TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI DAN KONSERVASI TANAH KELURAHAN DUALIMPOE KECAMATAN MANIANG PAJO KABUPATEN WAJO
BALAI PENELITIAN TANAH BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA LAHAN PERTANIAN 2007
Penanggung jawab
:
Kepala Balai Penelitian Tanah
Penyusun
:
Wiwik Hartatik Sudirman Achmad Rachman
Penyunting
:
Irwan Nasution Nurjaya
Design Cover
:
Sukmara
Setting/Layout
:
Didi Supardi Dedi Kusnandar
Penerbit
:
Balai Penelitian Tanah Jl. Ir. H. Juanda No. 98. Bogor 16123, Telp. (0251) 336757, Fax. (0251) 321608, 322933, E-mail:
[email protected]
ISBN 978-979-9474-95-7 Penulisan dan pencetakan buku ini dibiayai dari dana DIPA Tahun Anggaran 2007, Balai Penelitian Tanah, Bogor http://balittanah.litbang.deptan.go.id
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ KATA PENGANTAR Dalam rangka mendukung pelaksanaan Prima Tani, Balai Penelitian Tanah telah menyusun Booklet Formulasi Teknologi Pemupukan Spesifik Lokasi dan Konservasi Tanah dan Air sebagai acuan bagi pelaksana Prima Tani dalam menerapkan rekomendasi teknologi pemupukan spesifik lokasi dan konservasi tanah dan air mendukung kegiatan Prima Tani. Booklet disusun berdasarkan hasil survei tanah di lokasilokasi
Prima
Tani
dimana
Balai
Penelitian
Tanah
menjadi
penanggung jawab survei. Booklet ini merupakan suatu kebutuhan yang mendesak dalam mengimplementasikan teknologi pemupukan dan konservasi tanah dan air. Sesuai dengan judulnya, booklet ini menyajikan formulasi teknologi pemupukan spesifik lokasi dan teknik konservasi tanah dan air. Sasaran dari penyusunan booklet formulasi pemupukan spesifik lokasi dan konservasi tanah dan air adalah para pelaksana dan pengguna teknologi yang terkait langsung dengan kegiatan Prima Tani, yaitu Pemandu Teknologi, Manajer Laboratorium Agribisnis, Penyuluh Pertanian Lapangan, Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten/Kota, Kelompok Tani peserta Prima Tani. Semoga
booklet
ini
bermanfaat,
khususnya
dalam
mensukseskan Prima Tani sebagai salah satu upaya mendukung program pemerintah mensejahterakan masyarakat di pedesaan. Bogor, November 2007 Kepala Balai,
Dr. Achmad Rachman NIP. 080.079.028 i
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ............................................................
i
DAFTAR ISI ......................................................................
ii
DAFTAR TABEL .................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR .............................................................
iv
I. PENDAHULUAN ...........................................................
1
II.
KEADAAN FISIK DAERAH ..........................................
3
2.1.
Lokasi dan Perhubungan ................................
3
2.2.
Penggunaan Lahan dan Pertanian ...................
4
2.3.
Iklim dan Hidrologi ........................................
6
III. TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI .................
8
3.1.
Rekomendasi Pemupukan Padi Sawah ..............
9
3.2.
Rekomendasi Pemupukan Kacang Hijau dan Kacang Tanah .................................................
17
Rekomendasi Pemupukan Kakao, Kelapa, Mangga, dan Jambu Mente ............................
21
TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH DAN AIR ...............
24
4.1.
Teknik Konservasi Existing .............................
24
4.2.
Rekomendasi Teknik Konservasi .....................
25
V. DAFTAR PUSTAKA ........................................................
27
3.3. IV.
ii
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4. Tabel 5.
Tabel 6. Tabel 7.
Rincian penggunaan lahan dan vegetasi Kelurahan Dualimpoe .......................................
5
Status hara tanah pada lahan sawah hasil pengukuran menggunakan PUTS di Kelurahan Dualimpoe, Kec. Maniang Pajo, Kab. Wajo .........
8
Rekomendasi pemupukan padi sawah berdasarkan status hara tanah di Kelurahan Dualimpoe, Kec. Maniang Pajo, Kabupaten Wajo .
11
Takaran anjuran pupuk majemuk NPK pada berbagai status hara P dan K tanah ...................
11
Rekomendasi pemupukan tanaman kacang hijau/kacang tanah pada status hara rendah, sedang dan tinggi, di Kelurahan Dualimpoe – Wajo ...............................................................
17
Takaran pemupukan tanaman kelapa di pembibitan .......................................................
22
Beberapa jenis tanaman pakan ternak yang cocok untuk tanaman pagar .......................................
29
iii
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Lokasi Kelurahan Dualimpoe, Kec. Maniang Pajo, Kab. Wajo ..................................................... Gambar 2. Gambar 3.
Gambar 4.
Gambar 5.
Gambar 6.
3
Keragaan tanaman yang dikembangkan di Kelurahan Dualimpoe .....................................
6
Curah hujan dan hari hujan Kelurahan Dualimpoe, Kecamatan Maniang Pajo, Kabupaten Wajo ..............................................
7
Sistem budi daya lorong dengan Gliricidia sepium sebagai tanaman pagar. (Foto: F. Agus dan Widianto) .................................................
28
Teras bangku yang telah dilengkapi dengan tanaman penguat teras (kiri) dan penampang samping teras bangku (kanan) .......................
31
Penampang samping teras gulud .....................
34
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Budi daya lorong (Sumber: Departemen Pertanian, 2006 dan Balai Penelitian Tanah, 2007) ..............................................................
28
Lampiran 2. Teras Bangku dan Teras Gulud .........................
31
iv
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ I. PENDAHULUAN
Informasi
potensi
sumber
daya
lahan
dan
arahan
pengembangan komoditas merupakan informasi dasar yang diperlukan untuk perencanaan pembangunan pertanian di suatu wilayah. Data dan informasi ini perlu dilengkapi dengan formulasi teknologi pengelolaan sumber daya lahan yang lebih spesifik, antara lain dalam penerapan teknik konservasi tanah, pengelolaan kesuburan tanah khususnya pemupukan spesifik lokasi, dan pengelolaan bahan organik. Teknologi pemupukan spesifik lokasi dengan menerapkan pemupukan berimbang adalah pemupukan untuk mencapai status semua hara dalam tanah optimum untuk pertumbuhan dan hasil suatu tanaman. Untuk hara yang telah berada dalam status tinggi, pupuk hanya diberikan dengan takaran yang setara dengan hara yang terangkut panen, sebagai takaran pemeliharaan. Pemberian takaran pupuk yang berlebihan justru akan menyebabkan rendahnya efisiensi pemupukan dan masalah pencemaran lingkungan. Kondisi atau status optimum hara dalam tanah tidak sama untuk semua tanaman pada suatu tanah. Demikian juga status optimum untuk suatu tanaman, berbeda untuk tanah yang berlainan. Agar pupuk yang diberikan lebih tepat, efektif dan efisien, maka rekomendasi pemupukan harus mempertimbangkan faktor kemampuan tanah menyediakan hara dan kebutuhan hara tanaman. Rekomendasi pemupukan yang berimbang disusun berdasarkan status hara di dalam tanah yang diketahui melalui teknik uji tanah. Penerapan teknik konservasi tanah dan air merupakan kunci keberlanjutan
usaha
tani
dalam
upaya
mengoptimalkan
1
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ pemanfaatan lahan kering. Teknologi konservasi tanah dan air dimaksudkan
untuk
melestarikan
sumber
daya
alam
dan
menyelamatkannya dari kerusakan. Target minimal dari aplikasi teknik konservasi adalah menekan erosi yang terjadi di setiap bidang tanah hingga di bawah batas yang diperbolehkan. Secara umum, teknik konservasi tanah dan air dibagi dalam tiga golongan yaitu: (1) teknik konservasi vegetatif; (2) teknik konservasi mekanik atau teknik konservasi sipil teknis; dan (3) teknik konservasi kimia. Dalam aplikasi di lapangan teknik konservasi tersebut tidak berdiri sendiri, namun dapat merupakan kombinasi dari dua atau tiga teknik konservasi. Pemilihan teknik konservasi yang tepat harus bersifat spesifik
lokasi
dan
sesuai
pengguna
artinya
harus
mempertimbangkan kondisi biofisik dan sosial ekonomi petani setempat. Oleh sebab itu rekomendasi teknik konservasi yang dianjurkan di setiap lokasi disusun dengan mempertimbangkan tipe penggunaan lahan, kemiringan, vegetasi, dan teknik konservasi yang ada dilapangan (existing) di masing-masing lokasi.
