TADBIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam ISSN 2338-6673 E ISSN 2442-8280 Volume 3 Nomor 1 Februari 2015 Halaman 50-57 http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/tjmpi
STUDI KOMPARATIF TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISTIK DENGAN TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN ISLAM KLASIK Herson Anwar IAIN Sultan Amai Gorontalo
[email protected] Abstrak Pembelajaran konstruktivistik merupakan suatu teori yang menganggap bahwa belajar adalah proses untuk membangun pengetahuan melalui pengalaman nyata dari lapangan. Hal ini memberikan pembelajaran kepada siswa dari pengalaman-pengalaman dalam kehidupan sehari-harinya. Kegiatan pembelajaran ini dapat membangun inteketual siswa untuk mampu berfikir lebih realistis guna mengatasi hal-hal yang lebih nyata dalam kehidupan kesehariannya. Pada masa klasik Pendidikan Islam diartikan pembudayaan ajaran Islam yaitu memasukkan ajaran-ajaran Islam dan menjadikannya sebagai unsur budaya bangsa Arab dan menyatu kedalamnya. Dengan pembudayaan ajaran Islam ke dalam sistem dan lingkungan budaya bangsa arab tersebut, maka terbentuklah sistem budaya Islam dalam lingkungan budaya bansga Arab. Dalam proses pembudayaan ajaan Islam ke dalam lingkungan budaya bangsa Arab berlangsung dengan beberapa cara. Ada kalanya Islam mendatangkan sesuatu ajaran bersifat memperkaya dan melengkapi unsur budaya yang telah ada dengan menambahkan yang baru. Ada kalanya Islam mendatangkan ajaran yang sifatnya bertentang sama sekali dengan unsur budaya yang telah ada sebelumnya yang sudah menjadi adat istiadat. Ada kalanya Islam mendatangkan ajarannya bersifat meluruskan kembali nilai-nilai yang sudah ada yang praktiknya sudah menyimpang dari ajaran aslinya. Kata Kunci : Teori Belajar Konstruktivistik, Teori Belajar Islam Klasik. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1 Oleh karena itu, pembaruan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Kemajuan suatu bangsa hanya dapat dicapai melalui penataan pendidikan yang baik. 1
Undang-undang 20/2003, pasal 1 ayat 1
50
Pendidikan
Nomor
Pendidikan yang baik adalah dimana pendidikan tersebut dapat menghasilkan suatu peserta didik yang berdaya saing tinggi dan juga dapat menghasilkan peserta didik yang berkualitas dan kreatif. Salah satu cara untuk mengukur keberhasilan pendidikan, dapat kita lihat melalui hasil belajar siswa. Belajar dan pembelajaran adalah kunci keberhasilan dalam pendidikan. Belajar mempunyai andil besar dalam meneruskan kebudayaan dari generasi kegenerasi baru. Untuk meneruskan warisan budaya dan mendidik generasi muda agar dapat meneruskan peran tersebut, maka dibutuhkan sebuah teori belajar. Pentingnya belajar dan pembelajaran mendapat perhatian dari para psikolog Barat, sehingga pada awal abad 19 muncullah teori belajar dan pembelajaran.
