TESIS
PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR, INDEPENDENSI AUDITOR, ETIKA PROFESI, BUDAYA ORGANISASI, DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA AUDITOR PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI BALI
ADELIA LUKYTA ARUMSARI
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014
TESIS
PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR, INDEPENDENSI AUDITOR, ETIKA PROFESI, BUDAYA ORGANISASI, DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA AUDITOR PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI BALI
ADELIA LUKYTA ARUMSARI NIM : 1291661008
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014 i
PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR, INDEPENDENSI AUDITOR, ETIKA PROFESI, BUDAYA ORGANISASI, DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA AUDITOR PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI BALI
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana
ADELIA LUKYTA ARUMSARI NIM : 1291661008
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014 ii
LEMBAR PENGESAHAN
TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 27 JUNI 2014
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dr. I Ketut Budiartha, SE., M.Si., Ak.
Dr. I Made Sadha Suardika, SE., M.Si., Ak.
NIP. 19591202 198702 1 001
NIP. 19550910 198403 1 001
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Akuntansi Direktur Program Pascasarjana Program Pascasarjana Universitas Udayana, Universitas Udayana,
Dr. Dewa Gede Wirama, SE., MSBA., Ak. NIP. 19641224 199103 1 002
Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K)
NIP. 19590215 198510 2001
iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS
Tesis Ini Telah Diuji pada
Tanggal 27 Juni 2014
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana,
Nomor: 0524/UN14.4/HK/2014, Tanggal 28 Februari 2014
Ketua
: Dr. I Ketut Budiartha, SE., M.Si., Ak.
Anggota:
1. Dr. I Made Sadha Suardika, SE., M.Si., Ak. 2. Dr. Gerianta Wirawan Yasa, SE., M.Si. 3. Dr. I.G.A. Made Asri Dwija Putri, SE., M.Si. 4. Dr. Ida Bagus Putra Astika, SE., M.Si., Ak.
iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Nama
: Adelia Lukyta Arumsari
Nim
: 1291661008
Program Studi
: Magister Akuntansi
Judul Tesis
: Pengaruh Profesionalisme Auditor, Independensi Auditor, Etika
Profesi,
Budaya
Organisasi,
dan
Gaya
Kepemimpinan terhadap Kinerja Auditor pada Kantor Akuntan Publik di Bali.
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas dari plagiat.
Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah Tesis ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas Republik Indonesia No. 17 Tahun 2010 dan Peraturan Perundang – undangan yang berlaku.
Denpasar, 27 Juni 2014
Adelia Lukyta Arumsari
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, atas asung kertha wara nugraha-Nya, penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik dan hasilnya tertuang dalam tesis dengan judul “Pengaruh Profesionalisme Auditor, Independensi Auditor, Etika Profesi, Budaya Organisasi, dan Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Auditor pada Kantor Akuntan Publik di Bali”. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Strata 2 (S2) di Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Udayana guna memperoleh gelar Magister Akuntansi konsentrasi Akuntansi Keuangan dan Auditing. Penulis menyadari bahwa penelitian ini dapat berhasil baik berkat bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam
penyusunan
tesis
ini. Pada kesempatan ini
izinkanlah penulis
menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada: 1.
Tuhan Yang Maha Esa Ida Shang Hyang Widhi Wasa atas restuNya dalam penyelesaian tesis ini.
2.
Dr. I Ketut Budiartha, SE., M.Si., Ak. sebagai Pembimbing I dan Dr. I Made Sadha Suardika, SE., M.Si., Ak. Sebagai pembimbing II yang dengan penuh kesabaran membimbing dan memberikan dorongan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
3.
Para penguji tesis ini yaitu Dr. Gerianta Wirawan Yasa, SE., M.Si., Dr. I.G.A. Made Asri Dwija Putri, SE., M.Si., Dr. Ida Bagus Putra Astika, SE., vi
M.Si., Ak. yang dengan penuh perhatian memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini 4.
Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD atas fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister pada Universitas Udayana.
5.
Prof. Dr. dr. A.A Raka Sudewi, Sp.S (K) sebagai direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana atas kesempatan yang diberikan penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana.
6.
Bapak Dr. Dewa Gede Wirama, SE., MSBA., Ak. selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi (MAKSI) Universitas Udayana. Bapak dan Ibu pengajar serta seluruh staf Program Magister Akuntansi Universitas Udayana yang telah mendidik dan membantu proses penyelesaian tesis ini.
7.
Seluruh auditor KAP di Bali, yang telah membantu dalam pengisian kuesioner serta memberikan keterangan yang berkaitan dengan kesempurnaan tesis ini.
8.
Orang Tua Kadek Ambara Giri, SE dan Rumayanti, SE serta seluruh keluarga yang telah mendoakan dan memotivasi penulis dalam penyelesaian tesis ini khususnya I Gusti Bagus Radhita Prihandana, ST.
9.
Rekan-rekan mahasiswa angkatan X MAKSI Universitas Udayana, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas kebersamaan kekompakannya selama penulis menempuh studi.
vii
dan
Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan anugrah-Nya kepada kita semua, serta pihak-pihak yang telah membantu penulis. Denpasar, Penulis
viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh profesionalisme auditor, independensi auditor, etika profesi, budaya organisasi dan gaya kepemimpinan terhadap kinerja auditor pada Kantor Akuntan Publik di Bali. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Data dikumpulkan menggunakan metode survei dengan teknik kuesioner. Target responden penelitian ini adalah 60 responden, namun data responden yang dapat diolah adalah 56 jawaban responden. Untuk menguji kualitas data dari instrumen yang digunakan dilakukan dengan uji validitas dan uji reliabilitas. Uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas dan uji heteroskedastisitas, dimaksudkan sebagai persyaratan untuk melakukan uji regresi linear berganda. Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa variasi variabel kinerja auditor dapat dijelaskan oleh variasi variabel profesionalisme auditor, independensi auditor, etika profesi, budaya organisasi dan gaya kepemimpinan sebesar 86,6 persen. Uji statistik F menunjukkan bahwa model yang digunakan mampu memprediksi kinerja auditor dan signifikan secara statistik. Pengujian hipotesis dengan uji statistik t menunjukkan bahwa variabel profesionalisme auditor, independensi auditor, etika profesi, budaya organisasi dan gaya kepemimpinan
berpengaruh positif pada kinerja auditor dan signifikan secara statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profesionalisme auditor, independensi auditor, etika profesi, budaya organisasi dan gaya kepemimpinan memberikan pengaruh positif pada kinerja auditor. Hasil pengujian hipotesis memberikan sintesa bahwa semakin baik profesionalisme Auditor, independensi, etika profesi, dan gaya kepemimpinan yang dimiliki auditor, serta semakin kuatnya budaya organisasi pada KAP maka kinerja auditor yang dihasilkan semakin baik pula. Kata Kunci: profesionalisme auditor, independensi auditor, etika profesi, budaya organisasi, gaya kepemimpinan dan kinerja auditor.
ix
ABSTRACT This research aims to test the impact of auditor professionalism, auditor independence, professional ethics, organizational culture and leadership style to the auditor performance at Public Accounting Firms in Bali. The sample taken in this research is using purposive sampling method. Data is collected using survey method with questionnaire technique. The target of respondent in this research is 60 respondents, but respondent’s data that can be processed is only 56 respondent’s answers. To test the quality of data from the instruments being used is conducted with validity test and reliability test. Classical assumption test which consist of normality test, multicollinearity test and heteroscedasticity test, is intended as the prerequisite to conduct multiple linear regression test. The result of multiple regression analysis shows that the variation of auditor performance variables can be explained by the variation of auditor professionalism, auditor independence, professional ethics, organizational culture and leadership style variables at 86.6 percent. F statistical test shows that the model being used is able to predict auditor performance and statistically significant. Hypothesis test with t statistical test shows that auditor professionalism, auditor independence, professional ethics, organizational culture and leadership style variables is positively affecting the auditor performance and statistically significant. The result of research shows that auditor professionalism, auditor independence, professional ethics, organizational culture and leadership style provide positive impact to the auditor performance. The result of hypothesis test provides synthesis that as well as the better the professionalism auditor, independence , professional ethics owned by the auditor, leadership style and the stronger the organizational culture of the KAP is, then the outcome of auditor performance will also be better. Key words: auditor professionalism, auditor independence, professional ethics, organizational culture, leadership style and auditor performance.
x
DAFTAR ISI
Halaman JUDUL DALAM... ................................................................................ PRASYARAT GELAR ......................................................................... LEMBAR PENGESAHAN................................................................... PENETAPAN PANITIAN PENGUJIAN............................................ PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT.................................................... KATA PENGANTAR............................................................................ ABSTRAK.............................................................................................. ABSTRACT............................................................................................ DAFTAR ISI .......................................................................................... DAFTAR TABEL ................................................................................. DAFTAR GAMBAR ............................................................................. DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................
i ii iii iv v vi ix x xi xiv xv xvi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................... 1.4 Manfaat Penelitian ..............................................................
1 1 8 8 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................... 2.1 Landasan Teori .................................................................... 2.1.1 Teori Akuntansi Perilaku.......................................... 2.1.2 Teori Sikap dan Perilaku........................................... 2.1.3 Pengertian Profesionalisme ..................................... 2.1.4 Independensi Auditor .............................................. 2.1.5 Etika Profesi ............................................................ 2.1.6 Budaya Organisasi.................................................... 2.1.7 Gaya Kepemimpinan.................................................. 2.1.8 Kinerja Auditor ....................................................... 2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya .......................
10 10 10 11 12 14 16 18 20 21 23
BAB III KERANGKA BERPIKIR, DESAIN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ........................................................................ 3.1 Kerangka berpikir ................................................................ 3.2 Konsep penelitian ................................................................
26 26 28
xi
3.3 Hipotesis penelitian ............................................................. 3.3.1 Pengaruh Profesionalisme terhadap Kinerja Auditor …………………………………………… 3.3.2 Pengaruh Independensi Auditor terhadap Kinerja Auditor…………………………………………… 3.3.3 Pengaruh Etika Bisnis pada Kinerja Auditor……. 3.3.4 Pengaruh Budaya Organisasi pada Kinerja Auditor. 3.3.5 Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Auditor ……………………………………………
29
BAB IV METODE PENELITIAN ..................................................... 4.1 Rancangan Penelitian ……………………….…………. 4.2 Lokasi Penelitian dan Sumber Data……………............. 4.3 Metode Penentuan Sampel ……………….……………. 4.3.1 Populasi .............. .................................................. 4.3.2 Sampel ................................................................... 4.4 Metode Pengumpulan Data ... .…….…………………... 4.5 Variabel Penelitian ……….….…….…………………... 4.5.1 Identifikasi Variabel ……………………………. 4.5.2 Definisi Operasional Variabel…………………... 4.6 Teknik Analisis Data……….…….…………………...... 4.6.1 Pengujian Instrumen............................................... 4.6.2 Uji Asumsi Klasik.................................................. 4.6.3 Metode analisis regresi linier berganda..............
38 38 40 40 40 40 42 42 42 43 47 47 49 50
29 32 33 34 36
53 BAB V HASIL PENELITIAN……..……………………………...... 53 5.1 Data Penelitian .............................................................................. 5.1.1 Deskripsi Responden ......................................................... 53 5.1.2 Karakteristik Responden ................................................... 53 5.2 Hasil Penelitian.………………….………… ............................ 47 55 5.2.1 Hasil Statistik Deskriptif ................................................... 55 5.2.2 Uji Pendahuluan………………………………….. 56 5.2.3 Uji Asumsi Klasik ............................................................. 60 5.2.4 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ........................... 62 5.2.5 Uji F .................................................................................. 5.2.7 Uji t (t test) ........................................................................ 65 BAB VI PEMBAHASAN……………………………………………
44 44 44
51 54 57
67
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN……………………………... 71 7.1 Simpulan ....................................................................................... 71 63 7.2 Saran .............................................................................................. 72 63 xii
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………
xiii
73
DAFTAR TABEL
No.
Tabel
Halaman
2.1
Rangkuman Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya ..................
25
4.1
Kantor Akuntan Publik yang Terdaftar pada Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Publik di Bali Tahun 2014… .....
41
5.1
Rincian Kuesioner Penelitian ...........................................................
53
5.2
Profil Responden ..............................................................................
54
5.3
Hasil Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ..................................
56
5.4
Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian ....................
57
5.5
Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian .................
59
5.6
Hasil Uji Normalitas ........................................................................
60
5.7
Hasil Uji Multikolinearitas ...............................................................
61
5.8
Hasil Uji Heteroskedatisitas .............................................................
62
5.9
Hasil Uji Regresi Linear Berganda ..................................................
63
xiv
DAFTAR GAMBAR
No
Gambar
Halaman
3.1. Kerangka Pikir Penelitian ………………………………………… 3.2 . Konsep Penelitian …………………………………………………. 4.1 Rancangan Penelitian ……………………………………………..
28 29 39
xv
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Lampiran
Halaman
1.
Kuesioner Penelitian ........................................................................... 80
2.
Hasil Uji Validitas ............................................................................... 89
3.
Hasil Uji Reliabilitas ........................................................................... 102
4.
Hasil Statistik Deskriptif ..................................................................... 112
5.
Hasil Uji Normalitas ........................................................................... 112
6.
Hasil Uji Multikolinearitas .................................................................. 113
7.
Hasil Uji Heteroskedastisitas .............................................................. 114
8.
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ............................................. 115
xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik di suatu negara adalah
sejalan dengan berkembangnya perusahaan dan berbagai bentuk badan hukum perusahaan. Jika perusahaan-perusahaan di suatu negara berkembang sangat pesatnya sehingga tidak hanya memerlukan modal dari pemiliknya, namun mulai memerlukan modal dari kreditur, dan jika timbul berbagai perusahaan berbentuk badan hukum perseroan terbatas yang modalnya berasal dari masyarakat, jasa akuntan publik mulai diperlukan dan berkembang. Profesi akuntan publik atau auditor kantor akuntan publik memegang peranan penting dalam perkembangan bisnis global saat ini (Deasy, 2002). Mulyadi
(2009:121),
menyatakan
bahwa
profesi
akuntan
publik
merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan. Profesi akuntan publik bertanggungjawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan, sehingga masyarakat memperoleh informasi keuangan yang andal sebagai dasar pengambilan keputusan. Norika (2004), menyatakan agar informasi yang disajikan dalam bentuk laporan dapat digunakan sebagai dasar untuk pembuatan keputusan, maka bagian akuntansi dituntut untuk dapat menyajikan informasi yang relevan, akurat, dan tepat waktu. 1
2
Posisi akuntan publik sebagai pihak independen yang memberikan opini kewajaran terhadap laporan keuangan mulai banyak dipertanyakan apalagi setelah didukung oleh bukti semakin meningkatnya tuntutan hukum terhadap kantor akuntan. Kurangnya independensi auditor dan maraknya manipulasi akuntansi korporat membuat kepercayaan para pemakai laporan keuangan mempertanyakan eksistensi akuntan publik sebagai pihak independen. Padahal profesi akuntan mempunyai peran penting dalam penyediaan informasi keuangan yang handal bagi pemerintah, investor, kreditor, pemegang saham, karyawan, debitur, juga bagi masyarakat dan pihak-pihak lain yang berkepentingan (Wibowo, 2009). Sebagai penunjang keberhasilan dalam menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik, sangatlah diperlukan kinerja auditor yang baik dan berkualitas. Kinerja auditor adalah kemampuan dari seorang auditor menghasilkan temuan atau hasil pemeriksaaan dari kegiatan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan yang dilakukan dalam satu tim pemeriksaan (Yanhari, 2007). Istilah kinerja seringkali digunakan untuk menyebutkan prestasi atau tingkat keberhasilan individu atau kelompok individu. Kondisi kerja yang kurang kondusif mempengaruhi kinerja auditor, sehingga dapat mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap akuntan publik sebagai pihak yang independen dalam pengauditan laporan keuangan. Skandal akuntansi perusahaan-perusahaan besar di Amerika seperti Enron, Global Crossing, Worldcom, Microstrategy, Adelphia, PNC Financial Service, dan Rite Aid hampir semuanya melibatkan kantor akuntan publik (KAP) besar seperti The Big Five. KAP kelas menengah juga tidak luput dari masalah tersebut, seperti
3
RSM Salustro Reydel di Perancis yang melakukan kesalahan saat melakukan audit atas Vivendi Universal. Di Indonesia juga pernah terjadi hal yang sama pada kasus PT. Kimia Farma Tbk., yaitu terjadinya overstated pada laba bersih per 31 Desember 2001. Setidaknya hal ini menjadi pembelajaran bersama bagi perkembangan profesi auditor di Indonesia untuk lebih meningkatkan kinerja mereka (Widodo, 2008). Widodo
(2008)
menyatakan
bahwa
kinerja
individu
perorangan
(individual performance) dan organisasi (organizational performance) memiliki keterkaitan yang sangat erat. Tercapainya tujuan organisasi tidak bisa lepas dari sumber daya yang dimiliki organisasi. Sumber daya manusia dalam suatu KAP merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam suatu organisasi, sehingga dapat dikatakan bahwa kinerja KAP sangat ditentukan oleh kinerja auditornya. Kinerja auditor merupakan perwujudan kerja yang dilakukan dalam rangka mencapai hasil kerja yang lebih baik atau lebih menonjol ke arah tercapainya tujuan organisasi (Fanani dkk., 2008) Salah satu kriteria profesionalisme adalah ketepatan waktu penyampaian laporan auditnya. Ketepatan waktu perusahaan dalam mempublikasikan laporan keuangan kepada masyarakat umum dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga tergantung dari ketepatan waktu auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya. Ketepatan waktu ini terkait dengan manfaat dari laporan keuangan itu sendiri. Perbedaan waktu tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian pekerjaan auditnya. Hal yang penting adalah bagaimana agar penyajian laporan
4
keuangan bisa tepat waktu atau tidak terlambat dan kerahasiaan informasi terhadap laporan keuangan tidak bocor kepada pihak lain yang bukan kompetensinya untuk ikut mempengaruhinya. Tetapi apabila terjadi hal yang sebaliknya yaitu terjadi keterlambatan maka akan menyebabkan manfaat informasi yang disajikan menjadi berkurang dan tidak akurat. Givoly dan Palmon (1982) menyatakan bahwa ketepatan waktu terkait dengan manfaat dari laporan keuangan itu sendiri. Nilai kemanfaatan dari informasi yang terkandung dalam laporan keuangan akan bernilai, jika disajikan secara akurat dan tepat waktu, yakni tersedia pada saat yang dibutuhkan oleh para pengguna laporan keuangan. Nilai dari ketepatan waktu pelaporan keuangan merupakan faktor penting bagi kemanfaatan laporan keuangan tersebut Audit delay yang melewati batas waktu ketentuan akan berakibat pada keterlambatan publikasi laporan keuangan. Keterlambatan publikasi laporan keuangan bisa mengindikasikan adanya masalah dalam laporan keuangan, sehingga memerlukan waktu yang lebih lama dalam penyelesaian audit. Subekti dan Widiyanti (2004) menyatakan bahwa lamanya waktu penyelesaian audit oleh auditor dilihat dari perbedaan waktu tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan. Perbedaan waktu ini disebut dengan audit delay. Rick Antle (1984), menyebutkan bahwa independensi dianggap sebagai atribut penting dari auditor eksternal. Akuntan publik tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Auditor berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik (Christiawan, 2005).
