BAB 1
PERUBAHAN SOSIAL DAN DAMPAKNYA
Kompetensi Dasar: 3.1 Menganalisis perubahan sosial dan akibat yang ditimbulkannya dalam kehidupan masyarakat 4.1 Melakukan kajian, pengamatan dan diskusi tentang perubahan sosial dan akibat yang ditimbulkannya
1. Pengertian Perubahan Sosial Salah satu konsep penting dalam Sosiologi adalah perubahan sosial, karena kehidupan masyarakat tidaklah statis, melainkan dinamis. Dinamika kehidupan sosial masyarakat merupakan hal penting dalam Sosiologi, sesuai dengan definisi dari Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, bahwa Sosiologi atau ilmu kemasyarakatan mempelajari tentang struktur sosial, proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada struktur maupun proses-proses sosial. Sesuai dengan pengertian yang dikemukakan oleh Kingsley Davis, bahwa perubahan sosial merupakan perubahan yang terjadi pada struktur dan fungsi masyarakat. Definisi tersebut dapat dibandingkan dengan yang dikemukakan oleh Selo Soemardjan, bahwa perubahan sosial merupakan perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Masih banyak definisi dari para ahli lain, dan masing-masing berbeda dalam memberikan tekanan. Seperti misalnya McIver dan Charles Horton Page, bahwa perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan dalam masyarakat yang dapat diamati, atau diukur, seperti mobilitias sosial, komposisi penduduk, ataupun perubahan sistem pemerintahan. Sementara itu, More mengartikan perubahan sosial sebagai suatu perubahan penting dalam struktur sosial, termasuk di dalamnya pola-pola perilaku dan sistem interaksi sosial, perubahan norma, nilai, dan fenomena kultural. Herbert Blumer melihat perubahan sosial sebagai usaha kolektif untuk menegakkan terciptanya tata kehidupan yang baru. Apapun definisinya, yang harus difahami adalah bahwa setiap masyarakat selalu mengalami perubahan-perubahan, perubahan-perubahan tersebut merupakan hal yang wajar dalam masyarakat, walaupun kadang menimbulkan kegoncangan dalam masyarakat. Ada masyarakat yang berubah cepat ada masyarakat yang berubah lambat. Ruang Lingkup Perubahan Sosial Dari beberpa definisi tentang perubahan sosial, yang paling mudah difahami adalah bahwa perubahan-perubahan sosial itu terjadi pada ruang lingkup, yaitu (1) lingkup struktur sosial, dan (2) lingkup proses sosial. Struktur sosial, yaitu susunan atau konfigurasi dari unsur-unsur sosial yang pokok, dan proses sosial, yaitu interaksi atau hubungan timbal-balik di antara unsur-unsur sosial yang pokok tersebut.
AGUS SANTOSA - SOSIOLOGI XII IPS
1
Contoh perubahan sosial yang terjadi pada ruang lingkup struktur sosial adalah: berubahnya bentuk stratifikasi sosial masyarakat dari berbentuk kerucut pada masyarakat agraris/tradisional menjadi berbentuk intan pada masyarakat industrial/modern, yang disebabkan oleh adanya aliran dari lapisan bawah stratifikasi sosial ke kelas menengah akibat meningkatnya pendapatan karena berpindah pekerjaan dari pekerja di sektor pertanian menjadi pekerja di sektor industri (pabrik). Perubahan bentuk stratifikasi sosial
Kelas atas Kelas Menengah
Kelas Atas
Kelas Menengah
Kelas bawah Kelas Bawah
Gambar 1.1 Perubahan bentuk stratifikasi sosial karena bertambahnya kelas menengah perkotaan, akibat berubahnya pekerjaan dari sektor pertanian ke industri.
Contoh lainnya adalah perubahan kedudukan para bangsawan di Jawa pada masa kolonial. Para bangsawan mengalami dislokasi sosial (pergeseran posisi) dari kelas atas pada masa feodal, menjadi kelas menengah bawah pada masa kolonial. Kelas atas digantikan oleh orang-orang kulit putih (Belanda), dan kelas menengah atas adalah orang-orang keturunan asing, terurama keturunan Tionghoa. Sedangkan contoh perubahan yang terjadi pada lingkup proses sosial adalah berubahnya model interaksi sosial di antara para anggota masyarakat, misalnya antara orangtua dengan anak, antara guru dengan murid, yang seiring dengan arus demokratisasi dalam masyarakat, berubah dari otoriter mejadi equaliter (setara). Komunikasi yang pada masa feodal merupakan instruksi dan bersifat satu arah dari guru/orangtua kepada murid/anak, berubah menjadi interaksi dua arah yang bersifat partisipatoris. 2. Perubahan Sosial dengan Perubahan Kebudayaan, apa hubungan dan perbedanya? Perubahan sosial merupakan perubahan yang terjadi pada sistem sosial (struktur dan proses sosial), sedangkan perubahan kebudayaan terjadi pada sistem kebudayaan (nilai/idea, pola bertindak dan artefak). Selo Soemardjan menyatakan bahwa hubungan antara kebudayaan dengan masyarakat itu merupakan dwi tunggal, atau dua yang satu. Masyarakat merupakan wadah, sedangkan kebudayaan merupakan isi. Perubahan-perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada wadah (masyarakat), sedangkan perubahan kebudayaan merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada isi, atau segenap alat dan cara yang digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
AGUS SANTOSA - SOSIOLOGI XII IPS
2
Gambar Struktur Kebudayaan Koentjaraningrat
Gambar 1.2 Struktur Kebudayaan Perbedaan Antara Perubahan Sosial dengan Perubahan Kebudayaan, bahwa perubahan sosial hanya merupakan bagian dari perubahan kebudayan, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada sistem sosial (struktur dan proses sosial). Perubahan-perubahan pada sistem idea dan artefak merupakan perubahan kebudayaan.
Secara teoritik memang dapat dibedakan antara perubahan sosial dengan perubahan kebudayaan, tetapi ketika hal tersebut menjadi gejala dalam suatu masyarakat, sangat tidak mudah untuk membedakannya, sehingga peristiwa itu disebut sebagai perubahan sosial dan kebudayaan. Perubahan-perubahan pada sistem religi atau keyakinan, bahasa, sistem pengetahuan, sistem teknologi dan peralatan hidup (artefak), dan kesenian memang cenderung merupakan perubahan kebudayaan. Namun, perubahanperubahan yang terjadi pada organisasi atau lembaga sosial, sistem pemerintahan atau politik, dan sistem ekonomi (mata pencaharian), tampaknya tidak dapat diklasifikasikan sebagai perubahan kebudayan saja, di dalamnya terkandung juga perubahan-perubahan yang bersifat sosial. Hubungan antara perubahan sosial dengan perubahan kebudayaan digambarkan dalam beberapa pernyataan berikut. a. Hampir tidak dapat dijumpai perubahan sosial yang tidak diawali oleh perubahan kebudayaan. b. Tidak semua perubahan kebudayaan mengakibatkan perubahan sosial c. Hanya perubahan unsur-unsur kebudayaan yang fundamental (dasar) saja yang mengakibatkan perubahan sosial Apabila unsur yang berubah itu pada unsur-unsur kebudayaan seperti kesenian, jenis musik, jenis tari, model pakaian, dan sebagainya, perubahan-perubahan tersebut tidak akan mengubah stuktur dan proses sosial. Namun, apabila yang berubah itu adalah konstitusi atau dasar negara, dapat dipastikan akan terjadi perubahan pada stuktur dan proses-proses sosial, khususnya struktur dan proses politik atau pemerintahan. 3. Mengidentifikasi Perubahan Sosial Bagaimana mengetahui kalau dalam masyarakat telah terjadi perubahan sosial? Perubahan sosial dapat diketahui dengan jalan membandingkan keadaan suatu masyarakat dalam paling tidak dua kurun waktu yang berbeda. Misalnya keadaan struktur sosial masyarakat Indonesia pada masa pertanian, feodal, kolonial, kemerdekaan, orde lama, orde baru, dan orde reformasi. Apa yang berbeda, misalnya
AGUS SANTOSA - SOSIOLOGI XII IPS
3
siapa yang berkuasa, siapa yang menempati kelas atas pelapisan sosial, bagaimana komunikasi atau interaksi di antara golongan-golongan atau kelas-kelas sosial terjadi, dan seterusnya. Soerjono Soekanto dalam bukunya yang berjudul Sosioloi Suatu Pengantar memberikan identifikasi bahwa suatu masyarakat dipastikan mengalami perubahan-perubahan, dengan memperhatikan beberapa hal berikut. a. Tidak ada masyarakat yang berhenti berkembang, setiap masyarakat pasti berubah, hanya ada yang cepat dan ada yang lambat b. Perubahan yang terjadi pada lembaga sosial tertentu akan diikuti perubahan pada lembaga lain c. Perubahan sosial yang cepat akan mengakibatkan disorganisasi sosial. Disorganisasi sosial akan diikuti oleh reorganisasi melalui berbagai adaptasi dan akomodasi d. Perubahan tidak dapat dibatasi hanya pada bidang kebendaan atau spiritual saja, keduanya akan kait-mengait. e. Secara tipologis, perubahan-perubahan sosial dapat dikateorikan sebagai: 1) proses sosial, yaitu pergantian beragam penghargaan, fasilitas, dan anggota dari suatu struktur. 2) segmentasi atau pembagian, yaitu pemekaran unit-unit struktural yang tidak terlalu berbeda dengan unit-unit yang telah ada 3) perubahan struktur, yaitu timbulnya peran dan organisasi yang baru. 4) perubahan struktur kelompok, yaitu pergantian komposisi kelompok, tingkat kesadaran kelompok, dan hubungan antarkelompok dalam masyarakat. 4. Macam-macam (Tipologi) Perubahan Sosial Perubahan Siklus dan Linier Berdasarkan polanya, perubahan sosial dalam masyarakat dapat dibedakan antara perubahan berpola siklus dan perubahan berpola linier. 4.1 Perubahan berpola siklus. Perubahan-perubahan berpola siklus diterangkan antara lain oleh Arnold Toynbe, Oswald Spengler, dan Vilfredo Pareto, bahwa masyarakat berkembang laksana suatu roda, kadangkala naik ke atas, kadang kala turun ke bawah. Tahap-tahap perkembangan masyarakat menyerupai lingkaran, sehingga satu tahapan dapat dilalui berulang-ulang. Dalam bukunya The Decline of The West Spengler menyatakan bahwa kebudayaan tumbuh, berkembang dan pudar laksana perjalanan gelombang yang muncul mendadak, berkembang, kemudian lenyap 4.2 Perubahan linier Perubahan berpola linier dianut antara lain oleh Comte, Spencer, Durkheim, Weber, dan Parsons, bahwa kemajuan progresif masyarakat mengikuti suatu jalan yang linier, dari suatu kondisi ke kondisi lain, misalnya dari tradisional menjadi modern, dari agraris ke industrial, atau dari masyarakat bersituasi atau beriklim desa menjadi masyarakat bersituasi atau beriklim kota. Menurut Parson, masyarakat secara transisional berkembang melalui tiga tingkatan utama, yaitu (1) primitif, (2) inter-mediate, dan (3) modern. Alvin Tofler menjelaskan bahwa masyarakat tumbuh dan berkembang dari gelombang pertama (masyarakat agraris), gelombang kedua (masyarakat industri), dan gelombang ketiga (masyarakat informasi). Contoh lain dari perubahan linier adalah yang dikemukakan oleh Rostow, bahwa masyarakat berkembang dari masyarakat tradisional, menjadi masyarakat prakondisi
AGUS SANTOSA - SOSIOLOGI XII IPS
4
lepas landas (precondition for take off), lepas landas (take off), maturity, dan akhirnya highmass consumption (konsumsi masa tinggi). 4.3 Evolusi dan Revolusi Berdasarkan kecepatan atau laju perubahan sosial yang terjadi, dibedakan antara evolusi dan revolusi. 4.3.1 Evolusi Evolusi adalah perubahan yang memerlukan waktu lama dan rentetan-rentetan perubahan kecil yang saling mengikuti dengan lambat. Perubahan-perubahan kecil tersebut terjadi karena usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan keperluankeperluan, keadaan atau kondisi baru, yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Setidaknya ada tiga teori tentang evolusi, yaitu (1) Teori evolusi unilineal Para pendukung teori ini, seperti Auguste Comte, Herbert Spencer, Vilfredo Pareto, dan Pitirim A. Sorokin) berpendapat bahwa manusia dan masyarakat termasuk kebudayaannya mengalami perkembangan yang mengikuti tahapan-tahapan tertentu, mulai dari bentuk yang sederhana, kemudian yang kompleks, dan sampai pada bentuk yang sempurna. (2) Teori evolusi universal Teori ini menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak melalui tahapan-tahapan tertentu, melainkan melalui garis evolusi tertentu, misalnya seperti yang dinyatakan oleh Herbert Spencer bahwa masyarakat berkembang dari homogen menjadi heterogen. (3) Teori evolusi multilieal Para pendukung teori ini, antara lain Leslie White, berpendapat bahwa teori universal ataupun unilieal terlalu menyederhanakan fakta, karena tidak begitu memperhatikan pengaruh dari perubahan yang terjadi pada bidang kehidupan tertentu terhadap bidang kehidupan lain. Menurut sudut pandang teori ini, perubahan dari pertanian berpindahpindah, kemudian mulai menetap, maka tumbuhlah sawah, kebun, tetapi masih tradisonal. Perkembangan selanjutnya terjadi pembagian spesifik berupa kebun yang khusus ditanami tanaman tertentu, sehingga percabangannya semakin banyak. Perubahan-perubahan tersebut juga berdampak pada sistem keluarga, dari keluarga nomaden menjadi menetap, dan seterusnya. Simpulannya, teori ini berpandangan bahwa perkembangan masyarakat tidak sederhana, melainkan kompleks, karena perubahan pada bidang kehidupan tertentu akan berpengaruh kepada bidang kehidupan lain, di samping itu laju perubahan di antara bidang-bidang kehidupan tersebut tidaklah sama. 4.3.2 Revolusi Revolusi merupakan perubahan-perubahan dalam masyarakat yang berlangusng cepat dan menyangkut dasar-dasar atau sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat. Ukuran kecepatan perubahan dalam revolusi sebenarnya bersifat relatif, karena revolusi dapat memakan waktu yang lama. Misalnya revolusi industri di Inggris, perubahan dari tahap produksi tanpa mesin menuju ke produksi menggunakan mesin memakan waktu hampir 1 abad. Namun, perubahan-perubahan tersebut dinyatakan cepat karena mengubah sendi-sendi kehidupan masyarakat, seperti sistem kekeluargaan, hubungan antara buruh dengan majikan, bahkan sistem politik dan pemerintahan.