Teori belajar merupakan acuan bagi seorang guru untuk melaksanakan pembelajaran di kelas-kelas. Seorang guru yang profesional akan menyadari pentingnya teori belajar, karena tidak mungkin pembelajaran akan dilaksanakan dengan praktik trial dan error. Pentingnya teori belajar tersebut adalah sebagai upaya untuk melaksanakan belajar dan pembela-jaran secara efektif. Sebuah teori akan mampu menjawab persoalan yang sedang dihadapi dalam kurun waktu tertentu, dan tidak dapat digeneralisir serta dipertahankan sepanjang masa, sehingga teori belajar terus mengalami perkembangan. Dewasa ini, teori belajar yang banyak diadopsi dari Barat adalah teori belajar konstruktivistik, sebuah teori belajar yang bersifat student center. Teori konstruktivistik menekankan pada aktivitas siswa dalam proses konstruksi pengetahuannya sendiri, dan dalam banyak hal dinilai berhasil dalam mencetak generasi yang cerdas. Seperti diketahui bahwa metode belajar dalam kegiatan pendidikan saat ini sangat bervariasi, namun banyak yang masih belum diketahui dengan pasti oleh para pendidik dalam meningkatkan kemajuan pendidikan. Salah satunya adalah dengan pembelajaran konstruktivistik. Metode pembelajaran ini merupakan hasil karya bangsa Barat yang coba untuk diterapkan dalam pembelajaran saat ini. Sistem pembelajaran ini memang sangat berhasil, jika dilihat dari segi metode yang dijalankan yag menekankan kepada siswa agar mampu dalam mempraktikkan pengalamannya sehari-hari. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam tulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana sistem pembelajaran konstruktivistik, dan sistem pembelajaran Islam klasik? 2. Bagaimana perbandingan antara teori belajar dan pembelajaran kons-truktivistik dengan teori belajar dan pembelajaran Islam klasik? LANDASAN TEORI Teori Belajar dan Pembelajaran Konstruktivistik 1. Pembelajaran Konstruktivistik
Teori konstruktivistik adalah teori yang menyatakan bahwa peserta didik secara individual harus menemukan dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek informasi yang baru terhadap aturan-aturan informasi yang lama, dan merevisi aturanaturan yang lama bila sudah tidak sesuai lagi.2 Konstruktivisme adalah pendekatan untuk pembelajaran yang menekankan bahwa individu akan belajar dengan baik apabila mereka secara aktif mengkonstruksi pengetahuan dan pemahaman.3 Pembelajaran konstruktivistik merupakan suatu teori yang menganggap bahwa belajar adalah proses untuk membangun pengetahuan melalui pengalaman nyata dari lapangan. Artinya siswa akan cepat memiliki pengetahuan jika pengetahuan itu dibangun atas dasar realitas yang ada di dalam masyarakat. Konsekuensinya pembelajaran harus mampu memberikan pengalaman nyata bagi siswa. Jadi, dalam hal ini siswa dituntut harus aktif dalam melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Pembelajaran ini juga sangat berguna dalam meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Hal tersebut dapat meningkatkan pola berpikir siswa kearah yang lebih baik dan sistematis. a. Konstruktivistik Kognitif; Pengertian belajar menurut konstruktivistik kognitif adalah proses perubahan dalam struktur kognitif seorang individu sebagai hasil konstruksi pengetahuan yang bersifat individual dan internal. Adapun konsep pokok struktur kognitif sebagai berikut: 1) Equilibrium/Disequilibrium 2) Organisasi & Skema 3) Adaptasi : Asimilasi & Akomodasi b. Konstruktivistik Sosial Konstruktivistik sosial mengedepankan pengkonstruksian pengetahuan dalam konteks sosial sehingga peran guru menjadi jelas dalam membantu anak mencapai kemandirian. Pengertian belajar 2
Slavin, R. E. Educational Psychology: Theory and Practice Eighth Edition. (USA: Allyn Bacon, 2006), h. 76. 3
Santrock, J. W. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua (terjemahan). (Jakarta: Kencana, 2008), h. 56.
TADBIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam ISSN
2338-6673 E ISSN 2442-8280
51
menurut konstruktivistik sosial adalah proses perubahan perilaku yang terjadi sebagai akibat munculnya pemahaman baru yang dibangun dalam konteks sosial sebelum menjadi bagian pribadi individu. Salah satu asumsi penting dari konstruktivistik sosial adalah situated cognition yaitu ide bahwa pemikiran selalu ditempatkan (disituasikan) dalam konteks sosial dan fisik, bukan dalam pikiran seseorang. Konsep situated cognition menyatakan bahwa pengetahuan dilekatkan dan dihubungkan pada konteks di mana pengetahuan tersebut dikembangkan. Jadi idealnya, situasi pembelajaran diciptakan semirip mungkin dengan situasi dunia nyata.4 Ada empat prinsip konstruktivistik sosial:5 1) Pembelajaran Sosial (social learning) 2) Zone of Proximal Development (ZPD) 3) Cognitive Apprenticeship 4) Pembelajaran Termediasi (Mediated Learning) Siswa diberi masalah yang kompleks, sulit, dan realistik, dan kemudian diberi bantuan secukupnya dalam memecahkan masalah siswa. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri. Adapun implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam pendidikan adalah sebagai berikut: (1) tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi, (2) kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu, latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari dan (3) peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang membuat situasi yang 4
Santrock, J. W. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua (terjemahan). (Jakarta: Kencana, 2008), h. 60. 5
52
Slavin, R. E. Op.Cit., h. 78.
kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik. 2. Nilai-nilai Konstruktivistik Nilai-nilai konstruktivistik yang utama adalah:6 a) Collaboration: apakah tugas-tugas pembelajaran dicapai melalui kerjasama dengan komunitasnya atau tidak? b) Personal autonomy: apakah kepentingan pribadi pembelajar menentukan kegiatan dan proses pembelajaran yang diterimanya? c) Generativity: apakah ada kemungkinan pembelajar didorong untuk membangun dan menemukan sendiri prinsip-prinsip dan didorong untuk mengelaborasi apa yang diterima? d) Reflectivity: apakah setelah pembelajaran selesai misalnya, pembelajar bisa melihat manfaat dari apa yang telah dipelajarinya dan apakah dia menemukan sesuatu yang bisa digunakan untuk memperbaiki belajarnya sesuai dengan konteksnya? e) Active engagement: apakah setiap individu terlibat secara aktif dalam belajar untuk membangun pemahamannya atau pembelajar lebih pada menerima saja apa yang diberikan? f) Personal relevance: apakah pembelajar bisa melihat keterkaitan dari apa yang dipelajarinya dengan kehidupannya sendiri? g) Pluralism: apakah pembe-lajarannya tidak menekankan pada satu cara atau satu solusi? Apakah semua pendapat pribadi mendapat tempat dalam dialog pembelajaran? 3. Prinsip-prinsip Utama Kons-truktivistik dalam Pembelajaran Prinsip-prinsip utama kons-truktivistik dalam pembelajaran di kelas adalah:7 a) The best learning is situated learning. Pembelajar meme-cahkan masalah, menjalankan tugas, belajar materi baru dalam suatu konteks yang bermanfaat bagi pembelajar dan berkaitan dengan dunia nyata. b) Pembelajar dalam proses belajarnya mendapatkan scaffol-ding yang bisa 6
Hitipeuw, I. Belajar dan Pembelajaran. (Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang, 2009), h. 34. 7
Ibid., h. 35
Volume 3 Nomor 1 Februari 2015
datang dari guru atau teman dalam mengem-bangkan pemahaman atau keterampilan barunya. Di sini, konstruktivistik mendorong apprenticeship approach (cognitive apprenticeship), menunjukkan pada proses di mana seorang pembelajar memperoleh keahlian secara perlahanlahan melalui interaksi dengan seorang ahli, apakah seorang dewasa atau dua orang yang lebih maju darinya. c) Mengkaitkan semua kegiatan belajar ke dalam tugas atau problema yang lebih besar. Tujuannya agar pembelajar dapat melihat relevansi tujuan belajarnya yang spesifik dan kaitannya dengan tugas yang lebih besar dan kompleks sehingga kelak mereka dapat berfungsi lebih efektif dalam kehidupan nyata. d) Membantu pembelajar dalam mengembangkan rasa memiliki atas semua masalah dan tugasnya. Jadi bukan sekedar lulus tes. e) Mendesain tugas yang autentik. Membuat tugas-tugas yang menantang kognitif siswa dalam belajar sains misalnya seperti layaknya ilmuwan. Problem atau tugas bisa dinego dengan pembelajar agar sesuai dengan tuntutan kognitif dan dapat mendorong rasa memiliki. f) Mendesain tugas dan lingkungan belajar yang merefleksikan kompleksitas lingkungan yang kelak pembelajar diharapkan berfungsi di dalamnya. g) Memberi kesempatan bagi pembelajar untuk memiliki dan menemukan proses mendapatkan solusi. h) Mendesain lingkungan pembelajar yang mendukung dan menantang pemikiran pembelajar. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses pembelajaran konstruktivistik, yaitu: 1) mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam kontek yang relevan, 2) mengutamakan proses, 3) menanamkan pembelajaran dalam konteks pengalaman sosial, 4) pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi penga-laman 4. Kelebihan dan Kelemahan dari Sistem Pembelajaran Konstruktivistik Dalam setiap sistem pembelajaran yang dilaksanakan terdapat kelebihan dan kekurangannya,
