PA RTISIP ASl MASYARAKA T llALAM I:' k:Mt:Nl:"HAN KEBUTUHAN Al R BERSlH DOI\-lESTIK Dl KABUPATID'i GUNUNGKlDUL
TES IS Karya tulis ~bapi saJah satu syarat untuk mempernleh gdar Magiskr dari !m1titu1 Teknologi lhndung
Okh: VINCENSIA HJLDERCARD SRI W AHYUNI NIM 25407080
PROGRAM ST\JDI MAGl~'TER PERENCANAAN "\\'ILAYAll DAN KOT A SEKOLAH A.RSITEKTUR.,PERENCANAAN DAN PF..NGEMBANGANKEBIJAKAN
INST{TUf TEKNOLOGJ BANDUNG 2008
P ARTISIP ASI MASY ARAKA T DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH DOMESTIK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL
TES IS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleb. gelar Magister dari lnstitut Tek:oologi Bandung
Program Studi Magister Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Bandung
Menyetujui
PAmbing Ir. SUG
ANTORO MlP
NIP. 132 152 034
PARTIS IP ASI MASY ARAKA T DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH DOMESTIK DIKABUPATENGUNUNGKIDUL
Oleh
VINCENSIA HILDERCARD SRI W AHYUNI
NIM 25407080 Program Studi Magister Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Bandung
Menyetujui Pembimbing
lb. S.~'-.~ . LDO
Tanggal ...
~
NIP. 132 152 034
Ketua Program Studi Magister Perencanaan Wilayah dan Kota Perencanaan clan Pengembangan Kebijakan
_..--_.-. ........ ~ ~~i<.N
~v
c: "'
~
,.,
6m' -
~
'
j
(
-· J
Teknologi Bandung
~
r
""-i
.,
6
j
I ~,J
\\ .: . '..
\.f
-.
J
.
"'~(;.' I
•
11
Ir~TlJBA:GUS"FURQON SOFHANL MA., Ph.D. <._oe:::::::::
::;;::::qm;. 132 045 674
ABSfRAK PARTISIPASI MM.YARAKAT DALAM PF:M~NUHAN .KIIBUTUHAN AIR B>:RSIHDOMESTIK 1)1 KADUPATEN GUNUNGKJDUL Oleh Vincc1uia llilderurd Sri Wabyu11i
NIM : 25407080
Ketcrsediaan air yang terjangkau clan betkelanjutan meojadi bagian terpenting bagi sctiap individu oaik yang tinggal di perkotaan maupun di perdesaan, l'ertambahan jumlah p<:nduduk yung rems menerus ICrjadi mcmbutuhkan usaha yang sadar dan sengaja agar sumber daya air dapat tersedia secara berkelanjutao. Pcngembangan infrastruktur air bersih domestik sistern komwial dengan pendekaren pertisipasi masyarakai merupskan altemarif strategi dalam pengembangan wilayah,
Studi ini mengkaji karakteristik partisipasi yaitu jenis, bentuk, clan derajat partisipasi pada tiap tahapan kegiatan dan faktor-faktoryang membentuknya,
Studi ini juga mengkaji hubungan anlara karakteristik partisipasi yang terjadi dengan keberhasilan penyediaan prasarana. air beesih. Tujuan dari kajian tersebut adalah untuk memahami karakreristik partisipasi masyarakat yang dapat lllelldukung penyediaan air bersih, Hasil studi diharopkan dapet mern berikan gambaran pelaksaaaan suatu kegia!nn penyediaan prasarana air bersih dengan pendckatac partisipasi masyarakat, sebagai altanatif penyediaan prasanina air bersih oleh masyaxakat serta memberikan masukan tambaban pengalaman terbadap teori partisipasi dan kegiatan serupa di tempat Jain. Untuk dapat uiemahami karaktcristik pertisipasi masyaraka; tersebut, maka dilakukan analisis diskriptif secara kualitatif dan kuantitatif dalam beberapa tahsp. Tohap pertama adHlah meoggambadan karakteristi.l:. partisipasi yang terjadi dan tinBkat keberhasifan penyecliaan prasarana air betsih. Tahap kedua adalah membandingkan karaklerlslilc partisipasi yaog terjadi dengan tingkat keberhasilan penyediaan prasa:rana air bersih, Tahap ketiga adalah mencari faktor-faktcr ysng membentuk karakteristik parti~, baik dari faktor yang berkai.tan dengan koraktcristik individe dan karakteristik kelompok Pe:ncarian faktor yang berkahan dengan karakterisrik individu dilakukan dengan menggunakan aaalisis statistik berbasis chi 3quare, )'ni tu dengan metode crosstab untuk rnelihat koefisien
kontingensi dan taraf signifikansi, l-"aktor yung berkaitan
karakteristik kelompok didapat dengan lllCD1bandingka aotara karalcteristik: partisipasi yang denga;i
terjadi dengan karakteristik masing-masing kclompok yang distudi,
T emnaa srudi ini mennnjukkaa babwa karakteristik rarfisipasi yang dapat mendukung keberhasilan penyediaan pm.sarana air bersin adalah rnasyarakat berpartisipasi secsra total (orerali), yaitu seeara spontan aktif dalam mem beri.kan sumbangan dalatn kombillasi berbagai bemuk dan berperan dalam pengambilan keputusan betsama pada setiap tahap kegiataa Partisipasi yang demikian dapat
l
terjadi apabila pengenalan warga terhadap tetangga tinggi, organisasi masyarakat yang diikuti warga menjad! penggcrak kegiatan, terdapat chos: sharing antara
warga dan lcmbaga donor, masyarakat harus mendapat aki<es terbesar sehagai pengambil keputusan melalui mekanisme pengambilan keputusan yang mclibllthln semua unsur yang ada yaitu warga, pengurus, dan Pemerintah Desa, serta terdapat lembaga penge\ola yang independen dan beranggotakan masyarakat setempat.
Masukan bagi pemilik kegiatan pcnycdiaan 11ir bersih sistem komunal dengrui peadekatan partisipa.~i masyarakat dalam rangka menwnbuhkan kesediaan
masyarakat untuk berpartlsipasi adalah dengan rnemobilisasi masyarakat secara intensif dalarn setiap kegiatan linglmngan serta menciptakan kegiatan kemasyarakatan yang dapat meningkatklill interaksi masyarakat. Sedangkan wrtuk menciptakan karalcteristik kelompok yang dapat menwnbuhkan penisipasi,
disarankan dWam pemberian banman sebaiknya melalui/melibaikan orgemsasi masyaraket, sehingga masyaralt.at dengan mudah dan merasa memililci sendiri (seljbelonging) kegiatan tersebut, Selain itu, pendanaan sebaiknya tidak ~nuhnyn berasnl dnri bruiluan pihak Juar, tetapi di perlukan cost sharing sehingga tumbuh rasa kepemilikan bersama dan rasa tanggung jawab untuk memelihara dan 111eDgclo1a prasaran11 secara bersama-sama. Kelompok perlu melibntkan masyarakat dalam setiap forum diskusi dan pemberian weweN111g kepada masyarakat untuk mengambil keputusan sehingga terwujud rasa tanggung jawah masyarakat atas keputusan yang telah dihuai bersama. Prasarana sebail(nya di.k.elula oieh badan yang independen deng1111 tetap melibatkan unsur tokoh masyarak.at dan pemerintah des11. Pendekatan partisipa.si masyarakar dalam kegistan pembangunan yang .me111pa\ran bagian dari pembangunan dari bawah (bottom up planning) Uap
dengan eara pcmbe\ajanin yang teeus-meaerus. Kata lwnci : panisipasi masyarakat, inftasiruktur, air bersih, k:omunal.
ii
ABSTRACT 1'HE PllRTJL'JPATJON UF THE COMJKUNITY TN FULFILUNG THE NEF:D OF lJOi\1ESTIC Pl.AlN WATER IN GUNUNGl<.IDUL REGENC}'
By Vincensia Hildercard Sri Wahynni NIM: 25407080
The avatlable water, which ts reachable and continual. becomes the most important part of li/e for a11yone who lives in the ci1y or villag«. The tropukuion that ts cor1{i11u,,l/y growmg 11p, from ume 10 1u11e needs a serums effor: 10 make them aware lo be sure thas the .tQUrce of water will always be avaiiable and continual. The development of domestic plain wa;er infrastructure •mng comm1111al svstem and people parncip<1lion approach constiuues the alternative strategy m developing 1he area. This study researches th« characteristics of the participation ift case of ;ypes, [orms ond levels cf participation ir. evPry se.c.1inn of thR ar·fiviries. ondfactors ttuu form them. The study atro investigates the occurrence of the relauonship between
purticipanon
characters anti the successful of providing plain water u 10 understand the. participation of fire ('Ofl111!unicy that supports the providing of plain water. The resuit of th« siudy ;_,. mirastructure. The aim of lite research
e.xpe1·1ed to describe the implementation qf the aaivity oj providing plain water 11ifrustrw:1ure l'Hl't!lioned previously. It is also as an altematlve to provide phun water infrastructure by the rommuniry Ihm may suggest people W!lh the par:1cipario11 theot» and give information to other society who carry our the same activity in other places. /11 order to understand the characteristics
Ifie contingencv coefficient and Ure rrgnijiC(lJIIlevel. Group character [actors are reached by comparmg me participation charucier tl!<Jr occurred with the each cnaracteristics tif the group bein,11 stuuied. The result o{ the study shows tna! me participanon character is able to support the success of plain warer infrastructure; in o.-era/J participation of the community. They' actively and spontoneousty donate anything in everv stage. of mukm3 decision. "this participation happens when people i11 the society have dose relationship and lmnw Otl'- another. Organization that invoz.,es the commumry
IU
becomes an u,·m>awr, there is a cost shartng between rite society and the instuution donators. And the people l'lus: become she first [actor ir. makirw
decision through every aspect like co111111H1UlJ'. organization .
W; be from outsiders donation, bur there should be a cosi shanng so ii grow:.. a self-belong fog of the society to the artiviues and the responstbility to keep and maintain the infrastructure togetner. The group also needs to involve tha society in every formal discussion and they hm·p the right lo make decision so they feel having responsibility on the decision !hey mode. The infrustructure would be better manuged by independent institution that also involves leaders of.
'"'"l")i
Tiu approach oj people participation in development acl1V1fies i.v as a bottnm up plannint; that can form a .!lrlllelJY in aeveloping an area. '!'he short aim of this approach is implement any single ar.rivity in ih« society together 1r1 order 1n fulfili the practical needs and to develop the prosperous of the society. Whereas tile. long term aim of the approach is to reach lhe efficiency of the society and increase the social life so tne people can find their own porettc.y and are courageous to act i11 order to make up the quality of their lives through learning continuously. Ke) ward: rommunuv participation. infrastructure, plam. water, cmnmunui.
PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS
Tesis S2 yang tidak dipublikasikan terdaftar dan tersedia di Perpostakaan Institut Teknologi Bandung, dan terbuka untuk umum deogan keteutuan bahwa hak cipta ada pada pengarang dengan mengikuti aturan HaKl yang berlakn di Tnstitut Teknologi Bandung. Referensi kepustakaan diperkenankan dicatat,
tetapi
pengutlpan atau permgkasan hanya dapat dilakukan seizin pengarang dan herus
disertai dengan kebiasaan ihniah untuk menyebuikan swnbernya. Memperbanyak aiau menerbitkan sebagian atau seluruh tesis, baruslah seizin Direktur Program Pascasariana, Institut Teknologi Bandung.
v
KATA PE.'IGANT.\R Segenap pttji adalah milik Allah Yang Maha Kuasa semara, yang atas Rerkat dan Kernurahan-Nya
schingga tesis yang berjudul "Partisipasi Masyaraket
Dalam
Pernenuhan Kebutuhan Air Bersih Domestik Di Kabupaten Gunungkidul" dapat diselesaikan dengan baik.
Pada kesempatan ini disampaikan ucapan tcrima kasih yang tulus atas bimblngan, dukungan, bamuan, dan doa kepada : I.
Ir.
Sugiyantoro, MlP, sebagei dosen pernbimbing yeng telah banyak
memberikan bimbingan. masukan, arahan, dan dukungan selama peoelitlan clan penulisan tesis ini.
2.
Dr. fr. Dewi Sawitri, MT dan Pradono, SE, M.Ec.Dev., Pb.D se!aku pembehes clan penaaji yang tel.ah memberikan masukan dan arahan dalam
pen,yempurnaan tesis ini. 3.
Ir. Mmgi!li Irene Masnida P., M.Sc clan Prof. Ir. Tonuuy Firman, M.Sc., l'b..D,
atas segala saran. bimbin,an
clan masukannya
selama studio
perencanasn wilayah maupun penelitian d.an penulisan !C$ls ini, 4.
Dr. Ir. Dewi Sawitri, MT. scbapi Dosen Wa.li, atas segala arahan dalrun
proses pcnyelesaian studi. S.
Bapak clan lbu staf Dosen Program Studi Magister Pereocanaaa Wilayah dan Kola ITB alas keikhlasannya
memberikan
ilmu clan pcngetahuan yang
bermanfaet selama menjalani studi. 6.
Direktur Pusbindiklatren Bappenas alas bantuan Beasiswa untuk pendidikan magister ini.
7.
Bupati Wonosobo. Kepala Dinas Pekerjaan Umum, dan Kepala Sub Dinas Bina Program atas ijin dan banluannya untuk menempuh pendidikan MP\VK
- !TB. 8.
Pemerintah Kabupaten GummgkidUI aias ijin dan kemuda.han dalam mcmperoleh data untuk penelitian ini.
9.
Staf Tata Usaha dan Perpustakaan MPWK-ITB alas segala bantuan yang diberikan.
vi
IO. Tcman-teman PWK, Teman-tcman Studio Pcrencanaan Wilayah, atas segala dukungen moral, kcrjasarna dan rasu persaudaraan diantara kita. 11.
Seluruh keluarga besar, Bapak, £bu, Marni, kakak dan adik, yang telah memberikan banman dun dorongan moril serta doanya yang selalu menyertai ponulis dalam mcnyelesaikan pendidikan ini,
12. Suami dan anak-anak tercinta, Wijaoco Santoso, Abimanyu dan Kristiorlin, terima kasih atas bantnan, dorongan semangat dan telah rela mengorbankan kebersamaan, kasih saynng clan asuhan yang menjadi hak kalian selama penulis rnengikuti pendidilallt ini. 13. Semua pihak yang tidak dapat di$ehutkan satu persaiu atas segala hantuan
dan dorongan tangsung maupun tidak langsung, Penulis menyadari bahwa tesis ini jauh dari semporna sehingga tanggapan, kritik maepun saran sangat dibarapkan. Semoga karyo. sederhana ini tetap di1pat
memberikan manfaat bag! pihak-pibek yang membutuhkannya.
Bandung,
September 2008
Penulis
vii
DAJ:1TAR ISl
ABSTRAK
.
PEDOMAN PI:'.NCKHrNAAN TESIS.................................................................
v
KATA PENGANTAR DAFTAR !SI DAfTAR LAMP IRAN DAFTARGAMBAR
vi
viii ix
. .. . ..
x
L>AfTAR '!'ABEL
xi
DAFT AR SINGKA TAN
xii
Rah I
Pendahuluan 1.1. Letar Belakang 1.2. Rumusan Masalah 1.3. Tujuan Dau Sasaran l.4. Ruang Unglcup Penelitian.,
I
J 4 5 6
.. ..
I.5. Metodologi Penelitlan.................................................................... I.6. S istematika Pembahasan
.
.
..
11
. .. . .. . .. . 15
Bab JJ
Pengembangan l.nftastruktur Air Bersih Perdesaan Dan K.on.sep PartisipasiMMyarakat.......................................................................... JT.I. Infrastruktur Air Bersih Dan l'engembangan Wilayah 11.2. Penycdiaan Air lk~ih Perdcsaan ,.... ll.3. Konsep Parti~ipasi Maqyarakat..................................................... 11.4. Stud! LW1 Yang Pernah Dilakukan............................................... 11.S. Kesimpulao Bab Jll Oambat11n Umum Dan Karatteristik Partisipa:si D.alwn Pe.nyediaa.o Prasarana Air Bersih Sistem Komunal.,.. .. . III. I. Oambanm Umwn Wilayah Studt 111.2. Gambarnn K.arokteristik Partisipesi Dalam Penyediaan
PrasaranaAir Bersih Sistem Komunal
-
16 16 17 20 26 21! 29 29 47
Bab IV Analisis Ilubungan Karakteristil: Partisipasi Dengan Keberbosilan Pcnyediaan Prasarana Air Bersih Dan Faktor-Pakror Yang
Bab V
Berhubungan Dengan Karakleristik Partisipasi JV. I.Analisls Hubungan Partisipasi Dengan Keberhasilan l'enyediaan Prasarana Air Bersih lV .2. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Karakteristik Partisipasi .. . .. .. . . .. . . . Kcsimpulan Dun Rekomendasi . . . . . . . ....
V .I. Temuan Studi Y.2. Kesimpulan Y.3. Rekomendasi DAFT AR PUSTAKA
.. .. .. ..
51 SI . .. 54 . .. . .. . 61
61 63 65 67
.
viii
O/\Fl'AR LAMPlRAN
Larnpiran A Daflar Pertanyaan Untuk Pengurus Prasarana Air Bersih/Tokoh Masyarakat
-........................................................
Lampiran B Kuesioner Untuk Anggota Kelompok Prasarana Air Bersih Lampiran C TJ1\11Skrip Wawancara Jokoh Lampiran D Data Output Sl'SS Versi 10 for Windows
ix
70
72 75 85
DAFTARGMIBAR
Gambar I.I . Gambar 12. Gambar 1.3. Gambar 1.4. Gambar Ill 1. Gamber IJ!.2.
Proses penycdiaan prasarana air bersih komunal....... .. ... . Lokasi Kecamatan Playen .,............................................ Lokasi kelompok air -............................................................ Kerangka pemikiran , Peta sebarun pelayanan PDAM Peta lokasi kelompok air.............................................................
x
9 I0 11 14 31 32
lJAl'lAR TABEL
Tabcl I.1. Tabel Ii. I. Tabel lIJ .1. label IIl.2. Tabel III.3. Tabel lJT.4. Tabel Ill.5.
Penyebaran kuesioner..................................................................... Derajat partisipasi menurut Amstein................................
12 2~
Karakteristik kelompok Pelibatan masyarakat dan pengambilan keputusan
43 44
Keaktifan kelompok dalam memberikan informasi 44 Karakteristik imlividu pad:! masing-masing kelompok.................. 45 Tingkat keoerhasilan dalam penysediaan prasarana air bersih komunal
Tabet Hl.6. Tabcl IIl.7. Tabel III. 8. TabelIV.L
-
_.......
Jenis partisipasi
Bentuk partrsipast -....................................................... lndikator derajat partisipasi., .... -................................................. I [ubungan karakteristik partisipasi dengan keberbasilaa penyediaan air Tabel IV.2. Hubuagaa karakieristik partisipasi dengan keberhasilan pengelolaan prasarana _..... Tabel IV.3. Hubungan anwa karak:t.eristik individu dengan karakreristik partisipasi ---···....... .. . .. . •. . •. . . . . . . . . . . .. . TabellV.4. Hubungan antara karakteristik. kelompok dengan karakteristik partisipasi
xi
48
49 50
52 53 55
57 59
DAFT AR SJNGKA TAN
SI~GKA TAN Nama
Pemakaian pertama kali
pada halaman
"PlJAM I.SM
Perusabaan Daerah Air Min um................................................ 3 Lembaga Swadaya Masyarakat...........
..
6
P.KPSBBM IP Program Kompcnsosi Pengurangan Subsidi Bshen Bait.or
TM
PAR PAM NAT J>U
Minyak Bidang Infrastrukn.tf Perdesaan Mu1yo Pengelola Air Becsih Pengelola Air Milmm . Tiirto Jllllllg Ngu di Aii Pekerjean Um um Tjrto
xii
8 , •...•.....................
10
. 10 . 10 .
10
.. 16
Bab 1 Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Air adalah unsur yang paling penting bagi hidup manusia. Air bersih merupak:an salah satu kebutuhan dasar manusia untuk memenuhi standar kehidupan manusia secara sehat. Kelangsungan hidup manusia sangat tergantung pada kualitas air yang baik dan kuantitas yang cukup. Air juga sangat penting untuk pertumbuhan tanaman pangan dan non-pangan, serta kelangsungan hidup hewan yang menjadi daya dukung kehidupan manusia. Air juga dibutubkan untuk kegiatan pertanian dan proses produksi yang berdampak: pada pembangunan sosial, ekonomi dan budaya serta kualitas pembangunan manusia. Oleh karena itu, ketersediaan air dapat menurunkan
water
borne disease
sekaligus dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat. Ketersediaan air yang terjangkau dan berkelanjutan menjadi bagian terpenting bagi setiap individu baik yang tinggal di perkotaan maupun di perdesaan.
Salah satu tujuan pengembangan wilayah adalah pendayagunaan sumber daya alam, -dalam bal ini sumber daya air-, secara optimal untuk meningkatkan kesejabteraan masyarak:at. Selain itu pengembangan wilayab juga ditujukan untuk mengurangi kesenjangan antar wilayab (regional imbalancecsy baik kesenjangan ekonomi maupun pembangunan infrastruktur sebagai pendukung kegiatan masyarakat. Namun sampai dengan tabun 2000 pembangunan infrastruktur kbususnya infrastruktur air bersih masih mencerminkan adanya kesenjangan. Berdasarkan data Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayab, barn sekitar 19% penduduk Indonesia yang dapat menikmati air bersih dengan sistem perpipaan di mana 39% nya adalah penduduk perkotaan. Sedangkan di daerah perdesaan, berdasarkan data yang sarna, banya sekitar 5% penduduk desa yang menggunakan sistem perpipaan, 48% menggunakan sistem non-perpipaan, dan sisanya sebesar 4 7% penduduk desa menggunakan air yang bersumber dari sumur gali dan sumber air yang tidak terlindungi. Di dalam memenuhi kebutuhan air
1
bersih bagi keluarganya, penduduk tidak jarang harus mernbeli ais dari para penjual air dengan harga yang relatif tinggi atau mengambil air langsung ke sumber air yang umumnya cukup jauh dari tempat tin.ggal si penduduk. Ketika beberapa sumur dan sumber air mengering akibat musim kemarau, menyebabkan semakin sulit bagi masyarakat untuk mendapatkan air untuk memenuhi kebutuhan akan air bagi keluarganya.
Pertambahan jumlah penduduk yang terus menerus terjadi membutuhk:an usaha yang sadar dan sengaja agar sumber daya air dapat tersedia secara berkelanjutan. Dewasa ini kebutuhan
air bersih untuk memenuhi aktivitas penduduk makin
meningkat. Peningkatan itu terjadi bukan hanya karena penduduk yang bertambah, tetapi juga karena aktivitas yang membutuhkan air meningkat, seperti kawasan industri, perdagangan, pendidikan, pariwisata, dan sebagainya. Untuk menghadapi meningkatnya kebutuhan air dan kompetisi penggunaaan air yang semakin ketat maka diperlukan pengelolaan sumberdaya air yang memadai. (Suti.kno, 1997:2 dalam E-Learning Geografi Lingkungan).
Peningkatan kebutuhan atau demand terhadap air secara umum dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu: (1) Air untuk keperluan konsumsi domestik atau rumah tangga misalnya untuk mandi, mencuci, memasak, dan minum. (2) Air untuk keperluan pengairan lahan pertanian misalnya untuk irigasi, mengairi sawah, perikanan, dan usaha tani lainnya. (3) Air untuk kegiatan industri misalnya untuk pembangkit listrik, proses produksi, transportasi, dan kegitan yang lainnya (Sutikno,1997:2, dalam E-Learning Geografi Lingkungan). Air bersih untuk keperluan domestik merupakan kebutuhan yang . harus terpenuhi karena berhubungan
dengan
kesehatan
masyarakat
yang
dapat
mernpengaruhi
produktivitas mereka.
Kesulitan mendapatkan arr bersih senng dialami masyarakat K.abupaten Gunungkidul terutama pada musim kemarau. Hal ini terjadi karena sebagian besar wilayah Kabupaten Gunungkidul merupakan kawasan karst, Sistem hidrogeologi pada kawasan karst mernpunyai sifat relatif mudah meluluskan/mengalirkan air
2
sehingga jarang dijumpai aliran air permukaan, Yang sda adalah air ianah yang
berupa sungai-sungai bawah tanah. Untuk dapat rnemanfaatkan air ianah yang berupa sungai-sungai bawah tanah diperlukan teknologi tinggi yang berbiaya besar. Pada rnusim hujan masyarakat memanfaatkan air hujan dengan menggunakan bilk penampuag air bujan, mengambil air dari iebiga/luweng dao dengan membuat embung, Pada rnusim lemarau k.elompok orang tertentu terpaksa meaggunakan
altematif yang mahal yaitu dengan membeli air dari
wilayah sekitar, Dale \li11itti..ngtondan rekan-rekannya (dalam Marshall dan Hug, tanpa tahun) mencstat dalam tulisen yang betjudul Penycfton Air clan Pembangunan: Pelajaran dari Dua NegaJ'a, "Ramah tangge yang membeli air dari para pcnjaja ruembayar
bulanan oleh mereka yang mempunyai srunbungan saluran pribadi untuk volume air yang hanya sepersepuluhnya."
Se lain itu ketcrbatasan dana pemerin1ah menye babkan belum terpenuhinye .l::ebutuhan air bersih secara merata bagi seluruh lapisan masy~akat di I<.abupaten Gunungkldul. Berdasarkaa Jata dari PDAM, jwnh1h penduduk daerah pelayanan
PDAM tahun 2007 sebesar 44,7% dad jwnlah total penduduk Ounongkidul. Sedangkan jumlah pendudui: daerah pdayanan yang sudah dilayan.i sebesar 59, 11 %. Jadi tedapar 79,58% penduduk yaog belum/tidak. terlayani oleh PDAM.
Alternatif-alternstif pemenuhan kebutuban air bersih seperti t.elah disebutkaa di alas,
11pabila dilukulcau secara individu dirasa berat bilgi masyara.l::at OwnmgkiduJ
ktlrena membutunkan biaya dan teoaga yang relatif banyak. Oleh karena itu
muncul altematif penyediaan air bersih dengan sistem komunal yang melibatkan panisipasi masyarakat. Hal ini Ulemmgkinkan masyarakat setempat wrtuk memiliki alcses yang sama terlladap air bersih, Manfilat dari sistem komunal
adalah penyediaan air bersih menjadi lebih murah karcna masyarakat juga menanggung secara bersarna-sama sc:bagi.BD alau seluruh biaya penyediaan air bersih, Selain itu masyarakat akan terlibat langsung dalam penyediasn dim
peogelolonnnya sehingga dihampkan kelestarian penyediaan prasarana air bersih dspat lebi h. terj amin,
3
Pembangunan sistcm penyediaan air bersih sistem komunal deagan pendekatan partisipasi masyarakat mampu memberikan kesempatan kepada masyarakai untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembangunan,
Pendekatan partisipa.~i ini juga
dilakukan dalem rangka pendayagunaan dana yang terbatas bagi pembanguaan, termasuk dalarn penyediaan dan pengelolaan prasarana, Selam itu peran serta atau
partisipasi masyarakat juga merupakan salah satu isu penring dal11111 perumnsan dan pelaksanaan kebijakan perumahan dan prasarana dasar dalam hal ini
prasarana air bcrsih (Cheema, 1987; 4, dalarn Dewiastauii, 2003). Perulekawi partisipasi masyarakat dalam pemhangunan merupakan pcndekatan dari bawah (bottom up planning) yang dapat dijadikan strategi dalam pengembangan wilayah. Pemenuhan kebutuhan air bersih dengan sistem k.omuwd tidak selamanya berjalan dengan lancar, J)ipedukan dukungan partisipasi secara aktif dengan berbagsa i bentuk dari selaruh anggota kclompok mulai dari tahap perencanaan, pembangunan
ptaS&rana air bersih dan faktor-faktor pembentuknya.
Hasil penelition ini
diharapkau dapat mcmberi nuu~ukan terhadap upaya penyediaan dan pengelolaan prasarana air bersih sistem .komunal dengan pendekatan partisipasi masyarakat di wilayah
lain. terutama untuk wilayah-wilayah yang belum terlayani oleh sislem
penycdiaan air publik.
1.2. .R11musan Masalab Pemenuhan kebutuhan air bersih di Kabupaten Ounungkidul apabila dilakukan secara individu akan memerlukan hiaya yang tinggi sehingga sistem komunal merupakan alternatif yang layak uatuk diterapkan, Tctapi kebcrhasilan sistem knrnunal berl.aitan dengsn keaktif.w partisipasi masyarakat dalam tiap tahap
mulai dari pereneanaaa, pembangunan sampai dengan pengelelaannya. Mennrut Sjaifudian (2000), penerapaa partisipasi pada kenyataaanya akan dihodapkan pada sejumlah maAAlah, antara btin yaitu ketidaksiapan dari warga sendiri untuk
4
bcrpartisipasi secara cerdas dan genuine. yang dnpat dilihat dari jenis partisipasi rnayarakot. Jenis partiaipasi rnenunu Dusseldrop (dalam Slamet, 1993), adalah
a,pakah mcreka berpartisipasi secara spontan dengan kesadaran sendiri, karena terpengaruh orang lain aiau karena merssa terpaksa. Hasi! pengamatan terhadap proses partisipasi warga menunjukkan bahwa level partisipasi senngkali terbatas pada kehadiran, bukan pecan aktif. Peran aktif berupa bentuk partisipasi yang da_pat disumbangkan
menurut Surbakti ( l 984 ).
Cheema ( l 987) dan Keith Davis ( dalam Sastropoetru, 1988) y11ilu bwd1 pikirdll, tenaga, dan uang, yang lebih dibumhkan dari pada banya kehadiran. Apalagi sebagian hesar warga saat ini tidak terorganisir, sehingga mempersulit proses partisipasi yag betul-betul representarif, Seringkali partisipasi yang ti:rjadi tldak
berada pada derajat yang oleh Arnstein (dalam Robert, 1975), disebut sabagai kekuatan masyarakat,
melainkan keterlibatan
masyarakat
hanya sebatas
penghargann atau bahkan masyarakat hanya dijadikan obyek .survey.
Menginglll hal tersehut maka diajukan pertanyaan penehtian sebagai berikut: Sejauh mana karekteristik portisiposi dalam mendukung penyedi!i311 peasarana air berslh komunal?
l. Bagaimana karakteriscik panisipasi dan keberhasilan penyediaan prasarana air bersih .komuna\ Yllll8 terjadi selama ini? 2. Bagaimana hubungnn karaktenstik partisipal
prasarana air bersih komunal? 3. Faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi
pertisipasi
masyarakat
dalam
pcnycdiaan dan pengelolaan air bersih?
I.3. T•juandan Sasarao.
Untuk menjawab penenyaan penelitlea terscbm maka dirwnuskan tujuan studi yaitu memahami karakteristik pertisipasi masyarak.at yang dapat mendukung penyediaan air bersih di wilayah studi. Daci tujwm ~but sasaran studi sebagal berikut;
5
ditun.u:tkan
5<1Sllr&11·
1. Mengidentiflkasi
ti ngk.at keherhasilan pcnyediaan
prasarana air bersih dan
karakteristik partisipasi yang terjadi selama ini.
2. Mcnganahsis
hubungan
karakteristik
partisipasi
dengan keberhasilan
penyediaan prasarana air bersih komunal 3. Meaganallsis faktor-faktor pada masyarakat y2111g mcmpengaruhi partieipasi.
Hasil smdi diharapkan dspat memberikan gambaran pelaksanaan snatu kegiatan pcnyediaan prasarana air bcrsih dengan pendekatan partisipasi masyarakat, sebagai altematif penyediaan prssaraaa air bersih oleh masyarakar serta memherikan ma.~nks111 tambahan
pengalarnan terhadap reori parii~ipasi dan
kegiatan serupa di tempat lain.
1.4. R11ang Lingkop Penelitian
l.4.1. Ruaug Li11gkup Mawri Materi yang dibahas dalam studi ini adalah tingkat keberhasilan penyediaan
prasarana air bersih, karakteristik partisipasi masyarakat yang tetjadi didalam kelompok air, dan faktor·faktor pembentuknya, serta peranan pihak luar (pemerintah, perguruan
tinggi, LSM,
dll) terutama dalam tahap awal
pembangunan. Proses penyediaan prasarana air bersih sistem komunal tidak
berhenti pada se!estiliiya pembangunan prasarona, melainbn yang lebih peoting adalah bagaimana operasiona\isasi dan pemelihanwmya
agar dapat terns
berlanjut. Disisi lain menurut Remson et al, 2004 (dalam Breier den Visser,
2006), banyak k<>munitas perdesaan mempll1lyai karakter budaya tidak membayur. Oleh karena itu diperlukan pengembangan lebih Ianjut khususnya pada unit
pelayanan, dari layanan bidran wnum menjadi sambungan nunah. Berdasarkan uraian di aias, maka studi ini akan mengkaji keberhasilan penyediaan
pl8S8f!1113
air bersih saat ini, yaitu lebih mc:mfokuska.npada proses penyediaan prasarana
mulai dari tahap perencanaaa, pembangunan dan pengelolaan pada si.klus yang kedua yaitu pengembangan unit pelayanan (lihat Gambar I.1.).
6
.g>.,cc .... s: c ~
"'c E"' ..e ..
Q.
..
~;.,
Cl"> C-" ta
....... ~~& .
i
..
c c"' .. Cl
im~"' ; §.c ..
g
~-a;~ a. rn IX
~O.: UllflUfllUlt J
...............
u
- - -
. . . . . . . . ,. . . . j"'' 2
~
I .................
~
s ......,,,,, l:;;i~
:
~8
. . . . . . . . 0.
~
~
!-f <
.__r--
f 0
Kriteria keberhasilan penyediaan prasarana air bersih menurut Pedoman Teknis Air Beesih PKPS-BBM IP, Ditjen Tata Petlcotaan dan Tata Perdesaan OPlJ, dapat dibedakan mcnjadi dua keberhasilan yaitu, pertnma keberhasilan penyedlaan air. kedua keberhasilan dalam pengelolaan prasarana, Keberhasilan
penyediaan air
yang dimaksud adalah masyarakat dapat memperoleh air bersih dengan lebih mudah
clan lebih murah dari kondisi sebehunnya dengan
k.ualitas sesuai
persyaratan. Sedangkan kebcrhasilan pengelolaan yaitu terbentuknya kclompok masyarakat
yang
rnampu
memelihars,
mengorganisasi
rnelaksanakan
rum
pembangunan,
mengembangkan
mengoperasikan,
infrastruktur
air bersih
tcrbangun secara mandiri dan berlcelanjutan.
