ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Siklus hidup Artemia (gambar 3) dimulai pada saat menetasnya kista atau telur, dimana setelah 15-20 jam diinkubasi pada suhu 25 °C kista akan menetas manjadi embrio. Selanjutnya dalam waktu beberapa jam embrio ini masih akan tetap menempel pada cangkang kista. Pada fase ini embrio akan menyelesaikan perkembangannya kemudian berubah menjadi nauplius yang sudah akan bisa berenang bebas (Purwakusuma, 2002). Nauplius yang baru menetas pada stadia instar 1 belum membutuhkan makanan dari luar karena mulut dan anusnya belum terbentuk sempurna. Setelah 8 jam menetas nauplius akan berganti kulit dan memasuki tahap larva kedua (instar 2). Pada stadia ini larva mulai makan berupa mikro algae, bakteri dan detritus (Van Stappen G, 2006). 2.1.3 Cara Kultur Artemia sp. Dalam melakukan kegiatan penetasan diperlukan wadah dan perangkat suplai oksigen. Suplai oksigen dijamin dengan dibuatnya sitem aerasi dalam wadah. Sebagai media tetas digunakan air laut dengan salinitas antara 10-30 ppt. Dalam keadaan normal, kurang dari 48 jam kemudian kista akan menetas menjadi bentuk nauplius (Harefa, 1996). Penetasan Artemia sp. dilakukan dengan cara langsung dan dengan cara dekapsulasi. Agar daya tetasnya baik, kepadatan kista tidak lebih dari 2gram/liter dengan salinitas air 15-35 ppt dan suhu air 25-28°C. Untuk penetasan langsung lebih baik, apabila sebelum dimasukkan ke bak penetasan, kista tersebut direndam dalam air tawar untuk mempercepat hidrasi (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995).
PKL
CINDY YUANITA AZIS TEKNIK KULTUR Artemia sp. SEBAGAI PAKAN ALAMI DALAM PEMELIHARAAN INDUK IKAN BADUT ATAU clownfish (Amphiprion ocellaris) DI BALAI BUDIDAYA LAUT SEKOTONG, LOMBOK BARAT, NUSA TENGGARA BARAT
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
2.1.4 Fungsi Artemia Sebagai Pakan Alami Artemia banyak digunakan dalam kegiatan-kegiatan pembenihan ikan dan crustacean terutama sebagai sumber pakan hidup (Primavera, et.al. Manoppo, 1983). Hal ini disebabkan karena nauplius Artemia merupakan salah satu sumber pakan hidup yang paling baik bagi larva ikan dan crustacean (Manoppo, 1983). Jangkauan pemanfaatan Artemia sangat luas, contohnya Artemia dewasa dapat dijadikan pakan untuk berbagai jenis ikan hias. Selain itu Artemia dewasa yang dikeringkan dalam bentuk serpihan bisa digunakan untuk memperkaya gizi pellet (Susanto, 1992). 2.2 Ikan Badut atau clown fish (Amphiprion ocellaris) 2.2.1 Klasifikasi dan Morfologi Menurut (Randall, et.,al. 2006), ikan Clown fish dapat di klasifikasikan sebagai berikut: A. Klasifikasi Kerajaan Phylum Subphylum Class Ordo Family Genus Spesies
PKL
: Animalia : Chordata : Vertebrata : Actinopterygii : Perciformes : Pomacentridae : Amphiprion : Amphiprion ocellaris
CINDY YUANITA AZIS TEKNIK KULTUR Artemia sp. SEBAGAI PAKAN ALAMI DALAM PEMELIHARAAN INDUK IKAN BADUT ATAU clownfish (Amphiprion ocellaris) DI BALAI BUDIDAYA LAUT SEKOTONG, LOMBOK BARAT, NUSA TENGGARA BARAT
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Gambar 3. Ikan Badut (Amphiprion ocellaris.) (Sumber :dellasophia312.blogspot.com/2013) Clown fish (Amphiprion ocellaris) lebih banyak dikenal masyarakat dengan sebutan ikan badut. Clown fish sebenarnya terdiri dari 29 jenis, 28 jenis dari genus amphiprion, sedangkan satu jenis merupakan spsies dari genus promnas yang mempunyai ciri khusus duri preoperkualitas yang dijumpai dibawa matanya. Secara umum ikan Clown fish berukuran kecil, maksimal dapat mencapai ukuran 10 – 15 cm. Berwarna cerah, tubuh