5
Auditor yang menegakkan independensinya, tidak akan terpengaruh oleh berbagai kekuatan yang berasal dari luar diri auditor dalam mempertimbangkan fakta yang dijumpainya dalam pemeriksaan. Idealnya di dalam menjalankan profesinya, seorang auditor hendaknya memperhatikan dan menaati aturan etika profesi
yang meliputi pengaturan tentang independensi, integritas dan
obyektivitas, standar umum dan prinsip akuntansi, tanggung jawab kepada klien, tanggung jawab kepada rekan seprofesi, serta tanggung jawab dan praktik lainnya (Satyo, 2005). Dalam hal etika, sebuah profesi harus memiliki komitmen moral yang tinggi yang dituangkan dalam bentuk aturan khusus. Aturan ini merupakan aturan main dalam menjalankan atau mengemban profesi tersebut, yang biasa disebut sebagai kode etik. Kode etik harus dipenuhi dan ditaati oleh setiap profesi yang memberikan jasa pelayanan kepada masyarakat dan merupakan alat kepercayaan bagi masyarakat luas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap profesional wajib mentaati etika profesinya terkait dengan pelayanan yang diberikan apabila menyangkut kepentingan masyarakat luas. Jati (2009) menunjukkan kode etik Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI), aturan etika Kompartemen Akuntan Publik, Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) dan standar pengendalian mutu auditing merupakan acuan yang baik untuk mutu auditing. Prinsip-prinsip etika yang dirumuskan Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dan dianggap menjadi kode etik perilaku akuntan Indonesia adalah (1) tanggung jawab, (2) kepentingan masyarakat, (3) integritas, (4) obyektifitas dan
6
independen, (5) kompetensi dan ketentuan profesi, (6) kerahasiaan, dan (7) perilaku profesional. Budaya organisasi (kerja) adalah sistem nilai-nilai yang diyakini semua anggota organisasi dan yang dipelajari, diterapkan, serta dikembangkan secara berkesinambungan, berfungsi sebagai sistem perekat, dan dapat dijadikan sebagai acuan berperilaku dalam organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Budaya organisasi berkaitan dengan sikap atau perilaku seseorang dalam melaksanakan kerja sehari-hari yang bermutu dengan selalu berdasarkan nilai-nilai yang dianut, sehingga menjadi motivator, memberi inspirasi untuk senantiasa bekerja lebih baik dan memuaskan bagi semua pihak (Andaliza, 2005) Gaya kepemimpinan (leadership style) juga dapat mempengaruhi kinerja. Gaya kepemimpinan merupakan cara pimpinan untuk mempengaruhi orang lain atau bawahannya sedemikian rupa sehingga orang tersebut mau melakukan kehendak pimpinan untuk mencapai tujuan organisasi meskipun secara pribadi hal tersebut mungkin tidak disenangi. Menurut Alberto et al. (2005) dalam Trisnaningsih (2007) menyatakan kepemimpinan berpengaruh positif kuat terhadap kinerja. Temuan ini memberi gambaran bahwa gaya kepemimpinan seorang pemimpin sangat berpengaruh terhadap kinerja bawahannya. Di samping itu, untuk mendapatkan kinerja yang baik diperlukan juga adanya pemberian pembelajaran terhadap bawahannya. Demikian pula gaya kepemimpinan pada KAP sangat diperlukan karena dapat memberikan nuansa pada kinerja auditor. Penelitian akuntansi keperilakuan tentang gaya kepemimpinan dan budaya organisasi sudah sering dilakukan terhadap bisnis manufaktur, tapi masih jarang
7
sekali dilakukan pada perusahaan non-manufaktur seperti Kantor Akuntan Publik dengan responden auditor independen. Seperti penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Trisnaningsih (2007) yang dilakukan pada KAP di Jawa Timur dengan responden auditor independen dan penelitian Wibowo (2009) mencoba menggunakan responden yang berbeda dengan penelitian sebelumnya, yaitu menggunakan responden auditor independen yang bekerja pada KAP di Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai objek. Dalam penelitian tersebut Wibowo membuktikan secara empiris, apakah independensi auditor, komitmen organisasi, gaya kepemimpinan dan pemahaman good governance berpengaruh positif terhadap kinerja auditor. Guna menunjang keberhasilan dalam menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik, sangatlah diperlukan kinerja auditor yang baik dan berkualitas. Kinerja auditor adalah kemampuan dari seorang auditor menghasilkan temuan atau hasil pemeriksaaan dari kegiatan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan yang dilakukan dalam satu tim pemeriksaan (Yanhari, 2007). Istilah kinerja seringkali digunakan untuk menyebutkan prestasi atau tingkat keberhasilan individu atau kelompok individu. Dalam penelitian ini, akan dilakukan pengujian secara empiris tentang pengaruh profesionalisme, independensi auditor, etika profesi, budaya organisasi dan gaya kepemimpinan terhadap kinerja auditor pada KAP di Bali. Selain itu juga untuk membuktikan apakah hasil penelitian selanjutnya akan sama atau berbeda apabila dilakukan pada auditor independen yang berbeda sebagai objeknya, dimana dengan adanya perbedaan lokasi dan lingkungan kerja pada KAP bisa jadi menyebabkan perbedaan pola pikir dan cara pandang, nilai-nilai
8
yang diyakini ataupun cara auditor bekerja dan secara tidak langsung dapat membawa kepada perbedaan pemahaman tentang bagaimana menghasilkan kinerja yang baik.
1.2
Rumusan Masalah Penelitian ini merumuskan beberapa permasalah yaitu: 1. Bagaimana pengaruh profesionalisme auditor pada kinerja auditor di Kantor Akuntan Publik di wilayah Bali ? 2. Bagaimana pengaruh independensi auditor pada kinerja auditor di Kantor Akuntan Publik di wilayah Bali ? 3. Bagaimana pengaruh etika profesi auditor pada kinerja auditor di Kantor Akuntan Publik di wilayah Bali ? 4. Bagaimana pengaruh budaya organisasi auditor pada kinerja auditor di Kantor Akuntan Publik di wilayah Bali ? 5. Bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan auditor pada kinerja auditor di Kantor Akuntan Publik di wilayah Bali ?
1.3
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh profesionalisme auditor, independensi auditor, etika profesi, budaya organisasi dan gaya kepemimpinan pada kinerja auditor pada KAP di Bali.
9
1.3.2 Manfaat Penelitian Adapun kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1)
Kegunaan Teoritis a. Melalui penelitian ini, peneliti mencoba memberikan bukti empiris tentang pengaruh profesionalisme auditor, independensi auditor, etika profesi, budaya organisasi dan gaya kepemimpinan terhadap kinerja auditor. b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan memberikan sumbangan konseptual bagi peneliti sejenis maupun civitas akademika lainnya dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan untuk perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan.
2)
Kegunaan Praktis a. Dapat digunakan sebagai masukan bagi pimpinan Kantor Akuntan Publik dalam rangka menjaga dan meningkatkan kinerjanya. b. Sebagai bahan evaluasi bagi para auditor sehingga dapat meningkatkan kualitas auditnya maupun kinerjanya.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori Pengertian auditing menurut Jusup (2001:1) adalah suatu proses sistematis
untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektif untuk menemukan tingkat kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikaasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Auditor melakukan boundary spanning activities. Boundary spanning activities (BSA) adalah sejauh mana seseorang melakukan aktivitas mencari informasi tambahan untuk pengambilan keputusan. Untuk menunjang keberhasilan dalam menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik, sangatlah diperlukan kinerja auditor yang baik dan berkualitas.
2.1.1 Teori Akuntansi Perilaku (Behavioral Accounting) Konsep perilaku (behavioural concept) pada awalnya merupakan kajian bidang utama dalam psikologi dan sosial psikologi, tetapi faktor-faktor psikologi dan sosial psikologi seperti motivasi, persepsi, sikap dan personalitas sangat relevan dengan bidang akuntansi (Siegel dan Marconi, 1986). Para
akuntan,
peneliti
operasional
dan
ahli
manajemen
telah
mengembangkan faktor-faktor psikologi dan sosial psikologi termasuk masalah
10
11
pengendalian. Ilmu sosiologi dan psikologi juga dikonsentrasikan pada pengendalian seperti halnya sosial dan fenomena personal (Hopwood, 1974). Penelitian ini mengkaji tentang aspek perilaku manusia seperti profesionalisme,
independensi,
etika
profesi,
budaya
organisasi,
gaya
kepemimpinan dan kinerja auditor. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan akuntansi perilaku di Indonesia. 2.1.2 Teori Sikap dan Perilaku Teori sikap dan perilaku dikembangkan oleh Triandis (1971), menyatakan bahwa perilaku ditentukan oleh sikap, aturan-aturan sosial dan kebiasaan. Sikap terdiri dari komponen kognitif yaitu keyakinan, komponen afektif yaitu suka atau tidak suka, berkaitan dengan apa yang dirasakan dan komponen perilaku yaitu bagaimana seorang ingin berperilaku terhadap sikap. Jazen (1975) menyatakan 1). sikap dapat dipelajari, 2). sikap mendefinisikan prediposisi kita terhadap aspekaspek yang terjadi di dunia, 3). sikap memberikan dasar perasaan bagi hubungan antara pribadi kita dengan orang lain, 4). Sikap diatur dan dekat dengan inti kepribadian. Menurut Robbins (2003) sikap adalah pernyataan evaluatif, baik yang menguntungkan atau tidak menguntungkan tentang obyek, orang, atau peristiwa. Menurut Khikmah (2005) sikap memberikan pemahaman tentang tendensi atau kecenderungan untuk bereaksi. Sikap bukan perilaku tetapi lebih pada kesiapan untuk menampilkan suatu perilaku, sehingga berfungsi mengarahkan dan memberikan pedoman bagi perilaku. Menurut Triandis (1980) bahwa model perilaku interpersonal yang lebih komprehensif dengan menyatakan factor-faktor
12
sosial, perasaan dan konsekuensi dirasakan akan mempengaruhi tujuan perilaku. Kebiasaan merupakan penentu sikap yang langsung dan tidak langsung. Perilaku tidak mungkin terjadi apabila kondisi yang memfasilitasi tidak memungkinkan.
2.1.3 Pengertian Profesionalisme Profesi dan profesionalisme dapat dibedakan secara konseptual. “Profesi merupakan jenis pekerjaan yang memenuhi beberapa kriteria, sedangkan profesionalisme merupakan suatu atribut individual yang penting tanpa melihat suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak” (Kalbers dan Fogarty, 1995 dalam Herawaty dan Susanto, 2009). Istilah profesionalisme berasal dari kata profesi yang berarti suatu pekerjaan yang memerlukan pengetahuan, mencakup ilmu pengetahuan, keterampilan dan metode. Profesional suatu kemampuan yang dilandasi oleh tingkat pengetahuan yang tinggi dan latihan khusus, daya pemikiran yang kreatif untuk melaksanakan tugas-tugas yang sesuai dengan bidang keahlian dan profesinya Aryawan (2010). Hardjana (2002) memberikan pengertian bahwa profesional adalah orang yang menjalani profesi sesuai dengan keahlian yang dimilikinya. Dalam hal ini, seorang profesional dipercaya dan dapat diandalkan dalam melaksanakan pekerjaannya sehingga dapat berjalan lancar, baik dan mendatangkan hasil yang diharapkan. Menurut Hall (1998) dalam Astriyani (2007) terdapat lima dimensi profesionalisme, yaitu:
13
a) Pengabdian pada profesi Pengabdian pada profesi dicerminkan dari dedikasi profesionalisme dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimilki. Keteguhan untuk tetap melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan ekstrinsik kurang. Sikap ini adalah ekspresi dari pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan. Pekerjaan didefinisikan sebagai tujuan, bukan hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan. Totalitas ini sudah menjadi komitmen pribadi, sehingga kompensasi utama yang di harapkan dari pekerjaan adalah kepuasan rohani, baru kemudian materi. b) Kewajiban sosial Kewajiban sosial adalah pandangan tentang pentingnya peranan profesi dan manfaat yang diperoleh baik masyarakat maupun profesional karena adanya pekerjaan tersebut. c) Kemandirian Kemandirian dimaksudkan sebagai suatu pandangan seseorang yang profesional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain (pemerintah, klien, dan bukan anggota profesi). Setiap ada campur tangan dari luar dianggap sebagai hambatan kemandirian secara profesional. d) Keyakinan pada profesi Keyakinan pada profesi adalah suatu keyakinan bahwa yang paling berwenang menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi,
14
bukan orang luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka. e) Hubungan dengan sesama profesi Hubungan dengan sesama profesi adalah menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk didalamnya organisasi formal dan kelompok kolega informal sebagai ide utama dalam pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini para profesional membangun kesadaran profesional.
2.1.4 Independensi Auditor Independensi merupakan suatu tindakan baik sikap perbuatan atau mental auditor dalam sepanjang pelaksanaan audit dimana auditor dapat memposisiskan dirinya dengan auditee nya secara tidak memihak dan dipandang tidak memihak oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhadap hasil auditnya.Independen berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi. Akuntan publik tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Akuntan publik berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik (Christiawan, 2000:83). Dalam Kode Etik Akuntan Publik disebutkan bahwa independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas. The CPA Handbook E.B. Wilcox menyatakan bahwa independensi merupakan suatu standar auditing yang penting, karena opini akuntan independen bertujuan untuk menambah kredibilitas laporan keuangan
15
yang disajikan oleh manajemen. Jika akuntan tersebut tidak independen terhadap kliennya, maka opininya tidak akan memberikan tambahan apapun (Mautz dan Sharaf, 1993). Auditor secara intelektual harus jujur, bebas dari kewajiban terhadap kliennya dan tidak mempunyai kepentingan dengan klien, baik terhadap manajemen maupun pemilik (IAI, 2013: Seksi 220). Carey (1960) dalam Mautz (1961) Independensi akuntan publik dari segi integritas dan hubungannya dengan pendapat akuntan atas laporan keuangan meliputi: 1) Kepercayaan terhadap diri sendiri yang terdapat pada
beberapa orang
profesional. Hal ini merupakan bagian integritas profesional. 2) Merupakan istilah penting yang mempunyai arti khusus dalam hubungannya dengan pendapat akuntan publik atas laporan keuangan. Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.
Independensi akuntan publik merupakan dasar
utama kepercayaan masyarakat pada profesi akuntan publik dan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk menilai mutu jasa audit. Aspek independensi ada tiga, yaitu (Taylor, 1997 dalam Herawaty, 2007) : 1) Independensi sikap mental (independence of mental attitude), independensi sikap mental ditentukan oleh pikiran akuntan publik untuk bertindak dan bersikap independen.
16
2) Independensi penampilan (appearance of independence), independensi penampilan ditentukan oleh kesan masyarakat terhadap independensi akuntan publik. 3) Independensi dari sudut keahlian (Independence in competence). Keahlian juga merupakan faktor independensi yang harus diperhitungkan selain kedua independensi yang telah disebutkan. Dengan kata lain auditor dapat mempertimbangkan fakta dengan baik yang kemudian ditarik menjadi suatu kesimpulan jika ia memiliki keahlian mengenai hal tersebut. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa independensi merupakan sikap seseorang untuk bertindak jujur, tidak memihak, dan melaporkan temuan – temuan hanya berdasarkan bukti yang ada.
2.1.5 Etika Profesi Arens (2010:67) mendefinisikan etika secara umum sebagai perangkat prinsip moral atau nilai. Perilaku beretika diperlukan oleh masyarakat agar semuanya dapat berjalan secara teratur. Setiap profesi yang memberikan pelayanan jasa pada masyarakat harus memiliki kode etik yang merupakan seperangkat prinsip–prinsip moral yang mengatur tentang perilaku profesional. Tanpa etika, profesi akuntan tidak akan ada karena fungsi akuntan adalah sebagai penyedia informasi untuk proses pembuatan keputusan bisnis oleh para pelaku bisnis. Merujuk pada klasifikasi profesi secara umum, maka salah satu ciri yang membedakan profesi-profesi yang ada adalah etika profesi yang dijadikan sebagai
17
standar pekerjaan bagi para anggotanya. Etika profesi diperlukan oleh setiap profesi, khususnya bagi profesi yang membutuhkan kepercayaan dari masyarakat seperti profesi auditor. Masyarakat akan menghargai profesi yang menerapkan standar mutu yang tinggi dalam pelaksanaan pekerjaannya. Auditor wajib menaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku, menyimpan rahasia jabatan, menjaga semangat dan suasana kerja yang baik. Kode etik berkaitan dengan masalah prinsip bahwa auditor harus menjaga, menjunjung dan menjalankan nilai-nilai kebenaran dan moralitas seperti bertanggung jawab (responsibility), berintegritas (integrity), bertindak secara obyektif (objectivity), dan menjaga independensinya terhadap kepentingan berbagai pihak (independence) serta berhati – hati dalam menjalankan profesi. Etika auditor dalam Standar Profesi Akuntan Publik disebut sebagai norma akuntan menjadi patokan resmi para auditor Indonesia dalam berpraktik. Normanorma dalam SPAP tersebut menjadi acuan dalam penentuan standar utama dalam pekerjaan auditor, antara lain: 1) Auditor harus memiliki keahlian teknis, independen dalam sikap mental serta kemahiran professional dengan cermat dan seksama. 2) Auditor wajib menemukan ketidakberesan, kecurangan, manipulasi dalam suatu pengauditan. Dari penjelasan di atas, didapat kesimpulan bahwa etika profesi merupakan perangkat kaidah perilaku sebagai pedoman yang harus dipenuhi dalam mengemban profesi.
18
2.1.6 Budaya Organisasi Dalam literatur teori organisasi budaya telah didefinisikan dalam berbagai ragam oleh berbagai ahli. Menurut Hofstede (1990:4), setiap manusia membawa mental program yang terbentuk sejak dini, dari masa kecil di lingkungan keluarga, di lingkungan sekolah dan organisasi. Hofstede (1990:15) membagi budaya organisasional ke dalam enam dimensi: 1) Inovasi dan pengambilan resiko. Sejauh mana anggota organisasi didorong untuk inovatif dan mengambil resiko. 2) Perhatian ke hal yang rinci. Sejauh mana anggota organisasi diharapkan mampu menunjukkan ketepatan, analisis dan perhatian pada hal yang rinci. 3) Orientasi hasil. Sejauh mana para pimpinan berfokus pada hasil/keluaran dan bagaimana orientasi para pimpinan pada proses/teknik yang dilakukan untuk mencapai hasil. 4) Orientasi
orang.
Sejauh
mana
keputusan-keputusan
pimpinan
mempertimbangkan efek hasil pada anggota organisasi. 5) Orientasi tim/kelompok. Sejauh mana aktifitas kerja diorganisasikan dalam kelompok-kelompok kerja dibandingkan pada kerja individual. 6) Keagresifan. Kondisi agresifitas dan kompetisi anggota organisasi. Menurut Mondy and Noe III (1993:321), terdapat tiga faktor yang membentuk budaya dalam organisasi, yaitu : (1) komunikasi, (2) motivasi, dan (3) kepemimpinan. Komunikasi merupakan transfer informasi, ide pemahaman dan perasaan diantara para anggota organisasi. Manajer yang ingin berhasil dalam
19
organisasi harus mampu berkomunikasi secara efektif. Motivasi merupakan kemauan untuk berusaha dalam mengejar tujuan organisasi sebelumnya manajer tidak dapat secara langsung memotivasi bawahan karena memotivasi adalah masalah internal masing-masing individu. Tugas manajemen adalah menghadirkan budaya organisasi yang mendorong perilaku positif dari bawahannya, manajemen organisasi perlu memahami faktor-faktor yang memicu perilaku bawahan dan mengembangkan serta
mempertahankan
lingkungan
yang
produktif
dalam
organisasi,
kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi anggota organisasi untuk bertindak sesuai dengan keyakinan pemimpin. Para manajer organisasi menggunakan pendekatan yang beragam dalam mempengaruhi anggota organisasi dan hal ini sangat mempengaruhi budaya organisasi berdampak signifikan terhadap kinerja ekonomi jangka panjang. Menurut Robbins (2003:97), fungsi budaya organisasi adalah (1) berperan menetapkan batasan, (2) mengantarkan suatu perasaan identitas bagi anggota organisasi, (3) mempermudah timbulnya komitmen yang lebih luas daripada kepentingan individual seseorang, (4) meningkatkan stabilitas sistem sosial karena merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi, (5) sebagai mekanisme control dan menjadi rasional yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku para karyawan.
20
2.1.7 Gaya Kepemimpinan Gaya kepemimpinan (leadership styles) merupakan cara pimpinan untuk mempengaruhi orang lain/bawahannya sedemikian rupa sehingga orang tersebut mau melakukan kehendak pemimpin untuk mencapai tujuan organisasi meskipun secara pribadi hal tersebut mungkin tidak disenangi (Luthans, 2002:575). Fleishman dan Peters (1962) dalam Trisnaningsih (2007), menjelaskan bahwa gaya kepemimpinan merupakan pola perilaku konsisten yang diterapkan pemimpin dengan melalui orang lain, yaitu pola perilaku yang ditunjukkan pemimpin pada saat mempengaruhi orang lain seperti yang dipersepsikan orang lain. Gibson (1996) telah
meneliti gaya kepemimpinan di Ohio State
University tentang perilaku pemimpin melalui dua dimensi, yaitu: consideration dan initiating structure. Consideration (konsiderasi) adalah gaya kepemimpinan yang menggambarkan kedekatan hubungan antara bawahan dengan atasan, adanya saling percaya, kekeluargaan, menghargai gagasan bawahan, dan adanya komunikasi antara pimpinan dengan bawahan. Pemimpin yang memiliki konsiderasi yang tinggi menekankan pentingnya komunikasi yang terbuka dan parsial. Initiating structure (struktur inisiatif) merupakan gaya kepemimpinan yang menunjukkan bahwa pemimpin mengorganisasikan dan mendefinisikan hubungan dalam kelompok, cenderung membangun pola dan saluran komunikasi yang jelas, menjelaskan cara mengerjakan tugas yang benar. Teori kepemimpinan perilaku (behavioral) mengatakan bahwa gaya kepemimpinan seorang manajer akan berpengaruh langsung terhadap efektivitas
21
kelompok kerja (Kreitner dan Kinicki, 2005:302). Kelompok kerja dalam perusahaan merupakan
pengelompokan kerja dalam bentuk unit kerja dan
masing-masing unit kerja itu dipimpin oleh seorang manajer. Gaya manajer untuk mengelola sumber daya manusia dalam suatu unit kerja akan berpengaruh pada peningkatan kinerja unit, yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja perusahaan secara keseluruhan. Selanjutnya, teori kepemimpinan perilaku (behavioral) berasumsi bahwa gaya kepemimpinan oleh seorang manajer dapat dikembangkan dan diperbaiki secara sistematik.
