Deny Yudo Wahyudi, Telaah Edisi Naskah “Sadjarah Banten” … 83
TELAAH EDISI NASKAH "SADJARAH BANTEN" SEBAGAI SUMBER DATA TEKSTUAL BAGI PENGKAJIAN SEJARAH: Tinjauan Disertasi Titik Pudjiastuti Deny Yudo Wahyudi Jurusan Sejarah FIS Universitas Negeri Malang
Abstract: Manuscript as a traditional historiography resource was a thing of interest on historical process studies. SadjarahBanten as an old document was essential for historical studies and historical inscription in Nusantara. TitikPudjiastutihas written SadjarahBanten manuscriptturn into textual resources on her dissertation could help other knowledge and science, especially on history have got huge information and interpretation on it. Key words: Manuscript, Sadjarah Banten, Resources, Textual, History.
Naskah merupakan salah satu sumber daya budaya yang kita miliki dengan kuantitas dan kualitas yang melimpah. Keragaman bangsa Indonesia ternyata memunculkan keberagaman naskah dengan berbagai macam variasinya, hal ini didukung pula oleh perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia. Tradisi tulis yang cukup panjang, kurang lebih sejak ditemukan tulisan yang pertama pada prasasti Yupa dari kerajaan Kutai di Kalimantan (abad IV M), juga memperkuat dugaan tentang kemampuan para pujangga menuangkan berbagai karyanya dalam bentuk tekstual (baik naskah dalam berbagai versi maupun berupa prasasti). Keberadaan naskah-naskah ini tentunya merupakan sumber daya budaya yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia. Keberhargaannya tidak hanya dari sisi modal identitas dan kepribadian bangsa Indonesia saja, namun juga bagi perkembangan seni tulis itu sendiri serta sumbangannya bagi dunia ilmu pengetahuan. Dunia ilmu pengetahuan ini pun tidak hanya bagi perkembangan ilmu susastra (filologi)-nya saja, namun juga untuk ilmu pengetahuan yang lain, semisal linguistik (mengkaji
perkembangan kebahasaannya), arkeologi (mengkaji naskah sebagai kebudayaan materinya), sejarah (mengkaji data-data sejarah yang terkandung di dalamnya), filsafat (mengkaji nilai-nilai atau amanat yang tersirat), seni (mengkaji perkembangan seni, baik seni dekorasi naskah atau kodikologi, maupun seni lain yang terkait), dan masih banyak lagi yang lain. Keutamaan mempelajari naskahnaskah (lama) ini dapat tercermin dari pernyataan Soebadio (1991:1) bahwa, "Lewat dokumen tertulis seperti itu dapat dipelajari secara lebih nyata dan seksama, cara berpikir bangsa yang menyusunnya, di samping telaah fakta yang disebutkan lebih memuaskan pula karena diceritakan oleh yang bersangkutan sendiri." Berpijak dari pemyataan ini, maka kita semakin yakin betapa pentingnya mempelajari naskah lama terutama karena sumber dayanya yang sangat kaya. Pekerjaan mempelajari naskah mempunyai induk keilmuan yang disebut dengan filologi. Filologi adalah ilmu yang mempelajari tentang pernaskahan utamanya naskah-naskah lama. Pada awalnya, filologi merupakan pengetahuan tentang sastra dalam