lebar (tinggi) dan dilengkapi dengan mulut yang kecil (Fautin, et.,al. 2007). B. Morfologi Clown fish (Amphiprion ocellaris) memiliki ciri warna tubuh hitam, merah, oranye cerah, ukuran mungil, gerakan lincah dan termasuk ikan jinak. Ada 3 garis putih pada bagian kepala, tengah-tengah badan dan pangkal ekor. Garisputi dibagian badan mempunyai corak yang berbeda dengan dua garis puti lainnya, sisi luar garis putih dihiasi siluet hitam, sisik relatif besar dengan sirip dorsal yang unik. Pola warna pada ikan ini sering dijadikan dasar pada proses identifikasi, disamping bentuk gigi, kepala dan bentuk tubuh. Ciri khas yang paling menarik dari Clown fish adalah badannya yang dihiasi warna-warna cemerlang sesuai dengan tempat hidupnya, yaitu cabang-cabang karang yaitu
PKL
CINDY YUANITA AZIS TEKNIK KULTUR Artemia sp. SEBAGAI PAKAN ALAMI DALAM PEMELIHARAAN INDUK IKAN BADUT ATAU clownfish (Amphiprion ocellaris) DI BALAI BUDIDAYA LAUT SEKOTONG, LOMBOK BARAT, NUSA TENGGARA BARAT
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
anemon laut. Kapsul-kapsul beracun pada cabang-cabang anemone laut akan membuat ikan yang menyentunga aka terluka atau mati. Namun Clown fish tidak perna terluka oleh anemon laut, bahkan Clown fish bersembunyi di balik cabangcabang tersebut (Fautin, et.,al. 2007). Secara umum Clown fish (Amphiprion ocellaris) dikenal sebagai ikan badut berukuran kecil. Maksimal mereka dapat mencapai ukuran 10 – 15 cm. Berwarna cerah, tubuh lebar (tinggi), dan dilengkapi dengan mulut yang kecil. Sisiknya relatif besar dengan sirip dorsal yang unik. Pola warna pada ikan ini sering dijadikan dasar dalam proses identifikasi mereka , disamping bentuk gigi, kepala dan bentuk tubuh. Variasi warna dapat terjadi pada spesies yang sama, khususnya berkenaan dengan lokasi sebarannya (Mebs, 2009). Clown fish dapat bertahan beberapa saat terhadap sengatan tentakal sebelum lumpuh dengan cara menggosok-gosokkan badannya secara cepat pada tentakel Clown fish dapat melumuri seluruh tubuhnya dengan lendir anti sengat tentakel. Dalam waktu satu jam seekor Clown fish akan bisa menyelimuti seluruh tubuhnya dengan lendir anti sengat tersebut. Clown fish akan segera kehilangan kekebalannya bila dipisahkan dengan anemon selama beberapa jam. Untuk menjadi kebal kembali perlu beradaptasi dan memerlukan waktu seperti disebutka diatas. Setiap jenis Clown fish memiliki kriteria dalam memilih anemon (Mebs, 2009). Tentakel anemon dilapisi oleh lendir yang memiliki kandungan tertentu untuk melindunginya dari sengatan tentakel yang lain atau tersengat oleh tentakel sendiri. Lendir inilah yang dimanfaatkan oleh ikan clown fish untuk melindungi
PKL
CINDY YUANITA AZIS TEKNIK KULTUR Artemia sp. SEBAGAI PAKAN ALAMI DALAM PEMELIHARAAN INDUK IKAN BADUT ATAU clownfish (Amphiprion ocellaris) DI BALAI BUDIDAYA LAUT SEKOTONG, LOMBOK BARAT, NUSA TENGGARA BARAT
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
badannya dari sengatan tentakel anemon. Simbiosis mutu alisme antara Clown fish (Amphiprion ocellaris) dengan tanaman laut dari golongan radianthus, karena hanya ikan darai genus amphiprion yang mampu hidup bersama dan saling menguntungkan sehingga disebut ikan Anemone fish (Mebs, 2009). 