2.1.8 Kinerja Auditor Secara etimologi, kinerja berasal dari kata prestasi kerja (performance). Sebagaimana dikemukakan oleh Mangkunegara (2005:67) bahwa istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang), yaitu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Teori tentang prestasi kerja lebih banyak mengacu pada teori psikologi yaitu tentang proses tingkah laku kerja seseorang, sehingga seseorang tersebut menghasilkan sesuatu yang menjadi tujuan dari pekerjaannya (Agustia, 2006:104). Kinerja
atau prestasi kerja dapat diukur melalui kriteria seperti
kualitas, kuantitas, waktu yang dipakai, jabatan yang dipegang, absensi dan keselamatan dalam menjalankan tugas pekerjaan.
22
Kinerja dibedakan menjadi dua, yaitu kinerja individu dan kinerja organisasi. Kinerja individu adalah hasil kerja karyawan baik dari segi kualitas maupun kuantitas berdasarkan standar kerja yang telah ditentukan, sedangkan kinerja organisasi adalah gabungan dari kinerja individu dengan kinerja kelompok (Mangkunegara, 2005:15). Gibson et al. (1996) dalam Wibowo (2009), menyatakan bahwa kinerja karyawan merupakan suatu ukuran yang dapat digunakan untuk menetapkan perbandingan hasil pelaksanaan tugas, tanggung jawab yang diberikan oleh organisasi pada periode tertentu dan relatif dapat digunakan untuk mengukur prestasi kerja atau kinerja organisasi. Kinerja auditor merupakan tindakan atau pelaksanaan tugas pemeriksaan yang telah diselesaikan oleh auditor dalam kurun waktu tertentu. Pengertian kinerja auditor menurut Mulyadi dan Kanaka (1998:116) adalah auditor yang melaksanakan penugasan pemeriksaan (examination) secara obyektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. Kalbers dan Forgarty (1995) mengemukakan bahwa kinerja auditor sebagai evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh atasan, rekan kerja, diri sendiri, dan bawahan langsung. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil karya yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan,
pengalaman
dan
kesungguhan
waktu
yang
diukur
dengan
23
mempertimbangkan kuantitas, kualitas dan ketepatan waktu. Kinerja (prestasi kerja) dapat diukur melalui pengukuran tertentu (standar) dimana kualitas adalah berkaitan dengan mutu kerja yang dihasilkan, sedangkan kuantitas adalah jumlah hasil kerja yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu, dan ketepatan waktu adalah
kesesuaian
waktu
yang telah
direncanakan.
Karakteristik
yang
membedakan kinerja auditor dengan kinerja manajer adalah pada output yang dihasilkan.
2.2
Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wibowo (2009) yang
merupakan pengembangan dari penelitian Trisnaningsih (2007) dengan judul “ Pengaruh Independensi Auditor, Komitmen Organisasi, Gaya Kepemimpinan dan Pemahaman Good Governance terhadap Kinerja Auditor”. Di mana penelitian tersebut menggunakan data primer berupa kuesioner. Pengujian variabel bebas terhadap variabel terikat dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linier berganda dengan hasil yang diperoleh bahwa independensi auditor, komitmen organisasi, gaya kepemimpinan dan pemahaman good governance berpengaruh positif terhadap kinerja auditor. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Wibowo adalah terletak pada objek penelitian. Di mana objek penelitian di atas yaitu pengaruh independensi auditor, komitmen organisasi, gaya kepemimpinan dan pemahaman good governance terhadap kinerja auditor, sedangkan objek penelitian yang dilakukan peneliti adalah pengaruh profesionalisme auditor, independensi auditor,
24
etika profesi, budaya organisasi, dan gaya kepemimpinan terhadap kinerja auditor. Perbedaan kedua yaitu
pada lokasi penelitian, dimana Wibowo melakukan
penelitian di Kantor Akuntan Publik yang terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta, sedangkan pada penelitian ini dilakukan pada Kantor Akuntan Publik di wilayah Bali. Selanjutnya dalam penelitian yang dilakukan oleh Gunawan Cahyasumirat (2006) dengan judul “Pengaruh Profesionalisme dan Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Auditor, dengan Kepuasan Kerja sebagai variabel intervening ” menunjukkan hasil bahwa variabel profesionalisme dan komitmen organisasi tidak mempengaruhi kinerja internal auditor. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Cahyasumirat adalah sama-sama meneliti kinerja auditor. Tetapi perbedaannya terlihat jelas pada beberapa objek penelitiannya, dimana Cahyasumirat
menggunakan
objek
pengaruh
profesionalisme,
komitmen
organisasi dengan kepuasan kerja sebagai variabel intervening terhadap kinerja auditor sedangkan objek penelitian ini adalah pengaruh profesionalisme auditor, independensi auditor, etika profesi, dan budaya organisasi, dan gaya kepemimpinan terhadap kinerja auditor. Hasil penelitian merupakan kajian empiris penelitian. Penelitian ini mencoba mengembangkan penelitian – penelitian sebelumnya dengan cara melakukan perluasan pengamatan dan pengembangan proksi. Ringkasan beberapa penelitian sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 2.1 sebagai berikut
25
Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya Peneliti (Tahun) Syafina Khariah (2009)
Variabel Dependen Independen Kinerja dan Komponen Tingkat profesionalis Materialita me auditor, s Pengalaman Auditor
Teknik Analisis Regresi Linear Berganda
2.
Sutrisno (2006)
Motivasi Kerja, Komitmen dan Kinerja
Budaya Organisasi
Regresi Linear Berganda
3.
Gani (2006)
Kinerja Organisasi
Gaya Kepemimpina n, Budaya Organisasi, dan Motivasi Kerja
Structural Equation Modelling (SEM)
4.
Rahmawa ti (1997)
Kinerja Auditor, Kepuasan Kerja,komi tmen dan keinginan untuk berpindah.
Profesionalis me Internal Auditor
Analisis Structural Equation Modelling (SEM)
5.
Yanthi (2011)
Kinerja Auditor
Independensi Auditor, Etika Profesi, dan Gaya Kepemimpina n
Analisis Regresi berganda
No 1.
Hasil Penelitian Secara simultan, variabel pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan pada profesi, dan hubungan dengan sesama profesi berpengaruh terhadap kinerja internal auditor. Sedangkan secara parsial, hanya variabel pengabdian pada profesi, kemandirian, keyakinan pada profesi, dan hubungan dengan sesama profesi berpengaruh terhadap kinerja auditor dan tingkat materialitas. Budaya organisasi yang dianut oleh anggota organisasi mempunyai nilai-nilai dan tujuan bersama terhadap peningkatan kinerja organisasi. Gaya kepemimpinan dapat mempengaruhi budaya organisasi, gaya kepemimpinan tidak dapat mempengaruhi kinerja organisasi, budaya organisasi mempunyai pengaruh terhadap kinerja organisasi. Semua dimensi profesionalisme berhubungan positif dengan kinerja, kepuasan kerja dan komitmen efektif. Komitmen continuance hanya dipengaruhi oleh dimensi keyakinan terhadap peraturan profesi Keinginan untuk pindah dari bagian internal auditing hanya dipengaruhi oleh dimensi profesionalisme autonomy demand, sedangkan keinginan untuk pindah untuk keluar dari perusahaan oleh dimensi self regulation dedication. Bahwa independensi auditor, Etika Profesi, dan gaya kepemimpinan berpengaruh positif terhadap kinerja auditor.
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1
Kerangka Berpikir Kerangka berpikir adalah hasil dan sintesis teori serta kajian pustaka yang
dikaitkan dengan masalah yang dihadapi dalam perumusan masalah penelitian ini. Kerangka berpikir dalam penelitian ini didasarkan pada pemikiran bahwa segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia selalu berdasarkan suatu motivasi dan minat tertentu, yang nantinya akan mempengaruhi kinerja individu tersebut. Penelitian ini menggunakan teori sikap dan perilaku sebagai dasar pemikiran. Teori sikap memberikan pemahaman tentang tendensi atau kecenderungan untuk bereaksi. Sikap bukan perilaku tetapi lebih pada kesiapan untuk menampilkan suatu perilaku, sehingga berfungsi mengarahkan dan memberikan pedoman bagi perilaku yang nantinya akan terlihat dalam kinerja (prestasi kerja) yang merupakan suatu hasil karya yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan waktu yang diukur dengan mempertimbangkan kuantitas, kualitas dan ketepatan waktu. Penelitian ini mengkaji tentang aspek perilaku manusia seperti profesionalisme, independensi, etika profesi, budaya organisasi, gaya kepemimpinan dan kinerja auditor. Menurut Wibowo (2009) bahwa independensi auditor dan gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja auditor sejalan dengan penelitian Yanthi (2011) yang menyatakan bahwa independensi auditor, etika profesi dan 26
27
gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja auditor, namun penelitian Gani (2006) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor. Penelitian Suarniti (2010) menyatakan profesionalisme dan etika profesi secara parsial berpengaruh terhadap kinerja auditor, namun penelitian Cahyasumirat (2006) menyatakan bahwa tidak semua komponen profesionalisme berpengaruh terhadap kinerja auditor. Inkonsistensi hasil penelitian-penelitian tersebut dapat disebabkan oleh adanya variabel lain yang mempengaruhi hubungan variabel dependen dan independen. Berdasarkan
uraian
di
atas,
maka
peneliti
dapat
merumuskan
permasalahan yang akan diteliti, kemudian membangun hipotesis. Menurut Sugiyono (2008:134) dalam membentuk kelompok teori yang perlu dikemukakan dalam penyusunan kerangka berfikir dalam membuat suatu hipotesis harus ditetapkan terlebih dahulu variabel penelitiannya. Dalam penelitian ini, terdapat 5 variabel terdiri dari profesionalisme auditor, independensi auditor, etika profesi, budaya organisasi, gaya kepemimpinan sebagai variabel bebas, dan kinerja auditor sebagai variabel terikat yang dibentuk melalui hasil empiris penelitian – penelitian sebelumnya. Untuk mengetahui apakah hipotesis diterima atau ditolak, peneliti melakukan analisis regresi berganda terhadap data-data yang telah dikumpulkan. Kerangka berfikir pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1
28
Gambar 3.1 Kerangka Berfikir
3.2
Konsep Penelitian Berdasarkan
kerangka
berfikir,
kemudian
disusun
konsep
yang
menjelaskan hubungan antar variable dalam penelitian ini. Konsep penelitian ini merupakan hubungan logis dari landasan teori dan kajian empiris yang telah dijelaskan pada kajian pustaka. Konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada
29
Gambar 3.2 Konsep Penelitian
H1 H2 H3 H4
H5
3.3
Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara dari pokok permasalahan
penelitian yang diuji kebenarannya (Sugiyono, 2007:93). Berdasarkan pada rumusan masalah, tujuan penelitian, dan kajian teori yang relevan ataupun hasil penelitian sebelumnya, maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut.
3.3.1
Pengaruh Profesionalisme pada Kinerja Auditor Vroom (1964) mengemukakan bahwa kinerja karyawan dipengaruhi oleh
profesionalisme
dan
motivasi
kerja
merupakan
kemauan
individu
untuk
menggunakan usaha yang tinggi dalam upaya mencapai tujuan-tujuan perusahaan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Apabila tuntutan kerja yang dibebankan pada individu tidak sesuai dengan kemampuannya (ability) maka kinerja yang diharapkan akan sulit tercapai.
30
Penelitian sebelumnya oleh Mock dan Samet (1982), Schroder (1986), Corcello (1992), Sutton (1993), serta Sutton dan Lampe (1991) dalam Astriyani (2007) telah menguji profesionalisme auditor mengenai kualitas audit yang ada. Pengabdian pada profesi dicerminkan dari dedikasi profesionalisme dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki. Pekerjaan didefinisikan sebagai tujuan, bukan hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan (Hall dalam Astriyani, 2007). Totalitas ini sudah menjadi komitmen pribadi, sehingga kompensasi utama yang di harapkan dari pekerjaan adalah kepuasan rohani, baru kemudian materi. Cahyasumirat (2006) menyatakan bahwa pengabdian pada profesi dan kewajiban sosial mempunyai hubungan yang positif terhadap kinerja auditor. Kewajiban sosial adalah suatu pandangan tentang pentingnya peranan profesi serta manfaat yang diperoleh baik masyarakat maupun profesional karena adanya pekerjaan tersebut (Hall, 1998 dalam Astriyani, 2007). Kesadaran auditor demi kelanjutan profesi dan jasa yang diberikan, akuntansi profesional memikul tanggungjawab pada klien, masyarakat, kolega dan pada dirinya sendiri akan menumbuhkan sikap moral untuk melakukan pekerjaan sebaik mungkin. Rahmawati (1997) menyatakan bahwa kewajiban sosial berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Kurniawan (2009) menyatakan kemandirian sebagai suatu pandangan seseorang yang profesional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain (pemerintah, klien, mereka yang bukan anggota profesi). Adanya intervensi yang datang dari luar dianggap sebagai hambatan yang dapat
31
mengganggu otonomi profesional. Rasa kemandirian akan timbul melalui kebebasan yang diperoleh.
Pekerjaan yang terstruktur dan dikendalikan oleh
manajemen secara ketat, akan sulit menciptakan tugas yang menimbulkan rasa kemandirian dalam tugas. Kemandirian yang sudah terwujud dalam diri auditor akan terwujud pula dalam penentuan tingkat materialitas, sehingga benar-benar mencerminkan keadaan yang sesungguhnya. Keyakinan pada profesi adalah suatu keyakinan bahwa yang paling berwenang menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi, bukan orang luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan auditor (Hall dalam Astriyani, 2007). Bila yang menilai pekerjaan mempunyai pengetahuan yang sama, maka kesalahan akan dapat diketahui. Adanya keyakinan pada profesi tersebut memberikan motivasi bagi auditor untuk memberikan hasil pekerjaan serta pertimbangan yang dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Rahmawati (1997) dan Cahyasumirat (2006) juga menyatakan bahwa keyakinan pada profesi berpengaruh terhadap kinerja auditor. Hubungan dengan sesama profesi adalah menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk didalamnya organisasi formal dan kelompok kolega informal sebagai ide utama dalam pekerjaan (Hall dalam Astriyani, 2007). Melalui ikatan profesi ini para profesional membangun kesadaran profesional. Dengan banyaknya tambahan masukan akan menambah akumulasi pengetahuan auditor sehingga dapat lebih bijaksana dalam membuat perencanaan dan pertimbangan dalam proses pengauditan. Penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Cahyasumirat (2006) dan Rahmawati (1997) juga menyatakan bahwa
32
hubungan dengan sesama profesi berpengaruh terhadap kinerja auditor. Berdasarkan pemikiran diatas, maka hipotesis alternatif sebagai berikut: H1
: Profesionalisme Auditor berpengaruh positif pada kinerja auditor
3.3.2 Pengaruh Independensi Auditor pada Kinerja Auditor Independensi akuntan publik merupakan salah satu karakter sangat penting untuk profesi akuntan publik di dalam melaksanakan pemeriksaan akuntansi (auditing) terhadap kliennnya. Akuntan publik dalam melaksanakan pemeriksaan, memperoleh kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan keuangan untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh klien. Klien dapat mempunyai kepentingan yang berbeda, bahkan mungkin bertentangan dengan kepentingan para pemakai laporan keuangan. Kepentingan pemakai laporan keuangan yang satu mungkin berbeda dengan pemakai lainnya. Oleh karena itu dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa, akuntan publik harus bersikap independen terhadap kepentingan klien, para pemakai laporan keuangan, maupun terhadap kepentingan akuntan publik itu sendiri. Kode Etik Akuntan Indonesia pasal 1 ayat dua menyatakan bahwa setiap anggota harus mempertahankan integritas, obyektivitas dan independensi dalam melaksanakan tugasnya. Seorang auditor yang mempertahankan integritas, akan bertindak jujur dan tegas dalam memertimbangkan fakta, terlepas dari kepentingan pribadi. Auditor yang mempertahankan objektivitas, akan bertindak adil tanpa dipengaruhi tekanan dan permintaan pihak tertentu atau kepentingan
33
pribadinya. Auditor yang menegakkan independensinya, tidak akan terpengaruh dan tidak dipengaruhi oleh berbagai kekuatan yang berasal dari luar diri auditor dalam mempertimbangkan fakta yang dijumpainya dalam pemeriksaan. Di samping itu dengan adanya kode etik, masyarakat akan dapat menilai sejauh mana auditor telah bekerja sesuai dengan standar-standar etika yang telah ditetapkan oleh profesinya. Bhagat dan Black (2001) menyatakan bahwa suatu perusahaan dengan pimpinan yang independen tidak selalu berarti kinerja perusahaan menjadi lebih baik daripada perusahaan yang lain. Independensi merupakan aspek penting bagi profesionalisme akuntan khususnya dalam membentuk integritas pribadi yang tinggi. Hal ini disebabkan karena pelayanan jasa akuntan sangat dipengaruhi oleh kepercayaan klien maupun publik secara luas dengan berbagai macam kepentingan yang berbeda. Seorang auditor yang memiliki independensi tinggi maka kinerjanya akan menjadi lebih baik. Berdasarkan pemikiran diatas, maka hipotesis alternatif sebagai berikut: H2
: Independensi auditor berpengaruh positif pada kinerja auditor
3.3.3 Pengaruh Etika Bisnis pada Kinerja Auditor Etika profesi merupakan landasan etika yang harus dipahami dan dilaksanakan oleh setiap auditor (Arens, 2003). Agoes (2004) menunjukkan kode etik IAPI dan aturan etika Kompartemen Akuntan Publik, Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) dan standar pengendalian mutu auditing merupakan acuan yang baik untuk mutu auditing. Etika profesi merupakan karakteristik suatu
34
profesi yang membedakan suatu profesi dengan profesi lain, yang berfungsi untuk mengatur tingkah laku para anggotanya (Herawaty dan Susanto, 2009). Kode etik harus dipenuhi dan ditaati oleh setiap profesi yang memberikan jasa pelayanan kepada masyarakat dan merupakan alat kepercayaan bagi masyarakat luas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap profesional wajib menaati etika profesinya terkait dengan pelayanan yang diberikan apabila menyangkut kepentingan masyarakat luas. Pemahaman akan etika profesi tentunya akan mengarahkan sikap dan perilaku auditor dalam melaksanakan tugas guna mencapai hasil yang lebih baik. Dalam melaksanakan pemeriksaan, seorang auditor harus menjunjung tinggi etika profesinya sebagai auditor agar tercipta transparasi dalam pengelolaan keuangan Negara. Pemahaman etika ini akan mengarahkan sikap, tingkah laku dan perbuatan auditor dalam mencapai hasil yang lebih baik. Yanhari (2007) juga menemukan bahwa etika profesi berpengaruh terhadap kode etik atau etika auditor akan mengarahkan pada sikap, tingkah laku, dan perbuatan auditor dalam menjalankan tugas dan kewajibannya kaitannya untuk menjaga mutu auditor yang tinggi. Berdasarkan pemikiran diatas, maka hipotesis alternatif sebagai berikut: H3
3.3.4
: Etika profesi berpengaruh positif pada kinerja auditor
Pengaruh Budaya Organisasi pada Kinerja Auditor Setiap perusahaan pasti memiliki makna sendiri terhadap kata budaya itu
sendiri, yang meliputi : identitas, ideologi, etos, budaya, pola perilaku, eksistensi, aturan, filosofi, tujuan spirit, sumber informasi, gaya dan visi perusahaan. Jadi
35
dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi (corporate culture) adalah sebagai aturan main yang ada dalam perusahaan yang menjadi pegangan bagi sumberdaya manusia perusahaan dalam menjalankan kewajiban dan nilai-nilai untuk berperilaku dalam perusahaan. Flamholtz dan Narasimhan (2005) meneliti tentang pengaruh perbedaan elemen-elemen budaya terhadap kinerja keuangan, dengan menggunakan 702 responden pada perusahaan industri di US. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa beberapa elemen budaya organisasi mempunyai pengaruh yang berbeda pada kinerja keuangan perusahaan. Budaya mempengaruhi banyak aspek kehidupan baik organisasi maupun individu, Sherriton and Stren (1997: 212). Peran budaya organisasi adalah sebagai sarana untuk menentukan arah organisasi, mengarahkan apa yang patut dan tidak patut dikerjakan, bagaimana mengalokasikan sumber daya organisasi (Pramastuti, 2006). Budaya organsasi diprediksi menjadi faktor yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan atau kegagalan organisasi di masa mendatang. Budaya yang merosot akan berdampak negatif terhadap kinerja organisasi. Budaya organisasi yang menghambat kinerja terdapat pada banyak organisasi, bahkan diberbagai organisasi yang penuh dengan orang pandai sekalipun. Walaupun budaya relatif sulit berubah, tetapi budaya organisasi dapat dibuat agar lebih meningkatkan kinerja. Budaya organisasi adalah komponen yang sangat penting dalam meningkatkan kinerja karyawan, namun demikian agar kinerja karyawan meningkat maka harus ditingkatkan pula motivasi kerjanya. Budaya organisasi
36
pada sisi internal karyawan akan memberikan sugesti kepada semua perilaku yang diusulkan oleh organisasi agar dapat dikerjakan, penyelesaian yang sukses, dan akibatnya akan memberikan keuntungan pada karyawan itu sendiri (Hofstede, 1990). Akibatnya karyawan akan memiliki kepercayaan pada diri sendiri, kemandirian dan mengagumi dirinya sendiri. Sifat-sifat ini akan dapat meningkatkan
harapan
karyawan
agar
kinerjanya
semakin
meningkat.