84 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Ketiga, Nomor 2, Desember 2010 arti luas mencangkup bidang bahasa, sastra dan kebudayaan. Namun pada perkembangan selanjutnya, filologi hanya memperhatikan makna kata dan berusaha untuk memurnikan teks dari kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam proses penyalinan (Lubis, 2001:16). Tugas seorang filolog adalah membuat teks menjadi terbaca atau dimengerti, yaitu dengan cara menyajikan dan menafsirkannya. Penyajian dan interpretasi tersebut jika mungkin harus ditempatkan dalam jilid yang sama dengan teksnya dan kemudian disebut dengan "edisi teks". Inti dari edisi teks adalah teks itu sendiri. (Robson yang dikutip oleh Suyami, 2001:11). Salah satu sumber data tekstual yang sangat penting adalah naskah Sadjarah Banten karena di dalamnya memuat berbagai informasi yang sangat berharga untuk mendukung penulisan sejarah Banten. Penggunaan naskah Sadjarah Banten untuk mendapatkan informasi mengenai raja-raja yang memerintah di Banten merupakan hal utama yang harus dilakukan (Graaf dan Pigeaud, 1989:146-156). Artikel ini mencoba mengulas suatu usaha yang dilakukan oleh Dr. Titik Pudjiastuti seorang filolog lebih khusus kodikolog terkemuka dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. Beliau mengangkat naskah Sadjarah Banten sebagai bahan disertasinya. Dari ulasan mengenai disertasi Dr. Titik Pudjiastuti maka kita dapat mengetahui betapa pentingnya sebuah naskah (dalam hal ini Sadjarah Banten) dan berbagai metode pengujiannya maupun informasi yang terkandung di dalamnya. Kekhasan lain dari teks naskah Sadjarah Banten adalah penggunaan aksara pegon bagi bahasa Jawa-Banten. Hal ini pula yang juga menjadi dasar ketertarikan Titik Pudjiastuti memasukannya dalam obyek penelitian untuk disertasinya. Berdasarkan perjalanan historisnya maka perkembangan selanjutnya dari huruf Arab tidak hanya digunakan untuk menuliskan bahasa Arab
saja, tetapi juga untuk bahasa lokal, seperti Arab pegon untuk bahasa Jawa dan huruf Jawi untuk bahasa Melayu (Hardiati, 2002:4). Penggunaan bahasa Jawa di Banten yang notabene daerah Sunda, sebenamya merupakan suatu hal yang menarik untuk dikaji lebih lanjut. Adanya percampuran ini dapat terjadi karena bahasa lokal tersebut tidak hanya tumbuh dalam suatu setting sejarah tertentu namun juga berkembang berdasarkan interaksinya dengan lingkungan sosial tertentu yang karena persinggungan antar ruang telah menyebabkan terjadinya saling pengaruh dalam penggunaan bahasa (Abdullah, 1999:4) Latar Belakang Telaah Edisi Naskah Titik Pudjiastuti di dalam memilih obyek untuk bahan penulisan disertasinya, tentu memiliki beberapa dasar pemikiran, sehingga mengapa naskah Sadjarah Banten yang kemudian dipilih untuk dikaji. Adapun dasar-dasar pemikiran tersebut adalah sebagaimana terurai berikut: 1. Karya tulisan masih menjadi minat para pengamat warisan budaya masa lampau (Soebadio dikutip oleh Pudjiastuti, 2000:1). Hal ini tentunya juga menjadi dasar mengapa Sadjarah Banten cukup menarik untuk dikaji. 2. Sadjarah Banten sebagai salah satu karya sastra sejarah cukup menarik (Pudjiastuti, 2000:4). Hal ini karena berkaitan pula dengan berbagai jenis versi dengan pola aksaranya. 3. Sadjarah Banten mempunyai peranan yang cukup penting dalam masyarakat, (terbukti corpus-nya cukup besar. Data corpus yang besar terkandung versi-versi Sadjarah Banten yang tercipta karena tanggapan pembaca yang berbeda-beda (Pudjiastuti, 2000:10). Ketiga hal ini yang menjadi dasar bagi Pudjiastuti untuk mengkaji lebih jauh naskah Sadjarah Banten. Tercermin dari judul
Deny Yudo Wahyudi, Telaah Edisi Naskah “Sadjarah Banten” … 85