AGUS SANTOSA - SOSIOLOGI XII IPS
5
Suatu revolusi juga dapat didahului oleh pemberontakan (revolt atau rebellion). Secara sosiologis, keberhasilan sebuah revolusi menuntut syarat-syarat tertentu, yaitu (1) Adanya keinginan umum untuk berubah karena ketidakpuasan terhadap keadaan. (2) Adanya seorang pemimpin yang diterima atau diakui kepemimpinannya oleh sebagian besar warga masyarakat (3) Pemimpin tersebut mampu menampung keinginan-keinginan dan ketidakpuasan masyarakat dan merumuskannya ke dalam program atau arah gerakan (4) Pempimpin tersebut mampu menunjukkan tujuan yang kongkrit dari revolusi (5) Momentum yang tepat, yaitu kedaan di mana segala keadaan dan faktor adalah tepat untuk dimulainya gerakan, tanpa momentum yang tepat revolusi dapat gagal 4.4 Perubahan Kecil dan Perubahan Besar Perubahan kecil adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Misalnya perubahan mode pakaian. Berbeda dengan industrialisasi yang berlangsung di masyarakat agraris. Perubahan ini jelas akan berdampak besar terhadap masyarakat. Berbagai lembaga kemasyarakatan akan berubah karenanya, misalnya hubungan kerja, sistem milik tanah, hubungan kekeluargaan, stratifikasi sosial masyarakat, dan sebagainya. 4.5 Perubahan Yang Dikehendaki/ Direncanakan dan Perubahan Yang Tidak Dikehendaki/Tidak Direncanakan Perubahan yang dikehendaki (intended Change) atau perubahan yang direncanakan (Planned Change) merupakan perubahan-perubahan yang diperkirakan atau yang telah direncakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang menghendaki perubahan (agent of change). Agent of Change merencakan perubahan dengan cara-cara mempengaruhi masyarakat secara teratur dan direncanakan terlebih dahulu. Rencana-rencana ini disebut rekayasa sosial atau social enginering, atau dapat juga disebut sebagai perencanaan sosial (social planning). Perubahan sosial yang tidak dikehendaki (unintended change) atau yang tidak direncanakan (unplanned change), adalah perubahan-perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki, berlangsung di luar jangkauan pengawasan masyarakat, dan dapat menimbulkan akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan oleh masyarakat. 4.6 Perubahan Progresif dan Regresif Perubahan progresif adalah perubahan-perubahan yang membawa masyarakat ke arah perbaikan atau kemajuan, misalnya dengan perubahan tersebut masyarakat menjadi lebih sejahtera, sedangkan perubahan regresif adalah perubahan yang merugikan atau mengakibatkan kemunduran masyarakat. 5. Faktor-faktor Penyebab Perubahan Sosial Faktor-faktor penyebab perubahan dapat dirinci menurut asal faktor menjadi faktor eksternal dan internal. 5.1 Faktor-faktor eksternal Faktor-faktor eksternal atau faktor-faktor yang berasal dari luar masyarakat, meliputi a. Perubahan lingkungan alam, misalnya terjadinya bencana alam. b. Perang dengan negara lain; perubahan sosial akan terjadi baik bagi masyarakat yang negaranya menang maupun kalah perang. Misalnya Jepang, karena kalah perang, berubah orientasi dari negara agresif militer menjadi negara industri. c. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
AGUS SANTOSA - SOSIOLOGI XII IPS
6
Jalannya pengaruh kebudayaan masyarakat lain, adalah sebagai berikut. a. Difusi, yaitu penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari kelompok/golongan ke kelompok atau golongan lain dalam suatu masyarakat –difusi intra masyarakat--, atau dari suatu masyarakat ke masyarakat lain –difusi antar-masyarakat. b. Kontak Kebudayaan atau akulturasi, yaitu proses sosial yang terjadi ketika dua kelompok atau lebih dengan kebudayaan saling berbeda bertemu dan berinteraksi secara intensif kemudian di antara mereka terjadi saling menyerap/meminjam unsur kebudayaan. Dalam peristiwa akulturasi terjadi proses perembesan unsur kebudayaan dari satu kelompok/masyarakat ke kelompok/ masyarakat lain. Merembesnya unsur kebudayaan suatu masyarakat ke masyarakat lain dapat berlangsung dengan berbagai cara: 1) Penetration of passifique (perembesan damai) 2) Penetratrion of violence (perembesan dengan kekerasan/paksaan) 3) Simbiotik (dua kelompok yang hidup berdampingan dan saling bertukar unsur kebudayaan, dapat berlangsung secara komensalistik, mutualistik, atau parasitistik). Bagaimana berlangsungnya pengaruh kebudayaan itu kalau dihubungkan dengan tingkat kemajuan kebudayaan masyarakat atau kelompok yang terlibat? 1) Apabila berlangsung di antara kelompok atau masyarakat yang berbeda tingkat kebudayaan, maka pengaruh akan mengalir dari masyarakat yang tingkat kemajuan kebudayaannya lebih tinggi, misalnya pengaruh kota ke desa 2) Apabila berlangsung di antara dua masyarakat dengan tingkat kemajuan kebudayaan yang sama, yang terjadi adalah cultural animocity (tidak saling bertukar kebudayaan), seperti antara masyarakat Yogyakarta dengan Surakarta. 3) Apabila kontak berlangsung di antara dua kelompok menggunakan media informasi dan komunikasi, pengaruh akan datang dari masyarakat yang menguasai media informasi dan komunikas c. Asimilasi (pembauran atau perkawinan budaya), terjadi ketika dua atau lebih kelompok dengan kebudayaan berbeda, saling berinteraksi secara intensif sehingga terjadi pembauran atau peleburan di antara dua kelompok atau lebih tersebut membentuk kelompok baru. 5.2 Faktor-faktor internal Faktor-faktor internal merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam masyarakat, antara lain meliputi: a. Perubahan aspek demografi (bertambah dan berkurangnya penduduk) b. Konflik antar-kelompok dalam masyarakat c. Terjadinya gerakan sosial dan/atau pemberontakan (revolusi) d. Penemuan-penemuan baru, meliputi discovery, invention, dan inovation. Discovery merupakan Penemuan ide/alat/hal baru yang belum pernah ditemukan sebelumnya. Invention merupakan Penyempurnaan penemuan-penemuan pada discovery oleh individu atau serangkaian individu. Inovation merupakan diterapkannya ide/alat/hal baru, melengkapi atau menggantikan ide/alat/hal yang lama. Faktor-faktor yang mendorong aktivitas penemuan baru dalam masyarakat, antara lain: (1) Kesadaran akan kekurangan unsur dalam kebudayaannya, (2) terdapat ahliahli yang mampu menjawab kekurangan unsur, dan (3) dorongan berupa reward atau penghargaan terhadap aktivitas penemuan baru. Sebagai faktor penyebab perubahan sosial, penemuan baru dapat menyebabkan perubahan-perubahan dengan beberapa pola, yaitu menjalar, menyebar, atau memusat, beberapa penemuan baru menyebabkan satu jenis perubahan.
AGUS SANTOSA - SOSIOLOGI XII IPS
7
1
I
2
v
3
v
v
4
Gambar 1.3 Pengaruh Menjalar Perubahan menjalar: satu jenis penemuan baru (I) menyebabkan perubahan yang menjalar. Misalnya diterapkannya pesawat terbang dalam metode perang, maka akibatnya akan menjadikan perbedaan antara negara maju (super power) dengan negara belum maju (negara-negara kecil) menjadi lebih dalam.
8
7
1
2
I
6
3
4 5
Gambar 1.4 Pengaruh Menyebar Gambar di atas menggambarkan pengaruh dari sebuah penemuan baru yang berakibat tidak hanya pada satu jenis perubahan saja, melainkan sekaligus beberapa jenis perubahan. Misalnya penemuan internet. Penemuan internet telah mengubah berbagai bidang kehidupan social masyarakat.
I-1 PERUBAHAN I-2
I-3 Gambar 1.5 Pengaruh Memusat Gambar di atas menununjukkan beberapa penemuan baru menyebabkan satu jenis perubahan. Misalnya penemuan atau diterapkannya telepon, alat transportasi, dan kereta api mengakibatkan tumbuhnya daerah sub-urban.
AGUS SANTOSA - SOSIOLOGI XII IPS
8
5.3 Faktor material dan immaterial Menurut jenisnya, faktor-faktor penyebab perubahan dapat dibedakan antara faktor material dengan faktor immaterial. Faktor-faktor yang bersifat material meliputi lingkungan alam, kondisi fisik-biologis, dan alat-alat dan teknologi baru, khususnya teknologi informasi dan komunikasi. Faktor-faktor yang bersifat nonmaterial meliputi ide-ide atau pemikiran baru, ideologi, dan nilai-nilai lain yang hidup dalam masyarakat. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Max Weber, bahwa industrialisasi dan modernisasi di Eropa Barat pada abad ke-19 bersumber pada pandangan hidup yang diajarkan dalam agama Kristen Protestan (baca: The Protestan Ethic and The Spirit of Capitalism). Demikian juga yang disebutkan oleh Robert N. Bellah tentang pengaruh agama Tokugawa terhadap perkembangan Jepang yg menghasilkan Restorasi Meiji. Ajaran Tokugawa: tentang bekerja keras dan menghindari pemborosan waktu, hidup hemat, serta jujur. 6. Faktor pendorong dan penghambat perubahan Laju perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat dipengaruhi oleh adanya faktorfaktor pendorong dan penghambat perubahan. Di dalam masyarakat terdapat kekuatankekuatan dinamika, yaitu kekuatan-kekuatan yang menghendaki perubahan, tetapi juga terdapat kekuatan-kekuatan statika, yaitu kekuata-kekuatan yang menghambat perubahan. Faktor-faktor pendorong perubahan sosial dalam masyarakat antara lain: a. Hasrat meraih prestasi. David Mc Clelland dalam bukunya The Achieving Society menyebut adanya n-Ach (need for achievement) sebagai semacam virus pendorong perubahan yang dapat tersebar ke seluruh warga masyarakat melalui cerita-cerita atau dongeng, lagu-lagu, biografi orang ternama, dan sebagainya, sehingga hampir setiap warga masyarakat memiliki keinginan-keinginan untuk meraih prestasi yang akhirna menjadi pendorong untuk terjadinya perubahan dan kemajuan. b. Kontak dan komunikasi dengan masyarakat lain. Alvind Betrand menyebut faktor komunikasi sebagai faktor penting pendorong perubahan, karena menyebabkan individu-individu anggota suatu kelompok atau masyarakat memiliki pengetahuan atau informasi perkembangan atau keadaan yang terjadi di kelompok atau masyarakat lainnya. Informasi mengenai keadaan atau perkembangan yang terjadi pada kelompok atau masyarakat lain dapat mendorong individu-individu tersebut melakukan perubahan-perubahan dalam masyarakatnya sehingga tidak tertinggal oleh kelompok/masyarakat lainnya. c. Pendidikan formal yang maju. Pendidikan mengajarkan kepada individu aneka macam kemampuan, nilai-nilai dan pandangan yang membuka pikiran untuk menerima hal-hal baru, dan yang paling penting, mengajarkan bagaimana berfikir ilmiah. Dengan kemampuan ini, manusia dapat berfikir objektif untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya telah sesuai dengan kebutuhan zaman atau belum. d. Sikap menghargai orang lain dan kebudayaannya. Penghargaan terhadap penemuanpenemuan baru akan mendorong usaha-usaha penemuan baru oleh warga masyarakat. e. Toleransi terhadap perubahan. Apabila masyarakat memiliki tenggang rasa atau tidak anti terhadap perubahan, maka hal ini akan menjadi faktor pendorong yang efektif bagi upaya-upaya penemuan baru dan perubahan. f. Struktur sosial (stratifikasi sosial) terbuka. Sistem stratifikasi sosial terbuka memungkinkan adanya gerak/mobilitas vertikal, sehingga dapat memberikan dorongan bagi warga masyarakat untuk berfikir ke arah kemajuan masyarakatnya.
