TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI DAN KONSERVASI TANAH DESA TALUN KENAS KECAMATAN STM HILIR KABUPATEN DELI SERDANG
BALAI PENELITIAN TANAH BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA LAHAN PERTANIAN 2007
Penanggung jawab
:
Kepala Balai Penelitian Tanah
Penyusun
:
Ai Dariah Enggis Tuherkih Achmad Rachman
Penyunting
:
Enggis Tuherkih
Design Cover
:
Sukmara
Setting/Layout
:
Didi Supardi Dedi Kusnandar
Penerbit
:
Balai Penelitian Tanah Jl. Ir. H. Juanda No. 98. Bogor 16123, Telp. (0251) 336757, Fax. (0251) 321608, 322933, E-mail:
[email protected]
ISBN 978-979-9474-87-2 Penulisan dan pencetakan buku ini dibiayai dari dana DIPA Tahun Anggaran 2007, Balai Penelitian Tanah, Bogor http://balittanah.litbang.deptan.go.id
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ KATA PENGANTAR Dalam rangka mendukung pelaksanaan Prima Tani, Balai Penelitian Tanah telah menyusun Booklet Formulasi Teknologi Pemupukan Spesifik Lokasi dan Konservasi Tanah dan Air sebagai acuan bagi pelaksana Prima Tani dalam menerapkan rekomendasi teknologi pemupukan spesifik lokasi dan konservasi tanah dan air mendukung kegiatan Prima Tani. Booklet disusun berdasarkan hasil survei tanah di lokasilokasi
Prima
Tani
dimana
Balai
Penelitian
Tanah
menjadi
penanggung jawab survei. Booklet ini merupakan suatu kebutuhan yang mendesak dalam mengimplementasikan teknologi pemupukan dan konservasi tanah dan air. Sesuai dengan judulnya, booklet ini menyajikan formulasi teknologi pemupukan spesifik lokasi dan teknik konservasi tanah dan air. Sasaran dari penyusunan booklet formulasi pemupukan spesifik lokasi dan konservasi tanah dan air adalah para pelaksana dan pengguna teknologi yang terkait langsung dengan kegiatan Prima Tani, yaitu Pemandu Teknologi, Manajer Laboratorium Agribisnis, Penyuluh Pertanian Lapangan, Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten/Kota, Kelompok Tani peserta Prima Tani. Semoga
booklet
ini
bermanfaat,
khususnya
dalam
mensukseskan Prima Tani sebagai salah satu upaya mendukung program pemerintah mensejahterakan masyarakat di pedesaan. Bogor, November 2007 Kepala Balai,
Dr. Achmad Rachman NIP. 080.079.028 i
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ............................................................
i
DAFTAR ISI ......................................................................
ii
DAFTAR TABEL .................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR .............................................................
iv
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................
iv
I. PENDAHULUAN ...........................................................
1
II. KEADAAN FISIK DAERAH .............................................
3
2.1.
Lokasi dan Perhubungan ....................................
3
2.2.
Penggunaan Lahan dan Pertanian ......................
3
2.3.
Iklim dan Hidrologi ............................................
5
III. TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI .................
6
3.1.
Padi Sawah .......................................................
6
3.2.
Pisang ..............................................................
9
3.3.
Pepaya .............................................................
10
3.4.
Kakao ...............................................................
12
IV. TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH DAN AIR ..................
14
4.1.
Arahan Pengembangan Komoditas Pertanian ......
14
4.2.
Teknik Konservasi Existing ...................................
15
4.2.
Rekomendasi Teknik Konservasi .........................
17
V. DAFTAR PUSTAKA .......................................................
20
ii
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.
Penggunaan lahan di Desa Talun Kenas, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara ...................................
4
Rekomendasi pemupukan padi sawah dengan pupuk tunggal ..................................................
7
Rekomendasi pemupukan padi sawah dengan pupuk majemuk ...............................................
7
Tabel 4.
Takaran pupuk anjuran untuk tanaman pisang ...
10
Tabel 5.
Takaran pupuk anjuran tanaman pepaya ...........
11
Tabel 6.
Takaran pupuk anjuran untuk tanaman kakao ...
12
Tabel 7.
Arahan pengembangan komoditas pertanian di Desa Talun Kenas, Kecamatan Sinembah Tanjung Muda (STM) Hilir, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara ...................................
14
Teknik konservasi existing dan rekomendasi teknik konservasi untuk Desa Talun Kenas, Kecamatan Sinembah Tanjung Muda (STM) Hilir, Kab. Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara .......
16
Tabel 2. Tabel 3.
Tabel 8.
iii
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.
Padi sawah dengan pemupukan sesuai rekomendasi .................................................
8
Tanaman pisang dengan pemupukan sesuai anjuran .........................................................
10
Gambar 3.
Pepaya dengan pemupukan sesuai anjuran .....
12
Gambar 4.
Kakao dengan pumupukan sesuai anjuran ......
13
Gambar 5.
Teras bangku yang telah dilengkapi dengan tanaman penguat teras (kiri) dan Penampang samping teras bangku (kanan) .......................
21
Gambar 6.
Rorak (Foto: Pedum Pegunungan) ..................
24
Gambar 7.
Teras kebun (kiri), penampang teras kebun (kanan) .........................................................
26
Gambar 2.
