Perubahan Sosial dan Budaya Massa Perubahan sosial mencakup aspek Perubahan pola pikir masyarakat, perubahan perilaku masyarakat, perubaan budaya materi Perubahan sosial merupakan proses sosial yang dialami oleh anggota masyarakat serta semua unsur unsur budaya dan sistem sistem sosial dll, dalam menyesuaikan diri atau menggunakan pola dan sistem yang baru. Terjadi ketika adanya kesediaan anggota masyarakat untuk meninggalkan sistem dan unsur yang lama
1
Perubahan Sosial 1. Perubahan pola pikir masyarakat Konsep dan pola pikir lama tentang pekerjaan adalah sektor formal (menjadi pegawai negeri), sehingga konsep pekerjaan dibagi menjadi dua, yaitu sektor formal dan informal. Saat ini terjadi perubahan terhadap konsep kerja lama di mana pekerjaan konsep tidak sebagai sektor formal (menjadi pegawai negeri), akan tetapi dikonsepkan sebagai sektor yang menghasilkan pendapatan maksimal. Dengan demikian, maka bekerja tidak saja di sektor formal, akan tetapi di mana saja yang penting menghasilkan uang yang maksimal, dengan demikian konsep kerja menjadi sektor formal, yaitu bekerja di pemerintahan, sektor swasta yaitu bekerja di perusahaan swasta besar, sektor informal yaitu bekerja di sektor informal, seperti wiraswasta kecil, kaki lima, LSM, dan sebagainya, serta sektor lepas yaitu bekerja sebagai secara kontrakkan di berbagai kegiatan, proyek, dan sebagainya. 2
Perubahan Sosial 2. Perubahan perilaku masyarakat Menyangkut persoalan perubahan sistem-sistem sosial, di mana masyarakat meninggalkan sistem sosial lama dan menjalankan sistem sosial baru, seperti perubahan perilaku pengukuran kinerja suatu lembaga atau instansi. Apabila pada sistem lama, ukuran-ukuran kinerja hanya dilihat dari aspek output dan proses tanpa harus mengukur sampai di mana output dan proses itu dicapai, maka pada sistem sosial yang baru sebuah lembaga atau instansi diukur sampai pada tingkat kinerja output dan proses tanpa harus mengukur sampai di mana output dan proses itu, yaitu dengan menggunakan standar sertifikasi seperti BAN-PT pada perguruan tinggi dan sertifikasi ISO pada lembagalembaga umum termasuk perguruan tinggi.
3
Perubahan Sosial 2. Perubahan budaya materi Perubahan budaya materi menyangkut perubahan artefak budaya yang digunakan oleh masyarakat, seperti model pakaian, karya fotografi karya film, teknologi, dan sebagainya yang terus berubah dari waktu ke waktu menyesuaikan kebutuhan masyarakat.
4
5
6
Perubahan Sosial Postmodern Di Indonesia terdeteksi mulai tahun 1990 Masyarakat modern yang secara finansial, pengetahuan, relasi, dan semua syarat masyarakat modern sudah dimiliki. Merupakan masyarakat yang berbeda prilaku dan lingkungan dengan masyarakat-masyarakat sebelumnya. Sifat- sifat : 1. Nomaden 2. Pilihan-pilihan hidup dan ekspresi dari kebebasan 3. Lebih suka menghargai privacy 4. Secular 5. Back to nature 7
Sifat- sifat Perubahan Sosial •
Memiliki pola hidup nomaden, artinya kehidupan mereka yang terus bergerak dari satu tempat ke tempat lain menyebabkan orang sulit menemukan mereka secara ajeg termasuk dapat mendeteksi di mana tempat tinggal menetapnya. Hal ini disebabkan karena kesibukan mereka dengan berbagai usaha dan bisnis, akhirnya mereka bisa saja memiliki rumah di mana-mana di dunia ini.
