelenjar. Pola emosi remaja dipengaruhi pada rangsangan yang didapat oleh remaja itu sendiri,
misalnya perlakuan sebagai anak kecil atau
perasaan tidak adil membuat mereka marah dibanding dengan yang lain.
22
Anak laki-laki dan perempuan dikatakan sudah mencapai kematangan emosi apabila pada akhir masa remaja tidak “meledak” emosinya dihadapan orang lain melainkan menunggu saat dan tempat yang lebih tepat, untuk mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang lebih dapat diterima. Petunjuk kematangan emosi yang lain, ialah bahwa indivdu menilai situasi secara kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi secara emosional, untuk mencapai kematangan emosi remaja harus belajar memperoleh gambaran tentang situasi yang dapat menimbulkan reaksi emosional, adapun caranya adalah dengan membicarakan belbagai masalah pribadinya dengan orang lain dalam artikata keterbukaan (Hurlock, 1980:212). Oleh karena itu konselor sekolah harus bisa memahami tugas perkembangan ini sehingga layanan yang diberikan bisa mempersiapkan diri mereka, untuk masuk dalam kondisi baru yang selalu ada dalam tekanan sosial, yang cenderung emosional jika tidak disalurkan dengan tepat. Senada dengan ini Pittman, Van Overwalle (dalam Robert. Baron donn Byrne, 2004: 49) mengungkapkan, pemahaman yang tepat tentang kondisi emosional atau mood seseorang, dapat bermanfaat untuk memahami sifat-sifat individu yang lebih menetap dalam perilaku mereka, dalam artian bahwa dengan memahami ini maka konselor bisa mengetahui penyebab prilaku siswa itu terjadi, dengan demikian konselor sekolah bisa memberikan layanan yang tepat kepada siswa.
23
4. Mencapai Kematangan Pertumbuhan Jasmaniah yang Sehat Masalah jasmani merupakan hal yang pokok bagi para remaja ini terbukti banyaknya percobaan bunuh diri yang terjadi karena ketidak puasan terhadap bentuk fisik misalnya, bentuk tubuh yang tidak sesuai dengan seksnya jauh lebih mengganggu, seperti untuk anak perempuan terlalu tinggi, anak laki-laki yang terlalu kurus atau gemuk hal ini menimbulkan penilaian sosial yang memberi pengaruh buruk bagi mereka (Hurlock, 1980:236).. Situasi-situasi yang kurang menyenangkan, minder sering dijadikan alasan siswa untuk bolos sekolah hanya dikarenakan malu terhadap penampilan fisik yang akan dicemooh oleh rekan-rekan sebayanya, hal ini tekanan yang sangat berat bagi remaja, yang tak jarang melakukan berbagai cara untuk dapat bentuk diri yang ideal sehingga berdampak buruk bagi kesehatan. Siswa akan mencapai kematangan pertumbuhan jasmani apabila, ia menerima kondisi fisik apa adanya dan menyesuaikan asupan makanan yang cukup untuk perkembangannya. Oleh karena itu konselor sekolah harus peka dalam hal ini yaitu konselor mendorong siswa menerima kondisi apa adanya dan yang terpenting menjaga kesehatan jasmani guna pertumbuhan mereka.
24
5. Mencapai Kematangan Dalam Dikembangkan Lebih Lanjut Menurut
Hurlock
(1980:221)
Pilihan
Karier
mengungkapkan
menengah atas mulai memikirkan masa
yang
anak
Akan
sekolah
depan mereka secara
bersungguh-sungguh. Anak laki-laki biasanya lebih bersungguh-sungguh dalam hal pekerjaan dibanding dengan anak perempuan yang kebanyakan memandang pekerjaan sebagai pengisi waktu sebelum menikah. Anak laki-laki menginginkan pekerjaan yang menarik dan menggairahkan tanpa memperhatikan kemampuan yang dituntut oleh pekerjaan. Mereka juga menginginkan pekerjaan yang bermartabat tinggi. Pada akhir masa remaja, minat pada karier seringkali menjadi sumber pemikiran sehingga di terangkan oleh Thomas (dalam Hurlock, 1980: 221) bahwa pada saat tersebut remaja belajar membedakan antara pekerjaan yang disukai dan pekerjaan yang dicita-citakan. Oleh karena itu konselor harus memahami hal tersebut guna mempersiapkan siswa, memasuki dunia kerja dan menyesuaikan antara kemampuan dimiliki dengan perminataan pasarkerja dan memberikan pandangan realistis kepada siswa terhadap kondisi mereka. 6. Mencapai Kematangan Gambaran dan Sikap Tentang Kehidupan Mandiri, Baik Secara Emosional, Intelektual, Maupun Ekonomi.
Keinginan kuat untuk mandiri berkembang pada awal masa remaja dan mencapai puncaknya menjelang priode ini berakhir. Ini menimbulkan banyak perselisihan dengan orang tua dan orang-orang
25
dewasa lainya. Konflik ini akan mempengaruhi remaja dalam usaha mandiri, sehingga sering menimbulkan hambatan dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitar, bahkan bisa jadi frustrasi dan memendam amarah yang mendalam kepada orang tua atau orang lain disekitarnya. Frustrasi dan kemarahan tersebut seringkali diungkapkan dengan perilaku yang tidak simpati terhadap orang tua ataupun orang lain dan dapat membahayakan siswa dan orang lain di sekitarnya, dan ini tentu saja merugikan siswa karena akan menghambat tercapainya kedewasaan dan kematangan kehidupan psikologisnya (B. Renita Mulyaningtyas & Yusup Purnomo Hadiyanto, 2007:161). Minat prestasi yang baik dapat memberikan kepuasan kepada siswa, secara pribadi dan ketenaran. Inilah kenapa intelektual menjadi minat yang kuat sepanjang masa. Para remaja cenderung bercita-cita tinggi yang tidak realistis. Oleh karena itu mereka seringkali tidak memperoleh kepuasan prestasi, dalam arti kata jika mereka gagal dapat apa yang mereka inginkan maka apa yang telah mereka capai sekarang tidak menjadi kepuasan. Minat terhadap ekonomi dalam hal ini uang semua remaja lambat atau cepat akan menemukan bahwa uang adalah kunci kebebasan. Sepanjang orang tua melayani kebutuhan keuangan mereka maka mereka dapat dikendalikan, namun jika mereka memperoleh keuangan sendiri mereka akan menemukan kebebasan dan kemandirian, dan timbullah
26
keinginan bagaimana mendapatkan uang sebanyak mungkin tanpa memikirkan apa pekerjaannya. Oleh karena itu konselor sekolah harus menjadikan hal ini perhatian serius sebagai langkah untuk menjadikan siswa yang mandiri dan tangguh serta bertanggung jawab terhadap diri sendiri dengan mempertimbangkan yang realistis agar nantinya remaja berlatih dalam membuat rencana, membuat alternatif, membuat keputusan dalam hidupnya. 7. Mencapai
Kematangan
Gambaran
dan
Sikap
Kehidupan
Berkeluarga Menurut Hurlock (1980: 231) mengemukakan, perkembangan minat terhadap lawan jenis mengikuti pola tertentu namun terdapat perbedaan usia dalam mencapai berbagai tahap dalam perkembangannya, sebagai karena adanya perbedaan dalam usia pematangan seksual dan sebagian lagi karena adanya perbedaan dalam kesempatan untuk mengembangkan minat. Minat ini juga sangat dipengaruhi pola minat di antara teman remaja kalau mereka melibatkan dalam kegiatan kedua seks dalam kelompok sebaya. Bila remaja lebih senang mengganti gaya hidup terutama dalam tahap akhir perilaku berhubungan dengan lawan jenis, seringkali ia akan bersikap negatif terhadaap perkawinan. Oleh karena itu konselor sekolah harus bisa memahami ini dan memberikan informasi tentang perkawinan dan apa-apa saja yang harus di persiapkan untuk menghadapi itu.
27
8. Mengembangkan Komunikasi Sosial dan Intelektual Menurut Zulkifli L (2005: 66) mengemukakan, bahwa pada masa ini remaja mulai mencari perhatian dari lingkungannya, berusaha mendapatkan status dan peranan seperti kegiatan remaja di kampungkampung yang diperankan. Misalnya, mengumpulkan dana atau sumbangan kampung, pasti ia akan melaksanakannya dengan baik. Bila tidak diberi peranan, ia akan melakukan perkelahian atau kenakalan lainnya. Remaja akan berusaha mencari peranan di luar rumah bila orang tua tidak memberi peranan kepadanya karena menganggapnya sebagai anak kecil. Dalam artian bahwa remaja membutuhkan rasa diterima oleh orang-orang dalam lingkungannya, ataupun di rumah, di sekolah maupun di lingkungan dia hidup. Sedangkan Zakiah (dalam Panut panuju & Ida Umami, 1999:40) mengungkapkan bahwa Kebutuhan sosial atau komunikasi sosial, penerimaan sosial ini dapat membantu remaja untuk mencapai kematangan dan kemandirian emosi dari orang tua dan keluarganya sekaligus masyarakat yang ada di sekelilingnya. Kebutuhan akan hal yang diatas merupakan hal yang vital bagi remaja, dengan begitu mereka merasa diakui keberadaannya, pada umumnya para remaja terpengaruh oleh pujian sebagai pengakuan atas keintelektualannya, atau celaan yang mereka terima yang boleh jadi yang menyebabkan kegagalan siswa dalam pelajaran yang disebabkan
28
goncangan perasaan atau tidak terpenuhinya kebutuhan akan penerimaan sosial. Oleh karena itu konselor sekolah harus mampu memahami ini agar bisa mengarahkan siswa kepada peran yang tepat untuk pribadinya dan bisa membuat siswa merasa di terima oleh lingkungan hidupnya sehingga terciptalah siswa yang memiliki motivasi sukses dalam belajar dan dalam kehidupannya. 9. Mencapai Kematangan Dalam Sistem Etika dan Nilai-Nilai Bagi Pedoman Hidup Sebagai Individu, Anggota Keluarga, Masyarakat, dan Bangsa Serta Warga Negara. Menurut Zulkifli L (2005, 75) dalam filsafat etika mengajarkan tentang apa yang baik dan buruk. Ukuran bagi sesuatu yang baik dan yang buruk adalah kata hati. Kata hati itu dipengaruhi faktor-faktor bawaan, lingkungan, agama, dan usia. Pada anak yang mendalami dan taat ajaran agamanya, kata hati akan lebih berfungsi dari pada kata hati anak-anak lain. Lebih dari itu remaja memiliki kematangan dalam hidup sebagai warga negara yang baik dengan memahami norma-norma yang berlaku, misal dilarang berbohong dan menganjurkan jujur dalam berkata ini merupakan perwujudan kematangan nilai etika remaja yang terpenuhi tugas perkembangannya. Oleh karena itu, konselor sekolah harus peka dan memahami pentingnya pembentukan ini sejak sedini mungkin, sehingga siswa memiliki moral yang baik dan diterima lingkungan hidupnya, sebagai
29
warga negara yang baik paling tidak disekolah siswa biasa menjaga prilaku. 2. Konselor Sekolah Konselor sekolah adalah penyelenggara kegiatan BK di sekolah Istilah konselor secara resmi digunakan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 dengan menyatakan “konselor adalah pendidik” dan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2005 menyatakan “konselor adalah pelaksana pelayanan konseling di sekolah” yang sebelumnya menggunakan istilah petugas BP, guru BP/BK dan guru pembimbing. Kemudian, dalam Pasal 39 Ayat 2 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan: Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Semua pendidik, termasuk di dalamnya konselor melakukan kegiatan pembelajaran, penilaian, pembimbingan dan pelatihan dengan berbagai muatan dalam ranah belajar kognitif, afektif, psikomotor serta keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sebagaimana telah diutarakan di atas, sebagai seorang pendidik konselor adalah tenaga profesional yang berkemampuan dalam: 1) merencanakan dan menyelenggarakan proses pembelajaran, 2) menilai hasil pembelajaraan,
3)
melakukan
pembimbingan
dan
pelatihan.
Arah
30
pelaksanaan pembelajaran yang dimaksud adalah melaksanakan pelayanan BK berupa berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung serta berbagai keterkaitannya. Dalam Winkel (2005: 187) Konselor sekolah, yaitu tenaga profesional yang mencurahkan seluruh waktunya pada pelayanan bimbingan (Full-time guidance counselor), yang mempunyai kemampuan, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam kegiatan BK terhadap sejumlah siswa. Pelayanan BK di sekolah merupakan kegiatan untuk membantu siswa dalam upaya menemukan dirinya, penyesuaian terhadap lingkungan serta dapat merencanakan masa depannya, dengan begitu konselor mutlak harus memahami tugas perkembangan siswa. Prayitno (2004: 3) menyebutkan, bahwa pada hakikatnya pelaksanaan BK di sekolah untuk mencapai tri sukses, yaitu sukses bidang akademik, sukses dalam persiapan karir dan sukses dalam hubungan kemasyarakatan. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan “konselor adalah pendidik” dan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2005 mengemukakan “konselor adalah pelaksana pelayanan konseling di sekolah”. Dalam Pasal 39 Ayat 2 Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan: Pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
31
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa seorang konselor juga merupakan pendidik, yaitu tenaga profesional yang bertugas: (1) merencanakan dan menyelenggarakan proses pembelajaran, (2) menilai hasil pembelajaraan
(3)
melakukan
pembimbingan
dan
pelatihan.
Arah
pelaksanaan pembelajaran dan penilaian hasil pembelajaran yang dimaksud adalah melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling yaitu berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung konseling dan berbagai keterkaitannya serta penilaianya. Semua pendidik, termasuk di dalamnya konselor, melakukan kegiatan pembelajaran, penilaian, pembimbingan dan pelatihan dengan berbagai muatan dalam ranah belajar kognitif, afektif, psikomotor, serta keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tugas konselor sekolah adalah mengenal siswa dengan berbagai karakteristiknya, melaksanakan konseling perorangan, bimbingan dan konseling kelompok, melaksanakan bimbingan karir termasuk informasi pendidikan dan karir, penempatan, tindak lanjut dan penilaian, konsultasi dengan konselor, semua personil sekolah, orang tua, siswa, kelompok dan masyarakat. Masalah belum mengertinya secara baik konselor di sekolah berkaitan dengan belum terwujudnya tugas perkembangan siswa disebabkan aspek-aspek pengetahuan, kepribadian, pengalaman, keahlian dan kemauan konselor merupakan aspek-aspek yang bersifat internal yang harus ada pada diri konselor itu sendiri. Menurut Prayitno, dkk (1997:117-140) mengemukakan bahwa tugas konselor sekolah, adalah sebagai berikut, (1) memasyarakatkan pelayanan
32
bimbingan dan
konseling, (2) merencanakan program bimbingan dan
konseling terutama program-program satuan layanan dan satuan kegiatan pendukung untuk satuan-satuan waktu tertentu, program-program tesebut dikemas dalam program harian, mingguan, bulanan, semesteran dan tahunan, (3) melaksanakan segenap satuan layanan bimbingan dan konseling, (4) melaksanakan segenap program satuan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, (5) menilai proses dan hasil pelaksanaan satuan layanan dan kegiatan pendukung, (6) menganalisis hasil penilaian layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan
konseling, (7) melaksanakan tindak lanjut
berdasarkan hasil penilaian layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, (8) mengadministrasikan kegiatan satuan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan yang dilaksanakan, (9) mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatannya dalam pelayanan bimbingan dan konseling secara menyeluruh kepada koordinator bimbingan dan
konseling
dan kepala
sekolah. Secara umum tugas konselor sekolah adalah bertanggung jawab untuk membimbing siswa secara individual sehingga memiliki kepribadian yang matang dan mengenal potensi dirinya secara menyeluruh. Dalam penelitian ini penggunaan istilah konselor sekolah ialah yang telah menyelesaikan satrata satu bimbingan konseling.
33
3. Bimbingan dan Konseling a. Pengertian Bimbingan dan Konseling Menurut Prayitno dan Erman Amti (2004: 99) mengemukakan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan normanorma yang berlaku. Sementara Winkel (2005:27) mendefenisikan, bimbingan adalah (1) suatu usaha untuk melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman dan informasi tentang dirinya sendiri, (2) suatu cara untuk memberikan bantuan kepada individu untuk memahami dan mempergunakan secara efisien dan efektif segala kesempatan yang dimiliki untuk perkembangan pribadinya, (3) sejenis pelayanan kepada individu-individu agar mereka dapat menentukan pilihan, menetapkan tujuan dengan tepat dan menyusun rencana yang realistis, sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan memuaskan diri dalam lingkungan dimana mereka hidup, (4) suatu proses pemberian bantuan atau pertolongan kepada individu dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan lingkungan.
34
Sedangkan Burks dan Steffre mendefenisikan Konseling (dalam John Mcleod, 2003:5) merupakan hubungan profesional antara konselor dengan klien, hubungan ini biasanya bersifat individu, walaupun terkadang melibatkan lebih dari satu yang di desain untuk menolong klien untuk memahami dan menjelaskan pandangan mereka terhadap kehidupan, dan untuk membantu mencapai tujuan penentuan diri mereka melalui pilihan yang telah diinformasikan dengan baik serta bermakna bagi mereka, dan melalui pemecahan masalah emosional atau karakter interpersonal. Sejalan dengan yang diatas Fenti Hikmawati (2010:1) bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk siswa secara perorangan maupun kelompok agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan belajar, dan perencanaan karier, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku. Lebih jelasnya Arthur mengemukakan pengertian bimbingan dan konseling (dalam Sofyan S. Willis, 2004:11) adalah suatu proses di mana terdapat dua orang yang terlibat yakni pembimbing dan yang dibimbing, dimana pembimbing membantu si terbimbing sehingga si terbimbing mampu membuat pilihan-pilihan, menyesuaikan diri, dan memecahkan masalahmasalah yang dihadapinya. Sedangkan Miftahuddin (2011:3) mengungkapkan, bimbingan dan konseling adalah suatu proses dimana konselor membantu konseli membuat
35
interprestasi-interprestasi tentang fakta-fakta yang berhubungan dengan pilihan, rencana, atau penyesuaian-penyesuaian yang perlu dibuat. Dengan demikian peneliti dapat mendefenisikan, bahwa bimbingan dan konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu untuk menyelesaikan dan memahami diri sendiri, yang menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan lingkungan berdasarkan normanorma yang berlaku. b. Tujuan BK Pelayanan BK di sekolah diarahkan pada ketercapaian tujuan pendidikan dan tujuan pelaksanaan konseling. Sebagai salah satu lembaga pendidikan, sekolah membutuhkan pelayanan BK dalam penyelenggaraan dan peningkatan kondisi kehidupan di sekolah demi tercapainya tujuan pendidikan yang berjalan seiring dengan visi profesi konseling yaitu: Terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan melalui tersedianya pelayanan bantuan dalam memberikan dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar individu berkembang secara optimal, mandiri dan bahagia. (Prayitno dan Erman Amti, 2004: 13) Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
36
Menurut Winkel (2005: 32) bahwa tujuan pelayanan BK yaitu supaya orang-perorangan atau kelompok orang yang dilayani menjadi mampu menghadapi tugas perkembangan hidupnya secara sadar dan bebas mewujudkan kesadaran dan kebebasan itu dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana serta mengambil beraneka tindakan penyesuaian diri secara memadai. Sedangkan Prayitno dan Erman Amti (2004:114) mengemukakan bahwa tujuan umum bimbingan dan konseling adalah untuk membantu individu mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan
tahap
perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya (seperti: kemampuan dasar dan bakat-bakatnya), berbagai latar belakang yang ada (seperti: latar belakang keluarga, pendidikan, status sosial ekonomi) serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya. Dalam kaitan ini bimbingan dan konseling membantu individu untuk menjadi insan yang berguna dalam hidupnya yang memiliki wawasan, pandangan, interpretasi, pilihan, penyesuaian dan keterampilan yang tepat berkenaan dengan diri sendiri dan lingkungannya. Pada intinya siswa diharapkan akan menjadi individu yang mandiri dengan ciri-ciri: (1) mengenal diri dan lingkungan secara tepat dan objektif, (2) menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis, (3) mampu mengambil keputusan secara tepat dan bijaksana, (4) mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang diambil dan (5) mampu mengaktualisasikan diri secara optimal.
37
4. Layanan dalam Bimbingan dan Konseling Menurut Ridwan (2008: 136) mengungkapkan, “Pengelolaan bimbingan dan konseling telah dibagi atas pemenuhan ke dalam bidangbidang bimbingan dan konseling yakni:
1. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu siswa dalam memahami, menilai bakat dan minat, 2. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu siswa dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial dan industrial yang harmonis, dinamis, berkeadilan dan bermartabat. 3. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu siswa mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan sekolah/madrasah dan belajar secara mandiri. 4. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu siswa dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.
a. Jenis Layanan Lebih lanjut Daniel J. Delaney (1972: 92) menjelaskan, “an infite variety of personality construct dimensions may be invoked in the assessment of clients, one inmportant construct is the dimension of openness vs closedness”.
38
Daniel J. Delaney menyaratkan seorang konselor itu harus paham dimensi-dimensi kliennya, hal ini berguna untuk menentukan pertolongan apa yang akan diberikan, serta menentukan apakah klien bersikap tertutup atau terbuka, dengan memahami ini maka konselor sekolah dapat menentukan layanan apa yang akan diberikan dan apakah layanan itu sesuai dengan tugas perkembangan siswa tersebut, sehingga menentukan pula sikap siswa ketika berhadapan dengan konselor. Sedangkan Prayitno (2004 b) menjelaskan bahwa layanan BK mencakup sembilan jenis layanan, yaitu: 1.
Layanan Orientasi Layanan orientasi yaitu layanan konseling yang memungkinkan klien
memahami
lingkungan
yang
baru
dimasukinya
untuk
mempermudah dan memperlancar berperannya klien dalam lingkungan baru tersebut. 2.
Layanan Informasi Layanan informasi yaitu layanan konseling yang memungkinkan klien menerima dan memahami berbagai informasi yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan klien.
3.
Layanan Penempatan dan Penyaluran Layanan penempatan dan penyaluran yaitu layanan konseling yang memungkinkan klien memperoleh penempatan dan penyaluran yang sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing.
39
4.
Layanan Penguasaan Konten Layanan penguasaan konten yakni layanan konseling yang memungkinkan klien mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi pelajaran yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.
5.
Layanan Konseling Individual Konseling individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara seorang konselor dan seorang konseli/klien. Konseli/klien mengalami kesukaran pribadi yang tidak dapat dipecahkan sendiri, kemudian ia meminta bantuan konselor sebagai petugas yang profesional dalam jabatannya dengan pengetahuan dan keterampilan psikologi. Konseling ditujukan pada individu yang normal, yang menghadapi kesukaran dalam mengalami masalah pendidikan, pekerjaan dan sosial dimana ia tidak dapat memilih dan memutuskan sendiri. Dapat disimpulkan bahwa konseling hanya ditujukan pada individu-individu yang sudah menyadari kehidupan pribadinya.
6.
Layanan Bimbingan Kelompok Bimbingan
kelompok
dimaksudkan
untuk
mencegah
berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri konseli/klien. Isi kegiatan bimbingan kelompok terdiri atas penyampaian informasi yang
40
berkenaan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan masalah sosial yang tidak disajikan dalam bentuk pelajaran. 7. Layanan Konseling Kelompok Strategi berikutnya dalam melaksanakan program BK adalah konseling kelompok. Konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada
siswa
dalam
rangka
memberikan
kemudahan
dalam
perkembangan dan pertumbuhannya. Selain bersifat pencegahan, konseling kelompok dapat pula bersifat penyembuhan. 8.
Layanan Mediasi Layanan mediasi yakni layanan konseling yang memungkinkan permasalahan atau perselisihan yang dialami klien dengan pihak lain dapat terentaskan dengan konselor sebagai mediator.
9.
Layanan Konsultasi Pengertian konsultasi dalam program BK adalah sebagai suatu proses
penyediaan
bantuan
teknis
untuk
konselor,
orang
tua,
administrator dan konselor lainnya dalam mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang membatasi efektivitas siswa atau sekolah. Konseling atau psikoterapi sebab konsultasi tidak merupakan layanan yang langsung ditujukan kepada klien, tetapi secara tidak langsung melayani klien melalui bantuan yang diberikan orang lain. b. Kegiatan Pendukung Menurut Prayitno dan Erman Amti (2004: 315) menyebutkan kegiatan pendukung yaitu:
41
1 Aplikasi instrumentasi konseling, kegiatan pendukung layanan konseling untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang klien, keterangan tentang lingkungan yang lebih luas, pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan berbagai instrumen baik dengan tes maupun non tes. Dikenal dengan istilah (P.1) 2 Penyelenggaraan himpunan data, kegiatan pendukung layanan konseling untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan klien. (P.2) 3 Konfrensi kasus, kegiatan pendukung layanan konseling untuk membahas permasalahan yang dialami klien dalam suatu forum pertemuan yang dihadiri oleh berbagai pihak yang dapat diharapkan memberikan bahan, keterangan, kemudahan, dan komitmen bagi terentaskannya masalah tersebut. (P.3) 4 Kunjungan rumah, kegiatan pendukung layanan konseling untuk memperoleh data, keterangan. Kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan klien melalui kunjungan rumah. (P.4) 5 Alih tangan kasus, kegiatan pendukung layanan konseling untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah yang dialami klien dengan memindahkan penanganan kasus dari satu pihak ke pihak lainnya. (P.6) Kelima Satkung tersebut disempurnakan menjadi enam Satkung yaitu dengan memuat unsur tampilan kepustakanan. 6 Tampilan Kepustakaan, yaitu kegiatan menyediakan berbagai bahan pustaka yang dapat digunakan siswa dalam pengembangan diri, kemampuan sosial, kegiatan belajar dan karir/jabatan. (P.5) Setelah penyempurnaan tersebut alih tangan kasus yang semulanya P.5 menjadi P.6 dan tampilan kepustakaan menjadi P.5. Melalui hal yang ada di atas maka di buatlah program pelayanan yang di jelaskan dalam Depdiknas (2006: 9) menyatakan bahwa perencanaan kegiatan konseling memenuhi ketentuan sebagai berikut, yaitu: a. Jenis Program 1
Program Tahunan, yaitu program pelayanan konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu tahun untuk masing-masing kelas di sekolah.
2
Program Semesteran, yaitu program pelayanan konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu semester yang merupakan jabaran program tahunan.
42
3
Program Bulanan, yaitu program pelayanan konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu bulan yang merupakan jabaran program semesteran.
4
Program Mingguan, yaitu program pelayanan konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu minggu yang merupakan jabaran program bulanan.
5
Program
Harian,
yaitu
program
pelayanan
konseling
yang
dilaksanakan pada hari-hari tertentu dalam satu minggu. Program harian merupakan jabaran dari program mingguan dalam bentuk satuan layanan (SATLAN) dan atau satuan kegiatan pendukung (SATKUNG) konseling. b. Penyusunan Program 1
Program pelayanan konseling disusun berdasarkan kebutuhan siswa (need assessment) yang diperoleh melalui aplikasi instrumentasi.
2
Substansi program pelayanan konseling meliputi keempat bidang, jenis layanan dan kegiatan pendukung, format kegiatan, sasaran pelayanan, dan volume/beban tugas konselor.
c. Perencanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling Dalam Depdiknas (2006: 9) menyatakan bahwa perencanaan kegiatan konseling memenuhi ketentuan sebagai berikut, yaitu: a) Perencanaan kegiatan pelayanan konseling mengacu pada program tahunan yang telah dijabarkan ke dalam program semesteran, bulanan serta mingguan. b) Perencanaan kegiatan pelayanan konseling harian yang merupakan jabaran dari program mingguan disusun dalam bentuk SATLAN dan SATKUNG yang masing-masing memuat:
43
(1) Sasaran layanan/ kegiatan pendukung (2) Substansi layanan/ kegiatan pendukung (3) Jenis layanan/ kegiatan pendukung, serta alat bantu yang digunakan (4) Pelaksana layanan/ kegiatan pendukung dan pihak-pihak yang terlibat (5) Waktu dan tempat c) Rencana kegiatan pelayanan konseling mingguan meliputi kegiatan di dalam kelas dan di luar kelas untuk masing-masing kelas siswa yang menjadi tanggung jawab konselor. d) Satu kali kegiatan layanan atau kegiatan pendukung konseling berbobot ekuivalen 2 (dua) jam pembelajaran. e) Volume keseluruhan kegiatan pelayanan konseling dalam satu minggu minimal ekuivalen dengan beban tugas wajib konselor di sekolah. d. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling (pelayanan) dalam Depdiknas (2006: 9) memaparkan bahwa pelaksanaan kegiatan konseling sebagai berikut, yaitu: a) Di dalam jam pembelajaran sekolah: (1) Kegiatan
tatap
muka
secara
klasikal
dengan
siswa
untuk
menyelenggarakan layanan informasi, penempatan dan penyaluran, penguasaan konten, kegiatan instrumentasi, serta layanan/kegiatan lain yang dapat dilakukan di dalam kelas. (2) Volume kegiatan tatap muka klasikal adalah 2 (dua) jam per kelas per minggu dan dilaksanakan secara terjadwal (3) Kegiatan tidak tatap muka dengan siswa untuk menyelenggarakan layanan konsultasi, kegiatan konferensi kasus, himpunan data, kunjungan rumah, pemanfaatan kepustakaan, dan alih tangan kasus.
44
b) Di luar jam pembelajaran sekolah: (1) Kegiatan tatap muka dengan siswa untuk menyelenggarakan layanan orientasi, konseling perorangan, bimbingan kelompok, konseling kelompok, dan mediasi, serta kegiatan lainnya yang dapat dilaksanakan di luar kelas. (2) Satu kali kegiatan layanan/pendukung konseling di luar kelas/di luar jam pembelajaran ekuivalen dengan 2 (dua) jam pembelajaran tatap muka dalam kelas. (3) Kegiatan
pelayanan
konseling
di
luar
jam
pembelajaran
sekolah/madrasah maksimum 50% dari seluruh kegiatan pelayanan konseling, diketahui dan dilaporkan kepada pimpinan sekolah. Pelayanan BK di sekolah yang dilaksanakan oleh konselor sekolah hendaknya juga melakukan hal-hal sebagai berikut : 1) Kegiatan pelayanan konseling dicatat dalam laporan pelaksanaan program (LAPELPROG). 2) Volume dan waktu untuk pelaksanaan kegiatan pelayanan konseling di dalam kelas dan di luar kelas setiap minggu diatur oleh konselor dengan persetujuan pimpinan sekolah. 3) Program pelayanan konseling pada masing-masing satuan sekolah dikelola dengan memperhatikan keseimbangan dan kesinambungan program antarkelas dan antar jenjang kelas, dan mensinkronisasikan program pelayanan konseling dengan kegiatan pembelajaran mata pelajaran dan kegiatan ekstra kurikuler, serta mengefektifkan dan mengefisienkan penggunaan fasilitas sekolah (Depdiknas, 2006: 9).
45
e. Penilaian Kegiatan Aspek penilaian dalam pelayanan bimbingan dan konseling terdiri dari beberapa hal. Depdiknas (2006: 10) menyatakan bahwa penilaian kegiatan konseling meliputi hal sebagai berikut, yaitu: a) Penilaian hasil kegiatan pelayanan konseling dilakukan melalui: (1) Penilaian segera (LAISEG), yaitu penilaian pada akhir setiap jenis layanan dan kegiatan pendukung konseling untuk mengetahui perolehan siswa yang dilayani. (2) Penilaian jangka pendek (LAIJAPEN), yaitu penilaian dalam waktu tertentu (satu minggu sampai dengan satu bulan) setelah satu jenis layanan dan atau kegiatan pendukung konseling diselenggarakan untuk mengetahui dampak layanan/kegiatan terhadap siswa. (3) Penilaian jangka panjang (LAIJAPANG), yaitu penilaian dalam waktu tertentu (satu bulan sampai dengan satu semester) setelah satu atau
beberapa
layanan
dan
kegiatan
pendukung
konseling
diselenggarakan untuk mengetahui lebih jauh dampak layanan dan atau kegiatan pendukung konseling terhadap siswa. b) Penilaian proses kegiatan pelayanan konseling dilakukan melalui analisis terhadap keterlibatan unsur-unsur sebagaimana tercantum di dalam SATLAN dan SATKUNG, untuk mengetahui efektifitas dan efesiensi pelaksanaan kegiatan. c) Hasil penilaian kegiatan pelayanan konseling dicantumkan dalam LAPELPROG d) Hasil kegiatan pelayanan konseling secara keseluruhan dalam satu semester untuk setiap siswa dilaporkan secara kualitatif.
46
Yang kesemuanya berlandaskan pada kebutuhan siswa, dengan begitu konselor sekolah kiranya harus memahami secara baik dan memiliki kemampuan dalam hal tersebut terhadap kebutuhan siswa yang mengacu kepada tugas perkebangan siswa tersebut. 5. Pemahaman Konselor Sekolah Tentang Tugas Perkembangan Siswa dan Layanan yang Diberikan Menurut Kathryn dan David Geldard (alih bahasa oleh Eva Hamdiah, 2011: 3) seorang konselor sekolah harus memahami tugas perkembangan siswa nantinya akan dapat mengubah cara pandang mereka terhadap peristiwa-peristiwa atau situasi-situasi dengan cara mengubah kerangka pandang mereka yang dijelaskan oleh konselor sekolah yang juga memiliki kemampuan memahami apa yang dibutuhkan siswa. Sedangkan A. Muri Yusuf (2005b: 195) mengatakan “pemahaman (comprehention) merupakan kemampuan memahami
hubungan atau
menangkap arti dan makna diantara konsep dan fakta-fakta tentang sesuatu hal”. Karakteristik konselor yang diperlukan dalam pemahaman itu menurut Brammer (1982: 15), mengarah pada efektifitas yang berwujud emphaty, hangat dan penuh perhatian (warmth and caring), terbuka (openess), penghargaan secara positif (positive regard), dan kekongkritan dan kekhususan (concreteness and specifity ). Menurut Belkin (1976:104) seorang konselor sekolah hendaknya memiliki kemampuan diantaranya category open-mindedness (berfikiran terbuka) kualitas yang dimiliki oleh konselor adalah flexibility, acceptance,
47
congruence, intelligence, concreteness, cognitive flex, perceptiveness, nonpossessive and nonjudgmental. Dalam layanan konseling mengandung suatu proses antarpribadi yang berlangsung melalui proses komunikasi verbal dan non verbal, dan menciptakan kondisi positif seperti empati, penerimaan serta penghargaan, keikhlasan serta kejujuran, dan perhatian yang tulen (facilitative conditions). Adapun modal profesional yang perlu dimiliki oleh konselor sekolah yaitu
mencakup
kemantapan
wawasan,
pemahaman,
pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap dalam bidang kajian BK. Sedangkan Ridwan (2008: 140) menjelaskan, pemahaman konselor sekolah tentang tugas-tugas perkembangan, memegang peranan penting untuk menentukan arah perkembangan yang normal. Apapun yang mengahalangi penguasaan sesuatu dapat dianggap sebagai bahaya potensial, yang harus diwaspadai konselor agar siswa bisa berkembanga secara optimal, adapuan bahaya potensial itu antara lain: 1. Harapan-harapan yang kurang tepat 2. Melangkahi tahap tertentu dalam perkembangan sebagai akibat kegagalan menguasai tugas-tugas perkembangan tertentu. 3. Ketegangan dan tekanan kondisi-kondisi yang dapat mengarah pada suatu krisis ketika memasuki tugas-tugas perkembangan yang baru. Lebih lanjut Ahman (dalam Mamat Supriatna, 2011:32) mengatakan bahwa konselor itu seperti spesialis pertumbuhan dan perkembagan siswa, dalam mempelajari dan memahami dunia dalam diri siswa, konselor sekolah
48
juga bekerja sebagai perancang dan pemegang kuri kulum dalam pengembangan kognitif, afektif, dan perkembangan serta pertumbuhan fisik. Selanjutnya
Blocher
(dalam
Mamat
Supriatna,
2011:35)
mengungkapkan bahwa konselor sekolah harus mengupayakan pencapaian penguasaan
tugas-tugas
perkembangan,
menjembatani
tugas-tugas
perkembangan yang muncul pada saat tertentu, dan meningkatkan sumberdaya
dan
kompetensi
dalam
memberikan
bantuan
terhadap
perkembangan yang optimal dari klien. Sedangkan Fenti Hikmawati (2010: 9) mengungkapkan bahwa arah dan kegiatan bimbingan konseling diarahkan kepada: a. Terpenuhinya
tugas-tugas
perkembangan
siswa
dalam
setiap
perkembangan mereka b. Dalam upaya mewujudkan tugas-tugas perkembangan itu, kegitan bimbingan dan konseling mendorong siswa mengenal diri dan lingkungan, mengembangkan diri dan sikap positif. Pemahaman konselor sekolah tentang tugas-tugas perkembangan siswa Sekolah Mengah Atas sangat berguna dalam bimbingan dan konseling. Havighurst (dalam Mamat Supriatna, 2011:36) memberikan alasan dua alasan pentingnya pemahaman terhadap tugas-tugas perkembangan siswa, yaitu: First, it helps in discovering and stating the purposes of education in school. Education may be conceived as effort of the society, through the school, to help the individual achieve certain of this developmental tasks. The second use of concept is in the timing of educational efforts. When the body is ripe, and society requires, and the self is ready to achieve a certain task, the teachable moment has
49
come. Mengacu pada dua alasan Havighurst tersebut, dalam kaca mata bimbingan dan konseling maka konselor sekolah harus memahami tugastugas perkembangan siswa SMA, karena ini sangat penting untuk pengembangan bimbingan konseling itu sendiri, yang dapat membantu dalam: (a) menemukan dan menentukan tujuan program bimbingan dan konseling di SMA, (b) menentukan kapan waktu upaya bimbingan dapat dilakukan. Menurut Bradley (2004) menjelaskan bahwa, “Professional school counselors are respn for school counseling program decisions which effect the development of students on a daily basis. Student development is systemic in nature, and problems may be manifesed as the need for interventions in areas such as personal growth..... this concept is the basis for applying outcome research in school counseling program”. Bradley menjelaskan bahwa, konselor sekolah itu harus membuat program layanan bimbingan dan konseling berdasarkan tugas perkembangan siswa, pemahaman konselor sekolah akan tugas perkembangan akan menjadi landasan dalam pembuatan layanan yang akan diterapkan di sekolah. Sedangkan Mamat Supriatna (2011: 36) menambahkan bimbingan konseling dengan memahami tugas perkembangan siswa bertolak dari premis bahwa positif regard dan aspek terhadap martabat manusia (human dignity) merupakan aspek yang amat penting dalam masyarakat. Konselor sekolah
50
harus paham, memiliki tugas untuk mengambangkan potensi dan keunikan individu secara optimal dalam perubahan masyarakat gobal. Lebih tajam lagi Jhon J. Pietrofesa, (1982:31) menjelaskan, ”The counselor can focus upon the needs of the individual or the self-concept or any of its percepts...... while counselee self-actualization and authenticity become the ultimate goal. The counselor is capabel of defining different goals for each counselee”. Jika mengambil pernyataan Jhon J. Pietrofesa, tersebut maka layanan dalam bimbingan dan konseling itu harus fokus pada kebutuhan siswa, dan bagaimana siswa dapat mengaktualisasikan diri, sehingga konselor sekolah memahami apa yang diharapkan siswa dan layanan bisa tepat guna bagi siswa. Berkenaan dengan pemahaman konselor John McLeod (2003: 556) mengungkapkan, pendidikan, keterampilan, secara terstruktur dalam konteks memberikan pertolongan atau profesi layanan yang dilakukan oleh guru, pendidikan itu berguna dalam mempelajari keterampilan konseling, dengan tujuan agar mampu menggunakan teori secara aktif untuk memahami klien, dengan arti kata mereka yang terdidik tentu berbeda. Berkenaan dengan kompetensi S1 BK John McLeod (2006: 540) mengungkapkan, dengan menyelesaikan program strata satu bimbingan dan konseling,
konselor
sekolah
telah
mendemonstrasikan
intelektualnya yang cukup untuk menjadi seorang konselor.
kompetensi
51
Menurut Halgin (dalam John McLeod, 2003: 556) salah satu isu yang muncul dalam bidang pendidikan konselor adalah lebih memperkenalkan suatu orientasi teoritis secara mendalam, hal ini yang menjadi landasan bahwa tidak hanya pendidikan saja yang menentukan konselor. John McLeod (2003:556) mengungkapkan, pendidikan yang diselenggarakan di perguruan tinggi seperti akademi dan universitas, cenderung dipengaruhi oleh nilai akdemis namun dalam hal ini mempengaruhi pemahaman seseorang. Berkenaan dengan itu, maka latar belakang pendidikan S1 BK(konselor sekolah) dianggap perlu, Kathryn Geldrad & David Geldrad (alih bahasa Eva Hamdiah, 2011:42) mengatakan bagian mendasar dalam menggunakan
keterampilan-keterampilan
konseling
yaitu,
mengamati
kegiatan-kegiatan konseling yang diperaktikkan konselor yang dibedakan berdasarkan pengalaman. Dari pendapat para ahli tersebut menyiratkan bahwa apa yang dipraktekkan konselor sekolah dalam memahami siswa hendaknya dilandasi oleh konsep yang utuh. Dengan begitu berarti konselor sekolah harus memiliki pemahaman tentang tugas perkembangan siswa agar layanan yang diberikan konselor sekolah bisa tepat sasaran. Secara khusus layanan bimbingan konseling bertujuan untuk membantu siswa agar dapat memenuhi tugas-tugas perkembangan yang berkaitan dengan berbagai aspek yang sesuai dengan tuntutan lingkungan.
52
tugas-tugas perkembangan siswa yang menjadi landasan konselor sekolah dalam memberikan layanan BK. B. Penelitan yang Relevan Dina Sukma (2009) Perilaku merokok siswa serta implikasinya terhadap bimbingan dan konseling (Studi Kasus di SMA Pertiwi I Padang). Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa remaja telah menunjukkan perilaku merokok. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara di SMA Pertiwi I Padang, siswa merokok saat mereka berkumpul dengan kelompok teman sebaya di warung-warung di sekitar sekolah. Siswa yang tidak ikut merokok mendapat cemooh seperti: tidak jantan, pengecut, dan sebagainya. Siswa mengetahui bahwa rokok mengandung nikotin yang menimbulkan penyakit namun tidak bisa menjelaskan bagaimana zat-zat tersebut
menimbulkan
penyakit
tersebut.
Temuan
penelitian
ini
mengungkapkan bahwa perilaku merokok pada remaja/siswa lebih sering muncul saat mereka berkumpul dengan kelompok teman sebayanya. Kaitan dengan penelitan ini adalah menunjukkan siswa salah dalam memilih identitas dan pengambilan teman sebaya dalam struktur sosial remaja yang jika di bawa dalam tugas perkembangan mereka mengalami perkembangan negatif disebabkan oleh, kebutuhan sosial teman sebaya, dan kurangnya pemahaman diri akan bahaya secara realistis akan rokok bagi kesehatan oleh karena itu butuh seorang konselor yang bisa memahami tugas perkembangan
siswa,
dengan
baik
sehingga
perkembangan bisa menuju kearah yang normal.
penyimpangan
atau
53
Dessy Syofiyanti (2010) meneliti tentang Persepsi siswa tentang kepribadian guru pembimbing di sekolah serta implikasinya bagi bimbingan konseling (studi di SMAN Kota Padang). Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa kualitas konselor melalui Open Mindedness Guru Pembimbing adalah bahwa hubungan dengan persepsi siswa terhadap penyuluhan memberikan kepada siswa, dengan demikian untuk meningkatkan perilaku efektif siswa itu dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas kemampuan konselor dengan. Kaitan dengan penelitian ini adalah bahwa seorang konselor agar bisa memahami siswa dalam tugas perkembangannya, maka konselor harus memiliki kepribadian yang disukai oleh siswa sehingga siswa yang nota bene ingin lepas dari pemahaman yang mengekang bisa menganggap konselor sekolah sebagai teman yang bisa membantu masalah yang dihadapinya dalam memenuhi tugas-tugas perkembangannya. Juntika (1993) meneliti tentang kualitas hubungan guru pembimbing dan siswa dalam penyuluhan dan hubungannya dengan perilaku efektif siswa, studi deskriptif-analitik tentang persepsi siswa pengguna jasa bimbingan dan penyuluhan dibeberapa SMA Negeri Kabupaten Bandung tahun ajaran 1993/1994. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa penanganan guru pembimbing dalam permasalahan siswa memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perilaku efektif siswa dengan demikian, dalam meningkatkan
perilaku
efektif
siswa
itu
dapat
dilakukan
dengan
54
meningkatkan kualitas hubungan guru pembimbing dalam penyuluhan yakni dengan,
(1) Latar Belakang Pendidikan guru pembimbing (2) Pengalaman kerja guru pembimbing dalam membimbing (3) Karakteristik kerja kepribadian guru pembimbing (4) Karakteristik siswa itu sendiri. Kaitan dengan penelitian ini adalah bahwa pemahaman konselor sekolah dipengaruhi oleh latar belakang konselor itu sendiri, ditambah dengan pemahaman konselor tersebut terhadap karakter siswa yang berlandaskan pada tugas perkembangan siswa.
55
C. Kerangka Pemikiran
Tugas Perkembangan Siswa
Pemahaman Konselor
1. Mencapai kematangan dan
2.
Materi Layanan BK
3. 4. 5. 6.
7. 8. 9.
pengembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Mencapai kematangan dalam hubungan antar teman sebaya, baik pria maupun wanita, serta kematangan dalam peranannya sebagai pria ataupun wanita Mencapai kematangan emosional Mencapai Kematangan pertumbuhan jasmaniah yang sehat Mencapai kematangan dalam pilihan karier yang akan dikembangkan lebih lanjut Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan mandri, baik secara emosional, intelektual, maupun ekonomi. Mencapai kematangan gambaran dan sikap kehidupan berkeluarga Mengembangkan komunikasi sosial dan intelektual Mencapai kematangan dalam sistem etika dan nilai-nilai bagi pedoman hidup sebagai individu, anggta keluarga, masyarakat, dan bangsa serta warga negara.
Keterangan : Penelitian ini mendeskripsikan pemahaman konselor sekolah tentang tugas perkembangan siswa dan layanan yang diberikan, dari 9 tugas perkembangan diatas maka tercerminlah pemahaman konselor sekolah, yang diikuti dengan sembilan layanan yang diberikan sejalan dengan tugas
56
perkebangan siswa, yang menjadi tolok ukur kepahaman konselor sekolah tersebut.
57
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan pada Bab I maka jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengungkapkan sesuatu apa adanya. Lehmann (dalam A. Muri Yusuf, 2005a: 83) mengemukakan bahwa penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktafakta dan sifat populasi, atau menggambarkan fenomena secara detail. Isaac dan Michael (dalam A. Muri Yusuf, 2005a:83) menyatakan bahwa tujuan penelitian deskriptif adalah “to describe systematically the facts and characteristics of a given population or area of interest” . Menurut A. Muri Yusuf (2005a: 83) adapun langkah-langkah penelitian deskriptif yaitu: 1. Tentukan masalah atau bidang yang diamati dan rumuskan sub masalah secara jelas dan rinci 2. Rumuskan secara jelas tujuan yang akan dicapai 3. Lakukan penelahaan kepustakaan yang tepat dan benar 4. Rumusakan metodologi penelitian, antara lain: -
Prosedur Pengumpulan data
-
Pilih/susun alat/instrumen yang tepat
-
Populasi dan sampel
57
58
-
Pembakuan instrumen
-
Latihan Pengumpulan data
5. Turun ke lapangan dalam rangka pengumpulan data 6. Analisis data 7. Penulisan laporan Langkah-langkah penelitian deskriptif tersebut memberikan gambaran, dengan jelasnya masalah terumusnya tujuan yang didukung oleh informasi teoritis melalui penelahaan kepustakaan, penggunaan pendekatan yang tepat akan sangat membantu peneliti dalam melakukan kegiatan penelitian di lapangan dalam rangka mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk diolah dan hasilnya akan disampaikan dalam bentuk laporan penelitian. Seiring dengan itu Sumadi Suryabrata (2006:75) menyatakan “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat populasi daerah tertentu”. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif analitik, dimana mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian dan atau fenomena secara aktual, apa adanya dan tidak ada perlakuan yang diberikan kepada subjek seperti pada penelitian eksperimen (Ronny Kountur, 2005: 105). Penelitian ini akan memaparkan pemahaman konselor sekolah tentang tugas perkembangan siswa dan layanan yang diberikan, yang akan terungkap dari hasil pengolahan instrument yang akan diberikan.