berikut adalah kelebihan sistem pembelajaran konstruktivistik, sebagai berikut :8 1) Pembelajaran berdasarkan konstruktivistik memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri, berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa memberikan penjelasan tentang gagasannya. 2) Pembelajaran berdasarkan konstruktivistik memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan kegiatan disesuaikan dengan gagasan awal siswa agar siswa memperluas pengetahuan mereka tentang fenomena dan memiliki kesempatan untuk merangkai fenomena, sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa. 3) Pembelajaran konstruktivistik memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif, imajinatif, mendorong refleksi tentang model dan teori, mengenalkan gagasangagasan pada saat yang tepat. 4) Pembelajaran berdasarkan konstruktvistik memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks, baik yang telah dikenal maupun yang baru dan akhirnya memotivasi siswa untuk menggunakan berbagai strategi belajar. 5) Pembelajaran konstruktivistik mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan merka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka. 6) Pembelajaran konstruktivistik memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan 8
http://ikhsanhidayat28.wordpress.com.2013/04/01/ teori-belajar-konstruktivistik. akses tanggal 17 Juni 2015
TADBIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam ISSN
2338-6673 E ISSN 2442-8280
53
menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar. Adapun kelemahan-kelemahan sistem pembelajaran konstruktivistik, sebagai berikut :9 1) Siswa mengkonstruksi pengetahuan-nya sendiri, tidak jarang bahwa hasil konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi para ahli sehingga menyebabkan miskonsepsi. 2) Konstruktivistik menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa memerlukan penanganan yang berbeda-beda. 3) Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah memiliki sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreativitas siswa. Teori Belajar dan Pembelajaran Islam Klasik 1. Sistem Pembelajaran Islam Klasik Pembelajaran Islam klasik dimulai pada waktu kedatangan Nabi Muhammad. Pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad merupakan prototipe yang terus menerus dikembangkan umat Islam untuk kepentingan pendidikan pada zamannya. Nabi Muhammad melakukan pendidikan Islam setelah mendapat perintah dari Allah sebagaimana termaktub dalam surat AlMudasir ayat 1-7, menyeru yang berarti mengajak, dan mengajak yang berarti mendidik. ∩⊂∪ ÷Éi9s3sù y7−/u‘uρ ⎯ãΨôϑs? Ÿωuρ
∩⊄∪ ö‘É‹Ρr'sù óΟè%
∩∈∪ öàf÷δ$$sù t“ô_”9$#ρu
∩⊇∪ ãÏoO£‰ßϑø9$# $pκš‰r'¯≈tƒ ∩⊆∪ öÎdγsÜsù y7t/$u‹ÏOuρ
∩∠∪ ÷É9ô¹$$sù šÎh/tÏ9uρ ∩∉∪ çÏYõ3tGó¡n@ Terjemahannya: “Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah! dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah” (Q.S. Al-Mudasir (74): 1-7)
9
54
Ibid.
Pada masa awal pendidikan Islam tentu saja pendidikan formal yang sistematis belum terselenggara dan pendidikan formal baru muncul pada masa belakangan yakni dengan kebangkitan madrasah. Permulaan pendidikan Islam bisa ditemukan di Mekah pada zaman Rasulullah. Nabi Muhammad menyiarkan konsep perubahan radikal, hubungan dan sikap masyarakat Arab yang menjadi mapan sampai saat ini. Perubahan itu sejalan dengan ajaran Islam yang memerlukan kreatifitas baru secara kelembagaan untuk meneruskan kelangsungan dan perkembangan agama Islam. Nabi Muhammad mem-bangkitkan kesadaran manusia terhadap pentingnya pengembangan bidang keilmuan atau pendidikan. Memang perintah Allah kepada Nabi Muhammad adalah untuk membuka pintu gerbang pengetahuan bagi manusia dengan mengajari atau mendidik. Nabi Muhammad sebagai seorang yang diangkat sebagai pengajar atau pendidik (mu’allim). Disamping itu beliau diperintahkan oleh Allah untuk menyebarkan pesan-pesan Allah yang terkandung dalam al-Qur’an. Dapat dikatakan bahwa Nabi Muhammad aalah pengajar atau pendidik muslim pertama. Pada masa ini pendidikan Islam diartikan pembudayaan ajaran Islam yaitu memasukkan ajaran-ajaran Islam dan menjadikannya