•
Secara sosiologis mereka berada pada titik nadir, antara struktur dan agen, yaitu pada kondisi tertentu orang postmodern patuh pada strukturnya, namun pada sisi lain ia mengekspresikan dirinya sebagai agen yang mereproduksi struktur atau paling tidak agen yang terlepas dari strukturnya. Berdasarkan hal tersebut, maka berdasarkan pengamatan “orang luar” sesungguhnya pribadi postmodern adalah pribadi yang secara permanen ambivalensia atau mereka yang ambigu dalam pilihan-pilihan hidup mereka. Namun sesungguhnya pada pribadi-pribadi postmodern hal tersebut adalah pilihan-pilihan hidup yang demokratis dan ekspresi dari kebebasan pribadi orang-orang kosmopolitan.
•
Manusia postmodern lebih suka menghargai privasi, dan kegemaran mereka melebihi apa yang mereka anggap berharga dalam hidup mereka, dengan demikian kegemaran spesifik mereka menjadi aneh-aneh dan unik.
•
Kehidupan pribadi yang bebas menyebabkan orang-orang postmodern menjadi sangat sekuler, memiliki pemahaman nilai-nilai sosial yang subjektif dan liberal sehingga cenderung terlihat sangat mobile pada seluruh komunitas masyarakat dan agama serta berbaai pandangan politik sekalipun.
•
Pemahaman orang postmodern yang bebas pula menyebabkan mereka cenderung melakukan gerakan back to nature, back to village, back to tradirional, atau bahkan back to religi, namun karena pemahaman mereka yang luas tentang persoalan kehidupan maka “gerakan kembali” itu memiliki perspektif yang berbeda dengan orang lain yang selama ini sudah dan sedang ada di wilayah tersebut. 8
Budaya Massa dan Budaya Populer Empat komponen sosiologis yang mengandung arti massa:
• Anggota massa adalah orang-orang dari posisi kelas sosial yang berbeda, jenis pekerjaan yang berlainan, dengan latar belakang budaya yang bermacam-macam, serta tingkat kekayaan yang beraneka atau berasal dari segala lapisan kehidupan dan dari seluruh tingkatan sosial. • Massa terdiri dari individu-individu yang anonim. • Biasanya secara fisik anggota massa terpisah satu sama lainnya dan hanya terdapat sedikit interaksi atau penukaran pengalaman antar anggotaanggota massa dimaksud.
• Keorganisasian dari suatu massa bersifat sangat longgar, dan tidak mampu untuk bertindak bersama atau secara kesatuan, seperti hanya suatu kerumunan (crowd). 9
Budaya Massa dan Budaya Populer •
Kata massa juga sering kali digunakan untuk menyebutkan kata konsumen di pasar massal, sejumlah besar pemilih dalam pemilu. Konsep massa kemudian mengandung pengertian masyarakat secara keseluruhan “masyarakat massa” (the mass society). Menurut McQuail, massa ditandai oleh (1) memiliki agregat yang besar; (2) tidak dapat dibedakan; (3) cenderung berpikir negatif; (4) sulit diperintah atau diorganisasi; dan (5) refleksi dari khalayak massa.
•
Media massa adalah institusi yang menghubungkan seluruh unsur masyarakat satu dengan lainnya dengan melalui produk media massa yang dihasilkan. Secara spesifik institusi media massa adalah (1) sebagai saluran produksi dan distribusi konten simbolis; (2) sebagai institusi publik yang bekerja sesuai aturan yang ada; (3) keikutsertaan baik sebagai pengirim atau penerima adalah sukarela; (4) menggunakan standar profesional dan birokrasi; dan (5) media sebagai perpaduan antara kebebasan dan kekuasaan.
10
•
Kehidupan masyarakat kota, pada umumnya, satu sama lain, tidak saling mengenal dan kebutuhan yang dilandasi pada hubungan sekunder, sehingga secara real media massa telah menjadi salah satu kebutuhan dalam berinteraksi di dalam masyarakat perkotaan satu dengan lainnya.
•
Namun penggunaan media massa berbeda dengan komunikasi antarpribadi. Media massa membutuhkan persyaratan tertentu dari pemakainya. Pertama adalah orang harus bisa membaca, sebalum mengonsumsi surat kabar atau majalah. Kedua, orang harus memiliki pesawat radio atau televisi, bila akan mengikuti siarannya, atau punya uang untuk beli karcis bila akan menonton film. Ketiga, kebiasaan memanfaatkan media (media habit). Untuk menjadi khalayak media massa, maka ketiganya perlu dimiliki atau dilakukan. Apabila tidak, maka mereka tidak bisa menjadi khalayak media massa atau masyarakat media.