disertasinya maka dia melakukan pengkajian suntingan teks dan terjemahannya. Kemudia dia memperluas penelitiannya dengan memperhatikan pula mengenai aksara yang dipakai dan amanat apa yang terkandung di dalamnya . Titik Pudjiastuti melakukan penelitian lanjutan yang bertujuan untuk melengkapi penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Beberapa penelitian sebelumnya lebih banyak mengkaji ikhtisar, kajian sejarah dan historiografi serta suntingan teks dari sebagian atau salah satu teks (Pudjiastuti, 2000:10). Untuk itu, Titik Pudjiastuti melakukan penelitian ini dengan mengedepankan permasalahan-permasalahan sebagaimana berikut (Pudjiastuti, 2000:13): 1. Berbagai kekhasan aksara pegon yang digunakan dalam teks-teks Sadjarah Banten tersebut 2. Dorongan- dorongan yang menyebabkan terciptanya teks Sadjarah Banten 3. Hubungan yang terjadi antara teks Sadjarah Banten Besar (SBB) dengan teks Sadjarah Banten Kecil (SBK). Berbagai permasalahan tersebut dimaksudkan untuk melengkapi berbagai kajian-kajian sebelumnya. Untuk memenuhi hal tersebut, maka dilakukan berbagai sasaran penelitian yang berupa: suntingan teks, terjemahan teks, kajian huruf (baik pegon maupun penerapan huruf asing pada bahasa setempat, yaitu bahasa Arab terhadap bahasa Jawa-Banten), tinjauan hubungan antara Sadjarah Banten dengan arsip Banten dan cerita rakyat Banten (Pudjiastuti, 2000:10-13). Berdasarkan permasalahan dan sasaran penelitian yang diuraikan sebelumnya, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah sebagaimana berikut: 1. Menyajikan suntingan teks Sadjarah Banten dan terjemahan bahasa Indonesia. 2. Mendeskripsikan akasara pegon-nya. 3. Mengkaji unsur sastra, khususnya unsur amanat yang terkandung di dalamnya (Pudjiastuti, 2000:14-15).
Penelitian-Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu perlu untuk dikemukakan terlebih dahulu sehingga beberapa perbandingan perkembangan pengkajian dapat dilakukan dengan melacaknya pada tulisan-tulisan tersebut. Adapun penelitian-penelitian tersebut adalah sebagai berikut (Pudjiastuti, 2000:16-18): 1. A.C. Vreede membuat ringkasan isi dan catatan teks SBB dari naskah LOr 1982. Kajiannya ini dimuat dalam buku karyanya yang diberi judul “Catalogus van de Javaansche en Madoereesche Handschrtfien der Leidensche Universiteitsbibliothek” (1892:112-119). 2. J.L.A. Brandes beberapa kali melakukan pengkajian terhadap teks Sadjarah Banten. Pertama, dia memberikan catatan untuk karya ini yang ditulis dalam artikel yang berjudul "Jogdjakarta" (1894:426). Dia berpendapat bahwa SB sebagai babad cukup menarik karena menyerupai penuturan pada Babad Tanah Djawi dimuat dalam TBG XXXVII (415-418). Kajian kedua dia bukukan dalam TBG XLIX (1897:112-117) dengan memuat ringkasan isi teks pupuh 23-29 dari naskah Br 296. Kajian ketiga dia bukukan dalam TBG XLII (1900:387:492) dengan judul “Een Hofreis naar Mataram om en bij 1648 AD”. Dia melakukan ulasan isi teks SB pupuh 47-49 dari naskah Br 296 mengenai kisah perjalanan dan kunjungan utusan kerajaan Banten ke Mataram pada tahun 1648 M. Keempat, dia melakukan kajian terhadap pupuh 2329 dari naskah yang sama mengenai kesamaan cerita Jayanagara (Sadjarah Santen) dengan seorang raja yang berusia muda (cerita Pararaton). Hal ini dia muat dalam VB 949 yang berjudul “Pararaton (ken Arok) of Het Boek der Konningen van Tumapel en van Majapahit, Uitgegeven en Toegelicht”.
