Oleh: Solichul Hadi A. BAKRI e-mail:
[email protected]
PERLUNYA PENDEKATAN HOLISTIK
Pembangunan berwawasan lingkungan
Pembangunan berdampak positif
Dampak Negatif Pembangunan
Kecelakaan kerja,
Terkurasnya Sumber daya, dll
Penyakit akibat kerja, Dislokasi budaya, dll
Kualitas Hidup Menurun
Pendekatan Holistik terhadap Masalah : Ø Ekonomi Ø Teknik
Ø Sosio Budaya Ø Ergonomi
Ø Hemat energi
Ø Lingkungan Lestari
Ekonomi Biaya Tinggi
Rantai organisasi dan produksi Panjang -- > Biaya produksi tinggi
Ergonomi memperpendek rantai dan waktu produksi
Kemampuan adaptasi manusia disalahgunakan “Kelelahan manusia muncul lebih awal “
Penyebab Kelelahan:
Ø Pekerjaan bersifat monotomi Ø Kerja fisik dan mental berat dan lama Ø Mikroklimat tidak memadai Ø Adanya masalah mentalpsikologis Ø Kurang gizi, sedang sakit Ø Adanya sikap tubuh paksa / salah
DUA PESAWAT INI NYARIS
TABRAKAN
Jakarta: - Kisah centang perenang penanganan lalu lintas udara kian terbuka tragedi Sukhoi menabrak Gunung Salak. Hanya belasan hari usai tragedi itu,ada dua pesawat yang nyaris tabrakan di langit Cirebon.
Kisah itu bermula pada Kamis 24 Mei 2012, ketika Air Asia bernomor buntut QZ 7911 melayang dari Denpasar ke arah Bandung. Sekitar pukul 14.30, pengatur lalu lintas udara menghubungi Pilot Kapten Achmad Soerdjo. Perintahnya: turunkan ketinggian dari 38 ribu ke 25 ribu kaki. Arahan itu keluar ketika Air Asia tengah melintasi Madin--titik navigasi udara di atas Laut Jawa, sebelah utara Semarang.
Seperti dilansir Majalah Tempo, Edisi Pekan ini, waktu kapal masuk ke Cirebon, di peta navigasi berkode CA, sistem peringatan pencegah tabrakan antarpesawat--TCAS-berbunyi. “Traffic… traffic….” Pertanda buruk: ada pesawat lain di depan Air Asia. Itu artinya, kemungkinan benturan akan terjadi.
Mata Kapten Achmad melekat ke radar. Ternyata di depan dia ada Boeing 737-300 Sriwijaya Air dengan ketinggian 30 ribu kaki. Berdasarkan laporan pengaduan ke pengatur lalu lintas udara Bandara Soekarno-Hatta, Sriwijaya mendekat dari arah barat. Dalam hitungan detik, TCAS kembali menyalak. Bunyinya: “Climb… climb….”
Bukan cuma TCAS yang nyaring memberi tanda. Titik Sriwijaya yang awalnya berwarna kuning di radar kokpit, berganti jadi merah. Tanda berpikir panjang, Kapten Achmad menarik tuas kemudi. Air Asia kembali menanjak, menyelamatkan nyawa ratusan penumpang.
Kasus nyaris tabrak lainnya terjadi antara Air Asia QZ 7780 dengan Garuda Indonesia, 13 April 2012. Waktu itu, Air Asia tengah bersiap lepas landas. Kapten Yohannes Ferru Maulanda sudah mendapat izin dari pemandu untuk melayang. Pesawat pun ambil melaju sejauh 100 meter di landasan, siap terbang.
Tapi tiba-tiba saja petugas pengawas membatalkan perintah takeoff. Si pemandu panik. ‘Ferru’ pun langsung mengerem pesawat. Tak lama berselang, di radio penghubung terdengar pilot pesawat Garuda: pesawatnya batal mendarat, kembali mengudara.
