TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI DAN KONSERVASI TANAH KELURAHAN KAYUMALUE KECAMATAN PALU UTARA KOTA PALU
BALAI PENELITIAN TANAH BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA LAHAN PERTANIAN 2007
Penanggung jawab
:
Kepala Balai Penelitian Tanah
Penyusun
:
Neneng L. Nurida M. Al-Jabri Achmad Rachman
Penyunting
:
Rahmah D. Yustika Farida Manalu
Design Cover
:
Sukmara
Setting/Layout
:
Rahmah D. Yustika Didi Supardi
Penerbit
:
Balai Penelitian Tanah Jl. Ir. H. Juanda No. 98. Bogor 16123, Telp. (0251) 336757, Fax. (0251) 321608, 322933, E-mail:
[email protected]
ISBN 978-602-8039-00-0 Penulisan dan pencetakan buku ini dibiayai dari dana DIPA Tahun Anggaran 2007, Balai Penelitian Tanah, Bogor http://balittanah.litbang.deptan.go.id
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ KATA PENGANTAR Dalam
rangka mendukung pelaksanaan Prima Tani, Balai
Penelitian Tanah telah menyusun Booklet Formulasi Teknologi Pemupukan Spesifik Lokasi dan Konservasi Tanah dan Air sebagai acuan bagi pelaksana Prima Tani dalam menerapkan rekomendasi teknologi pemupukan spesifik lokasi dan konservasi tanah dan air mendukung kegiatan Prima Tani. Booklet disusun berdasarkan hasil survei tanah di lokasilokasi
Prima
Tani
dimana
Balai
Penelitian
Tanah
menjadi
penanggung jawab survei. Booklet ini merupakan suatu kebutuhan yang mendesak dalam mengimplementasikan teknologi pemupukan dan konservasi tanah dan air. Sesuai dengan judulnya, booklet ini menyajikan formulasi teknologi pemupukan spesifik lokasi dan teknik konservasi tanah dan air. Sasaran dari penyusunan booklet formulasi pemupukan spesifik lokasi dan konservasi tanah dan air adalah para pelaksana dan pengguna teknologi yang terkait langsung dengan kegiatan Prima Tani, yaitu Pemandu Teknologi, Manajer Laboratorium Agribisnis, Penyuluh Pertanian Lapangan, Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten/Kota, Kelompok Tani peserta Prima Tani. Semoga
booklet
ini
bermanfaat,
khususnya
dalam
mensukseskan Prima Tani sebagai salah satu upaya mendukung program pemerintah mensejahterakan masyarakat di pedesaan. Bogor, November 2007 Kepala Balai,
Dr. Achmad Rachman NIP. 080.079.028
i
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ................................................................
i
DAFTAR ISI ..........................................................................
ii
DAFTAR TABEL .....................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................
iv
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................
iiv
I. PENDAHULUAN ................................................................
1
II. KEADAAN FISIK LINGKUNGAN DAERAH .............................
3
2.1. Lokasi dan Perhubungan .............................................
3
2.2. Penggunaan Lahan dan Pertanian ...............................
3
2.3. Iklim dan Hidrologi .....................................................
7
III. TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI .....................
9
3.1. Status Hara ................................................................
9
3.2. Rekomendasi Pemupukan ...........................................
9
IV. TEKNOLOGI KONSEVASI TANAH DAN AIR ........................
13
4.1. Teknologi Konservasi Tanah dan Air Existing ................
13
4.2. Rekomendasi Teknik Konservasi Tanah dan Air ............
14
V. DAFTAR PUSTAKA ............................................................
20
ii
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.
Produksi komoditas pertanian di Kelurahan Kayumelue ........................................................
4
Legenda peta satuan lahan di Kelurahan Kayumelue, Kecamatan Palu Utara .....................
6
Tabel 3.
Data iklim dari Stasiun Palu dan Tawaeli .............
7
Tabel 4.
Status hara P dan K, pH, kandungan C-organik lapisan atas tanah (0-20 cm) dari Kelurahan Kayumalue, Kecamatan Palu Utara .....................
9
Rekomendasi pemupukan spesifik lokasi untuk tanaman jagung pada lahan kering didasarkan pada status hara P dan K, di Kelurahan Kayumalue, Kecamatan Palu Utara .....................
10
Rekomendasi pemupukan spesifik lokasi untuk tanaman bawang merah lahan kering didasarkan pada status hara P dan K, di Kelurahan Kayumelue, Kecamatan Palu Utara .....................
12
Rekomendasi teknik konservasi tanah dan air di Kelurahan Kayumelue, Kecamatan Palu Utara, Kota Palu ..........................................................
18
Beberapa jenis tanaman pakan ternak yang cocok untuk tanaman pagar .......................................
25
Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk penanaman dan pemeliharaan tanaman pagar dalam sistem alley cropping ......................
27
Bahan-bahan yang dipakai untuk membuat jaringan irigasi tetes ..........................................
29
Tabel 2.
Tabel 5.
Tabel 6.
Tabel 7.
Tabel 8. Tabel 9.
Tabel 10.
iii
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.
Peta satuan lahan Kelurahan Kayumelue, Kecamatan Palu Utara ........................................
5
Gulud searah kontur diperkuat tanaman rumput/legum ...................................................
15
Sistem budi daya lorong dengan Gliricidia sepium sebagai tanaman pagar (Foto: F. Agus dan Widianto) ..........................................................
23
Contoh tanaman penutup tanah (Mucuna sp.) di antara tanaman kelapa ......................................
28
Gambar 5. Teknik membuat sudut siku-siku di lapangan (Foto: S. Sutono) ...............................................
30
Gambar 2. Gambar 3.
Gambar 4.
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Hasil analisis tanah di Kelurahan Kayumalue, Kecamatan Palu Utara, Kota Palu (Sulawesi Tengah) ............................................................
21
Lampiran 2. Rekomendasi hara S-(NH4)2SO4 dalam hubungannya kombinasi pupuk N-urea dan N(NH4)2SO4. Sumber: M. Al-Jabri (2006) ...............
22
Lampiran 3. Budi daya lorong (Sumber: Departemen Pertanian, 2006; Balai Penelitian Tanah, 2007) ....
23
Lampiran 4. Tanaman penutup tanah (Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghijauan dan Reboisasi Pusat, 1999)......................................................
28
Lampiran 5. Sistem irigas tetes (Sutono et al., 2008).............