59
B. Populasi Populasi penelitian ini adalah konselor sekolah yang berlatar belakang pendidikan S1 BK pada 16 SMA Negeri Kota Pekanbaru dengan jumlah masingmasing sekolah bervariasi, sebagaimana yang terdapat pada tabel di bawah ini: Tabel 1 Populasi Penelitian Konselor Sekolah No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Nama SMA
SMA Negeri 1 SMA Negeri 2 SMA Negeri 3 SMA Negeri 4 SMA Negeri 5 SMA Negeri 6 SMA Negeri 7 SMA Negeri 8 SMA Negeri 9 SMA Negeri 10 SMA Negeri 11 SMA Negeri 12 SMA Negeri 13 SMA Negeri 14 SMA Negeri Plus SMA Negeri Olah Raga
Jumlah 2 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 1 2 3 1
Jumlah 37 Sumber Data : Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling SMA Kota Pekanbaru C. Definisi Operasional Berdasarkan kajian teori yang telah dijelaskan dan untuk menghindari kerancuan pemahaman tentang aspek-aspek yang menjadi variabel penelitian, maka berikut penjelasan definisi operasional.
60
1. Pemahaman Konselor Sekolah Terhadap Tugas Perkembangan Siswa Konselor sekolah yang paham tugas perkembangan siswa adalah yang bertanggung jawab dalam membimbing siswa secara individual sehingga memiliki kepribadian yang matang dan mengenal potensi dirinya secara menyeluruh. 2. Layanan Bimbingan dan Konseling Konselor yang paham pemberian layanan ialah yang paham akan dimensidimensi kliennya, hal ini berguna untuk menentukan pertolongan apa yang akan diberikan, pemahaman konselor sekolah akan layanan BK pola 17 +, dapat menentukan layanan apa yang akan diberikan dan apakah layanan itu sesuai dengan tugas perkembangan siswa tersebut, sehingga menentukan pula sikap siswa ketika berhadapan dengan konselor. D. Pengembangan Instrumen Instrumen yang digunakan untuk mengetahui bagaimana pemahaman konselor sekolah tentang tugas perkembangan siswa dan layanan yang diberikan adalah dengan menggunakan angket. Pengembangan instrumen dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut. a. Menentukan indikator dari masing-masing variabel b. Membuat kisi-kisi berdasarkan indikator c. Instrumen yang digunakan untuk menjelaskan pemahaman konselor sekolah tentang tugas perkembangan siswa dan layanan yang diberikan berupa angket.
61
Peneliti menggunakan angket tertutup model Skala Likert. Skala Likert merupakan sejumlah pertanyaan positif dan negatif mengenai suatu objek (A. Muri Yusuf, 2005a: 303). Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Alternatif respon dalam bentuk kontinum yang terdiri dari lima Skala yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Cukup Setuju (CS), Tidak Setuju(TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Dalam penelitian ini dibuatlah kisi-kisi yang akan dibuat menjadi angket sebagai berikut:
62
Tabel 2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Variabel
Sub. Variabel
PEMAHAMAN KONSELOR SEKOLAH TENTANG TUGAS PERKEMBANGAN SISWA DAN LAYANAN YANG DIBERIKAN
Tugas Perkembangan siswa
Jenis Layanan BK
Indikator 1. Siswa Mencapai kematangan dan pengembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 2. Siswa Mencapai kematangan dalam hubungan antar teman sebaya, baik pria maupun wanita, serta kematangan dalam peranannya sebagai pria ataupun wanita 3. Siswa Mencapai kematangan emosional 4. Siswa Mencapai Kematangan pertumbuhan jasmaniah yang sehat 5. Siswa Mencapai kematangan dalam pilihan karier yang akan dikembangkan lebih lanjut 6. Siswa Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan mandri, baik secara emosional, intelektual, maupun ekonomi. 7. Siswa Mencapai kematangan gambaran dan sikap kehidupan berkeluarga 8. Siswa Mengembangkan komunikasi sosial dan intelektual 9. Siswa Mencapai kematangan dalam sistem etika dan nilai-nilai bagi pedoman hidup sebagai individu, anggota keluarga, masyarakat, dan bangsa serta warga negara. 1. Layanan Orientasi 2. Layanan Informasi 3. Layanan Penempatan dan Penyaluran 4. Layanan Penguasaan Konten 5. Layanan Konseling Individual 6. Layanan Bimbingan Kelompok 7. Layanan Konseling Kelompok 8. Layanan Mediasi
Nomor Butir 1,2,3,4
5,6,7,8 9,10,11,12 13,14,15,16 17,18,19,20
21.22.23.24
25,26,27 28,28,30,31
32,33,34,35
9. Layanan Konsultasi
d. Uji instrumen Untuk mengukur tingkat kebaikan instrumen, maka peneliti melakukan uji coba instrumen dengan mengadministrasikan instrument pada subjek penelitian sebanyak 20 orang konselor sekolah di musyawarah guru bimbingan dan konseling(MGBK) SLTA sederajat Kabupaten Kuantan Singingi. Tingkat kebaikan instrumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah validitas dan
63
reliabilitas. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pemahaman konselor sekolah tentang tugas perkembangan siswa. Sebelum di ujikan instrumen ditimbang oleh tiga orang yang ahli yakni, Prof. Dr. Mudjiran, M.S., Kons,. Prof. Dr. Neviyarni S., M.S,. Dr. Marjohan, M.Pd., Kons. Ketiga ahli menyatakan bahwa instrumen pemahaman konselor sekolah tentang tugas perkembangan siswa dan layanan yang diberikan telah sesuai dengan kisi-kisi dan memadai, namun ada perbaikan dari kalimat dan bahasa serta pengurangan item karena ada kesamaan, sehingga item yang awalnya berjumlah 40 menjadi 35 butir. Jadi item yang gugur setelah diuji validitasnya oleh ahli sebanyak 5 butir. Setelah itu instrumen yang diuji cobakan sebelum digunakan dengan menempuh langkah uji: 1. Validitas Validitas adalah “seberapa jauh instrumen itu benar-benar mengukur apa yang hendak kita ukur” (A. Muri Yusuf, 2005b: 63). Untuk pengukuran validitas ini dilakukan dengan menggunakan program statistik SPSS (Statistical Product and Service Solutions) for windows release
15, yang menggunakan rumus
sebagai berikut:
rxy
N( [( N
X2
XY ) ( (
X ) 2 ][ N
Keterangan rxy
= Koefisien korelasi
X
= Skor pernyataan yang diuji
X
Y) Y2
(
Y )2 ]
64
Y
= Skor total penyataan
XY = Skor pernyataan dikali skor total pernyataan N
= Jumlah sample
Pengujian dilakukan dengan membandingkan skor rxy dengan rtabel pada tingkat signifikansi α = 0,05. Kriteria pengujian: - Bila rxy > rtabel, maka pernyataan tersebut valid. - Bila rxy < rtabel, maka pernyataan tersebut tidak valid. Hasil pengujian validitas dari 35 butir pernyataan yang mengukur pemahaman konselor sekolah tentang tugas perkembangan siswa dan layanan yang diberikan, setelah disebarkan ke MGBK kuantan sengingi sebanyak 20 orang guru BK/konselor sekolah dinyatakan valid secara keseluruhan. 2. Reliabilitas Reliabilitas mengacu kepada sejauh mana suatu alat ukur secara ajeg (konsisten) mengukur apa saja yang diukur. Menurut A. Muri Yusuf (1996, dalam Zuwwana, 2008: 72), reliabilitas adalah ”konsistensi atau kestabilan skor suatu instrumen penelitian terhadap individu yang sama dan diberikan dalam waktu yang berbeda ”. Nunnally (1960, dalam Ghozali, 2009: 46) “suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach‟s Alpha > 0,60.”
E. Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang dijaring dalam penelitian ini dengan menggunakan angket yang dikembangkan untuk variabel. Data yang diperoleh melalui sejumlah teknik
65
pengumpulan data dilakukan dengan mengadministrasikan instrumen. Instrumen diadministrasikan kepada populasi penelitian. Prosedur pengumpulan data melalui langkah sebagai berikut: a. Menemui responden (subjek) penelitian b. Memberi penjelasan tentang instrument dan cara pengisian instrument c. Membagikan instrument dan mempersilahkan responden penelitian untuk mengisinya. d. Mengumpulkan instrument yang sudah di isi oleh responden penelitian e. Melakukan penskoran dan menganalisa data. Data yang diperoleh terdiri dari satu jenis data, yaitu: pemahaman konselor sekolah tentang tugas perkembangan siswa dan layanan yang diberikan. Pengumpulan data dilakukan melalui pengadministrasian instrumen. Instrumen diadministrasikan kepada para konselor sekolah yang menjadi populasi penelitian.
F. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini, data dianalisis dengan metode statistik deskriptif, yang menggambarkan tentang nilai rata – rata dan persentase dari jawaban terhadap angket yang diberikan responden dan menjadi alat analisis untuk mengetahui pemahaman konselor tentang tugas perkembangan siswa dan pemahaman konselor dengan layanan yang berlandaskan tugas perkembangan siswa.
66
Analisis Deskripitif Persentase Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2008: 107). Data yang diperoleh dari instrumen akan diolah dengan memberikan skor masing-masing butir. Butir pernyataan bersifat positif diolah dengan memberikan skor sebagai berikut: Pilihan sangat setuju (SS)
: Skor 5
Pilihan setuju (S)
: Skor 4
Pilihan cukup setuju (CS)
: Skor 3
Pilihan tidak setuju (TS)
: Skor 2
Pilihan sangat tidak setuju (STS)
: Skor 1
Untuk mengetahui persentase tingkat pemahaman konselor sekolah tentang tugas perkembangan siswa dan layanan yang diberikan yang ada dalam penelitian ini, akan diketahui dengan menggunakan rumus persentase sebagai berikut: (Sudijono (2011: 43))
P
f 100 N
Keterangan: P = Angka Persentase f
= Frekuensi yang dicari persentasenya
N = Number of Case (jumlah frekuensi/ banyaknya individu)
67
Untuk melihat secara keseluruhan dilakukan dengan pembuatan kriteria penilaian, terlebih dahulu dengan menentukan jumlah kelas seperti yang diungkapkan oleh Mason (dalam Soegyarto Mangkuatmodjo, 1997: 36) bahwa jumlah kelas mengikuti pedoman umum 5 dan maksimum 15, sedangkan Mendenhall dan Reinmith (dalam Soegyarto Mangkuatmodjo, 1997: 36) bahwa jumlah kelas mengikuti pedoman 5 dan maksimum 20, lebih lanjut Soegyarto Mangkuatmodjo (1997: 36) menyatakan bahwa: Makin besar jumlah data tersedia, makin banyak jumlah kelas yang dipakai. Jika jumlah kelas terlalu kecil, kita mungkin tidak mengungkapkan sifat-sifat penting dari data dengan pengelompokan itu. Jika terlalu banyak kelas akan terjadi adanya kelas-kelas kosong (empty classess) dan distribusi itu tidak ada maknanya.
Pembuatan kriteria penilaian menggunakan Kriterium Sturges dalam Budiman (1995:48) dengan formula sebagai berikut:
I
NT
NR K
Keterangan: I
= Interval
NT
= Nilai Tertinggi
NR
= Nilai Terendah
K
= Jumlah alternatif jawaban/ banyak kelas Untuk mengukur jawaban respoden peneliti menggunakan skala interval
dengan nilai tertinggi 5 dan nilai terendah 1 dengan banyak kelas 5 alternatif jawaban dan total jumlah responden sebanyak 37. Skala jawaban tersebut dikonversikan dengan menggunakan formula sebagai berikut:
68
I
NT
NR K
I = (5x37) – (1x37) 5 I = 29,6 Setelah diperoleh inteval untuk jawaban respoden, peneliti melanjutkan dengan mengelompokkan kriteria pemahaman konselor dalam lima kategori dengan interval 29,6, maka diperoleh kriteria pemahaman konselor sebagai berikut: 37,00 – 66,60
= Sangat Tidak Memahami
66,61 – 96,20
= Tidak Memahami
96,21 – 125,80
= Kurang Memahami
125,81 – 155,40
= Memahami
155,41 – 185
= Sangat Memahami
Selanjutnya peneliti mengonversi nilai kriteria pemahaman konselor dalam bentuk persentase dengan membagi nilai masing-masing kriteria dengan nilai kriteria tertinggi, sehingga menghasilkan nilai persentase kriteria sebagai berikut: 20,00% –
36,00%
= Sangat Tidak Memahami
36,01% –
52,00%
= Tidak Memahami
52,01% –
68,00%
= Kurang Memahami
68,01% –
84,00%
= Memahami
84,01% – 100,00%
= Sangat Memahami
69
BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data 1. Pemahaman Konselor Terhadap Tugas Perkembangan Siswa Hasil pengolahan data untuk pemahaman konselor ditunjukkan oleh tabel berikut ini: Tabel 3 Descriptive Statistics Setiap Tugas Perkembangan VARIABEL
N
Sum
Mean
Variebl X Tugas Perkembangan Siswa_Indikator 1
37
658.00
17.7838
Tugas Perkembangan Siswa_Indikator 2
37
646.00
17.4595
Tugas Perkembangan Siswa_Indikator 3
37
641.00
17.3243
Tugas Perkembangan Siswa_Indikator 4
37
611.00
16.5135
Tugas Perkembangan Siswa_Indikator 5
37
642.00
17.3514
Tugas Perkembangan Siswa_Indikator 6
37
615.00
16.6216
Tugas Perkembangan Siswa_Indikator 7
37
457.00
12.3514
Tugas Perkembangan Siswa_Indikator 8
37
628.00
16.9730
Tugas Perkembangan Siswa_Indikator 9
37
667.00
18.0270
5565 Variabel Y Pemahaman Konselor_Indikator 1
37
646.00
17.4595
Pemahaman Konselor_Indikator 2
37
648.00
17.5135
Pemahaman Konselor_Indikator 3
37
640.00
17.2973
Pemahaman Konselor_Indikator 4
37
659.00
17.8108
Pemahaman Konselor_Indikator 5
37
629.00
17.0000
Pemahaman Konselor_Indikator 6
37
621.00
16.7838
Pemahaman Konselor_Indikator 7
37
479.00
12.9459
Pemahaman Konselor_Indikator 8
37
641.00
17.3243
Pemahaman Konselor_Indikator 9
37
662.00
17.8919
5625 Valid N (listwise)
37
Sumber : Data primer diolah (lihat lampiran)
69
70
Tabel 4 Descriptive Statistics Keseluruhan Variabel
N
Sum
Mean
Tugas_Perkembangan_Siswa Pemahaman_Konselor
37 37
5565 5625
150.41 152.03
Sumber : Data primer diolah (lihat lampiran) Dari hasil pengolahan data diperoleh rata-rata jawaban konselor sekolah sebagai responden pada Variabel Pemahaman Konselor sebesar 152,03. Untuk mengukur jawaban respoden peneliti menggunakan skala interval dengan nilai tertinggi 5 dan nilai terendah 1 dengan banyak kelas 5 alternatif jawaban dan total jumlah responden sebanyak 37. Skala jawaban tersebut dikonversikan dengan menggunakan formula sebagai berikut:
I
NT
NR K
I = (5x37) – (1x37) 5 I = 29,6 Inteval
untuk
jawaban
respoden,
peneliti
melanjutkan
dengan
mengelompokkan kriteria pemahaman konselor dalam lima kategori dengan interval 29,6, maka diperoleh kriteria pemahaman konselor sebagai berikut: 37,00 – 66,60
= Sangat Tidak Memahami
66,61 – 96,20
= Tidak Memahami
96,21 – 125,80
= Kurang Memahami
125,81 – 155,40
= Memahami
155,41 – 185
= Sangat Memahami
71
Selanjutnya peneliti mengonversi nilai kriteria pemahaman konselor dalam bentuk persentase dengan membagi nilai masing-masing kriteria dengan nilai kriteria tertinggi, sehingga menghasilkan nilai persentase kriteria sebagai berikut: 20,00% –
36,00%
= Sangat Tidak Memahami
36,01% –
52,00%
= Tidak Memahami
52,01% –
68,00%
= Kurang Memahami
68,01% –
84,00%
= Memahami
84,01% –
100,00%
= Sangat Memahami
Rata-rata jawaban responden sebesar 152,03 jika dikonversikan dalam bentuk
persentase
menjadi
82,17%,
dalam
hal
ini
diperoleh
dari
{(152,03/185,00)*100}. Nilai persentase rata-rata jawaban respoden sebesar 82,17% masuk dalam rentang jawaban persentase 68,01% - 84,00% tergolong dalam kategori “Memahami”, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ratarata konselor sekolah di Pekanbaru memahami tugas perkembangan siswa dan layanan yang diberikan. Dari kategori tersebut dapat disimpulkan bahwa konselor sekolah yang tergabung dalam musyawarah guru bimbingan dan konseling Kota Pekanbaru memahami tugas perkembangan siswa dengan memperhatikan layanan yang diberikan kepada siswa sesuai dengan kebutuhan siswa.
2. Layanan Bimbingan dan Konseling Layanan bimbingan dan konseling dianalisa oleh peneliti menggunakan alat analisis persentase untuk mengetahui persentase dari jenis layanan bimbingan
72
dan konseling yang digunakan oleh konselor pada setiap permasalah yang dialami oleh peserta didik. Dari hasil pengolahan data, peneliti memperoleh gambaran layanan bimbingan dan konseling yang digunakan oleh konselor sebagai berikut: Tabel 5 Layanan Bimbingan dan Konseling No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Layanan Bimbingan dan Konseling Jumlah Layanan Orientasi 89 Layanan Informasi 259 Layanan Penempatan dan Penyaluran 150 Layanan Penguasaan Konten 178 Layanan Konseling Individual 195 Layanan Bimbingan Kelompok 221 Layanan Konseling Kelompok 117 Layanan Mediasi 75 Layanan Konsultasi 11 Total 1.295 Sumber : Data primer diolah (lihat lampiran)
Persentase 6.87 20.00 11.58 13.75 15.06 17.07 9.03 5.79 0.85 100.00
Dari Tabel 5 diperoleh gambaran bahwa konselor di sekolah lebih banyak menggunakan Layanan Informasi dalam memberikan bimbingan dan layanan konseling bagi siswa. Dari tabel di atas, konselor sekolah menggunakan Layanan Informasi sebanyak 259 dari 37 butir angket yang diberikan atau sama dengan 20%, disusul kemudian dengan menggunakan jenis Layanan Bimbingan Kelompok, yang digunakan sebanyak 221 atau sama dengan 17,07%. Jenis layanan yang paling sedikit digunakan adalah Layanan Konsultasi yang diterapkan sebanyak 11 kali atau sama dengan 0,85%, kemudian disusul oleh Layanan Mediasi yang digunakan oleh konselor sekolah sebanyak 75 kali atau sama dengan 5,79%.
73
B. Pembahasan Objek spesifik dari yang diberikan oleh konselor sekolah ialah tercapainya tugas perkembangan siswa dan kondisi kehidupan efektif siswa sehari-hari atau lebih kita kenal dengan istilah KES serta penanganan kondisi kehidupan efektif sehari-hari yang terganggu atau KES-T pada siswa di sekolah. Terkait dengan hal itu pemahaman akan tugas perkembangan siswa dan pemberian layanan bimbingan konseling bertujuan untuk memberikan bantuan atau bimbingan kepada individu atau kelompok untuk pengembangan kepribadiannya dari segala aspek berdasarkan terpenuhinya tugas perkembangan siswa tersebut. Berjalannya dengan baik layanan konseling yang dilakukan konselor sekolah tidak terlepas dari pelaksanaan program yang diikuti dengan kesesuaian kebutuhan siswa dalam hal ini tugas perkembangan siswa yang menjadi acuan dasar dalam memberikan layanan atau dalam membuat program bimbingan dan konseling agar sesuai dengan kebutuhan siswa dalam artian konselor sekolah memahami apa yang menjadi kebutuhan siswa dalam setiap bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh konselor sekolah itu sendiri, dalam arti kata bahwa apa yang dilakukan dalam pemberian layanan dalam konseling bukan saja dari materi layanan konseling yang diberikan kepada siswa tapi semua sudah terencana dan sesuai dengan apa yang dibutuhkan siswa sehingga siswa merasa bimbingan dan konseling benar-benar berguna bagi siswa. Tentu saja apa yang kita dengar akhir-akhir ini tentang miskonsepsi bimbingan dan konseling, tidak terlepas dari ketidak sesuaian antara apa yang dibutuhkan siswa, dalam hal ini ketercapaian tugas perkembangan melalui
74
pemberian bimbingan dan konseling dengan yang diterima siswa. Hal ini bisa saja menunjukkan bahwa konselor sekolah belum memahami apa yang menjadi kebutuhan siswa tersebut dalam setiap layanan yang diberikan, jika konselor sekolah paham akan tugas perkembangan siswa tentu konselor akan menjadi tujuan utama siswa dalam pengentasan masalah, karena siswa merasa apa yang di butuhkan bisa terpenuhi dengan mengikuti bimbingan dan konseling yang di lakukan atau yang diberikan konselor kepada siswa. Pemahaman
akan
tugas
perkembangan siswa mutlak harus dimiliki oleh setiap konselor agar setiap layanan yang diberikan memang menjadi kebutuhan siswa. Dapat disimpulkan siswa memiliki tugas perkembangan yang perlu di pahami dengan baik oleh konselor sekolah dalam memberikan setiap layanan, dengan kata lain siswa merasakan apa yang di berikan oleh konselor sekolah dalam setiap layanan konseling, merupakan kebutuhan siswa yang ingin dipenuhi atau yang belum tercapai dengan baik oleh siswa yang jika tugas perkembangan siswa itu di pahami oleh konselor sekolah dan cara pemberian layanan yang sesuai dengan tugas perkembangan itu maka siswa akan lebih terbuka kepada konselor sekolah, lebih merasa nyaman, merasa bahwa konselor sekolah adalah orang tepat untuk dia berbagi masalahnya, tempat dia belajar dan siswa pun akan melaksanakan kegiatan konseling dengan senang hati.
1. Pemahaman Konselor Terhadap Tugas Perkembangan Siswa Pemahaman konselor diteliti oleh peneliti dengan menghitung rata-rata jawaban konselor sebagai respoden pada butir Variabel Pemahaman Konselor . Hasil pengolahan data untuk pemahaman konselor ditunjukkan oleh tabel 4, dari
75
hasil pengolahan data diperoleh rata-rata jawaban konselor sekolah sebagai responden pada Variabel Pemahaman Konselor sebesar 152,03, nilai ini masuk dalam rentang jawaban 125,81-155,40. Rata-rata jawaban responden sebesar 152,03 jika dikonversikan dalam bentuk persentase menjadi 82,17% {(152,03/185,00)*100}. Nilai persentase ratarata jawaban respoden sebesar 82,17% masuk dalam rentang jawaban persentase 68,01% - 84,00% tergolong dalam kategori “Memahami”, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rata-rata konselor sekolah di Pekanbaru memahami tugas perkembangan siswa dan layanan yang diberikan. Selanjutnya, hasil analisis peneliti ini pada Variabel Pemahaman Konselor menunjukkan bahwa rata-rata konselor di sekolah SMAN se-Kota Pekanbaru masuk dalam kategori memahami tugas dan tanggungjawabnya sebagai konselor di mana dari hasil pengolahan data jawaban 37 responden menunjukkan angka persentase 82,17% yang menunjukkan bahwa rata-rata konselor sekolah memahami tentang tugas perkembangan siswa, dalam setiap bimbingan dan konseling yang dilakukan. Dengan demikian konselor sekolah yang ada di Kota Pekanbaru mampu memberikan layanan bimbingan dan konseling yang berlandaskan tugas perkembangannya, dengan merujuk dari penjelasan yang di dapat dari hasil analisis 35 butir pernyataan yang ada yang diisi oleh 37 orang responden(konselor sekolah), yang menghasilkan bahwa konselor sekolah telah memahami tugas perkembangan siswa.
76
Selanjutnya, untuk aplikasi dari pemahaman tersebut dalam bimbingan dan konseling tentu saja menjadi lebih mudah karena konselor sekolah yang tergabung dalam musyawarah guru bimbingan dan konseling masuk dalam kategori memahami tugas perkembangan siswa. Artinya konselor sekolah memahami kebutuhan siswa dalam setiap perkembangan yang dilalui setiap siswa dalam rentang usia yang dilewati. Layanan yang diterapkan dalam bimbingan dan konseling tentu menjadi tepat sasaran karena konselor sekolah mengerti apa yang dilakukan, ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Ridwan (2008: 140) bahwa, pemahaman konselor sekolah tentang tugas-tugas perkembangan, memegang peranan penting untuk menentukan arah perkembangan yang normal. Jika konselor tidak paham tugas perkembangan siswa itu dapat menimbulkan bahaya potensial yang dialami siswa, konselor harus mewaspadai bahaya potensial tersebut dengan memahami tugas perkembangan agar siswa mampu berkembangan secara optimal, adapun bahaya potensial itu antara lain: 1.
Harapan-harapan yang kurang tepat
2.
Melangkahi tahap tertentu dalam perkembangan sebagai akibat kegagalan menguasai tugas-tugas perkembangan tertentu.
Ketegangan dan tekanan kondisi-kondisi yang dapat mengarah pada suatu krisis ketika memasuki tugas-tugas perkembangan yang baru. Konselor sekolah sebagai orang yang ahli dalam mendiagnosis kebutuhan tentu saja mampu membimbing siswa mampu memenuhi dan melewati tugas-tugas perkembangan
77
siswa, agar siswa berkembang secaraoptimal dan mampu memasuki tugas-tugas perkembangan yang baru sepanjang rentang kehidupan. Dengan demikian hasil penelitian ini juga sesuai dengan pendapat Ahman (dalam Mamat Supriatna, 2011:32) yang mengatakan bahwa konselor itu seperti spesialis pertumbuhan dan perkembagan siswa, dalam mempelajari dan memahami dunia dalam diri siswa, konselor sekolah juga bekerja sebagai perancang dan pemegang kurikulum dalam pengembangan kognitif, afektif, dan perkembangan serta pertumbuhan fisik. Ini berarti dengan kategori memahami tersebut konselor sekolah menjadi seorang spesialis yang mengerti apa yang menjadi kebutuhan siswa dalam meberikan layanan bimbingan dan konseling. Hal ini juga berarti bahwa konselor tidak asal-asalan dalam memberikan layanan, melainkan terencana dan dapat diukur keberhasilan layanan yang diberikan, dan tentu saja dengan menjadi konselor sekolah yang memahami tugas perkembangan siswa maka penyimpangan-penyimpangan terhadap pencarian jatidiri siswa mampu ditekan atau di minimalisir karena konselor sekolah mampu memahami apa yang menjadi permasalahan yang siswa lalui dalam rentang umur tersebut melalui terpenuhinya tugas perkembangan siswa. Jabatan konselor sekolah konselor sekolah dalam kategori memahami/tinggi tentang tugas perkembangan siswa berdampak pada mampunya konselor mengarahkan siswa dalam berbagai hal tentang tugas perkembangan mereka diantaranya mampu mencegah timbulnya geng yang merupakan perwujudan diri remaja dalam menentang sesuatu yang dianggapnya mengekang selama ini. Dengan demikian konselor sekolah yang memahami tugas perkembangan siswa
78
mampu mengarahkan siswa memahami etika pergaulan yang sesuai dengan tuntutan masyarakat, berkaitan dengan tingkah laku siswa dalam kelompoknya, seperti yang di ungkapkan Mortimer J. Adler (dalam B. Renita Mulyaningtyas & Yusup Purnomo Hadiyanto, 2007:51) bahwa siswa harus diarahkan pada etika pergaulan yang meliput, kebenaran, kebaikan, keindahan, kebebasan, persamaan, keadilan, sehingga siswa memiliki pergaulan yang sehat dalam kesehariannya. 2. Layanan Bimbingan dan Konseling Layanan bimbingan dan konseling dianalisa oleh peneliti menggunakan alat analisis persentase untuk mengetahui persentase dari jenis layanan bimbingan dan konseling yang digunakan oleh konselor pada setiap permasalah yang dialami oleh siswa. Dari hasil pengolahan data, peneliti memperoleh gambaran layanan bimbingan dan konseling yang digunakan oleh konselor, dari Tabel 9 diperoleh gambaran bahwa konselor di sekolah lebih banyak menggunakan Layanan Informasi dalam memberikan bimbingan dan layanan konseling bagi siswa. Dari tabel 9 tersebut, konselor sekolah menggunakan Layanan Informasi sebanyak 259 dari 35 butir pernyataan dalam angket yang diberikan atau sama dengan 20%, disusul kemudian dengan menggunakan jenis Layanan Bimbingan Kelompok, yang digunakan sebanyak 221 atau sama dengan 17,07%. Jenis layanan yang paling sedikit digunakan adalah Layanan Konsultasi yang diterapkan sebanyak 11 kali atau sama dengan 0,85%, kemudian disusul oleh Layanan Mediasi yang digunakan oleh konselor sekolah sebanyak 75 kali atau sama dengan 5,79%.
79
Pemberian Layanan Informasi yang lebih banyak kepada siswa menunjukkan bahwa konselor sekolah di Pekanbaru memahami struktur penggunaan layanan kepada siswa dalam artian konselor sekolah ingin memberikan banyak informasi berkenaan tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh siswa agar terhindar dari kenegatifan atau perkembangan kearah yang negatif oleh siswa karena kesalahan dalam mengidentifikasi diri. Pemberian informasi menjadi hal yang terutama yang menjadi bentuk layanan bimbingan dan konseling oleh konselor sekolah di Pekanbaru, hal ini bertujuan untuk menjadikan setiap siswa mengetahui tugas perkembangan mereka dan agar mereka mampu melewati serta memenuhi tugas perkembangan tersebut yang dibantu oleh konselor sekolah sebagai wadah untuk siswa supaya mereka mampu menyelesaikan dan memenuhi tugas perkembangan tersebut serta hal-hal yang penting pada setiap permasalahan di lalui dalam penuhan tugas perkembangan tersebut. Layanan Konsultasi yang paling sedikit digunakan oleh para konselor di sekolah menggambarkan bahwa layanan ini diberikan kepada siswa sebagai solusi terakhir yang digunakan pada permasalahan siswa yang lebih kompleks. Pemberian Layanan Konsultasi kepada siswa merupakan bimbingan yang lebih intensif yang melibatkan orang ketiga sehingga masalah siswa dapat tertuntaskan, ini artinya konselor sekolah jarang menggunakan layanan konsultasi yang memungkinkan untuk membahas permasalahan untuk mencarikan jalan penyelesaiannya.
80
Hasil analisis pemahaman konselor tentang tugas perkembangan siswa dan layanan yang diberikan di atas memberikan hasil yang searah. Analisis pada layanan bimbingan dan konseling yang menghitung persentase penggunaan layanan konseling pada setiap butir tugas perkembangan siswa menunjukkan bahwa rata-rata konselor sekolah mampu membedakan dan menerapkan setiap layanan yang diberikan pada masing-masing butir tugas perkembangan siswa. Hal ini ditunjukkan pada penggunaan Layanan Informasi sebagai jenis layanan yang dominan digunakan, dimana Layanan Informasi secara umum bermaksud untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang berbagai hal yang di perlukan untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan sehingga tercapai tugas perkembangan siswa sesuai dengan perencanaan konselor dengan memperhatikan kebutuhan tugas perkembangan siswa. Dengan demikian maka Layanan Informasi ini wajib untuk di berikan kepada siswa sebagai sebuah pembekalan dalam mencapai tujuan siswa di sekolah untuk menjelaskan dan mengimformasikan segala sesuatu yang bertujuan terpenuhinya tugas perkembangan siswa tersebut.
C. Keterbatasan dalam Penelitian Penelitian ini membahas mengenai pemahaman konselor sekolah terhadap tugas perkembangan siswa, adapun sasaran dalam penelitian ini adalah konselor sekolah yang tergabung dalam Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling SMA Negeri di Kota Pekanbaru. Dalam penelitian ini peneliti menyadari masih banyak kekurangannya, peneliti menyadari bahwa:
81
1. Mengenai sasaran penelitian ini hanya konselor sekolah yang tergabung dalam Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling SMA Negeri di Kota Pekanbaru, yang bisa jadi tidak mengalami masalah yang sama dengan konselor sekolah yang berada di kota lain. 2. Mengenai pembahasan dalam penelitian ini telah di upayakan seoptimal mungkin, namun dirasa belum terlalu meluas dan lengkap untuk menyempurnakan penelitian ini 3. Kekurangan buku sumber khususnya yang membahas materi tentang tugas perkembangan siswa. 4. Penelitian ini baru membahas satu variabel penting dalam pelayanan bimbingan dan konseling, sehingga perlu kiranya dikembangkan kembali. Dengan keterbatasan tersebut, peneliti mengharapkan adanya masukan dari pembaca dan ini juga bisa menjadi penelitian lanjutan, dengan kajian Pemahaman Tugas Perkembangan siswa yang menjadi misi bimbingan dan konseling dalam ketercapaian tugas perkembangan tersebut dan dengan teori lebih baik, sehingga bisa menjadi bahan pertimbangan bagi setiap semua konselor sekolah dalam memberikan layanan atau dalam membuat program layanan yang akan diberikan kepada siswa.
82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan maka dapat diberikan kesimpulan sebagai berikut: 1. Konselor sekolah masuk dalam kategori memahami/tinggi terhadap tugas dan perkembangan siswa dan layanan yang diberikan 2. Rata-rata konselor memberikan Layanan Informasi yang berlandaskan tugas perkembangan siswa sebagai jenis layanan yang dominan digunakan sebagai media penyampaian informasi dan Layanan Konsultasi sebagai layanan yang paling sedikit digunakan. B. Implikasi Hasil penelitian yang dilakukan terhadap guru bimbingan dan konseling/konselor sekolah berkualifikasi S1 BK sebagaimana dikemukakan pada Bab IV, menunjukkan hasil yang tinggi/memahami tugas perkembangan siswa dan layanan yang diberikan kepada siswa. Walaupun pemahaman konselor sekolah berkualifikasi S1 BK dalam kategori tinggi/memahami, tetap perlu diberikan pendidikan dalam jabatan sebagai konselor sekolah (inservice training), seminar, pelatihan ataupun workshop berkenaan dengan tugas perkembangan siswa dalam pemberian layanan, sehingga pemahaman guru bimbingan dan konseling/konselor sekolah tentang tugas perkembangan siswa dan layanan yang diberikan menjadi semakin meningkat.
82
83
Dalam kaitan ini peranan pendidikan dalam jabatan sebagai konselor sekolah (in-service training), seminar, pelatihan ataupun workshop berguna agar kemampuan konselor tersebut bisa diaplikasikan dalam bimbingan dan konseling berkenaan tentang pemahaman konseling khususnya tugas perkembangan siswa. Dengan demikian ini akan membantu konselor sekolah dalam penerapan konsep tentang konseling dengan pembuatan program layanan yang diberikan terhadap siswa tentang tugas perkembangan siswa. Pendidikan dalam jabatan konselor sekolah (in-service training), seminar, pelatihan ataupun workshop seharusnya dapat memperkaya konsep konselor sekolah di sekolah dan dapat mengaktualisasikan konsep tersebut ke dalam kegiatan praktek layanan konseling yang dilakukan. Hal tersebut tentunya juga diiringi oleh penciptaan iklim pendidikan dalam seminar, pelatihan ataupun workshop yang menumbuh kembangkan nilai-nilai dan syarat-syarat kepribadian konselor sekolah yang profesional yang memahami tugas dan fungsi mereka sebagai konselor sekolah. Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling SMAN se-Kota Pekanbaru sebagai lembaga persatuan konselor sekaligus sebagai lembaga pendidikan tenaga konselor juga seharusnya lebih sering mengadakan seminar, pelatihan ataupun workshop berkenaan dengan konseling tugas perkembangan siswa serta pemberian layanan yang sesuai dengan tugas perkembangan siswa, agar konselor sekolah mampu memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan mendapatkan wawasan,
84
pengetahuan, keterampilan, tentang tugas perkembangan siswa dengan pemberian layanan yang berlandaskan tugas perkembangan tersebut. C. Saran Beberapa
saran
yang
dapat
peneliti
sampaikan
sesuai
dengan
permasalahan penelitian ini adalah: 1. Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling sebagai wadah konselor sekolah di Pekanbaru hendaknya mampu lebih meningkatkan pemahaman konselor sekolah tentang tugas perkembangan dengan mengikuti seminar atau pelatihan yang diberikan kepada konselor sekolah, dan tidak hanya itu seharusnya konselor sekolah sudah mampu menerapkan pemahaman terhadap tugas perkembangan siswa dalam bentuk pemberian layanan kepada siswa, sehingga konseling yang diberikan menjadi tepat sasaran karena sesuai dengan kebutuhan yang dialami siswa 2. Konselor sekolah dalam memberikan layanan memang sudah harus sesuai dengan tugas perkembangaan siswa sessuai dengan yang dipahami sehingga tugas perkembangan siswa tersebut dapat dilalui dan dipenuhi dengan baik, konselor sekolah sudah seharusnya mengerti peran sebagai seorang konselor sehingga pemahaman yang dimiliki mampu diaplikasikan dalam bentuk pembuatan rencana pelaksanaan layanan yang sesuai dengan kebutuhan siswa, dengan memperhatikan tugas perkembangan yang dilalui dalam rentang umur siswa. 3. Kepala sekolah se-Kota Pekanbaru hendaknya memfasilitasi apa yang diperlukan oleh konselor sekolah sehingga lebih mampu memaksimalkan tugas dan fungsinya dalam memberikan layanan kepada siswa, misal
85
pemberian pelatihan peningkatan kemampuan konselor sekolah terutama dalam bidang ketercapaian siswa terhadap tugas perkembangan yang menjadi misi utama konselor sekolah.
86
DAFTAR RUJUKAN Ahmad Juntika. 1993. “Kualitas hubungan guru pembimbing dengan siswa dalam penyuluhan dan hubungannya dengan perilaku efektif siswa, studi deskriptif-analitik tentang persepsi siswa pengguna jasa bimbingan dan penyuluhan di beberapa SMA Negeri Kabupaten Bandung tahun ajaran 1993/1994”. Ringkasan Tesis. (Online) (http://Detailhalaman.untuk.etd1215106-094234.htm diakses 25 januari 2012). A. Muri Yusuf. 2005a. Metodologi Penelitian. Padang: Universitas Negeri Padang . 2005b. Evaluasi Pendidikan Dasar-dasar dan Teknik. Padang: UNP Press. Anas Sudijono. 2011. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Belkin, Gary, S. 1975. Practical Counseling In the School. Amerika: Wm. C. Brown Company Publishers. Brammer, M, Lawrence. 1982. Therapeutic Psychologi, USA : AppletonCentury-Crofts Inc. B. Renita Mulyaningtyas & Yusup Purnomo Hadiyant. 2007. Bimbingan Konseling untuk SMA dan MA. Jakarta: Erlangga Budiman Chandra. 1995. Pengantar Statistik Kesehatan. Jakarta: IKAPI. Delaney, J., Daniel. 1972. The Counseling Process. Chicago: Rand McNally & Company Depdiknas, Pusat Kurikulum Balitbang. 2006. Panduan Pengembangan Diri. Jakarta: Depdiknas Dessy Sofyanti. 2010. Persepsi siswa tentang kepribadian guru pembimbing di sekolah Serta implikasinya bagi bimbingan konseling (studi di sma negeri kota padang) Tesis tidak diterbitkan. Dina Sukma. 2009. Perilaku Merokok Siswa Serta Implikasinya Terhadap Bimbingan dan Konseling (Studi Kasus di SMA Pertiwi I Padang). Tesis, tidak diterbitkan. Donn Byrne. Rober A Baron. 2003. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga
86
87
Erfrod, T, Bradley. 2004. Profesional School Counseling. USA: CAPS Press Fenti Hikmawati. 2010. Bimbingan Konseling. Jakarta: PT. Rajawali Grafindo Persada. Geldard, Kathryn. David Geldard. 2011. Keterampilan Praktik Konseling. Terjemahan oleh Eva Hamdiah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Hurlock, Elizabeth. B. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Terjemahan oleh Istiwidayanti dan Soedjarno. Jakarta: Penerbit Erlangga. Imam Gozali. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Jonathan Sarwono. 2007. Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS. Yogyakarta: Andi Offset. Mamat Supriatna. 2011. Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi. Jakarta: PT. Raja Grafindo persada Mc Leod, John. 2003. Pengantar Konseling. Jakarta: Kencana Perdana Grup Miftahuddin, dkk. 2011. Konseling Kejiwaan. Pekanbaru: UIN Pers Mubin, Ani Cahyadi. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: IKAPI Panut Panuju, Ida Umami. 1999. Psikologi Remaja. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Pietrofesa, J. Jhon, dkk. 1982. The Authentic Counselor. New York: John Wiley & Son. Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan Konseling. Cetakan ke dua, Jakarta: Rineka Cipta. Prayitno, dkk. 1997. Seri Pemandu Pelaksanaan BK di Sekolah. Buku III Pelayanan BK di SMU, Jakarta: PT Ikrar Mandiri Abadi. Prayitno. 2004. Dasar Standarisasi Profesi Konseling. Dirjen PT. Diknas
88
. 2004b. Seri Layanan Bimbingan dan Konseling. Layanan L1L9.Padang: FIP. Jurusan BK, UNP Ridwan. 2008. Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ronny Kountur. 2005. Metode Penelitian untuk skripsi dan tesis. Jakarta: Ppm. Sarwono, Wirawan. 2008. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. .2009. Pengantar Psikologi Umum, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Shertzer and Stone. 1980. Fundamentals of Counseling. Boston: Houhgton Mifflin Company. Soegyarto Mangkuatmodjo. 1997. Pengantar Statistik. Jakarta: Rineka Cipta. Sofyan S Willis. 2004. Konseling Individual. Bandung: CV. Alfabeta. Sumardi Suryabrata. 2006. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Sugiyono. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Surat Keputusan Mendikbud No. 025/O/1995 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Undang-undang Republik Indonesia. Nomor 20, Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2008. Jakarta: Diperbanyak oleh PT. Sinar Grafika. Winkel, W.S. 2005. Bimbingan dan Konseling di Intitusi Pendidikan. Edisi Revisi, Jakart a: Gramedia Zulkifli L. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Zuwana. 2008. Tingkat Aspirasi Pendidikan dan Jabatan Siswa SMA Serta Implikasinya Bagi Bimbingan dan Konseling. Tesis, tidakp diterbitkan. Padang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang http://.Antarariaunews.com, 23 Januari 2012 http://.youtube.com, 21 Mei 2011
89
http://viendaungu.blogspot.com
90
LAMPIRAN
91
Data Jawaban Responden Summarize Tugas Perkembangan Siswa
1
X1 4
2 3
X2 5
X3 5
X4 4
X5 5
X6 5
X7 5
X8 2
X9 4
X10 5
X11 5
X12 5
X13 4
X14 4
5
5
4
5
5
5
4
4
5
5
4
3
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
5
3
3
5
4
4
5
4
5
4
5
2
4
4
5
4
5
5
6
5
4
4
5
5
4
4
4
5
4
4
3
3
3
7
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
5
3
3
8
4
5
5
4
5
5
5
5
4
5
5
4
4
4
9
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
4
5
5
10
5
4
5
5
5
4
5
4
5
4
5
4
5
5
11
4
5
5
4
5
5
5
5
4
5
5
5
4
4
12
4
5
5
4
5
5
5
4
4
5
5
4
5
5
13
3
5
5
3
5
5
5
3
3
5
5
3
3
3
14
3
4
5
3
4
4
5
4
3
4
5
3
2
5
15
2
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4
3
4
3
16
3
4
4
3
4
4
4
3
3
4
4
3
4
3
17
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
18
4
4
2
4
5
4
4
2
3
4
4
3
4
3
19
4
5
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
4
4
20
5
4
4
5
5
5
5
4
4
5
5
4
5
5
21
5
5
5
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
3
22
5
4
4
4
5
4
4
4
4
5
4
4
4
5
23
4
5
5
4
4
3
4
5
4
4
5
5
4
4
24
5
5
5
4
4
4
5
5
4
4
5
4
4
5
25
5
5
5
5
5
4
5
5
5
5
5
5
4
4
26
5
5
5
5
5
4
4
5
5
5
5
5
5
5
27
5
5
5
4
5
4
5
5
4
4
4
5
4
4
28
4
5
5
5
5
4
5
5
5
5
5
5
5
5
29
5
5
5
4
5
4
4
4
4
5
4
5
4
4
30
5
5
5
4
5
4
4
4
4
5
4
5
4
4
31
5
4
3
5
4
4
5
5
5
4
5
5
4
5
32
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
33
5
5
5
4
4
4
4
5
4
4
4
5
4
4
34
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
3
35
5
5
5
4
4
3
4
4
4
4
4
5
4
3
36
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
37
5
5
5
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
X15
92
X16
X17
X18
X19
X20
X21
X22
X23
X24
X25
X26
X27
X28
X29
X30
1
5
5
4
4
4
3
5
5
4
5
5
4
4
5
4
2
4
5
5
4
5
4
5
4
5
4
5
5
5
5
5
3
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
3
4
4
4
5
3
4
4
4
5
5
5
5
5
4
5
4
4
4
4
5
4
4
4
4
5
5
5
5
5
4
6
4
2
2
4
4
3
5
5
2
3
4
4
4
4
2
7
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
8
5
5
5
5
4
4
4
5
4
5
5
4
4
4
5
9
4
5
5
5
4
4
4
4
4
5
4
5
4
4
5
10
3
4
4
4
5
5
4
5
5
4
4
5
5
4
4
11
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
5
5
4
5
5
12
4
4
5
5
5
5
5
5
4
5
4
5
5
4
5
13
4
4
5
3
5
4
5
4
2
3
3
4
5
5
5
14
4
3
4
3
3
4
4
3
5
5
4
5
4
4
4
15
3
4
4
4
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
4
16
3
4
4
4
5
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
17
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
18
2
3
4
2
4
3
4
4
3
4
3
4
3
2
4
19
4
4
2
3
4
3
4
4
3
4
4
3
3
4
2
20
3
5
4
4
4
4
5
5
4
5
5
5
4
5
4
21
4
4
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
22
5
4
5
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
5
23
5
4
5
4
4
4
4
5
4
3
3
3
4
4
4
24
5
5
5
5
5
4
4
5
5
4
4
4
5
5
4
25
5
5
5
5
5
4
4
5
4
4
4
4
5
5
5
26
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
3
4
5
4
4
27
5
5
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
5
4
4
28
4
4
5
5
5
3
4
5
5
4
4
5
5
4
5
29
5
4
5
4
5
5
5
5
5
4
4
4
5
4
4
30
5
4
5
5
5
5
5
5
5
4
4
4
5
4
4
31
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
32
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
33
5
4
5
5
4
4
4
4
3
4
4
4
3
5
5
34
5
5
4
5
5
4
4
4
3
4
4
5
3
5
5
35
4
4
5
4
4
3
4
4
3
4
4
4
3
5
5
36
4
5
4
3
4
4
4
4
4
3
3
3
3
3
3
37
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
93
X31
X32
X33
X34
X35
Tugas_ Perkembangan _Siswa
1
4
5
4
4
5
154
2
5
5
4
5
4
162
3
5
5
5
5
5
173
4
4
5
5
5
4
147
5
4
5
5
5
4
153
6
5
4
5
4
5
134
7
3
4
4
4
4
136
8
5
5
5
4
5
161
9
3
4
3
4
4
157
10
3
4
4
5
5
155
11
5
5
4
4
4
161
12
5
4
5
5
5
164
13
3
3
4
5
4
141
14
3
4
4
4
3
135
15
4
3
4
3
3
122
16
4
4
4
3
4
131
17
5
5
5
5
5
161
18
2
3
3
3
4
118
19
3
4
3
3
4
125
20
4
5
4
4
5
157
21
5
5
5
5
5
154
22
5
5
5
5
4
153
23
5
4
5
5
5
148
24
5
5
5
5
5
162
25
5
5
4
5
5
164
26
5
5
5
5
4
167
27
4
4
4
5
5
150
28
5
5
5
5
4
164
29
5
5
5
5
5
158
30
5
4
5
4
5
157
31
4
5
5
5
5
151
32
4
5
5
5
5
145
33
4
5
5
4
5
151
34
5
5
4
5
5
160
35
5
5
5
5
5
146
36
4
5
5
4
5
140
4 5 a Limited to first 100 cases.
