TELAAH KOMPARATIF ATAS PEMIKIRAN DANAH ZOHAR, IAN MARSHALL DAN ARY GINANJAR AGUSTIAN TENTANG KECERDASAN SPIRITUAL (STUDY PUSTAKA) SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh: FARIKHATUL WALIDAH 11109130 JURUSAN TARBIYAH PRGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2013
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Secara alamiah dalam diri manusia tersimpan berbagai potensi. Namun tidak semua potensi yang dimiliki manusia dapat berkembang dengan baik dan optimal. Bahkan tidak sedikit manusia yang tidak mengetahui potensi yang tersebar di dalam dirinya. Ketidaktahuan mengenai potensi diri, menjadikan potensi-potensi tersebut tidak tergali dan berfungsi dengan baik. Sehingga menyebabkan manusia dapat mengalami kesulitan dalam mengatasi berbagai persoalan yang muncul di tengah-tengah kehidupanya. Salah satu konsekuensi logis dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat dewasa, adalah munculnya berbagai peristiwa yang mengejutkan dan tidak masuk akal. Seperti anak yang membunuh orang tuanya, pemerkosaan dan munculnya gejala-gejala sosial yang semakin tidak sehat, seperti stabilitas sosial politik yang tidak terjamin, rasa kepedulian social yang semakin menipis, kesenjangan sosial , perpecahan antar kelompok massa, tindak kriminalitas, atau bahkan pemimpin Agama yang kalap melakukan tindakan tidak senonoh. Pada sisi yang lebih beradab tidak jarang ditemui di tengah-tengah masyarakat, orang yang secara material cukup dan memiliki fisik yang sehat tetapi tidak mampu merasakan kebahagian dan ketenangan batin. Hal tersebut disebabkan karena mengalami krisis makna
1
2
dan nilai. Seseorang selalu merasa cemas, gelisah, ketakutan yang mendalam dan keputusasaan yang munjurus pada tindakan nekat bunuh diri. Realitas kehidupan yang demikian dapat memunculkan ketegangan pikiran dan tekanan emosional atau stres pada seseorang. Adapun upaya pencegahan dan penanganan stres juga mengalami perkembangan yang cukup pesat. Dari yang berbentuk pelatihan pelatihan, seperti menejemen qalbu, kursus ketrampilan, mabit (malam bina iman dan taqwa). Atau yang saat ini menarik minat masyarakat luas adalah dengan pendalaman dan peningkatan potensi kecerdasan manusia baik kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara utuh. Setelah IQ,EQ,AQ muncul kecerdasan spiritual atau spiritual intelegent (SI) atau spiritual quotient (SQ). Dimensi SQ menekankan pada hakikatnya manusia tidak semata-mata badaniah, tetapi juga rohaniah. Dimensi rohaniah itu adalah spiritual. Agar manusia menjadi seimbang, perlu mengembangkan dimensi spiritual tersebut agar terarah pada sang spirit sejati, asal mula manusia berada dan asal mula segala yang ada. Kecerdasan adalah potensi alamiah (fitrah) yang dimiliki manusia. Sebagai anugerah tertinggi dari Allah SWT dan yang memuliakan manusia dengan mahluk lain. Indikasi adanya potensi kecerdasan pada manusia, sebagaimana disebutkan dalam Al Qur‟an yang mengajak manusia untuk mengadakan pemikiran dan penalaran terhadap segala fonomena yang terjadi tengahtengah kehidupannya. Allah berfirman dalam Al Qur‟an:
3
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan(17), dan langit, bagaimana ia ditinggikan?(18). Dan gununggunung bagaimana ia ditegakkan?(19). Dan bumi bagaimana ia dihamparkan ?(20) “ Al Ghasiyah:17-20, ( Depertemen Agama. 2006. 592) Kecerdasan ini terletak dalam suatu titik Gost Spot Pertama kali digagas oleh Danah Zohar dan Ian Marshall dari Oxvord University dan Havard University, pada pertengahan tahun 2000. Kecerdasan spiritual berdasarkan pada sistem saraf otak ketiga, sistem ini menyatukan beberapa informasi ke seluruh bagian otak. suatu proses
untuk mengintegrasikan
beberapa kemampuan yang ada pada manusia. mengintegrasikan antara fikiran dan tubuh, emosi dan akal dan SQ juga menyediakan pusat pemberian makna pada manusia. Suatu pernyataaan menarik yang diberikan oleh Danah Zohar: God spot (titik Tuhan) adalah bagian lobus temporal yang berkaitan dengan pengalaman religius atau spiritual. lobus temporal sendiri adalah bagian otak manusia yang terletak di pelipis. Dan ditambahkan lagi oleh Danah Zohar dan Ian Marshall tentang god spot, god spot yang menjadi pondasi dalam konsep kecerdasan spiritual (Danah zohar dan Ian Marshall, 2002, 10). Pernyataan ini mengandung arti bahwa manusia mempunyai kecenderungan
kepada
keagamaan,
dengan
membangkitkan
potensi
4
keagamaan melalui penyentuhan pada god spot yang ada pada otak. Pada dasarnya hati manusia itu bersifat Universal dengan catatan manusia itu telah mencapai titik fitrah (God Sport) dan terbebas dari segala pradigma dan belenggu. Dalam keadaan seperti ini manusia merasakan ketenangan jiwa yang mendasari segala tingkah lakunya, dan menggunakan suara hati sebagai penuntun hidupnya menuju sebuah kebenaran. Menurut Zohar dan Marshall, dalam beberapa bagian bukunya Danah Zohar dan Ian Marshall mencoba menyoroti hubungan antara agama dan SQ, karena pada umumnya orang beranggapan bahwa SQ selalu berhubungan dengan agama. Padahal menurut pengarang kedua tokoh SQ berbeda dengan agama. Kalau agama merupakan aturan-aturan dari luar tatapi SQ adalah kemampuan internal. Sesuatu yang menyentuh
dan
membimbing
manusia
dari
dalam.
SQ
mampu
menghubungkan manusia dengan ruh esesnsi dibelakang semua agama. Orang yang SQnya tinggi tidak picik dan fanatic atau penuh prasangka dalam beragama. Pengertian spiritualitas yang dikemukakan oleh Danah Zohar dan Ian Marshall tidak selalau mengaitkan masalah dengan ketuhanan. Bagi kedua tokoh tersebut, kecerdasan spiritual lebih banyak terkait dengan masalah makna hidup, nilai-nilai dan keutuhan diri. Kesemuanya tidak perlu terkait dengan masalah ketuhanan. Orang dapat menemukan makna hidup dari bekerja, belajar, berkarya bahkan ketika dalam menghadapi problematika dan penderitaan. Danah Zohar dan Ian Marshall menempatkan agama hanya sebagai salah satu cara mendapatkan SQ tertinggi.
5
Kecerdasan spiritual inilah yang sebagai penentu kesuksesan seseorang. Kecerdasan ini menjawab berbagai macam pertanyaan dasar dalam diri manusia. Kecerdasan ini juga menjawab dan mengungkapkan tentang jati diri seseorang. Orang yang SQ tinggi mampu memaknai penderitaan hidup dengan memberi makna positif pada peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang
dialaminya.
Dengan
memberi
makna
yang
positif
mampu
membangkitkan jiwanya dan melakukan perbuatan dan tindakan yang positif. Manusia yang memiliki SQ tinggi cenderung akan lebih lebih bertahan hidup daripada orang yang ber SQ rendah. Studi tentang potensi kecerdasan manusia secara ilmiah. Menurut Taufik Pasiak berawal dengan ditemukannya kecerdasan intelektual yang terletak pada otak bagian
luar yang disebut
dengan istilah neocortex, yang pertama kali diperkenalkan oleh William Strenz. Kemudian berkembang dengan ditemukannya kecerdasan emosional (Intelligence Emotional) yang dipopulerkan oleh
Daniel Golemen yang
berada pada system limbic otak manusia. Dan terakhir adalah kecerdasan spiritual atau Spiritual Quotient (Spiritual Intelligence) yang terletak pada “God Spot” bagian dari lobus temporal otak manusia. (Taufiq Pasiak, 2006, 38) Kecerdasan
spiritual
merupakan
landasan
atau
dasar
untuk
memfungsikan kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual secara efektif. SQ adalah kecerdasan yang dapat membangun diri manusia dengan utuh secara intelektual, emosional. Sehingga membantu manusia untuk menjalani kehidupan dengan lebih bijak dan arif. Danah Zohar dan Ian
6
Marshall mendifinisikan kecerdasan spiritual sebagai sebuah kecerdasan untuk berhadapan dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan nilai dan makna. Kecerdasan yang dapat membantu dan menyembuhkan diri manusia dari ketidakberdayaan dan keterpurukan yang disebabkan karena kecemasan dan ketakutan yang disebabkan krisis makna dan nilai. Lebih mendalam mereka menyebutkan bahwa kecerdasan spiritual dapat digunakan untuk menilai dan menempatkan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan mendalam. Sedangkan dari sudut pandang Ary Ginanjar Agustian mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kemampuan untuk memberikan makna terhadap setiap perilaku dan kegiatan, melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah menuju manusia yang seutuhnya (khanif) dan memiliki pola pemikiran yang tauhidi (integrallistic) serta bersifat hanya kepada Allah. Kecerdasan spiritual merupakan produk pemikiran barat modern. Satu-satunya jenis kecerdasan pada manusia yang fokus kajiannya pada demensi spiritual dengan riset ilmiah yang sangat komprehensif dan mendalam tentang aktivitas otak manusia. Dan pada umumnya memisahkan diri dengan perspektif Agama. Dari uraian diatas merupakan hal yang melatarbelakangi serta mengantar kepada penulis untuk membahas dalam sebuah karya ilmiah yang berjudul “TELAAH KOMPARATIF ATAS PEMIKIRAN DANAH ZOHAR , IAN MARSHALL DAN ARY GINANJAR AGUSTIAN TENTANG KECERDASAN SPIRITUAL (STUDY PUSTAKA)”.
7
B.
Penegasan Judul Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dan terang tentang pembahasan dalam skripsi ini maka, perlu kiranya diketahui kata-kata yang terkandung dalam judul tersebut. Adapun pengertian dari kata-kata yang terdapat dalam judul skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Kecerdasan Kecerdasan adalah perkembangan akal budi seperti kepandaian, ketajaman pikiran ( Jhon M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Pt. Gramedia Jakarta 2000.hal 546). 2. Spiritual Spiritual adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan, rohani atau batin . Sedangkan batin adalah sesuatu yang terdapat dalam hati , sesuatu yang menyangkut jiwa ( perasaan hati atau sebagainya) dan menceritakan apa yang terasa dalam batinnya, atau sesuatu ynag tersembunyi (Gaib) tidak kelihatan. (Ahmad Taufiq Nasution, 2009 : 10).
C.
Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pemikiran Danah Zohar dan Ian Marshalltentang kecerdasan spiritual ?
8
2. Bagaimana
pemikiran
Ary Ginanjar Agustian tentang kecerdasan
spiritual ? 3. Bagaimana persamaan dan perbedaan metodologis pemikiran Danah Zohar, Ian Marshalldan Ary Ginanjar Agustian tentang kecerdasan spiritual ?
D.
Tujuan Penelitian Dalam setiap penelitian mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Adapun dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendiskripsikan konsep kecerdasan spiritual Danah Zohar dan Ian Marshall secara komprehensif dan mendalam. 2. Untuk mengetahui pemikiran Danah Zohar, Ian Marshall dan Ary Ginanjar Agustian tentang kecerdasan spiritual. 3. Untuk
persamaan dan perbedaan metodologis pemikiran Danah
Zohar, Ian Marshalldan Ary Ginanjar Agustian tentang kecerdasan spiritual.
E.
Manfaat Penelitian Dengan memahami makna dari kecerdasan spiritual diharapkan dapat diambil manfaatnya sebagai berikut:
9
1. Teoritis a. Dapat menjadi salah satu sumber informasi tentang SQ secara mendalam . b. Untuk memberikan masukan terutama pada setiap diri mnusia tentang pentingnya SQ dalam kehidupan sehari-hari. c. Dapat memperluas konsep kecerdasan spiritual yang berdasarkan pada nilai-nilai keislaman. 2. Praktis a. Supaya pada setiap diri manusia dapat mengelola kecerdasannya dengan sebaik-baiknya. b. Agar
setiap
diri
manusia
menggunakan
dan
memiliki
kecerdasannya dengan baik dan dapat menjadi pribadi yang bermakna. c. Memberikan kontribusi positif dalam proses, terutama pada fungsi pencegahan terhadap gejala penyakit jiwa atau stres dengan memanfaatkan dan memfungsikan kecerdasan spiritual.
F.
Metode Penelitian 1. Jenis dan pendekatan Di tinjau dari sifat dan tempatnya maka, penelitian ini bersifat literature taitu studi kepustakaan. Sebagai suatu penelitian atau “Library Research”.(Sutrisna Hadi, 1989, 9). Dalam penelitian skripsi ini penulis berusaha untuk mengembangkan konsep dan pemahaman serta kepekaan
10
peneliti terhadap satu obyek yang diteliti, bukan ditujukan untuk membentuk fakta, melakukan prediksi dan tidak pula menunjukan hubungan dua variable (Saeful Muhtadi dan Agus Safei, 2003:97). Dalam hal ini objek yang akan penulis teliti adalah konsep Spiritual Intelligence Danah Zohar, Ian Marshall dan Ary Ginanjar Agustian. 2. Sumber Data Sumber dan jenis data dalam penelitian ini, dapat diklasifikasikan menjadi dua sumber yakni sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber utama atau sumber pokok. Adapun sumber primer dalam penelitian ini adalah karya ilmiah Danah Zohar dan Ian Marshall yang berjudul “SQ: Spiritual Intelligence : The Ultimate Intelligence” Bloomsbury, London 2000 dan Ary Ginanjar Agustian, “Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power: Sebuah Inner Journey Melalui Al Ihsan” Sedangkan sumber sekunder, dalam penelitian ini adalah literature atau data yang mendukung dan melengkapi sumber primer. Berupa artikel dalam surat kabar atau majalah, jurnal dan buku ilmiah yang ada kaitannya dengan penelitian ini serta pengalaman dan wawasan penulis yang berkaitan dengan judul . 3. Pengumpulan Data Dalam penelitian skripsi ini, penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data yang diantaranya,
11
a. Library
research
yaitu
riset
kepustakaan
(Kartono,
Kartini,1990:17), metode ini dipergunakan untuk menelusuri dan mengumpulkan data teoritis. Dengan memilih literature yang mendukung dan relevan dengan obyek yang diteliti. Hal ini dimaksudkan untuk menelaah literatur-literatur yang berkaitan dengan pembahasan skripsi ini. Kemudian hasil telaah tersebut dijadikan sebagai pijakan dalam mengkaji data (buku) yang telah diperoleh baik data primer maupun data sekunder. b. Metode dokumentasi, metode ini digunakan untuk mencari dan mengumpulkan data yang berkaitan dengan penelitian skripsi, yang berupa catatan penulis, jurnal ilmiah, artikel dalam surat kabar dan majalah, catatan pribadi serta wawasan penulis. Metode ini dipergunakan untuk melengkapi data-data yang telah ada . 4.