Karakteristik partisipasi yang akan dilutji yang pertama adalah jenis partisipasi menurut Dusseldrop (dal.ain Slamet, 1993). yaitu apakllh masyarakat berparti~ipasi secara spontan, tcrbujulc atau terpaksa, Kedua ad3JM bentuk partisipasi menurut
Surbak:li, (1984), Chee~ (1987) dan Keith Davis (dalam Sasrropoetro, 1988). yaitu. bentuk panisipasi yang diberilam berupa buah pikiran, recega atau uan&.
Ketiga adalah derajat partisipasi roenurut Anmein (dalam Robert, 1975), yaitu
11pakah kcgiato.n berada pad.a ke.ku3ian masyuakat, aiau pe\ibalan masyarakat banya scbaga.i penghargaaa, ar.au rnasyacakal banya dijwl.ibzt vbyck survey,
dengan asumsi kapas.i18S masyarakat dalam mcngem\lkakan pendapat sama. Faktoe-faktor yang akan dikaji dalam peoelition ini ndaloh fuktor yang berkaitan dengan kakarteristik indivi
dengaa karakterisrik
Karakteristik individu yang ak.an dilalji adalah kcmampuan
dan
kesediaan (White dalam Bourne, 1984, dalam Dewiastanti, 2003) pada tiap tahap kegiatan mulai dari perencanaan, pembangunan
dan pengelolean (operasi dun
peme!iharaan). Variabel -variabel dari falctor kemsmpaen dan kesediaan yaitu sebagai berikut: Variabel-variabel dalam faktor kemampum yaitu:
a. Kemampuan menyumbang pekerjaan,
dan memberikan te1111g11. yang dilihat dari jenis
taraf pengeluaran masyarakat, umur kepala keluarga, jumlah
anggota kel uarga (Angel, 1967 clan Stamet, 19 78).
8
b, Somber daya manusia dalam bersikap dim bertindak, dilihat dari pcndidikan kepala keluarga dan pcodidikan tertingg] anggota keluarga (Angel, 1967 dan
Slamet. 1978 }. c. Kemampuan organisasi dalam mengorganisir masyarakat untuk terlibat,
dilibat dari keaktifan memberikaa informasi kepada masyarakat (Majwahuji, 1983; Bhamagar dan Dewan). Scdangkan variabel-variabel dalam faktor kesediaan adalah : a. Manfaat yang dirasakan dengan penyediaan prasarana air bersih secara kornuoal, dilihat dari manfaat terhadap pengurangan biaya konsumsi air bersih, manfont pengurangan waktu dalam mempereleh air bersih, manfaat
keandalan siseem dalam menyediakan air bersib dan manfaat kualitas air yang lebih baik (World Bank Water Demand Research Team, 1993) b. Taraf interaksi dan komunikasi dalam masyarakat, dilihat dari taraf pengenalan terhadap tetangga di hngkungan sekitar dan frekuensi pert.emuan yang diikuti (Landecker, 1971: 338 - 340). Karakteristik kelompok yang akan dikaji menuna DIU'WDti (2007), The World Bank Water Demand Research Team (1993), dan Deepa Narayan (1989) adalah
aktor penggerak kegiatan, sumher dana, mekanisme dalam pengambilan kcputasen serta sistem kelembagsan pengurus. 1.4.2. Ruang Lingkup Wilayah Studi Wilayah stu
terbentuknya kelompok masyarakat dalam rangka penyediaan prasarana air bersih komunal antara lain pada wilayah tersebut terdapat sumber air, debit air
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan air minimal dan air dapat dimaofaatkan dengan teknologi yang sederhana. Dari kriteria di atas, khususnya untuk. .kasus Kabupaten Gl.Dlungkidul wilayah yang memenuhi syarat adalah wilayah yang kondisi hidrogeologinya mcrupakan wilayah transisi. Kecamatan ynng bereda
pada wilayah transisi adalah Keeamatan Playen (lihlll Gambar 1.2.).
9
KECAMATAN PLAYEN
merupakau daerah transisi yaitu pertemuan
antara:
tc..lbupatco
Slemtut
LEDOK WONOSAR I dan PERBUKIT AN KARST GUNUNG SEWU
K.a.bu~•en \\'01.~..;
t--
Gambar 1.2. Lokasi Kecamatan Playen (Sumber: Bappeda Kabupaten Gunungkidul) Kelompok air yang akan di studi adalah kelompok yang mempunyai perbedaan karakteristik untuk melihat apakah terdapat perbedaan partisipasi pada setiap kelompok ini. Berdasarkan infonnasi dari informan kunci, disirnpulkan bahwa ke]ompok air dibedakan dalam empat kelompok berdasarkan sumber dananya, yaitu yang pertama dana bantuan pemerintah dalarn studi ini diambil kelompok Tirto Mulyo untuk selanjutnya disebut TM. Kedua adalah menindaklanjuti pilot project
suatu perguruan tinggi (UGM), dalam studi ini diambil kelompok
Pengelolaan Air Bersih untuk selanjutnya disebut P AB. Ketiga adalah surnber dana swadaya masyarakat, yang dalam studi ini diambil kelompok Pengelolaan Air Minurn untuk selanjutnya disebut PAM. Terakhir adalah sumber dana pemerintah dan swadaya masyarakat, dalam studi ini diambil kelompok Ngudi Ajining Tirto yang untuk selanjutnya disebut NAT. Untuk kategori surnber pendanaan yang terdiri lebih dari satu kelompok dipilih salah satu, dengan asumsi bahwa karak:teristiknya sama. Lokasi kelompok air tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.3. berikut ini.
10
KAIL
Alfl'UL
.P~~.GGANG \. Gambar 1.3. Lokasi Kelompok Air (Sumber: hasil survey, 2008)
1.5. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk mendiskripsikan secara cermat terhadap fenomena sosial tertentu (Singarimbun dan Effendi, 1989: 4). Sedangkan menurut Whitney (dalam Nazir, 1985: 63-64) penelitian diskriptif adalah mempelajari masalahmasalah dalam rnasyarakat, tata cara yang berlaku dalam rnasyarakat serta situasisituasi
tertentu
termasuk
pandangan-pandangan,
tentang
serta
hubungan
proses-proses
kegiatan-kegiatan, yang
sedang
sikap-sikap,
berlangsung
dan
pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Tujuan dari penelitian diskriptif rnenurut Nazir (1985:
63-64), adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan
secara sistematis, faktual
dan akurat mengenai
hubungan antar fenoemena yang diselidiki.
11
fakta-fakta, sifat-sifat
serta
Penelitian ini digolongkan ke dalam metode deskriptif Penelitian ini akan melihat akibat dari suatu fenomena partisipasi masyaraket
tcrhadap pcmbangunan
prasarana air bersih dengan sistem komunal. renelitian ini akan menganalisis faktor-faktor yang mendnrong adanya partisipasi dan lrubungan satu faktor deagan
faktor lain. l.5. l.
Metode Pengumpulan Data
Data yang digunaken untuk peneliuan ini adalab data primer don data sekunder, Data primer diperoleh dari observasi lapangan. wawancara dan kuesioner, I. Perolchan Data Primer a. Observasi lapangan, dilalrukan untuk melihat kondisi prasarona, .kondisi geografis wilayah snidi, dim aktivitas warga menggunakan prasarana air
bersih. b. Wawencara, ditujuknn kepeda tokoh-tokoh masyarakat yang mengetahui kondisi lingkungan wilayah studi seperti kepala Bappeda, kepala DPU, pengurus
prasanma
air beisih/tokoh
masyarakat
untuk
memperoleh
penjelasan yang lebih mendalam c, Kuesioner, dilujukan kepada aaggota kelompok pengguna prasanma air
bersih sistem komunal pada lokasi terpilih. Karena keterbatasan waktu dan dana maka jumlah responden diambil 10 % dari masing-masing jumlah
anggota k.clompok dan penentuan rcspondcn bcrdasarkan
accidental
sampling. Total responden sebanyak 125 responden, deagan sebaran seperti Tabel I.I. sebagai berikut:
TabelI .. 1 Penvebar an Kuesioner Wilayah Pelayanan Nama Kelompok
No
Jumlah Anggotn
1 Tino Muko
OesaGetis
2 P-0elolaal Air Bcrsih lPABl Desa BkllleraJl 3P
4
N~uij
..
ArMirum(PAM\ (>\iswi ~Oran Desa Blebezan A::.>..- TirW · Desa Bonvusoco L>llsWl
JUMLAJl Sumber: Survey Primer, 2003
12
Jumlah Responden 110%l
469
47
426 21S 130
4J
22 13
us
2.
Perolehan Data Sekunder Data-data sckunder diperolcb dari infonnasi tertulis di Kecarnatun, instansiinstansi terkait seperti PDAM, DPU. Bapeda Kabupaten
Gunungkidul
literatur-literatur
untulc memberiksn
terkait. Data-data sekunder digunakan
serta
gambaran penyediaan air publik di Kabupatcn Gunungkidul.
I.5.2.
Mctode Analisis
Tahap pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah rnenggambarkan karakteristik
tiap kelompok clan menggarnbarkan
keberhasilan
penyediaan
prasarana air bersih pada masiag-masing kelompok. Tahap selanjutaya adalah menggambarkan k.arakt.eristik pertisipasi yang telah terjadi selama inl, melipuli: jenis partisipasi, benmk partisipasi dan derajat partisipasi dalmn tahap perencanaan, pembangunen, dan pengelolaan prasarana. Tahap temkh.ir adaJah
melekuk.an analisis hubungan antara karakteristik partisipasi dengan keberhasilan keglata:n clan analisis hubungan variabel faktor balk yang berkaiten dengan karakteristik individu maupun karakterl$tik kelompok. dengan tingk.at partislpasi yang terjadi pada setiap tahap mekanlsme kegiatan penyediaan prasacana air bersih. Pencarian faktor yang berkaitan deogan kamkteristik individu dilakukan dengan melakukan tabulasi silaag untuk: melihat kcefisien kontingensi clan taro.f signifikansi. Sedangkan fak:tor
)-ana
berkaltan dengan karakteristik kelompok
dicari dengao mernbandingkan antara partisipasi y11J1g terjadi dengan karakteristik
masing-rnasing kelompok. Secara keseluruhan, proses penelitian ini dapat digambarkan dalam kerangka pemikiran, seperti terlihat pada Gamber 1.4. berikur,
13
I
Law lleiabng dln TujWlll !!Udl
1
L
I
_Ka.iianL~
1 I I
I
Survey primer dan selrunder
•• -
I dt!Uifi ka.' i katakteristik kelomp<)k
ldentifikasi Faklor individu dae Falctor KelompOk
l
!
i
fdentifibsi kebcrhasilan
ldentifikasi I , •• , fo'W\Q!f*"
~. lhll9 .....
.... All;dni,
I
""""""' I "
b:-~~·
lwbungan
,,.,aM; fal>)r
: Perin&kat pstisipasi
I
•
I
"
!Ub
P"' gelol""11 J)r&WaDa
Peringkat keberhasilan
konklaistik i.adlwlll d4n Anlbsis
dengoo r.ertisillaJi yang 1"1]..i1 .... peeyediaan ll"""""'.,, benih
bahlligaparWipasi cltnplipm~ pnltlrtm
air krslh
l
!
I
l
I
.I. Anall:S~
I
ll Cl
pnln· ....... -
l
•
Kcb...~i.... peu)'
,
eby.i<
pot•-
pembui~,. ¢,.c
'
~SW)
P'b...,,fl:'lt.olpW ... !!) ...........
........
~
...,,.._.,... ......,,,...~ ,. =.... ..........
S
~"'"""""' """""),...."""'
.
,J,
.I.
i<
'
pe.a)'cljaan prasarana air bcts!lt \
kar.ikteristik poctisipasi
Pmt.1n-pas1 dldam pita•: eliun 9l'EalllJI &11 Dmil> dan 1 .. ·bJ:r·
"*"" ' ... !
Kcsimpulm du
R-
Oambar I.4, Kerangka Pernikiran
14
..
I
1.6. Sistematika Pembahasan
Hasil dari penelitian ini disusun dalam suaiu laporan pcnelitian yani.1 mernpunyai sistematika sebagai berikul : BAB l
Berisi uraian mengenai Iatar belakang yang mendasari studi ini, perurnusan rnasalah, tujuan dan sasaran studi,
lingkup studi yang
111111ig
dibagi atas ruang Iingkup matert, den ruang lingkup wilayah studi, metodologi penelitian clansistematika pembahasan,
•
BAB 2 l:'ada iutinya merupaken ringkasan berbagai literatur
yllllg
berisikan teori
dan k.011sep.konsep. Secara garis besar bab ini berisi konsep infrastruktur air bersih dan pengernbangan wilayah, konsep penyediaan air hersih perdesaan,
koosep
partisipasi
masyarakat
dan
diakhiri
dengan
kesimpulan, BAB 3 Berisi gambaran umwn daa karakteristik. partisipasi dalam penydiaan prasarsna air bcrsih komunal. Gnmboran wnwn membahas sistem penyediaan air publik, penyediaan prasarana air ~ih
sisrem komunal,
dan gambamn karakteristik kelompok air yang distudi
sena
keberh:isilannya dalam penyediaan prasarana air bersih, Gambaran karakteri:stik.partisipasi berisi tentang gambaran jenis, bentuk dan dmtjal partisipasi yang terjadi di wilayah studi.
BAB 4 Berisi analisis hubungan partisipgsi dengan keberhasilan penyediaan prasarana aiT berslh dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, Analisis ini bertujuan untuk melihat hubungan antara karakteristik partisipasi yang te.rjadi dengan tingkat keberhasilan penyediaan prasarana dan
mengenali hubungan/pengaruh tiap faktor pada lwaktcristik partisipasi. BAB 5 Berisi kesimpulan yang membandingkan basil anali.sis dan basil studi hteratur, Pada bah ini juga dilcemulcakan rekomendasi pelaksanaan
kegiatan serupa dan samn bagi studi selanjutnya.
IS
Bab ll Pcngcmba11gi1nlnfrastruktur Air Benib Perdesaan Dan Konlep l'armipasi
Masyarakat
Bab iui rnenjelasken mcngenai landasan konsep pengembangan infrastruktur air bersih dan pengembangan wilayah, penyediaan air bersih perdesaan, serta konscp partisipasi
masyarakat. Landasan konsep tersebut selanjutnya akan digunakan sebagai landasan dalam pcmbahasan pada bab-bab selanjutnya. II.I. Infra.struktur Air Bersjh D:iin Peagembangan Wilayah
Infrastruktur berpersn vital dalam mendukung pengembangan wilayah yaitu mendukung pcrtumbuhan ckonomi ncsional terutama sebagai katalisator di antara proses produksi, pasar dan konsumcn akhir yang kcbuadaannya dapat mcrcflckslken kemampuan
berproduksi masyarakat dan tingkat kesejahteraan masyarakat serta merupakan modal sosial bagi masyarakar dalam melakukan alaivitasnya Ketersediaan infrastrukfur J'ek:erjaan Umum yang merupakan banguuan tisik untuk kepentingan wnum dan keselamatan umum, seperti: jalan, irigasi, air bersih, sanitasi dan berbagai bangunan peleagkap kegiatan pennukiman lainnya, merupakan prasyarat agar roda ekonomi berputar dengan baik, Agar infrastrulctur Pekerjaan Umwn dapat berfungsi sesuai peran
pontingnya tersebut, berbagai upaya sedang dilakukan untuk dapat menyediakan infrastruktur Pekerjaan Umum yang haJJdnl, bemum£aat den berkelanjutan dalam mendukuug ekonomi agar terwujudnya Jndooesia yang lebih scjahtera. Pembangunan infrasuuktur PU telah memberi landasan mendukungkehidupan ekonomi clan sosial budaya masyarakat, yang teiceunin dengm tcrbangunnya aset jalan, sumber daya air maupun infrastrukmr pemmkiman, namnn masih dijumpai tantllngan terutama: kondisi pelayanan infrastrukter PU masih marginal yang ditunjukkan masih banyaknya i.nfrastruktur PU tidak berfungsi bail:: clan masih bsnyaknya daerah terisolir. Pada Bidang Infrastrukrur Pennukiman di'>adapi ~ pelayanan PDAM sebagai penyedia air bersih, ecbagian bc3Q1 sekitar 80"/o tidak sehat, dengon sistem air bersih terbangun baru ruelayani 40% penduduk perkotaan termasuk sistem pengolahan air limbah terpuset hanya pa
il.u masih cl ihadapi pula tantangan
keseniangan infrastrulcrur PU antar wilayah, maupun antara perdesaan dengan perkotaan (Menteri PU, 2004).
16
11.2. Pcnycdinan
Air Benih Perdesaau
Terminologi air minum sebagaimana yang dipakai oleh seluruh negara dalam kahanuya dengan penyediaan air Iayak minum belum merupakan istilah resmi (ojjicial words) begi Pemerintah Indonesia. Pemerintah Indonesia hingga saat ini masih menggunalcan
terrninologi air bersib sebagai pengganti ternunologi air wiuuw, walaupun standar teknis dan standar keschatan hanya mengenal standar air rninum dan tidak mengenal
standar air bersih, Hal ini terjadi dltengarai karena pengambil keputusan belum menyadari sepenuhnya bahwa salah satu kebutuhan dasar manusia adalah air minum (Diktm, 2.003).
Air miuum yang mcnjadi kebutuhan dassr setiap manusie makin lama menjadi
sumberdaya langka (scarce resources). Komitmen yang dicanangkan oleh pemimpin dunia pada Johannesburg Summit 2002 sebagai manifestasi Mlllenium Development GQaJs (MDG) mcnyatakan bahwa pada tahun 2015, separuh dari penduduk dunia yang saai ini belum mendapatkan akses terhadap air rninwn (safe drinking wot er) hams telah mendapatkan akses tersebut. SelaiUutnya pada tahun 2025, seluruh penduduk dunia
hams telah mendapatkan akses terhadap air minum. Menurut data potensi desa tahun 2000 clalam Dikun (2003), jurnlah desa: a) yang mendapatkan
pelsyanan
air minum
perpipaan baru mencapai
5,44%; b) yang
meagguuaka» sumur (tennasuk sumur anesis) berjwnlah 34.921 desa (52,78%); c) yang menggunakan mata air sebagai swnber air minum berjwnlah 12.882 desa (19,47%); d) yang mempergunabn sungaildanau, air huja11 dan sumber Iainnya berjmnlah 8.893 desa (13,44%); dan e) yang harus membeli oir minwn berjumlah S.860 desa (8,86%). Jika sumber air minwn bukan perpipaan, seperti sumur, mata air, sungaildanau maka ditengarai sumber tersebut akan rentan terhadap pencemaran oleh sumber penyakit
menula.r seperti tipus, kolera, dan diare, Pennasalaban pelayanan air bersih di kawasan perdesaan pada umumnya banyak disebabkau oleh kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan perilaku hidup bersih dan sehat. Hal ini tercennin dari lokasi tempat pengambilan air (swnur dan pompa) yang berdekatan dengan jamban, cubluk, atau WC, dan kurangnya kepedulian terhadap kualitas air. Kondisi ini mengakibatkan rend3hnya knlitas air pcrdesaan,
11
Peningkatan
kecukupan dan kualitas pcnycdiaan air bersih adalah prioritas dalam
pembangunan pcrdesaan di negara-negara berkembang. Selama ini strateg! pemerintah dan lembaga donor intemaslonal untuk mengatasi masalnh tersebut diarahkan pada penyediaan (~upplay), sedangkan kepentingan mendasar dari pennintaan (demand) dalam pemilihan pendekatan kebijakan secara nyata telah diabaikan. Tiga bemuk karakteristik yang bersama-sama mempengaruhi kemauan rumah tangga unmk menggunakan atau untuk membayar peningkatan pemenuhan air bersih yaitu sebagai
berikut : I) karakteristik sosial ekonomi dan kcpcndudukan dari rumah tangga, termasek pendidikan anggota keluarga; pekeijaan; ukuran dan komposisi rumah tangga; dan ukuran pendapatan, pengeluaran, dan asset. 2) karakteristik eksisting dan sumber air tradisional dioandingkan dengan peningkatan penyediaan air bersih, rermasuk biaya (baik k.euangan maupun waktu yang digunakan untuk mengambil air), Jcualitas dan kcandalan penyediaan. 3) sikap rumah tangga tcrhedep kcbijakan pemerintah di sektor air bersih dan pengertian mereka akan istileh pelayanaa pemerintah (The World Bank, Water Demand Research Team, I ~3). Dari basil studi World Bank Water Demand Research Team (1993), terdapat klasifikasi desa yang dapat membantu pembuat kebijakan merumuskan sistem pcnyediaan air bersih, Khssif.ilulsi tersebut yaitu: Desa tipe 1: Kemauan tinggi untuk membayar sambungan pribadi; kemauan rendah untak membayar kcran umurn. Pada desa tipc 1 ini l::ebutuhan kaum miskin dapat dipenuhi dengan menyediakan air bersih gratis pada ~an umum tanpa mengancarn kesebatan keuangan pengelola air. Desa tipe 2: Sedikit yang 1111111 membayar penuh biaya sombungan pribadi; mayoriw rnau membayar penuh biaya kerau umum, Penggunaan air rnelalui keran
WDun1
dikenakan biaya sebagai
sumber pembiayaan penyediaan air bersih kluena rnayoritas masyarakat menggunakan keran mnum. Desa tipe 3: Rumah tangga bersedia membayar untuk meningkatkan pelayanan, tetapi peningkataa membutuhkan biaya yang besar. Pada desa tipe 3 ini biaya mcningkatkan slstem air bersih lebih tinggi dari manfaat yang rnau di bayar. Biaya menjadi tinggi karena merupabn daerah kering, kepadatan penduduk rendah, atau kekurangan infrastruktur lain sepetti lisuik. Dalam kasus inl ststem air bersih tidak dapat dibangun tanpa adanya subsidi. Menurot .Mladen, Bozo dan Jure, pada wilayah
sulit air seperti wilayah karsr direkomendasikan untnk melibatkan institusi profesional untuk menganalisa data yang relevan dan membandingkan sumber
dan me111ilih sistem konstruksi yang paling efebif dan ekonomis. Terakhir adalah
18
desa tipe 4; Kemauan mernbayar rendab untuk meningkatkan pelayaoan. Meningkatkan pelayanan air bersih bukan prioritas utama pada desa tipe 4. Kebijakan yang tepai dalam
menanggapi kondisi ini adalah menyadari bahwa masyaraker sebaiknya memutuskan bagaimana dana subsidi yang tersedia akan diguaekan,
Di dalarn penenman awal kegiatan, pilihan teknologi dan tingkat pelayanan sudah di buat selams tahap persiapan, Pada rnasa lalu pilihan ini hanya berdasar kriteria teknis
dan ekonomi (biaya}, Sekarang kritcria sosial ekonomi dan budaya secara umum juga tliperhatikan dan barapan pengguna diselidiki ~dmgHi bagian dari proses pengambilau keputusan. Ketika masyarakat mengelola sendiri program sumber daya air, penyediaan air bersih clan sanitas i, baik pemeri ntah pusat dan daerah bertanggungjawab atas kondisi keseluruhan yang ingin dicapai, Hal ini diterapkan pada performa teknis (operasi dan
pemeliharaan sistem, kualitas clan kuantitas pcnycdiasn,
kctersediaan cedangan),
tangga, kemampuan keuaagaa) serta kesehatan dan higienitas (pemeliharaan Jingkungan penggunaan yang higienis} (van
administrasl
(persentase
pengguna
rumah
Wijk dan Sijbesma, I 995).
Saloh satu tantangan dalam meningkmken skala pelnyanan air bersih khususnyn di perdesaan adalah keterbatasan sumber daya keuaagaa. Peran swasta dalam penyediaan
air bersih dapat membantu masalah keterbal.asan · dana pemerintah. Tetapi terdapat hambatan
dalam penyediaan air bersih oleh swasta berupa mekanisme harga dan
kualitas air yang hams di atur oleh pemerintah. Sttuktur harga yang dirancang oleh masyarakat yang perusahaan operasional barus ikuti yaitu sedikit air yang digunakan orang maka sedikit yang harus dibayar orang tersebut, clan lebih banyak air yang
digunakaan seseorang maka lebih banyak orang tersc:but harus membayar. Padahal sektor swasta merancang struktur harga kebalilamnya yaitu sedikit air yang digunakan maka lebih banyal: yang hams dibayar so;eonmg,
clan semakin banyak air yang
digunakan maka lebih sedikit yang .barus di bayar, ini dimaksudkan untuk meodorong penggunaan air lebi.h banyak. Pengusaha air juga meaanggapi kebutuhan konsumen air
yang lebih rnengutamakan air yang lebih mwah daJI kemuiahan akses. Konswnen
biasanya tidak memperdulikan manfaar kesehatan dari peningkatan kualitas air. Di dalam pasar yang tidak diatur dan di mana koesumea tidak menuntut lrulitas air maka pengusaha tidak folrus pada kualitas air (Dan Salter, 2003).
19
diikutsertakan
dalam setiap proses pembangunan. Dalam pengelolaan pembangunan
pattisipasi dapat terjadi pada setiap tahap pembangunan, Tetapi dalarn program pemoangunan yang terpenting bukan hanya melibatkan masyarakat melainkan ada kesadaran akan kontribusi yang dapat d.iberikan oleh masyorakat. Partisipasi berarti perhatian mendalam rnengenai perbedaan alau peruoahan yang akan dihasilkan suatu kegiatan sehuhungan dengan kehidupan masyarakat; partisipasi adalah kesaradan mengenai kontribusi yang dapat diberikan oleh pihak lain untuk suatu kegiatan (Bryant
dan White, 1982: 268). Sejalan dengan hat tersebut Scluoor! ( 1986: 120) mcnyatakan bahwa suatu indikator untul:: melihat sejauh rnana pembangunan telah mencapai sasarannya antara lain dengan melihat sejauh mana program teesebut telah mampu mellbatkan partisipasi !llasyarakat di dalamnya. Pendekatan part.islpasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan yong merupak:an baglan dari pembengunan dari bawah (bouom 11p planriing) aclalah salah saru strategl
dalam pengembangan wila.yah. Pengembangan wilayah tidalc hanya berorientasi pada pengembangan ekonon» wilnynh, llkan tetnpi pengcmbangan kapasiw masyarakat melalui penlngkatan l)llitlslpasl masyarakat juga merupakan hat yang pentillg. Tujuan jangka pendek pendekatan partisipiui masyamkat adalah rnelaksanak.an keglatan
bersemc mn.syorokot untuk
rnemenuhi
kebutuhan praktis dan meningkatlc11n
k.esejahteraaR masyarakat. Sedangk.an tujuan jangka ~ang
pendekatan lni adalah
uoluk mencapai pemberdayaan masyarakat dan perubahan M$lal dengan pengemhangan mnsynrokat melalui proses pembelnjnran. Dengan pcrnbcrdayaaa masyarakat mclalui pendekayan partisipasi masyarakat maka masyarakat dapat menggali potensi dirinya dan berani bertindak memperbaiki kuahtas hidupnya, dengan cara pembelajaran yang terus-menerus.
Manfaat lain yang dapat diperoleh dalam penyertaan peran masyarakat secara langsung adalah: I) tiap pelaku pembangunan atau semua unsur ynng terlibat sadar penuh akan maksud dan tujuan dari suatu gerakan yang mereka lakukan; 2) tiap pelaku pembangunan danat saling belajar dari rekannya apa yang baik clan yang tidak baik dilnkukannya, dan bagaimana memecahkan permasalahan yang mereko hadapi bcrsama; 3) adanya kesadaran dan tekad bersama untuk melakukan sesuatu yeng telah mereka
21
sepakati bersama; 4) tiap pelaku dapat menemui kenali diri masing-masing, sehingga tumbuh rasa solidaritas, rasa rnemiliki, rasa kebersarnaan, yang sangat kondusif untuk
pengernbangan program (Darwati, 2007).
1£.3.2. Karakterlstlk Partisipasi Sedangkan
yang rnenjadi alasan urang untuk berpartisipasi adaleh yaitu karena
komando/diperintah, karena berharap al::an mcndapat imbaian atau karena atas dasar kemauan dan kesadaran sendiri, Partisipasi &ta~ dasar lcemauaolkesadaran
sendiri
bersifat sukarela tyolumary panicipaton). Partisipasi ini harus diperdalam agar tercipta partisipast yang lebih genuine sehingga dapat memperluas pemecahan masalah tidak hanya pada isu-isu survival ~aja. Berdasarkan jenisnya, Dusseldrop (dalam Slarnet. 1993:
I 0-12)
membagi partisipasi meojacli tiga, yang didasarken
atas derajat
kesukarelaannya. Pertama, partisipasi spool.an yaitu terjadi apabila seorang individu mulai berpanisipasi berdasml<.an pada keyakinan taapa dipen&aJU}tl J11elalui penyulehan atau ajakan Iembsga-lembaga atau Ot"Mg lain. Kedua, partisipasi t.erbujuk yairu bila seorang individu mulal bcrpartisipasi setelab diyakink.an melaui peogram penyuluhan atau oleh pengaruh oran!! Iain sehingga berparti.sipasi secara sukarela dalam aktivitas k.elo111pok. Ketiga, partisipasi tctp8ksa yang dapst terjadi dalsm ben.bagai cam. J'artisipasi terpaksa oleh hukum, terjadi apabila orang-orang dipaksa melalui peraturan
atau hulcum, Y3118 berarti berparisipllsi dalam kegiatan temntu tetapi bertentangan deuian keyakinan atau tanpa ruelalui pcnetujuan inertka.. Partisipa.si yang teq>aksa dapat j uga tcrj adi karena koadisi sosial ekonomi.
Penelitian yang disponsori UNCRD mengenali ada enam rnacam partisipasi masyarakat (Cheema,
1987: 86-87), yaitu: I) ketcrlibabn masyarakat dalam Jokasi kcgiatan: 2)
keterli baran masyarakat dalam memilih seseorang atau wakilnya dalam Jem bag a pelaksaaa; 3) keterlibatan masyarakat daJam memilih pemimpin untuk rnerencanakan dan mengelola p('()yek; 4) keterlibabm masyarakat dalam penentuan manfaat dan ldien proyek; 5) keterlibatan masyarakat dalam meo.galokasikan sumber daya proyek dalam komunitas; dan 6) keterllbatan masyarakat dalam bentuk sumbangan uang, tenaga kerja,
waktu, clan gagasan untuk perencanaaa dan pengelolaaa proyek-proyek rnasyaralcat.
22
Sementara Keith Davis (dalam Sastropoctro. 1988: partisipasi menjadi
16}. menggolongkan bentuk
partisipasi buah pikiran, partisipasi kctcrampilaa/ keahlian,
partisipasi lt:naga, partisjpasi Wirta beada dan petisipasi uang. Se] alan dengan i tu Ramlan Surbakti (1984: 72-73) rnengemukakan bahwa kegiatan-kegiatan yang dapat
digotongkan sebagai partisipasi, adalah: ikut serta mengajukan usul-usul mengenai suatu kegiatan, ikut scrta bcnnusyawarah dalam mengambil keputusan tentang alternatif program yang dianggap paling baik, ikut serta melaksanakan apa yang telah diputuskan
termasuk disini memberi iuran atau sumbangan maieril, dan ikut serta mengawasi pelaksanaan keputusan tersebut, termasuk. di dalamnya rnengajukan saran clan kritik untuk mcluruskan pclaksanaan
yang tidak sesuai dengan ope yang telah dipntuskan
tersebut,
M~et Robert (1975: 181) dalam Soehendy (1997), mengenmk3kan babwapartisipasi pA!ing tidak ditafsirkan sebagai keterlibatan lll4Syarokat dalam proses pengembilan
keputusan. Dalarn ha! lni komnnilc.asi yang efektif merupkan komponen yang pokok dalam partisipasi,
Sel81\iutnya Amstein (daWll Robert, 1975: 181-185) membagi
partisipasi meajadi delapan pcring.kat, yaitu seperti pada TabelU.l. berikut:
Tabet 11. l. Derajat Paltisipasi Mcnurut Amstein Perio•kat
No
1. 2. 3. 4.
s.
Deni at
I
Citizen control Deleeaed uuwt:r
Jtekualan IJJIUylU'llkat
Partnershio
Ptoauion Consuluaion
lnfnrminll 6. 7. Theraov 8. Manioulation Sumber : Arnstein dalam Robert, 1975
Pcnghargaan Masyarak:at m4:lljadi obyek survey
Peringkat I sampai 3, digoloogkan ke dalam derajat kekuatan masyarakat, Pada peringkar ini sudah terjadi pembagiao tanggungjawab, dan pada peringkat ini pula
merupaksn partisipasi yang sesungguhnya. Pada peringkat 4 sampai 6, digolongkan ke dalam derajat penghargaan, Pada peringkat ini masyarakat sudah diajak bicara tentang keinginannya, gaga.sannya, tetapi keputusan ada pada pihok pengambil kcputusan. Sedangkan peringkat 7 dan 8, peda dasamya
buk.an digolougkan kc dalaiu
masyarakat baru menjadi o byek survey suatu kegiaten,
partisipasi,
11.~.3. Faktor-Iaktor Yang Mcmpeogaruhi
Partisipasi
Menurut Bhattarai dan Starkl {2005), sistem penycdiaan air bcrsih yang berfokus pada masyarakat akan mcnghadepi perbedaan, faktor-faktor yang menimbulkan konflik, karena harus memenuhi kategori yang berbeda- beda dari stakeholder (komunitas tcrmasuk perempuan, anak-anak, dan
pcnggwl!l
lain dengan perbcdaan suku, ekonomi,
pendidikan, budayu dan karakteristik agama; investor lokal clan asing, pcmeriniah lokal dan pusat; pcnycdia jasa; oolitikus; pengacara dan lain-lain). Sedangkan yang menjlldi lllnggurlg jawab Panitia Air l:lel"Slb Desa dalam penyediaan
pendekatan partisipasi masyarakat menmut Majwahuzi
air bersih dengan
(1983) adalah: l) rnenjalin
komunikasi antar masyarakat. pemerintah desa dan illl
dengan pengcmbangan dan penyediaan air bersih; 3) menggerakkan partisipasi warga
desa dalam pengembangan penyediaan air bersih terula!nll selama rnasa pembangunan, operasional dan pemeliharaan;4) memutuskmjalan terbaik di mana rnasyarakat dapet berpartisipas! dalam rapat skema biaya operasi dan pemeliharaan; 5) bertanggungja wab dalam pemil ihan tim operasional dan pemeliharaan dan memastikan tim tersebut
mendapat pelatinan clan alat-0\at kerja yang manadai. Faktcr-fsktor yang mendukung adanya partisipasi yaitu adanya suasana saling percaya mempcrcayai (melalui managernen terbuka), rnasyarakst diajak mengarnbil peran di dalam tiap tahapan/tiugketan kegiaten, masyarakar merasa akan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut dan pimpinan bersedia memberikan eontoh. Sedangkan yang menjadi faktor-faktor peoghambar adalah kebalikan dari faktor-faktor pendukung, admya oposisi tCT'hadap pimpinan desa, penganih negatif dari pelaksanaan kegiatan yang tidak mengharapkan partisipasi masyarakat, atau dibayar penuh sebagai pekerja.