29
iv
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ I. PENDAHULUAN
Informasi pengembangan
potensi
sumber
komoditas
daya
merupakan
lahan
informasi
dan
arahan
dasar
yang
diperlukan untuk perencanaan pembangunan pertanian di suatu wilayah. Data dan informasi ini perlu dilengkapi dengan formulasi teknologi pengelolaan sumber daya lahan yang lebih spesifik, antara lain
dalam
kesuburan
penerapan tanah
teknik
khususnya
konservasi pemupukan
tanah, spesifik
pengelolaan lokasi,
dan
pengelolaan bahan organik. Teknologi pemupukan spesifik lokasi dengan menerapkan pemupukan berimbang adalah pemupukan untuk mencapai status semua hara dalam tanah optimum untuk pertumbuhan dan hasil suatu tanaman. Untuk hara yang telah berada dalam status tinggi, pupuk hanya diberikan dengan takaran yang setara dengan hara yang terangkut panen, sebagai takaran pemeliharaan. Pemberian takaran pupuk yang berlebihan justru akan menyebabkan rendahnya efisiensi pemupukan dan masalah pencemaran lingkungan. Kondisi atau status optimum hara dalam tanah tidak sama untuk semua tanaman pada suatu tanah. Demikian juga status optimum untuk suatu tanaman, berbeda untuk tanah yang berlainan. Agar pupuk yang diberikan lebih tepat, efektif dan efisien, maka rekomendasi pemupukan harus mempertimbangkan faktor kemampuan tanah menyediakan hara dan kebutuhan hara tanaman. Rekomendasi pemupukan yang berimbang disusun berdasarkan status hara di dalam tanah yang diketahui melalui teknik uji tanah.
1
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ Penerapan teknik konservasi tanah dan air merupakan kunci keberlanjutan usaha tani dalam upaya mengoptimalkan pemanfaatan lahan kering. Teknologi konservasi tanah dan air dimaksudkan untuk melestarikan sumber daya alam dan menyelamatkannya dari kerusakan. Target minimal dari aplikasi teknik konservasi adalah menekan erosi yang terjadi di setiap bidang tanah hingga di bawah batas yang diperbolehkan. Secara umum, teknik konservasi tanah dan air dibagi dalam tiga golongan yaitu: (1) teknik konservasi vegetatif; (2) teknik konservasi mekanik atau teknik konservasi sipil teknis; dan (3) teknik konservasi kimia. Dalam aplikasi di lapangan teknik konservasi tersebut tidak berdiri sendiri, namun dapat merupakan kombinasi dari dua atau tiga teknik konservasi. Pemilihan teknik konservasi yang tepat harus bersifat spesifik lokasi dan sesuai pengguna artinya harus mempertimbangkan kondisi biofisik dan sosial ekonomi petani setempat. Oleh sebab itu rekomendasi teknik konservasi yang dianjurkan di setiap lokasi disusun dengan mempertimbangkan tipe penggunaan lahan, kemiringan, vegetasi, dan teknik konservasi yang ada di lapangan (existing) di masingmasing lokasi.
2
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ II. KEADAAN FISIK LINGKUNGAN DAERAH
2.1. Lokasi dan Perhubungan Kelurahan Kayumalue, Kecamatan Palu Utara, Kota Palu, Sulawesi Tengah, luasnya sekitar 740 ha. Terletak pada koordinat 119°51’30” - 119°55’30” Bujur Timur (Greenwich) dan antara 00°44’30” - 00°47’30” Lintang Selatan (Gambar 1). Kota Palu, sebagai ibukota kotamadya dan provinsi dapat dicapai dari Jakarta dengan pesawat udara selama 3-4 jam dengan rute JakartaMakasar-Palu. Bandara Mutiara Palu dapat didarati pesawat jenis Boeing 737 dengan frekuensi penerbangan setiap hari. Dari Palu ke lokasi Kelurahan Kayumalue, berjarak sekitar 25 km dapat ditempuh dengan kendaraan sekitar 20 menit.
2.2. Penggunaan Lahan dan Pertanian Kebun dan tegalan Penyebarannya di lahan kering pada landform kipas aluvial di sekitar pemukiman penduduk. Bentuk wilayah datar sampai agak landai (lereng < 8%). Tanaman utama yang diusahakan terdiri atas bawang goreng, jagung, dan kacang tanah. Tanaman tahunan berupa kelapa, kakao, mangga, dan pisang. Pola tanam umumnya: bawang-bawang-bawang; bawang-palawija-bawang, dengan suplai air irigasi yang masih terbatas, yaitu tiga kali untuk setiap minggu.
3
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ Semak belukar dan hutan Terdapat di sebagian wilayah dataran kipas aluvial di sebelah selatan dan perbukitan tektonik di sebelah timur daerah penelitian dengan penyebaran luas. Komoditas pertanian yang umumnya diusahakan penduduk Kelurahan Kayumelue adalah bawang goreng, kacang tanah, jagung, ubi kayu, kelapa, kakao, mangga, dan pisang. Produksi tanaman tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Komoditas
Produksi komoditas pertanian di Kelurahan Kayumelue Bawang Jagung
Luas (ha) 63,25 Produksi 316 (ton) Produktivitas 5,0 (t ha-1)
10
Kc. Ubi Kakao Kelapa Mangga Pisang tanah kayu 26,4 6 2,1 9 3 6
14,75 22,4 3,6 1,5
0,8
0,6
2,4
11,7
7,5
24
1,1
1,3
2,5
4,0
Sumber: BPS Sulawesi Tengah (2003)
Tanah-tanah di Kelurahan Kayumelue, Kota Palu terdiri atas ordo Entisols, Inceptisols dan Alfisols dan berdasarkan unsur-unsur satuan lahan, terdapat lima satuan lahan (Gambar 1 dan Tabel 2).
4
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
Gambar 1.
