Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006
PENANGANAN KARANTINA TERNAK ITIK DAN ENTOG DI BALAI PENELITIAN TERNAK CIAWI BOGOR SUWANDI
Balai Penelitian Ternak Po Box 221 Bogor 16002
RINGKASAN Suatu pengamatan telah di lakukan di kandang karantina Balai Penelitian Ternak Ciawi, mengenai proses karantina ternak itik dan entog . Kematian anak itik MA lebih tinggi dibandingkan dengan ternak itik yang berumur diatas satu bulan . Kematian ternak itik disebabkan oleh pengaruh stres akibat transportasi, lingkungan yang kurang mendukung selama penyesuaian di kandang karantina dan kandang yang terlalu padat, sedangkan kematian yang disebabkan oleh bakteri, jamur, dan virus kemungkinannya sangat kecil . Kematian pada ternak dewasa relatif sangat kecil, namun terjadi kematian mendanak pada ternak entog asal Cikarang yang dicurigai terinfeksi Flu Burung . Setelah dilakukan pemeriksaan bangkai di Balitvet negatif Flu Burung . Pemberian makanan dan minuman yang dicampur obat-obatan selain untuk mengurangi stres juga dapat memacu pertumbuhan badan, menekan pertumbuhan bakteri serta membasmi kuman-kuman penyakit yang mudah menyebar . Penyemprotan TH4 dilakukan sebagai desinfektan terhadap anti fungisidal, bakterisidal, dan virusidal . Untuk mewaspadai penyakit Flu Burung, 2 minggu setelah karantina dilakukan pengambilan sampel darah dan swab dari cloaca dan sampelnya dikirim ke Balitvet guna memastikan tidak terinfeksi Flu Burung . Dengan melaksanakan tindakan karantina yang baik dan teratur, mudah-mudahan dapat mencegah masuknya penyakityang berbahaya kedalam kandang percobaan . Kata Kunci : Karantina, Ternak Itik/Entog. PENDAHULUAN Ternak adalah sumber produksi untuk mencukupi kebutuhan manusia akan protein hewani dan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat . Kemakmuran serta kesejahteraan bangsa dan negara perlu dipelihara kelestariannya dan dikembangkan dengan sebaik-baiknya. Selain itu harus dilindungi dari kerugian yang dapat ditimbulkan oleh berbagai macam penyakit . Salah satunya adalah penyakit hewan yang dapat berpindah dari hewan kemanusia (PP NO :15 Tahun 1977 dalam Majalah Ranch No : 6/7 1980), maka usaha penolakan, pencegahan, pemberantasan dan pengobatan penyakit hewan perlu dilakukan secara baik dan terencana sehingga keberhasilan pengendalian penyakit hewan merupakan prasyarat majunya ekonomi peternakan (ANGKASA . 2002) . Karantina ternak pada dasarnya merupakan pos terdepan sebagai upaya pencegahan masuknya dan tersebarnya hama dan penyakit dari luar negeri kedalam negeri atau dari satu area (daerah) kearea lain didalam negeri (SUwANDI, 1999) . Dengan mewabahnya penyakit flu burung di Jawa Barat maka perlu meningkatkan kehati-
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
hatian dan kewaspadaan dalam setiap pengadaan ternak unggas untuk kebutuhan percobaan di Balai Penelitian Ternak . Oleh karena itu, setiap pengadaan ternak yang didatangkan dari luar Balai harus melalui proses karantina untuk mengamati kondisi kesehatan ternak tersebut. Jika selama proses karantina ditem ukan adanya indikasi suatu penyakit hewan yang berbahaya maka sebagai tindakan pengamanan, ternak tersebut harus segera dimusnahkan . Dengan demikian hanya ternak-ternak yang sehat yang diperkenankan masuk kedalam kandang percobaan . Penulisan ini bertujuan untuk memberi informasi mengenai tindakan karantina ternak itik dan entog yang akan masuk ke kandang percobaan Balai Penelitian Ternak, sebagai upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan yang berbahaya. Tindakan Bio Security Untuk Pencegahan Penyakit. Tindakan bio security untuk pencegahan penyakit unggas di Balai Penelitian Ternak, yang dilakukan oleh