Analisis Data Analisis yaitu upaya memahami segala peristiwa, pendapat serta
pemikiran yang terdapat dalam sumber data serta mengadakan seleksi terhadap setiap kandungannya. Metode ini dipergunakan untuk mengolah data yang telah diperoleh. Adapun metode analisis data yang dipergunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode hermeneutika. Richard. E. Palmer menyebutkan, hermeneutik adalah upaya menafsirkan untuk memahami pemikiran tokoh dalam masa tertentu. Sedangkan Dick Hartoko mengartikan hermeneutic sebagai suatu kepandian menerangkan atau
12
menafsirkan sebuah teks, baik secara obyektif (arti gramatikal) maupun subyektif (maksud pengarang). Metode ini akan dipergunakan penulis untuk memahami dan mengartikan atau menafsirkan maksud isi data yang telah diperoleh baik data primer maupun data sekunder. Kemudian metode intepretasi, yang menurut Anton Bakker atau Zubair interpretasi data adalah menyelami isi buku, untuk dapat setepat mungkin mampu mengungkapkan arti dan makna uraian yang disajikan (Anton Bakker dan Ahmad Choris Zubair , 1990.hal 69). Metode komparatif adalah menganalisis data atau pendapat yang berbeda dengan jalan membandingkan atau untuk dipilih pendapat yang lebih kuat, atau mencari kemungkinan untuk dikompromikan (Hasbullah Bakri, 1981 hal 39). Secara operasional dalam penelitian akan didiskripsikan persamaan dan perbedaan Danah Zohar, Ian Marshalldan Ary Ginanjar Agustian tentang spiritual. Demikian ini untuk mendapat pengertian yang lebih mendalam dan komprehensif sesuai dengan tema yang diangkat dalam penelitian.
G.
Sistematika Pembahasan Skripsi Bagian awal yang terdiri halaman sampul, lembar berlogo, halaman judul, lembar persetujuan, pernyataan, dan keaslian tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar lampiran.
13
BAB I
: Pendahuluan
Pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,, manfaat penelitian dan metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II
: Biografi Intelektual
Pada bab ini membahas biografi Ary Ginanjar Agustian dan Danah Zohar dan Ian Marshallmengenai riwayat hidup, karier intelektual dan dan lingkup sosialnya. BAB III
: Kajian Kecerdasan Spiritual
Pelaksanaan tindakan yang mencakup tentang hakikat kecerdasan
dan
spiritual. Pada bab 3 ini dipaparkan data umum tentang pengertian kecerdasan spiritual menurut pandangan Danah Zohar, Ian Marshall dan Ary Ginanjar Agustian. BAB IV
: Analisis komparatif kecerdasan spititual menurut Danah
Zohar, Ian Marshalldan Ary Ginanjar Agustian mencakup komparasi, persamaan dan perbedaan, metodologi pemikiran Danah Zohar, Ian Marshall dan Ary Ginanjar Agustian . BAB V
: Penutup
Terdiri dari kesimpulan dan saran. Bagian akhir terdiri dari: dafter pustaka, lampiran-lampiran, daftar riwayat hidup penulis.
14
BAB II BIOGRAFI INTELEKTUAL A. Ary GinanjarAgustian
1. Riwayat Hidup Kajian-kajian dari psikologi menunjukkan bahwa seorang psikolog merupakan kelompok elit dari masyarakat, baik dari segi pengetahuan ataupun filosofinya. Dr. H.C. Ary Ginanjar Agustian dalam focus tulisan ini bukanlah termasuk persepektif diatas. Dia bukan dari kelurga yang psikilogisnya tinggi , teologis atau yang memiliki jenjang pendidikan di pesantren atau memiliki warisan teologi. Untuk lebih jauh bagaimana sosok Dr. H.C. Ary Ginanjar Agustian, dalam tulisan ini akan dideskripsikan perjalanan hidunya. Ary Ginanjar dilahirkan di Bandung, Jawa Barat pada tanggal 24 Maret tahun 1965, Ary diberi nama lengkap oleh kedua orang tuanya Ary Ginanjar Agustian. Ary adalah putra dari bapak H.A.Rohim Agustjik dan ibu Hj. Anna Rohim. Ary sangat bersyukur mempunyai orang tua yang dapat menginspirasi dalam kehidupannya. Rasa syukur dan rasa terimakasih tersebut dituangkan dalam beberapa karya-karyanya, salah satu ucapan terimaksih yang tertulis dalam karyanya yaitu:
14
15
“Kedua orang tua saya H.A.Rohim Agustjik dan ibu Hj. Anna Rohim .pembimbing sekaligus pendorong semangat saya. Cinta yang luhur telah menginspirasi saya dalam menulis buku ini,juga kehidupan saya. Mereka mendidik saya untuk merdeka dalam mengambil keputusan hidup, hanya Allah yamg mampu membalas kebaikan yang sangat agung itu”. Ary Ginanjar adalah seorang praktisi sejati yang berkiprah di dunia usaha dan terjun ke persaingan dunia bisnis yang sangat kompetetif dan penuh tantangan. Kemampuan dalam bidang pelatihan sumber daya manusia telah sangat teruji di berbagai training, dimana ia tampil sebagai trainer utama. Ary Ginanjar Agustian tidak berhenti hanya sebagai seorang trainer tetapi juga sebagai penulis sebaliknya juga sebagai seorang pengamal sejati yang berkecimpung dalam keusahawanan dalam dunia perniagaan yang sangat kompetitif dan penuh kesabaran. Kemampuannya dalam bidang pembangunan modal insan sangat terbukti di berbagai training. ( Ary Ginanjar Agustian. 2003 ) Ary bukanlah kelulusan dari pesantren atau pun seorang psikologi, namun
dua bidang itu dipelajarinya dengan sendirinya,
dengan didukung semangat belajar yang tinggi dan sifat tawadhu terhadap ilmu pengetahuan. Sebelum tahun 2001 masyarakat tidak mengenal nama Ary Ginanjar Agustian. Namun, pamor lelaki kelahiran hari rabu ini cepat meroket dan pelatihannya menjadi terkenal di mana-mana setelah menciptakan buku ESQ (Emotional Spriritual Quetient). Dua buah buku karangannya yaitu ESQ, Rahasia Membangun Kecerdasan
16
Emosional & Spiritual Melalui 6 rukun Iman & 5 Rukun Islam dan ESQ Power ikut mendongkrak citra Ary Ginanjar. Ary merupakan pendiri ESQ Leadership Center dan penggagas metode ESQ Way 165. Berjuang untuk memperbaiki moral bangsa dan membangun peradaban baru Indonesia Emas 2020. Keberhasilannya dalam memberikan motivasi dan semangat perubahan melalui buku serta training tersebut, membuat Ary Ginanjar terpilih sebagai salah satu The Most Powerful People and Ideas in Business 2004 oleh Majalah Swasembada. Ary juga terpilih menjadi Tokoh Perubahan 2005 oleh Koran Republika serta didaulat menjadi Pengurus Dewan Pakar ICMI periode 2005–2010. Pada Maret 2007, Ary Ginanjar juga telah berhasil memperkenalkan ESQ di Oxford, Inggris. Dalam sebuah pertemuan yang diselenggarakan oleh The Oxford Academy of Total Intelligence tersebut Ary Ginanjar telah memukau sejumlah pakar Spiritual Quotient (SQ) dari berbagai negara seperti Amerika Serikat, Australia, Denmark, Belanda, Nepal dan India.
2. Latar belakang pendidikan Pengetahuan yang diperoleh Ary Ginanjar Agustian melalui beberapa tahap pendidikan. Universitas Udayana, Bali, dan Tafe College, Adelaide, Australia adalah akademik yang dipilih oleh Ary Ginanjar dalam menempuh pendidikan tingkat atas. Ary pernah menjadi
17
pengajar tetap di Politeknik Universitas Udayana, Jimbaran, Bali selama lima tahun.
3.
Karier Intelektual Dr. H.C Ary Ginanjar Agustian, Beliau telah berkecimpung di dunia bisnis selama lebih dari 25 tahun. Melalui pengalaman nyata dalam dunia bisnis, buku-buku yang dipelajari, serta perenungannya, Ary menulis sebuah buku yang sangat fenomenal ESQ : Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi & Spiritual. Di dalam buku tersebut dimenyampaikan gagasan bahwa kecerdasan intelektual (IQ) saja tidak cukup. Untuk menjadi seseorang yang berhasil diperlukan juga kecerdasan emosional (EQ) yang akan memberikan keterampilan dalam bersosialiasi dan berhubungan dengan orang lain, serta kecerdasan spiritual (SQ) yang akan memberikan jawaban atas eksistensi diri. Untuk menggabungkan ketiga kecerdasan tersebut, dirancanglah sebuah konsep yang disebutnya The ESQ Way 165 yaitu sebuah konsep pembangunan karakter yang komprehensif dan integratif berdasarkan 1 nilai universal, 6 prinsip pembanguan mental, dan 5 langkah aksi. Pada tanggal 17 Desember tahun 2007, Ary mendapat gelar Doctor
Honoris
oleh Universitas
Negeri
Causa di
bidang
Yogyakarta sebagai
pendidikan
karakter
penghargaan
konsep The ESQ Way 165 sebagai metode pembangunan karakter.
atas
18
Jabatan sekarang adalah Presiden Direktur ESQ Leadership Centre dengan alamat ESQ Leadership Centre Jln. Ciputat Raya No. 18 Pondok Pinang Jakarta 12310. Ary adalah seorang otodidak yang belajar langsung dari lapangan dan dunia usaha. Ary juga penulis buku best seller ESQ. Buku yang mampu terjual sebanyak 150.000 eksempler dalam waktu yang relative singkat itu terbilang fenomenal, karena mampu memperkenalkan sebuah paradigma baru dibidang sumber daya manusia. Beberapa
perusahaan
terkemuka
nasional
bahkan
telah
menerapkan ESQ model sebagai metode untuk membangun budaya perusahannya. Delapan tahun terakhir, Ary berkiprah di dunia pemberdayaan dan pelatihan sumber daya manusia, Ary telah melatih dan meluluskan lebih kurang 8000 alumni. Peserta pelatihan umumnya adalah para eksekutif dan CEO terkemuka negeri ini, perusahanperusahan besar di Indonesia, bahkan petinggi-petinggi dikalangan militer. Emotional Spriritual Quetient adalah sebuah icon, dan Ary Ginanjar telah memperkenalkan paradigma baru yang mengsinergikan science, sufisme dan psikolog secara qur‟ani dalam satu kesatuan yang terintregitas
19
Beberapa penghargaan dan jabatan yang pernah disandangnya adalah :
No. 1.
Judul The
Most
Tahun Powerful 2004
Penerbit Majalah SWA
People and Ideas in Business 2.
Agents of Change
2005
Koran republika
3.
Hero of New Period
2008
Majalah simpati Zone
4.
One
of
the
Most 2009
majalah biografi politik.
Powerful People 5.
ESQ Model Metode
sebagai 2009
Pembangunan
Kementrian
Pemuda
dan Olahraga, Republik
Karakter
Indonesia
6.
Preaching Dedication
2009
Nahdlatul Ullama.
7.
Golden
Honorary 2009
Kepala Kepolisian
Police
wilayah Jawa Barat.
Pada tahun 28 Oktober 2008, Ary mendapat penghargaan dari Menteri Pemuda dan Olah Raga (Menpora) sebagai Pengembang Metoda ESQ dalam Meningkatkan Sumber Daya Manusia Menuju Indonesia
Bermartabat.
Sedangkan
Majalah
Biografi
Politik
20
menobatkan Ary Ginanjar sebagai Pemimpin Muda Berpengaruh 2008 dan pada akhir 2008, menjadi salah seorang pengurus Pusat Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) untuk periode 2008 – 2011. Pada tahun 2010 2015 Ary sebagai Wakil Ketua Bidang Agama, Budaya dan Pengembangan Karakter Bangsa, ICMI Pusat. Sedangkan pada tahun 2011 mendapat Kalam dari
penghargaan
PIKUM
dalam
(Pertubuhan
Anugerah Seni
Silat
Darjat Ikatan
khalifah Kalam
Utama), Malaysia.
Selain penghargaan yang mengagumkan Ary Ginanjar Agustian juga berhasil menulis karya yang menajubkan , buku-buku yang tercetak antara lain: 1.
The ESQ Way Jilid 1 ISBN 979-1328-54-4 dalam bahasa Indonesia
2.
The ESQ Way Jilid 2 dalam bahasa Indonesia
3.
Mengapa ESQ ISBN 978-979-1328-30-2 dalam bahasa Indonesia
4.
ESQ English Version dalam bahasa Inggris
5.
Bangkit Dengan Tujuh Budi Utama ISBN 979-1328-832-3 dalam bahasa Indonesia
6.
Building The Best Indonesian Bussiness Way ISBN 979-1328-57-9 dalam bahasa Indonesia (http://id.wikipedia.org/wiki/Ary Ginanjar Agustian Kehidupan awal dan karir)
21
4.
Lingkup Sosial Dari pernikahannya dengan Linda Damayanti putri dari pasangan bapak Wawan Hermawan dan ibu Irma Halimah, Allah menganugrahi lima anak yakni Anjar, Eric, Rima, Eqi dan Esqi. Anakanaknya juga dididik dengan disiplin dan penuh religious. Dalam lingkungan keluarga Ary ginanjar berusaha menciptakan suasana yang harmonis dan nyaman. Linda Damayanti adalah seorang istri dan sekaligus ibu yang begitu baik dan sholikhah , Ary mengungkapkan : “Istri saya linda damayanti yang begitu setia menemani dan begitu sabar mengikuti langkah saya, semoga Allah mencatat amal kebaikannya (Ary Ginanjar Agustian. xxxiii)”.