Peta satuan lahan Kelurahan Kayumelue, Kecamatan Palu Utara
5
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
Tabel 2. No
Legenda peta satuan lahan di Kelurahan Kayumelue, Kecamatan Palu Utara
Landform
SL
Relief
Elevasi
% lereng
m, dpl
Datar
0-10
Bahan
Karakteristik dan klasifikasi tanah
Penggunaan
induk
(Soil Survey Staff, 2003)
lahan
Luas ha
%
62
3,94
575
36,53
300
19,06
112
7,12
525
33,35
1.574
100,0
Grup marin 1 Pesisir
Marin
(< 2)
Dalam, agak kasar-kasar, drainase cepat,
Kelapa,
pH netral (Typic Ustipsamments)
semak
Gup aluvial 2 Kipas aluvial bagian bawah 3 Kipas aluvial bagian tengah 4 Kipas aluvial bagian atas
Datar
10-25
(< 2) Agak datar
Dalam, sedang, drainase baik, pH alkalis,
koluvium (Typic Haplustepts) 25-50
(1-3) Agak landai
Aluvio-
Aluvio-
Dalam, agak halus, drainase baik, pH alkalis
koluvium (Typic Haplustalfs) 50-75
(3-8)
Aluvio-
Cukup dalam, sedang, drainase agak cepat,
koluvium pH alkalis (Fluventic Eutrudepts)
Semak, jagung kelapa Bawang jagung Bawang (bekas sawah)
Gup tektonik 5 Perbukitan
Berbukit
75-
Molase
Tektonik
(15-25)
400
dan skis (Typic Haplustalfs)
Dalam, agak halus, drainase baik, pH alkalis
Luas total
Semak belukar
6
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
2.3. Iklim dan Hidrologi Data iklim berupa data curah hujan, suhu udara, kelembapan udara, dan radiasi matahari rata-rata bulanan diperoleh dari stasiun hujan Tawaeli dan Bandara Mutiara Palu (Tabel 3). Curah hujan rata-rata tahunan sebesar 963 mm di Tawaeli dan 760 mm di Palu, dengan rata-rata bulanan tertinggi 121 mm (Januari) dan terendah 52 mm (September). Musim hujan berlangsung pendek sekitar bulan Desember-Maret,
sedangkan
periode
musim
kemarau
April-
November. Suhu udara rata-rata bulanan 26,6-27,7°C, kelembapan udara rata-rata bulanan 76-80%, dan lama penyinaran matahari rata-rata bulanan 65-76%. Berdasarkan data iklim tersebut, daerah penelitian termasuk beriklim “kering” dengan curah hujan rendah sehingga kurang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan kebanyakan tanaman tanaman pangan dan perkebunan, karena akan mengalami kekeringan, kecuali kalau ada suplai air irigasi. Tabel 3. Unsur Curah hujan (mm)* Curah hujan (mm)** Suhu udara (°C) Kelemb. udara (%) Lama peny mthr (%)
Data iklim dari Stasiun Palu dan Tawaeli Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov Des Jumlah
52
43
60
43
64
90
80
70
59
72
67
62
760
121
93
110
69
62
75
62
74
52
62
69
114
963
26,8 26,6 27,0 27,2 27,2 26,7 26,7 26,9 27,2 27,6 27,0 27,1
27,0
78
78
77
77
79
80
80
76
76
76
78
77
78
70
65
65
68
70
67
68
78
76
71
67
60
69
7
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ Wilayah ini tidak mempunyai bulan basah (> 200 mm), tetapi mempunyai bulan kering (< 100 mm) selama 9 bulan, yang termasuk zona agroklimat E3 (Oldeman dan Darmiyati, 1977). Tipe hujannya termasuk F dengan jumlah bulan kering (< 60 mm)
6
bulan dan 3 bulan basah (> 100 mm) dan nilai Q = 183,8% (Schmidt dan Ferguson, 1951). Berdasarkan data curah hujan tersebut, daerah penelitian termasuk beriklim “kering”, yang berakibat selalu terjadi kekurangan air.
8
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ III. TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI
3.1. Status Hara Status hara P dan K, pH, kandungan bahan organik tanah lapisan atas tanah (0-20 cm) yang ditetapkan dengan perangkat uji tanah kering (PUTK) dari Kelurahan Kayumalue, Kecamatan Palu Utara, Kota Palu (Sulawesi Tengah) disajikan pada Tabel 4. Status hara P dan K di Desa Bongka umumnya tinggi, pH tanah tinggi, dan kandungan C-organik rendah. Tabel 4.
Status hara P dan K, pH, kandungan C-organik lapisan atas tanah (0-20 cm) dari Kelurahan Kayumalue, Kecamatan Palu Utara
Satuan lahan 2 2 2 2
P ST ST T ST
K T S T T
pH 7.0 7.0 7.0 7.0
C-organik Rendah Rendah Rendah Rendah
3.2. Rekomendasi Pemupukan Rekomendasi pemupukan spesifik lokasi untuk tanaman jagung pada lahan kering didasarkan pada status hara P dan K, pH, dan kandungan bahan organik tanah lapisan tanah atas yang ditetapkan dengan perangkat uji tanah kering (PUTK) disajikan pada Tabel 5 dan 6. Perangkat uji tanah kering tidak mendeteksi status hara N, sehingga pupuk urea yang direkomendasikan berdasarkan rekomendasi umum sekitar 200 kg urea ha-1.
9
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ Tabel 5.
