Teksbook reading Tessa Rulianty (Hal 71-80)
Tes ini sama dengan tes job dimana lengan diputar ke arah yang berlawanan. Jika terdapat nyeri dan pasien mengalami kesulitan mengatur posisi mengindikasikan adanya gangguan pada subskapularis atau setidaknya pada bagian superior. Karena di samping subscapularis, pectoralis mayor dan latissimus dorsi juga berkontribusi terhadap gerakan putaran dalam, tes ini tidak terlalu spesifik, terutama pada gambaran patologi otot-otot ini. Tes Subskapularis Prosedur : tes ini memiliki efek berlawanan terhadap infraspinatus. Dimana siku pasien berada disamping tetapi tidak menyentuh tubuh, pemeriksa menilai putaran luar pasif pada kedua lengan dan putaran dalam aktif pada sendi glenohumeral melawan tahanan. Penilaian: Peningkatan putaran luar pasif dibandingkan dengan sisi kontralateral menunjukkan adanya
ruptur subscapularis (rotator internal). Namun kemungkinan yang
terjadi hanya berupa robekan kecil yang melibatkan bagian otot superior. Adanya peningkatan putaran luar biasanya terjadi karena subscapularis yang dikarenakan ada robekan.
tidak aktif bukan
Manifestasi patologis subskapularis berupa nyeri dan kelemahan saat melakukan putaran dalam. Jika nyeri yang dirasakan hanya sedikit dan mengakibatkan penurunan kekuatan di asumsikan terjadi robekan. Jika nyeri yang dirasakan lebih berat, tidak bisa langsung dibedakan apakah hal tersebut terjadi akibat adanya robekan atau jenis patologi lainnya. Tes spesifik lanjutan untuk subskapularis adalah putaran dalam aktif lengan yang diletakkan di belakang punggung. Lengan ditekan menjauhi lumbal posterior (uji lift-off) dengan siku fleksi 90 °. Putaran internal pasif, gabungan glenohumeral, skapula, dan gerakan dada, dapat diukur dengan prosesus spinosus lumbalis dan thoracic spine yang dapat dicapai dengan ibu jari pasien Lift-Off Test Prosedur : dengan melakukan rotasi internal lengan lalu pasien meletakkan punggung tangan pada punggung dan berusaha mengangkat tangan melawan tahanan dari pemeriksa. Penilaian : pasien dengan robekan subskapularis tidak dapat melakukan tes ini
Infraspinatus Test Prosedur : Tes ini dapat dilakukan dalam posisi duduk atau berdiri. Tes ini membandingkan kedua sisi tubuh yang terbaik.
Lengan pasien dalam posisi
menggantung santai dengan siku fleksi 90° tetapi tidak sampai menyentuh tubuh. Pemeriksa meletakakkan telapak tangannya pada punggung tangan pasien dan meminta pasien melakukan putaran luar pada kedua lengan bawah dan menahan tahanan yang diberikan oleh tangan pemeriksa.
Penilaian : nyeri atau kelemahan pada saat rotasi eksterna mengindikasikan adanya gangguan dari infraspinatus ( rotator eksternal). Robekan pada infraspinatus biasanya hanya menimbulkan sedikit nyeri, kelemahan saat melakukan rotasi menunjukkan adanya kerusakan pada otot tersebut. Tes ini juga bisa dilakukan dengan lengan yang di abduksi 90° dan difleksikan 30° untuk menyingkirkan keterlibatan deltoid pada gerakan ini.
Tes Teres Prosedur: pasien dalam posisi duduk dan rileks. Pemeriksa menilai posisi tangan pasien dari belakang. Penilaian : Teres mayor merupakan rotator interna. Jika terjadi kontraktur, maka telapak tangan yang mengalami gangguan akan terlihat lebih condong kebelakang jika dibandingkan sisi lainnya. kontraktur dari teres mayor dapat diketahui ketika pasien berdiri dengan posisi rileks. Kelemahan dari rotator cuff atau lesi pleksus brakhialis juga menimbulkan manifestasi posisi tangan yang tidak simetris.
Tes Supraspinatus non spesifik Prosedur : pasien duduk dengan tangan abduksi 90° dan tangan pemeriksa pada lengan bawah pasien. Kemudian pemeriksa meminta pasien untuk terus melakukan gerakan abduksi melawan tahanan yang diberikan pemeriksa.
Penilaian : Kelemahan pada gerakan abduksi atau adanya nyeri mengindikasikan adanya kelainan dari tendon suprapinatus
Tes Drop Arm Prosedur : pasien dalam posisi duduk dan pemeriksa melakukan gerakan abduksi pasif pada pasien kemudian pasien melebarkan tangannya hingga kira-kira 120 °. Kemudian, pasien diminta untuk menahan tangannya pada posisi tersebut tanpa penyangga lalu diturunkan secara perlahan.
Penilaian : Kelemahan ketika mempertahankan posisi lengan dengan atau tanpa nyeri atau secara tiba-tiba menjatuhkan lengan menunjukkan lesi pada rotator cuff. Kebanyakan penyebabnya adalah adanya defek pada supraspinatus. Pada pseudoparalisis, pasien tidak bisa mengangkat lengan yang memiliki gangguan. Secara umum hal ini merupakan tanda adanya gangguan pada rotator cuff
Tanda Ludington Prosedur : pasien dalam posisi duduk kemudian diminta untuk meletakkan tangan dibelakang leher. Penilaian : jika pasien melakukan gerakan kompensasi atau dapat meletakkan tangan dibelakang leher dengan bantuan, dan adanya keterbatasan saat melakukan putaran luar dan abduksi mengindikasikan adanya robekan pada rotator cuff.