AGUS SANTOSA - SOSIOLOGI XII IPS
9
g. Penduduk yang heterogen. Penduduk atau masyarakat tang terdiri atas kelompokkelompok yang beranekaragam mendorong terjadinya persaingan dan konflik-konflik yang dapat saja mendorong terjadinya perubahan-perubahan. h. Ketidakpuasan terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu. Ketidakpuasan masyarakat terhadap suatu keadaan, apabila berlangsung lama, bahkan dapat mendorong terjadinya revolusi atau pemberontakan. i. Orientasi ke masa depan mendorong warga masyarakat untuk senantiasa berupaya memperbaiki kehidupannya. Sedangkan faktor-faktor penghambat perubahan sosial meliputi: a. Kurangnya kontak/hubungan atau komunikasi dengan masyarakat lain b. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terhambat c. Sikap masyarakat yang tradisional (traditum=warisan, tradisional berarti mempertahankan cara-cara hidup yang diwariskan oleh generasi pendahulu (nenek moyang). d. Vested interested, yaitu kepentingan-kepentingan yang tertanam kuat terkait dengan keadaan yang sekarang ada. Hal ini mendorong anggota masyarakat untuk mempertahankan keadaan, karena apabila terjadi perubahan mereka kawatir akan tergeser dari zona nyaman. e. Ketakutan akan terjadi kegoyahan apabila terjadi perubahan. Memang perubahanperubahan yang terjadi dalam masyarakat dapat menggoyahkan keyakinankeyakinan atau keadaan yang telah mapan dan nyaman. f. Prasangka terhadap hal baru atau sikap yang tertutup. Hal ini dapat berupa kecurigaan terhadap hal-hal baru. Mendorong seseorang untuk menolak setiap ada hal baru. g. Hambatan ideologis (nilai sosial). Perubahan terhadap nilai-nilai dasar (ideologis) pada umumnya mendapat reaksi menolak dari orang-orang atau kelompok dalam masyarakat. Juga pandangan bahwa hidup ini adalah buruk dan tidak dapat diperbaiki. Pandangan demikian akan menghambat perubahan. 7. Industrialisasi, Urbanisasi, dan Modernisasi Modernisasi merupakan proses menjadi modern. Istilah modern berasal dari kata modo yang artinya yang kini. Sehingga, modernisasi dapat diartikan sebagai cara hidup yang sesuai dengan situasi yang kini ada, atau konteks masa sekarang. Apabila cara hidup suatu masyarakat seperti yang diwariskan oleh nenek-moyang atau generasi pendahulunya, masyarakat tersebut disebut masyarakat tradisional. Istilah tradisi berasal dari kata traditum yang artinya warisan. Tekanan pengertian modernisasi adalah pada teknologi dan organisasi sosial. Menurut Samuel Huntington proses modernisasi mengandung beberapa ciri pokok sebagai berikut: a. Merupakan proses bertahap, dari tatanan hidup yang primitif-sederhana menuju kepada tatanan yang lebih maju dan kompleks b. Merupakan proses homogenisasi. Modernisasi membentuk struktur dan kecenderungan yang serupa pada banyak masyarakat. Penyebab utama proses homogenisasi ini adalah perkembangan teknologi informasi, komunikasi dan transportasi. Contoh: fenomena coca colonization, Mc world serta californiazation. c. Terwujud dalam bentuk lahirnya sebagai: Amerikanisasi dan Eropanisasi d. Merupakan proses yang tidak bergerak mundur, tidak dapat dihindrkan dan tidak dapat dihentikan e. Merupakan proses progresif (ke arah kemajuan), meskipun tidak dapat dihindari adanya dampak (samping). f. Merupakan proses evolusioner, bukan revolusioner dan radikal; hanya waktu dan sejarah yang dapat mencatat seluruh proses, hasil maupun akibat-akibat serta dampaknya Alex Inkeles dan David Smith mengemukakan ciri-ciri individu modern, sebagai berikut: a. Memiliki alam pikiran (state of mind) yang terbuka terhadap pengalaman baru
AGUS SANTOSA - SOSIOLOGI XII IPS
10
b. c. d. e. f. g. h. i.
Memiliki kesanggupan membentuk dan menghargai opini Berorientasi ke depan Melakukan perencanaan Percaya terhadap ilmu pengetahuan Memiliki keyakinan bahwa segala sesuatu dapat diperhitungkan Menghargai orang lain karena prestasinya Memiliki perhatian terhadap persoalan politik masyarakat Mengejar fakta dan informasi
Modernisasi sebagai proses industrialisasi dan urbanisasi Menjadi modern identik dengan menjadi kota atau menjadi industri. Sehingga perubahan dari tradisional ke modern, akan identik dengan peubahan dari situasi desa menjadi kota, dan perubahan dari kehidupan agraris ke industri. Talcott Parson menyebut variable-variabel yang berubah dalam perubahan itu, yaitu a. “Affectivity” ke “Affective Neutrality”. Dari hubungan-hubungan dan tindakan yang didasarkan pada perasaan, ke hubungan-hubungan dan tindakan yang didasarkan pada pertimbangan rasional atau kepentingan tertentu. Modernisasi dan industrialisasi membuat warga masyarakat mampu menunda kesenangan, yang kalau dalam aktivitas ekonomi akan muncul sebagai investasi. b. “Partikularisme” ke “Universalisme”. Dari interaksi dan komunikasi yang terbatas pada kelompok-kelompok, golongan-golongan, atau aliran-alirann, berubah ke lingkup yang lebih luas (universal). c. “Orientasi Kolektif” ke “Orientasi Diri”. Dari orientasi hidup untuk kepentingan kelompok ke kepentingan diri. d. “Askriptif” ke “Achievement”. Dari penghargaan kepada faktor-faktor bawaan lahir, berubah kepada penghargaan-penghargaan berdasarkan prestasi. e. “Functionally diffused” ke “Functionally specified”. Dari cara kerja yang bersifat umum dan serba meliputi, berubah menjadi berdasarakan kekhususan atau spesialiasi yang dibatasi oleh konteks ruang dan waktu. Bandingkan hubungan antara orangtua – anak dengan guru – murid. Orangtua – anak tidak terbatas oleh ruang dan waktu, sedangkan guru – murid dibatasi oleh ruang dan waktu. 8. Pembangunan Pembangunan adalah suatu proses perencanaan sosial (social plan) yang dilakukan oleh birokrat perencanaan pebangunan, untuk membuat perubahan sosial yang akhirnya dapat mendatangkan peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat. Robert M.Z. Lawang menyatakan bahwa hakikat pembangunan adalah perubahan menuju ke suatu mutu kehidupan yang lebih baik (kemajuan), merupakan usaha-usaha yang terencana yang dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Agar diperoleh pemahaman yang lebih baik tentang pembangunan, berikut adalah ciricirinya. 1. Merupakan perubahan untuk mewujudkan suatu kondisi kehidupan yang lebih baik dari yang sekarang 2. Meliputi seluruh aspek kehidupan: fisik, sosial, ekonomi, politik maupun kebudayaan 3. Meliputi aspek kuantitatif dan kualitatif dari bidang kehidupan masyarakat 4. Secara sadar dilakukan 5. Menggunakan perencanaan (social planning) 6. Menghasilkan perubahan sosial dan kebudayaan 7. Dalam prosesnya memerlukan perubahan sosial dan kebudayaan 8. Bermuara pada kondisi ideal (maka pembangunan merupakan proses yang tidak pernah selesai)
AGUS SANTOSA - SOSIOLOGI XII IPS
11
Todaro sebagaimana dikutip oleh Dadang Solihin menyebutkan bahwa paling tidak ada tiga tujuan pembangunan, yaitu a. Peningkatan taraf/standar hidup (levels of living) setiap orang, baik pendapatannya, tingkat konsumsi pangan, sandang, papan, pelayanan kesehatan, pendidikan, dan lain-lainnya. b. Menciptakan kondisi yang memungkinkan tumbuhnya rasa percaya diri (self-esteem) setiap orang c. Peningkatan kebebasan (freedom, democracy) setiap orang Bagaimana caranya? a. Mengurangi ketimpangan pembangunan antar-daerah, antar-subdaerah, dan antarwarga masyarakat (pemerataan dan keadilan) b. Memberdayakan masyarakat dan mengentaskan kemiskinan c. Menciptakan atau menambah lapangan kerja d. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat daerah e. Mempertahankan atau menjaga kelestarian sumberdaya alam agar bermanfaat bagi generasi sekarang dan generasi yang akan datang 9. Dampak Perubahan Sosial, Modernisasi, dan Pembangunan 9.1 Dampak positif Beberapa dampak positif dari perubahan sosial, modernisasi, dan pembangunan antara lain: a. Globalisasi Memudarnya batas-batas fisik/geografik maupun politik dalam masyarakat dunia, sehingga interaksi dan komunikasi sosial di antara orang-orang dapat berlangsung tanpa hambatan-hambatan yang bersifat geografik maupun politik. Hal positif yang dapat diambil dari globalisasi adalah berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, karena arus informasi dan alih teknologi dapat berlangsung tanpa batas. b. HAM Universalisme yang berkembang sesuai dengan arus perubahan menjadikan orangorang mengakui akan HAM. Hak-hak azazi manusia tidak lagi dibatasi karena ras yang berbeda, agama yang berbeda, daerah, atau sukubangsa. c. Demokratisasi Terbukanya peluang berpartisipasi dalam proses ekonomi, sosial, politik, maupun kebudayaan bagi segenap warga masyarakat, tidak memandang asal-usul daerah, kesukubangsaan, ras, aliran, ataupun agama. d. Modernisasi Modernisasi merupakan proses menjadi modern. Istilah modern berasal dari kata modo yang artinya yang kini. Sehingga, modernisasi dapat diartikan sebagai cara hidup yang sesuai dengan situasi yang kini ada, atau konteks masa sekarang. Apabila cara hidup suatu masyarakat seperti yang diwariskan oleh nenek-moyang atau generasi pendahulunya, masyarakat tersebut disebut masyarakat tradisional. Istilah tradisi berasal dari kata traditum yang artinya warisan. Tekanan pengertian modernisasi adalah pada teknologi dan organisasi sosial. 9.2 Dampak Negatif a. Westernisasi Westernisasi merupakan gejala meniru gaya hidup orang barat tanpa reserve. Hal ini terjadi karena bagaimanapun modernisasi merupakan proses yang pada awalnya berkembang di masyarakat barat, sehingga tak dapat dihindarkan pemahaman
AGUS SANTOSA - SOSIOLOGI XII IPS
12
bahwa menjadi modern itu identik dengan menjadi Barat (bergaya hidup seperti orang Eropa Barat dan Amerika Utara). b. Sekularisme. Istilah sekular berasal dari kata Latin “saeculum” yang artinya dunia dalam konteks waktu, atau sekarang. Pada tingkatnya yang moderat, sekularisme merupakan pandangan hidup yang memisahkan kehidupan agama dengan kehidupan dunia, pada tingkatnya yang lebih ekstrim, sekularisme merupakan pandangan hidup yang menekankan pada pentingnya kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat, bahkan sampai pada faham yang tidak mengakui adanya Tuhan. Di Indonesia pernah terjadi perdebatan luas mengenai istilah ini, ketika Dr. Nurcholish Madjid menggunakan istilah sekularisasi sebagai proses berkehidupan agama yang lebih rasional, terbebas dari takhayul atau penyakralan benda-benda atau hal-hal yang sebenarnya bersifat profane atau biasa. Dasar pemikiran yang digunakan oleh Nurcholis Madjid atau yang dikenal dengan Cak Nur adalah bahwa Tuhan itu menciptakan dunia dan segala isinya ini dengan hukum-hukum (dalam Islam disebut Sunatullah), sehingga barang siapa yang mengikuti hukum-hukum Allah (sunatullah) akan sukses mencapai keberhasilan sedang yang mengingkari hukum-hukum Allah akan mendapatkan kegagalan. Manusia harus berusaha sebagaimana hokum Allah, misalnya apabila seseorang menginginkan dirinya pandai atau pintar maka tidak cukup berdoa dan pasrah kepada Allah, melainkan dia harus belajar. c. Konsumtivisme Menurut YLK (Yayasan Lembaga Konsumen) perilaku konsumtif adalah kecenderungan manusia untuk menggunakan konsumsi tanpa batas, artinya berlebihan atau tidak mengenal skala prioritas. Konsumtivisme merupakan pola atau gaya hidup yang mengonsumsi barang dan jasa secara berlebihan atau yang sebenarnya bukan keperluannya, tidak mempertimbangkan fungsi atau kegunaannya, melainkan lebih pada kehormatan sosial (prestige) yang melekat pada barang atau jasa yang dibeli. Dengan kata lain, konsumtivisme merupakan faham untuk hidup secara konsumtif. Arti kata konsumtif adalah perilaku yang boros atau mengonsumsi barang atau jasa secara berlebihan, yang lebih mendahulukan keinginan atau kebutuhan/keperluan. Dalam pengertian sehari-hari, istilah konsumtivisme sering disamakan dengan konsumerisme. Namun, sebenarnya berbeda. Dalam Encycloperida Britanica, konsumerisme diartikan sebagai gerakan atau kebijaksanaan yang diarahkan untuk menata metode dan standar kerja produsen, penjual dan pengiklan untuk kepentingan pembeli. JJ Sembiring menjelaskan bahwa Konsumerisme merupakan gerakan konsumen (consumer movement) yang mempertanyakan kembali dampak aktivitas pasar bagi konsumen. Sehingga konsumerisme dapat diartikan secara lebih luas sebagai gerakan yang memperjuangkan kedudukan yang seimbang antara konsumen, pelaku usaha dan negara. Singkatnya, konsumerisme adalah cara melindungi publik berkaitan dengan barang dan jasa yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya, sehingga paling tidak public (konsumen) mengetahu tentang kualitas atau aman-tidaknya barang/jasa yang akan dikonsumsinya. d. Hedonisme
Secara etimologi kata hedonism berasal dari kata dalam Bahasa Yunani hēdonismos dari akar kata hēdonē, artinya "kesenangan", sehingga hedonisme merupakan faham yang berusaha menjelaskan bahwa adalah baik apa yang memuaskan keinginan manusia dan apa yang meningkatkan kuantitas kesenangan itu sendiri.
