Teori Belajar dan Pembelajaran – Strategi Pembelajaran Inkuiri & Teori Gestalt
STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI DAN TEORI GESTALT
A. Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI) Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI) merupakan pembelajaran yang menekankan proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung oleh guru, tetapi siswa berperan aktif dalam mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sehingga peran guru sebagai fasilitator dan pembimbing siswa dalam belajar. Strategi pembelajaran inkuiri banyak dipengaruhi oleh aliran belajar kognitif, yang menyatakan bahwa belajar bukan peristiwa behavioral yang dapat diamati, tetapi proses mental dan proses berpikir dengan memanfaatkan segala potensi tiap individu. Belajar lebih dari proses menghafal dan menumpuk ilmu pengetahuan, tetapi bagaimana pengetahuan yang diperoleh dapat bermakna bagi siswa. Aliran belajar kognitif melahirkan berbagai teori belajar, seperti teori belajar Gestalt, teori medan, dan teori konstruktivistik. Koffka melalui teori Gestalt menjelaskan bahwa perubahan perilaku dalam belajar disebabkan karena adanya insight dalam diri siswa, sehingga guru bertugas menyediakan lingkungan yang dapat membuat siswa menangkap dan mengembangkan insight sendiri. Kurt Lewin dalam teori medan menyatakan bahwa belajar pada dasarnya adalah proses pengubahan struktur kognitif, dengan beberapa faktor yang dapat meningkatkan motivasi belajar tiap individu (misal hadiah & kesuksesan). Sedangkan Piaget dalam teori konstruktivistik menyatakan bahwa pengetahuan akan bermakna ketika dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa, yang sejak kecil dikembangkan oleh individu melalui proses asimilasi dan akomodasi.
Konsep Dasar SPI Strategi pembelajaran inkuiri sering dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani heuriskein yang berarti saya menemukan. Dengan demikian rangkaian kegiatan pembelajaran inkuiri menekankan pada proses
Eka Kurniawan A.P (0104510007)
1
Teori Belajar dan Pembelajaran – Strategi Pembelajaran Inkuiri & Teori Gestalt
berpikir kritis dan analitis untuk mencari sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Ciri utama SPI 1.
Menempatkan siswa sebagai subjek belajar yang menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Sehingga siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran oleh guru, tetapi siswa berperan untuk menemukan sendiri inti dari meteri pelajaran.
2.
Aktivitas diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu
masalah
yang
dipertanyakan,
sehingga
diharapkan
dapat
menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Guru bukan sumber belajar, tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktivitas belajar dilakukan melalui proses tanya jawab, sehingga guru wajib mempunyai kemampuan dalam teknik bertanya. 3.
Tujuan penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan intelektual sebagai proses mental melalui kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis. Dengan demikian siswa tidak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, tetapi bagaimana menggunakan potensi yang dimilikinya.
Syarat pelaksananaan SPI yang efektif
Guru mengharapkan siswa untuk menemukan sendiri jawaban suatu masalah, sehingga tujuan utama pembelajaran pada proses belajar bukan pada penguasaan materi pelajaran.
Materi pelajaran tidak berbentk fakta atau konsep yang sudah jadi.
Proses pembelajaran didasari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu.
Kelompok siswa yang akan diajar memiliki kemauan dan kemampuan berpikir.
Jumlah siswa tidak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan guru
Terseda waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa.
Eka Kurniawan A.P (0104510007)
2
Teori Belajar dan Pembelajaran – Strategi Pembelajaran Inkuiri & Teori Gestalt
Prinsip-prinsip Penggunaan SPI SPI merupakan strategi yang menekankan pengembangan intelektual anak, yang menurut Piaget dipengaruhi 4 faktor, yaitu maturation, physical experience, social experience, dan equilibration. Maturation / kematangan adalah proses perubahan fisiologis dan anatomis, yaitu proses pertumbuhan fisik, yang meliputi pertumbuhan tubuh, otak, dan sistem saraf. Pertumbuhan otak sangat berpengaruh terhadap kemampuan berpikir/intelektual anak. Physical experience adalah tindakantindakan fisik yang dilakukan individu terhadap benda-benda yang ada di lingkungan
sekitar.