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Teras bangku atau teras tangga (Sumber: Pedum Pegunungan, 2006 dan SPLaSH, 2007) .............................................................
21
Lampiran 2. Rorak dan mulsa vertikal (Sumber: Pedum Pegunungan, 2006) .....................................
24
Lampiran 3. Teras kebun .................................................
27
iv
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
I. PENDAHULUAN
Informasi
potensi
sumber
daya
lahan
dan
arahan
pengembangan komoditas merupakan informasi dasar yang diperlukan untuk perencanaan pembangunan pertanian di suatu wilayah. Data dan informasi ini perlu dilengkapi dengan formulasi teknologi pengelolaan sumber daya lahan yang lebih spesifik, antara lain dalam penerapan teknik konservasi tanah, pengelolaan kesuburan tanah khususnya pemupukan spesifik lokasi, dan pengelolaan bahan organik. Teknologi pemupukan spesifik lokasi dengan menerapkan pemupukan berimbang adalah pemupukan untuk mencapai status semua hara dalam tanah optimum untuk pertumbuhan dan hasil suatu tanaman. Untuk hara yang telah berada dalam status tinggi, pupuk hanya diberikan dengan takaran yang setara dengan hara yang terangkut panen, sebagai takaran pemeliharaan. Pemberian takaran pupuk yang berlebihan justru akan menyebabkan rendahnya efisiensi pemupukan dan masalah pencemaran lingkungan. Kondisi atau status optimum hara dalam tanah tidak sama untuk semua tanaman pada suatu tanah. Demikian juga status optimum untuk suatu tanaman, berbeda untuk tanah yang berlainan. Agar pupuk yang diberikan lebih tepat, efektif dan efisien, maka rekomendasi pemupukan harus mempertimbangkan faktor kemampuan tanah menyediakan hara dan kebutuhan hara tanaman. Rekomendasi pemupukan yang berimbang disusun berdasarkan status hara di dalam tanah yang diketahui melalui teknik uji tanah. Penerapan teknik konservasi tanah dan air merupakan kunci keberlanjutan
usaha
tani
dalam
upaya
mengoptimalkan 1
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ pemanfaatan lahan kering. Teknologi konservasi tanah dan air dimaksudkan
untuk
melestarikan
sumber
daya
alam
dan
menyelamatkannya dari kerusakan. Target minimal dari aplikasi teknik konservasi adalah menekan erosi yang terjadi di setiap bidang tanah hingga di bawah batas yang diperbolehkan. Secara umum, teknik konservasi tanah dan air dibagi dalam tiga golongan yaitu: (1) teknik konservasi vegetatif; (2) teknik konservasi mekanik atau teknik konservasi sipil teknis; dan (3) teknik konservasi kimia. Dalam aplikasi di lapangan teknik konservasi tersebut tidak berdiri sendiri, namun dapat merupakan kombinasi dari dua atau tiga teknik konservasi. Pemilihan teknik konservasi yang tepat harus bersifat spesifik
lokasi
dan
sesuai
pengguna
artinya
harus
mempertimbangkan kondisi biofisik dan sosial ekonomi petani setempat. Oleh sebab itu rekomendasi teknik konservasi yang dianjurkan di setiap lokasi disusun dengan mempertimbangkan tipe penggunaan lahan, kemiringan, vegetasi, dan teknik konservasi yang ada di lapangan (existing) di masing-masing lokasi.
2
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ II. KEADAAN FISIK DAERAH
2.1. Lokasi dan Perhubungan Desa Talun Kenas terletak pada posisi geografis 98o42’30” 98o44’25” bujur Timur (BT) dan 03o22’40’’- 03o24’08” Lintang Utara (LU), termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Sinembah Tanjung Muda (STM) Hilir, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Desa ini mempunyai ketinggian tempat bervariasi dari 50 - 150 m di atas permukaan laut (dpl). Luas wilayah desa sekitar 424 ha, dengan batas administrasi sebagai berikut: -
sebelah utara berbatasan dengan Desa Namoserit Hulu
-
sebelah selatan berbatasan dengan Desa Gunung Rintih
-
sebelah barat berbatasan dengan Desa Sumbul
-
sebelah timur berbatasan dengan Desa Laugambir
Desa Talun Kenas yang merupakan ibu kota kecamataan STM Hilir dapat dicapai sekitar 30 - 45 menit dari kota Medan dengan menggunakan kendaraan roda empat atau sepeda motor, dan dapat ditempuh melalui dua jalur jalan yang berbeda, salah satunya melalui Pancur Batu.
2.2. Penggunaan Lahan dan Pertanian Berdasarkan hasil studi participatory rural appraisal (PRA) yang dilakukan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Sumatera Utara, penggunaan lahan di Desa Talun Kenas didominasi oleh lahan kering, meskipun terdapat lahan sawah yang tidak terlalu luas penyebarannya. Penggunaan lahan yang ada di desa ini adalah 3
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ lahan sawah, ladang, belukar, kebun campuran, dan pemukiman (Tabel 1). Tabel 1.
