TEKNOLOGI PERTANIAN SAWAH DAN PERUBAHAN ORGANISASI SOSIAL Studi Kasus Masyarakat Desa Tulem, Kecamatan Kurulu, Kabupaten Jayawijaya Itian Jaya
-
Savini Dyah W.I.K.R.
SP 91518
4
DlSERTASl SEBAGAI SALAH S A N SYARAT U N N K MEMPEROLEH GElAR DOKTOR PADAPROGRAM PASCA SARJ* INSTINT PERTANIANBOGOR
SOSIOLOGI PEDESAAN PROGRAM PASCASARJANA INSI1TUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 1997
..
-
ABSTRAK
-
Savitri Dyah W.I.K.R. Paanan Tcknologi Putaninn Sawah tahadap Paubahan ~ l g a n i s kSoJial (Studi Kasus Masyarakat Desa T u l a Kcamatan Kurulu. Kabupaten Iayawijaya lrian Jay& dengrin Komisi Panbiibing Prof. Dr. Scdiono M.P. 'Ijondronegom rcbagai kctua, dmgan anggota Pmf. Dr. Astrid S. Susanto-S-o. Prof. Dr.Ir. Pujiwati Sayogyo, Prof. Dr. P m d i Suparlan. Dr. Ali M A Rachmsn.
-
Sawah, khususnya sawah rawa, mempakan teknologi yang baru dikenal oleh masyarakat Dani di Lembah Balim pada tahun 1976 yang diperkenalkan oleh petani Toraja yang dibantu oleh orang Dani sebagai b w h . Pada tahun 1984, beberapa orang Dani mulai mencoba mengolah sawah sendiri dan tahun 1990 sawah mulai menyebar di lembah Balim. Studi perubahan organisasi sosial di desa Tulem, membahas tentang perubahan akibat implementasi teknologi pertanian sawah yang dimulai pada tahun 1990. Perubahan tejadi pada beberapa unsur organisasi sosial yang mempengaruhi sistem secara keselumhan. Pembagian keja, hubungan sosial, dan kepemimpinan merupakan unsur-unsur yang sensitif terhadap perubahan. Pembahan terjadi dengan asumsi bahwa setiap unsur dalam suatu kebudayaan memenuhi fungsi tertentu. Diterimanya suatu unsur baru karena unsur baru tersebut dapat memenuhi fungsi sosial dalam kesatuan sistem. Studi ini menerapkan pendekatan sistem dimana organisasi sosial dan masyarakat szsaran studi merupakan sistem. Metode kualitatif digunakan dengan dukungan data kuantitatif. Pengumpulan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan didukung ' wawancara dengan kelompok tani Tulem sebagai kelompok kontrol dan kelompok tani lain dari beberapa desa untuk perbandingan. Suga dilakukan wawancara terhadap nara sumber kunci sepeni aparat desa, pemimpin informal, pendeta, dan ketub kelompok tani. Untuk menghitung percepatan perubahan studi ini dibantu dengan analisa jalur, yang juga digunakan untuk menghitung derajat hubungan antara unsur-unsur dalam organisasi sosial dalam perubahan. Analisa jalur dan uji-t telah digunakan, untuk menghitung signifikansi hubungan antar -
unsur-unsur pembagian kerja, hubungan sosial, kepemimpinan, produksi, pendapatan, dan spesialisasi dalam perubahan. Hasil hitungan menunjukkan bahwa terdapat hubungan pengaruh antara teknologi sawah terhadap kepemimpinan (dengan koefisian jalur 0.16). Juga, pengaruh teknologi kebun terhadap kepemimpinan menunjukkan nilai yang tinggi (dengan koefisien jalur 0.28) bahkan lebih tinggi nilainya dari teknologi sawah. Nilai yang diperoleh kemudian digunakan untuk menghitung percepatan pembahan akibat implementasi teknologi sawah. Untuk
*banding,
percepatan perubahan akibat teknologi kebun juga dihitung. Hasilnya menunjukkan
bahwa teknologi sawah meningkatkan percepatan perubahan. Studi ini juga menunjukkan bahwa dukungan dari pranata tradisional dan gereja terhadap pengembangan sawah terbukti membantu penyebaran ekonomi sawah. Selain keuntungan ekonomi yang diperoleh, sawah telah menarik orang untuk menerima dan menyebarkannya. Didukung oleh ketidak hadiran (hilangnya) p m t a perang dalam kehidupan sosial mereka saat ini, yang berarti hilangnya peran tertentu lakiilaki &lam sistem sosial mereka (fungsi sebagai keamanan dan mencegah serangan musuh). Sawah dalam ha1 ini telah dapat mengisi kekosongan tersebut dan memberikan peran baru bagi kaum laki-laki di bidang ekonomi, keamanan dan kesejahteraan dalam arti jaminan sosial (menyediakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan). Kepemimpinan yang beorientasi pada perang, bigman-war berubah pada orientasi ekonomi dengan peningkatan hasil pertanian, bigman-agriculture. Peningkatan pendapatan juga memberikan berbagai pilihan (keleluasaan berbuat) dalam kehidupan mereka, seperti pendidikan bagi anak-anak. Selain itu melindungi tanahflahan dari peluang tejadinya transaksi yang tidak diinginkan. Juga mendorong peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan ekonomi dan pembangunan daerah. Teknologi diperlukan dalam pengembangan suatu masyarakat karena teknologi merupakan sarana mempeimudah manusia dalam menghadapi lingkungannya. Tetapi perubahan yang cepat akibat teknologi sering menimbulkan gangguan-gangguan yang berpangkal pada ketidak seimbangan karena bertemunya nilai lama dan barn, ha1 ini perlu penyesuaian. Karena itu dalam intraduksi teknologi perlu mempertimbangkan unsur-unsur budaya yang akan terlibat dalam proses perubahan. Antara teknologi dengan manusia atau kebudayaan saling mempengaruhi. Perubahan karena teknologi mempengaruhi sistem sosial di suatu masyaraknl, yang juga diikuti perubahan teknologi agar dapaf menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi. Perubahan dalam hal ini tidak terganlung >
pada berapa banyak unsur-unsur yang dikenai perubahan, tetapi lebih pado seberapa penting unsur tersebufdan seberapa besar perannya (kontribusinya) dalam sistem yang ufuh.