Berdasarkan pemikiran diatas, maka hipotesis alternatif sebagai berikut: H4
:
Budaya organisasi berpengaruh positif pada kinerja auditor
3.3.5 Pengaruh Gaya Kepemimpinan pada Kinerja Auditor Gaya kepemimpinan berkenaan dengan cara-cara yang digunakan oleh manajer untuk mempengaruhi bawahannya. Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan seorang manajer pada saat ia mempengaruhi perilaku bawahannya. Jika kepemimpinan tersebut terjadi pada suatu organisasi formal tertentu, di mana para manajer perlu mengembangkan karyawan, membangun iklim motivasi, menjalankan fungsi-fungsi manejerial dalam rangka menghasilkan kinerja yang tinggi dan meningkatkan kinerja perusahaan, maka manajer perlu menyesuaikan gaya kepemimpinannya (Trisnaningsih, 2007). Wibowo (2009) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh positif terhadap kinerja. Kinerja auditor merupakan tindakan atau pelaksanaan tugas pemeriksaan yang telah diselesaikan oleh auditor dalam kurun waktu tertentu. Kriteria penilaian kinerja auditor dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan: (a) Kemampuan, yaitu kecakapan seseorang dalam menyelesaikan
37
pekerjaan. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, pengalaman kerja, bidang pekerjaan, dan faktor usia. (b) Komitmen profesional, yaitu tingkat loyalitas individu pada profesinya. (c) Motivasi, yaitu keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai suatu tujuan. (d) Kepuasan kerja, yaitu tingkat kepuasan individu dengan posisinya dalam organisasi.
Pemimpin adalah pemain utama yang
menentukan berhasil atau tidaknya suatu organisasi. Pemimpin dapat memberikan pengaruh dalam menanamkan disiplin bekerja para anggota organisasi untuk meningkatkan kinerjanya. Gaya kepemimpinan dapat mempengaruhi kreatifitas kinerja auditor dalam melaksanakan tugasnya sebagai anggota organisasi. Berdasarkan pemikiran diatas, maka hipotesis alternatif sebagai berikut: H5
: Gaya kepemimpinan berpengaruh positif pada kinerja auditor.
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1
Rancangan penelitian Pada rancangan sebuah penelitian akan dijelaskan mengenai langkah awal
hingga akhir mengenai tata cara dilakukannya penelitian ini membentuk proses dan hasil yang objektif, efektif, valid, dan efisien. Penelitian ini diawali dengan menetapkan suatu tujuan dimana penelitian ini memiliki tujuan untuk mendapatkan bukti secara statistik pengaruh komponen profesionalisme, independensi auditor, etika profesi, budaya organisasi dan gaya kepemimpinan terhadap kinerja auditor. Dalam penelitian ini, menggunakan enam variabel yaitu kinerja auditor sebagai variabel dependen, lima variabel independen yaitu profesionalisme, independensi auditor, etika profesi, budaya organisasi dan gaya kepemimpinan terhadap kinerja auditor. Penelitian ini dilakukan pada kantor akuntan publik di wilayah Bali yang terdaftar dalam direktori yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia tahun 2014 yang seluruhnya berlokasi di Bali. Gambar 4.1 menunjukkan Rancangan Penelitian yang digunakan, mulai dari latar belakang hingga uji hipotesis dan simpulan serta saran.
38
39
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian
40
4.2
Lokasi Penelitian dan Penentuan Sumber Data Penelitian ini dilakukan pada Kantor Akuntan Publik di wilayah Bali yang
terdaftar dalam Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) tahun 2014 yang seluruhnya berlokasi di Kota Denpasar. Berdasarkan sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber data yang dikumpulkan secara khusus dan berhubungan langsung dengan permasalahan yang diteliti (Cooper dan Pamela, 2001:56). 2) Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari sejumlah data atau dokumen yang berasal dari tangan kedua atau lebih yang berkaitan terhadap objek penelitian (Cooper dan Pamela, 2001:57).
4.3
Metode Penentuan Sampel
4.3.1 Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008:115). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor kantor akuntan publik di Bali yang tergabung dalam Institut Akuntan Publik Indonesia berjumlah 74 orang.
4.3.2 Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2008:116). Teknik penentuan sampel dalam hal ini adalah
41
dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu auditor yang bekerja pada kantor akuntan publik di Bali yang terdaftar pada Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) tahun 2014, dengan menggunakan pertimbangan tertentu, yaitu : Auditor yang mempunyai pengalaman kerja minimal dua tahun dan sudah pernah melakukan penugasan audit. Dipilih telah bekerja dua tahun, karena telah memiliki waktu dan pengalaman untuk beradaptasi serta menilai kondisi lingkungan kerjanya (Wibowo, 2009). Data mengenai sampel dapat diringkas sebagai berikut: Tabel 4.1 Kantor Akuntan Publik yang Terdaftar di Bali Tahun 2014 Nama Kantor Jumlah Jumlah No Alamat Kantor Akuntan Publik Akuntan Publik Populasi Sampel 1. KAP Drs. Ida Jl. Hasanuddin No.1 Denpasar/Tlp. 2 1 Bagus Djagera 27460 2. KAP Drs. Johan, Jl. Muding Indah I No.5 Kuta 20 17 Malonda, Astika, & Utara, Kerobokan/Tlp. 434884 Rekan (Cab.) 3. KAP K. Gunarsa Jl. Tukad Banyu Sari II No.5 7 5 Denpasar/Tlp. 225580 4. KAP Drs. Ketut Perumahan Padang Pesona Graha 5 5 Budiartha Adhi Blok A 6, Jl. Gunung Agung Denpasar Barat 5. KAP Drs. Sri Jl. Gunung Muria Blok VE No.4 18 15 Marmo Denpasar/ Tlp. 480033 Djogosarkoro 6. KAP Drs. Wayan Jl. Pura Demak I Gang Buntu No. 9 6 Sunasdyana 89, Pemecutan Kelod Denpasar/Tlp. 7422329 7. KAP I Wayan JL. Rampai No. 1 A Lantai 3 10 8 Ramantha 8.
KAP Drs. Ketut Muliartha R.M. & Rekan Jumlah
Gedung Guna Teknosa, Jl. Drupadi No.25 Renon, Denpasar/ Tlp. 248110
Sumber :Directory IICPA, 2014
3
3
74
60
42
4.4
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Metode kuesioner yang berupa serangkaian pernyataan yang diajukan kepada responden (Sugiyono, 2008:135). Kuesioner yang disebar berupa daftar pernyataan tertulis kepada responden mengenai pengaruh profesionalisme auditor, independensi auditor, etika profesi, budaya organisasi dan gaya kepemimpinan terhadap kinerja auditor pada KAP di Bali. Hasil jawaban kemudian diukur dengan menggunakan skala Likert modifikasi, yaitu pilihan jawaban responden diberi nilai dengan skala 4 poin, skor tertinggi adalah 4 dan skor terendah adalah 1. Hal ini dilakukan untuk menghindari bias jawaban apabila menggunakan skala 5 poin, dimana responden cenderung memilih jawaban yang netral untuk pertanyaan atau pernyataan yang meragukan bagi responden. Jika diberikan kategori jawaban di tengah, maka data penelitian akan banyak hilang sehingga akan mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring dari responden (Hadi, 1991 dalam Badera, 2008). Jawaban responden diberi skor 1 (satu) untuk pilihan Sangat Tidak Setuju (STS), skor 2 (dua) untuk pilihan Tidak Setuju (TS), skor 3 (tiga) untuk pilihan Setuju (S), dan skor 4 (empat) untuk pilihanSangat Setuju (SS).
4.5
Variabel Penelitian
4.5.1 Identifikasi Variabel Berdasarkan pokok permasalahan dan hipotesis yang dirumuskan, maka variabel yang dianalisis dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu variabel bebas
43
(independent variabel) yaitu suatu variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab berubahnya atau timbulnya variabel terikat dan variabel terikat (dependent variabel) yaitu suatu varibel yang dipengaruhi atau menjadi akibat adanya variabel bebas. Penelitian ini menggunakan variabel bebas (X), yakni: a) Profesionalisme Auditor (X1) b) Independensi Auditor (X2) c) Etika Profesi (X3) d) Budaya Organisasi (X4) e) Gaya Kepemimpinan (X5) Variabel terikat (Y) yang digunakan dalam penelitian ini adalah kinerja auditor.
4.5.2 Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel menurut Ikhsan (2008 : 62) merupakan suatu definisi yang dinyatakan dalam bentuk istilah secara spesifik atau dengan pengukuran tertentu. Definisi operasional dibentuk dengan cara mencari indikator empiris konsep. Adapun variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini dapat didefinisikan sebagai berikut: 1) Lima dimensi Profesionalisme yang terdiri dari: a. Pengabdian pada profesi dicerminkan dari dedikasi profesionalisme dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki. Keteguhan untuk tetap melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan ekstrinsik kurang. Sikap ini adalah ekspresi dari pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan. Pekerjaan didefinisikan sebagai tujuan, bukan
44
hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan. Totalitas ini sudah menjadi komitmen pribadi, sehingga kompensasi utama yang diharapkan dari pekerjaan adalah kepuasan rohani, baru kemudian materi. Pengabdian padaprofesi diukur dengan memberikan skor pada 7 item pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner dengan menggunakan Skala Likert, yaitu skor 4 untuk Sangat Setuju, skor 3 untuk Setuju, skor 2 untuk Tidak Setuju, dan skor 1 untuk Sangat Tidak Setuju. b. Kewajiban sosial adalah pandangan tentang pentingnya peranan profesi dan manfaat yang diperoleh baik masyarakat maupun profesional karena adanya pekerjaan tersebut. Kewajiban sosial diukur dengan memberikan skor pada 6 item pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner dengan menggunakan Skala Likert, yaitu skor 4 untuk Sangat Setuju, skor 3 untuk Setuju, skor 2 untuk Tidak Setuju, dan skor 1 untuk Sangat Tidak Setuju. c. Kemandirian dimaksudkan sebagai suatu pandangan seseorang yang profesional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain (pemerintah, klien, dan bukan anggota profesi). Setiap ada campur tangan dari luar dianggap sebagai hambatan kemandirian secara profesional. Kemandirian diukur dengan memberikan skor pada 4 item pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner dengan menggunakan Skala Likert, yaitu skor 4 untuk Sangat Setuju, skor 3 untuk Setuju, skor 2 untuk Tidak Setuju, dan skor 1 untuk Sangat Tidak Setuju.
45
d. Keyakinan pada profesi adalah suatu keyakinan bahwa yang paling berwenang menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi, bukan orang luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka. Keyakinan pada profesi diukur dengan memberikan skor pada 4 item pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner dengan menggunakan Skala Likert, yaitu skor 4 untuk Sangat Setuju, skor 3 untuk Setuju, skor 2 untuk Tidak Setuju, dan skor 1 untuk Sangat Tidak Setuju. e. Hubungan dengan sesama profesi adalah menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk didalamnya organisasi formal dan kelompok kolega informal sebagai ide utama dalam pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini para profesional membangun kesadaran profesional. Hubungan dengan sesama profesi diukur dengan memberikan skor pada 4 item pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner dengan menggunakan Skala Likert, yaitu skor 4 untuk Sangat Setuju, skor 3 untuk Setuju, skor 2 untuk Tidak Setuju, dan skor 1 untuk Sangat Tidak Setuju. 2) Independensi auditor merupakan dasar utama kepercayaan masyarakat pada profesi akuntan publik dan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk menilai mutu jasa audit. Menurut Eric (1975) dalam Priyanti (2007:27) mendefinisikan independensi sebagai sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, dan tidak tergantung pihak lain. Komponen
yang
digunakan
untuk
penilaian
dalam
penelitian
ini
menggunakan instrument yang dikembangkan Mautz dan Sharaf (1961)
46
dalamWibowo (2009) yaitu independensi penyusunan program, independensi investigative,
dan
independensi
pelaporan
yang
terdiri
dari
11
item.Independensi auditor diukur dengan memberikan skor pada 11 item pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner dengan menggunakan Skala Likert, yaitu skor 4 untuk Sangat Setuju, skor 3 untuk Setuju, skor 2 untuk Tidak Setuju, dan skor 1 untuk Sangat Tidak Setuju. 3) Etika profesi adalah unsur -unsur yang membentuk tingkah laku dan nilainilai bersama yang telah disepakati untuk bekerja sesuai dengan normanorma atau kode etik yang ada guna mencapai tujuan organisasi. Penelitian ini menggunakan 13 instrumen yang dikembangkan oleh Suarniti (2010). Indikator-indikator dari etika profesi antara lain: kepribadian dan tanggung jawab profesi, integritas, objektivitas, kehati-hatian dan kerahasian. Etika Profesi diukur dengan memberikan skor pada 13 item pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner dengan menggunakan Skala Likert, yaitu skor 4 untuk Sangat Setuju, skor 3 untuk Setuju, skor 2 untuk Tidak Setuju, dan skor 1 untuk Sangat Tidak Setuju. 4) Budaya organisasi merupakan nilai – nilai dominan yang disebarluaskan dalam perusahaan dan diacu sebagai filosofi kinerja karyawan. Variabel budaya organisasi dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan indikator dari unsur-unsur budaya organisasi kuat yang dikembangkan oleh Supartha (2008), antara lain: kejelasan nilai-nilai keyakinan, penyebar luasan nilainilai dan keyakinan, intensitas pelaksanaan nilai-nilai inti, kohesi, dan komitmen. Budaya organisasi diukur dengan memberikan skor pada 5 item
47
pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner dengan menggunakan Skala Likert, yaitu skor 4 untuk Sangat Setuju , skor 3 untuk Setuju, skor 2 untuk Tidak Setuju, dan skor 1 untuk Sangat Tidak Setuju. 5) Gaya kepemimpinan yang digunakan oleh seorang pemimpin untuk mempengaruhi di dalam mengatur dan mengkoordinasikan bawahannya dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan yang efektif. Variabel gaya kepemimpinan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Gibson (1996) dalam Pebi (2010). Instrumen terdiri dari 5 item gaya kepemimpinan konsiderasi dan 4 item gaya kepemimpinan struktur inisiatifyang terdapat dalam kuesioner dengan menggunakan Skala Likert, yaitu skor 4 untuk Sangat Setuju, skor 3 untuk Setuju, skor 2 untuk Tidak Setuju, dan skor 1 untuk Sangat Tidak Setuju.
4.6
Teknik Analisis Data
4.6.1 Pengujian Instrumen Dalam penelitian ini, kesungguhan responden dalam menjawab pertanyaan kuesioner merupakan hal yang sangat penting, karena keabsahan (validitas) suatu hasil, penelitian sangat ditentukan oleh alat pengukur instrumen yang digunakan dalam data yang diperoleh. Berdasarkan pertimbangan tersebut, dalam penelitian ini dilakukan pengujian apakah instrumen dan data penelitian berupa jawaban responden telah dijawab dengan benar atau tidak. Pengujian tersebut meliputi pengujian validitas dan pengujian reliabilitas (Sugiyono, 2008:86).
48
1)
Uji Validitas Uji validitas bertujuan untuk menguji seberapa baik instrumen penelitian mengukur konsep yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2008:109). Pengujian validitas dapat dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor masing-masing butir pertanyaan dengan total skor (analisis pearson correlation) dengan bantuan fasilitas software Statistics Package of Social Science (SPSS) for Windows versi 17.0. Syarat minimum suatu kuesioner untuk memenuhi validitas adalah jika r bernilai minimal 0,3 (Sugiyono, 2008:124). Nilai korelasi antara skor item dengan total item kemudian dibandingkan dengan r kritis (0,3). Jika korelasi item terhadap skor total lebih besar dari r kritis (0,3) maka instrumen penelitian tersebut dikatakan valid.
2)
Uji Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk (Ikhsan, 2008:213). Reliabilitas atau keandalan instrumen menunjukkan sejauh mana suatu pengukuran dapat memberikan hasil yang konsisten bila dilakukan pengukuran kembali terhadap gejala yang sama dengan alat pengukur yang sama (Sugiyono, 2008:110). Item-item pertanyaan atau pernyataan dapat dikatakan reliabel apabila memberikan nilai Cronbach Alpha (α) > 0,60 (Nunnally, 1967 dalam Ghozali, 2006:42). Untuk menguji reliabilitas pada penelitian ini digunakan uji statistic Cronbach alpha dengan bantuan komputer melalui program SPSS for Windows versi 17.0. Item-item
49
pertanyaan dapat dikatakan reliabel apabila koefisien korelasinya berada di atas 0,60 (Ghozali, 2006:42).
4.6.2 Uji Asumsi Klasik Sehubungan dengan penggunaan metode regresi linier berganda maka perlu dilakukan pengujian asumsi klasik. 1)
Uji Normalitas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dengan variabel bebas mempunyai distribusi normal atau tidak normal. Model regresi yang baik adalah data yang terdistribusi normal (Ghozali, 2006:110). Caranya adalah dengan membandingkan hasil dari Kolmogorov-Smirnov hitung dengan Kolmogorov-Smirnov tabel. Dengan menggunakan hasil olahan SPSS kesimpulan dapat ditarik dengan melihat Sig (2-tailed). Jika Sig (2-tailed) lebih besar dari level of significant yang dipakai, maka dapat disimpulkan bahwa residual yang dianalisis berdistribusi normal.
2)
Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antarvariabel bebas (Ghozali, 2006:91). Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance atau variance inflation factor (VIF). Jika nilai tolerance lebih dari 10% atau VIF kurang dari 10, maka dikatakan tidak ada multikolinearitas.
50
3)
Uji Heteroskedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2006:105). Pengujian ini dilakukan dengan uji Glejser yakni dengan cara meregresi nilai absolute residual dari model yang diestimasi terhadap variabel independen. Jika tidak ada satupun variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap nilai absolute residual atau nilai signifikansinya di atas 5%, maka tidak terjadi heterokedastisitas.
4.6.3 Regresi Linear Berganda Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kuantitaif. Analisis ini meliputi analisis regresi linier berganda. Analisis tersebut dapat dihitung dengan menggunakan alat bantu komputer yaitu program Statistical Package for the Social Sciences (SPSS). Uji hipotesis melalui analisis linier berganda (multiple), adalah untuk mencari pengaruh profesionalisme auditor (X1), independensi auditor (X2), etika profesi (X3) , budaya organisasi (X4), gaya kepemimpinan (X5) terhadap kinerja auditor (Y). Bentuk umum dari persamaan regresi linier berganda secara sistematis sebagai berikut: Y = α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e..................................(2) Dimana : Y
: Kinerja Auditor
51
α X1 X2 X3 X4 X5 b1 b2 b3 b4 b5 e (1)
: konstanta : Profesionalisme Auditor : Independensi Auditor : Etika Profesi : Budaya Organisasi : Gaya Kepemimpinan : Koefisien regresi variabel X1 : Koefisien regresi variabel X2 : Koefisien regresi variabel X3 : Koefisien regresi variabel X4 : Koefisien regresi variabel X5 :Error Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) merupakan ukuran kesesuaian atau ketepatan garis regresi terhadap data, atau menunjukkan proporsi variasi total variabel variabel terikat yang dijelaskan oleh variabel bebasnya secara bersama sama (Wirawan, 2002:229). Nilai (R2) yang kecil akan bearti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai (R2) yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
(2)
Uji Hipotesis Uji statistik F (F test) bertujuan untuk mengetahui kelayakan model regresi linear berganda sebagai alat analisis yang menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Bila nilai signifikansi annova < α = 0,05 maka model ini layak atau fit.
52
(3)
Uji statistik t Uji statistik t (t test) digunakan untuk menguji apakah koefisien regresi parsial berbeda secara signifikan dari nol atau apakah suatu variabel bebas secara individu berpengaruh terhadap variabel terikatnya. Kriteria pengambilan keputusannya dilakukan dengan membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel. Apabila nilai statistik t hasil perhitungan lebih tinggi dibandingkan nilai t tabel. Ha yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen diterima. Taraf nyata atau level of significant (α) yang digunakan adalah 5% (0,05).