No SPT
Penggunaan lahan di Desa Talun Kenas, Kecamatan Sinembah Tanjung Muda (STM) Hilir, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara Simbol
Penggunaan lahan
1
B
Belukar
2 3
PS KC
4
L
Lahan sawah Kebun campuran Ladang
5
P
Pemukiman
Luas
Jenis tanaman
Kirinyuh, harendong, gelagah, bambu Padi sawah dan palawija Papaya , kakao, pisang, kopi Jagung, pisang, cabai, terong -
Jumlah
ha
%
79
18,6
40 254
9,5 59,9
39
9,2
12
2,8
424
100,0
Sumber; Kurnia et al., (2007)
Berdasarkan data pada Tabel 1 Desa Talun Kenas didominasi oleh lahan kering dengan penggunaan lahan kebun campuran dan ladang dengan berbagai jenis tanaman, seperti: cabai, jagung, kakao, kopi, pepaya, pisang, dan jagung. Pepaya, kakao, dan pisang terutama pisang barangan dan kepok merupakan komoditas unggulan Prima Tani di Desa Talun Kenas. Lahan sawah berupa tadah hujan, yang ditanami padi sawah hanya pada musim hujan, dan palawija seperti: jagung dan sayur-sayuran dataran rendah (cabai, kacang panjang, terong) pada musim kemarau sebagai tanaman sela setelah padi sawah.
4
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ 2.3. Iklim dan Hidrologi Iklim Desa Talun Kenas dan daerah sekitarnya diwakili oleh data curah hujan dari hasil pengamatan di Medan. Berdasarkan data yang ada (BPTP Sumatera Utara, 2007), curah hujan tertinggi terjadi pada bulan September dan Oktober 502 mm, dengan 23 hari hujan pada bulan September. Sedangkan suhu udara rata-rata berkisar antara 23 dan 35oC, dengan kelembapan udara rata-rata 83%. Kebutuhan air untuk kegiatan usaha tani di Desa Talun Kenas bersumber dari hujan dan sungai. Air sungai berasal dari S. Bekilang (sungai kecil) yang mengalir di bagian tengah areal persawahan, namun diperkirakan debit airnya tidak akan mencukupi untuk memenuhi kebutuhan air lahan sawah tersebut. Pola aliran air di daerah ini termasuk dendritik, dengan sungai yang relatif besar terdapat di bagian timur desa ini, yaitu S. Belumai, dan sungai yang lebih kecil, yaitu S. Bekilang mengalir di bagian kiri jalan Talun Kenas-Namoserit.
5
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
III. TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI
Berdasarkan hasil pengujian di lapangan menggunakan perangkat uji tanah kering (PUTK) dan perangkat uji tanah sawah (PUTS), status hara fosfor (P) di Desa Talun Kenas bervariasi dari rendah sampai tinggi, kalium (K) tanahnya sedang sampai tinggi, tetapi C-organik tanahnya rendah, dan pH tanah umumnya berkisar antara 4-5. Petani di Desa Talun Kenas umumnya adalah petani lahan kering, dengan tanaman utama pepaya, kakao, dan pisang. Namun, teknik budi daya pertaniannya masih tradisional, terutama dalam hal penggunaan pupuk masih relatif rendah. Berdasarkan hasil uji tanah tersebut, maka penggunaan pupuk yang dapat direkomendasikan untuk padi sawah pada SPT 1, buah-buahan dan tanaman tahunan pada SPT 3 dan 4 adalah sebagai berikut:
3.1.
Padi Sawah Mengacu
pada
Peraturan
Menteri
Pertanian
No.
40/Permentan/OT.140/4/2007 tentang rekomendasi pemupukan N, P, dan K pada padi sawah spesifik lokasi, maka rekomendasi pemupukan untuk padi sawah di Desa Talun Kenas dengan memperhatikan status hara tanah dan kebutuhan hara tanaman disajikan pada Tabel 2 dan 3.
6
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ Tabel 2.
Rekomendasi pemupukan padi sawah dengan pupuk tunggal
Status hara
Takaran pupuk urea, Sp-36, dan KCl
P
Tanpa bahan organik
K
Urea
Dengan 5 t jerami ha-1
SP-36
KCl
Urea
SP-36
KCl
Dengan 2 t pukan ha-1 Urea
SP-36
KCl
-1
kg ha R S T
S T S T S T
250 250 250 250 250 250
Tabel 3.