B. 1.
Danah Zohar dan Ian Marshall Riwayat hidup Danah Zohar dibesarkan oleh kakek-neneknya selama tahun 1950an di Midwest Amerika. Mereka adalah orang-orang yang sangat religius, dan taat, yang telah mengenal kemiskinan dan penderitaan sepanjang hidup mereka dan selamat dari depresi besar. Neneknya harus mendukung keluarga karena kondisi jantungnya buruk kakeknya. Tapi meskipun terbatas tidur sebagian besar waktu, kakeknya keadilan kota praja tentang Perdamaian, seorang koresponden untuk tiga surat kabar, dan salesman batu nisan. Kakaeknya adalah seorang pria yang membanggakan, dicintai dan dipercaya oleh masyarakat, seorang pria pada siapa orang tahu mereka bisa mengandalkan. Kakaek tidak pernah mengecewakan orang-orang
22
disekelilingnya. Itulah adalah kakek Danah Zohar yang tertanam kode moral sengit dalam diri nya. Zohar ragu oramh-orang mengingat janjijanjinya. Ini dibuat pada dorongan, tampaknya tulus berarti pada saat ini, tapi kemudian cepat dilupakan. Dalam hidup Zohar, selama beberapa tahun terakhir, kelupaan instan seperti pada bagian sesorang yang telah membuat janji dengan Zohar atau orang lain, Zohar tahu telah menjadi norma. Zohar sudah menyimpulkan bahwa terlalu sering orang hanya berjanji maka tidak dapat diandalkan. (http://www.pegasuscom.com/levpoints/zoharint.html) Zohar menghabiskan banyak waktunya bekerja di dunia bisnis. Dan untuk menjalankan perusahaan terlibat dengan orang lain dan meminta, dan mengandalkan, kepercayaan. Untuk terlibat dalam bisnis sama sekali adalah untuk menerima bahwa seseorang memiliki tanggung jawab untuk memenuhi kontrak satu dan membayar pajak seseorang, tanggung jawab kepada pelanggan, karyawan, pemegang saham dan idealnya, kepada masyarakat dan lingkungan. Tapi kontrak berselingkuh atau tidak puas, celah pajak dicari, barang dan jasa jelek yang ditawarkan kepada pelanggan, dan pemegang saham ditipu oleh bonus eksekutif yang besar dan korupsi di atas. Dalam sebagian besar kasus, biarkan masyarakat dan lingkungan terkutuk. Bank tidak bisa lagi dipercaya, dan politisi tidak akan pernah bisa.
23
Sedangkan Ian Marshall nama lengkapnya Ian Paul Marshall.. Marshall lahir pada tanggal 20 Maret tahun 1966, dan saat ini berumur 47 tahun tempat lahir Liverpool, Inggris tinggi badannya 1.86 m
2. Latar Belakang Pendididikan Ian Marshall dan Danah Zohar adalah sepasang suami istri yang saat ini tinggal di London, Inggris. Danah menjadi tenaga pengajar di Oxvord Strategic Leadership Program di Oxvord University dan program leading edge di Oxvord Brookes University ( Zohar dan Marshall, 2000:325 ).
Danah Zohar lahir dan dididik di Amerika
Serikat. Dia belajar Fisika dan Filsafat di MIT ( Massachusett Institut of Tekhnologi ), dan melakukan pekerjaan pascasarjananya dalam bidang Filsafat, Agama & Psikologi di Harvard University. Dijelaskan oleh Financial Times dan Prentice Hall sebagai salah satu pemikir manajemen terbesar di dunia. Perusahaan yang Danah dan Ian Marshall telah dibuat di rumah presentasi di tingkat manajemen senior telah menyertakan Komisi Kehutanan Swedia, Volvo, Astra Farmasi, Werner Lambert Farmasi, Philip Morris Tembakau, Marks & Spencer, Shell, British Telecom, Motorola, Philips, Norwich Union Keuangan Jasa, Merita Financial Services / Finlandia, Skandia Asuransi dan Jasa Keuangan, Bank of International Settlements, Skotlandia Enterprise, Fife Enterprise, BMW, McCann Erikson, Coca Cola, dan McKinsey.
24
Danah berada di fakultas Shell Inggris “Tantangan untuk Perubahan” program pelatihan manajemen senior dan telah ditangani tim kepemimpinan proses transformasi Shell USA untuk manajemen senior. Baru-baru ini bekerja sama dengan intelijen inisiatif pelatihan McKinsey global baru rohani. Danah Zohar menulis sebuah buku baru, Quantum Intelijen, yang bertujuan untuk menjadi puncak dari kehidupan kerjanya. Danah saat ini tinggal di Oxford, Inggris dengan keluarga besarnya. Danah Zohar kuliah secara luas di seluruh dunia pada konferensi yang diselenggarakan oleh UNESCO, The European Cultural Foundation, The Davos Forum Ekonomi Dunia, Dunia Bisnis Academy, YPO, IFTDO (Federasi Internasional Pelatihan dan Pengembangan Organisasi), Kantor Kabinet Inggris, Council Jepang untuk Pertumbuhan Future Generations, The American Association Pendidikan Nasional (NEA), Yayasan Inggris Kerja, dan Pemerintah Nasional Australia. Danah ditangani oleh anggota Parlemen Nasional Swedia dan telah bekerja dengan perwakilan pemerintah daerah dan pendidik di beberapa negara. (Danah Zohar.com) Ian Marshall adalah seorang psikiater, psikoterapis dan penulis beberapa makalah akademik mengenai sifat pikiran. Ian meraih gelar dalam bidang psikologi dan filsafat di Oxvord University dan mengambil gelar medisnya di London (Zohar dan Marshall, 2000:325). Dari merekalah konsep Spiritual Quotient ( Spiritual Intelligence) yang menarik minat banyak kalangan diperkenalkan. Melalui karya ilmiah
25
mereka yang monumental dengan judul SQ : Intelligence Spiritual : The Ultimate Intelligence terbit pertengahan tahun 2000.
Sebagaimana
diungkapkan Zohar dan Marshall, ada beberapa hal yang mendasari lahirnya konsep kecerdasan spiritual ini, diantaranya adalah kondisi masyarakat modern terutama di dunia barat yang tidak mampu merasakan kebahagian hidup yang disebabkan karena mengalami krisis spiritual dan kehilangan makna hidup. Konstruksi Spiritual Quotient yang dibangun Zohar dan Marshall mendasarkan pada penemuan penelitian para ahli neorolog dan psikolog tentang aktivitas otak manusia. Terutama penemuan dari Micheal Passinger dan VS Ramanchandran tentang aktivitas God Spot atau Titik Tuhan yang berada di daerah temporal (lobus temporal) otak manusia. Konsep SQ ini pada dasarnya adalah upaya pengembangan lebih luas dari beberapa gagasan para psikolog. Seperti gagasan Viktor Frakl tentang logoterapi (aliran psikologi humanistik) dan C.G. Jung dengan psikologi transpersonalnya.
3.
Karier Intelektual Danah Zohar dan Ian Marshall baik bersama ataupun sendirian telah banyak memberikan sumbangan pemikiran yang tidak kecil dalam perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini. Terutama dalam bidang filsafat dan psikologi. Pada umumnya karya-karya mereka lebih terfokus pada kajian tentang pikiran dan otak manusia. Dalam karyanya
26
buku tentang SQ merupakan salah satu karya ilmiah mereka melalui riset ilmiah yang sangat komprehensif dengan mendasarkan pada hasil penelitian para
ahli neorolog dan psikolog tentang aktivitas otak
manusia. Bukunya tersebut merupakan karya ilmiah mereka yang terakhir diterbitkan oleh Bloomsbury, London, 2000. Buku tersebut merupakan bagian dari holisme quantum yang aplikatif untuk kehidupan sehari-hari. Berikut ini adalah beberapa buku karya Ian Marshall dan Danah Zohar :
No. Judul buku
Penerbit
Tahun terbit
1.
“SQ: Spritual Intelligence – Bloomsbury, the Ultimate Intelligence”
2.
The
Quantum
Self,
2000
London
The Bloomsbury,
2000
Quantum Society, Who Is London Afraid of Scorodiger is Cat dan Reasoning the Corperate Brain 3.
“The Quantum Self”
Bloomsbury, London
1990
27
4.
The Quantum Society
Flaminggo,
1999
London
5.
Rewering
the
Corporate
1997
Brain
Karya- karya
mereka ini merupakan dobrakan terhadap
“Elitisme Fisika Quantum” yang oleh Fritjof Copra dilebur dengan “Elitisme Mistik Timur” menjadi “Elitisme Mistisisme Zaman Baru”. Dalam bukunya, Zohar dan Marshall meletakkan proses quantum di tengah-tengah kehidupan kita sehari-hari dengan menyatakan, bahwa proses berpikir kita yang biasa sehari-hari bukan hanya pengalaman mistik yang esoteris, melainkan pada dasarnya adalah proses quantum (Armahedi Mahzar, 2001:1). Danah zohar memiliki gairah untuk fisika kuantum, dan wawasan yang telah membentuk banyak rasa, menggali siapa danah zohar sebenarnya, dan bagaimana dirinya masuk ke dalam skema yang lebih besar hal. Salah satu wawasan pusat fisika kuantum adalah bahwa kitalah yang membuat dunianya yang bertanggung jawab atas dunia. Hasil dari eksperimen kuantum tergantung pada pilihan fisikawan dari alat ukur. Sisi realitas yang ditimbulkan oleh penyelidikan tergantung pada pertanyaan yang fisikawan bertanya. zohar mengatakan : “Quantum holisme mengajarkan kita bahwa tidak ada hal seperti pemisahan. Masing-masing kita adalah "terjerat" dengan, bagian dari dan ditentukan oleh segala sesuatu yang lain di dunia. Setiap pikiran,
28
keputusan dan tindakan bergaung di seluruh alam semesta. Segala sesuatu yang kita lakukan memiliki konsekuensi untuk keseluruhan.” Dalam nada yang sama, dan dirinya sangat dipengaruhi oleh wawasan kuantum, Jung mengatakan: "Jika ada yang salah di dunia ini, hal ini karena ada sesuatu yang salah dengan individu, karena ada sesuatu yang salah dengan saya. Oleh karena itu, jika saya masuk akal, saya akan menempatkan diri benar terlebih dahulu. Dalam analisis terakhir, hal penting adalah kehidupan individu. Ini saja membuat sejarah, di sini sendirian melakukan transformasi besar berlangsung, dan seluruh masa depan, seluruh sejarah dunia, akhirnya musim semi sebagai penjumlahan raksasa dari sumber-sumber tersembunyi sebagai individu. Dalam kehidupan yang paling pribadi dan subyektif kita kita tidak hanya saksi pasif zaman, tetapi juga pembuat nya. Kami membuat zaman kita sendiri. "
Dilanjutkan dengan buku yang kedua “. Dalam buku kedua ini mereka mengatakan, bahwa masyarakat dunia harus ditata kembali menjadi masyarakat quantum yaitu sejumlah kumunitas-kumunitas kecil tatap muka yang berinteraksi secara dialogis serupa dengan model dialog internal yang terjadi dalam otak manusia. Mereka menyatakan, bahwa landasan fisika bagi keadaan manusia adalah proses kondensasi base einstein quatum, sel-sel syaraf yang menimbulkan koherensi gelombang listrik magnet di otak (Armahedi Mahzar, 2001:1). Sedangkan buku yang terbit tahun 1997 merupakan buku di luar trilogy quantum. Dalam buku ini mereka menjelaskan adanya tiga jenis cara berpikir yaitu berpikir serial, berpikir asosiatif dan berpikir quantum (Armahedi Mahzar, 2001:2). Konsep berfikir quantum inilah
29
yang pada tahun 2000 menjelma menjadi Intelligence Spiritual yang lebih dikenal dengan istilah SQ (Spiritual Quotient) yang dipopulerkan melalui karya ilmiah mereka dengan judul “SQ: Intelligence Spiritual: The Ultimate Intelligence”. Buku ini, merupakan buku terakhir dari trilogy holisme quantum. Seperti dalam pembahasan-pembahasan mereka sebelumnya, buku ini pun menjadikan otak sebagai kajian utama (wacana besar) mereka. Sedangkan trilogi holisme quantum sebagai bingkai yang membayangi wacana besar tersebut yang berkaitan dengan mistisisme. Ketika Ian Marshall dan Danah Zohar menulis buku SQ , mereka sedang berlibur pada saat hari natal yang senantiasa dilaksanakan setiap tahun sekali di Nepal. Saat-saat ajaib yang dialami zohar dan Marshall ditengah budaya agama Hindu dan ditengah agama Budha pramodern yang begitu kaya warna, suara, bau,dan makna yang mempengaruhi mereka dalam hal pemikiran yang diungkapkan dalam isi buku SQnya. (Zohar & Marshall, 2007, hal 20). Masyarakat Nepal memiliki hal-hal yang tidak ada di tanah air Ian Marshall dan keluarganya. Komunitas local yang kuat dan keluarga besar , tradisi spiritual yang hidup dan diyakini oleh seluruh budaya, spontanitas dan urgensi kehidupan sehari-hari serta kekayaan simbolis berupa cara berpakaian, makan hidup dan mati, kepedulian dan rasa hormat yang ditunjukkan pada desain kehiduan sehari-hari yang sederhana dan berulang-ulang.pananen musiman dan festival-festival.
30
Akan tetapi mereka menetahui bahwa hal tersebut bukanlah cirri-ciri budaya mereka . Nepal sangat spiritual karena kehidupan sehariharinyaterikat dalam suatu kekayaan budaya spiritual. (Zohar & Marshall, 2007, hal 21).