5
5
4
148
37
94
Summarize Pemahaman Konselor
Y10
Y11
Y12
Y13
Y14
1
Y1 5
Y2 5
Y3 4
Y4 3
Y5 5
Y6 4
Y7 4
Y8 4
Y9 4
4
4
5
5
5
2
4
5
5
3
5
4
5
5
3
5
4
5
4
4
3
5
5
5
5
5
5
5
5
5
2
5
5
5
5
4
4
5
5
5
4
4
5
5
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
4
4
4
5
5
5
5
4
4
5
5
6
4
4
4
3
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
7
4
4
4
3
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
8
5
5
4
4
5
5
4
4
5
5
5
5
5
5
9
5
4
5
4
5
5
4
4
4
4
5
5
5
5
10
5
4
5
4
4
4
5
5
4
5
4
4
4
4
11
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
5
5
5
4
12
5
4
5
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
13
5
3
4
3
5
3
5
5
4
3
3
5
5
3
14
5
4
5
3
4
3
4
3
4
3
3
4
5
5
15
4
3
3
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
3
16
4
4
4
3
4
4
3
5
4
4
4
4
4
3
17
4
5
5
5
4
5
5
5
4
4
5
4
5
5
18
4
3
4
3
4
2
3
4
2
2
2
4
4
4
19
4
4
3
3
4
3
3
4
4
4
3
4
4
4
20
5
5
5
4
5
4
4
4
4
4
4
5
5
5
21
4
4
5
4
5
4
5
5
4
5
4
4
5
4
22
4
4
4
5
3
4
5
5
5
4
4
5
4
5
23
5
4
3
4
4
5
4
5
5
4
5
5
4
5
24
5
5
5
5
4
5
5
4
4
5
5
4
4
4
25
5
4
5
4
5
4
5
4
4
5
4
5
5
5
26
5
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
4
5
4
27
4
4
4
5
4
5
5
4
5
4
4
4
5
5
28
5
4
5
4
5
4
4
5
4
5
5
5
4
4
29
5
5
4
5
4
5
4
5
5
4
5
5
4
5
30
5
4
5
5
5
5
4
5
4
5
5
4
5
5
31
5
5
4
4
4
4
4
5
5
5
4
5
5
4
32
4
5
5
4
5
4
5
4
5
4
4
4
5
4
33
4
4
5
4
4
5
4
4
4
5
5
5
5
5
34
5
5
5
5
5
4
4
4
5
5
5
5
4
5
35
4
4
5
4
4
5
5
5
4
4
5
5
4
4
36
5
5
4
4
5
5
5
5
4
5
4
4
5
5
37
5
5
5
5
5
4
4
5
5
4
5
5
4
5
Y15
95
Y16
Y17
Y18
Y19
Y20
Y21
Y22
Y23
Y24
Y25
Y26
Y27
Y28
Y29
Y30
1
4
5
3
4
4
5
5
4
4
4
4
3
4
5
4
2
5
5
3
5
5
4
4
5
5
4
5
4
4
4
5
3
5
5
5
5
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
3
3
3
3
4
4
4
5
3
4
4
4
5
5
5
4
5
5
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
6
4
4
3
3
3
4
4
2
2
4
4
3
4
5
2
7
4
4
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
8
4
5
4
4
4
5
5
4
5
5
4
4
5
5
4
9
5
4
4
5
5
4
4
4
5
5
4
4
5
4
4
10
5
4
4
5
5
3
3
5
4
4
5
5
4
5
5
11
5
5
5
4
4
5
5
4
5
5
5
4
5
4
4
12
5
4
4
5
5
4
4
4
5
5
5
5
5
5
4
13
4
3
3
3
3
4
4
2
5
3
5
4
3
4
2
14
5
4
3
2
5
4
4
5
4
3
3
4
3
3
5
15
3
3
3
4
3
3
3
3
4
4
4
4
4
3
3
16
4
4
3
4
3
3
3
4
4
4
5
4
4
4
4
17
5
5
5
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
18
4
3
3
4
3
2
2
3
4
2
4
3
2
4
3
19
3
4
3
4
4
4
4
3
2
3
4
3
3
4
3
20
5
5
4
5
5
3
3
4
4
4
4
4
4
5
4
21
5
4
4
4
5
5
4
4
5
4
4
4
5
5
4
22
4
5
4
4
5
4
5
4
4
4
4
4
4
5
5
23
5
4
4
5
5
4
5
4
5
5
4
5
4
5
4
24
5
4
4
4
5
4
4
4
5
5
5
4
4
4
4
25
5
5
4
5
4
4
5
4
5
5
4
5
5
4
5
26
5
5
5
4
5
4
5
4
5
5
5
4
4
5
4
27
4
5
4
4
5
4
5
5
4
4
4
4
4
5
4
28
4
5
4
5
4
5
4
5
5
5
5
4
4
4
5
29
5
4
5
4
4
4
4
5
5
4
4
5
4
4
5
30
4
5
5
4
5
5
4
5
5
5
5
5
5
5
4
31
5
5
4
5
5
4
4
5
4
4
4
4
5
5
5
32
5
4
5
5
4
5
5
4
5
4
5
5
4
4
5
33
5
5
5
5
4
4
5
5
4
5
4
5
5
4
5
34
4
5
5
4
5
5
5
4
5
5
5
4
4
4
5
35
5
4
4
5
4
4
5
4
5
5
4
4
4
5
4
36
5
4
5
5
5
4
4
4
5
4
5
5
5
5
5
37
4
5
4
5
4
5
5
5
4
5
5
5
4
4
5
96
Y31
Y32
Y33
Y34
Y35
Pemahaman_ Konselor
1
5
5
4
4
5
150
2
4
5
5
5
5
157
3
5
5
5
5
5
171
4
5
5
5
5
5
150
5
5
5
5
5
5
159
6
3
4
4
4
4
128
7
4
4
4
4
4
132
8
5
5
4
4
4
159
9
5
4
5
4
4
157
10
4
4
5
5
4
154
11
4
5
5
4
5
164
12
5
4
5
5
4
164
13
3
3
4
5
5
131
14
5
4
5
4
4
137
15
3
3
3
3
3
121
16
3
4
4
3
4
132
17
5
5
5
5
5
165
18
4
3
4
3
2
110
19
4
4
3
3
4
124
20
5
5
5
4
5
154
21
5
5
5
5
4
156
22
5
4
5
4
5
153
23
5
5
5
4
5
158
24
5
4
5
4
5
157
25
5
5
5
5
5
163
26
5
5
5
4
5
159
27
5
5
4
4
5
154
28
5
4
5
4
5
158
29
4
5
5
5
5
160
30
5
5
4
4
5
165
31
4
5
5
5
4
159
32
5
5
4
5
5
159
33
5
5
5
5
5
163
34
4
4
5
4
4
161
35
4
5
5
4
5
155
36
5
4
5
5
4
163
5 4 a Limited to first 100 cases.
5
4
5
163
37
97
Jenis Layanan Summarize Case Summaries(a)
Item_ Layanan 1
Item_ Layanan 2
Item_ Layanan 3
Item_ Layanan 4
Item_ Layanan 5
Item_ Layanan 6
Item_ Layanan 7
Item_ Layanan 8
Item_ Layanan 9
Item_ Layanan 10
1
2
3
1
8
5
7
6
6
5
5
2
2
4
2
6
5
3
7
7
2
5
3
1
1
5
6
7
6
6
2
2
5
4
1
3
1
6
4
4
6
7
5
2
5
2
3
5
8
5
7
6
6
5
5
6
2
1
2
4
7
3
7
7
2
5
7
2
2
1
8
6
5
6
6
2
5
8
2
3
5
3
6
7
5
2
2
5
9
2
3
5
4
7
6
2
7
2
2
10
2
2
3
6
5
6
7
2
1
2
11
2
3
4
4
3
3
3
5
5
1
12
2
4
3
3
7
4
7
8
9
5
13
2
2
1
8
5
7
6
6
5
5
14
2
1
5
7
6
4
6
7
8
2
15
2
3
2
6
7
2
6
2
4
3
16
2
4
4
8
6
1
7
1
2
5
17
1
2
5
6
2
7
2
2
2
2
18
1
3
1
5
5
6
6
7
5
1
19
2
9
1
8
7
6
7
6
2
5
20
2
1
1
6
6
8
5
7
5
2
21
1
1
5
4
5
5
3
7
4
8
22
2
2
5
6
7
6
6
2
5
2
23
2
3
2
4
4
6
4
6
5
5
24
2
3
1
8
6
7
7
1
2
5
25
1
3
1
6
5
7
7
2
2
8
26
2
6
1
7
4
4
7
4
7
7
27
2
2
2
6
5
6
5
2
2
5
28
1
3
1
5
4
4
6
7
5
2
29
1
1
5
8
7
6
9
2
5
8
30
2
3
1
8
5
7
6
6
5
5
31
2
4
2
6
5
3
7
7
2
5
32
2
3
5
8
7
7
5
2
4
3
33
1
3
1
8
7
7
8
2
2
5
34
2
2
2
4
5
6
2
7
2
8
35
2
2
6
3
5
6
7
2
2
5
36
2
3
6
3
6
6
7
2
5
8
37
1
3
1
8
4
4
6
7
5
8
98
Item_ Layanan 11
Item_ Layanan 12
Item_ Layanan 13
Item_ Layanan 14
Item_ Layanan 15
Item_ Layanan 16
Item_ Layanan 17
Item_ Layanan 18
Item_ Layanan 19
Item_ Layanan 20
1
6
4
3
5
3
4
2
5
3
4
2
7
4
5
3
4
3
3
8
5
4
3
7
3
5
6
7
4
4
8
4
5
4
6
6
3
5
6
5
3
7
6
6
5
6
4
5
3
3
4
3
5
3
4
6
2
3
3
3
4
6
3
4
4
3
7
7
4
6
3
3
4
2
5
3
3
8
2
4
6
3
4
5
5
5
5
4
9
2
6
5
3
4
3
2
2
6
4
10
6
4
7
5
3
4
3
8
3
3
11
2
6
3
5
6
5
5
5
6
5
12
2
5
4
3
5
3
2
4
4
3
13
6
4
6
7
4
6
2
5
3
4
14
2
4
8
5
3
4
8
2
7
6
15
6
2
6
5
4
4
3
8
6
4
16
7
6
3
6
4
3
3
5
6
3
17
6
2
5
3
6
2
2
2
3
4
18
2
4
6
5
6
4
2
5
3
8
19
1
4
6
5
3
6
2
5
4
2
20
2
6
3
6
4
4
2
5
6
3
21
6
3
3
3
3
3
3
7
7
4
22
2
4
4
9
3
5
3
1
4
3
23
6
4
6
5
3
7
2
5
3
4
24
6
3
5
3
3
3
3
4
4
4
25
6
4
7
3
3
4
4
8
4
3
26
7
7
6
5
4
3
8
8
6
6
27
2
4
4
9
3
5
3
5
2
3
28
2
4
6
6
4
3
2
8
6
3
29
6
6
3
5
6
1
5
8
7
5
30
6
4
6
3
3
4
3
5
3
4
31
7
4
6
3
7
3
3
8
5
5
32
5
2
3
5
4
3
6
5
3
3
33
6
3
7
3
3
4
4
4
4
3
34
2
1
6
5
4
3
2
8
6
2
35
6
4
6
3
3
4
2
5
3
4
36
2
4
5
3
4
5
3
5
5
4
37
2
1
3
5
6
4
2
8
4
3
99
Item_ Layanan 21
Item_ Layanan 22
Item_ Layanan 23
Item_ Layanan 24
Item_ Layanan 25
Item_ Layanan 26
Item_ Layanan 27
Item_ Layanan 28
Item_ Layanan 29
Item_ Layanan 30
1
4
4
2
6
5
5
7
8
5
7
2
5
6
3
2
2
2
8
1
6
6
3
5
6
4
2
2
2
8
1
6
6
4
2
7
1
4
5
6
7
8
7
7
5
4
4
2
6
2
2
5
8
5
6
6
5
2
5
1
8
3
8
4
3
5
7
6
4
2
6
2
5
8
8
5
6
8
4
2
4
4
2
2
6
6
4
6
9
2
2
2
2
2
2
6
2
5
2
10
2
3
1
1
1
1
1
1
6
1
11
4
4
4
6
2
5
8
8
5
7
12
7
6
8
4
5
7
2
3
5
7
13
4
4
2
6
5
5
6
8
5
7
14
2
3
7
2
2
2
2
1
7
8
15
6
6
2
6
2
6
8
2
1
1
16
5
2
3
2
2
2
8
7
4
4
17
2
3
3
5
2
2
6
8
6
6
18
4
2
4
5
2
2
2
4
4
6
19
4
6
1
1
2
1
8
1
5
1
20
4
2
1
2
1
2
6
1
1
7
21
6
2
7
8
8
8
5
4
4
6
22
9
6
6
8
8
8
1
1
4
6
23
4
4
2
4
5
5
6
8
5
7
24
3
5
1
5
1
1
4
7
8
7
25
4
6
2
2
2
2
4
5
6
4
26
4
4
2
6
5
5
7
8
5
7
27
9
4
6
8
8
8
1
1
4
6
28
6
2
2
4
2
2
2
2
2
6
29
2
3
2
4
2
2
7
4
4
2
30
4
4
2
6
2
2
5
8
5
6
31
2
4
3
6
2
4
2
1
6
6
32
2
6
2
4
2
6
8
8
4
7
33
4
5
6
2
2
2
8
5
2
4
34
1
2
6
2
2
2
6
2
2
6
35
4
4
2
6
5
5
7
8
5
7
36
4
2
4
5
6
2
8
1
1
6
37
1
2
2
5
2
2
8
2
2
6
100
Item_ Layanan 31
Item_ Layanan 32
Item_ Layanan 33
Item_ Layanan 34
Item_ Layanan 35
1
2
2
5
6
7
2
1
2
5
6
7
3
2
5
3
4
7
4
1
6
4
5
6
5
2
9
7
5
7
6
4
5
3
4
6
7
6
2
3
5
6
8
2
2
7
6
5
9
2
2
2
2
2
10
1
6
1
4
6
11
2
2
2
5
6
12
6
6
5
6
7
13
2
2
5
6
7
14
2
6
6
5
6
15
1
6
5
6
7
16
4
6
5
6
7
17
4
6
2
5
6
18
6
5
3
4
7
19
6
5
3
4
7
20
6
5
3
4
7
21
2
5
3
4
7
22
6
1
6
1
6
23
2
2
5
6
7
24
1
8
7
7
1
25
9
2
5
3
3
26
2
2
5
6
7
27
4
5
1
1
6
28
6
2
2
2
2
29
6
5
6
7
2
30
2
9
7
5
7
31
1
6
5
6
7
32
1
6
5
6
7
33
9
2
5
3
3
34
2
2
2
4
6
35
4
6
5
6
7
36
6
6
7
6
5
37
6
2
4
2
6
101
Uji Validitas Pearson "Correlation Product Moment" Correlations
Tugas_Perkembangan_ Siswa X1
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X5
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X6
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X7
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X8
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X9
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X10
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X11
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X12
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X13
Pearson Correlation
.560(*) .010 20 .466(*) .038 20 .611(**) .004 20 .560(*) .010 20 .475(*) .034 20 .674(**) .001 20 .585(**) .007 20 .451(*) .046 20 .524(*) .018 20 .674(**) .001 20 .585(**) .007 20 .542(*) .014 20 .544(*)
102
Sig. (2-tailed) N X14
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X15
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X16
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X17
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X18
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X19
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X20
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X21
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X22
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X23
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X24
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X25
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X26
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X27
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X28
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.013 20 .594(**) .006 20 .639(**) .002 20 .613(**) .004 20 .698(**) .001 20 .639(**) .002 20 .773(**) .000 20 .475(*) .034 20 .590(**) .006 20 .522(*) .018 20 .594(**) .006 20 .602(**) .005 20 .619(**) .004 20 .741(**) .000 20 .733(**) .000 20 .736(**) .000 20
103
X29
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X30
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X31
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X32
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X33
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X34
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X35
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
.690(**) .001 20 .639(**) .002 20 .625(**) .003 20 .741(**) .000 20 .493(*) .027 20 .736(**) .000 20 .594(**) .006 20
104
Correlations
Pemahaman_Konselor Y1
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Y2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Y3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Y4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Y5
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Y6
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Y7
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Y8
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Y9
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Y10
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Y11
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Y12
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Y13
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.558(*) .011 20 .786(**) .000 20 .761(**) .000 20 .766(**) .000 20 .551(*) .012 20 .810(**) .000 20 .707(**) .000 20 .480(*) .032 20 .643(**) .002 20 .494(*) .027 20 .810(**) .000 20 .551(*) .012 20 .623(**) .003 20
105
Y14
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Y15
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Y16
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Y17
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Y18
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Y19
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Y20
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Y21
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Y22
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Y23
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Y24
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Y25
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Y26
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Y27
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Y28
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Y29
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.670(**) .001 20 .487(*) .029 20 .761(**) .000 20 .786(**) .000 20 .766(**) .000 20 .527(*) .017 20 .625(**) .003 20 .596(**) .006 20 .596(**) .006 20 .670(**) .001 20 .607(**) .005 20 .810(**) .000 20 .480(*) .032 20 .605(**) .005 20 .810(**) .000 20 .510(*) .022
106
N Y30
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Y31
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Y32
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Y33
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Y34
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Y35
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
20 .670(**) .001 20 .670(**) .001 20 .786(**) .000 20 .761(**) .000 20 .707(**) .000 20 .693(**) .001 20
107
Uji Reliabilitas Cronbach's Alpha Reliability X
Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
Valid Excluded( a) Total
% 20
100.0
0
.0
20
100.0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.948
35
Reliability Y
Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
Valid Excluded( a) Total
20
% 100.0
0
.0
20 100.0 a Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha .961
N of Items 35
108
Frequencies Tugas Perkembangan Siswa X1
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
TS
1
2.7
2.7
2.7
KS
3
8.1
8.1
10.8
S
13
35.1
35.1
45.9
SS
20
54.1
54.1
100.0
Total
37
100.0
100.0
X2
Frequency Valid
S
13
SS
24
Total
37
Percent 35.1
Valid Percent
Cumulative Percent
35.1
35.1
64.9
64.9
100.0
100.0
100.0
X3
Frequency Valid
TS KS
1
Percent 2.7
Valid Percent 2.7
Cumulative Percent 2.7
1
2.7
2.7
5.4
S
12
32.4
32.4
37.8
SS
23
62.2
62.2
100.0
Total
37
100.0
100.0
X4
Frequency Valid
TS KS
1
Percent 2.7
Valid Percent
Cumulative Percent
2.7
2.7 10.8
3
8.1
8.1
S
21
56.8
56.8
67.6
SS
12
32.4
32.4
100.0
Total
37
100.0
100.0
X5
Frequency Valid
KS
1
Percent 2.7
Valid Percent 2.7
Cumulative Percent 2.7
109
S
14
SS
22
Total
37
37.8
37.8
40.5
59.5
59.5
100.0
100.0
100.0
X6
Valid
Cumulative Percent 5.4
Frequency 2
Percent 5.4
Valid Percent 5.4
S
24
64.9
64.9
70.3
SS
11
29.7
29.7
100.0
Total
37
100.0
100.0
KS
X7
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
S
19
51.4
51.4
51.4
SS
18
48.6
48.6
100.0
Total
37
100.0
100.0
X8
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
TS
3
8.1
8.1
8.1
KS
3
8.1
8.1
16.2
S
16
43.2
43.2
59.5
SS
15
40.5
40.5
100.0
Total
37
100.0
100.0
X9
Frequency Valid
KS
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
4
10.8
10.8
S
23
62.2
62.2
10.8 73.0
SS
10
27.0
27.0
100.0
Total
37
100.0
100.0
X10
Valid
S SS
Frequency 21
Percent 56.8
Valid Percent 56.8
Cumulative Percent 56.8
16
43.2
43.2
100.0
110
Total
37
100.0
100.0
X11
Valid
Frequency 19
Percent 51.4
Valid Percent 51.4
Cumulative Percent 51.4
SS
18
48.6
48.6
100.0
Total
37
100.0
100.0
S
X12
Frequency Valid
KS
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
8
21.6
21.6
21.6
S
12
32.4
32.4
54.1
SS
17
45.9
45.9
100.0
Total
37
100.0
100.0
X13
Valid
TS KS S SS Total
Frequency 1
Percent 2.7
Valid Percent 2.7
Cumulative Percent 2.7
4
10.8
10.8
13.5
23
62.2
62.2
75.7 100.0
9
24.3
24.3
37
100.0
100.0
X14
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
KS
10
27.0
27.0
S
15
40.5
40.5
67.6
SS
12
32.4
32.4
100.0
Total
37
100.0
100.0
27.0
X15
Valid
TS
Frequency 2
Percent 5.4
Valid Percent 5.4
Cumulative Percent 5.4
KS
3
8.1
8.1
13.5
17
45.9
45.9
59.5
S
111
SS
15
40.5
40.5
Total
37
100.0
100.0
100.0
X16
Frequency Valid
TS KS
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
2.7
2.7
2.7
6
16.2
16.2
18.9
S
16
43.2
43.2
62.2
SS
14
37.8
37.8
100.0
Total
37
100.0
100.0
X17
Valid
TS KS
Frequency 1
Percent 2.7
Valid Percent 2.7
Cumulative Percent 2.7
2
5.4
5.4
8.1
S
20
54.1
54.1
62.2
SS
14
37.8
37.8
100.0
Total
37
100.0
100.0
X18
Valid
Cumulative Percent 5.4
Frequency 2
Percent 5.4
Valid Percent 5.4
S
16
43.2
43.2
48.6
SS
19
51.4
51.4
100.0
Total
37
100.0
100.0
TS
X19
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
TS
1
2.7
2.7
2.7
KS
4
10.8
10.8
13.5
S
17
45.9
45.9
59.5
SS
15
40.5
40.5
100.0
Total
37
100.0
100.0
X20
112
Frequency Valid
KS
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
2.7
2.7
S
2.7
19
51.4
51.4
54.1
SS
17
45.9
45.9
100.0
Total
37
100.0
100.0
X21
Valid
KS S SS Total
Cumulative Percent 18.9
Frequency 7
Percent 18.9
Valid Percent 18.9
23
62.2
62.2
81.1
7
18.9
18.9
100.0
37
100.0
100.0
X22
Frequency Valid
KS
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
2.7
2.7
2.7
S
25
67.6
67.6
70.3
SS
11
29.7
29.7
100.0
Total
37
100.0
100.0
X23
Valid
Cumulative Percent 5.4
Frequency 2
Percent 5.4
Valid Percent 5.4
S
20
54.1
54.1
59.5
SS
15
40.5
40.5
100.0
Total
37
100.0
100.0
KS
X24
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
TS
2
5.4
5.4
5.4
KS
7
18.9
18.9
24.3
S
17
45.9
45.9
70.3
SS
11
29.7
29.7
100.0
Total
37
100.0
100.0
X25
113
Frequency Valid
KS
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
7
18.9
18.9
18.9
S
19
51.4
51.4
70.3
SS
11
29.7
29.7
100.0
Total
37
100.0
100.0
X26
Frequency Valid
KS
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
8
21.6
21.6
21.6
S
19
51.4
51.4
73.0
SS
10
27.0
27.0
100.0
Total
37
100.0
100.0
X27
Valid
Cumulative Percent 16.2
Frequency 6
Percent 16.2
Valid Percent 16.2
S
18
48.6
48.6
64.9
SS
13
35.1
35.1
100.0
Total
37
100.0
100.0
KS
X28
Frequency Valid
KS
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
8
21.6
21.6
21.6
S
14
37.8
37.8
59.5
SS
15
40.5
40.5
100.0
Total
37
100.0
100.0
X29
Valid
TS KS
Frequency 1
Percent 2.7
Valid Percent 2.7
Cumulative Percent 2.7
2
5.4
5.4
8.1
S
20
54.1
54.1
62.2
SS
14
37.8
37.8
100.0
Total
37
100.0
100.0
114
X30
Valid
TS KS
Frequency 2
Percent 5.4
Valid Percent 5.4
Cumulative Percent 5.4
1
2.7
2.7
8.1
S
20
54.1
54.1
62.2
SS
14
37.8
37.8
100.0
Total
37
100.0
100.0
X31
Valid
TS KS
Frequency 1
Percent 2.7
Valid Percent 2.7
Cumulative Percent 2.7
6
16.2
16.2
18.9
S
12
32.4
32.4
51.4
SS
18
48.6
48.6
100.0
Total
37
100.0
100.0
X32
Frequency Valid
KS
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
3
8.1
8.1
S
8.1
11
29.7
29.7
37.8
SS
23
62.2
62.2
100.0
Total
37
100.0
100.0
X33
Valid
Cumulative Percent 8.1
Frequency 3
Percent 8.1
Valid Percent 8.1
S
13
35.1
35.1
43.2
SS
21
56.8
56.8
100.0
Total
37
100.0
100.0
KS
X34
Frequency Valid
KS
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
4
10.8
10.8
10.8
S
11
29.7
29.7
40.5
SS
22
59.5
59.5
100.0
Total
37
100.0
100.0
115
X35
Frequency Valid
KS
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2
5.4
5.4
5.4
S
14
37.8
37.8
43.2
SS
21
56.8
56.8
100.0
Total
37
100.0
100.0
Frequencies Pemahaman Konselor Y1
Frequency Valid
S
15
SS
22
Total
37
Percent 40.5
Valid Percent
Cumulative Percent
40.5
40.5
59.5
59.5
100.0
100.0
100.0
Y2
Valid
Cumulative Percent 8.1
Frequency 3
Percent 8.1
Valid Percent 8.1
S
18
48.6
48.6
56.8
SS
16
43.2
43.2
100.0
Total
37
100.0
100.0
KS
Y3
Frequency Valid
KS
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
3
8.1
8.1
8.1
S
13
35.1
35.1
43.2
SS
21
56.8
56.8
100.0
Total
37
100.0
100.0
Y4
Valid
KS S
Frequency 10
Percent 27.0
Valid Percent 27.0
Cumulative Percent 27.0
16
43.2
43.2
70.3
116
SS
11
29.7
29.7
Total
37
100.0
100.0
100.0
Y5
Frequency Valid
KS
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
2.7
2.7
2.7
S
19
51.4
51.4
54.1
SS
17
45.9
45.9
100.0
Total
37
100.0
100.0
Y6
Valid
TS
Frequency 1
Percent 2.7
Valid Percent 2.7
Cumulative Percent 2.7
KS
10.8
3
8.1
8.1
S
19
51.4
51.4
62.2
SS
14
37.8
37.8
100.0
Total
37
100.0
100.0
Y7
Frequency Valid
KS
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
4
10.8
10.8
10.8
S
17
45.9
45.9
56.8
SS
16
43.2
43.2
100.0
Total
37
100.0
100.0
Y8
Valid
Cumulative Percent 2.7
Frequency 1
Percent 2.7
Valid Percent 2.7
S
16
43.2
43.2
45.9
SS
20
54.1
54.1
100.0
Total
37
100.0
100.0
KS
Y9
Valid
TS
Frequency 1
Percent 2.7
Valid Percent 2.7
Cumulative Percent 2.7
117
KS
2
5.4
5.4
S
8.1
20
54.1
54.1
62.2
SS
14
37.8
37.8
100.0
Total
37
100.0
100.0
Y10
Valid
TS
Frequency 2
Percent 5.4
Valid Percent 5.4
Cumulative Percent 5.4
KS
16.2
4
10.8
10.8
S
15
40.5
40.5
56.8
SS
16
43.2
43.2
100.0
Total
37
100.0
100.0
Y11
Frequency Valid
TS KS
1
Percent 2.7
Valid Percent
Cumulative Percent
2.7
2.7 10.8
3
8.1
8.1
S
17
45.9
45.9
56.8
SS
16
43.2
43.2
100.0
Total
37
100.0
100.0
Y12
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
S
18
48.6
48.6
48.6
SS
19
51.4
51.4
100.0
Total
37
100.0
100.0
Y13
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
S
17
45.9
45.9
45.9
SS
20
54.1
54.1
100.0
Total
37
100.0
100.0
Y14
118
Frequency Valid
KS
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
4
10.8
10.8
S
10.8
13
35.1
35.1
45.9
SS
20
54.1
54.1
100.0
Total
37
100.0
100.0
Y15
Valid
Frequency 4
Percent 10.8
Valid Percent 10.8
Cumulative Percent 10.8
S
18
48.6
48.6
59.5
SS
15
40.5
40.5
100.0
Total
37
100.0
100.0
KS
Y16
Frequency Valid
KS
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2
5.4
5.4
5.4
S
13
35.1
35.1
40.5
SS
22
59.5
59.5
100.0
Total
37
100.0
100.0
Y17
Valid
Cumulative Percent 8.1
Frequency 3
Percent 8.1
Valid Percent 8.1
S
15
40.5
40.5
48.6
SS
19
51.4
51.4
100.0
Total
37
100.0
100.0
KS
Y18
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
KS
10
27.0
27.0
S
16
43.2
43.2
70.3
SS
11
29.7
29.7
100.0
Total
37
100.0
100.0
Y19
27.0
119
Frequency Valid
TS KS
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
2.7
2.7
2.7
4
10.8
10.8
13.5
S
16
43.2
43.2
56.8
SS
16
43.2
43.2
100.0
Total
37
100.0
100.0
Y20
Frequency Valid
KS
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
7
18.9
18.9
S
18.9
13
35.1
35.1
54.1
SS
17
45.9
45.9
100.0
Total
37
100.0
100.0
Y21
Valid
TS KS
Frequency 1
Percent 2.7
Valid Percent 2.7
Cumulative Percent 2.7
6
16.2
16.2
18.9
S
20
54.1
54.1
73.0
SS
10
27.0
27.0
100.0
Total
37
100.0
100.0
Y22
Frequency Valid
TS KS
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
2.7
2.7
2.7
6
16.2
16.2
18.9
S
16
43.2
43.2
62.2
SS
14
37.8
37.8
100.0
Total
37
100.0
100.0
Y23
Frequency Valid
TS KS
2
Percent 5.4
Valid Percent
Cumulative Percent
5.4
5.4 13.5
3
8.1
8.1
S
20
54.1
54.1
67.6
SS
12
32.4
32.4
100.0
Total
37
100.0
100.0
120
Y24
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
TS
2
5.4
5.4
5.4
S
15
40.5
40.5
45.9
SS
20
54.1
54.1
100.0
Total
37
100.0
100.0
Y25
Valid
TS KS
Frequency 1
Percent 2.7
Valid Percent 2.7
Cumulative Percent 2.7 10.8
3
8.1
8.1
S
17
45.9
45.9
56.8
SS
16
43.2
43.2
100.0
Total
37
100.0
100.0
Y26
Valid
Frequency 1
Percent 2.7
Valid Percent 2.7
Cumulative Percent 2.7
S
18
48.6
48.6
51.4
SS
18
48.6
48.6
100.0
Total
37
100.0
100.0
KS
Y27
Frequency Valid
KS
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
5
13.5
13.5
S
13.5
20
54.1
54.1
67.6
SS
12
32.4
32.4
100.0
Total
37
100.0
100.0
Y28
Valid
TS
Frequency 1
Percent 2.7
Valid Percent 2.7
Cumulative Percent 2.7
KS
10.8
3
8.1
8.1
S
21
56.8
56.8
67.6
SS
12
32.4
32.4
100.0
121
Total
37
100.0
100.0
Y29
Frequency Valid
KS
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2
5.4
5.4
S
5.4
18
48.6
48.6
54.1
SS
17
45.9
45.9
100.0
Total
37
100.0
100.0
Y30
Valid
TS
Frequency 2
Percent 5.4
Valid Percent 5.4
Cumulative Percent 5.4
KS
13.5
3
8.1
8.1
S
17
45.9
45.9
59.5
SS
15
40.5
40.5
100.0
Total
37
100.0
100.0
Y31
Frequency Valid
KS
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
4
10.8
10.8
S
10.8
10
27.0
27.0
37.8
SS
23
62.2
62.2
100.0
Total
37
100.0
100.0
Y32
Valid
Frequency 3
Percent 8.1
Valid Percent 8.1
Cumulative Percent 8.1
S
14
37.8
37.8
45.9
SS
20
54.1
54.1
100.0
Total
37
100.0
100.0
KS
Y33
Frequency Valid
KS S
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2
5.4
5.4
5.4
10
27.0
27.0
32.4
122
SS
25
67.6
67.6
Total
37
100.0
100.0
100.0
Y34
Frequency Valid
KS
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
4
10.8
10.8
10.8
S
18
48.6
48.6
59.5
SS
15
40.5
40.5
100.0
Total
37
100.0
100.0
Y35
Valid
TS
Frequency 1
KS
Percent 2.7
Valid Percent 2.7
Cumulative Percent 2.7
1
2.7
2.7
5.4
S
13
35.1
35.1
40.5
SS
22
59.5
59.5
100.0
Total
37
100.0
100.0
Frequencies Layanan Item_Layanan1
Frequency Valid
Layanan Orientasi
10
Layanan Informasi
27
Total
37
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
27.0
27.0
27.0
73.0
73.0
100.0
100.0
100.0
Item_Layanan2
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Layanan Orientasi
6
16.2
16.2
16.2
Layanan Informasi
8
21.6
21.6
37.8
Layanan Penempatan dan Penyaluran
17
45.9
45.9
83.8
Layanan Penguasaan Konten
4
10.8
10.8
94.6
Layanan Bimbingan Kelompok
1
2.7
2.7
97.3
Layanan Mediasi
1
2.7
2.7
100.0
123
Total
37
100.0
100.0
Item_Layanan3
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Layanan Orientasi
14
37.8
37.8
37.8
Layanan Informasi
7
18.9
18.9
56.8
Layanan Penempatan dan Penyaluran
2
5.4
5.4
62.2
Layanan Penguasaan Konten
2
5.4
5.4
67.6
Layanan Konseling Perorangan
10
27.0
27.0
94.6
Layanan Bimbingan Kelompok
2
5.4
5.4
100.0
37
100.0
100.0
Total
Item_Layanan4
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Layanan Penempatan dan Penyaluran
4
10.8
10.8
10.8
Layanan Penguasaan Konten
6
16.2
16.2
27.0
Layanan Konseling Perorangan
2
5.4
5.4
32.4
Layanan Bimbingan Kelompok
11
29.7
29.7
62.2
Layanan Konseling Kelompok
2
5.4
5.4
67.6
Layanan Konsultasi
12
32.4
32.4
100.0
Total
37
100.0
100.0
Item_Layanan5
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Layanan Informasi
1
2.7
2.7
2.7
Layanan Penempatan dan Penyaluran
1
2.7
2.7
5.4
Layanan Penguasaan Konten
5
13.5
13.5
18.9
13
35.1
35.1
54.1
Layanan Konseling Perorangan
124
Layanan Bimbingan Kelompok
7
18.9
18.9
73.0
Layanan Konseling Kelompok
10
27.0
27.0
100.0
Total
37
100.0
100.0
Item_Layanan6
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Layanan Orientasi
1
2.7
2.7
2.7
Layanan Informasi
1
2.7
2.7
5.4
Layanan Penempatan dan Penyaluran
4
10.8
10.8
16.2
Layanan Penguasaan Konten
6
16.2
16.2
32.4
Layanan Konseling Perorangan
2
5.4
5.4
37.8
Layanan Bimbingan Kelompok
12
32.4
32.4
70.3
Layanan Konseling Kelompok
10
27.0
27.0
97.3
Layanan Konsultasi
1
2.7
2.7
100.0
37
100.0
100.0
Total
Item_Layanan7
Valid
Frequency 3
Percent 8.1
Valid Percent 8.1
Cumulative Percent 8.1
Layanan Penempatan dan Penyaluran
2
5.4
5.4
13.5
Layanan Penguasaan Konten
1
2.7
2.7
16.2
Layanan Konseling Perorangan
4
10.8
10.8
27.0
Layanan Bimbingan Kelompok
13
35.1
35.1
62.2
Layanan Konseling Kelompok
12
32.4
32.4
94.6
Layanan Konsultasi
1
2.7
2.7
97.3
Layanan Mediasi
1
2.7
2.7
100.0
37
100.0
100.0
Layanan Informasi
Total
125
Item_Layanan8
Valid
Layanan Orientasi
Frequency 2
Percent 5.4
Valid Percent 5.4
Cumulative Percent 5.4
Layanan Informasi
13
35.1
35.1
40.5
Layanan Penguasaan Konten
1
2.7
2.7
43.2
Layanan Konseling Perorangan
1
2.7
2.7
45.9
Layanan Bimbingan Kelompok
7
18.9
18.9
64.9
Layanan Konseling Kelompok
12
32.4
32.4
97.3 100.0
Layanan Konsultasi Total
1
2.7
2.7
37
100.0
100.0
Item_Layanan9
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Layanan Orientasi
1
2.7
2.7
2.7
Layanan Informasi
16
43.2
43.2
45.9
3
8.1
8.1
54.1
Layanan Konseling Perorangan
14
37.8
37.8
91.9
Layanan Konseling Kelompok
1
2.7
2.7
94.6
Layanan Konsultasi
1
2.7
2.7
97.3
Layanan Mediasi
1
2.7
2.7
100.0
37
100.0
100.0
Layanan Penguasaan Konten
Total
Item_Layanan10
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Layanan Orientasi
2
5.4
5.4
5.4
Layanan Informasi
8
21.6
21.6
27.0
Layanan Penempatan dan Penyaluran
2
5.4
5.4
32.4
Layanan Konseling Perorangan
18
48.6
48.6
81.1
Layanan Konseling Kelompok
1
2.7
2.7
83.8 100.0
Layanan Konsultasi Total
6
16.2
16.2
37
100.0
100.0
126
Item_Layanan11
Valid
Layanan Orientasi
Frequency 1
Percent 2.7
Valid Percent 2.7
Cumulative Percent 2.7
Layanan Informasi
14
37.8
37.8
40.5
Layanan Konseling Perorangan
1
2.7
2.7
43.2
Layanan Bimbingan Kelompok
15
40.5
40.5
83.8
Layanan Konseling Kelompok
6
16.2
16.2
100.0
37
100.0
100.0
Total
Item_Layanan12
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Layanan Orientasi
2
5.4
5.4
5.4
Layanan Informasi
3
8.1
8.1
13.5
Layanan Penempatan dan Penyaluran
5
13.5
13.5
27.0
Layanan Penguasaan Konten
19
51.4
51.4
78.4
Layanan Konseling Perorangan
1
2.7
2.7
81.1
Layanan Bimbingan Kelompok
6
16.2
16.2
97.3
Layanan Konseling Kelompok
1
2.7
2.7
100.0
37
100.0
100.0
Total
Item_Layanan13
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Layanan Penempatan dan Penyaluran
10
27.0
27.0
27.0
Layanan Penguasaan Konten
3
8.1
8.1
35.1
Layanan Konseling Perorangan
7
18.9
18.9
54.1
Layanan Bimbingan Kelompok
13
35.1
35.1
89.2
Layanan Konseling Kelompok
3
8.1
8.1
97.3 100.0
Layanan Konsultasi Total
1
2.7
2.7
37
100.0
100.0
127
Item_Layanan14
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Layanan Penempatan dan Penyaluran
16
43.2
43.2
43.2
Layanan Konseling Perorangan
14
37.8
37.8
81.1
Layanan Bimbingan Kelompok
4
10.8
10.8
91.9
Layanan Konseling Kelompok
1
2.7
2.7
94.6 100.0
Layanan Mediasi Total
2
5.4
5.4
37
100.0
100.0
Item_Layanan15
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Layanan Penempatan dan Penyaluran
15
40.5
40.5
40.5
Layanan Penguasaan Konten
13
35.1
35.1
75.7
Layanan Konseling Perorangan
1
2.7
2.7
78.4
Layanan Bimbingan Kelompok
6
16.2
16.2
94.6
Layanan Konseling Kelompok
2
5.4
5.4
100.0
37
100.0
100.0
Total
Item_Layanan16
Valid
Layanan Orientasi
Frequency 1
Percent 2.7
Valid Percent 2.7
Cumulative Percent 2.7
Layanan Informasi
1
2.7
2.7
5.4
Layanan Penempatan dan Penyaluran
11
29.7
29.7
35.1
Layanan Penguasaan Konten
14
37.8
37.8
73.0
Layanan Konseling Perorangan
6
16.2
16.2
89.2
Layanan Bimbingan Kelompok
3
8.1
8.1
97.3
128
Layanan Konseling Kelompok Total
1
2.7
2.7
37
100.0
100.0
100.0
Item_Layanan17
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Layanan Informasi
14
37.8
37.8
37.8
Layanan Penempatan dan Penyaluran
14
37.8
37.8
75.7
Layanan Penguasaan Konten
3
8.1
8.1
83.8
Layanan Konseling Perorangan
3
8.1
8.1
91.9
Layanan Bimbingan Kelompok
1
2.7
2.7
94.6
Layanan Konsultasi
2
5.4
5.4
100.0
37
100.0
100.0
Total
Item_Layanan18
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Layanan Orientasi
1
2.7
2.7
2.7
Layanan Informasi
3
8.1
8.1
10.8
Layanan Penguasaan Konten
4
10.8
10.8
21.6
Layanan Konseling Perorangan
16
43.2
43.2
64.9
Layanan Konseling Kelompok
2
5.4
5.4
70.3
Layanan Konsultasi
11
29.7
29.7
100.0
Total
37
100.0
100.0
Item_Layanan19
Valid
Frequency 1
Percent 2.7
Valid Percent 2.7
Cumulative Percent 2.7
Layanan Penempatan dan Penyaluran
11
29.7
29.7
32.4
Layanan Penguasaan Konten
9
24.3
24.3
56.8
Layanan Konseling Perorangan
4
10.8
10.8
67.6
Layanan Informasi
129
Layanan Bimbingan Kelompok
9
24.3
24.3
91.9
Layanan Konseling Kelompok
3
8.1
8.1
100.0
37
100.0
100.0
Total
Item_Layanan20
Frequency Valid
Layanan Informasi
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2
5.4
5.4
5.4
Layanan Penempatan dan Penyaluran
13
35.1
35.1
40.5
Layanan Penguasaan Konten
14
37.8
37.8
78.4
Layanan Konseling Perorangan
4
10.8
10.8
89.2
Layanan Bimbingan Kelompok
3
8.1
8.1
97.3 100.0
Layanan Konsultasi Total
1
2.7
2.7
37
100.0
100.0
Item_Layanan21
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Layanan Orientasi
2
5.4
5.4
5.4
Layanan Informasi
8
21.6
21.6
27.0
Layanan Penempatan dan Penyaluran
1
2.7
2.7
29.7
Layanan Penguasaan Konten
15
40.5
40.5
70.3
Layanan Konseling Perorangan
4
10.8
10.8
81.1
Layanan Bimbingan Kelompok
4
10.8
10.8
91.9
Layanan Konseling Kelompok
1
2.7
2.7
94.6 100.0
Layanan Mediasi Total
2
5.4
5.4
37
100.0
100.0
Item_Layanan22
Valid
Layanan Informasi Layanan Penempatan dan Penyaluran
Frequency 11
Percent 29.7
Valid Percent 29.7
Cumulative Percent 29.7
4
10.8
10.8
40.5
130
Layanan Penguasaan Konten
11
29.7
29.7
70.3
Layanan Konseling Perorangan
2
5.4
5.4
75.7
Layanan Bimbingan Kelompok
8
21.6
21.6
97.3
Layanan Konseling Kelompok
1
2.7
2.7
100.0
37
100.0
100.0
Total
Item_Layanan23
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Layanan Orientasi
5
13.5
13.5
13.5
Layanan Informasi
15
40.5
40.5
54.1
Layanan Penempatan dan Penyaluran
4
10.8
10.8
64.9
Layanan Penguasaan Konten
5
13.5
13.5
78.4
Layanan Konseling Perorangan
1
2.7
2.7
81.1
Layanan Bimbingan Kelompok
4
10.8
10.8
91.9
Layanan Konseling Kelompok
2
5.4
5.4
97.3 100.0
Layanan Konsultasi Total
1
2.7
2.7
37
100.0
100.0
Item_Layanan24
Valid
Layanan Orientasi
Frequency 3
Percent 8.1
Valid Percent 8.1
Cumulative Percent 8.1
Layanan Informasi
9
24.3
24.3
32.4
Layanan Penguasaan Konten
7
18.9
18.9
51.4
Layanan Konseling Perorangan
5
13.5
13.5
64.9
Layanan Bimbingan Kelompok
10
27.0
27.0
91.9
Layanan Konsultasi
3
8.1
8.1
100.0
37
100.0
100.0
Total
131
Item_Layanan25
Valid
Layanan Orientasi
Frequency 3
Percent 8.1
Valid Percent 8.1
Cumulative Percent 8.1
Layanan Informasi
22
59.5
59.5
67.6
Layanan Konseling Perorangan
7
18.9
18.9
86.5
Layanan Bimbingan Kelompok
1
2.7
2.7
89.2
Layanan Konsultasi
4
10.8
10.8
100.0
37
100.0
100.0
Total
Item_Layanan26
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Layanan Orientasi
3
8.1
8.1
8.1
Layanan Informasi
18
48.6
48.6
56.8
Layanan Penempatan dan Penyaluran
1
2.7
2.7
59.5
Layanan Penguasaan Konten
1
2.7
2.7
62.2
Layanan Konseling Perorangan
7
18.9
18.9
81.1
Layanan Bimbingan Kelompok
3
8.1
8.1
89.2
Layanan Konseling Kelompok
1
2.7
2.7
91.9
Layanan Konsultasi
3
8.1
8.1
100.0
37
100.0
100.0
Total
Item_Layanan27
Valid
Layanan Orientasi
Frequency 3
Percent 8.1
Valid Percent 8.1
Cumulative Percent 8.1
Layanan Informasi
5
13.5
13.5
21.6
Layanan Penguasaan Konten
2
5.4
5.4
27.0
Layanan Konseling Perorangan
3
8.1
8.1
35.1
Layanan Bimbingan Kelompok
7
18.9
18.9
54.1
Layanan Konseling Kelompok
5
13.5
13.5
67.6
Layanan Konsultasi
12
32.4
32.4
100.0
132
Total
37
100.0
100.0
Item_Layanan28
Valid
Layanan Orientasi
Frequency 10
Percent 27.0
Valid Percent 27.0
Cumulative Percent 27.0
Layanan Informasi
5
13.5
13.5
40.5
Layanan Penempatan dan Penyaluran
1
2.7
2.7
43.2
Layanan Penguasaan Konten
4
10.8
10.8
54.1
Layanan Konseling Perorangan
2
5.4
5.4
59.5
Layanan Bimbingan Kelompok
1
2.7
2.7
62.2
Layanan Konseling Kelompok
2
5.4
5.4
67.6
Layanan Konsultasi
12
32.4
32.4
100.0
Total
37
100.0
100.0
Item_Layanan29
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Layanan Orientasi
3
8.1
8.1
8.1
Layanan Informasi
4
10.8
10.8
18.9
Layanan Penempatan dan Penyaluran
1
2.7
2.7
21.6
Layanan Penguasaan Konten
8
21.6
21.6
43.2
Layanan Konseling Perorangan
12
32.4
32.4
75.7
Layanan Bimbingan Kelompok
6
16.2
16.2
91.9
Layanan Konseling Kelompok
2
5.4
5.4
97.3
Layanan Konsultasi
1
2.7
2.7
100.0
37
100.0
100.0
Total
133
Item_Layanan30
Valid
Layanan Orientasi
Frequency 3
Percent 8.1
Valid Percent 8.1
Cumulative Percent 8.1
Layanan Informasi
2
5.4
5.4
13.5
Layanan Penguasaan Konten
3
8.1
8.1
21.6
Layanan Konseling Perorangan
1
2.7
2.7
24.3
Layanan Bimbingan Kelompok
16
43.2
43.2
67.6
Layanan Konseling Kelompok
11
29.7
29.7
97.3
Layanan Konsultasi
1
2.7
2.7
100.0
37
100.0
100.0
Total
Item_Layanan31
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Layanan Orientasi
7
18.9
18.9
18.9
Layanan Informasi
13
35.1
35.1
54.1
5
13.5
13.5
67.6
10
27.0
27.0
94.6
2
5.4
5.4
100.0
37
100.0
100.0
Layanan Penguasaan Konten Layanan Bimbingan Kelompok Layanan Mediasi Total
Item_Layanan32
Valid
Layanan Orientasi
Frequency 1
Percent 2.7
Valid Percent 2.7
Cumulative Percent 2.7
Layanan Informasi
14
37.8
37.8
40.5
Layanan Konseling Perorangan
8
21.6
21.6
62.2
Layanan Bimbingan Kelompok
11
29.7
29.7
91.9
Layanan Konsultasi
1
2.7
2.7
94.6 100.0
Layanan Mediasi Total
2
5.4
5.4
37
100.0
100.0
134
Item_Layanan33
Valid
Layanan Orientasi
Frequency 2
Percent 5.4
Valid Percent 5.4
Cumulative Percent 5.4
Layanan Informasi
5
13.5
13.5
18.9
Layanan Penempatan dan Penyaluran
7
18.9
18.9
37.8
Layanan Penguasaan Konten
2
5.4
5.4
43.2
Layanan Konseling Perorangan
13
35.1
35.1
78.4
Layanan Bimbingan Kelompok
3
8.1
8.1
86.5
Layanan Konseling Kelompok
5
13.5
13.5
100.0
37
100.0
100.0
Total
Item_Layanan34
Valid
Layanan Orientasi
Frequency 2
Percent 5.4
Valid Percent 5.4
Cumulative Percent 5.4
Layanan Informasi
3
8.1
8.1
13.5
Layanan Penempatan dan Penyaluran
2
5.4
5.4
18.9
Layanan Penguasaan Konten
8
21.6
21.6
40.5
Layanan Konseling Perorangan
7
18.9
18.9
59.5
Layanan Bimbingan Kelompok
13
35.1
35.1
94.6
Layanan Konseling Kelompok
2
5.4
5.4
100.0
37
100.0
100.0
Total
Item_Layanan35
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Layanan Orientasi
1
2.7
2.7
2.7
Layanan Informasi
3
8.1
8.1
10.8
Layanan Penempatan dan Penyaluran
2
5.4
5.4
16.2
Layanan Konseling Perorangan
2
5.4
5.4
21.6
Layanan Bimbingan Kelompok
11
29.7
29.7
51.4
135
Layanan Konseling Kelompok
18
48.6
48.6
Total
37
100.0
100.0
100.0
Uji Regresi Linear Sederhana Regression Variables Entered/Removed(b)
Model 1
Variables Entered
Variables Removed
Tugas_Perk embangan_ Siswa(a)
Method .
Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: Pemahaman_Konselor Model Summary(b)
Model 1
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
.873(a) .763 .756 a Predictors: (Constant), Tugas_Perkembangan_Siswa b Dependent Variable: Pemahaman_Konselor
7.179
ANOVA(b)
Model 1
Regression
Sum of Squares 5801.326
Residual
1803.646
df 1
Mean Square 5801.326
35
51.533
F 112.576
Sig. .000(a)
Total
7604.973 36 a Predictors: (Constant), Tugas_Perkembangan_Siswa b Dependent Variable: Pemahaman_Konselor Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Model 1
(Constant) Tugas_Perkembangan_ Siswa
Standardized Coefficients
B 5.935
Std. Error 13.820
.971
.092
a Dependent Variable: Pemahaman_Konselor
Residuals Statistics(a)
Beta
t
.873
.429
Sig. .670
10.610
.000
136
Minimum 120.55
Maximum 173.97
Mean 152.03
Std. Deviation 12.694
-11.891
21.080
.000
7.078
37
-2.480
1.729
.000
1.000
37
-1.656 2.936 a Dependent Variable: Pemahaman_Konselor
.000
.986
37
Predicted Value Residual Std. Predicted Value Std. Residual
N 37
Correlations Correlations
Tugas_Perkembangan_Si swa
Pearson Correlation
Tugas_Perk embangan_ Siswa 1
Sig. (2-tailed) N
Pemahaman_Konselor
Pemahaman _Konselor .873(**)
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.000 37
37
.873(**)
1
.000 37
37
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Descriptives Variabel Tugas Perkembangan Siswa_Indkator 1 Tugas Perkembangan Siswa_Indikator 2 Tugas Perkembangan Siswa_Indikator 3 Tugas Perkembangan Siswa_Indikator 4 Tugas Perkembangan Siswa_Indikator 5 Tugas Perkembangan Siswa_Indikator 6 Tugas Perkembangan Siswa_Indikator 7 Tugas Perkembangan Siswa_Indikator 8 Tugas Perkembangan Siswa_Indikator 9 Pemahaman Konselor_Indikator 1 Pemahaman Konselor_Indikator 2 Pemahaman Konselor_Indikator 3 Pemahaman Konselor_Indikator 4 Pemahaman Konselor_Indikator 5 Pemahaman Konselor_Indikator 6 Pemahaman Konselor_Indikator 7 Pemahaman Konselor_Indikator 8 Pemahaman Konselor_Indikator 9
N 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37
Sum 658.00 646.00 641.00 611.00 642.00 615.00 457.00 628.00 667.00 646.00 648.00 640.00 659.00 629.00 621.00 479.00 641.00 662.00
Mean 17.7838 17.4595 17.3243 16.5135 17.3514 16.6216 12.3514 16.9730 18.0270 17.4595 17.5135 17.2973 17.8108 17.0000 16.7838 12.9459 17.3243 17.8919
137
Valid N (listwise)
37
Descriptive Statistics
N
Sum
Mean
Tugas_Perkembangan_Si swa
37
5565
150.41
Pemahaman_Konselor
37
5625
152.03
Valid N (listwise)
37
Descriptives Layanan Descriptive Statistics Sum Layanan Orientasi
89
Layanan Informasi
259
Layanan Penempatan dan Penyaluran
150
Layanan Penguasaan Konten
178
Layanan Konseling Perorangan
195
Layanan Bimbingan Kelompok
221
Layanan Konseling Kelompok
117
Layanan Konsultasi
75
Layanan Mediasi
11
Variables Layanan Mediasi
Layanan Konsultasi
Layanan Konseling K elompok
Layanan Bimbingan Kelompok
Layanan Konseling P erorangan
Layanan Penguasaan Konten
Layanan Penempat an dan Penyaluran
Layanan Informasi
Layanan Orientasi
Values
138
Descriptiv e Statistics
Statistics : Sum
250
200
150
100
50
139
LAMPIRAN
140
Instrumen Pemahaman Konselor Sekolah Tentang Tugas Perkembangan Siswa dan Layanan yang Diberikan (Studi Di MGBK Sekolah Menengah Atas Kota Pekanbaru)
A. PENGANTAR Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data atau informasi dalam rangka penyusunan tesis sebagai tugas akhir studi Pascasarjana (S2) di Universitas Negeri Padang, instrumen ini menanyakan bagaimana “Pemahaman Konselor
Sekolah Tentang Tugas Perkembangan Siswa dan Layanan yang Diberikan”, untuk itu Bapak/Ibu Konselor sekolah diharapkan memberikan jawaban dengan sesuai dengan apa yang diketahui dan yang dipahami. Bapak/Ibu tidak perlu takut dan khawatir dalam mengemukakannya, karena apapun jawaban yang diberikan, tidak ada yang salah atau benar. Jawaban yang Bapak/Ibu berikan dijaga kerahasiannya dengan baik. Atas perhatian dan kesediaan Bapak/Ibu Koselor sekolah diucapkan terimakasih. B. PETUNJUK Pada lembaran berikut dikemukakan pernyataan yang menyatakan tentang tingkat pemahaman konselor terhadap tugas perkembangan siswa dan layanan yang sesuai dengan pernyataan tersebut. Jawablah pernyataan tersebut dengan cara memberi tanda contreng (√) pada kolom yang tersedia, yang sesuai dengan apa yang dipahami, untuk masing-masing pernyataan disediakan lima pilihan jawaban sebagai berikut: a. Sangat Sesuai (SS): Apabila pernyataan tersebut sangat sesuai dengan pehaman anda atau keadaan. b. Sesuai (S): Apabila pernyataan tersebut sesuai dengan pehaman anda atau keadaan. c. Kurang Sesuai (KS): Apabila pernyataan tersebut kurang sesuai dengan pehaman anda atau keadaan.
141
d. Tidak Sesuai (TS): Apabila pernyataan tersebut tidak sesuai dengan pehaman anda atau keadaan. e. Sangat tidak sesuai (STS): Apabila pernyataan tersebut sangat tidak sesuai dengan pehaman anda atau keadaan. Untuk setiap pernyataan, berikanlah jawaban dengan membubuhkan tanda contreng (√) pada pilihan jawaban yang dipilih. Pernyataan nomor 1 di atas misalnya, jika menurut Bapak/Ibu pernyataan tersebut sangat sesuai dengan apa yang dipahami, maka
berikan tanda contreng bagian kolom Sangat Sesuai,
setelah itu lihat kolom layanan yang diberikan jika menurut Bapak/Ibu contrenglah layanan apa yang sesuai dengan pernyataan dengan berikan tanda contreng bagian kolom Sangat Sesuai. Kerjakanlah sesuai dengan yang Bapak/Ibu ketahui dan pahami, tanpa melewatkan satu pernyataan yang ada dibawah ini. CONTOH : 1
PERNYATAAN Menumbuhkan rasa syukur kepada tuhan merupakan hal yang penting ditanamkan untuk siswa
2
Dan seterusnya…
NO
SS √
S
KS
TS
STS
142
C. IDENTITAS Isilah titik-titik pada kolom di bawah ini : Nama Sekolah : ………………………… Umur : ………………………… Jenis Kelamin :L/P* * coret yang tidak perlu
Tanggal Mengisi Nama Konselor
: ……………. : ………
1. Tugas Perkembangan SS NO
PERNYATAAN
1
Menumbuhkan rasa syukur kepada tuhan merupakan hal yang penting ditanamkan untuk siswa
2
Mengarahkan siswa untuk sholat dan berdoa agar memperoleh ketenangan ketika dalam menghadap masalah Pemahaman tentang keimanan penting untuk diarahkan kepada siswa dengan membaca kitab suci dan mempelajari isinya Mendorong siswa untuk dapat menyakini bahwa kesabaran membawa kebahagiaan Menghargai pendapat teman sesama siswa dengan tulus dan ikhlas adalah hal yang penting untuk dimiliki oleh siswa Membantu teman jika diminta itu penting bagi siswa Melaksanakan tugas secara kelompok melatih kerjasama antara siswa berguna untuk membangun kerjasama yang baik antar siswa Menjaga hubungan baik dengan sesama siswa merupakan hal yang penting guna menjaga hunbungan baik antar siswa
3
4
5
6 7
8
S
KS
TS
STS
143
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Menghindari segala sesuatu yang dapat menyebabkan marah adalah hal penting untuk diketahui oleh siswa Bersikap tenang dan memilih tindakan yang baik apabila mengalami kekecewaan berguna untuk mengatasi stress pada siswa Memberikan pemahaman untuk memperhitungkan akibat dari semua tindakan sebelum bertindak sangat penting untuk pahami oleh siswa Membersihkan kelas sesuai jadwal piket serta datang tepat waktu merupakan penanaman ke disiplinan untuk siswa Melakukan kegiatan sehari-hari sesuai dengan kondisi fisik merupakan hal yang perlu diketahui oleh siswa Siswa perlu memahami bahwa semua kegiatan sehari-hari harus sesuai dengan kemampuan mental siswa Memahami bahwa cita-cita yang ingin dicapai akan sesuai dengan kemampuan berguna untuk meningkatkan dan mengembangkan cita-cita siswa Kecerdasan, bakat, dan keterampilan penting untuk dikembangkan oleh siswa guna mengembangkan pribadi siswa Menumbuhkan keinginan untuk mengenal jenis-jenis pekerjaan meruapakan pemahaman yang harus dimiliki oleh siswa agar ia memiliki wawasan tentang karir Mendorong siswa untuk sungguhsungguh dalam belajar serta memperoleh keahlian dan menjadi berkualiatas berguna bagi siswa dalam dunia kerja Penting bagi siswa untuk meningkatkan keahlian yang dimiliki agar siswa dapat bekerja pada bidang
144
yang sesuai dengan kemampuan siswa nantinya 20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
Membuat perencanaan karir dimasa mendatang mulai dari sekrang merupakan hal yang penting dilakukan bagi siswa Berusaha keras untuk meningkatkan kemampuan berguna bagi siswa untuk menghasilkan uang dalam dunia kerja Menumbuhkan sikap menggunakan uang sesuai dengan keperluan dan menabung penting untuk dimiliki siswa Bekerja keras dan ulet perlu ditanamkan kepada siswa guna mencapai kesuksesan dalam dunia kerja Tidak mengharapkan pemberian orang tua perlu dipahami dan dilakukan oleh siswa sebagai wujud hidup mandiri Penting bagi siswa untuk mengetahui tujuan perikahan serta pemilihan pasangan hidup mulai dari sekarang guna mencapai kehidupan pernikahan yang bahagia Memahami peran suami-istri yang memiliki hak dan kewajiban antara satu dengan yang lain merupakan pemahaman kesiapan pernikahan yang harus dimiliki siswa sedini mungkin Mengetahui manfaat dan tujuan pernikahan merupakan hal yang penting bagi siswa dalam membangun keluarga nantinya Menganalisis suatu persoalan dengan berbagai kemungkinan pemecahan masalah, merupakan sikap kritis yang berguna bagi siswa Memikirkan berbagai pilihan dan akibat dalam membuat keputusan adalah sikap rasional yang harus dimiliki oleh siswa
145
30
31
32
33
34
35
Bermusyawarah dalam membela hak pribadi merupakan sikap yang harus dimiliki oleh siswa Mengetahui perbuatan yang baik dan buruk berdasarkan peraturan, merupakan kemampuan menilai yang penting dimiliki oleh siswa Menamamkan rasa takut berbuat salah walau tidak diketahui oleh orang lain, merupakan hal yang tidak penting dalam membentuk kejujuran siswa Menumbuhkan keyakinan pentingnya sikap hormat kepada orang tua dan membatu orang tua, merupakan hal yang penting dilakukan Berperilaku sopan dan santun kepada semua orang adalah sikap yang harus dimiliki oleh siswa Mengembalikan segala sesuatu dan membereskan barang-barang yang digunakan tepat pada waktunya merupakan bentuk ketertiban dan kepatuhan yang penting ditanamkan kepada siswa.
146
LAMPIRAN
147
Instrumen Pemahaman Konselor Sekolah Tentang Tugas
Perkembangan Siswa dan Layanan yang Diberikan (Studi Di MGBK Sekolah Menengah Atas Kota Pekanbaru)
A. PENGANTAR Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data atau informasi dalam rangka penyusunan tesis sebagai tugas akhir studi Pascasarjana (S2) di Universitas Negeri Padang, instrumen ini menanyakan bagaimana “Pemahaman Konselor Sekolah Tentang Tugas Perkembangan Siswa dan Layanan yang Diberikan”, untuk itu Bapak/Ibu Konselor sekolah diharapkan memberikan jawaban dengan sesuai dengan apa yang diketahui dan yang dipahami. Bapak/Ibu tidak perlu takut dan khawatir dalam mengemukakannya, karena apapun jawaban yang diberikan, tidak ada yang salah atau benar. Jawaban yang Bapak/Ibu berikan dijaga kerahasiannya dengan baik. Atas perhatian dan kesediaan Bapak/Ibu Koselor sekolah diucapkan terimakasih.
B. PETUNJUK Pada lembaran berikut dikemukakan pernyataan yang menyatakan tentang layanan yang sesuai dengan pernyataan tersebut. Jawablah pernyataan tersebut dengan cara memberi tanda contreng (√) pada kolom yang tersedia, yang sesuai dengan apa yang dipahami dan yang anda lakukan, untuk masing-masing pernyataan disediakan lima pilihan jawaban sebagai berikut: f. Sangat Sesuai (SS): Apabila pernyataan tersebut sangat sesuai dengan pehaman anda atau keadaan. g. Sesuai (S): Apabila pernyataan tersebut sesuai dengan pehaman anda atau keadaan. h. Kurang Sesuai (KS): Apabila pernyataan tersebut kurang sesuai dengan pehaman anda atau keadaan. i. Tidak Sesuai (TS): Apabila pernyataan tersebut tidak sesuai dengan pehaman anda atau keadaan.
148
j. Sangat tidak sesuai (STS): Apabila pernyataan tersebut sangat tidak sesuai dengan pehaman anda atau keadaan. Pilihan layanan yang diberikan sebagai berikut: a. b. c. d. e. f. g. h. i.
Layanan Orientasi Layanan Informasi Layanan Penempatan dan Penyaluran Layanan Penguasaan Konten Layanan Konseling perorangan Layanan Bimbingan Kelompok Layanan Konseling Kelompok Layanan Konsultasi Layanan Mediasi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Untuk setiap pernyataan, berikanlah jawaban dengan membubuhkan tanda contreng (√) pada pilihan jawaban yang dipilih. Pernyataan nomor 1 di atas misalnya, jika menurut Bapak/Ibu pernyataan tersebut sangat sesuai dengan apa yang dipahami, maka
berikan tanda contreng bagian kolom Sangat Sesuai,
setelah itu lihat kolom layanan yang diberikan jika menurut Bapak/Ibu contrenglah layanan apa yang sesuai dengan pernyataan dengan berikan tanda contreng bagian kolom Sangat Sesuai. Kerjakanlah sesuai dengan yang Bapak/Ibu ketahui dan pahami, tanpa melewatkan satu pernyataan yang ada dibawah ini. CONTOH : NO
PERNYATAAN
1
Menumbuhkan rasa syukur kepada tuhan merupakan hal yang penting ditanamkan untuk siswa
LAYANAN yang DIBERIKAN (1) Layanan Orientasi √ (2) Layanan Informasi (3) Layanan Penempatan dan Penyaluran (4) Layanan Penguasaan Konten (5) Layanan Konseling perorangan (6) Layanan Bimbingan Kelompok (7) Layanan Konseling Kelompok (8) Layanan Konsultasi (9) Layanan Mediasi
√
SS
S
KS
TS
STS
2
Dan seterusnya…
149
C. IDENTITAS Isilah titik-titik pada kolom di bawah ini : Nama Sekolah : ………………………… Umur : ………………………… Jenis Kelamin :L/P* * coret yang tidak perlu
Tanggal Mengisi Nama Konselor
: ……………. : ………
2. Layanan Yang Diberikan
NO
1
PERNYATAAN Menumbuhkan rasa syukur kepada tuhan merupakan hal yang penting ditanamkan untuk siswa
LAYANAN yang DIBERIKAN (1) Layanan Orientasi (2) Layanan Informasi (3) Layanan Penempatan dan Penyaluran (4) Layanan Penguasaan Konten (5) Layanan Konseling perorangan (6) Layanan Bimbingan Kelompok (7) Layanan Konseling Kelompok (8) Layanan Konsultasi (9) Layanan Mediasi
SS
S
KS
TS
STS
2
Mengarahkan siswa untuk sholat dan berdoa agar memperoleh ketenangan ketika dalam menghadap masalah
(1) Layanan Orientasi (2) Layanan Informasi (3) Layanan Penempatan dan Penyaluran (4) Layanan Penguasaan Konten (5) Layanan Konseling perorangan (6) Layanan Bimbingan Kelompok (7) Layanan Konseling Kelompok (8) Layanan Konsultasi (9) Layanan Mediasi
SS
S
KS
TS
STS
3
Pemahaman tentang keimanan penting untuk diarahkan kepada siswa dengan membaca kitab suci dan mempelajari isinya
(1) Layanan Orientasi (2) Layanan Informasi (3) Layanan Penempatan dan Penyaluran (4) Layanan Penguasaan Konten (5) Layanan Konseling perorangan (6) Layanan Bimbingan Kelompok (7) Layanan Konseling Kelompok (8) Layanan Konsultasi (9) Layanan Mediasi
SS
S
KS
TS
STS
150
4
Mendorong siswa untuk dapat menyakini bahwa kesabaran membawa kebahagiaan
(1) Layanan Orientasi (2) Layanan Informasi (3) Layanan Penempatan dan Penyaluran (4) Layanan Penguasaan Konten (5) Layanan Konseling perorangan (6) Layanan Bimbingan Kelompok (7) Layanan Konseling Kelompok (8) Layanan Konsultasi (9) Layanan Mediasi
SS
S
KS
TS
STS
5
Menghargai pendapat teman sesama siswa dengan tulus dan ikhlas adalah hal yang penting untuk dimiliki oleh siswa
(1) Layanan Orientasi (2) Layanan Informasi (3) Layanan Penempatan dan Penyaluran (4) Layanan Penguasaan Konten (5) Layanan Konseling perorangan (6) Layanan Bimbingan Kelompok (7) Layanan Konseling Kelompok (8) Layanan Konsultasi (9) Layanan Mediasi
SS
S
KS
TS
STS
6
Membantu teman jika diminta itu penting bagi siswa
(1) Layanan Orientasi (2) Layanan Informasi (3) Layanan Penempatan dan Penyaluran (4) Layanan Penguasaan Konten (5) Layanan Konseling perorangan (6) Layanan Bimbingan Kelompok (7) Layanan Konseling Kelompok (8) Layanan Konsultasi (9) Layanan Mediasi
SS
S
KS
TS
STS
7
Melaksanakan tugas secara kelompok melatih kerjasama antara siswa berguna untuk membangun kerjasama yang baik antar siswa
(1) Layanan Orientasi (2) Layanan Informasi (3) Layanan Penempatan dan Penyaluran (4) Layanan Penguasaan Konten (5) Layanan Konseling perorangan (6) Layanan Bimbingan Kelompok (7) Layanan Konseling Kelompok (8) Layanan Konsultasi (9) Layanan Mediasi
SS
S
KS
TS
STS
8
Menjaga hubungan baik dengan sesama siswa merupakan hal yang penting
(1) Layanan Orientasi (2) Layanan Informasi (3) Layanan Penempatan dan Penyaluran (4) Layanan Penguasaan Konten
SS
S
151
guna menjaga hunbungan baik (5) Layanan Konseling perorangan (6) Layanan Bimbingan Kelompok antar siswa (7) Layanan Konseling Kelompok (8) Layanan Konsultasi (9) Layanan Mediasi
9
Menghindari segala sesuatu yang dapat menyebabkan marah adalah hal penting untuk diketahui oleh siswa
(1) Layanan Orientasi (2) Layanan Informasi (3) Layanan Penempatan dan Penyaluran (4) Layanan Penguasaan Konten (5) Layanan Konseling perorangan (6) Layanan Bimbingan Kelompok (7) Layanan Konseling Kelompok (8) Layanan Konsultasi (9) Layanan Mediasi
KS
TS
STS SS
S
KS
TS
STS
10
Bersikap tenang dan memilih tindakan yang baik apabila mengalami kekecewaan berguna untuk mengatasi stress pada siswa
(1) Layanan Orientasi (2) Layanan Informasi (3) Layanan Penempatan dan Penyaluran (4) Layanan Penguasaan Konten (5) Layanan Konseling perorangan (6) Layanan Bimbingan Kelompok (7) Layanan Konseling Kelompok (8) Layanan Konsultasi (9) Layanan Mediasi
SS
S
KS
TS
STS
11
Memberikan pemahaman untuk memperhitungkan akibat dari semua tindakan sebelum bertindak sangat penting untuk pahami oleh siswa
(1) Layanan Orientasi (2) Layanan Informasi (3) Layanan Penempatan dan Penyaluran (4) Layanan Penguasaan Konten (5) Layanan Konseling perorangan (6) Layanan Bimbingan Kelompok (7) Layanan Konseling Kelompok (8) Layanan Konsultasi (9) Layanan Mediasi
SS
S
KS
TS
STS
12
Membersihkan kelas sesuai jadwal piket serta datang tepat waktu merupakan penanaman ke disiplinan untuk siswa
(1) Layanan Orientasi (2) Layanan Informasi (3) Layanan Penempatan dan Penyaluran (4) Layanan Penguasaan Konten (5) Layanan Konseling perorangan (6) Layanan Bimbingan Kelompok (7) Layanan Konseling Kelompok (8) Layanan Konsultasi (9) Layanan Mediasi
SS
S
KS
TS
STS
152
13
Melakukan kegiatan seharihari sesuai dengan kondisi fisik merupakan hal yang perlu diketahui oleh siswa
(1) Layanan Orientasi (2) Layanan Informasi (3) Layanan Penempatan dan Penyaluran (4) Layanan Penguasaan Konten (5) Layanan Konseling perorangan (6) Layanan Bimbingan Kelompok (7) Layanan Konseling Kelompok (8) Layanan Konsultasi (9) Layanan Mediasi
SS
S
KS
TS
STS
14
Siswa perlu memahami bahwa semua kegiatan sehari-hari harus sesuai dengan kemampuan mental siswa
(1) Layanan Orientasi (2) Layanan Informasi (3) Layanan Penempatan dan Penyaluran (4) Layanan Penguasaan Konten (5) Layanan Konseling perorangan (6) Layanan Bimbingan Kelompok (7) Layanan Konseling Kelompok (8) Layanan Konsultasi (9) Layanan Mediasi
SS
S
KS
TS
STS
15
Memahami bahwa cita-cita yang ingin dicapai akan sesuai dengan kemampuan berguna untuk meningkatkan dan mengembangkan cita-cita siswa
(1) Layanan Orientasi (2) Layanan Informasi (3) Layanan Penempatan dan Penyaluran (4) Layanan Penguasaan Konten (5) Layanan Konseling perorangan (6) Layanan Bimbingan Kelompok (7) Layanan Konseling Kelompok (8) Layanan Konsultasi (9) Layanan Mediasi
SS
S
KS
TS
STS
16
Kecerdasan, bakat, dan keterampilan penting untuk dikembangkan oleh siswa guna mengembangkan pribadi siswa
(1) Layanan Orientasi (2) Layanan Informasi (3) Layanan Penempatan dan Penyaluran (4) Layanan Penguasaan Konten (5) Layanan Konseling perorangan (6) Layanan Bimbingan Kelompok (7) Layanan Konseling Kelompok (8) Layanan Konsultasi (9) Layanan Mediasi
SS
S
KS
TS
STS
17
Menumbuhkan keinginan untuk mengenal jenis-jenis pekerjaan meruapakan pemahaman yang harus dimiliki oleh siswa agar ia memiliki wawasan tentang
(1) Layanan Orientasi (2) Layanan Informasi (3) Layanan Penempatan dan Penyaluran (4) Layanan Penguasaan Konten (5) Layanan Konseling perorangan (6) Layanan Bimbingan Kelompok (7) Layanan Konseling Kelompok
SS
S
KS
153
karir
(8) Layanan Konsultasi (9) Layanan Mediasi
TS
STS
18
Mendorong siswa untuk sungguh-sungguh dalam belajar serta memperoleh keahlian dan menjadi berkualiatas berguna bagi siswa dalam dunia kerja
(1) Layanan Orientasi (2) Layanan Informasi (3) Layanan Penempatan dan Penyaluran (4) Layanan Penguasaan Konten (5) Layanan Konseling perorangan (6) Layanan Bimbingan Kelompok (7) Layanan Konseling Kelompok (8) Layanan Konsultasi (9) Layanan Mediasi
SS
S
KS
TS
STS
19
Penting bagi siswa untuk meningkatkan keahlian yang dimiliki agar siswa dapat bekerja pada bidang yang sesuai dengan kemampuan siswa nantinya
(1) Layanan Orientasi (2) Layanan Informasi (3) Layanan Penempatan dan Penyaluran (4) Layanan Penguasaan Konten (5) Layanan Konseling perorangan (6) Layanan Bimbingan Kelompok (7) Layanan Konseling Kelompok (8) Layanan Konsultasi (9) Layanan Mediasi
SS
S
KS
TS
STS
20
Membuat perencanaan karir dimasa mendatang mulai dari sekrang merupakan hal yang penting dilakukan bagi siswa
(1) Layanan Orientasi (2) Layanan Informasi (3) Layanan Penempatan dan Penyaluran (4) Layanan Penguasaan Konten (5) Layanan Konseling perorangan (6) Layanan Bimbingan Kelompok (7) Layanan Konseling Kelompok (8) Layanan Konsultasi (9) Layanan Mediasi
SS
S
KS
TS
STS
21
Berusaha keras untuk meningkatkan kemampuan berguna bagi siswa untuk menghasilkan uang dalam dunia kerja
(1) Layanan Orientasi (2) Layanan Informasi (3) Layanan Penempatan dan Penyaluran (4) Layanan Penguasaan Konten (5) Layanan Konseling perorangan (6) Layanan Bimbingan Kelompok (7) Layanan Konseling Kelompok (8) Layanan Konsultasi (9) Layanan Mediasi
SS
S
KS
TS
STS
154
22
Menumbuhkan sikap menggunakan uang sesuai dengan keperluan dan menabung penting untuk dimiliki siswa
(1) Layanan Orientasi (2) Layanan Informasi (3) Layanan Penempatan dan Penyaluran (4) Layanan Penguasaan Konten (5) Layanan Konseling perorangan (6) Layanan Bimbingan Kelompok (7) Layanan Konseling Kelompok (8) Layanan Konsultasi (9) Layanan Mediasi
SS
S
KS
TS
STS
23
Bekerja keras dan ulet perlu ditanamkan kepada siswa guna mencapai kesuksesan dalam dunia kerja
(1) Layanan Orientasi (2) Layanan Informasi (3) Layanan Penempatan dan Penyaluran (4) Layanan Penguasaan Konten (5) Layanan Konseling perorangan (6) Layanan Bimbingan Kelompok (7) Layanan Konseling Kelompok (8) Layanan Konsultasi (9) Layanan Mediasi
SS
S
KS
TS
STS
24
Tidak mengharapkan pemberian orang tua perlu dipahami dan dilakukan oleh siswa sebagai wujud hidup mandiri
(1) Layanan Orientasi (2) Layanan Informasi (3) Layanan Penempatan dan Penyaluran (4) Layanan Penguasaan Konten (5) Layanan Konseling perorangan (6) Layanan Bimbingan Kelompok (7) Layanan Konseling Kelompok (8) Layanan Konsultasi (9) Layanan Mediasi
SS
S
KS
TS
STS
25
Penting bagi siswa untuk mengetahui tujuan perikahan serta pemilihan pasangan hidup mulai dari sekarang guna mencapai kehidupan pernikahan yang bahagia
(1) Layanan Orientasi (2) Layanan Informasi (3) Layanan Penempatan dan Penyaluran (4) Layanan Penguasaan Konten (5) Layanan Konseling perorangan (6) Layanan Bimbingan Kelompok (7) Layanan Konseling Kelompok (8) Layanan Konsultasi (9) Layanan Mediasi
SS
S
KS
TS
STS
26
Memahami peran suami-istri yang memiliki hak dan kewajiban antara satu dengan yang lain merupakan pemahaman kesiapan pernikahan yang harus
(1) Layanan Orientasi (2) Layanan Informasi (3) Layanan Penempatan dan Penyaluran (4) Layanan Penguasaan Konten (5) Layanan Konseling perorangan (6) Layanan Bimbingan Kelompok (7) Layanan Konseling Kelompok
SS
S
KS
155
dimiliki siswa sedini mungkin
(8) Layanan Konsultasi (9) Layanan Mediasi
TS
STS
27
Mengetahui manfaat dan tujuan pernikahan merupakan hal yang penting bagi siswa dalam membangun keluarga nantinya
(1) Layanan Orientasi (2) Layanan Informasi (3) Layanan Penempatan dan Penyaluran (4) Layanan Penguasaan Konten (5) Layanan Konseling perorangan (6) Layanan Bimbingan Kelompok (7) Layanan Konseling Kelompok (8) Layanan Konsultasi (9) Layanan Mediasi
SS
S
KS
TS
STS
28
Menganalisis suatu persoalan dengan berbagai kemungkinan pemecahan masalah, merupakan sikap kritis yang berguna bagi siswa
(1) Layanan Orientasi (2) Layanan Informasi (3) Layanan Penempatan dan Penyaluran (4) Layanan Penguasaan Konten (5) Layanan Konseling perorangan (6) Layanan Bimbingan Kelompok (7) Layanan Konseling Kelompok (8) Layanan Konsultasi (9) Layanan Mediasi
SS
S
KS
TS
STS
29
Memikirkan berbagai pilihan dan akibat dalam membuat keputusan adalah sikap rasional yang harus dimiliki oleh siswa
(1) Layanan Orientasi (2) Layanan Informasi (3) Layanan Penempatan dan Penyaluran (4) Layanan Penguasaan Konten (5) Layanan Konseling perorangan (6) Layanan Bimbingan Kelompok (7) Layanan Konseling Kelompok (8) Layanan Konsultasi (9) Layanan Mediasi
SS
S
KS
TS
STS
30
Bermusyawarah dalam membela hak pribadi merupakan sikap yang harus dimiliki oleh siswa
(1) Layanan Orientasi (2) Layanan Informasi (3) Layanan Penempatan dan Penyaluran (4) Layanan Penguasaan Konten (5) Layanan Konseling perorangan (6) Layanan Bimbingan Kelompok (7) Layanan Konseling Kelompok (8) Layanan Konsultasi (9) Layanan Mediasi
SS
S
KS
TS
STS
156
31
Mengetahui perbuatan yang baik dan buruk berdasarkan peraturan, merupakan kemampuan menilai yang penting dimiliki oleh siswa
(1) Layanan Orientasi (2) Layanan Informasi (3) Layanan Penempatan dan Penyaluran (4) Layanan Penguasaan Konten (5) Layanan Konseling perorangan (6) Layanan Bimbingan Kelompok (7) Layanan Konseling Kelompok (8) Layanan Konsultasi (9) Layanan Mediasi
SS
S
KS
TS
STS
32
Menamamkan rasa takut berbuat salah walau tidak diketahui oleh orang lain, merupakan hal yang tidak penting dalam membentuk kejujuran siswa
(1) Layanan Orientasi (2) Layanan Informasi (3) Layanan Penempatan dan Penyaluran (4) Layanan Penguasaan Konten (5) Layanan Konseling perorangan (6) Layanan Bimbingan Kelompok (7) Layanan Konseling Kelompok (8) Layanan Konsultasi (9) Layanan Mediasi
SS
S
KS
TS
STS
33
Menumbuhkan keyakinan pentingnya sikap hormat kepada orang tua dan membatu orang tua, merupakan hal yang penting dilakukan
(1) Layanan Orientasi (2) Layanan Informasi (3) Layanan Penempatan dan Penyaluran (4) Layanan Penguasaan Konten (5) Layanan Konseling perorangan (6) Layanan Bimbingan Kelompok (7) Layanan Konseling Kelompok (8) Layanan Konsultasi (9) Layanan Mediasi
SS
S
KS
TS
STS
34
Berperilaku sopan dan santun kepada semua orang adalah sikap yang harus dimiliki oleh siswa
(1) Layanan Orientasi (2) Layanan Informasi (3) Layanan Penempatan dan Penyaluran (4) Layanan Penguasaan Konten (5) Layanan Konseling perorangan (6) Layanan Bimbingan Kelompok (7) Layanan Konseling Kelompok (8) Layanan Konsultasi (9) Layanan Mediasi
SS
S
KS
TS
STS
35
Mengembalikan segala sesuatu dan membereskan barang-barang yang digunakan tepat pada waktunya merupakan bentuk ketertiban dan kepatuhan yang
(1) Layanan Orientasi (2) Layanan Informasi (3) Layanan Penempatan dan Penyaluran (4) Layanan Penguasaan Konten (5) Layanan Konseling perorangan (6) Layanan Bimbingan Kelompok (7) Layanan Konseling Kelompok
SS
S
KS
157
penting ditanamkan kepada siswa.
(8) Layanan Konsultasi (9) Layanan Mediasi
TS
STS
158
LAMPIRAN
159
160
Silabus Bimbingan Konseling Sekolah Kelas Mata Pelajaran / Layanan Semester Standar Kompetensi / Tugas Perkembangan Kompetensi Dasar
: SMA ............................................. :: Bimbingan dan Konseling :-
1
Materi Layanan
1. Mencapai kematangan dan pengembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa Siswa mampu memaknai Sholat, Belajar agama, Keimanan, Sabar Indikator / Tujuan Layanan
Aku Menyadari
a.
Sholat, belajar agama, keimanan, sabar
Menyadari pentingnya kewajiban Sholat, belajar agama, keimanan, sabar
b.
Mengembangkan pemikiran tentang kehidupan agama
Melaksanakan ibdah atas keyakinan sendiri dan sikap toeransi
Jenis Layanann
Bidang Bimbingan
Fungsi Layanan
- Informasi - Konseling Perorangan - Bimbingan kelompok - orientasi
Pribadi
-Pemahaman -Pemeliharaan & Pengembangan
Alokasi Waktu dan Sumber Belajar, serta aspek lainnya dapat ditambahkan sendiri oleh konselor sekolah dan dikembangkan lagi dalam Rencana Pelaksanaan Layanan
161
Rencana Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling (1) A B C D E F
Judul Layanan Jenis Layanan Bidang Bimbingan Fungsi Layanan Tujuan Layanan Hasil yang Ingin Dicapai
G H
Sasaran Kegiatan Materi Layanan
Bimbingan dan Konseling Informasi, Konseling Perorangan, Bimbingan kelompok Pribadi Pemahaman, Pemeliharaan dan pengemvbangan Siswa mampu melihat bakat,kemampuan, dan prestasi diri yang perlu sisyukuri dan dikembangkan untuk meningkatkan mutu kehidupannya a b
Siswa SMA Aku menyadari a b
I J K L M N O
Tempat Penyelenggaraan Waktu / Tanggal Semester Penyelenggara Layanan Pihak yang Dilibatkan Alat dan Perlengkapan Rencana Penilaian dan Tindak Lanjut
Mengetahui Kepala Sekolah
.......................................
Menyadari pentingnya kewajiban Sholat, belajar agama, keimanan, sabar Melaksanakan ibdah atas keyakinan sendiri dan sikap toeransi Menyadari pentingnya kewajiban Sholat, belajar agama, keimanan, sabar Melaksanakan ibdah atas keyakinan sendiri dan sikap toeransi Ruang Kelas / Sarana – Prasarana Sekolah / Ruang Bimbingan / Lingkungan Sekolah / Dll ( menyesuaikan )
a b
Konselor sekolah Seorang dengan bakat khusus / Dll (menyesuaikan ) Contoh tes bakat / Gambar atau tayangan tentang orang berbakat / Dll ( menyesuaikan) Evaluasi diri / mengisi lembar kerja / latihan / isian yang ada di buku bimbingan dan konseling Pendampingan secara umum dan melakukan salah satu atau lebih dari jenis layanan (menyesuaikan )
................................................ Koordinator Pembimbing Staf Kurikulum
Konselor sekolah
................................................
................................................
162 Materi 1 A.1. Pengertian sholat Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin yang sudah mukallaf dan harus dikerjakan baik bagi mukimin maupun dalam perjalanan. Shalat merupakan rukun Islam kedua setelah syahadat. Islam didirikan atas lima sendi (tiang) salah satunya adalah shalat, sehingga barang siapa mendirikan shalat maka ia mendirikan agama (Islam), dan barang siapa meninggalkan shalat, maka ia meruntuhkan agama (Islam). Shalat harus didirikan dalam satu hari satu malam sebanyak lima kali, berjumlah 17 rakaat. Shalat tersebut merupakan wajib yang harus dilaksanakan tanpa kecuali bagi muslim mukallaf baik sedang sehat maupun sakit. Selain shalat wajib ada juga shalat–shalat sunah. Untuk membatasi bahasan penulisan dalam permasalahan ini, maka penulis hanya membahas tentang shalat wajib kaitannya dengan kehidupan sehari–hari. Menjelaskan makna shalat merupakan hal yang penting dilakukan konselor sekolah keada siswa bertujuan, agar siswa mampu mengerti kegunaan shalat, sehingga timbul kekhusyu‟an yang secara bahasa berasal dari kata khasya‟ayakhsya‟u-khusyu‟an, atau ikhta dan takhasysya‟a yang artinya memusatkan penglihatan pada bumi dan memejamkan mata, atau meringankan suara ketika shalat. Khusyu‟ secara bahasa juga bisa diartikan sungguh-sungguh penuh penyerahan dan kebulatan hati, penuh kesadaran hati. Arti khusyu‟ itu lebih dekat dengan khudhu‟ yaitu tunduk, dan takhasysyu‟ yaitu membuat diri menjadi khusyu‟. Khusyu‟ ini dapat terjadi baik pada suara, badan maupun penglihatan. Tiga anggota itulah yang menjadi tanda (simbol) kekhusyu‟an seseorang dalam
163 shalat. Khusyu‟ menurut istilah syara‟ adalah keadaan jiwa yang tenang dan tawadhu‟ (rendah hati), yang kemudian pengaruh khusyu‟ dihati tadi akan menjadi tampak pada anggota tubuh yang lainnya. Sedang menurut A. Syafi‟i khusyu‟ adalah menyengaja, ikhlas dan tunduk lahir dan batin, dengan menyempurnakan keindahan bentuk/sikap lahirnya, serta memenuhinya dengan kehadiran hati, kesadaran dan pengertian (penta‟rifan) segala ucapan bentuk/sikap lahir itu. Jadi secara utuh yang dimaksudkan oleh penyusun dalam judul penelitian ini adalah agar siswa mampu mengatasi persoalan-persoalan yang berhubungan dengan psikis sehari-hari seperti masalah lingkungan sekolah, orang tua, sampai masalah
pribadi
dengan
membiasakan
shalat
yang
dilakukan
dengan
khusyu‟. Dengan kata lain shalat sebagai mediator untuk mengatasi segala permasalahan manusia sehari-hari yang berhubungan dengan psikis, karena shalat merupakan kewajiban peribadatan (formal) yang paling penting dalam sistem keagamaan Islam. A.2. Pengertian belajar agama Memberikan pemahaman tentang agama bertujuan agar siswa mampu memahami peribadatan kepada Tuhan Yang Maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Kata "agama" berasal dari bahasa Sanskerta, āgama yang berarti "tradisi".Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan bereligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.
164 Émile Durkheim mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci. Kita sebagai umat beragama semaksimal mungkin berusaha untuk terus meningkatkan keimanan kita melalui rutinitas beribadah, mencapai rohani yang sempurna kesuciannya. Definisi tentang agama dipilih yang sederhana dan meliputi. Artinya definisi ini diharapkan tidak terlalu sempit atau terlalu longgar tetapi dapat dikenakan kepada agama-agama yang selama ini dikenal melalui penyebutan nama-nama agama itu. Agama merupakan suatu lembaga atau institusi penting yang mengatur kehidupan rohani manusia. Untuk itu terhadap apa yang dikenal sebagai agamaagama itu perlu dicari titik persamaannya dan titik perbedaannya.
Menjelaskan
kepada siswa bahwa manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran dan pengakuan akan keterbatasannnya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa diluar dirinya. Sesuatu yang luar biasa itu tentu berasal dari sumber yang luar biasa juga. Dan sumber yang luar biasa itu ada bermacam-macam sesuai dengan bahasa manusianya sendiri. Misal Tuhan, Dewa, God, Syang-ti, KamiSama dan lain-lain atau hanya menyebut sifat-Nya saja seperti Yang Maha Kuasa, Ingkang
Murbeng
Dumadi,
De
Weldadige,
dan
lain-lain.
Memberikan informasi tentang keyakinan ini membawa siswa untuk mencari kedekatan diri kepada Tuhan dengan cara menghambakan diri, yaitu:
Menerima segala kepastian yang menimpa diri dan sekitarnya dan yakin berasal dari Tuhan
165 Menaati segenap ketetapan, aturan, hukum dll yang diyakini berasal dari Tuhan
Dengan demikian diperoleh keterangan yang jelas kepada siswa, bahwa agama itu merupakan penghambaan manusia kepada Tuhannya. Dalam pengertian agama terdapat 3 unsur, ialah manusia, penghambaan dan Tuhan. Maka suatu paham atau ajaran yang mengandung ketiga unsur pokok pengertian tersebut dapat disebut agama.
Cara Beragama
Berdasarkan cara beragamanya :
1. Tradisional, yaitu cara beragama berdasar tradisi. Cara ini mengikuti cara beragamanya nenek moyang, leluhur atau orang-orang dari angkatan sebelumnya. Pada umumnya kuat dalam beragama, sulit menerima hal-hal keagamaan yang baru atau pembaharuan. Apalagi bertukar agama, bahkan tidak ada minat. Dengan demikian kurang dalam meningkatkan ilmu amal keagamaannya. 2. Formal, yaitu cara beragama berdasarkan formalitas yang berlaku di lingkungannya atau masyarakatnya. Cara ini biasanya mengikuti cara beragamanya orang yang berkedudukan tinggi atau punya pengaruh. Pada umumnya tidak kuat dalam beragama. Mudah mengubah cara beragamanya jika berpindah lingkungan atau masyarakat yang berbeda dengan cara beragamnya. Mudah bertukar agama jika memasuki lingkungan atau
166 masyarakat yang lain agamanya. Mereka ada minat meningkatkan ilmu dan amal keagamaannya akan tetapi hanya mengenai hal-hal yang mudah dan nampak dalam lingkungan masyarakatnya. 3. Rasional, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan rasio sebisanya. Untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan pengetahuan, ilmu dan pengamalannya. Mereka bisa berasal dari orang yang beragama secara tradisional atau formal, bahkan orang tidak beragama sekalipun. 4. Metode Pendahulu, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan akal dan hati (perasaan) dibawah wahyu. Untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan ilmu, pengamalan dan penyebaran (dakwah). Mereka selalu mencari ilmu dulu kepada orang yang dianggap ahlinya dalam ilmu agama yang memegang teguh ajaran asli yang dibawa oleh utusan dari Sesembahannya semisal Nabi atau Rasul sebelum mereka mengamalkan, mendakwahkan dan bersabar (berpegang teguh) dengan itu semua.
Unsur-unsur
` Menurut Leight, Keller dan Calhoun, agama terdiri dari beberapa unsur pokok :
Kepercayaan agama, yakni suatu prinsip yang dianggap benar tanpa ada keraguan lagi Simbol agama, yakni identitas agama yang dianut umatnya.
167 Praktik keagamaan, yakni hubungan vertikal antara manusia dengan TuhanNya, dan hubungan horizontal atau hubungan antarumat beragama sesuai dengan ajaran agama Pengalaman keagamaan, yakni berbagai bentuk pengalaman keagamaan yang dialami oleh penganut-penganut secara pribadi. Umat beragama, yakni penganut masing-masing agama
Fungsi
Sumber pedoman hidup bagi individu maupun kelompok Mengatur tata cara hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia. Merupakan tuntutan tentang prinsip benar atau salah Pedoman mengungkapkan rasa kebersamaan Pedoman perasaan keyakinan Pedoman keberadaan Pengungkapan estetika (keindahan) Pedoman rekreasi dan hiburan Memberikan identitas kepada manusia sebagai umat dari suatu agama.
Menjelaskan tentang enam agama besar yang paling banyak dianut di Indonesia kepada siswa, yaitu: agama Islam, Kristen (Protestan) dan Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu, berguna untuk menghilangkan diskriminasi antara agama satu dengan yang lain. A. 3. Pengertian keimanan
168 Menjelaskan makna keimanan kepada siswa berguna agar mereka tahu maksudnya, iman adalah mengucapkan dua kalimah syahadat. Dasar kewajiban mengikrarkan dalah hadist; Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka mengucapkan laa ilaaha illallah dan Aku adalah rasulullah
Mengamalkan
dengan anggota badan maksudnya adalah menjalankan segala perintah dan menjauhi larang-larangan di dalam al-Qur‟an dan Hadis. Dalil-dalil yang menunjukkan bahwa amal bagian dari iman adalah;
:
Iman itu ada 77 cabang, yang tertinggi adalah ucapan laa ilaha illallah, dan yang terendah adalah menyingkirkan rintangan dari jalanan. Amal manusia dapat dibagi menjadi 3 macam, amal hati, amal lisan dan amal anggota tubuh. Amal hati contohnya adalah sabar, ikhlas, tawakkal, khauf raja‟ dan lain-lain. Amal lisan seperti dzikir, baca al-Qur‟an, berdo‟a dan lain-lain. Dan amal anggota tubuh seperti shalat, puasa, haji, jihad dan lain-lain. Menjelaskan bahwa orang yang percaya adanya Allah tetapi tidak mau beramal ketaatan maka ia beriman seperti Iblis, karena iblis sangat percaya kepada Allah. Tetapi Iblis disebut kafir karena tidak mau menjalankan perintah Allah untuk sujud kepada Nabi Adam. Orang yang percaya tetapi tidak mau bersyahadat tetap kafir juga, seperti Abu Thalib. Dan orang yang mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan perbuatan tetapi tidak yakin disebut munafik.
169 Dengan memahami keimanan menjadikan siswa bertambah keyakinan hati, ketenangan dan kemantapannya. Siswa akan mendapatkan hal itu dari dirinya sendiri, maka ketika menghadiri majlis dzikir dan mendengarkan nasehat didalamnya, disebutkan pula perihal surga dan neraka; maka imannya akan bertambah sehingga seakan-akan ia menyaksikannya dengan mata kepala. Namun ketika ia lengah dan meninggalkan majlis itu, maka bisa jadi keyakinan dalam hatinya akan berkurang. Iman juga akan bertambah tergantung pada pengucapan, maka orang berdzikir sepuluh kali tentu berbeda dengan yang berdzikir seratus kali. Yang kedua tentu lebih banyak tambahannya. Demikian halnya dengan siswa yang mengerti keimanan dan menjalankan ibadah secara sempurna tentunya akan lebih bertambah imannya ketimbang siswa yang ibadahnya kurang. Dalam hal amal perbuatan pun juga demikian, orang yang amalan dengan anggota badannya jauh lebih banyak daripada orang lain, maka ia akan lebih bertambah imannya daripada yang tidak melakukan perbuatan seperti dia. Tentang bertambah atau berkurangnya iman, ini telah disebutkan di dalam Al-Qur‟an maupun As-Sunnah. Allah Ta‟ala berfirman.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal, (al-Anfal;2)
170 “Dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab yakin dan supaya orang-orang yang beriman bertambah imannya”. (Al-Mudatstsir : 31) “Dan apabila diturunkan suatu surat, maka diantara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata : „Siapa di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini ?‟ Adapun orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, sedang mereka merasa gembira. Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir”. (AtTaubah : 124-125)
Di dalam hadis juga kita temukan,
Barangsiapa yang melihat kemungkaran maka hendaklah mengubahnya dengan tangannya, jika tidak mampu hendaklah ia mengubahnya dengan lisannya, jika tidak mampu hendaklah mengubah dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemah iman. (HR Muslim)
Dengan memahami ungkapan selemah-lemah iman dikaitkan dengan aktifitas amar ma‟ruf nahi munkar dapat menjadikan siswa mengerti bahwa semakin sedikit peran amar makruf seseorang maka semakin tipis imannya. Amar ma‟ruf hanyalah satu dari sebikan banyak cabang iman, maka semakin sedikit amal seseorang semakin lemahlah imannya.
171 Bahkan jika tidak tersisa sedikitpun amal, maka keimanan itu bisa hilang. Atau mungkin masih beramal tetapi tidak melaksanakan rukun-rukunnya, maka keimanan bisa rusak. Sebagai contoh, orang berbuat baik kepada sesama, shalat dan puasa rajin, tetapi terhadap salah rukun iman ia ragu, tidak yakin, maka imannya rusak. Tidak percaya kepada salah satu rasul saja yang telah disebutkan oleh Allah kerasulannya, menyebabkan rusaknya seluruh keimanan. Atau melakukan berbagai kebaikan tetapi meninggalkan shalat, sama juga rusaklah keyakinannya.