Aksi
atau
tindakan
fisik
yang
dilakukan
individu
memungkinkan pengembangan aktivitas/daya pikir, yang dapat ditransfer menjadi gagasan/ide. Social experience adalah aktivitas dalam berhubungan dengan orang lain, sehingga anak dituntut untuk mempertimbangkan pandangan orang lain sekaligus menumbuhkan kesadaran akan adanya atursan lain selain aturannya sendiri. Equilibration adalah proses penyesuaian antara pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru yang ditemukannya. Atas dasar-dasar tersebut, maka dalam penggunaan SPI perlu memperhatikan beberapa prinsip. 1.
Berorientasi pada Pengembangan Intelektual
2.
Prinsip Interaksi
3.
Prinsip Bertanya
4.
Prinsip Belajar untuk Berpikir
5.
Prinsip Keterbukaan
Langkah Pelaksanaan SPI 1.
Orientasi
2.
Merumuskan masalah
3.
Mengajukan hipotesa
4.
Mengumpulkan data
5.
Menguji hipotesis
6.
Merumuskan kesimpulan
Eka Kurniawan A.P (0104510007)
3
Teori Belajar dan Pembelajaran – Strategi Pembelajaran Inkuiri & Teori Gestalt
Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial Pada awalnya strategi pembelajaran inkuiri banyak diterapkan dalam ilmu-ilmu alam (natural science). Namun ahli pendidikan sosial mengadopsi strategi pembelajaran inkuiri dan dinamakan inkuiri sosial. Hal ini berdasarkan pentingnya pembelajaran sosial pada masyarakat uang cepat berubah seperti dikemukakan Robert A. Wilkins (1990:85) yang menyatakan bahwa dalam kehidupan masyarakat menuntut pengembangan berpikir pada pengajaran sosial. Jika sebelumnya pembelajaran sosial dilakukan dengan strategi pembelajaran metode kuliah (lecture) atau metode latihan (drill), maka perlu pengembangan kemampuan berpikir kritis (critical thinking). Inkuiri sosial dapat dipandang sebagai suatu strategi pembelajaran yang berorientasi pada pengalaman siswa. Bruce Joyce dan Marsha Weil menjelaskan bahwa lebih dari satu abad istilah inkuiri mengandung makna sebagai salah satu usaha ke arah pembaruan pendidikan. Istilah inkuiri juga berhubungan dengan strategi mengajar yang berpusat pada siswa, maupun pengembangan kemampuan siswa untuk menemukan dan merefleksikan sifatsifat kehidupan sosial untuk melatih siswa hidup mandiri. Tiga karakteristik pengembangan strategi inkuiri sosial adalah adanya aspek / masalah sosial dalam kelas yang dianggap penting dan dapat mendorong terciptanya diskusi kelas, adanya rumusan hipotesis sebagai fokus untuk inkuisi, penggunaan fakta sebagai pengujian hipotesis.
Kesulitan-kesulitan Implementasi SPI o Guru menganggap SPI sebagai SPI merupakan strategi pembelajaran yang tidak mungkin diterapkan karena tidak sesuai dengan budaya dan sistem pendidikan di Indonesia, karena SPI menekankan pada proses berpikir yang bersandarkan pada proses belajar dan hasil belajar. o Adanya budaya belajar yang menempatkan guru sebagai sumber belajar utama, sehingga sulit mengubah kebiasaan belajar sebagai proses berpikir. o Sistem pendidikan Indonesia yang tidak konsisten, misalnya kurikulum berbasis kompetensi (KBK), namun menggunakan sistem ujian akhir nasional (UAN) yang hanya menyangkut aspek kognitif.
Eka Kurniawan A.P (0104510007)
4
Teori Belajar dan Pembelajaran – Strategi Pembelajaran Inkuiri & Teori Gestalt
Keunggulan dan Kelemahan SPI 1.
Keunggulan SPI a. Merupakan
strategi
pembelajaran
yang
menekankan
pada
pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang, sehingga pembelajaran lebih bermakna. b. Dapat memberikan ruang pada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. c. Sesuai
dengan
perkembangan
psikologi
belajar
modern
yang
menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. d. Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata, sehingga siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
2.
Kelemahan SPI a. Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa b. Sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentur dengan kebiasaan belajar siswa c. Memerlukan waktu yang panjang sehingga guru sulit menyesuaikan dengan waktu yang tersedia. d. SPI sulit diimplementasikan selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran.