86 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Ketiga, Nomor 2, Desember 2010 3. Pleyte adalah peneliti pertama yang melakukan suntingan naskah SB pupuh 21 versi SBB Br 625. Dia membahas isi teks yang terkait dengan penyerbuan Banten ke Pakuan (masa Molana Yusup). Hal ini termuat dalam TBG LIIT (190212) yang berjudul “Het Jaartaal op den Batoe Toelis nahij Buitenzorg“. 4. Hoesein Djajadiningrat menuangkannya dalam disertasi yang berjudul “Critische Beschouwing van de Sadjarah Banten. Bijdrage ter Kenschetsing van de Javaansche Geschiedschrijving” (1931:1). Dia melakukan pencocokkan SB dengan data dari sumber asing dan kronik lain, sehingga dia berpendapat SB adalah kronik Jawa tertua yang dikenalnya. 5. Edel menuangkannya pula di dalam disertasi yang berjudul “Hikajat Hasanoeddin” (1938). Dia melakukan suntingan teks SBK yang berupa naskah yang berjudul Sadjarah Banten RanteRante. Kemudian dia juga melakukan perbandingan teks SB versi Melayu dengan Hikayat Hasanuddin. 6. Munadi Patmadiwiria mengkaji tokoh Hasanuddin dan Pucuk Umun sebagai mitos dalam Hikayat atau Sejarah Pengislaman di Banten berdasarkan Naskah Cibeber. Hal ini dimuat dalam Naskah dan Kita, Lembaran Sastra Edisi Khusus (1991). FSUI -Depok. 7. Titik Pudjiastuti (1991) melakukan suntingan teks SBB LOr 7389 (teks 6) dibandingkan dengan teks SBB lain, yaitu: teks D (NBG 236.2), H(LOr 7570), I (KITLV Cod.267.2) dengan melihat berbagai versinya. 8. G.J.W. Drewes membuat ringkasan dan membahas isi teks SB LOr 10767.1.2, SBK cerita Haji Mangsur, orang keramat Pandeglang. Hal ini dimuat dalam artikelnya yang berjudul "Short Notice on The Story of H. Mangsur of Banten
(Banten Histoire d'uneregion, Archipel 50). Peneliti-peneliti di atas memang melakukan pengkajian khusus terhadap naskah Sadjarah Banten dengan berbagai versinya. Namun ada beberapa penulis lain yang mendasarkan tulisannya terutama mengenai Banten dengan merujuk pada naskah Sadjarah Banten. Adapun para penulis itu adalah: 1. Uka Tjandrasasmita menulis tentang peranan Sultan Ageng Tirtayasa melawan kumpeni (1967). 2. Talen, S. menulis tentang kekuatan ritual di Banten 1691 pada masa Sultan Zainal Abidin (1993). Kemudian dia menulis kembali tentang Perkembangan Sosial Ekonomi Banten 1600-1750: Pembentukan Negara Regional Akibat Hubungan Banten-VOC (1999). 3. Martin van Bruinessen menulis tentang institusi keagamaan abad XVI-XVII yang berjudul “Shari 'a Court, Tarekat and Pesantren Religious Institution in The Banten Sultanate” dalam Archipe150 (1995). 4. Heriyanti Ongkodharma menulis tentang Banten dari sudut pandang arkeologi ekonomi utamanya bidang perdagangan 1552-1684. Hal ini dia tuangkan dalam disertasinya yang berjudul “Perdagangan di Kesultanan Banten (1552-1684): Kajian Arkeologi Ekonomi” (1998). Edisi Naskah Sadjarah Banten Penelaahan naskah Sadjarah Banten ini dilakukan dengan terlebih dahulu menginventarisasi berdasarkan penelusuran katalog dan tulisan-tulisan terdahulu. Berdasarkan hal tersebut, didapatkan 31 naskah Sadjarah Banten dengan berbagai versinya. Naskah yang dapat diperiksa hanya 29 sedangkan yang 2 hilang, yaitu naskah Br 86 (koleksi Perpustakaan Nasional RI) dan naskah pribadi Prof Hoesein Djajadiningrat. Naskah-naskah tersebut tidak hanya terdapat
Deny Yudo Wahyudi, Telaah Edisi Naskah “Sadjarah Banten” … 87
di Indonesia saja namun juga tersebar di berbagai negara. Adapun rincian persebaran
No
Jumlah Koleksi
naskah Sadjarah Banten adalah sebagai berikut:
Tempat Penyimpanan
1.
12 koleksi *
Perpustakaan Nasional Indonesia (PNRI)
2.
1 koleksi
Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya UI (FIB-UI)
3.
14 koleksi
Universiteits Bibliotheek, Leiden-Belanda (UB)
4.
1 koleksi
KITLV, Leiden-Belanda (KITLV)
5.
1 koleksi
British Library, London-Inggris (BL)
6. 7.
1 koleksi 1 koleksi *
Pribadi Razi Arifin, Lampung (RA) Pribadi Prof.Dr. Hoesein Djajadiningrat (aIm). (HD)
Keterangan *: 1 koleksi milik PNRI hilang dan koleksi Prof Djajadiningrat juga hilang namun sempat ada informasi.
