TERAPI DIALYSIS PADA OVERDOSIS DAN KERACUNAN OBAT Ketut Suwitra
Division of Nephrology Department of Medicine Faculty of Medicine University of Udayana / Sanglah Central Hospital Denpasar
Dosis Terapitik dosis yang memberikan manfaat klinis
Dosis Obat
Overdosis kelebihan dosis
Dosis Lethal dosis yang mematikan
Keracunan Obat • Efek toksik yang timbul akibat pemberian obat • Tidak selalu overdosis
Tatalaksana Overdosis dan Keracunan Obat • Terapi suportif (hemodinamik, respirasi dlsb) • Netralisasi (pengenceran, charcoal, antidotum) • Eliminasi •
membuat muntah (gastric lavage)
•
Lavement
•
Forced diuresis
•
Extracorporeal therapy
Forced Diuresis Syarat • •
Bahan toksik larut dalam air Fungsi ginjal normal (Creatinin < 2 mg%)
Teknis • • •
4
Diinfuskan 500 ml cairan fisiologis + 40 mg Furesemide Bila ada tanda-tanda asidosis, dapat + 100 meq Sodium Bicarbonat Dihabiskan dalam waktu 6-8 jam (60 tts/mnt)
Modalitas Extracorporeal Therapy • Intermittten Hemodialysis dan Hemofiltrasi • Peritoneal Dialysis • Continuous Renal Replacement Thetrapy
• Hemoperfusion
Syarat obat/toxin untuk Extracorporial Therapy • Derajat kelarutan dalam air tinggi • Masuk ke peredaran darah
• Berat molekul kecil (<50 dalton) • Ikatan dengan protein rendah
Indikasi untuk melakukan Extracorporial Therapy • Manifestasi klinis yang berat • Kemungkinan terjadi aksi lambat (delayed action) • Efrek metabolik tinggi (mis, asidosis metabolik) • Gagal dengan cara-cara konvensional (charcoal, antidotum)) • Fungsi rute endogenous terganggu (mis: AKI, lever failure)
Intermittent Hemodialysis dan Hemofiltration • Dapat dipakai sebagai pilihan pertama (first choice) • Efeknya cepat, terutama untuk solute yang berat molekulnya kecil (untuk solute yang berat molekulnya besar, pakai dialyzer high flux) • Waspada terhadap rebound phenomena posdialysis • Teknisnya sama dengan Intermitent HD pada umumnya
Post-dialysis solute rebound Comprehensive Clinical Nephrology, 4th edition, 2010
Peritoneal Dialysis • Terutama pd anak-anak • Pilhannya adalah Acute Peritoneal Dialysis (APD) • Jarang dilakukan
Continuous Renal Replacement Therapy (CRRT)
• Jarang dilakukan, kecuali pada AKI • Teknis, sama dengan management AKI
Hemoperfusion • Memakai penyerap (adsorbent/Charcoal) • Terutama untuk solute yang terikat pada protein atau lemak • Perlu dosis heparin yang tinggi karena heparin terserap oleh adsorbent
Comprehensive Clinical Nephrology, 4th edition, 2010
Comprehensive Clinical Nephrology, 4th edition, 2010
Intoksikasi alkohol • Alkohol = arak oplosan (Bali=arak melon) • Ethelene glycol / methanol • Terjadi bila kadar dalam darah > 200mg/l
• Intoksikasi terjadi 24-48 jam setelah minum
Pathogenesis Ethelene glycol / methanol alcohol dehydrogenase
24- 48 jam
Formic Acid + Glycolic Acid (Asam yang sangat kuat, nefrotoksik dan opticotoxic)
AKI / Metabolic Acidosis, buta
Gejala • Mual, muntah, nyeri perut • Penurunan kesadaran Sesak nafas (acidosis) / AKI • Kebutaan, kejang, koma
Management Antiodotum : • Fomepizole • Folinic Acid • Ethanol
Hemodialysis SEGERA !! • Luas permukaan besar (>1,5 m2) • QB 300 ml/mnt • Buffer Bicarbonate • Ukur kadar ethelene glycol/methanol 2 jam setelah HD • Bila belum ada perbaikan, ulang dalam 24 jam Bila pasien menolak/tidak ada fasilitas, SC < 2 mg% Lakukan Forced Diuresis + Bicarbonat 17
Ringkasan •
Terapi dialysis (extracorporeal) memegang peranan penting pada overdosis atau keracunan beberapa jenis obat
•
Syarat untuk dilakukan terapi dialysis adalah, solute
harus mempunyai kelarutan dalam air yang tinggi , berat molekul tidak besar (< 50 dlt)
18
Ringkasan • Indikasi untuk dialysis terapi adalah, gejala klinis yang berat, ada gangguan metabolik, dan penurunan fungsi ginjal (SC < 2 mg%) • Keracunan alkohol merupakan salah satu bentuk keracunan yang memberikan hasil baik bila dilakukan terapi dialysis.
19
TRI HITA KARANA Simbol keharmonisan antara : - Sang Pencipta - Sesama Manusia - Lingkungan
20
21