•
Dalam penyampaian berbagai produk tayangan, media massa berupaya menyesuaikan dengan khalayaknya yang heterogen dan berbagai sosio-ekonomi, kultural, dan lainnya. Produk media pun pada akhirnya dibentuk sedemikian rupa, sehingga mampu diterima oleh banyak orang. Di sisi lain, media juga sering kali menyajikan berita, film, dan informasi lain dari berbagai negara sebagai upaya media memberikan pilihan yang memuaskan bagi khalayaknya. Produk media baik yang berupa berita, program keluarga, kuis, film, dan sebagainya, disebut sebagai upaya massa yaitu karya budaya. 11
Budaya Massa dan Budaya Populer • Berdasarkan ciri yang demikian, maka seni hiburan ini banyak diproduksi media untuk menarik sebanyak mungkin khalayaknya. Hal ini tidak hanya dipengaruhi kebutuhan khalayak massa yang heterogen, juga adanya kepentingan komersial media yang kini masuk sebagai industri yang membutuhkan dana besar melalui iklannya. Budaya massa dibentuk disebabkan:
• Tuntutan industri kepada pencipta untuk menghasilkan karya yang banyak dalam tempo singkat. Maka si pencipta untuk menghasilkan karya yang banyak dalam tempo singkat, tak sempat lagi berpikir, dan dengan secepatnya menyelesaikan karyanya. Mereka memiliki target produksi yang harus dicapai dalam waktu tertentu. • Karena massa budaya cenderung ‘latah’ menyulap atau meniru segala sesuatu yang sedang naik daun atau laris, sehingga media berlomba untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya. 12
Budaya Massa dan Budaya Populer •
Pada umumnya budaya massa dipengaruhi oleh budaya populer. Pemikiran tentang budaya populer dikelompokkan pada empat aliran: (a) (b) (c) (d)
budaya dibangun berdasarkan kesenangan namun tidak substansial dan mengentaskan orang dari kejenuhan kerja sepanjang hari; kebudayaan populer menghancurkan nilai budaya tradisional; kebudayaan menjadi masalah besar dalam pandangan ekonomi Marx kapitalis; dan kebudayaan populer merupakan budaya yang menetes dari atas.
•
Kebudayaan populer banyak berkaitan dengan masalah keseharian yang dapat dinikmati oleh semua orang atau kalangan orang tertentu, seperti pementasan mega bintang, kendaraan pribadi, fashion, model rumah, perawatan tubuh, dan semacamnya.
•
Sebuah budaya yang akan memasuki dunia hiburan, maka budaya itu umumnya menempatkan unsur populer sebagai unsur utamanya. Dan budaya itu akan memperoleh kekuatannya manakala media massa digunakan sebagai by pass penyebaran pengaruh di masyarakat. Seperti artis penyanyi yang menggunakan media untuk menjual produk melalui studio dan televisi. 13
Budaya Massa dan Budaya Populer •
•
•
Dunia hiburan merupakan respons emosi jiwa dan perkembangan implikasi emosi diri, merupakan suatu tanda keinginan manusia yang meronta-ronta ingin ditanggapi dengan memenuhinya. Prinsip-prinsip yang menonjol dalam hiburan adalah kesenangan yang tertanam dan menjelma dalam kehidupan manusia, sehingga pada saat lain akan menjelma membentuk budaya manusia. Dan akhirnya kesenangan itu menjadi larut dalam kebutuhan manusia yang lebih besar, bahkan kadang menjadi eksistensi kehidupan manusia. Kesenangan juga membuat manusia manja dan terbiasa dengan kehidupan yang aduhai dan serba mengagumkan. Konteks sosial semacam ini lebih cenderung membawa manusia dalam dunia yang serba tipuan. Maksudnya, kadang kefanaan menjadi sesuatu tujuan yang lebih konkret dari apa yang diperjuangkan oleh manusia itu sendiri. Dan di saat dunia tipuan ini dapat dimanipulasi oleh industri, maka tipuan itu menjadi abadi dalam dunia fana. Contohnya, teknologi film telah sampai pada tingkat di mana kefanaan menjadi sesuatu yang dapat ditangkap oleh indera manusia sebagai kenyataan konkret. Kemajuan teknologi telekomunikasi telah membentuk dunia ini sekecil telur burung merpati. Batas-batas budaya dan negara menjadi musnah. Kekuasaan tertinggi di dunia tidak lagi terletak pada kepemilikan, akan tetapi pada penguasaan. 14