sebagai unsur budaya bangsa Arab dan menyatu kedalamnya. Dengan pembudayaan ajaran Islam ke dalam sistem dan lingkungan budaya bangsa arab tersebut, maka terbentuklah sistem budaya Islam dalam lingkungan budaya bansga Arab. Dalam proses pembudayaan ajaan Islam ke dalam lingkungan budaya bangsa Arab berlangsung dengan beberapa cara. Ada kalanya Islam mendatangkan sesuatu ajaran bersifat memperkaya dan melengkapi unsur budaya yang telah ada dengan menambahkan yang baru. Ada kalanya Islam mendatangkan ajaran yang sifatnya bertentang sama sekali dengan unsur budaya yang telah ada sebelumnya yang sudah menjadi adat istiadat. Ada kalanya Islam mendatangkan ajarannya bersifat meluruskan kembali nilai-nilai yang sudah ada yang praktiknya sudah menyimpang dari ajaran aslinya. 2. Pendidikan Islam Di Masa Khulafaur Rasyidin
Volume 3 Nomor 1 Februari 2015
Setelah Rasulullah wafat, peradaban Islam memberi contoh bagaimana cara mengendalikan negara dengan bijaksana (hikmat). Kebijaksanaan ini adalah politik yang mengandung hikmat, bergerak, berpikir, bertindak, berlaku dan berbuat, yang dalam istilah sekarang disebut taktik, strategi dam diplomasi yang berbau kelincahan dan kelicikan. Al-Qur’an dan al-Hadits telah menentukan batas-batas yang diperbolehkan dan yang tidak, serta memberikan jalan untuk berpikir, bermusyawarah, dan bertindak. Pada masa ini juga sudah terdapat pengajaran bahasa Arab. Dengan dikuasainya wilayah baru oleh Islam, menyebabkan munculnya keinginan untuk belajar bahasa Arab sebagai pengantar diwilayah-wilayah tersebut. Orang-orang yang baru masuk Islam dari daerah-daerah yang ditaklukkan harus belajar bahasa Arab jika mereka ingin belajar dan mendalami pelajaran Islam. Pada masa khalifah Usman kedudukan peradaban Islam tidak jauh berbeda demikian juga pendidikan Islam tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya. Para sahabat diperbolehkan dan diberi kelonggaran meninggalkan Madinah untuk mengajarkan ilmu-ilmu yang dimiliki. Dengan tersebarnya sahabat-sahabat besar keberbagai daerah meringankan umat Islam untuk belajar Islam kepada sahabat-sahabat yang tahu banyak ilmu Islam di daerah mereka sendiri atau daerah terdekat. Pada masa ini pendidikan Islam adalah pembudayaan ajaran agama Islam ke dalam lingkungan budaya bangsa-bangsa disekitar jazirah arab, yang berlangsung bersamaan dan mengikuti berkembangnya wilayah kekuasaan Islam. Proses pengembangan pendidikan Islam pada masa ini sebagian besar memang diwarnai oleh pengajaran atau pembudayaan Al-qur’an dan sunnah ke dalam lingkungan budaya bangsabangsa secara luas pula. Para khalafaur Rasyidin dan sahabat adalah pelaku utama dalam proses pendidikan Islam masa ini, yang kemudian digantikan oleh para tabi’in. namun berkembang sebagaimana masamasa sesudahnya. Begitu pula dalam hal pendidikan Islam tidak jauh berbeda dengan masa Nabi Muhammad SAW yang menekankan pada pengajaran baca tulis dan ajaran-ajaran Islam disebabkan oleh perhatian umat Islam terhadap perluasan
wilayah Islam dan terjadinya pergolakan politik, khususnya dimasa Ali bin Abu Thalib. 3. Perkembangan Pendidikan Islam di Masa Muawiyah, Abasiyah dan Kekhalifahan Selanjutnya. Dengan berakhirnya masa Khulafaur Rasyidin maka mulailah kekuasaan Bani Umayyah. Selama pemerintahan Muawiyyah, daerah kekuasaan Islam meluas sampai Lahore di Pakistan. Perharian khalifah diarahkan ke Byzantine di wilayah utara dan barat. Pasukan Umayah mencapai 1700 kapal perang, membuat Muawiyah dapat menundukkan banyak pulau diantaranya ialah Rhodes dan pulau yang lain diYunani. Adapun kemajuan pendidikan dan peradaban Abasiyah mencapai kejayaan terutama pada masa khalifah al-Mahdi dan puncak kejayaan terutama pada masa khalifah al-Mahdi dan puncak popularitasnya baru setelah pemerintahan Harun al-Rasyid yang diteruskan oleh putranya al-Makmur. Masa kejayaan ini ditandai dengan berkembang pesatnya kebudayaan Islam secara mandiri. Dengan berkembang luasnya lembaga-lembaga pendidikan Islam, madrasah-madrasah dan universitasuniversitas yang merupakan pusat-pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam. Pada masa ini pendidikan Islam berkembang sebagai akibat dari hal tersebut dan merupakan jawaban terhadap tantangan yang diakibatkan oleh perkembangan dan kemajuan-kemajuan budaya Islam sendiri yang berlangsung sangat cepat. Tumbuh dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam dengan cepat, merupakan ciri pendidikan Islam masa ini. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awalnya memang merupakan perpaduan antara unsur-unsur pembawaan ajaran Islam sendiri dengan unsur-unsur yang berasal dari luar, yaitu dari unsur budaya Persia, Yunani, Romawi, India dan sebagainya. Kemudian dalam perkembangannya potensi atau pembawaan Islam tidak merasa cukup hanya menerima saja unsur budaya dari luar itu, kemudian mengembangkannya lebih jauh, sehingga kemudian warna dan unsur-unsur Islamnya nampak lebih dominan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Kemajuan-kemajuan dalam ilmu pengetahuan keagamaan saja. Tetapi juga dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan pada umumnya.
TADBIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam ISSN
2338-6673 E ISSN 2442-8280
55
Pada abad ke 13 H / 7-9 M, semasa Rasul sesudahnya terutama pada masa Malik Ibn Anas (wafat tahun 179 H/795 M). Abu Hanifah (wafat 150/767), al-Syafi’i (wafat 204/820) dan Ahmad ibn Hambal (wafat tahun 241/855). Sejak abad ini secara intensif Islam diinformasikan, digeneralisasikan, dan dibuat hubungan antara satu sisi dengan yang lainnya. Yang muncul kemudian adalah Islam yang abstrak dan transenden, Islam yang sudah ditarik dari dunia nyata. Sejarah menjelaskan kepada kita bahwa pendidik khususnya pada Rasulullah dan para sahabat bukan merupakan profesi atau pekerjaan untuk menghasilkan uang atau sesuatu yang dibutuhkan bagi kehidupannya, melainkan ia mengajar karena panggilan agama, yaitu sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT. Mengharapkan keridhaan-Nya, menghidupkan agama, mengembangkan seruannya, dan menggantikan peranan Rasulullah SAW dalam memperbaiki umat. Persepsi pendidik yang dipahamkan dalam Islam memiliki kepribadian yang baik,mulia dan lengkap, tidak bisa sepotong-sepotong karena kesadaran terhadap pengemban amanat mendidik adalah tugas yang luas dan berat, suci, dan mulai. Filsafat Yunani adalah kegiatan berpikir yang dilakukan oleh para filosof Yunani untuk mencari kebenaran tentang sesuatu, baik yang bersifat abstrak maupun yang konkret. Filsafat Yunani mulai berpengaruh dikalangan ilmuwan Muslim pada masa pemerintahan Bani Umayyah dan mencapai puncaknya pada masa Bani Abbasiyah ketika karya-karya filosof Yunani diterjemahkan ke dalam bahasa Syriah oleh Hunayn dan anaknya menerjemahkan dari bahasa Syaria ke bahasa Arab. Al-Ma’mun adalah khalifah yang banyak jasanya dalam penerjemahan berupa emas seberat yang diterjemahkan. Karya-karya Yunani yang dibaca oleh ilmuwan Muslim ini memberikan motivasi untuk menggunakan logika dalam membahas ajaran Islam dan mengembangkan serta menemukan berbagai macam ilmu pengetahuan yang baru. Unsur dialektika dari socrates, idealisme Pluto dan logika Aristoteles dan sebagainya termasuk berpengaruh terhadap lahirnya beberapa aliran dalam Islam, seperti Qadariyah, Asy’ariyah dan Mu’tazilah. Metode berpikir yang digunakan oleh filosof Yunani memberikan motivasi bagi ilmuwan muslim
56