Rekomendasi pemupukan spesifik lokasi untuk tanaman jagung pada lahan kering didasarkan pada status hara P dan K, di Kelurahan Kayumalue, Kecamatan Palu Utara
Satuan lahan
Rekomendasi KCl
SP-36 kg ha
2 2 2 2
Pupuk kandang
-1
100 100 100 100
50 75 50 50
t ha-1 2 2 2 2
Cara pemberian pupuk untuk tanaman jagung: Pupuk SP-36 dan KCl diberikan seluruh takaran sesaat sebelum tanam dengan cara memasukkan ke dalam lubang dengan tugal 5 cm dekat lubang biji. Pupuk urea diberikan dua kali, setengah takaran pada saat tanam, dan setengah takaran sisanya pada saat tanaman berumur satu bulan. Meskipun rekomendasi pupuk SP-36, KCl, dan pupuk organik dapat ditentukan dengan PUTK, tetapi unsur hara lainnya tidak dapat dideteksi dengan PUTK. Ketersediaan unsur S contoh tanah pada satuan lahan 2 untuk Prima Tani di bawah nilai batas kritisnya (< 10 ppm = 20 kg ha-1) (Lampiran 2), apalagi jika kontribusi S dari hujan sangat rendah maka hasil tanaman tidak maksimal. Oleh karena itu, sumber pupuk N-urea dapat dikombinasikan dengan pupuk N-(NH4)2SO4, dimana jumlah hara N-urea dan N-ZA = 120 kg N ha-1 dari (Lampiran 2). Selain itu, ketersediaan unsur hara mikro Cu, Zn, Fe, Mn di laboratorium juga harus diketahui untuk mendeteksi kemungkinan keracunan dan kekahatan, sehingga sedini mungkin keracunan atau kekahatan dapat diantisipasi. Ketersediaan unsur hara mikro Zn
10
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ untuk tanah dari satuan lahan 2 untuk Prima Tani di bawah nilai batas kritisnya (1 ppm Zn) (Lampiran 1), sehingga kontribusi unsur hara Zn diharapkan dapat meningkatkan hasil tanaman lebih tinggi lagi. Pupuk unsur hara mikro Zn dapat diberikan dengan cara memberikan pupuk ZnSO4 10 kg ha-1, dimana pupuk ZnSO4 dicampur rata dengan pupuk anorganik yang diberikan pada saat tanam dalam larikan atau ditugal. Cara pemberian pupuk untuk tanaman bawang: Sebelum pupuk diberikan maka terlebih dahulu dilakukan pengolahan tanah. Pengolahan tanah dilakukan 2-3 kali dengan cangkul sedalam 20 cm untuk mendapatkan konidisi tanah yang gembur, selanjutnya dilakukan perbaikan bedengan dan lahan siap untuk ditanami. Pembuatan bedengan mengikuti arah timur-barat dengan panjang ukuran bedengan disesuaikan dengan kondisi lapang, dan ukuran lebar bedengan 100-150 cm. Pembuatan parit selebar 40 cm dengan kedalaman 40-50 cm. Umbi bibit yang baik untuk ditanam harus sehat, tidak cacat, tidak terlalu lama disimpan di gudang, dan kebutuhan bibit antara 600-800 kg ha-1 dengan ukuran bibit 1,5-2 cm. Pemberian pupuk kandang maksimun 15 t ha-1 disebar merata pada bedengan, kemudian diaduk dengan cangkul sampai rata sehingga masuk ke dalam tanah sedalam 5-10 cm tergantung banyak sedikitnya pupuk kandang yang diberikan. Penyulaman dilakukan setelah tanaman bawang berumur 7 hari. Penyiangan dilakukan dua kali, yaitu 2 dan 4 minggu setelah tanam, dilakukan dengan koret. Tanaman yang terserang penyakit
11
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ yang dicirikan dengan pertumbuhan yang tidak normal hendaknya dicabut. Rekomendasi pemupukan spesifik lokasi untuk bawang merah pada lahan kering didasarkan pada status hara P dan K, pH, dan kandungan C-organik tanah lapisan atas yang ditetapkan dengan perangkat uji tanah kering (PUTK) disajikan pada Tabel 6. Tabel 6.
Rekomendasi pemupukan spesifik lokasi untuk tanaman bawang merah lahan kering didasarkan pada status hara P dan K, di Kelurahan Kayumelue, Kecamatan Palu Utara
Satuan Lahan SP-36 2 2 2 2
150 150 150 150
Rekomendasi KCl Pupuk kandang kg ha-1 t ha-1 15 150 15 150 15 150 15 150
Takaran pupuk N sebaiknya kombinasi N-urea dan N-ZA, masing-masing 50 kg urea dan 150 kg ZA ha-1. Namun kombinasi kedua sumber N tersebut dirubah takarannya, dimana takaran ZA diturunkan dan urea dinaikkan untuk menciptakan ketersediaan hara berimbang. Pupuk urea dan ZA sebaiknya diberikan dua kali, yaitu satu minggu setelah tanam dan satu bulan setelah tanam. Setelah kedua sumber pupuk N tersebut disebar maka langsung diairi, sehingga dapat langsung diserap akar tanaman. Takaran pupuk P dan K masing-masing 150 kg ha-1 dapat diberikan sekaligus pada saat pengolahan tanah terakhir atau pada saat pemberian pupuk kandang.
12
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ IV. TEKNOLOGI KONSEVASI TANAH DAN AIR
4.1. Teknologi Konservasi Tanah dan Air Existing Hasil survei identifikasi dan karakterisasi sumber daya lahan memperlihatkan bahwa kawasan pertanian di Kelurahan Kayumelue terhampar pada topografi agak datar (1-3%) sampai agak landai (38%). Erosi aktual berupa erosi lembar sampai erosi parit dapat terjadi pada waktu hujan maupun saat penyiraman dengan sistem penggelontoran pada pertanaman bawang goreng. Keadaan ini ditemui juga pada tipe penggunaan lahan kebun campuran, meskipun seringkali kanopi tanaman (kakao, kelapa, mangga, dan pisang) sudah rapat menutupi permukaan tanah. Hal ini terjadi karena air hujan masih bisa lolos dan jatuh pada tanah yang masih terbuka di bawah tegakan tanaman. Pada areal semak belukar yang terletak pada topografi berbukit (15-25%), selain erosi lembar, terjadi juga erosi alur pada beberapa tempat terutama pada tampingan dan atau daerah curam yang terbuka. Hal ini terjadi karena air hujan terkonsentrasi pada suatu titik secara terusmenerus sehingga membentuk alur-alur. Tegalan dan kebun campuran Pada lahan tegalan dan kebun campuran yang ditanami palawija atau bawang goreng, umumnya petani telah membuat gulud yang bersifat tidak permanen, posisinya searah dengan kontur, gulud ini berfungsi untuk menahan air pada saat pengairan (Gambar 2), saat panen bawang dan pengolahan tanah (dibajak) guludan tersebut dibongkar kembali. Gulud ini bermanfaat selain menekan erosi juga dapat meresapkan air ke dalam tanah. Teknologi
13
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ konservasi ini cukup baik dan sebaiknya guludan dibuat permanen. Umumnya petani mengolah tanah dengan menggunakan ternak dan sangat sulit untuk mengolah tanah berdasarkan jalur (hanya bidang olah)
akibatnya
guludan
yang
ada
akan
dihancurkan
saat
pengolahan tanah. Pada lahan kebun campuran, teknik konservasi vegetatif yang umum dilakukan adalah dengan cara menanam tanaman tahunan/buah-buahan (kelapa, kakao, mangga, dan pisang), baik secara
monokultur
sedemikian
rupa
maupun sehingga
campuran pada
dengan
saat
jarak
tanam
pertumbuhan
kanopi
maksimum, rapat menutupi permukaan tanah. Pagar hidup Pagar hidup yang diaplikasikan oleh petani Kayumelue adalah penanaman gamal (Gliricideae sepium) dengan jarak rapat pada batas-batas lahan garapan, dipangkas dengan ketinggian 2-3 mdilakukan setiap 6 bulan. Pagar hidup ini selain berfungsi sebagai pembatas juga untuk menahan erosi, dan pangkasannya digunakan untuk pakan ternak.