31
BAB III PENGERTIAN KECERDASAN SPIRITUAL
A. Kecerdasan Spiritual menurut Danah Zohar dan Ian Marshall 1. Pengertian Kecerdasan Spiritual Kecerdasan berasal dari kata “cerdas” yang mendapat imbuan kean. Cerdas berarti akal budi, pandai, tajam pikiran ( Poerwadarminta, KBBI. 1997 hal.363 ). Dengan demikian kecerdasan adalah perkembangan akal budi seperti kepandaian, ketajaman pikiran ( Jhon M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, PT. Gramedia Jakarta 2000.hal 546). Kata spiritual berasal dari kata spirit dalam bahasa inggris, yang berarti roh atau jiwa. Sedangkah spiritual adalah keagamaan ( Jhon M. Echols dan Hasan Shadily. Kamus Inggris Indonesia, PT. Gramedia Jakarta 2000.hal 764). Pendapat lain mengatakan spiritual berkaitan dengan roh, semangat atau jiwa. Dapat juga diartikan dengan religious yang berhubungan dengan agama, keimanan, kesalehan menyangkut nilainilai trasendental (Cp Chaplin terjemahan Karini Kartono, Kamus Lengkap Psikologi, Rajawali Pers. Jakarta 1989,hal 480) Menurut Marsa Sinetar kecerdasan spiritual adalah pemikiran yang terilhami oleh dorongan dan efektifitas. Keberadaan atau hidup ilahi yang mempersatukan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. Kecerdasan spiritual ini melibatkan kemampuan untuk menghidupkan kemampuan
31
32
yang paling dalam yang berarti mewujudkan hal terbaik, utuh dan paling manusiawi dalam batin, ( Triantoro Safari: 2007.15). Michael Levin menjelaskan bahwa kecerdasan spiritual adalah sebuah perspektif artinya mengarahkan cara berpikir menuju kepada hakekat kedalam kehiduapn manusia yaitu penghambaan diri kepada sang maha suci dan maha meliputi. Kecerdasan spiritual tertinggi hanya bisa dilihat jika individu telah mampu mewujudkan dan merefleksi dalam kehidupan sehari-hari. Artinya sikap-sikap individu mencerminkan penghayatannya akan kebajikan dan kebijaksanaan yang mendalam. Sesuai dengan jalan suci menuju pada sang pencipta ( Triantoro Safari: 2007.16) Menurut Mimi Doe dan Marsha Walch, spiritualitas adalah dasar bagi tumbuhnya harga diri, nilai-nilai, moral, dan rasa memiliki. Mimi dan Marsha memberi arah dan arti bagi kehidupan tentang kepercayaan mengenai adanya kekuatan non fisik yang lebih besar dari pada kekuatan diri, suatu kesadaran yang menghubungkan manusia langsung dengan Tuhan, atau apa pun yang dinamakan sebagai sumber keberadaan manusia, (Doe & Walch, 2001, 20). Jadi berdasarkan arti dari dua kata tersebut kecerdasan spiritual dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menghadapi dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan nilai, batin, dan kejiwaan. Kecerdasan ini terutama berkaitan dengan abstraksi pada suatu hal di luar kekuatan manusia yaitu kekuatan penggerak kehidupan alam semesta.
33
Menurut Tony Buzan kecerdasan spiritual adalah yang berkaitan dengan menjadi bagian dari rancangan segala sesuatu yang lebih besar, meliputi, melihat suatu gambaran secara menyeluruh. Sementara itu, kecerdasan spiritual menurut
Stephen R. Covey adalah pusat paling
mendasar di antara kecerdasan yang lain, karena menjadi sumber bimbingan bagi kecerdasan lainnya. Kecerdasan spiritual mewakili kerinduan akan makna dan hubungan dengan yang tak terbatas. (Tony Buzan . 2003) Kecerdasan spiritual menurut
Danah Zohar dan Ian Marshall
adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dalam kehidupan dalam kontek makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain, (Zohar & Marshall, 2007, 4). Dari beberapa pengertian di atas, kecerdasan spiritualitas dapat disimpulkan, sebagai suatu kecerdasan yang menjadi dasar bagi tumbuhnya harga diri dan nilai-nilai, moral, rasa memiliki kehidupan lebih bermakna.
2. Ciri-ciri Kecerdasan Spiritual Seseorang yang tinggi SQnya juga cenderung menjadi seseorang pemimpin yang penuh pengabdian, yaitu seseorang yang bertanggung jawab untuk membawa visi dan nilai yang lebih tinggi kepada orang lain
34
dan memberi inspirasi kepada orag lain. Danah Zohar & Ian Marshall mengindikasikan tanda dari SQ yang telah berkembang dengan baik mencangkup hal-hal berikut : a. Kemampuan bersikap fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif). Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi ditandai dengan sikap hidupnya yang fleksibel atau bisa luwes dalam menghadapi persoalan. Fleksibel disini bukan berarti munafik atau bermuka dua. Fleksibel disini juga bukan berarti tidak mempunyai pendirian. Akan tetapi, fleksibel karena pengetahuannya yang luas dan dalam serta sikap dari hati yang tidak kaku. Orang yang fleksibel seperti ini lebih mudah menyesuaikan diri dalam berbagai macam situasi dan kondisi. Orang yang fleksibel juga tidak mau memaksakan kehendak dan tidak jarang tampak mudah mengalah dengan orang lain. Meskipun demikian, dengan bersifat fleksibel mudah untuk menerima kenyataan dengan hati yang lapang. b. Tingkat kesadaran yang tinggi. Orang yang mempunyai tingkat kecerdasan yang tinggi berarti mengenal dengan baik siapa dirinya. Orang yang demikian lebih mudah mengendalikan diri dalam berbagai situasi dan keadaan, termasuk dalam mengendalikan emosi. Dengan mengenal diri sendiri secara baik. Seseorang lebih mudah pula dalam memahami orang lain. Dalam tahap spiritual selanjutnya, lebih mudah baginya untuk mengenal Tuhannya. Dalam menghadapi persoalan hidup yang semakin kompleks, tingkat kesadaran yang tinggi ini sangat penting sekali. Tidak mudah
35
baginya untuk putus asa. Jauh dari kemarahan, sebaliknya sangat dekat dengan keramahan. Orang yang semacam ini tidak mungkin mendapatkan julukan sebagai orang yang tidak tahu diri dari orang lain. c. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan. Kemampuan menghadapi penderitaan didapatkan karena seseorang mempunyai kesadaran bahwa penderitaan ini terjadi sesungguhnya untuk membangu dirinya agar menjadi manusia yang lebih kuat. d.
Kemanpuan untuk menghadapi dan melampui rasa sakit. Orang yang mempunyai tingkat kecerdasan spiritual yang tinggi
bisa menghadapi dan mengelola rasa sakit atau takut dengan baik. Dengan sabar akan menghadapi segala sesuatu. Kesabaran dalam banyak hal memang bisa bermakna sebagai keberanian seseorang dalam menghadapi kehidupan. e.
Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai. Visi dan nilai dari seseorang bisa jadi disandarkan kepada
keyakinan kepada Tuhan, atau bisa juga berangkat dari visi dan nilai yang diyakininya berasal dari pengalaman hidup. Visi dan nilai yang dimiliki oleh seseorang bisa membuat hidupnya terarah, tidak goyah ketika menghadapi cobaan dan lebih mudah dalam meraih kebahagiaan. f.
Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu. Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang baik akan
enggan bila keputusan atau langkah – langkah yang diambilnya bisa menyebabkan kerugian yang tidak perlu. Hal ini bisa terjadi karena bisa
36
berpikir lebih selektif dalam mempertimbangkan berbagai hal. Inilah yang sering disebut dalam ilmu managemen sebagai langkah yang efektif. g.
Kecenderungan untuk melihat ketertarikan antara berbagai hal (holisticview) Agar keputusan dan langkah yang diambil oleh seseorang dapat
mendekati keberhasilan, diperlukan kemampuan dalam melihat keterkaitan antara berbagai hal. Agar hal yang sedang dipertimbangkan itu menghasilkan kebaikan, sangat perlu melihat keterkaitan antara berbagai hal dalam sebuah masalah. h.
Kecenderungan untuk bertanya untuk mencari jawaban yang mendasar. Dengan pertnyaan “mengapa” atau “bagaiamana” seseorang dapat
memahami masalah dengan baik, tidak secara parsial dan dapat mengambil keputusan dengan baik . i.
Bertanggung jawab untuk membawakan visi dan nilai yang lebih tinggi pada orang lain. Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi akan bisa
menjadi pemimpin yang penuh pengabdian dan tanggung jawab. (Zohar & Marshall, 2007:14).
37
3. Jalan Menuju Kecerdasan Spiritual : Danah Zohar mengungkapkan ada 6 jalan menuju SQ yang lebih tinggi yaitu: a. Jalan Tugas ( kepribadian konvensional) Jenis kepribadian konvensional merupakan kepribadian yang cenderung pada penyesuaian terhadap kelompok, namun demikian individu yang terlalu mendalami jenis kepribadian dan mengabaikan sisi yang lainnya akan mengakibatkan keterpisahan terhadap ego dengan diri yang paling dalam, yang kemudian memunculkan sikap panatis. ( Danah Zohar dan Ian Marshall, hal. 149 ) . Pada jalan ini untuk menjadi cerdas secara spiritual harus setia kepada kelompoknya dan pada tingkatan yang lebih dalam, bisa menjadi bagian dalam kelompoknya. Manusia harus setia, loyal, dan konsisten dengan kelompoknya. Atau dalam lingkup yang lebih kecil,
konsisten dengan dirinya sendiri dan harus tunduk pada
kebenaran yang ada pada dirinya sendiri. Jalan ini berkaitan dengan rasa dimiliki, kerja sama, memberi sumbangan, dan diasuh oleh komunitas. b.
Jalan Pengasuhan (kepribadian sosial) Kecenderungan pada tipe kepribadian sosial adalah pengasuh,
menjaga. Namun apabila terlalu mendalam pada tipe ini akan mengakibatkan sikap over protective, sadisme. ( Danah Zohar dan Ian Marshall, hal. 149 ). Untuk menjadi cerdas secara spiritual pada jalan ini secara singkat Danah Zohar mengatakan “manusia harus spontan”. Artinya, harus terbuka dan selalu keluar dari hati nurani tanpa ada rahasia,
38
terbuka dalam arti menerima segala sesuatu yang datang dari luar dirinya, dan jujur, pada akhirnya harus menerima nasehat-nasehat yang mulia. Pandangan ini menjadikan manusia akan cepat terbebas dari segala masalah, keterbukaan merupakan asas dalam konseling dan mendengarkan hati nurani adalah kebijaksanaan yang tinggi. Melalui jalan ini, kecerdasan spiritual akan meningkat dan kesehatan jiwa, ketenangan jiwa akan muncul.
Jalan
ini
berkaitan
dengan
kasih
sayang,
pengasuhan,
perlindungan dan penyuburan. c.
Jalan Pengetahuan (kepribadian investigative) Cendikiawan, ilmuan, propesionali dan sebagainya merupakan
peribadi investigative. Individu yang mempunyai jenis kepribadian ini akan cenderung pada penalaran. Keterpisahan ego dengan pusat diri yang terdalam akan melahirkan sikap over rasional (rasionalisasi yang terlalu) sehingga segala sesuatu diukur hanya dengan akal. Pada jalan pengetahuan ini, manusia bisa sehat ketika selalu mencari nilai-nilai di balik atau di dalam segala sesuatu yang akhirnya akan menimbulkan nilai-nilai mulia. Jalan pengetahuan merentang dari pemahaman akan masalah praktis umum, pencarian filosofis yang paling dalam akan kebenaran, hingga pencarian spiritual akan pengetahuan mengenai Tuhan dan seluruh caranya dan penyatuan terakhir denganNya melalui pengetahuan. d.
Jalan Perubahan Pribadi Kecenderungan pada kepribadian ini selalu mengedepankan perasaan.
Penyimpangan yang dialami oleh peribadi tipe ini adalah perasaan yang
39
terlalu gembira, atau sebaliknya perasaan sedih yang terlalu, depresi. Pada jalan perubahan ini, Danah Zohar menekankan pada dialog dengan diri sendiri, merenung, pasrah pada keyakinan dan mengorbankan ego, adalah cara yang ditempuh untuk meningkatkan kecerdasan spiritual dan para seniman adalah yang sering berada pada jalan ini. Tugas spiritual yang dihadapi orang yang melangkah dijalan perubahan adalah integrasi personal dan transpersonal. Yaitu, harus mengarungi ketinggian dan kedalaman diri sendiri dan menyatukan bagian-bagian yang terpisah dari diri yang terpecah belah menjadi satu orang yang mandiri dan utuh. e.
Jalan Persaudaraan (kepribadian realistis) Kecenderungan kepribadian ini adalah spontanitas dan malu ketika
mengalami tanggapan negatif penyimpangan maka muak pada diri sendiri dan menjadi pemanjaan diri ketika ada tanggapan yang positif. Tiga tahapan untuk mendapatkan kecerdasan spiritual: 1. Perasaan tidak puas dengan keadaan yang ada 2.
Jujur mengakui semua adalah kegagalan yang diakibatkan oleh diri sendiri
3. Ingin berubah menjadi lebih baik. Tugas spiritual mereka di jalan ini adalah menjalin hubungan dengan sisi yang lebih dalam dari semua manusia dan semua makhluk tempat diri-diri ego berakar. Disiplin spiritual yang memungkinkan hal ini adalah pencarian keadilan yang tidak kenal takut dan tidak kenal kompromi. Keadilan adalah memastikan setiap orang mendapatkan apa
40
yang dibutuhkannya, sedangkan persaudaraan adalah nilai seluruh umat manusia. f. Jalan Kepemimpinan yang Penuh Pengabdian Jalan ini adalah jalan pengabdian, melayani dan mempunyai ketulusan untuk melayani. Prilaku yang cenderung pada mental tanggung jawab, setia pada idealisme adalah prilaku pada jenis kepribadian pengusaha, dan bentuk penyimpangan dari tipe ini adalah menjadi individu yang sok hebat, materialistis dan penyalahagunaan kekuasaan. Seorang berprofesi apapun baik pengusaha, politikus, penasehat, dokter atau konselor ketika orientasinya adalah kekuasaan dan materi belaka, maka tidak ada pangkal ujungnya untuk memenuhi hasrat tersebut dan jelas akan mengakibatkan kesakitan spiritual, tetapi sebaliknya ketika mereka merubah paradigma tentang profesi bahwa semua itu adalah untuk melayani dan karena kemanusiaan, seperti yang dilakukan oleh Herry (Ary Ginanjar: 2002: 57-58), walaupun hanya karyawan kecil sebagai pemasang baut jok di perusahaan otomotif tapi Herry merasa hidupnya bahagia dan bernilai dengan pekerjaannya. Contoh lain adalah khalifah Umar bin Khatab seorang pemimpin yang ketika diangkat menjadi khalifah, orientasi kepemimpinan adalah untuk melayani umatnya, Umar pun bahagia walaupun hidup sangat sederhana. tidak seperti para pengusahapengusaha modern, walaupun mereka berhasil dalam bidang usaha, bisnis, harta berlimpah tapi banyak diantara mereka yang tidak
41
berasakan kebahagiaan dan bahkan cenderung berada dalam kehampaan,
hidup
tak
bernilai.