2
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ II. KEADAAN FISIK DAERAH
2.1. Lokasi dan Perhubungan Lokasi Prima Tani Dualimpoe, Kecamatan Maniang Pajo, seluas 2.343 ha, secara geografis terletak pada koordinat antara 120o02’30”-120o06’18” Bujur Timur dan 03o57’50”-03o59’55” Lintang Selatan (Gambar 1). Letak ketinggian Kelurahan Dualimpoe berada pada
20-120
m
dpl.
Secara
administrasi
wilayah
penelitian
berbatasan: sebelah utara
: berbatasan dengan Kelurahan Anabanua
sebelah barat
: berbatasan dengan Kelurahan Tongkoli
sebelah timur
: berbatasan dengan Kecamatan Majauleng
sebelah selatan
: berbatasan dengan Kecamatan Tanasitolo
Gambar 1.
Lokasi Kelurahan Dualimpoe, Kecamatan Maniang Pajo, Kabupaten Wajo
3
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ Lokasi penelitian hanya berjarak + 2 km dari ibukota Kecamatan Maniangpajo, dan + 20 km dari Ibukota Kabupaten Wajo. Aksesibilitas di Kelurahan Dualimpoe sangat memadai. Jalan kelurahan sebagian besar telah beraspal dan dapat dilalui kendaraan roda empat dan sebagian lainnya berupa jalan sirtu.
2.2. Penggunaan Lahan dan Pertanian Berdasarkan analisis peta topografi dan ditunjang dengan pengamatan di lapangan, penggunaan lahan/vegetasi saat ini (present landuse) di Kelurahan Dualimpoe dikelompokkan menjadi enam satuan penggunaan lahan/vegetasi, yaitu: sawah (sw); sawah tadah
hujan
(st);
kebun
campuran
(kc);
tegalan
kebun
campuran/mete (tk); tegalan padang rumput, kebun campuran (pr); dan pemukiman (p). Lahan sawah irigasi merupakan penggunaan lahan terluas di Kelurahan Dualimpoe yakni seluas 954 ha (47,55%). Rincian penggunaan lahan/vegetasi Kelurahan Dualimpoe disajikan pada Tabel 1. Sawah irigasi di Kelurahan Dualimpoe sebagian besar terdapat di wilayah bagian timur menempati lahan dataran, sedangkan sawah tadah hujan terdapat di wiayah bagian barat menempati lahan berombak (lereng 3-8%). Berdasarkan laporan hasil PRA, pola tanam yang biasa diterapkan petani di lahan sawah irigasi
adalah
padi--bera-padi.
Keterbatasan
petani
akan
pengetahuan budi daya padi sawah yang baik, nampak jelas pada penggunaan varietas yang monoton, yakni hanya menanam padi varietas
Ciliwung
dan
Ciherang
secara
terus-menerus
tanpa
dilakukan pergiliran varietas, sehingga potensi genetik tanaman
4
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ tersebut sudah sangat menurun dan produksinya tidak maksimal. Cara penanaman yang dilakukan adalah tanaman pindah (tapin) dan tanam benih langsung (tabela). Takaran pupuk yang diberikan adalah: 150 – 200 kg urea ha-1, 100 kg SP-36, 50-60 kg Phonska, tanpa pemberian KCl dan ZA. Pada lahan sawah tadah hujan yang menempati lahan berombak, pola tanam yang diterapkan petani selama ini adalah padi-bera-bera. Dengan pola tanam tersebut, praktis lahan hanya digunakan satu kali musim tanam saja selama satu tahun, sisanya dibiarkan bera tidak dimanfaatkan. Tabel 1.
Rincian penggunaan lahan dan vegetasi Kelurahan Dualimpoe
Simbol
Penggunaan lahan/vegetasi
Luas ha
%
sw
Sawah
954
47,55
st
Sawah tadah hujan
517
23,06
kc
Kebun campuran
52
2,32
tk
Tegalan, kebun campuran (mete)
507
27,62
pr
Tegalan, padang rumput, kebun campuran
150
7,14
P
Pemukiman
52
2,32
2.343
100,00
Jumlah
Penggunaan lahan kebun campuran dengan komoditas kelapa, pisang, mangga, dan tanaman tahunan lainnya hanya merupakan tanaman pekarangan yang menempati areal sekitar pemukiman. Areal padang rumput, tegalan, dan lahan kering lainnya yang ditanami jeruk dan jambu mete terdapat di wilayah bagian barat dengan topografi berombak (lereng 3-8%) sampai berbukit kecil (lereng 15-30%). Keragaan penggunaan lahan di Kelurahan Dualimpoe, seperti terlihat pada Gambar 2.
5
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
Gambar 2.
Keragaan tanaman yang dikembangkan di Kelurahan Dualimpoe
2.3. Iklim dan Hidrologi Iklim
merupakan
salah
satu
faktor
penentu
dalam
keberhasilan kegiatan pertanian dan peternakan. Oleh karena itu dalam kegiatan Prima Tani di Dualimpoe-Wajo, informasi iklim sangat penting untuk ditelaah, sehingga dapat diketahui potensi iklim di daerah penelitian. Untuk tujuan tersebut, telah dikumpulkan data iklim dari 1993-2002, berupa data curah hujan, hari hujan, suhu dari stasiun pengamatan terdekat, yaitu stasiun iklim terdekat. Gambaran curah hujan di Kelurahan Dualimpoe dapat dilihat pada Gambar 3. Berdasarkan
data
curah
hujan
dari
stasiun
terdekat,
menunjukkan bahwa rerata curah hujan tahunan di Kelurahan Dualimpoe adalah 2.102 mm. Curah hujan tertinggi terjadi bulan Mei (293 mm), sedangkan terendah bulan September (64 mm). Distribusi curah hujan menurut Scmihdt dan Fergusson (1951) menunjukkan bahwa Kelurahan Dualimpoe mempunyai bulan basah (>100 mm) selama 9 bulan dan bulan kering (<60 mm) terjadi
6
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ selama 0 bulan. Berdasarkan zona agroklimat (Oldeman et al., 1985), Kelurahan Dualimpoe termasuk kedalam zona agroklimat C1, yang mempunyai bulan basah (>200 mm) 5 bulan berturut-turut dan bulan kering (<100 mm) 1 bulan.
300 250 200 150
Rata-rata curah hujan bulanan
100 50 0 Jan
Gambar 3.
Mar
Mei
Jul
Sep
Nop
Curah hujan dan hari hujan Kelurahan Dualimpoe, Kecamatan Maniang Pajo, Kabupaten Wajo
Kelurahan Dualimpoe merupakan lahan sawah irigasi dengan saluran irigasi sangat terpelihara. Air irigasi yang sumber airnya berasal dari bendungan S. Sadang tersebut, masih belum dapat menjangkau seluruh areal persawahan di Kelurahan Dualimpoe, terutama lahan sawah tadah hujan yang terdapat di sebelah barat, sehingga kebutuhan pengairan untuk areal sawah di wilayah sebelah barat hanya mengandalkan dari hujan (tadah hujan).
