Teori Belajar dan Pembelajaran – Pembelajaran Berbasis Masalah
STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (SPBM) & TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF (E.C Tolman)
A. Konsep Dasar dan Karakteristik SPBM Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM) merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat tiga ciri utama SPBM : -
SPBM merupakan aktivitas pembelajaran, artinya ada kegiatan yang harus dilakukan siswa.
-
Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk memecahkan masalah.
-
Pemecahan masalah dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Dillihat dari aspek psikologi, belajar SPBM bersandarkan pada psikologi
kognitif yang berangkat dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Belajar bukan semata-mata proses menghafal sejumlah fakta, tetapi suatu proses interaksi secara sadar antara individu dengan lingkungannya. Untuk
mengimplementasikan
SPBM,
guru
perlu
memilih
bahan
pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Sedangkan pembelajaran dengan pemecahan masalah dapat diterapkan : -
Manakala guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekadar hanya dapat mengingat metri pelajaran,akan tetapi menguasai dan memahaminya secara utuh.
-
Apabila guru bermaksud untuk mengembangkan ketrampilan berpikir rasional siswa.
-
Manakala guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah serta membuat tantangan intelektual siswa.
-
Jika guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam pembelajarannya.
-
Jika guru ingin agar siswa memahami hubungan antara apa yang dipelajari dengan kenyataan dalam kehidupannya.
Eka Kurniawan A.P (0104510007)
1
Teori Belajar dan Pembelajaran – Pembelajaran Berbasis Masalah
Kriteria Pemilihan Bahan Pelajaran SPBM 1. Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik yang bisa bersumber dari berita,rekaman,video dan lain sebagainya. 2. Bahan
yang
dipilih
adalah
bahan
yang
bersifat
familiar
dengan
siswa,sehingga setiap siswa dapat mengikutinya dengan baik. 3. Bahan
yang
dipilih
merupakan
bahan
yang
berhubungan
dengan
kepentingan orang banyak,sehingga terasa manfaatnya. 4. Bahan yang dipilih adalah bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku. 5. Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa perlu untuk mempelajarinya.
Tahapan-Tahapan SPBM John Dewey, ahli pendidikan berkebangsaan Amerika Serikat menjelaskan 6 langkah SPBM yang kemudian dia namakan Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving), yaitu : 1. Merumuskan masalah,yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan. 2. Menganalisis masalah,yaitulangkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang. 3. Merumuskan
hipotesis,yaitu
langkah
siswa
merumuskan
berbagai
kemungkinan pemecahan masalah sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. 4. Mengumpulkan data,yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah. 5. Pengujian hipotesis,yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan. 6. Merumuskan rekomendasi pemecahan
masalah,yaitu langkah
siswa
menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian
hipotesis
Eka Kurniawan A.P (0104510007)
dan
rumusan
kesimpulan.
2
Teori Belajar dan Pembelajaran – Pembelajaran Berbasis Masalah
Keunggulan dan Kelemahan SPBM Keunggulan SPBM: a. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi bacaan. b. Pemecahan
masalah
dapat
memantang
kemampuan
siswa
serta
memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa. c. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa. d. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentranfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan siswa. e. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. f. Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran, pada dasarnya merupakan cara berpikir,dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa,bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja. g. Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa. h. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa utnuk berpikir
kritis
dan
mengembangkan
kemampuan
mereka
untuk
menyesuaikan dengan pengetahuan baru. i. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata. j. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk terusmenerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
Kelemahan SPBM a. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba. b. Keberhasilan strategi pembelajaran berbasis masalah membutuhkan cukup waktu untuk persiapan. c. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari. Eka Kurniawan A.P (0104510007)
3
Teori Belajar dan Pembelajaran – Pembelajaran Berbasis Masalah
B. Teori Pembelajaran Kognitif (E.C Tolman) Tolman secara metodologis adalah behavioris namun secara metafisika dia adalah teoristis kognitif. Dengan kata lain dia mempelajari perilaku untuk menemukan proses kognitif. Tolman tak pernah berpendapat bahwa perilkau dapat dibagi-bagi menjadi unit-unit kecil untuk tujuan studi, dia menanggap seludiberuh pola perilaku memilki makna yang akan diteliti dari sudut pandang elemenstitik. Tipe perilaku oleh Tolman (1932) diberi label sebagai Molar dicontohkan dalam bagian berikut : Seekor tikus berlari di jalur teka teki, seekor kucing keluar dari kotak teki-teki, seorang laki-laki berkendara pulang kerumah untuk makan malam, seorang anak bersembunyi dari orang asing, seorang wanita mencuci piring atau menggosip, ditelepon seorang murid mengerjakan ujian, seorang psikolog menbacakan daftar kata tak bermakna ini semua perilaku (qua molar). Perlu dicatat dalam menyebutkan itu semua kita tidak menunjukan dimana letak otot dan kelenjar, saraf indrawi, dan saraf motor yang dibutuhkan untuk perilkau itu. Respons-respons perilaku itu memiliki properti identitas sendiri yang sudah memadai.
Behaviorisme Purposif Tolman menggunakan istilah purposive sebagai deskripsi saja. Dia mencatat bahwa perilaku pencarian yang dilakukan seekor tikus dalam jalur teka-teki akan terus dilakukan sampai makanan ditemukan jadi perilakunya tampak Tolman
“Seolah-olah” istilah
purposive
memiliki digunakan
tujuan untuk
atau
mendiskripsikan
purposif. perilaku,
sebagimana kata lambat, cepat, benar, salah atau belok kanan bisa dipakai untuk menjelaskan perilaku. Menurut Tolman perilaku tampak seolah-olah memiliki tujuan selama organisme mencari sesuatu didalam lingkungan. Innis (1999) memperkuat klaim Tolman bahwa : karakter tindakan yang akan terus dilakukan sampai mencapai sesuatu yang dapat dilihat secara langsung, didefinisikan sebagai purposive. Pemilihan rute atau cara untuk mendapatkan atau menjahui suatu tujuan juga dapat diamati secara langsung. Perubahan perilaku jika suatu
Eka Kurniawan A.P (0104510007)
4
Teori Belajar dan Pembelajaran – Pembelajaran Berbasis Masalah
diubah juga dapat diamati secara langsung. Dalam observasi ini kita memiliki pengukuran objektif atas kognisi hewan. Teori Tolman merupakan
penjembatan antara teori behavior dan
kognitif. Karena teorinya yang sangat terkenal yaitu percobaan tikus didalam mazes (tempat seperti labirin). Dalam percobaan paling terkenal, satu kelompok tikus ditempatkan di lokasi yang acak namun tempat makanan selalu dilokasi yang sama. kelompok lain tikus memiliki makanan yang ditempatkan dilokasi yang berbeda yang selalu diperlukan pola yang sama persis putaran dari lokasi awal. Kelompok yang memiliki makanan di lokasi yang sama dilakukan jauh lebih baik daripada kelompoik lain, yang menunjukan bahwa mereka telah mmepelajari lokasi. Lima jenis belajar Tolman approach learning, escape learning, avoidance learning, choice-point learning, dan latent learning. Dimana semua bentuk pembelajaran tergantung pada kesiapan sarana-akhir yaitu perilaku berorentasi pada tujuan,ditengahi oleh harapan, persepsi, representasi, dan internal atau variabel lingkingan.
Eka Kurniawan A.P (0104510007)
5