untuk lebih banyak berkarya dalam kemajuan pendidikan Islam, sehingga muncul ilmuwan seperti Jabir ibn Hayyan, Al-Kindi, Al-Razi, AlKhawarizmi, Al-Farabi, Ibnu Umar Khayyam, Ibnu Rusyd, dan sebagainya. Sistem Pembelajaran Konstruk-tivistik Sebelumnya dijelaskan bahwa pembelajaran konstruktivistik merupakan suatu teori yang menganggap bahwa belajar adalah proses untuk membangun pengetahuan melalui pengalaman nyata dari lapangan. Hal ini memberikan pembelajaran kepada siswa dari pengalaman-pengalaman dalam kehidupan sehari-harinya. Kegiatan pembelajaran ini dapat membangun inteketual siswa untuk mampu berfikir lebih realistis guna mengatasi hal-hal yang lebih nyata dalam kehidupan kesehariannya. Konsep pembelajaran yang diberikan membantu siswa untuk dapat melakukan kegiatan aktivitas kesehariannya, mampu dalam berfikir positif serta mampu dalam menyusun konsep dalam mengatasi permasalahan yang terjadi. Konsep pembelajaran ini memberikan pengalaman-pengalaman kepada siswa dan mampu menumbuhkan imajinasi siswa untuk mampu berikir kritis dan mampu mengelola permasalahan yang terjadi disekitarnya. Namun, sangat disayangkan bahwa masih terdapat beberapa kekurangan-kekurangan dalam metode ini. Salah satinya adalah tidak semua siswa mampu dalam berfikir kritis sehingga dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi, seingga proses pembelajaran ini masih terdapat kekurangan yang harus segera untuk di atasi. Studi Komparatif Antara Teori Belajar dan Pembelajaran Kons-truktivistik dengan Teori Belajar dan Pembelajaran Islam Klasik Teori konstruktivistik yang diadopsi dari Barat, tidak banyak memperhatikan tentang akhlak (etika). Sehingga perlu ada evaluasi ulang tentang teori belajar yang digunakan sehingga tujuan pembentukan generasi cerdas dan berkhlak mulia dapat terwujud. Kedua teori bertujuan menjadikan belajar dan pembelajaran efektif, maksimal dan tidak membebani. Aspek-aspek spiritual dalam teori belajar Islam klasik dibahas meng-gunakan pendekatan psikologi, sosio-
Volume 3 Nomor 1 Februari 2015
logi dan neurology dalam teori belajar konstruktivistik. Satu hal yang menjadikan teori belajar Islam lebih unggul adalah karena adanya penanaman pendidikan akhlak dalam segala aspek, dan tujuan belajar untuk kebahagiaan yang abadi, di dunia dan di akhirat. Kesimpulan Pembelajaran konstruktivistik merupakan suatu teori yang menganggap bahwa belajar adalah proses untuk membangun pengetahuan melalui pengalaman nyata dari lapangan. Artinya siswa akan cepat memiliki pengetahuan jika pengetahuan itu dibangun atas dasar realitas yang ada di dalam masyarakat. Konsekuensinya pembelajaran harus mampu memberikan pengalaman nyata bagi siswa. Jadi, dalam hal ini siswa dituntut harus aktif dalam melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari.
Santrock, J. W. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua (terjemahan). Jakarta: Kencana, 2008. Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhiya. Jakarta: Rineka Cipta. 2010. Slavin, R. E. Educational Psychology: Theory and Practice Eighth Edition. USA: Allyn Bacon, 2006. Trianto. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktifistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. 2007. Undang-undang Pendidikan Nomor 20/2003, pasal 1 ayat 1
Sedangkan pembelajaran Islam klasik dimulai pada waktu kedatangan Nabi Muhammad. Pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad merupakan prototipe yang terus menerus dikembangkan umat Islam untuk kepentingan pendidikan pada zamannya. Nabi Muhammad melakukan pendidikan Islam setelah mendapat perintah dari Allah sebagaimana termaktub dalam surat Al-Mudasir ayat 1-7, menyeru yang berarti mengajak, dan mengajak yang berarti mendidik. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 2007. Hitipeuw,
I. Belajar dan Pembelajaran. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang, 2009
http://ikhsanhidayat28.wordpress.com.2013/0 4/01/teori-belajar-konstruktivistik. akses tanggal 17 Juni 2015 Piaget, J., Psychology and Epistemology, New York: The Viking Press: 1971. Dahar, Ratna Wilis, Teori-Teori Belajar, Jakarta: Erlangga, 1996.
TADBIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam ISSN
2338-6673 E ISSN 2442-8280
57