7
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ III. TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI
Status hara N, P, K dan pH tanah lapisan atas (0-20 cm) yang ditetapkan dengan menggunakan perangkat uji tanah (PUTS) dan hasil analisis tanah di laboratorium disajikan pada Tabel 2. Pengukuran lebih diintensifkan terhadap lahan persawahan (satuan lahan 1 dan 2). Hasil pengukuran beberapa sampel tanah menunjukkan bahwa di lahan sawah Kelurahan Dualimpoe status hara N rendah, status hara P rata-rata tinggi pada satuan lahan (SL) 1, sedangkan pada SL 2 yang merupakan lahan sawah tadah hujan rendah. Status hara K rata-rata sedang di SL 1, sedangkan di SL 2 rendah. Reaksi tanah umumnya agak masam (pH 6,2 – 6,3). Tabel 2. Status hara tanah pada lahan sawah hasil pengukuran menggunakan PUTS di kelurahan Dualimpoe, Kecamatan Maniang Pajo, Kabupaten Wajo No. SL
Lokasi/dusun
Status Hara N
P
K
pH
Penggunaan
tanah
lahan
Luas ha
1
2
Lakadaung
R
T
S
6,2
Sawah irigasi
Lakadaung
R
T
R
6,2
Sawah irigasi
Buloe
R
S
S
6,3
Sawah irigasi
Lakadaung
R
T
S
6,2
Sawah irigasi
Lakadaung
R
T
S
6,2
Sawah irigasi
Buloe
R
R
S
6,3
Sawah irigasi
Tadah hujan
R
R
R
6,0
Sawah tadah
%
774
46,1
517
23,06
hujan, padang rumput
Rendahnya status hara N lebih disebabkan karena sifat N yang sangat mobil, mudah menguap (volatilisasi), dan tercuci (Tisdale et al., 1985). Meskipun pada umumnya petani sudah 8
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ menggunakan pupuk N dengan takaran yang cukup tinggi. Status hara P yang rata-rata tinggi dan K yang rata-rata sedang, diperkirakan sebagai pengaruh dari bahan induk tanah yang bersifat basis.
3.1. Rekomendasi Pemupukan Padi Sawah Produktivitas tanaman padi ditentukan oleh kesuburan tanah terutama ketersediaan hara, kondisi iklim (curah hujan dan radiasi surya), varietas tanaman, pengolahan tanah serta pengendalian hama penyakit tanaman. Dalam kondisi lingkungan biotik dan abiotik yang optimal, tanaman padi dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal sesuai dengan potensi hasilnya. Dalam pengelolaan hara P dan K pada lahan sawah diperlukan pengetahuan mengenai kebutuhan hara P dan K untuk tanaman padi. Tanaman padi varietas unggul dengan tingkat produksi sekitar 5 t GKP ha-1 memerlukan sekitar 34 kg P2O5 dan 156 kg K2O. Jika pada waktu panen seluruh gabah dan jeraminya diangkut ke luar dari tanah sawah, maka akan terjadi pengangkutan hara dalam tanah, terutama K2O yang banyak terkandung di dalam jerami. Bila hanya gabahnya yang diangkut ke luar dan jeraminya dikembalikan ke tanah sawah, maka pengangkutan K2O-nya akan dapat dikurangi. Walaupun demikian jumlah N dan P2O5 yang diangkut ke luar akan tetap besar. Untuk menjaga keberlanjutan produktivitas lahan perlu diberikan pupuk dengan jenis dan jumlah yang cukup. Sejalan dengan perkembangan teknologi padi, maka di Kelurahan Dualimpoe akan dikembangkan padi varietas unggul 9
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ baru/VUTB dan padi Hibrida yang mempunyai potensi produksi sekitar 20% lebih tinggi dari padi varietas unggul biasa. Sebagai implikasi dari produksinya yang tinggi maka kebutuhan hara khususnya N, P, dan K bagi padi VUTB dan Hibrida juga akan lebih tinggi dibanding kebutuhan untuk varietas unggul biasa. Rekomendasi pemupukan spesifik lokasi berdasarkan status hara dan kebutuhan tanaman untuk padi sawah varietas unggul (IR64, dan lain-lain) di Kelurahan Dualimpoe, Kecamatan Maniang Pajo, Kabupaten Wajo disajikan pada Tabel 3. Apabila petani dalam pemupukan padi sawah menggunakan pupuk majemuk maka takaran rekomendasi pupuk majemuk NPK Phonska (15:15:15) atau NPK Pelangi (20:10:10) atau NPK Kujang (30:6:8) pada status hara P dan K rendah, sedang atau tinggi disajikan pada Tabel 4. Penggunaan pupuk majemuk untuk padi sawah, masih tetap diperlukan tambahan pupuk tunggal urea, SP-36 atau KCl untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman (Tabel 4).
10
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ Tabel 3.
Rekomendasi pemupukan padi sawah berdasarkan status hara tanah di Kelurahan Dualimpoe, Kecamatan Maniang Pajo, Kabupaten Wajo
No. SL
1
Lokasi/ kelompok tani Lakadaung Lakadaung Buloe Lakadaung Lakadaung Buloe Tadah Hujan
2
Status Hara N R R R R R R R
P T T S T T R R
Tanpa bahan organik K S R S S S S R
Urea 250 250 250 250 250 250 250
ZA 50 50 50 50 50 50 50
SP-36 50 50 75 50 50 100 100
Dengan 2 t pupuk kandang ha Urea ZA SP-36 225 50 0 225 50 0 225 50 25 225 50 0 225 50 0 225 50 50 225 50 50
Dengan 5 t jerami KCl 50 100 50 50 50 50 100
Urea 230 230 230 230 230 230 230
ZA 50 50 50 50 50 50 50
SP-36 50 50 75 50 50 100 100
KCl 0 50 0 0 0 0 50
KCl 30 80 30 30 30 30 80
Tabel 4. Takaran anjuran pupuk majemuk NPK pada berbagai status hara P dan K tanah Kelas status hara P
K
Takaran pupuk majemuk NPK 15-15-15
Tambahan pupuk tunggal Urea
SP-36
NPK 20-10-10
KCl
Tambahan pupuk tunggal Urea
SP-36
KCl
0 0 0 0 0 0 0 0 0
50 0 0 50 0 0 75 25 25
NPK 30-6-8
Tambahan pupuk tunggal Urea
SP-36
KCl
0 0 0 25 25 25 25 25 25
50 50 50 25 25 25 0 0 0
50 0 0 50 0 0 50 0 0
kg ha-1 Rendah
Sedang
Tinggi
R S T R S T R S T
250 250 250 200 200 200 150 150 150
150 150 150 175 175 175 200 200 200
0 0 0 0 0 0 0 0 0
50 0 0 50 0 0 75 25 25
350 350 350 250 250 250 200 200 200
150 150 150 175 175 175 200 200 200
350 350 350 300 300 300 300 300 300
11
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
Pupuk N Seluruh
lokasi
mempunyai
status
hara
N
rendah.
Pengembalian jerami dapat meningkatkan bahan organik tanah dan sumber N bagi tanaman. Berdasarkan status hara N tersebut, maka takaran pemupukan N jika tidak ditambah dengan jerami ataupun bahan organik yaitu 250 kg urea ha-1 dan 50 kg ZA ha-1. Jika menggunakan jerami 5 t ha-1, maka takarannya menjadi 230 kg urea ha-1 dan 50 kg ZA ha-1. Sedangkan apabila menggunakan pupuk kandang 2 t ha-1, maka takarannya menjadi 225 kg urea ha-1 dan 50 kg ZA ha-1. Takaran pemupukan N dapat juga ditentukan dengan menggunakan bagan warna daun (BWD). Takaran pupuk urea awal yaitu sebesar 75 kg ha-1, diberikan pada saat tanaman padi berumur < 14 hari setelah tanam. Pupuk urea susulan dipantau dengan BWD melalui pengamatan warna daun padi dimulai saat tanaman padi berumur 21-28 hari setelah tanam, selanjutnya diamati setiap 7-10 hari sekali. Perlu tidaknya penambahan pupuk urea tergantung dari skala warna daun padi yang diamati dan takaran pupuk urea yang diperlukan disesuaikan dengan skala warna daun padi yang teramati selanjutnya takaran pupuk uea yang ditambahkan dapat dilihat dalam brosur BWD. Pupuk P Kandungan P tanah merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan
dalam
pemupukan
P.