100 100 75 75 50 50
50 50 50 50 50 50
230 230 230 230 230 230
0 0 0 0 0 0
225 225 225 225 225 225
100 100 75 75 50 50
0 0 0 0 0 0
Rekomendasi pemupukan padi sawah dengan pupuk majemuk
Status hara
Takaran pupuk Majemuk
P
100 100 75 75 50 50
K
NPK 15-15-15
Tambahan pupuk tunggal Urea
SP-36
KCl
Majemuk
Tambahan pupuk tunggal
NPK 10-10-10
Urea
SP-36
KCl
350 350 250 250 200 200
150 150 175 175 200 200
50 50 25 25 0 0
0 0 0 0 25 25
kg ha-1 R S T
S T S T S T
250 250 200 200 150 150
150 150 175 175 200 200
50 50 25 25 0 0
0 0 0 0 25 25
Pada status P rendah, sedang, sampai tinggi serta pada status
K
sedang
dan
tinggi,
pemberian
pupuk
urea
(N)
-1
rekomendasikan sebesar 250 kg ha . Pupuk SP-36 (P) pada status P rendah, sedang dan tinggi masing-masing sebesar 100, 75, dan 50 kg ha-1. Pupuk KCl (K) pada status K sedang dan tinggi direkomendasikan sebesar 50 kg ha-1 (Tabel 2). Apabila jerami 7
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ dikembalikan lagi ke lahan sawah (in situ) dengan asumsi setara dengan 5 t ha-1, maka kebutuhan pupuk urea hanya sebesar 230 kg ha-1 dan tidak perlu lagi memberikan pupuk KCl. Demikian halnya apabila diberikan pupuk kandang (pukan) sebesar 2 t ha-1 maka pemberian urea bisa dihemat menjadi 225 kg ha-1 dan tidak perlu lagi diberikan pupuk KCl. Selain pupuk N, P, dan K tunggal dapat pula menggunakan pupuk majemuk seperti NPK 15-151-15 atau NPK 10-101-10. Mengingat kandungan hara N, P, K pada pupuk majemuk relatif rendah maka masih perlu di tambahkan pupuk urea, SP-36, dan KCl (Tabel 3). Pada status P rendah, sedang, sampai tinggi serta pada status K sedang dan tinggi, pemberian pupuk majemuk NPK (15-1515) rekomendasikan masing-masing sebesar 250, 200 dan 150 kg ha-1, sedangkan untuk pupuk majemuk NPK (10-10-10) masingmasing sebesar 300, 250 dan 200 kg ha-1 serta tambahan pupuk urea sebesar 150, 175, dan 200 kg ha-1. Pada status P rendah, dan sedang perlu tambahan pupuk SP-36 masing-masing sebesar 50 dan 25 kg ha-1. Pupuk KCl sebesar 25 kg ha-1 hanya ditambahkan pada status P tinggi, K sedang dan tinggi.
Gambar 1. Padi sawah dengan pemupukan sesuai rekomendasi
8
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ Aplikasi pupuk: Pupuk SP-36, jerami atau pukan yang telah dikomposkan diberikan dengan cara dibenamkan pada saat pengolahan tanah kedua/pelumpuran. Pupuk urea, KCl, dan pupuk majemuk diberikan secara bertahap yaitu pada saat tanam, umur 4 minggu setelah tanaman (MST), dan saat primordia umur 6 MST.
3.2. Pisang Pemupukan merupakan teknik pengelolaan hara untuk mengembalikan unsur-unsur hara yang hilang terutama yang terangkut sebagai hasil panen. Sebagai gambaran bahwa hara yang terangkut panen pada tanaman pisang adalah sebesar 160 g N; 16,8 g P; 601 g K; 92 g Ca; dan 35 g Mn pada tingkat hasil buah pisang sebesar 41 kg (Roedyarto, 1996). Takaran pupuk an-organik dan pupuk organik anjuran pada adalah 1.000 g ZA, 450 g SP-36, 500 g KCl per pohon/tahun dan 15 kg pupuk organik per pohon/tahun. Pemberian pupuk an-organik ZA dilakukan secara bertahap empat kali setahun yaitu masing-masing seperempat takaran pada umur 1,3, 6, dan 9 bulan setelah tanam. Sedangkan pupuk anorganik SP-36 dan KCl dua kali setahun yaitu masing-masing setengah takaran pada umur 1 dan 6 bulan setelah tanam (Tabel 4). Cara pemberian pupuk an-organik diberikan dalam larikan melingkar di bawah kanopi tanaman sedalam 15 cm kemudian larikan ditutup kembali dengan tanah/dibumbun. Pupuk organik/pukan diberikan seminggu sebelum tanam dengan cara dimasukkan ke dalam lubang tanam.
9
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ Tabel 4. Takaran pupuk anjuran untuk tanaman pisang Kebutuhan pupuk *)
Umur Tanaman
ZA
SP-36
KCl
g/pohon Sebelum
Pukan kg/pohon
-
-
-
15
1 bulan
250
225
250
-
3 bulan
250
-
-
-
6 bulan
250
225
250
-
9 bulan
250
-
-
-
tanam
*) Sumber: BPTP Jawa Timur (2004) dan S. Satuhu dan Supriyadi (1998)
Gambar 2. Tanaman pisang dengan pemupukan sesuai anjuran
3.3. Pepaya Produktivitas tanaman pepaya sangat tergantung pada status hara di dalam tanah selain
faktor iklim dan hidrologi. Tanaman
pepaya membutuhkan pH netral antara 6,5-7 maka untuk Desa Talun Kenas dengan pH antara 4-5 relatif masam perlu dilakukan pengapuran dengan takaran 1 t ha-1. Mengingat hara yang hilang terangkut hasil panen pepaya cukup tinggi dimana pada tingkat hasil 10