A.4. Pengertian sabar Dengan memberikan pemahaman tentang kesabaran menjadikan siswa tahan menghadapi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati), tabah ia menerima nasibnya dengan hidup ini dihadapinya dengan Tenang, tidak tergesa-gesa, tidak terburu nafsu segala usahanya dijalankannya dengan bersabar. Sabar berasal dari kata “sobaro-yasbiru” yang artinya menahan. Dan menurut istilah, sabar adalah menahan diri dari kesusahan dan menyikapinya sesuai syariah dan akal, menjaga lisan dari celaan, dan menahan anggota badan dari berbuat dosa dan sebagainya. Itulah pengertian sabar yang harus kita tanamkan dalam diri kita. Dan sabar ini tidak identik dengan cobaan saja. Karena menahan diri untuk tidak bersikap berlebihan, atau menahan diri dari pemborosan harta bagi yang mampu juga merupakan bagian dari sabar. Sabar harus kita terapkan dalam setiap aspek kehidupan kita. Bukan hanya ketika kita dalam kesulitan, tapi ketika dalam kemudahaan dan kesenangan juga kita harus tetap
172 menjadikan sabar sebagai aspek kehidupan kita. Menjelaskan berbagai jenis kesabaran kepada siswa, antara lain :
1. Sabar dalam menjalankan perintah Allah SWT
Menahan diri kita agar tetap istiqomah dalam menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT adalah bagian dari perintah Allah SWT. Kita harus tetap sabar menjalankan itu semua, karena Allah telah menjanjikan surga bagi hamba-Nya yang menjalankan perintah-Nya dengan baik sesuai syariat yang telah Allah SWT turunkan. Mulai dari shalat, zakat, puasa, dakwah, dan lain-lain. Itu semua harus kita jalani dengan sabar.
2. Sabar dari apa yang dilarang Allah SWT
Tenar sekali salah satu lagu yang dinyanyikan oleh Raja Dangdut H.Rhoma Irama dimana ada sebagian liriknya yang berbunyi “mengapa semua yang asikasik, itu diharamkan? mengapa semua yang enak-enak itu dilarang?” karena semua itu adalah memang godaan setan yang merayu kita dengan kenikmatankenikmatan dunyawi. Semua kenikmatan itu hanya semua, karena jalan yang ditunjukan oleh setan itu tidaklah berakhir kecuali di neraka. Dan kita sebagi umat Islam harus bersabar dari apa yang dilarang oleh Allah SWT. Yakinlah bahwa semua larangan itu pasti ada maksudnya. Tidaklah Allah SWT melarang kita untuk berbuat dosa, kecuali dalam dosa itu pasti ada sebuah kerugian yang akan didapat jika kita melakukannya.
173 3. Sabar terhadap apa yang telah ditakdirkan Allah SWT
Jika ada salah satu dari kita ditakdirkan dengan kondisi fisik yang kurang, maka kita juga harus tetap bersabar. Karena bersabar dengan ketentuan Allah SWT merupakan salah satu dari macam sabar. Dan balasan lain dari sabar kita itu adalah surga. Rasulallah SAW bersabda: sesungguhnya Allah SWT berfirman “Jika hambaku diuji dengan kedua matanya dan dia bersabar, maka Aku akan mengganti kedua matanya dengan surga” (HR. Bukhori).
Semoga Allah SWT menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang sabar dalam menjalankan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, dan dari apa yang telah ditakdirkan-Nya. Dan kita harus tetap melatih sifat sabar ini dalam kehidupan kita sehingga nantinya kita akan dapat menyikapi semua aspek hidup ini dengan sabar. wallau’alam, (MR)
B. Melaksanakan ibadah atas keyakinan sendiri dan sikap toleransi
Menjelaskan kepada siswa, apa itu toleransi dan dari mana datangnya?. Dan apa urgensi toleransi bagi masa depan umat manusia?. Pertanyaan-pertanyaan ini paling tidak akan menjadikan siswa kita faham akan arti pentingnya toleransi. Toleransi yang bukan sekedar dalam wacana semata. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, Toleransi yang berasal dari kata “toleran” itu sendiri berarti bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) yang berbeda dan atau yang bertentangan dengan pendiriannya. Toleransi juga berarti batas ukur untuk penambahan atau
174 pengurangan yang masih diperbolehkan. Agama adalah elemen fundamental hidup dan kehidupan manusia, oleh sebab itu, kebebasan untuk beragama [dan tidak beragama, serta berpindah agama] harus dihargai dan dijamin. Ungkapan kebebasan beragama memberikan arti luas yang meliputi membangun rumah ibadah dan berkumpul, menyembah; membentuk institusi sosial; publikasi; dan kontak dengan individu dan institusi dalam masalah agama pada tingkat nasional atau internasional.
Kebebasan
beragama, menjadikan seseorang mampu meniadakan diskriminasi berdasarkan agama; pelanggaran terhadap hak untuk beragama; paksaan yang akan mengganggu kebebasan seseorang untuk mempunyai agama atau kepercayaan. Termasuk dalam pergaulan sosial setiap hari, yang menunjukkan saling pengertian, toleransi, persahabatan dengan semua orang, perdamaian dan persaudaraan universal, menghargai kebebasan, kepercayaan dan kepercayaan dari yang lain dan kesadaran penuh bahwa agama diberikan untuk melayani para pengikut-pengikutnya. Jadi, toleransi (tasamuh) beragama adalah menghargai dengan sabar, menghormati keyakinan atau kepercayaan seseorang atau kelompok lain. Termasuk agama Islam. Islam mengajarkan betapa pentingnya toleransi. Nabi Muhammad SAW. mengajarkan Islam sebagai agama kasih sayang dan menolak kekerasan yang dapat memicu konflik. Nabi juga melindungi minoritas dalam melaksanakan ibadah sesuai keyakinannya. K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pernah mengatakan bahwa Nabi Muhammad pun pernah meminta tiga orang Pendeta Kristiani yang datang dari Najran (provinsi timur di Arab Saudi)
175 untuk beribadah menurut agama mereka di Masjid. Pernah juga diceritakan pada suatu hari ada orang Arab pedalaman kencing di masjid Nabi di Madinah. Terang saja para sahabat geram dan ingin memukul orang itu. Namun, Rasulullah SAW mencegahnya, dan kemudian menyuruh para sahabat „kerja bakti‟ menyiram dan membersihkan air seni laki-laki tak kenal sopan santun itu. (HR Bukhari dari Abu Hurairah). Menurut Ibn Hajar al-Asqalani, pengarang Kitab Fath al-Bari, riwayat ini memperlihatkan dengan jelas sikap toleransi Nabi SAW dan keluhuran budi pekertinya. Contoh lain tentang perlakuan Islam terhadap non-Islam adalah kemurahan hati yang diperlihatkan oleh Salahuddin al-Ayyubi pada tahun 1188 M saat dia berhasil merebut kembali Yerussalem dari tentara salib. Ketika Salahuddin tiba ia menyaksikan pasukan salib sedang mengotori masjid dengan menyimpan babi di dalamnya. Bahkan para ahli sejarah Eropa pun mengakui bahwa Salahuddin tidak membalas dendam, melainkan memberikan maaf kepada pasukan salib, dengan pengecualian segelintir individu yang memang berprilaku sadis dan kejam. Dengan memberikan pemahaman toleransi antar umat beragama pada siswa nantinya membuat siswa mampu bertindak atau berbuat untuk menunjukkan saling menghargai, menghormati, menolong, mengasihi, dan lainlain. Termasuk di dalamnya menghormati agama dan iman orang lain; menghormati ibadah yang dijalankan oleh orang lain, tidak merusak tempat ibadah, tidak menghina ajaran agama orang lain, serta memberi kesempatan kepada pemeluk agama menjalankan ibadahnya. Di samping itu, maka agama-
176 agama akan mampu untuk melayani dan menjalankan misi keagamaan dengan baik sehingga terciptanya suasana rukun dalam hidup dan kehidupan masyarakat serta bangsa. Jika semua orang menjalankan agamanya masing-masing dengan sebenar-benarnya, maka sudah pasti akan melahirkan kedamaian, ketentraman hidup dan kerjasama sosial yang sehat.
Sumber : http://www.jappy.8m.net/blank_11.html http://life-blogdz.blogspot.com/2012/10/definisi-agama-islam.html http://pesantrenvirtualshahih.blogspot.com/2012/08/pengertian-tuhan-dan-agama.html http://www.religionfacts.com/big_religion_chart.htm MH, Amin Jaiz, Pokok-pokok Ajaran Islam, Korpri Unit PT. Asuransi Jasa Indonesia Jakarta, 1980 Monier Williams, 1899, A Sanskrit English Dictionary. Oxford University Pressa
177
Silabus Bimbingan Konseling Sekolah Kelas Mata Pelajaran / Layanan Semester Standar Kompetensi / Tugas Perkembangan Kompetensi Dasar
: SMA ............................................. :: Bimbingan dan Konseling :2
Materi Layanan
2. Mencapai kematangan dalam hubungan antar teman sebaya, baik pria maupun wanita, serta kematangan dalam peranannya sebagai pria ataupun wanita Siswa mampu hidup bersama orang lain yang mendasarkan diri pada etika pergaulan
Indikator / Tujuan Layanan
Etika Pergaulan
a.
Pengertian Etiket dan Etika b. Perbedaan Etiket & Etika
c.
Memahami Etika dan Prinsip Etika
d. d.
Prinsip Etika Pergaulan Melaksanakan Prinsipprinsip Etika Pergaulan
Jenis Layanan - Informasi - Bimbingan Kelompok -Konseling Kelompok - Mediasi
Memahami pengertian tentang etiket dan etika dalam kehidupan sehari-hari Menjelaskan perbedaan antara etiket dan etika dalam kehidupan seharihari Memahami etika dan prinsip etika dalam pergaulan kehidupan sehari
Mengenal prinsip etika pergaulan dalam pergaulan hidup sehari-hari Terbiasa melaksanakan prinsip-prinsip etika pergaulan dalam kehidupan sehari-hari bersama orang lain
Bidang Bimbingan Pribadi Sosial
Fungsi Layanan - Pemahaman - Pencegahan
178
Rencana Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling (2) A B C D E
Judul Layanan Jenis Layanan Bidang Bimbingan Fungsi Layanan Tujuan Layanan
Bimbingan dan Konseling Informasi , Bimbingan Kelompok, Konseling Kelompok, Mediasi Pribadi dan Sosial Pemahaman,Pencegahan Siswa mampu hidup bersama orang lain yang mendasarkan diri pada etika pergaulan
F
Hasil yang Ingin Dicapai
G H
Sasaran Kegiatan Materi Layanan
a b c d e
a b c d e I J K L M N O
Tempat Penyelenggaraan Waktu / Tanggal Semester Penyelenggara Layanan Pihak yang Dilibatkan Alat dan Perlengkapan Rencana Penilaian dan Tindak Lanjut
Mengetahui Kepala Sekolah .......................................
a b
Memahami pengertian tentang etiket dan etika dalam kehidupan sehari-hari Menjelaskan perbedaan antara etiket dan etika dalam kehidupan sehari-hari Memahami etika dan prinsip etika dalam pergaulan kehidupan sehari Mengenal prinsip etika pergaulan dalam pergaulan hidup sehari-hari Terbiasa melaksanakan prinsip-prinsip etika pergaulan dalam kehidupan sehari-hari bersama orang lain Siswa SMA Etika Pergaulan Pengertian Etiket dan Etika Perbedaan Etiket & Etika Memahami Etika dan Prinsip Etika Prinsip Etika Pergaulan Melaksanakan Prinsip-prinsip Etika Pergaulan Ruang Kelas / Sarana – Prasarana Sekolah / Ruang Bimbingan / Lingkungan Sekolah / Dll ( menyesuaikan ) Konselor sekolah Beberapa siswa untuk praktek / Dll ( menyesuaikan ) Gambar / tayangan tentang etika pergaulan / Dll (menyesuaikan ) Evaluasi diri / mengisi lembar kerja / latihan / isian yang ada di buku bimbingan dan konseling Pendampingan secara umum dan melakukan salah satu atau lebih dari jenis layanan (menyesuaikan )
................................................ Koordinator Pembimbing Staf Kurikulum ................................................
Konselor sekolah ................................................
179 Materi 2 A. Pengertian Etiket dan Etika
Memberikan pemahaman etika kepada siswa mampu menjadikan siswa mengerti karakter satu dengan yang lain, kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watakkesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etikaakan berkaitan dengan konsep yang dimiliki olehindividu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik. Menurut Martin [1993], etika didefinisikan sebagai”the discipline which can act as the performance index or reference for our control system”. Etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self control”, karena segala sesuatunya dibuat danditerapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial(profesi) itu sendiri. Kehadiran organisasi profesi dengan perangkat “built-in mechanism” berupa kode etik profesi dalam hal ini jelasakan diperlukan untuk menjaga martabat sertakehormatan profesi, dan di
sisi
lain
melindungimasyarakat
dari
segala
bentuk
penyimpangan
maupunpenyalah-gunaan keahlian. Sebuah profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat, bilamana dalam diri para elit profesional tersebut ada kesadaran kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukannya. Siswa mampu mempersoalkan bagaimana manusia harus bertindak. Tindakan manusia ini ditentukan oleh bermacam-macam norma. Norma ini masih dibagi lagi menjadi norma hukum, norma moral, norma agama dan norma sopan santun. Norma hukum berasal dari hukum dan perundangundangan, norma agama
180 berasal dari agama sedangkan norma moral berasal dari suara batin. Norma sopan santun berasal dari kehidupan sehari-hari sedangkan norma moral berasal dari etika. Etika dan Etiket. Etika (ethics) berarti moral sedangkan etiket (etiquette) berarti sopan santun. Persamaan antara etika denganetiket yaitu: etika dan etiket menyangkut perilaku manusia. Istilahtersebut dipakai mengenai manusia tidak mengenaibinatang karena binatang tidak mengenal etika maupun etiket. Keduaduanya mengatur perilaku manusia secara normatif artinya memberi norma bagi perilaku manusiadan dengan demikian menyatakan apa yag harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Justrukarena sifatnya normatif maka kedua istilah tersebut sering dicampuradukkan. Ajaran moral yang diberikan konselor sekolah memuat pandangan siswa tentang nilai dan norma moral yang terdapat pada sekelompok manusia. Ajaran moral mengajarkan bagaimana orang harus hidup. Ajaran moral merupakan rumusan sistematik terhadap anggapan tentang apa yang bernilai serta kewajiban manusia. Etika merupakan ilmu tentang norma, nilai dan ajaranmoral. Etika merupakan filsafat yang merefleksikan ajaran moral. Pemikiran filsafat mempunyai 5 ciri khasyaitu bersifat rasional, kritis, mendasar, sistematik dan normatif (tidak sekadar melaporkan pandangan moralmelainkan menyelidiki bagaimana pandangan moralyang sebenarnya). Kebaikan moral merupakan kebaikan manusia sebagai manusia sedangkan kebaikan pada umumnya merupakan kebaikan manusia dilihat dari satu segi saja, misalnyasebagai suami atau isteri. Moral berkaitan dengan moralitas. Moralitas
181 adalah sopan santun, segala sesuatu yang berhubungan dengan etiket atau sopan santun. Moralitas dapat berasal dari sumber tradisi atau adat, agama atau sebuah ideologi atau gabungan dari beberapa sumber.
B. Perbedaan Etiket dan Etika
Menjelaskan perbedaan etika dan etiket kepada siswa nantinya membuat siswa mampu memahami etiket dan etika dengan baik. Etika adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari tentang apa yang baik dan buruk. Disini kita tahu bahwa etika berhubungan dengan ilmu pengetahuan. Sedangkan etiket adalah suatu ajaran tentang sopan santun yang perlu kita lakukan dalam pergaulan. Etiket ini sangat penting artinya bagi orang-orang yang tinggal berkelompok dengan yang lainnya. “… ketika kedua istilah ini dicampur adukan tanpa berpikir panjang maka akan memperoleh konsekuensi yang cukup besar. Bisa sampai fatal dari segi etis …”
Di dalam etika, keadaan manusia bukanlah suatu masalah yang perlu dibesar-besarkan. Justru hal yang perlu diketahui dalam hal ini adalah tindakan manusia dalam menghadapi persoalan hidupnya. Dalam hal ini, tindakan tersebut juga dipengaruhi oleh berbagai macam norma yang ada dalam masyarakat kita seperti norma hukum, norma agama, norma kesopanan dan lain-lain. Jika dilihat dan dipahami lebih lanjut, kita akan tahu bahwa etika dan etiket mempunyai sangkut paut dengan perilaku manusia. Kedua hal tersebut
182 sebenarnya digunakan untuk mengatur perilaku manusia agar menjadi pribadi yang baik dan normatif. Dalam hal ini, perilaku tersebut dimaksudkan agar sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat kita. Disini, kita akan menjelaskan perbedaan etika dan etiket, K. Bertens (2007:9), dengan baik sehingga kita tidak perlu salah kaprah dalam pemahaman tersebut. Etiket menyangkut cara suatu pebuatan harus dilakukan manusia. Contohnya ketika kia memberikan sesuatu dengan orang lain kita harus menggunakan tangan kanan. sedangkan etika menyangkut masalah apakah suatu perbuatan boleh dilakukan atau tidak. Contohnya adalah larangan mencuri. “larangan mencuri” adalah suatu norma etika, apakah itu dicuri dengan tangan kiri atau kanan sama sekali tidak relevan dalam hal ini. Etiket hanya berlaku dalam pergaulan, tidak berlaku jika tidak ada orang lain atau saksi mata. Contohnya pada tata cara makan. Dianggap melanggar ketika kita makan sambil berbicara atau mengangkat kaki jika sedang makan bersama. Akan tetapi dianggap tidak melanggar jika pelaku hanya sendirian. Sedangkan etika tidak tergantung ada atau tidaknya orang lain. Terlepas ada atau tidaknya orang lain kita tetap tidak boleh mencuri.
Seperti sering terjadi, etika dicampuradukkan dengan etiket. Padahal, dua pengertian itu sangat berbeda: etika mengacu ke ranah moral, sedangkan etiket mengacu ke ranah sopan santun. Memang benar, ada alasan juga mengapa etika dan etiket sering disamakan. Pertama, bentuk kedua kata itu dalam bahasa Indonesia sangat mirip, seolah-olah yang satu hanya sekadar variasi dari yang lain. Kedua, dan lebih penting lagi, baik etika maupun etiket mengandung norma
183 bagi tingkah laku kita. Menurut etiket, siswa diajarkan untuk tidak boleh berbicara dengan sopan dengan nada tinggi atau dengan cara tidak sabar. Menurut etika, siswa tidak boleh berdusta. Dalam dua contoh ini etiket dan etika memberi norma tentang perilaku yang
sama,
tetapi
dari
sudut
pandang
yang
sangat
berbeda.
Etiket menyoroti baik-buruknya perilaku dalam arti sopan santun. Etika menyoroti baik-buruknya perilaku dalam arti moral. Di sini tentu tidak dimaksudkan bahwa segi sopan santun tidak penting dalam pergaulan di masyarakat. Hanya mau dikatakan bahwa segi moral jauh lebih penting lagi. Mengapa demikian? Karena etiket hanya memandang manusia dari luar, sedangkan etika menilai manusia dari dalam dengan melihat ke dalam hatinya. Misalnya, memperhatikan bagaimana seorang koruptor melalui pembicaraan di Blackberry-nya dengan pejabat pemerintah merencanakan suatu usaha korupsi besar-besaran. Perilakunya sangat sopan. Berulang kali kita dengar, ”Ya, Pak”, ”Tidak, Pak”, ”Terima kasih, Pak” dengan nada halus dan hormat. Namun, bagaimana dari sudut etika? Walaupun kita tidak mengerti isi pembicaraan karena orang itu terus pakai kode, pada kenyataannya perilakunya sangat tidak etis. Barangkali sekarang sudah jelas mengapa etika dan etiket tidak boleh dicampuradukkan. Kalau kita lakukan begitu, kita bisa membuat kesalahan fatal dalam menilai tingkah laku orang. Banyak penipu berhasil dalam melakukan kejahatan justru karena berlaku sangat halus dan sopan. Sambil sepenuhnya memenuhi norma etiket, orang tetap bisa munafik. Etiket bisa menjadi kedok
184 untuk menyembunyikan perbuatan yang tidak etis sekalipun. Dalam konteks etika, hal itu tidak mungkin.
C. Prinsip Etika Dalam peradaban sejarah manusia sejak abad keempat sebelum Masehi para pemikir telah mencoba menjabarkan berbagai corak landasan etika sebagai pedoman hidup bermasyarakat. Para pemikir itu telah mengidentifikasi sedikitnya terdapat ratusan macam ide agung (great ideas). Seluruh gagasan atau ide agung tersebut dapat diringkas menjadi enam prinsip yang merupakan landasan penting etika, yaitu keindahan, persamaan, kebaikan, keadilan, kebebasan, dan kebenaran.
Prinsip Keindahan Prinsip ini mendasari segala sesuatu yang mencakup penikmatan rasa senang terhadap keindahan. Berdasarkan prinsip ini, manusia memperhatikan nilai-nilai keindahan dan ingin menampakkan sesuatu yang indah dalam perilakunya. Misalnya dalam berpakaian, penataan ruang, dan sebagainya sehingga membuatnya lebih bersemangat untuk bekerja. Prinsip Persamaan Setiap manusia pada hakikatnya memiliki hak dan tanggung jawab yang sama, sehingga muncul tuntutan terhadap persamaan hak antara laki-laki dan perempuan, persamaan ras, serta persamaan dalam berbagai bidang lainnya. Prinsip ini melandasi perilaku yang tidak diskrminatif atas dasar apapun. Prinsip Kebaikan Prinsip ini mendasari perilaku individu untuk selalu berupaya berbuat kebaikan dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Prinsip ini biasanya berkenaan dengan nilai-nilai kemanusiaan seperti hormat- menghormati, kasih sayang, membantu orang lain, dan sebagainya.
185 Manusia pada hakikatnya selalu ingin berbuat baik, karena dengan berbuat baik dia akan dapat diterima oleh lingkungannya. Penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat sesungguhnya bertujuan untuk menciptakan kebaikan bagi masyarakat. D. Prinsip Etika Pergaulan Membuat siswa paham prinsip etika pergaulan membuat siswa mengerti tata krama dalam pergaulan merupakan aturan kehidupan yang mengatur hubungan antar sesama manusia. Tata krama pergaulan berkaitan erat dengan etiket atau etika. Kata etiket berasal dari bahasa perancis Etiquette yang berarti tata cara bergaul yang baik, dan etika berasal dari bahasa latin Ethic merupakan pedoman cara hidup yang benar dilihat dari sudut Budaya, Susila dan Agama. Dasar - dasar etiket terdiri dari : 1. Bersikap sopan dan ramah kepada siapa saja. 2. Memberi perhatian kepada orang lain. 3. Berusaha selalu menjaga perasaan orang lain. 4. Bersikap ingin membantu. 5. Memiliki rasa toleransi yang tinggi. 6. Dapat menguasai diri, mengendalikan emosi dalam situasi apapun. Jadi pada prinsipnya dalam etiket siswa harus ' Selalu berusaha untuk menyenangkan orang lain '(Always wants to please anybody)' . Manfaat etiket dalam kehidupan seorang manusia adalah : 1. Membuat anda menjadi disegani, dihormati, disenangi orang lain.
186 2. Memudahkan hubungan baik anda dengan orang lain (Better Human Relation). 3. Memberi keyakinan pada diri sendiri dalam setiap situasi. 4. Menjadikan anda dapat memelihara suasana yang baik dalam berbagai lingkungan, baik itu lingkungan keluarga, pergaulan, dan tempat dimana anda bekerja.
Sumber :
http://satiaoon.blogspot.com/2012/11/pengertian-etika.html http://maxdy1412.wordpress.com/2010/02/27/pengertian-etika-profesi-dan-ciri-khasprofesi/ http://www.anneahira.com/pengertian-etika.htm http://ste84fredy.blog.com http://jeanecutepink-jeane.blogspot.com/2012/03/pengertian-etika.html http://pakguruonline.pendidikan.net/buku_tua_pakguru_dasar_kSiswad_11.html ristiuty.edublogs.org/files/2008/04/pertemuan-1.ppt http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Diana%20Septi%20Purnama,%20M.Sis wa./MEMBANGUN%20ETIKA%20MAHASISWA.Siswaf http://iklandofollow.blogdetik.com/etika-anak-kepada-orang-tua-dianggap-kuno/ http://bagus19.blogspot.com/2012/10/pengertian-filsafat-etika-dan-etika.html
187
Silabus Bimbingan Konseling Sekolah Kelas Mata Pelajaran / Layanan Semester Standar Kompetensi / Tugas Perkembangan Kompetensi Dasar
: SMA ............................................. :: Bimbingan dan Konseling :-
2
Materi Layanan
2. Mencapai kematangan dalam hubungan antar teman sebaya, baik pria maupun wanita, serta kematangan dalam
peranannya sebagai pria ataupun wanita Siswa mampu bergaul secara efektif sebagai remaja sehingga mendapatkan menfaat bagi perkembangan dirinya
Indikator / Tujuan Layanan
Pergaulan Remaja
Pergaulan Sehari-hari remaja
Memahami tentang arti penting pergaulan sehari-hari sebagai remaja
b.
Aspek Psikososial Remaja
Memahami aspek psikososial remaja sehingga semakin mengenal diri
c.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pergaulan Remaja
Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi pergaulan remaja sehingga dapat bergaul secara efektif dalam kehidupan sehari-hari
d.
Prinsip Dasar Pergaulan yang Sehat
Memahami prinsip-prinsip dasar pergaulan yang sehat sehingga tidak terjerumus pada pergaulan yang membahayakan
e.
Supaya Pertemanan Terjalin Langgeng
Membiasakan diri bergaul secra sehat dan efektif sehingga persahabatan dengan siapapun dapat bertahan lebih lama
Jenis Layanan
Bidang Bimbingan
Fungsi Layanan
- Informasi - Bimbingan Kelompok -Konseling perorangan
Pribadi Sosial
- Pemahaman - Pemeliharaan & Pengembangan
188
Rencana Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling (2) A B C D E
Judul Layanan Jenis Layanan Bidang Bimbingan Fungsi Layanan Tujuan Layanan
Bimbingan dan Konseling Informasi, Bimbingan Kelompok, Konseling perorangan Pribadi dan Sosial Pemahaman, Pemeliharaan dan Pengembangan
F
Hasil yang Ingin Dicapai
G H
Sasaran Kegiatan Materi Layanan
Siswa mampu bergaul secara efektif sebagai remaja sehingga mendapatkan menfaat bagi perkembangan dirinya
a b c d e
Siswa SMA a b c d
I J K L M N O
Tempat Penyelenggaraan Waktu / Tanggal Semester Penyelenggara Layanan Pihak yang Dilibatkan Alat dan Perlengkapan Rencana Penilaian dan Tindak Lanjut
Mengetahui Kepala Sekolah
.......................................
Memahami tentang arti penting pergaulan sehari-hari sebagai remaja Memahami aspek psikososial remaja sehingga semakin mengenal diri Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi pergaulan remaja sehingga dapat bergaul secara efektif dalam kehidupan sehari-hari Memahami prinsip-prinsip dasar pergaulan yang sehat sehingga tidak terjerumus pada pergaulan yang membahayakan Membiasakan diri bergaul secra sehat dan efektif sehingga persahabatan dengan siapapun dapat bertahan lebih lama
Pergaulan Sehari-hari remaja Aspek Psikososial Remaja Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pergaulan Remaja Prinsip Dasar Pergaulan yang Sehat Supaya Pertemanan Terjalin Langgeng
Ruang Kelas / Sarana – Prasarana Sekolah / Ruang Bimbingan / Lingkungan Sekolah / Dll ( menyesuaikan )
a b
Konselor sekolah Beberapa pengurus kelas - OSIS / Dll (menyesuaikan ) Gambar / tayangan tentang pergaulan remaja Evaluasi diri / mengisi lembar kerja / latihan / isian yang ada di buku bimbingan dan konseling Pendampingan secara umum dan melakukan salah satu atau lebih dari jenis layanan (menyesuaikan ) ................................................
Koordinator Pembimbing Staf Kurikulum
Konselor Sekolah
................................................
................................................
189 Materi 2 (Bagian 2) A. Aspek Psikologisosial Remaja Perlu diketahu konselor sekolah bahwa masa remaja dianggap sebagai masa topan, badai, dan stress (strom and stress), karena mereka telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib diri sendiri. Masa remaja menurut Gunarsa dan Gunarsa (1991) antara lain; puberteit puberty dan adolescentia. Istilah puberty (bahasa Inggris) berasal dari kata latin,pubertas yang berarti laki-lakian, kedewasaan yang dilandasi oleh sifat-sifat dan tanda-tanda kelaki-lakian. Pubescence
berarti perubahan yang dibarengi dengan
tumbuhnya rambut pada daerah kemaluan. Jadi, jika konselor sekolah memahami fase remaja ini maka konselor tentu mampu mambawa remaja bisa melewati masa transisi atau peralihan dari masa anak-anak menuju kemasa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis dan psikososial dengan baik. Remaja adalah usia transisi dimana seorang individu telah meninggalkan usia kanak-kanak yang lemah dan penuh ketergantungan, akan tetapi belum mampu keusia kuat dan penuh tanggung jawab baik terhadap dirinya maupun terhadap masyarakat, adapun masa usia remaja dimulai pada usia 13 sampai 21 tahun. Menurut Monks dan Knoers (2002), suatu analisis yang cermat mengenai semua aspek perkembangan dalam masa remaja, yang secara global berlangsung antara umur 12-21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18 tahun untuk masa remaja pertengahan dan 18-21 tahun untuk remaja akhir. Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Remaja (adolescence) adalah masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa
190 yang ditandai adanya aspek fisik, psikis, dan psikososial secara kronologis usia remaja bekisar antara usia 12 sampai 21 tahun.
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergaulan Bebas
Konselor harus paham Pergaulan remaja saat ini lebih cenderung ke arah pergaulan bebas, terbukti banyaknya para remaja yang menggunakan Narkotika dan melakukan Seks bebas dengan kekasihnya, hal ini bisa dilihat dari banyaknya para remaja yang menggunakan barang haram tersebut. Mengapa para remaja menggunakan barang haram tersebut?. Karena salahnya pergaulan yang mereka pilih, seperti mereka berteman dengan orang yang menggunakan narkoba sehingga mereka juga ikut-ikutan menggunakan narkoba dan kurangnya faktor pengawasan orang tua mereka. Seandainya mereka di awasi oleh para orang tuanya, mereka tidak mungkin menggunakan barang tersebut. Selain itu, pergaulan lingkungan sekitar juga harus di awasi, karena bisa juga menggunakan barang tersebut karena sedang depresi/sekadar coba-coba. Maka dari itu mudah sekali tergoda untuk menggunakan barang tersebut dan lama kelamaan menjadi pecandu berat dan sulit untuk lepas dari barang itu, dan untuk seks bebashal tersebut dikarenakan lepas dari pengawasan orang tua atau karena kebutuhan ekonomi yang mendesak sehingga mereka melakukan seperti itu dan bisa juga akibat salah pergaulan lagi. Dari kasus ini, peran orang tua sangatlah penting untuk membentuk pola fikir mereka jadi lebih baik dan melakukan hal-hal yang positif. Orang tua juga harus memberi pengarahan tentang bahaya narkoba dan seks bebas untuk masa depan mereka.
191 1. Kurangnya Pemupukan Rasa Cinta Tanah Air
Generasi muda saat ini kurang memiliki rasa cinta tanah air, ini dapat dilihat dari lebih gemarnya anak muda untuk pergi ke bioskop dari pada ke museum-museum sejarah perjuangan bangsa,mengapa hal ini terjadi?. Ada beberapa kemungkinan yang dapat kita ambil dari hal tersebut yakni kurangnya pemupukan rasa cinta tanah air semenjak kecil, sinetron-sinetron yang ditayangkan ditelevisi merupakan tayangan yang kurang produktif bagi perkembangan anak. Selain itu, hal-hal yang terkait dengan bangsa ini tidak mendapat sorotan yang tajam mengenai budaya, masalah sosial yang dapat menimbulkan rasa cinta tanah air. Hal lain yang dapat menjadi penyebab yakni pendidikan yang kurang sehingga dapat menyebabkan seseorang tidak tahu akan bangsanya sendiri. Pergaulan remaja saat ini sangat mengkhawatirkan,ini dapat dilihat dari beberapa hal yaitu tingginya angka pemakai Narkoba dan adanya seks bebas dikalangan remaja,angka remaja yang melakukan seks bebas hingga saat ini mencapai 50% melakukan hubungan seks diluar nikah.Ini sangat mengkhawatirkan bagi Bangsa Indonesia krisis moral yang terjadi dikalangan remaja yang menyebabkan seks bebas dapat terjadi. Hal ini perlu diatas agar tidak menyebabkan kemandulan dalam Bangsa karena perlu diingat lagi bahwa masa depan Bangsa sangat tergantung pada Generasi muda, upaya pencegahan yang perlu dilakukan oleh kita semua yaitu misalnya saja dengan pendidikan formal yang didalamnya ada suatu pendidikan moral selain pendidikan keagamaan yakni adanya pendidikan tentang bahaya Narkoba, hubungan seks diluar nikah serta pentingnya pendidikan budi pekerti yang harus dijalankan.Sebab baik
192 buruknya kelakuan seseorang bermula dari baik buruknya iman yang tertanam serta budi pekerti tiap individu.
2. Remaja sekarang lebih mampu berekpsresi
Banyak yang bilang pergaulan remaja saat ini sudah sangat jauh berubah dibandingkan pada masa-masa sepuluh tahun silam. Remaja sekarang lebih mampu berekspresi pada emosi dan mengungkapkan perasaan tanpa sembunyi-sembunyi dan malu seperti dulu. Sudah lumrah saat kita melihat remaja mengungkapkan kemarahan, sedih dan kegembiraannya dengan kata-kata yang terucap secara langsung, tanpa basabasi seperti halnya remaja pada zaman dahulu. Dengan biasa mereka mengekspresikan perasaan cinta dan sayang pada pacar mereka di tempat-tempat umum. Sudah umum dilihat saat ini bila di mall-mall para remaja biasa bergandengan tangan, berpelukan bahkan berciuman. Buat orang tua perilaku seperti ini sangat mengejutkan dan membuat mereka merasa khawatir. Namun seringkali para orang tua lupa bahwa saat mereka remaja, perilaku mereka pun sering membuat kecut hati para orang tua mereka sendiri. Namun apabila orang tua terlalu keras akibat perasaan khawatir yang mereka miliki, maka remaja akan cenderung memberontak dan bersikap jauh lebih keras dan pertikaian antara orang tua dan anak pun tidak dapat lagi dihindari. Remaja bergaul adalah sebuah kabutuhan. Sama halnya dengan dahaga yang ingin terpuasan. Mereka ingin mengenal banyak orang dari berbagai lingkungan. Ini sebetulnya tidak terlepas dari proses pencarian jati diri semata. Dengan membebaskan perasaan dan isi hati, mereka juga mengharapkan kebebasan dan ketenangan jiwa. Bila dikekang, mereka nampak begitu sedih dan terkekang. Tapi
193 bila pergaulan terlalu dibebaskan juga sangat mengkhawatirkan. Yang penting berkomunikasi dan terarah. Bilamana sang remaja masih mampu berkomunikasi dengan keluarga dan orang tua, maka bimbingan untuk pergaulan pun dapat tersampaikan.Informasi tentang apa yang sebaiknya mereka lakukan dengan temanteman dan apa efek dari apa yang mereka lakukan dan perbuat juga perlu dikomunikasikan.
3. Keadaan yang Tidak Seimbang pada Remaja
Sebenarnya karakteristik dan perjalanan tumbuh kembang remaja tidak pernah berubah antara generasi lalu dengan generasi sekarang. Masa remaja tetaplah merupakan suatu fase pertumbuhan dan perkembangan antara masa anak dan dewasa. Dalam periode ini pastilah terjadi perubahan yang sangat pesat dalam dimensi fisik, mental dan sosial. Masa ini juga merupakan periode pencarian identitas diri, sehingga remaja sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan. Umumnya proses pematangan fisik lebih cepat dari pematangan psikososialnya. Karena itu seringkali terjadinya ketidakseimbangan yang menyebabkan remaja sangat sensitif dan rawan terhadap stres. Perkembangan fisik remaja dalam usia ini, juga perkembangan kematangan seksualnya, mengalami perubahan yang sangat pesat dan sudah seharusnya menjadi perhatian khusus remaja. Keadaan ini merupakan salah satu penyebab atau alasan bagi remaja untuk coba-coba bereksperimen dengan aktivitas seks, termasuk juga mencoba menggunakan narkoba.
194 4. Lemahnya Akses Akan informasi Tentang HIV/AIDS yang Benar
Kini semakin sering kita dengar remaja dihubungkan dengan kejadian HIV/AIDS. Hal ini sangatlah masuk akal karena interaksi remaja di lingkungan sosialnya memungkinkan terjadi kontak dengan virus HIV dari pergaulannya. Saat ini di dunia ada sekitar 10 juta remaja hidup dengan HIV/AIDS. Pada saat yang sama remaja juga adalah kelompok paling pontensial sebagai sebuah pilihan untuk menjadi penggerak utama untuk berperan dalam menurunkan angka kejadian infeksi baru HIV. Remaja saat ini juga sedang berada dalam sebuah kegundahan situasi karena masih lemahnya akses akan informasi tentang HIV/AIDS yang benar, sehingga masih ada yang benar-benar belum tahu akan bahaya HIV/AIDS. Selain itu juga disebabkan
karena
tekanan
dari
pergaulan
sebayanya,
ketidakmampuan
mengkalkulasikan resiko, ketidakberdayaan dalam mengambil keputusan termasuk menyatakan tidak buat narkoba, ketidaktahuan dalam menjalankan seks yang aman dan akses pelayanan yang terbatas terhadap penggunaan kondom itu sendiri.
C. Prinsip Dasar Pergaulan yang Sehat
Menurut Abdul Halim pergaulan yang sehat adalah pergaulan yang tidak terjebak dalam dua kutub yang ekstrem, yaitu terlalu sensitive (menutup diri) atau terlalu bebas. Konsep pergaulan semestinya lebih di tekankan kepada hal-hal positif, seperti untuk mempertegas eksistensi diri atau guna menjalin persaudaraan serta menambah wawasan. Ada beberapa prinsip dasar pergaulan yang sehat yang perlu di perhatikan
195 agar pergaulan, dapat berjalan sebagai mana yang di harapkan, prinsip dasar tersebut adalah sebagai berikut:
1. Saling menyadari bahwa semua orang saling membutuhkan
Seperti kita ketahui bersama bahwa setiap manusia pasti akan membutuhkan manusia lain. Keadaan ini harus kita sadari betul, supaya kita tidak menjadi manusia paling egois dan merasa paling benar. Anda pastinya tahu kenapa manusia di ciptakan berbeda-beda? Supaya manusia bisa saling mengenal, saling membantu dan saling menutupi kekurangan masing-masing dengan kelebihan yang kita punya. Contohnya saja orang miskin butuh orang kaya, atasan butuh bawahan, bawahan butuh atasan, petani butuh penjual cangkul, penjual cangkul butuh, pandai besi, wanita butuh laki-laki, pelajar butuh seorang guru, presiden butuh rakyat, penulis butuh penerbit, penerbit juga butuh penulis, dan masih banyak yang lain. Tapi intinya kita saling membutuhkan, jika ha ini sudah melekat dalam jiwa kita, maka kita akan ebih mudah dalam bergaul dengan orang lain secara sehat.
2. Hubungan memberikan nilai positif bagi kedua belah pihak
Hubungan yang baik adalah hubungan yang saling menguntungkan. Saya yakin anda tidak suka di rugikan demikian sebaliknya orang lain juga tidak suka kita rugikan. Dari itulah salah satu dasar pergaulan sehat yang lain adalah simbiosis mutualisme. Jangan sampai kita berpikir untuk merugikan orang lain, berpikir saja kita tidak diperbolehkan apalagi kita melakukannya. Ketika
196 seseorang hidup dengan penuh rasa respek dan saling menguntungkan maka hubungan yang harmonis akan lebih mudah terjalin antara.
3. Saling menghormati dan menghargai
Satu kata yang selalu saya ingat jika kita ingin dihargai dan dihormati orang lain, maka kita harus lebih dulu bisa menghargai dan menghormati orang lain. Mengahargai dan menghormati orang lain ini bisa di lakukan dengan banyak hal seperti menghargai dan menghormati pendapat orang lain, menghargai dan menghormati cara beribadah orang lain, menghargai dan menghormati adat istiadat orang lain, menghargai dan menghormati cara berpikir orang lain dan sebagainya. Hal ini penting di lakukan untuk membangn sebuah hubungan yang positif dengan orang lain.
4. Tidak berprasangka buruk
Agama menapun jelas melarang seseorang untuk berprasangka buruk kepada orang lain. Karena prasangka buruk hanya akan mendatangkan masalah dan permusuhan antara kita dengan orang lain. Hal ini tentunya harus kita hindari, jika kita ingin membangu sebuah hubungan yang sehat denngan orang lain.
5. Saling memahami perbedaan
Manusia di lahirkan dengan berbagai macam perbedaan, baik itu dari segi fisik, psikologis, ras, suku, budaya dan lain-lain. Setiap manusia itu memiliki
197 keunikan tersendiri, karena hal inilah kita harus memahami perbedaan tersebut. Apa yang kita rasa cocok untuk diri kita belum tentu cocok untuk orang lain, apa yang kita pikir benar belum tentu juga benar menurut orang lain, apa yang kita rasa baik buat diri kita belum tentu baik untuk orang lain. Sadarilah hal ini dengan baik, supaya kita bisa menjalin hubungan yang lebih sehat dan kondusif.
6. Saling memberikan nasihat
Orang bijak berkata teman yang baik adalah teman yang selalu mengajak ke jalan yang baik dan mencegah ke jalan yang tidak baik. Ini juga salah satu prinsip pergaulan yang sehat. Dengan saling memberikan nasehat, kita secara tidak langsung, menjalin hubungan yang lebih sehat bukan hanya untuk dunia saja, tapi juga untuk akhirat kelak. Untuk itu janganlah bosan untuk memberikan nasehat kepada orang lain, apalagi mereka adalah teman anda.
D. Supaya Pertemanan Terjalin Langgeng
Memiliki seorang sahabat bagi remaja dalam hidup tentu sangat berarti dan sangat menyenagkan sekali. Karenaseorang sahabat sejati selalu bisa mengiringi dan menemani kita dikala senang maupun susah. Namun sekarang banyak orang yang mengatas namakan sahabat. Didepan, mengaku sahabat, tapi nyatanya apa, dia diam-diam mengambil pacar remaja tanpa sepengetahuan remaja tersebut dan ada pula yang mengaku baik di depan tapi dibelakang selalu mengobral rahasia kepada orang lain, memberikan pemahaman tentang yang dinamakan sahabat sejati mampu membuat siswa menjadi tenang dan nyaman dalam menjalankan
198 keseharian mereka. Sahabat sejati ialah mereka yang:.
1. Jadi pendengar yang baik buat teman-temanmu
Jangan pernah sekalipun kamu bersikap menggurui.Memberi nasihat boleh aja, tapi jangan melakukannnya dengan cepat. Perlahan-lahan namun pastikan temanmu itu mendengarkannya.
2. Setiap pribadi memiliki pribadi yang unik dank khas
Cobalah mengerti Karakter temanmu.Hormatilah pendapatnya. Walau kalian bisa saling berbeda pendapat dan keyakinan, namun pasti ada jalan tengah yang bisa ditempuh asal jangan tergesa-gesa memutuskannya.
3. Peliharalah kepercayaan yang telah dibelrikan oleh temanmu itu
Jangan pernah sekali-kali kamu mengobral rahasia temanmu pada orang lain. Saling jaga rahasia, anggap saja diantara kalian ada sebuah permainan yang hanya bisa dimainkan oleh kamu dan temanmu itu.
4. Jangan pernah merasa iri kepada temanmu
Kebahagiaanya adalah bahagia milikmu juga. Ikut berbahagialah atas keberhasilan temanmu.
199 5. Dekat bukan berarti harus tergantung satu sama lain.
Berikan pertolongan secukupnya. Jagalah jarak yang wajar. Mundurlah sedikit bila kita merasa pertemanan sudah terlampau dekat. Sebaliknya, mendekatlah kala kita merasa pertemanan sudah semakin renggang.
6. Sisihkan waktuuntuk melakukan kegiatan refresing bersama.
Kembangkan sikap toleransi, fleksibelitas, assertive, empati dan belajar saling memahami.
7. Jangan pernah ragu untuk minta maaf pada temanmu saat kamu melakukan sebuah kesalahan
Setelah itu berusahalah perbaiki kesalahanmu. Begitu pula sebaliknya, berikan maaf dan lupakan kesalahannya jika ia bersalah. Dari adanya tips diatas, semoga kalian bisa memperbaiki dan membina pertemanan kalian dengan lebih baik lagi.
Sumber : Djakfar, muhammad. 2007. Agama,Etika,dan Ekonomi. Malang: UIN-Malang press. http://www.duniapsikologi.com/remaja-pengertian-dan-definisinya/ http://belajarpsikologi.com/pengertian-remaja/ http://mextedi.blogspot.com/2012/07/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html http://www.duniaremaja.net/catatan/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-pergaulanremaja.html
200 http://kajianpsikologi.guru-indonesia.net/artikel_detail-30664.html#.UQ0sGfLylVQ http://wwwheriyanti-heriyanti.blogspot.com/2009/11/pergaulan-remaja-yang-sehat.html http://cafemotivasi.com/prinsip-dasar-pergaulan-yang-sehat/ http://investigasiberita.blogspot.com/2012/08/tips-agar-persahabatan-andaberjalan.html#.UQ0zBvLylVQ
http://investigasiberita.blogspot.com/2012/08/tips-agar-persahabatan-andaberjalan.html#.UQ0zBvLylVQ Senali, moh saifulloh A. 2009. Pembina Akhlak Umat. Surabaya: Terbit Terang.
201
Silabus Bimbingan Konseling Sekolah Kelas Mata Pelajaran / Layanan Semester Standar Kompetensi / Tugas Perkembangan Kompetensi Dasar
: SMA ............................................. :: Bimbingan dan Konseling :3. Mencapai kematangan emosional
3
Materi Layanan
Siswa mampu mengupayakan pengendalian emosi, tidak cemas, tanggung jawab atas tindakan pribadi
Indikator / Tujuan Layanan
Remaja Stabil
a.
Pengertian emosi , kecemasan, tanggung jawab
Mengenal emosi , kecemasan dan tanggung jawab
b.
Cara menghindari konflik
Bersikap toleran terhadap ragam perasaan diri sendiri dan orang lain
c.
Ciri-ciri Pribadi yang bertanggung jawab
Berusaha mewujudkan menjadi diri yang memiliki cirri-ciri pribadi mandiri
Jenis Layanan Informasi, Bimbingan kelompok, Konseling Kelompok
Bidang Bimbingan - Pribadi - Sosial
Fungsi Layanan - Pemahaman - Pemeliharaan & Pengembangan
202
Rencana Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling (3) A B C D E F
Judul Layanan Jenis Layanan Bidang Bimbingan Fungsi Layanan Tujuan Layanan Hasil yang Ingin Dicapai
G H
Sasaran Kegiatan Materi Layanan
a b c
a b c I J K L M N O
Tempat Penyelenggaraan Waktu / Tanggal Semester Penyelenggara Layanan Pihak yang Dilibatkan Alat dan Perlengkapan Rencana Penilaian dan Tindak Lanjut
Mengetahui Kepala Sekolah
.......................................
a b
Bimbingan dan Konseling Informasi, Bimbingan kelompok, Konseling Kelompok Pribadi dan Sosial Pemahaman, Pemeliharaan dan Pengembangan Siswa mampu mengupayakan pengendalian emosi, tidak cemas, tanggung jawab atas tindakan pribadi Mengenal emosi , kecemasan dan tanggung jawab Bersikap toleran terhadap ragam perasaan diri sendiri dan orang lain Berusaha mewujudkan menjadi diri yang memiliki cirri-ciri pribadi mandiri Siswa SMA Remaja Stabil pengertian emosi , kecemasan dan tanggung jawab Memaknai toleran terhadap ragam perasaan diri sendiri dan orang lain Menjadi diri yang memiliki cirri-ciri pribadi mandiri Ruang Kelas / Sarana – Prasarana Sekolah / Ruang Bimbingan / Lingkungan Sekolah / Dll ( menyesuaikan ) Konselor sekolah Pengusaha / Wiraswastawan / Dll (menyesuaikan) Skema Hidup Mandiri / Gambar atau tayangan kisah remaja yang sukses / Dll (menyesuaikan) Evaluasi diri / mengisi lembar kerja / latihan / isian yang ada di buku bimbingan dan konseling Pendampingan secara umum dan melakukan salah satu atau lebih dari jenis layanan (menyesuaikan )
................................................ Koordinator Pembimbing Staf Kurikulum
................................................
Konselor sekolah
..................................