Tanah
yang
mempunyai
kandungan P tinggi, pemupukan P ditujukan untuk memenuhi atau mengganti P yang terangkut panen, sedangkan pada tanah yang
12
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ mempunyai kandungan P sedang dan rendah, pemupukan P ditujukan selain untuk mengganti P yang terangkut panen juga untuk meningkatkan kandungan P tanah, sehingga diharapkan dapat meningkatkan status P tanah. Umumnya respon tanaman padi terhadap pemupukan P sangat nyata pada tanah-tanah yang status P-nya rendah, meskipun ketersediaan unsur hara P pada lahan sawah umumnya meningkat dengan penggenangan. Makin tinggi status P tanahnya makin kecil respon tanaman padi terhadap pemupukan P. Rekomendasi ini diberikan sebagai takaran pemeliharaan (maintenance rate) yang ditujukan untuk mempertahankan agar kandungan P dalam tanah tetap tinggi, sehingga dapat menjamin agar tanaman tidak akan mengalami kekurangan unsur hara P. Pada Satuan Lahan 1 (Lakadaung & Buloe) rata-rata mempunyai status P tinggi. Sedangkan pada satuan lahan 2 yang merupakan lahan sawah tadah hujan berstatus P rendah. Pada lokasi yang berstatus P tinggi maka takaran rekomendasi 50 kg SP-36 ha-1, dan bila memberikan pupuk kandang 2 t ha-1 maka tidak diperlukan pemberian pupuk SP-36. Pada lokasi yang berstatus P rendah, takaran rekomendasi yang disarankan yaitu 100 kg SP-36 ha-1 dan bila menggunakan 2 t ha-1 pupuk kandang maka cukup memberikan 50 kg SP-36 ha-1 (Tabel 3). Sumber pupuk P yang biasa digunakan adalah SP-36. Pupuk SP-36 mengandung 36% P2O5. Waktu pemupukan P yaitu seluruh pupuk P diberikan pada saat pemupukan dasar umumnya pada 7-10 HST. Cara pemupukan P diberikan disebar merata di atas permukaan tanah kemudian dibenamkan ke dalam lapisan olah bersamaan
13
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ dengan perataan tanah sawah. Pupuk P dapat diberikan sekaligus, karena sifat hara P yang tidak mobil, sehingga mempunyai pengaruh residu untuk musim tanam berikutnya. Pupuk K Pemupukan K juga perlu memperhatikan status hara K dalam tanah. Pada tanah dengan kandungan K sedang dan tinggi tidak perlu diberi pupuk K, karena kebutuhan hara K tanaman padi dapat dipenuhi dari K tanah, sumbangan air pengairan dan pengembalian jerami (Adiningsih, 1992). Hampir 80% K yang diserap tanaman padi berada
dalam
jerami,
oleh
karena
itu
dianjurkan
untuk
mengembalikan jerami ke tanah sawah (Adiningsih et al., 1984). Sambil
menunggu
pengolahan
tanah
pertama,
jerami
dapat
dikomposkan dan diaplikasikan bersamaan dengan pengolahan tanah kedua. Lokasi Lakadaung dan Bolue (SL 1) umumnya berstatus K sedang, dengan demikian takaran rekomendasi K yang diberikan yaitu 50 kg KCl ha-1, apabila jerami dikembalikan, tidak perlu menambahkan pupuk KCl lagi. Apabila menggunakan pupuk kandang 2 t ha-1 maka cukup menambahkan 30 kg KCl ha-1 (Tabel 3). Sumber hara K pada tanah sawah adalah hara K di dalam tanah, jerami, pupuk K, dan air irigasi. Pupuk K yang umum dijumpai di Indonesia yaitu KCl dengan kadar K2O 60% dan kalium zulfat (K2SO4) atau yang lebih dikenal sebagai ZK mengandung kadar K2O 45% dan 18% S. Bentuk pupuk KCl granul kecil-kecil dan berwarna putih atau merah. Sifat hara K yang relatif mobil sehingga pemupukan K sebaiknya diberikan dengan cara di split dua atau tiga kali untuk 14
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ menghindari pencucian K, dan fiksasi K khususnya pada tanah sawah Vertisol. Waktu pemupukan K yaitu pemupukan pertama pada saat sebelum tanam atau pada 7-10 HST dan pemupukan kedua pada saat primordia. Cara pemupukan K diberikan disebar merata diatas permukaan tanah kemudian dibenamkan ke dalam lapisan olah bersamaan dengan perataan tanah sawah. Untuk meningkatkan efisiensi pemupukan dianjurkan untuk mengembalikan jerami selain sebagai sumber K juga meningkatkan kadar bahan organik tanah. Pupuk kandang juga dapat digunakan namun perlu diperhatikan C/N rasio (10-20) dan takarannya agar tidak memberikan pengaruh reduksi yang berlebihan. Pengelolaan Bahan Organik Pengelolaan hara P dan K pada tanah sawah tidak dapat dipisahkan dari pengelolaan bahan organik. Penggunaan bahan organik dapat berpengaruh terhadap rekomendasi dan kebutuhan pupuk P dan K. Untuk tanah sawah yang pengelolaannya tidak disertai dengan pemberian bahan organik diperlukan pupuk P dan K (juga pupuk N) yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan yang diberi bahan organik, baik berupa jerami maupun berupa pupuk kandang. Pemberian jerami direkomendasikan sebanyak 5 t ha-1, yang diperhitungkan dari hasil tanah sawah setempat dengan tingkat hasil gabah juga sekitar 5 t ha-1. Anjuran pengembalian jerami ke tanah sawah sukar untuk diterapkan karena diperlukan upaya khusus. Kenyataan di lapangan umumnya petani sering membakar jerami, dengan beberapa alasan antara lain: indeks pertanaman tiga kali, sehingga petani tidak cukup waktu
untuk
mengkomposkan
jerami,
pengomposan
jerami 15
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ membutuhkan waktu dan tenaga. Keberatan lain, yaitu bahwa penumpukan jerami selama satu musim tersebut akan memakan tempat, sehingga mengurangi luas areal tanam. Tetapi keuntungan pengembalian jerami ke tanah sawah akan mengatasi masalah berkurangnya areal tanam, karena kehilangan unsur-unsur hara akan
dapat
dikurangi
sehingga
takaran
pupuk
yang
perlu
ditambahkan dapat dikurangi dan fungsi-fungsi lain dari jerami sebagai bahan pembaik sifat-sifat tanah. Teknologi pengelolaan jerami yang tepat perlu dikembangkan. Jerami yang dihasilkan sebaiknya tidak langsung dikembalikan ke sawah pada musim tanam berikutnya, tetapi pengembaliannya ditunda dahulu selama satu musim tanam. Jerami yang ada supaya dikumpulkan di bagian pinggir petakan sawah atau dapat di tempat lain dan dibiarkan melapuk secara alami di sana. Bila jerami ingin segera dikembalikan ke lahan maka pelapukan jerami perlu dipercepat (dikomposkan) dengan diberi berbagai inokulan mikroba, yang saat ini makin banyak dipasarkan. Selain pemberian jerami, juga direkomendasikan penggunaan pupuk kandang sebanyak 2 t ha-1. Untuk meningkatkan dan mempertahankan kesuburan dan produktivitas tanah sawah sedapat mungkin diberikan tambahan bahan organik seperti pupuk kandang, kompos, pupuk hijau atau azola untuk melengkapi pemberian pupuk buatan. Perlu ditekankan bahwa dalam jangka panjang pemberian bahan organik ke tanah sawah tidak hanya berguna untuk mengembalikan atau mempertahankan kandungan unsur-unsur hara makro dan mikro dalam tanah, tetapi bahan organik mempunyai banyak fungsi (manfaat) lain untuk mempertahankan kesuburan dan
16
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, serta efisiensi pemupukan. Pada lahan sawah dengan pola tanam padi-palawija, penambahan bahan organik sangat diperlukan dalam memperbaiki sifat fisik tanah diantaranya dalam proses restrukturisasi tanah, sehingga pada waktu tanam palawija struktur tanah telah membaik.