Scdangkan menurut Hague, Harrop dan Breslin (1998) (dalam Sjaifudian, 2001}, pendidikan yang terbatas, terutama tingginya tingkat bula huruf, adalah faktor negatif
lain yang menghambat munculnya partisipasi sukarela. Pengetahuan scrta pemahaman tcthadap program terscbut
akan
memperbesar
keikutsertaan masyarakat. Dalam hal ini Koentjllillilingrat (1974: 79) menyatakan bahwa: cara-cara yang dit.empuh agar masyarak.at man berpartisipasi dalam program pembang\lll!Ul ada!ah jika mtlsyaraknt diberltahu bahwa program tersebut nantinya akan
berguna bagi mereka atau jika mereka diberitabu tentang tujuan program tersebut.
24
Partisipasi yang dilanduskan pada pengetuhoan dan kegunaan program terscbut l:>agi diri
individu biasanya akan menghasilkan partisipasi yang spontan sifatnya. Sementara Bryant dan White (1982: 290) mengemukakan bahwa, rnasyarakat akaa lebih cenderung berpertisipasi apabila ada munfnat lang~ung yang dapat mereka petik. Dari uraian tcrsebut menunjukkan partisipasi berhubungan dengan adanya informasi.
Selanjutnya Landecker (1971: 338 - 340) dalam Soehendy (1997) mengemukakan adanya hubungan antar partisipasi dengan adanya integrasi lromunikatif. tntergrasi komunikal.if dimaksudkan adanya suatu keadaan di rnana hubungan antara orang akan serasi karena adanyn kontak dan. komunikasi. Unmk mengetahui integrasi komunikalif dapat dilihal dari sedikit banyaknya orang yanr terlsolasi dari lingkungannya Semakin
banyak orang yang teri!\Qla..~i dari lingku.ogannya, semakin rendah imregesi komunikasi dan sebaJiknya. Untuk mclihat iotegrasi komunikatif, maka sebagi indikatoc dl.tli O[Mg· orang yang terisolasi darl lingkungannyo/adanya hubungan yan~ akrah antar auggota masyarakat dilihat dari variabel Rebagai berikut: I) tingkat pengenalan terillldap tetanggo; 2) soling rncnguajungi antar OOtangga; .3} tetangga sebagai sumber inforJUMi dwi kejadian-kejadlan yang ada di llnglrunangnya; 4) keikut.sertaan dalam kegiatankeglatan yang ad.a di lingkungannya. Selain varlabel-variabel yang mempengambl panisipasi di atas, Angel (I 967: 130) mengemukakan variabel-vaciahel yang juga dap!lt mempengaruhi partisipes], yaitu: umur, pekerjaan, penghasilan, pendidikan dan Iamanya tinggal. Sejalau dengan itu,
Slamet (1978:
76) rnengemukakan bahwa perbedaan-perbedaan individu akan
mcmpengaruhi cepat lambatnya proses adopsi inovasi. Perbedaan individu tersebut meliputi: umur, pendidikan, status sosial, status ekonomi (penghas.ilan) dan pola hubungan. Sementara itu menurut Whyte (daJam Bourne, 1984) wrtuk dapal menerima peran daJam berpanisipasi barus ada kemampuan dan kemauan dari masyarakar, Kemampuan berpartisipasi berhubungan dengan kernampuan finansial, sumber daya
manusia, orgaaisasi dan kemampuan belajar. Sedangkan kemauan berpartisipes! berhubungan dengan motivasi untuk mengadakan perubahan dan menerima kegiatan yang diberike.n. Kemampuan dim kcmauan tetsebut meajadi salltb satu faktor penenru bagi kerangka kelja partisipasi masyarakat (Soehendy, 1997).
25
Ketika proyek masyarakat diimplementasikan dengan tidak tepat, maka potensi hubungan sosial akan terancam (Dreyer, 19911, dalam Breier dan Visser, 2006 ). Tugas penting untuk agen yang akan mengimplementasikan adalah memastikan harapan bcrsama dibangun di dalarn komumtas. Anggnta komunitas saling menunjukkan kemauan untuk berkontribusi dalam proyck. Hal ini dikarcnakaa banyak komunitas perdesaan rnempuuyai karekter budaya tidak membeyar (Hemson et al. 2004, dalam
Breier dan Visser, 2006). Sedangkan menurut Bhatnagar dan Dewan, elemen- elemen kunci yang menjadi penguat dalam penycdiaan air bersih perdesaan bcrbasis masyarakat adalah adanya akses akan informasi. parusipasi masyarakai seem. aktif pada setillp tahapan proyek, akuatabilitas proyek secara transparan dan kapasitas organisasi lokal
dalam mengorganisa;ii warga desa untuk bergabung dalam implementasi pruyek peda tiap tahopon.
11.4. Studi Lalli Y1mg Pernab Dilakukan
Pads bagian ini akan diuraikan studi lain yang pernah dilakukan berkaitan deogan srudi ini yaitu studi mengeoai kontribusi dan partisipasi masyarakat dalain proyek penyediaan sarana air ~ih yang dilakukan di 20 negara berkembang serta studi mengenai kajian ekonomi dan kebijaksanaan penyediaan sarans air bersih di negara bei.kembang. Kedua ksjian ini diambil dari tulisan Dea Widyastuty (1999). Studi mengenai kontribusi dalam partisipasi masyarakat yang dilakukan oleh Deepa Narayan (l 989), seeara ringbii dijelask<111an sebagai berik.ul: Studi ini roengenai partisipasi masyarakat dalam pengelotaan sarans air bersih, dilakukan pada kurang lebih 20 negara berkembang yang mempunyai proyek
penyediaan sistem air bersih yang melihatkan peran serta masyarakat. Dalam studi ini diuraikan mengenai bagaimana masyarakat mengelola sarana air bersih dengan sumber daya yang mereka ruiliki. Hasil studi ini adalah rekomendasi untuk program penyediaan sarana air bcrsih agar dapat melringlaitkan pertisipasi masyarakat dalam pengclolean sarana air bersih, Studi ini mengasumsikan bahwa pertisipssi masyarakat di dalam pengambilen keputusan sangat berpengaruh terhadap kesuksesan proyek pembangunan. Ada tlga pertanyaan yang dikernukakan dalam studi ini, ynitu:
26
1 . Sejauh mana partisipasi masyarakat dapat mempengaruhi etektivitas proyek. 2. Bentuk kelembagaan dan pengelnlaan yang bagaimana yang dapat rnendorong tingkat partisipasi.
3. Bagaimana partisipasi dapat ditingkatkan mclalui kebijaksanaan dan rancangan proyek. Kesimpulan dari studi ini adalah seeagai berikut : 1. Mtisyorakat miskin membayar lebih besar untuk air bersih masyarakat yang kaya,
namun masyarakat mi skin skan membayat apabile, mcndll.patkan }aminan pe1ay8Dllll. 2. Masyarakat berpenghasilan rendah dapat mcojadi kreatif. Setiap kelompok
masyarakat memberlakukan sistem organisasi dan pen.gaturan tertentu untuk mengelola sumber daya alarn. 3. Ji.ka masyarakat tidak mendapatkan pelayanan yang diinginkaa, maka mereka tidak akaa melakukan tindakan apapun untDl:: membayar tari f air sesuai dengan
persyaratan.
4. Pada masyarakat perdesaan yang mempunyai skala ekonomi kecil, sistem air bersih akaa berhasil apabila ada pengawasan dan bimbingan teknis. 5. Proses partisipasi berarti rnemberikan kekuasaan kepada masyaraket, memberikan
k.esempatan kepada m~akat untuk bersuara dan menentukan pilihan, partisipasi tidak dapat dimkar atau digantiknn oleh orang tkelompok mesyarakat luar. Rekomendasi yang diberikan oleh studi ini adalab : I. K.ej elasan tuj uan
Tujuen penyediaan sistem air bersih adalah meningkatkan kesebaran dan penyediaan air secara mudah dan rnurah, Tujuan utamanya ada1ah mcmpersiapkan keberlanjutan dan penggunaaa cfcktif dari sistem air bcrsih dan membangun kcmampuan masyarakat, terutama masyarakat berpeng!Jasiliulrendah clan wanita inelalui peran serta dalam pengambilan kepumsan, 2. Mekanisme pembiayaan Pembiayaan secara desentralisasi dan kriteria keterbukaan untuk me:ndapatkan dana sangat penting untuk mengefektifkanketerlibatan pemerintahdaerah. Selain itu juga
penring untuk mengikutsertakaa LSM dan swasta di da!am penyediaan sistem air bersih sesuai dengan pela yanan yang dibumhkan oleh masyarak.at. 3. Kriteria pemilihan
27
4. Proses perencanaan Perencanaan
harus
ditekankan
pada "belajar", mempersiapkan kemampuan
kelembagaan; mcmpcrsiapkaa mekanisme pembiayaan yang sesuni; dan stratcgi untuk beri uteraksi dengan mesyaraket.
5. Organisasi mas yarakar
Penggunaan sistern air bersih secara efekcif, operasional dan peineliharaan, secara individual dan kolektif Hal ini diperlulwl untuk meniamin teknologi dapat tetap digunakan dan penggunaan sistem air bersih secara cfektif terganrung kepada fungsi dari bentuk lembaga masyarakat.
II-'. Keslmpulan lntrastruktur wilayah khususnya infrastrulctur dasar prasarana air bersih merupak.an
sateh satu ala; dalam peogembangan wilayah. Pendekatan partisipasi masyarakm. dalam kegiatan pembangunsn prasarana dasar adalah bagjan dari pembangunan dari bawah (bottom up planning), yang merupakan salalt ~ strategi dobm psngembangan wilayah. Dalam proses pengembangao penyedioon air bersih perdesean, partislpaai masyarakat harus diidcntifikasi sebagai elcmen peoting untuk keberbasl!an clan k'1berhutjullaJ program. Partisipasi masyarakat adalah keteriibatan masyaralcat secara spontan/kesadaran sendiri dalam berbagai bentuk dan kegiatan berada pada kekualJUl lllllSyarakat ys.itu masywakat dilibatkan mulai dari taliap perencanaao, pembaagunan sampai dengan pengeloiaan serta
m1111yamk11t memutuskan sendiri arah kegietan yang ingin dicapai, Se~
faktor-faktor yang dapat mcmbentuk partisipasi edalah faktor yang bcrkaitan dengan karakteristik individu dao Iaktor y1U1g berkaitan dengan k.araJamstik kelompok.
K.a.rakteristik individu berupa kemampuan internal clan ekstemal serta kesediaan. Kemampuan internal yaitu kemampuan meoyumbang den memberiksn tenaga setta kemampuan SOM dalam bersikap dan bertindal:. faktor kemampuan eksternal yaitu kemampuan organisasi dalam mengorganisir masyamkat untuk teelibat, Sedangkan falctor kesediean yairu adanya m.anfaat yang dirasal:an dengan penyediaan prasarana air bersih secara komunal clan taraf interak:si dao komunikasi dalam masyarakat.
Karakteristik k.elompok berupa aktor penggerak ke2iatan, sumber daaa, mekanisme dalam pengambilan kcputusan serta sistem kelembagaan pengurus,
28
Rahm Gambaran Umum Dan Karakteristik P11rtisipasi Dalam Peayediaan PrasaMu1a Air Blll'Sl"bSistem Kumunal
lll.1.Gambaran Umum Wilay1h Stiadi Ill.LL Sistem Penyediaan Air Publik Penyediaan air bersih kepada masyarakat merupakan wewenang dan tallggung jawab pemerintah, baik pusat maupun
daera!i rnelalui institusi
atau bsdan
pengetolaan penycdiaan air bcrsih seperti PDAM. Pada tahun 2000, terdapat 307 PDAM di Indonesia yang melayani kurang lebih 39% penduduk perkotaan dan 8% penduduk
data Benchmarking PDMf, hampir 50%
tcrse'oot yang memilild tingkat cal-upan layanan dibawab
20%. Cakupan layanan yang rendah ini juga terjadi pada PDAM Kabupaten Gunungkidul. Pnda tahun 2003, lokasi i.nstalasi yang dimiliki oleh J>DAM baru terpasang di 12 k:ccamatan dari 18 kecamaran yang Ilda. Kecamatan yang sudeh
terj!\Dgkau PDAM antana lain, Panggang, Paliyao, Saptosari, Tepus, Tanjungsari, Roogk:op, Semanu, Ponjong. Karaogmojo, Wooosari. P!ayen dan Nglipar. Total jwnlah sarnoungan nunah terpasang adalah 28.646 sambungan rumah, Sedangkan total jumlah rumah tangga di Kahuparen Gumtngkidul pada tahun 2003 sejwnlah
I 55.629 rumah tangga. Sehingga dengao kata lain, tinglcat cakupan lay= PDAM di Kabupaten Gunungkidul baru sek.itac 18%. Selain tingkat cakupan layonan yang ~
rcndah, lokasi layanan juga baru di ibukota kecematan.
Lokasi sebaran pelayanan PDAM dapet d.ilihat padu. Gamber III. I. JU.1.2. Penyediaan Prasaraaa Air Bersih Sistem K.omunal Di Wilayah Studi Akibm ketidakmampuan sistem publik (PDAM) dalam menyedillkanpelayanan air beesih kepada masyaralcat kbususnya di perdesaan, maka m~yarak.at di Kabupaten Gunungkidul berusaha untuk mencari altematifpenyediaon air bersih yaitu dengan membangun penyediaan air bersih sistem komunal, Dana pcmbanguoan
air bersih
sistem k.umWlal yang ada di wilayah studi 'oerasal dari berbagai sumber. An1ara lain berasal dari pemerintah baik pusat mwpun daerah.. bantuan lembaga pendidikan, bantuan dari NGO, maupun swadaya masyarakat,
29
("')
0 0 N
§ ~
E-<
~ ~
Q
p...,
@ ~ ~ ......... Q.)
0.
§
8
.D Q.) en ti:!
~
p..., ....... ........ ....... .......
8
.0
~
0 <'---+__,_,...____,.____,.__,__
_
_,
§
"
OOOOL18
0 C""l
Bantuan
pernerintah
untuk
memenuhi
kebutuhan
air bersih di Kabupaten
Gummgkidul antara lain berupa: 1) dropping air, yang diberikan selama musim kering terutama untuk wilayah kekeringan; 2) fasilitasi pembangunan prasarana air bersih (P AH/terminal air dan SIP AS), fasilitasi perencanaan, bantuan material, fasilitasi pembangunan sarana air bersih; 3) fasilitasi penyaluran bantuan pihak ketiga kepada masyarakat. Sedangkan proses pemberian bantuan sesuai dengan aturan yang telah ditentukan. Misalnya, untuk bantuan pembangunan SIP AS yang pelaksanaannya dikerjakan oleh masyarak:at setempat, maka material dan biaya pelaksanaan langsung diberikan kepada kelompok swadaya rnasyarakat (KSM) yang sudah ada atau baru dibentuk.
lll.1.3. Gambaran Karakteristik Kelompok Air Kelompok
air yang distudi ada 4 kelompok yang berada di Kecamatan Playen
yaitu Tirto Mulyo (TM), Pengeloaan Air Bersih (P AB), Pengelolaan Air Minum (PAM), dan Ngudi Ajining Tirto (NAT). Lokasi kelompok ini dapat dilihat pada Gambar III.2. berikut ini,
Gambar lll.2. Peta Lokasi Kelompok Air (Sumber: hasil survey, 2008)
31
Gambaran karakteristik
kelompok dapat dlgambarkan seperti peda Tabel Ill.I,
Tabel Ill.Z, dan Tabet 111.3. Sedangkan karakteristik individu digamberkan sepcrti
Tabel ICT.4. Berdasarkan Tabel Ill.4. diketahui bahwa umunmya profesi warga pada masing-masing kelompok adalah petani dan kemampuan finansial tergolong
menengah ke ha1,1.11h serta pendidikan kepala keluarga adalah SMP dan SMA. Dari keempat tabel tersebut dapat dijelaskan gambaren mnsing-masing kclompok air
adalah sebagai berikut: • Kelompok Tirto Mulyo (TM) Prasarana air bersih dibangun pertama kali pada tahun 2003 dengan dOIJa berasal dari bantuan pemerintah Propinsi DIV. Pemberian ban1wu1 didaslitkan
dari proposal permohonan bantuan pembangnnan prasarana air bersih yang diajukan oleh Pemerintah Oesa. Pemerintah Propinsi menanggapi proposal tersebut dengan memberikan dana melalui Pernerintah Kabupaten, dengan
menetapkan persyamtan bahwa kcgiatan pcmbangunan prasarana air bet'sih tersebut I~
bersifat partiisipati£'diserahkan kepada masyarakat, Pemerintah
Kabupaten hanya memfasilitasi dengan sosialisasi dan pembentukan panitia pemhangunan, sedangkan dana pembangunan diserahkan kepsda ~ dalam ha! ini panitia pembangunaa. PanitiQ pembangunan yang sclanjutnya
menjadi pengurus peda kelompok air ini sebagian besar merupakan perangkat desa. Perencanaan pembangunan prasarana pada sildus pertarna ini sepenuhnyo. ditangani oleh pcmcrintah desa khususnya panitia pcmbangunan. Pada tahap pemoangunan, pemerimeh desa melibatkan masyarakat yaitu sebagai tenaga kerja dengan upah sesuai standar yang berlaku, Sedangkan pada tahap pengelolaan yang bertanggung jawab adalah pengurus. Pada tahun 2004,
pengurus kembali mengajukan proposal untuk mengembangkan unit distribus! (reservoir) kepada pemerintah, Pembanguuan prasarana pada siklus pertama ini lebih dimotori oleh pengurus yang sebagian besar adalah perangkat desa. Seiling herlcernhangnya unit distribusi, unit pelayanan pun berkembang. Pengurus lebih berperan aktif dibandingkan masy.arakat yang keiku1Ser1aannya fokus pada pembanguoan fisik.
32
Keaktifan masyarakat dalam kegiatan lebih terlihat nyata pada siklus kedua yaitu pcngcmhangan unit pelayanan. Pengembangan unit pelayanan berupa pcngcmbangan jaringan distribusi sambungan rumah. Pengurus menawarkan kepada .wasyarakal pelayanan sambungan rumah dengan menggunakan meteran, Perencanaan, pembqunan dan pengelolaan pada siklus kedua ini
melibatkan masyarakat terutama yang berminat lllltuk menjadi anggota sambungan rumah, Masyarakat yang tidak mampu atan tidak berminat untuk menjadi anggota sambungan rumab tetap mendapat akses layanan melalui hidran umum. Pada tahun 2005, masyarakat melalui tokoh masverakat mengajukan usul
kepada Pemerintah Desa agar pengurus yang semula anggotanya merupakan perangkat desa diganti oleh masyerakar biasa/bukan perangkat desa. Usul tersebut diterima dengan pertimbangan bahwa beban kerja perungkat desn dapat lebih fokes untuk pe!ayanan masyaral::at yang bersifat administrasi/
kepemerintahan. Pemiliban personil yang menjadi pengurus yang baru didasarkan pada aoggapan bahwa orang tersebut mempunyai kemampuan dalam berorganisasi. Sedangkan pengurus bagian operasioeal dan pemeliheraan dipilih warga yang memiliki keahlian, khususnya ketistrikan dan mesin, Prasarana air bersih dibangun sejak tabun 2003 dan sampai sekarang belum pernah berhenti. Cakupan layanan adalah Desa Getas dengan jumlah anggota 469 anggota Jumlah anggota pada kelompol: ini paling hanyak hila dihandinglcan dengan kelompok lain. Sumber air berasal dari mata air yang berjarak sekuar l,7 kilometer dari reservoir, Lokasi sumber air berada di lahan milik perhutani. Pengurus memiliki AD/ART yang lengk:ap dan balk dengan perincian hak dan kewajiban konswnen serta mgas-tugas dan wewenang pengelola, berikut dengan rincisn alokasi dana iuran seeara transparan, Badan pengelola berdiri sendiri dengan anggota pengurus edalah masyerakat di bawah lindungan Kepala Desa. Pengurus utama adalah to.k.oh nwyarabt y1111g umumnya berpendidikan tinggi dan berprofesi sebagai guru. Pembagiaa kerja pengurus
33
disesuaiksn
dengan kemampuan dan keahlian anggota pengurus, terutama
untuk bagian teknisi. Operasional dan pemehharaan melibatkan bagian teknisi dan operator yang anggotanya berasal dari masyarakat setempat. Rapali forum diskusi mclibatkan pcrwakilan anggota, pengurus, dan dengan menghadirkan pemerimah desa, Mekanisme pengambilan keputusan adalah melalui rapat pengurus dengan men_(lUlldang perwakilan anggota. Scluruh alijQWla dilmdang hanya setaltun sekali yaitu pada rapat tahunan. Pelibatan masyaraket pada setlap ta.hap seperti terlihat pada Tabel III.2 adalah sebagai berikut: pada tahep pcrcncanaan
masyarakat yang terlibat sebesar
61,70"/o, tallap pembangunan 59,57%, dan tahap pengelolaan SS,32%. Sedangkan dalam pengambilan keputusan, 2!1,53% menyatakan baawa masyarskat ikut serta dalam mengambil keputnsan, sedangkan sisanya sebesar 74,47",4. menyatakan keputusan diambil oleh tokoWpengurus. Keaktifan organisasi dalam memberikan infonnasi seperti dapat dilihat pada Tabel Ill.3. baik pada tahap perencanaan, pembangunan, maupun pengelolaan, pada umumnya masyarakat infonnasi/soslalisasi,
menyatakan
bahwa
pengelo\a
memberikan
Masyarakat merasakan manfaat yang lebih baik setelah prasarans air bersih ini dibangun, Scbclumnya mcrcka mcndapat air bcrsih dengan membeli atau mengantrl di swnur teta11gga selama satu lw:i penuh. Besamya iursn bularum sebagai penggami biaya operasional dan pcmeliharaan menggllllakan sistem Oat yaitu sebesar Rp.l.SOO,-/m3 dan biaya beban Rp.2.000,-/bulan. Biaya ini jauh lebih murah dibandiDgkan sebelum ada prasarana air bersih yaitu mencapai Rp.14.000,-/m3 apabila membeli. Distribusi air kepada anggotalkonsumcn secara bergantian/ digilir selama 2 hari sekali, Pengurus menghimbau kepada anggota agar menyediakan bak penampung di rumah masing-masing untuk cadangan air ketika digilir, Biaya yang dikenakan dan adanya mekanisme penggiliran aliran air merupakan konsekuensi dari jumlah anggota yang relatif banysk. Behan biaya operasional dapat lebih ringan karena ditanggung oleh anggota yang relatif banyak, akan tetapi kapasitas air ysng terbatas menyebabkan distribusi air hams digilir.
34
•
Kelompok Pengelolaan Air Bersih (PAB) Prasarana air bersih pertama kali dibangun tahun 2004 oleh UGM sebagai pilot project uji coba pernanfaatan energi surya sebagai pembangkit listnk pomps. Somber air berasal dari mata air yang berjarak sekitar 1,5 kilometer dari reservoir. Lokasi sumber air be:cada di lahan milik perhutani. Kegiatan pcrcncanaan,
pombangunan
poda sildus pertarna ini sama sekali
tidak
meli batkan masyarakat maupun desa, Setelah ke gieran berhasil dan air dapat mengalir sampai ke hidran nmum, aset prasarana diserahkan ke desa untuk dikelola
lebih
lanjut. Pemerintah
mengopernsionalkan
dan merneliham
desa mengelola prasarana
yaitu
prasaraaa dengan dana kas desa.
Masyaralcat tidak bersedia Jt>engeanti bi.aya air yang diambil di hidran umum dengan alasan bahwa prasarana air bersih merupakan bantuan sehingga
mereka tidak perlu membayar. Pada akhir tahun 2004 penyediaan air bersih sempat terheati karcna sumber energi pompa yaitu surya cell mengalami kenlsakan. Pemerintah Desa sudah
tidak sanggup menaaggung biaya operasiooal surya cell yang relatif tinggi dan ditambah rnasyarakat tidal: bersedia membayar air dari hidran umum. Oleh
karena itu, pada awal tahun 2005 Pemerintah Desa melalui BUMDES membentuk pengurus kelompok air yang ditugaskan unnik mengelola pcasarana air bersih, Langkah pertama yang dila.kulran adalah meagganti sum ber eo«gi pornpa diganti deogan menggunakan Ji strik dari PL"'! yang sampai sekarang masih berjalan derJ8Nl lancar. Selanjutnya mengembangkan jaringan unit pelayanan sambuogan rumah dcngan menggunakan meteran air. Dengan slstem demikian maka masyambt yang menggunakan air harus membayar sejumlah banyaknya air ymg digunakan. Cakupan layanan adalah Desa Bleberan dengan jumlah snggota 426 anggota. Masyarakat yang tidak mampu atau tidak benninat unruk menjadi anggota sambungan rumah temp mendapat akses layanan melalui hidm.iiumum.
Badan pengelola berada di bawahpemerintah
desa yairu di bawah BUMDES,
dengan anggota pengurus •4•i!ah masyarakat
setempar dan Kepala Desa
sebagai peaasebat. Pengurus belum memiliki AD/AR.T yang yang resmi, yang
35
ada hanya rincian hak dan kewajiban konsumen, Pembagian kerja penguru.q
disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian anggota pengurus, terutmna untuk bagian teknisi. Operasional dan perneliharaan melibatkan bagian teknisi dan operator yoog anggotanya berasal dari masyarakat setempat. Rapat/ forum diskuqi melibatkan perwakilan anggota, pengurus, dan pemerintah desa, Mekanisme pengambllan keputusan dengan forum diskusi olcb pengurus dengen menghadirkan Pernerintah Desa, Pemerintah Desa juga berwenang dalam mengambil keputusan, Pclibatan masyamkat pada setiap tahap seperti terlihat pada Tabel Dl.2 adalah
sebagai berikut: pada tahap perencanaan masyarekat yang terlibat sebesar 53,49%. tabap pembangunan
53,49%, dan tahap pengelolaan 58,14%.
Walaupun perwakilan masyarakat dllibatkan, namun pengambilan keputusan dilakuken olch pcmerlntah desa sebanyak 67,74% dan tokoh/pengorus 32,26%. Pengambilan keputusan terutama oleh l'emerintah Desa dan pengurus
dikare.oak.an kepengurusan prasarana air bersih ini berada dibawah Ptimerintah
Desa yaitu BUMDES. Keterlibatan masyarakat pada siklus kedua lebih karena peran mereka sebagai 8Dgg<>ta sehingga keterlibatan mereka hanya pada wit perencanaan dan pembangunan uolt layaaan sambunaan ke rumah mereka
masing-masing, Keaktitan 012anisasi dalam memberikan infonua.~i $epetli dapat dill.hat pada Tabel IU.3. balk pada tabap peeencaeean, pemban.guwm, maupun pengelolean, pada umwnnya masyru-akat meuyatakan peugelola memberikan infolllJasilsosialisasi.
bahwa
Masyarakat rnerasakaa manfaa1 yang lebih baik setelah prasarana air bersih ini dibaogun. Sebelumnya mereka mendapat air bersih dari sumur dan dengan rnembeli pada muslm kemarau, Besamya luran bulanan sebagai pengganti biaya operasional dan pemelibaraan rnenggunakan sistem pmgresif yaitu sebesar .Rp.2.0QO,./m3 untuk IO m3 pertama, Rp.2.500,-/m3 untuk IO m3 kedua, dan Rp.5.000,./m3 untuk 10 ru3 ketiga, serta biaya beban Rp.2.000,-
lbulan. Biaya ini jauh lebih murah dibandingkan sebelum ada prasaraaa air bersih yaitu mencapai Rp.14.000,-/mJ apahila membeli, Distribusi air kepada anggota/konsumen secara bergantian/digilir selama 3 hari sekali. Pengurus
36
menghimbau kepada anggota agar menyediakan masing-masing
untuk cadangan
bak penampang di rumah
air ketika digilir. Behan biaya operasional
dapac lebih ringan karena ditimggung oleh anggoia yang relatif banyak, akan tetapi kapasitas air yang terbatas menyebabkan dislribusi air harusdigilir. 6 Kclompok Pcngelolaan Air Minum (PAM) Prasarana alr bcrsih dibangun pertama kali tahun 1993 dengan menggunakan energi listrik genset. Sumber air berasal dari mata air yang berj~rak sekitar 1.5 kilometer dari reservoir. Lokssi sumber air berada di When milik Pcrhutani DIY. Samber dana pcmbangunan untulc unit air bairn, unit produksi, unit distribusi pada tahap pertama berasal dari sumbangan donator yaitu Ratu
He mas. Keterlibatan masyarakat secara aktif sudab tcrlihat sejak siklus pertema pembangunan prasarana aiT betsih. Masyarakat sendiri yang merencanakan
dan membangun prasarana dengan l0k.oh penggerak aktivis LKMD sek.aligus Ketua Yeyasan Ranceng Keeeono yaitu organisasi masyaraknt di Dusun
Menggoran, Pada siklus pertama ini, tidak terdapai pen~
resmi YW18
meagelota prasar:ana. Unit pclayanan baru berupa hidran umum dan tidak ada mekanisrne pernbayaran iuran yang baik. Masyarakat dapat mengambil air sebanyak apapun dan memba)'lll' semampunya. Pada tahuo 2<JO I sempar terhenti karena sum ber energi pompa ya.itu genset mengalami kerusalcan. Karena tidak ads peagurus yang resmi male.a prasarana terbengkalei selamn tiga bulnn. Atall inisiarif tokoh masyarakat yang sudah disebotkan diatas, 111asyarakalmulai ~lif merencanak.an dan membaagunan
kem.bali prasaruna yang rusak deogan swadaya masylllllkat dan kemudian sekaligus membenruk pengurus yang akan mengelolanya. Pada sildus kedua ini, selain mengganti somber listrik yang scmula gensct rocojadi
PLN
masyarakar meagembaogkau llUit !a)'11I11Ul menjadi sambungan rumah. Sedangk.an. bagi yang tidak mampu tetap meodapat akses Jayanan hidrsn
umum. Cakupan layaoan adalah Dasun Menggorao deogan jumlah angsota
215 snggosa.
37
Badan pengelola berdiri sendiri dengan anggota pengurus adalah masyarakat seternpat, Pengurus belum memiliki AD/ART yang resmi, yang ada hanya syarer-syarat dan ketentuan umum pelanggau.
Pernbagian kerja pengurus
disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian anggota pengurus, terutama
untuk bagian teknisi. Operasioaal clan pemeliharaan melibatkan bagian teknisi clan operator yang snggotanya berasal dari masyaraka.t setempai, Rapat/ forum diskus! melibatkan anggota kelompok
dan pengerus, tanpa melibatkan
pemerintah desa, Mekanisme peogambilan keputusan dengan forum diskusi yang dihadiri oleh pengurus dengan mengundang warga menghadirkan Pemerintah Desa.
dan tanpa
Pelibatan masyarakat pada setiap 1ahiip seperti terlihat pada Tabel III.2 adalah sebagai berikut: pada tahap pe1euca11aan masyarakat yang teriibat sebesar 72,no/o, tahap pembangunan 68,18-A., dan tahap pengelolaan 72,73%. Sedangkan dalam pengambilan keputu.san, 59,0W.. menylllakan bahwa masyarakat ikut serta dalam mengiirnbil keporusan, sedangken sisaaya sebesar
4-0,91 % menyatakan keputusan diambil oleh tokob/pengurus, Keterlibatan ma.syarakat yang tinggi ini dibrcnabn Sl'jak siklus pertama masyarakat sudah berpartisipasi secara aktif ikut serta mereocanakan dan membangun prasarana air bcraih. Kcaktifan organisasi dalam memberikan informasi seperti dapar
dilihat pada Tabel 1113. bail: pada tabap perencanaan, pem.bangunan, maupun pengelolaan, pada umumnya ~ memberikan informasi/sosialisasi.
menyatakan bahwa pengelola
Masyarakal merasakan manfaat yang lebih bail setelah prasarana air bersih ini
dibangun. Sebelurnnya mereka meodapat air bersih dari mata air atau membeli. Besamya iuran bulsnan ~
pengganti hiaya operssional dan pemeliharaan meeggunakan sistem flat ysitu sebesar Rp.1.500,-lm3 dan tanpa biaya bcban bulanan. Biaya ini jauh lcbih murah dibandingkan sebelum ads prasarana air bersih
yaitu mencapai Rp.14.000,-/m3 apabila membeli.
Distribusi air kepada anggotalkOllSU!llell pemah bergantian/digilir,akan tetapi setelah pengurus melakukan evaluasi terhadap sistem pendistribusian air mrika distribusi air saat ini dapat secara meaerus,
3g
6
Kelompok Ngudi Ajining Tirto (NAT) Prasarana air bersih dibangun pertama kali tahun 2004 dengan dana dari
Pemerintah Kabupaten, Sumber air berasal dari mata air yang baj111ak sekitar
I kilometer dari teservolr, Lokasi sumber air bcrada di lahan milik perhutani. Pembangunan prasarana air bersih pada siklus pertama ini sama sekali tidak melibatkaa mesyerakat. Sctelah prasarana tcrbangun, pcngclolaen discrahkan . kepada pemerintah desa, Penyediaan prasarana air bersih ini kurang berjalan
lancar karena aliran air yang hanya sampai hidran umum ndak mengalir secara kontinyu. Air tidak mengalir dengan Jancar karena lokasi reservoir yang
kurang tepat sehiugga tidak dapat mendistribusikan air ke unit pelayanan dengan baik.
Pada tahun 2005 masyarakat yang dimotori oleh para pemuda meminta kepada pemerintah desa untuk mengelola prasarana air bersih khususaya unit air baku d.an unit dlsmbus! untuk dlk.embangk.an Ieblh lanjul Dengan persetujuan
Pemerintah Desa, pengurus k.elompok air yang bani ini mengajak masyarakat untuk terlibat dalam membengun unit distribusi (reservoir) yang baru. Perencanaan chm pembangurum pada si.klus kedua ini melibatk.an masyarakat sehingga didapatkan lokasi yang dian~p paling tepat untuk reservoir. Dana pembangunan prasarana !
atau tidak berminat Wltuk menjadi anggota sambungan rumah tetap mendapat akses layanan melalui hidran umum. Sadan pengelola berdiri sendiri dengan anggota pengurus adalah masyarakat setempat. Pengurus telah m.emiliki AD/ART yang resmi, akan tetapi belum sesuai dengec kai.doh-knidoh penyusunaa AD/ART yang baik. Pembagian kerja pengurus d.i3C~uaik.tw dengau kemampuan dan keahlian anggota pengurus, terutama wrtuk bagian teknisi. Operasional dan pemeliharaan
melibatkan bagian teknisi dan operator yang anggotanya berasal dari masyarakat setempat. Rapat/ forum diskusi melibatkan perwekilen aoggota
39
dan
pengurus,
dengan
tetap
melibatkan
pemerintah
desa,
Mekanisme
pengambilan kcputusan dengan forum diskusi yang di hadiri oleh pengurus
dengan mcngundang warga dan Pemerintah Desa. Keputusan diambil oleh warga dan pengwus atas persetujuan Pemerintah Desa Petibatan masyarakat pada setiap tahap seperti terlihat pada label III.2 adalah
sebagai berikut: pada tahap perencanaan masyarakat yang terlibat sebesar 92,31%,
tahap pembangunan 92,31%. dan lahap pengelolaan 92,31%.