Kepemimpinan
yang
penuh
pengabdian, dalam suatu pengertian yang penting adalah yang tertinggi dijala spiritual. Melalui karunia yang diberikan oleh kehidupan dan kepribadian mereka, orag-orang ini berkesempatan untuk mengabdi, menyembuhkan, dan mencerahkan pikiran orangorang yang mereka pimpin, namun jalan itu sesungguhnya menuntut integritas besar (ketuhanan). Emergi utama yang menggerakakan jenis kepribadian iniadalah kekuasaan. Pemanfaatan, penggunaan secara keliru, dan penyalahgunaan kekuasaan menentukan apakah seorang individu akan berjalan di jalan yang secara spiritual bodoh atau cerdas. Jalan dari kebodohan menuju kecerdasan melewati berbagai godaan dan jebakan kekuasaan.
Ada empat kelompok untuk setiap jalan spiritual atau jenis kepribadian:
1.
Survei umum mengenai pengalaman anda yang relevan.
2.
Penghalang umum mencapai kemajuan.
3.
Beberapa tema yang mungkin untuk kemajuan yang lebih lanjut.
4.
Beberapa aspek transpersonal, atau secara konversional lebih spiritual dari setiap jalan tertentu.
42
4. Fungsi Kecerdasan Spiritual Zohar & Marshall menyebutkan dalam bukunya bahwa menggunakan SQ untuk : a. Menjadikan manusia apa adanya sekarang dan memberi potensi lagi untuk terus berkembang. b. Menjadi lebih kreatif, menghadirkannya ketika diinginkan agar menjadi luwes, berwawasan luas, dan spontan dengan cara yang kreatif. c. Menghadapi masalah ekstensial yaitu pada waktu pribadi terpuruk terjebak oleh kebiasaan dan kekhawatiran, dan masa lalu akibat kesedihan. Karena dengan SQ akan disadari bahwa mempunyai masalah ekstensial dan membuat manusia mengatasinya atau paling tidak bisa berdamai dengan masalah tersebut. d. SQ dapat digunakan pada masalah krisis yang sangat membuat kehilangan keteraturan diri. Dengan SQ suara hati akan menuntun kejalan yang lebih benar. e. Mempunyai kemampuan beragama yang benar, tanpa harus fanatik dan tertutup terhadap kehidupan yang sebenarnya sangat beragam. f. SQ memungkinkan menjembatani atau menyatukan hal yang bersifat personal dan interpersonal, antara diri dan orang lain karenanya akan sadar akan ingritas orang lain dan integritas. g. SQ juga digunakan untuk mencapai kematangan pribadi yang lebih utuh karena mempunyai potensi untuk itu. Juga karena SQ akan
43
membuat sadar mengenai makna dan prinsip sehingga ego akan di nomor duakan, dan hidup berdasarkan prinsip yang abadi. h. Menggunakan SQ dalam menghadapi pilihan dan realitas yang pasti akan datang dan harus dihadapi apapun bentuknya. Baik atau buruk jahat atau dalam segala penderitaan yang tiba-tiba datang tanpa diduga, (Zohar & Marshall, 2007, 12-13).
B. Kecerdasan Spiritual menurut Ary Ginanjar Agustian 1. Pengertian Kecerdasan Spiritual Kecerdasan spritual tersusun dalam dua kata yaitu kecerdasan dan spiritual. Kecerdasan adalah kecakapan untuk menangani situasi-situasi dan kemampuan mempelajari sesuatu, termasuk pencapaian hubungan dengan yang lain. Kemampuan berurusan dengan kerumitan, kerumitan atau dengan abstrak-abstrak, kemampuan dan kecakapan berfikir. (Sudarsono, 1993, 118). Kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapinya terutama masalah yang menuntut kemampuan pikiran
(Munandir,
2001:122).
Berbagai
batasan-batasan
yang
dikemukakan oleh para ahli didasarkan pada teorimya masing-masing. Selanjutnya Munandir menyebutkan bahwa intelegence dapat pula diartikan sebagai kemampuan yang berhubungan dengan abstraksiabstraksi, kemampuan mempelajari sesuatu, kemampuan menangani situasi-situasi baru.
44
Spiritual menurut adalah suatu yang mencakup nilai-nilai kemanusiaan yang non material, seperti kebenaran, kebaikan, kenidahan, kesucian dan cinta: kejiwaan: rohani, (Partanto & al-Barry, 1994, 721). Menurut Mujib dan Mudzakir kecerdasan spiritual adalah kecerdasan qalbu yang berhubungan dengan kualitas batin seseorang. Kecerdasan ini mengarahkan seseorang untuk berbuat lebih manusiawi, sehingga dapat menjangkau nilai-nilai luhur yang mungkin belum tersentuh oleh akal pikiran manusia, (Mujib & Mudzakir, 2002, 329-330). Ary Ginanjar Agustian mendefinisikan kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna spiritual terhadap pemikiran, perilaku dan kegiatan sehari-hari, serta mampu mensinergikan IQ, EQ dan SQ secara konperhensip, sehingga segala perbuatannya semata-mata hanya karena Allah, (Agustian, 2008, 12-13). Dari beberapa pengertian di atas kecerdasan spiritual dapat disimpulkan yaitu suatu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk lebih bersikap manusiawi, dan kemampuan untuk memberikan makna pada ibadahnya sehingga dapat diimplementasikan pada kehidupan.
2. Ciri-ciri Kecerdasan Spiritual Menurut Agustian ciri-ciri orang yang cerdas secara spiritual adalah, berperilaku yang baik atau akhlakul karimah., perilaku itu seperti: a.
Istiqomah ( kerendahan hati)
45
b.
Tawakkal ( berusaha dan berserah diri)
c.
Keikhlasan ( ketulusan )
d.
Kaffah ( totalitas )
e.
Tawazzun ( keseimbangan )
f.
Ihsan ( integritas dan penyempurnaan ), (Agustian, 2008,286). Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual, ketika menghadapi
persoalan dalam hidupnya, tidak hanya dihadapi dan dipecahkan dengan rasional dan emosional saja, tetapi menghubungkannya dengan makna kehidupan secara spiritual. Dengan demikian, langkah-langkahnya matang dan bermakna dalam kehidupan (Ahmad Muhaimin Azzet, 2010, 42-43)
3. Fungsi Kecerdasan Spiritual Fungsi SQ seperti yang dikatakan Agustian yaitu membentuk perilaku seseorang, yang berakhlak mulia, perilaku itu seperti: a. Kerendahan hati / istiqomah (menghormati dan menerima segala nasehat dan kritik dari orang lain) b. Tawakkal (berusaha dan berserah diri), yaitu tabah terhadap segala cobaan dan selalau berserah diri kepada Allah. c. Keikhlasan (ketulusan), yaitu selalu mengerjakan sesuatu tanpa pamprih d. Kaffah (totalitas), yaitu kecendrungan untuk melihat berbagai haldan mencari jawaban yang mendasar dengan bersikap kritis terhadap berbagai persoalan dan melihat kebenaran dari berbagai sumber.
46
e. Tawazzun (keseimbangan), yaitu kemampuan bersikap fleksibel dan memprioritaskan pekerjaanyang lebih penting dan bisa membagi waktu dengan baik. f.
Ihsan (integritas dan penyempurnaan) yaitu memiliki integritas dan tanggung jawabuntuk membawakan visi dan nilai yang lebih tinggi dengan melakukan pekerjaan yang sungguh-sungguh dan menjadi contoh yang baik dalam bertingkah laku. (Agustian, 2008, 286-87).
4.
Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Ada beberapa cara untuk mengembangkan kecerdasan spiritual, menurut Mahpur yaitu : a. Mengadakan ziarah, istigosah dan i’itikaf Sebagai medium taqarruban ila Allah, muhasabah dan motivasi,
kesabaran,
pengharapan,
meningkatkan
kohesifitas dan kebersamaan. b. Jam’iyah, halqah Sebagai pengembangan diri, interaktif problem solver, ketahanan mental, penajaman kognitif dan memori c. Humor santri Sebagai media pengelola stress, sebuah keakraban untuk memediasi konflik, kejenuhan, kreativitas dan dinamika. d. Sowan dan Musafahah
47
Sebagai internalisasi modeling, perimbangan dimensi kepribadian. e. Riyadhah Sebagai penempa diri, pembentukan harga diri dan mentalitas sportifitas (Mahpur, 2008, hal 139). Selain itu beberapa cara untuk mengembangkan kecerdasan spiritual secara Islami Menurut Bakar Almascaty yaitu : 1) Mengidentifikasi ayat-ayat Al-Qur'an yang berkaitan dengan topic. Maksud dari mengidentifikasi ayat-ayat
yang
berkaitan dengan topic adalah mempelajari ayat-ayat AlQur‟an, serta mengamalkan ajaranajaran yang terkandung dalam Al-Qur‟an tersebut, sesuai dengan situasi dan kondisi. 2) Mengidentifikasi hadits-hadits Rasulullah. Kemudian maksud yang kedua, yaitu mempelajari hadits-hadits Rasulullah, serta mengamalkan ajarannya, sesuai dengan sunnah beliau. 3) Mengidentifikasi riwayat para shahabat Ketiga, yaitu mempelajari riwayat, para sahabat, serta meneladani kebaikannya, bagaimana kehidupan para sahabat Rasulullah.
48
4) Mengidentifikasi karya-karya agung ulama dan cendikiwan muslim. Keempat, yaitu mempelajari karya-karya ulama dan cendikiawan muslim, serta mengambil hikmah, sehingga bisa menerapkannya dalam hidup 5) Mengidentifikasi karya-karya cendikiawan Barat Kemudian yang keliama, yaitu mempelajari karyakarya cendikiawan barat, sebagai pengetahuan, untuk memperkaya khazanah keilmuan. 6) Membangun dasar-dasar sebuah model kecerdasan spiritual Islami. Terakhir, yang keenam, yaitu membangun sebuah dasar kecerdasan spiritual, berdasarkan apa yang telah pelajari, baik dari Al-Qur‟an, hadits, tauladan para sahabat, karya-karya para ulama serta para cendikiawan, kemudian diimplementasikan dalam hidup (Almascaty, 2008).
Menurut Ary Ginanjar Agustian untuk mengembangkan SQ yaitu dengan melakukan shalat atau ibadah kepada Allah, dengan penuh kekhusukan, karena shalat khusuk mengajak untuk menjamkan hati, serta merasakan sifat-sifat kebijaksanaan Ilahiah hadir di jiwa.
49
5. Cara Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Tingkatan-tingkatan
spiritual
dapat
meningkat
dengan
meningkatkan penggunaan proses tresier psikologis yaitu kecendrungan untuk bertanya mengapa untuk mencari keterkaitan antara segala sesuatu, untuk membawa ke permukaan asumsi-asumsi mengenai makna di balik atau di dalam sesuatu, menjadi lebih suka merenung, sedikit menjangkau di luar diri, bertanggung jawab, lebih sadar diri, lebih jujur terhadap diri sendiri, dan lebih pemberani. Sedangkan upaya peningkatan SQ dalam perspektif Al-Ghazali, dikenal metode tahaqquq (pengisian atau realisasi) dan takhalluq (perubahan perilaku) yang dalam istilah lain disebut psiko-spiritual. Tahaqquq dan takhalluq sebenarnya tidak dapat dipisahkan dengan tathahhur, keduanya belum bisa dilakukan bila tathahhur belum dilakukan. Jadi, tahaqquq dan takhalluq merupakan lanjutan dari tathahhur . Kalau menurut Danah Zohar, ada istilah mendapatkan kecerdasan spiritual, dalam istilah yang dipakai al-Ghazali adalah menjadikan hati bersinar. Ada 10 macam cara agar hati bersinar menurut al-Ghazali, yang diistilahkan oleh Danah Zohar dengan kecerdasan spiritual yaitu: a. Tobat b. Sabar dan Syukur c. Harapan dan Rasa Takut d. Kemiskinan dan Zuhud e. Tauhid dan Tawakkal
50
f. Kecintaan, Kerinduan, Sayang dan Kerelaan g. Niat, Keikhlasan dan Jujur h. Pengawasan Diri dan Pemeriksaannya i.
Berfikir Mendalam
j.
Mengingat Kematian serta Kehidupan Setelah Mati. Dalam buku Meledakkan IESQ Dengan Langkah Takwa dan
Tawakkal, karya Udik Abdullah, terlihat di sana cara meningkatkan SQ dengan langkah taqwa dan tawakkal. Jadi, ada beberapa hal menurut beliau yang insya Allah bermanfaat untuk memperbesar rasa taqwa dan menyempurnakan rasa tawakal serta memurnikan pengabdian pada-Nya. yaitu: a) Meluruskan Niat b) Berdoa Sebelum Melangkah c) Menjaga Keimanan dan Kebersihan Hati d) Banyak Tafakkur e) Menyandarkan Pilihan Pada Pilihan Allah. Dilihat dari metode yang diteorikan oleh Udik Abdullah dan AlGhazali, ada beberapa sedikit kesamaan. Karena, menurut persepsi yang saya tanggap dari hal tersebut, mereka memadukan SQ dengan agama. Tingkatan yang perlu dikembangkan untuk mencapai spiritual yang maksimal adalah meningkatkan spiritual hati karena hati ibarat seorang raja yang mengatur bala tentara, baik buruknya suatu perilaku tergantung bagaimana kualitas hati dalam memimpin (Nashir Fahmi. 2009.86).
51
Ada tujuh tingkatan hati antara lain yaitu sanubari, hati, tempat cinta untuk makhluk, tempat pandangan,tempat kasih sayang Allah, pusat hati, pusat hati yang paling dalam. (Javad Nurbakhsy1998. 188) Adapun untuk mengembangkan kecerdasan spiritual menurut Akhmad Muhaimin Azzet langkah-langkah yang dapat dilatihkan oleh orang tua kepada anak-anaknya dalam menemukan makna dalam kehidupannya sebagai berikut : 1) Membiasakan diri berpikir positif 2) Memberikan sesuatu yang terbaik 3) Menggali hikmah disetiap kejadian 4) Mengembangkan lima latihan penting antara lain senang berbuat baik, senang menolong orang lain, menemukan tujuan hidup, turut merasa memikul sebuah misi mulai, mempunyai selera humor yang abik (Akhmad Nuhaimin Azzet, 2010 hal. 49-63).