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ 20 t buah segar adalah sebesar 20 kg N; 4 kg P, 48,7 kg K; dan 0,04 kg Zn (Boga Kalie, 1996) maka untuk mengembalikan yang hara hilang itu perlu dilakukan pemupukan. Takaran pupuk anjuran untuk pepaya dapat dilihat pada Tabel 5. Pemberian pupuk an-organik dan pupuk organik/pukan pada tanaman pepaya dilakukan secara bertahap dengan interval 3 bulan sekali yaitu pada umur 1 bulan setelah tanam dengan takaran 50 g ZA; 40 g SP-36; 20 g KCl per pohon dan 30 kg pukan per pohon. Umur 3 bulan takaran pupuk 130 g ZA; 90 g SP-36; 40 g KCl per pohon dan 45 kg pukan per pohon. Umur 6 bulan dan seterusnya dengan interval 3 bulan sekali takaran pupuk 210 g ZA; 140 g SP-36; 60 g KCl per pohon dan 60 kg pupuk organik per pohon. Cara pemberian pupuk diberikan dalam larikan melingkar dibawah kanopi tanaman sedalam 15 cm kemudian larikan ditutup kembali dengan tanah/dibumbun. Pupuk dasar berupa pupuk organik/pukan diberikan seminggu sebelum tanam dengan cara dimasukkan ke dalam lubang tanam. Tabel 5. Takaran pupuk anjuran tanaman pepaya Umur tanaman
ZA
Kebutuhan pupuk *) SP-36
KCl
g/pohon
Pukan kg/pohon
Sebelum tanam
-
-
1 bulan 3 bulan 6 bulan dan seterusnya dengan interval 3 bulan sekali
25 50
15 40
10 20
30 30 45
130
90
40
60
*) Sumber: IPTEK (2007)
11
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
Gambar 3. Pepaya dengan pemupukan sesuai anjuran
3.4. Kakao Pada tanah agak berpasir atau kurang subur diperlukan pupuk organik berupa pupuk kandang 10-25 kg/pohon/6 bulan. Di lapangan pemupukan dimulai pada umur 2 bulan setelah tanam. Takaran pupuk anjuran untuk tanaman kakao disesuaikan dengan umur tanaman, kondisi tanah, dan iklim dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Takaran pupuk anjuran untuk tanaman kakao Umur tanaman
Kebutuhan pupuk *) Urea
SP-36
th 0-1 1-2 2-3 3-4 >4
KCl
Dolomit
g/pohon 20 40 80 160 200
30 60 120 240 360
20 40 80 160 200
10 20 30 40 60
*) Diolah dari beberapa sumber: BPTP Sulawesi Tengah (2000) dan IFA (1992)
12
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ Pemberian pupuk an-organik dilakukan dua kali per tahun yaitu pada awal musim hujan dan akhir musim hujan. Cara pemberian pupuk yaitu dibenamkan dalam larikan melingkar sedalam 5-10 cm dengan jarak 50-75 cm dari batang atau sesuai lingkar tajuk.
Gambar 4. Kakao dengan pemupukan sesuai anjuran
13
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ IV. TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH DAN AIR
4.1. Arahan Pengembangan Komoditas Pertanian Arahan pengembangan komoditas pertanian merupakan hasil dari evaluasi lahan dengan mempertimbangkan komoditas unggulan dan potensial di daerah ini, serta penggunaan lahan saat ini (present
landuse).
Berdasarkan
hasil
overlay
komoditas
tersebut
dan
penggunaan lahan saat ini, disusun empat arahan pengembangan komoditas pertanian seperti terlihat pada Tabel 7. Penyebaran arahan pengembangan komoditas pertanian disajikan pada Gambar 5. Tabel 7. Arahan pengembangan komoditas pertanian di Desa Talun Kenas, Kecamatan Sinembah Tanjung Muda (STM) Hilir, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara Arahan Simbol PS
KC
penggunaan lahan Sawah irigasi
Kebun campuran
SPT 2
3
Alternatif komoditas Padi, palawija
pemupukan,
cabai)
pengelolaan b.o, irigasi
Kakao, pisang, kelapa
Ladang
4
- Pola & jadwal tanam,
(jagung, kedelai,
pepaya, L
Alternatif teknologi
Pepaya, pisang, jagung
- Pemupukan, pengelolaan b.o, konservasi tanah - Pemupukan, pengelolaan b.o, konservasi tanah
B
Sempadan sungai
1
Belukar
- Pemeliharaan dan perlindungan
14
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ Rekomendasi teknik konservasi tanah untuk Desa Talun Kenas, Kecamatan Sinembah Tanjung Muda (STM) Hilir, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.
Lahan pertanian di Desa Talun Kenas didominasi lahan kering. Sedangkan lahan sawah tidak terlalu luas penyebarannya. Jenis penggunaan lahan kering meliputi ladang, belukar, kebun campuran, dan pemukiman. Kebun campuran merupakan jenis penggunaan lahan terluas (254 ha atau hapir 60% dari total area). Penyebaran penggunaan daerah penelitian disajikan pada Gambar 5. Topografi di Desa Talun Kenas dan sekitarnya berombak sampai bergelombang, dengan kemiringan lahan 3-15%. Dengan demikian, lahan pertanian di desa ini khususnya lahan kering berpotensi untuk mengalami kerusakan yang disebabkan oleh potensi bahaya erosi yang cukup tinggi. Erosi tidak menjadi simpul kritis pada lahan sawah, karena pematang/galengan sawah sudah cukup menjaga tanah dari erosi, sehingga tidak perlu khawatir dengan penurunan produktivitasnya, sepanjang upaya pemeliharaan dan peningkatan produktivitas tanahnya tetap dilakukan.
4.2.
Teknik Konservasi Existing Teknik konservasi existing pada masing-masing bentuk
penggunaan lahan kering disajikan pada Tabel 8. Di Desa Talun Kenas sudah dapat dijumpai penerapan teknik konservasi tanah, meskipun kondisinya belum baik. Pada lahan usaha tani yang terletak di jalur aliran sungai dan atau yang berdekatan, dengan
15
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ topografi datar (0-3%), dijumpai teras bangku dengan kondisi kurang baik, tanpa tanaman penguat teras. Tabel 8.