4.2. Rekomendasi Teknik Konservasi Tanah dan Air Pembuatan gulud permanen Salah satu alternatif teknik konservasi yang direkomendasikan adalah membuat guludan permanen. Gulud yang dibuat setiap musim tanam sebaiknya tidak dibongkar, namun tetap dipertahankan dan dibuat permanen sehingga tidak perlu membangun guludan setiap musim tanam. Lahan tergolong datar (< 2%) sehingga gulud
14
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ tidak perlu dilengkapi dengan saluran pembuangan air, namun untuk menjaga kestabilan gulud perlu ditanami rumput penguat gulud (Gambar 2). Beberapa rumput yang bisa dipilih adalah rumput bahia (Paspalum notatum), rumput Paspalum conjugatum, rumput bede (Brachiaria decumbens), akar wangi (Vetivera zizanioides) atau pohon legum seperti lamtoro (Leucaena leucochephala) dan gamal (Glyricidia sepium) dan lain-lain. Gulud permanen yang dilengkapi rumput akan lebih efektif dalam menahan air penyiraman dan meningkatkan daya serap air ke dalam tanah. Rumput yang ditanam dalam jangka panjang akan membentuk strip rumput serarah kontur. Konsekuensi pembuatan gulud permanen adalah merubah cara pengolahan tanah menjadi sistem jalur agar gulud tidak hancur/rusak oleh ternak.
Ditanami
rumput/legume
Gambar 2.
Gulud searah kontur diperkuat tanaman rumput/legum
15
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ Teknik irigasi tetes Pada pertanaman bawang goreng, untuk meningkatkan efisiensi penggunaan air disarankan untuk menerapkan sistem irigasi suplemen. Sistem irigasi suplemen (irigasi tetes) dilakukan di antara penyiraman bawang goreng dengan sitem gelontor. Pemberian air irigasi baik jumlah maupun frekuensinya disesuaikan dengan perkembangan tanaman. Penanaman legume cover crops (LCC) Pada lahan tegalan dan kebun campuran yang ditanami tanaman pangan (bawang goreng dan palawija) pada saat bera (bulan Juli-Oktober) sebaiknya ditanami tanaman penutup tanah atau legume cover crops (LCC) berupa komak (Dolicos lablab) yang tahan kekeringan, Centrocema pubescens dan kudzu (Pueraria
javanica). Pada areal tanaman tahunan/buah-buahan penerapan mulsa daun kering yang dibiarkan terhampar di permukaan tanah perlu disempurnakan dengan penanaman komak diaplikasikan dibawah tegakan tanaman dan/atau areal pertanaman buah-buahan. Hal ini ditujukan untuk melindungi tanah dari energi kinetik air hujan setelah lolos dari kanopi/intersepsi, memelihara kelembapan tanah, sumber bahan organik serta memelihara kesuburan tanah. Pada areal semak belukar, bila akan digunakan untuk wilayah pertanian, penanaman tanaman penutup tanah disarankan untuk dilakukan guna merehabilitasi lahan dan memelihara kesuburan tanah.
16
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ Penyempurnaan pagar hidup Untuk mengefektifkan fungsi pagar hidup, pohon gamal (Gliricideae sepium) dipangkas setinggi 1,5-2 m dan dilakukan 3 bulan sekali, dan tanaman pagar ditanam lebih rapat. Hal ini dilakukan untuk lebih sering mengembalikan bahan organik berupa pangkasannya ke lahan pertanian, serta sinar matahari lebih banyak masuk untuk tanaman utama. Sistem pertanaman lorong (alley cropping) Pada lahan belukar tanpa teknik konservasi tanah dan air, bila akan dimanfaatkan untuk wilayah pertanian tanaman pangan disarankan untuk menerapkan teknik konservasi vegetatif berupa sistem pertanaman lorong (alley cropping). Alley cropping adalah menanam tanaman semusim di antara lorong-lorong yang dibentuk oleh tanaman pagar yang berupa tanaman leguminosa pohon atau tanaman lainnya yang tahan terhadap pemangkasan. Teknik ini merupakan teknik konservasi yang tidak terlalu merubah lahan, murah dan mudah dilakukan, sehingga untuk petani yang bermodal kecil tidak terlalu memerlukan biaya yang terlalu besar. Lahan semak belukar ini juga dapat dimanfaatkan untuk penanaman tanaman perkebunan secara monokultur seperti kelapa atau kakao dengan arah timur barat atau menggunakan jarak tanaman yang beraturan dengan tujuan agar dapat memanfaatkan cahaya matahari secara optimal. Rekomendasi teknik konservasi tanah dan air pada masingmasing satuan peta tanah di Kelurahan Kayumelue, Kecamatan Palu Utara, Kota Palu dapat dilihat pada Tabel 7.