Naskah-naskah Sadjarah Banten tersebut yang selanjutnya dijadikan penelitian hanya sebanyak 29, karena bukti autentik objeknya dapat dipertanggungjawabkan. Berdasarkan 29 naskah tadi, maka dapat dikenali 36 teks, karena 5 naskah mempunyai teks lebih dari 1, yaitu LOr 7420 (UB) dan KITLV Or 267 (KITL V) yang mempunyai 3 teks; LOr 2244a (UB), 6.108 (PNRI) dan SJ 223 (FIB-UI) mempunyai 2 teks. Aksara yang digunakan sebagian besar adalah aksara pegon dengan menggunakan bahasa Jawa-Banten. Adapun persebaran penggunaan aksara tersebut adalah sebagaimana berikut: a. 19 teks menggunakan aksara Pegon b. 7 teks menggunakan aksara Jawa c. 6 teks menggunakan alih aksara dengan huruf Latin d. 4 teks menggunakan salinan diketik dengan huruf Latin
Suntingan Naskah Titik Pudjiastuti menerapkan beberapa langkah metode penyuntingan teks di dalam penelitian ini (Pudjiastuti, 2000:84-93), yaitu: 1. Metode Teknik Landasan untuk memilih 3 di antara beberapa versi Sadjarah Banten Kecil (SBK) 2. Metode Teknik Stema untuk memilih 1 di antara beberapa versi Sadjarah banten Besar (SBB). 3. Namun secara garis besar disertasi ini mengedepankan Teknik Diplomatik untuk mengajak para pembaca mengerti dan mengkritisi pula bacaan Sadjarah Banten dari berbagai versi ini. Naskah Sadjarah Banten sebanyak 31 ini adalah gambaran betapa besar versi yang muncul. Untuk memperjelas maka perlu dicantumkan daftar naskah Sadjarah Banten sebagai berikut:
88 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Ketiga, Nomor 2, Desember 2010
01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13
Nama Naskah A B C D E F G H I J K L M
14
No
Kode Naskah
Koleksi
LOr 7389 Br 86 LOr 7387 NBS 236 Br 625 HD LOr 7389 LOr 7570 LOr 8605 LOr 1982 KBG 1099 Br 296 10 LB NBR 131
UB PNRI UB UB PNRI Pribadi UB UB UB UB PNRI PNRI PNRI
N
6.108
PNRI
15
0
SJ 223
FIB-UI
16
P
LOr 6532
UB
17
Q
LOr 2244a
UB
18
R
KITLVOr 267
KITLV
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
S T U V W X Y Z Aa Bb Cc
Add 12304 KBG 183 KBG 219 Br 62 Br 62a Br 62b 121 plt 31 LOr 4818a LOr 6530 LOr 7388 LOr 7419
BL PNRI PNRI PNRI PNRI PNRI PNRI UB UB UB UB
30
Dd
LOr 7420
UB
31
Ee
RA
Pribadi
Jenis Naskah SB (SBB) SB (SBB) 3 BB (SBB) 2 BB (SBB) BB (SBB) ? SB (SBB) SB (SBB) SB (SBB) SB (SBB) SB (SBB) SB (SBB) SB (SBB) 1. SB (SBB) 2. SB (SBK) 1. SB (SBB) 2. SB (SBK) SB (SBB) 1. SB (SBB) 2. SB (SBK) 12.1. SB pr (SBK) 12.2. WHM (SBK) Sr B (SBK) SB (SBK) SB (SBK) SB (SBK) SB (SBK) SB (SBK) SB (SBK) 5.2. SB (SBK) BB (SBK) SBRR (SBK) 3 BB (SBK) 1. WOT (SBK) 2. WTP (SBK) 3. WOKT (SBK) SB pr (SBK)
Keterangan: SB BB SB pr BB pr WHM Sr B SBRR WOT WTP WOKT
= Sadjarah Banten = Babad Banten = Sadjarah Banten prosa = Babad Banten prosa = Wawacan Haji Mangsur = Serat Banten = Sadjarah Banten Rante-Rante = Wawacan Orang dari Tanahara = Wawacan dari Tjimanuk Pandeglang = Wawacan dari Orang Kadjajan Tjilegon
Keterangan Hilang
Hilang
Deny Yudo Wahyudi, Telaah Edisi Naskah “Sadjarah Banten” … 89