Sedangkan dalam pengarnbilan kepumsan, 60,00% menyatakan
bahwa
mesyamkat ikut serta dalam mengambil keputusan, scdangkan scbesar 26,6?% menyatakan
kepamsan
diwnbil oleh \okoh/plmgurus clan sisanya sebesar
I 3,33% menyatalcan keputusan juga diambil oleh pemerintah desa, Keaktifan
organisasi dalam memberikan i.oformasi seperti dapat dilibat pada Tabel ID.3. baik pada tahap perencanaan, pembangunan, maupun pengelole.an, pada umumnya
masyarakat
menyatakan
bahwa
pengelola
memberikan
infonnasi/sosialisasi. Masyarakat merasakan manfaat yang lebih baik setelah prasarana air bersih ini dibangun. Sebelwnnya
meeeka mendapat air bersih dari mata air atau
membefi, Besamya iuran bulanan sebagai pengganti biaya operaslonal clan pemeliharaan
sistem progresit' yaitu sebesar Rp.2.000,-lmJ
menggunakan
untuk 10 m3 pertama, Rp.7.000,-/m3 untulc l l - 15 m3, dan Rp.10.000,-lm3 untuk lebih dari 15 m3,
serta
biaya beban Rp. 3.000,-lbulan. Biaya ini jauh
lebih morah dibandingkan sebelurn ada prasarana air bersih yaitu mencapai
apabila membeli. Akan tetapi, bieya yang dikenakm pada kelompok ini apabila dibandingk:an dengan kelompok lain relatif lehih rnahal. Rp.l4.000,-/m3
Hal ini dikarenakan beban blaya operasioanal clan pemelilwaan
harus
ditanggWlg oleh anggota yang hanya sedikit, Akan tetapi jumlah anggota yang
sedikit ini memungkinkan bagi pengelola unmk mendistribusikan air seeara
kontinyu.
40
~~~--~···· ....------~-------~--~
Tabel lll.2. Peli~11111 rnasyarakat dan pengambilan keputusan
PAR PAM NAT ·1 allap Pelibaran masvarakat (%) 61,70 Perencanaon 53-49 72,73 92,3! 59,$7 53.,49 PemhaZ11nan 68,18 92,31 Penp,elnlaan 58,14 55,32 72,73 92,31 K.ep111usa11 diambil olell : 25,53 Mssyarakat 59,09 60,00 Tokoh/Pengurus 74,47 32,26 40,9! '.26,67 . 13,33 PemcrioWt Desa 67.74 ~k
TM
-
Sumber: basil survey, 2008
Tubel IIl.3. Keaktifon k.eloropokdll.lom memberibn infomwi Kelompok
Tirto Mulyo
to···.. -· ·Variabel
··-·- ._
Memberikan infonnasi uada seat -canoon Memberikan informasi Dada Sllat unan Memberikan iofonnasi
.
oada saat
Pengelolaan AirBersih
Pengelolaan
Ngudi
AirMinum
Ajlning
Tirto
io/~)-
--r.;.r
63,83
97,61
86,36
100
76,60
97,61
86,36
92,Jl
78,72
100
86,36
IOO
lolaan
Swnber : basil survey, 2008
42
.,. ····-(%) ·-
··- 1%).
·-
Tabel llJ.4. Karakteristik individu pada masing-rnaslng kelumpok ,..-;;-;·
Kelompok
.
-···
.
Variabel Umur ~ 55 tahun Umur :> 55 tahun Jumlah anggota kelearga .usi!) p_!!ldu~~?; 2 orang
Tirto Mulyo
Pengelotaen
Pengelolaan
Air Bcrsih
Air ~inum
·-·Ngudi Ajining Tirto
(%)
(%)
lo/•)
(%)
61,70 38,30 82,98
81,40 18.6-0 93,35
72,71 27).7 90,91
61,54 38,46 92,31
27,66 PekerjBllll PNS dan Pamong Desa -·. - -··-·· -· ·Pekerjaan swasta \0,64 Pekeriaan netani 61,70 Kcmampuan finansial 51,06 {~ lKo. I it\ l'ct>dldikan k.epala kelunrga 8,54 SD Pondldikan kcpala keluarga 44,68
20,93
··- --·
-··-· ·2},26 55,81
18,18
-·-
4,55 77,27
~·-·-·-
23,08
72,09
90,91
30,77 46,15 84,62
27,9)
9,09
IS,38
)3,95
31,82
23,08
37,2)
40,91
30,77
44,68
32.71
18.18
30,77
i,13
11,63
9,09
15,38
2,13
4,65
4,SS
7,69
25,53
11,63
13,64
15,38
65,96
53,48
72,73
38,46
6,38
30,23
9,09
38,46
38,30
79,07
72,73
23,08
42,.55
16,28
18,18
61,54
19,15
4,65
9,09
l.5,38
IO,
48,84
31,82
7,69
119.36
51,16
68,IK
92,31
SMP Pcndidika.n kcpaJa keluarga SMA l'endldik1111 kCl)llla k.eluar&il PT' Pendidibn anggota keluarm1SD Pendidikan anggota keluanmSMP Pe11tlldikan 1111gg01a kelu11t1r11SMA rendidi)(an anggota lteluanro PT Kwktifim warga dalam keaiatsn Jinaln~1naan reodsh K.eaktifan wargo. dalaln kegiatan lincl<:un28n sedang Kelllaililll warga dalam kegiatan linakungan tinuai Pengenalan dengan tetan2211 rendah Pengenalan dengan tebn22a tiu22i
Sumber: basil survey, 20U8
43
IIL 1.4. Gambaran Keberhasilun Pcuyediaan Prasarana Air Bersib Kornunal K.cberhasi Jan pen yediaan prasarana air bersih dalam studi ini ditandai oleh dWI
kriteria yaitu keberhasilsn dalam penyediaan air dan keberhasilan dalam pengclolaan. Indikator dari keberhasilaa dalam penyediaan air pertama adalah kernudahan dalam mendapatkan air dengan tolok ukur aliran air tidak digilir, kedua adalah ekonomis dengan tolok uku.r iuran lebi.h murah dibanding sebelurn ada prasarana, Sedaagkan indicator dari keberhasilan dalam pengelolaan, pertama
adalah kemampuan membangun prasarsaa dmgan tolok ukur prasarana dibangun secara mandiri/swakelola, kedua adalah kemampuan mengoperasikan presarana dcngan to\ok ukur prasarana dioperasikan secara mandiri/swakelola, ketiga adalah kemampuan dalam mernelihara prasarana dengan tolok ukur prasarana dipelihara secara mandiri/swakelola, keempat adaleh k.emampuan mengelola dengan tolok ukl.1r adanya ADIART yang baik dan yang kelima adalah kemampuan
mengembangkan prasarana dengan tolok ulrur mampu mengembangkan unit distribusi dan unit pelayanan. Ttngkat k:ebetbasilan penyediaan prasarana air bersib baik keberbasilaa penyediaan air manpun kebernasilan pengelolaan
prasarana digamberkan seperti pada label Ill.5. Pada tabel tersebut dapat diketahci bahwa penyediaan air bersih yang paling berhasil dalam bal ini yang biaya iucawtya paling rendah dan dapat mcnyediakan
air secara k:ontiny1l adalah kelompok PAM. Murahnya iuran pada kelompok ini dikarenakan biaya operasional dan pemeliharsan dapat ditanggung jumlah anggota yang ada yaitu sekitar 215 anggo1a dan orientasinye adalah sosiel sehingga tidak mengambil keuntungan yang banyak. Jumlab anggoia yang demikian juga masih memungkinkan bagi kelornpok ini untuk menganrr
pcmbagien cir dengan merata dan ko111.inyu. Peringkat selanjutnya adalah kelompok NAT dan TM. Untuk kelompok NAT, wnlaupun iuran anggota paling tinggi apabila dibandingkan kelompok lain, akan tetapi kelompok ini memberi jarninan bahwa air akan mengalir setiap hari,
Kominnen ini didukung denganpengatllralljumlah pelanggan yang sesuai dengan kapasitas air yang dapat diproduksi. l
44
pelanggan yang menyesuaikan kapasi!as air membawa daropak pada beban biaya
operasional dan pemeliharaan yaog ditanggung anggota cukup besar, Hal ini dikarenakan biaya tersebot hanya dit.anggwlg oleh sedikit orang. Apabila dibandingkan dengan keiompok lain, k.clompok NAT mempunyai jumlah anggota paling sediki t yai tu sekitar
130 anggota,
Sedangkan
pada kelompok
TM,
walaupun aliran air digilir tetapi biaya iuran relatif leeih rendah dibanding PAB danNAT.
Untuk pcringkat terakhir adalah kelompok PAB, yang harus menggilir distribusi air karcna banyeknya jumlah anggota yang harue dilayani yaitu 426 anggora tidak
sesuai dengan kapasitas produksi air. Walupun jutnlah anggota kelompok pada kcloml)Olc ini c'1kll}'l bacyak., yang artinya bahwa biaya operasional
dan
pemelilwroan yang ditaaggung masing-m.asing anggota dapat lebih ringan, akan tetapi iuran bulanan yang ditetapkan masih Jeblh tinggi dibanding kelompok. PAM yang aaggotanya Jebih sed ikit,
Keberhasilan dalarn pengelolaan
pra.sanma yang paling
NA1', di mana hal ini ditandai dengan kebernasilan
tinggi adalah kelompok
dalarn mengembaogkan
reservoir (unit distri busi) yang batu dengan swadaya masyarakat, Sela in itu
pengelota mempllDyai komitmcn yang kuat dalam rnenyediakau air seeara profesional yaitu jaminan akan ke•e1sedh11111 air. Selain itu sistem administrasi
pada kelompok ini cukup baik yang ditandai dengan adanya AD/ART. Kedua
adaleh kelompok PAM, ditandai dCJ188D keberhasilan dalam mengembangkan reservoir (unit distribusi) y11llg baru dengan swadaya mazyarakat. Peringkat ketiga adalah kelompok TM, yang ditandai dengan lcemampuan mengorganisasi dengan sistem administrasi
yang t.ertib dan tmnspanui yaitu dcngan AD/ART yang
lengkap, Sedangkan peringkat terakhir yaitu kelornpok PAB. Pada kelompok ini tidak teedapat AD/ART yang resmi dan solusi dalam menyelesaikan konflik
kuraog berpihsk pada masyarakat mjgkjn
45
f i
11£.2.Gambarao
Knraktcristik
Partlsi.pllSi DalaJn Penyediasn Prasarona Air
Dersih Si..~tem Komunal
Hl.2.1. Jenis Partisipasi Parrisipasi yang diharapkan terjadi adalah partisipasi )"dllg spontan yaitu yang terjadi kerana keyakinan dan kesadaraa sendiri, Jenis partisipasi untuk semua kelompok umumnya spontan, yaitu partisipasi lebih di.karenakan tumbuh dari kesadaran sendiri. Partisipasi yang cendenmg spontan pada siklus kedua (pengembangan unit pelayanan sambungan rumah} ini dikatenakan adaaya kebutuhan untuk rnendapatkan layanan sambungan rumah sehingga dengan kcsadaran sendiri rnasyarakat bcrpertisipesi dalazn setiap tahap
kcgiaian.
Spontanites dari yang paling tinggi sampai yang paling rendah, seperti dapat dilihat pada Tabet IH.6, secara berurutan adalah kelompok PAM, NAT, TM, kemudian PAB. Tabel 111.6. Jenis partisipasi
Kelomook Kritcria ..
TM Jemlah
PAB
PAM
Jwnbh
Jumlah
Respo~den (%)
~-~~-
-~~n(%)
l. Soontan 80.85 55,81 2. Terbuiuk 44.19 19.55 . 3. T a 0 0 PeTinglcat I 3 4 Keterangan : Peringkat l = spontanitas paling tinggi Peringlcat 2 = spontani tas dnggi kedua Peringkat 3 = spontanitas tinggi ketiga Peringkat 4 = spontanitas tinggi keempat Sumber : basil analisis, 2008
90.91
IJ.09 0 1
-
NAT Jumlah 84,62 15,38
.®-
0 2
111.2.2. Bentuk Partisipasi Partisipasi yang diharapkan adalah masyarakat berpartisipasi dalam kombioasi semua bentuk, baik buah pikiran, teaaga, maupun uang, pada tahap perencaaaan, pembangunan dan pengelolaan, Pada ma.mtg-masing kelompok tidak ada warga yang berpartisipasi secara penuh dalam berbagai
bentuk baik pada tahap
perenconnnn, pembangunan dan pengelolaan. Partisipasi yang terj adi belum menggambarkan pertisipasi secara aktif mclainkl!D barn pada taraf 'yang pen ting sudah ikuL berkontribusi'. Bentuk partisipasi yang diberikan rnssyarakat untuk
masing-maslng kelompok digambarkan seperti pada Tabel IIl.7 berikut ini,
47
.
--
... Kelomook Tahap I. Perencanaan t---·-·
~.
.
i.Pembantrunan
Tabet 111.7. Bcntuk partisipasi ... ---····
...
PA'R PAM (%) (%) Buah pikiren 29,79 34,88 36,36 14,89 Te~a 0 40,91 Uanv: 27,66 44,19 9,09 Buah nikiran dan tenaza 0 0 9,09 Buah oikiran dan uans 0 0 4,55 Tenaaa dan uane 0 0 0 Buah pikiran, tenaga, dan uans 0 0 0 Tidak berpatisipasi aoaeun 27,66 20,93 0 Perinelcat 4 3 J Buah pikiran 4,26 0 9,09 Tenaga 2128 74,42 86,36 Uanl! 1628 0 Buah oikiran Jan tenaza 0 2.33 0 ..,._, Buah pikiran dan uane 0 0 0 Tenaaa dan uana 0 0 4,55 Buah-'...:-- teoaaa dan nan" 0 0 0 Tidak bcmarisina~i 19,15 6.98 0 Perintrkat 4 3 1 "B;;;ji ou
Kriteria
NAT (%)
76,92 7,69
0 . --·--·0 --·-·000
15,38
2
15,38 61.54
ss.n
·- .....
3. Penzelolaan
Keterangan ;
7,69
7.69 0
0 0 7,69 2
0 0
23.08 0
38.46 38,46 0
0 2
Peringkat l "' keaktifan berpanisipesi dalam berbagai bentuk paling tinggi
Peringkat 2 - keaktifan berpanisipasi dalam berbagai bentuk tinggi kedua Peringkat 3 ~ keekti fan berpartisipesi dalem bcrbagai bentuk: tinggi ketiga Peringkat 4 ; keaktifan berpertisipasi dalam berbagai bentuk tinggi keempat Sumber : basil analisis, 2008 Pada tahap perencanaan, bentuk partisipasi yang paling diharapkan adalah buah pikiran, sedangkan tenaga dan uang lcbih merupakan pelengkap untuk menu.njang
kegiatan perencanaan. Partisipast warga yang tergolong aktif adalah pada kelompok PAM, yang ditandai dengan adanya warga yang berportisipasi dalam
kombinasl antara buah plkiran dan tenaga serta kombinasi antara bash pikiran clan uang. Kelompok yang warganya tergolong paling tidak aktif adalah kelompok
48
TM. Hal ini ditandai dengan prosentase warga yang memberikan buab pikiran paling sedikit dan prosentase warga yang tidak berpartisipasi
pada tahap
perenceaaan paling banyak. Pada tahap pembangunan, semua bentuk panisipasi pada dasarnya diharapkan. Parrisipasi warga yang tergolong aktif adalah pada kelompok PAM, ynng ditandai dengan adanya partisipasi kombinasi antara tenaga dan uang serta tidak ada v..arga yang lidalc berpartisipasi, Sedangkan untulc kelompok yang warganya paling tidak aktif adalah kelompok TM, yang ditandai dengan tidak ada warga yang mernbcnkan partisipasi dalam bcntuk kornbinasi apa pun, serta presemase wdfga yang tidak. berpartisipasi paling banyak. dibanding k.elompok lain. Smna balnya dengan tahap pembangunan, pada tahap pegelolaan partisipasi yang dlharapkan juga partisipasi dalam semua bentuk. Pada t3hap pengelolaan ini, bentuk partisipasi di tiap kelompok sama yaim hanya memberi uang, kornbinasi amara buah pikirsa don uang serta kombinasi tc:naga dan uang, hanya saja prosentasenya berbeda-beda, Partisipasi warga yang tergolong aktif adalah pada kelompok PAM, yang ditandai dengan jumlah prosentase dalam bentuk lcombinasi paling banyak. Sedangken untuk kelompok yang warganya paling tidak aktif
adalah kelompok TM, jumlah prosentase dalam beatuk komb.inasi paling sedikic dibanding k.elompok lain. Dari tabel IIT.4. diatas dapat dikttahui
urutan
kcaktifan warga dlllam setiap tahap
kegiatan yaitu sebagai berikut, urutan pertama ada1ab kelompok PAM, kedua adalah kelompok NAT, ketiga adalah kelompok PAB dan yang keempat edalah kelompok lM. 10.2.3. Derajat Partisipa•i Derajat partisipasi yang diharapkon terjadi adalah berada pada kckuatan masyarakat, di mana masyarakat dilibatkan dahun setiap proses dan diikutsettakan dalam pengambilan keputusan selain itu sudah terjadi pengawasau oleh masyarakat, pembagian 11mggungjawab, dan kerjasama. Pada setiap kelompok
49
pada um11mnyo pcngawa51111 okh masyacakat, pembagian langgungjawab, dan kerjasama sudah terjadi. Sedangkan keterlibatan masyarakat dalam rnengambil keputusan dan siapa yang berpcran dalam pengambilan keputusan digambarkan
seperti padu label ITl.8 benkut. Tabel Ill. 8. Indikator derajat partisipasi Kelompok Iudikator 1. Pelibatan masyarakat dalam mengambil
keputusan 2. Yang mengambil keputusan
1M Tahap
(%)
Perencanaan Pemba Pe11gelolaan Masvarakat Tokoh/pengurus Pemerintah desa
Pe.
Keterangan : Peringkat 1 = kcgiatan Peringkat 2 = kegiatan Peringkat 3 = kegiatan Peringkat 4 = kegiatan
61,70 59,57 55,32
25,53
74,47 0 3
PAB (%)
PAM
NAT
(%)
53,49 53,49 58,14 0
68,42
63,16
(%) 91,67 Ql,67
68,42 56,52
. 91,67 60,00
43,48
26,67
0 2
13,33
32,26 67,74 4
1
berada psda kekuatan masyaiakat paling tinggi berada pada kekuatan masyarakat tinggi kedua
berada pada kekuatan masyarakat tinggi ketiga berada pada kekuatan masyarakat tinggi keempat
Sumber : basil analisis, 20011 Untuk kclompok TM, PAM, dan NAT, kegiatan tcrgo!ong berada pada demjat kekuaran masyarakat di mana nrasyarakat ikut dilibatkan dldam setiap tahap dan diberi akses dalam mengambil keputusan. Sedangkan untuk kelompok PAB, masyarakat
dilibatkan dalam setiap tahap akan tetapi yang berperan daWn
pengambilan keputusan didominasi oleh pemerintah desa dan pengurus, sehingga kegia1an tergolong baru dalam derajat penghargaan. Derajat partisipasi dari yang paling tinggi adalah kelompok NAT, PAM, TM, kemudian PAB.
50
Bab IV
Analis~ Hubuogao Karakteristik l'artisipasi Dengao Kebei:hasillln J>enyediaanPra~srana Air Bel'l!ih Dan Analis>sFaktor-Faktor Yllllg Berbubungilll Dcngan Karak(eristik Panidpui
IV.I. Analisls Hubungan Karakteristik Parmipasi Dengan Keherhadlan Penyedia.im Pra~1u~na Air llt.nib Berdasarkan gsmbaran karaktenstik psrtisipesi clan gambaran lc.i:berhasilan penyedisan prasarana air berslh sistem komunal yang dijelaskan pada bab JU,
ruaka dilakulcan
analisis
dislcripti.f
deugan
membandingkan
karakteristil<
parrisipaai dengan keberhasilan penyediaan prasarane air bersib i!Cltem komllJlal.
Sepeni telah dljelaskan pada bab In J)Ula, bahwa terdapat dua jenis ke~ilan yailu l<eberlla!Jilan dalam pcnyediaan air dan keberhasilan dalam peogelclaan
p18llarana. Hubungan antara knrakteristik panisipa$i dengan lc.o:duu jenls keberhasllan pcoyedi.aan prasarana air beraib sistem komunal diuraikan herikut
ini. IV .I. I.
Hubungan Karakteristik Partislpasi dengan Keberhasllan Penyediaan Air
Pada bahasan ini skan diW'ft.ik1111 lcarakateristik partisipasi, yaitu apaksh jenis, bemuk, atau derajat partlsipuai
yang berhubungan denga.u k.eberlwilan
penyediaan air. HubWlgan antara karakteristik partisipasi dengan keherha~ilan penyediaan air dapat dibandingkan .qeperti Tabel IV .I. berikut inl, TabeJ fV.J Jiub1111gan karakteristikpartisipasi dengan keberhasilen penyediaan air Kelom k
TM Tahap
PAB
PM1-
NAT
Pereocanaan, pembaaguaan, dan pengelolaa.n
1--·--_.!.Perii-
SI
at -
3
4
I
2
2,5 4
4
I
2,5
3
I
2
25 3 2,5
4 4 4
I 2 l
25 I
2,5
Dari tabel di atas, jenis partistpesi baik peda tahap perencanaan, pembangunan maupua pengelolaan yang paling tinggi sampai yang paling rendah secara berurutan adalah kelompok PAM, NAT, Th'l. dan PAD. Sedangkan tingkat keberhasilan dalam pcnycdiaan air bersih dari yang paling tiuggi sampai yang paling reudah secara berurutsn kelompok PAM. NAT dan TM kemudian PAB. Sedangkan untuk bentuk partisipesi tingkatan partisipasi dari peringkat pertarna sampal kccmpat adalah PAM, NAT, PAB kcmudian TM. Tingkat keberhasilan peoyediean air bersih Clari peringkat pertama sampai peringkst terakhir secara
berurutan adalah kelompok PAM, NAT dan T\1 kemudian PAB. Untuk derajat partisipasi boik pada tahap perencaneen, pembangunan maupun peogelolaan yang paling tinggi sampai yang paling rendab secara berurutan adalah kelompok NAT, PAM. lM. dan PAB. Sedaagkan tingkat keberhasilan penyediaan air bersih dari yang paling tinggi sampai yang paling rendah secara berurutan adalah kelompok PAM, NAT daa TM kemudian PAB. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa jenis partisipasi berhubungan dengen tingkat keberhasilan dalam penjediaan air. Sedaagkan, keakLifao berpanisipasi dalem bcrbagai bentuk serta derajal pmisipasi yang tinggi yaitu apabila kegiatan berada psda keknatan masyarakat di
DUll)a
masyarakat tidak banya diundang
dalarn forum diskusi tetepi juga diDeri kewenangan dalam meagambil kepumsen
kurang berbubungan dengan keberhasilaD penyediaan arr. IV .1.2.
HubUJ1811I! Karakteristik Partisipasi Dengan Keberhasilan Pengelolaan
P11:1Sarma Pada bahasan ini akan ditllllikan karakateristik partisipasl, yaitu apakah jenis, beruuk, prasarana,
derajat psnisipasi berhubungan dengan keberhasil.an pengelolaan lIubungan
antara
karakterisul..
partisipasi
dengan ke berhasilan
pengelolaan prasarana dapat dibandingkan seperti Tabel IV.2. berikut.
52
Tabel JV,2. Hubuugaa karakleristik panisipasi dengan keberhasilan pengelolaan prasaruna
TM
Kelom~ok Tahap
~
PAB
PAM
NAT__
Pcrcncanaea, pembm1gu11an, dan pcngelol:uw
Karakteristik P~------
I. Jenis pmttsipasi Keberhasilan ~1~ediaan air 2, Bentuk eanisinasi Keberhasilan penyediaan air ~?· Deraiat oanisieasi KeberhasilllD nenvediPan air
3 3
l'erillgkat 4 I 4 2
".. -
4
3
1
2
4
2
4
2
4
2
I I 1
3 3 3
Swnber : Hasil Analisis, 2008
--
l
·--
Dari Tabel fV.2. di atas, jenis pertisipasi baik peda tahap pcrencanaan, pembangunan maupun pengelolwm yang paling 1inggi sampai yang paling rendah secara beeurutaa adalah kelompok PAM NAT, TM dan PAD. Sedangkan lingkat
keberhasilan dalam pengelolean prasaraoa dari yang paling tinggi saropai yang paling rendah secara berurutan kelompok NAT, PAM, TM, kemudian PAB.
Sedangkan umuk bentuk partisipasi, tingkatan partisipasi dapat diurutkan sebagai berikut, pertama adalah kelompok PAM, kedua adalah NAT, yang ketiga PAB kemu.dian yang keerapsr TM. Sedangkan tingkat keberhasilan pengelolaan prasarana dari yang paling tinggi sampai }'allg palin$ resdah seeara berurutan adalah kelompok NAT, PAM, Th.f, kemudian PAB, Untuk derajat pertisipasi baik pada tahap perencanaan., pembangunan maup!Ul peagelolaan yang paling tinggi
sempei yang paling reedah secara berurezan adalah kelompok NAT, PAM, TM, daa P AB. Sedangkaq tingbi k.eb<:rhasilan pengelolaan prasarana dari yang paling tiuggi sampai yang paling rendah secara berurutm juga kelompok NAT, PAM, TM, kemudian PAB. Berdasarkan uraian di atas dapat dil:atakan bahwa dengan derajat partisipasi yang tinggi yaitu spabile kcgiatan berada pada kekuatan masyarakat di mana masyarakat tidak hanya diWldang dalam forum diskusi tetapi juga diberi keweeangan dalam mengambil kcputusan maka pcngelol
dalam berpartisipasi jug11. cenderung menghasilkan pengelolaan prasarana yang berhasil. Sedangk.an bentuk pertisipasi yang diberikan oleh masyandcat tidak berhubungan dengan lceberhasilan dalam pengeloiaan peasarana.
53
IV .2.
An11IM• F1tktur·F1tktor
Yang
Derhub1mg1n
Dengan Karakteristik
Partisipasi Bagian
ini
akan
menguraikan
faktor-faktor
yang berhubungan dengan
karakteristik partisipasi yailu jenis, 00111uk dan
dihasilkan dengan rnenggunskan perangkat lunak SPSS for Windows versi JO. Sedangkan faktor yang berkaitan deagan karakteristik kelompok dicari dengan membandingkan antara partisipasi yang terjadi dengan karakteristik masingmaslng kelompok.
Keefisien kontlngensi menwtjukkan hubungan antara variabel yang diuji, dengan nilai autara 0,00 sampai 1,00 semakin mendekatl I (satu) berarti kedua variabel tadi mempunyai bubungan sangat kuat, dan sebal.iknya semakin meodelcati 0 {ool) hubungannya scroak.in rendah. Penelltian
ini mengguoalca.n batas keeflsien
kontingensi 0,S, yaltu apabila koefisien kontingensi yang c:lilwilkan kW11118 dari
0,S 1ouka kedua veriabel tidak ada bubungan, sedangkan apabila lebih dari 0,5, malca kedua variabel sating berhubungan, Taraf signifikansi
yang dihasilkao
menuajukkan ada tidakn.ya hubungan antara dua variabel Yllll8 diuji. Baras taraf signifikansi yang digunakan dalam penelilian ini adalah 0,0S, artinya apabila taref signifikansi yang dibasilkao kuraag dari 0,05 berarti pernyataan bahwa kedua variabel saling bernubungan harus diterima, dan seboliknya apabila lcbih dari 0,05 berarti kedua variabel tidak saling berhubungan.
IV .2.1.
Faktor Yang Berasal Dari Ka.mktcristik lndividu
Falctor karaktcrisnk individu yang berhubungan deugaa jeuis, be111ul, maupun derajat partisipasi, baik pada tahap perencanaan, pembangunan dan pengelolaan terlihat seperti pada Tabel JV. 3 berikut ini,
54
"'"'0 0
"'
....
-o o"
0
M
"'· 0
.... 00
0
.,.
;::
0
o"
;;}
....
8o"
""0 N
00
"'o"
i;:i o. 0
..~
o"
i::i 0 0
0
00
"'o.
0
~ 0
§
0
0
...o·
8.
M
0
80
..
"'
M
0
~
~
.E
._o_·_-il-o-·--1. ~ ;
~
$
"'
.u
E
._o_·_-il-o-·--1§
Berdasarkan Tabel IV.3. di ates, dapat dikelllhui bahwa karaktcristik individu pada umumnya tidak berhuhungan dengan partisipasi yang terjadi. Karakteristik individu
dengan pertisif)ll.~i
yang berhubungan
komumkasi
dalam
mesyarakat
hanya
teraf interaksi
yang ditandai dengan pengcnalan
dan
terhadap
tetangga yang tinggi, Faktor pengenalan terhadap tetangga ini berhubungan dengan jenis partisipasi yaitu spontanitas dalam berpartisipasi, serta berhubungan dengan derajet partisipasi yaitu kctcrlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan, khususnya pada tahap perencanaan dan pernbangunan. Sedangkan bentuk partisipasi yang diberikan, baik buah pikirau, tenaga, maupun
uang, tidak bemubungan dengan karakteristik individu. Seperti telah diuraikan pade bab sebelumnya, bahwa pertisipasi yang tetjadi belum reenggernberkan partisipasi secara
alctif
melainkan baru pada taraf 'yans pennng
sudah ikut
berkontribusi'. Bentuk partislpasl masyarakat pada setiap kelollJ)lOk tidak diberikan dalam bentuk kombinasi yang lengkap, umumnya diberikan seeara p~iaJ ya.itu hanya buah pikiran, tenaga, atau uang saja. Kowbi.ullsi bentuk partisipasi banya diberikan oleb segellntlr warga yang wnumnya diberikan oleh warga yang aktif dalam kegiatan di. lingkuogan dan pengenalan terbadap tetangga tinggi. Bentuk partisipasi yang diberikan oleb warga lebih merupakan wujud solidarites dan wujud kentnbusi yang dapat mereka berikan,
fV .2 .2. Faktor Yang Berasal Dari Karakteristik Kelompok Faktor karakteristik kelompok
yWlg
berhubungan dengan jenis, beniuk, maupun
derajat partisipasi, baik psda tahap perencanaan, pembangunan clan. peugelotaan didapat dengan membandingkan antara peringkat partisipasi dengan karakteristik masing-masing kelompok,
Hubungan
antara lcarakteristik
karekteristik partisipasi tcrlihat seperti pada Tabel
56
rv. 4. berikut
kelompok ini,
dengan
! ';:!
"' ~
1
~
>.
·~
~
~
"fij
....
!!-
·c
]~ ·E !!!
JJ
~
~
o~
~ ~ ~
.e ·- !i
~
ii ...
0
c ~
g..
1
... s
;.
,:!:
"'
&!
i
..
·S
..
,g 5
~
.>(
I~~
~ ~
d:
11
.!:: "': ~ ~
E ~ ~
... -e
·;:;;
Ii5
·;;. " 0
d::
""
1
E!
·ij
fl<>. 00
~-~
t
~
i3= j§
... 3:
g
·:!.
1
..o
Ill
~~
Jl . j i
3 'lil
=-1~1.I~ i·~ 1 ~ i o~erci.""i ·-a~ i l "" ~~·- ~:s -~ ~ -~ 1i ..,
;i··ii
ll
·;; I'. ~
lo!
i~ '~ IJ] = ~.!~=8aia~
!.
•.... A
a;J
'E::m·eo .... .., ll. a ii
c1:
~ ~ 0 1i
j
i ... [ :1 . s i -~j ! ·fi .~]~ J 9 i ! z. 11' .!::!
.,,~
·c"
~
...
ii
~
·~ ]
Oi .><
:>,
... "'if'c:i.] ·E~~ --tl¢1.t>i
1
~ ~ Q
·;;i
i !i
2
-11..
d!
g ·~ ·c"' s
§.
ll
=a
~
'S E
E
~ ·iii ~ "
!!
., :a ·i::
~ .c ~ ~..
0 " ~cs
~
,., ~ ~
e:
..
'6 <:
-s I~., ·~1 ! ~i ~li~i= ·e-.....~ u....
·i::
~
j
·i:
~
.,~~ ~
~c
I).
~
i
~
·gg .s I-
1 § ·i :s
~8
·~
e ,..
·@
.
~ ~
.. Ill
·;
i ·5 ~i ~t~B ·5 i i ;; "" ~.., 1 flii
~~
j
0 ::~
it ~
fl>
=:.
j ~ ... "3
·-2[f0~a
8.. ·i::
e ~5 1l ~ -s1i E!a ~:a &,g,. =
10 .,,
~
...
...
~ 2l. ~ ·~
c-,
Iii
- st 1.i ~
if
g,. ~
~ li! ll
:E
t1
.5 ~
~
I>_,
55~~~~ ,...., ;s.
:a.,, 5,"".. ~&.§ .~~
"'\Iii
l;j
~
5
-g
a
M
ij f(l ~
·c
.,,5
~
A.
J
~
Jl
.><
~
l j ~§
Jr
Bcrdasarkan
Tabel IV.4. di atas, maka dapat diketahui bahwe apebila yang
menjadi mctor/penggerak
dalam kegiatan adalah organisasi masyarakat maka
masyarakat akan secara spontsrrkesadaran
sendiri berpartisipasi dalarn kegiatan.
Spontanitas warga pada kelompok PAM dikarenakan kegiatan penyediaan prasnrana air bcrsih dimotori dan difaailitasi oleh orgenisasi masyarakat di mana
masyarakat menjadi bagian didalamnya. Untuk kelompok NAT di mana panisipasi
warga juga tergolong
prasarana
air
bersih
spontan, walaupun kegiatan penyediaan
difasilitasi
oleh
pemerintah
alcan
tetapi
pada
perkembnngannya kcgiatan dimotori oleh para pcmuda yang tcrgabung dalam
Karang Taruna. Karang Taruna selama ini juga rnengikutsenakan masyarakal: dalam setiap kegiatan nnin yang diadakan, sehingga masyarakat sudah merasa 'akrab' dan lebih m.enyatu.