17
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
Tabel 7. SPT
Rekomendasi teknik konservasi tanah dan air di Kelurahan Kayumelue, Kecamatan Palu Utara, Kota Palu Lereng
1
% <2
2
<2
Penggunaan lahan
Konservasi
Rekomendasi teknik konservasi Teknik konservasi tanah dan air
existing
Maksimum proporsi tanaman semusim
Semak, kelapa, pinus
Tanpa KTA
100 %
Alley cropping untuk areal semak Penanaman tanaman penutup tanah/LCC Mulsa sisa-sisa tanaman kelapa dan pinus dipertahankan
Lampiran 1 Lampiran 2
Tegalan
Tanpa KTA
100 %
Pembuatan gulud permanen dilengkapi dengan tanaman penguat gulud Membuat tampungan air (small farm reservoir) Penanaman tanaman penutup tanah/LCC
Gambar 2
Keterangan
Lampiran 2
18
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
Tabel 7. Lanjutan SPT
3
4
5
Lereng
% 1-3
3-8
15-25
Penggunaan lahan
Bawang merah
Sawah tadah hujan
Semak belukar
Rekomendasi teknik konservasi Konservasi
existing
Maksimum proporsi tanaman semusim
Gulud tidak permanen, Pagar hidup
100 %
Gulud tidak permanen, Pagar hidup
75 %
Tanpa KTA 25 %
Teknik konservasi tanah dan air
Keterangan
Perbaikan teras gulud dan diperkuat tanaman penguat gulud Membuat small farm reservoir, Sistem irigasi tetes
Gambar 2
Perbaikan teras gulud dan diperkuat tanaman penguat gulud Penanaman tanaman penutup tanah/LCC
Gambar 2
Alley cropping atau budi daya lorong bila akan digunakan untuk kawasan pertanian atau ditanami tanaman tahunan (perkebunan)
Lampiran 1
Lampiran 3
Lampiran 2
19
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ V. DAFTAR PUSTAKA
Al-Jabri. 2006. Penetapan rekomendasi pemupukan berimbang berdasarkan analisis tanah untuk padi sawah. Jurnal Sumberdaya Lahan. Vol 1, No. 2. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Balai Penelitian Tanah. 2007. Sistem Pengelolaan Lahan Sesuai Harkat (SPLaSH) versi 1.02. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. BPS Sulawesi Tengah. 2003. Sulawesi Tengah dalam Angka 2002. Kantor BPS Sulteng, Palu. Departemen Pertanian. 2006. Peraturan Menteri Pertanian RI Nomor: 47 /Permentan/OT.140/10/2006 tentang Pedoman Umum Budi daya Pertanian Pada Lahan Pegunungan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber daya Lahan Pertanian. Oldeman, L.R, and Darmiyati S. 1977. The agroclimatic map of Sulawesi, scale 1: 2,500,000. Contr. Centre. Res. Inst. Agric. Bulletin No.60, Bogor. Schmidt, F.H., and J.H.A. Ferguson. 1951. Rainfall Type Based on Wet and Dry Period Ratios for Indonesia with Western New Guinea. Verh. No.42. Jawatan Met. dan Geofisik, Jakarta. Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghijauan dan Reboisasi Pusat. 1999. Teknik Konservasi Tanah dan Air. Kelompok Kerja Penelitian dan Pengembangan (POKJA LITBANG)NWMCP. Soil Survey Staff. 2003. Keys to Soil Taxonomy, 9th Edition. USDA Natural Resources Conservation Service. Washington DC. Sutono, W. Hartatik, dan J. Purnomo. 2008. Penerapan Teknologi Pengelolaan Air dan Hara Terpadu untuk Bawang Merah di Donggala. Balai Penelitian Tanah, Bogor.
20
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ Lampiran 1.
Hasil analisis tanah di Desa Kayumalue, Kecamatan Palu Utara, Kota Palu (Sulawesi Tengah)
Jenis analisis tanah
SL 2 Kelompok tani Azron –A
SL 2 Kelompok tani Azron – B
SL 2 Kelompok tani Ismail
SL 2 Kelompok tani Warudin
Pasir (%) Debu (%) Liat (%) pH-H2O pH-KCl C N C/N P-HCl 25% (mg P2O5) 100 g-1 K-HCl 25% (mg K2O) 100 g-1 P-Olsen (ppm P2O5 ) S-Ca(H2PO4)2 (ppm S) Retensi P (%) Ca-dd (cmol kg-1) Mg-dd (cmol kg-1) K-dd (cmol kg-1) Na-dd (cmol kg-1) KTK (cmol kg-1) KB (%) Fe (ppm) Mn (ppm) Cu (ppm) Zn (ppm)
52,00 33,00 15,00 7,10 6,10 1,08 0,09 12,00 165,00 699,00 16,00 7,00 6,00 11,86 3,65 0,41 0,03 13,34 100 32,00 361,00 2,90 1,60
44,00 38,00 18,00 7,90 7,20 1,10 0,10 11,00 216,00 813,00 69,00 10,00 6,00 15,17 4,34 0,61 0,06 15,53 100,00 8,00 124,00 2,10 1,30
59,00 18,00 23,00 8,10 6,80 0,63 0,07 9,00 50,00 399,00 16,00 5,00 8,00 12,76 4,35 0,39 0,11 14,70 100,00 8,00 215,00 1,70 0,80
49,00 36,00 15,00 8,40 7,40 0,47 0,06 8,00 152,00 618,00 33,00 6,00 7,00 15,73 2,94 0,14 0,14 12,91 100,00 9,00 90,00 2,20 0,70
21
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ Lampiran 2.
Rekomendasi hara S-(NH4)2SO4 dalam hubungannya kombinasi pupuk N- Urea dan N-(NH4)2SO4 . Sumber: Al-Jabri (2006)
N-urea
Kontribusi N dari NH4)2SO4
kg ha-1 102.57 17.43 103.41 16.59 104.25 15.75 105.09 14.91 105.93 14.07 106.77 13.23 107.82 12.18 108.66 11.34 109.50 10.50 110.34 9.66 111.18 8.82 112.02 7.98 113.07 6.93 113.91 6.09 114.75 5.25 115.59 4.41 116.43 3.57 117.27 2.73 118.32 1.68 119.16 0.84 120.00 0
Hasil analisis tanah awal dari kandungan SCa(H2PO4)2. 500 ppm P kg S 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Hara S yang ditambahkan = 20-S awal
ha-1 20-0=20 20-1=19 20-2=18 20-3=17 20-4=16 20-5=15 20-6=14 20-7=13 20-8=12 20-9=11 20-10=10 20-11=9 20-12=8 20-13=7 20-14=6 20-15=5 20-16=4 20-17=3 20-18=2 20-19=1 20-20=0
Pupuk (NH4)2SO4 (24 % S)
83 79 75 71 67 63 58 54 50 46 42 38 33 29 25 21 17 13 8 4 0
Pupuk urea (45% N) yang ditambah kan
kg ha-1
228 230 232 234 235 237 240 241 243 245 247 249 251 253 255 257 259 261 263 265 267
22
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ Lampiran 3. Budi daya lorong (Sumber: Departemen Pertanian, 2006; Balai Penelitian Tanah, 2007)
Budi daya lorong (alley cropping) adalah sistem di mana tanaman semusim (pangan dan sayuran) ditanam di lorong antara barisan tanaman pagar (Gambar 3). Pangkasan dari tanaman pagar digunakan sebagai mulsa yang dapat menyumbangkan hara, terutama nitrogen, bagi tanaman lorong.
Tanaman pagar
Lorong untuk areal tanaman semusim
Gambar 3.
Sistem budi daya lorong dengan Gliricidia sepium sebagai tanaman pagar. ( Foto: F. Agus dan Widianto)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam aplikasi budi daya lorong: 1. Persyaratan penerapan budi daya lorong •
Kemiringan lahan berkisar antara 3-40%
•
Kedalaman solum > 20 cm
•
Interval horizontal 3-10 m
23
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ 2. Persyaratan tanaman untuk digunakan sebagai tanaman pagar •
Tahan pemangkasan dan dapat bertunas kembali secara cepat sesudah pemangkasan.