B. Teori Gestalt Gestalt berasal dari kata Jerman yang berarti pola atau konfigurasi. Teori Gestalt dikemukakan oleh Kurt Koffka, Max Wertheimer, and Wolfgang Köhler yang
menyatakan
bahwa
organisme
menambahkan
sesuatu
pada
pengalaman, yang tidak ada dalam data yang diindra serta berupa tindakan menata (organisasi) data. Gestalt adalah sgebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan. Teori gestalt beroposisi terhadap teori strukturalisme. Teori gestalt cenderung berupaya
Eka Kurniawan A.P (0104510007)
5
Teori Belajar dan Pembelajaran – Strategi Pembelajaran Inkuiri & Teori Gestalt
mengurangi pembagian sensasi menjadi bagian-bagian kecil. Mereka juga menyimpulkan bahwa seseorang cenderung mempersepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh.
Teori Gestalt dalam Pembelajaran Kontribusi paling penting dalam teori gestalt terhadap pemahaman kita mengenai pembelajarn adalah pada studi tentang wawasan(insight). Wawasan ini tidak terbatas pada manusia. Kohler dalam bukunya”The Mentality Of Apes” (1925) meneliti wawasan terhadap simpanse, dengan memberikan pisang yang dipasang diluar jangkauan simpanse dan
hanya bisa diraih dengan
menggunakan teknik tertentu yang merupakan pengalaman dan pengetahuan baru dari simpanse. Gestalt ini dapat terjadi seketika. Pemecahan masalah yang dialami simpanse maupun manusia bisa dating tiba-tiba, ketika simpanse itu tidak aktif melakukan apapun untuk memecahkan masalahnya. Ia mengalami proses restrukturisasi yang ketika proses tersebut selesai dapat muncul pemecahan secara tiba-tiba. Pembelajaran bertahap melalui upaya coba-coba juga dapat diinterpretasikan sebagai rangkaian wawasan yang kecil-kecil dan parsial. Psikologi Gestalt bermula pada lapangan pengamatan ( persepsi ) dan mencapai sukses yang terbesar juga dalam lapangan ini. Demonstrasinya mengenai peranan latar belakang dan organisasinya terhadap proses-proses yang diamati secara fenomenal demikian meyakinkan sehingga boleh dikatakan tidak dapat di bantah. Ketika para ahli Psikologi Gestalt beralih dari masalah pengamatan ke masalah belajar, maka hasil-hasil yang telah kuat / sukses dalam penelitian mengenai pengamatan itu dibawanya dalam studi mengenai belajar . Karena asumsi bahwa hukum –hukum atau prinsip-prinsip yang berlaku pada proses pengamatan dapat ditransfer kepada hal belajar, maka untuk memahami proses belajar orang perlu memahami hukum-hukum yang menguasai proses pengamatan itu.
Eka Kurniawan A.P (0104510007)
6
Teori Belajar dan Pembelajaran – Strategi Pembelajaran Inkuiri & Teori Gestalt
Hukum-Hukum Belajar Gestalt Dalam hukum-hukum belajar Gestalt ini ada satu hukum pokok , yaitu hukum Pragnaz, dan empat hukum tambahan (subsider) yang tunduk kepada hukum yang pokok itu,yaitu hukum –hukum keterdekatan , ketertutupan, kesamaan , dan kontinuitas. 1. Hukum Pragnaz Hukum Pragnaz ini menunjukkan tentang berarahnya segala kejadian , yaitu berarah kepada Pragnaz itu, yaitu suatu keadaan yang seimbang, suatu Gestalt yang baik. Gestalt yang baik , keadaan yang seimbang ini mencakup sifat-sifat keturunan, kesederhanaan ,kestabilan, simetri dan sebagainya. Medan pengamatan, jadi juga setiap hal yang dihadapi oleh individu, mempunyai sifat dinamis, yaitu cendrung untuk menuju keadaan Pragnaz itu , keadaan seimbang . Keadaan yang problematis adalah keadaan yang tidak Pragnaz, tidak teratur, tidak sederhana, tidak stabil, tidak simetri , dan sebagainya dan pemecahan problem itu ialah mengadakan perubahan kedalam struktur medan atau hal itu dengan memasukkan hal-hal yang dapat membawa hal problematis ke sifat Pragnaz. 2. Hukum-hukum tambahan Ahli-ahli psikologi Gestalt telah mengadakan penelitian secara luas dalam bidang penglihatan dan akhirnya mereka menemukan bahwaobjekobjek penglihatan itu membentuk diri menjadi Gestalt-gestalt menurut prinsip-prinsip tertentu. Adapun prisip-prinsip tersebut dapat dilihat pada hukum-hukum, yaitu : 1. Hukum keterdekatan 2. Hukum ketertutupan 3. Hukum kesamaan 4. Hukum kontinuitas
Eka Kurniawan A.P (0104510007)
7