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Data Penelitian 5.1.1 Deskripsi Responden Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 60 auditor. Dari 60 kuesioner yang disebar, kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 56 kuesioner (93,34%) sedangkan 4 kuesioner (6,67%) tidak dapat digunakan karena 3 kuesioner tidak kembali dan 1 kuesioner tidak dijawab dengan lengkap.. Ringkasan distribusi kuesioner penelitian isajikan dalam tabel 5.2.1 berikut: Tabel 5.1 Rincian Kuesioner Penelitian Keterangan
Jumlah
Persentase
Kuesioner yang disebar
60
100%
Kuesioner yang tidak kembali
3
5%
Kuesioner yang kembali
57
95%
Kuesioner yang gugur/tidak lengkap
1
1,67%
Kuesioner yang dapat digunakan
56
93,34%
Tingkat pengembalian : 57/60 x 100% = 95% Tingkat pengembalian yang digunakan : 56/60 x 100% = 93,34% Sumber: data diolah, 2014 5.1.2
Karakteristik Responden Karakteristik responden penelitian merupakan profil dari 56 responden
yang berpartisipasi dalam pengisian kuesioner penelitian ini. Profil responden memaparkan mengenai jenis kelamin, jenjang pendidikan, jabatan responden, bidang kerja yang ditangani dan lamanya responden bekerja sebagai auditor. 53
54
Berikut adalah tabel yang menunjukkan profil responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini : Tabel 5.2 Profil Responden (N=56) Keterangan
Jumlah
Persentase
1. Laki-laki
24
42,86
2. Perempuan
32
57,15
1. Diploma
10
17,86
2. S1
44
78,57
3. S2
2
3,57
4. S3
-
-
1. Partner
1
1,79
2. Senior Auditor
12
21,43
3. Junior Auditor
43
76,79
-
-
1. 2 s/d 5 tahun
44
78,58
2. 5 s/d 10 tahun
7
12,50
3. lebih dari 10 tahun
5
8,93
Jenis Kelamin
Jenjang Pendidikan
Jabatan
4. Lain-lain Lama bekerja
Sumber: Data diolah, 2014 Berdasarkan gender, dalam penelitian ini jumlah responden yang berkelamin laki-laki sebanyak 24 responden atau (42,86%), sedangkan jumlah responden yang berkelamin perempuan sebanyak 32 responden atau (57,15%). Berdasarkan jenjang pendidikan yakni D3 sebanyak 10 responden atau (17,86%),
55
S1 sebanyak 44 responden atau (78,57 %), S2 sebanyak 2 responden atau (3,57 %) dan S3 sebanyak 0 responden. Dalam penelitian ini responden memiliki jabatan yang bervariasi di antaranya adalah sebagai partner 1 responden atau (1,79 %), senior auditor sebanyak 12 responden atau ( 21,43 %), junior auditor sebanyak 43 responden atau (76,79 %). Berdasarkan bidang kerja yang ditangani yakni menangani auditing sebanyak 43 responden atau (76,79%), sebagai konsultan manajemen sebanyak 3 responden atau (5,36%), dan sebagai konsultan perpajakan sebanyak 10 responden atau (17,86 %). Berdasarkan lama bekerja sebagai auditor yaitu kurang dari 5 tahun sebanyak 44 responden atau (78,58 %), 5 sampai 10 tahun sebanyak 7 responden atau (12,50%), dan yang lebih dari 10 tahun sebanyak 5 responden atau (8,93 %).
5.2
Hasil Penelitian
5.2.1 Hasil Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan informasi tentang karakteristik variabel penelitian seperti: jumlah amatan, nilai minimum, nilai maksimum, nilai mean dan standar deviasi. Nilai minimum adalah nilai terkecil atau terendah pada suatu gugus data, sedangkan nilai maksimum merupakan nilai terbesar atau nilai tertinggi pada suatu gugus data. Nilai mean (nilai rata-rata dari suatu gugus data) merupakan suatu ukuran pusat data bila data itu diurutkan dari yang terkecil sampai yang terbesar atau sebaliknya. Rata-rata (mean) merupakan cara yang paling umum digunakan untuk mengukur nilai sentral dari suatu distribusi data
56
yang diteliti. Standar deviasi merupakan ukuran penyimpangan sejumlah data dari nilai rata-ratanya. Berdasarkan Tabel 5.3 nilai N yang ditunjukkan adalah banyaknya kuesioner yang diolah yaitu sebanyak 56 kuesioner. Tabel 5.3 Hasil Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Profesionalisme auditor (X1)
56
29.51
91.49
72.3434 19.71419
Independensi Auditor (X2)
56
13.75
41.73
33.6846
9.08403
Etika Profesi (X3)
56
13.41
44.78
35.3146
9.93747
Budaya Organisasi (X4)
56
6.27
18.80
15.1371
4.26993
Gaya Kepemimpinan (X5)
56
10.52
33.92
26.0957
7.22865
Kinerja Auditor (Y)
56
12.31
41.11
32.2652
9.01779
Sumber: Lampiran 4
5.2.2 Uji Pendahuluan Uji validitas dan uji reliabilitas adalah uji yang dilakukan sebelum data dianalisis lebih lanjut. Kedua uji ini dilakukan pada saat data hasil penelitian terkumpul, yang kemudian ditransformasikan menjadi data uji dalam bentuk interval. Uji validitas merupakan pengujian terhadap item-item pertanyaan dalam kuesioner. Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah instrumen penelitian tepat digunakan dalam penelitian ini. Sebuah item dikatakan valid jika mempunyai dukungan yang kuat terhadap skor total, sedangkan uji reliabilitas merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui jawaban responden terhadap pertanyaan konsisten atau tidak.
57
1) Uji Validitas Uji validitas yang digunakan dengan korelasi Pearson. Korelasi Pearson digunakan untuk mengetahui ada dan tidaknya hubungan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel tergantung yang berskala interval (Umar, 2004:127). Suatu instrumen dikatakan valid apabila nilai koefisien thitung > 0,30. Selain itu juga dapat dilihat dari nilai signifikansi. Jika nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05 maka instrumen penelitian adalah valid. Tabel 5.4 Hasil Uji Validitas Nilai Pearson Variabel
N
Correlation Min
Max
Validitas
Profesionalisme Auditor (X1) -Pengabdian pada profesi
56
0,737
0,901
Valid
-Kewajiban Sosial
56
0,687
0,920
Valid
-Kemandirian
56
0,836
0,955
Valid
-Keyakinan pada profesi
56
0,757
0,890
Valid
-Hubungan dengan sesama profesi
56
0,861
0,897
Valid
IndependensiAuditor (X2)
56
0,744
0,890
Valid
Etika Profesi (X3)
56
0,764
0,910
Valid
Budaya Organisasi (X4)
56
0,760
0,869
Valid
Gaya Kepemimpinan (X5)
56
0,630
0,860
Valid
Kinerja auditor (Y)
56
0,458
0,933
Valid
Sumber: Lampiran 2 Hasil uji validitas untuk 11 item pernyataan variabel dependen kinerja auditor didapat nilai Pearson Correlation antara 0,458-0,933 dan nilai signifikansi 0,000, maka instrumen untuk variabel ini dapat dikatakan valid. Untuk variabel profesionalisme auditor pada dimensi pengabdian pada profesi sebanyak 6
58
pernyataan didapat nilai Pearson Correlation antara 0,737-0,901 dan nilai signifikansi 0,000 dapat disimpulkan instrumen ini valid, pada dimensi kewajiban sosial sebanyak 6 pernyataan didapat nilai Pearson Correlation antara 0,6870,920 dan nilai signifikansi 0,000 dapat disimpulkan instrumen ini valid, pada dimensi kemandirian sebanyak 4 pernyataan didapat nilai Pearson Correlation antara 0,836-0,955 dan nilai signifikansi 0,000 dapat disimpulkan instrumen ini valid, pada dimensi keyakinan pada profesi sebanyak 4 pernyataan didapat nilai Pearson Correlation antara 0,757-0,890 dan nilai signifikansi 0,000 dapat disimpulkan instrumen ini valid, pada dimensi hubungan dengan sesama profesi sebanyak 4 pernyataan didapat nilai Pearson Correlation antara 0,861-0,897 dan nilai signifikansi 0,000 dapat disimpulkan instrumen ini valid,
Untuk variabel
independensi auditor sebanyak 11 pernyataan didapat nilai Pearson Correlation antara 0,744-0,890 dan nilai signifikansi 0,000 dapat disimpulkan instrumen ini valid. Untuk variabel etika profesi sebanyak 12 pernyataan didapat nilai Pearson Correlation antara 0,764-0,910 dan nilai signifikansi 0,000 dapat disimpulkan instrumen ini valid. Untuk variabel budaya organisasi sebanyak 5 pernyataan didapat nilai Pearson Correlation antara 0,760-0,869 dan nilai signifikansi 0,000 dapat disimpulkan instrumen ini valid. Untuk variabel gaya kepemimpinan sebanyak 9 pernyataan didapat nilai Pearson Correlation antara 0,630-0,860 dan nilai signifikansi 0,000, dapat disimpulkan instrumen ini valid. Dengan demikian seluruh item dalam instrumen penelitian ini dianggap valid sehingga dapat digunakan untuk pengolahan data selanjutnya.
59
2) Uji Reliabilitas Uji ini menggunakan uji statistik Cronbach’s Alpha, dimana suatu item dikatakan reliabel jika nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0.60 (Ghozali, 2006: 42). Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu dan memberikan nilai Cronbach’s Alpha (α)>0,60. Nilai Cronbach’s Alpha antara 0,6 – 0,7 diindikasikan acceptable, nilai 0,7 – 0,8 diindikasikan baik, dan nilai diatas 0,8 diindikasikan sangat baik (Sekaran dalam Kurniawan, 2009). Hasil uji reliabilitas dalam penelitian ini terlihat dalam Tabel 5.5 berikut ini Tabel 5.5 Hasil Uji Reliabilitas Data Variabel
N
Cronbach Alpha
Reliabilitas
-Pengabdian pada profesi
56
0,903
Reliabel
-Kewajiban Sosial
56
0,899
Reliabel
-Kemandirian
56
0,892
Reliabel
-Keyakinan pada profesi
56
0,850
Reliabel
-Hubungan dengan sesama profesi
56
0,907
Reliabel
Independensi Auditor (X2)
56
0,952
Reliabel
Etika Profesi (X3)
56
0,958
Reliabel
Budaya Organisasi (X4)
56
0,887
Reliabel
Gaya Kepemimpinan (X5)
56
0,903
Reliabel
Kinerja Auditor (Y)
56
0,935
Reliabel
Profesionalisme Auditor (X1)
Sumber: Lampiran 3
60
5.2.3 Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik dilakukan untuk menguji ada tidaknya penyimpangan asumsi klasik pada persamaan regresi yang diperoleh. Adapun pengujian asumsi klasik yang dilakukan yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas dan uji heteroskedastisitas adalah untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual atau pengamatan yang lain. Hasil uji asumsi klasik yang diolah dengan bantuan program SPSS 17.0 for windows disajikan sebagai berikut. 1) Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini telah berdistribusi normal. Uji ini dapat dianalisa melalui uji one-sample Kolmogorov-Smirnov dengan melihat tingkat signifikansi. Jika tingkat signifikansi berada di atas 0,05 maka variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian berdistribusi normal. Rinciaan hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 5.6. Tabel 5.6 Hasil Uji Normalitas
N Normal Parameters(a,b) Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Sumber : Lampiran 5, 2014
Unstandardized Residual 56 .0000000 3.15045335 .148 .061 -.148 1.108 .171
61
Pada Tabel 5.6 dapat dilihat bahwa hasil uji normalitas untuk kelima variabel dalam penelitian ini menunjukkan nilai Asymp Sig (2-tailed) sebesar 0,171 yaitu lebih besar dari 0,05 yang berarti data dalam penelitian ini berdistribusi normal. 2) Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji adanya hubungan yang linear (multikolinearitas) antara variabel bebas yang satu dengan yang lain. Ghozali (2009:96) mengatakan bahwa untuk mengetahui terjadi tidaknya multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan varian inflantion factor (VIF) dari masing-masing variabel independen, nilai VIF yang kurang dari 10 dan angka tolerance lebih dari 0,1 mengindikasikan tidak adanya multikolinearitas. Pada Tabel 5.7 dapat dilihat hasil uji multikolinearitas antar variabel bebas. Tabel 5.7 Hasil Uji Multikolinearitas Variabel Profesionalisme Auditor (X1) Independensi Auditor (X2) Etika Profesi (X3) Budaya Organisasi (X4) Gaya Kepemiminan (X5) Sumber : Lampiran 6, 2014
Tolerance 0,548 0,544 0,366 0,575 0,540
VIF 1.825 1.837 2.729 1.738 1.853
Berdasarkan Tabel 5.7 diatas menunjukkan bahwa semua variabel memiliki nilai tolerance lebih dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat gejala multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.
62
3) Heterokedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Uji ini dapat dianalisa melalui uji glejser dengan melihat tingkat signifikansi. Jika tingkat signifikansi berada diatas 5% maka model regresi ini bebas dari masalah heterokedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada Tabel 5.8 berikut ini. Tabel 5.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Model 1
Unstandardized Coefficients Std. B Error
Standardized Coefficients
t
Sig.
Beta
(Constant)
3.851
1.071
3.595
.001
Profesionalisme Auditor
-.017
.058
-.203
-1.119
.269
Independensi Auditor
-.042
.034
-.227
-1.248
.218
Etika Profesi
.022
.038
.130
.588
.559
Budaya Organisasi
.085
.070
.216
1.219
.229
-.023
.043
-.100
-.548
.586
Gaya Kepemimpinan
Sumber : Lampiran 7, 2014 Tabel 5.8 diatas menunjukkan dengan jelas bahwa seluruh variabel memiliki nilai signifikansi diatas 5%, sehingga model regresi ini tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.
5.2.4 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh Profesionalisme Auditor (X1), Independensi Auditor (X2), Etika Profesi (X3), Budaya Organisasi (X4), Gaya Kepemimpinan (X5), terhadap Kinerja. Dengan menggunakan program SPSS 17.0 for windows, maka hasil analisis regresi dapat dilihat pada Tabel 5.9 di bawah ini.
63
Tabel 5.9 Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Model 1
Unstandardized Coefficients Std. B Error (Constant)
-5,593
2,104
Profesionalisme Auditor
0,066
0,031
Independensi Auditor
0,220
0,066
Etika Profesi
0,277
Budaya Organisasi
0,555
Gaya Kepemimpinan
0,289
R
0,937a
R2
0,878
Adjusted R2
Standardized Coefficients
t
Sig.
Beta -2,659
0,111
0,143
2,147
0,037
0,222
3,310
0,002
0,074
0,305
3,734
0,000
0,138
0,263
4,032
0,000
0,084
0,232
3,445
0,001
0,866
F Hitung
71,932
Signifikansi F
0,000a
Sumber : Lampiran 8, 2014 Dari rangkuman hasil analisis data diatas diperoleh hasil taksiran sebagai berikut: Bilangan konstanta (α)
= -5,593
Bilangan regresi Profesionalisme Auditor (b1)
=
0,066
Bilangan regresi Independensi Auditor (b2)
=
0,220
Bilangan regresi Etika Profesi (b3)
=
0,277
Bilangan regresi Budaya Organisasi (b4)
=
0,555
Bilangan regresi Gaya Kepemimpinan (b5)
=
0,289
Dari hasil diatas dapat disusun persamaan regresi linear berganda sebagai berikut: Y = -5,593 + 0,066X1 + 0,220X2 + 0,277X3 + 0,555X4 + 0,289X5 + e …… (5.1) Berdasarkan hasil uji regresi linear berganda diatas, dapat dilihat bahwa konstanta bernilai negatif yaitu sebesar -5,593 yang memiliki arti jika nilai variabel profesionalisme auditor, independensi auditor, etika profesi, budaya organisasi, dan gaya kepemimpinan sama dengan 0 maka kinerja auditor akan semakin berkurang. Nilai konstanta menunjukkan besarnya nilai variabel Y jika
64
variabel X adalah 0. Sedangkan nilai b menunjukkan besarnya perubahan variabel Y jika variabel X berubah sebesar satu satuan. Koefisien variabel bebas yang bernilai positif yaitu X1, X2, X3, X4, dan X5, dengan nilai masing-masing 0,066; 0,220; 0,277; 0,555; dan 0,289. Ini berarti variabel profesionalisme auditor, independensi auditor, etika profesi, budaya organisasi, dan gaya kepemimpinan berpengaruh positif pada kinerja auditor. Jika nilai masing-masing variabel meningkat, maka kinerja auditor akan semakin baik. Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan nilai nilai adjusted R2 0,866. Hal ini mengandung pengertian bahwa 86,6 persen variasi variabel kinerja auditor dapat dijelaskan oleh variasi variabel Profesionalisme Auditor, Independensi Auditor, Etika Profesi, Budaya Organisasi, Gaya Kepemimpinan, sedangkan sisanya sebesar 13,4 persen dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak masuk ke dalam model penelitian.
Nilai adjusted R2 merupakan nilai R2 yang disesuaikan sehingga gambarannya lebih mendekati model dalam populasi. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti akan meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat mengevaluasi model regresi (Ghozali, 2006:83).
65
5.2.5 Uji Statistik F (uji kelayakan model) Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi yang digunakan dalam penelitian ini layak atau tidak. Berdasarkan hasil regresi diperoleh nilai F hitung sebesar 71,932 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Karena signifikansi F hitung lebih kecil dari 0,05 , maka dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan untuk mengetahui pengaruh profesionalisme auditor, independensi auditor, etika profesi, budaya organisasi, dan gaya kepemimpinan pada kinerja auditor layak (fit).
5.2.6 Uji Statistik t (Uji Hipotesis) Hasil uji statistik t (uji hipotesis) menunjukkan besar pengaruh variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel independen. Untuk hasil pengujian secara parsial masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dapat dijabarkan sebagai berikut. 1)
Pengaruh Profesionalisme Auditor pada Kinerja Auditor Pengujian hipotesis pertama (H1) memiliki nilai b1=0,066 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,037 (sig<0,05), sehingga H1 diterima. Jadi variabel profesionalisme auditor berpengaruh positif pada kinerja auditor.
2)
Pengaruh Independensi Auditor pada Kinerja Auditor Pengujian hipotesis kedua (H2) memiliki nilai b2=0,220 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,002 (sig<0,05), sehingga H2 diterima. Jadi variabel independensi auditor berpengaruh positif pada kinerja auditor.
66
3)
Pengaruh Etika Profesi Auditor pada Kinerja Auditor Pengujian hipotesis ketiga (H3) memiliki nilai b3=0,277 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 (sig<0,05), sehingga H3 diterima. Jadi variabel etika profesi berpengaruh positif pada kinerja auditor.
4)
Pengaruh Budaya Organisasi Auditor pada Kinerja Auditor Pengujian hipotesis keempat (H4) memiliki nilai b4=0,555 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 (sig<0,05), sehingga H4 diterima. Jadi variabel budaya organisasi berpengaruh positif pada kinerja auditor.
5)
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Auditor pada Kinerja Auditor Pengujian hipotesis kelima (H5) memiliki nilai b5=0,289 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,001 (sig<0,05), sehingga H5 diterima. Jadi variabel budaya organisasi berpengaruh positif pada kinerja auditor.
Hasil uji statistik t (uji hipotesis) menunjukkan bahwa kelima hipotesis yang telah diuji yaitu Profesionalisme Auditor, Independensi Auditor, Etika Profesi, Budaya Organisasi dan gaya kepemimpinan memiliki pengaruh positif secara parsial terhadap kinerja auditor pada KAP di Bali.
BAB VI PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini terdapat lima hipotesis yang telah diuji secara parsial dengan menggunakan metode regresi linier berganda. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah variabel profesionalisme auditor, independensi auditor, etika profesi, budaya organisasi, dan gaya kepemimpinan berpengaruh secara parsial terhadap kinerja auditor. Hasil pengujian secara parsial masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dapat dijabarkan sebagai berikut. 1)
Pengaruh Profesionalisme Auditor pada Kinerja Auditor Pengujian hipotesis pertama (H1) memiliki nilai b1=0,066 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,037 (sig<0,05), sehingga H1 diterima. Jadi variabel profesionalisme auditor penelitian ini
berpengaruh positif pada kinerja auditor. Hasil
sejalan dengan penelitian Rahmawati (1997) dan Jantje
(1999) yang menyatakan bahwa profesionalisme berhubungan positif dengan kinerja auditor. Menurut Hardjana (2002) bahwa profesional adalah orang yang menjalani profesi sesuai dengan keahlian yang dimilikinya. Dalam hal ini, seorang profesional dipercaya dan dapat diandalkan dalam melaksanakan pekerjaannya sehingga dapat berjalan lancar, baik dan mendatangkan hasil yang diharapkan. Jadi dapat dijelaskan hubungan antara
67
68
Jadi dapat dijelaskan hubungan antara profesionalisme auditor dengan kinerja adalah apabila seorang auditor memiliki profesionalisme tinggi maka kinerjanya akan meningkat. Kondisi tersebut menyebabkan auditor akan dipercaya dan dapat diandalkan dalam melaksanakan pekerjaannya, sehingga dapat berjalan lancar, baik dan mendatangkan hasil yang diharapkan. 2)
Pengaruh Independensi Auditor terhadap Kinerja Auditor Pengujian hipotesis kedua (H2) memiliki nilai b2=0,220 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,002 (sig<0,05), sehingga H2 diterima. Jadi variabel independensi auditor berpengaruh positif
pada kinerja auditor. Hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian Wibowo (2009) yang menyatakan bahwa independensi auditor berpengaruh pada kinerja auditor. Hal tersebut berarti semakin independen seorang auditor maka akan semakin mempengaruhi kinerjanya.
Dapat disimpulkan adanya hubungan antara
independensi auditor dengan kinerja, bahwa seorang auditor yang memiliki independensi yang tinggi maka dia tidak akan mudah terpengaruh dan tidak mudah dikendalikan oleh pihak lain dalam mempertimbangkan fakta yang dijumpai dalam pemeriksaan dan dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya sehingga akan mempengaruhi tingkat pencapaian pelaksanaan suatu pekerjaan yang semakin baik atau dengan kata lain kinerjanya akan menjadi lebih baik.