SPT
Lereng (%)
Teknik konservasi existing dan rekomendasi teknik konservasi untuk Desa Talun Kenas, Kecamatan Sinembah Tanjung Muda (STM) Hilir, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara Penggunaan lahan
Konservasi
existing
Rekomendasi tindakan konservasi Maks. proporsi Teknik tanaman konservasi semusim*)
% 1
3-15
Belukar /B (sepadan sungai)
Tanaman tahunan
-
3
3-15
Kebun campuran/KC
Mulsa serasah tanaman
-
4
0-3
Ladang
3-15
Ladang
Teras bangku buruk -
>75 <75
Menanam tanaman tahunan berakar relatif dalam. Bambu dan kirinyuh merupakan pilihan yang baik, karena selain dapat berfungsi sebagai tanaman konservasi juga sudah merupakan tanaman existing pada areal ini. - Sistem multi-strata, diantaranya dengan menanam tanaman pelindung - Barisan tanaman tanaman tahunan searah kontur atau teras kebun - Rorak Perbaikan teras bangku (penanaman tanaman penguat teras) - Teras kebun - Rorak
16
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ Di kemiringan
wilayah lahan
berombak 3-15%,
sampai
dan
bergelombang,
penggunaan
lahannya
dengan kebun
campuran yang ditanami kakao dan kopi, hampir tidak permukaan tanahnya tertutup serasah daun kakao yang cukup banyak dan cukup tebal, sehingga menjaga tanah dari kerusakan akibat erosi. Untuk
pertanaman
kakao
dan/atau
kopi,
penanaman
pohon
pelindung sangat banyak manfaatnya karena dapat mencegah hama dan penyakit tanaman. Pertanaman pepaya yang diusahakan di daerah ini cukup baik, ditanam pada jalur-jalur memanjang dengan jarak tanam teratur. Pada setiap batang pohon pepaya yang tumbuh sudah terlihat upaya mempertahankan kelembapan tanah dan mencegah erosi, yaitu dengan menggunakan pelepah-pelepah daun pepaya dan serasah/rumput-rumputan di sekeliling batang/pohon. Di bagian barat desa ini dijumpai ladang dengan topografi berombak sampai bergelombang (lereng 3-15%). Pada saat survei lapangan, kondisi permukaan tanah ditumbuhi rumput/alang-alang, dan dijumpai banyak lubang-lubang tanaman yang dibuat untuk pisang, serta sudah banyak pohon pisang yang tumbuh. Namun, tidak terlihat upaya penerapan teknik konservasi tanah.
4.3.
Rekomendasi Teknik Konservasi Teknik konservasi yang direkomendasikan didasarkan pada
pola penggunaan lahan yang sudah ada. Bila di lokasi yang bersangkutan sudah terdapat teknik konservasi (existing), maka rekomendasi lebih diarahkan pada perbaikan atau pengembangan teknik konservasi yang sudah ada (Tabel 9). 17
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ Pada
areal
yang
telah
diteras
dapat
dilakukan
penyempurnaan teras bangku, dengan menanami bibir teras atau talud dengan rumput pakan atau lamtoro, dan tampingan teras dibiarkan ditumbuhi rumput liar atau rumput teki. Bila ingin didapatkan sumber pakan yang berkualitas baik, tampingan dapat juga ditanami rumput paspalum atau tanaman legume penutup tanah seperti Arachis pintoi (kacang-kacangan). Bentuk teras bangku yang ideal disajikan pada Lampiran 1. Kebun campuran merupakan bentuk penggunaan lahan kering yang relatif aman dari segi pencegahan erosi. Kebun campuran yang dikelola dengan baik dapat menciptakan sistem multistrata yang dapat menurunkan daya hancur curah hujan terhadap tanah. Oleh karena itu, penanaman pohon pelindung perlu dipertahankan, karena selain dapat berfungsi sebagai pelindung tanaman utama (kopi dan kakao), dapat pula berfungsi sebagai tanaman konservasi. Pembuatan rorak di antara baris tanaman juga disarankan. Selain dapat menampung sedimen, rorak juga dapat berfungsi untuk menampung serasah, sehingga serasah tidak hanyut terbawa aliran permukaan. Rorak yang sudah terisi dengan serasah juga dapat berfungsi sebagai mulsa vertikal yang dapat menjaga kelembapan tanah. Uraian tentang rorak disajikan pada Lampiran 2. Meskipun pada kebun pepaya sudah ada pemanfaatan pelepah daun pepaya dan serasah rumput sebagai mulsa, namun di antara barisan-barisan pohon pepaya, kondisi permukaan tanah agak cekung dan bersih/tidak ada penutup tanah, sehingga dapat terkikis pada saat hujan. Oleh sebab itu, permukaan tanah di antara dua barisan pohon pepaya, termasuk permukaan tanah pada barisan pohon pepaya agar tertutup serasah atau ditanami rumput atau 18
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
legume penutup tanah seperti Arachis pintoi untuk melindungi tanah dari pengikisan air hujan. Pertanaman pepaya pada wilayah berlereng 3-15%, sangat dianjurkan barisan-barisan tanamannya memanjang memotong lereng atau searah kontur, dengan tetap melindungi permukaan tanah seperti tersebut. Jarak antara dua barisan pohon pepaya 5-7 m, tergantung kemiringan lahan, yaitu semakin curam lereng, semakin pendek jarak barisan tanaman. Selain itu, untuk mengalirkan air dari lahan di antara barisan-barisan pohon pepaya dapat diarahkan ke saluran pembuang air (SPA) yang dibuat setiap jarak tertentu di dalam kebun, dan mengalirkannya ke bagian bawah lereng dengan kekuatan yang tidak merusak. Pencegahan erosi pada kebun pisang dapat dilakukan dengan menanam pohon pisang dalam barisan-barisan tanaman dalam pola teras kebun memotong lereng atau searah kontur. Uraian detail tentang teras kebun disajikan pada Lampiran 3. Pada permukaan tanah yang terbuka dibiarkan ditumbuhi rumput-rumputan untuk mencegah penghancuran butir-butir hujan, dan mempertahankan kelembapan tanah.