3.2. Rekomendasi Pemupukan Kacang Hijau dan Kacang Tanah Takaran rekomendasi untuk tanaman kacang hijau/kacang tanah pada lokasi yang berstatus N, P, dan K rendah, sedang dan tinggi disajikan pada Tabel 5. Tabel 5.
No. SL
Rekomendasi pemupukan tanaman kacang hijau/kacang tanah pada status hara rendah, sedang dan tinggi, di Kelurahan Dualimpoe – Wajo Lokasi
Status hara N
P
Takaran pupuk K
Urea
SP-36
KCl
kg ha-1 1
2
Lakadaung
R
T
S
75
100
75
Lakadaung
R
T
R
75
100
100
Buloe
R
S
S
75
200
75
Lakadaung
R
T
S
75
100
75
Lakadaung
R
T
S
75
100
75
Buloe
R
R
S
75
300
75
Tadah hujan
R
R
R
75
300
100
17
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ Pemupukan N dan K pemberiannya displit, yaitu setengah takaran pada waktu tanam atau 7-10 hari setelah tanam dan setengah takaran pada umur 30-45 HST. Cara pemupukan bisa dilarik atau ditugal sekitar 5-7 cm, selain tanaman, kemudian ditutup dengan tanah. Sedangkan pemupukan P dapat diberikan sekaligus dengan cara dilarik atau ditugal sekitar 5-7 cm selain tanaman, kemudian ditutup dengan tanah.
Budi daya kacang hijau Penyiapan lahan untuk tanaman kacang hijau pada lahan sawah (bekas padi) tidak perlu dilakukan pengolahan tanah lagi, tunggul jerami dibersihkan, jika kondisi tanah sawahnya terlalu becek atau kalau lahan masih tergenang air, perlu dibuat saluran drainase sedalam 25-30 cm disekeliling dan dalam petakan dengan jarak 2-3 m antar saluran. Apabila tanahnya telah mengering dan banyak ditumbuhi gulma, lahan perlu pengolahan tanah minimum dan diairi sebelum tanam. Bila tanahnya ringan tidak perlu diolah, cukup tanahnya dibersihkan dari sisa tanaman dan gulma. Bila tanah bekas tanaman jagung, kedelai, dan padi gogo diolah secara minimal. Benih kacang hijau ditanam dengan cara ditugal dengan jarak tanam untuk pertanaman pada musim hujan, jarak tanam 40 cm x 15 cm (populasi 300-400.000 tanaman ha-1), sedangkan pada pertanaman musim kemarau, jarak tanam 40 cm x 10 cm (populasi 400-500.000 tanaman ha-1). Pengendalian gulma dilakukan umur 2-4 minggu bila tidak tersedia tenaga kerja, disarankan menggunakan herbisida pratumbuh non-selektif disertai penyiangan pada umur 2 minggu. Pengairan pada musim kemarau yaitu pada saat menjelang berbunga (umur 25 hari) dan pengisian polong (45-50 hari).
18
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ Hama utama kacang hijau lalat kacang (Agromyza phaseoli), ulat jengkal (Plusia chalcites), kepik hijau (Nezara viridula), kepik coklat (Riptortus linearis), dan penggerek polong (Maruca testutalis dan Etiella zinckenella). Penyakit utama yaitu bercak daun, busuk batang, embun tepung dan penyakit puru (Elsinoe glycines) Pengendalian
hama
dapat
dilakukan
penyemprotan
dengan
insektisida Thiodan, Dursban, Azodrin, Tamaron, Gusadrin, Nuvacron atau Basudin dengan takaran 2-3 ml l-1 air dengan volume semprot 500-600 l ha-1. Kutu (Thrips) merupakan hama utama musim kemarau,
dengan
gejala
serangan
daun
mengkerut,
kerdil,
pembentukan polong terhambat dan hasil biji sangat rendah. Pengendalian penyakit dengan penyemprotan fungisida Benlate, Dithane M-45, Baycor, Delsene MX 200 atau Daconil pada awal serangan dengan takaran 2 g l-1 air.
Budi daya kacang tanah Penyiapan lahan untuk tanaman kacang tanah tanah dibajak sedalam 15-20 cm, kemudian digaru, digemburkan dan diratakan, dibersihkan dari sisa tanaman dan gulma. Dibuat bedengan dengan ukuran 3-4 m, saluran drainase dengan kedalaman 30 cm dan lebar 20 cm. Benih yang digunakan varietas unggul yang mempunyai potensi hasil tinggi, disukai konsumen, seragam, sehat, jelas asal usulnya. Benih yang diperlukan sekitar 80-90 kg biji atau 125-150 kg polong ha-1. Benih satu biji/lubang ditanam dengan cara ditugal dengan jarak tanam 40 cm x 15 cm. Pada lahan kurang subur benih ditanam satu biji/lubang dengan jarak tanam 40 cm x 10 cm. Selain pemupukan N, P dan K untuk kacang tanah perlu pemupukan kalsium dan sulfur. Pada tanah yang unsur Ca <1 me Ca
19
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ 100 g-1 tanah (untuk perakaran) dan lebih dari 3 me Ca 100 g-1 (untuk polong) perlu diberi gypsum atau dolomit sebesar 300-500 kg ha-1. Pemupukan sulfur hanya dilakukan bila pH tanah >7,4 dan kandungan S sebesar 20 ppm SO4 (setara 6,4 ppm S) dengan takaran pupuk S sebesar 400 kg S ha-1 yang dapat berupa ZA (24% S) atau belerang (85% S). Pengendalian gulma dilakukan pada umur 3 minggu atau diulang kembali pada umur 42-45 hari. Pengairan dilakukan bila kondisi tanah kering dan tanaman layu terutama pada periode kritis umur 3, 25, 50, dan 75 hari. Pengairan dilakukan melalui selokan antar bedengan. Bila gejala kuning (klorosis) muncul pada umur 10-25 hari, dan gejala kuning masih nampak hingga umur 30 hari maka dapat menurunkan
hasil
sampai
20-46%.
Pengendaliannya
dengan
pemberian 30-40 kg FeSO4 ha-1, pemberian 20 t pupuk kandang ha-1, pemberian 300-400 kg bubuk belerang ha-1. Penyemprotan larutan yang mengandung 0,5-1% FeSO4, 0,1% asam sitrat, 3% amonium sulfat (ZA), 0,2% urea pada umur 30, 45, dan 60 hari atau memperbaiki draenasi dan aerasi tanah. Hama utama pada kacang tanah antara lain wereng kacang tanah (Empoasca fasialin), penggerek daun (stomopteryx subscevivella), ulat jengkal (Plusia chalcites), dan ulat grayak (Prodenia litura), hamahama tersebut dapat dikendalikan dengan menggunakan insektisida Thiodan, Dursban, Azodrin, Tamaron, dan Basudin. Penyakit utama kacang tanah layu bakteri (Pseudomonas solanacearum), bercak daun (Cercosporidium personatum dan Cercospora arachidichola), dan karat (Puccinia arachidis). Pengendalian penyakit kacang tanah dengan menanam varietas tahan atau menggunakan fungisida Benlate, Dithane M-45, Baycor, Delsene MX 200, atau Daconil. 20
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ 3.3. Rekomendasi Pemupukan Kakao, Kelapa, Mangga, dan Jambu Mente Pada lahan kering berupa kebun campuran yaitu lahan yang ditanami berbagai jenis tanaman tahunan, biasanya dalam bentuk lahan pekarangan atau talun, dengan komoditas dominan kakao, salak, pisang, dan kelapa. Tanaman kakao, kelapa, mangga, dan jambu mete umumnya tidak
dipelihara
secara
intensif,
sehingga
pertumbuhan
dan
produksinya kurang optimal. Takaran rekomendasi pemupukan untuk kakao yaitu urea 310 g pohon-1 tahun-1, SP-36 260 g pohon-1 tahun-1, dan KCl 350 g pohon-1 tahun-1. Takaran pemupukan mangga yaitu ZA berkisar 400-2000 g pohon-1 dan SP-36 berkisar 250-500 g pohon-1 dan ZK berkisar 150500 g pohon-1 serta pupuk kandang 50-100 kg pohon-1. Waktu aplikasi pupuk ZA, SP-36 dan ZK pada setiap pertengahan musim hujan dan pemberian pupuk kandang pada waktu akhir musim hujan. Cara pemupukan dengan cara dilarik pada piringan kemudian larikan ditutup tanah.