AGUS SANTOSA - SOSIOLOGI XII IPS
13
Secara istilah, hedonisme merupakan gaya hidup serba mewah, karena didasarkan pada ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia. e. Liberalisme Liberalisme merupakan faham kebebasan berfikir, misalnya Islam Liberal, yang cenderung mengabaikan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam teks Kitab Suci, dan cenderung memberikan penafsiran menurut logika atau pemikiran yang bebas. f.
Feminisme Feminisme berasal dari kata dalam Bahasa Latin “femina”, artinya perempuan. Isyilah feminism mulai digunakan pada 1890-an merujuk pada pandangan kesetaraan laki-laki dengan perempuan serta gerakan untuk mendapatkan hak-hak perempuan. Pada perkembangannya feminisme merupakan gerakan sosial untuk mengakhiri subordinasi kaum perempuan oleh dominasi kaum laki-laki. Dalam batas-batas tertentu feminisme dapat disamakan dengan emansipasi kaum perempuan yang memperjuangkan hak-hak yang sama antara laki-laki dengan perempuan. Namun istilah itu tidak sepadan lagi ketika feminism diartikan sebagai suatu faham atau gerakan sosial yang berupaya menempatkan kaum perempuan dalam urusan-urusan publik, atau bahkan menggantikan dominasi laki-laki dalam urusan-urusan publik.
g. Separatisme Separtisme merupakan gerakan pemberontakan atau pergolakan daerah. Munculnya gejala ini dapat terjadi karena pembangunan yang terlalu berorientasi pusat (sentralistis) sehingga menimbulkan kekecewaan di kalangan masyarakat daerah. Akumulasi dari kekecewaan dapat bersifat agresif menimbulkan gerakan memisahkan diri dari negara, pemberontakan ataupun pergolakan daerah. h. Kejahatan (crime) Berbagai macam kejahatan juga dapat merupakan dampak dari perubahan sosial. Misalnya pertumbuhan ekonomi yang hanya dinikmati oleh sebagian kecil orang kelas atas, dapat memicu kecemburuan sosial dan tindak kejahatan, baik yang termasuk white collar crime (kejahatan kerah putih), seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme, maupun kejahatan kerah biru (blue collar crime), seperti perampokan atau pencurian.
AGUS SANTOSA - SOSIOLOGI XII IPS
14
BAB 2
GLOBALISASI DAN PERUBAHAN KOMUNITAS LOKAL
Kompetensi Dasar: 3.2 Mendeskripsikan berbagai permasalahan sosial yang disebabkan oleh perubahan sosial di tengah-tengah pengaruh globalisasi 4.2 Melakukan kajian, pengamatan dan diskusi tentang berbagai permasalahan sosial yang disebabkan oleh perubahan sosial di tengah-tengah pengaruh globalisasi
1. Pengertian
Gambar 2.1 Globalisasi Sebuah ilustrasi dalam buku Globalisasi yang ditulis oleh Francis Wahono, diterbitkan Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas, 2005.
Kecenderungan dalam sejarah perkembangan masyarakat yang menonjol di era modern adalah perubahan menuju globalisasi. Robertson sebagaimana dikutip oleh Piotr Sztomka dalam bukunya Sosiologi Perubahan Sosial (2007, halaman 101, mendefinisikan globalisasi sebagai proses yang menghasilkan dunia tunggal. Masyarakat di seluruh dunia menjadi saling tergantung di hampir semua aspek kehidupan: politik, ekonomi, maupun kebudayaan. Tidak ada satu Negara pun di dunia yang mampu mencukupi kebutuhannya sendiri. Perkembangan yang demikian ini begitu nyata setelah 1980-an. Definisi globalisasi yang dikemukakan oleh Francis Wahono (2005) sekaligus menjelaskan dampak dari globalisasi, terutama di bidang ekonomi, bahwa globalisasi adalah bentuk penjajahan ekonomi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan raksasa lintas negara dan kaki tangannya dengan menguasai fondasi kehidupan setiap insan dan kelompok manusia, yang dijamin oleh system hokum lintas-bangsa, dalam jiwa pasar bebas dan hak milik pribadi.
AGUS SANTOSA - SOSIOLOGI XII IPS
15
Perhatikan perbandingan antara keadaan masyarakat sebelum 1980 dan setelahnya sebagai berikut. Sebelum 1980-an Mencerminkan masyarakat yang terisolasi, pluralist, diversivikasi Negarabangsa Sistem ekonomi autarkhi yang berusaha memenuhi kebutuhan sendiri
Berbagai jenis kultur pribumi yang melestarikan identitas khas yang sering tidak saling memahami dan tidak dapat dibandingkan
Setelah 1980-an Kesatuan supranasional dengan berbagai cakupan blok politik dan militer (misalnya NATO, Mahkamah Internasional, dan sebagainya Koalisi kekuasaan dominan, misalnya Kelompok G7, organisasi kesatuan regional, misalnya Masyarakat Ekonomi Eropa, Organisasi internasinal, PBB dan badan-badan khususnya, EFTA, OPEC, Multi National Corporation seperti Nisan dan Toyota, Pepsi Cola, McDonald, dan sebagainya Terjadi proses homogenisasi: keragaman global, kecenderungan menjadi sama satu dengan lainnya tanpa melihat batas-batas politik atau geografik, sehingga mengubah dunia menjadi dusun global. Informasi dan gambar peristiwa (misalnya pertandingan sepakbola, konser rock, olimpiade, dll) yang terjadi di suatu tempat yang jauh dapat ditonton oleh jutaan orang pada waktu bersamaan
Demikianlah gambaran tentang globalisasi, dan dari gambaran yang ada dapat ditemukan bahwa tema pokok dari globalisasi adalah pandangan bahwa permasalahan penting dalam masyarakat tidak dapat hanya dikaji pada tingkat negara atau sebuah bangsa, masalah-masalah tersebut merupakan proses yang mendunia atau bersifat transnasional (lintas-bangsa) yang melampui batas-batas fisik maupun politik negara atau bangsa. Globalisasi secara umum paling tidak dapat didefinisikan oleh empat fenomena yang muncul dan meningkat sejak awal Abad ke-20, yaitu: a. Revolusi elektronik yang telah mengubah dasar teknologi dan lingkup global media massa da banyak infra-struktur material dari dunia sekarang b. Dekolonisasi banyak negara-negara Afrika, Asia, dan Karibia dengan pengaruh utamanya pada aktivitas lintas batas ekonomi dan budaya, migrasi dan bentukbentuk paskakolonial c. Penciptaan ruang-ruang sosial trans-nasional d. Bentuk-bentuk baru yang bersfat kualitatif dari kosmopolitanisme yang memungkinkan orang atau kelompok dapat membuat banyak identitas Bedasarkan hal tersebut, dapat diidentifikasi adanya paling tidak lima macam globalisasi, yaitu a. Globalisasi ekonomi b. Globalisasi ideology dan politik c. Globalisasi ilmu pengetahuan dan teknologi d. Globalisasi sosial dan budaya e. Globalisasi agama Mengapa terjadi globalisasi? Paling tidak terdapat tiga faktor yang menyebabkan terjadinya globalisasi, yaitu
AGUS SANTOSA - SOSIOLOGI XII IPS
16
a. Kemajuan di bidang teknologi transportasi yang memudahkan aktivitas aliran barang atau orang ke berbagai negara, b. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang berperan menjamin kemudahan dalam pertukaran ekonomi atau informasi antar-negara c. Kerjasama ekonomi internasional yang memudahkan terjadinya kesepakatankesepakatan antar-negara yang terjalin dengan erat, juga berdirinya unit-unit ekonomi yang bersifat trans-nasional, dengan Wordl Trade Organization (WTO) yang bertugas mengurus, mengawasi, dan mengadili serta memberi sanksi kesepakatan perdagangan bebas yang dikendalikan oleh negara-negara maju (G7), atau jika ditambah dengan Rusia menjadi G8. 2. Permasalahan sosial Akibat Perubahan Sosial di Tengah-tengah Globalisasi Sejalan dengan yang telah dikemukakan di depan bahwa globalisasi ditandai oleh integrasi perdagangan global yang menerobos batas-batas wilayah negara dan geografis. Globalisasi sangat mengutamakan kepentingan ekonomi. Kepentingan lainnya, seperti kemanusiaan, perdamaian, kebersamaan, demokrasi, dan kesejahteraan sosial, cenderung diabaikan. Asumsi yang digunakan para pendukung globalisasi adalah bahwa jika ekonomi global berjalan dengan baik, maka agenda-agenda lainnya juga akan berkembang mengikutinya. Dalam istilah sehari-hari dapat dikatakan yang penting ada uang, segala uusan dan kebutuhan akan teratasi. Pandangan globalisasi yang demikian itu banyak dianut oleh kaum kapitalis. Pandangan seperti itulah yang telah memporakporandakan tatanan-tatanan sosial, lingkungan alam, budaya, kearifan local, dan nilai-nilai luhur bangsa. Dominasi ekonomi ini telah mendorong penguatan ekonomi pada pihak yang kuat. Akibatnya, persaingan semakin ketat, jurang kesenjangan semakin curam, yang kaya semakin kaya, dan yang miskin semakin terpuruk. Kehidupan masyarakat semakin individualis. Upaya mengatasi kemiskinan dan mewujudkan kesejahteraan semakin sulit. Lebih diperparah lagi, bahwa pengentasan kemiskinan cenderung dilakukan secara charity. Akibatnya masyarakat semakin malas bekerja, pengangguran semakin meningkat, tidak mampu melakukan kompetisi, ketergantungan pada pihak lain semakin meningkat, sehingga kemandirian dan kesejahteraan sulit diwujudkan. Beberapa hal positif akibat dari globalisasi antara lain: a. komunikasi yang semakin cepat dan mudah, b. meningkatnya taraf hidup masyarakat, c. mudahnya mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan d. tingkat pembangun yang semakin tinggi, e. meningkatnya tourisme dan pariwisata, dan f. kegiatan ekonomi menjadi lebih produktif, efektif, dan efisien Sedangkan beberapa hal negatif sebagai dampak globalisasi, antara lain: a. informasi yang tak terkendali, b. timbulnya sikap yang kebarat-baratan (westernisme/westernisasi), c. sikap anggota masyarakat yang cenderung individualistis, d. menurunnya semangat kegotongroyongan, kepedulian, dan kesetiakawanan (solidaritas), e. perusahaan dari luar negeri mendesak perusahaan-perusahaan yang ada dalam negeri sehingga perusahaan-perusahaan dalam negeri sulit berkembang, f. berkurangnya tenaga kerja pertanian akibat dari sektor industri yang menyerap hampir seluruh petani, dan g. budaya bangsa terkikis oleh budaya global.