19
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ V. DAFTAR PUSTAKA Balai Penelitian Tanah. 2007. Sistem Pengelolaan Lahan Sesuai Harkat (SPLaSH) versi 1.02. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. BPTP. 2000. Pemupukan kakao spesifik lokasi. Balai Pengkajian Tekonologi Pertanian Sulawesi Tengah. BPTP. 2004. Pemupukan pisang spesifik lokasi. Balai Pengkajian Tekonologi Pertanian Jawa Timur. Kurnia, U., D. Ardi, dan U. Sutrisno. 2007. Identifikasi dan Evaluasi Potensi Lahan Untuk Mendukung Prima Tani di Desa Talun Kenas, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Balai Penelitian Tanah. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Departemen Pertanian. Siregar, H.S., S. Ryadi, dan L. Nuraeni. 2007. Budidaya, pengolahan dan Pemasaran Cokelat. PT Penebar Swadaya, Jakarta. Hal 10-14. IFA. 1992. Word Fertilizer Use Manual. International Fertilizer Industry Ass0ciation, Paris. 631p. IPTEK. 2007. Teknologi tepat guna budidaya pepaya. Bidang Pendayagunaan Sistim Informasi Manajemen Pembangunan Pedesaan. Menegristetk. 13 hal. IPTEK. 2007. Teknologi tepat guna budidaya pisang. Sistim Informasi Manajemen Pembangunan Pedesaan. Menegristetk. 12 hal. Departemen Pertanian 2006. Peraturan Menteri Pertanian Nomor:47/ Permentan/OT.140/ 10/2006. Departemen Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber daya Lahan Pertanian. S. Satuhu dan A. Supriyadi. 1998. Pisang Budidaya, Pengolahan dan Prospek Pasar. PT Penebar Swadaya, Jakarta. Hal 21-25.
20
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ Lampiran 1.
Teras
bangku
atau
teras
tangga
(Sumber:
Departemen Pertanian, 2006 dan Balai Penelitian Tanah, 2007)
Pada usaha tani lahan kering, fungsi utama teras bangku adalah: (1) memperlambat aliran permukaan; (2) menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak sampai merusak; (3) meningkatkan laju infiltrasi; dan (4) mempermudah pengolahan tanah. Saluran teras Talud/bibir teras Tampingan
Gambar 5.
Teras bangku yang telah dilengkapi dengan tanaman penguat teras (kiri) dan penampang samping teras bangku (kanan)
Teras bangku dapat dibuat datar (bidang olah datar, membentuk
sudut
0o
dengan
bidang
horizontal),
miring
ke
dalam/goler kampak (bidang olah miring beberapa derajat ke arah yang berlawanan dengan lereng asli), dan miring keluar (bidang olah miring ke arah lereng asli). Teras bangku miring ke dalam (goler kampak) dibangun pada tanah yang permeabilitasnya rendah, dengan tujuan agar air yang 21
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ tidak segera terinfiltrasi menggenangi bidang olah dan tidak mengalir ke luar melalui talud di bibir teras. Teras bangku miring ke luar diterapkan di areal di mana aliran permukaan dan infiltrasi dikendalikan secara bersamaan, misalnya di areal rawan longsor. Teras bangku goler kampak memerlukan biaya relatif lebih mahal dibandingkan dengan teras bangku datar atau teras bangku miring ke luar, karena memerlukan lebih banyak penggalian bidang olah. Efektivitas teras bangku sebagai pengendali erosi akan meningkat bila ditanami dengan tanaman penguat teras di bibir dan tampingan teras. Rumput dan legum pohon merupakan tanaman yang baik untuk digunakan sebagai penguat teras. Tanaman murbei sebagai
tanaman
penguat
teras
banyak
ditanam
di
daerah
pengembangan ulat sutra. Teras bangku adakalanya dapat diperkuat dengan batu yang disusun, khususnya pada tampingan. Model seperti ini banyak diterapkan di kawasan yang berbatu. Beberapa
hal
yang
perlu
mendapat
perhatian
dalam
pembuatan teras bangku adalah: (1) Dapat diterapkan pada lahan dengan kemiringan 1040%, tidak dianjurkan pada lahan dengan kemiringan >40% karena bidang olah akan menjadi terlalu sempit. (2) Tidak cocok pada tanah dangkal (<40 cm) (3) Tidak
cocok
pada
lahan
usaha
pertanian
yang
menggunakan mesin pertanian. (4) Tidak
dianjurkan
pada
tanah
dengan
kandungan
aluminium dan besi tinggi. (5) Tidak dianjurkan pada tanah-tanah yang mudah longsor.