71
Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006
kandang percobaan ayam dan itik adalah sebagai berikut : a . Menyediakan makanan dan minuman yang tidak tercemar, juga makanan yang dalam kondisi balk (tidak rusak/berjamur) . b . Mengubur dan membakar bangkai ayam atau itik yang mati . c . Membersihkan (menghapus hamakan) kandang dan peralatan yang tercemar penyakit . d . Menghindarkan jangan sampai burungburung liar masuk ke dalam kandang percobaan . e . Orang yang tidak berkepentingan dilarang memasuki kandang percobaan kecuali petugas kandang. f. Mengusahakan kebersihan lingkungan yang sehat di kandang percobaan seperti ventilasi harus baik, dinding kandang ditutup plastik untuk mencegah angin, kandang cukup mendapatkan sinar matahari . g. Usahakan jumlah ternak dalam suatu kandang jangan terlalu padat, agar memudahkan pengawasan dan pengam atan . h . Ternak dalam satu kandang sebaiknya yang seumur dengan strain/breed yang sama . i . Melakukan program vaksinasi yang teratur untuk jenis penyakit tertentu . Memberikan vitamin dalam air minum untuk, agar ternak dalam kondisi kesehatan yang baik . k . Memberikan coccidiostat dan antibiotika dalam air minum dan makanan (SAMSUDIN, 1976)
Usaha terhadap pencegahan menular harus ditekankan kepada kandang, preventif dan (pembasmian) bukan pada pengobatan.
penyakit sanitasi eradikasi tindakan
KARANTINA TERNAK ITIK DAN ENTOG Tempat karantina ternak itik dan entog di Balai Penelitian Ternak, adalah dengan memanfaatkan fasilitas kandang milik Unit Pelayanan Kesehatan Hewan Balitnak Ciawi . Dalam memonitoring ternak selama proses karantina dilakukan oleh tenaga Paramedis Veteriner yang profesional di bidangnya dan berwenang untuk melakukan tindakan-tindakan yang berkaitan tindakan polisional setelah didiskusikan dahulu dengan Dokter Hewan dan peneliti yang bertanggung jawab pada ternak tersebut . Kegiatan karantina ternak itik dan entog di Balitnak Ciawi, sudah berjalan sejak awal tahun 2004 . Kegiatan karantina ternak itik dan entog terbagi dua yaitu : I . Melakukan karantina untuk anak itik MA yang berasal dari penetasan Balai yang akan dikirim keluar daerah, baik untuk materi penelitian kerja sama maupun untuk memenuhi pesanan itik bibit komersial . 2 . Melakukan karantina ternak itik dan entog yang akan masuk ke kandang percobaan, sebagai plasma nutfah seperti itik Magelang, anak itik MA dari Blitar dan Entog Lokal yang berasal dari Gunung Sindur, Cimulang dan Cikarang Bekasi .
Program Pemberantasan Penyakit.
Fasilitas Kandang
Bila terjadi suatu kasus penyakit, tindakan pertama yang harus dilakukan adalah menentukan diagnosa dengan cepat dan tepat . Bila basil diagnosa menunjukkan menular, maka tanda-tanda penyakit tindakan yang harus dilakukan adalah memisahkan ternak yang sakit ke kandang isolasi . Jika setelah dilakukan pengobatan, tidak memberikan harapan untuk sembuh maka sebaiknya ternak tersebut segera karena khawatir dapat dimusnahkan menularkan penyakitnya pada yang lain .
Kandang karantina yang dipakai ada dua buah dengan ukuran masing-masing 3 X 6 meter dengan tinggi 2,8 meter dan dilengkapi dengan Exhause Fan (penyedot udara), lampu penerangan TL 40 wat dan lampu pemanas untuk karantina anak itik (DOD) . Tiap kandang karantina yang akan dipakai disekat 3 bagian dengan bilah bambu yang telah ditata dengan rapi (Gambar 1 .) dan pada lantainya di tebarkan kapur (kalsium karbonat) lalu ditebarkan sekam setinggi ± 5 cm .