Kata Direktur Keselamatan dan Keamanan Air Asia Sonny M. Sasono jika Ferru terlambat mengikuti instruksi petugas, “Bisa saja terjadi tabrakan dengan Garuda." Selama 2012, Air Asia sudah mengirim empat laporan ke pengatur lalu lintas udara Soekarno-Hatta. Tapi beberapa hanya diselesaikan dengan permintaan maaf saja. Seperti kasus Air Asia dengan Sriwijaya Air, Kopilot Air Asia, Prasetya Fontey, yang melaporkan kejadian itu, hanya disodori permintaan maaf. “Aneh, padahal ini tergolong insiden serius,” kata Sonny. CORNILA DESYANA | MAJALAH TEMPO
Operator harus melakukan gerakan mundur antara 100125 cm untuk dapat melihat monitor bagian atas. Oleh karena letak monitor cukup tinggi, meskipun sudah melakukan gerakan mundur, tetapi sudut pandang mata masih terlalu lebar, sehingga menyebabkan sikap paksa pada daerah kepala, leher dan bahu. Kondisi demikian juga memberikan beban tambahan yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan dalam kerja.
Landasan kerja yang
digunakan untuk penempatan alatalat kontrol, telephon, dll terlalu sempit dengan lebar 31 cm, menyebabkan beberapa alat komunikasi harus disusun bertumpuk. Kondisi demikian dapat mempersulit operator dalam bekerja.
Di samping itu, semua kursi yang digunakan operator mempuyai sandaran tangan dengan tinggi antara 66-69 cm dari lantai. Oleh karena tinggi ruang gerak kaki hanya 63 cm, maka kursi tidak akan dapat masuk di bawah meja, sehingga sandaran punggung/pinggang tidak dapat digunakan secara sempurna
a.Pada
dasarnya Ergonomi ada sejak manusia ada/dilahirkan.
b.Lahir
sebagai bidang ilmu, semasa PD II, saat itu banyak terjadi korban bukan karena ditembak musuh, namun karena faktor kelelahan/lingkungan dan tidak diperhatikannya secara serius faktor manusia, khususnya kamampuan, kebolehan dan batasan manusia.
c.
Mulai dirintis kerjasama antara teknisi dan pengelola perang dengan para ahli biologi yang tahu mengenai apa, siapa dan bagaimana manusia itu, selanjutnya kerjasama inilah yang melahirkan Ergonomi yang berasal dari bahasa Yunani artinya Ergon = kerja, Nomos = norma. lain yang pernah d. Nama digunakan sampai saat ini adalah Bioteknologi, Human Engineering, Human Factors. e. Setelah PD II kerjasama ini tetap terpelihara dan dibina untuk alat-alat dan sarana pembangunan dan hasil gemilangnya adalah teknologi ruang angkasa.
Ergonomi
adalah ilmu, teknologi dan seni untuk menserasikan alat, cara kerja dan lingkungan kepada kemampuan, kebolehan dan batasan manusia sehingga diperoleh kondisi kerja dan lingkungan yang sehat, aman, nyaman dan efisien dan tercapai produktivitas yang setinggi-tingginya.
(Is a body of knowledge about human abilities, human limitations and other human characteristic that are relevant to design)
1. Meningkatkan
kesejahteraan fisik dan mental, mencegah cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban fisik dan mental, promosi dan kepuasan kerja. 2. Meningkatkan kesejahteraan sosial, meningkatkan kualitas kontak sosial, mengelola / mengkoordinir kerja. 3. Memberikan kontribusi terhadap keseimbangan rasional antar aspek teknis, ekonomis, anthropologis dan budaya dari sistem manusiamesin, efisiensi sistem
Kemampuan seseorang sangat ditentukan oleh:
1. Personal Capacity (Karakteristik Pribadi); meliputi usia, jenis
kelamin, anthropometry, pendidikan, pengalaman, status sosial, agama dan kepercayaan, status kesehatan, kesegaran tubuh, dsb. 2. Physiological Capacity ( Kemampuan Fisiologi); meliputi kemampuan dan daya tahan cardio-vaskuler, syaraf otot, panca indera, dlsb. 3. Psycological Capacity ( Kemampuan Psikologis); berhubungan dengan kemampuan mental, waktu reaksi, kemampuan adaptasi, stabilitas emosi,, dsb. 4. Biomechanical Capacity (Kemampuan Bio-Mekanik) berkaitan dengan kemampuan dan daya tahan sendi dan persendian, tendon dan jalinan tulang.