Budi daya dan pemupukan kelapa (Cocos nucifera L.) Tanaman kelapa tumbuh pada tanah yang mempunyai drainase baik dengan tekstur ringan hingga sedang pada pH 6-7 yang kaya bahan organik dengan tingkat kesuburan tanah tinggi. Tanaman tumbuh baik pada lintang 20°N and 20°S; pada ketinggian 600 m dpl dengan suhu 24-29°C, kelembapan 80-90%, curah hujan 1.500-2.300 mm yang terdistribusi sepanjang tahun. Tanaman kelapa tidak memerlukan irigasi kecuali pada saat pembibitan. Rata-
21
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ rata hasil mencapai 80-150 buah per pohon (2-4 t ha-1 kopra) tergantung varietas tanaman. Populasi tanaman kelapa sekitar 150 tanaman ha-1 dengan produksi 100 butir/pohon/tahun. Hara yang terkandung dalam pelepah kelapa yang terangkut keluar lahan per tahun adalah: 49 kg N, 16 kg P2O5, 115 kg K2O, 5 kg Ca, 8 kg Mg, 11 kg Na, 64 kg Cl and 4 kg S. Sabut kelapa mengandung 60% K2O, 18% of N and 26% Mg yang terangkut lewat panen. Mengingat kandungan haranya yang tinggi, maka dianjurkan agar limbah kelapa ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber hara tanaman setelah melalui proses pengomposan. Takaran pemupukan kelapa di pembibitan disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Takaran pemupukan tanaman kelapa di pembibitan Umur
Takaran pupuk (per pohon) N
P2O5
K2O
MgO
S
Cl
Penanaman di lapangan
30 g
30 g
90 g
50 g
18 g
66 g
6 bulan
40 g
50 g
0,15 kg
85 g
25 g
0,11 kg
1 tahun
0,10 kg
0,10 kg
0,35 kg
125 g
60 g
0,26 kg
2 tahun
0,15 kg
0,15 kg
0,55 kg
0,25 kg
90 g
0,40 kg
3 tahun
0,20 kg
0,16 kg
0,70 kg
0,35 kg
0,12 kg 0,53 kg
4 tahun
0,30 kg
0,20 kg
1,00 kg
0,40 kg
0,18 kg 0,70 kg
5 tahun dan > 5 tahun
0,40 kg
0,30 kg
1,20 kg
0,50 kg
0,24 kg 0,90 kg
Source: Magat (1988)
Di Indonesia, tanaman kelapa sering mengalami gejala kekurangan N, K, dan Mg. Pada lokasi tertentu nampak gejala kahat Cl, P205, Ca, and B (Mahmud and Allorerung, 1988). Pada saat ini rekomendasi pemupukan untuk kelapa didasarkan pada kandungan hara dalam jaringan tanaman dan analisis tanah.
22
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ Jenis pupuk yang sering digunakan adalah ZA dan KCl untuk mencukupi kebutuhan hara N, K2O, Cl, dan S, yang pada umumnya merupakan pembatas pertumbuhan kelapa. Pada tanaman kelapa yang belum menghasilkan (1-3 tahun), pupuk diberikan displit dua bagian, setengah takaran pupuk diberikan pada awal musim hujan dan sisanya pada 6 bulan setelah musim hujan atau akhir musim hujan. Di daerah yang distribusi curah hujannya merata, setengah takaran pupuk diberikan kapan saja dan setengah lainnya 6 bulan kemudian. Di daerah yang distribusi curah hujannya merata (1-3 bulan kering) disarankan untuk memupuk sekali per tahun. Pupuk diberikan dalam piringan pohon kelapa dengan jarak 0,5-0,75 m untuk tanaman kelapa yang masih muda dan 1-1,5 m untuk tanaman belum menghasilkan. Selanjutnya pupuk disebarkan di setiap tanaman pada kedalaman 5-8 cm, selanjutnya dicampur dan ditutup dengan tanah. Untuk menghindari kehilangan N akibat volatilisasi yang berlebihan, digunakan ZA.
23
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ IV.
TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH DAN AIR
Areal Kelurahan Dualimpoe mencakup luasan sekitar 2.343 ha yang terdiri atas lahan sawah irigasi 954 ha, sawah tadah hujan 517 ha dan lahan kering seluas 709 ha dan sisanya 52 ha adalah areal pemukiman. Adapun penggunaan lahan dari lahan kering diatas terdiri atas kebun campuran 52 ha, tegalan-kebun campuran (mete) 507 ha, dan tegalan-padang rumput-kebun campuran 150 ha. Topografi dari kelurahan ini bervariasi dari datar sampai berbukit kecil. Sekitar 954 ha adalah merupakan daerah datar (lereng 0-2%), 52 ha areal agak datar (lereng 1-3%), 810 ha areal berombak (lereng 3-8%), seluas 214 ha areal bergelombang (lereng 8-15%), dan seluas 150 ha areal berbukit kecil (lereng 15-25%).
4.1. Teknik Konservasi Existing Di Kelurahan Dualimpoe terdapat lahan sawah sekitar 1.471 ha yang terdiri atas 954 ha adalah sawah irigasi yang berada pada wilayah datar (lereng 0-2%) dan 517 ha adalah sawah tadah hujan yang berada pada wilayah berombak (lereng 3-8%). Erosi yang dapat terjadi pada lahan sawah tidaklah terlalu mengkhawatirkan, karena pematang sawah berperan cukup besar dalam menghambat laju erosi tanah. Teknik konservasi existing yang ada pada lahan kering terdapat pada penggunaan lahan tegalan, kebun campuran, yaitu berupa teras bangku pada areal dengan bentuk wilayah berombak, bergelombang, dan berbukit kecil. Kondisi teras bangku yang ada
24
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ masih kurang sempurna, tidak dilengkapi dengan tanaman penguat teras dan saluran pembuangan air yang memadai.
4.2. Rekomendasi Teknik Konservasi Teknik konservasi tanah yang direkomendasikan didasarkan pada pola penggunaan lahan dan kondisi tanah yang ada. Apabila di lokasi yang dipelajari sudah diterapkan teknik konservasi, maka rekomendasi lebih diarahkan pada perbaikan atau peningkatan teknik konservasi yang sudah ada. Teknik konservasi tanah dan air yang dapat diterapkan pada lahan sawah adalah perbaikan pematang sawah supaya tidak terjadi kebocoran yang dapat menyebabkan banyak kehilangan air. Bila pematang banyak ditumbuhi rumput, maka usahakan rumput dipotong/dibabat/dikoret sehingga sebagian rumput masih ada di pematang karena ini baik untuk pemadatan dan kestabilan pematang dan supaya tidak ada tanah yang jatuh dari pematang. Jangan menyiang pematang dengan mencabut rumputnya karena akan merusak pematang. Apabila pematang ditanami maka diusahakan menanam tanaman yang tidak berumbi seperti ubi jalar dan ubi kayu dimana apabila panen akan dapat merusak pematang. Dianjurkan dapat menanan tanaman leguminosa seperti turi (Sesbania sesban) atau tanaman kacang-kacangan yang dapat menyuburkan tanah dan bahan hijauannya dapat dikembalikan ke lahan. Bila pada lahan sawah diterapkan pola tanam padi-palawija, maka dianjurkan pemberian pupuk kandang pada padi sawah, karena bila pada saat disawahkan ada pemberian pupuk kandang,
25
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ maka musim tanam selanjutnya akan terjadi perbaikan sifat fisik tanah diantaranya terbentuk struktur tanah yang baik demikian juga aerasi tanah, sehingga tanaman palawija yang ditanam setelah padi pertumbuhan dan produksinya lebih baik. Pada lahan kering dengan penggunaan lahan kebun campuran (satuan lahan 3) yang terdapat pada wilayah agak datar (lereng 13%) tanahnya adalah Typic Haplustepts. Tanah ini mempunyai solum yang cukup dalam dan cocok untuk dibuat teras bangku. Namun dengan penggunaan lahan kebun campuran dapat direkomendasikan teknik konservasi tanah berupa sistem pertanaman lorong (alley
cropping) yang dikombinasikan dengan pemberian mulsa hasil pangkasan tanaman pagar. Pada Lampiran 1 dapat dilihat gambaran dari teknik konservasi ini. Pada lahan kering dengan penggunaan lahan tegalan dan kebun campuran (satuan lahan 4, 5 dan 6) yang terdapat pada wilayah berombak, bergelombang sampai berbukit kecil (lereng < 25%)
didominasi
oleh
tanah
Typic
Haplustepts.