69
3)
Pengaruh Etika Profesi Auditor terhadap Kinerja Auditor Pengujian hipotesis ketiga (H3) memiliki nilai b3=0,277 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 (sig<0,05), sehingga H3 diterima. Jadi variabel etika profesi berpengaruh positif pada kinerja auditor. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Suarniti (2010) yang menyatakan bahwa etika profesi berpengaruh signifikan pada kinerja auditor. Etika profesi sangat penting dalam menjalankan profesional akuntan. Dengan etika profesi yang tinggi auditor merefleksikan sikapnya sebagai individu yang independen, berintegritas dan berobyektivitas tinggi serta bertanggung jawab, sehingga dapat diberikan kepercayaan dalam melaksanakan tugas profesionalnya. Etika profesi seorang auditor akan mendukung dalam melaksanakan dan menyelesaikan
tugas-tugasnya
sehingga
tingkat
kesalahan
semakin
berkurang. Etika profesi dipandang sebagai faktor penting dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan karena etika profesi merupakan penguat kaedah prilaku sebagai pedoman yang harus dipenuhi dalam mengemban profesi. 4)
Pengaruh Budaya Organisasi Auditor terhadap Kinerja Auditor Pengujian hipotesis keempat (H4) memiliki nilai b4=0,555 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 (sig<0,05), sehingga H4 diterima. Jadi variabel budaya organisasi berpengaruh positif pada kinerja auditor. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Flamholtz dan Naraziman (2005:61) yang menemukan bahwa beberapa elemen budaya organisasi mempunyai pengaruh pada kinerja. Budaya organisasi yang terbina dengan baik dalam
70
perusahaan akan mempengaruhi perilaku karyawan yang selanjutnya akan bermuara pada prestasi kerja karyawan. Perilaku karyawan yang sesuai dengan budaya organisasi akan memberikan efek pada meningkatnya kinerja karyawan, karena budaya perusahaan ditetapkan oleh manajemen demi mewujudkan visi dan misi perusahaan. Dapat disimpulkan adanya hubungan antara budaya organisasi dengan kinerja, bahwa seorang auditor yang menerapkan peraturan dan norma-norma sesuai dengan
budaya
organisasi maka kinerjanya akan semakin baik. 5)
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Auditor terhadap Kinerja Auditor Pengujian hipotesis kelima (H5) memiliki nilai b5=0,289 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,001 (sig<0,05), sehingga H5 diterima. Jadi variabel budaya organisasi berpengaruh positif pada kinerja auditor. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Trisnaningsih (2007:47) yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh positif pada kinerja auditor. Hal tersebut berarti semakin baik cara memimpin seorang pimpinan dimana auditor bekerja maka akan semakin mempengaruhi kinerja auditor. Dapat disimpulkan adanya hubungan antara gaya kepemimpinan dengan kinerja auditor, bahwa seorang auditor yang dipimpin oleh seorang pimpinan yang memiliki cara memimpin dengan baik dan disukai oleh bawahannya maka dia akan merasa senang dalam bekerja sehingga kinerjanya akan meningkat.
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1
Simpulan Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan maka dapat disimpulkan
sebagai berikut. 1.
Profesionalisme auditor berpengaruh positif pada kinerja auditor. Sikap profesionalisme yang tinggi akan menghasilkan kinerja auditor yang lebih baik.
2.
Independensi auditor berpengaruh positif pada kinerja auditor. Sikap independensi auditor yang tinggi akan menghasilkan kinerja auditor yang lebih baik, sehingga mampu mengakibatkan kualitas audit semakin meningkat pula.
3.
Etika profesi berpengaruh positif pada kinerja auditor. Etika profesi ini akan mengarahkan sikap, tingkah laku dan perbuatan auditor dalam menjalankan tugas dan kewajibannya kaitannya untuk menjaga mutu auditor yang tinggi.
4.
Budaya organisasi berpengaruh positif pada kinerja auditor. Temuan ini mengindikasikan bahwa budaya organisasi dapat mempengaruhi kinerja auditor jika auditor memahami dan meyakini nilai serta loyal dan komitmen terhadap organisasinya.
71
72
5. Gaya kepemimpinan berpengaruh positif pada kinerja auditor. Hal ini mengindikasikan bahwa gaya kepemimpinan dalam KAP sebagai faktor yang dominan dalam menentukan dan pembentukan karakter perusahaan sehingga mempengaruhi kinerja karyawannya/auditor.
7.2
Saran dan Implikasi Penelitian Berikutnya Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi auditor, penelitian
ini dapat menjadi sumber tambahan informasi dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan, sehingga dapat meningkatkan prestasi dan kinerja auditor. Auditor diharapkan lebih meningkatkan rasa kepatuhan terhadap etika profesi dalam setiap pelaksanaan proses audit, meningkatkan sikap independensi agar laporan keuangan auditan yang dihasilkan lebih berkualitas serta mampu lebih loyal dan komitmen terhadap profesi akuntan yang digeluti. Peningkatan kinerja auditor mutlak diperlukan mengingat jasa profesional akuntan semakin pesat dibutuhkan, maka pengembangan pengetahuan auditor perlu dilakukan secara berkelanjutan dengan program pendidikan formal dan pelatihan profesi yang berkelanjutan yang berhubungan dengan tugas pemeriksaan. Penelitian ini masih memiliki keterbatasan sehingga masih perlu untuk disempurnakan. Penelitian ini menggunakan pengukuran kuisioner yang mungkin menimbulkan bias persepsi, penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode eksperimen untuk menghindari bias persepsi.
73
DAFTAR PUSTAKA
Acito, Andrew A., Burks, Jeffrey J., and Johnson, W. Bruce. 2008. Materiality Decisions and the Correction of Accounting Errors. www.ssrn.com (diakses tanggal 13 Agustus 2013) Agustia, Dian. 2006. Pengaruh Profesionalisme Auditor terhadap Variabel – Variabel Individual Work Outcomes. Majalah Ekonomi, tahun XVI No. 1 April 2006 Arens dan Loebbecke. 2003. Auditing pendekatan Terpadu. Edisi Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. Armawan, Made Yudi. 2010. Pengaruh Profesionalisme, Etika Profesi, Tingkat Pendidikan dan Pengalaman Kerja pada Kinerja Pengawas Koperasi Sebagai Internal Auditor (Studi Survei pada Koperasi Simpan Pinjam di Kecamatan Denpasar Selatan). Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Astriyani, Ni Wayan. 2007. Pengaruh Profesionalisme Auditor terhadap Tingkat Materialitas dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan pada Kantor Akuntan Publik di Bali. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Badera, I Dewa Nyoman dan Surya Antari, Ida Ayu. 2007. Pengaruh Fee Audit, Ukuran Kantor Akuntan Publik dan Lamanya Penugasan Audit terhadap Independensi Penampilan Auditor. AUDI. Vol 2 No. 1 Januari 2007 Bhagat, S. Dan Black, B. 2001. The Non-Correlation Between Board Independence and Long Term Firm Performance. Journal of Corporation Law. (27) : 174-231. Cahyasumirat, Gunawan. 2006. Pengaruh Profesionalisme dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Internal Auditor, Dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening. Tesis. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Carrey, P dan Mautz, R,K. 1961. The Philosophy of Auditing. American Accounting Association, Minneapolis. Christiawan, Yulius Jogi dan Beta Benaja. 1999. Audit Bisnis. Jurnal Akuntansi & Keuangan, 1(2): h:103-116.
74
Christiawan, Yulius Jogi. 2000. Konsep Pengauditan dalam Lingkungan Pengelohan Data Akuntansi Terkomputerisasi. Jurnal Akuntansi & Keuangan, 2(1): h:9-20. .2005. Aktivitas Pengendalian Mutu Jasa Audit Laporan Keuangan Historis (Studi Kasus pada Beberapa Kantor Akuntan Publik di Surabaya). Jurnal Akuntansi & Keuangan, 7(1): h:61-88. Cooper, Donald R, dan Pamela S. Schindler. 2001. Research Methods. McGraw Hill Higher Education. Deasy Ariyanti Rahayuningsih. 2002. Harapan dan Kenyataan dalam Berkarir di Kantor Akuntan Publik: Suatu Perbandingan antara Mahasiswa Akuntansi dan Auditor. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 4(3): h:229-252. Dwi Ratnadi, Ni Made dan Eka Desyanti, Ni Putu. 2008. Pengaruh Independensi, Keahlian Profesional, dan Pengalaman Kerja Pengawas Intern Terhadap Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern pada Bank Perkreditan Rakyat di Kabupaten Badung. AUDI. Vol.3, No. 1, Januari 2008. Edgar, Schein. 1997. Organization Culture and Leadership. Second Edition. San Francisco : CA Jossey-Bass. Fanani, Zaenal, Hanif, R. A, dan Subroto, B. 2008. Pengaruh Struktur Audit, Konflik Peran, dan Ketidakjelasan Peran terhadap Kinerja Auditor. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 5: 140-155. Fishbein, M. and Ajzen, I., 1975. Belief, Attitude, Intentions and Behavior : An Introduction to Theory and Research. Addison-Wesely Boston, MA. Flamholtz, E., dan Narasimhan, R.K. 2005. Differential Impact of Cultural Elements on Financial Performance. European Management Journal, (23) : 50-64 Fleishman, A dan Peters, D.R. 1962. Leadership Attitudes and Managerial Success. Personel Psychology. 127-143. Gani, Achmad. 2006. Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Budaya Organisasi dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Organisasi. Disertasi. Universitas Brawijaya Malang. Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponogoro. Givoly, D. and Palmon, D. 1982. Timeliness of annual earnings announcements: some empirical evidence. The Accounting Review 57(3). 485-508.
75
Halim, Abdul. 2003. Auditing 1 (Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan). Edisi Ketiga. Yogyakarta : UPP AMP YKPN. Hardjana, Agus. 2002. Pekerja Profesional. Yogyakarta : Kanisius. Henri, J. Francois. 2006. Organizational Culture and Performance Measurement Systems. Accounting Organizations and Society, (31): 77-103 Herawaty, Susiana Arleen. 2007. Analisis Pengaruh Independensi, Mekanisme Corporate Gavernance, dan Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi Vol. X. 01-31 Hopwood, 1974. Accounting and behaviour. Accounting age book.A Wheaton and Company. Kekeliruan dan Etika Profesi terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Akuntan Publik. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol.11 No.1 Hofstede, G., Bram, N., Denise, D.O. and Geert, S. 1990. Measuring Organizational Culture: A Qualitative and Quantitative Study across Twenty Cases. Administrative Science Quarterly. (35) : 286-316 Ikatan Akuntan Publik Indonesia. 2009. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta : Salemba Empat. Ikhsan, Arfan. 2008. Metodologi Penelitian Akuntansi Keperilakuan. Edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu. Jati, Ardani Mutia. 2009. Pengaruh Independensi, Kompetisi, dan Sensitivitas Etika Profesi Terhadap Produktivitas Kerja Eksternal Auditor. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Jensen, M. C and Meckling, W.H. 1976. Theory of the Firm : Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, Oktober, 1976, V. 3, No. 4, pp. 305-360. Avalaible from: http://papers.ssrn.com (diakses tanggal 16 agutus) Jusup, Al. Haryono. 2001. Auditing. (Pengauditan). Edisi ke-1. Yogyakarta : STIE YKPN. Kalbers, Lawrence P., dan Fogarty, Timothy J. 1995. Professionalism Its Consequences: A Study of Internal Auditors.Auditing: A Journal of Practice. Vol. 14. No. 1: 64-86
76
Khairiah, Syafina. 2009. Pengaruh Profesionalisme dan Pengalaman Auditor BPK Perwakilan Provinsi Sumatera Utara terhadap tingkat Materialitas dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah. Tesis. Universitas Sumatera Utara. Khikmah, Siti Noor. 2005. Pengaruh Profesionalisme terhadap Keinginan Berpindah dengan Komitmen Organisasi dan Kepuasan Kerja Sebagai variabel Intervening. Tesis. Universitas Diponegoro. Kreitner dan Kinicki. 2005. Perilaku Organisasi. Jakarta. Salemba empat. Luthans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi. Edisi ke-10. Yogyakarta. ANDI Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005. Evaluasi Kinerja SDM. Cetakan Pertama. Bandung : PT. Refika Aditama. Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005. Sumber Daya Manusia perusahaan. Remaja Rosda karya: Bandung Mayangsari, Sekar. 2003. Pengaruh Keahlian dan Independensi terhadap Pendapat Audit: Sebuah kuasieksperimen. Jurnal Riset AkuntansiIndonesia Vol.6 No.1 (Januari) Mautz, R.K. dan Sharaf, H.A. 1961. The Philosophy of Auditing. American Accounting Association. Messier, Glover & Prawit. 2006.Auditing & assurance services a systematic approach. Edisi ke-4.penerbit: salemba empat. Mondy R.W. and Noe III R.M. 1993. Human Resources Management. Fifth Edition. Needham Height, Massachusettles : Simon and Schuster, Inc. Mulyadi dan Kanaka Puradiredja. 1998. Auditing Pendekatan Terpadu. Jakarta. Salemba Empat. Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi ke-6. Jakarta: Salemba Empat. . 2009. Auditing. Buku 1. Edisi ke-6. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Norika. 2004. Pengaruh Kualitas Informasi akuntansi dan Kualitas Manajer terhadap Pencapaian Laba pada Perusahaan Garmen di Kawasan Berikat Nusantara Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VII.
77
Novi Swastika, I Komang. 2008. Pengaruh Kepemimpinan dan Budaya Organisasi serta Diklat terhadap Kinerja Pegawai pada Dinas Pendapatan Kota Denpasar. Skripsi. Program Ekstensi Fakultas Ekonomi Universutas Udayana. Pramastuti, Suluh. 2006. Perilaku Kepemimpinan Transformasional dan Pengaruhnya terhadap Budaya Organisasi. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol. 10 No. 1 2006. Pramono, Ristyo. 2007. Pengaruh Dimensi Profesionalisme Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Rick Antle. 1984. Auditor Independence. Journal of Accounting Research. Rachmawati, Sistya. 2008. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan Terhadap Audit Delay dan Timeliness. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Rahmawati. 1997. Hubungan antara profesionalisme internal auditor dengan kinerja, kepuasan kerja, komitmen dan keinginana untuk pindah. Tesis Program Pascasarjana UGM (tidak dipublikasikan). Robbins, P. Stephen. 2003. Organization Behaviour : Concept, Controversies, Aplications. Seventh Edition. Prentice Hall Inc. Satyo. 2005. Mendorong Good Governance dengan Mengembangkan Etika di KAP. Media Akuntansi. Edisi Oktober: 39-42. Sherriton J and Stren, J.L. 1997. Corporate Culture : Removing the Hidden Barriess to Team Succes, New York : Amacon. Shockley, Randolph A. 1981. Perception of Auditors Independence: An Impirical Analysis. The Accounting Review Vol. LVI, No.4 Oktober 1981. Siegel dan R. Marconi, 1989, Behavioral Accounting, South-Western Publishing,Ohio. Subekti dan Widiyanti. 2004. Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi sebagai Mediasi Pengaruh Pemahaman Good Governance, Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Auditor. Simposium Nasional Akuntansi X. Unhas Makassar 26-28 Juli 2005.
78
Sugiyono. 2008. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. _______
. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Supartha, Wayan Gede. 2008. Budaya Organisasi. Universitas Udayana. Denpasar-Bali. Sutrisno. 2006. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Motivasi Kerja, Komitmen Dan Kinerja Organisasi. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 2, No. 3, Desember 2000. Tarigan, Malem Ukur dan Mawarni, Erka. 2009. Hirarki Jabatan di Kantor Akuntan Publik Terhadap Persepsi Auditor Dalam Pelaksanaan Etika Profesi. Jurnal Akuntansi, Volume 9, Nomor 3, September 2009 : 241 – 262 Triandis, H.C. 1971. Attitudes and Attitudes Change. Jhon Waley and Sons, Inc, New York. Trisnaningsih, S,. 2007. Perbedaan Kinerja Auditor Dilihat dari Segi Gender. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. _______.2007. Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi sebagai Mediasi Pengaruh Pemahaman Good Governance, Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Auditor. Simposium Nasional Akuntansi X. Unhas Makasar 26-28 Juli 2007. Vroom, Victor H. 1964. Work and Motivation, (New York : John Wiley & Son, Inc., 1964), dikutip tidak langsung oleh Malayu S.P. Hasibuan.,Organisasi dan Motivasi, (Jakarta : Bumu Aksara, 2007) Wibowo, Hian Ayu Oceani. 2009. Pengaruh Independensi Auditor, Komitmen Organisasi, Gaya Kepemimpinan, dan Pemahaman Good Governance terhadap Kinerja Auditor (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Daerah Istimewa Yogyakarta). Tesis. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Widodo, Joko. 2008. Membangun Birokrasi Berbasis Kinerja. Malang: Bayu Media. Widyastuti, A. N. 2006. Hubungan Antara Dukungan Sosial dan Konflik Peran. Ganda Ibu yang Bekerja. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia.
79
Wirarna, Jaka. 2004. Persepsi Pemakai Laporan Keuangan, Auditor, dan Mahasiswa Akuntansi terhadap Expectation Gap. Simposium Nasional Akuntansi VII. Denpasar Bali, 2-3 Desember 2004. Wirawan, Nata. 2002. Cara Mudah Memahami Statistik 2 (Statistik Inferensia) Untuk Ekonomi dan Bisnis. Edisi Kedua. Denpasar: Keramat Emas Yanhari. 2007. Analisis Profesionalisme dan Etika Profesi Auditor terhadap kinerja Auditor (Studi Kasus pada Badan Pemeriksa Keuangan RI di Jakarta). Skripsi. Fakultas Ekonomi Mercubuana. Jakarta. Yanthi, Ida Ayu Putu Andres. 2011. Pengaruh Independensi Auditor, Etika Profesi dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Auditor Pada Kantor Akuntan Publik di Bali. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Ikatan
Akuntan Indonesia. Daftar kantor Akuntan Publik www.iaiglobal.or.id (diakses tanggal 20 Agustus 2013)
di
Bali.
80
LAMPIRAN I KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH PROFESIONALISME, INDEPENDENSI AUDITOR, ETIKA PROFESI, BUDAYA ORGANISASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA AUDITOR PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI BALI Dengan hormat, Sehubungan dengan penyusunan tugas akhir (tesis) di Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, bersama dengan ini saya : Nama : Adelia Lukyta Arumsari Jurusan : Akuntansi Mahasiswa : Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Udayana Dalam hal ini ingin mengadakan penelitian mengenai “Pengaruh Profesionalisme, Independensi Auditor, Etika Profesi, Budaya Organisasi, dan Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Auditor pada Kantor Akuntan Publik di Bali”. Melalui penelitian ini, peneliti mencoba memberikan bukti empiris tentang pengaruh profesionalisme auditor, independensi auditor, etika profesi, budaya organisasi dan gaya kepemimpinan terhadap kinerja auditor. Dapat digunakan sebagai masukan bagi pimpinan Kantor Akuntan Publik dalam rangka menjaga dan meningkatkan kinerjanya. Sebagai bahan evaluasi bagi para auditor sehingga dapat meningkatkan kualitas auditnya maupun kinerjanya. Untuk maksud tersebut, maka saya mohon kesediaan dan partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i untuk berkenan mengisi kuesioner ini dengan lengkap sesuai dengan ketentuan dan jujur mengenai pendapat dan penilaian anda sendiri, tanpa dipengaruhi oleh siapapun. Kuesioner ini dibuat semata-mata untuk keperluan ilmiah.
81
Atas kerjasama dan partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i meluangkan waktunya memberikan informasi yang diperlukan, saya ucapkan terima kasih.
I.
IDENTITAS RESPONDEN
No. kuesioner
:
Nama KAP
:
Nama Responden
:
(diisi oleh peneliti)
Isilah berdasarkan diri Bapak/Ibu/Saudara/i dengan memberi tanda (√) pada jawaban yang telah disediakan. 1. Jenis kelamin : Pria Wanita 2. Jenjang Pendidikan Diploma S1 S2 S3 3. Jabatan Partner Senior Auditor Junior Auditor Lain - lain 4. Lama bekerja sebagai auditor 2 s/d 5 tahun 5 s/d 10 tahun lebih dari 10 tahun
82
II. KUESIONER
Petunjuk Pengisian Bapak/Ibu/Saudara dimohon untuk memberikan tanggapan yang sesuai atas pertanyaan-pertanyaan berikut dengan memberikan tanda centang pada jawaban yang dipilih. Jika menurut Bapak/Ibu/Saudara tidak ada jawaban yang tepat, maka jawaban dapat diberikan pada pilihan yang paling mendekati. Alternatif jawaban adalah sebagai berikut. Keterangan Alternatif Jawaban : 1. STS : Sangat Tidak Setuju 2. TS : Tidak Setuju 3. S
: Setuju
4. SS
: Sangat Setuju
83
DAFTAR PERNYATAAN No 1
2
3 4 5 6
7
8 9 10
11 12
Alternatif Jawaban Pernyataan Saya menggunakan segenap pengetahuan, kemampuan dan pengalaman saya dalam melaksanakan proses pengauditan laporan keuangan. Saya akan tetap teguh pada profesi sebagai auditor meskipun saya mendapat tawaran pekerjaan lain dengan imbalan yang lebih besar Saya mendapatkan kepuasan batin dengan berprofesi sebagai auditor Saya mau bekerja diatas batas normal untuk membantu KAP dimana saya bekerja, agar saya sukses Saya merasa terlalu riskan untuk meninggalkan pekerjaan saya sekarang ini Saya berlangganan dan membaca secara rutin majalah dan jurnal tentang eksternal audit dan publikasi profesi lainnya Jika organisasi atau masyarakat memandang saya tidak independen terhadap suatu penugasan, saya akan menarik diri dari penugasan tersebut Profesi eksternal auditor adalah profesi yang penting di masyarakat Profesi eksternal auditor mampu menjaga kekayaan perusahaan atau masyarakat Profesi eksternal auditor merupakan profesi yang dapat dijadikan dasar kepercayaan masyarakat terhadap pengelola kekayaan perusahaan Profesi eksternal auditor merupakan satu-satunya profesi yang menciptakan transparansi dalam masyarakat Jika ada kelemahan dalam independensi eksternal auditor akan merugikan masyarakat.