Kegiatan yang domotorl/dlgerakkan oleh organisasi masyaratat di mana masyarakat merupakan bagian dari organisasi tersebut ak.an memungk.lnkon bag! masyarakar untuk terlibat secara langsung. Menurut Darwati, (2007) bahwa penyertaan peran masyarabt secara laossung akan menwnbuhkan k.esadllnlll dan tekad bersama untulc melakukan sesuatu yang telah mereka sepakati bersama.
Sedangka.n UDtuk k.elompok TM dan PAB, perkembangan kegiatan penyediaan praserana air bersih dimotori dan difasilitasi dari Pemerintah Desa. Pemerintah
Desa merupakan lustltusi fonual yang berfungsi memberikan pelayanan kepada rnasyarakat di rnana ma.syarakat berada diluar/bukan bagian dari iostitusi tersebut, Masyarakat membutuhkan proses yang lame/tidak dapat secara langsung "rnenyatu" dengan pihak penggerak dan yang rnemfasllitasi.
Keaktifan warga dalam memberikan bentuk partisipasi seperti ditw1juklca.!1 oleh kelompok PAM dan NAT di.karena.lcan warga turut mengeluarkan unmk pengernbangan k.cgiatan
sebelumnya,
pelayanan Waltluplm
sambungan
nunah jugs untuk pelaksanaan
tclah mendapat
58
dana selain
bantuan dari pihak lain.
untuk
pengernbangan
pclayanan
sambungan
rumah.
Kcakufan
partisipasi
masyarakat dalam bcrbagai bentuk berhubungan dengan sumber dana atau dalam hal ini sifat kegiatan, ynitu apakeh kegiatan merupakan proyek pemerintah atau
kegiatan yang diprakarsai olch masyarakat .
.t\pabila kegiatan merupakan proyek pemerintah, maka warga bemnggapan behwa kegiatan
tersebut
mcrupakan kewajiban
pemerintah
dalam memberikan
pelayanan, sehingga mereka merasa enggan untulc memberikan lmntribusi
secant
lengkap/total. Hal ini sejalan dengan basil kajian The World Danie Water Demand Research Team, (1993), yang menyatakan bahwa sikap rwnah tangga terhadap l:ehijakan pemerintah di sektor air bersih dan pengertian mereka akan istilah
pelayanan pemerintah akan mempengaruhi
kemauan berkoetribosi
dalain
peningkatan pemenuhan air bersih,
Karak.teristik kelompok yang m.embentuk partisipasi berada pada kekuatan masyarakat adalah apabilil pengamhililn keputusen mellllui forum diskusi yang
dibadiri oleh masyarakat, pengurus, dan .Pemerintah Desa, Dalam forum ini masyarakat harus mendapat akses terbesar sebagai pengambil keputusan,
Derajat partisipasi yimg tinggi pada kelompok NAT dikarenakan kelompok ini
belaiar dari kegagalaa penyediaan prasaraoa air bersih pada siklns pertarna. Pada siklus pertama, Pemerintah Kabupaten sebagai pemberi dana tidal< melihatkan masyarakat setempat dalam kegiatan. Hal ini mengakibatken kunuignya
pemahaman akan kondisi wilayah sehingga terdapat kesalahan dalam penempatan reservoir yang mcnycbabkaa air tidak dapat mengalir dengan lancar. Dengan demikian, pada siklus kedua, masyarakat yang domotori oleh para pemuda Karang
Taruna dan dengan pendampingan Pemerintah Desa, secara bersama-sama merumuskan langk.ah-langkah untuk memperbaiki kesalahan sebelumnya serta pengembangan prasarana selanjutnya.
59
Sedangkan derajat partisipasi pada kelompok PAB baru pada derajat penghargsan yaitu masyarakat sudah diajak biceea tentang keinginannya, gagasannya, tetapi
keputusan ada pada pihak pengambil kepumsan, Pengambilan keputusan lebih oleh Pemerintah Dcsa dan pengurus dikarenekan prasarana air bersih yang
dihibahkan ke Pemerintah Desa, k~nya secara struktur organisasi berada di bawah Pemerintah Desa yaitn BUMDES. Hal ini mcnycbabkan masyarekat kurang mendapatkan akses dalam ikut seta menentukan arah pengembangan prasarsna air bersih.
Meka.nismepengambilan keputusanyang melibatkan semua unsur yang ada yaitu warga, pcngurus, dan Pemerintah Desa serta sistem ketembagaan pengurus yang independen, akan membentuk pertisipasi berada pada derajat kekuatan rnasyarakat.
Menurut Deepa Narayan, (1989), kondisi yang memberikan
kekuasaan kepada masyarakat daa kesempatan kepada masyarakat untuk bersuara dan menentukan pilihan, akan ~
patisipasi yang sesunggubnya.
60
DabV
Kesimpuhm Dan Re.komendasi
Pada bugian ini akan dipaparkan beberapa temuan yang diperoleh dari studi tcmtang partisipasi masyarakar dalam pemenuhan kebutuhan air bersih komunal di Kabupaten Gunungkidul, Pernsipesi masyarakat ini dikaji dengan mc.nggunakan
analisis deskriptif kuantitialif dan kualitatif. Dari basil analisis tersebut dikemukakan
saran dim masukan bagi kegiatan serupa sehingga pemenuhan
kebutuban air bersih komunal dapat terwujud dan bcrlanjut. V.I.
Temuan Studi
Partisipasi yang terjadi pada masmg-masing kelompok Yll"I! diteliti secara umum belum menggambarkan partisipas] yang Jengbp yaitu berpanisipasi secara sponum/kcsadaran scndiri dan dengan kombinasi berbagai bentuk serta kegiatan berada pada kekuatan masyarakat. Partisipasi yang terjadi baru dilakukan dengan
spontan/kesadaran sendiri dan 3 (tiga) dari 4 ( cmpat) kelompok yang diteliti menunjukkan bahwa kegiatan sudah berada pada kekuatan masyarakat. Sedangkan keaktifan berpartisipasi dalem kombinasi berbegai bentuk tidak
terlihat pada keempat kelompok yaog diteliti, Berdasarkan hasil analisis terhadap indikatnr keberhasllsn dengan melakubn perbandingan terhadap partisipasi yang terjadi pada masing-masing kelompok yang diteliti, maka sccara keseluruhan dapat dikatakan bahwa jenis, bentuk dan
61
mengambil keputusan membawa
Bentuk partisipasi yang diberikan masyurakat pada kelcmpok yang ditcliti bclum menggambarkan partisipasi secara aktif melainkan baru pada taraf 'yang pen ting sudah ikut berkontribosi'. Benruk partisipasi berupa buah pikiran, tenaga, dan uane lebih cenderung berhubungan dengan kcberhasilan penyediaan air daripada keberhasilan
pengelolaan
prasarana.
Keektifan
masyarakat
dalam
mcnyumbangkan idc-ide, sena dengan sukarela menyurnbangkantenaga dan uang mendukung penyediaan air yang lebih mudah dan murah dari kcmdisi sebelumnya. Fak.tor yang berkaitan
dengan karalcteristik individu pada umumnya tidak
berhubungan dengan partisipas!
yane. tetjadi. Karakteristik individu
yang
berhubungan dcngan partisipssi hanya taraf interaksi dan komunikasi dalam rnasyarakat yang ditandai dengan pengenalaa t.crhadap tctangga yang tinggi. Fructor pengenalan terhadap tctangga ini berhubungan dengan jenis partisipasi yaitu
spomanitas
dalam
beipartisipasi,
partisip11Si yaitu keterlibatan
serta berhubungau
masyarak.at dalam
dengan derajat
pengambilan
keputusan.
khususnya pada lahap perencaoaan dan pem~unan.
Klll"llkteristik kclompok dalam ha! ini yang meejadi motor/penggerak dalam kegiatan adaleh organisasi masyaraltat di mana masyarakat menjsdi anggotai bngian dari organisasi tersebut, maka masyarakat secara spontanlkesadliCan sendiri berpartisipasi dalam kegiatan. Keaktifan warga memberikan partisipasi dalam berbagai bentuk dikareaakan warga turut mengeluark11n dana walaupun 1elah mendapat bentuaa dari pihak lain. Sclain itu, sifat k.egiatan, yait.u k.egiatan yang
diprakarsai
oleh
masyarakat
rnenumbubkan
keaktifan masyarakat dalam
berpartisipasi dengan berbagai beotuk. Kara.kteristilc kelompok yang membentuk pertisipasi berada pada kckuatan masyarakat edalah mekanisme pengambilau keputusan melalui forum diskusi yang dihadiri oleh masyarakat, pengurus, dan Pemerintah Desa Oalam forum ini masyarakat harus mendapat akses terbesar sebagai
pengambil keputusan. Sclein itu, sistcm kelembagaan pengurus yaug
independen j uga rnembentuk partisipasi berada pada deraj at kekuatan masyarakat,
62
V .2.
Kesimpul11n
Partisipasi
yang dapat mendukung
keberhasilan
penycdiaan prasarana air bersih
adalah partisipasi yang dilakukan secara total (overall). Panisipasi yang sejalan dengan pendapat Dusseldrop (dalam Slarnet, 1993) yakni berpartisipasi secara spontan dengan kesadaran sendiri dan mengacu pada Surbolai (1984), Chcema (1987), dan Keith Davis (dalam Sasiropoeuo. 1988), yaitu berpartisipasi secara aktif dalam kombinasi berbagai bentuk, serta berada pada derajat pattisipasi yang oleh Amstein (1969) disebut sebagai kekuatan masyarekat, maka pcnycdiaan prasarana air bersih cenderung berhasil.
Partisipasi stas d:l!stlr kernauan/kesadaran
sendiri bersifat sukarela (volu11tary
participatilJn). Partisipasi ini akan menciptakan partisipasl yang genuine seblngga
dapat rnemperluas pemecahan masalah tidak hanya peda Jsu-isu survival saja ale.an tetapl dapat menghasilkan
penyediaan air yong lebih mudah dan mu.tah dari
kondlsi sebelumeya Bentuk partisipssi yang diberikan
nwyorakat dalam bcrbaga.i bentuk juga
menghasilkan peuyediaan air yang lebih mudah dan murah dari kondisi sebelU11JJ1ya. Dengan sumbaogan tenaga dan uang, maka biaya penyediaan prasarana air bersih lebih murah, Sedangkaa s11mbaognn pemi.ki.ran dalam sistem
pendistribusian air menghasilkan penyediaan air yang handal dan merata, Derajat partislpasi yang berada pada kekuatan 111.asyamkot membawa kebcrhasilen dalam pengelolaau prasarana. Pengurus tidak akan mampu membangun,
meugoperasikan, memelibare, mengorganisasi dan mengembangkan prasarana, tanpa dukungan masyarukat dalam menanggung segala kousckuensi dari sctiap kegiatan peugelolaaa yang dilakukan pengurus, Hal ini sejalan deagan pendapat Darwati (2007), bahwa pengurus dapai mengelola prasarana dengan menjalankan apa yang telah menjadi kesepekatan bersama d1111 konsekucnsi dari keputusan
yang telah disepakati.
63
Partisipasi
yang
sesungguhnya
terjudi kerena
faktor yang berkaitan dengau
karakteristik kelompok yaitu I) yang 111e11jadi motor/penggerak dalam kegiaian adalah organisasi rnasyarakat, 2) warga mrut mengeluarkan dana walaupun telah mendapat bantuan dari pihak. bin, 3) kegiatan diprakarsai oleh masyarakat, 4) rnekanisme pengambilan keputusan melalui forum diskusi yang dihadiri oleh masyarakat, pengures, dan Pemerintah Desa di mana dalorn forum ini masyarakat
horus me"lldapat akses terbesar sebagai pengambil kepumsan, serta 5) sistem kelembagaan pengurus yang independen. Karakteristik kelompok yaitu yang menjadi motnrlpenggerak dalam kegiatar; adalah organisasi masyarakat sejalan dengan pendepat Darwati (2007). Darwaii menyatakan bahwa penyertaan
peron masyarakat
secara langsung aken
menumbuhkan kesadaran dan tekad bersama wduk melakukan sesuatu yang telah mereka sepakatl bersama, Melalui organisasi masyarakat di mana ma:.yarakat menjadi bagian dari organisasi tersebut, maka masyarakat dapat secara IAngwng terlibat dalam keglatan. Sharing dana yang diberikan olah masyarakat dan kegiatan yang diprakarsai oleh masyarakat sesuai deugan basil kajian The World Bank Water Demand Research Team (1993). Kajian ini menyatakan bahwa sikap rumah tangga terhadap kebijalran pemerintah di sektor air bersih dan pengertian mereka akan isrilah pelayanan pemerintah akan mempengaruhi kemauan berkonlribwii dalarn peningkatan pemenuhan air bersih. Kegiatan yang mumi proyek pcmcrintah
membawa peogertian kepada masyarakat bshwa kegiatan adalah tanggung jawab pemerintah sehingga mereka enggaa uatuk berkontribusi. Mekanisme pengambllan keputusan melalui forum diskusi !lang dibadiri oleh masyarakat, pengurus, dan Pemerintah Desa di mana dalam forum ini masyarakat harus mendapat akses terbesar sebegai pengambil keputuson sertn sistem kelembagaan pcngurus yang independen sesuai dengan kajian yang dilakuk:an
oleh Deepa Nlil:ayan (1989). Dalam kajian ini dinyatakan bahwa kondisi yang memberikan kekuasaan kepada masyacakat d1111 kesempatan kepada masyarakat untuk bersuara dan meneomkan piliban, elcan menghasilkan patisipasi yang sesungguhnya,
64
V .3.
Rekomeodasi
V.3.1.
Rekomendasi Bagi Pemilik Kegiatan
Peningkatan partisipasi masyarakat baik dari jenis, bentuk dan derajat parnsipasi pada tahap perencanaan, pembangunan dan pengelolaan perlu diusahakan demi tercapainya keberhasilan yang kngkap dalam kegiatan penyediaan pnisanuia air bersih kornunal, Bcrdassrkan penelitien, maka untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat
pemerintah
per!u meningkatan
taraf interaksi clan komunikasi
masyarakat dengan mobilisasi masyarakat secara intensif dalarn setiap kegiatan
lingkungan serta menciptakan kegiatan kemasyarakatan yang dapat meningkatkan interaksi masyarakat, Sedangkan untuk menciptaken karakteristik kclompok yang dapat menumbuhkan partisipasi, disarankan dalam pembcrian bantuan untuk kegisten pembangunan kepada
masyarakat
sebalknya
llll:Wuilmel.ibatkan
organisa.si
masyarakat
(paguyuban, karang taruna, di!), sehingga masyarakat dengan mudah dan merasa memiliki
sendiri
(se(jbelonging) kegialan
terse but. Selain itu, pendanaan
sebaiknva tidak: sepenuhnya berasal dari bantuan pihalc Juar, tetapi di perluken cost sharing sehingga tumbuh rasa kepemilikan bersama dan rasa tanggung jawab
untuk memelihara daa mengelola ptas&lllla secara bersama-sama. Besamn cost sharing ditentukan berdasarlcan kernampuan dan kesepakabn seluruh lepisan masyurakat.
Sedangkan saran bagi pengurus kelompolc air adalah perlumeli batkan m.asyarakat dalam setiap forum diskusi dan pemberian wewenang kepada masyarakat untuk mengambil keputusan sehingga terwujud rasa tanggung jawab masyarakat atas keputusan yang telah dibuat bersama. Selain itu, prasarana sebaiknya dikelola oleh badan yang independen dengan tetap melibatkan UDSur tokoh masyarakat dan
pemerintah desa. Hal ini dimaksudkan agar masyaraka:t dapa1 menentukan arah kegiatan melalui kesepakatan semua pihak, Kegiatan
penyediaan air bersih komunal dengan pendekatan
partisipasi
bahwa karakteristik fisik relatif sama dengan wi!ayah yang diteliti. Karakteristik tisik ini aotara lain yaitu pada wilayah tersebut terdapat sum ber air dengan kapasitas yang memadai dan dapat dimanfaatkan dengan teknologi yang relatif sederhana. masyarakat
ini dapat direrapkan di wilayah lain dengan persyaratan
65
Pendekatau partisipasi masyarakat tlalam kegiataa pembangunan yang mcrupakan bagian dari pembangunan dari bawah (bouom up planning) dapat d ij~clikan stralegi dalam pengembangan wilayah. Pengembangan wilaynh tidak hanya berorientasi pHd11 peugembangan ekonomi wilayah, akan tetapl pengernbangan kapasitas masyaralcat mclatui peningkatan partisipasi masyarakat juga merupakan ha) yang penting. Tujuan jangka pendek pendekatan partisipasi masyamkar adalah melaksanakaa kegiatan bersama masyarakat untuk memenuhi kebutuhan praktis dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, Sedangkan tujuan jangka panjang pendekatan ini adalah untuk mcncapai pemberdeyaan masyarakat dan perubahan rosial dengan pengembangan masyaral
masyarakat
melalui pendek.atan partisipasi
masyarak.at maka
rnasyaralcat dapst menggali potensi dirinya dan bcrani bertindak memperbaiki kualitas hidupnya, deogen cara pembelajaran yang terus-menerus.
V .3.2. Kelemahan Studi Dan R.ekomendasi Bagi Penelltian Selanjutnya Karena ketcrbatasan waktu dan biaya, mab studi ini meaggunaka» metode
pemilihan sampel accidental sampling, 9ehingga lrurang repr~entatif. Selain itu, studi ini rnengasumsikan
bahwa kapasitas masyarakat dalam mengemukakan
pendapat sama, Faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi adalah karakterist:ik individu,
lauukteristik
k.elompolt,
dan kamlderis1ik wilayah. l'enelitian i.n.i
meugaswu~ilutn bahwa karukteristik wilayah pada masing-masing kelompok sama. Maka untuk. penelitian sejenis perlu melihar partisipasi pada karakteristik wilayah yaug berbeda-beda,
66
DAFTAR PU:STAKA
Rhru:migar. Deepti dan Ankita Dewan, Water supply and .vanitatimi Jo,. low income communities: Indonesia.
Bhanarai, Shashi., Stark), Markus. (2005), Rural water supply and sanuauon in developing countries; ISAHP.
Bourne, Peter G (ed.), (1984), Water and sanitation, economic and sociological perspective, Academic Press. Inc, London.
Breier, Matthew., Visser, Martine. (2006), The tree rider problem in communitybased rural water supply: A game theoretic analysis, A SALDRU Working Paper Number 06105, University of Cape Town, Rry.mt, Caroline., White, Louise U., (1987), .a.dtmajemen pembangunan nttguru fJerkembung, terjemahan Rusyamo, l.P3ES, Jakarta.
1mt11k
Cheema, G. Shabbir, (1987), Urban shelter and services, Praeger, New York. Darwati, Sri., (2007 ), Peningkatan partisipasi masyarakar dalam pengelolaan air minum dan sanltasi lingkungan yong berkelonjutan : Kasus Akar-Akar, K.ecamatanBayan, Lombok Barat, Jurnal Komuni1as, Vol. 3 No. 1. 48-49. Dewiastanti, Elita, (2003), ltkntijilcasi faktor-faktor partisipas! masyaraka: da/am pengelolaan prasarana air hersih sistem komunal, Tugas Akhir Program Satjana, Institut Teknologi Bandung. Oilmn, Snyono., (2003), Tnfrastruktur Indonesia sebe/um, selama. dan pasca krlsis, Kemeuteriau Negara Perencanaan Pembaogunan Nasio1131.I Badan
Perencanean Pembangunan Nasional (BAPPENAS). Landecker, Wermer S., (1971), Types of Integrationand their measurement, Americon Joumol ofSociology, Vol. IV, No 4, Januari, Mazumdar, Asis., (2007), Participatory Approaches lo Sustainable Rural Water Resources Development and Management; Indian Perspective, Journal of
Developments in Sustainable Agriculture. Mladen, Zelenika., Bozo, Soldo .• Jure, Antunovic., Appropriate mean os access to rural water supply in Goranci. Mujwahuzi, M.R., (1983), Community participation in rural water supply schemes in Tanzania, lmemationai Journal of Wa1er Resources Development, 1:3, 231242.
67
Nazir, Moh., ( 1983), Metode penelittan, Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta. Narayan, Deepa., Parker, ( 1989). Goals and indicators for integrated water supply and sanitation projects in partneeship with people, PROWESS!UNDP Technical Series Involving Women on WaJu and Sanuonon : Lessons. Strategies. Tools. New York. Parahlta, Diah, {2006 ), Penyediaan air bersih uleh komunitas Salter. Dan., (2003), Private sector financing
of rural waler
supply In Vietnam
and Cambodia.
•
Sastropoetro, R.A., (1988), Partisipasi, ktnmmikMi, persuasi dan disiplin dalam
pembangunan nastonal, Penerbit Alumni. Santoso, Singgih, (2001), SJ'&' versi JU profesional, Elcx Media Komputindo, Jakarta.
Mengolah' data statistik secara
Schoorl, J.W., (1986), Mo.krnisasi, pengamGT sosiologi pembangunan Negaranegara sedang berkemhang; Gramedia, !akarta. SjaifiJdian, Hetifah., (2000), Desentralisasi dan prospek partisipasi warga dalam
pengambi Ian keputusan publik, JumalAnalisis Soslal,Vol. 5 No. 1, 3. Sjaifudian, Herifah., (2001 }, Partisipesi perempuan dan demokrasi lokal, Jurnal t, 72.
Analisis Sosial, Vol. 6 No.
Slamet, Y., (1994), Pembangunan Universitas Sebelas Maret. Surakarta,
masyarakat
berwawasan
partisipasi,
Partisipasi Mosyurakat dalam Program Pengembangan Lohan Terkndalidi }({1)fW(lJI Pinggiran Kota (Studi Kasus Desa Soehendy,
Joesocf.,
Ctbogo, Kabupasen Bandung.
(1997),
Tangerang}, Tesis Program
(J 984), Kemiskinan karnpung Prisma, No. 6, LP3ES. Surbak.ti, A. Ramlan,
Magister, lnstitnr Teknologi
di kota dan program perbaikan
Sutikno, (1997), E-1.earning Geografi Lingkungan, hitp:iiw-...w.lal>link.or.id/. The World Bank Water Demand Research Team, (1993), The demand fur water in rural areas: Determinants and policy implications, The World Bank Research
Observer vol. 8 no.l. Tumiwa, Fabby.,
{2006), Menjamin hak atas air: Alternatif sumber dan mekanisme pembiayaan infrsstrulctur air di Jndonesia, Symposium "Securing the Righi to Water in Indonesia", WGPSR/lnfrastructure Watch.
68
Van Wijl<. Christine., Sijbesma., (1995), Gender in community water supply, sanitation and water resource protection, Occasional Paper Series No. 23, IRC
International Water and Sanitation Centre.
Wirosardjono, S., ( 1980), Peoples participation ar the local level, Prisma, LPJES, Maret. White, Alastair, (1931), Community participation in water and sanitation : concepts, strategics, and methods, Technical paper series, Vol. 17, The Netherlands: World Health Organization. Widyasiury,
Dea,
(1999).
Identifikasi
fakror-faktor yang
mendulcung
keberlaujutan sistem air bersih perdesaan, Togas Akhir Program Sarjana, Institut Teknologi Bandung. (2006), P11nd11an Pen.gmt1bilan Data dengan Metode Rapid R11r11! Appraisal (RRA) dan Participatory Rura! Appraisal O'KAj, Volume 2, Kerjasama Program R.chabililaSi dan Pem11liban Sumbcrdaya Alam, Satkcr Rehabllita.si daa Pengelolaan Terumbu Karang, (Coremap II). __ __. (2005), Pedaman Teknls Air Bersth, Program Kornpensasi Pengurangan Subsidi Babtm Bakar Minyak BiWing lnfulsttukmr Perdesaan, D!~len Tata perkotaan clan Tata Perdesaan DPU.
69
LAMP IRAN
Lampiran A PANDUAN WAWANCARA UNTIIK PENGTJRllS PRASARANA AIR BERSIIUfOKOH
MASYARAKAT Nama Responden Desa/RT
Jabatan
.. . ..
.
Tanggal Wawancara
I.
Scjak kapan sistem penyediaaa air bersih komunal ini dibangun?
2. Apakah sistern komunal tersebut masih berjalan dan digunakan sampai saat ini? 3. Dari mana sumber air yang digurnibn (mata air, sumur, air hujao, droping, dll)? 4. Berapa jumlah anggota pen~'llD3 prasaranaair bersih komunal? 5. Apa latar belakaag pemhengumn sistem komunal (misal : tidalc terjangkau layanan PDAM, sumber air terbatas, dam terbatas dll)? 6. Darimana dana pcmbangunan prasarana diperoleh? 7. Apakah ada pertemuan/ rapal sebelum perencanaan pembaagunan prasarana air bersih? 8. Apa saja yang dibahas pada pertemuan awal tersebut?
9. Apakah semua warga hadir? Kalau tidak siape saja yang hedir?
I 0. Bagaimana proses pengambilan kepumsan? 11. Siapa saja yang terlibat dan yang meajlldi peaggerak dalam : a. Perencanaan'l b. Pclak:sanaan/pembangunan? c. Pengelolaan?
12. A pakah ad a forum diskusi ldrusus pads setiap tahapan diatas? Hal-hal apa saja yaag dibahas?
13. Apakah masyarsker berpartisipasi dengan k.esadaran seodiri atau karena diberitahu/ disarankan untuk berputisipasi? Siapa yang mcmberitahu?
70
14. Adakah aturan yang mewajibkan masyarasat bcrparnsipasi? Apa sangsinya apabila rnelanggar? 15. Pada tahap pereucanaan panisipasi apa )'llllg umwnnya diberikan oleh masyarakat? (ide/saran, k:cterampilan/ keahlian, tenaga, harts benda, nang) 16. Pada tahap pembangunan panisipasi apa yang umumnya diberikan oleh
masyarakat? (ide/saran, keterampilan/ keahlia», tenaga, harta benda, uang) 17. Pada tahap pengelolaan partisipasi apa yang umumnya diberikan oJeh masyarakat? (iddsaran. keter.unpilanl kcahlian., tenaga, hsrta benda, uang) 18. Apa pennasalahan yang dihadapi selama proses perencanaan, pembangunan
dan pengelolaan? 19. Apakah ada pembagian kerja antar masyarakat? Apa dasamya? 20. Bagaimana sistem pengelolaannya (sistem pembagian air dan iuran)? 21. Bila ada masalah/kcnflik yang berkaitan dengan prasarana, kemaaa masyarakat melapor'l Bagaimana penyelesaiannya?
71
Lampiren B K llF.SION ER UNTUK A~GGOT A KELOMPOK PRASARANA AIR BERSIH
N aina Responden Umur
DesafRT Tanggal WaWMcara
.. . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . ......................... • • • • • • I• •••••I•
o o • o ••
• • • o
.........................
A. Faktor--Faktor Partisipasi I. Barapajumlah anggota keluarga usia yang tinggal di rumah saudara? a. Laki-Iakl umur 0- 14 tahun : orang b. Perempuan umur 0 - 14 tahun
:
_
orang
c. Lalci-laki umur 15- 55 tahun d. Perempuan umur 15 - 55 tahun e. Lalci-Jaki umur lebih dari 55 tahun f. Perempuan umur lebih dari 55 tahun
: •.................
Mang
:
_ .•....•. orang
: ._
_
orang orang
:
2. Pckerjaan saudara saat ini : a. PNS b. Pegawai swasta
e. Pet.mi
d. lain-lcin (
)
3. Pengeluanin k:eluarga sau.dara per bulan: 11. <.
500 ribu
b. 500 ribu - 1 juta
c, 1-1,5
juts cl.> 1,5 juta
4. Pcndidikan tertinggi anda :
a. SD
b. SLTr
c. SLTA
S. Pcndidikan tertinggi dalam keluarga saudara : a. SO b. SL1P c. SLTA
d, Akadeinl/PT
d. Akadcmi/l'T
6. Apakah pen gurus/ panitia/ pcrnngkat desa memberiken i.uforma3i pada tahap pereru:anaan (mengeuai tujuan pe~ lokasi ~umberair, bidnm wnum, dll) bahwa akan dlbangun pnisan.oa air bersih komunal (milik ber.ilima)? a. Ya b, Tidak. 7. Apakah pengurus/ panitia/ pecanglcat desa memberiken i.ufonnasi pada tahap pembanguoan prasaraaa air bersih k:omunal (milik. bersamal? a. Ya b. Tidak 8. Apakah pengurus/ panitia/ peranglcat desa membcrikan informasi mcogc:nai sistem pengelolaan (pembagian air, iuran, pemelihama.n, d11) praserana air bersih komuaal (milik be=) yaog sudah dibangun?
a. Ya
b. Tidak
9. Manfuat yang saudara rasalcan dengan dibaagunnya prasarana air bersih sistem
komu.mtl/ milik bersama ini jika. dibandingbn dengan prasarana air bersih yang digunakan sebelumnya : a. Lebih balk b, Lebih buruk. c. sama saja
72
10. Manfaat yang saudara rasakan dalam hal apa? (Dolch lebih dari satu) a. Kualitas air lebih baik b. Air sclalu terscdia
c. [uran lcbih mnrah dihnnning menyediakan sendiri d. Waktu yang digunakan untuk mendapatkan air lcbih sedikit c. Lainnya
.
l l. Dari mana saudara mendepat air sebelum prasarana air bersih komunaV rnilik bersama lni di bangun? a. Mata air, junk deri rumah ....••• , .meter, biaya rupiah/ . b. Telaga.jarak dari rwnah meter, biaya rupiah/ . c, Sumur,jarak dari rumah meter, biaya rupiah/ .. d. Air huian e. Membcli, biaya rupiah/ . 12. Seberapa sering anda terlibat dalam kegiatan yang ada di desa: a. 1 kali/bulan atau kurang b. 1-2 blit'buhm c. > 2 kali/bulan 13. Apakah anda kenal dengan sesama anggota pemalcai air. a Semwutya b. Serengahnya c, Kurang dari setengah B. Karaktcriatik Partisipasi
1. Apa alasan saudara ikut berpartisipa.si/gotong royong dalarn penyediaan prasarana air bcrsih komunal/ milik bersama? a. Karena kesadaran sendiri
b, Karma diberitahu/ dihimbau, oleh c. Karena tliwajibkan, oleh
.. .
2. Apak:ah saudara dilibatkan dalarn proses pengambilan kepususen pada tahap p~aan (mengenailokasi sumber air, hidran umum, dll) kegiatan penyediaan prasarana air bersih komunal/ milik bersama? a. Ya
b, Tidalc
3. Apakah saudara dilibatkan dalamproses pengambilan lceputusan pada tahap pembangunan (teknologi yang digunal.'1111, ukuran/mat.erial bal. J)t'IWllpuog, dll) kegiatan penyediaan prasarana air bersih komunali milik bersama? a. Ya b. Tklak
4. Apakah saudara dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan pada tabap pengelolaan (pembagian air, iuran, pemelihaman, dll) l:egiamn penyeditllln praserana air bersih lomunal/ milik bersama? a. Ya b. Tidak 5. Siapa yang mengambil keputusan dalam rapat kegiatan penyediaan prasaraaa
air bersih komunal/ milik bersama'/ a. Masyarakat b. Tokoh masyarakat, yaitu c. Pemerintah Desa, yaitu d, Pemerintah Kabupaten
73
.
6. Pada tahap perencanean bentuk partisipo.si/ gotong royong apa yang saudara
berikan? a. Ide/saran, yaitu b, Keterampilan/ keahlian, yaitu (membuat gambar, RAB, lainnya
. )
c. Tenaga, yaitu (mengukur, Iainnya d. Harta benda, yaitu (tanah, material, iainnya
) )
e. Uang f. Tidak berpartisi pasi/ melakukan apa-apa, karena
.
7. Pada tahap pembangunan bcntuk prutisipasi/ gol.Ong royong apa yang saudara
herikan? a Ide/saran, yaitu b. Keterampilan/ keahlian, yaitu (kelisrrikan, pertukangan, leinnya c. Tenaga, yauu (mencangkul, menggali sumur, membangun bak
. )
penampung, Jainnya d. Harta benda, yaitu (tanah, material, lainnya
) .)
e. Uong
f. Tidak berpartisipa~/ melaknkan apa-apa, karena
.
8. Pada tahap pengelolaen/ pemeliharaan bentuk partislpMil gotong royong apa yang sau
b, Kc:cerampilan/ keahlian, yaitu (mcmperbttiki pompa, lainnya c. 'fenaga. yaitu (menguras bBk, lninnya d, Harta benda, yaitu (matrial, lainnya e, Ut111g f. Tidak berpartlsipasi/ melakuhn apa-apa, brena
74
) ) ) .
Lampiran C
TRANSKRIP WAWANCARA TOKOH Pengumpulan data primer daiam penelitian ini dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan Jangsung ke wilayah studi, kuesioner kepada anggota kelompok prasarana air bersih, serta wawancaea dengen tokoh masyarakat terutama yang berperan sebagai penggerak dan atau pengurus prasarana air bersih, Hosil resume wawancara dengan tokoh mnsymnkot di tiap kelompok yang diswvey dapat dilihat dalam transkrip di bawah ini : I. Kelompok Tirto Mulyo (Thi) Tokoh yang diwawancarai adalah Hapak Widadi, seJal..-u Ketua kelompok, dan Bapak 8aekat selaku Kepala Desa Getas. Sejaiah PembangUllllll Prasarana Warga Desa Getas selalu mengalarni kcsulitan mcndapatkan air bersih terutama pada musim kemarau. Pada setiap rumah tanw terdapat anggola keluarga yang selama satu hari peauh bertugas mencari air. Warga pada umumnyu mengantri air dari pagi sampai malam di swnur milik tetangga, mengambil di sungai yang jarak terdekat dari pemulciman sekitar 500 meter, atau membeli air dari mobil tangki air dengan barga Rp, 70.000,- sampai Rp. 80.000,- pet 5.000 liter. Di lahan milik Perhutani DIV yang terletak di Desa Getas t.erdapat mata air dengan debitnya cuJcup besar dan tidak pemah kering sepanjang tahuo yang belum dimanfaatkan. Pemanfaatan mat.a air untuk memenuhi kebutuhan air berslh domcstik Akan memerlukan biaya yang besar, Hal ini mendorong aparat dcsa untuk meugajukan proposal permohonan bantuan pembanguaan praserana .Ur bersih komunal kepada pemerintah. Pada tahun 2003 Pemerintah Propinsi mengabulkaa proposal tersebut dan
memberikan bantu.an melalui Pemerintah Kabupnten. Bentuan diberikan dengan syarat pembangunan prasarana air bersih menggunakan pendekatan partisipasi masyaralud, yaitu masyarakat melalui pengarus yimg dibentuk terlobih duhulu mengelola scndiri daoa bantuan pembanguuao. Pada tahun 2004, pcngurus kembali meugajubn proposal untuk mengembangkan unit disulbusi (reservoir) kepada pemerintah. Pada tahun 2005, masyarokat melalui
75
tokoh masyarakat rnengajukan U8UI kcpada Pemerintah Desa agar pengurns yang semula anggotanya merupakan perangkat desa diganti oleh masyarakat biasa/bukan
perangkat desa, Usul tersebut diterima dengan pertimbangan
bahwa beban kerja perangkar desa dapat !cbih fokus untuk pcleyauan masyeraket yang bcrsifat administrasi/kcpemerintabau.