203 Materi 3 A.1. Pengertian emosi
Konselor yang memahami tugas perkembaangan siswa tentu tahu bahwa masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Masa remaja awal perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial, emosinya bersifat negatif dan temperamental (mudah tersinggung, marah, atau mudah sedih dan murung. Sedangkan remaja akhir sudah mampu mengendalikan emosinyakembangan emosi yang tinggi. Mencapai kematangan emosional merupakan tugas perkembangan yang sulit bagi remaja. Proses pencapainnya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional lingkungannya, terutama lingkungan keluarga dan kelompok teman sebaya. Apabila lingkungan tersebut cukup kondusif, dalam arti kondinya diwarnai oleh hubungan harmonis, saling mempercayai, saling menghargai, dan penuh tanggung jawab, maka remaja cenderung dapat mencapai kematanagn emosionalnya. Sebaliknya, apabila kurang dipersiapkan untuk memahami peran-perannya dan kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua atau teman sebayanya, mereka cenderung akan mengalami kecemasan, tertekan, dan ketidaknyamanan emosional. Dalam menghadapi ketidaknyamanan emosional tersebut, tidak sedikit remaja yang mereaksinya secara depensif, sebagai upaya untuk melindungi kelemahan dirinya. Reaksi itu tampil dalam tingkah laku malajusment), seperti, (1) agresif, melawan, keras kepala, bertengkar, berkelahi, dan senang mengganggu, dan (2) melarikan diri dari kenyataan: melamun, pendiam, senang menyendiri, dan menyalahgunakan narkoba. Pertumbuhan fisik, terutama organ-organ seksual mempengaruhi emosi atau
204 perasaan dan dorongan baru yang dialami sebelumnya seperti perasaan cinta, rindu, dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis. Seseorang individu dalam merespon sesuatu lebih banyak diarahkan oleh penalaran dan pertimbanganpertimbangan objektif. Akan tetapi pada saat-saat tertentu di dalam kehidupannya, dorongan emosional banyak campur tangan dan mempengaruhi pemikiran-pemikiran dan tingkah lakunya. Oleh karena itu, untuk memahami remaja, memang perlu mengetahui apa yang dilakukan dan dipikirkan. Di samping itu hal yang lebih penting untuk diketahui adalah apa yang mereka rasakan. Makin banyak guru BK dapat memahami dunia remaja seperti apa yang mereka alami, makin perlu kita melihat ke dalam kehidupan emosionalnya dan memahami perasan-perasaannya, baik perasaaan tentang dirinya sendiri maupun orang lain. Gejala-gejala emosional seperti marah, takut, bangga dan rasa malu, cinta dan benci, harapan-harapan dan rasa putus asa, perlu dicermati dan dipahami dengan baik. Jadi emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dari fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak. Emosi adalah warna afektif yang kuat yang dan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik. Pada saat terjadi emosi seringkali terjadi perubahan-perubahan pada fisik antara lain:
Reaksi elektris pada kulit: meningkat bila terpesona. Peredaran darah: bertambah cepat bila marah. Denyut jantung: bertambah cepat bila terkejut. Pernapasan: bernapas panjang kalau kecewa. Pupil mata: membesar bila marah. Liur: mengering kalau takut atau tegang.
205 Bulu roma: berdiri kalau takut. Pencernaan: mencret kalu tegang. Otot: ketegangan dan ketakutan menyebabkan otot menegang atau bergetar (tremor). Komposisi darah: akan berubah karena emosional yang menyebabkan kelenjar lebih aktif.
A.2. Pengertian Kecemasan Kecemasan, stress, takut, dan perasaan tegang (tension) meski merupakan istilah dengan pengertian yang berbeda satu dengan yang lainnya, tetapi semuanya itu menggambarkan kondisi kejiwaan manusia di jaman seperti sekarang ini, yang penuh dengan berbagai ketidak-pastian. Di antara sekian bentuk persoalan kejiwaan yang terjadi, para pakar kejiwaan sependapat bahwa Kecemasan merupakan salah satu problematika manusia terbesar pada jaman ini. Kecemasan (anxiety) dapat diartikan sebagai perasaan kuatir, cemas, gelisah, dan takut yang muncul secara bersamaan, yang biasanya diikuti dengan naiknya rangsangan pada tubuh, seperti: jantung berdebar-debar, keringat dingin. Kecemasan dapat timbul sebagai reaksi terhadap "bahaya" baik yang sungguhsungguh ada maupun yang tidak (hasil dari imajinasi saja) yang seringkali disebut dengan "free-floating anxiety" (kecemasan yang terus mengambang tanpa diketahui penyebabnya).
206 A.3. Pengertian Tanggungjawab
Tanggung jawab menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib menanggung segala sesuatunya, sehingga bertanggung jawab adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya, dan memberikan jawab serta menanggung akibatnya. Seorang pelajar memiliki kewajiban belajar. bila belajar, maka hal itu berarti ia telah memenuhi kewajibanya serta dia juga telah bertanggung jawab atas kewajibannya. kadar penanggung jawabnnya adalah bila dalam ujian dia akan menerima hasil ujiannya apakah A, B, atau C. Seseorang mau bertanggung jawab karena ada kesadaran atau pengertian atas segala perbuatan dan akibatnya dan atas kepentingan pihak lain. Timbulnya sikap tanggung jawab karena manusia itu hidup bermasyarakat dan hidup dalam lingkungan alam. Macam-macam tanggung jawab :
Tanggung jawab terhadap diri sendiri, contoh : Andi membaca sambil berjalan, lalu ia terjatuh, akibatnya ia aharus beristirahat dirawat di rumah dan tidak sekolah. konsekuensi tidak bersekolah dan tinggal dirumah adalah tanggung jawab terhadap diri sendiri.
Tanggung jawab terhadap keluarga, contoh : seorang ibu hidup dengan tiga anak, karena suaminya meninggal dia harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup anak-anaknya, walapun harus menjadi pelacur
sekalipun,
karena
demi
memberikan
bertanggung jawab atas ketiga anaknya.
kehidupan
dan
207
Tanggung jawab terhadap masyarakat. Contoh : seorang ketua RT yang menjabat saat itu di daerah tempat tinggalnya harus bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kesejahteraan warganya. misalnya saja bila pada saat hari raya qurban, ketua RT setempat harus sudah mempunyai data warga miskin yang akan menerima santunan qurban. ketua RT juga harus sigap membantu bilamana ada warganya yang meninggal dunia, lalu ketua RT juga menggerakan ibu-ibu PKK ditempatnya untuk membangun pos kesejahteraan untuk kesehatan, lingkungan dan pendidikan untuk warganya.
Tanggung jawab terhadap bangsa dan negara. Contoh : pada zaman penjajahan dahulu, para pemuda Indonesia bertanggung jawab untuk membela negara, turut berperang untuk memerdekakakn negara kesatua republik Indonesia. para pemuda sangat ingin memiliki kebebasan dalam bernegara, maka para pemuda menanamkan dalam hatinya mempunyai tekad yang kuat untuk membela negara dan bertanggung jawab atas semua permasalahan yang ada di negara Indonesia.
Tanggung jawab terhadap Tuhan, contoh : manusia telah di beri kehidupan yang sangat mencukupi dan layak. semua itu atas pemberian sang pencipta yaitu Allah SWT. Allah sangat pengasih, penyayang dan pengampun. Allah pun tak meminta hal-hal yang menyusahkan manusia untuk mewujudkan rasa bersyukur manusia terhadap semua kebaikan-Nya. Manusia hanya diperintahkan untuk
208 Shalat 5 waktu dan beramal sholeh, berbuat baik sesama manusia dan berbuat baik kepada Allah SWT. semua yang diberikan Allah SWT sudah sepatutnya menimbulkan rasa tanggung jawab manusia kepada Allah SWT. tanggung jawab untuk menunaikan semua yang diperintahkan-Nya dan meninggalkan yang dilarang-Nya. Tanggung jawab untuk menjalankan sholat 5 waktu dan amalan yang baik lainnya. Menjaga alam yang sdah diciptakan, diberikan Allah dengan sukarela, merawatanya untuk kehidupan selnjutnya adalah sebuah bentuk tanggung jawab dan ungkapan rasa bersyukur yang tiada tara kepada sang pencipta yaitu Allah SWT.
B. Memaknai Toleran Terhadap Ragam Perasaan Diri Sendiri Dan Orang Lain Setiap manusia dilahirkan dengan berbagai hak hak untuk hidup, untuk memperoleh pendidikan, untuk hidup layak untuk berpendapat, bertindak, dan mengambil keputusan mungkin beberapa dari kita pernah berfikir mengenai sudut pandang dari orang lain ada jutaan manusia yang hidup di alam raya, tentunya tidak mungkin mereka hanya mempunyai satu persepsi mengenai satu hal yang sama kan? saat kita berfikir mengenai suka atau tidak, baik atau buruk, layak atau tidak layak, yakinlah bahwa ada setidaknya satu orang yang berfikir berkebalikan dengan apa yang anda fikirkan mengenai hal itu saat kita sudah berbicara mengenai hal itu, kemudian menyadarinya hal tersulit adalah mengambil sudut pandang berbeda kemudian melakukan penerimaan terhadapnya inilah apa yang saya sebut dengan pengertian–toleransi sebuah penerimaan terhadap berbagai keputusan yang di ambil
209 orang lain, dengan cara melihatnya dalam sudut pandang orang itu satu dari dua hal yang saya anggap sebagai syarat minimal dunia lebih baik, di awali dari kepemilikan sifat dalam diri manusia (essay pertama saya pada umur 15 tahun).
Kenapa
keberadaan penerimaan terhadap berbagai sudut pandang, yang kemudian kita sebut makna ini menjadi begitu penting? karena hal ini, pengertian, membuat kita semakin terbuka dan berpandangan luas dimana kemudian, kita akan belajar untuk menilai sesuatu tidak hanya dalam dakwah hitam dan putihnya saja kita dapat menilik sesuatu dalam berbagai persepsi yang abu abu sebab sesungguhnya, yang hitam tidak selamanya hitam dan yang putih tidak selamanya putih “satu satunya hal yang pasti di dunia ini adalah ketidak pastian”
Mengarahkan siswa untuk Belajar mengerti dan memahami orang lain karena keputusan apapun yang mereka ambil, pasti mempunyai sebuah alasan yang telah difikirkan sebagai yang terbaik dalam sudut pandang mereka sikap pengertian ini kemudian dapat dihubungkan dengan keikhlasan. Keikhlasan dalam menerima keputusan orang lain, walaupun merugikan kita sesungguhnya, laku pengertian ini barulah bisa berjalan dengan baik dalam dunia yang ideal akan tetapi, hal ini tidak berarti bahwa laku ini tidak bisa diterapkan pada dunia yang non-ideal. Terapkan pada diri sendiri dulu deh, setelah itu baru diterapkan ke orang lain.
C. Menjadi Diri yang Memiliki Ciri-Ciri Pribadi Mandiri
Kemampuan untuk melakukan kehendak, menentukan sendiri setiap tindak dan perbuatan, mampu mengembangkan diri, dan dapat tampil sebagai pribadi utuh, mantap, kuat, harmonis, dan dapat mempertanggungjawabkan segala perbuatannya
210 merupakan karakteristik pribadi yang mandiri. Seseorang yang memiliki pribadi mandiri, secara psikis berarti memiliki pribadi yang matang, memiliki karakter kuat, mampu mempengaruhi orang lain tapi tidak mudah dipengaruhi orang lain. Dalam realitas sehari-hari, remaja kerap menampakkan ciri-ciri pribadi mandiri. Misalnya dapat dilihat melalui perkataanya, “gue adalah gue”, “aku adalah pribadiku sendiri, bukan siapa-siapa”, “saya dapat berbuat sesuatu”, “saya bisa bertanggung jawab”, saya adalah priibadi yang bisa mandiri”, dan sebagainya. Sebagian dari kita mungkin menganggap bahwa pernyataan “kemandirian”, yang diucapkan remaja sebatas ikut-ikutan, agar remaja tersebut dianggap mandiri. Padahal mungkin saja iu adlah refleksi dari keinginan remaja diakui identitas kemandiriannya. Sebab kemandirian itu diidentifikasikan muncul dalam situasi yang bebas untuk mendapatkansesuatu secara langsung dari kemamppuan remaja itu sendiri. Dua pandangan berbeda dari realitas penampilan remaja di atas menggiring pada dua asumsi; Bisa dilihat remaja dari sudut posotif bahwa pernyataan itu merupakan modal kemandirian dalam menghadapi dunia nyata sebab kemandirian sangat diperlukan sebagai kepemilikan sebuah nilai untuk menghadapi persaingan. Dapat dilihat dari sisi negative bahwa pernyataan tersebut hanya merupakan kamuflase untuk menutupi kemandiriannya. Remaja yang tidak mandiri biasanya berbuat sesuatu hanya mengharap penghargaan dari orang lain.
211 Siswa yang berkeppribadian mandiri tidak begitu mudah terpengaruh dengan oikiran pikiran orang lain. Saat belajar ia mampu membuat kesan positiff pada lingkungannya. Ia memiliki kekuatan perasaan yang sering terlihat sebagai sikap dapat menerima dan terbuka terhadap orang lain. Selain itu ia memiliki rasa percaya diri ketika memecahkan masalah-maslah yang baru. Dan pribadi yang mandiri adalah pribadi yang dapat menentukan sikap untuk mengkoordinasikan dan mengakomodir kepentingan bersama. Saat terjadi konflik ia memengaruhi dan mengikat berbagai pihak dengan berbagai cara untuk menyepakati sebuah tujuan bersama. Mengapa remaja harus mandiri? Mukhtar dkk (2001) mengemukakan kemandirian remaja mutlak diperlukan karena didasari oleh pandangan: 1
Remaja harus memiliki nilai kehidupan sebagai pedoman hidupnya, nilai kehidupan yang meliputi sifat pribadinya yang harus baik, artinya dapat dijadikan panutan oleh semua remaja. Karena segala gerak langkah seorng remaja akan dinilai oleh lingkungan sebagai cirri khas pribadinya. Kesalahan penerapan nilai atau norma yang dilakukan remaja akan menjadi tunutunan sendiri bagi masyarakat.
2
Remaja mempunyai tanggung jawab untuk bertindak apabila menjadi sesuatu yang berlawanan dengan rasa keadilan. Karena itu, nilai-nilai yang baik begitu berarti bagi remaja sebagai pedoman hidupnya.
3
Remaja harus mempunyai semangat yang tinggi dalam belajar. Untuk semua hal tersebut, maka kemandirian merupakan syarat mutlak bagi seorang remaja.
212 Konsep Diri sebagai Sumber Kemandirian Kemandirian seseorang (remaja) ditemukan oleh konsep diri. Konsep diri pada dasranya adalah keadaan internal remaja yang memiliki identitas. Pembentukan konsep diri remaja dilihat dari sudut karakteristiknya cukup beragam. Keragaman ini karena dari kepribadian sifat dan lingkungan hidup manusia yang lahir dan dibesarkan sudah mengalami berbagai perbedaan dalam pola asuh dan binaan.
Melihat pembentukan konsep diri bersumber dari lima hal. Citra diri dan bentuk tubuh yang berbeda-beda. Perbedan fisik dan psikis seseorang ternyata memberikan perbedaan pada pencitraan dirinya. Remaja yang memiliki kelebihan-kelebihan tertentu, baik merupakan fisik maupun psikis. Remaja yang memiliki tingkat intelektualitas yang lebih secara psikis akan memiliki konsep diri yang lebih mantap, demikian juga sebaliknya. Pandangan lain mengatakan konsep diri yang mantap bukan muncul dari kelebihan psikis dan fisik seseorang tetapi lebih dikarenakan pencitraandiri dalam
dirinya yang direfleksikan ke dalam pandangan,
pikiran, sikap serta prilakunya. Kemampuan
yang bervariasi
dalam menggunakan bahasa untuk
mengkonseptualisasikan dan memverbalisasikan diri dengan orang lain. Seluruh anggota tubuh kita adalah alat komunikasi. Tidak terbatas dalam bentuk verbal, tetapi juga isyarat anggota tubuh merupakan sarana komunikasi. Seorang yang mengenal symbol-simbol bahasa yang banyak, akan banya pula model variasi bahasa yang digunakan ketika ia
213 berkomunikasi dengan lingkungannya. Demikian pula dengan seorang remaja
yang
menguasai
banyak
symbol
bahasa
akan
mudah
berkomunikasi dengan lingkungannya; dengan isyarat mata, kerutan dahi, tangan dan anggota tubuh lainnya. Persepsi terhadap orang yang dihormati. Setiap orang memiliki unsur ketidakberdayaan dalam dirinya. Pada saat remaja ada saatt-saat tertentu, remaja merasa tidak memiliki kemampuanterhadap sesuatu sehingga ia merasa perlu menghindarinya. Menghadapi situasi ini biasanya remaja membutuhkan bantuan dari orang-orang yang dihormati. Dalam hal ini yang ,menjadi tumpuan yang utama adalah orang tua, karena remaja sering mengidentifikasikan keunggulan orang tuanya. Atau ia mempersepsikan teman sebaya dan orang yang lebih tua darinya yang memiliki keakraban hubungan. Identifikasi peran seks yang beragam. Peran seks dalam hal ini lebih merupakan suatu pola peniruan remaja terhadap berbagai penampilan teman wanita atau pria. Seorang remaja wanita dapat saja meniru penampilan, misalnya dalam berpakaian, penampilan model rambut dan berbagai gaya yang membuat mereka betul-betul simpati dengan orang yang diidolakan. Praktik pola asuh dan binaan remaja yang berlainan. Dalam satu keluarga terdapat system perbedaan pola asuh dan pola binaan yang diberikan. Rumah tangga yang harmonis akan memberikan asuhan yang baik kepada remaja dimanapun ia berada, sebaliknya rumah tangga yang tidak
214 harmonis akan berimplikasi pada remaja. Untuk menjadi pribadi yang mandiri, remaja harus memiliki konsep diri, selain dari lima sumber yang telah diurai di atas, ternyata terbentuknyakonsep diri melelui beberapa tahaoan, yang menurut Havighrust yang dikutip mukhtar, dkk (2001) terdapat sepuluh tahapan perkembangan yang harus dilalui remaja, yakni:
Membina hubungan yang lebih dewasa dengan teman sebaya (lakilaki dan perempuan).
Mencapai peran jenis kelamin sebagai laki-laki atau perempuan.
Menerima keadaan jasmaninya dan menggunakannya secara efektif.
Mencapai kemandirian emosional dari ketergantungan kepada orang tua atau orang dewasa lainnya.
Mencapai keyakinan kemandirian ekonomi pada masa mendatang.
Memilih dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan tertentu.
Menyiapkan diri untuk perkawinan dan berkeluarga.
Mengembangkan keterampilan dan konsep intelektual sebagai warga masyarakat.
Menginginkan dan melakukan tindakan-tindakan yang secara social bertanggung jawab.
Memilih perangkat tata nilai dan tata karma yang menuntut prilakunya.
215 Karakteristik Remaja yang Mandiri Kemandirian merupakan bagian teroenting dari identitas diri seseorang. Seorang remaja yang mandiri berarti ia telah memiliki identitas diri. Tidak semua remaja mampu mencapai kemandirian secara sempurna sebab kemandirian ini bergantung dengan karakteristik atau sifat-sifat yang dimiliki oleh remaja tersebut. Sifat-sifat itu antara lain: 1
Tidak bergantung kepada orang lain, artinya ia mampu mengerjakan tugas-tugas pribadi atau tanggung jawabnya secara baik, tidak mengharapkan adanya bentuan dari orang lain. Ia berusaha menyelesaikan masalah hidupnya secara sendiri.
2
Inisiatif, orang yang memiliki kemandirian adalah orang penuh inisiatif. Ia bekerja berdasarkan dorongan dari dalam dirinya, tanpa dipaksa atau didorong-dorong oleh orang lain.
3
Memiliki daya kreasi tinggi, seorang yang mandiri merasa tidak puas dengan keadaan atau situasi yang tidak menyamankan dirinya. Ia akan mencari ide-ide kreatif untuk menciptakan suasana berbeda dari yang telah ada.
4
Cerdas, mutlak seorang yang mandiri adalah orang yang cerdas karena ia berusaha dengan kemampuan inisatifnya dan daya kreasi tinggi menciptakan kondisi yang memuaskan dirinya.
Agoes Dariyo (2004) menyatakan bahwa kemandirian merupakan salah satu sifat dalam diri orang yang memiliki identitas diri (jati diri). Kemandirian adalah sifat yang tidak bergantung pada diri orang lain. Ia akan berusaha menyelesaikan
216 masalah dalam hidupnnya sendiri. Ia akan berusaha menggunakan segenap kemampuan inisiatif, daya kreasi, dan kecerdasan dengan sebaik-baiknya. Dengan kemandirian inilah, justru merupakan tantangan untuk membuktikan kreativitasnya.
Sumber : Atkinson, R. L. dkk. 1987. Pengantar Psikologi I. Jakarta : Penerbit Erlangga. Goleman, Daniel. 1997. Emotional Intelligence. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. http://pebyword.wordpress.com/2012/06/03/pengertian-dan-macam-macam-tanggungjawab-manusia-dan-tanggung-jawab/ http://www.artikata.com/arti-353251-tanggung+jawab.html http://www.psychologymania.com/2012/06/pengertian-emosi-menurut-para-ahli.html Kamus Oxford English Dictionary Susabda, Yakub B. tanpa tahun. Pastoral Konseling. (Jilid 2). Malang: Penerbit Gandum Mas.
217
Silabus Bimbingan Konseling Sekolah Kelas Mata Pelajaran / Layanan Semester Standar Kompetensi / Tugas Perkembangan Kompetensi Dasar
: SMA ............................................. :: Bimbingan dan Konseling :4. Mencapai Kematangan pertumbuhan jasmaniah yang sehat
4
Materi Layanan
Siswa mampu mencapai Kematangan pertumbuhan jasmaniah yang sehat pada umumnya
Indikator / Tujuan Layanan
Berpikir dan Bersikap Positif
Bimbingan Kelompok, Mediasi, Orientasi, Informasi, konseling perorangan
a. Kondisi fisik
Menerima dan bersyukur dengan keadaan yang ada pada fisik sekarang atau pikiran positif dengan kondisi fisik
b. kondisi mental
Memahami ketidak stabilan mental dan berusaha membiasakan berpikir positif setiap kejadian yang ada Bersikap dan bertindak optimis tis terhadap diri dengan mengejar citacita yang diyakini
c. Pengembangan cita-cita
Jenis Layanan
Bidang Bimbingan Pribadi
Fungsi Layanan Pencegahan
218
Rencana Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling (4) A B C D E
Judul Layanan Jenis Layanan Bidang Bimbingan Fungsi Layanan Tujuan Layanan
F
Hasil yang Ingin Dicapai
G H
Sasaran Kegiatan Materi Layanan
a b c
a b c I J K L M N O
Tempat Penyelenggaraan Waktu / Tanggal Semester Penyelenggara Layanan Pihak yang Dilibatkan Alat dan Perlengkapan Rencana Penilaian dan Tindak Lanjut
Mengetahui Kepala Sekolah
.......................................
a b
Bimbingan dan Konseling Bimbingan Kelompok, Mediasi, Orientasi, Informasi, konseling perorangan Pribadi dan Sosial Pencegahan Siswa mampu berpikir dan bersikap positif dalam pergaulan hidup sehari-hari di sekolah, keluarga, dan masyarakat pada umumnya Menerima dan bersyukur dengan keadaan yang ada pada fisik sekarang atau pikiran positif dengan kondisi fisik Memahami ketidak stabilan mental dan berusaha membiasakan berpikir positif setiap kejadian yang ada Bersikap dan bertindak optimis tis terhadap diri dengan mengejar cita-cita yang diyakini Siswa SMA Berpikir dan Bersikap Positif Prasangka / Pikiran Negatif Berpikir Positif Bersikap dan Bertindak optimis Ruang Kelas / Sarana – Prasarana Sekolah / Ruang Bimbingan / Lingkungan Sekolah / Dll ( menyesuaikan ) Konselor sekolah Siswa Berprestasi / pilihan ( berdasarkan sosiometri) / Dll (Menyesuikan) Skema Berpikir Positif / Dll (Menyesuikan) Evaluasi diri / mengisi lembar kerja / latihan / isian yang ada di buku bimbingan dan konseling Pendampingan secara umum dan melakukan salah satu atau lebih dari jenis layanan (menyesuaikan )
................................................ Koordinator Pembimbing Staf Kurikulum
Konselor sekolah
................................................
................................................
219 Materi 4 A. Prasangka/ Pikiran Negatif Memberikan pemahaman kepada siswa tentang pikiran negatif siswa dapat memahamai bahwa dengan berpikir negatif mereka dapat menyalahkan pikiran dan emosi diri sendiri. Menurut Tallis (1993) berpendapat bahwa pikiran negatif merupakan pikiran yang memandang segala hal yang bersifat dan membuat orang merasa tidak enak dan pesimis tentang kemampuannya dalam menangani masalah. Sedangkan Karl Albert (1994) mengemukakan pikiran negatif adalah pikiran untuk tenggelam dalam perasaan pengalaman negatif, khawatir dan memikirkannya terjadi. Pikiran negatif adalah pola atau cara berpikir yang mengarah pada sisi negatif yang terlihat dalam bentuk keyakinan atau pandangan yang terucap, cara bersikap, dan perilaku sehari-hari (Adelia,2011). Karena sisi negatif ini lebih dominan, maka tidak mengherankan jika berpikir ini dipenuhi oleh sikap apriori, prasangka, ketidakpercayaan, kecurigaan, dan kesanggsiaan yang sering kali tanpa dasar atau nalar sama sekali. Senada dengan yang dikatakan oleh El-Bahdal (dalam Sofian,2011) pikiran negatif adalah sekumpulan pikiran salah yang menghambat langkah seseorang untuk menuju kondisi lebih baik dan membuat sikap seseorang menjadi tidak terarah, pikiran negatif tidak hanya marah, iri, atau berburuk sangka tetapi juga cemas, takut, sedih, wawas, gelisah,, fustasi, merasa kesepian, merasa tidak berharga, pesimis, dan mudah menyerah. Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pikiran negatif adalah suatu pola pikir yang membuat orang mempunyai sikap apriori,
220 prasangka, ketidakpercayaan, kecurigaan/kesanggsiaan yang irasional, iri, marah, dan kecenderungan memikirkan terus-menerus pengalaman negatifnya maupun saat berinteraksi sosial bahkan lebih jauh juga membuat cemas, takut, sedih, wawas, gelisah,, fustasi, merasa kesepian, merasa tidak berharga, pesimis, dan mudah menyerah. B. Berpikir Positif Berpikir positif dan negatif merupakan kemampuan otak manusia. Sebenarnya pikiran negatif sebagai bentuk kewaspadaan untuk menjaga diri manusia (short term survival) dan untuk melakukan antisipasi terhadap sesuatu yang kurang baik akan terjadi. Namun bila menjadi berlebihan dalam frekuensi dan intensitas yang tinggi dan terus menerus, maka akan berdampak buruk bagi manusia dan relasi antar manusia. Karena pola berpikir kita akan membentuk realita diri kita untuk saat sekarang dan masa datang dan akan menuntun perasaan kita, urutan pemikiran, sikap dan tindakan akan menyertainya.
Secara mental,
pikiran positif dapat meminimalkan dan mencegah kejadian depresi, angka distres yang rendah, secara psikologis akan merasa lebih sejahtera dan mempunyai kemampuan mengatasi masalah yang lebih baik. Pada orang ansietas dan/atau depresi terdapat pikiran negatif yang kuat dan terus menerus, baik tentang masa depan, masa lalu, dirinya, lingkungannya dan dunia. Sehingga keadaan ansietas dan depresi dapat sebagai model dampak dari seseorang yang berpikir negatif. Pikiran negatif berdampak pada perasaan negatif dan sebaliknya. Keduanya berdampak pada kondisi fisik, mental dan sosial manusia. Orang yang berpikiran positif lebih berumur panjang, tahan terhadap
221 influenza, risiko kematian karena penyakit jantung kecil. Terdapat beberapa penelitian genetika, klinis, gelombang otak dan imunologi tentang pikiran dan perasaan positif. Berpikir positif adalah berpikir, menduga, dan berharap hanya yang baik tentang suatu keadaan atau tentang seseorang. Anda tidak akan berprasangka buruk tentang orang lain. Anda tidak menggunjingkan desas-desus yang buruk tentang orang lain. Anda tidak menduga-duga yang jahat tentang orang lain. Anda pun tak akan berprasangka buruk bahkan terhadap diri anda sendiri. Anda akan selalu merasa sehat, anda akan selalu yakin bahwa anda akan sukses, anda yakin anda akan disukai banyak orang.Akibatnya, anda pun benar-benar akan selalu sehat, kesuksesan akan anda raih sebagai sebuah keniscayaan, dan banyak orang akan berkerumun di sekeliling anda karena mereka sangat menyukai pribadi anda. Bayangkan, bagaimana besar dampaknya bila anda setiap saat terlatih menggunakan pola pikir sedahsyat itu! biasakan diri berpikiran positif dan lihatlah apa yang terjadi. Sejumlah studi mengungkap bahwa kekuatan pikiran memiliki peran yang tidak kecil dalam kondisi kesehatan fisik, terutama dalam berpikir positif. Seberapa besar pengaruh sugesti bagi keberhasilan suatu terapi? Menurut hasil studi American Heart Journal: cukup besar. Studi yang dilakukan oleh tim ilmuwan dari Technical University Munich di Jerman tersebut mengungkapkan bahwa kekuatan sugesti bisa meredakan nyeri dada sekaligus melebarkan pembuluh darah koroner di jantung.
222 APAKAH ANDA ORANG YANG BERPIKIR POSITIF?
Dengan pikiran, seseorang bisa menjadikan dunianya berbunga-bunga atau berduri-duri ~ Socrates. Apa yang anda alami hari ini adalah dampak dari pikiran anda kemarin. Apa yang akan anda alami esok hari adalah dampak dari pikiran anda hari ini. Pikiran yang sedang anda bayangkan saat ini sedang menciptakan kehidupan masa depan anda. Anda berpikir bisa atau tidak bisa, dua-duanya akan benar. Bila anda berpikir bisa, maka anda bisa. Tetapi bila anda berpikir tidak bisa, maka anda tidak bisa. Jika anda mengubah cara berpikir anda, kehidupan anda pun ikut berubah. Jika pikiran anda berubah ke arah positif maka kehidupan anda menuju arah yang positif. Sekali anda dapat merangkul sepenuhnya kekuatan pikiran anda, kekuatan itu akan mengubah cara anda menjalani kehidupan. Tak akan ada yang dapat menghentikan orang yang bermental positif untuk mencapai tujuannya. Sebaliknya, tak ada sesuatu pun di dunia ini yang dapat membantu seorang yang sudah bermental negatif. Semua orang mempunyai potensi kekuatan pikiran. Tapi tak semua tahu dan mampu mengaktifkannya untuk mendapatkan manfaat yang luar biasa. Berpikir itu akan melahirkan pengetahuan, pemahaman, nilai, keyakinan dan prinsip.
223 Pikiran juga bisa menjadi penyebab siswa terkena penyakit kejiwaan dan fisik. Pikiran bahagia membuat anda bahagia, pikiran sengsara membuat anda sengsara. Pikiran takut membuat anda takut, dan pikiran berani membuat anda berani. memberikan penjelasan bahwa siswa mungkin tidak dapat mengendalikan keadaan, tapi anda dapat mengendalikan pikiran anda. Pikiran positif menghasilkan perbuatan dan hasil yang positif. Berpikir positif adalah sumber kekuatan dan sumber kebebasan karena ia membantu anda memikirkan solusi sampai mendapatkannya. Dengan begitu anda bertambah mahir, percaya, dan kuat. Disebut sumber kebebasan karena dengannya anda akan terbebas dari penderitaan dan kungkungan pikiran negatif serta pengaruhnya pada fisik. Hidup yang dijalani saat ini adalah pancaran pikiran, keputusan, dan pilihan. Jika rela menerima tantangan, berarti anda telah merintis perubahan, kemajuan, dan perkembangan. Mengingatkan peda siswa bahwa hari ini adalah hasil keputusan anda kemarin. Esok hari ditentukan oleh keputusan siswa hari ini. Prinsip perkembangannya paling kuat terdapat dalam memilih. Memberikan penjelasan bahwa mereka bertanggung jawab atas pikirannya sehingga mereka harus bertanggung jawab atas semua perbuatannya. Kenyataan adalah persepsi anda. Jika anda ingin mengubah kenyataan hidup anda, mulailah dengan mengubah persepsi anda. Ciri apakah seseorang memiliki pikiran positif atau tidak adalah dari pencapaian dan tindakannya. Jika anda membiarkan pencapaian anda tetap saja tanpa peningkatan, maka anda belum berpikiran positif. Jika anda melakukan
224 suatu tindakan yang salah terus menerus, anda juga belum berpikiran positif. Sedangkan ciri-ciri utama orang yang berpikiran negatif adalah mencari-cari alasan tidak melakukan sesuatu yang baik dan sesuatu yang tidak baik. Dalam hal ini berpikir positif sendiri kerap mendapatkan kesulitan untuk dipraktekkan. Banyak orang yang mengetahui tentang konsep berpikir positif meski pemahamannya belum lengkap, tetapi mereka tidak memberikan perhatian yang cukup kepada pikirannya. Meskipun sudah mengenal berpikir positif, tetapi jika perhatian anda terhadap berpikir positif kurang, maka bisa saja anda tetap memiliki pikiran negatif. Pemahaman anda tentang konsep berpikir positif juga masih kurang. Hanya tahu saja masih belum cukup. Anda tahu kalau terlalu banyak makan akan membuat badan anda gemuk, tetapi anehnya orang yang gemuk justru banyak makan, padahal dia tidak mau gemuk. Begitu juga anda mengenal atau mengetahui saja tentang berpikir positif tidaklah cukup. Anda tahu harus berpikir positif, tetapi tidak tahu caranya. Bagaimana cara menakar predikat positif? Anda dapat melakukannya pada diri anda sendiri melalui pertanyaan: apakah anda sudah melakukan sesuatu yang berguna dan bermanfaat bagi kehidupan anda? Apakah anda sudah melakukan sesuatu yang sekecil apapun atau sesederhana apapun bentuknya, tetapi berguna dan bermanfaat bagi orang lain, sehingga hidup anda berguna tidak hanya diri sendiri tetapi juga bagi orang lain dan masyarakat yang lebih luas? Semuanya harus berawal dari keikhlasan dan niat yang baik. Jika anda melakukannya hanya sebagai kedok semata-mata maka hal itu akan berbalik menjadi sesuatu yang negatif.
225 Semua dimensi kehidupan anda hendaknya diisi dengan unsur positif karena sesuatu yang positif adalah dinamika yang tidak pernah meninggalkan limbah yang terbuang dengan percuma. Berpikir positif akan menjadi sesuatu yang sangat aktif. Oleh karena itu perjumpaan atau pertemuan dengan orang lain selalu mendatangkan sesuatu yang berguna karena perjumpaan-perjumpaan dengan orang lain selalu berawal dari itikad yang baik dan senantiasa percaya bahwa dengan mendekati atau berjumpa dengan seseorang hanya akan bermanfaat jika sisi positif dari seseorang menjadi hal yang utama. Sikap semacam ini secara langsung akan menempatkan anda menyatu dengan lingkungan karena sikap dan perilaku anda ikut menjadikan lingkungan anda sejuk dan ramah.
C. Bersikap dan Bertindak Optimis
Problem lainnya seperti ujian akhir nasional bisa membuat siswa depresi dan frustasi. Hanya sedikit orang yang sanggup menghindari tekanan hidup sehari-hari yang dapat membuat orang frustrasi dan berpandangan pesimistis. Namun, meski menghadapi kesukaran dan tekanan hidup, berpikir secara optimis bermanfaat khususnya untuk kesehatan. Apa saja manfaatnya? Serta bagaimana cara memupuk sikap optimis. Apa yang dimaksud dengan optimisme atau bersikap optimis? Optimisme merupakan sikap selalu mempunyai harapan baik dalam segala hal serta kecenderungan untuk mengharapkan hasil yang menyenangkan. Optimisme dapat juga diartikan berpikir positif. Jadi optimisme lebih merupakan paradigma atau cara berpikir.
226 Sewaktu mengalami kegagalan atau tekanan hidup, bagaimana perasaan seorang optimis? Seorang yang berpikiran positif atau berpikir secara optimis tidak menganggap kegagalan itu bersifat permanen. Hal ini bukan berarti bahwa ia enggan menerima kenyataan. Sebaliknya, ia menerima dan memeriksa masalahnya. Lalu, sejauh keadaan memungkinkan, ia bertindak untuk mengubah atau memperbaiki situasi. Bertolak belakang dengan optimisme, pandangan pesimistis akan menganggap kegagalan dari sisi yang buruk. Umumnya seorang pesimis sering kali menyalahkan diri sendiri atas kesengsaraannya. Ia menganggap bahwa kemalangan bersifat permanen dan hal itu terjadi karena sudah nasib, kebodohan, ketidakmampuan, atau kejelekannya. Akibatnya, ia pasrah dan tidak mau berupaya.
Berpikir positif juga menjadi kunci sukses untuk mengelola stres. Optimisme akan membuat seseorang menghadapi situasi tidak menyenangkan dengan cara positif dan produktif. Para ilmuwan telah membuat kesimpulan atas riset selama puluhan tahun tentang manfaat berpikir positif dan optimisme bagi kesehatan. Hasil riset menunjukkan bahwa seorang optimis lebih sehat dan lebih panjang umur dibanding orang lain apalagi dibanding dengan orang pesimis. Para peneliti juga memperhatikan bahwa orang yang optimistis lebih sanggup menghadapi stres dan lebih kecil kemungkinannya mengalami depresi. Berikut ini beberapa manfaat bersikap optimis dan sering berpikir positif.
227 · Lebih panjang umur · Lebih jarang mengalami depresi · Tingkat stres yang lebih kecil · Memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik terhadap penyakit · Lebih baik secara fisik dan mental · Mengurangi risiko terkena penyakit jantung · Mampu mengatasi kesulitan dan menghadapi stres
Sumber :
http://kajianpsikologi.guru-indonesia.net/artikel_detail-7631.html#.UQ959nI5HDc http://www.wikimu.com/news/DisplayNews.aspx?id=12570 http://www.indospiritual.com/artikel_9-tehnik-mengatasi-pikiran-negatif.html http://www.resensi.net/search/pengertian-pikiran-negatif-menurut-para-ahli/ Imma Laili Rahmawati, Pengaruh Strategi Thought Stopping Terhadap Pikiran Negatif Siswa, Thesis UNTAG Surabaya. 2012
228
Silabus Bimbingan Konseling Sekolah Kelas Mata Pelajaran / Layanan Semester Standar Kompetensi / Tugas Perkembangan Kompetensi Dasar
: SMA ............................................. :: Bimbingan dan Konseling :5. Mencapai kematangan dalam pilihan karier yang akan dikembangkan lebih lanjut
5
Materi Layanan
Siswa mampu memahami tentang dunia kerja, perencanaan karir, upaya peningkatan karir pada umumnya
Indikator / Tujuan Layanan
Berpikir dan Bersikap Positif
a. Dunia kerja b. Perencanaan karir c. Pemahaman upaya peningkatan karir
Jenis Layanan Bimbingan Kelompok, Penyaluran dan Penempatani, Orientasi, Informasi, pempatan dan penyaluran
Memahami berbagai jenis pekerjaan yang bisa dimasuki Memahami pentingnya perencanaan karir untuk masa depan Memahami pentingnya upaya peningkatan karir dan mengetahui karir yang digeluti
Bidang Bimbingan Pribadi Sosial
Fungsi Layanan Pencegahan
229
Rencana Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling (5) A B C D E F
Judul Layanan Jenis Layanan Bidang Bimbingan Fungsi Layanan Tujuan Layanan Hasil yang Ingin Dicapai
G H
Sasaran Kegiatan Materi Layanan
a b c
a b c I J K L M N O
Tempat Penyelenggaraan Waktu / Tanggal Semester Penyelenggara Layanan Pihak yang Dilibatkan Alat dan Perlengkapan Rencana Penilaian dan Tindak Lanjut
Mengetahui Kepala Sekolah
.......................................
a b
Bimbingan dan Konseling Bimbingan Kelompok, Penyaluran dan Penempatani, Orientasi, Informasi, pempatan dan penyaluran Pribadi dan Sosial Pencegahan Siswa mampu memahami tentang dunia kerja, perencanaan karir, upaya peningkatan karir pada umumnya Memahami berbagai jenis pekerjaan yang bisa dimasuki Memahami pentingnya perencanaan karir untuk masa depan Memahami pentingnya upaya peningkatan karir dan mengetahui karir yang digeluti Siswa SMA Berpikir dan Bersikap Positif Jenis pekerjaan yang bisa dimasuki Perencanaan karir untuk masa depan Upaya peningkatan karir dan mengetahui karir yang digeluti Ruang Kelas / Sarana – Prasarana Sekolah / Ruang Bimbingan / Lingkungan Sekolah / Dll ( menyesuaikan ) Konselor sekolah Siswa Berprestasi / pilihan ( berdasarkan sosiometri) / Dll (Menyesuikan) Skema Berpikir Positif / Dll (Menyesuikan) Evaluasi diri / mengisi lembar kerja / latihan / isian yang ada di buku bimbingan dan konseling Pendampingan secara umum dan melakukan salah satu atau lebih dari jenis layanan (menyesuaikan )
................................................ Koordinator Pembimbing Staf Kurikulum
Konselor sekolah
................................................
................................................
230 Materi 5 A. Pekerjaan yang Bisa Dimasuki Suatu layanan pemantapan informasi karir pada Siswa untuk mempersiapkan diri dalam merencakan, dan memilih karir yang sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan yang dimiliki individu. Layanan informasi marupakan salah satu jenis layanan dalam bimbingan konseling di sekolah yang amat penting guna membantu siswa agar dapat terhindar dari berbagai masalah yang dapat mengganggu terhadap pencapaian perkembangan siswa, baik yang berhubungan dengan diri pribadi, sosial, belajar ataupun kariernya., Melalui layanan informasi diharapkan para siswa dapat menerima dan memahami berbagai informasi, yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan siswa itu sendiri Kesulitan-kesulitan untuk mengambil keputusan karier akan dapat dihindari manakala siswa memiliki sejumlah informasi yang memadai tentang hal-hal yang berhubungan dengan dunia kariernya. Untuk itulah, mereka seyogyanya dapat dibimbing guna memperoleh pemahaman yang memadai tentang berbagai kondisi dan karakteristik dirinya, baik tentang bakat, minat, cita-cita, berbagai kekuatan serta kelemahan yang ada dalam dirinya. Dalam hal ini, tentunya tidak cukup hanya sekedar memahami diri. Namun juga harus disertai dengan pemahaman akan kondisi yang ada dilingkungannya, seperti kondisi sosio-kultural, pasar kerja, persyaratan, jenis dan prospek pekerjaan, serta hal-hal lainnya yang bertautan dengan dunia kerja. Sehingga pada gilirannya siswa dapat mengambil keputusan yang terbaik tentang kepastian rencana karier yang akan ditempuhnya kelak.
231 Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam pemberian layanan informasi, yaitu: a.
Materi layanan informasi
b.
Teknik layanan informasi
a. Materi layanan informasi Materi informasi yang diberikan kepada siswa hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan dan permasalahan siswa, sehingga benar-benar dapat dirasakan lebih bermanfaat dan memiliki makna (meaningful). Pemilihan dan penetuan jenis materi informasi yang tidak didasarkan kepada kebutuhan dan masalah siswa akan cenderung tidak memiliki daya tarik, sehingga siswa akan menjadi kurang partisipatif dan kooperatif dalam mengikuti kegiatan layanan. Materi informasi yang lengkap dan akurat akan sangat membantu siswa untuk lebih tepat dalam mempertimbangkan dan memutuskan pilihan kariernya. Beberapa jenis materi informasi tentang karier yang mungkin dibutuhkan siswa, diantaranya:
Tugas perkembangan masa remaja tentang kemampuan dan perkembangan karier. Perkembangan dan prospek karier di masyarakat. Kursus-kursus dalam rangka pengembangan karier. Langkah-langkah dalam memasuki pekerjaan, jenis pekerjaan, ciri-ciri pekerjaan. Syarat-syarat pekerjaan yang dapat dimasuki setelah tamat SMA.
232 Kemungkinan permasalahan dalam pilihan pekerjaan, karier, dan tuntutan pendidikan yang lebih tinggi, dan sebagainya. B. Perencanaan Karir Untuk Masa Depan Perjalanan karir di ibaratkan sebagai upaya menabung dalam menanti buah kesabaran akan sebuah masa depan yang diinginkan. Karena menabung dalam berkarir merupakan segi awal meraih cita - cita. Background pendidikan di tahun sekarang ini menjadi bahan perbincangan para perusahaan saat memilih kandidat baru yang capable. Faktor pendidikan dengan lulusan ternama menjadi point plus. Dengan memiliki ijazah sarjana merupakan momentum awal dalam meniti karir. Gambaran ini menjadi tolak ukur awal yang dapat diartikan sebagai perencanaan karir di awali dengan faktor pendidikan. Perencanaam meniti karir dimulai sejak awal dalam memandang sejauh mana kita merencanakan. Dalam kehidupan siswa harus memiliki target akan pencapain yang mencakup 3 prinsip yaitu visi, misi dan tujuan. Bagaimana siswa melihat dirinya diri siswa sendiri dalam melihat sisi kehidupan, profesi, serta hubungan siswa 5 tahun yang akan datang? Pencapaian sebuah kesuksesan didukung dengan motivasi pada diri sendiri. Sebagai contoh, dalam lingkungan sosial apakah Anda rela mementingkan kepentingan orang lain dari pada kepentingan Anda pribadi, dalam hal membantu masyarakat dan orang-orang disekitar Anda.
Setiap Individu memiliki kemampuan dan keahlian yang berbeda-beda, kenali kepribadian seperti apa yang Anda miliki? Sebagai contoh, apakah siswa adalah seorang yang sering berkata jujur, terbuka dan antusias. Asah keahlian yang siswa miliki saat ini, karena hal ini menjadi sangat berguna dalam aktifitas mereka sehari – hari.
233 C. Upaya Peningkatan Karir Dan Mengetahui Karir Yang Digeluti
Secara harafiah pengertian pengembangan karier (career development) menuntut seseorang untuk membuat keputusan dan mengikatkan dirinya untuk mencapai tujuantujuan karier. Pusat gagasan dalam pengembangan karier ialah waktu, yang dipengaruhi cost and benefit. Cost and benefit ini selalu dipertimbangkan dalam memilih pekerjaan, apa kerjanya, apa organisasinya, dan apa untung ruginya. Sumber : http://www.secapramana.com/isi/dahsyatnyapikiranpositif.htm http://ehealthbody.com/healthy-body/berpikir-positif-dan-efek-plasebo-pada-kesehatanfisik/ http://www.untukku.com/artikel-untukku/sikap-optimis-dapat-meningkatkan-kesehatan-2 untukku.html http://konselingindonesia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=48&Itemi http://id.jobsdb.com/ID/EN/Resources/JobSeekerArticle/Tips%20Menapaki%20K arir?ID=92 Munandir.1996.Program Bimbingan Karir di Sekolah. Jakarta:DeSiswaikbud Sukardi, Dewa Ketut & Kusmawati, Desak P.E. Nila., Proses Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008. Sukmadinata, N.S., Bimbingan & Konseling Dalam Praktek. Mengembangkan Potensi Dan Kepribadian Siswa. Bandung: Maestro, 2007. Winkel, W.S. & Hastuti, M.M. Sri., Bimbingan dan Konseling Di Institusi Pendidikan. Cetakan ketujuh. Yogyakarta: Penerbit Media Abadi, 2004.
234
Silabus Bimbingan Konseling Sekolah Kelas Mata Pelajaran / Layanan Semester
: : : :
Standar Kompetensi / Tugas Perkembangan 6 Kompetensi Dasar
Materi Layanan
SMA ............................................. Bimbingan dan Konseling 6. Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri, baik secara emosional dan intelek tual maupun ekonomi Siswa mampu dan mengerti upaya menghasilka uang, sikap hemat dan menabung, bekerja keras dan ulet, tidak mengharap pemberian orang Indikator / Tujuan Layanan
Mampu mengerti
Jenis Layanann Informasi, bimbingan kelompok, konseling perorangan/individual, penguasaan konten, orientasi
a.
Upaya menghasilka uang,
Memahami pengertian uang, kegunaan dan cara mendapatkan uang
b.
Sikap hemat dan menabung
Melaksanakan strategi penghematan uang dan kegunaan menabung
c.
Bekerja keras dan ulet
Memahami pentingnya kerjakeras dan ulet
d.