STS
TS
S
SS
84
Alternatif Jawaban No
Pernyataan
13
Dalam menentukan pendapat atas laporan keuangan saya tidak mendapat tekanan dari siapapun Ketetapan dalam menentukan tingkat materialitas ditentukan oleh kemampuan auditor membuat keputusan sendiri tanpa tekanan pihak lain. Dalam menyatakan pendapat atas laporan keuangan saya tidak berada di bawah tekanan manajer. Saya merencanakan dan memutuskan hasil audit saya berdasarkan fakta yang saya temui dalam proses pemeriksaan Pemeriksaan atas laporan keuangan untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran laporan keuangan hanya dapat dilakukan oleh eksternal auditor Eksternal auditor mempunyai cara yang dapat diandalkan untuk menilai kompetensi eksternal auditor lain Eksternal auditor melakukan pekerjaannya sesuai dengan standar yang ditetapkan Dalam menentukan suatu transaksi atau saldo itu material, saya sering menggunakan dasar sesuai petunjuk manajemen Saya sering mengajak rekan–rekan seprofesi untuk bertukar pendapat tentang masalah yang ada baik dalam suatu organisasi maupun organisasi lain. Saya ikut terlibat secara emosional terhadap KAP dimana saya bekerja. Saya mendukung adanya organisasi ikatan eksternal auditor Saya selalu berpartisipasi dalam pertemuan eksternal auditor
14
15 16
17
18 19 20
21
22 23 24
STS
TS
S
SS
85
No.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
Pernyataan Penyusunan program audit bebas dari campur tangan pimpinan untuk menuntukan, mengeliminasi atau memodifikasi bagian-bagian tertentu yang diperiksa. Penyusunan program audit bebas dari campur tangan atau suatu sikap tidak mau bekerjasama mengenai penerapan prosedur yang dipilih. Penyusunan program audit bebas dari usaha-usaha pihak lain terhadap subjek pekerjaan pemeriksaan selain untuk proses pemeriksaan yang disediakan. Pemeriksaan langsung dan bebas mengakses semua bukubuku, catatan-catatan, pejabat dan karyawan perusahaan, serta sumber informasi lain yang berhubungan dengan kegiatan, kewajiban-kewajiban dan sumber-sumber bisnis. Pelaksanaan pemeriksaan aktif bekerjasama dengan pribadi manajerial selama proses pemeriksaan akuntan. Pemeriksaan bebas dari usaha-usaha manajerial untuk menentukan atau menunjuk kegiatan yang akan diperiksa atau untuk menentukan dapat diterimanya masalah pembuktian. Pemeriksaan bebas dari kepentingan pribadi atau hubungan yang membatasi pemeriksaan pada kegiatan catatan, orangorang tertentu yang seharusnya tercakup dalam pemeriksaan. Pelaporan bebas dari perasaan kewajiban untuk memodifikasi pengaruh fakta-fakta yang dilaporkan pada pihak tertentu. Pelaporan menghindari praktek untuk meniadakan persoalan penting dari laporan formal ke laporan informal bentuk tertentu yang disenangi. Pelaporan menghindari bahasa atau istilah-istilah yang mendua arti secara sengaja atau tidak dalam pelaporan fakta-fakta, pendapat, rekomendasi, serta dalam penafsirannya. Pelaporan bebas dari usaha tertentu untuk mengesampingkan pertimbangan akuntan pemeriksa terhadap isi laporan pemeriksaan, baik fakta maupun pendapatnya.
Alternatif Jawaban STS TS S SS
86
No.
Pernyataan
36.
Saya harus mempertahankan nama baik profesi dengan menjujung tinggi etika profesi.
37.
Dalam menjalankan tugas profesional, saya harus berpedoman pada etika profesi atau kode etik auditor agar dapat bertugas secara bertanggung jawab. Setiap auditor mempunyai kesadaran tanggung jawab yang tinggi dan mengemban ilmu dan pengabdiannya bagi kemajuan Negara dan bangsa serta kesejahteraan dan kebagaiaan masyarakat. Saya harus selalu menjaga kewibawaan instansi untuk meningkatkan kerja sama antar instansi dan lembaga lain Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan, saya harus memenuhi tanggung jawab professional dengan integritas setinggi mungkin. Auditor tidak dibenarkan secara sengaja menyajikan fakta yang salah. Setiap auditor harus menjaga obyektivitas dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Dalam mengemban kehormatan tugas pemeriksa, auditor menegakkan kemerdekaan dan kebebasan diri pribadi, serta menolak setiap bentuk dan macam usaha atau pengaruh mengurangi obyektivitas dan kebenaran laporan. Saya harus melaksanakan tugas dengan kehati – hatian secara tepat dan cermat. Auditor boleh untuk menggunakan untuk kepentingan diri sendiri atau pihak ketiga (selain norma profesi,hukum, atau negara), suatu pengetahuan atau informasi yang ia peroleh dari pelaksanaan tugas profesionalnya. Auditor mempunyai kewajiban untuk memastikan bahwa orang – orang yang diminta nasihat dan bantuannya menghormati prinsip kerahasiaan. Auditor menjauhkan diri dari pengungkapan informasi rahasia yang diperoleh dari jabatannya kecuali ada otorisasi atau secara hukum dia harus melakukannya.
38.
39. 40.
41. 42.
43.
44. 45.
46. 47.
Alternatif Jawaban STS TS S SS
87
No.
Pernyataan
48.
Saya mengetahui dengan jelas filosofi, tujuan umum, serta prinsip-prinsip professional akuntan.
49.
Sistem sosialisasi atau pewarisan tentang penyebarluasan nilai kepada anggota organisasi khusunya anggota baru dilakukan secara tepat.
50.
Saya mampu mematuhi peraturan dan norma-norma yang berlaku.
51.
Saya sadar dan loyal kepada kepentingan organisasi.
52.
Saya memiliki ikatan kuat terhadap tim kerja dan professional akuntan.
53.
Hubungan antara atasan dengan bawahan di tempat saya bekerja sangat dekat.
54.
Adanya saling percaya antara atasan, bawahan dan rekan kerja seprofesi.
55. Adanya suasana kekeluargaan di tempat saya bekerja. 56.
Pimpinan di tempat saya bekerja sangat menghargai gagasan bawahan.
57.
Komunikasi antara atasan , bawahan dan rekan sekerja sangat terbuka dan menyenangkan.
58.
Hubungan antar anggota organisasi di tempat saya bekerja selalu baik dan harmonis.
59.
Pimpinan di tempat saya bekerja mampu berkomunikasi dengan bawahan secara jelas dan efektif.
Pimpinan di tempat saya bekerja, selalu memberikan arahan dalam mengerjakan tugas yang benar. Pimpinan di tempat saya bekerja, selalu menekankan 61. pekerjaan dengan memfokuskan pada tujuan dan hasil. 60.
Alternatif Jawaban STS
TS
S
SS
88
No.
62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72.
Pernyataan
Alternatif Jawaban STS TS S SS
Semakin tinggi tingkat pendidikan auditor, maka kinerjanya semakin professional. Auditor yang mempunyai pengalaman cukup lama dalam bidangnya, kinerjanya semakin baik dan professional. Faktor usia sangat mempengaruhi kinerja auditor dalam melaksanakan profesinya. Saya sering menghadiri dan berpartisipasi dalam setiap pertemuan para auditor. Saya berlangganan dan membaca secara sistematis jurnal auditing dan publikasi lainnya. Saya akan tetap bekerja sebagai auditor, walaupun gaji saya dipotong untuk keperluan tugas auditor. Pekerjaan yang saya lakukan memotivasi saya untuk berbuat yang terbaik sebagai auditor. Perlakuan perusahaan memotivasi saya untuk berbuat yang terbaik dalam melaksanakan kewajiban. Gaji yang saya terima memotivasi saya untuk berbuat yang terbaik terhadap organisasi tempat saya bekerja. Saya merasa puas dengan bidang pekerjaan saya saat ini. Saya sangat menyukai bidang pekerjaan saya saat ini.
---TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASINYA---
89
Lampiran 2 Uji Validitas pada Profesionalisme Auditor (Pengabdian pada Profesi) Correlations X1.1.1 X1.1.1
Pearson Correlation
X1.1.2
1
Sig. (2-tailed) N X1.1.2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X1.1.3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X1.1.4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X1.1.5
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X1.1.6
.489
.006
X1.1.4 **
.654
.000
X1.1.5 **
.539
.002
X1.1.6 **
.631
.000
X1.1 *
.412
.769**
.024
.000
30
30
30
30
30
30
30
.489**
1
.548**
.671**
.499**
.529**
.737**
.002
.000
.005
.003
.000
.006 30
30
30
30
30
30
30
.654**
.548**
1
.669**
.816**
.701**
.901**
.000
.002
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
.539**
.671**
.669**
1
.636**
.782**
.859**
.002
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
.631**
.499**
.816**
.636**
1
.593**
.859**
.000
.005
.000
.000
.001
.000
30
30
30
30
30
30
30
*
**
**
**
**
1
.805**
Pearson Correlation
.412
Sig. (2-tailed)
.024
.003
.000
.000
.001
30
30
30
30
30
30
30
**
**
**
**
**
**
1
N X1.1
X1.1.3 **
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.769
.529
.737
.701
.901
.782
.859
.593
.859
.000 .805
.000
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
30
90
Lampiran 2 (Lanjutan) Uji Validitas pada Profesionalisme Auditor (Kewajiban Sosial) Correlations X1.2.1 X1.2.2 X1.2.3 X1.2.4 X1.2.5 X1.2.6 X1.2.1
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) N X1.2.2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X1.2.3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X1.2.4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X1.2.5
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X1.2.6
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X1.2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
**
.674
.000
**
.612
.000
**
.782
.000
**
.757
.000
X1.2
**
.920**
.000
.000
.634
30
30
30
30
30
30
30
.674**
1
.476**
.732**
.684**
.479**
.827**
.008
.000
.000
.007
.000
.000 30
30
30
30
30
30
30
.612**
.476**
1
.354
.516**
.404*
.687**
.000
.008
.055
.004
.027
.000
30
30
30
30
30
30
**
**
.354
1
**
**
.823**
.000
.000
.055
.000
.007
.000
30
30
30
30
30
30
30
**
**
**
**
1
**
.880**
.782
.757
.732
.684
30
.516
.673
.673
.483
.644
.000
.000
.004
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
**
**
*
**
**
1
.741**
.634
.479
.404
.483
.644
.000
.007
.027
.007
.000
30
30
30
30
30
30
30
.920**
.827**
.687**
.823**
.880**
.741**
1
.000
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
.000
30
91
Lampiran 2 (Lanjutan) Uji Validitas pada Profesionalisme Auditor (Kemandirian) Correlations X1.3.1 X1.3.1
Pearson Correlation
X1.3.2
1
.864
Sig. (2-tailed) N X1.3.2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X1.3.3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X1.3.4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X1.3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X1.3.3 **
.000
X1.3.4 **
.725
.000
X1.3 **
.955**
.000
.000
.738
30
30
30
30
30
.864**
1
.582**
.558**
.848**
.001
.001
.000
.000 30
30
30
30
30
.725**
.582**
1
.616**
.848**
.000
.001
.000
.000
30
30
30
30
30
**
**
**
1
.836**
.738
.558
.616
.000
.001
.000
30
30
30
30
30
**
**
**
**
1
.955
.848
.848
.000 .836
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Lampiran 2 (Lanjutan) Uji Validitas pada Profesionalisme Auditor (Keyakinan pada Profesi) Correlations X1.4.1 X1.4.1
Pearson Correlation
X1.4.2
1
Sig. (2-tailed) N X1.4.2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X1.4.3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X1.4.4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X1.4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
30 **
.724
X1.4.3
X1.4
.513**
.542**
.839**
.000
.004
.002
.000
30
30
30
30
1
**
**
.890**
.004
.000
.000
30
30
30
1
**
.757**
.000 30
30
**
**
.513
X1.4.4
.724**
.505
.505
.685
.543
.004
.004
.002
.000
30
30
30
30
30
**
**
**
1
.833**
.542
.685
.543
.002
.000
.002
30
30
30
30
30
.839**
.890**
.757**
.833**
1
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
.000
30
92
Lampiran 2 (Lanjutan) Uji Validitas pada Profesionalisme Auditor (Hubungan Sesama dengan Profesi) Correlations X1.5.1 X1.5.1
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) N X1.5.2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X1.5.3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X1.5.4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X1.5
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X1.5.2
X1.5.3 **
.796
.000
X1.5.4 **
.693
.000
X1.5 **
.895**
.000
.000
.664
30
30
30
30
30
.796**
1
.586**
.745**
.885** .000
.000
.001
.000
30
30
30
30
30
.693**
.586**
1
.772**
.861**
.000
.001
.000
.000
30
30
30
30
30
.664**
.745**
.772**
1
.897**
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
.895**
.885**
.861**
.897**
1
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
30
93
Lampiran 2 (Lanjutan) Uji Validitas pada Independensi Auditor Correlations X2.1 X2.1
Pearson Correlation
X2.2 1
Sig. (2-tailed) N X2.2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X2.3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X2.4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X2.5
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X2.6
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X2.7
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X2.8
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X2.9
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
X2.3 **
.726
.000
X2.4 **
.785
.000
X2.5 **
.704
.000
X2.6 **
.543
.002
X2.7 **
.624
.000
X2.8 **
.740**
.000
.000
.701
30
30
30
30
30
30
30
30
.726**
1
.668**
.677**
.406*
.463*
.691**
.659** .000
.000
.000
.000
.026
.010
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
.785**
.668**
1
.636**
.653**
.626**
.746**
.714**
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
.704**
.677**
.636**
1
.457*
.500**
.716**
.565**
.000
.000
.000
.011
.005
.000
.001
30
30
30
30
30
30
30
30
.543**
.406*
.653**
.457*
1
.707**
.644**
.625**
.002
.026
.000
.011
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
.624**
.463*
.626**
.500**
.707**
1
.613**
.521**
.000
.010
.000
.005
.000
.000
.003
30
30
30
30
30
30
30
30
**
**
**
**
**
**
1
.577**
.701
.691
.746
.716
.644
.613
.000
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
**
**
**
**
**
**
**
1
.740
.659
.714
.565
.625
.521
.001 .577
.000
.000
.000
.001
.000
.003
.001
30
30
30
30
30
30
30
30
**
**
**
**
**
**
**
.714** .000
.735
.693
.767
.552
.717
.683
.634
.000
.000
.000
.002
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
X2.10 Pearson Correlation
.742**
.721**
.710**
.525**
.680**
.651**
.646**
.835**
Sig. (2-tailed)
.000
.000
.000
.003
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
X2.11 Pearson Correlation
.761**
.606**
.681**
.491**
.579**
.548**
.547**
.577**
Sig. (2-tailed)
.000
.000
.000
.006
.001
.002
.002
.001
30
30
30
30
30
30
30
30
.890**
.796**
.883**
.744**
.781**
.772**
.828**
.827**
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
N
N
N X2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
94
Lampiran 2 (Lanjutan) X2.9 X2.1
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X2.2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X2.3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X2.4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X2.5
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X2.6
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X2.7
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X2.8
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X2.9
Pearson Correlation
X2.10
X2
.742**
.761**
.890**
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
**
**
**
.796**
.693
.721
.606
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
**
**
**
.883**
.767
.710
.681
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
**
**
**
.744** .000
.552
.525
.491
.002
.003
.006
30
30
30
30
.717**
.680**
.579**
.781**
.000
.000
.001
.000
30
30
30
30
.683**
.651**
.548**
.772**
.000
.000
.002
.000
30
30
30
30
.634**
.646**
.547**
.828**
.000
.000
.002
.000
30
30
30
30
.714**
.835**
.577**
.827**
.000
.000
.001
.000
30
30
30
30
1
.787**
.634**
.878**
.000
.000
.000
Sig. (2-tailed) N
X2.11
.735**
30
30
30
30
X2.10 Pearson Correlation
.787**
1
.646**
.876**
Sig. (2-tailed)
.000
.000
.000
30
30
30
30
X2.11 Pearson Correlation
N
.634**
.646**
1
.784**
Sig. (2-tailed)
.000
.000
30
30
30
30
**
**
**
1
N X2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.878
.876
.000 .784
.000
.000
.000
30
30
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
30
95
Lampiran 2 (Lanjutan) Uji Validitas pada Etika Profesi Correlations X3.1 X3.1
Pearson Correlation
X3.2 1
Sig. (2-tailed) N X3.2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.5
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.6
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.7
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.8
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.9
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.10
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.11
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.12
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.3 **
.623
.000
X3.4 **
.682
.000
X3.5 **
.586
.001
X3.6 **
.664
.000
X3.7 **
.700
.000
X3.8 **
.659**
.000
.000
.603
30
30
30
30
30
30
30
30
.623**
1
.710**
.647**
.693**
.697**
.435*
.619** .000
.000
.000
.000
.000
.000
.016
30
30
30
30
30
30
30
30
.682**
.710**
1
.593**
.556**
.587**
.526**
.601**
.000
.000
.001
.001
.001
.003
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
.586**
.647**
.593**
1
.667**
.698**
.402*
.558**
.001
.000
.001
.000
.000
.028
.001
30
30
30
30
30
30
30
30
.664**
.693**
.556**
.667**
1
.691**
.627**
.625**
.000
.000
.001
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
.700**
.697**
.587**
.698**
.691**
1
.576**
.716**
.000
.000
.001
.000
.000
.001
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
**
*
**
*
**
**
1
.641**
.603
.435
.526
.402
.627
.576
.000
.016
.003
.028
.000
.001
30
30
30
30
30
30
30
30
**
**
**
**
**
**
**
1
.659
.619
.601
.558
.625
.716
.000 .641
.000
.000
.000
.001
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
**
**
**
**
**
**
**
.782** .000
.651
.647
.593
.630
.667
.768
.723
.000
.000
.001
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
.718**
.677**
.687**
.651**
.742**
.651**
.740**
.781**
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
.708**
.589**
.640**
.583**
.700**
.707**
.754**
.642**
.000
.001
.000
.001
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
.606**
.635**
.691**
.590**
.667**
.641**
.758**
.672**
.000
.000
.000
.001
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
.827**
.795**
.788**
.764**
.835**
.846**
.781**
.833**
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
96
Lampiran 2 (Lanjutan) X3.9 X3.1
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.5
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.6
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.7
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.8
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.9
Pearson Correlation
X3.10
N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N X3.11
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.12
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.12
X3
.718**
.708**
.606**
.827**
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
**
**
**
**
.795**
.647
.677
.589
.635
.000
.000
.001
.000
.000
30
30
30
30
30
**
**
**
**
.788**
.593
.687
.640
.691
.001
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
**
**
**
**
.764** .000
.630
.651
.583
.590
.000
.000
.001
.001
30
30
30
30
30
.667**
.742**
.700**
.667**
.835**
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
.768**
.651**
.707**
.641**
.846**
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
.723**
.740**
.754**
.758**
.781**
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
.782**
.781**
.642**
.672**
.833**
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
1
.781**
.750**
.729**
.874**
.000
.000
.000
.000
Sig. (2-tailed) X3.10
X3.11
.651**
30
30
30
30
30
.781**
1
.830**
.798**
.910**
.000
.000
.000
.000 30
30
30
30