2.2.2 Sistem Reproduksi Berbeda dengan ikan lainya, perilaku kawin ikan badut atau Clown fish menunjukan sifat kebaikan. Apabila ikan lain, diperlukan beberapa betina untuk satu jantan, pada Clwon fish justru satu betina memiliki beberapa jantan. Clown fish diketahui bisa beruba kelamin. Selain itu merupakan memiliki heararki sosial yang ketat. Dalam satu koloni Clown fish yang hidup dalam anemon, biasanya terdiri dari satu betina dewasa yang dominan dan beberapa jantan yang berukuran lebih kecil, serta beberapa Clown fish muda. Ikan-ikan muda ini semua berkelamin jantan (Wabnitz, et.,al. 2003). Apabila betina mati atau kehilangan, jantan dewasa secara biologi akan mengganti kelamin menjadi betina. Perubahan kelamin akan berlangsung selama dua minggu atau lebih. Kemudian jantan terbesar dan tertua yang ada dikoloni tersebut akan menjadi pasangannya. Strategi demikian diketahui mampu mempertahankan kelanjutan keberadaan spesies Clown fish tersebut. Dalam hal ini jantan yang ditinggal mati betinanya tidak perlu mencari betina lain jauh-jauh. Seperti diketahui, di dalam, Clown fish tidak bisa meninggalkan anemonnya lebih dari beberapa meter hanya untuk mencari betina lain (Kayu, 2004). Clown fish dapat menghasilkan telur 300 – 700 butir. Telur tersebut ditekan pada batu-batu dibawah mantel anemon. Telur tersebut akan dijaga oleh
PKL
CINDY YUANITA AZIS TEKNIK KULTUR Artemia sp. SEBAGAI PAKAN ALAMI DALAM PEMELIHARAAN INDUK IKAN BADUT ATAU clownfish (Amphiprion ocellaris) DI BALAI BUDIDAYA LAUT SEKOTONG, LOMBOK BARAT, NUSA TENGGARA BARAT
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Clown fish jantan hingga menetas. Telur pada umumnya akan menetas setelah enam atau tujuh hari. Burayak / anak ikan yang masih kecil selanjutnya akan menjadi plantkon dan terbawa arus laut. Setela 15 hari terapung-apung, makan dan tumbuh, burayak akan berkembang menjadi Clown fish muda dan siap-siap mencari anemon sebagai rumahnya (Zieman, 2003). 2.2.3 Habitat dan Penyebaran Jenis Clown fish menemukan rumahnya kembali setelah tersesat dilautan lepas selama berhari-hari. Hal ini terlihat dari perlakuan anak-anak Clown fish yang dapat kembali ke kawasan karang tempat para induknya tinggal. Habitat Clown fish yang di amatai gabungan ilmuan dari Australia, Amerika dan Perancis hanya selebar 300 meter di sebuah taman laut alami di Papua Nugini. Namun anak-anak ikan dapat mengenali rumah induknya meski sempat tersapu kelautan lepas. Dalam penelitian tersebut, para ilmuan melakukan mutasi buatan dengan menyuntikan isotip barium yang tidak berbahaya kepada ikan-ikan betina. Isotop yang akan diwarisi keturunannya sejak dalam telur hingga dewasa akan menjadi penanda (lebel) yang dapat dilacak. Sekitar 300 Clown fish betina dilacak perjalanannya sejak dilepaskan ke perairan terbuka (Wabnitz, et.,al. 2003). Clown fish tersapu ke perairan terbuka diperlihatkan kemampuan yang luar biasa seperti berenang dengan cekatan, mencium, melihat dengan baik dan menggunakan semua inderanya. Menurutnya, ikan-ikan tersebut mungkin dapat mengenali jejak kimia tertentu yang dihasilkan saat mereka lahir. Berapa jauh perjalanan yang harus ditempuh bayi Clown fish ke rumahnya belum dihitung dengan pasti. Tapai, rata-rata menghabiskan waktu 11 hari untuk berenang
PKL
CINDY YUANITA AZIS TEKNIK KULTUR Artemia sp. SEBAGAI PAKAN ALAMI DALAM PEMELIHARAAN INDUK IKAN BADUT ATAU clownfish (Amphiprion ocellaris) DI BALAI BUDIDAYA LAUT SEKOTONG, LOMBOK BARAT, NUSA TENGGARA BARAT
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
kembali ke karangnya. Para peneliti juga belum mengetahui bagaimana ikan-ikan mengenali rumahnya (Wabnitz, et.,al. 2003).
PKL
CINDY YUANITA AZIS TEKNIK KULTUR Artemia sp. SEBAGAI PAKAN ALAMI DALAM PEMELIHARAAN INDUK IKAN BADUT ATAU clownfish (Amphiprion ocellaris) DI BALAI BUDIDAYA LAUT SEKOTONG, LOMBOK BARAT, NUSA TENGGARA BARAT