22
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
Perancangan teras bangku Dalam merancang teras diusahakan agar bahan induk tanah tidak sampai tergali. Nilai interval vertikal (IV) pada umumnya dapat ditetapkan antara 1 - 1,5 m sedangkan interval horizontal (IH) dapat dihitung dengan rumus berikut: IH = IV/S x 100, dimana IH = interval horizontal (m), IV = interval vertikal (m), dan S = kemiringan lahan asal (% ).
Cara pembuatan teras bangku •
Pembuatan teras dimulai dari bagian atas dan terus ke bagian bawah lahan untuk menghindarkan kerusakan teras yang sedang dibuat oleh air aliran permukaan bila terjadi hujan.
•
Tanah bagian atas digali dan ditimbun ke bagian lereng bawah sehingga terbentuk bidang olah baru. Tampingan teras dibuat miring; membentuk sudut 200% dengan bidang horizontal. Kalau tanah stabil tampingan teras bisa dibuat lebih curam (sampai 300% ).
•
Idealnya kemiringan bidang olah berkisar 0 - 3% mengarah ke saluran teras.
•
Talud (bibir teras) dan bidang tampingan teras ditanami dengan tanaman berakar rapat, cepat tumbuh, dan menutup tanah dengan sempurna. Untuk petani yang memiliki ternak ruminansia dapat ditanami rumput pakan ternak. Contoh tanaman yang dapat ditanam pada guludan dan bibir teras adalah Paspalum notatum, Brachiaria brizanta, Brachiaria
decumbens, dan lain-lain. Sering guludan teras ditanami dengan salah satu tanaman legum pohon atau perdu seperti
Gliricidia, Lamtoro, turi, stylo, dan lain-lain. 23
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ •
Sebagai kelengkapan teras perlu dibuat saluran teras, saluran pengelak, SPA serta terjunan. Ukuran saluran teras: lebar 15-25 cm, dalam 20-25 cm.
•
Kalau tidak ada tempat untuk membuat SPA, teras bangku miring bisa dibuat tetapi teras bangku miring kurang efektif menahan tanah tererosi.
24
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ Lampiran 2. Rorak dan mulsa vertikal (Sumber: Departemen Pertanian, 2006)
Rorak merupakan lubang penampungan atau peresapan air, dibuat di bidang olah atau saluran resapan (Gambar 6). Pembuatan rorak bertujuan untuk memperbesar peresapan air ke dalam tanah dan menampung tanah yang tererosi. Pada lahan kering beriklim kering, rorak berfungsi sebagai tempat pemanen air hujan dan aliran permukaan.
Mulsa dapat dimasukkan ke dalam rorak (mulsa vertikal)
Gambar 6. Rorak (Foto: Pedum Pegunungan) Dimensi rorak yang disarankan sangat bervariasi, misalnya kedalaman 60 cm, lebar 50 cm, dan panjang berkisar antara 50-200 cm. Panjang rorak dibuat sejajar kontur atau memotong lereng. Jarak ke samping antara satu rorak dengan rorak lainnya berkisar 100-150 cm, sedangkan jarak horizontal 20 m pada lereng yang landai dan agak miring sampai 10 m pada lereng yang lebih curam. Dimensi rorak yang akan dipilih disesuaikan dengan kapasitas air atau sedimen dan bahan-bahan terangkut lainnya yang akan ditampung. 25
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ Sesudah periode waktu tertentu, rorak akan terisi oleh tanah atau serasah tanaman. Agar rorak dapat berfungsi secara terusmenerus, bahan-bahan yang masuk ke rorak perlu diangkat keluar atau
dibuat
rorak
yang
baru.
Aplikasi
rorak
dapat
pula
dikombinasikan dengan mulsa vertikal, yang mana bahan mulsa dimasukkan ke dalam rorak.
26
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ Lampiran 3. Teras kebun Teras kebun adalah teras yang digunakan untuk penanaman tanaman tahunan yang ditanam dalam barisan. Teras dibuat dengan interval yang bervariasi menurut jarak tanam (Gambar 7). Selain untuk pencegahan erosi, teras kebun juga dapat memfasilitasi pengelolaan lahan (land management facility), diantaranya untuk fasilitas jalan kebun, dan penghematan tenaga kerja dalam pemeliharaan kebun. Tanaman tahunan
rumput
Gambar 7. Teras kebun (kiri), penampang teras kebun (kanan)
a. Persyaratan • Digunakan pada lahan dengan kemiringan 10 - 60%. • Dapat digunakan pada berbagai kedalaman tanah, yang lebih
dalam dari 25 cm. • Perlu ditanami rumput atau legum penutup tanah di antara
teras. • Perlu SPA yang aman (berumput).
27
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
b. Pembuatan dan pemeliharaan Untuk mendapatkan populasi tanaman yang maksimum, jarak antar teras dibuat lebih pendek. Dimensi teras kebun yang digunakan perlu disesuaikan pula dengan perkiraan jumlah air yang akan ditampung (besarnya run-off).
28