30
.750**
.830**
1
.651**
.857**
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
**
**
**
1
.848**
.729
.798
.651
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
**
**
**
**
1
.874
.910
.857
.000 .848
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
30
97
Lampiran 2 (Lanjutan) Uji Validitas pada Budaya Organisasi Correlations X4.1 X4.1
Pearson Correlation
X4.2 1
Sig. (2-tailed) N X4.2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X4.3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X4.4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X4.5
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X4.3 **
.650
.000
X4.4 **
.762
.000
X4.5 **
.529
.003
X4 **
.866**
.000
.000
.613
30
30
30
30
30
30
.650**
1
.664**
.501**
.610**
.805** .000
.000
.000
.005
.000
30
30
30
30
30
30
.762**
.664**
1
.489**
.667**
.869**
.000
.000
.006
.000
.000
30
30
30
30
30
30
.529**
.501**
.489**
1
.681**
.760**
.003
.005
.006
.000
.000
30
30
30
30
30
30
.613**
.610**
.667**
.681**
1
.860**
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
.866**
.805**
.869**
.760**
.860**
1
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
30
98
Lampiran 2 (Lanjutan) Uji Validitas pada Gaya Kepemimpinan Correlations X5.1 X5.1
Pearson Correlation
X5.2 1
Sig. (2-tailed) N X5.2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X5.3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X5.4
.005
.481**
.000
.007
.683
30
30
30
30
30
30
30
.626**
1
.311
.399*
.254
.740**
.253 .178
.000
.095
.029
.175
.000
30
30
30
30
30
30
30
.646**
.311
1
.401*
.548**
.484**
.520**
.000
.095
.028
.002
.007
.003
30
30
30
30
30
.401*
1
.690**
.680**
.349
Sig. (2-tailed)
.013
.029
.028
.000
.000
.058
Pearson Correlation
Pearson Correlation
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X5
.013
.504
X5.7 **
30
N
X5.9
.000
.448
X5.6 **
.399*
Sig. (2-tailed)
X5.8
.000
.646
X5.5 *
30
N
X5.7
.626
X5.4 **
.448*
Sig. (2-tailed) X5.6
**
Pearson Correlation N
X5.5
X5.3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
30
30
30
30
30
30
30
.504**
.254
.548**
.690**
1
.606**
.488**
.005
.175
.002
.000
.000
.006
30
30
30
30
30
30
30
.683**
.740**
.484**
.680**
.606**
1
.531**
.000
.000
.007
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
**
.253
**
.349
**
**
1
.007
.178
.003
.058
.006
.003
30
.481
.520
.488
.003 .531
30
30
30
30
30
30
**
.294
**
**
**
**
.540**
.000
.115
.000
.001
.000
.001
.002
30
30
30
30
30
30
30
**
*
**
**
*
**
.471** .009
.598
.509
.416
.653
.476
.582
.476
.630
.372
.573
.486
.004
.022
.008
.008
.043
.006
30
30
30
30
30
30
30
.821**
.630**
.750**
.750**
.763**
.860**
.680**
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
99
Lampiran 2 (Lanjutan) X5.8 X5.1
.821**
.000
.004
.000
30
30
30
Pearson Correlation
.294
*
.416
.630**
Sig. (2-tailed)
.115
.022
.000
30
30
30
**
**
.750**
.000
.008
.000
30
30
30
**
**
.750**
.001
.008
.000
30
30
30
.630**
.372*
.763**
.000
.043
.000
30
30
30
.573**
.486**
.860**
.001
.006
.000
30
30
30
.540**
.471**
.680**
.002
.009
.000
30
30
30
1
.420*
.792**
.021
.000
N
N X5.3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X5.4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X5.5
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X5.6
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X5.7
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X5.8
Pearson Correlation
.653
.582
Sig. (2-tailed) N X5.9
.476
.476
30
30
30
Pearson Correlation
.420*
1
.679**
Sig. (2-tailed)
.021
N X5
X5
.509**
Sig. (2-tailed) X5.2
X5.9
.598**
Pearson Correlation
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.000
30
30
30
.792**
.679**
1
.000
.000
30
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
30
100
Lampiran 2 (Lanjutan) Uji Validitas pada Kinerja Auditor Correlations Y.1 Y.1
Pearson Correlation
Y.2 1
.308
Sig. (2-tailed) N Y.2
30
30
30
30
.390*
.220
.365*
Sig. (2-tailed)
.098
.047
Pearson Correlation
Pearson Correlation
Pearson Correlation
Pearson Correlation N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Y.11
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Y
.000
.243
Sig. (2-tailed)
Y.10
.000
30
N
Y.9
.000
.753**
.609
.406*
Sig. (2-tailed)
Y.8
.000
.775
Y.7 **
1
N
Y.7
.000
.665
Y.6 **
30
Sig. (2-tailed)
Y.6
.740
Y.5 **
30
N
Y.5
**
.308
Sig. (2-tailed) Y.4
.098
Y.4
Pearson Correlation N
Y.3
Y.3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.026
.195
.033
.243
30
30
30
30
30
30
30
.740**
.406*
1
.654**
.586**
.402*
.546**
.000
.026
.000
.001
.028
.002
30
30
30
30
30
30
30
.665**
.243
.654**
1
.555**
.481**
.533**
.000
.195
.000
.001
.007
.002
30
30
30
30
30
30
30
.775**
.390*
.586**
.555**
1
.568**
.607**
.000
.033
.001
.001
.001
.000
30
30
30
30
30
30
30
.609**
.220
.402*
.481**
.568**
1
.650**
.000
.243
.028
.007
.001
30
30
30
30
30
30
30
**
*
**
**
**
**
1
.753
.365
.546
.533
.607
.000 .650
.000
.047
.002
.002
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
**
.243
**
**
**
.306
.460*
.000
.195
.000
.008
.000
.100
.011
30
30
30
30
30
30
30
**
.347
**
*
**
**
.718**
.000
.060
.006
.014
.000
.005
.000
30
30
30
30
30
30
30
.740**
.292
.582**
.723**
.719**
.539**
.618**
.000
.117
.001
.000
.000
.002
.000
30
30
30
30
30
30
30
.843**
.288
.800**
.658**
.584**
.356
.650**
.000
.123
.000
.000
.001
.054
.000
30
30
30
30
30
30
30
.933**
.458*
.811**
.757**
.832**
.659**
.818**
.000
.011
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
.665
.755
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
.654
.493
.472
.442
.718
.598
.495
101
Lampiran 2 (Lanjutan) Y.8 Y.1
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Y.2
.000
.000
.000
.000
30
30
30
.292
.288
.458*
Sig. (2-tailed)
.195
.060
.117
.123
.011
30
30
30
30
30
**
**
**
**
.811**
Pearson Correlation
Pearson Correlation
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.654
.493
.000
.006
.001
.000
.000
30
30
30
30
30
**
*
**
**
.757**
.472
.442
.014
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
**
**
**
**
.832** .000
.718
.598
.719
.584
.000
.001
30
30
30
30
Pearson Correlation
.306
.495**
.539**
.356
.659**
Sig. (2-tailed)
.100
.005
.002
.054
.000
30
30
30
30
30
Pearson Correlation
.460*
.718**
.618**
.650**
.818**
Sig. (2-tailed)
.011
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
1
.519**
.568**
.658**
.738** .000
Pearson Correlation N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Y
.658
.008
Sig. (2-tailed)
Y.11
.723
.000
N
Y.10
.800
30
N
Y.9
.582
.000
N
Y.8
.000
30
N
Y.7
.933**
.347
Sig. (2-tailed)
Y.6
Y
.843**
30
N
Y.5
Y.11
.740**
.243
Sig. (2-tailed) Y.4
Y.10
.755**
Pearson Correlation N
Y.3
Y.9
.665**
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.003
.001
.000
30
30
30
30
30
.519**
1
.697**
.598**
.790**
.000
.000
.000
.003 30
30
30
30
30
.568**
.697**
1
.630**
.839**
.001
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
.658**
.598**
.630**
1
.843**
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
.738**
.790**
.839**
.843**
1
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
30
102
Lampiran 3 Uji Reliabilitas pada Profesionalisme Auditor (Pengabdian pada Profesi) Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
%
Valid
30 a
Excluded Total
100.0
0
.0
30
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.903
6
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
X1.1.1
3.2667
.73968
30
X1.1.2
3.5000
.57235
30
X1.1.3
3.4000
.77013
30
X1.1.4
3.4667
.62881
30
X1.1.5
3.4000
.72397
30
X1.1.6
3.4333
.62606
30
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected ItemTotal Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
X1.1.1
17.2000
7.959
.651
.899
X1.1.2
16.9667
8.723
.643
.899
X1.1.3
17.0667
7.168
.840
.869
X1.1.4
17.0000
8.000
.795
.878
X1.1.5
17.0667
7.582
.782
.878
X1.1.6
17.0333
8.240
.721
.888
Scale Statistics Mean 20.4667
Variance 11.223
Std. Deviation 3.35007
N of Items 6
103
Lampiran 3 (Lanjutan) Uji Reliabilitas pada Profesionalisme Auditor (Kewajiban Sosial) Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
%
Valid
30 a
Excluded Total
100.0
0
.0
30
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.899
6
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
X1.2.1
3.4000
.81368
30
X1.2.2
3.4333
.67891
30
X1.2.3
3.3000
.65126
30
X1.2.4
3.5333
.62881
30
X1.2.5
3.3000
.74971
30
X1.2.6
3.4667
.62881
30
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected ItemTotal Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
X1.2.1
17.0333
7.137
.866
.858
X1.2.2
17.0000
8.207
.745
.879
X1.2.3
17.1333
8.947
.563
.904
X1.2.4
16.9000
8.438
.748
.879
X1.2.5
17.1333
7.637
.812
.867
X1.2.6
16.9667
8.792
.637
.894
Scale Statistics Mean 20.4333
Variance 11.564
Std. Deviation 3.40064
N of Items 6
104
Lampiran 3 (Lanjutan) Uji Reliabilitas pada Profesionalisme Auditor (Kemandirian) Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
%
Valid
30 a
Excluded Total
100.0
0
.0
30
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.892
4
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
X1.3.1
3.4333
.81720
30
X1.3.2
3.5667
.56832
30
X1.3.3
3.1667
.74664
30
X1.3.4
3.4000
.67466
30
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Item-Total Statistics Corrected ItemTotal Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
X1.3.1
10.1333
2.878
.902
.804
X1.3.2
10.0000
4.000
.758
.870
X1.3.3
10.4000
3.490
.717
.878
X1.3.4
10.1667
3.730
.715
.877
Scale Statistics Mean 13.5667
Variance 6.047
Std. Deviation 2.45909
N of Items 4
105
Lampiran 3 (Lanjutan) Uji Reliabilitas pada Profesionalisme Auditor (Keyakinan pada Profesi) Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
%
Valid
30 a
Excluded Total
100.0
0
.0
30
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.850
4
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
X1.4.1
3.5667
.67891
30
X1.4.2
3.4667
.77608
30
X1.4.3
3.2667
.63968
30
X1.4.4
3.4000
.67466
30
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Item-Total Statistics Corrected ItemTotal Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
X1.4.1
10.1333
3.154
.707
.802
X1.4.2
10.2333
2.737
.772
.774
X1.4.3
10.4333
3.495
.592
.848
X1.4.4
10.3000
3.183
.699
.806
Scale Statistics Mean 13.7000
Variance 5.321
Std. Deviation 2.30666
N of Items 4
106
Lampiran 3 (Lanjutan) Uji Reliabilitas pada Profesionalisme Auditor (Hubungan Sesama dengan Profesi) Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
%
Valid
30 a
Excluded Total
100.0
0
.0
30
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.907
4
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
X1.5.1
3.4000
.77013
30
X1.5.2
3.5000
.73108
30
X1.5.3
3.4000
.72397
30
X1.5.4
3.4333
.72793
30
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Item-Total Statistics Corrected ItemTotal Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
X1.5.1
10.3333
3.816
.802
.876
X1.5.2
10.2333
3.978
.792
.879
X1.5.3
10.3333
4.092
.753
.892
X1.5.4
10.3000
3.941
.814
.871
Scale Statistics Mean 13.7333
Variance 6.823
Std. Deviation 2.61209
N of Items 4
107
Lampiran 3 (Lanjutan) Uji Reliabilitas pada Independensi Auditor Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
%
Valid
30
100.0
0
.0
30
100.0
a
Excluded Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.952
11 Item Statistics
Mean
Std. Deviation
N
X2.1
3.3000
.79438
30
X2.2
3.6333
.55605
30
X2.3
3.5333
.73030
30
X2.4
3.5333
.62881
30
X2.5
3.4333
.72793
30
X2.6
3.4000
.72397
30
X2.7
3.4667
.73030
30
X2.8
3.6000
.62146
30
X2.9
3.3667
.80872
30
X2.10
3.5000
.73108
30
X2.11
3.4667
.73030
30
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Item-Total Statistics Corrected ItemTotal Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
X2.1
34.9333
32.892
.860
.944
X2.2
34.6000
35.972
.761
.949
X2.3
34.7000
33.597
.854
.945
X2.4
34.7000
35.734
.695
.950
X2.5
34.8000
34.579
.730
.949
X2.6
34.8333
34.695
.720
.950
X2.7
34.7667
34.116
.786
.947
X2.8
34.6333
35.137
.792
.947
X2.9
34.8667
32.878
.844
.945
X2.10
34.7333
33.651
.846
.945
X2.11
34.7667
34.530
.733
.949
Scale Statistics Mean 38.2333
Variance 41.357
Std. Deviation 6.43098
N of Items 11
108
Lampiran 3 (Lanjutan) Uji Reliabilitas pada Etika Profesi Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
%
Valid
30
100.0
0
.0
30
100.0
Excludeda Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.958
12 Item Statistics
Mean
Std. Deviation
N
X3.1
3.4667
.77608
30
X3.2
3.6667
.54667
30
X3.3
3.4667
.68145
30
X3.4
3.5000
.68229
30
X3.5
3.3333
.75810
30
X3.6
3.4000
.72397
30
X3.7
3.5333
.62881
30
X3.8
3.5667
.67891
30
X3.9
3.5000
.68229
30
X3.10
3.5333
.77608
30
X3.11
3.6667
.60648
30
X3.12
3.4333
.72793
30
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected ItemTotal Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
X3.1
38.6000
39.076
.786
.955
X3.2
38.4000
41.628
.763
.956
X3.3
38.6000
40.386
.745
.956
X3.4
38.5667
40.599
.718
.957
X3.5
38.7333
39.168
.797
.955
X3.6
38.6667
39.402
.812
.954
X3.7
38.5333
40.947
.741
.956
X3.8
38.5000
39.983
.799
.954
X3.9
38.5667
39.564
.848
.953
X3.10
38.5333
38.189
.888
.952
X3.11
38.4000
40.524
.831
.954
X3.12
38.6333
39.344
.814
.954
Scale Statistics Mean 42.0667
Variance 47.306
Std. Deviation 6.87792
N of Items 12
109
Lampiran 3 (Lanjutan) Uji Reliabilitas pada Budaya Organisasi Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
%
Valid
30 a
Excluded Total
100.0
0
.0
30
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.887
5
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
X4.1
3.5000
.77682
30
X4.2
3.6667
.54667
30
X4.3
3.5667
.72793
30
X4.4
3.5000
.62972
30
X4.5
3.4000
.72397
30
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected ItemTotal Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
X4.1
14.1333
4.878
.764
.855
X4.2
13.9667
5.895
.719
.869
X4.3
14.0667
5.030
.779
.850
X4.4
14.1333
5.775
.638
.882
X4.5
14.2333
5.082
.765
.854
Scale Statistics Mean 17.6333
Variance 8.102
Std. Deviation 2.84645
N of Items 5
110
Lampiran 3 (Lanjutan) Uji Reliabilitas pada Gaya Kepemimpinan Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
%
Valid
30 a
Excluded Total
100.0
0
.0
30
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.903
9
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
X5.1
3.4000
.77013
30
X5.2
3.5000
.57235
30
X5.3
3.4333
.67891
30
X5.4
3.4333
.67891
30
X5.5
3.3333
.71116
30
X5.6
3.4333
.77385
30
X5.7
3.3000
.59596
30
X5.8
3.3667
.71840
30
X5.9
3.3000
.65126
30
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected ItemTotal Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
X5.1
27.1000
16.231
.754
.886
X5.2
27.0000
18.483
.547
.901
X5.3
27.0667
17.237
.674
.892
X5.4
27.0667
17.237
.674
.892
X5.5
27.1667
16.971
.687
.891
X5.6
27.0667
15.926
.805
.881
X5.7
27.2000
18.097
.601
.897
X5.8
27.1333
16.740
.722
.888
X5.9
27.2000
17.821
.592
.898
Scale Statistics Mean 30.5000
Variance 21.500
Std. Deviation 4.63681
N of Items 9
111
Lampiran 3 (Lanjutan) Uji Reliabilitas pada Kinerja Auditor Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
%
Valid
30
100.0
0
.0
30
100.0
a
Excluded Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.935
11 Item Statistics
Mean
Std. Deviation
N
Y.1
3.6333
.76489
30
Y.2
3.4000
.49827
30
Y.3
3.3000
.74971
30
Y.4
3.5667
.62606
30
Y.5
3.6000
.67466
30
Y.6
3.5000
.62972
30
Y.7
3.3333
.75810
30
Y.8
3.5667
.62606
30
Y.9
3.3667
.71840
30
Y.10
3.3333
.71116
30
Y.11
3.4000
.77013
30
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Item-Total Statistics Corrected ItemTotal Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
Y.1
34.3667
26.930
.912
.920
Y.2
34.6000
32.317
.387
.940
Y.3
34.7000
28.148
.760
.927
Y.4
34.4333
29.564
.705
.930
Y.5
34.4000
28.593
.791
.926
Y.6
34.5000
30.259
.592
.934
Y.7
34.6667
28.023
.768
.927
Y.8
34.4333
29.702
.684
.930
Y.9
34.6333
28.585
.736
.928
Y.10
34.6667
28.230
.797
.926
Y.11
34.6000
27.697
.798
.925
Scale Statistics Mean 38.0000
Variance 34.759
Std. Deviation 5.89564
N of Items 11
112
Lampiran 4 Statistik Deskriptif Data Uji Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Std. Deviation
Mean
Profesionalisme auditor
56
29.51
91.49
72.3434
19.71419
Independensi Auditor
56
13.75
41.73
33.6846
9.08403
Etika Profesi
56
13.41
44.78
35.3146
9.93747
Budaya Organisasi
56
6.27
18.80
15.1371
4.26993
Gaya Kepemimpinan
56
10.52
33.92
26.0957
7.22865
Kinerja Auditor
56
12.31
41.11
32.2652
9.01779
Valid N (listwise)
56
Lampiran 5 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parametersa,,b
56 Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Absolute
.0000000 3.15045335 .148
Positive
.061
Negative
-.148 1.108 .171
113
Lampiran 6 Uji Multikolinearitas Variables Entered/Removed Model 1
Variables Removed
Variables Entered Gaya Kepemimpinan, Budaya Organisasi, Independensi Auditor, Profesionalisme auditor, Etika Profesia
Method . Enter
a. All requested variables entered.
Coefficientsa Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
Profesionalisme auditor
.548
1.825
Independensi Auditor
.544
1.837
Etika Profesi
.366
2.729
Budaya Organisasi
.575
1.738
Gaya Kepemimpinan
.540
1.853
a. Dependent Variable: Kinerja Auditor
Collinearity Diagnosticsa Variance Proportions Eigenv alue
Condition Index
Profesional Indepen isme densi (Constant) auditor Auditor
Etika Profesi
Budaya Gaya Organis Kepemimpin asi an
Model
Dimension
1
1
5.835
1.000
0.001
0.001
0.001
0.001
0.001
0.001
2
.044
11.464
0.001
0.000
0.023
0.000
0.543
0.335
3
.040
12.115
0.846
0.009
0.005
0.123
0.024
0.013
4
.032
13.602
0.001
0.682
0.459
0.008
0.010
0.008
5
.030
13.943
0.015
0.301
0.436
0.028
0.125
0.334
6
.019
17.496
0.136
0.007
0.076
0.840
0.297
0.310
a. Dependent Variable: Kinerja Auditor
114
Lampiran 7 Uji Heterokedastisitas Variables Entered/Removed Model 1
Variables Entered
Variables Removed
Gaya Kepemimpinan, Budaya Organisasi, Independensi Auditor, Profesionalisme auditor, Etika Profesia
Method . Enter
a. All requested variables entered.
Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
Std. Error
B
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
(Constant)
3.851
1.071
3.595
.001
Profesionalisme auditor
-.017
.016
-.203
-1.119
.269
Independensi Auditor
-.042
.034
-.227
-1.248
.218
.022
.038
.130
.588
.559
.085
.070
.216
1.219
.229
-.023
.043
-.100
-.548
.586
Etika Profesi Budaya Organisasi Gaya Kepemimpinan a. Dependent Variable: Absolut Residual
115
Lampiran 8 Regresi Linear Berganda Variables Entered/Removed Model 1
Variables Removed
Variables Entered Gaya Kepemimpinan, Budaya Organisasi, Independensi Auditor, Profesionalisme auditor, Etika Profesia
Method . Enter
a. All requested variables entered.
Model Summary Model
R .937a
1
Adjusted R Square
R Square .878
Std. Error of the Estimate
.866
3.30422
a. Predictors: (Constant), Gaya Kepemimpinan, Budaya Organisasi, Independensi Auditor, Profesionalisme auditor, Etika Profesi
ANOVAb Sum of Squares
Model 1
Regression
3926.730
5
785.346
545.895
50
10.918
4472.625
55
Residual Total
Mean Square
df
F
Sig. .000a
71.932
a. Predictors: (Constant), Gaya Kepemimpinan, Budaya Organisasi, Independensi Auditor, Profesionalisme auditor, Etika Profesi b. Dependent Variable: Kinerja Auditor
Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
-5.593
2.104
-2.659
.011
Profesionalisme auditor
.066
.031
.143
2.147
.037
Independensi Auditor
.220
.066
.222
3.310
.002
Etika Profesi
.277
.074
.305
3.734
.000
Budaya Organisasi
.555
.138
.263
4.032
.000
Gaya Kepemimpinan
.289
.084
.232
3.445
.001
a. Dependent Variable: Kinerja Auditor