Penutup Demikianlah sedikit tentang penelaahan suatu karya disertasi pernaskahan yang berjudul "Sadjarah Banten: Suntingan Teks dan Terjemahan, Disertai Tinjauan Aksara dan Amanat" yang disusun oleh Titik Pudjiastuti di Program Pascasarjana Universitas Indonesia dengan spesialisasi Ilmu Susastra pada tahun 2000. Pengkajian Pudjiastuti ini jika di dalam metode penelitian dapat digolongkan ke dalam jenis penelitian dokumen atau content analysis. Penelitian ini mempunyai tugas menganalisis dokumen (berbagai macam) untuk dikenali isi dan makna yang terkandung di dalamnya (Wuradji, 2001:6). Penelitian oleh Pudjistuti sangat berguna untuk berbagai macam bidang ilmu. Ilmu Susastra sebagai payungnya dapat memperoleh informasi mengenai bcntuk dan gaya susastranya. Linguistik dapat mcngkaji bahasa dan hurufnya. Arkeologi dapat mengkaji fisik naskahnya. Antropologi dapat mengkaji kehidupan kebudayaan pada masa itu dan masih banyak lagi ilmu-ilmu yang lain dapat mengambil data dari pengkajian ini. Namun bidang lain di luar susastra yang dapat mengambil informasi lebih banyak adalah sejarah. Sadjarah Banten setelah disunting dan diterjemahkan merupakan suatu sumber sekunder bagi penelitian sejarah. Sadjarah Banten dapat memberikan informasi yang sangat berharga tentang sejarah Banten serta daerah sekitar yang berhubungan denganya pada kurun waktu yang sejaman dengan naskah tersebut atau bentangan waktu yang dikisahkan di dalamnya. Hal ini tentunya sesuai dengan pendapat Soebadio (1992:7) bahwa “Sebagaimana sudah sering ditunjukkan, penulisan sastra, baik yang dinilai unggul maupun yang populer acapkali dapat memberikan informasi mengenai kehidupan masyarakat bersangkutan yang bermanfaat bagi penelitian sejarah”.
Daftar Rujukan Abdullah I. 1999. Pendahuluan: Bahasa Daerah Menjelang Abad 21. Dalam Bahasa Nusantara: Posisi dan Penggunaannya Menjelang Abad ke21. Abdullah, I (ed.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Graaf, H.J., dan Pigeaud, Th.G.Th. 1989. Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa: Peralihan dari Majapahit ke Mataram. Jakarta: Grafiti Pers. Hardiati, E.S. 2002. Perkembangan Aksara di Indonesia. Dalam Pameran Perkembangan Aksara di Indonesia. Hardiati, E.S (ed.). Jakarta: Museum Nasional. Lubis, N. 2001. Naskah, Teks dan Metode Penelitian Filologi. Jakarta: Yayasan Media Alo Indonesia Pudjiastuti, T. 2000. Sadjarah Banten: Suntingan Teks dan Terjemahan, Disertai Tinjauan Aksara dan Amanat. Disertasi tidak diterbitkan. Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia. Soebadio, H. 1991. Relevansi Pernaskahan dengan Berbagai Bidang Ilmu. Dalam Naskah dan Kita. Mulyadi, S.W.R (ed.). Jakarta: Lembaran Sastra FSUI. Edisi Khusus 12 Januari 1991. hal: 111. Soebadio, H. 1992. Sastra dan Sejarah. Dalam Jurnal Arkeologi Indonesia. Faizaliskandar, M (ed.). Jakarta: Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia. Terbit Juli 1992. Nomor 1. ha1:5-9.
90 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Ketiga, Nomor 2, Desember 2010 Suyami. 2001. Serat Cariyos Dewi Sri dalam Perbandingan. Yogyakarta: Kepel Press.
Wuradji. 2001. Pengantar Penelitian. Dalam Metodologi Penelitian Sastra. Jabrohim, (ed.). Yogyakarta: Hanindita Graha Widia.