AGUS SANTOSA - SOSIOLOGI XII IPS
17
3. Perubahan Komunitas Lokal Akibat Globalisasi Istilah komunitas berkaitan dengan banyak fenomena, pola penafsiran, dan juga asosiasi. Terjadi banyak kerancuan makna tentang istilah komunitas yang telah melampui batas pengertian pertamanya yang lazim digunakan oleh para sosiolog. Kerancuan makna mulai muncul ketika istilah komunitas digunakan oleh Ferdinand TÖnies untuk menjelaskan Gemeinschaft sebagai bentuk kolektivitas atau unit sosial dan sekaligus tipe (sentiment) hubungan sosial. Apabila diartikan sebagai bentuk kolektivitas, komunitas biasanya merujuk pada suatu kelompok yang para anggotanya menghuni ruang fisik atau wilayah geografik yang sama di lingkungan tetangga, desa, atau kota. Namun, komunitas juga dapat diartikan sebagai suatu kelompok yang anggota-aggotanya memiliki ciri-ciri serupa, yang biasanya dihimpun oleh suatu rasa memiliki, atau bisa pula oleh ikatan dan interaksi sosial tertentu yang menjadikan kelompok itu sebagai suatu entitas sosial tersendiri. Contohnya suatu sukubangsa atau kelompok etnik, kaum beragama tertentu, kalangan akademik, atau komunitas professional. Perbedaan yang mencolok dari dua arti komunitas ini adalah yang satu menggunakan pendekatan territorial sedangkan yang lain non-teritorial. Perubahan sosial dan globalisasi mendorong munculnya frasa pengembangan komunitas (community development) yang biasanya digunakan untuk menyebut proyek-proyek pengembangan suatu daerah yang menyertakan keterlibatan aktif pada penduduknya. Proyek-proyek itu bisa dalam bidang pendidikan, kesejahteraan sosial, kesehatan, pembangunan infrastruktur seperti jalan raya, sumur umum, jaringan irigasi, perbaikan sarana pertanian, peningkatan fasilitas manufaktur, atau pembinaan kegiatan komersial. Pengembangan komunitas dalam era globalisasi tidak lagi dibatasi pada wilayah-wilayah territorial yang bersifat lokal. Misalnya dalam hal upaya peningkatan kesejahteraan material atau kehidupan ekonomi, akan memunculkan keadaan di mana segenap aspek ekonomi --pasokan dan permintaan bahan mentah, informasi dan transportasi tenaga kerja, distribusi hasil produksi atau kegiatan pemasaran—menyatu atau terintegrasi dan kian terjalin dalam hubungan saling-ketergantungan yang berskala luas (dunia).
Gambar 2.2 Perubahan oleh Faktor Eksternal Globalisasi menciptakan ketergantungan di antara negara-negara, tetapi dominasi di pegang oleh negara maju. Permasalahan yang dihadapi oleh suatu negara atau suatu komunitas dalam suatu negara tidak dapat dilokalisir hanya di negara atau komunitas yang bersangkutan. (dalam sebuah ilustrasi dalam buku Globalisasi yang ditulis oleh Francis Wahono, diterbitkan Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas, 2005).
AGUS SANTOSA - SOSIOLOGI XII IPS
18
Tidak dapat dipungkiri bahwa globalisasi yang melanda Indonesia akan berpengaruh terhadap dinamika perkembangan budaya Indonesia. Nilai-nilai dan tatatan hidup komunitas yang bersifat lokal mengalami perubahan karena pengaruh nilai-nilai global, utamanya oleh kebudayaan orangorang Eropa Barat dan Amerika utara yang dibawa masuk ke Indonesia oleh agen-agen globalisasi yang didukung oleh kemajuan trasnportasi, perkembangan internet dan media komunikasi masa, serta perdagangan internasional.
4. Menyikapi Globalisasi
Gambar 3.1 Globalisasi Globalisasi harus disikapi dengan memperkuat nasionalisme dan identitas diri bangsa (dalam sebuah ilustrasi dalam buku Globalisasi yang ditulis oleh Francis Wahono, diterbitkan Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas, 2005).
Globalisasi merupakan sebuah keniscayaan. Globalisasi tidak dapat dihindari oleh siapapun. Maka, yang perlu dilakukan bukan menghindari globalisasi melainkan bagaimana menundukkannya. Apa yang harus dilakukan sehingga globalisasi justru dapat meningkatkan kualitas dan kesejahteraan semua warga negara. Bukan sebaliknya, dampak positif globalisasi hanya dinikmati oleh sedikit orang kelas atas sedangkan sebagian besar masyarakat justru terjerat oleh kemiskinan dan kesengsaraan. Sistem ini harus disikapi juga dengan tidak melupakan identitas kita sebagai manusia yang humanis dan berpandangan terbuka, karena kebanyakan dari kita terkadang salah dalam menyikapi ini dan terjebak oleh narasi-narasi besar yang menyempitkan pandangan kita. Mengutip Doktor Mahathir Muhammad, globalisasi harus dihadapi dengan memperkuat nasionalisme dan identitas diri bangsa.
AGUS SANTOSA - SOSIOLOGI XII IPS
19
Resume Globalisasi Konsep Perubahan kehidupan yang ditandai oleh meningkatnya interaksi antarmanusia dari berbagai latar belakang yang melintasi batas tempat tinggal, asal-usul, ras, golongan, kebangsawanan dan kewarganegaraan
Fenomena yang menyertai New Electronic Economy Global cosmopolitan society and cultural Trans-National Corporation, Terkikisnya sebagian kedaulatan negara Respek terhadap pemimpin politik menurun Interaksi antarorang dalam jarak jauh
Pengaruh/Dampak
Cara menyikapi
Ekonomi: perdagangan bebas, perdagangan internasional Politik: HAM dan demokratisasi Kebudayaan: tata nilai, cara bertindak, film, mode, makanan, dan sebagainya Struktur Sosial: stratifikasi sosial terbuka, multikulturalisme
1.
Wawasan luas Kritis Cerdas berani bersaing Meningkatkan kemampuan bersikap terbuka mampu bekerjasaama dengan orang yang datang dari berbagai latar belakang (multikulturalisme) Responsif terhadap dinamika masyarakat plural
AGUS SANTOSA - SOSIOLOGI XII IPS
20
BAB 3
KETIMPANGAN SOSIAL AKIBAT PERUBAHAN SOSIAL DI TENGAH-TENGAH GLOBALISASI
Kompetensi Dasar: 3.3 Menganalisis ketimpangan sosial sebagai akibat dari perubahan sosial di tengah-tengah globalisasi 4.3 Melakukan kajian, pengamatan dan diskusi tentang berbagai permasalahan sosial yang disebabkan oleh perubahan sosial di tengah-tengah pengaruh globalisasi
2. Ketimpangan Sosial Akibat dari Perubahan Sosial di Tengah-tengah Globalisasi
TEMPO.CO, Jakarta -Peneliti Pusat Kajian Terorisme dan Konflik Sosial Psikologi Universitas Indonesia Alfindra Primaldhi mengatakan masih ada 80 persen masyarakat Indonesia yang merasa mengalami ketimpangan sosial. “ 8 dari 10 orang Indonesia masih merasakan hal itu,” katanya di Warung Daun, Jakarta Sabtu 25 April 2015. Ketimpangan sosial bisa dikatakan sebagai kesenjangan pendapatan, sumber daya, kekuasaan dan status di antara masyarakat. Ada sepuluh hal sumber ketimpangan dalam masyarakat yang ditanyakan Alfindra kepada 2.500 respondennya. Kesepuluh hal itu adalah penghasilan, harta benda yang dimiliki, kesejahteraan keluarga, pendidikan, kesempatan mendapatkan pekerjaan, rumah/tempat tinggal, lingkungan tempat tinggal, hukum, kesehatan, serta keterlibatan dalam politik. “Penghasilan, harta benda yang dimiliki, dan lingkungan tempat tinggal adalah ranah yang paling berperan mengahasilkan ketimpangan sosial di masyarakat,” kata Alfin. Survei yang dilakukan timnya antara Januari 2015-Maret 2015 ini pun mengatakan 50,7 persen responden menilai penghasilan mereka tidak layak. Sebanyak 44,4 persen responden menjawab penghasilan mereka sesuai dengan harapan, dan hanya ada 4,9 persen responden yang merasa penghasilan mereka lebih dari harapan. Alfin mengatakan masyarakat yang merasa penghasilannya belum layak tidak dapat memenuhi kebutuhan primer mereka. “Keadaan ini tersebar hampir merata di seluruh wilayah Indonesia,” katanya. Di Sumatera, ada 59,2 persen masyarakat yang merasa penghasilannya tidak layak. Di Kalimantan, jumlahnya sedikit berbeda, yaitu 47,5 persen masyarakat yang menyatakan penghasilannya tidak layak. Sulawesi dan Indonesia Timur masing masing merasa 50,9 persen dan 47,1 persen penghasilan mereka tidak layak. Sedangkan di Jawa –Bali, jumlah responden yang menganggap penghasilan mereka tidak layak ada sebesar 48,3 persen. Sumber: http://nasional.tempo.co/read/news/2015/04/26/173660866/80-persen-rakyatindonesia-masih-rasakan-ketimpangan-sosial
AGUS SANTOSA - SOSIOLOGI XII IPS
21
Mengapa globalisasi berakibat ketimpangan sosial? Di depan telah dikemukakan bahwa globalisasi, terutama ekonomi, lebih didukung oleh pandangan yang bersifat kapitalistik. Integrasi perdagangan global menerobos batas-batas wilayah negara dan geografis, sehingga suatu negara tidak dapat melakukan proteksi terhadap produk-produk industri di dalam negerinya ketika berhadapan dengan produk-produk industri yang berasal dari luar negeri. Pengalaman dan efisiensi yang berlangsung dalam proses produksi di negaranegara maju memungkinkan untuk menghasilkan produk-produk yang bermutu baik dengan harga yang lebih murah. Sedangkan rendahnya teknologi, in-efisiensi, dan munculnya ekonomi biaya tinggi (high cost economy) yang menjadi ciri di negara-negara berkembang membuat produk-produk dalam negeri bermutu rendah tetapi tidak dapat dijual dengan biaya murah. Dengan pemikiran yang sederhana dapat diperkirakan apa dampaknya ketika produk luar negeri yang bermutu baik dengan harga yang lebih murah berhadapan dengan produk dalam negeri yang bermutu kurang baik dengan harga yang lebih mahal? Dalam kehidupan ekonomi global, berlaku hukum the survival of the fittest sehingga siapa yang memiliki modal yang besar akan semakin kuat dan yang lemah akan tersingkir. Pemerintah hanya sebagai regulator dalam pengaturan ekonomi yang mekanismenya akan ditentukan oleh pasar. Sektor-sektor ekonomi rakyat yang diberikan subsidi semakin berkurang (dalam pandangan ekonomi kapitalis, subsidi adalah inefisiensi), koperasi semakin sulit berkembang, penyerapan tenaga kerja dengan pola padat karya sudah semakin ditinggalkan. Dalam ideologi kapitalisme yang menjadi warna dasar ekonomi global produktivitas yang tinggi dan efisiensi merupakan merupakan hal yang sangat dikejar dan diutamakan. Sebagai sebuah sistem yang berlaku dan berjalan tanpa batas teritorial negara yang implementasinya dapat berupa ekonomi, politik, budaya, sosial dan lain sebagainya. Permasalahan di sebuah negara, misalnya pengangguran, bukanlah sekedar merupakan dampak dari minimnya keterampilan seorang individu, melainkan dampak sistemik dari perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan akibat globalisasi, seperti a. Perubahan teknologi (mesin-mesin baru). Perubahan teknologi atau digunakannya mesin-mesin baru dalam proses produksi, mengakibatkan hanya orang-orang yang memikiki pengetahuan atau keterampilan yang memadai yang dapat terlibat dalam proses produksi. Yang tidak berpengetahuan dan berketerampilan akan terpinggirkan dan jadilah pengangguran sehingga kehilangan sumber ekonomi. b. Perubahan cara kerja (efisiensi). Perubahan cara kerja dapat dilakukan dengan perampingan birokrasi atau struktur organisasi perusahaan. Akibatnya ada orangorang yang harus keluar dari struktur organisasi. Orang-orang ini akan kehilangan pekerjaan sebagai nafkah atau sumber kehidupan ekonominya. c. Pekerjaan dilakukan di tempat/negara lain (globalisasi). Apabila sebuah perusahaan merasakan ancaman atau ketidaknyamanan, maka dapat jadi pengusaha akan memindahkan perusahaannya di negara lain. Akibatnya beratus atau bahkan beribu pekerja kehilangan pekerjaan. d. Perubahan politik (kebijakan pemerintah), misalnya dihilangkannnya proteksi dan subsidi. Sesuai dengan perjanjian WTO, negara-negara tidak boleh melakukan proteksi terhadap produksi dalam negerinya, misalnya dengan melakukan larangan import produk tertentu yang mengancam produksi dalam negeri. Demikian juga tentang subsidi. Dalam pandangan liberalism yang merupakan nafasnya globalisasi, subsidi dipandang sebagai salah satu sebab inefisiensi dan ekonomi biaya tinggi. e. Perubahan budaya (dibutuhkan produk yang berbeda). Perkembangan Teknologi Informasi yang sangat cepat memudahkan orang-orang dari negara atau bangsa manapun dapat mengakses informasi dengan mudah dan bebas. Kemudahan akses informasi menjadikan orang-orang mengetahui produk lain yang mungkin saja lebih menarik, lebih bermutu, dan sebagainya, sehingga produk itulah yang dikonsumsi. Perusahaan yang tidak dapat menyesuaikan hasil produksinya dengan berubahnya kebutuhan masyarakat akan mengalami kebangkrutan. Akibatnya adalah pengangguran dan kemiskinan di sebagian masyarakat.