52
BAB IV
ANALISIS KOMPARATIF KECERDASAN SPIRITUAL MENURUT DANAH ZOHAR, IAN MARSHALL DAN ARY GINANJAR
A. Komparasi Konsep Kecerdasan Spiritual Danah Zohar, Ian Marshall dan Ary Ginanjar Agustian Kecerdasan spiritual menurut Danah Zohar dan Ian Marshall sebenarnya tidak terlalu jauh berbeda dengan konsep yang dicetuskan oleh Ary Ginanjar Agustian, ini dapat dilihat dari konsep tentang kecerdasan spiritual menurut Danah Zohar dan Ian Marshall yang mengatakan yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dalam hidup dan kontek makna yang lebih luas dan kaya, ( Danah Zohar & Ian Marshall, 2007: 4). Sedangakan menurut Ary Ginanjar Agustian kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap perilaku dan kegiatan, (Ary Ginanjar Agustian, 2008 hal 13). Konsep antara keduanya hampir sama yaitu bagaimana memecahkan suatu permasalahan makna dan nilai, kemudian manusia mampu untuk memberikan makna dalam setiap perilaku yang dilakukannya, tetapi Danah Zohar dan Ian Marshall lebih universal dalam mendifinisikan kecerdasan spiritual, sedangkan Ary Ginanjar Agustian lebih sepesifik yaitu ada unsure
52
ketuhanan dalam
53
konsep kecerdasan spiritual yang dikemukakannya. Melihat dari ciri-ciri kecerdasan spiritual yang dikemukakan oleh Danah Zohar dan Ian Marshall, tidak jauh berbeda dengan ciri-ciri kecerdasan spiritualitas yang dikemukakan oleh Ary Ginanjar Agustian seperti ciri-ciri yang dikatakan oleh Danah Zohar dan Ian Marshall. Orang yang memiliki kecerdasan spiritualitas itu ciri-cirinya yaitu, kemampuan bersikap fleksibel, ini sama dengan konsep Ary Ginanjar Agustian yaitu tawazzun yang berarti keseimbangan dalam hidup, artinya bisa menempatkan hidupnya secara fleksibel
tidak
mononton,
maksud
dari
seimbang
yaitu
bisa
menyeimbangkan antara dunia dan akhirat. Menurut Yani keseimbangan adalah manusia harus bisa memenuhi segala kebutuhannya di dunia dalam jumlah yang cukup dan dicari dengan cara yang halal, bukan menghalalkan segala cara, tanpa mengabaikan kewajiban-kewajiban lain dalam Islam yang memang harus ditunaikan. Sebagaimana firman Allah SWT:
54
“ Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri
akhirat,
dan
janganlah
kamu
melupakan
bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (QS: Al Qashash :77)”.
Kemudian ciri-ciri orang yang cerdas secara spiritual menurut Danah Zohar adalah kecenderungan untuk melihat antara berbagai hal (holisticview), serta kecenderungan untuk mencari jawaban yang mendasar, ini hampir sama dengan ciri-ciri kecerdasan spiritual yang dikatakan oleh Ary Ginanjar yaitu bersikap kaffah, yang berarti melihat segala sesuatu secara keseluruhan (holistik), dalam Al-Qur‟an, Allah SWT, berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman masuklah kamu kepada Islam secara menyeluruh. Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaithan. Sesungguhnya syaithan itu musuh yang nyata bagi kamu.” (QS: Al Baqarah : 208).
55
Dari ayat diatas menyebutkan bahwa Allah, memerintahkan orangorang yang beriman untuk masuk Islam secara menyeluruh, yaitu tidak hanya masuk kedalam agama Islam, tapi mengamalkan segala ajarannya secara
holistik
atau
menyeluruh
kemudian
menjauhkan
segala
larangannya. Selain itu Ary Ginanjar Agustian, mengemukakan ciri orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi yaitu tawakkal dan keikhlasan, kedua sifat ini saling berkaitan. Seseorang tidak akan bisa tawakkal apabila tidak memiliki keikhlasan, karena tawakkal merupakan suatu bentuk penyerahan diri kepada Allah, apabila suatu usaha telah ditempuh, menyerahkan segala sesuatu apapun yang terjadi hanya kepada Allah, dengan penuh keikhlasan, menurut tawakkal adalah menyerahkan segala perkara dan usaha yang dilakukan kepada Allah SWT, sebagaimana firman Allah:
“ Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, maka sembahlah Dia, dan bertawakkallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan (QS: Huud: 123)”.
56
Sedangkan ikhlas adalah, suatu sifat, dimana tawakkal akan bisa terjadi apabila kseseorang ikhlas dalam menerima ketentuan Allah SWT. Ikhlas secara harfiah adalah bersih, murni, tidak ada campuran, Orang yang ikhlas adalah orang yang melakukan sesuatu karena Allah dan mengharapkan ridha Allah SWT. Dua ciri yang dikatakan Ary Ginanjar Agustian di atas yaitu tawakkal dan ikhlas, ada hubungannya dengan ciri yang diungkapkan oleh Zohar dan Marshall yaitu, kemampuan untuk menghadapi dan melampui rasa sakit (cobaan), seseorang akan mampu menghadapi segala cobaan, apabila memiliki sifat tawakkal terhadap segala ketentuan Allah, kemudian ikhlas menerimanya. Kemudian Ary Ginanjar Agustian juga mengemukakan ciri orang yang memiliki kecerdasan spiritual, yaitu memiliki sifat rendah hati yaitu sifat dimana seseorang merasa segala nikmat yang didapatkan, semata-mata karena Allah dan dia tidak mengaggap dirinya lebih mulia dari orang lain, tetapi akan
menghargai
orang
lain,
dan
menjauhkan
diri
dari
sifat
menyombongkan dirinya sendiri. Sebagaimana firman Allah SWT.
“ Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orangorang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orangorang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan (QS: Al Furqaan : 65)”.
57
Danah Zohar dan Ian Marshall juga mengemukakan beberapa ciri orang yang memiliki kecerdasan spiritual yaitu orang yang memiliki tingkat kesadaran tinggi, kengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu dan kualitas hidupnya diilhami oleh visi dan nilai, ketiga hal ini tidak bisa dipisahkan, apabila orang yang memiliki tingkat kesadaran tinggi dalam hidupnya maka akan enggan untuk berbuat yang tidak baik seperti dalam mentaati rambu-rambu lalu lintas, dan senantiasa mentaati peraturan yang berlaku karena sadar akan pentingnya keselamatan dan ketertiban dalam berkendaraa dan orang ini juga telah mempunyai kualitas hidup karena diilhami oleh nilai-nilai berupa norma hukum demi keselamatan semua orang. Ketiga ciri yang dikatakan Danah Zohar dan Ian Marshall yaitu memiliki tingkat kesadaran tinggi, kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai, dan keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu, ini hampir sama dengan ciri-ciri yang diungkapkan oleh Ary Ginanjar Agustian yaitu istiqomah. Secara terminologi, istiqomah diterjemahkan sebagai bentuk kualitas batin yang melahirkan sikap konsisten dan teguh pada pendirian untuk menegakkan dan membentuk sesuatu menuju kepada kesempurnaan atau kondisi yang lebih baik. (Tasmara, 2003: 203). Apabila orang yang memiliki sifat istiqomah akan konsisten dalam berbuat baik, karena memiliki tingkat kesadaran tinggi, untuk menjalani nilai-nilai, seperti norma yang dipegang dalam hidupnya. Terakhir, Danah Zohar dan Ian Marshall mengemukakan ciri orang yang memiliki
kecerdasan
spiritual
yaitu
bertanggung
jawab
untuk
58
membawakan visi dan nilai yang lebih tinggi pada orang lain, ciri ini merupakan penyempurnaan dari beberapa ciri yang telah dikemukakan sebelumnya, maksudnya apabila semua ciri-ciri sebelumnya telah dimilki oleh seseorang maka akan menjadi pemimpin bagi orang lain dengan penuh tanggung jawab memberi nasihat-nasihat. Danah Zohar dan Ian Marshall seorang yang tinggi SQ-nya cenderung menjadi seorang pemimpin yang penuh pengabdian yaitu seorang yang bertanggung jawab untuk membawakan visi dan nilai yang lebih tinggi kepada orang lain dan memberikan petunjuk penggunaannya, (Zohar & Marshall, 2007, 14). Ciri terakhir yang dikemukan oleh Danah Zohar dan Marshall di atas hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Ary Ginanjar yaitu ciri orang yang memiliki kecerdasan spiritual, memiliki sifat ihsan yaitu integritas dan penyempurnaan maksudnya apabila seseorang telah memiliki sifat-sifat seperti, istiqmah, tawadhu‟ (rendahan hati), tawakkal, keikhlasan, kaffah (totalitas), tawazzun (keseimbangan), dan yang terakhir adalah ihsan yaitu sesorang yang memiliki integritas yang kuat dalam hidupnya. Ary Ginanjar Agustian integritas adalah bekerja atau berbuat secara total, sepenuh hati dan semangat tinggi (Ary Ginanjar Agustian, 2008, 110).
B. Persamaan dan Perbedaan Pendapat Danah Zohar, Ian Marshall dan Ary Ginanjar Agustian. Persamaan antara konsep kecerdasan spiritual Zohar, Marshall dan Ary Ginanjar Agustian yaitu dalam memberikan konsep kecerdasan
59
spiritual, ketiga tokoh tersebut sama-sama bertujuan untuk mendefinisikan orang yang cerdas secara spiritual akan memiliki makna hidup yang berkualitas atau manusia seutuhnya. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat tabel berikut ini :
60
Tabel I Persamaan Konsep Kecerdasan Spiritual Danah Zohar, Ian Marshall dan Ary Ginanjar Agustian
No. 1.
Aspek Konsep
Persamaan Tujuannya yaitu sama-sama mendefinisikan manusia yang cerdas secara spiritual akan memiliki makna hidup serta menjadi manusia yang berkualitas.
2.
Cirri-ciri
Sama-sama melihat manusia dari aspek tingkah laku.
3.
Fungsi
Sama-sama bertujuan untuk membentuk manusia seutuhnya yang berkualitas dalam hidup.
Adapun perbedaan pendapat Konsep Kecerdasan Spiritual Danah Zohar, Ian Marshall dan Ary Ginanjar Agustian sebagai berikut : Tabel 1I Perbedaan Konsep Kecerdasan Spiritual Danah Zohar, Ian Marshall dan Ary Ginanjar Agustian
No.
Aspek
Perbedaan Danah Zohar Dan Ian Marshall
1.
Konsep
Lebih
pada
nilai-nilai,
merupakan pengalaman Psikis.
Ary Ginanjar Agustian
dan Lebih
pada
ketuhanan .
aspek
61
2.
Ciri-
a. Bersikap fleksibel Tingkat
ciri
b. kesadaran
Seseorang
yang
yang
tinggi, mempunyai
Kemampuanuntuk
kecerdasan
menghadapi
kehidupan
sehari
danmemanfaatkan
senantiasa
berperilaku
penderitaan
yang
c. Kemanpuan
untuk baik,
SQ
atau
dalam
akhlaqul
menghadapi dan melampui karimah. rasa sakit
a. Perilaku
d. Kualitas
hidup
yang
diilhami oleh visi dan nilai e.
seperti Istiqmah, b. Tawadhu'
Keengganan untuk untuk
(kerendahan
menyebabkan
hati),
kerugian
yang tidak perlu f. Kecenderungan
c. Tawakkal untuk
melihat ketertarikan antara berbagai hal g. Kecenderungan bertanya
untuk
itu
(berusaha
dan
berserah diri), d. Keikhlasan
untuk mencari
jawaban yang mendasar. h. Bertanggung jawab untuk membawakan visi dan dan nilai yang lebih tinggi pada
(ketulusan) e. Kaffah (totalitas), f. Tawazzun (keseimbangan), g. Ihsan (integritasan
62
orang lain. 3.
Fungsi
penyempurnaan).