Prasarana air bersih yang dibangun ~al:tahun 2003 sampai sekarang belwn pemah berhenti, Cakupan layanan ada1ah Desa Gelas dengan jumlah anggota 469 anggota, Sumber air berasal dari mata air yang berjarak sekitar I, 7 kilometer dari reservoir. Keaktifan masyarakat dalDm !i;egiacan Pem bangunan prasarana .Pa.da silclus pertama ini lebih dimotori oleh pengurus
yang sebagian besar adalah permgkat desa. Perencanaan pembangunan
prasarana pada siklus pertarna ini sepeauhnya ditangani oleh pemerintah desa khususnya panitia pembangunan. Pada tahap pembangunan, pemerintah desa ruelibaikan masyarakat yaitu sebagai tmaga kc:rja dengan upah sesuai stander yang berlalru. Sedaogkan pada tahap peagelolaan yang bertanggung jawab adelah pengurus.
Kelembagaan pengelola dan mdanisme pembiayoon
Pemilihan personil yang rnenjadi pengunas yang baru didasarkan pada anggapan bahwa. orang tersebur mempunyai kemampuan dalam berorganisasi. Sedangkan pengurus bagian operasional dan pemeJiharaan dipilih warga yang
memiliki keahlian, khususnya kelislrikan dan mesin. Pengurus memiliki AD/Al{T yang Iengkap dan bailc dengan periocian hak clan kewajiban konsumen serta togas-tugas dan wewenimg pengelola, berikut dengan rincian alokasi dana iuran secara transpamn. Badan pengelola berdiri sendiri dengan anggota pengurus adalah lllllSyerakat di bawah li.ndungan Kepala Desa, Pengums utama adalah tokoh ma,,yarakat y-.mg umwnnya berpendidikan tinggi den berprofesi sebagai guru. Pembagian kerja pengurus disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian aaggota peagurus, terutama untuk bagian teknisi. Operasional dan pemclil:maan melibatkan bagian teknisi dan operator yang angg<Jtanya berasal dari masyarabt setempat.
76
Unit pelayanan sambungan rumah menggunakan
meteran air. Besarnya iuran
bulanau sebagai pengganti biaya operusional dan pemeliharaan
menggunakan
sistern flat yaim scbesar Rp. l.500,-/m3 clan biaya beban Rp, 2.000,-/bulan. Pengelola juga menyediokan
hidran umwn
bagi rnasyarakat
yang liduk
mclakukan sambungan rurnah Will biaya pemanfaatan air disetorkan kepada
petugas yang bertangguagiawab mengelola hidran umum. Mekanisme pengambilan krnutusan serta penyclesaian masalah dan konflik Rapat/ forum diskusi melibatkan perwakilan anggota, penguru.~, dan dengan menghadirkan pemerintah desa. Mckanisme pengambilan kcputusan adalah melalui raper pengurus dengan meagundang perwakilan anggora, Selurub anggota diundang hanya setahun sekaJi yaitu pad~ rapat tahunan. Masalnh yang dibab.as umumnya adalah pereneensan
pengernbangaa jaringan dan
masalah yang bel'kaltan administrasi pemeliharaan dan operaslonal prasarana, Warga dapat menyampaikan keluhan-keluhan mereka secara langsung kepada pongurus maupun mclalui pctoges pcocm.at meter. Masalah yang dihatla(li oleh pengelola adalsh lcuraogoy11 kesadaran dan rasa kepc.mlllklln warga tcrhadap presarana air berslh menganggep
sehingga
bah.wa prasarana
mereka
tidal
terbangun. Masyarakat
terbangun merupakan bantuan pemerintah,
perlu
memhayar/mengeluarkan
nang
ketika
memanfaatkan air. Masalah lain yN'lg dihadapi yaltu pemah tcrj8di pencurian air oleh warga. Konfhk yill'lg terjadi umumnya dipicu oleh ma tldak puas anggota kelompok karena air tidak mengalir setiap hari (digilir 2 hsri sekali). Dalam
mengatas!
kekeluargaan
masalab
dan
konflik
yang
terjadi, pengurus secara
meroberikan pemahaman akan pentingnya keoersamaan untuk
memcliaam dan mcngoperasionalkan praserana, Bagi warga yang mencuri air diberi peringatan untuk tidak mengulangi lagi. PengeloJa menghimbau kepada anggota kelompok 11nt11k menyediakan bak air cadangan di setiap rumah, sebagai cadangaa cir ketika digilir.
77
2. Kelompok Pengelola Air Bersih (PAB) Tokoh yang diwawancarai adalah Bapak Waijan, sclaku Ketua kelompok, dan
Bapak Tri Harjono selaku Kepala Desa Getas. Sejarah l'embangunan Prasarana Prasarana air bersih pertama knli dibangun tahun 2004 oleh UGM sebagai pilot project uji coba pemanfaatan euergi surya sebagai pembangkh Iistrik pompa, Sumber air berasal dari mata air yang berjarak sekitar 1,5 kilometer dari reservoir dan berada di lahan milik Perhutani DIV. Setelah pilot project
ini berhasil, asset prasarana dihibahkan kepada Pemerintah Desa untuk dikelola pemanfaatannya.
Setelah kegiatan berhasil dan air dapat mensuJir ~ampai ke hidran umum, asset
prasarana diserahkan k.e desa uo1llk dikelola lebih lanjut. Pemerintah desa m.eogelola prasarana yaitu mengoperaslonalk.an dan memeliham
pl'll$8l'llll.8
dengan dana kas desa Pada. akhir ta1.wn 2004 pen)'C41JMn II.it bersih sempa; terbenti karena somber energi pompa yaitu swya ce11 mengaJaml kerusakan. Pemerintah Desa sudah tida.k sanggup meuangguog biaya operasional surya cell yang relatif tinggi dan ditambah masyarabl tiduk bersedia membayar air
dari hidran umum, Oleh karena itu, pada awal tahan 2005 Pemerintah Desa meb.dui 8UMDES membentuk pengurus kelompok air yang ditugaskan
untuk mengelola
prasarana air bersih, Langkah pertama yang d.ilakukan adalah mengganti swnber energi pompa diganti dengan meuggu.o.iWw listrik. dari PLN yang sampai sekarang masih berjalan dengan laocar. Selanjutnya mengembangkan jaringan unit pelayanan sambungan rurnah dengan menggunskan meteran air. Cekupaa layanan adalah De51l Bleberau dengan jmn.lah Mgg1>la 426 anggota,
M118yarakat yang 1idnk ID!lJDpu. atau tidak berminat untuk menjadi anggota sambungan rwnah tetap mendapat akses layanan melalui hidran umum.
78
Keaktifan masyarakat dalrun l::egiamn Pembanguuau
sehingga
praslifana pada siklus penema iui merupakan pilot project.
tidak
melibatkan
masyarakat
maupun
pemerintah
desa,
Pengembangan prasarana pada siklns kedua yaitu pengembangan unit pelayanan sambungan rurnah tlimotori oleh perangkat desa y1111g tergabung
dalam BUMDES. Keterlibaran masyarakat pada siklus kedua lebih karena peran mereka sebagai anggote kelompek, sehingge keterlibatan mereka hanya
pada seat
J)CfCJl('.llDllllD
Wm pembangunan Wlll lay&lltll ISitlllbUDgan ke IUIUah
mcreka masing-masing, Kelemhagaan peogelola dan mekanisme pembiayaan Badan pengelola berada di bawah pemerintah desa yaitu di bawah HUMUES, dengan anggota pengurus adalah masyaralcat setempat dan Kepala Desa
sebagai penasehat. PengUIUS belum mcmiliki AD/ART yang yang rcsmi, yang ada hanya rincian hak dan kewaiiben konsumen. Pembagian kerja pengurus disesuaikan dengan kemampuan dan keablian anggota pengurus, terutama
untuk bagian teknisi. Opcmsional dan pcmcfiharaen melibatkaa bagian teknisi dan operator yang anggotaeya berasal dari DWyarakat setempar,
Besarnya iuran bulanan sebagai pengganti biaya operasioael dan pemeliharaan menggunakaa sistem progrcsif yaitu sebesar Rp. 2.000,-lm3 1111tuk 10 rn3
pertama, Rp. 2.500,-/m3 untuk 10 m3 kedua, dan Rp, 5.000,-hnJ untuk 10 m3 ketiga, serta biaya
beban Rp, 2.000,-/bulan. Distribusi air kepada
anggoW!ronsumen secara bergantian/digilir selama 3 hari sekali, Mekanisme rengambilan kmutusan serta penyeJesaian masalah dan kooflik RapaV forum diskusi melibatkan perwakilan anggota, pengurus, dan
pcmerintah desa. Mekanisme pengambilan keputusan dengan forum diskusi . oleh pengurus dengan menghadirl:an Pemerimah Desa, Pemerintah Desa juga berwcnang dalam mengambil kepumsen.
79
Masalah yang dihadapi oleh pengelola ndalah pada waktu unit pelayanan
masih berupa hidran urnum, rnasyarakat tidak bersedia mengganti biaya air dengan
alasan bahwa prasarana
air bersih men 1pakan bantuan sehingga
mercka tidak pcrlu membayar. Ma<>alah lain ysng dihadapi yaitu pcrnah terjadi pencurian air oieh warga. Konflik. yang terjadi umumnya dipicu oleh rasa tidak puas anggota kelompok karena air tidak mengalir setiap hari (digilir 3
hari sckali), Pengurus secara musyawarah mencari solusi yang terbaik. unlul.
meagatasi masalah tersebllt dan member.ikan pernahaman akan pentingnya kebersarnaan warga
uatuk memelihara
yang meucuri
dan mengoperasionalkan
air dilakukan
pemntusan
prasarana. Bagi
sambungan
cumah dan
dikenakan denda Kp. 1.000.000,00. Pengelola menghimbau kepada anggota
kelo.mpok untuk menyediahn bak air cadai\gan di setiap rumah, sebagai ca<Jangan air ~lib. air digilu. 3. Ke]ompo.k. Pengelola Air Minum (PAM)
Tokoh y111.1g wwawwu.:arai adalah &pak H. Abdul Cbahim, selsku Ketua Yayasan l
energi listrik
@ellSel
Sumber air berasal dari mata air yang berjarak scki1ar 1,5
kilometer dari reservoir, Lckasi sumber air berada di lllhm rnilik Perhutani DfY. Sumber dana pembangunan untulr. unit air baku, imit produbi, unit distribusi pada tahap pettama betual dari sumbangan. donator yaitu Raw
Hemas. Pencari dana pembwigunw pada :1illus pertama ini adalah YayU1111 Rancang Kencono yaitu suatu paguyuban m.asyarakat setempat yang mengurusi segala kegiatan yang diadakan oleh 1D3SYanUcatsetempat. Pada tahun 200 l sempat terhenti
kareoa sumbct
energi
po.mpa. yaitu
genset
mengalarni kerusakan, Karena tidak ada pengurus yang resmi maka prasarana terbengkalai selama tiga bulaa, Atas i.nlsiatiftokoh masyarakat yaitu Pengurus Yayasea
Rancang
Kencono,
masyaralcat mulai aktif merencanskan
80
dan
mcmbangunan kembali prasarana yang rusak dengan swadaya masyarakat
siklns kedua ini, selain mengganti sumber listrik yang semula genset menjadi
PLN masyarakat mengembangkan unit layanan menjadi saiubungan rumah. Sedangkan bagi yang tidak mampu tetap mendapat akses Jayanan hidran umum. Cakupan layanan adalah Dusun Menggoran dengan jum)ah anggota 215~ota.
K.eaktifan mnsyarakat dalarn kegiatan Keterlibatan masyarakat secara ak:tif sud.ah terlihat sejak slklus pertama pernbangunan prasarana air bersih. Masyarakat sendiri yang merencaaakan
dan membangun prasarana dengan tokoh penggerok aktivi.s LKMD seknligus Ketua Yayasan Rancang Kencono yaitu organisasl masyarakat ell Dusun
Menggoran. Kelmibapan Pensetola dan mekM!sme pembiavaan Pada slldus pertama ini, tidak terdapat pengun1s resmi yang mengelola prasarana. Unit pelayanan bMU berupa bidran wnum dnn tidnk ada molcanisme
pembayaran hmm yar1g balk. Masyarakat dapat meogambil air sebanyak apapun daa membayar semampunya. Pada sildu.~ kedua, yaitu pttbaikan
p.rasaxana dan pe.ogembangiw unit layamm sambungan nanah, dibentuk pengurus yang mengelola prasarana air bersih. Bsdan pengelola be.rdiri sendiri deegaa anggota peogwus adalah masyarnkat setempat, Pengurus belum memiliki AD/ ART yang resmi, yang ada hanya syarat-syarat dan k.etentuan wnum pelanggan. Pembagian kerjH pengurus disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian anggotn pengurus, terutam.a untuk bagian teknisi, Operasional dan pemeliharaan melibatkan bagian teknisi dan operator yang anggotanya berasaI dari masyarakat setempat. Besamya iuran bulanan sebagai pengganti biayn operasional dan pemelihaman menggunakan sistem Oat yaitu sebesar Rp, 1.500,-/mJ dan tanpa biaya beban
81
bulanan, Distribusi air kcpeda anggota/konsumcn pcmah bcrganttan/digilir,
akan
tetapi
setelah
pengurus
melalrukan
evaluasi
terbadap
sistem
pendistribnsian air maks distribusi air saat ini dapar secara menerus,
Mekanisme ~!iillJI). k~_tusansecta proye~esaian masalah dan kontlik Rapat/ forum dislcusi melibatkan a.oggotll kelompok dan pengurus, tanpa mellbatkan
pemerinlllh
desa, Melumisme
pengambilan keputuBan dengan
forum disknsi yang dihadiri oleh pengurus dengan mengundang warga dan tanpa menghadirican Pemerintah Desa,
Masalah yang dillaitlpi oleh pengelola adalah pada wakru mengumpulkan
dana guna perbalkan ptasllllllla dan pengembangan unit layanan menjadi sambungan
rum.eh.
Kemampwm finansial
masytlJ'llbt
yang tcibetas
menyebabkan penggalangan dana memaksn waktu lama. Serelah pengurus tnengevaluasi sistem pemball,ian air, .konilik akiba:t ketidakpuasao oo,ggota tidak pemah lllrjlllli lagi. Pengurus :secara ak.tif menggerakkao masyarakat
guna mencan solusi yang terbaik untuk mengatasi masalah tersebut, 4.
Kelompok Ngudi Ajining Tino (NA 1)
Tokoh yang diwawancarai adalah Bapak Swnaryadi, selaku Kepala Desa Banyusoco, dan Bapak Dainan Huri selaku teknisl dan aktivis kegilrten
pengembangan prasarana wr ~ih. Sejarah Pgnbangunan Prasar.ina
Prasaraoa air bersih di.bangun pertama Wi tahun 2004 denglln dana dari Pemerintah .K.abupaten. Swnber air bemsal dari mata air y1111g berjarak sekitar 1 kilometer dari reservoir, dan berada di 1ahan milik Perhulani DIY. Setelah prasaraaa
terbaagun,
pengelolean
disc.rahkan kepada pcme.rintah desa,
Penyediaan prasarana air bersih ini kurang berja.lan lancer karena aliran air yang h.anya sampai hidran umum tidak mengalir secara kontinyu. Air tidak mengalir dengan lancar karena lokasi reservoir yang kurang tepat sehingga tidal dapat mendistribusiksn air ke unit pelayanan deagsn baik.
82
Pada rahun 2005 masyarukat yang dimotori oleh para pemuda meminta kepada
pernerintah desa umuk mengelola prasarana air bersih khususnya unit air baku dan unit distribusi untuk dikembangkan
lebih lanjut. Dengan persetuiuan
Pemerintah Dess, pcngurus kelompok air yang barn ini me.ngiijllk masyarakar unmk terlibat dalam membaagun unit distribusi (reservoir) yang baru.
Cakupan layanan adalah DusW1 Ketangi dengan jumlah anggota 130 anggota. Ma3yarakat yang tidak mampu
atau
tidak berminat untuk menjadi anggota
sambungan rumah tetap mendapat akses laynnan roelalui hidran umum. Kcaktjfan masvarakat dalam kegia.tari
Pembangunan prasarana air bersih pada sikl us pertama ini sama sekal i tidak melibatkan masyarakat. Sedangkan pada sil
pem~
Taruna mellbatk.an masyatakat. Dana pembaogunan prasarana llilclus kedua inl berasal dari piajaman masyarllkat. Pada siklus kedua ini jugn dikembongkan uait layllllllll sarubuugiw rumah yWJg da.DBDya dari luran masi.ng-masln1t
aaggota K.e!emhagarui
pengelola dNl 1neknnjsme pemhjayaan
Pada siklus pertama ini, lidak terdapat pengurus resmi yang mengelola pra...arana. Unit pelayanan baru berupa hidran umum dan tidak ada mekanisme pet11be.yaran illl'llll yaug baik. Pada silcJus kedaa, yaitu pertiaikan prnsarana dan peagembangan unit layanan sambungan rumah, dibentuk pengurus )'ling
mengelola prasarsna air bersih . Bedan pengejola berdiri seadiri dengan anggota
pengurus
odalah masyarakat
setempat. Peagurus telah. memiliki AD/ ART yang resmi, almn tetapi belum sesuai dengen kaldeh-kaidah penyusuoan AD/ ART yang baik. Pembagian kerja peagurus disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian anggota J)Cil1,'UIUS,
terutama un.tuk bagian teknisi. Operasional dan pemeliharaen
melibatkan bagian teknisi dan operator yang anggotanya berasal dari masyarakat setempat.
83
Besamys iuran bulanan scbagai penggunti biaya operasional dan pemeliharuan
menggunakan sistem prugtesif yditu sebesar Rp. 2.000,-/m3 umuk 10 m3 pertama, Rp. 7.000.-/m3 untuk 11 - 15 m3. dan Rp. I 0.000,-/mJ unmk Jebih dari 15 m3. serta biaya beban Rp. 3.000,-/bulan.
Mekanisme pengambilan 1<eouo1s;m ser1a penyelesaian rnasa.Jah dan konflik Rapat/ forum diskusi melibatkan perwskilan anggota dan pengurus, dengaa
tetap melibatkan pemerinteh desa. Mebnisme pe:ngambilan kepumsan denga.n forum diskusi
)'311&
dihadiri oleh pengurus dengan mengundang warga dan
Pemerintah Desa, Keputusan diambil oleh warga dan pengurus mas
persetujuan Pemerintah Desa. Masalab yang dihadapi oleh pengelofa adalah pada waktu mengumpulkan
dana guna pembangunan reservoir yang bacu dan pengembangao unit la)"lll!ID menjadi sambungan rumah, Kemampuan finansial masyarakat yang terbatas menyebahkan penggalangan dana memakan waktu lama dan pengurus meminjam 'Wing kepada warga yang bcrsedia mcmberikan pinjaman. Konflik
aldbat ketidakpuasen anggota tidal pemah teljadi. karena pengurus menjamin kepada anggota bahwa air akan mengalir secara menerus,
84
Lampiran D DATA OUTPVTSPSS VERSI 10 FOR WINDOWS Lampiran ini berisi data outpu: hasil tabulasi silang (cross/ab) antara variabel karakteristik partisipasi yaitu jenis, bentuk, dan derajat partisipasi dalam
kegiatan penyediaan prasarana air bersih dengan karakteristi.k individu yaitu: l. Pekerjaan 2. Kemampuan financial 3. Umur kepala.keluarga 4. Jumlah anggota keluarga yang berusia produktif 5. Peudiuibn
kepala keluarga
6. Pendidikan tertinggi dari anggota keluarga 7. Pemberian infonnasi pada 1ahap
pelen<
a11aan
8. Pemberian informasi pada 1ahap pembanguoan 9. Pemberian informasi pada tahap pengelolaan l 0. Pengenabn terhadap tetangga 11. Kcaktifun dalam kegiatan di lingkungan
85
PEKF.R.JAAN
* .JENIS PARTISIPASI Asymp
···-
.--- ..
--
51<1.
l!H__
Elror'
't.
• Al>Of!l!_
• """"'· Sin
111omira1 II\'
.-ru
Nomi""'
Oatw'sV
.159
.:zos
Ceffiaenl
,157
,20$
P~n'sR
,135
SpeaimanCcmbtion
, 1.:n
lnt
.159
.205
.079 .082
,133e
1,513 1,378
,171°
125
a. Not a~sum1ng lhoe nu11 hypoihffl!S.
b. Uai11g Ule al)'lllp!lllic ~ emr ~ e, Based on _,,., appl'Dlli'nation
PEKERJAAN
* PARTISIPASI
lie 11111 hypothesis.
BUAHPlKIRAN PERENCANAAN Alymp.
sw.·r:;....1
Yalll Nom..... "' Nominal
Phi
,3SO
Crame('s V
·-~.t
,DOO
.350
Contin9enc:\I Coell!cient Interval by lnterwt Peerson's R Ordtnal by Ordinal Spearman Co
,000 ,000
,330 ,337
.oes
.346
,065
.oooc
3.964 4.089
.000"
125
e. Nol 3$$uming 1he null ll\lPO!h11is. ~. Using the asymptotic standard error ~ r..11;,* on n
Ille nu11 tryp~hesls
PEKERJAAN * PARTISIPASI BUAIIl'IKIRAN
PEl\mANGUNAN
As'fmp. Value Nominal by Nomfnel
Anorox. S"'.
Sid. Errof
bftrel(.
""' Cramer's V
Con1in9enq Coeftlclerol ln!a'val by lnleN'al Peereoo'sR On:lfnal by Ordfnal Speannan Correlation N of Valid Case•
,30'l .306
.295 125
~
the
A••rox. Sia. ,()02
,002 ,002
,088 .063
a. Not 8S9lJIT11ng the nuq hypottlesls.
b. Using lhe a;ymplotlc s1andan! emir e, oased on normal ~ation.
f
,317 ,317
nut h)90lhesi&.
3.~~ 3,•2•
,000" .001°
PF..K[RJAAN ~ PARTISJPAST BUAH PIKIRAN PRNGELOLAAN Symmelflc MtaaunlS
Asymp.
Value Nominal by Nom1n34
Phi
Sid Error
AMro•
f
,391 ,391
Crane(sV
Conlingency Coeflicien lnletval by Interval Pearson's R Ordinal by Ordinal Spewnan Correlation
,000 .000
.ooo
,384 ,390 .391
N of Valid Ca-
I Ar.nrox Stn.
,088 .086
4696
,000"
4.709
.ooo-
1Ui
a Nol auum1ri;i the ._.11 hypo!llec1s
b. Using tJ>e asymptolic atandard error assumtng the null hypothesis. c Based ~ net111&l lli5Pfoxlm!1tiOl'r
PEKERJAAN
* PARTISJPASI TENAGA .PERENCANAAN Symmetric
!Wea..,...
Val~
,2.M .2.88
Crame(aV Com#l9(M'lcy Ca.lftele
,'1.77
Interval by JnteMll Pearson'• R
~258 -.271
Ordinal by Ordinal Speorman co.....iaucn N of va~a cases
,060 ,089
·2,9ZI
~.•oa
12 ..
,006 .004• ,002"
a. Not assuming 6"' nlAI hypolhee!s. b. Uain9 the aaymplot'c standard 01TOr aaaumlng IM null hypothesRI.
e. Based on "orrnal approidmation.
PEKERJAAN " PA~TISIP ASI TENAGA PEMBANGUNAN Symmetric Meas ....
Nominal by Nominal
Value ,247
Phi
cramers v
Caitingerocy Coelllcle lntewal by lnterva Peal'S«l's R Ordnal by Ord1na Spearman Ccrrelellon
,247 ,240 -.201 -,218
N of V9Hd Cases
Asym,o. r&ro?
Std.
.oee ,088
A...vn•.f
,022 .022 ,022 -2.281 -2,480
1:25
a. Not age11111ing 1he null hypolllesia. b. !,Ising the paymplqtir; a!!tnd~n;l
'"Qf ;;i1wmlng
c. Based on fl(lrmel approx!malion.
87
Annmx.-.
!,ht null hy(IQ\h~i,.
,024c ,014~
Pll:KERJAAN
* PARTISIPASITENAGA
PF..NGELOLAA.~ Asymp
Nominal by Nom•nal
Value ,HT
l'OI
f
.1r.
Cramei's V
Cont'1gency CoelWenl Interval by lntaval Ordinal by Ordinal N of Valid Caeee
Sid Errof Aoorox
.174 ·.156
Poarson's R Sjleenr.l!n C-O
-1.757 -1,620
.060 .083
-.145
"""rox.Sio .143 ,143 ,143 ,081~
.1080
125
a Not assuming the null hypocllesls
b. Using lne asymptotic standard error ~
tie null hypolhetis
c. Baseil oli nilrmel approxil\'\illOli.
PEKER.JAAN • PARTISIPASI UANG PERENCANAAN S,.,.,...n1c-
Al>fnlp. Value
Nom•n•l "'f
l'hl
Nominal
crame(& v Conllngency Coel'lldont
rmeiv.1 Oy lnt.erval Ordinal by Ordln1I N of Vell
c• ..,.
Peel10tl't R Sp.. lTTliln Correlallon
S1d.im/
"-~.t
,175 .175 ,t72
sin. .149 .140 , 1411
••(61
.oee
-.988
·,106 125
,089
·1, 1&o
.335" ,240"
a Not ouumlng !he null hn>•AI 1 b b. Using the asymptotlc 11anc1an1 tn"Or ••~
Ille null h~
.. i1.
c. Blad on normal apprt»dmation.
PEKERJAAN • .rARTlSJPASI UANG PEMBANGUNAN
Value
Nominal by
Phl
Nominal
Crame(s V
~gency
.
Interval by I nl&vai Pea~On'S R Ordinal by Ordinal Spearman Conelation N of Valld Cases
Asymp. Sid. irro~ .
'1'
.216 ,216 ,211
,110 ,()85
Ann=.~
.
,()5.1
.054
.054 .103 ,100
125
a. Not assuming the null hypalheSs. b. U..ing lhe asymptotio stanoatd error aswmillg the nuU hypothesls. c, Based oo normal approximation
1,231
.9~
.221• ,344•
PEKER.TAAN "PARTISIPASI UAl\=G PENGELOLAAN SvmmetncMeasuru
Nominel by
Pht
Nomtr\81
Cremef"s
Asvm11. Std Errof Aoorooc
Value ,214
V
f
Aairox Sia ,057
.214
Con~"98ney Coefficienl lrr.ervsl by Interval Pearson's R Ordillal by Oro1na1 Speannan C""" NofVaRdC-•
.057
,200 ·,131
,058
-1,467
-.152
.csa
·1,706
,057 ,145° ,091°
125
e Not a .. uming the null hypothesis. b. U.ing Ille aaymptobc atlllldard emir assuming tt.e ntil llVPO!hMta c Based on noonal approxmauon
PJ;KERJAAN • lrnTERLWAT AN KEPUTUSAN PERENCANAAN Atymp.
mm-.na1 Dy
.-rn
Horrinel
(.;'*"*'• v
,230 .22~ ,226
Contingency Coelftaent lntel'Val by lntenial Pea111()11'a R Onlinal by Ordinal Speamian Corrtl91lon
Aoorooc. 1:111, ,038 .008 ,006
,230 125
MofVevc1ea-
t
S1d. QTQf
V1lue ,•<>0
,081
2.571
.011•
,002
2,618
,010"
a. Not oosum1n9 lho null hypotllasls. b. Using Ille as)mptol1c stsnd!lrd elTOf assun11ng 1he null ltypotll&cls. c Based on rlor'ltlai iJ'.)l)n»oMSbOll
PEKERJAAN" KETl!:RLIBATAN KEPUfUSAN PEMBANGUNAN Symme4Jlc Meatul'M Asymp.
Valull
Nom1na1.,y
Rll
Nominal
Cramefn v
"'-1111(.
t
,235 .235
Conijn119ncy Coollldeoi Interval by lnte111al Pearson's R Onllnsl by Ordinal Spearman CorrelilUon N of Vstld C"6s •· Not
l!W, i:rivf
,229 ,170 ,190
,032 ,087
.oee
12S
assumJng 111e nul hypothesla.
b. Using the 0&yn1ptotic •tandar
c. Bao..0 on nonnal approximation.
89
lii!I; ,032 ,032
I A"""')I.
the null llypothe,,;,,.
1,917 2, 144
,053C 034•
•
PEKERJAAN * KETERLIBATAN KEPUTUSAN PENGELOLAAN
Nominal
rry
Nominal
Vaue Phi Crame(s v
A$ymp. Sid. Enof A~~rox
f
A~~o><. Sia
,224
,044 ,044
.224
.
Contingency Co ll'ttMI by Interval Pearson's R Ordinal by On:linal ~arman Correllll!()o N al Valid Caaes
,218
,044
,159
.087 ,087
,178
1.782
.0770
2,003
,047°
125
a. Not BSSumlng 1he nul n~ess. b. Using thr ~
the null hypolhesis.
e, Based on normal ftpproxitmtlon.
FINANCIAL • JENIS PARTISIPASI
QanefaV Conti.,_ Coelllelori
,D18 ,016
lnleMI by lnt.v11I
F'earsoo's R
,0!51
Oofinal by Omni NofV•lid
SpearmanCorNlalion
.omo
,(;15
,OQ2C
ca-
a.
Not~
b. US'1Q tileas~
the n"I hypollwssfs. Slllncllnl """'
~ho nul h)JK&
c. 8aseC on nonnal •IJllro•imat!M.
FINANCIAL* PARTISll'ASI BUAHPIKmANPERENCANAAN 8'plt1letltc
Narrona1 gy Ncrmel lftleMI ~ lnboNal Ordinel by Ordinal N
M0 S .._ 2
Value
·-
Pili Cr.1mer'sV congng_ C
Asymp. 8111. Enor"
~-- T"
.449
,410 -,389
·.~
.081
,on
a. Nd! ID.lmll!gfflll nul hypolftM!s.
b. Using 111• asymptotic standan:l error USliJl""!l Illel'lllll hypoltleslo.
90
$111. ,000
.000 ,ODO
12$
c Based on normal appra:Unatioa.
,.,,,.~
-4,31111 -4,685
.oooc .000"
FINANCIAL• PARTlSIPASI BUAH PIKIRAN PEMBANGUNAN Symme1tlc Mta$ure1 Asymp Norninal by Nom1naJ lnt<>rval i>y Interval Or<Jinal by Or(linal N al Valid Cases
Value
"'"'
Crame~sV Contiroency Pearvon'sR
~nnan
Std ErTv/'
A~rox.s...
Annrox "('
, 159 , 159 .157
eo.fficient
,367
-,049 -,071
Ccnetsbon
,005
~,545
,()70
·,788
,367 ,367 ,587" .432°
125
a Nol aS!Ulling#le null hyp~s. b. Using the asymplobc standard elTOr assuming !Ito mil
lrwattiesi•·
e Based on normal approximation.
FINANCIAL• PARTISIPASI BUAH PIKIRAN PENGELOLAAN
)\$~
Value
l'IOminal by
Pill
NoriV.....
,398
Cramet'GV Con~nganey Coell!dent
,398
lnteMll
by,_,
Ordlnel by Onfoml NofVthdC•-
Std.
ErnJt" ·~t"
·~-. s:... ,000
,000
.ooo
,370
~n'iR
-,165
,ff18
Speorman CCll'e4111on
-,207 125
,080
-1,858 ·2,348
,006" ,020"
a Not 8$$umlng the 001 hypolhe6<•. b.
V1'"g Ille f$ymptotic sl
1!1Q nuH h~~iG.
e, eased un notn)6j apprtDC:1ma'Jon.
nNANCIAL • PARTISIPASI TENAGA PERENCANAAN Aaymp.
I
Non11nal oy
Phi
Ncmlnal
cra~sv
V41Ua ,230 ,230
Conti'19e!1ey Coefllclefll
,224 ,204 ,217 124
lnte111~by lnlerval Pearaon'll R
Onlinal bV Ordinal
Std.rirmf A~v.f
Speannan Cotrelatton
N of VaHd Ca;&$
c .Based on nonnal approxlmatlo".
91
~la.
,067 ,087
,087
.~
2,305
.023°
,082
2.459
,015"
Not assuming Ille null hypothesis. b. Using the as~mptotic stamlam error assuming lhe nua hypothesis. a.
IA~-x.
FINANCIAL* PARTISJPASITENAGAJ'El\>IBANGUNAN ...$yrrip
rrotrnnal rJY
.- ~ ~
- -·-----
Piii
Nominal
Ctamer'&
lnteMJI by lntatval
Peerson's R
Ofdlnol by On:lonol N o/ Valid C-
Spearman Cotrela1ioo
a.
Not
Sll1. t.rrOl. .A~x.t
. ••.• V-
.An•>
337 -.337
V Con•n~ency Coefllaent
,003 ,003 ,003
,319
.?.59 ,226 125
:1.,977
.OBS ,009
,004' ,011'
2.:570
u••ming the null hl'J)0111esis
b. Using u.e aoymptoflc stand&ttl """~ c, Baled
IN ooH h\>PO!h••lo.
on normal app
FINANCIAL* PARTISIPASI TENAGA PENGELOLAAN
"""11111•1 DY
rm
....
........ ,..
,111
NomiNI
en.,,,.... v
,...,,,., bl' lnloMll
Oonti-Coefllclent .,._n'tA
Otd.,al ti, O
loqrop.
&!!. Enor"
v-
"""--
,022 ,022
:rn .2f51
,1)122
·~ ·,ZlO
s_..... Como-•
l)tfT
.oar
·Z,7~ ·2,627
,0115
,0100
121
• Net tuunins Ille nu~ hYl)Ot~eole.
b U.ing tM t$)IT)ptOtic •11-1<1 error aallmt'Q the null h'fpalholli&. e,
a.Jed oA nom'\al apprOJUm~on
FlNANCIAL • YARTISIPASI UANG PERmCANAAN Symmeblc .........
.. . """"inal by Nominal
- v~-
-~ .
Pt,;
Int.Ml by Interval Ottlinel by Onlinal N ntVotid
ea ....
Crame<'IV CorGngB'lcy f>eargcn'• R
""~
.,... Em>/'. .
,:54 ,294
Coefliaert
180 .1$1
~nmanCorre4aticn
.090
.087
125
Mymptvti<;
otaodanl
EJTOf uweifflg the
e. Based on ll()lmal appn»imMion.
92
null ~I&
1
.. ___
it>~-
1.799
,013 ,013 ,013 ,074°
2.044
,o.3"
.232
a. Not ......,..ng Ille nlJll '1ypollluls b Using U.e
.t..