AGUS SANTOSA - SOSIOLOGI XII IPS
22
Demikianlah, globalisasi menimbulkan ketimpangan ekonomi, yang pada giliran berikutnya akan menimbulkan ketimpangan sosial, berupa ketimpangan memperoleh pendidikan, ketimpangan memperoleh lapangan kerja, ketimpangan dalam hal kehormatan sosial, dan juga kebudayaan. Deregulasi dalam bidang pendidikan dapat mendorong lembaga-lembaga pendidikan dari negara maju mendirikan cabang-cabangnya di negara-negera berkembang demi perluasan pengaruh atau memperoleh keuntungan ekonomi. Lembaga-lembaga demikian memberikan layanan pendidikan bermutu dengan biaya yang cukup tinggi, sehingga hanya orang-orang yang memiliki strata ekonomi tinggi yang dapat memperoleh layanan pendidikan demikian. Orang-orang dari strata ekonomi yang lebih bawah hanya bisa memperoleh layanan pendidikan yang mutunya lebih rendah. Sistem kerja di perusahaan-perusahaan yang bonafid dan bergaji besar menuntut keterampilan dan skil yang tinggi dari para pekerjanya, sehingga hanya orang-orang yang berkualifikasi pendidikan tinggi saja yang dapat menjadi pekerjanya. Dampaknya adalah pengangguran. Efisiensi tidak mendukung untuk dilaksanakannya sistem padat karya. Digunakannya mesin-mesin dengan teknologi yang tinggi juga hanya memerlukan tenaga kerja manusia dengan jumlah yang minimal. Mudahnya nilai-nilai barat yang masuk melalui media komunikasi dan informasi publik yang berupa antena parabola, televisi, media cetak, dan internet mendorong terjadinya homogenisasi kebudayaan. Simbol-simbol kebudayaan cenderung seragam ditentukan oleh kebudayaan dominan, yaitu Barat. Mengapa Barat? Karena pendukung budaya inilah yang menguasai teknologi komunikasi dan informasi. Maka dalam hal ini globalisasi juga menimbulkan ketimpangan kebudayaan.
AGUS SANTOSA - SOSIOLOGI XII IPS
23
BAB 4
KEARIFAN LOKAL DAN PEMBERDAYAAN KOMUNITAS
Kompetensi Dasar: 3.4 Menerapkan strategi pemberdayaan komunitas dengan mengedepankan nilai-nilai kearifan lokal di tengah-tengah pengaruh globalisasi 3.5 Mengevaluasi aksi pemberdayaan komunitas sebagai bentuk kemandirian dalam menyikapi ketimpangan sosial 4.4 Merancang, melaksanakan dan melaporkan aksi pemberdayaan komunitas dengan mengedepankan nilainilai kearifan lokal di tengah-tengah pengaruh globalisasi 4.5 Memaparkan inisiatif, usulan, alternatif dan rekomendasi berdasarkan hasil evaluasi aksi pemberdayaan komunitas
1. Apa yang dimaksud Kearifan Lokal? Secara bahasa, lokal (local) berarti setempat, sedangkan kearifan atau dalam bahasa Inggris wisdom dapat diartikan sebagai pemikiran, gagasan, atau perilaku yang bijak. Dapat juga diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan akal pikirannya dalam bertindak atau bersikap sebagai hasil penilaian terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi. Sehingga kearifan lokal (local wisdom) dapat diartikan sebagai gagasan-gagasan setempat yang bersifat bijaksana, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh para anggota masyarakat. Sebagai sebuah istilah kearifan lokal dapat dipahami sebagai usaha manusia dengan menggunakan akal-budinya (kognisi) untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi dalam ruang tertentu. Kearifan lokal muncul dalam periode panjang dan berevolusi bersama-sama masyarakat dan lingkungannya. Proses evolusi yang begitu panjang dan melekat dalam masyarakat dapat menjadikan kearifan lokal sebagai sumber energi potensial dari sistem pengetahuan kolektif masyarakat untuk hidup bersama secara dinamis dan harmonis. Fungsi kearifan lokal bagi masyarakat tidak sekadar sebagai acuan tingkah-laku seseorang, tetapi lebih jauh, yaitu mampu mendinamisasi kehidupan masyarakat dan menciptakan peradaban. Pada akhirnya kearifan lokal dijadikan pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka yang meliputi seluruh unsur kehidupan: agama, ilmu pengetahuan, ekonomi, teknologi, organisasi sosial, bahasa dan komunikasi, serta kesenian. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kearifan lokal merupakan suatu kekayaan budaya lokal yang mengandung kebijakan hidup; pandangan hidup (way of life) yang mengakomodasi kebijakan (wisdom) dan kearifan hidup. Di Indonesia—yang kita kenal sebagai Nusantara—kearifan lokal itu tidak hanya berlaku secara lokal pada budaya atau etnik tertentu, tetapi dapat dikatakan bersifat lintasbudaya atau lintas-etnik sehingga membentuk nilai budaya yang bersifat nasional. Sebagai contoh, hampir di setiap budaya lokal di Nusantara dikenal kearifan lokal yang mengajarkan gotong royong, toleransi, etos kerja, dan seterusnya. Pada umumnya etika dan nilai moral yang terkandung dalam kearifan lokal diajarkan turun-temurun, diwariskan dari generasi ke generasi melalui sastra lisan (antara lain dalam bentuk
AGUS SANTOSA - SOSIOLOGI XII IPS
24
pepatah dan peribahasa, folklore), dan manuskrip (bahasa Latin manuscript: manu scriptus ditulis tangan), secara khusus, adalah semua dokumen tertulis yang ditulis tangan, dibedakan dari dokumen cetakan atau perbanyakannya dengan cara lain. 2. Strategi Pemberdayaan Komunitas Masyarakat adalah sekumpulan orang yang saling berinteraksi secara kontinyu, sehingga terdapat relasi sosial yang berpola dan terorganisasi. Manusia baik sebagai individu maupun sebagai warga masyarakat mempunyai kebutuhan. Kebutuhan manusia dapat berupa kebutuhan individual atau kebutuhan kolektif. Konsekuensi dari keadaan ini adalah manusia selalu berupaya memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia bermacam-macam baik jenis, prioritas, maupun hirarkhinya. Usaha memenuhi kebutuhan tidak pernah berhenti. Terpenuhinya kebutuhan pada prioritas atau hirarkhi tertentu akan dilanjutkan dengan usaha memenuhi kebutuhan prioritas atau hirarkhi berikutnya. Realitas bahwa upaya memenuhi kebutuhan tidak pernah berhenti menyebabkan dalam kehidupan masyarakat terjadi proses dan usaha perubahan. Tentu saja masyarakat mengharapkan perubahan yang berfifat progresif (menuju perbaikan atau menuju kepada keadaan yang lebih mensejahterakan). Perubahan menuju progress atau menuju keadaan yang lebih sejahtera disebut perkembangan atau pembangunan. Dalam bahasa Inggris disebut development. Muller sebagaimana dikutip oleh Soetomo dalam bukunya pemberdayaan masyarakat (2011) menjelaskan bahwa pembangunan merupakan upaya untuk mengatasi atau paling tidak mengurangi penderitaan manusia dalam semua bentuk dan dimensinya. Penderitaan yang dimaksud adalah dalam pengertian yang luas, bukan saja dalam bentuk kemiskinan atau kemelaratan, diskriminasi, atau penindasan, melainkkan juga jika manusia diposisikan sebagai objek pembangunan.
Faktor Pendorong
Energi Masyarakat
Faktor Penarik
Kondisi yang tidak diharapkan baik berupa penderitaan atau masalah sosial
Kesadaran masyarakat (awareness) akan keberadaan masalah sosial dan penderitaan
Kondisi yang diidealkan (gambaran masyarakat sejahtera)
Kecepatan perkembangan Kecepatan gerak perkembangan atau pembangunan ditentukan oleh tiga faktor: faktor pendorong, energi masyarakat, dan faktor penarik.
Soetomo (2011) menjelaskan bahwa pembangunan masyarakat mengandung empat unsur, yaitu a. Pembangunan masyarakat pada dasarnya merupakan proses perubahan b. Pembangunan masyarakat adalah proses semakin terciptanya hubungan yang harmonis antara kebutuhan masyarakat dengan potensi sumberdaya dan peluang c. Pembangunan masyarakat merupakan proses peningkatan kapasitas masyarakat untuk merespon berbagai persoalan yang berkembang d. Pembangunan masyarakat merupakan proses yang bersifat multidimensional Berdasarkan empat usur tersebut, pembangunan masyarakat dapat dirumuskan sebagai proses perubahan yang bersifat multidimensional menuju kondisi semakin terwujudnya hubungan yang serasi antara kebutuhan (needs) dan sumberdaya (recources) melalui pengembangan kapasitas masyarakat untuk mengembangkan dirinya, terutama memanfaatkan peluang dan sumberdaya, mengantisipasi tantangan dan menangani masalah sosial yang muncul, sehingga terwujud kondisi kehiduapan yang semakin sejahtera.