Tanah
ini
mempunyai solum yang cukup dalam dan cocok untuk dibuat teras bangku. Pada penggunaan lahan tegalan, teknik konservasi teras bangku
dengan
tanaman
penguat
teras
yang
baik
dapat
direkomendasikan. Untuk teras bangku yang sudah ada perlu dilakukan perbaikan saluran pembuangan air dan tanaman penguat terasnya. Namun dengan penggunaan lahan kebun campuran, dapat direkomendasikan teknik konservasi tanah berupa penggunaan teras gulud yang dilengkapi dengan tanaman penguat teras seperti rumput dan legum pohon. Pada Lampiran 2 dapat dilihat gambaran (sketsa) dari teras bangku dan teras gulud.
26
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ V. DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih, J. S. 1984. Pengaruh Beberapa Faktor Terhadap Penyediaan Kalium Tanah Sawah Daerah Sukabumi dan Bogor. Disertasi Doktor. Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Adiningsih, J. S. 1992. Peranan Efisiensi Penggunaan Pupuk untuk Melestarikan Swasembada Pangan. Orasi Pengukuhan Ahli Peneliti Utama. Badan Litbang. Balai Penelitian Tanah. 2007. Sistem Pengelolaan Lahan Sesuai Harkat (SPLaSH) versi 1.02. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. 2006. Peraturan Menteri Pertanian RI Nomor: 47/Permentan/OT.140/10/2006 tentang Pedoman Umum Budidaya Pertanian Pada Lahan Pegunungan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Oldeman, L.R, and Darmiyati S. 1977. The agroclimatic map of Sulawesi, scale 1: 2,500,000. Contr. Centre. Res. Inst. Agric. Bulletin No.60, Bogor. Schmidt, F.H., and J.H.A. Ferguson. 1951. Rainfall Type Based on Wet and Dry Period Ratios for Indonesia with Western New Guinea. Verh. No.42. Jawatan Met. dan Geofisik, Jakarta. Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghijauan dan Reboisasi Pusat. 1999. Teknik Konservasi Tanah dan Air. Kelompok Kerja Penelitian dan Pengembangan (POKJA LITBANG)NWMCP. Tisdale, S.L, W.L. Nelson and J.D.Beaton. 1985. Soil Fertility and Fertilizers. 4th ed. The Macmillan Publ. Co.New York. 694 p.
27
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ Lampiran 1.
Budi daya lorong (Sumber: Departemen Pertanian, 2006 dan Balai Penelitian Tanah, 2007)
Budi daya lorong (alley cropping) adalah sistem di mana tanaman semusim (pangan dan sayuran) ditanam di lorong antara barisan tanaman pagar (Gambar 1). Pangkasan dari tanaman pagar digunakan sebagai mulsa yang dapat menyumbangkan hara, terutama nitrogen, bagi tanaman lorong.
Gambar 4. Sistem budi daya lorong dengan Gliricidia sepium sebagai tanaman pagar (Foto: F. Agus dan Widianto)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam aplikasi budi daya lorong: 1. Persyaratan penerapan budi daya lorong •
Kemiringan lahan berkisar antara 3-40%
•
Kedalaman solum > 20 cm
•
Interval horizontal 3-10 m
2. Persyaratan tanaman untuk digunakan sebagai tanaman pagar •
Tahan pemangkasan dan dapat bertunas kembali secara cepat sesudah pemangkasan
•
Menghasilkan banyak hijauan
•
Dapat menambat nitrogen (N2) dari udara 28
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ •
Tingkat persaingannya dengan tanaman utama tidak begitu tinggi
•
Memiliki perakaran vertikal yang dalam sehingga daya saingnya terhadap tanaman utama berkurang
•
Tidak bersifat alelopati (mengeluarkan zat beracun) bagi tanaman utama
•
Sebaiknya
mempunyai
manfaat
ganda
supaya
mudah
diadopsi petani Beberapa jenis tanaman pagar yang sesuai untuk pengendali erosi dan sekaligus sebagai pakan ternak disajikan pada Tabel 7. Tabel 7.
Beberapa jenis tanaman pakan ternak yang cocok untuk tanaman pagar
Nama latin
Nama lokal
Kegunaan
Persyaratan tumbuh
Ficus subcordata
Wunut (J), bunut lengis (B), sipadi (M).
Reklamasi lahan, tanaman pagar, penahan angin (windbreak)
Gliricidia sepium
Gamal (J), Glirisidia (I)
Leucaena leucocephala
Lamtoro gung, petai cina (I), kemlandingan (J)
Tanaman penaung, tanaman pagar, pupuk hijau, reklamasi lahan Tanaman serbaguna
Sesbania grandiflora
Turi (I, J, S), tuwi (B)
Penahan angin, tiang panjat, tanaman penaung
Sesbania sesban
Jayanti (S), Janti (J)
Pupuk hijau, tanaman naungan
Calliandra calothyrsus
Kaliandra (I)
Tanaman konservasi pada lembah, jurang (gully) dan lahan berlereng curam, tanaman pagar, pupuk hijau.
Elevasi 0-800 m dpl, tumbuh baik pada lahan kering dan lahan berlereng dengan curah hujan 9002.500 mm. Cocok pada berbagai jenis tanah, termasuk tanah calcareous (pH tinggi). Curah hujan 900-1500 mm dengan sekitar 5 bulan periode kering. Cocok pada berbagai jenis tanah dari masam sampai basa. Elevasi 0-1.000 m dpl, curah hujan 650-1.500 mm. Juga ditemukan pada daerah yang lebih kering atau lebih basah. Cocok pada tanah dengan pH>5 dan ditemukan juga pada tanah bergaram (salin). Elevasi 0-800 m dpl, curah hujan 800-4.000 mm. Tumbuh pada berbagai jenis tanah, termasuk tanah tandus atau tanah sering tergenang. Toleran terhadap tanah bergaram dan tanah alkalin. Elevasi 0-2300 m dpl, curah hujan 500-2.000 mm.Tumbuh pada berbagai jenis tanah mulai dari tanah berpasir sampai tanah liat. Toleran terhadap tanah salin dan tanah masam. Elevasi 200-1.800 m dpl, curah hujan 700-4.000 mm dengan 1-7 bulan kering. Cocok pada berbagai jenis tanah termasuk tanah masam berkesuburan rendah. Menyukai tanah dengan tekstur ringan (lempung-berpasir).
I = Indonesia, J = Jawa, S = Sunda, B = Bali, M = Minang
29
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ 3. Teknik penanaman dan pemeliharaan tanaman pagar •
Lamtoro dan Flemingia biasa ditanam dengan menggunakan biji sedangkan Gliricidia dengan menggunakan stek.
•
Untuk bahan stek pilih cabang yang sudah berwarna putih (tidak lagi hijau) yang berdiameter 2-4 cm. Panjang stek kurang lebih 30 cm.
•
Stek atau benih ditanam sejajar kontur. Untuk stek gunakan jarak tanam dalam baris 20-30 cm. Untuk penanaman dengan biji (lamtoro atau Flemingia) penanaman dideder dengan jarak antar biji sekitar 5 cm. Pemberian pupuk TSP atau SP-36 satu sendok teh untuk satu meter barisan akan mempercepat pertumbuhan tanaman pagar.