F1NA\\CIAL • PARTISIPASI UANGPEMDANGUNAN Svmmolric Moaau,.e A>)""p NOrnln31
-·vr
rm
.
Val·,223
--
Nominal
Cramei'sV Conbngency Cc>effico;nt
Interval by Interval Onliial by Ordinal
Pearscn's
s_,,.
Std...emit"
b""fOl!
f>
A""rox. "'"
,102 ,102
,223
,Z111
R
•• Conelalion
N of Volrd cas.s
,102
-,122
,106
-.094 12~
,101
-1,368 ·1,Q.44
.114• .298'
a N<>t e•gum1ng 111& ""' hypo!he<Js b U•ing 111• H)mp(OUC SUIMard ·c. 8'.ud on no.tmal eppl"Q)(imetion.
a$Sllllllllg the nUI h~&&is.
FINANCIAL* PARTISIPASJ UANGPENGELOLAAN
,,..'Jf(tp. NM>naloy Nominal 1111er11a11>y 1.ne......1
Ordinol bl' Oldnal N of Valid cases
Value .236
rno
en.m.... v
Std.
Emit
•-x. f>
A-x.S"'. ,073
,2311
C.....tingoncyCoeflidenl Peonon'sR 5poarmM1 Curetooon
.230 .~81 .I~ 125
,073
.088 ,087
,fl13 ,1144• ,029"
2,CJ.CO
2,210
a Not a6Sumirog tho nul! hypoll1esls b. Using Iha asymp1ollc ..ti1ncl$n:l amr-umirlg the null llypodlesi&. e, Based on nonnal appioximalion.
FINANCIAL~ KETERLIBATAN KEPVTUSAN PERENCANAAN
Nominal~
Nomina•
Value .256 .256
"'"
Cramer's V
Cootirvency Coeftlcienl lmetVaJ bY 1n1e111a1 Ordinal byORlinal NofVa>dCaM
~ Std. Erro..
,2A8
Pearson• R
·.250 -.266
S-rman Corra~UOll
,082
·2,ll68
.084
-2,933
1:ZS
a. No! asaumll1g loo null lmlolhesk.
b. U•irog ~ M)'mpl06c-ld"""' e. Beste! on normal al*),..Jcimation
·~"J°
a.. uming the nul hypotht•"·
93
A··-- S"'. .1142 .042 ,042 ,006" ,004•
FINANCIAL* KETERLffiATANKEPUTUSANPEMBANGUNAN Symmetric Ma11urK
Aaymp. Std.Em>r'
VClltJe
Nc.m1na1
vr
Nornlnal lnterval by tnierval Oldlnal Dy Or<Jnal
Anorooi
f
Aooro>. s.a
,235 ,235
Phi
Crame(& V Conllf>(lency Cootrlcient
,229 -,233 ·,236 125
Pe1r&0n'sR Speatman Conelation
N of Valid Ca&es
,07~
.075 ,075
,082 ,084
-2,669
,OOQ"
-2,680
,008"
• Nat ... u1111ng the ,.,11 n}1l(Jll1e... b. Utu19 the aiymptotic llarl'ldard error auwnlng tho "u• hWotf1es1~
c. Basea on normal 14>pwldmaticm
FINANCIAL• KETERLJDATAN KEPUTUSAN l'ENGELOLAAN Aat/lllp. \14•-
NUffilMOI r.>y
Nominal
• 304
""' C11mer•V
.
...
.f
Qld. """'
,304
Comlngency Coeftlolent
,2111
Interval by lnteival Pet1111011'1 R Ordlnal by Onllnal Spe1iman Ccirelltiol'I
-.2f.58 -.283
NOIValldC-
,084 ,084
Sia.
,009 ,009 ,009
~.004
.ooa•
-3,272
.001•
125
a. Nol auumng tho n~H h)'pollleais. b
Using the asymptotk: sfallClal'll enor 11Ssumln11 tile null h)'pc1heSIS
c, Ba&ftd on llolmal lppi0""'19tion.
UMUR * JENIS PARTISIP ASI Symme1rlc -.....,., Ai)'lnp.
Nominal by Nominal
V11lue
"" Cramai'11V
contingency eoemcien lnte
-.tm .099 .099 -.Ollll -,069 125
S!~. &rrQ/
,21!fl ,OOAI
-1,1oe
.211•
.084
-1.106
,271°
~- Using ;t>e esymptOllc stam:lard error assuming the null hypottlesi&.
94
Alll>19l<. ~ta. ,2IIT ,2fS1
a. Nol aall\.m11g the null hypottie&is.
c Ba&ed on nonrilll appr0>Cimab0ii.
f
UMOR" PARTJSf.PASI BUAH PIKlRAN PERENCANAAN Symmetric Measurt1s
Nominal by Nominal
Phi Crame(sV Contingency Ooefficie lnteival by lnterva Pearson's R Ordinal by On:lina Spearmen Corretat1011 N
Value -,100 ,150 ,1~9 -, 150 -,150 125
Asymp. Std.E~P
I Allorox SiQ. ,093 .093 ,093 -1,685 .o94c -1,685 ,094e
"""'°"· t
,090 ,09()
a. Not aaauming the null hypothesis. b. U•ing Uie uymptotic standard error aseumlng lhe c Based on normal approximation.
mi• hypot>esls.
UMUR .. PARTISJPA.SI BUAH PIKJRAN PEMBANGUNAN &ym..... u'" NOmlnar uy
Phi
Nom/m!I
Crllmol'll v
Value ..,1ou
Asymp. S1d.Esrol
a.~-
,t
,188
Con1i19000r Coeftlde< 1menn11 1>y 1nte111a1 Peanon•a R Oldlmil by Ordinal Spearman Correlallon NDIValdC.t9'
Sig,
.03a ,03&
,18$ -,188 •,188 1~G
.099
-2.128
,000
-2,128
,036 .036' ,035'
a. No1 aasun11"19 1l'le nul llyJ)()ll-'•· b. Using Ill& asymptotic sh1rod•rd tmJr auuming
th1> null llypotheslo.
c. Besed on normal alll:>(OJtlmalion.
UMUR * I' ARTISIPASJ BUAH PIKlRAN PENGELOLAAN Symmetric-...uni•
Asymp. Value Il>y
lllomillal
8111.
&rrof
An~K.f
An....,., liill.
ml
-.006
.339
Crtme(SV
,086 ,085 -,086 -.086 126
,330
Collllngonq Coeftlclun lnteival by Interval Pearson'• R Ord"81 b'f Ordinal Spearman ComJlation
N of Valk! Cases a. Not assuming the null hypothesis. b. Using lho ssymplolic standanl 8ff0r c. BaMd on normal appioxlmall(tn.
,339 ,093
-,952
.343"
.093
-,652
.343"
<1$$<11l'ling tho;: nuR hypo111Mia.
95
UMUR • PARTISfPASI TENAGA PERENCANAAN Symmetric Menu res
Nom1Ml Nominal
b\f
Value Pili
Cl etrner''S V
Contiogency C
-
ASymp. Sid Errol
1
Anr.rox. i'
,1)69
,009
.
,"69
Interval by Interval Pearaon'a R Ord1<1al by Ordinal Speaiman Correlston
,083 ,OS3
,Ot!IJ
,009
N ol \/aid Cases
,759 .759
SIQ. ,445 .445 ,445
1 Annrcx.
,449" .44Q<
124
NOi assum11'(l the nun hypot!M;cis. b. US
!lte null hrpot11esi$.
UMUR • P ARTISIP ASI TENAGA PEMBA:'IGUNAN
Alymp.
Value Nominai by Nominal
.zz• .22~
1'111
Cramer's v ContingenC'j C
8111. Errof Annrox. f IAoorox. Sig. ,012 .012
,012
,218
·°''
.22•
.22•
,089
2,547 2,6.47
,012"
.012°
125
a Not auuming the null hypotlles;.. b. Usi11Q the 11)11Tlp1alic ehndanf eITT>r <>ssumng 1he null hrl)OlhHis.
c. Band on normal approJdma1ion.
UMUR" PARTJSlPASl TENAGA PENGELOLAAN
Aaymp. Nominal by
Nominal
. ... Crarm>r'a \/
Contingency -
-.
Value .058 ,068
Sid.
&rrJ
A<>DIOX.
f
,514 .~14
,058
Interval by lntefV81 Pearscn'g R Ordtnsl by Ordinal Spearman ConelaliOll
,003 'I
·:1
N of Valid eas ...
,514 ,067 ,087
a. Not assuming !he null hyP<>U-io.
b. Using the asymptOtic staOOard enor assuming t-.e run hypolhesjo. e, Based on norrnat spproidmatioo.
96
""""'"· Sia.
,649
,518°
.&19
.518°
Ul\{UR * PARTISIPASI UANG ~CA1"..\A:'ll Asymp.
Nommallly NoRJinal
Vaue Sid. Errr.l -,025 ,025
t'hl
cramer's V Conbngency
f
Annrox. Sill. ,780 ,780 ,7i0
-;2.77
;n?!'
-.277
.782°
Ar>nrax.
,025
lnte,....I by Inter.a Pearson'5 R
ca-
-,1225 ·,025 126
,090 .090
b. IJ$ing 1he asymptotic &landan:I et!Of 8SWl1ling 1he
nun hypolhesis.
c, Based on norm.ii appr<»lmallon.
UMUR * PARTISIPASI UANG PEMBANGUNAN 9',JiiliJiettle tftl II\',_
\labl NOminal by
Nominal
Phi Cramef'~V
-··
Contingency lnteMI by lntcrva P8al$01"& R Ordinal by Ord:nal Speannan C~rrela1kln N of Vafld Cas••
a. Nol
Asymp .. Std Eiro~ •- -
t
Anr>rox. Si11.
-.276
,002
,276 ,266 -;z76
,002 ,002 ,D97
-a, tea
prd'
·.276
,097
-3.186
~
126
ae$Uming tne nus hypothesis.
h Using tbe 8S)'lllpto1lC sla(l(lard error
assomi>g the RUI llypO!heSis.
n. 113oed bt1 normal approclmellon.
UMUR,. PARTJSIPAST lJANG PENGELOLAAN
Asymp. Velue Uf
Nominal
Pni Cramer'sV
con11ng_.,. ~ lntennil by 1111E<'la Pearson's R
Ordinal by Orcina Spearman Correlation NofV~Gases
Std.EITTJ
A~rax. f
Sia.
-.D03
sn
,003
,972
,l)03
-,003 .,003 125
.972 ,000 ,090
-,035 -,035
a. Not assuming 1he nuV hwothesfs.. b. Using ltle asymptotic standard error llSSUming tile nuD hypothesls. c. Based on r>0rn1al lll)proximetlon.
97
,9nt ,972"
UMUR • KF.TERLIBATAN
KEPUTUSAN PERENCANAAN
Asymp.
Nominal by Nominal
Value -,194 ,194 ,191 -, 194
..-01
C..ametG V
Contingency Coaffkian Interval by lnleMll Pearson's R Oldnal by Ordinal Spearman CQrrelaUoo N of Valid Cos04 a. Not -.ming
Sid.
Error
f
Annrox.
Aoorow. Sia.
,030 ,000 ,030
-2,196 -2.196
,081
-.194
,081
,030" ,0300
126
the null h)'l)OthHil.
b Usif\il the a•ymptotic slandard error assuming the null hypolh<>Sis
t. Based on normal approldmaUon.
UMlJR • .KETERLIBATAN KEPU11JSAN PEMBANGUNAN 81nw1Mlric Me.urn
NOnJIROl
I>'(
Nom111al
..,,, Cramerav Collllngency Cooftkllenl
llUMI by Interval Ordinal by Ord111al
Agymp, Std. !in-of
Valu• -,10a ,105
.-.-. f
,10$
Peal$lll'l't R
,086 ,086
-.105 -,105
Spearman Correlatlon
N OI V1ll:I C.ea
-1.175 -1,175
•
Illa,
.239 ,239 ,238 ,2'2"
.2'12°
125
a. Not euumlo'l9 d"' 11ull hypol'-ls. b. Uolng Cho .. ympto1ic standard enor .....,ming th
UMUR ~ KE1ERUBATAN KEPUTUSAN PE:"IGELOLAAN Symmetrte Measures
Asymp.
,...,....nai by Nominal
. ... Cramer's V
Conllngency Coefflder lnte
bv Ordinal Spearman Corre!aflon N ol Valid taeea Ordinal
Value -.059 ,059 ,059 -.059 -,069
Std. Em:iP
Alxrrox. Sia. ,511 ,M1
,088 ,088
125
a. Not aasumlllg 1ho nuH hypothe$1s.
b. Ualng the a&ymptolio etandartl orror aHUming lhe null hypothffis. c. Based on n01mal 8PPIO•im91ion.
98
t
-,652 -,652
.M1 ,515° .s15c
.llJMLAH AK USlA PRODUKTIF
* JENIS PARTISIPASJ
8ym111etric Meuures Vs/ue
Nom11al by No:ttinal
Pht
C(amer's V CMtingency Cce!licle l11terval by nterva Pearson's R Ordinal b'/ Ordina Speamian Correlalion ti of Valid Cases
As)mp. Sid. Emi l.A~rox
-,200 .200 ,196 -.200
,032
-,200
,032
i'
Anrunx. S.o. ,025 ,025
.025 -2,262 -2,262
,025"
,02S'
125
a. Not assuming the null ~sis.. b. Using the aS)'mp!D1!C standard etTOr amJllling 1he null hypolheais. c. Be$E!d on normal approxlmallon.
JUMLAH AK USIA PRODUKTIJi' • PARTISIPASI BUAR PIKIRAN PERENCANAAN
• namWlal t1'{
Pht
Nom111al
Crame('•V C~cyC lntwwl by Interval Pearson'$ R Ql'nl ~ OAlinal Speannan ~nftdlgn N of Valid CaMS
Value ,118 .118 ,117 ,11! .118 125
As)mp. Std. Emir
A~ftl'Ol<.
-.
f
.188
.188 .188 ,079 ,079
,f1)1C
1,314 1,314
.1et•
a. N01 assum~ me nutt hypottlesls b. Wng !ll
Ba$!d an normal appro,jmetton.
* PARTfSI.PASI BUAH PIKIRAN
JUMLAHAK USIAPRODUKTIF
PEMBANGUN~"i Alymp. Value
Nomlnalby
Pili
Nominal
Giamer'a v
Cantin~ Coelllder lmeMil by lntaNal Pearson's R O
Sid.
&rot
. i'
.D20
.9~ ,982
,089 ,089 ,089
.oes .()69
.ozo
125
a. Not 3$Suming the null hypollesia. b. Uslnq 1tle a9'jmplotie atBr.clard linor e, Based on n('lmal epproximation.
assumng Ille null hypothesis.
. Sn. ,319 .319 ,319 ,323e .323"
JU.Ml.AH AK USIA PRODUKTIF ~ PARTISIPASI BUAH PIKlRAN
PE.'i'GELOLAAN
V..lue 1
Nomlnalby
Phi Crsl!Hlf'& V
Nominal
ConUngency Coefficien lnleivsf by fnleN•I Pea,..on'&R Clfdlnal by O«llnal Speannan Comlation N of VAiid CaAA•
>\l;ymp. Std. Errof
I
An""'x.
f
Annrox Sic.
,051
.565
,061 ,051 ,061 ,061
;585
.565 ,000 ,080
,571
,569° .689"
,671
125
a. Nol assum1n111he nul hypolltesls. b. U:slfl!11he asymptodc slandaro enor assuming tile null ilypolhesfs.
c. 8-
on normal approxlmaUon.
JUMLAH AK USIA PRODUKTIF" PARTISIPASI TENAGA PERENCANAAN
o~,..,
1""""81 by lnli!<wl by Ordlnal N of Valid
ca.es
,9 ,926
.ooa
CrtmefaV ConUnganqi COl!lfident
.008
P9mo•'• R
,021
·,008 ·,008
Sp&eMWI ConWtlon
,092
·,093
.92&•
,1182
-.003
.926"
124
• Nol u1uming Ille null hiP011le14. b US1<19 U>o ••ymptotic "'8ndord orrcr a....nlng !tie nuM 11ypo11..., •. e. S.eed on normal approximation.
JUM.LA.H AK USIA PRODUICTIF PEMBANGUNAN
* PARTISIPASI TENAGA
SymmetJfc Meaaul'H
A$ymp. Velue I Nominal by P~I ,132 Nominal Cramer'sV ,132 Contingency Coefllder ,131 lnteival by Interval Pearaon'a R .132 Ordnal by O!dinsi S!:ieannan Correlation ,132 ' N of Valid Cases 125
std. Enut
l4n~x.
.140 ,()69
,089
b. U$ing 1he asymp!Qtic; standard error amJmng Ille nullh~&is.
100
ADrlrox. Sin.
.140 .140
a. Not assuming lhe null hypothesis
e, Based on nonnal approximation.
f
1,476 j I
1,4761
, 142" .142"
JUMLAH AK USIA PRODUKTIF • PARTISIPASJ TENAGA t>t;NGELOLAAN Symmetric M1:;otutes
As1mp Ste!. E.TOf
Volu•
Notmnal by Nominal
Phi CramefsV
Contingency Coellioicnl tnteMJt fly 1nteiva1 Peall!Ofl'S R Orcl1na1 by Onlinal Sl)lt
AA•IOJ(
t
•~mx
,003 .003
,'Jl2 ,972
,OCY.l
,003 ,003
case.i
S10
.W2
,009
.005 .oos
,089
.wz< ,97~
125
a Not 11SS1Jming the null h~sio.
b. Ueing ttl8 a&ympto!ie stanc!anlerror aasumi11g lfle nuH hyoolllesis c. Be&ecL on oormal &ppn»:Jmat1on
JUMLAH AK USIA PRODUKTIF " PARTISIP ASI UANG PEllENCANAAN
Nomlf'l81Dy
Phi
Nominal
Cramet'sV Conlmg~ Coeffici&r Interval by lnlenlal Pearson's R
Ordlllal
bv Onllnal
Speanmn Correlation
N ofValld Case&
a.Not a""""ll9
I .A.ymp. Value . Std Em>P IAl>Dro><. f I Ar>orox. Sta. ·,138 ,124 ,138 ,124 ,136 ,124 ·,138 -1,542 .099 .12ae -.138 -1,542 ,129' 125
.~
the null hypothesis.
b. Using !he asymptotic standard error assuming lite null hypolhesis. e, Based on ll0f1llal appR»<MM1Jon.
J{J1.ILAH AK USIA l"RODUKTIF PEl\tBANGUNAN
* PARTISIP ASI UANG
Value
""'""'al bY NOmnal
cul
c.......... v
CcntingMcy Coefliden lnlerv81by Interval Pearson's R
Ordln~Iby Otdfnsl Speanoon Cone4at!M N of'Vaqd cases
~· std. Error
Anrwnl(.
f
·,419 ,419
.000 .000
.ooo
,386
-.41!1 •,419 125
.124
..S, 11Z
,124
"6,112
a. Not lllloSunung Ule ntA .h~esls. b. U!ing Ille aoymplolie starderd error -.mirQ the null hypothe&la. c. Based en normal approximation.
IOI
~.Sia.
.000" ,000"
JUMLAH AK USIA PRODUKTIF .. PARTISIPASI UANG PENGELOLAAN S,mmebic Mtaaun>• Aaymp
.. a•111nal by Nominal
Phi Cramer'sV
Contingency CoeHidenl Jn(e<\
Value -, 114 '114 ,114 -,114 ·.114 125
Std Errof •~rox.-f
I Ar>nmx. Sig.
,201 ,201 ,201
.DOO
-1,276
.204'
.osa
-1,276
,2()<1C
a. Nat ageum119 the nuM llypothesi•. b Ualn9 the asymptotic &t.andud efTor -""1ing
tile null hypotheeis.
c. Based an noimal al)j)(<00mebon
IUMLAH AK USIA P~ODUKTIF • KETERLIBA TAN KEl>IITUSAN PERENCANAAN synnnellfcMeaeUl'ff
....... ,••,DY Nom .... 1 ln!AINal by lnteNal Oll!l1181 by Ordinal N ofVarid Coto&
Aa~p. Std. Errol
V1tlt1e -,092
..... CrameteV
,092
Conilngency Coetllolent
,001
a-•ox.. i'
•
Sb ,'7.10
,305
Pe..-.on'e R
-.092
.oeo
Speerman Con'eleion
-.002
,Ol!O
,305
-1,022 -1.1122
,309" ,300"
125
•· Not 11S1um1ng the null hypolhscls b. llllill!I the uymptttio atanltolll emir tUllming 1119 nyll nWQUieei8. c, Based on n0<mal app<01<m!ltl0n.
JUMLAB AK tSIA PKODUKTIF * KEU:RLIBATAN KEPUIUSJ\N
J>EMDANGUNAN Symmetric MeasurN
Nominal "Y Nominal
Phi
Cnaman.v Contingency eoemd"' lmrval by lnterva Pearson's R Ordinal by Ordinal Speannan Correlation N ot Vallcl Cases
Value ·.102 ,102 ,102 -, 102
-.102
Asymp. Std. EnvP Annrox.
-1, 139
-1.139
b. Using the as~mplotic standard enor assuming lh• null hypothesis.
102
8111.
,253
,080 .080
125
approxim&tlon.
.
,263 ,253
a. Not assuming the null hypolh.M. c, Based on nomial
f
,257<' ,257f'
JUl\ILAH AK USIA PRODUKTIF * KF.TF.RLIBATAN KEPlJTUSAN
PENGELOLAAN svmmetrlc Mauurea A$ytnp.
Value
. "'
1 ... om1na.uy Nomlnal
:.'tel. Error I Anntox. f
IAnn10~.Sill.
.068 .066
Crame($V
ConDlgency Coeffldet lnteMll by lnleflta Pearson's R Qr<MSI ~Y Qroinal Sp9a1111an Comllalion N of Valld Case&
.460 ,460
,066 .066 ,066 125
,4RO
464C
,734 .734
.092
,002
,464c
a. Not assumfng the num h)t)Olllesls. b. Using ltie asymplolic standard error ass~ming the null ~he&is. c Basod on nonnal &jlproxmaijon.
PENDIDIKAN KK
* JENIS
PARTJSIPASI Symmetric lllHM.lrn
~p. Valle
Nom1n~.,, Nominal
n•
Z27
CraniefsV
;127 ,221 ,097 .082 125
CmlWlllMcy Coefflclen lnte
Std.Encl
IA~rox.i:.,,,
Aft•l'QX.f
,092 ,092 ,092 ,U79
,082
1,086 ,017
,28()0
.
,361°
a. No( assuming the n~ hypothesla.
b. Usill9 the asymp10!Jc standard elTOf auuming the nt111 llypolhllsis. e. M llOJmaJ BPPIO*llallOll.
euea
PENDIDIKAN KK * PARTISIPASI BUAH PIKIRAN PERENCA."'JAAN Symmetm: Measunis
by
~ .. 1
Norrinal
Value ,300
Cramer's v
.300.
Contingency Coeffieier
,m
A&ymp. Std. ErroP
At>
f
11!18/val by lnteNa' Peaison's R
-.232
Ordinal bV Ordinal Speennm'I C«relalion
.087
·2,651
·,253
,087
-2,895
N of Valid Cases
125
a. Not aa'"'ming the nun hyl)ott'lesis. b. U&lng Ille 11c;,ymptotlc standard emir assuming Ille null hypottlaeie. e, ~cd
Oil
normal approximation.
103
A-.-· ,010 ,010 ,010 ,009" ,004°
PENDIDIKAN KK * PARTISIPASI BUAl{ PIKIRAN PEMBANGUNAN Symmetric Mea$ufflt Asymp Std.
Val we
Nominal by NOml1181
Pho Crame~s V Conll<'9'Jncy Coeffiaent
Not
Spearman CO
Aooro., (fig
, 1!;5
,100
·1.795
,095
-1,785
.075' ,077'
a8&.lmlng tte null hypolllesls.
""°' a.. uming the null hypolllasis.
b. Using the ••ymptotlc etsndard c,
f
,155 ,155
-,160 -, 100 125
NofVelld Casea a.
AoDro<
,200
Interval by Interval Pearsoris R Ordinsl by Ordinal
Errol'
,205 ,205
mte~ on notMal ~mAHM.
PENDIDIKAN KK"' PARTl.SIPASI BUAH PIKIRAN PENGELOLAAN
Nomm111.,., Nominal
Mll
c.........v
Std.fsJ
AMAJX.f°
,286
Speom1an C-lalion
Aow"'v Jlln
,.,u ,on
,2QO
Conl1ngeney Coefficient 1'9anon'sR
1...... 1 by lni.tvlll Oodl""I by Otdltlol N of Valid Ct set
Atyntp.
V•~•,299
,011
·.237
,093
·,2211 125
INl.
·2,707 ·2,8711
.008' ,011'
a. Not""""'""II the nut hYJ»tlleols. b Using Ille ~fc standard.,,..,,. aM<Jm
onnoo~
PENDJDlKAN
appro~matktn.
xx "PARTISIPASI TENAGA PF.RF.NCANAAN Symmetric MeHu.-..
~ymp. std.
error
Value Nomanal oy Nomlnal
Phi
,383
Crame(s V
,353 ,358 ,366
Conlll>(l"ncy Coelficiei
Interval by Interval Peal'Sal's R Ordinal by OJdinal Speam1on C«retatlon
,370
N ol Valid Cases
Annro~.
,069 ,068
a. Not assumill!J lhe null 11VJ)Othesis.
e. ~eel on normal epproldma1lon.
104
lhe null
. Sig.
,000 ,000 ,000
124
b. U5lnfl lhe aeymp!Qtic; slamard errQf a-ming
f
hyl!Qlhtei,,
4,349
.oooc
4,394
,0000
PENDIDIKANKK
~ PARTISIPASITENAGA.PEMBANGUNAN Symmetric Measures
Nominal by N:>minal
Asymp. Sid. ErroP Aooro><. -f Aaaro;o:. Sia.
Value ,278
.-111
Cramel'sV Contingency Coelficiel Interval by Interval Pearson's R Ordinal by Ordinal Spearman Correlation
.021 .021 .021
,278 .268 ,248 ,253 121.i
Nol\/afid C.3es
,0$2 .033
.oos•
2.841 2,898
,004•
a. Nol a11wmlng tne miH h)l!)othes/$. b. Uaing tile acympto1f<: Slandanl
•mir assuming lhe nuq hypothesis.
c. Based on nonnal approxinatiDn.
PENDIDIKAN .KK" PARTISIPASI TENAGA PENGELOLAAN Symmetlk: Measures
Asymp. Nominal by Nominal
rm Cmmer'9V CMUl1900C)' Coefticiel
Interval by lntetva! Peaison's R Ortllnld by Ordinal Spearmao Conelatlon N of Valid Casea
t
Value std. Errol A"""'x. ,!BS ,183 , 18() .124 ,086 1,383 .107 ,089 1,192 125
Annrox.
Sia. ,240
.240 ,240 ,169"
,.2J6<
a. Not asauming the nul hypothesis. b. Using lhe <1$ympto!ic standard enor MSum1ng Ille nlAI hypothesis. e, Based on normal approximetlon.
PENDIDIKAN KK * PARTISIPASI UANG PERE."'ICANAAN
Nominal Nominal
vr
Pni Crame(sV Co~enqi
Afr/mp. std. Eirof .A"""tOJ<. f
Value .234 •.234 . Co91fiefent
•22s
Interval ~ lntetval Pemson'sR Ordinal bv On!inal lipearman Correlation N e>f valid C11ses
.076 ,080 .082
a. No! a;sumln!I the null hypolhesis. I>. Usino the asymptotic standard """r a"Suming the nun hypotl>&sls. c. Biiied oli iii>rfliill iljijiiOi<.matiOn.
105
"""'"'°'·,078 Sia, .078
I
-.156 -,142 12~
I
-1,757 -1.su
.oa1•
,11s•
PF,NDIDIKAN KK • PARTISIPASI UANG PEMBANGUNAN Symmetric Measures
Asymp. I r«>mlll"I lly
~hi
Nomlijal
Cramef$V Contingency Coefflcien Interval by Interval Pearson·& R Ordinal by Ordinal Spearman Com!lallon N of valid cases
Value ,176 ,176 ,173 -.120 ·,109 125
Std ErroP Aoorox.
f
Armrox. Si".
,276
.076 ,078
·1,346 ·1,220
.276 ,276 .1e1•
.22s•
a. Nol assuming lhe null hypotiesis. b. Using tile asymptotic afandard etrcr assuming the null hypot~s. c. Ba$&d on nonnal approximation.
PENDIDIKAN KK
* PARTISIPASI
Nomlna1oy Nominal
Phi Cnimer'sV Contin9(!nCY Coeltlc:fel lntenr.rl by Interval Pearson's R OJUnal ~ ora1na1 Speannan CcrtelatlOn
UANG PENGELOLAAN
Value ,160 ,160 ,158 ·,002
As~ . Std. Enof
_)(,.,.
x. sw..
.364 .364 ,364
,006
Nol Valid Casaa
...
.088
·,017
,&86•
,087
.D67
,1146"
125
s. Not assuming the null hypolhestS. b, lJsing the 35Y111ptotk: &l
P.ENDIDIKAN KK * KETERLIBATAN Jo;J:"UTUSAN PERENCANAAN
A~. I
""'minal fT1
f'tl
Nominal
Cramef$V C9111111g¥Rq Cgeffigenl ln18Mll by .,tertal Pearson's R Otdinal by Ordinal Spearman Correlstion
Value ,174 ,174
6td.
e,J
t
Sin. .287 ,287 ,287
,1165
,396
,llS6
,313
.e&4• ,755°
.111 ,036 ,028 125
N of Valid Ca$e$ a. Not as!Mlmlng Ille null hypothesis.
b. U&ing the 8$YllJPlutk; •1Bndan:l error assuming Ille null hypottiesis. e. Based on nonnal appre»dmalion.
106
PENDIDIK4~ KK
* KETERLmATA.'f KEPUTUSANPEMBANGUNAN Syuwneblc Measures Asymp Sid Errof AaarOJt. f A=rox. Sio. .093 ,093 ,093 ,086 ,671 .504' ,G88 ,419 ,676°
Value Nominal DV Nominal
Ph• CramefsV
,226
.226
Contingency eoe::
,221 ,060 ,038 125
Interval by lnteM!lt Pearson's R
by Ordinal Speamtan Coo'elaUon N ol Valk! Cates
Ordinal
a. Not assuming the null hypotheMs b. Utin9 lhe as~ llandanl &mior usuming lhe c, Based on noonal approxlllllllton.
n11n ~ea.
PENDIDIKANKK • KETERLIBATAN KEPUTUSAN PENGELOLAAN
...omma1.,,
Value
Plil
~·
Std. l!mif Arnrox.
,221 ,221 .216
Nominal
Crarner'aV Contingency lntetval by l~I Pearson's R Ord'111al by Ordillal Spearman Carelation N of Valid Cases
.06S ,080
,083
,oes
t
AnnmY.. Sia. ,108 ,106 ,106 ,753 ,453°
,SO?"
,665
125
a. Not assuming the "utl h)P>ltleol&. b. Using the asymplQIK: stan<:lard etrGr assuning the nvtt hyp..ttesis.
e, Based on normal appnncimallon.
PENDIDIKAN AK* JENIS PARTISIPASI
Value
Nomins1by
Pn1
Nomlnal
oamersV Conlingern:y
Asymp. Std. Errol'
,134 .138 ,137
c
lml!Mil by tnteMI Pearson's R Ordil'lal by Ordinal Spearman Ccrrele!icn N ot Valld CaS
.008
.081
,086
-,018 125
,036
-,196
a. Net assuming lhe null hypclthesi$. b. U&ln9 11'1• aa:;m!l(Qli.; unllard wrer a8$llllllrlg the c,
t
Based on nomia approllimation.
107
nuu h)'PCl!ltesis,
.
Si!I. ,49& ,495 ,495 ,931• ,845e
PENDlDIKAN AK* PARTISIPASI BUAH PITQRAN PERENCANAAN Asymp Sid Erro, Aaoro;o:
Value No1111nal by
.-rn
Nominal
.278
Cramsr'sV
,218
Cooti119ency lntet11al by Interval Pea~s R Ottllna\ by Orilinal Spearman Correial!on N ol Va~d Cases
,266 -.241
,O&O .081
·247
f
i Aoarox. Sin. ,023 .023 .023
-2,757
,00.,.
·2.1332
.oosc
125
a. Not assumiig the nuU hypothesis b. Using lhe a8'jmptotic standard ll!TW a-Mg e. Based on normal awoxll'l!8!1cn.
!he nufl hyp-lg.
PENDIDIKAN AK • PARTISIPASI B1JAH PIKIRAN PEMBANGUNAN SymaNtltc 11eas ..... Value NQITHJ131 by
t'Tll
Nominal
Crerne(aV
,127 ,127
Contingency
.126
Interval by lateMOI Peaison'll R Ordl11al by Ordinal ~ Correlation
,019 -.004 125
NolVaidC-S
Asy"l). Std.~
Annm)t
f
A""IO>l ~.
,589 ,569 , 1141 , 104
,214
.569 ,831"
.,(WI)
,968•
a Not as.uming tile null hj.pothesls. b. Using the asymptolio standard 8rT()(
-...nng the ru1I hypodiesia.
e, Based on nonml approicima9on.
PENDIDIKAN AK * P ARTISIP ASI BUAH PII
NO
Phi
Nomi1111I
Cramer's V
Contingency
Value ,233
~ymp. Std. eml
.f .
.233
-
,2ZT
Interval by Interval Peason's R Ol'Clllllll tJ'f Ordln:ll Speam11111 Ccllfllatan N at vaJid Cases
·.107
,103
·,138
,099
126
a. Not assuml~g 11'le num hypoltoesfs. b. Using the asymptdic standard errOf ~the c. Based oo nonnai approJ
108
null h:t'l)Olhesfs.
-1. 192 -1,548
. Sia. ,078 ,078 ,078
,236c .124•
PENDIDIKAN
AK" PARTISCP ASI TENAGA PERENCANAAN
Asymp. Value .Nominal by Nominal
1"'1)1
.276
Cramer'sV
,276 ,266 .278 .272
Contingency Co Interval by lntel'llal Pean
Std Erro,
f
... ___ x
AnDroit. Sia.
,[)24 ,024
,024 3,t7S 3,i26
,083
,075
.002e ,OQ2C
12~
a. Not aseumin(l lhe nu1I ~b. Using 1lle asymotok standard
9ITQf
3SSlln1ing the nul hyl!Olhesis
e. Based oo normel app«>;clmetion
PENDIDIKAN AK* PAR11SIPASITENAGAPEMBANG1JNAN
Value
Nominal by
.10a
Notvar.dc~
'103 , 102 ,086 ,f1T6 125
Phi Nomi11al Cramet'• V Contingency C lnter.lal by lrrtemol Pearson's R Ortllnal by Ordinal Spearman Ccnlllallon
As)'ll1). Sid. EnoP An
f
Annrox. Sia. ,723 ,723 .723
,067 .088
,958 ,832
,3'10" ,407"
a. Not a$$Umi19 !he null hypoihesls b. Uslnt fMI asymptQIJc atllrodard em:ir a6$\llning Iha n1111 hypc>lhesi&. e, Based on normal app!Oldmation.