•
Menghasilkan banyak hijauan
•
Dapat menambat nitrogen (N2) dari udara
•
Tingkat persaingannya dengan tanaman utama tidak begitu tinggi
•
Memiliki perakaran vertikal yang dalam sehingga daya saingnya terhadap tanaman utama berkurang
•
Tidak bersifat alelopati (mengeluarkan zat beracun) bagi tanaman utama
•
Sebaiknya
mempunyai
manfaat
ganda
supaya
mudah
diadopsi petani Beberapa jenis tanaman pagar yang sesuai untuk pengendali erosi dan sekaligus sebagai pakan ternak disajikan pada Tabel 8.
24
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ Tabel 8.
Beberapa jenis tanaman pakan ternak yang cocok untuk tanaman pagar
Nama latin
Nama lokal Wunut (J), bunut lengis (B), sipadi (M).
Kegunaan Reklamasi lahan, tanaman pagar, penahan angin (windbreak)
Persyaratan tumbuh Elevasi 0-800 m dpl, tumbuh baik pada lahan kering dan lahan berlereng dengan CH 900-2.500 mm. Cocok pada berbagai jenis tanah, termasuk tanah calcareous (pH tinggi).
Gliricidia sepium
Gamal (J), Glirisidia (I)
Tanaman penaung, tanaman pagar, pupuk hijau, reklamasi lahan
CH 900-1.500 mm dengan sekitar 5 bulan periode kering. Cocok pada berbagai jenis tanah dari masam sampai basa.
Leucaena leucocephala
Lamtoro gung, petai cina (I), kemlandingan (J)
Tanaman serbaguna
Elevasi 0-1.000 m dpl, CH 650-1.500 mm. Juga ditemukan pada daerah yang lebih kering atau lebih basah. Cocok pada tanah dengan pH>5 dan ditemukan juga pada tanah bergaram (salin).
Sesbania grandiflora
Turi (I, J, S), tuwi (B)
Penahan angin, tiang panjat, tanaman penaung
Elevasi 0-800 m dpl, CH 8004.000 mm. Tumbuh pada berbagai jenis tanah, termasuk tanah tandus atau tanah sering tergenang. Toleran terhadap tanah bergaram dan tanah alkalin.
Sesbania sesban
Jayanti (S), Janti (J)
Pupuk hijau, tanaman naungan
Elevasi 0-2.300 m dpl, curah hujan 500-2.000 mm.Tumbuh pada berbagai jenis tanah mulai dari tanah berpasir sampai tanah liat. Toleran terhadap tanah salin dan tanah masam.
Calliandra calothyrsus
Kaliandra (I)
Tanaman konservasi pada lembah, jurang (gully) dan lahan berlereng curam, tanaman pagar, pupuk hijau.
Elevasi 200-1.800 m dpl, curah hujan 700-4.000 mm dengan 1-7 bulan kering. Cocok pada berbagai jenis tanah termasuk tanah masam berkesuburan rendah. Menyukai tanah dengan tekstur ringan (lempungberpasir).
Ficus subcordata
I = Indonesia, J = Jawa, S = Sunda, B = Bali, M = Minang.
25
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ 3. Teknik penanaman dan pemeliharaaan tanaman pagar •
Lamtoro dan Flemingia biasa ditanam dengan menggunakan biji sedangkan Gliricidia dengan menggunakan stek.
•
Untuk bahan stek pilih cabang yang sudah berwarna putih (tidak lagi hijau) yang berdiameter 2-4 cm. Panjang stek kurang lebih 30 cm.
•
Stek atau benih ditanam sejajar kontur. Untuk stek gunakan jarak tanam dalam baris 20-30 cm. Untuk penanaman dengan biji (lamtoro atau Flemingia) penanaman dideder dengan jarak antar biji sekitar 5 cm. Pemberian pupuk TSP atau SP-36 satu sendok teh untuk satu meter barisan akan mempercepat pertumbuhan tanaman pagar.
•
Agar cukup efektif mencegah erosi, jarak antar baris tanaman pagar ditentukan dengan menggunakan rumus VI/HI = % kemiringan lahan (VI = tinggi vertikal, dan HI = jarak horizontal). Untuk mendapatkan jarak horizontal (HI), VI harus ditetapkan terlebih dahulu, berkisar antara 0,501,00 m untuk lereng < 25% dan 1,00-1,50 m untuk lereng > 25% lebih kurang 5 m (lebar lorong sekitar 4,75 m).
4. Pemangkasan dan penggunaan hijauan Setelah berumur sekitar 4-6 bulan atau setelah mencapai ketinggian
yang
menyebabkan
dapat
menaungi
pertumbuhannya
tanaman
terganggu,
utama
tanaman
yang pagar
dipangkas pada ketinggian 50-60 cm dari permukaan tanah. Daun-daun tanaman pagar yang dipangkas disebarkan di permukaan tanah. Pemangkasan tanaman pagar dilakukan dengan interval 2-4 bulan sekali, tergantung pada kecepatan pertumbuhannya. 26
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ 5. Kebutuhan tenaga kerja Meliputi kegiatan penanaman dan pemeliharaan yang dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9.
Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk penanaman dan pemeliharaan tanaman pagar dalam sistem alley
cropping
Kegiatan Penanaman: - tanam langsung - stek - bibit Pemeliharaan (per tahun)
HOK ha-1* 6-12 20-40 100-200 20-30
* Keterangan: 1 HOK=6-7 jam kerja
27
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ Lampiran 4.
Tanaman penutup tanah (Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghijauan dan Reboisasi Pusat, 1999)
Tanaman penutup tanah pada umumnya adalah jenis legum menjalar yang ditanam di antara tanaman tahunan/buah-buahan, secara bergilir dengan tanaman semusim atau tanaman tahunan dan sebagai tanaman pemula (pioneer) untuk rehabilitasi lahan kritis (Gambar 3). Fungsi
tanaman
penutup adalah
untuk
menutupi tanah dari terpaan langsung air hujan, rehabilitasi lahan kritis, menjaga kesuburan tanah, dan menyediakan bahan organik.
Berbagai
tanaman
penutup
tanah
rendah
berupa
tanaman legum adalah komak (Dolicos lablab), Mucuna sp., stilo (Stylosanthes sp.), sentro (Centrosema sp.), kalopo (Calopogonium sp.), puero atau kudzu (Pueraria sp.), dan Arachis sp., sedangkan jenis rumput yang dapat ditanam adalah Brachiaria decumbens (bede).