72
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
Teinu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006
Perlakuan Selama Karantina
Gambar 1 . Situasi kandang karantina Persiapan kandang sebelum ternak datang. Seminggu sebelum ternak datang, kandang karantina dan peralatan kandang harus dicuci bersih dengan cara disemprot air . Setelah kandang bersih, selanjutnya lantai kandang ditebari dengan kapur dan dilapisi sekam dengan ketinggian ± 5 cm . Pada masing-masing lokal kandang ditempatkan tempat pakan dan minum sesuai dengan kebutuhan umur ternak, khusus untuk DOD dipasang lampu pernanas masing-masing 250 wat . Selanjutnya celah-celah yang ada ditutupi dengan kertas koran untuk persiapan fumigasi . Proses fumigasi sebagai proses sterilisasi kandang secara keseluruhan dengan menggunakan 75 gram Kalium Permanganat (PK) yang dicampurkan dengan Formalin teknis sebanyak 150 ml yang ditempatkan pada 3 cawan masingmasing 25 gram PK dan 50 ml Formalin . Selama proses furnigasi berlangsung, kandang ditutup rapat agar gas yang keluar akibat dari pencampuran bahan kimia tersebut tidak keluar . Waktu yang dibutuhkan untuk fumigasi yang efektif adalah berkisar 2 hari . Sebelum ternak datang, kandang yang selesai difumigasi dibuka kemudian kipas angin penyedot dihidupkan agar sisa gas yang masih ada dapat keluar sehingga tidak membahayakan bagi ternak dan petugas kandang .
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
Selama dalam karantina, ternak itik dan entog diawasi dan diamati dengan teliti mengenai segala perubahan pola makan dan tingkah laku ternak setiap pagi dan sore . Pada anak itik diberikan vitamin sebagai anti stres dan untuk penambah nafsu makan agar pertumbuhan badan selama karantina lebih baik. Selain itu diberikan juga coccidiostat untuk pencegahan terhadap penyakit coccidia. Untuk ternak dewasa selain vitamin dan coccidiostat ditambahkan dengan pemberian Antisep produksi PT Medion Bandung Indonesia dan chlorin yang mempunyai fungsi untuk membasmi atau membunuh kuman penyakit . Perlakuan lain selama karantina adalah dilakukan penyemprotan desinfektan dengan merek TH4 produksi dari PT Kalbe Farma Bekasi Indonesia ke seluruh badan ternak yangn berfungsi sebagai fungisidal, bakterisidal, dan virusidal . Pada saat sekam sudah kotor di lakukan penggantian sekam atau jika tidak terlalu kotor dapat dilakukan pembalikan sekam dan disemprot dengan antiseptik Kematian Ternak Selama Karantina Kematian ternak selama masa karantina, umumnya terjadi pada anak itik MA, sedangkan pada itik MA berumur di atas satu bulan kematian relatif lebih kecil (Tabel 1) . Penyebab kernatian anak itik kemungkinan besar karena faktor stres selama dalam pengangkutan sehingga menyulitkan proses adaptasi di kandang karantina. Kematian juga terjadi akibat kondisi ternak yang terlalu padat pada flok kandang, sehingga jumlah tempat pakan dan minum kurang mencukupi dan akibatnya pada saat anak itik berebut makanan terjadi penumpukan . Hal ini terjadi akibat kurang kesesuaian mengenai jumlah ternak yang datang dengan jumlah kandang yang telah disiapkan, sehingga diperlukan komunikasi yang baik antara pihak pengadaan ternak dengan pihak karantina ternak . Kematian ternak yang disebabkan oleh virus, bakteri atau jamur pada anak itik kemungkinannya sangat kecil .