Tes gores Apley Procedure: pasien dalam posisi duduk diminta untuk menyentuh sudut kontralateral medial superior skapula dengan menggunakan jari telunjuk.
Penilaian : nyeri yang timbul pada rotator cuff dan kegagalan mencapai skapula karena keterbatasan gerak pada putaran luar dan abduksi mengindikasikan adanya kelainan pada rotator cuff ( lemungkinan besar adanya keterlibatan suprapinatus). Harus dipertimbangkan diagnosis banding osteoarthritis pada glenohumeral dan sendi acromioclavikula serta fibrosis kapsular
Painful Arc Prosedur : lengan berada disisi tubuh kemudian secara pasif dan aktif melakukan gerakan abduksi dari gerakan istirahat Penilaian : nyeri yang terjadi saat abduksi antara 70°dan 120° (Fig.80b) merupakan tanda adanya lesi pada tendon supraspinatus yang mengakibatkan pergeseran antara greater tuberkel dari humerus dan gerakan akromion (pergeseran subakromial). Berbeda dengan nyeri arkus yang ditimbulkan kelainan pada sendi acromiklavikula, dimana nyeri hanya terjadi pada abduksi 140°–180° Fig. 80c;
lihat juga Fig.84). Pasien biasanya tidak
mengeluhkan nyeri saat lebih dari 120°. Pada evaluasi batasan gerak aktif dan pasif, pasien sering menghindari arkus nyeri dengan lengan melakukan gerakan putaran luar ketika melakukan abduksi. Hal ini mengakibatkan meningkatnya jarak antara akromion dan tendon rotator cuff untuk menghindari tumbukan pada kisaran antara 70° dan 120°. Selain lengkap atau tidak lengkapnya robekan pada rotator cuff, pembengkakan dan inflamasi sebagai akibat dari bursitis atau kelainan dari sudut akromion yang mengarah pada pergeseran dengan arkus nyeri seperti pada osteoarthritis pada sendi akromioklavikula
Tanda Neer Impingement Prosedur : pemeriksa menahan skapula dengan satu tangan dan tangan lainnya pada lengan pasien dan memberi sentakan kedepan, keatas, ke samping mengarah ke skapula.
Penilaian : jika terjadi impingement syndrome, konstriksi subakromial, mengenai daerah yang sakit melawan sudut anteroinferior dari akromion akan menimbulkan nyeri berat saat bergerak.
Tanda Hawkins Impingement Prosedur : pemeriksa menahan skapula dengan salah satu tangannya dan tangan lainnya melakukan gerakan adduksi 90° pada lengan pasien kearah depan, difleksikan dan dilakukan putaran dalam ( menggerakkan kearah kontralateral dari sisi tubuh)
Penilaian : jika terjadi Impingement syndrome, tendon supraspinatus akan terjepit dibawahnya atau melawan ligamen coracoacromial yang akan menimbulkan nyeri hebat saat bergerak. Selain itu tendon supraspinatus juga mengenai prosessus corakoid. Pada tes job impingement, fleksi kedepan dan sedikit adduksi lengan memaksa terjadinya putaran dalam. Hal ini menimbulkan nyeri khas impingement pain.
Tes Injeksi Neer Impingement Prosedur : rongga subacromial di infiltrasi dengan anesthesi Penilaian : tes ini memungkinkan pemeriksa untuk menentukan apakah subacromial impingement adalah penyebab dari nyeri arkus. Nyeri arkus yang menghilang atau membaik setelah injeksi disebabkan oleh perubahan ruang subacromial, seperti bursitis atau aktivasi defek rotator cuff.
Sendi Acromioclavicular Ujung acromial dari artikulasio klavikula dengan akromion. Ligamen acromioclavicula memperkuat kapsula dari sendi ini. Secara fungsional, artikulasio ialah bola dan kantung sendi yang batas geraknya kurang dari sendi sternoklavikula. Ligamen kuat lainnya menggabungkan skapula dan klavikula yaitu ligamen coracoklavikula. Muncul dari prosesus coracoid dan memasuki bagian inferior klavikula. Perubahan arthritis pada sendi akromioclavikula menimbulkan nyeri dan penyempitan rongga subakromial. Selain nyeri yang timbul saat bergerak dan nyeri pada saat palpasi pada sendi acromioclavikula, pada palpasi sering di dapatkan penebalan tulang articulasio
Hal 59
Paragraf 2 Saat ini, teknologi canggih untuk mendiagnosa seperti ultrasound, magnetic resonance imaging (MRI), computed axial tomography (CAT), CT arthrography, dan lain-lain mempermudah dan memungkinkan diagnosa yang lebih tepat pada keluhan masalah bahu dibandingkan dengan sebelumnya.
Pemeriksaan
dengan
teknologi
canggih
ini
dapat
menyingkirkan
istilah
umum
"humeroscapular periarthritis "kedalam sejarah ilmu kedokteran. Namun, dalam penilaian diagnostik keluhan bahu, anamnesis dan fisik Pemeriksaan harus dilakukan terlebih dahulu sebelum menggunaan teknik pemeriksaan spesifik, yang sebagian besar akan melibatkan penggunaan peralatan khusus.