Budaya Massa dan Budaya Populer •
•
Dalam dunia kapitalisme, hiburan dan bahkan budaya telah menjelma menjadi industri. Pada konteks ini, Theodore Adorno dan Max Horkheimer mengatakan budaya industri adalah media tipuan. Mereka percaya, bahwa hilangnya kepribadian yang tulus seperti kemampuan menggambarkan keadaan yang nyata karena budaya telah berubah menjadi alat industri serta menjadi produk standar ekonomi kapitalis. Dunia hiburan telah menjadi sebuah proses reproduksi kepuasan manusia dalam media tipuan. Hampir tidak ada lagi perbedaan antara kehidupan nyata dan dunia yang digambarkan dalam film yang dirancang menggunakan efek suara dengan tingkat ilusi yang sempurna sehingga tak terkesan imaginatif. Proses reproduksi juga terjadi pada saat budaya hiburan mampu mereproduksi tatanan baru dalam interaksi individu dan keluarga di masyarakat. Umpamanya bagaimana sebuah Telenovela mampu mereproduksi hubungan perselingkuhan sebagai bagian yang dulu ditolak masyarakat, saat ini menjadi samar-samar. Keadaan serupa juga tergambarkan secara gamblang dalam film-film Hollywood tahun 2005 yang mengunggulkan kehidupan homoseksual itu justru menjadi film terbaik dan menperoleh Piala Oscar 2006. Kehidupan seksual sejenis yang ditakuti oleh umumnya keluarga, menjadi sesuatu yang tidak termasuk sebagai bahan pertimbangan dalam penilaian baik-buruk sebuah karya seni. Artinya, dalam budaya hiburan, makna bisa saja terlepas dari nilai sebuah benda, dan nilai begitu tidak penting di saat berhadapan dengan makna benda tersebut. 15
Budaya Massa dan Budaya Populer •
•
Dalam dunia kapitalisme, hiburan dan bahkan budaya telah menjelma menjadi industri. Pada konteks ini, Theodore Adorno dan Max Horkheimer mengatakan budaya industri adalah media tipuan. Mereka percaya, bahwa hilangnya kepribadian yang tulus seperti kemampuan menggambarkan keadaan yang nyata karena budaya telah berubah menjadi alat industri serta menjadi produk standar ekonomi kapitalis. Dunia hiburan telah menjadi sebuah proses reproduksi kepuasan manusia dalam media tipuan. Hampir tidak ada lagi perbedaan antara kehidupan nyata dan dunia yang digambarkan dalam film yang dirancang menggunakan efek suara dengan tingkat ilusi yang sempurna sehingga tak terkesan imaginatif. Proses reproduksi juga terjadi pada saat budaya hiburan mampu mereproduksi tatanan baru dalam interaksi individu dan keluarga di masyarakat. Umpamanya bagaimana sebuah Telenovela mampu mereproduksi hubungan perselingkuhan sebagai bagian yang dulu ditolak masyarakat, saat ini menjadi samar-samar. Keadaan serupa juga tergambarkan secara gamblang dalam film-film Hollywood tahun 2005 yang mengunggulkan kehidupan homoseksual itu justru menjadi film terbaik dan menperoleh Piala Oscar 2006. Kehidupan seksual sejenis yang ditakuti oleh umumnya keluarga, menjadi sesuatu yang tidak termasuk sebagai bahan pertimbangan dalam penilaian baik-buruk sebuah karya seni. Artinya, dalam budaya hiburan, makna bisa saja terlepas dari nilai sebuah benda, dan nilai begitu tidak penting di saat berhadapan dengan makna benda tersebut. 16