Gambar 4.
Contoh tanaman penutup tanah (Mucuna sp.) di antara tanaman kelapa 28
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ Lampiran 5.
Sistem irigas tetes (Sutono et al., 2008)
Dalam sistem irigasi tetes (drip), air irigasi disalurkan melalui pipa-pipa atau selang yang diberi lubang. Air yang mengucur atau menetes dari lubang tersebut diatur untuk membasahi tanah di sekitar perakaran tanaman. Irigasi sistem tetes memerlukan jaringan pipa untuk distribusi air ke areal pertanaman. Air dapat langsung sampai ke daerah pertanaman, namun biaya untuk membangun jaringan cukup mahal. Kebutuhan alat dan bahan Untuk membuat jaringan irigasi dalam areal pertanian dibutuhkan bahan-bahan berupa pipa PVC berbagai ukuran, pompa air, sambungan pipa PVC, dan lain-lain (Tabel 10). Tabel 10. Bahan-bahan yang dipakai untuk membuat jaringan irigasi tetes Jenis van
Kegunaan
Irigasi tetes
Pipa PVC kualitas AW ø 2 inci Pipa PVC kualitas AW ø 1,5 inci Pipa PVC kualitas AW ø 1 inci Pipa PVC kualitas AW ø ½ inci Sambungan T ø 2 inci Sambungan T ø 1,5 inci Sambungan L ø 2 inci Sambungan L ø 1,5 inci
Inputoutput pompa air & saluran
5
Over sok 2" - 1½" Over sok 1" - ½" Kran 1½" Saringan Pompa air Bahan lainnya, lem dll
induk Saluran induk
5
Saluran sekunder
5
Batang rotator/lubang tetes
5
Saluran induk Saluran induk Saluran induk Saluran induk Saluran induk ke pembagi & ke pompa Saluran pembagi ke saluran Tbp Pengaturan irigasi Penyaring pasir/kerikil Pendorong air Memperkuat sambungan
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
29
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ Tahapan pemasangan jaringan irigasi Tentukan sumber air yang akan digunakan untuk irigasi, apakah berasal dari air permukaan (sungai, dam, embung) atau dari air tanah (sumur dalam dan dangkal). Jika memanfaatkan air tanah, untuk sistem irigasi tetes dibutuhkan satu buah pompa hisap dan tekan. Jaringan pipa perlu dirancang dengan baik. Pipa berdiameter 2 inci untuk saluran induk dipasang terlebih dahulu, kemudian disambungkan
ke
pipa
pembagi
yang
berdiameter
1
inci
menggunakan sambungan pengubah diameter (oversok). Pipa induk dan pipa pembagi dapat ditempatkan dipermukaan tanah, sedangkan pipa pengeluaran dibenamkan sesuai kedalaman tertentu.
B
b
A
a c
C
Gambar 5. Teknik membuat sudut siku-siku di lapangan (Foto: S. Sutono)
Pipa pengeluaran dipasang persis di tengah-tengah bedengan, sehingga jarak satu pipa dengan lainnya harus sesuai dengan lebarnya bedengan. Lebar bedengan yang baik berkisar antara 90100 cm dengan parit antar bedengan 30 cm maka jarak antar pipa pengeluaran adalah 120-130 cm. Jadi pada pipa pembagi dibuat
30
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ sambungan siku-siku untuk pipa pengeluaran dengan jarak 120-130 cm. Pipa induk dan pipa pembagi dapat diletakkan di atas permukaan tanah, sedangkan pipa pengeluaran dibenamkan pada kedalaman 10-15 cm. Pada kedalaman inilah biasanya perakaran tanaman berjangkar. Jadi irigasi bawah permukaan pada hakekatnya adalah meletakkan air irigasi di daerah perakaran tanaman. Membuat sudut siku-siku Sebelum sudut siku-siku dibuat, buatlah garis lurus dari P ke Q menggunakan tambang plastik atau tali rafia atau benang tembok sesuai dengan panjangnya lahan pertanian. Garis inilah yang akan dijadikan tempat untuk meletakkan pipa induk atau pipa pembagi. Kemudian buatlah sudut siku-siku dengan berpedoman kepada garis PQ tersebut dengan metode 3-4-5. Artinya untuk membuat segitiga siku-siku dibutuhkan satu sisi a mempunyai panjang 3 m, sisi b 4 m, dan sisi c 5 meter. Untuk membuatnya gunakan tambang yang mempunyai panjang 12 m atau lebih sedikit, titik nol, 3, 7, dan 12 m diberi tanda. Ujung tambang yang bertanda 0 disatukan dengan ujung tambang yang bertanda 12 m dijadikan sudut C, titik 7 m pada sudut B dan titik 3 m pada susut A. Sudut A dan B diletakkan pada garis PQ. Luruskan setiap sisi tambang dengan menggeser ke kiri atau kanan sudut C, apabila semua tambang telah kencang, maka segitiga siku-siku telah terbentuk. Pada sudut A, B, dan C diberi tanda menggunakan patok/ajir. Menempatkan saluran pembagi Saluran pembagi dibuat dengan menempatkan tambang yang menghubungkan titik A (bekas titik untuk sudut A) ke titik C (bekas titik untuk sudut C), kemudian tarik dan luruskan tambang ke titik F. Posisi 31
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{ titik A, C, dan F adalah sejajar dalam satu garis lurus. Garis A ke F adalah tegak lurus dengan garis PQ, dan garis ini dijadikan tempat untuk memasang pipa yang akan dijadikan saluran pembagi. Frekuensi irigasi Penyiraman atau irigasi dimaksudkan untuk memulihkan atau mempertahankan kadar air di daerah perakaran agar tetap dalam keadaan tersedia bagi tanaman, sehingga: a. Pemberian air irigasi dilakukan paling lambat ketika pada pagi hari pertanaman kelihatan tidak segar. b. Frekuensi pemberian bergantung kepada tekstur tanah, makin berpasir makin sering dilakukan. Pada tanah bertekstur pasir dapat dilakukan setiap 2 atau 3 hari sekali bergantung keadaan tanaman. c. Jumlah pemberian berkisar antara 4-8 cm atau 400-800 m3 ha-1 untuk mempertahankan kadar air tanah pada kisaran 20%. Irigasi pada lahan kering adalah mempertahankan kondisi tanah pada kadar air kapasitas lapang.
32