Fungsi kecerdasan spiritual lebih lebih luas, tidak hanya ditujukan
bagaimana
seseorang pada kehidupan sehari-
bisa menghadai persoalan nilai
hari, tetapi kepada Tuhan
C. Metodologi Perbedaan dan Kesamaan Pendapat Munculnya pendapat yang membedakan agama dan spiritual tentu dilatarbelakangi oleh pemahaman kedua tokoh ini terhadap agama formal. Jika Zohar banyak meminjam konsep mistik agama Timur dan paganism Yunani untuk memperjelas SQ-nya. ( Salim A Fillah. 2008. 61) . Jika dilihat setting sosial kehidupannya yang dibesarkan dan menetap di Barat, tentu pemikiran ini dipengaruhi oleh budaya Barat setempat. Barat yang notabenenya penganut agama Kristiani sesungguhnya memiliki sejarah yang amat panjang. Dalam perkembangan sejarah, agama Kristen melalui para pendeta dan tokoh-tokoh agama ini pernah mengalami lembaran yang kelam khususnya ketika berhadapan dengan para ilmuan. Selama beberapa abad, Barat dikuasai oleh doktrin gereja yang cenderung menolak kajian ilmu pengetahuan dan budaya berpikir atau filsafat yang pernah berkembang pada masa sebelumnya di Yunani sehingga jauh dari peradaban. Bapak-bapak gereja Kristen, setelah agama Kristen menjadi agama resmi Imperium Romawi pada dasawarsa ketiga abad ke empat Masehi
63
bersemangat melakukan kampanye membasmi ilmu dan filsafat, menganggap ilmu sebagai sihir. Para ilmuan dianggap kafir, zindik dan keluar dari agama Masehi. Bahkan antara tahun 1481 hingga 1801 lembaga penyelidikan yang dibentuk oleh penguasa Paus untuk mencari dan menemukan para ilmuan yang dianggap murtad telah berhasil menghukum 340.000 orang, hampir 32.000 di antaranya dibakar hidup-hidup termasuk sajana besar Bruno. Galileo Galilei (1564-1642 M), sarjana besar lainnya, dengan terpaksa dihukum seumur hidup dalam penjara, karena keyakinannya bertentangan dengan kitab Injil dimana ajaran gereja waktu itu berpegang pada konsep geosentris (matahari
mengelilingi
bumi)
sementara
Galileo
menganut
konsep
heliosentris, yaitu bumi bergerak mengelilingi matahari. Sikap dari bapak-bapak gereja yang menginginkan umatnya bodoh semata-mata demi kepentingan pribadi dan kepentingan penguasa. Dengan kebodohan umat tersebut, maka tidak akan ada perlawanan atas kezaliman yang mereka lakukan. Dogmatik gereja tersebut berkembang hingga abad pertengahan. Hingga saat itu pula, Barat mengalami masa kegelapan yang pada
gilirannya
berakhir
dengan
perlawanan
para
ilmuan
yang
mempertahankan pendirian ilmiahnya dan berkoalisi dengan raja untuk menumbangkan kekuasaan gereja. Koalisi ini berhasil dan tumbanglah kekuasaan gereja sehingga muncul renaissance yang pada gilirannya melahirkan sekularisasi dan lahirlah dikotomi antara ilmu dan gereja (agama). Dampak dari sejarah kelam tentang agama versus ilmu pengetahuan yang terjadi di Barat tersebut hingga saat ini masih terlihat. Meskipun agama
64
kristen mayoritas akan tetapi epistemologi keilmuan yang berkembang di Barat tidak dilandasi oleh ajaran agama sehingga ilmu pengetahuan yang mereka hasilkan bisa mengabaikan bahkan menolak peran dan kedudukan suatu agama. Berbeda dengan sejarah umat Islam, meskipun terdapat lembaran sejarah yang kelam seperti sejarah kekuasaan umat Islam yang sulit untuk berjamaah
termasuk
ketertinggalan
umat
Islam
dewasa
ini
dalam
perkembangan iptek. Namun dalam hal perkembangan ilmu pengetahuan justru berkembang dari motivasi agama. Artinya, puncak ilmu pengetahuan pada abad pertengahan di dunia Timur sesungguhnya dipicu oleh semangat ajaran agama sangat respon terhadap ilmu pengetahuan. Hal ini dapat dilihat dari wahyu pertama yang diturunkan justru bermula dengan kata iqra', bacalah!, dan membaca adalah sebagai aktivitas pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Demikian pula pandangan tentang hubungan agama dan spiritual, Islam tentu memiliki pandangan yang berbeda dari Danah Zohar dan Ian Marshall di atas. Islam merupakan agama yang memiliki ajaran universal dan bersifat totalitas; mencakup berbagai aspek kehidupan manusia, baik sosial-budaya, politik, ekonomi, material atau fisikal, dan termasuk aspek spiritual. Karena totalitas dan universalitas Islam itu pulalah Allah menyeru agar manusia yang berakal masuk ke dalam Islam secara kaffah atau utuh, tidak setengah-setengah. Hubungan antara spiritual dengan agama juga tampak dalam pernyataan Bakhsh K. Brohi yang berpendapat bahwa siapa saja yang memandang Tuhan atau Ruh Suci sebagai norma yang penting dan
65
menentukan atau prinsip hidupnya bisa disebut spiritual. Seyyed Hossein Nasr juga menegaskan bahwa tujuan spiritualitas itu sendiri adalah memperoleh sifat-sifat Illahi dengan jalan meraih kebaikan-kebaikan yang dimiliki dalam kadar sempurna oleh Nabi dan dengan bantuan metode-metode serta anugerah yang datang darinya dan wahyu dari al-Qur'an. Dengan demikian dalam perspektif Islam antara agama dan spiritual memiliki korelasi positif semakin tinggi kualitas agama seseorang maka semakin cerdas spiritualnya, sebaliknya semakin tinggi tingkat kecerdasan spiritual seseorang maka semakin baik pula sikap keberagamaannya. Aspek spiritualitas yang sesungguhnya mengembangkan dan juga meninggikan sikap keberagamaan.(http://karyaulama.blogspot.com/2010/02/pendidikanyangspirit -ualitas . html)
D. Relevansi Kecerdasan Spiritual Pemikiran Danah Zohar, Ian Marshall Dan Ary Ginanjar Agustian Dalam Konteks Kekinian Pembangunan
kecerdasan
spiritual
menjadi
penting
dalan
serangkaian konsep pendidikan yang harus diberikan oleh orang tua kepada anaknya. Hal ini dikarenakan dalam spiritual adalah dasar yang harus dimiliki oleh anak demi mencapai ahlaqul kharimah dalam mengarungi kehidupannya kelak. Sehingga bidang apapun yang akan ditekuni oleh anak dikemudian hari jika secara spiritual anak sudah bisa menginternalisasikan nilai-nilai religi kedalm kehidupannya, maka sudah
66
dapat dipastikan akan mencapai kesuksesan baik didunia maupun diakhirat. Sedangkan Danah Zohar menyatakan bahwa kecerdsan spiruitual anak ditunjukan dengan pengetahuan menyadari diri sendiri, kemampuan untuk bisa menghadapi penderitaan, tidak melakukan kerusakan atau menyakiti otang lain, kemampuan untuk menghadapi kesulitan yang dihadapi dan yang paling ditekankan adalah kemampuan individu untuk bisa memaknai setiap tindakan dan tujuan hidupnya. Meskipun dalam penjelasannya Zohar tidak mengaitkan spiritualitas dengan keagamaan namun beberapa ilmuan di Indonesia mengaitkan spiritual dengan keagamaan seseorang. ( Muallifah, 2009 hal 182 ) Kehadiran teori kecerdasan spiritual yang dipopulerkan oleh pasangan psikolog, Danah Zohar dan Ian Marshall pada tahun 2000 dan Ary Ginanjar Agustian turut merubah orientasi pendidikan modern yang selama ini lebih cenderung kepada kecerdasan intelektual. Kecerdasan spiritual dianggap penggagasnya sebagai jenis "Q" ketiga (Third Intelligence) dan kecerdasan tertinggi (The Ultimate Intelligence) yang paling menentukan kesuksesan seseorang sekaligus sebagai landasan yang diperlukan untuk memungsikan IQ dan EQ secara efektif. Namun teori kecerdasan spiritual yang dikemukakan oleh Zohar dan Marshall tidak sepenuhnya relevan dengan konsep pendidikan agama, terutama yang berkenaan dengan konsep hubungan SQ dan agama. Menurut pasangan psikolog ini, SQ tidak mesti berhubungan dengan
67
agama. Bahkan ditegaskan bahwa banyak orang humanis dan ateis memiliki SQ sangat tinggi, sebaliknya banyak orang yang aktif beragama memiliki SQ sangat rendah. Baginya, agama merupakan seperangkat aturan dan kepercayaan yang dibebankan secara eksternal. Agama dipahaminya sebagai lembaga yang bersifat formal dan top-down, diwarisi dari para pendeta, nabi, dan kitab suci yang ditanamkan melalui keluarga atau tradisi. Sementara SQ sendiri dipahami sebagai kemampuan yang bersifat internal bukan eksternal. Pemahaman semacam ini bisa berdampak negatif terhadap pengembangan pendidikan. Sebab, ketika SQ dianggap sebagai kecerdasan yang tertinggi maka pelaksanaan pendidikan bisa lebih berorientasi kepada kecerdasan spiritual dan mengabaikan aspek religius, bahkan ajaran agama dapat dianggap sebagai ajaran yang parsial. Jika kondisi ini terjadi, maka agama tidak lagi menjadi pegangan hidup dan akan mudah ditinggalkan, termasuk dalam pelaksanaan pendidikan. Padahal, agama memiliki ajaran yang universal, komprehensif dan holistik sehingga aspek spiritual yang sesungguhnya menjadi bagian penting di dalamnya. Pendidikan agama sebagai upaya mendidik peserta didik memiliki sikap keberagamaan yang sempurna pada hakikatnya juga berorientasi kepada multi kecerdasan seseorang, termasuk kecerdasan spiritual. Urgensi pendidikan yang spiritualis yaitu ketika agama dan spiritual memiliki hubungan yang jelas, maka pendidikan khususnya pendidikan
agama
sejatinya
berorientasi
terhadap
pengembangan
68
kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual tersebut tidak hanya diperlukan oleh seseorang secara individual, akan tetapi lebih dari itu juga dibutuhkan oleh masyarakat luas, bahkan dalam konteks suatu bangsa. Ada beberapa alasan penting yang menunjukkan urgensi pendidikan agama yang bersifat spiritualis tersebut khususnya dalam kaitannya dengan masyarakat luas setidaknya mencakup tiga bentuk yaitu pertama sebagai penggerak dan kontrol peradaban, kedua mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan ketiga menjawab tantangan era globalisasi.
1. Sebagai Penggerak dan Kontrol Peradaban Peradaban suatu bangsa turut dimotivasi oleh keberadaan agama. Bahkan peradaban yang dicapai oleh umat Islam di era awal dan abad pertengahan juga dimotivasi oleh agama. Hal itu dapat dilihat dari doktrin dan perintah pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW dalam iqra'. Ayat sekaligus perintah pertama yang diterima Nabi itu membawa implikasi yang amat besar terhadap peradaban yang dibangun dengan basis iman dan ilmu pengetahuan. Ketika agama diamalkan oleh pemeluknya dengan sempurna, maka spiritualitas masyarakat pun akan terbangun. Dengan spiritualitas itu pula seseorang mampu memahami hakikat hidupnya lalu membentuk suatu peradaban yang dinamis. Inilah yang dimaksud dengan "penggerak" peradaban. Sementara "kontrol" peradaban merupakan peranan agama yang mencerdaskan spiritual dibutuhkan untuk menjaga stabilitas suatu
69
peradaban agar tidak terjerumus kepada bangsa yang berfoya-foya, berorientasi duniawi semata yang pada gilirannya akan mengundang keterpurukan. Fakta sejarah juga membuktikan bahwa para pecinta spiritual (sufi) memainkan peranan penting dalam menggerakkan peradaban suatu bangsa. Menjelang 1920 misalnya setiap negeri Muslim kecuali empat di antaranya, Persia, Arab Saudi, Afganistan, dan Turki telah dikuasai dan dijajah oleh kekuatan asing yang kebanyakan adalah bangsa Kristen Eropa. Dalam sebuah proses yang telah bermula sejak seabad sebelumnya, rezim-rezim kolonial memperluas wilayah kekuasaannya atas negaranegara yang mayoritas penduduknya Muslim. Di sejumlah daerah tarekattarekat Sufi merupakan institusi-institusi lokal terkuat yang masih tetap bertahan ketika para penguasa setempat dijatuhkan oleh kekuatan bangsa Eropa. Oleh sebab itulah tarekat-tarekat Sufi mampu menjadi pusat-pusat perlawanan antikolonial di beberapa tempat, seperti di Aljazair, Kaukasus, dan Sudan. Kondisi ini juga dapat dilihat di Indonesia dimana para santri bergerak melawan kolonial Belanda. Kaum santri yang dipimpin oleh Kiyai ini merupakan kelompok yang kaya akan spiritual sehingga eksistensi mereka memberikan kontribusia yang amat besar terhadap kemerdekaan Republik Indonesia. Dengan demikian, suatu bangsa yang berperadaban tinggi memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi pula, sementara spiritual yang tinggi
70
sangat identik dengan agama. Oleh karena itu, pendidikan agama yang mencerdaskan spiritualitas bangsa amat dibutuhkan. Kecerdasan Spiritual dalam Islam, spiritul sebagaimana yang digunakan dalam bahasa Inggris, sesungguhnya mempunyai konotasi Kristen yang sangat kuat. Menurut Seyyed Hossein Nasr, istilah yang digunakan untuk spiritualitas adalah rūhāniyyah, ma'nawiyyah (bahasa Persia), atau berbagai turunannya. Sedangkan istilah yang kedua berasal dari kata ma'na yang secara harfiah berarti makna, yang mengandung konotasi kebatinan, yang hakiki, sebagai lawan dari yang kasat mata, dan juga "ruh", sebagaimana istilah ini dipahami secara tradisional, yaitu berkaitan dengan tataran realitas yang lebih tinggi daripada yang bersifat material dan kejiwaan dan berkaitan pula secara langsung dengan realitas Ilahi itu sendiri. Pemahaman seperti ini menunjukkan bahwa spiritual dalam pandangan Islam merupakan aspek yang bersifat batin, hakiki, dan erat kaitannya dengan keilahiahan. Pemahaman ini juga memiliki relevansi dengan SQ yang dikemukakan oleh Danah Zohar dan Marshall yang mengakui hasil penelitian neuropsikolog Michael Persinger di awal tahun 1990-an lalu dilanjutkan pula tahun 1997 oleh neurology V.S. Ramachandran bersama timnya di Universitas California mengenai adanya "titik tuhan" (God Spot) dalam otak manusia. Hasil penelitian ini justru memperkuat teori SQ yang dikemukakan oleh Zohar dan Marshall, meskipun pada akhirnya keduanya menolak jika kecerdasan spiritual ini disamakan dengan agama yang sesungguhnya memperkenalkan Tuhan.
71
Adapun mengenai kecerdasan spiritual dalam perspektif Islam berarti kecerdasan yang berhubungan dengan keilahiahan, bersifat ruhaniyyah, diliputi oleh hikmah dan menjadi kajian psikologi Islam. Kecerdasan spiritual merupakan potensi yang dimiliki setiap orang untuk mampu beradaptasi,
berinteraksi
dan
bersosialisasi
dengan
lingkungan
ruhaniahnya yang bersifat gaib atau transcendental, serta dapat mengenal dan merasakan hikmah dari ketaatan beribadah secara vertikal di hadapan Tuhannya secara langsung. Kecerdasan spiritual dalam Islam juga erat kaitannya tradisi tasawuf yang menjadi kajian penting dalam Islam. Sufi atau orang yang bertasawuf sesungguhnya orang yang cinta kepada Allah, berupaya mengasah kemampuan spiritualnya agar dekat dengan-Nya. Kaitan antara kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual pada hakikatnya juga mendapat perhatian dalam al-Qur'an, seperti firman-Nya dalam surat al-Baqarah: 151
Tugas mengajarkan kamu ayat-ayat Kami, sesungguhnya mengandung isyarat kecerdasan intelektual (IQ), sementara mensucikan kamu mengandung makna kecerdasan emosional (EQ), sedangkan berarti kecerdasan spiritual (SQ). Al-kitab dan al-hikmah syarat akan nilai-nilai keilahiahan sehingga
72
tugas terakhir dalam ayat di atas disebut kecerdasan spiritual. Jika dikaitkan dengan struktur kepribadian manusia, maka kecerdasan spiritual bertumpu pada qalb. Meminjam istilah Taufik Pasiak, qalb merupakan "otak spiritual". Qalb inilah yang sebenarnya merupakan pusat kendali semua gerak anggota tubuh manusia. Semua aktivitas manusia berada di bawah kendalinya. Bahkan Rasulullah SAW menegaskan bahwa jika qalb ini sudah baik, maka gerak dan aktifitas anggota tubuh yang lain akan baik pula demikian sebaliknya. Sementara kecerdasan intelektual berpusat di aql dan emosional berpusat pada nafs. Ketiga komponen ini mendapat perhatian dalam Islam agar dikembangkan dan dioptimalkan sebagaimana mestinya. 2. Mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pasal 3 disebutkan bahwa pada tujuan pendidikan adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Kata-kata iman dan takwa jelas mengandung muatan spiritualitas yang amat mendalam. Kata-kata itu sendiri tentu terinspirasi dari isi al-
73
Qur'an yang juga sarat akan nilai-nilai spiritual. Bahkan mendahulukan tujuan iman dan takwa dari yang lainnya, termasuk ilmu pengetahuan, mengisyaratkan bahwa pendidikan nasional memberikan penekanan yang lebih terhadap pendidikan yang mencerdaskan spiritual peserta didiknya. Dalam perspektif Islam, mewujudkan peserta didik yang beriman dan bertakwa serta berkakhlak mulia sebagai watak bangsa mustahil dapat dilakukan tanpa adanya perhatian terhadap dimensi spiritual peserta didik. Perhatian itu tentu melalui pendidikan agama. Namun persoalannya, pendidikan agama, termasuk PAI, belum mampu mewujudkan tujuan yang diinginkan. Ketidakmampuan ini turut disebabkan oleh orientasi pendidikan agama yang selama ini lebih mementingkan aspek kognisi (kecerdasan intelektual). Akibatnya, peserta didik tidak mampu menjadi manusia yang tawakal, tawadhu', serta shaleh secara individual dan sosial, sehingga seringkali muncul ketidakpercayaan terhadap pendidikan agama dalam membentuk etika dan moral bangsa Pendidikan agama yang berorientasi spiritual amat dibutuhkan dalam konteks keIndonesiaan yang pada dasarnya bercorak religius. Tanpa orientasi seperti itu, maka bangsa ini akan kehilangan jati dirinya termasuk corak religiusnya, dan diambil alih oleh pola hidup materialis, hedonis, dan pragmatis. Dalam spiritual untuk terbimbingnya visi dan nilai berarti bersikap idealistic, tidak egois dan berdedikasi. Berikut akan disajikan susunan nilai-nilai transpersonal menurut Zohar dan Marshall. sebagai berikut:
74
a. Kesempurnaan b. Rendah hati c. Pelayanan d. Bersyukur e. Kebenaran f. Keindahan g. Keseimbangan h. Kepentingan Publik i. Menghargai Orang yang lebih Tua j. Menyelamatkan muka k. Kejujuran l. Teratur m. Kebebasan n. Harmoni o. Kesetaraan p. Pengelolaan q. Sederhana r. Kebahagiaan s. Komitmen t. Keadilan u. Belas Kasih v. Iba
75
w. Penghargaan x. Hidup y. Kesetiaan z. Toleransi aa. Memaafkan bb. Cinta cc. Perlindungan terhadap Anak-anak dd. Memelihara Keluarga ee. Persahabatan ff. Disiplin gg. Kesadaran hh. Peduli pada generasi masa depan ii. Altruisme jj. Kesopanan kk. Privasi ll. Ketaatan mm. Pendidikan nn. Kearifan oo. Kesehatan pp. Mengharai Hak Milik qq. Loyalitas rr. Menghargai ( Danah Zohar dan Ian Marshall, hlm. 146)
76
3. Menjawab Tantangan Era Globalisasi Globalisasi merupakan kata yang digunakan untuk mengacu kepada bersatunya berbagai negara dalam globe menjadi satu entitas. Proses globalisasi yang semakin menemukan momentumnya sejak dua dasawarsa menjelang millennium baru telah mempengaruhi berbagai dimensi kehidupan suatu bangsa literatur akademik, idiologi, ekonomi politik dan sosial-budaya, hingga pada dimensi pendidikan. Singkatnya, proses globalisasi tidak lagi mengenal tanpa batas dengan kemajuan sistem teknologi
dan
informasi.
Dalam
konteks
pendidikan,
berbagai
kecenderungan perkembangan baru pendidikan yang muncul sebagai konsekuensi globalisasi pada akhirnya diadopsi oleh sistem pendidikan nasional. Pada adab 21 pendidikan dituntut untuk menyiapkan sumberdaya manusia yang adaptif, siap pakai, mampu menerima dan menyesuaikan perubahan yang kian cepat di lingkungannya. Padahal arus globalisasi yang begitu deras, di samping dampak positif yang ditimbulkan, juga membawa dampak negatif terhadap cita-cita bangsa. Meskipun era globalisasi mampu membuka sekat-sekat antara satu negara dengan negara lain, namun disadari atau tidak, era globalisasi juga memunculkan hegomoni bangsa yang relatif kuat dengan bangsa yang sedang berkembang, apalagi yang terbelakang. Akibatnya, idiologi, falsafah, budaya dan cara pandang mereka akan berpengaruh pula terhadap watak bangsa Indonesia.
77
Dalam konteks kekinian, Barat memegang peran yang signifikan dalam peraturan global di berbagai aspek termasuk pendidikan. Barat pun dianggap negara maju karena lebih mampu mengembangkan ilmu pengetahuan
secara
dinamis
dan
varian
sehingga
negara-negara
berkembang dan yang sedang merangkak maju kerap kali menjadikannya sebagai referensi dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Hal ini pernah disinggung oleh Ismail Raji al-Faruqi yang menyatakan bahwa materi dan metodologi yang kini diajarkan di dunia Islam adalah jiplakan dari materi dan metodologi Barat, namun tak mengandung wawasan yang selama ini menghidupkannya di negeri Barat. Padahal, umat Islam tidak mesti meniru secara mutlak metodologi Barat. Ketika Barat dianggap lebih maju dan dijadikan sebagai referensi dalam pembangunan dan pengembangan suatu bangsa termasuk Indonesia maka bangsa ini akan rentan terpengaruh oleh idiologi liberal yang dianut serta menjadi korban “imperialisme cultural”. Seperti yang disinggung sebelumnya, bangsa Barat memiliki sejarah kelam terhadap pihak gereja dengan ilmuan selama berabad-abad sehingga memicu berkembangnya idiologi
liberalisme. Bahkan, idiologi
ini pada gilirannya
turut
berpengaruh terhadap epistemology keilmuan yang mereka kembangkan. Mujamil Qomar menyatakan bahwa epistemology yang dikembangkan Barat lebih menekankan pada pendekatan skeptis, rasional-empiris, dikotomik, positif-objektif, dan pendekatan yang menentang dimensi spiritual. Semua pendekatan ini menunjukkan bangsa Barat mengabaikan
78
dimensi
spiritual,
terutama
yang
bersifat
keilahiahan
dan
juga
mengeluarkan agama secara total dari epistemology tersebut dengan dalih dapat menghambat objektifitas dan merusak validitas ilmu pengetahuan. Umat Islam memang tidak antipati terhadap perkembangan dan kemajuan bangsa Barat. Bahkan fakta sejarah menunjukkan bahwa umat Islam juga belajar kepada Barat dengan menerjemahkan karya-karya ilmuan Yunani. Hal ini menunjukkan bahwa Islam sangat toleran terhadap pihak asing dan dibolehkan belajar kepada mereka selagi yang dipelajari itu bermanfaat. Demikian pula yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW pada masanya senantiasa memotivasi umatnya untuk belajar, termasuk kepada non-Muslim. Para tawanan Badr misalnya yang pandai baca tulis itu justru dapat menebus dirinya jika bersedia mengajarkan baca-tulis kepada 10 orang anak-anak Madinah. Peristiwa ini mengisyaratkan bahwa umat Islam diperkenankan belajar dari manapun asalnya, termasuk dari Barat. Hanya saja, bangsa Indonesia harus memiliki karakter yang kuat sehingga tidak mudah luntur dengan sesuatu yang baru yang datangnya dari luar. Pola hidup materialis, pragmatis, hedonis, dan liberalis yang bertentangan dengan akaran Islam mesti diwaspadai oleh bangsa ini. Untuk menghadapi tantangan tersebut, pendidikan yang spiritualis perlu ditampilkan dengan cara menerapkan pendidikan agama yang berorientasi spiritual. Jika pendidikan agama yang berorientasi spiritualitas ini dapat dilakukan, maka ilmu pengetahuan yang
79
dikembangkan di Barat tidak akan menimbulkan mudharat, justru sebaliknya, ilmu pengetahuan seperti itu akan mampu menghasilkan peradaban yang tinggi, bahkan lebih tinggi dari peradaban yang telah mereka dicapai. Gagasan pendidikan agama yang spiritualis sesungguhnya relevan dengan kondisi bangsa Indonesia itu sendiri yang mayoritas menganut agama Islam dan didukung oleh kebijakan-kebijakan politik pendidikan yang religius. Untuk itu, agar umat Islam Indonesia yang dikenal sebagai "The Biggest Moslem Community in The Word" mampu tampil terdepan dengan kebudayaan dan peradaban yang tinggi, perlu menerapkan strategi pendidikan agama yang mencerdaskan spiritual bangsa.
80
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan jiwa, kecerdasan yang
dapat membantu menumbuhkan dan membangun diri secara utuh dan berada di bagian diri yang dalam, berhubungan dengan kearifan. Kemampuan yang dibutuhkan untuk menumbuhkan kesadaran akan makna dan nilai-nilai serta kesadaran akan tujuan fundamental. Kecerdasan spiritual adalah kapasitas bawaan dari otak manusia, SQ berdasarkan struktur-struktur dalam otak yang memberi manusia kemampuan dasar untuk membentuk makna, nilai dan keyakinan. Jadi kecerdasan Spiritul merupakan kecerdasan
tertinggi dari dua kecerdasan lain yang ada pada diri manusia. Kecerdasan ini merupakan kecerdasan yang berkaitan dengan nilai – nilai dalam kehidupan manusia. Berikut ini menurut Danah Zohar, Ian Marshall dan Ary Ginanjar Agustian :
1. Pemikiran Danah Zohar dan Ian Marshall tentang SQ dapat disimpulkan bahwa secara umum kecerdasan spiritual
adalah kemampuan untuk
menghadapi serta memecahkan persoalan makna dan nilai sehingga menjadi manusia yang berkualitas. Dan agar dapat meningkatkan SQ maka diperlukan
peningkatan perubahan dalam diri pribadi melalui
pengetahuan – pengetahuan membentuk jiwa yang bertanggung jawab, lebih sadar diri, lebih jujur terhadap diri sendiri, dan lebih pemberani
79
81
dalam menghadapi masalah. Dan untuk memelihara kesadaran diri agar
tetap tumbuh dan berkembang dalam diri manusia adalah dengan melakukan praktek meditasi atau refleksi suapaya kematangan diri dalam menghadapi situasi apapun dapat digunakan secara maksimal. 2. Pandangan Ari Ginanjar Agustian tentang SQ lebih menekankan pada
kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap prilaku dan kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah menuju manusia seutuhnya dan memiliki pola pemikiran tauhid serta berprinsip
hanya
karena
Tuhan.
Untuk
meningkatkan
dan
mengembangkan kecerdasan spiritual perlu melakukan ibadah dengan khusu‟, ikhlas, tawakal, serta aktif menuntut ilmu. Dengan demikian, kecerdasan spiritual menurut Ari Ginanjar haruslah disandarkan kepada Tuhan dalam segala aktivitas kehidupan untuk mendapatkan suasana ibadah dalam aktivitas manusia.
B. Saran 1. Guru Guru sebagai pendidikan, harus membimbing, mengenalkan dan mendekatkan siswa kepada aspek spiritual supaya potensi positifnya dapat muncul dan berkembang untuk menjadi pribadi unggul, produktif, dan memiliki akhlak mulia. Dan dalam aktivitas mendidik tidak hanya menekankan aspek kecerdasan intelaktual
82
dan
kecerdasan
Emosional
tetapi
juga
perlunya
juga
memperhatikan aspek kecerdasan Spiritual. 2.
Siswa Untuk peserta didik agar lebih semangat dalam meningkatkan potensi yang ada dalam diri supaya kecerdasan yang telah dimiliki dapat berkembang dengan maksimal.
3. Penutup Ary Ginanjar Agustian, Danah Zohar dan Ian Marshall memulai karier intelektulnya sebagai seorang sarjana. Dalam semangat objektifitas penilitian ilmiah, ketiga tokoh melakukan kajian-kajian serius dan mendalam terhadap kecerdasan spiritual untuk kedamaian kehidupan diri seseorang dan berbagai aspeknya. Pada masa awal ketiga tokoh tersebut memang tidak menerjunkan diri kedalam kajian-kajian kecerdasan, namun hal-hal tentang makna hidup terhadap ketenangan batin telah membuat para tokoh menyadari bahwa terdapat sesuatu yang kurang memuaskan dalam kehidupan manusia. Itulah sebabnya sejak semula masih merasa yakin bahwa kecerdasan spiritual merupakan suatu kebutuhan yang semestinya diterapkan oleh orang pada zaman modern sekarang ini tanpa mengabaikan pegangan hidup. Berbekal dengan kesadaran dan keyakinan itulah ketiga tokoh tersebut mulai bergulat dan menekuni menafsirkan kecerdasan spiritual dan Ary dengan melaksanakan bisnisnya tetap merancang beberapa konsep yang berhubungan dengan SQ. Kondisi masyarakat modern yang
83
kehilangan makna hiduplah yang mendasari Danah Zohar dan Ian Marshall dalam mengungkapkan banyak karya dan penelitian ilmiah. Dengan demikian, manusia yang menyadari akan hakekat hidupnya sebagai makhluk Tuhan, cara berpikirnya tidaklah hanya semata mengejar kebahagiaan dunia, kepuasan material, kepuasan yang hanya sesaat. Dengan bimbingan hati nurani atau „God Spot‟ manusia akan berhasil menjadi seorang khalifah sesuai dengan fitrahnya. Karena sesungguhnya dengan meningkatnya kecerdasan spiritual maka kecerdasan emosi dan kecerdasan intelektualnyapun akan makin meningkat. Setelah semua terpapar dari penulis maka dari itu penulis mengucapkan Alhamdullilah puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad, hidayah, nikmat dan cahaya-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan sebaik-baiknya. Sholawat dan salam kepada nabi Muhammad SAW yang telah diutus oleh Allah untuk menyempurnakan Ahlak yang mulia, sehingga menjadikan manusia dapat kembali menjalankan tugasnya sebagai rahmad bagi semesta alam. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah ini masih kurang sempurna, untuk itu harapan besar agar bagi semua pihak dapat memberikan konstribusi saran dan kritik yang sifatnya membangun sehingga dapat menyempurnakannya dengan baik. Demikianlah karya ilmiah ini penulis menyusunnya dengan sebaik-baiknya, semoga karya
84
ilmiah ini dapat member manfaat khususnya bagi penulis dan bagi pembaca yang budiman pada umumnya.