•
Agar cukup efektif mencegah erosi, jarak antar baris tanaman pagar ditentukan dengan menggunakan rumus VI/HI = % kemiringan lahan (VI = tinggi vertikal, dan HI = jarak horizontal). Untuk mendapatkan jarak horizontal (HI), VI harus ditetapkan terlebih dahulu, berkisar antara 0,501,00 m untuk lereng < 25% dan 1,00-1,50 m untuk lereng > 25% lebih kurang 5 m (lebar lorong sekitar 4,75 m).
4. Pemangkasan dan penggunaan hijauan Setelah berumur sekitar 4-6 bulan atau setelah mencapai ketinggian
yang
menyebabkan
dapat
menaungi
pertumbuhannya
tanaman
terganggu,
utama
tanaman
yang pagar
dipangkas pada ketinggian 50-60 cm dari permukaan tanah. Daundaun tanaman pagar yang dipangkas disebarkan di permukaan tanah. Pemangkasan tanaman pagar dilakukan dengan interval 2-4 bulan sekali, tergantung pada kecepatan pertumbuhannya.
30
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ Lampiran 2.
Teras Bangku dan Teras Gulud
A. Teras Bangku Pada usaha tani lahan kering, fungsi utama teras bangku adalah: (1) memperlambat aliran permukaan; (2) menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak sampai merusak; (3) meningkatkan laju infiltrasi; dan (4) mempermudah pengolahan tanah. Saluran Talud/bibir Tampingan
Gamabar 5. Teras bangku yang telah dilengkapi dengan tanaman penguat teras (kiri) dan penampang samping teras bangku (kanan) Teras membentuk
bangku
dapat
sudut
o
0
dibuat
dengan
datar
bidang
(bidang horizontal),
olah
datar,
miring
ke
dalam/goler kampak (bidang olah miring beberapa derajat ke arah yang berlawanan dengan lereng asli), dan miring keluar (bidang olah miring ke arah lereng asli). Teras bangku miring ke dalam (goler kampak) dibangun pada tanah yang permeabilitasnya rendah, dengan tujuan agar air yang tidak segera terinfiltrasi menggenangi bidang olah dan tidak mengalir ke luar melalui talud di bibir teras. Teras bangku miring ke luar diterapkan di areal di mana aliran permukaan dan infiltrasi 31
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ dikendalikan secara bersamaan, misalnya di areal rawan longsor. Teras bangku goler kampak memerlukan biaya relatif lebih mahal dibandingkan dengan teras bangku datar atau teras bangku miring ke luar, karena memerlukan lebih banyak penggalian bidang olah. Efektivitas teras bangku sebagai pengendali erosi akan meningkat bila ditanami dengan tanaman penguat teras di bibir dan tampingan teras. Rumput dan legum pohon merupakan tanaman yang baik untuk digunakan sebagai penguat teras. Tanaman murbei sebagai
tanaman
penguat
teras
banyak
ditanam
di
daerah
pengembangan ulat sutra. Teras bangku adakalanya dapat diperkuat dengan batu yang disusun, khususnya pada tampingan. Model seperti ini banyak diterapkan di kawasan yang berbatu. Beberapa
hal
yang
perlu
mendapat
perhatian
dalam
pembuatan teras bangku adalah: (1)
Dapat diterapkan pada lahan dengan kemiringan 10-40%, tidak dianjurkan pada lahan dengan kemiringan >40% karena bidang olah akan menjadi terlalu sempit.
(2)
Tidak cocok pada tanah dangkal (<40 cm)
(3)
Tidak cocok pada lahan usaha pertanian yang menggunakan mesin pertanian.
(4)
Tidak dianjurkan pada tanah dengan kandungan aluminium dan besi tinggi.
(5)
Tidak dianjurkan pada tanah-tanah yang mudah longsor.
32
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
Perancangan teras bangku Dalam merancang teras diusahakan agar bahan induk tanah tidak sampai tergali. Nilai interval vertikal (IV) pada umumnya dapat ditetapkan antara 1 - 1,5 m sedangkan interval horizontal (IH) dapat dihitung dengan rumus berikut: IH = IV/S x 100, dimana IH = interval horizontal (m), IV = interval vertikal (m), dan S = kemiringan lahan asal (% ).
Cara pembuatan teras bangku •
Pembuatan teras dimulai dari bagian atas dan terus ke bagian bawah lahan untuk menghindarkan kerusakan teras yang sedang dibuat oleh air aliran permukaan bila terjadi hujan.
•
Tanah bagian atas digali dan ditimbun ke bagian lereng bawah sehingga terbentuk bidang olah baru. Tampingan teras dibuat miring; membentuk sudut 200% dengan bidang horizontal. Kalau tanah stabil tampingan teras bisa dibuat lebih curam (sampai 300%).
•
Idealnya kemiringan bidang olah berkisar 0 - 3% mengarah ke saluran teras.
•
Talud (bibir teras) dan bidang tampingan teras ditanami dengan tanaman berakar rapat, cepat tumbuh, dan menutup tanah dengan sempurna. Untuk petani yang memiliki ternak ruminansia dapat ditanami rumput pakan ternak. Contoh tanaman yang dapat ditanam pada guludan dan bibir teras adalah Paspalum notatum, Brachiaria brizanta, Brachiaria
decumbens, dan lain-lain. Sering guludan teras ditanami dengan salah satu tanaman legum pohon atau perdu seperti
Gliricidia, Lamtoro, turi, stylo, dan lain-lain. 33
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ •
Sebagai kelengkapan teras perlu dibuat saluran teras, saluran pengelak, saluran pembuangan air serta terjunan. Ukuran saluran teras: lebar 15-25 cm, dalam 20-25 cm.
•
Kalau tidak ada tempat untuk membuat SPA, teras bangku miring bisa dibuat tetapi teras bangku miring kurang efektif menahan tanah tererosi.
B. Teras gulud Teras gulud adalah barisan guludan yang dilengkapi dengan rumput penguat gulud dan saluran air pada bagian lereng atasnya. Saluran air ini berfungsi untuk mengalirkan air aliran permukaan dari bidang olah ke SPA (Gambar 6).
Guludan
Bidang
l h
Saluran
i Gambar 6. Penampang samping teras gulud
34
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
a. Persyaratan •
Teras gulud cocok untuk kemiringan lahan antara 1040%, tetapi juga bisa digunakan pada kemiringan 4060%, namun kurang efektif.
•
Teras gulud dapat dibuat pada tanah-tanah agak dangkal (> 20 cm).
•
Tanah
mempunyai
kecepatan
infiltrasi/permeabilitas
tinggi.
b. Pembuatan dan pemeliharaan •
Buat garis kontur sesuai dengan interval vertikal (IV) yang diinginkan. IV yang umum adalah 1–2 m
•
Pembuatan guludan dimulai dari lereng atas dan berlanjut ke bagian bawahnya.
•
Teras gulud dan saluran airnya dibuat membentuk sudut 0,1-0,5% dengan garis kontur menuju ke arah saluran pembuangan air.
•
Saluran air digali dan tanah hasil galian ditimbun di bagian bawah lereng dan dijadikan guludan.
•
Tanami guludan dengan rumput penguat seperti Paspalum
notatum, Brachiaria brizanta, Brachiaria decumbens, atau Vetiveria zizanioides agar guludan tidak mudah rusak. •
Diperlukan SPA yang aman (berumput).
c. Keuntungan •
Biaya dan tenaga kerja pembuatan teras gulud relatif lebih rendah dibandingkan dengan teras bangku.
•
Dapat
dilakukan
pada
tanah-tanah
bersolum
agak
dangkal.
35
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
d. Kerugian • Apabila rumput penutup/penguat guludan belum tumbuh sempurna, guludan tidak stabil sehingga mudah dihanyutkan oleh air aliran permukaan bila terjadi hujan lebat. • Pembentukan teras terjadi secara perlahan
36