P.l".NDIDIKAN AK• PARTISJPASI TENAGA PENGELOLAAN S7t•nataic .....,,_ Asymp. ' rnimlnal by Nominal
. ...
Value ,130 ,130 ,129 -,044 -,037 125
Cramer's V
Contingency !~en.al by lnterr.11 Pearson's R Oru1na1 tJy Oralnal ~aiman correlll!IOll N of Valid Cases
Std. e,J
.
SE.
.54~ ,549
,549 ,083
,084
a. Not a~ing lhe null h~s.
b. Uslng Ule asyml)lotlc slaldardemir assuming the nun hypl>lhesls. e, Based co normal approximation.
109
f
-,433 -.408
,830" .684•
PENDIDIKAN AK* PARTISIPASI UANG PERENC,\;'IAAN ~lihaUJK Asymp. l"40m1N11uy
e-n 1
Nominal
Cramer's v CQntingency ~
Value ,141 .141 ,139 ·.112
ll'llerval by lnteival Pearson'1 R Ordinal by Ordinal Speannan Correlation
An•ro%. St!! ,480 .480
.seo ,081 .087
·.096
N of Vaid Cases
f
Sid. 'i!rrri A"nrox.
-1,253 ·1,071
.213" .285°
125
a. Not aS11Jmlng 1he nuft hypollles5. b. Using the nymplol!c stamlara enw --..ming the nul trypolhesis. c. Based 011 norrml approximation.
PENDIDIKAN AK* PAR.TISIPASI UANG PEMBANGUNAN Aa'ymp. Nomi""' "Y Nominal
Value ,099 ,099 .099 -,072 -.062 125
r-ru
Cnmer'sV Contingel'ICf lnlerval by lntef'131 Pearson's R Ordin;d b~ On:llnal Speannan
c
Ccxrelalion
N ol Valid ¢asea
Std. em:/
Annroit.
.oes
f
-,799 -.692
,090
Annf'tlX.
Sia. .747 ,747 ,747 ,428¢ ,411CJC
Not a5$uming the null hypoftlelia. b. Using lhl aqm~ ltanlln eirw asMni"ethe null hypolheais. c. 8ased on norma ~ma!lona.
PENDIDIKAN AK• PARTISIPASI UANG PENGELOLAAN
Atymp Valua
Nor111na1 ~
Piii
Nominal
Gramer'sV
.084 .084 ,083 -.009 ,(JfJ7 125
Con1ingeoey c Interval by Interval Peaiwn's R
Orllln:.11 by Ordlnal speennan Correlll!llrl
N of Valid Cases
Std.
&rol
.
.831 .087
,DSS
a. Not aswni'lg the nul ~a.
110
A""rox.~ .831
b. U3'ng the as~otlc stan
.t ·,098 .072
,831 ,922° ,943°
P}:NDIDIKAN AK* KETERLlBATAN KEPUTUSAN PERENCANAAN
SY1nf1>dric Meaeuna Asymp. Nominal by
I'm
Nominal
Cramer's V
.
Contingency C
Interval by lntarva Pearson's R Ordinal by Ordlna Spearman Conela!Dn
N ot Valid Cases
Value ,180 , 180
.f
Std Ermf
I
:A...,..m. Sia. ,258
I
,m
t
.006
,084
-,aZJ 125
,()87
,062 .;
.258 ,258 ,951°
.762°
·.303
a. Not assumingtl'8 null~
b. U$i091he uymptolic: el8nClatd error awll1ing Ille n11U trypolhe&is. e. Based oo nonnal approidmatloti.
PENDIDIKAN AK* KETERIJBATAN KEPUTUSAN PEMBANGUNAN
Asymp. NcmJnalby
t4oi1doal
V8lue ,190
"'"' Cramer's V
.
f
Sill. .200
, 190
Comingeney loteMI by lnterva f'eats
OrdO'>al by Ordina ~rman NofValldC-
Std. !rrd'
Correlation
,209
,187 .009 ·.025
,209
.085 .069
.522•
.098 -.'Zl~
.784•
126
a. Not asSU!1ling lhe nuN nypolhesis.
b. Uain9 1he &$YTl1fllolii siandanl ...- aeelllllin!l lhlf null h)'1'91heel&. e. Base
PENDIDIKAN AK" KETERLIBATAJ't KEPUTUSAN PENGELOLAAN Symmelric Maswes
.Nomlnal
... _by
Value
Al>ymp. Sid. Em:I
.199
Cramer'& v Contingency lritetvaf by Interval Pearson's R Onlinal by Ordinal Speannan Correlation
.199 ,196 ·.016
.oes
• .1)52
,088
N ol Valk! Caaes a. Nol essumlng the n\dl hypcttesi..
b. \Jsir19 lhe as:;mpleti~ llanllard emir aswmlng 1he rnll hypolhesis.
lJl
~. ,174
125
c. Based on normal eppfOldmatielfl.
t
,174 ,174
t"OI
·,176 ·,572
,86Q"
,5680
INFORMASI PERENCANAAN" JENIS PARTISIPASI Symmotric Men.ire.a Vall.IQ
Nominal by
Phi
Noml'1a[
Cramc(sV
Asymp ii.rrof
Sid.
'"""(O!C.
.031 ,Ol1 ,031 ,OG1 .031 125
* PARTISIPASI
Std.
,l'j!jc
BUAH PIKIRAN
Enot
r-nr Crumer'sV
.280
C
.269
lnterlal try lnlenllll Pearson'& R Ordinal by Ordinal Spearman Correlation NofVatidCliNleS
,:zao
.084
,230
,(164
Nom1na1 Dy Nominal
,732 ,735•
.339 .339
.t.&ymp. Value
Annrox. Sia ,732 ,732
Contingency Coeflicienl Interval by Interval PearnM'S R ,092 Ordinal bY om1na1 Sp~rman Coirelado~ ,092 N of VaNd cases a. Not &SSL.ming Ille nul hypothesis b Using 1he a&yml)totic&lanclard e
INFORMASI PERENCANAAN PERENCANAAN
f
f
,28()
Ar>rlrox. Slo. .002 .002 .002
3,229 3,229
.ow: ,Q02C
125
a. Not asaumi11" the nun hypothesis.
b. Using the uymptotk: standard en'Ot' aswlring lh• nu1l hypolhesit. c, Baaed en nomial appioX.nalion.
INFORMASI PERENCANAAN
* PARTISIPASI
TENAGA
PERENCANAAN ~p. Value
Nominal by
Piii
Ncminal
Cramer'sV
-.131
"""IVX..,
,131
C
.129 -,131 -.131 124
N of Valid Cases
a. Not 1mumtng Ille
Std.Emif
.10s ,105
nun hypothffis.
b. Using the asy~olic sbndard e1ror acaulring Ille null hyS)olh6sl$. e. Based on normal aPf)IOldmation.
112
·1,454
·1,454
x. Sia. ,146 ,146 ,146 '149" ,14gb
J!ljFORMASI PERENCANAAN
* PARTISIPASI
UANG PERENCANAAN
SymmatTlcMeasu,.. A;;ymp.
Nomonalbr Nominal
Pm
Crame(s V Cllllttngency Coefficie1 lnta111&I by llllerval Peamon's R On:llnal by Ordilal Spearman COITt!lation N al Vahd Cases
Value ,042 ,042 ,042 ,042 ,042 125
Std.
erroP Annrox. t
Aaomx.Slg. ,639 ,639 ,639 ,642c ,466 ,642< ,466
,066 ,086
a. Not 11ssumlng tie nun hypothesla. b. Uamg the asymptollc slandard error assuming the null hypothetiia. c, Based on normal appro)((maticn
INFORMASI PERENCANAAN • KETERLIBATAN KEPlmJSAN
PERENCANAAN Asymp.
Std.Em!
V11l1J11 ·~r
Nominal
r-
11.
Clamet•
Arvvnx.
,.s.u
v
t
Annrox. Sia.
,000
.ooo .ooo
,332 ,316
Con!lngenoy Coemcien Interval by Interval Pearaon's R Ordinal by Ordlnel !liill
,332 .332
,oall ,083
,llOO"
3,899
.oooe
3,899
125
a. No< assuming the null hWoU'lffls. b. U•ing the a&ymptotic standard error a11S11ming the nul hypotheeia. c. Based on normal appro•imslion.
INFORMASI PEMBANGUNAN • JENlS PARTISIPASI
Asymp.
r
Phi
,050
Nominal
Std. Enof Annrox. f Aa"""' ~ ,579
Cramer's v
Value ,050
,579
ContingellC)I Coefficle lnlenial by lntem Pear!IOO'S R
,050
,579 ,683°
Ordinal by Ordlna Speannan Conelation N Valid Cases
,050
,050
ot
,094 .094
125
a. Not assuming the nua h~is. b. Using lh• &f;)mf)tQlk: t.blndard 811'111' HMMnlng the null hypothesl•. c. Based on normal approximation.
113
,SS1 ,651
,583"
INFORMASI PEMDANGUNAN,. rARTISil'ASI PEMBANGUNAN
DUAJI PIKIRAN
Asymp. Nominal Dy Nominal
""'
Cra~(sV
Cantingencr Coefflcklnt Interval by Interval Pea1$0!1'& R Ord.,.I by Or
Speamlan Correlation
N of Valld Ca~
Std Errof'
Value ,100 .100 '100 '100 ,100 125
annrox
f
A-ox.Sia. ,263 .263 .263
,022 .022
1,117
,266"
1,117
,26&<
a. Not B841Uming th• nua hypatt180i• b Uain11 tile as~ptolic slandaRI elfOi' -.oming Ill• rull hypotllesis. c, Based on nonna, appracimat1on
INFORMASI PEMBANGUNAN PEMBANGUNAN
* PARTISIPASI
TENAGA
Symmetric Meaaurea
Asymp. Nominal by
Prw
Cl'lllller'll v Contingency Ccefflcier lnt&Nal by Interval Pearson's R 6rd1nai by Ordinal Speerman Con&f3tion N of Valid Cases Nominal
Vslue ,107 ,107
,107 ,107 ,107
Std. EnoP
A<>nrox.
t
I
1,198 . 1,198
,000 ,000
.Sia. ,230 .230 ,230 ,233" ,233"
125
a. Not assuming 1he null hypothesis. b. Using the asympt(lllc $Widard
EITOI' -.ming
lhe null hypo1tle$1&.
c. Based on normal appro>eimation.
INFORMASI PEMBAN'GUNAN * PARTISIPASI UANG PEMBANGUNAN
Nominal by Nominal
Phi Cramet'&V C
Value ·,140
Asymp. Sld.EmH
AnnlOJt.
f
,1411
,139
A""""' Sill. ,118 '118 ,118
lntarval lrf Interval Pe919Qll's R
.,140
,111
-1,567
,120"
Ordinal by Qnjinal Speaiman Correlatlon ill of VaRd Ca39$
·,140 125
,111
-1,567
'120"
a. Not &$$uming the null hypothesis.
b. Using the asymptotio stafldlm:j error assuming the null lrJl)othe8bl. e. tlalled on nonnal aptlroJ(lmalion.
114
* KETERLIBAT AN KEPUTUSAN
INFORl\lASl PEMBANGUNAN PEMBA'lGUNAN
Asymp.
Sid. Erro1 A=rox
Value Nominal gy Nominal
t'
ADO(OX. Sig
,000 ,000 ,000
.345
""' Cramer's V
,345 ,326 .345 .345 125
Contingency Coefroer lnt.etvsl by Interval Pearson's R Ordinal by ~inal Sf>earman C~lation N of Valid Cases
.oooc ,ooae
•.oso
,082 .082
•.060
a. Not auumlng the nlllt hypo1!1esis. b. Using the asymptotic st8ndatd
fl(f()(
assUlring 1118 OIAI hypolllesis.
c. Ba$ed on normal awroldmalion.
INFORMASI PENGELOLAAN "JENlS PARTISIPASJ 8ymmelrlc .......
"8ymp. Std. ErroP
Value
Nom1na1 r11
.t
AD
.040
,1552
Cramer'a V Conlll1gency ll'ltefval by lnl
,040 ,040 ,040
,ISS2 .562 ,655" ,1555"
Nol Valid~
125
>'01
Nominal
-
,W4 ,,094
.040
,448 ,448
a. NOi as.urning the mM hypotllesls. b. Yalng
111• •~ploticmndard alT'OI' -~
ltla
nwl hypc>llaela.
c. &sed on nonnal appro.Unation.
INFORMASJ PENGELOLAAN • PARTISIPASI BUAB PIKIRAN PENGl.LOLAAN ~ Nominal by Noounal
Ptli
CtamefoV C<>nllngeooy Coelklenl
llalJo ,001 ,051 ,051
l~Nal by lnlllM!I "-tSOn's R Ordlr>al by Ordinal $pe•tm.., Com!!ation N DI \la~d Ca-
·~
.051
,061
•· Not .....,mi.-.i the null hyl)()llesis
b. u..ng 1ha asymp!Qlio llanclll'CI """' e, Ba'8<1 on nounal iPiJ'Ioxi nation
S1d.
.oeo ,oeo
Mt""*'!l IM niAI ~ypolhesia.
115
·--
&rof ,__,f
Sia.
,565
.ses .ees ,571 i ,fS71 !
!
.5e9"
,569"
INFORMASIPENGELOLAAN*PARTISIPASITENAGA
PF:NGELOLAAN Asymp Std. Enof
V8lue Nominal by
l"'ni
Nominal
Cram4!1'SV Contingency lnleiVal by lnteMll Pearson·s R Ordinal by Ordinal Speaimatl Correlation N Of Valid Cases
AftftfOX.
-f'
..~ox.Sin. ,194
.116 ,116 ,116 ,116 , 116 125
,1S4 .194 ,073 ,073
1,299 1.299
,197' '197"
a. Not assuming tile null ~. b. Using the aeymptQlic standanl emir ll88Ullling Ille nuU ~0U1esls.
c. Ba•ed on llOflTlal appro>imation.
INFORMASI PENCELOLAA.N * PARTISIPASI UANG P.ENGELOLAAN
Asl"").
Sld. Esro!
'l/alue nuiiiuna1 by
Phi
NomlMI
enmenv Coefliclent ~rson·~R Spoamlan Conelatlon
·---SI•. ,94&
.006 .006
.9'16
Conb~
lo!efYal lJy Jnl!Nval Ordinal by Ordinal N
A~·. f
-.fX;f;
-.ace -,008
,090
-,067
,coo
.946 .947"
-.cm
,947"
1~
a. Notassuming h nuU h~ b. Usi!lg Ille asymptotic S!llndsrtl etror assuruuig !he null hypolhesil;. e,
llMed on normal _.,,,.;matl:)n.
INFORMASI PERENCANAAN • .KETERLIBATAN KEPUTUSAN PERENCANAAN
mr111na1 Dy Ncrnioal
VtllUe
Phi Crame(s V C()titingency Coeftidei
Alymp. Sid. EITrJ A0011'X.
3,899
.D68
3,899
a. Not as&IJl'lling lhe nun hwo!hesis. b. Using 1he n>Jml)blllc sunmrd 11mir 8'IUming t>e nu11 twpctnsi1.
116
.ooo
.oss
126
Based on normal~atioo.
Sia.
.ooo
,332 ,315
:1
·-~~
,000
.33Z
lnterVal by ln:enr.il PeafSQO's R Ordllllll by Ordlnel Spearman Conelet!on N of Valid Cases
c,
t
,000" ,000"
* JENJS PARTJSCPASI
?ENCENALAN OENGAN TETANGGA
A.;ymp Nomiral by No'111na1
Phi
Crame(sV Contfl'lgf!nt:y r:oeffioen lnte;vel by Interval ~rsoo's R Ordinal by Ordinal Spearman CcnBlalbl N of Valid Cases
Vak.'e ,616 ,616
Std.
!irrof
AMl"Q)(
t
Ano!QI(. Sig
,000
.ooo
,524
·.561 -.573 125
,000 ,063 ,067
-l,520
,OOD"
-7,755
.<¥n
a Not assuming i"4o run hy~ b U$ln~ the asymptotic .!lllndetd roar &ssumtng the nun hypoll\ef;Ja c Bil~
PENGENALAN DENGAN TETANGGA PElli.NCANAAN
* PARTISIPASI
BUAH PJKfRAN
Asymp. NOmlnaJ
bY
Nominal
Value
AnN"Ol(.
i' AnnrDJC. Sin.
,408 ... 113
t'm
Cl8mer'S V
Contitljeflc:,- Coel'llcie lnleMI by loterw Parson's R Ordinal by Ora1na !lpe•nn11n ~ N of Valid C.an
Sid. Emif
,371 ·,289 ·,302 125
,000 ,000
,000 ,074 ,(;16
·3,343
,001°
-3,519
001•
a. Not assuming the null h~als. b. Uling tile asymptotic standard error e$$Ullling the nul h)'90tllesis. e, Beaed on normal approx/mation.
PENGENALANDENGANTETANGGA *PARTISIPASIBUAHPIKIRAN PEMBANGUNAN Atymp. """'10081 hy
. . ..
Nominal
CramEt'sV
Value ,143 .143 ,141 -,104 :,108 125
Contingency Coel6a.n Interval by lmelYil Pearson'• R Ordinal by Ordinal Spearman Ccrrelalion N of V.lld Caaes
Sid. Emlf Annrox.
Annrox. Sia.
,281
.281 .281 ,056 ,1)6.4
a. Not assuming the nun hypolhesb. b. Uslng the asymptolic standWd aror a.umtng lhe null hypathesis. e, Based oo normal approodmalion.
117
f
-1,157 .. f.210
,2f:JJC ,229"
PENGRI"ALAN DENG AN TETANGGA "PARTISIPASI l'J.~NGELOLAAN A
Nomtna1 Jnte..al b)o lnl&!Val Oolinal ny Onllnal
Phi Cramersv
,170 ,175
Contingency CoelrlCienl
.174
Std. Enor°
~t>111tR
-,0$1
Spearman Corf81ab0n
·.J\19 125
N<>fV•lldCa.ses
DUAH PIKlRAN
•~v. 'I"
,rJ74 .07~
A-ro~. S10, ,1.. 3
,143 ,143 ,500"
-,677
,.woe
-,11!/'
• No! a$$umi~ th• nol tor11ot1,..i4 b Usin~ lhe a~y.,ptotic standard error -uming Ille ooll h)'IK)lheois c. Based on normal 311pro>111.,1tlon•
.PENGENALAN DENGAN TETANGGA PERENCANAAN
* PARTISil'ASI
TENAGA
ASymp. NomllMll by
Nont;,,,,1
Vs loo ,495 ,493
l>li Cramer"&V
-~
Contingency Coellicient lnler.tal by lnl&l\'al P~oll'~R Onlinal by Ordi1111I Spearman Co
·,429 -.417 124
t
.. ____ Sin. ,000 .000 ,000
-5.238 -5,0fl2
.000" ,000"
Std. &rof "'""IO.X.
,074 ,072
a. Not as&i.rning the null hypothesi$. b. U$lrlg ttie asymptotic &andard error 11ssumlra the
nun hypo1hesis
e, ~imalb1.
l'ENGENALAN DENGAN TETANGGA * PARTISIPASI TENAGA PEMBANGUNAN
A1ymri.
Velua
Non'iniat Dy NomNI
~Iii
Sid. emiP A-rox. f An~mx.-.
,392 .392
,000 ,000
Caefficle1
,3(15
lnte:val by lntel\/al Pearson's R Oiditiiil l)y 0101na1 Spsarmal'I com;IM!on N of Varrd Case&
.ooo
.014 ,034 14!5
Cnimel'sV Conting~
.082
,159
,1)88
,374
a, Nd assumi119 tile nuM hyl)OIM$i$. b. U$ng 1he asympio~c !tandard error assumng Ille outl hypotllesis. e. Based on normat approxtmatron.
118
,874° ,709°
PENGENALAN DENGAN TETANGGA * PARTISIJ>ASI TENAGA PENGELOLAAN
Value NOminal uy Nominal
rm
Asymp. Sid. Errof
""""''.f
.451 .451
C111me~• V Contingency C
lntelVlll by liitental Peanon'• R Oralnal by Ordinal Spea1111an Cmelatil:ln
NofVafidC-
AMJOX. Sia.
.000 ,000
.ooo
,411 ·,-460
,069
-5,595
,000"
-~
,05'
.S,5€17
,OQO•
125
a. Not assuming lhe nul hypo6'lesls b. Usi119 u., asymplolic staooaro emir assuming Ille mJI hyp00hl!$ls c. Ba"9d on normal approldmation
PENGENALAN DENGAN TETANGGA • PARTISIPASI UANG PERENCANAAN
.
Asymp. value NOllllnal by Nomfnsl
Sid
Em:I
t
Si!i.
rn
.521
.ooo
Ccamet'sv Conlhge110f ~
,521 ,"'62
,000 ,000
1111!lrval by lnler1al Pearson's R ~by O~I Speatm11nC~ N cfValld Cates
.412 .4211
.091
.oooc
5.020 5.248
,ooa
,O(J(]C
125
a No( assuming Ille !'Kii h'fpOlhesls.
I>. Uslrlg 1h& asymplolic -rt! em:ir Based en nonnal apprcl
essumlnJl tt>e run hypothesis
c,
PENGENALAN DENGAN n:TANGGA * PARTISIPASI UANG PEMBANGUNAN
·~-~by
Nominal
Ya!ue ,lae
....,, CnamafsV
·--
t
,186
ColltiflQ91lCY Coefficient Interval by lnWVii Peanon's R Ordinal by On:lin•I Speermoo Comllalion N of Yafld Ceoes
,183 .014
,005 125
•· No! -un•igUle nlJIlr;J:othells. b U•ing th" ••)'ITltl(obcS!alld•rd ....,,
Mymp Sid.~
I
,058 i' ,062 '~
.'
auurninsl11>1 lll.lll ltypotleois.
c Based on normal approiama11C!l.
119
,155 ,053
All<>IOX. Slo.
.114 ,114
,H4 ,1177" ,958"
FE~GENAl,AN DENGAN TETANGGA • PARTISIPASIUANG PEN"CF..LOLAAN Aa)mp
Value
Nan1na11>y NOTiinal
Pnl
sld. error ""•rox. f'
"'""l'O"- Sia .000 ,000 .000
,50'l .502 .449
Cramel's V Cont1ng0fley Co&ffieient
lnlentel by Interval Peaf&Ofl's R Ordlnal l>y Ordinal SpeannanComola~on
.461 ,470
,~
NofVa1taCSS8$
,ooo• ,ooo•
5,782 5,910
,073 ,075
a. Not aeaumin9111& nul hypot!>et1s D Vs11r,1 !lie asymptotic 81llndatd ermr assumingthe null hypotnools. c Based on no<mal approxrnsbon
PEN'GENALAN DENGAN TET.AJ\GGA * KETERLIBATAN KEPUTUSAN PERENCANAAN
Nom1113l0y Nominal
....
V81Ue
~P·
Std.
Encl
ARRfllX.
t .
.1156
Cl&mef'sV ContinQQl'lcy Coeffiden lntel\lal by tnl
,85e
.549 ·.442
Ontiner by Ordinal Spea1111an Correta1io11
·.486 125
NotValidC-
Sia. ,000 ,DOO ,000
,092
·5,470
,oooc
.OST
-6,1137
,000'"
a. Not aasumir4J lhe null h1pot11esis. b. Using 1h& asymptotic standetd emir assuming ttie null hypathesl$.
e. Based Oil nomial &PPl)ximation •
.fENGENALAN DENGAN TETANGGA * KETERLIBATAN KEPVTUSAN PEMBANGUNAN
Value Nom1,.al by
Nominal
Phi Cramer·sv
Coritingency Coefficlef lnleNal by lnle!va Peal$00'S R Ordinal by Oruinai Spearm.-i Correlation N of Valid Cases
.629 .629 ,533 ·,432
·,454
Asymp, Std. ErroP A-ox.
Annrax. Ski.
,000 ,OOD ,1)90 ,094
·5,318 -6,658
125
a. Not assuming the null h~sis. b. Using the esymp!Ollcstandard emir assuming Ille null h)'polhnls. c, Based on normel approximation.
120
f
,000 ,001)¢
.ooo"
PENG EN ALAN DENG AN TETANGGA
* KETERLIBATAN KEPUTUSAN
PENGELOJ,AAN
Value
Nominal by Nominal
,<170 ,-470 ,<125 -.351 -,Jfi6 125
J-'11•
Cramer's V COOllngeocy Coeftk:iel /ntel'lal by lnterva Pemson'a R Oru;nal by Ordtna ~am1an Co!felalioo N
Asymp Sid. Em/ ADDrD~.
o1 Valid cases
f
ADD
.ooo ,000
,000
,ooo• .ooo"
-4, 158
.090 ,0112
--4,363
a. Not asll/llWlg the ll<Jll h)poiheti&. b. Using the aaymptotic standard emir essumilg the null hypothesis. c. Based on nCllmal approlC1mation.
ey.-·--
KEAKTIFAN BERORGANISASI * JENJS PARTlSIPASI
VIW&
·-'"'
Conl~ency Coeflident lnllrrval by ln11Kvlll O'dinel by Ordlnel N of Valid ca-
AN>rox.
t
A.f'V\r""" ~.
,181 ,131
""" v c..,,.,-.
··NOl!\lnal
Asyrrc).
Sid.Errol
.128 ,128 ,128
,178
""rson'1R
-,1411
Spearman Correlaliotl
-.11!6
,088 ,005
.oos•
1,668 ·1,857
,066•
125
a. Not H•um1ng the null ~Is. b ~oing lhe .symptot!c .tendMIem>< ~ e. Ba9ed on 8'll)IO>imation,
the nuJ 11YPoti•I•
"°"""'
KEAKTJFAN BERORGANISASI" PARTISIPASI BUAH PlKIRAN PERENCANAAN
Value
Nominal Dy
......
Nominal
cramer1 v
·""1 ,441
C
.404
-.243
lotervel by lnlefv•I Pea™Jn'aR Oldi'\al lfy Oiiliflal Speifflian CoiTelilti6n N of Valid CaseG
-.S07
Asymp. Sid. Emil
·-.f
,000 ,000
,088 .068
12'
a. Not aggumilJg 111• ~ull hypothesis.
b. Using the asymptoi!c SU.ndard en0t assuming 111• nut hypoltlesi9. c, aasee 0<1 n
121
An~.-. ,000
-2.73:1
,ooo<
-3,572
..001<
KF.AKTTFAN BERORGANISASI
• PARTISIPASI BUAH PJKIRAN
PEMBANGUNAN Asymp Valuo ,441 .«1
.-n Cramel's V Cenllngeney Coeff<Jien\ lnlerval by Interval !'ea!Wn'i R Ord•na! b'J Ordinal Spearman Co.-relaion Nomnalby N«n1na1
61>1 Etrof A•<>rox
.~
-.243 -.307 125
N of Vlllld Cases
-f' "'""""' s ... ,000 ,000 ,000
,088
-2,782 -3.572
.oes
,006" ,001c
e. lie! aGeuming Illa n•ll hypo4heoi8. 1> Usillg the asynptotic ~I'll
error~
Illa nu'! hy!)Q!hesis.
c, !loosed on nonnal appM<malion
KEAKTIFAN BERORGANISASI • PAR11SIPASI BUAB PIKIRAN
PENGT..LOJ.AAN Asymp. 'Jab! Nominal by Nominal
Ph•
Slel. ErroP
~"rt))(. ,.. ..__
,t99 ,199 '199
,161 .161
Cramer's v Co111ingency c lrllllt'WI by lnlelval Pearson'8 R. Ordinal by Ordinal Spearman Comolatlon
.
,159 -,003 .f1Z7
N ot Valid cases
I(.~.
,095
,97~
·.030
.m
,094
,767C
125
a. Not assuming the null nypothetis. b. Using the asympOOdc standard
MO<
ass"'"'1g the null hypothesis.
c. Based en noonal •wroximation.
KEAKTIFAN BERORGANISASI "'l'ARTISIP ASI TF.NAGA
PERENCANAAN &yaiAWCaic M 111 lllM AS
Sid. Em>i"
v.i. Nom1nai Dy NM'lnal Interval by Interval
Phi Cr.imer's
.
t'
.235
v
,235
CcntO(l'l
,229 ,226 ,234
Ordinal by Cl
--
ea-
122
!:la,
,032 .032
.~
2,573
,D87
2,1559
b. Using Ill• •s)mptolic s!anda~ elTllT OSS<m!lng the null ~slo. e, Based on no11Tial 1~00.
--
-
.032 ,011• .009"
KEAKTIFAN
BERORGAN(SASI
* l'ARTISIPASI TENAGA
PF.MBANGUNAN
Value ,D34
~"' CramersV
Nomln.>coy Nom1nat
A.~ro•
T"
·-~.
C-Oe/ident
.~ ,936
,Ml
~
~'SR Speann•n c..retabon
,OllO ,069
,1)28
NclValld Cases
$10.
,930
,034
COntingoncy lnteival ~ lnlental Ordt:'lat by OrC1oa1
Asymp. Std en-or•
,'1137 ,312
.79()<
,75~'
12A
e Not amJm;ng Ute nu~ hypottoeob.
b Using Ille •$111110bltie &tall(!ard efTl)f G e.,M o" nQ(TT'lal approxtma:iOrl
assanmg V>e null ttypolJ>esls
KEAKTIFAN BERORGANISASI • J'ARTISIPASI TENAGA PENGf.LOLAAN
vn..e NommSIDY Nominal
l"Tll
C""'1et'a V Conllt'Gency Ccellic:ient lnterv.il by lmetVa: P&argon'sR Ordinal by Ordiflal Sllearrnsn~
Nol'hli~ Casea a Not assurr.lng Ille null ~esis.
~ $\:!. r:mf
·---.t
•~ltllt
Sia.
,"64 ,-464
,OOD
,421 -,081 -,144 125
.000
!> Us~ !l>e asymplD!ieotan
,000
.'178 ,08?
·,679
-1,617
.498" , 109"
nut hypothesio.
KEAKTIFAN BERORGANISASI "PARTISIPASI UANG PERENCANAAN ~
Noowlat DY
Ncmilal I•-
IJ)l lrleM!ll
Clrowcal by 0.iinal
Pt/ Crall\et's V CcntaigecqOJePeatoo.l'S R
~
tkM
vaw .238 .232
Conetallall
b. U•<-Q f>e""'J!1li:Moli:: •tandord
on -
.oas
,191
.087
eoor-.... Ille,_.~
Sllllfl!!
123
·~-. T"
·-""'· .,_
.
.Q2~
.02~
.m ~
•· Nol a...-nrngIll• nuf ~--
Asymp.
Sid. Emn•
.238
N al Va~d Cl~s
c. B4~d
.,..
,029 1,813 2.154
,07r' ,033"
KEAKTIFAN BERORGANISASI * PARTISIPASI UANG
PEMBANGUNAN
Mymp. Sid. Errol'
Value NOmfna1 cy
Pit•
l'lomCnol
Cr;mer'sV Col'llngtf1<¥~nt
ll'leml by Jnter..-al o..l"'•I by Ol
AM(Ol(.
l"
.234
A""'°"· Sia. ,032
'Ao!
,032
Pu111on's R
,.226 -.212
.103
~.-401
,018'
Spe1111n.1n Comlla~oe
~,190
,097
~
,034•
12S
,032
. .,
a. N« OU\lmiftll the nul t.ypocl\Mlc e. using me H)'mp!ol!c slaodard eoror a....mll>g lhe nul lrypolhesis e, Based on
"°'""~ tppro..i'ne!.iotl.
l
,...,.nal by NMJn<1I
CrM1r.
~"' Ann-
v-
e-m ..
"'"' ,278
v
Contingency Coelficltt rt '""'""" by lntorval 1'4•,..,n'a R Onlillal by Ordlnt1I ~rman eon.t.atian N of Valid C.-
-f'
.
-.
·'""' .ooe
.288
.008
,1$4
,090 .089
,203
1,947
,oe"I"
2.29'1
.023"
125
.. Nol •sU""Oll tile nu• ~Mis. b U.i119 tho sa)'lll>totlc •llnd•nl .,..,. ~ e B-don nocmal 1~.
the """
hypa"-io.
KEAXTIFAN BERORGANISASJ * KElUU.WATAN KEPCJTUSAN
PERENCANAAN
_,
crani.,..v
'"''"'atby lnlb~al
~C<>elllcbC Peerson"1:R
Qnlfnafby Oollnaf
Sl)eenmln CooelallCll
Norn,,-w1
Piii
VWe ,3t1 .3&1 .J40 -283 -.3111
N ofVild Case•
125
a. Nol assumirg ltle n.il ~ b. U•"'O ihenimtPOOil: ... 111di1tlt#fCreca<m1<19"'° .... ~poci-
c. Based on nonnOI aw-aaon
124
~-
Sld. Error'
.08' .082
~-~
...
..'.l,268 ..'.l.7U
.............. .000 ,000 ,000
.001• .000"
KEAKTIFAN BERORGANISASI "KETERLlBATAN
KEPUTUSAN
PEMRANCUNAN Atymp.
Nommalby Non•lhal Interval by ~ntcrvot
OfcJnOI /;'/ Onl1no1 N of Valid Caset
Pho Cramer's V Com1091ncy Ccetrlcient Pearson'a R Spearman Cont11t1on
Value ,350
Sid. Error"
Aoprox
T'
Ab~rox Sfn.
,000 ,000
,350
.000
.331
,081 ,01!2
•,283 -,316
.J,267 ·3,600
,001"
,000"
12.5
•· Not aMu1.itng UM! ouH hypottw1ls. b, Usmg the
standerd eeer maum~ tha nun hWoU\pi!I
a&~
e, Based on normal apprnxamauon
I<EAKTIFAN BERORGANISASJ • KETERLJBATAN KEPUTUSAN
fENGELOLAA."111
..~....
\Mue
nom1n11 uy
PAI
noml!lal
C11met's
l"111Ml by lnteMll Onllnal by Ordinal N al V.i.<1 CllSu
v
Contingency Coelfldenl l'UllOll'aR
M'f'l'P
8t1I. Enot
Allllroa.
T'
,UW
.1m
,290
·,178 -.218
SJ>eam1an Co1"!aation
,003
,091 .069
125
• Not 88Jlumlng Ille nul h)polhoslt.
•-nl
b U61119 tl1e 89yn>p"'4ie erro< 41MUming Ille nul hypoll\eaos. c. Bolci-nat»n.
125
•-----SD
·1,$79
.oeoo
.!J,471
.015"