Tidak mengharap pemberian orang
Mampu berdiri dikaki sendiri
Bidang Bimbingan Belajar
Fungsi Layanan - Pemahaman - Pemeliharaan & Pengembangan
235
Rencana Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling (6) A B C D E F
Judul Layanan Jenis Layanan Bidang Bimbingan Fungsi Layanan Tujuan Layanan Hasil yang Ingin Dicapai
G H
Sasaran Kegiatan Materi Layanan
I J K L M N O
Tempat Penyelenggaraan Waktu / Tanggal Semester Penyelenggara Layanan Pihak yang Dilibatkan Alat dan Perlengkapan Rencana Penilaian dan Tindak Lanjut
Mengetahui Kepala Sekolah
.......................................
a b c a b c
a b
Bimbingan dan Konseling Informasi, bimbingan kelompok, konseling perorangan/individual, penguasaan konten, orientasi Belajar Pemahaman, Pemeliharaan dan Pengembangan Siswa mampu menggunakan uang dengan sebaik-baiknya belajar, berprilaku ulet, dan rajin menabung Memahami pengertian uang, kegunaan dan cara mendapatkan uang Melaksanakan strategi penghematan uang dan kegunaan menabung Memahami pentingnya kerjakeras dan ulet Siswa SMA Pengertian uang, kegunaan dan cara mendapatkan uang Melaksanakan strategi penghematan uang dan kegunaan menabung Memahami pentingnya kerjakeras dan ulet Ruang Kelas / Sarana – Prasarana Sekolah / Ruang Bimbingan / Lingkungan Sekolah / Dll ( menyesuaikan ) Konselor sekolah Siswa tertentu / Dall (menyesuaikan) Skema tentang belajar / Dll (menyesuaikan ) Evaluasi diri / mengisi lembar kerja / latihan / isian yang ada di buku bimbingan dan konseling Pendampingan secara umum dan melakukan salah satu atau lebih dari jenis layanan (menyesuaikan )
................................................ Koordinator Pembimbing Staf Kurikulum
Konselor Sekolah
................................................
................................................
236 Materi 6 A. Pengertian Uang Memberikan pemahaman kepada siswa tentang uang memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan kita sehari-hari karena dengan uang kita dapat memenuhi kebutuhan hidup kita. Sehingga tidak heran bila ada statement bahwa uang merupakan darah dari perekonomian. Walaupun orang bijak mengatakan bahwa uang bukanlah segala-galanya, namun hidup tanpa uang adalah sebuah derita. Berikut ini adalah pengertian dan definisi uang: Tri Kunawangsih & Anto Pracoyo ` Uang merupakan alat tukar yang diterima pleh masyarakat sebagai alat pembayaran yang sah atas kesatuan hitungnya Rimsky k. Judisseno Uang adalah suatu media yang diterima dan digunakan oleh para pelaku ekonomi untuk memudahkan dalam bertransaksi Ima Rahmawati Uang adalah benda yang disetujui oleh masyarakat umum sebagai alat perantara tukar menukar dalam perdagangan A.c. Pigou Uang adalah segala sesuatu yang umum dipergunakan sebagai alat tukar
B. Melaksanakan Strategi Penghematan Uang dan Kegunaan Menabung
Tips agar siswa dapat berperilaku hemat, setelah siswa tahu fungsi uang, adalah membiasakan mereka untuk menabung. Sebelum menerapkan kebiasaan menabung,
237 terlebih dulu jelaskan seperti apa menabung itu dan apa saja manfaatnya. Beri contoh pengalaman Anda saat menabung agar siswa memahami bukti konkrit dari manfaat menabung. Terangkan pula mengenai perbedaan kebutuhan dan keinginan agar siswa tidak terjebak kebiasaan boros. Untuk mempermudah membiasakan menabung pada anak, ada beberapa metode yang bisa diterapkan, diantaranya adalah;
Membuat Target Keinginan
Mintalah siswa untuk memilih target yang akan dipenuhi dengan uang tabungannya. Berlibur atau membeli mainan yang sudah lama diidam-idamkan, misalnya. Ajarkan untuk menyisihkan 20-30 persen dari tabungannya untuk memenuhi keinginannya dan sisanya disimpan sebagai cadangan. Belikan anak celengan atau buatkan mereka rekening di tabungan. Kedua cara menabung ini bisa diperkenalkan pada anak sesuai dengan perkembangan usia mereka. Anda bisa mulai mengajarinya menabung dengan menaruh uang di celengan. Minta anak membuat daftar keinginan agar siswa bisa lebih termotivasi untuk menabung. Buatlah daftar ini agar siswa paham ada cara yang menyenangkan untuk menghabiskan uangnya itu dengan daftar keinginan tersebut. Menabung bukan berarti mereka harus pelit pada dirinya sendiri. Ajari siswa melakukan sesuatu untuk sebuah tujuan. Dengan tabungan yang cukup, apa yang diinginkan akan dengan mudah didapat. Hemat pangkal kaya bukan sekedar pepatah, namun menjadi tumpuan bagi siswa dalam mengatur keuangan.
238 D. Memahami Kerja Keras dan Ulet Kerja keras, tekun, ulet, dan teliti merupakan empat sikap terpuji yang perlu dimiliki oleh setiap orang yang menginginkan kesuksesan dalam hidupnya. Keempat sifat tersebut harus dilakukan secara integral sebab antara yang satu dengan yang lainnya saling mendukung. Kerja keras, tekun, ulet dan teliti adalah kunci dalam mencapai kesuksesan dan tujuan yang dicita-citakan manusia. Dengan kerja keras semua pekerjaan bisa cepat selesai. Dan disertai dengan ketekunan, ulet dan teliti sebuah pekerjaan bisa terselesaikan dengan cepat, rapi dan maksimal sesuai yang diharapkan. Tanpa adanya sifat-sifat tadi dalam menjalani sebuah pekerjaan maka manusia akan cepat merasa putus asa dan mudah menyerah. Tidak merasa puas dan bahkan bisa menjadi orang yang pesimis. Untuk itu maka manusia dituntut untuk selalu memiliki dan menjaga sifat-sifat tersebut diatas. Agar dalam menjalani kehidupan dan melakukan pekerjaan tetap menjadi orang yang selalu optimis dan berpikiran positif. Dengan begitu semua apa yang dicitacitakan oleh manusia akan terwujud dengan baik. Kerja berarti berusaha atau berjuang dengan keras berarti sungguh-sungguh. Bekerja keras adalah bekerja dengan gigih dan sungguh-sungguh untuk mencapai suatu cita-cita. Bekerja keras tidak mesti “banting tulang” dengan mengeluarkan tenaga secara fisik, akan tetapi sikap bekerja keras juga dapat dilakukan dengan berpikir sungguhsungguh dalam melaksanakan pekerjaannya. Kerja keras yaitu bekerja dengan sungguhsungguh untuk mencapai tujuan atau prestasi kemudian disertai dengan berserah diri (tawakkal) kepada Allah SWT baik untuk kepentingan dunia dan akhirat. Firman Allah SWT yang artinya sebagai berikut:
239 “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Al-Qashash “ 77) Dengan demikian, sikap kerja keras dapat dilakukan dalam menuntut ilmu, mencari rezeki, dan menjalankan tugas sesuai dengan profesi masing-masing. Pentingnya bekerja keras ini tersirat dalam firman Allah surat al-Jumu‟ah ayat 10 yang artinya: “ Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. “ Selain itu, Allah juga berfirman dalam surat at-Taubah/9 ayat 105 yang artinya: "Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orangorang mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. “ Ayat di atas mengajarkan bahwa kita tidak saja melakukan ibadah khusus, seperti shalat, tetapi juga bekerja untuk mencari apa yang telah dikaruniakan Allah di muka bumi ini. Kemudian pada surat at-Taubah di atas mengisyaratkan bahwa kita harus berusaha sesuai dengan kemampuan maksimal kita dan hal itu akan diperhitungkan oleh Allah SWT. Orang yang beriman dilarang bersikap malas, berpangku tangan, dan menunggu keajaiban menghampirinya tanpa adanya usaha. Allah menciptakan alam beserta segala isinya diperuntukkan bagi manusia. Namun, untuk memperoleh manfaat dari alam ini, manusia harus berusaha dan bekerja keras. Rasulullah SAW juga menganjurkan umatnya
240 untuk bekerja keras. Beliau menegaskan bahwa makanan yang paling baik adalah yang berasal dari hasil keringat sendiri. Sabdanya: Artinya: Tidak ada makanan yang lebih baik bagi seseorang melebihi makanan yang berasal dari buah tangannya sendiri. Sesungguhnya Nabi Daud AS makan dari hasil tangannya sendir. Perintah untuk bekerja keras juga terdapat dalam firman Allah QS. Al-Insyiqoq ayat 6 yang artinya: `“Wahai manusia sesungguhnya kamu harus bekerja keras (secara sungguhsungguh) menuju keredaan Tuhanmu”. Jadi semua umat Islam harus bekerja keras dalam memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk dalam beribadah mendekatkan diri kepada Allah SWT. Hal itu pula yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW sejak kecil hingga akhir hayatnya. Misalnya ketika ia mengembala biri-biri serta berniaga hingga ke negeri Syam dengan penuh semangat dan jujur. Begitu pula para sahabat memberikan keteladanan bekerja keras, seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib dan lainnya. Mereka memiliki semangat kerja keras yang tinggi baik dalam berusaha maupun berdakwah menegakkan agama Allah. Harta yang mereka peroleh dari usaha yang kerja keras mereka gunakan untuk menyantuni fakir miskin dan kepentingan agama Islam. Rasulullah SAW juga memberikan penghargaan bagi orang yang bekerja keras. Suatu ketika Nabi bertemu dengan seorang sahabat, Sa'ad al-Anshari yang memperlihatkan tangannya yang melepuh karena kerja keras. Nabi bertanya, "mengapa tanganmu hitam, kasar dan melepuh?" Sa'ad menjawab, "tangan ini kupergunakan untuk mencari nafkah bagi keluargaku." Nabi yang mulia berkata, "ini tangan yang dicintai
241 Allah," seraya mencium tangan yang hitam, kasar dan melepuh itu. Bayangkanlah, Nabi yang tangannya selalu berebut untuk dicium oleh para sahabat, kini mencium tangan yang hitam, kasar dan melepuh. Agar semangat kerja keras selalu ada dalam diri, maka hendaknya kita beranggapan akan hidup selamanya. Namun dalam hal ibadah khusus, seperti shalat, hendaknya kita beranggapan bahwa seolah-olah kita akan mati esok hari sehingga kita bisa beribadah dengan khusyu‟. Hal ini sesuai dengan pesan Rasulullah SAW: Artinya: “bekerjalah untuk kepentingan duniamu seolah-olah engkau hidup selama-lamanya; dan bekerjalah untuk kepentingan akhiratmu seolah-olah engkau akan mati esok hari”. (H.R. Ibnu Asakir). Semua manusia yang hidup di dunia ini mempunyai jasmani dan rohani yang keduanya saling membutuhkan antara satu dan lainnya. Kebutuhan jasmani berupa makanan, minum, pakaian, dan tempat tinggal. Sedangkan kebutuhan rohani berupa pengtahuan yang bermanfaat, dan nasihat yang sesuai dengan kebutuhan rohani. Semuanya itu dapat diraih apabila kita mau berusaha dengan sungguh-sungguh, maka Allah akan memberikan rizqi kepada makhluk-Nya. Allah berfirman: Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri . (Q.S Ar-Ra‟du: 11)
Sumber : Alfat, dkk. 2003. Aqidah Akhlak. Semarang: PT. Toha Putra Ibrahim dan Darsono. 2009. Membangun Akidah dan Akhlak. Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Multahim, dkk. 2007. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Yudistira
242
Tim Penulis. 2009. Materi Inti dan Soal Jawab Pendidikan Agama Islam. Solo : PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Yunsirno. 2010. Keajaiban Belajar. Pontianak: Pustaka Jenius Publishing http://kafeilmu.com/2012/04/mengajarkan-kebiasaan-hemat-padaanak.html#ixzz2JoSfi8M3
243
Silabus Bimbingan Konseling Sekolah Kelas Mata Pelajaran / Layanan Semester
: : : :
SMA ............................................. Bimbingan dan Konseling -
Standar Kompetensi / Tugas Perkembangan 6 Kompetensi Dasar
Materi Layanan
6. Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri, baik secara emosional dan intelektual maupun ekonomi: Siswa mampu menghayati prinsip dan gaya belajar sebagai pelajar untuk mencapai keberhasilan belajar yang mendasari pencapaian masa depan yang diharapkan Indikator / Tujuan Layanan
Prinsip dan Gaya Belajar
a.
Mengenal Otak Kita
b.
Prinsip Belajar
c.
Gaya Belajar
d.
Modalitas Belajar dan Ciricirinya
e.
Keterampilan Mencatat
f.
Jurus Belajar yang Efektif dan Efisien
g.
Meningkatkan Keterampilan Mendengar
Mengoptimalkan peran otak sendiri dalam rangka mencapai keseimbangan hidup dan pencapaian optimal potensi diri Mengenal prinsip belajar yang dapat mendasari kegiatan belajar yang akan dilakukan Mengembangkan gaya belajar yang sesuai dengan keberadaan diri sehingga dapat dipilih dan dilaksanakan dalam kegiatan belajar Mengenal modalitas belajar dan cirinya untuk menemukan cara yang paling tepat dalam belajar sesuai dengan keberadaan diri Mengembangkan bebiasaan mencatat yang efektif untuk memudahkan mempelajari kembali dan menjadi arsip yang penting Melaksanakan jurus belajar yang efektif dan efisien demi pencapaian keberhasilan yang optimal Mengembangkan keterampilan mendengar agar mendapat informasi yang akurat dan benar pada saat mengikuti kegiatan pembelajaran
Jenis Layanan
Bidang Bimbingan
Fungsi Layanan
Informasi, Konsultasi, Konten, Penempatan dan penyaluran
Belajar
- Pemahaman - Pemeliharaan & Pengembangan
244
Rencana Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling (6) A B C D E
Judul Layanan Jenis Layanan Bidang Bimbingan Fungsi Layanan Tujuan Layanan
F
Hasil yang Ingin Dicapai
G H
Sasaran Kegiatan Materi Layanan
a b c d e f g
a b c d e f g I J K L M N O
Tempat Penyelenggaraan Waktu / Tanggal Semester Penyelenggara Layanan Pihak yang Dilibatkan Alat dan Perlengkapan Rencana Penilaian dan Tindak Lanjut
Mengetahui Kepala Sekolah
.......................................
a b
Bimbingan dan Konseling Informasi, Konsultasi, Konten, Penempatan dan penyaluran Belajar Pemahaman, Pemeliharaan dan Pengembangan Siswa mampu menghayati prinsip dan gaya belajar sebagai pelajar untuk mencapai keberhasilan belajar yang mendasari pencapaian masa depan yang diharapkan Mengoptimalkan peran otak sendiri dalam rangka mencapai keseimbangan hidup dan pencapaian optimal potensi diri Mengenal prinsip belajar yang dapat mendasari kegiatan belajar yang akan dilakukan Mengembangkan gaya belajar yang sesuai dengan keberadaan diri sehingga dapat dipilih dan dilaksanakan dalam kegiatan belajar Mengenal modalitas belajar dan cirinya untuk menemukan cara yang paling tepat dalam belajar sesuai dengan keberadaan diri Mengembangkan bebiasaan mencatat yang efektif untuk memudahkan mempelajari kembali dan menjadi arsip yang penting Melaksanakan jurus belajar yang efektif dan efisien demi pencapaian keberhasilan yang optimal Mengembangkan keterampilan mendengar agar mendapat informasi yang akurat dan benar pada saat mengikuti kegiatan pembelajaran Siswa SMA Prinsip dan Gaya Belajar Mengenal Otak Kita Prinsip Belajar Gaya Belajar Modalitas Belajar dan Ciri-cirinya Keterampilan Mencatat Jurus Belajar yang Efektif dan Efisien Meningkatkan Keterampilan Mendengar Ruang Kelas / Sarana – Prasarana Sekolah / Ruang Bimbingan / Lingkungan Sekolah / Dll ( menyesuaikan ) Konselor sekolah ( Menyesuaikan ) Skema tentang gaya belajar Evaluasi diri / mengisi lembar kerja / latihan / isian yang ada di buku bimbingan dan konseling Pendampingan secara umum dan melakukan salah satu atau lebih dari jenis layanan (menyesuaikan )
................................................ Koordinator Pembimbing Staf Kurikulum
Konselor Sekolah
................................................
................................................
245 Materi 6 (Bagian 2) A. Mengenal otak Membicarakan masalah daya ingat manusia, tentu saja tidak akan terlepas dari organ yang dikaruniakan sang Maha Pencipta kepada manusia sejak manusia di dalam masa kehamilan. Mungkin selama ini kita belum begitu memahami secara mendalam kegunaan organ ini. Apa fungsi otak, apa saja bagian-bagian penyusun otak, dan bagaimana cara kerja otak, terutama dalam proses berfikir.
Di dalam otak manusia, para ahli memperkirakan terdapat 1 triliyun sel otak atau neuron (1 triliyun = 1.000.000.000.000), jumlah yang sangat banyak. Tentunya jumlah ini tidak sekaligus adanya, tetapi melalui tahap pertumbuhan. Otak tumbuh dengan kecepatan luar biasa. Bahkan selama perkembangan otak,
246 250.000 neuron ditambahkan setiap menitnya. Pada saat seorang anak berusia 2 tahun, volume otaknya berukuran kurang lebih 80% dari otak manusia dewasa. Sepersepuluh atau sekitar 100 Miliar sel otak tersebut adalah sel aktif, dan sisanya merupakan sel pendukung. Di dalam setiap sel otak (neuron) memiliki cabangcabang yang disebut denrit. Dari bagian ini muncul cabang yang besar dan Panjang yang disebut akson yang berfungsi sebagai jalan keluar utama dalam menyebarkan informasi yang diterima oleh neuron. Sebagian besar isi otak manusia diisi oleh air hingga mencapai 80% dari keseluruhan volume otak, sedangkan sisanya terdiri dari lemak dan protein. Otak manusia dewasa memiliki bobot sekitar 1,4 Kg. Otak sebesar ini akan tetap bekerja kapanpun, dimanapun, meski pemiliknya sedang tertidur. Oleh karena itu otak mengkonsumsi sekitar 20 % dari kalori yang dimakan oleh manusia. Otak yang digunakan untuk berfikir keras, akan memerlukan dan akan mengkonsumsi energi tubuh yang cukup besar. Karena otak memerlukan asupan kalori yang cukup untuk bekerja. Otak manusia yang beratnya hanya 1,4 Kg tadi sebenarnya terdiri dari tiga bagian penting yang saling mendukung. Bagian tersebut antara lain otak reftilia, otak mamalia dan otak neocortex. Diantara bagian-bagian tersebut, otak neocortex memiliki ukuran paling besar yaitu sekitar 80%. Bagian-bagian otak tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda. Otak reftilia akan aktif dalam kondisi takut, stress, tertekan, marah, atau pearasaan negatif lainnya.
247
Otak mamalia berfungsi mengendalikan sistem kekebalan tubuh, hormon, dan ingatan jangka panjang. Sedangkan otak neocortex merupakan otak berfikir tingkat tinggi seperti berfikir kritis, pemecahan masalah dan berfikir kreatif. Otak neocortex akan bekerja efektif bila kondisinya tenang, rileks, nyaman, aman atau kondisi positif lainnya. Sebagai ilustrasi, jika kita sedang asik membaca novel kesukaan kita di suatu ruang gedung lantai tiga, tiba-tiba ada kebakaran di lantai satu. Apa yang akan kita lakukan? Jelas, seketika kita akan merasa panik, takut, terancam. Dalam kondisi ini, otak reftilia akan aktif dan instingnya adalah mencari pengamanan diri. Saat seperti ini, manamungkin kita akan terus membaca dan memahami isi novel itu, karena otak neocortex tidak akan aktif.
248 Dasar Kerja Otak
Kita, manusia sebetulnya hanya memiliki satu otak, tetapi belahan otak membelah ke bawah di tengah-tengah menjadi belahan kanan dan belahan kiri (berdasarkan hasil penelitian Prof. Roger Sperry, dari California). Hubungan antara kedua belahan (Hemisfer) tersebut melalui corpus callosum. Sisi otak kanan mengontrol otot-otot pada sisi kiri tubuh dan sisi otak kiri mengontrol otototot pada sisi kanan tubuh. Secara umum, informasi panca indera dari sisi kanan tubuh melintas ke sisi kiri otak dan sebaliknya. Oleh karena itu kerusakan pada satu sisi otak akan berpengaruh pada kinerja sisi tubuh yang berlawannnya.
Sekitar 90% populasi manusia di dunia menggunakan tangan kanan untuk berbagai aktifitas kesehariannya yang disebut dominan tangan kanan. Dan sekitar 10% disebut dominan tangan kiri. Setiap belahan memiliki fungsi berbeda. Meski demikian keduanya bekerja saling mendukung. Kedua belahan otak cenderung mempunyai daerah yang menjadi pusat fungsi intelektual utama.
249 Otak kiri lebih dominan pada sesuatu yang menyangkut logika, tulisan, angka, urutan, linearitas, kebakuan, data dan analisis. Sedangkan otak kanan lebih dominan pada hal-hal yang menyangkut imajinasi, emosional, keinginan, kebebasan, warna, musik, bentuk, dan kreatifitas (Gb. 3).
B. Prinsip belajar
Prinsip belajar ada 8 yaitu :
a Kesiapan b Penguatan c Nilai kemanfaatan d Belajar dengan mengerjakan e Urutan yang tepat f Keberhasilan g Keyakinan h tantangan
1. Prinsip Kesiapan
Belajar akan jauh lebih mudah bagi siswa bila sebelumnya siswa telah dipersiapkan sepenuhnya. Ini menyangkut kesiapan anak dalam arti usia, kematangan, minat dan motivasinya, ataupun kesiapan dalam arti pelaksanaan kegiatan secara operasional seperti kelas dan perlengkapannya. 2. Prinsip Penguatan
250 Penguatan (Reinforcement), penggunaan dari apa yang telah dipelajari adalah merupakan penguatan dalam arti semakin sering dilakukan akan semakin sempurna pula penampilan seseorang dalam melakukan sesuatu. Efektivitas pengauatan ini mendasari urutan kegiatan belajar dan juga dipakai pada pengulangan dalam pelajaran praktek. 3. Prinsip Nilai Kemanfaatan Semakin tinggi nilai kemanfaatan dari apa yang telah dipelajari bagi siswa, semakin tinggi pula motivasinya untuk mempelajari hal tersebut lebih lanjut. Ini sangat erat kaitannya dengan prinsip relavansi antara kegiatan belajar dengan aspirasi kejuruan siswa, dan pengamalan belajar di SMK harus senantiasa mengacu pada prinsip relavansi dengan kebutuhan siswa tersebut. 4. Prinsip Belajar dengan Mengerjakan Belajar sangat tergantung pada intensitas keterlibatan siswa dalam proses mengajar belajar. Oleh karena dengan mengerjakan diperoleh tingkat keterlibatan yang maksimum, maka belajar dengan langsung mengerjakan ini (learning by doing) akan lebih efektif dari pada strategi mengajar belajar yang kurang melibatkan siswa. 5. Prinsip Urutan yang Tepat Urutan belajar yang paling efektif adalah mendasarkan dari apa yang sudah dikuasai siswa untuk melangkah ke hal yang baru, juga dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks. Secara implisit ini juga akan membawa konsekuensi meningkatnya efisiensi dalam hal waktu dan usaha yang dikeluarkan untuk mempelajari sesuatu.
251 6. Prinsip Keberhasilan Sikap positif yang diakibatkan oleh rasa keberhasilan akan menyebabkan siswa meningkat motivasi belajarnya. Untuk itu harus diupayakan agar siswa memperoleh keberhasilan dan merasa berhasil agar sikap positif ini mendorongnya belajar terus. 7. Prinsip Keyakinan Keyakinan atau rasa percaya diri datang setelah mengalami keberhasilan, dan keyakinan akan kemampuan diri ini akan meningkatkan kecepatan dan ketelitian dalam mengerjakan sesuatu. Untuk itu harus selalu dipupuk dan dikembangkan dalam setiap kegiatan belajar agar keyakinan siswa akan kemampuan dirinya selalu meningkat dan mempunyai efek positif terhadap belajarnya. 8. Prinsip Tantangan Minat siswa akan tetap tinggi manakala kegiatan belajar yang disajikan menghadapkan siswa pada tantangan untuk diatasinya. Perasaan untuk terus dihadapkan pada tantangan ini membuat siswa tidak merasa bosan dan lesu dalam belajar, di samping menumbuhkan kemampuan pemecahan masalah dengan tingkat dan kontek yang bervariasi. C. Gaya Belajar
Kita tidak bisa memaksakan seorang anak harus belajar dengan suasanan dan cara yang kita inginkan karena masing masing anak memiliki tipe atau gaya belajar sendirisendiri. Kemampuan anak dalam menangkap materi dan pelajaran tergantung dari gaya belajarnya. Banyak anak menurun prestasi belajarnya disekolah karena dirumah anak dipaksa belajar tidak sesuai dengan gayanya. Anak akan mudah menguasai materi pelajaran
252 dengan menggunakan cara belajar mereka masing-masing. Menurut DePorter dan Hernacki (2002), gaya belajar adalah kombinasi dari menyerap, mengatur, dan mengolah informasi. Terdapat tiga jenis gaya belajar berdasarkan modalitas yang digunakan individu dalam memproses informasi (perceptual modality).
Macam-macam Gaya Belajar
Gaya
Belajar
Visual (Visual
Learners) menitikberatkan
pada
ketajaman
penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar mereka paham Gaya belajar seperti ini mengandalkan penglihatan atau melihat dulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya. Ada beberapa karakteristik yang khas bagai orang-orang yang menyukai gaya belajar visual ini. Pertama adalah kebutuhan melihat sesuatu (informasi/pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau memahaminya, kedua memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna, ketiga memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik, keempat memiliki kesulitan dalam berdialog secara langsung, kelima terlalu reaktif terhadap suara, keenam sulit mengikuti anjuran secara lisan, ketujuh seringkali salah menginterpretasikan kata atau ucapan.
1. VISUAL (Visual Learners)
Ciri-ciri gaya belajar visual ini yaitu :
1
Cenderung melihat sikap, gerakan, dan bibir guru yang sedang mengajar
2
Bukan pendengar yang baik saat berkomunikasi
253 3
Saat mendapat petunjuk untuk melakukan sesuatu, biasanya akan melihat teman-teman lainnya baru kemudian dia sendiri yang bertindak
4
Tak suka bicara didepan kelompok dan tak suka pula mendengarkan orang lain. Terlihat pasif dalam kegiatan diskusi.
5
Kurang mampu mengingat informasi yang diberikan secara lisan
6
Lebih suka peragaan daripada penjelasan lisan
7
Dapat duduk tenang ditengah situasi yang rebut dan ramai tanpa terganggu
2.
AUDITORI (Auditory Learners )
Gaya belajar Auditori (Auditory Learners) mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Karakteristik model belajar seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, kita harus mendengar, baru kemudian kita bisa mengingat dan memahami informasi itu. Karakter pertama orang yang memiliki gaya belajar ini adalah semua informasi hanya bisa diserap melalui pendengaran, kedua memiliki kesulitan untuk menyerap informasi dalam bentuk tulisan secara langsung, ketiga memiliki kesulitan menulis ataupun membaca.
Ciri-ciri gaya belajar Auditori yaitu :
1
Mampu mengingat dengan baik penjelasan guru di depan kelas, atau materi yang didiskusikan dalam kelompok/ kelas
254 2
Pendengar ulung: anak mudah menguasai materi iklan/ lagu di televise/ radio
3
Cenderung banyak omong
4
Tak suka membaca dan umumnya memang bukan pembaca yang baik karena kurang dapat mengingat dengan baik apa yang baru saja dibacanya
5
Kurang cakap dalm mengerjakan tugas mengarang/ menulis
6
Senang berdiskusi dan berkomunikasi dengan orang lain
7
Kurang
tertarik
sekitarnya,
memperhatikan
seperti
hadirnya
hal-hal anak
baru
baru,
dilingkungan
adanya
papan
pengumuman di pojok kelas, dll
3. KINESTETIK (Kinesthetic Learners)
Gaya belajar Kinestetik (Kinesthetic Learners) mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya. Tentu saja ada beberapa karakteristik model belajar seperti ini yang tak semua orang bisa melakukannya. Karakter pertama adalah menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar bisa terus mengingatnya. Hanya dengan memegangnya saja, seseorang yang memiliki gaya ini bisa menyerap informasi tanpa harus membaca penjelasannya.
Ciri-ciri gaya belajar Kinestetik yaitu :
1
Menyentuh segala sesuatu yang dijumapinya, termasuk saat belajar
255 2
Sulit berdiam diri atau duduk manis, selalu ingin bergerak
3
Mengerjakan segala sesuatu yang memungkinkan tangannya aktif. Contoh: saat guru menerangkan pelajaran, dia mendengarkan sambil tangannya asyik menggambar
4
Suka menggunakan objek nyata sebagai alat bantu belajar
5
Sulit menguasai hal-hal abstrak seperti peta, symbol dan lambing
6
Menyukai praktek/ percobaan
7
Menyukai permainan dan aktivitas fisik
Demikianlah macam-macam gaya belajar mudah-mudahan dapat menjadi bahan acuan kita untuk menentukan cara belajar yang baik dan pas untuk kita sehingga mampu menyerap pelajaran dengan baik.
D. Modalitas Belajar dan Ciri-Cirinya
VISUAL 1. Rapi dan teratur 2. Berbicara dengan cepat 3. Perencana dan pengatur jangka panjang yang baik 4. Teliti terhadap detail 5. Mementingkan penampilan 6. Lebih mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar 7. Mengingat dengan asosiasi visual 8. Biasanya tidak terganggu oleh keributan 9. Pembaca cepat dan tekun
256 10. Lebih suka membaca daripada dibacakan 11. Mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon dan dalam rapat 12. Lupa menyamapaikan pesan verbal kepada orang lain 13. Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat "ya" atau "tidak" 14. Lebih suka melakukan demonstrasi daripada berpidato 15. lebih suka seni lukis daripada seni musik
AUDITORIAL 1. Berbicara kepada diri sendiri pada saat bekerja 2. Mudah terganggu oleh keributan 3. Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca 4. Senang membaca dengan keras dan mendengarkan 5. Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara 6. Merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita 7. Pembicara yang fasih 8. Lebih suka musik dari seni lukis 9. Suka berdiskusi
E. Keterampilan Mencatat
Mencatat merupakan keterampilan berfikir yang tidak dapat dipisahkan dan turut berpengaruh dalam pencapaian hasil belajar siswa. Aktifitas ini berkenaan dengan bagaimana seorang siswa mengikat informasi pembelajaran dan menyajikannya kembali dalam bentuk tulisan. Jika metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang
257 digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran, teknik mencatat dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode melalui aktifitas menulis. DePorter mengatakan bahwa, “Mencatat yang efektif adalah salah satu kemampuan terpenting yang pernah dipelajari orang. Bagi pelajar, hal ini seringkali berarti perbedaan antara mendapatkan nilai tinggi atau rendah pada saat ujian”. Selanjutnya ia mengemukakan beberapa bentuk keterampilan mencatat diantaranya adalah teknik mencatat Standar/Linier, Mind Map (Peta Pikiran), dan Catatan TS.
1. Mencatat Standar/Linier
Teknik Mencatat Standar merupakan teknik pencatatn yang lazim dan telah lama digunakan. Teknik mencatat ini adalah bentuk catatan dengan pola memanjang kebawah mengikuti alur garis pada kertas.
Beberapa gaya pencatatan standar diantaranya : (1) gaya kalimat/naratif yang terdiri dari tulisan apapun yang akan dikomunikasikan dalam bentuk naratif, (2) gaya daftar yang menyertakan menuliskan ide ketika ide itu muncul, dan (3) gaya garis besar/alpabet yang terdiri dari membuat catatan dalam urutan hierarki yang terdiri dari kategori utama dan subkategori.
2. Catatan TS
Catatan TS adalah singkatan dari Catatan : Tulis dan Susun. Bentuk catatan ini membantu siswa berkonsentasi dengan memanfaatkan tulisan-tulisan tentang pikiran-
258 pikiran dan menyadarinya sebagai bagian dari proses belajar serta menyertakan asosiasi yang terkait dengan emosi yang bermanfaat dalam proses pengingatan. Secara anatomis Catatan TS membagi kertas dengan garis menjadi 2 kolom, yaitu kolom kiri dan kolom kanan. Kolom kiri dibuat lebih luas yang berfungsi untuk daerah menulis catatan. Pada kolom ini siswa dapat menulis tanggal, nama, dan informasi penting lainnya selama mendengarkan penjelasan guru, merangkum, membaca dan sebagainya. Sedangkan kolom kanan dibuat lebih sempit yang berfungsi untuk menyusun catatan. Pada kolom ini siswa dapat menuliskan pemikiran asosiasi yang muncul dalam benak mereka. Bisa berupa pendapat, reaksi dari apa yang didengar, pertanyaan, perasaan, dan sebagainya.
3. MindMap (Peta Pikiran)
Peta Pikiran merupakan salah satu dari bentuk pencatatan dalam bentuk organijer grafik. Teknik ini lahir dari ide tentang sifat kerja otak yang memiliki karakteristik dan pola tertentu dalam memproses setiap informasi. Peta pikiran merekam informasi ke dalam bentuk kata kunci, gambar, simbol dan sebagainya membetuk pola informasi yang memetakan.
F. Jurus Belajar Yang Efektif dan Efisien
7 Cara Efektif dan Efisien dalam Belajar
Belajar yang baik juga dilakukan di rumah baik dengan maupun tanpa pekerjaan rumah. Belajar yang dilakukan secara terburu-buru akibat dikejar-kejar waktu memiliki dampak yang tidak baik. Ada beberapa cara atau tips dalam berlajar denggan baik, seperti
259 dilansir organisasi. Berikut ini adalah tips dan triks yang dapat menjadi masukan berharga dalam mempersiapkan diri dalam menghadapi ulangan atau ujian :
1. Belajar Kelompok
Merupakan cara belajar yang menyenangkan karena Anda ditemani oleh temanteman dan biasanya lebih santai dalam belajarnya. Dalam belajar kelompok kegiatannya adalah membahas pelajaran yang belum dipahami oleh semua atau sebagian kelompok belajar baik yang sudah dijelaskan guru maupun belum dijelaskan guru.
2. Rajin Membuat Catatan Intisari Pelajaran
Bagian terpenting dalam suatu pembelajaran adalah mencatat semua ajaran yang diberikan bapak atau ibu guru, dan dapat dilakukan dibuku kecil atau notebook. Tapi perlu diingat bahan catatan tadi jangan dijadikan media untuk mencontek dalam ujian.
3. Disiplin Dalam Belajar
Kedisiplinan memang perlu diterapkan dalam belajar, seperti disiplin waktu dan disiplin dalam berkonsentrasi pada pelajaran. Dengan adaya sifat disiplin dalam diri Anda, dapat dipastikan pelajaran yang Anda lakukan dapat efektif dan efisien.
4. Menjadi Aktif Bertanya dan Ditanya
Ada pepatah Malu bertanya sesat di jalan, ternyata pepatah ini benar, terlebih jika dalam pelajaran. Jika ada hal yang belum jelas, maka tanyakan kepada guru, teman atau
260 orang tua. Jika kita bertanya biasanya kita akan ingat jawabannya. Jika bertanya, bertanyalah secukupnya dan jangan bersifat menguji orang yang kita tanya.
5. Belajar Dengan Serius dan Tekun
Ketika belajar di kelas dengarkan dan catat apa yang guru jelaskan. Catat yang penting karena bisa saja hal tersebut tidak ada di buku dan nanti akan keluar saat ulangan atau ujian. Ketika waktu luang baca kembali catatan yang telah dibuat tadi dan hapalkan sambil dimengerti.
Jika Anda sudah merasa mantap dengan suatu pelajaran maka
ujilah diri sendiri dengan soal-soal. Setelah soal dikerjakan periksa jawaban dengan kunci jawaban. Pelajari kembali soal-soal yang salah dijawab.
6. Hindari Belajar Berlebihan
Ternyata sesuatu yang berlebihan tidaklah bagus, begitu juga dalam belajar, seperti jika waktu ujian atau ulangan sudah dekat biasanya kita akan panik jika belum siap. Jalan pintas yang sering dilakukan oleh pelajar yang belum siap adalah dengan belajar hingga larut malam / begadang atau membuat contekan.Sebaiknya ketika akan ujian tetap tidur tepat waktu karena jika bergadang semalaman akan membawa dampak yang buruk bagi kesehatan, terutama bagi anak-anak.
7. Jujur Dalam Mengerjakan Ulangan Dan Ujian
Hindari mencontek ketika sedang mengerjakan soal ulangan atau ujian, karena dengan mencontek dapat membuat sifat kita curang dan pembohong. Kebohongan
261 bagaimanapun juga tidak dapat ditutup-tutupi terus-menerus dan cenderung untuk melakukan kebohongan selanjutnya untuk menutupi kebohongan selanjutnya.
G. Meningkatkan Keterampilan Mendengar
Menyimak menurut Tarigan, adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambanglambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi serta memahami makna komunikasi yang disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Underwood mendefinisikan menyimak adalah kegiatan mendengarkan atau memperhatikan baik-baik apa yang diucapkan orang, menangkap dan memahami makna dari apa yang didengar. Jadi dengan demikian menyimak adalah keterampilan dalam mencari makna dari bunyibunyi dan pola-pola kalimat yang sampai ke telinga. Bauer mengemukakan menyimak adalah kemampuan seseorang untuk menyimpulkan makna suatu wacana lisan yang didengar tanpa harus menerjemahkan kata demi kata. Selanjutnya Urbana mengatakan menyimak adalah suatu proses penulisan bahasa yang dimaknai ke dalam pikiran (Listening the process by which spoken language is converted to meaning in the mind). Jika demikian, maka menyimak adalah proses bahasa yang terdiri dari bunyi-bunyi yang dimaknai atau dipahami yang diproses lewat pikiran atau syaraf pendengaran seseorang.
Secara garis besar terdapat sembilan tahap menyimak, mulai dari yang tidak berketentuan sampai kepada yang bersungguh-sungguh. Adapun tahap-tahapnya adalah sebagai berikut.
262 1
Menyimak secara sadar, menyimak ini bersifat berkala, hanya terjadi saat siswa merasakan terlibat langsung dalam pembicaraan.
2
Menyimak berseling atau ada gangguan, menyimak ini terjadi saat siswa mendengarkan secara intensif tetapi bersifat sementara atau dangkal.
3
Setengah mendengarkan, saat mendengarkan, siswa menunggu kesempatan untuk mengekspresikan isi hatinya, mengutarakan apa yang terpendam dalam hatinya.
4
Menyimak bersungguh-sungguh, menyimak secara asyik dan nyata selama pemahaman pasif yang sesungguhnya.
5
Menyimak sekali-kali, pada saat menyimak, perhatian penyimak bergantian dengan keasyikan dengan gagasan yang dikandung oleh kata-kata sang pembicara ke dalam hati dan pikiran penyimak.
6
Menyimak sosiatif, pada saat menyimak, penyimak mengingat pengalaman pribadi sehingga sang penyimak benar-benar tidak memberikan reaksi terhadap pesan yang disampaikan oleh pembicara.
7
Menyimak secara berkala, saat menyimak reaksi penyimak terhadap pembicara secara berkala dengan membuat komentar atau membuat pertanyaan.
8
Menyimak secara saksama, menyimak secara saksama dan sungguh-sungguh mengikuti jalan pikiran sang pembicara.
9
Menyimak secara aktif, menyimak untuk mendapatkan serta menemukan pikiran dan pendapat sang pembicara.( Djago Tarigan, 1989, 4 )
263 Tujuan utama menyimak menurut Logan adalah untuk menangkap, memahami atau menghayati pesan ide gagasan yang tersirat pada bahan simakan. Tujuan yang bersifat umum tersebut dapat dipecah-pecah menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek tertentu yang ditekankan. Adapun tujuan menyimak menurut klasifikasinya adalah sebagai berikut.
1. Mendapatkan fakta, mendapatkan fakta dapat dilakukan melaui penelitian, riset, eksperimen, dan membaca. Cara lain yang dapat dilakukan adalah menyimak melalui radio, tv, dan percakapan. 2. Menganalisis fakta, fakta atau informasi yang telah terkumpul dianalisis. Kaitannya harus jelas pada unsur-unsur yang ada, sebab akibat yang terkandung di dalamnya. Apa yang disampaikan penyimak harus dikaitkan dengan pengetahuan
dan
pengalaman
penyimak
dalam
bidang
yang
sesuai.
3. Mendapatkan inspirasi, dapat dilakukan dalam pertemuan ilmiah atau jamuan makan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan ilham. Penyimak tidak memerlukan fakta baru. Mereka yang datang diharapkan untuk dapat memberikan masukan atau jalan keluar berkaitan dengan masalah yang dihadapi. 4. Menghibur diri, para penyimak yang datang untuk menghadiri pertunjukkan sandiwara, musik untuk menghibur diri. Mereka itu umumnya adalah orang yang sudah jenuh atau lelah sehingga perlu menyegarkan fisik, mental agar kondisinya pulih kembali.
264 Sumber : Ariani Farida. 2006. Keterampilan Menyimak. DeSiswaiknas Ditjen PMPTK PPPG Bahasa. Arsyad Maidar.1994.Bahasa dan Proses Pengejaran Menyimak. Departemen P dan K Ditjen Dikdasmen. PPPG Bahasa. http://www.lpmpjabar.go.id/?q=node/131 Kamidjan dan Suyono. 2000. Menyimak. DeSiswaiknas. Ditjen Dikdasmen Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Keraf. Gorys. 1973. Komposisi. Nusa Indah, Percetakan Arnoldus Ende Flores. Kurikulum 2004 bagi Sekolah Dasar. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia DeSiswaiknas. Safari.1997. Pengujian dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Jembatan. Tarigan, Djago dan Henry. 1987. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Tarigan, Henry. 1981. Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Tarigan, Djago. 1984. Menyimak sebagai Suatu Aspek Keterampilan
265
Silabus Bimbingan Konseling
Sekolah Kelas Mata Pelajaran / Layanan Semester Standar Kompetensi / Tugas Perkembangan Kompetensi Dasar
: SMA ............................................. :: Bimbingan dan Konseling :-
7
Materi Layanan
7. Mencapai kematangan gambaran dan sikap kehidupan berkeluarga Siswa mampu mengenal, menganalisa, terhadap pemilihan pasangan/teman hidup, kesiapan menikah, membangun keluarga Indikator / Tujuan Layanan
Masalah Muncul Solusi Muncul a.
Remaja dan Masa Remaja
b.
Dimensi Perubahan Remaja dan sikap kehidupan berkeluarga
Mengenal diri sebagai remaja dengan segala keunikan/kekhasan yang dimilikinya sehingga dapat memperlakukan diri dengan tepat Mengenal dimensi perubahan diri pada usia remaja sehingga dapat beradaptasi diri dan dengan peran dalam berkeluarga, mengenal norma-norma pernikahan dan berkeluarga
c.
Masalah pada Remaja dan keluarga
Mengenal masalah-masalah yang biasanya muncul pada masa remaja sehingga dapat memberi perhatian yang khusus apabila masalah itu muncul
d.
Stres dan Depresi pada Remaja
Mengenal stres dan depresi yang biasanya dialami oleh kaum remaja sehingga dapat mengatasi atau berlaku dengan tepat apabila kasus tersebut dialaminya
e.
Mengatasi Stres dan Depresi
Mengatasi stres dan depresi yang dialami sehingga tidak terlalu mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari
f.
Langkah-langkah Mengatasi Masalah
Mengatasi masalah dengan langkah-langkah yang efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diatasi dengan baik
Jenis Layanan
Bidang Bimbingan
Fungsi Layanan
Informasi, Bimbingan Kelompok, Konsultasi, Mediasi, konseling perorangan
- Pribadi - Sosial
-Pencegahan
266
Rencana Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling(7) A B C D E F
Judul Layanan Jenis Layanan Bidang Bimbingan Fungsi Layanan Tujuan Layanan Hasil yang Ingin Dicapai
a b c d e f
G H
Sasaran Kegiatan Materi Layanan A B C D E F
I J K L M N O
Tempat Penyelenggaraan Waktu / Tanggal Semester Penyelenggara Layanan Pihak yang Dilibatkan Alat dan Perlengkapan Rencana Penilaian dan Tindak Lanjut
Mengetahui Kepala Sekolah
.......................................
A b
Bimbingan dan Konseling Informasi, Bimbingan Kelompok, Konsultasi, Mediasi, konseling perorangan Pribadi dan Sosial Pencegahan Siswa mampu mengenal, menganalisa, terhadap pemilihan pasangan/teman hidup, kesiapan menikah, membangun keluarga Mengenal diri sebagai remaja dengan segala keunikan/kekhasan yang dimilikinya sehingga dapat memperlakukan diri dengan tepat Mengenal dimensi perubahan diri pada usia remaja sehingga dapat beradaptasi diri dan dengan lingkungannya secara tepat Mengenal masalah-masalah yang biasanya muncul pada masa remaja sehingga dapat memberi perhatian yang khusus apabila masalah itu muncul Mengenal stres dan depresi yang biasanya dialami oleh kaum remaja sehingga dapat mengatasi atau berlaku dengan tepat apabila kasus tersebut dialaminya Mengatasi stres dan depresi yang dialami sehingga tidak terlalu mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari Mengatasi masalah dengan langkah-langkah yang efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diatasi dengan baik Siswa SMA Masalah Muncul Solusi Muncul Remaja dan Masa Remaja Dimensi Perubahan Remaja dan sikap kehidupan berkeluarga Masalah pada Remaja Stres dan Depresi pada Remaja Mengatasi Stres dan Depresi Langkah-langkah Mengatasi Masalah Ruang Kelas / Sarana – Prasarana Sekolah / Ruang Bimbingan / Lingkungan Sekolah / Dll ( menyesuaikan ) Konselor sekolah Beberapa siswa untuk sosiodrama / Dll (menyesuaikan ) Skema Pemecahan Masalah / Dll (menyesuaikan ) Evaluasi diri / mengisi lembar kerja / latihan / isian yang ada di buku bimbingan dan konseling Pendampingan secara umum dan melakukan salah satu atau lebih dari jenis layanan (menyesuaikan )
................................................ Koordinator Pembimbing Staf Kurikulum
Guru Pembimbing
................................................
................................................
267 Materi 7 A. Remaja dan masa remaja
Remaja berasal dari kata latin adolesence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1990) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Borring E.G. ( dalam Hurlock, 1990 ) mengatakan bahwa masa remaja merupakan suatu periode atau masa tumbuhnya seseorang dalam masa transisi dari anak-anak kemasa dewasa, yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Sedangkan Monks, dkk ( dalam Hurlock, 1990 ) menyatakan bahwa masa remaja suatu masa disaat individu berkembang dari pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual, mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak menjadi dewasa, serta terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh pada keadaan yang mandiri. Neidahart (dalam Hurlock, 1990 ) menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dan ketergantungan pada masa anak-anak kemasa dewasa, dan pada masa ini remaja dituntut untuk mandiri. Pendapat ini hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Ottorank (dalam Hurlock, 1990 ) bahwa
268 masa remaja merupakan masa perubahan yang drastis dari keadaan tergantung menjadi keadaan mandiri, bahkan Daradjat (dalam Hurlock, 1990 ) mengatakan masa remaja adalah masa dimana munculnya berbagai kebutuhan dan emosi serta tumbuhnya kekuatan dan kemampuan fisik yang lebih jelas dan daya fikir yang matang.
1.
Perkembangan fisik remaja
Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas, yaitu masa terjadinya perubahan-perubahan fisik (meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh dan proporsi tubuh) dan fungsi fisiologis (kematangan organ-organ seksual). Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas ini merupakan peristiwa yang paling penting, berlangsung cepat, drastis, tidak beraturan dan terjadi pada sisitem reproduksi. Hormon-hormon mulai diproduksi dan mempengaruhi organreproduksi untuk memulai siklus reproduksi serta mempengaruhi terjadinya perubahan tubuh. Perubahan tubuh ini disertai dengan perkembangan bertahap dari karakteristik seksual primer dan karakteristik seksual sekunder. Karakteristik seksual primer mencakup perkembangan organ-organ reproduksi, sedangkan karakteristik seksual sekunder mencakup perubahan dalam bentuk tubuh sesuai dengan jenis kelamin misalnya, pada remaja putri ditandai dengan menarche (menstruasi pertama), tumbuhnya rambut-rambut pubis, pembesaran buah dada, pinggul, sedangkan pada remaja putra mengalami pollutio (mimpi basah pertama), pembesaran suara, tumbuh rambut-rambut pubis, tumbuh rambut pada bagian tertentu seperti di dada, di kaki, kumis dan sebagainya.
269 Menurut Mussen dkk., (1979) sekitar dua tahun pertumbuhan berat dan tinggi badan mengikuti perkembangan kematangan seksual remaja. Anak remaja putri mulai mengalami pertumbuhan tubuh pada usia rata-rata 8-9 tahun, dan mengalami menarche rata-rata pada usia 12 tahun. Pada anak remaja putra mulai menunjukan perubahan tubuh pada usia sekitar 10-11 tahun, sedangkan perubahan suara terjadi pada usia 13 tahun (Katchadurian, 1989). Penyebab terjadi makin awalnya tandatanda pertumbuhan ini diperkirakan karena faktor gizi yang semakin baik, rangsangan dari lingkungan, iklim, dan faktor sosio-ekonomi (Sarwono, dalam JEN, 1998). Pada
masa
pubertas,
hormon-hormon
yang
mulai
berfungsi
selain
menyebabkan perubahan fisik/tubuh juga mempengaruhi dorongan seks remaja. Menurut Bourgeois dan Wolfish (1994) remaja mulai merasakan dengan jelas meningkatnya dorongan seks dalam dirinya, misalnya muncul ketertarikan dengan orang lain dan keinginan untuk mendapatkan kepuasan seksual. 2.