AGUS SANTOSA - SOSIOLOGI XII IPS
25
3. Perspektif Pembangunan Masyarakat Ada beberapa perspektif dalam pelaksanaan pembangunan masyarakat. Persepktif merupakan sudut pandang dalam melihat fenomena atau gejala pembangunan masyarakat. Ada beberapa perspektif yang pembangunan, yaitu 3.1 Perspektif Basic Need Perspektif basic need digunakan dalam pembangunan masyarakat di negara-negara berkembang pada masa-masa awal setelah kemerdekaan, karena dari kondisi sosialekonomi masyarakat dalam negara-negara yang baru saja merdeka ini jauh ketinggalan dari negara-negara yang sudah maju. Awalnya, negara-negara yang baru saja merdeka ini disebut backward nation, atau negara terbelakang, dengan ciri mengalami kemelaratan kronis yang disebabkan bukan oleh minimnya sumberdaya alam melainkan karena masyarakat mengalami keterbelakangan di berbagai bidang kehidupan. Kemudian disebut “underdeveloped” atau “lower developed countries” (LDC), yang dihadapkan dengan “developed” atau “more developed countries” (MDC). Sebutan-sebutan ini akhirnya dianggap merendahkan. Maka istilah diperbarui menjadi ”developing countries” atau negaranegara sedang berkembang. Dalam Konferensi Asia Afrika (Bandung, 1955), sebutan tersebut diubah menjadi “Negara-negara Selatan”. Di lain pihak adalah Negara-negara Utara. Sebutan yang lain bagi negara-negara yang belum maju adalah DUNIA KETIGA yang dihadapkan kepada DUNIA PERTAMA yaitu negara-negara maju, dan DUNIA KEDUA, yaitu negara-negara sosialis di Eropa Timur. Menyadari akan ketertinggalannya, negara-negara yang sedang berkembang ini melakukan upaya mempersempit jarak. Upaya pembangunan yang dilakukan adalah memadukan otoritas negara dengan potensi dan partisipasi masyarakat, melalui strategi pengembangan komunitas (community development). Community development adalah proses yang merupakan usaha masyarakat sendiri yang diintegrasikan dengan otoritas pemerintah guna memperbaiki kondisi sosial, ekonomi, dan kultural komunitas, mengintegrasikan komunitas ke dalam kehidupan nasional dan menorong kontribusi komunitas yang lebih optimal bagi kemajuan nasional. Srategi pengembangan komunitas ini mendominasi pelaksanaan pembagunan masyaraat di negara-negara berkembang pada era 1950-an. Dalam era itu peran PBB cukup besar dengan mengirimkan konsultan-konsultan pengembangan komunitas di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Dalam penerapan strategi ini dijumpai beberapa penyempurnaan berdasarkan umpan balik terhadap persoalan yang timbul. Misalnya setelah diterapkan dalam beberapa waktu, ternyata lebih menonjol aspek sosialnya, terutama solidaritas sosial dan pengorganisasian sosial yang memang diperlukan untuk mengokohkan identitas bangsa. Padahal tujuan utama pembangunan masyarakat dengan strategi ini adalah peningkatan kondisi ekonomi, sosial, dan kebudayaan. Maka, pada pelaksanaan berikutnya porsi aspek ekonominya ditambah, sehingga pengembangan komunitas yang diterapkan adalah proses pembangunan sosial dan pengorganisasian sosial yang mengandung pembangunan ekonomi, atau pembangunan ekonomi yang berwatak sosial.
AGUS SANTOSA - SOSIOLOGI XII IPS
26
3.2 Perspektif Pertumbuhan Setelah strategi pengembangan komunitas diterapkan di beberapa negara sedang berkembang dipandang belum dapat mengembangkan aspek ekonomi secara memadai, maka lahirlah perspektif baru dalam pembangunan masyarakat yaitu perspektif pertumbuhan. Dalam perspektif pertumbuhan penguasaan teknologi dianggap penting karena merupakan instrument untuk mempercepat peningkatan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Perspektif ini sejalan dengan teori modernisasi yang banyak mewarnai pemikiran dalam pembangunan masyarakat, sehingga dalam pembangunan masyarakat banyak dilakukan adopsi inovasi teknologi, bahkan penggunaan teknologi merupakan hal yang menonjol dalam upaya peningkatan produktivitas. Pada awalnya pendekatan ini bersifat sektoral, yaitu di sektor pertanian. Di sektor pertanian perspektif ini menghasilkan suatu proses perubahan melalui adopsi inovasi dalam sistem usaha tani yang hampir dilakukan di semua negara yang sedang berkembang pada 1950-1980, yang dikenal sebagai revolusi hijau. Konsep Revolusi Hijau di Indonesia dikenal sebagai gerakan Bimas (bimbingan masyarakat), yaitu program nasional untuk meningkatkan produksi pangan, khususnya swasembada beras sebagai komoditas strategis baik ditinjau dari segi ekonomi, politik dan sosial. Gerakan Bimas berintikan tiga komponen pokok, yaitu penggunaan teknologi yang sering disebut Panca Usaha Tani (mekanisasi pertanian, irigasi, pemupukan, pemberantasan hama/pestisida, dan penggunaan bibit unggul), penerapan kebijakan harga sarana dan hasil reproduksi serta adanya dukungan kredit dan infrastruktur. Gerakan ini berhasil menghantarkan Indonesia pada swasembada beras. Peningkatan produktivitas dengan inovasi teknologi baru ini kemudian dikembangkan tidak hanya pada sektor pertanian, tetapi juga sektor-sektor lain di pedesaan, sehingga strateginya disebut sebagai rural development. Karena orientasi kepada pertumbuhan, pendekatan ini menjadikan pengembangan aspek manusia dan masyarakat menjadi bersifat sekunder. Sebagai ilustrasi dapat dicontohkan, pembangunan di tingkat desa lebih pada pembangunan wajah desa yang bersifat fisik, seperti gerbang desa, pagar halaman harus seragam, balai desa, gardu ronda, dan sebagainya, sehingga kadang dijumpai hal yang ironis, karena pagar halaman lebih bagus dari rumahnya. Kelemahan dari pendekatan ini adalah sifatnya yang sektoral, sehingga suatu desa menjadi sasaran objek pembangunan (top-down) yang tidak terkoordinasi, sehingga disempurnakan dengan strategi Integrated Rural Development (IRD) dan Regional Development (RD), sehingga setidaknya akan terjadi proses pembangunan desa yang terkoordinasi dan integrasi antara program dari atas dengan aspirasi dari bawah, sehingga desa tidak hanya menjadi objek pembangunan. Persepektif pertumbuhan menjanjikan pemerataan pembangunan melalui trickle down effect (efek tetesan ke bawah). Dalam jangka pendek, model pembangunan demikian dapat membantu masyarakat miskin dalam memenuhi kebutuhankebutuhan mendasarnya, namun dalam jangka panjang akan menciptakan ketergantungan, masyarakat tidak dapat menyelesaikan masalahnya sendiri, dan sulit tercipta pembangunan yang berkelanjutan, karena sifatnya yang karitatif (charity) sehingga kurang memperhatikan pengembangan potensi, sumberdaya, dan kapasitas masyarakat sebagai penyandang masalah. 3.3 Persepektif People Centered Development
AGUS SANTOSA - SOSIOLOGI XII IPS
27
Latar belakang lahirnya perspektif ini adalah, walaupun dengan perspektig basic need masyarakat bawah sudah mendapatkan perhatian sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup mendasarnya, tetapi karena sifatnya yang delivery dan karikatif, maka peranan negara masih dominan. Masyarakat penyandang masalah tidak banyak dilibatkan dan diberi kewenangan dalam perencanaan. Dalam persepektif People Centered Development, masyarakat penyandang masalah diberi kewenangan dan kapasitas dalam keseluruhan proses pembangunan sejak identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, serta dalam menikmati hasil. Strategi pemberdaayaan pertama yang digunakan dalam persektif ini adalah Community Based Development (CBD). Masyarakat, terutama pada tingkat komunitas local menjadi basis pembangunan, yang manifestasinya berupa pemberian kewenangan dan peningkatan kapasisitas untuk mengelola pembangunan sejak identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaannya. Campur tangan pihak ekternal hanya pada pemberian stimuli untuk mengembangkan energy dan potensi internal. Hubungan pihak ekternal dengan internal tidak bersifat vertical, melainkan horizontal, sehingga kedudukannya lebih sebagai fasilitator. Walaupun demikian, dalam pelaksanaannya tidak selalu menghasilkan kemandirian dan keberlanjutan pada tingkat komunitas. Dinamika dan aktivitas local kembali terhenti setelah sentuhan eksternal dihentikan. Oleh karena itu kemudian diperkenalkan strategi yang lebih memungkinkan peran energi internal dalam komunitas sebagai pendorong dinamika pembangunan. Strategi tersebut dikenal sebagai Community Driven Development (CDD). Strategi ini banyak digunakan oleh Bank Dunia dalam pelaksanaan program-program pemberdayaan di negara-negara sedang berkembang. Trend global perubahan strategi pemberdayaan masyarakat Perpektif basic need dan Pertumbuhan, Sebelum 1980
Sentralisasi, oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, pemegang otoritas lokal, atau elit masyarakat lokal lebih dominan daripada masyarakat Top-down, program-program yang bersifat delivery dari atas ke bawah berdasarkan cetak biru (blue print). Uniformity, tidak mempertimbangkan keanekaragaman masyarakat Sistem Komando, menggunakan system instruksi/komando Charity (karikatif), memberi bantuan secara langsung kepada orang-orang yang membutuhkan, seperti memberi makan, menghibur orang sakit, memberi pakaian dan lain sebagainya
Perspektif People Centered Development, Setelah 1980
Desentralisasi, kewenangan masyarakat dalam pengambilan keputusan dan sumberdaya
Bottom-up, mengutamakan dari bawah ke atas
Variasi Lokal, mempertimbangkan keanekaragaman dan sumberdaya lokal Proses Belajar/Partisipatif, masyarakat sebagai subjek atau actor pembangunan Pemberdayaan, masyarakat bahkan di tingkat komunitas memiliki kemampuan mengembangkan dirinya (memberikan pancing, bukan ikan)
AGUS SANTOSA - SOSIOLOGI XII IPS
alur
28
Perpektif basic need dan Pertumbuhan, Sebelum 1980
Ketergantungan, terhenti ketika sentuhan pusat dihentikan
Perspektif People Centered Development, Setelah 1980
Keberlanjutan, masyarakat tumbuh dan berkembang berdasaarkan inisiatif dan kreativitas.
4. Aksi Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Bentuk Kemandirian Dalam Menyikapi Ketimpangan Sosial Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah memampukan dan memandirikan masyarakat terutama dari kemiskinan dan keterbelakangan/kesenjangan/ketidakberdayaan. Kemiskinan dapat dilihat dari indikator pemenuhan kebutuhan dasar yang belum mencukupi/layak. Kebutuhan dasar itu, mencakup pangan, pakaian, papan, kesehatan, pendidikan, dan transportasi. Sedangkan keterbelakangan, misalnya produktivitas yang rendah, sumberdaya manusia yang lemah, terbatasnya akses pada tanah padahal ketergantungan pada sektor pertanian masih sangat kuat, melemahnya pasarpasarlokal/tradisional karena dipergunakan untuk memasok kebutuhan perdagangan internasional. Dengan perkataan lain masalah keterbelakangan menyangkut struktural (kebijakan) dan kultural. Ada beberapa strategi yang dapat menjadi pertimbangan untuk dipilih dan kemudian diterapkan dalam pemberdayaan masyarakat, yaitu (1) menciptakan iklim, (2) memperkuat daya, dan (3) melindungi. Dalam upaya memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu: a. menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Di sini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. b. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering). Dalam rangka pemberdayaan ini, upaya yang amat pokok adalah peningkatan taraf pendidikan, dan derajat kesehatan, serta akses ke dalam sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi, informasi, lapangan kerja, dan pasar. Masukan berupa pemberdayaan ini menyangkut pembangunan prasarana dan sarana dasar fisik, seperti irigasi, jalan, listrik, maupun sosial seperti sekolah dan fasilitas pelayanan kesehatan, yang dapat dijangkau oleh masyarakat pada lapisan paling bawah, serta ketersediaan lembaga lembaga pendanaan, pelatihan, dan pemasaran di perdesaan, di mana terkonsentrasi penduduk yang keberdayaannya amat kurang. Untuk itu, perlu ada program khusus bagi masyarakat yang kurang berdaya, karena programprogram umum yang berlaku tidak selalu dapat menyentuh lapisan masyarakat ini. Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya. Menanamkan nilai-nilai budaya modern, seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, dan kebertanggungjawaban adalah bagian pokok dari upaya pemberdayaan ini. Demikian pula pembaharuan institusi-institusi sosial dan pengintegrasiannya ke dalam kegiatan pembangunan serta peranan masyarakat di dalamnya. Yang terpenting di sini adalah peningkatan partisipasi rakyat dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan masyarakatnya. Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan, pengamalan demokrasi. c. Memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat.
AGUS SANTOSA - SOSIOLOGI XII IPS
29
Melindungi tidak berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena hal itu justru akan mengerdilkan yang kecil dan melunglaikan yang lemah. Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah. Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin tergantung pada berbagai program pemberian (charity). Karena, pada dasarnya setiap apa yang dinikmati harus dihasilkan atas usaha sendiri (yang hasilnya dapat dipertukarkan dengan pihak lain). Dengan demikian tujuan akhirnya adalah memandirikan masyarakat, memampukan, dan membangun kemampuan untuk memajukandiri ke arah kehidupan yang lebih baik secara berkesinambungan. 5.
Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Kearifan Lokal di Era Globalisasi
Dalam Kamus Inggris Indonesia, local berarti setempat, sedangkan wisdom (kearifan) sama dengan kebijaksanaan. Secara umum local wisdom (kearifan setempat) dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya, sehingga hal tersebut dapat dipahami sebagai usaha manusia dengan menggunakan akal budinya (kognisi) untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi dalam ruang tertentu. Pengertian di atas, disusun secara etimologi, di mana wisdom dipahami sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan akal pikirannya dalam bertindak atau bersikap sebagai hasil penilaian terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi. Sebagai sebuah istilah wisdom sering diartikan sebagai ‘kearifan/kebijaksanaan’. Kearifan lokal merupakan pengetahuan yang eksplisit yang muncul dari periode panjang yang berevolusi bersama-sama masyarakat dan lingkungannya dalam sistem lokal yang sudah dialami bersama-sama. Proses evolusi yang begitu panjang dan melekat dalam masyarakat dapat menjadikan kearifan lokal sebagai sumber energi potensial dari sistem pengetahuan kolektif masyarakat untuk hidup bersama secara dinamis dan harmonis. Pengertian ini melihat kearifan lokal tidak sekadar sebagai acuan tingkah-laku seseorang, tetapi lebih jauh, yaitu mampu mendinamisasi kehidupan masyarakat yang penuh keadaban. Pada akhirnya kearifan lokal dijadikan pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka yang meliputi seluruh unsur kehidupan: agama, ilmu pengetahuan, ekonomi, teknologi, organisasi sosial, bahasa dankomunikasi, serta kesenian. Mereka mempunyai pemahaman, program, kegiatan, pelaksanaan terkait untuk mempertahankan, memperbaiki, mengembangkan unsur kebutuhan mereka, dengan memperhatikan lingkungan dan sumber daya manusia yang terdapat pada warga mereka. Masyarakat majemuk tanpa konflik jika dipahami secara sepintas merupakan format kehidupan sosial yang mengedepankan semangat demokratis dan menjunjung tinggi nilai-nilai hak asasi manusia. Dalam masyarakat majemuk yang tanpa konflik, warga bekerjasama membangun ikatan sosial, jaringan produktif dan solidaritas kemanusiaan yang bersifat non-govermental untuk mencapai kebaikan bersama. Beberapa indikator yang dapat digunakan sebagai ukuran dalam mewujudkan tercapainya masyarakat majemuk tanpa konflik, yaitu:
AGUS SANTOSA - SOSIOLOGI XII IPS
30
a. b. c. d.
terpeliharanya eksistensi agama atau ajaran-ajaran yang ada dalam masyarakat; terpelihara dan terjaminnya keamanan,ketertiban, dan keselamatan; tegaknya kebebasan berpikir yang jernih dan sehat; terbangunnya eksistensi kekeluargaan yang tenang dan tenteram dengan penuh toleransi dan tenggang rasa e. terbangunnya kondisi daerah yang demokratis, santun, beradab serta bermoral tinggi; dan f. terbangunnya profesionalisme aparatur yang tinggi untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik, bersih berwibawa dan bertanggung jawab. Dalam masyarakat multikultural seperti Indonesia di era globalisasi, paradigma hubungan dialogial atau pemahaman timbal-balik sangat dibutuhkan, untuk mengatasi ekses-ekses negatif dari suatu problem disintegrasi bangsa dengan masuknya budayabudaya luar harus mengupayakan adanya filterisasi budaya. Oleh karena itu, multikulturalisme bukan sekedar mengakui yang berbeda dan lebih merupakan pembedaan yang simetris (symetrical differentiatedcitizenship) dengan mengakui adanya pluralitas identitas dalam masyarakat. Hal inilah yang mestinya didorong oleh kebijakan Otonomi Daerah dalam rangka mengeliminir munculnya loyalitas sempit atas dasar agama maupun ikatan kesukuan belaka. Selain itu, melalui pluralitas identitas, maka perjuangan kepentingan masyarakat lokal tidak lagi terjebak pada isu-isu primordial dan sektarian yang bisa mengancam harmoni lokal itu sendiri. Implementasi Otonomi Daerah juga meniscayakan pemberian ruang politik dan aspirasi kepada masyarakat untuk berpartisipasi secara luas. Prinsip penerimaan dan penghargaan terhadap keberagaman nilai-nilai merupakan pembiakan dari prinsip demokrasi yang tidak saja mendorong terciptanya partisipasi dari dan pemberdayaan bagi semua golongan masyarakat. Akan tetapi pembiakan dari prinsip demokrasi ini juga akan terwujud dalam bentuk mengakui dan menghargai keberagaman budaya serta ide atau pendapat yang saling berbeda maupun mengakui dan menghargai prinsip otonomi daerah yang luas dan nyata yaitu keberadaan hak-hak asli daerah dan hak-hak rakyat di daerah. Globalisasi merupakan suatu proses meningkatnya saling ketergantungan ekonomi, kultural, lingkungan, sosial dan lingkungan lintas negara yang bebas, serta munculnya kecenderungan bentuk dan proses homogenisasi, hibridisasi, dan diferensiasi kultur (nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan, dan perilaku masyarakat) global. Selain itu, globalisasi adanya perkembangan dalam proses penyatuan integrasi ekonomi masyarakat yang disebabkan oleh kemajuan teknologi komunikasi-informasi, yang menjadikan dunia semakin kecil sehingga faktor faktor produksi dapat bergerak antar bangsa dengan cepat nyaris tidak dapat dikontrol di masyarakat. Di masyarakat Indonesia, perkembangan globalisasi semakin pesat dan canggih. Dengan adanya globalisasi maka semakin hilang jati diri bangsa Indonesia yang dahulunya adanya budaya rewang sekarang mulai hilang yang digantikan dengan catering. Kemajemukan (pluralitas) dan keanekaragaman (heterogenitas atau diversitas) masyarakat dan kebudayaan di Indonesia merupakan kenyataan sekaligus keniscayaan, nilai asli masyarakat Indonesia adalah nilai yang di dalamnya melekat dengan konsep multikultural, nilai-nilai seperti toleransi beragama, agregasi sosial, kemajemukan kultural dan etnik, menjadi alasan mengapa para pendiri bangsa ini memilih Pancasila dari pada pada ideologi bernuansa agama.
AGUS SANTOSA - SOSIOLOGI XII IPS
31
Keniscayaan ini harus kita akui secara jujur, terima dengan lapang dada, kelola dengan cermat, dan jaga dengan penuh rasa syukur; bukan harus kita tolak, abaikan, sesalkan, biarkan, dan diingkari hanya karena kemajemukan dan keanekaragaman itu menimbulkan berbagai ekses negatif, antara lain benturan masyarakat dan kebudayaan lokal di pelbagai tempat di Indonesia, apalagi zaman sekarang adanya arus globalisasi yang sudah merajalela dalam bidang transportasi, teknologi dan komunikasi, dan pengembangan media massa. Strategi pemberdayaan masyarakat berbasis kearifan lokal di era globalisasi yakni dengan memperkuat nilai-nilai dan norma-norma leluhur dari nenek moyang yang ada di masyarakat agar terjaga utuh kearifan lokal; mempertahankan budaya yang ada di masyarakat dengan bertindak secara rasional sebagai akibat dari arus globalisasi; menyaring budaya dari luar (globalisasi) dengan menilai baik buruknya pengaruh dalam bidang teknologi dan komunikasi, transportasi, pengembangan media massa, perubahan gaya hidup, pendidikan, budaya, politik, agama, hukum, dll. Salah satu indikator dari keberdayaan masyarakat adalah kemampuan dan kebebasan untuk membuat pilihan yang terbaik dalam menentukan atau memperbaiki kehidupannya. Pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan mengandung arti bahwa manusia ditempatkan pada posisi pelaku dan penerima manfaat dari proses mencari solusi dan meraih hasil pembangunan. Dengan demikian maka masyarakat harus mampu meningkatkan kualitas kemandirian mengatasi masalah yang dihadapi. Upaya-upaya pemberdayaan masyarakat seharusnya mampu berperan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) terutama dalam membentuk dan mengubah perilaku masyarakat untuk mencapai taraf hidup yang lebih berkualitas. Pemberdayaan komunitas tidak lain adalah memberikan motivasi dan dorongan kepadam masyarakat agar mampu menggali potensi dirinya dan berani bertindak memperbaiki kualitas hidupnya, melalui cara antara lain dengan pendidikan untuk penyadaran dan pemampuan diri mereka. Untuk melakukan pemberdayaan masyarakat secara umum dapat diwujudkan dengan menerapkan prinsip-prinsip dasar pendampingan masyarakat, sebagai berikut: a. Belajar dari masyarakat, b. Pendamping sebagai fasilitator, masyarakat sebagi pelaku, c. Saling belajar, saling berbagi pengalaman. Pada prinsipnya pemberdayaan bukan merupakan suatu program atau kegiatan yang berdiri sendiri. Pemberdayaan merujuk pada serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mengubah lebih dari satu aspek pada diri dan kehidupan seseorang atau sekelompok orang agar mampu melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk membuat kehidupannya lebih baik dan sejahtera.
AGUS SANTOSA - SOSIOLOGI XII IPS
32
Sumber: 1. George Ritzer (Ed). 2013. Sosiologi. (Terjemahan) Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2. Agus Santosa. 2010. Sukses Ujian Sosiologi SMA. Jakarta: PT Yudhistira. 3. Horton, Paul B. dan Hunt, Chester L. 1999. Sosiologi; Edisi Keenam Jilid I. Jakarta: PT Erlangga. 4. Henslin, James M. 2006. Sosiologi Dengan Pendekatan Membumi (Judul Asli: Essentials of Sociology). Jakarta: PT Erlangga. 5. Francis Wahono. 2005. Globalisasi. Jakarta: Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas. 6. J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto (ed.). 2006. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 7. John Scott. 2013. Sosiologi The Key Concept. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 8. Kamanto Soenarto. 1993. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI. 9. Ken Plummer. 2011. Sosiologi The Basic, Terjemahan oleh Nanang Martono dan Sisworo. Jakarta: RajaGrafindo Persada. 10. Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta 11. Nasikun. 1996. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: PT Rajawali Pers. 12. Sztompka, Piotr. 1993. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada Media Group. 13. Soerjono Soekanto. 1990. Sosiologi Suatu Pantantar; Edisi Baru Keempat, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 14. Soerjono Soekanto. 1985. Kamus Sosiologi; Edisi Baru. Jakarta: Rajawali Pers. 15. Soerjono Soekanto. 2002. Mengenal Tujuh Tokoh Sosiologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 16. Soetomo. 2011. Pemberdayaan Masyarajat, Mungkinkah Muncul Antitesisnya?. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 17. Soetomo. 2012. Keswadayaan Masyarakat, Manifestasi Kapasitas Masyarakat Untuk Berkembang Secara Mandiri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 18. Tim Sosiologi. 2004. Sosiologi Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat Kelas 1 SMA Jakarta: PT Yudhistira. 19. http://www.artikelsiana.com/2015/01/pengertian-globalisasi-penyebabdampak-globalisasi.html (diakses pada Selasa, 7 Juli 2015 pukul 09.10) 20. http://www.kompasiana.com/meistra/menyikapiglobalisasi_552a6ab16ea8346558552d19 (diakses pada Selasa, 7 Juli 2015 pukul 10.00) 21. http://www.republika.co.id/berita/ensiklopediaislam/hikmah/10/05/03/114167-bagaimana-menyikapi-globalisasi (diakses pada Selasa, 7 Juli 2015 pukul 10.15). 22. http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/artikel/1366 (diakses pada Selasa, 14 Juli 2015, pukul 08.45) 23. http://pemberdayaankomunitas.blogspot.com/2015/02/strategipemberdayaan-masyarakat.html (diakses pada Selasa, 7 Juli 2015, pukul 09.00 24. http://www.slideshare.net/DadangSolihin/perencanaan-ekonomi-dalamperspektif-pembangunan-daerah (diakses pada Selasa, 14 Juli 2015, pukul 10.35) 25. http://www.slideshare.net/FairNurfachrizi/p-kwn8-globalisasi (diakses pada Selasa, 14 Juli 2015, pukul 11.48)
AGUS SANTOSA - SOSIOLOGI XII IPS
33