73
Temu Teknis Nasiona! Tenaga Fungsional Pertanian 2006
Tabel 1 . Kegiatan karantina dikandang karantina Keswan Periode 2004-2006
I 2 3 4
Jenis Temak Itik MA Itik MA Itik MA Itik MA
5 6 7 8 9 10 11
No
DOD DOD DOD I bin
Asal Temak Blitar Blitar Blitar Blitar
Jumlah (Ekor) 445 341 894 250
Lama Karantina 9 Agst-26 Agst 2004 28 Agst-16 Sep 2004 21 Okt-9 Nop 2004 I I Nop-25 Nop 2004
Itik MA Itik MA Itik Mag Itik MA
5 mg DWS DWS DWS
Blitar Blitar Magelang Blitar
300 750 30 504
6 Des-24 Des 2004 19 Mart-28 Mart 2005 28 Juli-4 Agst 2005 29 Juni-30 Juli 2005
Entog Entog Entog
DWS DWS DWS
Gn Sindur Cimulang Cikarang
28 15 10
23 Peb- 18 Mart 2006 11 Apri1-19 Mei 2006 27 April-I9 Mei 2006
Umur
_
Perlakuan Vitachick+air minum Vitachick+air minum Vitachick+air minum Vitachick+air minum+ semprot Rhodalon Vitachick+air minum Vitachick+air minum Vitachick+air minum Air minum+antisep+ Chlorin Air minum+antisep Air minum+antisep Air minum+antisep dan diobati dgn Trimsul (AB)
Man (ekor) 99 39 62 26 51 18 21 36 6
Sumber :Catatan Kegiatan Lab Keswan Balitnak. Kematian pada ternak itik dan entog dewasa jarang terjadi kecuali pada entog yang berasal dari Cikarang Bekasi . Pada saat karantina terjadi kematian yang sangat mendadak, 6 ekor dari 10 ekor yang dikarantina mati . Bangkai yang mati segera dikirim ke Balitvet karena dicurigai terinfeksi Flu Burung . Setelah dilakukan pemeriksaan bangkai di Balitvet, kematian ternak ternyata disebabkan oleh infeksi bateri (negatif Flu Burung) . Untuk ternak entog yang masih sehat diberikan antibiotika (Trimsul) melalui pencekokan pagi dan sore dengan dosis 0 .1 gram + 5 ml aquades . Selain itu dilakukan penyemprotan dengan tetesan (TH 4) pada tubuh ternak dan semua fasilitas kandang sebagai antisipasi meluasnya infeksi . Waspada Penyakit Flu Burung (Avian Influenza) Untuk mengantisipasi terinfeksinya penyakit Flu Burung yang akhir-akhir ini sangat menghawatirkan, maka pada ternak itik dan entog yang dikarantina dilakukan pemeriksaan sampel darah dan swab cloaka setelah dikarantina selama 2 minggu . Sampel darah dan swab cloaka selanjutnya dikirim ke Balai Penelitian Veteriner untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan hasilnya baru dapat diketahui setelah I m inggu . Pemeriksaan ini harus dilakukan untuk memberi keyakinan pada peneliti
74
mengenai ternaknya dan sebagai antisipasi pencegahan penyakit Flu Burung . Perlakuan Pasca Karantina Bila karantina telah selesai, ternak itik atau entog dapat segera dipindahkan ke kandang percobaan . Selanjutnya peralatan kandang dikeluarkan untuk dicuci bersih, dan disimpan untuk digunakan kembali . Pembuangan sekam yang telah bercampur kotoran dilakukan dengan cara dimasukan ke dalam karung, kemudian ditempatkan ke bunker untuk dibakar. Setelah sekam dibuang, kandang dicuci dengan cara disemprot pada dinding penyekat sampai bersih kemudian dilakukan penyemprotan dengan larutan Formades untuk mencegah penularan penyakit virus, bakteri, jamur dan coccidia . Dosis larutan Formades adalah 10 ml dicampur dengan air bersih 2500 ml (I 250) yang disemprotkan ke seluruh ruangan . Bila diduga adanya penyakit berbahaya maka dosis larutan dapat dipekatkan yaitu perbandingan I : 100 . Jika kandang akan digunakan karantina kembali, maka dilakukan fumigasi terlebih dahulu . KESIMPULAN Dengan melakukan proses karantina terlebih dahulu pada ternak itik dan entog yang masuk ke Balai Penelitian Ternak, maka penyebaran penyakit yang berbahaya dapat dicegah dan diawasi sebaik mungkin .
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006
DAFTAR BACAAN ANGKASA, BOETHDY, 2002 . Bergesernya Cara Pandang Keswan . Infovet edisi 093 . Catatan Kegiatan Harian 2006, Laboratorium Kesehatan Hewan Balitnak Ciawi Bogor. Ranch No : 6/7 1980 . Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun I977 .Tentang Penolakan, Pencegahan,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
Pemberantasan dan Pengobatan Penyakit Hewan . . SJAMSUDIN . A, 1976 . Diktat Penyakit Unggas Menular, Snakma Negeri Bogor . SUWANDI, EMI . S, TATTY. K, DAN ROCHMAH . 1999 . Tatalaksana Karantina Ternak Ruminansia. Prosiding Lokakarya Fungsional Non Peneliti . Hal : 219
75