Perkembangan Psikis Remaja
Ketika memasuki masa pubertas, setiap anak telah mempunyai sistem kepribadian yang merupakan pembentukan dari perkembangan selama ini. Di luar sistem kepribadian anak seperti perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi, pengaruh media massa, keluarga, sekolah, teman sebaya, budaya, agama, nilai dan norma masyarakat tidak dapat diabaikan dalam proses pembentukan kepribadian tersebut. Pada masa remaja, seringkali berbagai faktor penunjang ini dapat saling mendukung dan dapat saling berbenturan nilai.
270 B. Dimensi Perubahan Remaja dan Sikap Kehidupan Berkeluarga Dalam berbagai penelitian yang telah dilakukan, dikemukakan bahwa anak/remaja yang dibesarkan dalam lingkungan sosial keluarga yang tidak baik/disharmoni keluarga, maka resiko anak untuk mengalami gangguan kepribadian menjadi berkepribadian antisosial dan berperilaku menyimpang lebih besar dibandingkan dengan anak/remaja yang dibesarkan dalam keluarga sehat/harmonis (sakinah). Kriteria keluarga yang tidak sehat tersebut menurut para ahli, antara lain: a
Keluarga tidak utuh (broken home by death, separation, divorce)
b Kesibukan orangtua, ketidakberadaan dan ketidakbersamaan orang tua dan anak di rumah c
Hubungan interpersonal antar anggota keluarga (ayah-ibu-anak) yang tidak baik (buruk)
d Substitusi ungkapan kasih sayang orangtua kepada anak, dalam bentuk materi daripada kejiwaan (psikologis). Selain daripada kondisi keluarga tersebut di atas, berikut adalah rincian kondisi keluarga yang merupakan sumber stres pada anak dan remaja, yaitu: a.
Hubungan buruk atau dingin antara ayah dan ibu
b.
Terdapatnya gangguan fisik atau mental dalam keluarga
c.
Cara pendidikan anak yang berbeda oleh kedua orangtua atau oleh kakek/nenek
d.
Sikap orangtua yang dingin dan acuh tak acuh terhadap anak
e.
Sikap orangtua yang kasar dan keras kepada anak
f.
Campur tangan atau perhatian yang berlebih dari orangtua terhadap anak
271 g.
Orang tua yang jarang di rumah atau terdapatnya isteri lain
h.
Sikap atau kontrol yang tidak konsisiten, kontrol yang tidak cukup
i.
Kurang stimuli kongnitif atau sosial
j.
Lain-lain, menjadi anak angkat, dirawat di rumah sakit, kehilangan orang tua, dan lain sebagainya.
Sebagaimana telah disebutkan di muka, maka remaja yang dibesarkan dalam keluarga sebagaimana diuraikan di atas, maka resiko untuk berkepribadian anti soial dan berperilaku menyimpang lebih besar dibandingkan dengan anak/maja yang dibesarkan dalam keluarga yang sehat/harmonis (sakinah). C. Masalah Pada Remaja Tidak semua remaja dapat memenuhi tugas-tugas tersebut dengan baik. Menurut Hurlock (1973) ada beberapa masalah yang dialami remaja dalam memenuhi tugas-tugas tersebut, yaitu: 1
Masalah pribadi, yaitu masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi dan kondisi di rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi, penyesuaian sosial, tugas dan nilai-nilai.
2
Masalah khas remaja, yaitu masalah yang timbul akibat status yang tidak jelas pada remaja, seperti masalah pencapaian kemandirian, kesalahpahaman atau penilaian berdasarkan stereotip yang keliru, adanya hak-hak yang lebih besar dan lebih sedikit kewajiban dibebankan oleh orangtua.
Elkind dan Postman (dalam Fuhrmann, 1990) menyebutkan tentang fenomena akhir abad duapuluh, yaitu berkembangnya kesamaan perlakuan dan harapan terhadap anak-
272 anak dan orang dewasa. Anak-anak masa kini mengalami banjir stres yang datang dari perubahan sosial yang cepat dan membingungkan serta harapan masyarakat yang menginginkan mereka melakukan peran dewasa sebelum mereka masak secara psikologis untuk menghadapinya. Tekanan-tekanan tersebut menimbulkan akibat seperti kegagalan di sekolah, penyalahgunaan obat-obatan, depresi dan bunuh diri, keluhan-keluhan somatik dan kesedihan yang kronis. Lebih lanjut dikatakan bahwa masyarakat pada era teknologi maju dewasa ini membutuhkan orang yang sangat kompeten dan trampil untuk mengelola teknologi tersebut. Ketidakmampuan remaja mengikuti perkembangan teknologi yang demikian cepat dapat membuat mereka merasa gagal, malu, kehilangan harga diri, dan mengalami gangguan emosional. Bellak (dalam Fuhrmann, 1990) secara khusus membahas pengaruh tekanan media terhadap perkembangan remaja. Menurutnya, remaja masa kini dihadapkan pada lingkungan dimana segala sesuatu berubah sangat cepat. Mereka dibanjiri oleh informasi yang terlalu banyak dan terlalu cepat untuk diserap dan dimengerti. Semuanya terus bertumpuk hingga mencapai apa yang disebut information overload. Akibatnya timbul perasaan terasing, keputusasaan, absurditas, problem identitas dan masalah-masalah yang berhubungan dengan benturan budaya. Uraian di atas memberikan gambaran betapa majemuknya masalah yang dialami remaja masa kini. Tekanan-tekanan sebagai akibat perkembangan fisiologis pada masa remaja, ditambah dengan tekanan akibat perubahan kondisi sosial budaya serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat seringkali mengakibatkan timbulnya masalah-masalah psikologis berupa gangguan penyesuaian diri
273 atau ganguan perilaku. Beberapa bentuk gangguan perilaku ini dapat digolongkan dalam delinkuensi. Perkembangan pada remaja merupakan proses untuk mencapaikemasakan dalam berbagai aspek sampai tercapainya tingkat kedewasaan. Proses ini adalah sebuah proses yang memperlihatkan hubungan erat antara perkembangan aspek fisik dengan psikis pada remaja. D. Stres dan Depresi Pada Remaja Secara bahasa, depresi berarti gangguan jiwa pada sesorang yang ditandai dengan perasaan yang menurun, seperti muram, sedih, dan perasaan tertekan. Yang namanya sedih bisa ringan, bisa berat, dan bisa berat sekali sampai kalut dan tak tertahankan sehingga meronta-ronta. Secara umum orang tidak membedakan antara depresi dan stress. Padahal, secara terminologi kesehatan, stress berarti terganggunya faal tubuh sebagai akibat ketidakmampuan sesorang mengatasi atau menyesuaiakan diri dengan problem yang dihadapinya. Dengan demikian jelaslah bahwa depresi merupakan suatu gangguan mental yang spesifik yang ditandai dengan adanya perasaan sedih, putus asa, kehilangan semangat, merasa bersalah, lambat dalam berpikir, dan menurunnya motivasi untuk melakukan aktivitas. Penyebab depresi pada remaja umumnya ada dua faktor yaitu faktor Genetik dan pengalaman masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan, faktor genetik terjadi karena mungkin dahulunya orang tua pernah mengalami depresi yang berkpanjangan, jadi kemungkinan besar hal itu meningkatkan resiko seorang anak mengalami depresi pada saat remaja. sedangkan untuk faktor selanjutnya seorang anak ketika masa kecil di
274 perlakukan tidak adil, keluarga yang tidak harmonis, selalu tertekan dan lain sebagainya akan mengakibatkan goncangan emosi yang memicu respon fisiologi dan psikologis dan berakhir pada terjadinya depresi. Faktor faktor lain yang bisa menyebabkan depresi pada remaja umumnya adalah peristiwa peristiwa dalam masa hidupnya, seperti di tinggal orang yang di sayang, sekolah, teman, kematian orang tua, konflik dalam keluarga dan lain sebagaunya. tapi yang paling menonjol adalah cinta. mungkin karena eerat hubungannya dengan hati. Gejala depresi bisa dilihat dari tanda-tanda berikut untuk mengetahui adanya depresi pada remaja: Merasa sedih, cemas, dan tidak memiliki harapan Tidak nafsu makan, atau banyak makan yang menyebabkan penurunan maupun kenaikan berat badan dalam waktu singkat Terjaga di malam hari, namun tidur sepanjang siang Menarik diri dari teman-temannya, murung Aktivitas dan prestasi di sekolah menurun, menurunnya motivasi dan minat Mudah marah dan tersinggung, menjadi sensitif terhadap kritikan Rendah diri dan merasa sangat bersalah Konsentrasi menurun, sulit mengambil keputusan Adanya perubahan dalam kebiasaan makan maupun tidur Memiliki pikiran untuk melakukan bunuh diri. Jika tanda tersebut terjadi beberapa hari sampai beberapa minggu, sebaiknya segera dikonsultasikan pada
275 tenaga kesehatan. Treatmen yang dilakukan dapat berupa terapi dengan cara berbicara, maupun menggunakan obat. Cara Mengatasinya Banyak terapi yang menjadi solusi untuk mengatasi depresi pada remaja, yaitu: CBT (Cognitive Behavioral Therapy) Psychodinamic Psychotherapy Interpersonal Psychoterapy Terapi Suportif Yang pasti ketika kita akan meyembuhkan depresi pada remaja faktor yang paling utama adalah dukungan, baik dukungan dari keluarga, teman maupun orang lain yang berhubungan langsung dengan si penderita. faktor keluarga sangat penting peranannya dalam proses ini.
Bila bicara stres, kita sering berpikir perlu liburan. Bila bicara depresi, kita sering berpikir perlu ke psikiater. Tapi sebenarnya ada Cara Mengatasi Stres dan Depresi yang ampuh serta alami. Apa itu? Sedekah atau Berbagi. Bila pikiran kita stres atau depresi, cobalah obat stres sekaligus obat depresi berikut ini. Temui salah seorang yang tidak mampu di sekitar rumah atau kantor kita. Yang sebaiknya tidak kita Kenal sebelumnya. Semakin tidak mampu, semakin baik. Lalu mintalah ijin untuk boleh ikut ke rumah mereka dan mengetahui bagaimana kondisi keluarga serta keseharian mereka. Melihat kondisi mereka dengan kedua mata dan telinga kita sendiri. Kita akan merasa bersyukur ternyata kehidupan kita saat ini sudah sangat begitu indah dibandingkan kehidupan mereka. Kita akan bersyukur ternyata masalah yang kita hadapi, bukanlah apa-apa
276 dibanding masalah yang mereka hadapi. Kita akan bersyukur ternyata Tuhan sudah menganugerahkan banyak hal pada kita, yang tidak dianugerahkan kepada mereka. Kebahagiaan di hati kita akan berdatangan tanpa bisa dihindari. Kebahagiaan di hati kita akan bertambah jauh lebih besar bila kita mau memberi sejumlah uang atau bantuan kepada mereka. Setelah memberi, jangan pernah lupa menatap wajah orang yang kita beri. Senyuman kelegaan, tangis gembira, raut muka kaget tak terkira merupakan bom atom kegembiraan bagi hati kita. Senyuman bahagia mereka adalah hadiah terindah yang tak terkira bagi hati kita. Kemudian, tanpa terasa Stres dan Depresi yang mengikat erat diri kita sudah hanyut tertelan senyuman mereka. Stres dan depresi segera berganti dengan rasa bahagia di dalam hati. Bila ada Stres ataupun Depresi, kita harus tanyakan satu pertanyaan ke diri ini,,
F. Langkah-Langkah Mengatasi Masalah Masalah adalah salah satu hal yang paling tidak diharapkan hadir dalam kehidupan manusia, bahkan masalah bisa datang dengan sendirinya tanpa harus anda cari. Ya, karena itulah sifat masalah, yaitu bisa datang dengan sendirinya atau harus dicari terlebih dahulu. Masalah sendiri bisa terjadi akibat harapan dan kenyataan berbeda, pada ruang perbedaan tersebut yang dinamakan masalah. Seseorang yang sedang menghadapi masalah biasanya akan kelihatan murung, tidak bisa berkonsentrasi, dan hal lainnya. Jika masalah tersebut sudah terlalu lama menumpuk bahkan bisa membuat anda stres atau depresi yang pada akhirnya akan mengakibatkan gangguan kejiwaan.
277 Nah, jika anda sedang menghadapi sebuah masalah. Kali ini kita akan membahas cara mengatasi masalah yang semoga dapat membantu mengatasi masalah anda. Berikut tips-tips mengatasi masalah: Jangan Panik “Don‟t be panic”, mungkin anda sering mendengar kata-kata tersebut ketika anda sedang tertimpa masalah. Yupz, memang benar. Jangan pernah panik ketika anda sedang tertimpa sebuah masalah yang malah membuat anda tidak bisa berpikir jernih tapi bersikaplah tenang dan pikirkan solusi untuk masalah anda tersebut. Jangan Emosional Mungkin ini sulit anda lakukan jika anda seorang yang tempramental atau cepat marah. Ketika anda meluapkan emosi anda ketika menghadapi sebuah masalah, ini malah membuat anda tak bisa berpikir tenang. Bahkan, teman anda sendiri tak mau membantu masalah anda karena sifat emosional anda tersebut. Jangan Tergesa-gesa Seseorang yang sedang mengahadapi sebuah masalah biasanya akan bertindak tergesa-gesa. Hal ini sangat tidak dianjurkan, karena perbuatan yang terggesa-gesa biasanya tanpa menggunakan pemikiran yang matang dan malah akan membuat masalah baru muncul. Berpikir Positif Ketika anda berpikir positif anda dapat dengan mudah menerima sebuah masalah sebagai cobaan atau salah cara agar anda lebih dewasa. Dengan berpikir positif juga dapat membuat anda berpikir solutif untuk mencari solusi.
278 Berpikir Kreatif Putarlah otak anda sebaik mungkin denga mencari jalan keluar dari masalah tersebut. Keluarkan ide-ide yang selama ini ada dibenak anda yang mungkin dapat membantu keluar dari masalah tersebut. Untuk lebih mudah berpikir kreatif anda harus lebih banyak mencari informasi, lalu olah informasi tersebut sebagai cara keluar dari masalah anda. Diskusikan Jika anda sudah tidak dapat menghadapi dan mengatasi masalah anda, yang harus anda lakukan selanjutnya adalah berdiskusi atau berbagi cerita tentang masalah anda. Pilih orang yang menurut anda dapat mengerti permasalah dan dapat memberikan solusi. Jikapun masalah anda terlalu pribadi, anda dapat mendiskusikannya di dunia maya seperti di forum-forum, milis, maupun chatting. Dekatkan Diri Dengan Tuhan Jika anda selama ini kurang dekat dengan Tuhan, cobalah untuk mendekatkan diri anda dengan diri-Nya. Yang paling penting adalah jangan hanya mendekatkan diri anda dengan Tuhan ketika sedang tertimpa masalah, tapi cobalah untuk setiap saat. Hal ini juga dapat membantu berpikir tenang dan berpikir positif setiap anda tertimpa masalah. Jangan Putus Asa Inilah yang paling penting dari semua poin penting diatas. Jika anda mudah putus asa, yakinlah masalah anda tak akan pernah terselesaikan bahkan menjadi semakin runyam. Ingatlah sebuah pribahasa “Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang kemudian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.”. Tancapkan dalam hati anda bahwa
279 jika anda dapat melewati masalah ini maka anda akan mendapatkan kebahagian melebihi kepedihan masalah anda tersebut. Demikian cara mengatasi masalah yang dapat anda terapkan ketika sedang menghadapi sebuah masalah. Satu lagi, “jangan terjatuh kedalam lubang yang sama” yaitu jika anda sudah berhasil melewati masalah tersebut, jangan sampai masuk kedalam masalah itu lagi. Jadikan masalah tersebut sebagai sebuah pengalam yang dapat mendewasakan anda. Ingat, jangan pernah putus asa! Sumber :
Hurlock, E.B. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga, 1990. http://id.shvoong.com/social-sciences/psychology/2101019-depresi-pada-remaja-dancara/#ixzz2JogxmksE Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan. Jakarta : C.V. Rajawali, 1991
280
Silabus Bimbingan Konseling Sekolah Kelas Mata Pelajaran / Layanan Semester Standar Kompetensi / Tugas Perkembangan Kompetensi Dasar
: SMA ............................................. :: Bimbingan dan Konseling :8. Siswa mengembangkan komunikasi sosial dan intelektual
8
Materi Layanan
Siswa mampu brsikap kritis, rasional, kemampuan membela hak pribadi, kemampuan menilai Indikator / Tujuan Layanan
Berpikir dan Bersikap Positif
Jenis Layanan Bimbingan Kelompok, Mediasi, Orientasi
a.
Prasangka / Pikiran Negatif
Menghindari prasangka atau pikiran negatif agar tidak terjadi kesalahpahaman dan konflik dengan orang lain di manapun berada
b.
Berpikir Positif
c.
Bersikap dan Bertindak Positif
Membiasakan berpikir positif kepada orang lain agar terjalin rasa saling penghargaan dan rasa saling percaya antara yang satu dengan yang lain Membiasakan bersikap dan bertindak secara positif dalam pergaulan hidup sehari-hari, baik di rumah, sekolah,atau masyarakat pada umumnya
Bidang Bimbingan Pribadi Sosial
Fungsi Layanan Pencegahan
281
Rencana Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling (8) A B C D E F
Judul Layanan Jenis Layanan Bidang Bimbingan Fungsi Layanan Tujuan Layanan Hasil yang Ingin Dicapai
a b c
G H
Sasaran Kegiatan Materi Layanan a b c
I J K L M N O
Tempat Penyelenggaraan Waktu / Tanggal Semester Penyelenggara Layanan Pihak yang Dilibatkan Alat dan Perlengkapan Rencana Penilaian dan Tindak Lanjut
Mengetahui Kepala Sekolah
.......................................
a b
Bimbingan dan Konseling Bimbingan Kelompok, Mediasi, Orientasi Pribadi dan Sosial Pencegahan Siswa mampu brsikap kritis, rasional, kemampuan membela hak pribadi, kemampuan menilai Menghindari prasangka atau pikiran negatif agar tidak terjadi kesalahpahaman dan konflik dengan orang lain di manapun berada Membiasakan berpikir positif kepada orang lain agar terjalin rasa saling penghargaan dan rasa saling percaya antara yang satu dengan yang lain Membiasakan bersikap dan bertindak secara positif dalam pergaulan hidup sehari-hari, baik di rumah, sekolah,atau masyarakat pada umumnya Siswa SMA Berpikir dan Bersikap Positif Prasangka / Pikiran Negatif Berpikir Positif Bersikap dan Bertindak Positif Ruang Kelas / Sarana – Prasarana Sekolah / Ruang Bimbingan / Lingkungan Sekolah / Dll ( menyesuaikan ) Konselor sekolah Siswa Berprestasi / pilihan ( berdasarkan sosiometri) / Dll (Menyesuikan) Skema Berpikir Positif / Dll (Menyesuikan) Evaluasi diri / mengisi lembar kerja / latihan / isian yang ada di buku bimbingan dan konseling Pendampingan secara umum dan melakukan salah satu atau lebih dari jenis layanan (menyesuaikan )
................................................ Koordinator Pembimbing Staf Kurikulum
Konselor sekolah
................................................
................................................
282 Materi 8 A. Pengertian prasangka / pikiran negatif Prasangka berarti membuat keputusan sebelum mengetahui fakta yang relevan mengenai objek tersebut. Awalnya istilah ini merujuk pada penilaian berdasar ras seseorang sebelum memiliki informasi yang relevan yang bisa dijadikan dasar penilaian tersebut. Selanjutnya prasangka juga diterapkan pada bidang lain selain ras. Pengertiannya sekarang menjadi sikap yang tidak masuk akal yang tidak terpengaruh oleh alasan rasional Gunarsa (1996) mengemukakan bahwa pikiran negatif dapat menyalahkan pikiran dan emosi diri sendiri. Menurut Tallis (1993) berpendapat bahwa pikiran negatif merupakan pikiran yang memandang segala hal yang bersifat dan membuat orang merasa tidak enak dan pesimis tentang kemampuannya dalam menangani masalah. Sedangkan Karl Albert (1994) mengemukakan pikiran negatif adalah pikiran untuk tenggelam dalam perasaan pengalaman negatif, khawatir dan memikirkannya terjadi. Pikiran negatif adalah pola atau cara berpikir yang mengarah pada sisi negatif yang terlihat dalam bentuk keyakinan atau pandangan yang terucap, cara bersikap, dan perilaku sehari-hari (Adelia,2011). Karena sisi negatif ini lebih dominan, maka tidak mengherankan jika berpikir ini dipenuhi oleh sikap apriori, prasangka, ketidakpercayaan, kecurigaan, dan kesanggsiaan yang sering kali tanpa dasar atau nalar sama sekali. Senada dengan yang dikatakan oleh El-Bahdal (dalam Sofian,2011) pikiran negatif adalah sekumpulan pikiran salah yang menghambat langkah seseorang untuk menuju kondisi lebih baik dan membuat sikap seseorang menjadi tidak terarah, pikiran negatif tidak hanya marah, iri, atau berburuk sangka tetapi juga cemas, takut, sedih, wawas, gelisah,,
283 fustasi, merasa kesepian, merasa tidak berharga, pesimis, dan mudah menyerah. Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pikiran negatif adalah suatu pola pikir yang membuat orang mempunyai sikap apriori, prasangka, ketidakpercayaan, kecurigaan/kesanggsiaan yang irasional, iri, marah, dan kecenderungan memikirkan terus-menerus pengalaman negatifnya maupun saat berinteraksi sosial bahkan lebih jauh juga membuat cemas, takut, sedih, wawas, gelisah,, fustasi, merasa kesepian, merasa tidak berharga, pesimis, dan mudah menyerah B. Berpikir positif dan bersikap dan bertindak optimis Pikiran akan menghasilkan sikap, sikap menghasilkan kebiasaan, kebiasaan menghasilkan karakter atau akhlaq, dan akhlaq menentukan nasib. Jadi, nasib kita ditentukan oleh pikiran (selain oleh kehendak Allah). Jika kita ingin mendapatkan nasib yang baik, maka perbaiki pikiran kita. Dengan pikiran yang positif, akan membuahkan hasil yang positif pula. Padahal tidak dipungkiri, kebanyakan orang lebih mudah berpikir negatif daripada mencoba untuk berpikir positif. Kondisi psikologis yang positif pada diri individu dapat meningkatkan kemampuan untuk menyelesaikan beragam masalah dan tugas. Berpikir positif juga membantu seseorang dalam memberikan sugesti positif pada diri sendiri saat menghadapi kegagalan, saat berperilaku tertentu, dan membangkitkan motivasi. Seseorang yang selalu berpikir positif maka ia akan cenderung optimis, baik itu optimis dalam berpikir maupun bertindak. Individu yang optimis berarti dirinya memiliki paradigma pemikiran dengan arah dan tujuan nyata dalam menangapi setiap masalah yang dihadapi.
284 Ada pula efek negatif dari berpikir positif. Ini biasa dialami remaja dalam situasi tertentu. Berpikir positif kurang tepat bila diterapkan pada situasi yang menuntut anak untuk berprestasi (Goodhart, 1985). Karena anak yang terlalu berpikir positif untuk beprestasti akan menunjukkan prestasi yang kurang baik bila dibandingkan dengan anak yang berpikir negatif. Seorang anak yang terlalu berpikir positif akan menjadi kurang termotivasi untuk berusaha keras agar berprestasi, karena tingkat kekecewaan pada dirinya rendah. Anak akan menggampangkan hal yang belum didapatkannya, bahkan mungkin akan menganggap remeh suatu hal. Dapat dikatakan anak terlalu percaya diri, tetai rasa percaya diri yang tinggi membuat anak akan Sebaliknya, seorang anak yang cenderung berpikir negatif akan berusaha dengan keras dan memiliki motivasi yang kuat untuk menghindari hasil yang buruk karena pikirannya dihantui oleh rasa negatif akan prestasi yang buruk menimpanya. Berpikir positif ketika tidak tahu tujuan hidup akan membuat seseorang menjadi semakin mudah sampai pada tempat yang salah (Covey, 1997). Seseorang harus sudah yakin dengan kebenaran arah tujuan hidup yang akan dicapai. Artinya, dalam melakukan sesuatu harus sudah yakin dengan kebenaran pandangan-pandangan yang diikuti. Jika yang dilakukan itu salah dan berpikir positif terhadap kesalahan maka akan memperoleh hasil yang negatif mempercepat ke arah tujuan yang salah. Seorang anak yang berpikir negatif terhadap orang lain ataupun terhadap situasi yang cukup berat bukan berarti dirinya tidak dapat berpikir positif. Hal ini dapat diubah dengan cara berpikir negatif menjadi berpikir positif. Namun dalam proses pelaksanaannya membutuhkan waktu dan latihan untuk membuat kebiasaan yang baru
285 ini. Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan agar anak lebih optimis dalam bersikap dan memiliki pikiran yang positif (Peale: 2008): 1. Percayai Diri Sendiri Salah satu masalah yang menghantui para remaja saat ini adalah kurangnya rasa percaya diri. Inferiority complex juga dapat berarti sangat meragukan kemampuan diri sendiri. Seseorang yang sudah mengalami inferiority complex atau tidak percaya diri akan mencegah dirinya untuk dapat menggapai harapan dan cita-citanya. Hal ini dapat dibatasi dengan mengisi pikiran dengan keyakinan sepenuhnya hingga meluap menjadi aktivitas fisik yang sadar serta mengembangkan keimanan kepada Tuhan. Dan hal ini akan memberikan keyakinan nyata terhadap diri sendiri. Mengembangkan keimanan dapat dilakukan dengan berdoa, membaca kitab suci hingga pikiran kita dapat menyerap isinya. Doa yang dapat menghasilkan kualitas keyakinan untuk mengikis inferiority complex harus benar-benar alami dari dalam hati nurani. Jika berdoa hanya dijadikan formalitas, tidak cukup kuat untuk membuang inferiority complex. Jika kita berpikir bahwa penampilan maupun kemauan kita berada di bawah orang lain, maka kita akan merasa minder. Tapi jika pikiran kit amengatakan bahwa kita memiliki potensi yang sama dengan orang lain, maka kita akan percaya diri. Ada orang yang menyebutkan bahwa ketidakpercayaan diri merupakan bawaan sejak lahir, hal itu boleh dikatakan benar. Tetapi tidak semua orang yang mengalami inferiority complex merupakan bawaan dari lahir. Hal itu tergantung pada pola perkembangan dan lingkungan sekitar.
286 2. Menerapkan Sikap Periksa Diri Setiap kali kita berpikir bahwa kita akan mengalami suatu peristiwa buruk atau tidak akan sukses dalam melakukan suatu hal, maka segera singkirkan pikiran itu dan tanamkan pikiran-pikiran positif untuk menghadangnya. Initinya, berfokus pada hal positif yang akan dihasilkan dan melakukan pemeriksa diri atau menata ulang diri sendiri. Jika pikiran negatif lebih banyak, maka segera alihkan dengan pikiran positif. Semakin sering kita berlatih menggunakan sikap mental positif, semakin cepat kita menyadari munculnya pikiran negatif. 3. Mengikuti Gaya Hidup Sehat Olahraga yang rutin dapat mengubah suasana hati menjadi positif. Pola makan yang sehat juga akan mempengaruhi pikiran dan tubuh. Secara tidak langsung, tubuh akan dapat mengelola stres yang ada pada pikiran. Tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat, maka akan juga tertanam pikiran yang positif, sebab pikiran yang jernih juga datang dari hal yang bersih. Jika tubuh sehat, maka ketika melakukan suatu tindakan juga berdasarkan hati yang jernih maka akan timbul pemikiran yang positif. 4. Menjaring Relasi dengan Teman yang Positif Sebagai makhluk sosial, manusia ditakdirkan hidup bersama dengan orang lain. Menjaring relasi dengan orang-orang yang berpikir positif akan mendatangkan hasil yang positif. Pikirkan yang positif itu seperti penyakit yang menular. Orang-orang yang memandang kehidupan dengan positif merupakan orang yang optimis dan selalu mendukung kita dengan memberi saran yang baik. Sebaliknya jika kita berada di lingkungan orang-orang yang berpikir negatif, maka akan meningkatkan stres dan bahkan akan membuat kita ragu untuk mengelola stres dengan cara yang sehat dan berpikir logis.
287 Memahami lebih dahulu kelemahan dan kekurangan diri sendiri, memahami dan menerima kekurangan dan kelebihan orang lain, maka seseorang sudah memiliki kunci untuk memasuki jaringa pergaulan yang positif, saling pengertian, toleransi dan saling menguntungkan. 5. Lebih Peka dalam Menghadapi Sesuatu Lebih peka terhadap masalah-masalah potensial berarti lebih siap dalam menghadapinya. Seseorang yang terbiasa menghadapi suatu masalah, jika dihadapkan pada masalah yang berat, dirinya masih bisa untuk mengatasinya. Penyelesaian masalah dilakukan dengan lebih mengetahui masalah tersebut. Jika masalah dipahami lebih dalam, maka akn mudah untuk mengatasinya. Ini juga berlaku ketika kita peka terhadap pengalaman-pengalaman positif. Apabila selalu menanggapi kegiatan yang baru dialami di kehidupan kita, maka akan memperoleh sesuatu hal yang baru. 6. Memiliki Rasa Bersyukur Kehidupan di dunia ini akan lebih indah dijalani dengan rasa syukur. Memiliki rasa syukur berarti mensyukuri atas apa yang diterima, hal baik ataupun buruk. Rasa syukur merupakan salah satu cara dari berpikir positif. Seseorang selalu memiliki target dari apa yang diinginkan, tapi jika target itu tidak bisa dicapai, disini pikiran positif memiliki peran yang penting karena akan dapat membangun dan memperkuat kepribadian seseorang untuk dapat mengambil hal-hal yang baik atau hal positif dari setiap kejadian yang diterima. Menghadapi situasi yang dapat kita kendalikan dan berupaya menerima situasi yang tidak dapat kita kendalikan. 7. Memiliki Rasa Humor
288 Mencoba untuk tetap tersenyum dan tertawa, khususnya pada saat menghadapi masa yang sulit. Rasa humor akan membantu seseorang untuk mendapatkan pikiran, emosi, dan perilaku yang lebih positif. Hal ini dikarenakan, seseorang yang memiliki rasa humor tidak menghadapi masalah dengan pikiran yang terlalu berat dan memandangnya dengan pikiran yang tenang dan positif. Rasa humor yang dimiliki akan mengimbangi beban mental yang ada di dalam pikirannya. 8. Mencatat Hal Baik yang Dialami Selalu mencatat hal baik yang dialami selama melakukan aktivitas seharian. Semakin banyak hal baik yang dialami, berarti semakin positif pula sikap kita. Mungkin cara ini dimaksudkan agar menjadi kebiasaan dalam melakukan hal baik. 9. Menaati Aturan Sederhana Kita harus memiliki prinsip dalam hidup. Jangan pernah mengatakan apapun kepada diri kita sesuatu yang tidak ingin kita katakan pada orang lain. Tidak semua orang menyukai apa yang kita katakan. Sesuatu yang benar dimata kita, belum tentu itu benar dimata orang lain ataupun sebaliknya. Jika kita mengatakan hal yang tidak ingin kita katakan, dan orang lain tidak menyukainya hal ini akan merusak hubungan yang positif. Hubungan yang positif terjalin bukan hanya karena kita dapat memahami orang lain, tetapi juga bagaimana orang lain dapat memahami kita. Karena itu perlu diterapkan aturan sederhana. Seseorang yang sudah dapat merasakan efek dari berpikir positif itu sendiri, kemudian dirinya dapat membiasakan berpikir positif dalam tahap kegiatan yang dilakukan. Jika berpikir positif itu menjadi kebiasaan, maka akan membentuk karakter, yang kemudian akan membentuk kepribadian pada diri mereka.
289 Sumber :
Imma Laili Rahmawati, Pengaruh Strategi Thought Stopping Terhadap Pikiran Negatif Siswa, Thesis UNTAG Surabaya. 2012 http://kajianpsikologi.guru-indonesia.net/artikel_detail-27631.html#.UQ959nI5HDc http://www.wikimu.com/news/DisplayNews.aspx?id=12570 http://www.indospiritual.com/artikel_9-tehnik-mengatasi-pikiran-negatif.html http://www.resensi.net/search/pengertian-pikiran-negatif-menurut-para-ahli/
290
Silabus Bimbingan Konseling Sekolah Kelas Mata Pelajaran / Layanan Semester
: SMA ............................................. :: Bimbingan dan Konseling :-
Standar Kompetensi / Tugas Perkembangan 9 Kompetensi Dasar
Materi Layanan
9. Mencapai Kematangan dalam sistem etika dan nilai-nilai bagi pedoman hidup sebagai individu, anggota keluarga, masyarakat, dan bangsa serta warga negara Siswa mampu Jujur, Hormat Kepada Orang Tua, Sikap Sopan Dan Santun, Ketertiban Dan Kepatuhan Indikator / Tujuan Layanan
Ayo, jujur, hormat dan santun
Jenis Layanan Informasi, bimbingan kelompok
a.
Pentingnya berprilaku jujur, hormat, sopan dan santun, tertib, patuh
Mengerti arti penting jujur, hormat, sopan dan santun, tertib, patuh
b.
Membangun Kebiasaan jujur, hormat, sopan dan santun, tertib, patuh
Memulai kebiasaan jujur dengan tidak mencontet, hormat dengan orang yang lebih tua, sopan dan santun serta tertib pada aturan
Bidang Bimbingan Pribadi Sosial
Fungsi Layanan - Pemahaman - Pencegahan
291
Rencana Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling (9) A B C D E F
Judul Layanan Jenis Layanan Bidang Bimbingan Fungsi Layanan Tujuan Layanan Hasil yang Ingin Dicapai
G H
Sasaran Kegiatan Materi Layanan
a b
a b I J K L M N O
Tempat Penyelenggaraan Waktu / Tanggal Semester Penyelenggara Layanan Pihak yang Dilibatkan Alat dan Perlengkapan Rencana Penilaian dan Tindak Lanjut
Mengetahui Kepala Sekolah
.......................................
a b
Bimbingan dan Konseling Informasi, bimbingan kelompok Pribadi dan Sosial Pemahaman, Pencegahan Siswa mampu menghargai dan memanfaatkan waktu dengan benar (efektif dan produktif ) Mengerti arti penting jujur, hormat, sopan dan santun, tertib, patuh Memulai kebiasaan jujur dengan tidak mencontet, hormat dengan orang yang lebih tua, sopan dan santun serta tertib pada aturan Siswa SMA Ayo, jujur, hormat dan santun Pentingnya berprilaku jujur, hormat, sopan dan santun, tertib, patuh Membangun Kebiasaan jujur, hormat, sopan dan santun, tertib, patuh Ruang Kelas / Sarana – Prasarana Sekolah / Ruang Bimbingan / Lingkungan Sekolah / Dll ( menyesuaikan )
Konselor sekolah Pengurus OSIS / Dll ( menyesuaikan ) Skema Pembagian Waktu / Dll ( menyesuaikan ) Evaluasi diri Layanan jangka panjang Pendampingan secara umum dan melakukan salah satu atau lebih dari jenis layanan (menyesuaikan )
................................................ Koordinator Pembimbing Staf Kurikulum
Guru Pembimbing
................................................
................................................
292
Materi 9 A.1. Pengertian jujur Pemahaman tentang kejujuran apenting untuk ditanamkan pada diri siswa sebuah kata yang dikenal oleh hampir semua orang. Bagi yang telah mengenal kata jujur mungkin sudah tahu apa itu arti atau makna dari kata jujur tersebut. Dengan memahami makna kata jujur ini maka mereka akan dapat menyikapinya. Namun masih banyak yang tidak tahu sama sekali dan ada juga hanya tahu maknanya secara samar-samar. Indikator kearah itu sangat mudah ditemukan yakni
masih
saja banyak orang belum jujur jikadibandingkan dengan orang yang telah jujur. Berikut ini saya akan mencoba memberikan penjelasan sebatas kemampuan saya tetang makna dari kata jujur ini. Kata jujur adalah kata yang digunakan untuk menyatakan sikap seseorang. Jika ada seseorang berhadapan dengan sesuatu atau fenomena maka orang itu akan memperoleh gambaran tentang sesuatu atau fenomena tersebut. Jika orang itu menceritakan informasi tentang gambaran tersebut kepada orang lain tanpa ada “perobahan” (sesuai dengan realitasnya ) maka sikap yang seperti itulah yang disebut dengan jujur. Sesuatu atau fenomena yang dihadapi tentu saja apa yang ada pada diri sendiri atau di luar diri sendri. Misalnya keadaan atau kondisi tubuh, pekerjaan yang telah atau sedang dikerjakan serta yang akan dilakukan. Sesuatu yang teramati juga dapat mengenai benda, sifat dari benda tersebut atau bentuk maupun modelnya. Fenomena yang teramati boleh saja yang berupa suatu peristiwa, tata
293
hubungan sesuatu dengan lainnya. Secara sederhana dapat dikatakan apa saja yang ada dan apa saja yang terjadi. Jika gambaran dari pengamatan itu kita ceritakan kepada orang lain tanpa ada perubahan sedikitpun, peristiwa itulah atau keadaan itulah yang dinyakan sebagai jujur. Perlu juga diketahui bahwa ada juga seseorang memberikan berita atau informasi sebelum terjadinya peristiwa atau fenomena. Misalnya sesorang mengatakan dia akan hadir dalam pertemuan di sebuah gedung bulan depan pada hari dan tanggal yang telah ditetapkan. Kalau memang dia hadir pada waktu dan tempat yang telah di katakannya itu maka orang itu dinyatakan (diakui) sebagai orang yang bersikap jujur. Dengan kata lain jujur juga berkaitan dengan janji. Disini jujur berarti mencocokan atau menyesuaikan ungkapan (informasi) yang disampaikan dengan realisasi (fenomena yang menjadi kenyataan). Kejujuran juga bersangkutan dengan pengakuan. Dalam hal ini kita ambil contoh , orang Eropa membuat pernyataan atau menyampaikan informasi, bahwa …. orang pertama sekali yang sampai ke Benua Amerika adalah Cristofer Colombus… Padahal menurut informasi sejarah yang berkembang, sebelum Colombus mendarat di Benua Amerika telah ada di sana suku bangsa yang mendiami atau menetap di sana, yakni suku Indian. Di lain cerita juga di muat dalam sejarah bahwa sebelumnya (Cristofer Colombus) telah sampai kesana armada Laksmana Cheng ho dari Negeri China. Artinya apa, tidak ada pengakuan oleh orang yang baru datang. Orang Eropa tidak jujur, karena tidak mengakui bahwa suku Indian adalah manusia seperti mereka juga. Demikian juga mereka
294
tidak mengakui Laksamana Cheng Ho, karena merasa superior (barangkali). Dalam hal ini kita melihat persoalan ketidak sesuaian antara fenomena (realitas) dengan informasi yang disampaikan. Atau tidak ada pengakuan terhadap realitas. Inilah namnya sikap ” tidak jujur “. Jadi dari uraian di atas dapat diambil semacam rumusan, bahwa apa yang disebut dengan jujur adalah sebuah sikap yang selalu berupaya menyesuaikan atau mencocokan antara Informasi yang disampaikan dengan fenomena atau realitas. Dalam agama Islam sikap seperti inilah yang dinamakan shiddiq. Makanya jujur itu ber-nilai tak terhingga. Karena semua sikap yang baik selalu bersumber pada ” kejujuran “. A.2. Hormat Menghargai (takzim, khidmat, sopan): sepatutnyalah kita, Siswa, orang tua kita dan perbuatan yg menandakan rasa khidmat atau takzim (spt menyembah, menunduk), menghargai; menjunjung tinggi, kita harus pendapat dan keyakinan orang lain, mengakui dan menaati ( aturan, perjanjian) A.3. Sopan dan Santun
Kesan pertama kita menilai seseorang adalah melalui penampilan luarnya; apakah tutur katanya santun, atau perilakunya sopan dan hormat sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Namun penampilan luar dari seseorang saja tidak cukup, karena perilaku sopan santun seseorang kadang kala dapat menipu kita. Bahkan banyak para penipu ulung yang perilakunya sangat hormat, tutur katanya memikat, padahal apa yang ada dihatinya adalah bagaimana mencelakakan
295
orang lain. Menurut La Bruyere, seorang filsuf Perancis, “Politeness does not always produce kindness of heart, justice, complacency, or gratitude, but it gives to man at least the appearance of it, and makes him seem externally what he really should be” (Sopan-Santun tidak selalu menghasilkan kebaikan hati, keadilan, kepuasan, atau rasa syukur, tetapi ini dapat memberikan seseorang paling tidak terlihat sopan, dan membuatnya tampak dari luar apa yang seharusnya menjadi benar-benar terhormat). Maka seorang filsuf dari Perancis, Andre Comte-Sponville mengatakan bahwa perilaku sopan-santun adalah merupakan perilaku tiruan dari tindak kebajikan. Apabila demikian, pertanyaannya adalah “Perlukah kita mengajarkan anak-anak kita hormat dan santun yang ternyata hanya merupakan tiruan kebajikan?” Jawabannya adalah sangat perlu, karena menurut Comte-Sponville juga: “Politeness is that pretense, or semblance, of virtue from which the virtues arise” (Sopan-santun adalah tiruannya, atau penampakan luar, dari kebajikan yang darinya timbul kebajikan-kebajikan sebenarnya). Jadi, mengajarkan sopan-santun kepada anak-anak adalah sangat diperlukan, karena sopan santun adalah awal dari pembentukan karakter anak. Seorang anak perlu diajarkan untuk terbiasa berkata “terima kasih”, karena ini merupakan atribut luar dari ahlak yang senantiasa bersyukur atau berterima kasih atas segala anugerah yang diberikan kepadanya. Kita mengajarkan anak-anak berkata “permisi” dan “tolong”, karena kata-kata tersebut adalah tiruan dari perilaku manusia yang selalu
296
mengormati orang lain. Atau kata “ma‟af” sebagai tiruan dari sifat pema‟af. Perilaku hormat dan santun yang diajarkan kepada anak-anak, dapat memberikan peluang besar bagi mereka untuk menjadi orang yang berkarakter (berakhlak mulia). Karena atribut luar (sopan santun) perlu diajarkan dulu sebelum mengajarkan maknanya (menjadi manusia berakhlak mulia), karena anak kecil belum dapat menangkap makna dibalik apa yang terlihat secara kasat mata. Namun mengajarkan atribut luar saja tidak cukup, karena seorang anak perlu diajarkan bagaimana menjadi manusia berakhlak mulia dengan cara mempraktikannya, dan menghidupkan rasa cinta terhadap kebajikan, sehingga nuraninya menjadi hidup. Apabila tidak, maka perilaku hormat dan santun tidak mempunyai makna hakiki, karena hanyalah hiasan luar saja. Ibaratnya mengajarkan anak-anak untuk memberi hormat kepada bendera setiap hari Senin, tetapi tidak mengajarkan mereka bagaimana menghormati negara dengan cara menjaga kehormatan dirinya (tidak korupsi, dan membuat keruasakan di muka bumi).
A.4. Tertib Teratur, menurut aturan, rapi. Misal hukum aturan yang bertalian dengan hukum, lalu lintas aturan yg berkaitan dng lalu lintas jalan raya, nikah aturan dalam pernikahan, teratur. A.5. Patuh Pengertian kepatuhan adalah suatu kondisi yang tercipta dan berbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi
297
atau sama sekali tidak dirasakan sebagai beban, bahkan sebaliknya akan mebebani dirinya bila mana ia tidak dapat berbuat sebagaimana lazimnya (Prijadarminto, 2003). Kepatuhan adalah tingkat seseorang dalam melaksanakan suatu aturan dan perilaku yang disarankan (Smet, 1994). Kepatuhan ini dibedakan menjadi dua yaitu kepatuhan penuh (total compliance) dimana pada kondisi ini penderita patuh secara sungguh-sungguh terhadap diet, dan penderita yang tidak patuh (non compliance) dimana pada keadaan ini penderita tidak melakukan diet. Menurut Hasibuan (2003), menjelaskan bahwa kepatuhan merupakan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan dan norma-norma sosial yang berlaku. Kepatuhan yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan terwujudnya tujuan masyarakat, maka setiap orang harus berusaha agar mempunyai kepatuhan yang baik. B. Membangun Kebiasaan Jujur, Hormat, Sopan, Santun, Tertib Dan Patuh Karakter sopan santun dideskripsikan sebagai kebiasaan saling menghormati antar warga sekolah, sehingga tercipta budaya yang tua menyayangi yang muda dan yang muda menghormati yang tua. Karena itu sopan santun semestinya dimulai dari internal pengelola sekolah dan dilanjutkan kepada aturan, tata tertib atau pembiasaan kepada siswa Jika kegiatan ini menjadi kebiasaan atau ruh menjadi pelayanan pendidikan dikalangan guru maka, tersenyum, menyapa dan memberi salam bukan lagi hal yang menyulitkan dan membuat canggung. Dengan budaya sopan santun seseorang bisa
298
mengendalikan letupan emosi dalam bicara ,mereka bisa berbicara yang membuat orang menjadi tenteram. Buat aturan main jika antar tenaga pendidikan dan tenaga non pendidikan harus saling saling “menyapa” jika berpapasan ,demikian juga kepada para Siswa. Saya teringat hadis riwayat Bukhari –Muslim : “Barang siapa tidak memiliki kasih kepada sesama manusia maka tidak di kasihi Allah “. Tentu saja akan lebih optimal jika dimulai dari pimpinan sekolah yakni kepala sekolah atau ketua yayasan dan semestinya bukan dianggap sekedar formalitas. Mengingat banyak atasan yang enggan menyapa dengan keramahan dan sopan santun yang tulus lantaran demi harga diri dan jaga gengsi. Sikap seperti ini yang bakal membuat pembiasaan karakter sopan santun tidak berhasil di kembangkan di sekolah. Jika sudah hilang maka yang terjadi adalah budaya saling menjatuhkan diantara guru dan berbicara dengan nada tinggi. Budaya kurang respect ini pada akhirnya menular sampai kepada siswa, siswa pada akhirnya tidak menghargai guru dan bersikap kurang sopan. Ke sopanan dan
santun adalah budaya yang harus dikembangkan disekolah
sekaligus bisa menjadi differentiation sekolah sebagai keunggulan bersaing. Jadi tidak ada salahnya mendesain pelayanan pendidikan dengan mengembangkan budaya sopan santun disekolah. Jika di sekolah budaya sopan santun menjadi atmosfer kehidupan sekolah maka lebih mudah mengarahkan kepada siswa agar saling menghormati dan menghargai serta
299
saling menyapa baik kepada guru, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan serta sesama siswa sehingga tercipta keharmonisan di sekolah itu. Pada akhirnya siswa memiliki sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa aman dan senang atas kehadirannya. Setiap orangtua ingin melihat anak-anaknya bersopan santun. Sikap sopan anak, bagaimanapun adalah cerminan orangtuanya. Sayangnya, sopan santun terkadang sulit diajarkan pada anak. Oleh karena itu, penting mengajarkan anak-anak agar mengerti pentingnya sopan santun ketika orangtua mengajarkan sopan santun itu sendiri. Dimana sopan santun adalah sebuah kepentingan bersama yang patut dijaga agar setiap orang dapat hidup berdampingan di dunia. Dan, sopan santun juga merfleksikan kepribadian yang penuh cinta dan tenggang rasa.
Hormat menghormati
Percaya atau tidak, mengajarkan sopan santun perlu dimulai dari bagaimana orangtua memperlakukan anak sejak lahir. Menancapkan sopan santun dimulai dari rasa hormat kepada orang lain dan menancapkan rasa hormat dimulai dari sensitivitas terhadap orang lain termasuk anak. Anak yang sensitif akan secara alami menjadi anak yang penuh hormat karena Ia selalu peduli akan perasaan orang lain. Otomatis, anak yang sensitif juga akan menjadi anak yang sopan.
Kesopanan adalah sebuah skill yang lebih kreatif dan tulus ketimbang apa yang bisa dipelajari anak dari sebuah buku etiket. Dalam beberapa tahun terakhir, sangat
300
dianjurkan orangtua mengajarkan anak-anak untuk lebih "asertif." Menjadi akan tetap asertif sehat, asalkan tidak mengesampingkan kesopanan dan tata krama yang baik.
Sumber :
http://triiboti.wordpress.com/2012/04/02/rasa-hormat-dan-tanggung-jawab/ http://ihf-org.tripod.com/pustaka/MaknaHakikiHormatdanSantun.htm http://www.psychologymania.com/2012/08/pengertian-kepatuhan.html http://www.artikata.com/arti-354430-tertib.html http://bundaiin.blogdetik.com/2012/05/04/kebiasaan-jujur/ http://nailandra.blogspot.com/2012/12/membangun-kebiasaan-baik-padahanif.html