-
-
-
iii
ABSTRACT
.#
Savitri Dyah W.1.K.R The Impad of Wetland-Rice Tcdmolagy on Change in Social Organization (A Case Study in Tulcm Village, K w l u Sub-DimiQ D i i c t of Jayawijaya lrian lay& with Supmising Commitkc members Pmf. Dr. Sediono M.P. Tjondmncgom (head of the Commina). Prof. Dr. Astrid S. Susanto-Sunario. Prof. Dr. Ir. Pujiwati SaY0gy0, Prof. Dr. Pusudi Supsrfm, and Dr. Ali M A Rachman.
-
Rice-field technology, specifically wei-land rice technology, is relatively new technology for Dani People of Balim Valley. It was first introduced to the Dani in 1976 by a Torajan fanner with the help of some local people as labourers. In 1984, some of the Dani tried on their own to cultivate wet-land rice, and by 1990 the technology spread out throughout the valley. A study on change of social organization of Dani at Tulem Village of Balim Valley, presents the social change due to the implementation of the wet-land rice technology. Changes that occured on some elements of the social organization influenced the social system as a whole. Division of work, social relations, and leaderships are some of the elements sensitive to change. The change that occured is with the assumption that each social element in a community fulfills a certain function. Any acceptance of a new element in a system is due to the new element fulfilling certain social functions in the system as a whole. The current study applies a systemic approach where social organization and the community focused upon in this particular study is considered as a system. A qualitative method is used supported by quantitative data. Data collection has been accomplished using a set of questionnaires for interviews with a group of farmers at Tulem as the control group, and other groups of fanners from other villages for comparison. Interviews were also done with key informants including village leaders, informal leaders, religious leaders and heads of fanners groups. To calculate the extent and rate of change, the study is statistically supported by the path analysis technique which was also used to calculate the degree of relationship among the elements in the changing social organization.
-
The path analysis and the 1-test have been used to calculate the significance of relationship due to changes among the elements of division of work, social relation, leadership. production, income, and specialition. The calculation results show that there is a relation between wetland-rice technology and leadership (with coefficient value of 0.16), also &tween dry-land technology and leadership (with coefftcient value of 0.28) which is even higher than for wetland-rice technology. These calculated values are then used to calculate the change rate
.
caused by the introduction of wetland-rice technology. The latter shows that the wetland-rice technology increases the change rate. The study, furthermore, shows that support from traditional institutions and the church to the development of wetland-rice technology promoted in the dissemination of wetland-rice and in the process of acculturation. Apart from economic gains, ricefields have been accepted by the farmers not only but also enhanced the technology spreads. This has been accentuated by the absence of war mindedness, which also meank the disappearance of certain function of the men's role in their social system as warriors (safeguard the group from enemy's attack). Ricefield cultivation has compensated for the decrease of warrior activities and provided new roles and status to the men in economic field and become leaders in their communities. Its also brought greater social security through increase income and open work opportunities. Change of leadership occurs from war orientation before, bigman-war, to economic orientation through agriculture, bigman-agriculture. Increasing income has also given some additional choices in their life, such as giving school education to their children. It also gives them the chance to participate in economic and regional development. Technology is needed in community development as a tools to face the condition surround them. However, technology also bring several problems because its accelerate change in a community and bring incompatibility between traditional dan new values. Therefore, intoduction of technology in a community have to consider the sensitive elements to be include in changes. Between culture and technology have close relationship, as mutually influencing.
-
Changes in technology alter society, and the changes are reflected back on the technology. Technological changes which have influenced the social system in the society do not depend on the number of elements which are changing, instead on how important and how significant the elements are functioning in the system as a whole.
: